Seakan bom meledak mengguncang dunia tiba saatnya hitungan mundur telah usai
Ya Gor Tribuana menjadi saksi kala Aku jatuh cinta padamu untuk pertama kalinya
Ketika namamu dipanggil oleh Mereka, Kau maju ke atas panggung bak Orang yang disegani
Sorakan dan tepuk tangan mengiringi langkahmu. Ya , Kau lelaki pembawa doa
Aku bermetamorfosis dari fisik dan ibadah sembari berharap kepada Sang Membolak balik hati
Rasa ini tak tertahan lagi hingga Ku sampaikan ke telinga tangan kananku agar dinding tak mendengarnya
Sepertinya itu pilihan yang bias, hanya dalam hitungan menit rasa yang ada menyebar ke semua telinga
Ku pikir dirimu juga mendengarnya . Ada pepatah berkata “Rasa tak bisa dibohongi.
Saat kau jatuh cinta kau akan menjadi orang yang buta” Itulah yang kualami saat ini
Bergulirnya waktu dirimu tak luput dari pikiranku hingga mulutku hanya membicarakanmu
Ku lalui pasang surut pertentangan, pengkhianatan,emosi,dan egois demi dirimu. Namun apa yang
kudapat? Bak hujan meteor mengusik ketenangan malam yang damai,
Hiruk pikuk orang menyebutmu mencintai orang lain. Mereka memprovokasiku!!! Menghujaniku
kata kasar dan penghinaan. Aku rapuh dan terjatuh, mataku bengkak menangisimu Hingga akhirnya Aku
menyerah atas dirimu sebab pikiranku yang sempit merajalela mengingat omongan mereka
Titi mangsa: Muaro Sentajo, 25 Agustus 2020
Biodata narasi: Tasya Nurafifah Syifa Fitriyadi lahir di Batam, Kota Batam 3 Januari 2003. Anak kedua
dari tiga bersaudara. Alumni SMA Negeri Pintar Provinsi Riau Jurusan MIPA. Hobi membaca novel dan
menonton drama. Sebelumnya belum pernah mengikuti antalogi event menulis. Facebook; Tasyanurafifah
Instagram; @tnsf.y