Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Dentin pada gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar terdapat
perbedaan substansi dibanding dengan dentin gigi dengan pulpa yang masih vital. Hal
ini dikarenakan dentin pada gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar lebih
rapuh karena kehilangan kandungan air dan cross-linking kolagennya. Beberapa
penelitian juga melaporkan bahwa kehilangan integritas struktur gigi pasca perawatan
endodonti lebih berhubungan sebagai dampak dari preparasi akses dibanding dari
dampak perubahan-perubahan substansi dentin, dan hal itu yang menyebabkan angka
fraktur pada gigi yang telah dilakukan pengisian saluran akar lebih tinggi jika
dibandingkan dengan gigi vital. Preparasi menghasilkan peningkatan defleksi cusp
selama berfungsi, meningkatkan kemungkinan fraktur cusp dan celah mikro pada
margin restorasi sehingga dibutuhkan restorasi yang dapat meningkatkan integritas
struktur gigi yang diharapkan dapat meningkatkan prognosis gigi yang telah dirawat
endodonti dan tahan terhadap tekanan pengunyahan yang besar.14
Restorasi pada gigi yang telah mendapat perawatan endodonti menjadi salah satu
permasalahan yang menarik yang harus dihadapi oleh dokter gigi. Seperti yang telah
kita ketahui bahwa gigi yang telah dikakukan perawatan endodonti lebih rentan fraktur
dibanding gigi vital. Pada beberapa dekade yang lalu sampai pertengahan 1980-an,
pasak metal tuang menjadi pilihan utama sebagai restorasi gigi pasca perawatan
endodonti. Akan tetapi ada beberapa kelemahan dari sistem pasak ini seperti kehilangan
retensi dari pasak atau mahkota, potensial fraktur akar atau pasak, dan beresiko korosi.
Pasak ini memiliki komponen yang berbeda kekakuannya, komponen yang lebih rigid
dapat bertahan dari tekanan tanpa distorsi, namun tekanan tersebut akan disalurkan ke
komponen yang kurang rigid. Perbedaan modulus elastisitas dentin dan material pasak
dapat menjadi sumber tekanan pada gigi dan akan berakibat pada fraktur akar. Pada
awalnya dikatakan bahwa pasak memperkuat gigi pasca perawatan endodonti, tetapi
kemudian banyak penelitian yang melaporkan bahwa pasak dapat menjadi faktor
predisposisi fraktur akar sehingga penggunaan pasak ini hanya dapat bertahan
sementara, ditambah lagi biaya yang harus dikeluarkan pasien cukup tinggi, dan
Pada tahun 1992 sistem pasak Ultra High Moleculer Weight Polyethylene
(UHMWP) mulai dikomersialkan sebagai serat yang dapat memperkuat resin komposit
dan membangun kontruksi pasak dan inti. Teknik dalam sistem pasak ini dapat
meminimalkan fraktur dan kegagalan karena memiliki beberapa kelebihan. Tidak
memerlukan pelebaran tambahan pada saluran akar setelah perawatan endodonti
sehingga dapat menyelamatkan struktur dentin, mengurangi kemungkinan perforasi
akar. Karena sistem pasak ini beradaptasi ke dinding saluran akar dengan
memanfaatkan morfologi anatomi saluran akar dan undercut ntuk mendapatkan retensi
mekanik tambahan. Modulus elastisitasnya mendekati dentin dapat menciptakan suatu
kesatuan dentin-pasak-inti yang membuat penyaluran tekanan menjadi lebih baik.
Sistem pasak ini juga membolehkan transmisi cahaya sehingga dihasilkan estetis yang
baik. Serat polyethylene terdiri atas dua jenis yaitu leno-weave polyethylene fiber
(Ribbond®) dan braided polyethylene fiber (ConnectTM, Kerr) dan yang paling sering
digunakan adalah Ribbond.1,6,19-2
II
III
II
III
IV
- Sistem Adhesif
- Semen Luting dan
Pasak buatan Pasak customized dari pita Mekanisme
pabrik Polyethylene Reinforced fiber Perlekatannya
- Smear Layer
- Hybrid Layer
- Bentuk Anatomi
pasak zirconium
Sistem pasak dengan preparasi ferrule : Sistem pasak tanpa preparasi ferrule :
Static load