Anda di halaman 1dari 35

PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok.

:
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : i dari 28

LEMBAR PENGESAHAN

Unit : Unit 2 PLTU Indramayu


Jenis Proyek : Assessment Boiler PLTU Unit 2 Indramayu
Tanggal Pelaksanaan : 08 – 29 April 2021
No. Laporan : 0032/P/M/IPPP/IV/2021
1. Laporan ke PT.PJB
Dibuat untuk : 2. Laporan ke PT PJB O&M Indramayu
3. Arsip

Disusun oleh: Disusun oleh:


Engineer Inspeksi & Pengujian Peralatan Assistant Engineer Inspeksi & Pengujian
Pembangkit Peralatan Pembangkit

Rio Pudjidarma S Habdhimas Tunjung S

Diperiksa,
Manajer Inspeksi & Pengujian Peralatan Pembangkit

Andy Wahyu Arianto

Surabaya, 30 Mei 2021

Mengetahui,
Kepala Bidang Technical Support

Andi Setyawan

i
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : ii dari 28

EXECUTIVE SUMMARY

Scope pelaksanaan assessment boiler PLTU Unit 2 Indramayu dilakukan pada area Furnace, Platen
Superheater, Primary Superheater, Secondary Superheater, Primary Reheater, Secondary Reheater, Steam
Drum, Deadzone area dan Pipeline Phosphate.
Assesment pada tube Boiler salah satunya dilakukan dengan metode thickness mapping. Assesment
yang dilakukan di area Furnace waterwall mengambil sampling sebanyak 1512 titik pada waterwall tube
pada 11 elevasi. Pada area furnace burner lips dilakukan sampling sebanyak 1536 titik. Pada area bottom
slope dilakukan sampling total sebanyak 1242 titik. Pada area nose dilakukan sampling total sebanyak 203
titik. Pada area sootblower furnace dilakukan sampling total sebanyak 1494 titik. Primary Superheater
dilakukan sampling total sebanyak 447 titik pada 2 area (primary superheater upper dan lower). Pada area
Secondary Superheater dilakukan sampling tube sebanyak 468 titik. Pada area Backpass Walltube dilakukan
sampling tube sebanyak 87 titik. Pada area Screen Walltube dilakukan sampling tube sebanyak 96 titik.
Pada area Primary Reheater dilakukan sampling thickness total sebanyak 924 titik pada 4 area. Pada area
Secondary Reheater dilakukan sampling sebanyak 300 titik. Pada area Platen Superheater dilakukan
sampling tube sebanyak 1620 titik. Pada Area Economizer dilakukan sampling sebanyak 199 titik. Pada
area sootblower backpass (Primary Superheater, Economizer dan Primary Reheater) dilakukan sampling total
sebanyak 468 titik. Pada steam drum dilakukan sampling sebanyak 36 titik. Pada line Phosphate dilakukan
sampling sebanyak 21 titik. Dari hasil pengambilan sampling diketahui bahwa tube masih normal dan masih
berada diatas MWT (Minimum Wall Thickness).
Beberapa highlight yang didapatkan dari inspeksi dan pengujian area Boiler:
1. Ketebalan rata-rata tube waterwall sepanjang 11 elevasi cenderung seragam di nominal 7.00mm,
tidak terdapat elevasi yang memiliki laju penipisan yang signifikan lebih besar. Nilai terendah
ditemukan pada elevasi 9 dengan nilai 6.39mm terhadap MWT sebesar 4.75mm.
2. Tube area burner lips menjadi lokasi dengan thinning rate yang besar yang diakibatkan aliran coal
fuel (fire side). Nilai ketebalan tube terendah pada furnace burner lips ditemukan 5.92mm (A3 dan
B3). Karena belum mencapai 70% MWT (best practice Babcock & Wilcox), maka diperkirakan masih
dapat dioperasikan hingga periode inspeksi berikutnya. Perlu untuk mulai merencanakan
perbaikan metode overlay pada inspeksi berikutnya.
3. Kualitas refractory menentukan umur operasi (besar laju penipisan) tube area burner lips.
4. Burner ditemukan banyak yang mengalami deformasi dan retak pada sambungan las: body, support
dan guide plate.
5. Tube Sootblower Furnace dari sisi ketebalan tube masih diatas nilai MWT (Minimum Wall Thickness)
sehingga masih aman untuk dioperasikan.
6. Tube Primary Superheater dari sisi ketebalan tube masih diatas nilai MWT (Minimum Wall Thickness)
sehingga masih aman untuk dioperasikan.
7. Tube Secondary Superheater, Primary Reheater, Secondary Reheater, Backpass Walltube, Screen
Waltube, Economizer area dan Steam Drum dari sisi ketebalan tube dan ketebalan dinding masih
diatas nilai MWT (Minimum Wall Thickness) sehingga masih aman untuk dioperasikan.

ii
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : iii dari 28

8. Tube area Sootblower Backpass dari sisi ketebalan tube masih diatas nilai MWT (Minimum Wall
Thickness) sehingga masih aman untuk dioperasikan.
9. Pipeline Phosphate memiliki nilai ketebalan terendah 2.35mm (titik 12) dengan nilai nilai MWT
(Minimum Wall Thickness) 1.65mm.
10. Hasil pengujian Magnetic Particle Inspection tidak ditemukan adanya indikasi cacat pada area
deadzone, burner lips dan bottom slope.
11. Tidak ditemukan adanya cacat mikroskopik dari pengujian metalografi di seluruh area Boiler.
Degradasi material cenderung normal dan aman untuk digunakan kembali.
12. Perbaikan kualitas refractory area sootblower dan memastikan seluruh sootblower dapat dioperasikan
secara berkala untuk mencegah terbentuknya slag pada lubang sootblower.
13. Perlu dilakukan RLA level 3 yaitu uji creep pada tube Platen SH untuk dapat mengetahui lebih detail
nilai umur sisa pada tube area tersebut.
14. Perbaikan dinding, atap dan isolasi area deadzone untuk mengurangi kebocoran panas dan flue gas
ke lingkungan.

Pengujian In-situ metallography pada area Primary Superheater, Primary Reheater, Secondary
Superheater, Secondary Reheater, Economizer, Furnace dan Platen. Pengujian In-situ metallography bertujuan
untuk mengetahui adanya cacat dan tingkat degradasi pada struktur mikro pada material tersebut. Dari hasil
pengujian In-situ metallography yang dilakukan tidak ditemukan adanya cacat mikroskopik diseluruh area
boiler. Degradasi material cenderung normal dan aman untuk digunakan kembali.

Beberapa temuan saat dilakukan visual inspection:


a. Furnace
- Pada area bottom slope terdapat kerusakan permukaan sisi luar walltube oleh benturan (dent)
yang menyebabkan penyempitan penampang tube (kedalaman deformasi diperkirakan hingga
sepertiga luas diamater tube). Hal ini dapat menyebabkan perubahan kecepatan aliran yang
berisiko percepatan laju penipisan. Dent ini kemungkinan terjadi akibat proses pemeliharaan dan
jatuhnya slag, sehingga perlu dilakukan kajian lebih lanjut sebagai bentuk mitigasi kegagalan
kerusakan dent pada area bottom slope furnace.
- Setelah dilakukan scanning thickness, direkomendasikan untuk dilakukan retubing parsial pada :
 Tube 69 (Rearwall)
 Tube 70 (Rearwall)
 Tube 40 (Frontwall)
 Serta 3 buah buah tube dilakukan build up sepanjang marking yang telah diberikan.
- Bottom slope sisi selatan timur terdapat 3 buah buah tube secara visual tererosi dengan nilai
terendah 4.96mm sehingga perlu dilakukan monitoring pada OH selanjutnya.
- Pada area burner lips ditemukan Slag terbentuk sangat parah di sekitar area burner dan lubang
sootblower.
b. Primary Superheater
- Terlihat ada indikasi Fretting antara tube PSH dengan Eco Hanger tube, perlu dilakukan perbaikan
kondisi fretting yang terjadi di Primary SH upper bundle.

iii
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : iv dari 28

c. Secondary Superheater
- Shielding plate banyak yang ditemukan mengalami kerusakan.
- Material saat ini menggunakan SS304. Karena kerusakan yang terjadi bukan hanya di sambungan
las namun juga body dari shield plate.
- Nesting yang terbentuk pada area Platen hingga Secondary RH, secara visual dapat menyebabkan
penipisan (korosi tube) sisi luar.
- Sebaiknya dilakukan kajian finansial untuk perencanaan up grade ke material SS 316.
d. Primary Reheater
- Tube/selubung Themorcouple pada area PRH 4 sisi timur tidak ada.
- Refractory pada sisi elbow sisi selatan area Primary RH 2 ditemukan pecah.
e. Secondary Reheater
- Banyak refractory pada SootBblower area Platen hingga Secondary RH yang pecah.
- Las pada clamp Shielding plate retak.

iv
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : v dari 28

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................................................... i

EXECUTIVE SUMMARY ..................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................... vii

I. PENDAHULUAN.......................................................................................................................... 1
I.1. Latar Belakang .................................................................................................................... 1
I.2. Tujuan ............................................................................................................................... 1
II. DATA-DATA UNIT ..................................................................................................................... 2
II.1. Spesifikasi Teknis Boiler ....................................................................................................... 2
II.2. Data Pemeliharaan ............................................................................................................. 3
II.3. Referensi Teknis ................................................................................................................ 3
III. RUANG LINGKUP PEKERJAAN ..................................................................................................... 4
III.1. Pekerjaan Assessment yang dilakukan .................................................................................. 4
III.2. Proses Magnetic Test.......................................................................................................... 4
III.3. Proses UT Thickness Test.................................................................................................... 5
III.4. Proses Hardness Test ......................................................................................................... 6
III.5. Proses Insitu Metalography ................................................................................................. 6
III.6. Analisa Struktur Mikro ........................................................................................................ 6
IV. PELAKSANAAN PEKERJAAN ........................................................................................................ 9
IV.1. Lokasi............................................................................................................................... 9
IV.2. Waktu ............................................................................................................................. 9
IV.3. Pelaksana Pekerjaan .......................................................................................................... 9
IV.4. Metode & Peralatan ........................................................................................................... 9
V. HASIL PEKERJAAN .................................................................................................................. 10
V.1. Thickness Measurement .................................................................................................... 10
V.1.1 Furnace Waterwall ..................................................................................................... 10
V.1.2 Burner Lips ............................................................................................................... 11
V.1.3 Bottom Slope dan Nose .............................................................................................. 12
V.1.4 Sootblower Furnace ................................................................................................... 12
V.1.5 Primary Superheater area ........................................................................................... 12
V.1.6 Secondary Superheater area ....................................................................................... 13
V.1.7 Platen Superheater .................................................................................................... 15
V.1.8 Backpass Walltube dan Screen Walltube ....................................................................... 16
V.1.9 Primary Reheater Area ............................................................................................... 16
V.1.10 Secondary Reheater Area .......................................................................................... 18
V.1.11 Economizer Area...................................................................................................... 19
V.1.12 Sootblower Backpass ................................................................................................ 19

v
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : vi dari 28

V.1.13 Steam Drum Area .................................................................................................... 20


V.1.14 Pipeline Phosphate ................................................................................................... 20
V.2. Magnetic Test ................................................................................................................... 20
V.3. In-situ Metallography ......................................................................................................... 21
V.4. Hardness Testing............................................................................................................... 22
V.6. Visual Inspection ............................................................................................................... 23
VI. KESIMPULAN & REKOMENDASI ................................................................................................ 25
VI.1. Kesimpulan .................................................................................................................... 25
VI.2. Rekomendasi ................................................................................................................... 26

vi
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : vii dari 28

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Layout Boiler PLTU Indramayu .............................................................................................2


Gambar 2. Proses Magnetic Test ........................................................................................................4
Gambar 3. Proses UT Thickness ..........................................................................................................5
Gambar 4. Proses In-situ metallography ................................................................................................6
Gambar 5. Stadium degradasi menurut kriteria Toft & Marsden.................................................................7
Gambar 6. Creep Damage Correlation ...................................................................................................7
Gambar 7. Lokasi Inspeksi area Furnace .............................................................................................. 10
Gambar 8. Grafik Deteriorasi Furnace Waterwall tube ............................................................................ 11
Gambar 9. Lokasi Inspeksi area Burner Lips ......................................................................................... 11
Gambar 10. Lokasi Inspeksi area Bottom Slope dan Nose ....................................................................... 12
Gambar 11. Lokasi Inspeksi area Primary Superheater ........................................................................... 13
Gambar 12. Grafik Nilai thickness Primary Superheater .......................................................................... 13
Gambar 13. Lokasi Inspeksi area Secondary Superheater ....................................................................... 14
Gambar 14. Grafik Nilai thickness area Secondary superheater ............................................................... 14
Gambar 15. Lokasi Inspeksi area Platen Superheater ............................................................................. 15
Gambar 16. Lokasi Inspeksi Screen walltube area Secondary SH dan Secondary RH................................... 15
Gambar 17. Grafik Summary Nilai thickness Screen Walltube dan Backpass Walltube ................................. 16
Gambar 18. Lokasi Inspeksi area Primary Reheater ............................................................................... 17
Gambar 19. Grafik Summary Nilai thickness tube Primary Reheater ......................................................... 18
Gambar 20. Lokasi Inspeksi area Secondary Reheater ........................................................................... 18
Gambar 21. Grafik summary nilai thickness Secondary Reheater ............................................................. 18
Gambar 22. Lokasi Inspeksi area Economizer ....................................................................................... 19
Gambar 23. Grafik summary Nilai thickness tube Economizer area........................................................... 19
Gambar 24. Lokasi inspeksi area Steam Drum ...................................................................................... 20
Gambar 25. Hasil Magnetic Particle Inspection (MPI) area Deadzone ....................................................... 21

vii
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 1 dari 28

I. PENDAHULUAN

I. 1. LATAR BELAKANG
Dengan adanya jadwal pekerjaan overhaul tipe ME PLTU #2 Indramayu dengan durasi 47 hari, maka
dilakukan juga assessment bidang mekanik pada area boiler pada tanggal 08 – 29 April 2021. Scope
assessment yang dilaksanakan meliputi pengujian visual inspection, thickness test, hardness test, in-situ
metallography, magnetic test dan penetrant test.

I. 2. TUJUAN
Tujuan dilakukan assessment pada PLTU #2 Indramayu adalah untuk mengetahui kondisi part-part
critical boiler. Sehingga data-data yang didapat kemudian bisa menjadi salah satu dasar bahwa peralatan
aman untuk dioperasikan hingga inspeksi selanjutnya, serta dasar penyusunan langkah pemeliharaan dan
perbaikan pada inspeksi berikutnya. Dengan assessment bidang mekanik ini diharapkan dapat menghindari
over run cost dan kondisi unit yang selalu prima saat beroperasi.

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 2 dari 28

II. DATA-DATA UNIT

II. 1. Spesifikasi Teknis Boiler


Coal-Fired, subcritical pressure, single furnace, natural circulation, single drum, radiant
wall outdoor type.
Manufaktur : Babcock & Wilcock Beijing Company, Ltd.
Type : -
Tahun : 2011
SD Pressure : 19,7 MPa(g)
Steam Flow : 1.050 t/h
Steam Temp : 543 oC
Reheat flow : 929,4 t/h

Gambar 2. Layout Boiler PLTU Indramayu

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 3 dari 28

II. 2. Data Pemeliharaan


Di tahun 2021 ini terdapat pekerjaan overhaul tipe Mean Inspection pada PLTU Unit #2 Indramayu,
sehingga pekerjaan RLA Level 2 oleh tim RLA Technical Support dapat dilakukan pada boiler pada
unit tersebut dengan memanfatkan durasi 22 hari efektif. Dengan proses assessment ini akan
diketahui kondisi kelaikan peralatan untuk dapat dioperasikan dengan aman serta untuk dapat
melakukan perencanaan dan penjadwalan untuk inspeksi/assessment berikutnya.

II. 3. Referensi Teknis


a. API Recommended Practice 573: Inspection of Fired Boilers and Heaters
b. ASME Section I: Power Boiler
c. ASME BPVC.II.D.M-2017 Section II: Materials
d. ASME Section V: Nondestructive Examination
e. N. French, Metallurgical Failures In Fossil Fired Boilers, 2nd Edition, John Wiley & Sons, Inc
f. L.H. Toft & R.A. Marsden, (1961): Structural Processes in Creep
g. VTT Publications, (1996): Microstructural Degradation of Boiler Tube Steels Under Long Term
Exposure to High Temperature

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 4 dari 28

III. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

III. 1. Pekerjaan Assessment Yang Dilakukan


Berikut menjelaskan tentang garis besar pekerjaan yang dilakukan
No Peralatan Area Pengujian
Furnace UT-Thickness, Insitu Metallography, Hardness Test, Visual
Insp.
Primary Superheater UT-Thickness, Insitu Metallography, Hardness Test, Visual
Insp.
Primary Reheater UT-Thickness, Insitu Metallography, Hardness Test, Visual
Insp.
Secondary UT-Thickness, Insitu Metallography, Hardness Test, Visual
1 Boiler Superheater Insp.
Secondary Reheater UT-Thickness, Insitu Metallography, Hardness Test, Visual
Insp.
Economizer UT-Thickness, Insitu Metallography, Hardness Test, Visual
Insp.
Platen UT-Thickness, Insitu Metallography, Hardness Test, Visual
Insp.
Deadzone Magnetic Test, Insitu Metallography

III. 2. Proses Magnetic Test


1. Cleaning area yang akan dilakukan Magnetic Test
2. Visual cek kondisi aktual permukaan area pengujian
3. Kalibrasi Yoke
4. Semprotkan magnaglo pada area yang sudah di-cleaning
5. Visual akan adanya indikasi cacat

Gambar 2. Proses Magnetic Test

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 5 dari 28

III. 3. Proses UT Thickness Test


1. Cleaning area yang akan dilakukan UT Thickness
2. Kalibrasi alat Olympus 38 DL menggunakan calibration block

3. Posisikan Probe pada area yang akan di-inspeksi

4. Pastikan data ketebalan aktual pada benda uji terbaca oleh alat Olympus 38 DL
5. Catat data ketebalan aktual yang tertera pada alat Olympus 38 DL
6. Membandingkan data dengan nilai MWT tube yang telah dihitung dengan formula sesuai ASME
BPV Section 1 sebagai berkut:

Gambar 3. Proses UT Thickness

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 6 dari 28

III.4. Proses Hardness Test


1. Cleaning/grinding area yang akan dilakukan Hardness Test
2. Kalibrasi Alat Hardness Test sebelum digunakan
3. Tempelkan probe pada area yg akan dicek kekerasanya
4. Hasil pengecekan kekerasan material akan tertera pada layar alat

III. 5. Proses Insitu Metalography


1. Grinding area tube yang akan diambil replika
2. Lakukan proses polishing setelah grinding dilakukan
3. Oleskan cairan Etsa / Aqua Regia pada permukaan tube
4. Bersihkan dengan alkohol
5. Tempelkan replica foil yang sudah di semprotkan cairan Transcopy pada permukaan tube
6. Tunggu 4-5 menit kemudian lepaskan replica foil yang telah ditempel

Gambar 4. Proses In-situ metallography

III. 6. Analisa Struktur Mikro


Pengujian metalografi bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan atau degradasi struktur mikro
dari material logam (tube boiler dan part turbin) dari kondisi normalnya. Perubahan struktur mikro tersebut
terjadi akibat material logam tersebut digunakan pada lingkungan operasi bertemperatur tinggi dan beban
tegangan (strain load) yang tinggi. Terdapat 2 degradasi yang paling sering terjadi pada material logam,
terutama tube boiler, yaitu: creep dan sperodisasi. Evaluasi degradasi akibat paparan temperatur tinggi
terhadap struktur mikro mengacu pada kriteria Toft & Marsden sebagai berikut.

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 7 dari 28

Gambar 5. Stadium degradasi menurut kriteria Toft & Marsden

Creep atau mulur adalah kejadian dimana logam mengalami perubahan dimensi secara makro, dan
secara korelasi terlihat adanya perubahan pada struktur mikro-nya. Creep memiliki 2 variabel, yaitu:
Temperatur kerja dan beban (strain). Berikut adalah proses tahapan logam menuju kegagalan creep.

Gambar 6. Creep Damage Correlation

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 8 dari 28

Untuk tahapan kegagalan material akibat fenomena creep, digunakan referensi Neubauer sebagai berikut:

Grade Microstructure Picture


0 New Material
1 Normal (no cavities)

2 Presence of Isolated microcavities

3 Presence of directional oriented cavities

4 Presence of microcracks

5 Presence of macrocracks

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 9 dari 28

IV. PELAKSANAAN PEKERJAAN


IV. 1. Lokasi
Unit 2 PLTU Indramayu

IV. 2. Waktu
Pekerjaan assessment dilakukan oleh PT PJB Satuan Teknologi pada tanggal 08 – 29 April 2021

IV. 3. Pelaksana Pekerjaan


No Nama Jabatan
1 Rio Pudjidarma S Engineer Inspeksi dan Pengujian Peralatan Pembangkit
2 Habdhimas Tunjung S Assistant Engineer Inspeksi dan Pengujian Peralatan Pembangkit
3 Rizky Tirta Ganda Junior Engineer Inspeksi dan Pengujian Peralatan Pembangkit
4 Edy Prayitno Junior Engineer Inspeksi dan Pengujian Peralatan Pembangkit
5 M. Fatoni Outsource RLA PT. BAT
6 Suaib Outsource RLA PT. BAT
7 Andi Hermansyah Outsource RLA PT. BAT
8 Muchammad Zamzami K3 PT. BAT
Elamin

IV. 4. Metode & Peralatan


No Metode Peralatan
1 UT-Thickness Olympus 38DL+
2 Hardness Test Novotest T-U3
3 In-Situ Metallography Struers Transpol 5
4 Penetrant Test Magnaflux Penetrant Test set
5 Magnetic Particle Inspection Yoke dan Magnaglo MPI Set

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 10 dari 28

V. HASIL PEKERJAAN

V.1. Thickness Measurement


Thickness mapping adalah pengujian utama Boiler untuk memastikan tube dan pipe dalam kondisi
yang aman untuk dioperasikan. Assesment yang dilakukan di area Furnace waterwall mengambil sampling
sebanyak 1512 titik pada waterwall tube pada 11 elevasi. Pada area furnace burner lips dilakukan sampling
sebanyak 1536 titik. Pada area bottom slope dilakukan sampling total sebanyak 1242 titik. Pada area nose
dilakukan sampling total sebanyak 203 titik. Pada area sootblower furnace dilakukan sampling total sebanyak
1494 titik. Primary Superheater dilakukan sampling total sebanyak 447 titik pada 2 area (primary
superheater upper dan lower). Pada area Secondary Superheater dilakukan sampling tube sebanyak 468
titik. Pada area Backpass Walltube dilakukan sampling tube sebanyak 87 titik. Pada area Screen Walltube
dilakukan sampling tube sebanyak 96 titik. Pada area Primary Reheater dilakukan sampling thickness total
sebanyak 924 titik pada 4 area. Pada area Secondary Reheater dilakukan sampling sebanyak 300 titik. Pada
area Platen Superheater dilakukan sampling tube sebanyak 1620 titik. Pada Area Economizer dilakukan
sampling sebanyak 199 titik. Pada area sootblower backpass (Primary Superheater, Economizer dan Primary
Reheater) dilakukan sampling total sebanyak 468 titik. Pada steam drum dilakukan sampling sebanyak 36
titik. Pada line Phosphate dilakukan sampling sebanyak 21 titik. Dari hasil pengambilan sampling diketahui
bahwa tube masih normal dan masih berada diatas MWT ( Minimum Wall Thickness). Hasil pengukuran
ketebalan tube ditulis dalam sertifikat pengujian (Form Uji) yang dilampirkan dalam laporan ini.

V.1.1 Furnace Waterwall


Pada waterwall tube furnace dilakukan thickness mapping sepanjang 11 elevasi dengan total jumlah
sampling sebanyak 1512 titik. Lokasi pengambilan data diilustrasikan pada Gambar 7 berikut:

Inspected Area

Gambar 7. Lokasi inspeksi area furnace

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 11 dari 28

Nilai Minimum Wall Thickness (MWT) waterwall didapatkan dari perhitungan sebesar 4.75mm. Nilai
ketebalan tube terendah pada furnace waterwall ditemukan 6.39mm (pada sisi utara elevasi 9). Grafik yang
menyunjukkan penurunan ketebalan furnace waterwall tube dari tahun 2018 - 2021 ditunjukkan pada Gambar
8 berikut. Hasil pengambilan data pengujian thickness test secara detail dilampirkan pada form uji.

Gambar 8. Grafik Deteriorasi Furnace Waterwall tube

Dari grafik diatas dapat disimpulkan:


1. Ketebalan rata-rata tube waterwall cenderung seragam di nominal 7.00mm.
2. Nilai terendah ditemukan pada elevasi 9 dengan nilai 6.39mm.
3. Nilai ketebalan menunjukkan kondisi masih jauh diatas nilai MWT, sehingga aman untuk dioperasikan
kembali.

V.1.2 Burner Lips


Tube area Burner Lips dilakukan thickness test dengan jumlah sampling total sebanyak 1536 titik. Lokasi
dan posisi pengambilan data diilustrasikan Gambar 9 dibawah.

Gambar 9. Lokasi Inspeksi area Burner Lips

Nilai Minimum Wall Thickness (MWT) burner lips didapatkan dari perhitungan sebesar 4.75mm. Nilai
ketebalan tube terendah pada furnace burner lips ditemukan 5.92mm (A3 dan B3). Secara umum nilai
ketebalan masih normal dan berada diatas MWT. Hasil pengambilan data pengujian thickness test dilampirkan
pada form uji.

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 12 dari 28

V.1.3 Bottom Slope dan Nose


Tube area Bottom Slope dilakukan thickness test dengan jumlah sampling total sebanyak 1242 titik,
sedangkan tube area nose dilakukan thickness test dengan jumlah sampling total sebanyak 203 titik. Lokasi
dan posisi pengambilan data diilustrasikan Gambar 10 dibawah.

Gambar 10. Lokasi Inspeksi area Bottom Slope dan Nose

Dengan nilai Minimum Wall Thickness (MWT) Bottom Slope dan Nose adalah 4.75mm, ketebalan tube
terendah pada bottom slope ditemukan 6.20mm, sedangkan nilai ketebalan tube terendah pada nose
ditemukan 6.60mm. Secara umum nilai ketebalan masih normal dan berada diatas MWT. Hasil pengambilan
data pengujian thickness test dilampirkan pada form uji.

V.1.4. Sootblower Furnace


Tube area Sootblower Furnace diambil jumlah sampling total sebanyak 1494 titik. Nilai MWT Sootblower
furnace adalah sebesar 4.75mm, dan secara umum data thickness berada diatas nilai MWT. Dibawah ini
ringkasan hasil pengukuran thickness yang memiliki ketebalan terendah adalah sebagai berikut:
Area Thickness (mm) Sootblower Area Thickness (mm) Sootblower
Elevasi 8 5.74 AT-006 SRH A – SRH B 6.84 AT-025
Eleveasi 9 5.93 AT-007 SSH A – SSH B 6.55 AT-037
Elevasi 10 5.91 AT-010 Platen B – SSH A 6.25 AT-034
Elevasi 11 5.99 AT-015 Platen A – Platen B 6.53 AT-025
Platen B 6.38 AT-019

V.1.5. Primary Superheater Area


Tube area Primary superheater dilakukan thickness test dengan jumlah sampling total sebanyak 447 titik
yang diambil dari 2 area: Upper bundle dan Lower bundle. Lokasi dan posisi pengambilan data diilustrasikan
Gambar 11 dibawah.

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 13 dari 28

Inspected Area

Gambar 11. Lokasi Inspeksi area Primary Superheater

Perhitungan nilai MWT (Minimum Wall Thickness) menggunakan rumus dari ASME Section 1 adalah
4.05mm. Dari hasil pengambilan sampling thickness di area Primary SH ini didapat nilai terendah adalah
5.01mm pada upper bundle posisi elbow; dan 5.00mm pada lower bundle posisi elbow. Dan secara umum
nilai ketebalan tube masih normal dan masih berada diatas MWT. Grafik summary data ketebalan tube di
Primary SH (upper & lower) ditunjukkan pada Gambar 12 berikut.

Gambar 12. Grafik Nilai thickness Primary Superheater

V.1.6 Secondary Superheater Area


Tube area Secondary superheater dilakukan thickness test dengan jumlah sampling total sebanyak 468
titik dari 2 area/bundle. Lokasi dan posisi pengambilan data diilustrasikan sebagai berikut:

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 14 dari 28

Inspected Area

Gambar 13. Lokasi Inspeksi area Secondary Superheater

Perhitungan nilai MWT (Minimum Wall Thickness) dari tube Secondary SH menggunakan rumus dari
ASME Section 1 adalah 4.23mm. Dari hasil pengambilan sampling thickness di area Secondary SH diketahui
nilai ketebalan terendah adalah 5.22mm pada titik 4 posisi elbow inlet bank; dan 5.63mm pada titik 1 posisi
elbow outlet bank. Dan secara umum nilai ketebalan tube masih normal dan berada diatas MWT. Grafik data
ketebalan tube di Secondary SH ditunjukkan pada gambar 14 berikut.

Gambar 14. Grafik Nilai thickness area Secondary superheater

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 15 dari 28

V.1.7 Platen Superheater


Lokasi dan posisi pengambilan data di area Platen Superheater diilustrasikan sebagai berikut:

Gambar 15. Lokasi Inspeksi area Platen Superheater

Perhitungan nilai MWT (Minimum Wall Thickness) dari tube Platen SH menggunakan rumus dari ASME
Section 1 adalah 3.94mm, sedangkan MWT yang didapat dari perhitungan PLN Puslitbang adalah 5.10mm.
Dari hasil pengambilan sampling thickness di area Platen SH diketahui bahwa nilai ketebalan terendah yaitu
sebesar 5.37mm (elevasi 2 panel 8B). Dan secara umum nilai ketebalan tube masih normal dan berada
diatas MWT.

Gambar 16. Lokasi Inspeksi Screen walltube area Secondary SH dan Secondary RH

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 16 dari 28

V.1.8 Backpass Walltube dan Screen Walltube


Tube area backpass walltube dilakukan thickness test dengan jumlah sampling total sebanyak 87 titik,
sedangkan tube area screen walltube dilakukan thickness test dengan jumlah sampling total sebanyak 96 titik.
Lokasi dan posisi pengambilan data area screen walltube diilustrasikan pada Gambar 16.
Nilai Minimum Wall Thickness (MWT) Backpass Walltube didapatkan dari perhitungan sebesar 3.80mm
dan pada Screen Walltube sebesar 4.75mm. Nilai ketebalan tube terendah pada backpass walltube
ditemukan 4.70mm, sedangkan nilai ketebalan tube terendah pada screen walltube ditemukan 7.10mm.
Secara umum nilai ketebalan masih normal dan berada diatas MWT. Grafik data ketebalan tube ditunjukkan
pada gambar 17 berikut.

Gambar 17. Grafik Summary Nilai thickness Screen Walltube dan Backpass Walltube

V.1.9 Primary Reheater Area


Tube area Primary reheater dilakukan thickness test dengan jumlah sampling tube sebanyak 924 titik
dari 4 buah bundle/Area. Lokasi dan posisi pengambilan data area Primary RH diilustrasikan Gambar 18.
Perhitungan nilai MWT (Minimum Wall Thickness) dari tube Primary RH menggunakan rumus dari ASME
Section 1 adalah 2.00mm. Dari hasil pengambilan sampling thickness di area Primary RH didapat nilai
ketebalan terendah adalah 3.61mm (bundle/area 1 posisi elbow). Dan secara umum nilai ketebalan tube
masih normal dan masih berada diatas MWT. Grafik data ketebalan tube di Primary RH area 1-4 ditunjukkan
pada Gambar 19 berikut.

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 17 dari 28

Inspected Area

4
3
2
1

Gambar 18. Lokasi Inspeksi area Primary Reheater

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 18 dari 28

Gambar 19. Grafik Summary Nilai thickness tube Primary Reheater

V.1.10 Secondary Reheater Area


Tube area secondary reheater dilakukan thickness test dengan jumlah sampling total sebanyak 300 titik
dari 2 area. Lokasi dan posisi pengambilan data diilustrasikan sebagai berikut:

Inspected Area

Gambar 20. Lokasi Inspeksi area Secondary Reheater

Perhitungan nilai MWT (Minimum Wall Thickness) dari tube Secondary RH menggunakan rumus dari
ASME Section 1 adalah 2.75mm. Dari hasil pengambilan sampling thickness di area Secondary RH diketahui
nilai ketebalan terendah adalah 3.67mm (titik 4 posisi elbow). Dan secara umum nilai ketebalan tube masih
normal dan berada diatas MWT. Grafik data ketebalan tube di Secondary RH ditunjukkan pada gambar 21
berikut.

Gambar 21. Grafik summary nilai thickness Secondary Reheater

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 19 dari 28

V.1.11 Economizer Area


Area economizer dilakukan thickness test pada tube dengan jumlah sampling total sebanyak 199 titik.
Lokasi dan posisi pengambilan data diilustrasikan sebagai berikut:

Gambar 22. Lokasi Inspeksi area Economizer

Perhitungan nilai MWT tube Economizer menggunakan rumus dari ASME Section 1 adalah 3.67mm.
Hasil pengambilan sampling thickness di area Economizer didapat bahwa nilai ketebalan terendah sebesar
5.70mm, dan secara umum ketebalan tube di area ini masih normal dan masih berada diatas MWT. Grafik
data ketebalan tube di economizer ditunjukkan pada gambar 22 berikut.

Gambar 23. Grafik summary Nilai thickness tube Economizer area

V.1.12 Sootblower Backpass


Tube area Sootblower Backpass dilakukan thickness test dengan jumlah sampling total sebanyak 468
titik. Nilai Minimum Wall Thickness (MWT) Sootblower furnace didapatkan dari perhitungan sebesar 3.80mm.
Berikut tabel ringkasan hasil pengukuran thickness yang memiliki ketebalan terendah:
Area Thickness (mm) Sootblower
Primary Superheater 4.61 AT-029
Economizer 5.93 AT-037
Primary Reheater 5.91 AT-034
SRH B 4.50 AT-025
SRH A – SRH B 4.61 AT-019

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 20 dari 28

V.1.13 Steam Drum Area


Pada dinding Steam Drum dilakukan thickness test sebanyak 36 titik pengambilan data. Posisi
pengambilan data diilustrasikan pada Gambar 23 berikut:

Gambar 24. Lokasi inspeksi area Steam Drum

Pengujian thickness Steam Drum didapatkan nilai ketebalan tube terendah yaitu 146.25mm (Cap Side)
dan 151.51mm (Shell Side) dengan nilai MWT sebesar 116.00 mm. Hasil pengambilan data pengujian
thickness test secara detail dilampirkan pada form uji.

V.1.14 Pipeline Phosphate


Pipeline phosphate dilakukan thickness test dengan jumlah sampling total sebanyak 21 titik. Nilai
Minimum Wall Thickness line pipa ini didapatkan dari perhitungan sebesar 1.65mm. Nilai ketebalan tube
terendah pada pipeline phosphate ditemukan 2.35mm (titik 12). Telah terjadi penipisan lebih dari 1mm dari
nominal terpasang, sehingga direkomendasikan dilakukan penggantian.

V.2. Magnetic Test (Magnetic Particle Inspection)


Pengujian Magnetic test dilakukan pada sambungan las di dalam Waterwall tube furnace dan Steam
drum. Hasil pengujian penerant test dijabarkan secara lengkap dalam sertifikat pengujian (Form Uji) yang
dilampirkan dalam laporan ini. Summary pengujian MPI adalah sebagai berikut.
No Name of Part Hasil
1. HCP Front Wall Screen Upper Header Acceptable
2. Economizer Outlet Header Acceptable
3. Roof Inlet Header East Side Acceptable
4. Roof Inlet Header West Side Acceptable
5. Burner Lips Acceptable
6. Bottom Slope Acceptable
7. Steam Drum Acceptable

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 21 dari 28

Gambar 25. Hasil Magnetic Particle Inspection (MPI) area Deadzone

V.3. In-situ Metallography


Summary dari pengujian In-situ Metallography pada beberapa titik di area boiler ditampilkan dalam
tabel dibawah ini. Data visual mikro struktur tidak menunjukkan adanya cacat mikroskopik dengan tingkat
degradasi yang ringan kecuali area Platen, Secondary SH dan Secondary RH. Secara umum, material masih
aman digunakan kembali. Hasil pengujian in-situ metallography ditulis dalam sertifikat pengujian (Form Uji)
yang dilampirkan dalam laporan ini.
No Name of Part Hasil Keterangan
1. Furnace waterwall tube no. 30 Acceptable Stadium B/C Grade 2
2. Furnace waterwall tube no. 25 Acceptable Stadium B/C Grade 2
3. Primary Superheater Upper Tube no. 25 Acceptable Stadium B/C Grade 2
4. Primary Superheater Upper Tube no. 28 Acceptable Stadium B/C Grade 2
5. Primary Superheater Wall Tube no. 28 Acceptable Stadium C Grade 2
6. Primary Superheater Wall Tube no. 32 Acceptable Stadium C Grade 2
7. Hanger Tube no. 15 Acceptable Stadium C Grade 2
8. Hanger Tube no. 17 Acceptable Stadium C Grade 2
9. Primary Reheater Area 3 Tube no. 3 Acceptable Stadium B/C Grade 2
10. Primary Reheater Area 3 Tube no. 6 Acceptable Stadium B/C Grade 2
11. Economizer Tube no. 15 Acceptable Stadium B/C Grade 2
12. Economizer Tube no. 9 Acceptable Stadium B/C Grade 2
13. Steam Drum Shell Acceptable Stadium B/C Grade 2
14. Steam Drum Cap Acceptable Stadium B/C Grade 2
15. Burner Lips A1 Acceptable Stadium B/C Grade 2
16. Burner Lips A2 Acceptable Stadium B/C Grade 2
17. Secondary Superheater Tube no. 4 Acceptable Stadium C Grade 2
18. Secondary Superheater Tube no. 6 Acceptable Stadium C Grade 2
19. Secondary Reheater Tube no. 4 Acceptable Stadium C Grade 2
20. Secondary Reheater Tube no. 6 Acceptable Stadium C Grade 2
21. Platen Superheater Tube no. 18 Acceptable Stadium C/D Grade 2
22. Platen Superheater Tube no. 29 Acceptable Stadium C/D Grade 2

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 22 dari 28

V.4. Hardness Testing


Summary dari pengujian Hardness Testing pada tube boiler di beberapa area ditampilkan dalam tabel
dibawah ini. Terdapat penurunan hardness yang signifikan pada Secondary SH dan Platen. Secara umum,
data hardness test menunjukkan tube masih aman digunakan.
Actual Hardness Standard Hardness
No Name of Part Material
(HV) (HV)
1. Furnace waterwall tube no. 30 SA210 Gr.C 164 – 180 180 HV max
2. Furnace waterwall tube no. 25 SA210 Gr.C 164 – 180 180 HV max
3. Primary Superheater Upper Tube no. 25 12Cr1MoV 134 – 138 146 – 162 HV
4. Primary Superheater Upper Tube no. 28 12Cr1MoV 134 – 138 146 – 162 HV
5. Primary Superheater Wall Tube no. 28 15CrMo 168 – 179 146 – 162 HV
6. Primary Superheater Wall Tube no. 32 15CrMo 168 – 179 146 – 162 HV
7. Hanger Tube no. 15 12Cr1MoV 153 – 178 146 – 162 HV
8. Hanger Tube no. 17 12Cr1MoV 153 – 178 146 – 162 HV
9. Primary Reheater Area 3 Tube no. 3 SA210 Gr.C 128 – 142 146 – 162 HV
10. Primary Reheater Area 3 Tube no. 6 SA210 Gr.C 128 – 142 146 – 162 HV
11. Economizer Tube no. 15 SA210 Gr.C 104 – 120 146 – 178 HV
12. Economizer Tube no. 9 SA210 Gr.C 104 – 120 146 – 178 HV
13. Steam Drum Shell SA299 Gr. A - -
14. Steam Drum Cap SA299 Gr. A - -
15. Burner Lips A1 SA210 Gr.C 168 - 196 180 HV max
16. Burner Lips A2 SA210 Gr.C 168 – 196 180 HV max
17. Secondary Superheater Tube no. 4 SA213 – T91 145 – 166 176 – 255 HV
18. Secondary Superheater Tube no. 6 SA213 – T91 145 – 166 176 – 255 HV
19. Secondary Reheater Tube no. 4 12Cr1MoVG 132 – 141 124 – 162 HV
20. Secondary Reheater Tube no. 6 12Cr1MoVG 132 – 141 124 – 162 HV
21. Platen Superheater Tube no. 18 SA213 – T91 125 – 135 176 – 255 HV
22. Platen Superheater Tube no. 29 SA213 – T91 125 – 135 176 – 255 HV

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 23 dari 28

V.5. Visual Inspection


Berikut adalah summary dari pengujian Visual pada area boiler di beberapa area ditampilkan dalam
bentuk tabel dibawah ini.
No Area Kondisi Rekomendasi
Bottom Slope:
1. Kerusakan permukaan sisi luar walltube oleh Perlu dilakukan kajian lebih
benturan (dent) yang menyebabkan lanjut sebagai bentuk
penyempitan penampang tube (kedalaman mitigasi kegagalan.
deformasi diperkirakan hingga sepertiga luas
diamater tube). Hal ini dapat menyebabkan
perubahan kecepatan aliran yang berisiko
percepatan laju penipisan.
2. Dent ini kemungkinan terjadi akibat proses
pemeliharaan, dan saat operasi dengan
jatuhnya slag.
3. Setelah dilakukan scanning thickness,
direkomendasikan untuk dilakukan retubing
parsial pada :
- Tube 69 (Rearwall)
- Tube 70 (Rearwall)
- Tube 40 (Frontwall)
- Serta 3 buah buah tube dilakukan built
1. Furnace
up sepanjang marking yang telah Perlu dilakukan monitoring
diberikan. pada OH selanjutnya.
4. Bottom slope sisi selatan timur terdapat 3
buah buah tube secara visual tererosi
dengan nilai terendah 4.96mm.

Burner Lips:
Slag terbentuk sangat parah di sekitar area Perbaikan refractory dan
burner dan lubang sootblower. anchor.
Refractory rusak; anchor banyak yang habis
akibat terbakar dan tererosi aliran batubara. Perbaikan part burner yang
Ditemukan kerusakan pada Part burner yang rusak.
perlu dilakukan penggantian sebelum unit
dioperasikan kembali.

Area Nose:
Secara visual area Nose dalam kondisi baik,
tidak ditemukan adanya dent atau cacat lain.

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 24 dari 28

Primary SH Upper Bundle: Perlu segera dilakukan


Terlihat ada indikasi Fretting antara tube PSH mitigasi untuk mencegah
Primary
2. dengan Eco Hanger tube. terjadi kegagalan yang
Superheater
menyebabkan kebocoran
tube di lokasi ini.
Shielding plate banyak yang ditemukan Sebaiknya dilakukan kajian
mengalami kerusakan. finansial untuk
Material saat ini menggunakan SS304. Karena perencanaan up grade ke
kerusakan yang terjadi bukan hanya di material SS 316.
Secondary
3. sambungan las namun juga body dari shield
Superheater
plate.
Nesting yang terbentuk pada area Platen hingga
Secondary RH, secara visual dapat
menyebabkan penipisan (korosi tube) sisi luar.
Tube/selubung Themorcouple pada area PRH 4 Dilakukan pemasangan
Primary sisi timur tidak ada. selubung thermocouple
4.
Reheater Refractory pada sisi elbow sisi selatan area Perlu dilakukan perbaikan
Primary RH 2 ditemukan pecah refractory
Banyak refractory pada Sootblower area Platen Perlu dilakukan perbaikan
Secondary hingga Secondary RH yang pecah. refractory
5.
Reheater Perlu dilakukan pengelasan
Las pada clamp Shielding plate retak ulang.
Pipa mengalami korosi dengan jenis Corrosion Perlu dilakukan pemberian
Under Insulation (CUI). Jenis isolasi yang kurang coating sebelum
6. Line Phospate tepat dan kelembaban menjadi korosi pada line penggunaan thermal cloth
ini parah. untuk meminimalkan laju
korosi.

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 25 dari 28

VI. KESIMPULAN & REKOMENDASI

VI.1. Kesimpulan
Pengujian Remaining Life Assessment (RLA) yang dilakukan dalam beberapa metode pengujian
memiliki kesimpulan sebagai berikut:
1. Ketebalan rata-rata tube waterwall sepanjang 11 elevasi cenderung seragam di nominal 7.00mm,
tidak terdapat elevasi yang memiliki laju penipisan yang signifikan lebih besar. Nilai terendah
ditemukan pada elevasi 9 dengan nilai 6.39mm terhadap MWT sebesar 4.75mm.
2. Tube area burner lips menjadi lokasi dengan thinning rate yang besar yang diakibatkan aliran coal
fuel (fire side). Nilai ketebalan tube terendah pada furnace burner lips ditemukan 5.92mm (A3 dan
B3). Kualitas refractory dan anchor menentukan umur operasi (besar laju penipisan) tube area
burner lips.
3. Burner ditemukan banyak yang mengalami deformasi dan retak pada sambungan las: body, support
dan guide plate.
4. Tube Sootblower area Furnace dari sisi ketebalan tube masih diatas nilai MWT sehingga masih aman
untuk dioperasikan.
5. Tube Primary dan Secondary Superheater dari sisi ketebalan tube masih diatas nilai MWT sehingga
masih aman untuk dioperasikan.
6. Tube Primary Reheater, Secondary Reheater, Backpass Walltube, Screen Waltube, Economizer area
dan Steam Drum dari sisi ketebalan tube dan ketebalan dinding masih diatas nilai MWT sehingga
masih aman untuk dioperasikan.
7. Tube area Sootblower area Backpass dari sisi ketebalan tube masih diatas nilai MWT sehingga masih
aman untuk dioperasikan.
8. Pipeline Phosphate mengalami penipisan lebih dari 1mm dari tebal awal, dan memiliki nilai ketebalan
terendah 2.35mm (titik 12) dengan nilai nilai MWT 1.65mm.
9. Hasil pengujian Magnetic Particle Inspection tidak ditemukan adanya indikasi cacat pada area
deadzone, burner lips dan bottom slope.
10. Tidak ditemukan adanya cacat mikroskopik dari pengujian metalografi di seluruh area Boiler. Secara
umum, degradasi material cenderung normal dan aman untuk digunakan kembali. Namun area
Platen dan Secondary superheater mengalami degradasi struktur mikro berupa spheroidisasi cukup
parah dan diindikasikan dengan menurunnya nilai hardness secara signifikan.
11. Beberapa temuan saat dilakukan visual inspection:
f. Furnace
- Pada area bottom slope terdapat kerusakan permukaan sisi luar walltube oleh benturan (dent)
yang menyebabkan penyempitan penampang tube (kedalaman deformasi diperkirakan hingga
sepertiga luas diamater tube). Hal ini dapat menyebabkan perubahan kecepatan aliran yang
berisiko percepatan laju penipisan. Dent ini kemungkinan terjadi akibat proses pemeliharaan
dan jatuhnya slag saat operasi.
- Setelah dilakukan scanning thickness, direkomendasikan untuk dilakukan retubing parsial:
 Tube 69 (Rearwall)
 Tube 70 (Rearwall)

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 26 dari 28

 Tube 40 (Frontwall)
 Serta 3 buah buah tube dilakukan build up sepanjang marking yang telah diberikan.
- Tube pada Bottom slope sisi selatan timur terdapat 3 buah buah tube secara visual tererosi
dengan nilai terendah 4.96mm. sehingga perlu dilakukan monitoring pada OH selanjutnya.
- Pada area burner lips ditemukan Slag terbentuk sangat parah di sekitar area burner dan
lubang sootblower.
g. Primary Superheater
- Terlihat ada indikasi Fretting antara tube PSH dengan Eco Hanger tube, perlu segera
dilakukan mitigasi untuk mencegah terjadi kegagalan yang menyebabkan kebocoran tube di
lokasi ini.
h. Secondary Superheater
- Shielding plate banyak yang ditemukan mengalami kerusakan.
- Material saat ini menggunakan SS304. Karena kerusakan yang terjadi bukan hanya di
sambungan las namun juga body dari shield plate.
- Nesting yang terbentuk pada area Platen hingga Secondary RH, secara visual dapat
menyebabkan penipisan (korosi tube) sisi luar.
i. Primary Reheater
- Tube/selubung Themocouple pada area PRH 4 sisi timur tidak ada.
- Refractory pada sisi elbow sisi selatan area Primary RH 2 ditemukan pecah.
j. Secondary Reheater
- Banyak refractory pada Sootblower area Platen hingga Secondary RH yang pecah.
- Las pada clamp Shielding plate retak.

VI.2. Rekomendasi
Terdapat beberapa rekomendasi yang dapat disampaikan dari pengujian Remaining Life Assessment
(RLA) yang telah dilakukan:
1. Memperbaiki desain anchor dan kualitas refractory pada burner lips.
2. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut sebagai bentuk mitigasi kegagalan kerusakan dent pada area
bottom slope furnace.
3. Perlu dilakukan monitoring pada OH selanjutnya pada tube Bottom slope sisi selatan timur yang
mengalami penipisan/tererosi.
4. Perbaikan kondisi fretting yang terjadi di Primary SH upper bundle.
5. Perlu dilakukan kajian finansial untuk perencanaan up grade ke material SS 316 pada shield plate
area Secondary SH dan Secondary RH.
6. Perbaikan kualitas refractory area sootblower dan memastikan seluruh sootblower dapat dioperasikan
secara berkala untuk mencegah terbentuknya slag pada lubang sootblower.
7. Perlu dilakukan RLA level 3 yaitu uji creep pada tube Platen SH untuk dapat mengetahui lebih detail
nilai umur sisa pada tube area tersebut.
8. Perbaikan dinding, atap dan isolasi area deadzone untuk mengurangi kebocoran panas dan flue gas
ke lingkungan.

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 27 dari 28

9. Pada line phosphate perlu dilakukan pemberian coating sebelum penggunaan thermal cloth untuk
meminimalkan laju korosi. Melakukan uji thickness setiap 10 tahun.
10. Perbaikan koordinasi posisi scaffolding untuk memaksimalkan kualitas inspeksi.
11. Melakukan pengujian in-situ Metallography kembali minimal setelah 8.000 jam operasi terutama pada
Platen SH dan Secondary SH.

0032/P/M/IPPP/IV/2021
PT PJB – SATUAN TEKNOLOGI No. Dok. :
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
LAPORAN ASSESSMENT MEKANIK Tanggal :
BOILER - INDRAMAYU Halaman : 28 dari 28

LAMPIRAN

0032/P/M/IPPP/IV/2021

Anda mungkin juga menyukai