Layanan§u IbMah§u
Babat, Bangkalan, Banyuwangi, B\itar, Bojonegoro, Gresik, Jember, Jombang, Kalianget. Kediri,
muhammadiyah Lamongan, Madiun, Malang, Nganjuk, Pacitan, Pandaan, Pare, Ponorogo, Probolinggo, Sidoarjo,
Sumenep, Surabaya,
Trengga\ek, Cuban
Te ra kre d i ta si Ti ngka I Pa r i p u r na A 6 6 A 6
Memperhaokan: 1. Pengajuan surat dari Komite Mutu dan Keselamatan Pasien Ritmah
Sakit Islam Aisyiyah Malang tanggal 12 Mei 2018 nomor 11/KMKP-
RSIA/IV/2018 usulan tentang usulan Pedoman Pelaksanaan Upaya
Peningkatan Mutu di Rumah Sakit Islam Aisyiyah Malang;
2. Persetujuan Pedoman Pelaksanaan Upaya Peningkatan Mutu di
Rumah Sakit Islam Malang
MEMUTUSKAN
J I . S u I a w e s i 1 6 M a I a n g Te Ip 3 2 6 7 7 3 ( H u n I n g ) F a x( 0 3 4 1 ) 6 8 8 8 3
(034 I e-maiI rsiaisyIyah maIang@yahoo.
1 con
websiIe h It p : // r s i a i s y i y a h m a I a n g o. r
id
Diletaplian di Malang
Pada Tanggal 28 Syaban 1439 H
14 Mei 2018 M
dr
79 723
Tembusan
1. Komite Medis
2. Satuan Pemeriksa Internal
3. Kabag/Kabid terkait di RSl Aisyiyah Malang
4. Arsip
‹, Jon,Da‹,p Kai n8ei Ked‹r'
RUMAH SAKIT ISLAM AISYIYAH
PEDOMAN
PENINGKATAN MUTU DAN
KESELAMATAN PASIEN
2018
1
Pedoman Pelaksanaan Upaya Peningkatan Mutu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan dapat diartikan keseluruhan upaya dan
kegiatan secara komprehensif dan integratif yang menyangkut struktur, proses, outcome
secara objektif, sistematik dan berlanjut memantau dan menilai mutu dan kewajaran
pelayanan terhadap pasien, menggunakan peluang untuk meningkatkan pelayanan pasien, dan
memecahkan masalah-masalah yang terungkapkan sehingga pelayanan yang diberikan di
rumah sakit berdaya guna dan berhasil guna.
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan di RSI Aisyiyah Malang sudah diawali dengan
penilaian akreditasi rumah sakit 16 pelayanan yang mengukur dan memecahkan masalah pada
tingkat struktur, input dan proses. Sumber daya manusia dan fasilitas kesehatan di RSI
Aisyiyah Malang begitu besar, sehingga memerlukan pengukuran mutu terhadap indikator
klinis, manajemen, dan sasaran keselamatan pasien. Pada kegiatan ini rumah sakit harus
melakukan berbagai standar dan prosedur yang ditetapkan. Rumah sakit dipicu untuk dapat
menilai diri (self assesment) dan memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Sebagai kelanjutan untuk mengukur hasil kerjanya perlu ada alat ukur yang lain,
yaitu instrumen mutu pelayanan rumah sakit yang menilai dan memecahkan masalah pada
hasil (output). Tanpa mengukur hasil kinerja rumah sakit tidak dapat dikertahui apakah input
dan proses yang baik telah menghasilkan output yang baik pula. Indikator rumah sakit disusun
bertujuan mengukur kinerja rumah sakit serta nyata sesuai standar yang ditetapkan.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Terwujudnya pelayanan kesehatan dengan hati dan professional yang mengutamakan
mutu dan keselamatan pasien.
Tujuan Khusus
1. Meningkatkan mutu pelayanan klinis dan manajemen di seluruh unit rumah skit secara
berkesinambungan.
2. Meningkatkan keselamatan pasien.
3. Terwujudnya sistem layanan patient centered care dan continuity of care.
2
Pedoman Pelaksanaan Upaya Peningkatan Mutu
BAB II
BATASAN OPERASIONAL
Pelayanan bermutu adalah tingkat pelayanan kesehatan untuk pasien dan masyarakat
meningkat sesuai outcome yang diharapkan dan konsisten dengan pengetahuan profesional
terkini.
Mutu adalah gambaran dari produk yang memenuhi kebutuhan pelanggan dan bebas
dari kecacatan (Juran).
Indikator mutu adalah ukuran mutu dan keselamatan rumah sakit yang digambarkan dari
data yang dikumpulkan.
Indikator Area Klinis adalah suatu variabel yang digunakan untuk menilai perubahan
dalam bidang klinis.
Indikator Area Manajemen adalah suatu variabel yang digunakan untuk menilai
perubahan dalam bidang manajemen.
Indikator Keselamatan Pasien adalah suatu variabel yang digunakan untuk menilai
perubahan dalam keselamatan pasien.
Evaluasi mutu dilakukan terhadap data indikator dengan menggunakan pendekatan
sistem (struktur, proses, output, dan outcome). Proses peningkatan mutu ini berjalan dengan
alur PDCA (Plan-Do-Check-Action). Evaluasi mutu ini dilaksanakan setiap 3 bulan oleh
komite mutu dan keselamatan pasien rumah sakit dan wajib diketahui oleh seluruh staf rumah
sakit.
3
Pedoman Pelaksanaan Upaya Peningkatan Mutu
BAB III
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari pelaksanaan upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien di
RSI Aisyiyah Malang antara lain:
1. Pengelolaan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien
2. Pemilihan, pengumpulan, validasi, analisis, dan evaluasi data indikator
mutu prioritas rumah sakit dan indikator mutu unit
3. Pelaporan dan analisis insiden keselamatan pasien
4. Monitoring kinerja staf klinis
5. Pengukuran budaya keselamatan
6. Pencapaian dan mempertahankan perbaikan
7. Manajemen risiko
8. Monitoring kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
4
Pedoman Pelaksanaan Upaya Peningkatan Mutu
BAB IV
TATA LAKSANA
Dalam menentukan layanan prioritas terdapat banyak cara. Secara sederhana dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu kualitatif (non- skoring) dan kuantitatif (skoring). Pemilihan
area prioritas menggunakan teknik kualitatif (non- skoring) memiliki kelemahan dalam
menentukan siapa yang ikut dalam penentuan peringkat prioritas, penentuan dapat sangat
subyektif, dan cara ini lebih bertujuan mencapai konsensus dari interest yang berbeda dan
tidak untuk menentukan prioritas atas dasar fakta. Proses brainstorming ini dapat dilakukan
dengan cara musyawarah untuk mencapai kemufakatan namun tetap bersadarkan data-data
yang ada. Proses brainstorming ini melibatkan direktur beserta seluruh kepala bidang. Fokus
perbaikan praktik klinis melibatkan komite medis dan kelompok staf medis terkait.
Cara penentuan layanan prioritas yang kedua adalah dengan cara kuantitatif (skoring).
Pada cara ini pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan score (nilai) untuk berbagai
parameter, yaitu:
1. Prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah
5
Pedoman Pelaksanaan Upaya Peningkatan Mutu
2. Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate of increase)
3. Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of unmeet need)
4. Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi (social benefit)
5. Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical feasibility)
6. Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah (resources
availibility)
Berdasarkan parameter di atas, maka metode yang digunakan dalam teknik skoring ini adalah
metode Bryant. Kriteria yang harus dipenuhi dalam melakukan skoring dengan menggunakan
metode Bryant ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Kemudian parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari
prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu sampai lima
yang ditulis dari arah kiri ke kanan untuk tiap masalah. Kemudian dengan penjumlahan dari
arah atas ke bawah untuk masing-masing masalah dihitung nilai skor akhirnya. Masalah
dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga
memiliki kelemahan, yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga
sulit untuk menentukan prioritas masalah yang akan diambil. Selain itu, adanya parameter
community concern yang kadang sulit dilakukan penilaian juga menyebabkan metode ini
kadang tidak dapat dilakukan.
Area perbaikan yang memiliki jumlah skor tertinggi dipilih menjadi layanan prioritas.
Penetapan nilai dari setiap parameter di setiap area perbaikan dilakukan melalui sebuah rapat
yang direktur, tim KMKP, pejabat struktural, seluruh kepala unit, komite medis, komite
keperawatan, tim PPI, dan tim K3RS
G. Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu kegiatan program peningkatan mutu serta
keselamatan pasien untuk mendukung asuhan pasien dan manajemen rumah sakit. Untuk
mencapai simpulan dan membuat keputusan maka data harus digabungkan, dianalisis, dan
diubah menjadi informasi yang berguna. Analisis data melibatkan individu di dalam KMKP
yang memahami manajemen informasi, mempunyai keterampilan dalam metode
pengumpulan data, dan mengetahui cara menggunakan berbagai alat statistik. Hasil analisis
data harus dilaporkan kepada para pimpinan yang bertanggung jawab akan proses atau hasil
yang diukur dan yang mampu menindaklanjuti. Dengan demikian, data menyediakan
masukan berkesinambungan yang membantu individu itu mengambil keputusan dan terus-
menerus memperbaiki proses klinis serta manajerial.
Pengertian terhadap teknik statistik dapat berguna dalam proses analisis data,
khususnya dalam menafsirkan variasi dan memutuskan area yang paling membutuhkan
perbaikan. Run charts, diagram kontrol (control charts), histogram, dan diagram Pareto
adalah contoh metode statistik yang sangat berguna untuk memahami pola dan variasi
dalam pelayanan kesehatan. Di RSI Aisyiyah metode stastistik yang digunakan adalah dengan
menggunakan Run Chart.
Program mutu berpartisipasi dalam menetapkan seberapa sering data harus
dikumpulkan dan dianalisis. Frekuensi proses ini bergantung pada kegiatan program tersebut
dan area yang diukur serta frekuensi pengukuran.
Tujuan analisis data adalah dapat membandingkan rumah sakit dalam empat hal:
1) dengan rumah sakit tersebut sendiri dari waktu ke waktu, misalnya dari bulan ke bulan atau
dari tahun ke tahun;
2) dengan rumah sakit sejenis seperti melalui database referensi;
3) dengan standar-standar seperti yang ditentukan oleh badan akreditasi atau organisasi
profesional ataupun standar-standar yang ditentukan oleh undangundang atau peraturan;
4) dengan praktik-praktik yang diinginkan yang dalam literatur digolongkan sebagai best
practice (praktik terbaik) atau better practice (praktik yang lebih baik) atau practice guidelines
(panduan praktik klinik).
Di RSI Aisyiyah Malang metode analisis yang digunakan adalah terutama
membandingkan dari waktu ke waktu dan membandingkan dengan standar yang telah
ditetapkan. Walaupun tidak menutup kemungkinan menambahkan perbandingan-
perbandingan yang lain.
Plan
Do Check Action
Follow-up
Corrective Action
Improvement
1. Menentukan tujuan dan sasaran → Plan
Tujuan dan sasaran yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang ditetapkan.
Penetapan sasaran tersebut ditentukan oleh Direktur Rumah Sakit Islam Aisyiyah Malang atau
oleh Ketua Komite Mutu dan Keselamatan Pasien.. Penetapan sasaran didasarkan pada data
pendukung dan analisis informasi.
Sasaran ditetapkan secara konkret dalam bentuk angka, harus pula diungkapkan dengan
maksud tertentu dan disebarkan kepada semua karyawan. Semakin rendah tingkat karyawan
yang hendak dicapai oleh penyebaran kebijakan dan tujuan, semakin rinci informasi.
1. Apabila terjadi suatu insiden di rumah sakit, wajib segera ditindak lanjuti (dicegah/
ditangani) untuk mengurangi dampak/ akibat yang tidak diharapkan.
2. Setelah ditindak lanjuti, segera buat laporan insidennya dengan mengisi formulir
laporan insiden (baik secara online atau offline) pada akhir jam kerja/ shift (paling
lambat 2x24 jam). Jangan menunda laporan. Pelaporan insiden dapat dilakukan oleh
siapa saja yang mengalami dan/atau mengetahui insiden.
3. Setelah selesai mengisi laporan, segera serahkan/laporkan kepada kepala unit kerja
dan/atau champion KPRS unit.
4. Kepala unit kerja dan champion KPRS unit akan memeriksa laporan dan melakukan
analisis matriks grading resiko terhadap insiden yang diaporkan.
5. Hasil analisis matriks grading resiko akan menentukan bandrisk dan menentukan
tindakan investigasi yang harus diambil
a. Band biru : investigasi sederhana oleh kepala unit kerja, waktu maksimal
1 minggu
b. Band hijau : investigasi sederhana oleh kepala unit kerja, waktu maksimal
2 minggu
c. Band kuning : investigasi komprehensif menggunakan analisis akar masalah
(root cause analysis) oleh tim KPRS dan Manajemen Risiko, waktu maksimal 45
hari
d. Band merah : investigasi komprehensif menggunakan analisis akar masalah
(root cause analysis) oleh Tim KPRS dan Manajemen Risiko, waktu maksimal 45
hari
6. Analisis dilakukan untuk semua hal berikut ini:
a. semua reaksi transfusi yang sudah dikonfirmasi jika sesuai untuk rumah sakit
b. semua kejadian serius akibat efek samping obat jika sesuai dan sebagaimana yang
didefinisikan oleh rumah sakit
c. semua kesalahan pengobatan yang signifikan jika sesuai dan sebagaimana
yang didefinisikan oleh rumah sakit
d. semua perbedaan besar antara diagnosis praoperasi dan diagnosis pascaoperasi
e. efek samping atau pola efek samping selama sedasi moderat atau mendalam dan
pemakaian anestesi
f. kejadian-kejadian lain; misalnya
infeksi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan atau wabah
penyakit menular
kejadian ekstravasasi obat kemoterapi
7. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan laporan
insiden dilaporkan ke tim KPRS dan Manajemen Risiko
8. Tim KPRS dan Manajemen Risiko akan menganalisis kembali hasil investigasi dan
laporan insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan
dengan mengulang analisis matriks grading resiko pada insiden- insiden tertentu
9. Untuk band kuning dan merah, tim KPRS dan Manajemen Risiko akan melakukan
analisis akar masalah (root cause analysis)
10. Setelah melakukan analisis akar masalah (root cause analysis), tim KPRS dan
Manajemen Risiko akan membuat laporan dan rekomendasi untuk perbaikan serta
pembelajaran berupa petunjuk (safety alert) untuk mencegah kejadian yang sama
terulang kembali.
11. Hasil analisis akar masalah (root cause analysis), rekomendasi, dan rencana kerja
dilaporkan kepada direktur
12. Rekomendasi untuk perbaikan dan pembelajaran diberikan umpan balik kepada unit
kerja terkait
13. Unit kerja membuat analisis dan trend kejadian di satuan kerjanya masing- masing
14. Monitoring dan evaluasi perbaikan oleh tim KPRS dan Manajemen Risiko
Laporan hasil analisis akar masalah (root cause analysis) yang terjadi pada
pasien dilaporkan oleh komite nasional keselamatan pasien (KNKP).
A. Kamus Indikator
B. Lembar Kerja Pengumpulan Data Indikator
C. Lembar Validasi Data
D. Laporan Mutu Triwulan
E. Laporan Bulanan Unit Kerja