Anda di halaman 1dari 9

AKUNTANSI PERBANKAN DAN LPD

“Akuntansi Pinjaman Yang Diterima”

KELOMPOK 1:
Ni Putu Widiantari (1506305022)
Desak Made Dwi Januari (1506305026)
Luh Putu Gita Cahyani (1506305038)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2017

1
Sumber dana jangka panjang yang diterima oleh bank dalam neraca dicatat sebagai
pinjaman yang diterima. Pinjaman yang diterima adalah fasilitas pinjaman yang diterima dari
bank atau pihak lain termasuk dari Bank Indonesia, lembaga keuangan bukan bank, lembaga
keuangan luar negeri dan masyarakat umum baik dalam valuta rupiah ataupun valuta asing,
dan harus dilunasi bila jatuh tempo. Pengertian pinjaman diterima ini tidak termasuk
pinjaman subordinasi. Jenis pinjaman yang diterima umum berupa:
1. Pinjaman dari bank lain, yaitu pinjaman yang diperoleh dari bank lain.
2. Pinjaman dari luar negeri atau sering disebut Two Step Loan, yaitu pinjaman diterima
yang diperoleh melalui pemerintah RI (Departemen keuangan) dari lembaga
keuangan internasional.
3. Pinjaman Obligasi, adalah bukti hutang kepada investor (bondholder) yang dijamin
oleh lembaga penjamin efek, serta mengandung janji pembayaran bunga atau janji
lainnya serta pelunasan pokok pinjaman dilakukan pada tanggal jatuh tempo
sekurang-kurangnya tiga tahun sejak tanggal emisi.
4. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), yaitu pinjaman yang diterima dari Bank
Indonesia apabila Bank mengalami krisis likuiditas.
5. Pinjaman yang diterima dalam rangka pembiayaan bersama (sindikasi) satu atau
beberapa proyek.

1.1 Pencatatan Pinjaman Yang Diterima Dari Kreditor


Transaksi pinjaman yang di dahului dengan perjanjian antara pihak kreditor dengan
debitur. Perjanjian yang ditandatangani kedua belah pihak tak dapat dibatalkan secara sepihak
bila semua persyaratan telah dipenuhi. Perjanjian ini dalam akuntansi disebut komitmen.
Sebagai komitmen tagihan bank yang tak dapat dibatalkan, maka akan dicatat dalam rekening
administratifrupiah sisi debet dengan nama RAR fasilitas pinjaman diterima dan belum
digunakan.
Pencatatan komitmen tagihan ini akan diikuti pencatatan realisasi pinjaman, bila
pinjaman tersebut benar-benar direalisasikan. Pinjaman yang direalisasikan dicatat sebesar
nilai nominal yang ditarik oleh bank selaku debitur. Tentu saja pengkreditan rekening
pinjaman diterima harus diikuti pengkreditan RAR fasilitas pinjaman diterima dan belum
digunakan sebesar nilai realisasinya.

1.1.1 Pinjaman Yang Diterima Dari Bank Lain


Contoh:
1
1. Tgl 15 Juni 2003 Bank Permata telah menandatangani perjanjian kredit dengan Bank
Mitra Niaga Jakarta. Bank Permata bertindak sebagai penerima kredit (Debitur) dan
Bank Mitra Niaga bertindak sebagai pemberi kredit (Kreditor). Nilai kredit yang
disepakati Rp 1.000.000.000, suku bunga 12%pa. Jangka waktu 3 tahun.
2. Tanggal 1 Juli 2003 Bank Permata menarik kreditnya melalui Bank Indonesia senilai
Rp. 600.000.000 dan langsung didebetkan ke rekening milik Bank Permata di Bank
Indonesia Jakarta.
3. Tanggal 5 Bank Permata menarik kredit lagi di Bank Mitra Niaga Jakarta sebesar Rp
400.000.000 langsung didebetkan ke rekening Giro Bank Permata di Bank Mitra
Niaga.
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
15/6-2003 Dr. RAR Fas. Pinjaman yang diterima dan belum digunakan 1.000.000.000
1/7-2003 Cr. RAR. Fas. Pinjaman yang diterima dan belum 600.000.000
digunakan
Jurnal Dr. Giro BI 600.000.000
Cr. Pinjaman yang diterima 600.000.000
5/7-2003 Cr. RAR. Pinjaman yang diterima dan belum digunakan 400.000.000
Jurnal Dr. Giro – Bank Bank Lain 400.000.000
Cr. Pinjaman yang diterima 400.000.000

1.2 Pinjaman Two Step Loan


1. Pinjaman diberikan oleh lender sendiri atau dalam bentuk konsorsium kepada
Pemerintah RI
2. Pinjaman ditujukan kepada proyek-proyek yang bertujuan mengembangkan industri
kecil dan menengah yang menunjang perekonomian.
3. Pinjaman dapat berupa devisa, barang modal atau jasa/ tenaga ahli.
4. Pemerintah meneruskan pinjaman kepada Patricipating Financial Institution (PFI) yaitu
bank-bank dan LKBB dalam bentuk rupiah sehingga risiko selisih kurs yang terjadi
menjadi tanggung jawab pemerintah.
5. Suku bunga TSL ditentukan oleh pemerintah.
6. TSL berjangka waktu 15 – 20 tahun sehingga dapat diakui equity.
7. Perbandingan pembiayaan proyek antara dana TSL dengan dana dari PFI berkisar 80% :
20% dari jumlah kredit.
8. Untuk tagihan TSL yang tidak ditarik (tidak dipergunakan), PFI wajib membayar
kepada pemerintah sejumlah biaya yang dibayar kepada lender oleh pemerintah sesuai

2
dengan perjanjian termasuk commitmen charge sejumlah persentase tertentu berkisar
0,75% per tahun.
Jurnal yang diperlukan:
Tanggal/ ket Rekening Debet (Rp) Kredit
(Rp)
Saat persetujuan Dr. RAR Pinjaman yang diterima dan belum digunakan

Saat realisasi Cr. RAR Pinjaman yang diterima dan belum digunakan
Dr. Giro BI
Cr. Pinjaman yang diterima-TSL

Saat penyesuaian Dr. Biaya Bunga


Bunga Cr. Biaya Bunga harus Dibayar

Saat pembayaran Cr. Biaya Bunga harus Dibayar


Bunga setelah Cr. Giro-BI
Penyesuaian

Bila bunga Dr. Biaya Bunga


Dibayar langsung Cr. Giro BI

Saat Pelunasan Dr. Pinjaman yang diterima


Pinjaman Cr. Giro BI

1.3 Pinjaman Obligasi


Obligasi merupakan instrumen untuk menciptakan hutang. Sumber dana berasal dari
obligasi merupakan alternatif bank dalam membiayai investasinya. Sebagai surat pengakuan
hutang, bank yang menerbitkan obligasi harus membayar bunga kepada pembeli obligasi.
Pembayaran bunga dapat dilakukan setiap periode tertentu secara tetap. Kewajiban ini akan
diikuti pelunasan obligasi pada saat jatuh tempo.
Dalam penerbitan obligasi, bank harus mendapat ijin dari otoritas pasar modal.
Disamping itu peenrbit obligasi harus memenuhi perlindungan negatif dan perlindungan
positif. Perlindungan negative adalah persyaratan yang bersifat melarang emiten untuk
melakukan tindakan yang merugikan pemegang obligasi. Sedangkan persyaratan
perlindungan positif adalah persyaratan yang mewajibkan emiten melakukan tindakan yang
menguntungkan pemegang obligasi.
Pencatatan pinjaman obligasi dilakukan ketika terjadi transaksi penjualan obligasi dan
ketika terjadi pelunasan bunga atau pokok obligasi. Untuk bisa mencatatnya perlu

3
mengetahui harga jual (kurs) obligasi yang terbentuk di pasar. Untuk menentukan harga
obligasi bisa menggunakan formula sebagai berikut:
Penentuan Harga Obligasi
Dalam menentukan harga obligasi, emiten harus memperhatikan mempertimbangkan
tingkat bunga (kupon) obligasi, jangka waktu atau jatuh tempo obligasi, dan keuntungan yang
diharapkan oleh investor atau sering disebut bond yield. Kupon obligasi akan menimbulkan
biaya bunga bagin emiten atau aliran kas keluar dan pokok obligasi juga akan dibayar
kembali pada saat jatuh tempo. Oleh karena itu harga obligasi pada dasarnya penjumlahan
present value dari aliran kas, biaya, biaya bunga ditambah present value dari nilai pokok
obligasi pada saat jatuh tempo, dengan yield yang disyaratkan. Biaya bunga obligasi dibayar
setiap periode, sedangkan nilai pokok obligasi akan dilunasi setiap akhir periode saat jatuh
tempo (dengan asumsi non callable bond). Rumus untuk menghitungnya adalah sebagai
berikut:
n
Ci Pp
P=∑ n
+
t =1 (1+ r) (1+r )n
Keterangan:
P = Harga Obligasi atau Nilai sekarang Obligasi
n = Periode (jumlah tahun) sampai dengan jatuh tempo obligasi
Ci = Pembayaran bunga (kupon) obligasi setiap tahunnya
r = Tingkat diskonto atau bond yield
Pp = Nilai pokok atau principal obligasi
Rumus diatas digunakan bila penerimaan bunga (kupon) setiap tahun, sedangkan bila
penerimaannya setiap setengah tahun sekali maka rumusnya menjadi sebagai berikut:
n
C i /2 Pp
P=∑ n
+
t =1 (1+ r /2) (1+r /2)2n
Penggunaan rumus tersebut kadang bagi orang tertentu memerlukan waktu yang lama,
oleh karena itu dengan bantuan table bunga untuk present value anuitas untuk biaya bunga
dan present value Rp1 untuk nilai pokok obligasi.
Contoh Transaksi Dan pencatatanya:
Tanggal 2 Januari 2003 Bank Artamara menjual obligasi jangka panjang kepada PT.
Kadir Jaya sebanyak 1000 lembar, nominal per lembar Rp. 1.000.000, jangka waktu 5 tahun.
Bunga nominal 18 % per tahun dibayarkan dibelakang setiap tanggal 31 Desember. Tingkat
Diskonto (yield) sebesar 16%.

4
Bunga obligasi Rp. 1.000.000 x 18 % = Rp 180.000. Bunga ini akan dibayarkan setiap
tanggal 31 Desember selama lima tahun. Dengan demikian pembayaran bunga merupakan
anuitas. Untuk nilali tunai bunga dapat ditentukan dengan tabel nilai tunai untuk anuitas.
Dengan tabel untuk suku bunga 16%, n = 5 tahun diperoleh 3,433. Sedangkan harga tunai
untuk pokok obligasi dapat ditentukan dengan tabel nilai tunai untuk Rp1, n = 5 tahun dengan
tingkat bunga 16% diperoleh nilai tabel 0,519. Dengan demikian harga obligasi adalah :
Keterangan Jumlah (Rp)
Nilai Tunai Bunga = 180.000 x 3,433 x 1000 lembar 619.740.000
Nilai Tunai Pokok Obligasi = 1.000.000 x 0,519 x 1000 lembar 519.000.000
Harga Obligasi 1.138.740.000

Obligasi yang dijual akan dicatat sebesar harga nominal. Selisih harga jual (kurs)
diatas harga nominal dicatat sebagai agio atau premi, sedangkan selisih harga jual dibawah
harga nominalnya dicatat sebagai disagio atau diskonto. Obligasi yang dijual pada tanggal
diantara tanggal pembayaran bunga harus diperhitungkan bunga yang telah berjalan. Agio
atau premi diamortisasi atau disagio diakumulasi selama jangka waktu obligasi dengan
membebankan pada biaya bunga. Secara terdeskripsi, jurnal untuk transaksi diatas adalah:

Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)


2/1-2003 Dr. Kas/Giro PT. Kadir Jaya 1.138.740.000
Cr. Agio Obligasi 138.740.000
Cr. Pinjaman Obligasi 1.000.000.000
31/12-2003 Dr. Biaya Bunga 180.000.000
Cr. Kas 180.000.000
Dr. Agio Obligasi 27.748.000
Cr. Biaya Bunga 27.748.000
(untuk amortisasi)

Penerimaan pembayaran dari pemegang obligasi dapat berupa tunai atau non tunai.
Bila dilakukan secara tunai maka mendebet kas, sedangkan bila dengan warkat atau bilyet
giro/ cek bank yang digunakan emiten, maka cukup mendebet rekening giro bondholder.
Untuk mencatat setiap 31 Desember pada tahun-tahun berikutnya adalah sama dengan 31
Desember 2003, hanya saja pada saat jatuh tempo obligasi harus dilunasi. Dengan demikian
jurnal pelunasan obligasi harus ditampilkan dengan cara mendebet pinjaman obligasi dan
mengkredit rekening kas/giro bondholder.

5
1.4 Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)
BLBI merupakan fasilitas dari Bank Indonesia untuk menjaga kestabilan sistim
pembayaran dan sektor perbankan agar jangan terganggu karena ketidak seimbangan
(mismatch) antara penerimaan dan penarikan dana pada bank-bank, baik jangka pendek
maupun panjang. Dalam operasinya ada bebagai jenis fasilitas likuiditas bank sentral kepada
sektor perbankan dengan persyaratan yang berbeda, sesuai dengan sasaran maupun
peruntukannya. Karena jenis failitas yang beragam ini secara umum dapat dikatakan bahwa
BLBI adalah fasilitas likuiditas BI yang diperikan kepada bank-bank diluar kredit likuiditas
Bank Indonesia atau KLBI.

1.4.1 Pinjaman Untuk Pembiayaan Bersama


Pinjaman untuk pembiayaan bersama dilakukan langsung dari bank pemberi dana
kepada penerima kredit. Tanggungjawab atas kredit yang diberikan tersebut dibagi atas
dasar banyaknya kredit yang telah diserahkan oleh masing-masing bank.
Contoh :
Bank Omega hendak membiayai sebuah proyek besar senilai Rp. 300 milyar. Untuk
memenuhi kebutuhan dana ini telah tersedia dua buah bank lain yaitu bank ABC dan bank
XYZ dengan masing-masing sumbangan modal Rp. 100 milyar. Jadi besarnya dana
pinjaman yang diterima untuk tujuan pembiayaan bersama ini sebesar Rp. 200 milyar yang
disediakan langsung dalam rekening giro di masing-masing bank, sedangkan sisanya
menjadi beban bank Omega.
Transaksi ini oleh bank Omega pusat dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut :
Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Bank Lain-Giro ( Bank ABC ) 100.000.000.000
Bank Lain-Giro ( Bank XYZ ) 100.000.000.000
Pinjaman yang diterima-pembiayaan bersama 200.000.000.000

6
7
Daftar Pustaka

Taswan, Akuntansi Perbankan,UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2012


https://www.academia.edu/9128894/pinjaman_yang_diterima (diakses pada tanggal 29
September 2017 pukul 10:09pm)
https://www.scribd.com/doc/217787007/Akuntansi-Pinjaman-Yang-Diterima-p4 (diakses
pada tanggal 29 September 2017 pukul 10:29pm)

Anda mungkin juga menyukai