Triwibowo Seminar Boiler Indocor 27agustus2015
Triwibowo Seminar Boiler Indocor 27agustus2015
Page
FAILURE ANALYSIS TERHADAP
TUBE BOILER SUPERHEATER Nomor
Number
I. PENDAHULUAN
Bentuk kerusakan pecahnya tube boiler diberikan seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 2. Tube mengalami awal pecah ledakan di posisi yang ditunjukkan oleh panah warna
merah yang kemudian retakan yang terjadi merambat cepat kearah kanan dan sekaligus ke arah
kiri seperti ditunjukkan oleh panah berwarna kuning. Retak yang menjalar ke kanan terhenti di
area sambungan las-lasan yang lebih tebal dan lebih kuat sehingga retakan tersebut berbelok
secara circumferential (keliling) seperti ditunjukkan arah panah warna kuning.
Selanjutnya perlu dilakukan root cause failure analysis untuk mencari akar penyebab kerusakan
dini pada tube boiler tersebut sehingga bisa dilakukan tindakan pencegahan agar kerusakan
serupa tidak terulang lagi di pengoperasian boiler yang akan datang.
POSISI SAMPEL DI TUBE BOILER SUPERHEATER INLET UNIT 2 YANG AKAN DIUJI
Sampel tube
Setelah dipotong
Titik A (1)
Titik B (2)
Titik C (3)
Metalografi Spesimen B (2) - Daerah Pinggir dari tube yang pecah (tipis)
Strukturmikro tube pada area ini masih memperlihatkan butir ferrite pearlite namun membentuk
flow line karena working stressnya melewati yield strength dan ultimate strength material tube
saat tube tersebut pecah (bursting).
PENGUJIAN KEKERASAN
Spesimen A (1)
Spesimen B (2)
Spesimen C (3)
Catatan: Dari hasil uji komposisi kimia pada tube boiler super heater tersebut, terlihat bahwa material
tube memenuhi spesifikasi material SA 213 T22.
IV. PEMBAHASAN
Untuk mencari root cause of failure-nya, digunakan diagram Ishikawa atau diagram
Fish bone seperti gambar di bawah ini:
Gambar . Fish bone diagram (root cause of failure)untuk menentukan akar penyebab kerusakan
dini pada tube boiler tersebut.
1. Kesalahan pembuatan/manufacturing:
2. Kesalahan material:
- Kesalahan dalam proses peleburan.
- Kesalahan proses pengecoran/penempaan.
- Kesalahan pengerjaan akhir (Finishing).
- Kontrol kualitas kurang baik.
- Diluar spesifikasi / standard yang berlaku.
Tidak ditemukan indikasi kesalahan material.
4. Kesalahan operasional :
- Overloading/overheating
- Pengaruh lingkungan yang melebihi kemampuan disainnya misal; korosi,
temperatur dan sebagainya.
- Kesalahan dalam pemeliharaan dan kurang teliti dalam pengawasan/inspeksi.
Tidak ditemukan adanya indikasi kesalahan operasional dan tidak ada indikasi
turunnya kwalitas air boiler.
Hipotesis:
Pola atau pattern tube bursting seperti kobra ini adalah merupakan indikasi
terjadinya short term overheating.
Adanya nyala api dari burner yang menyembur fokus pada suatu tube sehingga
terjadi hot spot lokal yang diikuti terjadinya pecah / open bursting.
Distribusi panas yang terjadi di dalam ruang bakar boiler menentukan posisi tube water
wall yang mengalami pecah/bursting. Oleh sebab itu perlu mendeteksi distribusi panas
dalam ruang bakar boiler misalnya dengan menggunakan telemetri yaitu dengan
infrared thermography atau memasang sensor thermocouple chordal dsbnya. Aliran
flue gas juga berpengaruh terhadap distribusi panas dalam ruang bakar dan itu bisa
dipelajari dengan menggunakan Simulasi Computational Fluid Dynamics (CFD).
Sangat penting juga untuk selalu memonitor effisiensi boiler, konsumsi bahan bakar
boiler, komposisi gas buang, kwalitas air boiler,kondisi tube maupun komponen boiler
lainnya dan distribusi panas di boiler karena faktor-faktor itu saling terkait dan bisa
menjadi indikasi awal bila mulai terjadi anomali.
Bila terjadi low water level, kegagalan semacam ini terjadi pada waterwall bagian atas
dekat steam drum.
Bila tube yang mengalami rupture hanya satu dan terjadi di tengah-tengah area tube-
tube yang tidak terkena pengaruh short term overheating, itu mengindikasikan adanya
kebuntuan (pluggage) atau adanya gangguan aliran fluida di dalam tube tersebut.
Kegagalan pada superheater dan reheater bisa terjadi pada boiler saat start-up
bila aliran steam ini terhalang.
Short-term overheating bisa terjadi ketika temperature tube naik melewati design limit-nya untuk
waktu yang relatif pendek. Sering terjadi temperature tube itu melebihi 730 oC. Kegagalan
semacam ini biasanya disebabkan oleh adanya boiler operation upset. Kondisi operasi boiler
yang mengarah ke terjadinya kegagalan short-term over heating ini adalah karena terjadi
kebuntuan pada tube (pluggage) secara parsiil atau secara total dan juga bisa terjadi karena
insufficient coolant flow sebagai akibat dari upset condition dari boiler dan/atau adanya
excessive fire-side heat input.
Operational upset pada boiler bisa terjadi antara lain bila burner mengalami keausan atau terjadi
kesalahan arah nyala api yang menjilat tube (flame impingement). Pada bagian dalam tube, bila
terjadi partial blockage akibat adanya benda asing (foreign object) atau debris atau tube
mengalami penyok akibat kejatuhan slag yang berat, maka aliran fluida dalam tube menjadi
terhambat dan itu bisa juga menyebabkan short term overheating. Selanjutnya, bila ada tube
yang bocor terlebih dahulu, maka aliran fluida juga akan berkurang sehingga di area down
stream juga bisa mengalami short term overheating,
Critical Factors :
Kejadian short-term overheating disebabkan oleh gabungan kondisi abnormal sesaat seperti
disebutkan diatas bisa ditelusuri dari tanda-tanda kejadian abnormal/anomali sebelum terjadi
kegagalan short-term overheating tersebut. Hal itu sangat penting sekali untuk mengidentifikasi
akar penyebab kegagalan tube tersebut.
Operating Procedure dan System Design harus diselidiki dengan seksama. Misalnya, apakah
kegagalan terjadi saat start-up atau shut-down? Apakah sebelumnya baru saja dilakukan acid-
cleaning? Apakah header atau U-bend (lengkungan berbentuk U) terisi penuh oleh debris
upstream ketika terjadi kegagalan? Apakah ada kegagalan tube lain yang terjadi tepat sesaat
sebelum timbulnya tube short-term overheating ini? Apakah sebelumnya ada perubahan firing-
pattern? Apakah sebelumnya terjadi unusually large load swing? Apakah water level
sebelumnya masih normal? Apakah dilakukan blow down yang berlebihan (unusually severe)
sebelum atau ketika saat terjadi kegagalan?
Kegagalan short-term overheating yang terjadi sangat cepat ini menyebabkan terjadinya violent
rupture dan tubenya menjadi bengkok total bersudut 90o dan terjadi juga secondary metal
tearing seperti ditunjukkan pada gambar-gambar diatas. Pada ujung rupture terjadi penipisan
tube berbentuk knifelike.
kenaikan temperature lokal yang tinggi yang tidak normal dan pengujian kekerasan untuk
mendeteksi pengaruh short term overheating terhadap kekerasan material tube.
Factor lain yang mendukungnya adalah ekspansi tube yang uniform diluar area bursting, tidak
adanya deposit internal yang signifikant, absennya lapisan magnetite (Fe3O4)yang terbentuk
secara thermal, dan adanya violent rupture.
Pencegahan :
Bila dicurigai terjadi restricted coolant flow, maka perlu diperiksa kondisi drum, header, U-bend,
long horizontal run, dan area-area lain yang bisa menyebabkan terjadinya akumulasi debris.
Selanjutnya kondisi itu dibersihkan. Metoda pemeriksaannya antara lain bisa menggunakan
borescope panjang, X-ray dllnya.
Drum water level, prosedur firing, blow down, dan start-up harus dimonitor secara seksama.
Ekstra kecurigaan harus ditingkatkan bila kegagalan short-term overheating ini terjadi segera
setelah terjadinya kegagalan lain di boiler tersebut.
Tube-tube lainnya yang tidak pecah tidak perlu selalu diganti dan mechanical properties-nya
tidak selalu menjadi turun drastis.
Bila trip otomatis disetel pada temperature 590oC, maka kondisi tersebut bisa dianalisis sebagai
berikut :
Dengan mengacu ke ASME Code Section 1, Power Boilers, maka allowable stress pada
temperature 590oC tersebut adalah sekitar 4200 psi. Sedangkan circumferential stress yang
terjadi pada tube tersebut bisa dihitung dengan rumus sebagai berikut :
= (p.D) / 2t
Bila data operating pressure, Diameter, dan tebal tube existing dimasukkan dalam rumus
tersebut dengan menggunakan satuan yang sesuai, maka hasil working stress-nya akan
dibawah nilai allowable stress (4200 psi). Sebagai catatan, tube SSH ini masih mempunyai
allowable stress sebesar 1600 psi pada temperature 649oC. Dengan mengacu ke ASME Code
Section 1, Power Boilers, maka tube tidak direkomendasikan untuk beroperasi diatas
temperature 649oC tersebut. Bila terjadi short term overheating, maka temperature tube saat
terjadi kegagalan adalah jauh lebih tinggi lagi, bisa mencapai lebih dari 800oC. Maka
penyetelan trip otomatis pada temperature 590oC adalah masih memungkinkan selama
working stressnya lebih rendah dari allowable stress (sekitar 4200 psi).
2. Hindari terjadinya upset pada pengoperasian boiler. Kondisi saat ini boiler telah
beroperasi normal, ini menunjukkan bahwa penyebab terjadinya short term
overheating telah bisa diatasi dengan baik.
3. Bila dicurigai terjadi restricted coolant flow, maka perlu diperiksa kondisi drum,
header, U-bend, long horizontal run, dan area-area lain yang bisa menyebabkan
terjadinya akumulasi debris. Selanjutnya kondisi itu dibersihkan, termasuk
mengecek apakah spray nozzle attemperator mengalami pecah yang bisa
menyumbat tube sehingga bisa menyebabkan terjadinya kegagalan tube yang
4. Drum water level, prosedur firing, blow down, dan start-up harus dimonitor secara
seksama.
6. Tube-tube lainnya yang tidak pecah tidak perlu selalu diganti dan mechanical
properties-nya tidak selalu menjadi turun drastis, lakukan inspeksi yang tepat.
8. Untuk mendeteksi distribusi panas dalam ruang bakar boiler bisa digunakan
metode pengukuran jarak jauh (telemetri) dengan menggunakan infrared camera
atau memasang thermocouple atau memasang sensor accoustic untuk mengukur
distribusi temperature di ruang bakar secara tiga dimensi.
-oOo-
REFERENSI
-oOo-
LAMPIRAN 1