Anda di halaman 1dari 70

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Tenaga Listrik


Sistem tenaga listrik merupakan suatu rangkaian yang terintegerasi yang terdiri
dari komponen-komponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator,
saluran transmisi, saluran distribusi dan beban yang saling berhubungan dan
merupakan satu kesatuan sehingga membentuk sebuah sistem yang berfungsi
untuk menyalurkan energi listrik dari pusat pembangkit ke konsumen.

Gambar 2.1 Sistem Tenaga Listrik

Pada gambar 2.1 diatas dijelaskan jika sistem   tenaga   listrik   terdiri   atas   tiga   
bagian   utama   yaitu   sistem pembangkitan,  sistem  transmisi  dan  sistem
distribusi. Tenaga listrik dibangkitkan dalam pusat-pusat listrik seperti PLTA,
PLTU, PLTG, PLTGU, PLTD, dan lain sebagainya kemudian dinaikan
tegangannya oleh transformator penaik tegangan (step up transformator) yang ada
di pusat listrik. Setelah di step up kemudian ditransmisikan. Saluran transmisi
tegangan tinggi di PLN kebanyakan mempunyai tegangan 66 kV, 150 kV, dan
500 kV. Saluran transmisi ada yang berupa saluran udara dan ada pula yang
berupa kabel tanah. Karena saluran udara harganya jauh lebih murah
dibandingkan dengan kabel tanah maka saluran transmisi PLN kebanyakan berupa
saluran udara. Kerugian dari saluran udara dibandingkan dengan kabel tanah
adalah saluran udara mudah terganggu, misalnya karena terkena petir, terkena
pohon dan lain-lain. Untuk jarak sedang, digunakan tegangan transmisi 70 kV dan
150 kV yang disebut sebagai Saluran Udara Tegangan Tinggi

7
8

(SUTT) sedangkan untuk jarak yang jauh digunakan tegangan transmisi sampai
500 kV yang disebut Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).

Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran transmisi maka sampailah tenaga
listrik ke Gardu Induk (GI) untuk diturunkan tegangannya melalui transformator
penurun tegangan (step down transformer) menjadi tegangan menengah atau yang
juga disebut sebagai tegangan distribusi primer. Tegangan distribusi primer yang
dipakai PLN adalah 20 kV. Lalu setelah dari Gardu Induk (GI) di turunkan
tegangannya atau di step down pada trafo distribusi menjadi 220/380 V.

Gambar 2.2 Gardu Induk Kudus

2.2 Sistem Distribusi Tenaga Listrik


Sistem distribusi tenaga listrik merupakan salah satu bagian dari suatu sistem
tenaga listrik yang dimulai dari PMT outgoing di Gardu Induk sampai
dengan Alat Pengukur dan Pembatas (APP) di instalasi konsumen. Sistem
distribusi  merupakan bagian  yang  letaknya  paling  dekat dengan
konsumen,  yang fungsinya adalah untuk menyalurkan dan mendistribusikan
tenaga listrik dari Gardu Induk sebagai pusat-pusat beban ke pelanggan-
pelanggan secara langsung atau melalui gardu-gardu distribusi dengan mutu
yang memadai sesuai standar pelayanan yang berlaku.  Setelah tenaga listrik
disalurkan melalui jaringan distribusi primer maka kemudian tenaga listrik
diturunkan tegangannya dalam gardu-gardu distribusi menjadi tegangan
9

rendah atau tegangan distribusi sekunder dengan tegangan 380/220V


kemudian disalurkan melalui Jaringan Tegangan Rendah untuk selanjutnya
disalurkan ke rumah-rumah pelanggan (konsumen) PLN melalui
Sambungan Rumah.

2.2.1. Sistem Distribusi Berdasarkan Tegangan


Berdasarkan tegangan sistem distribusi dibagi menjadi 2, yaitu:
a) Sistem Distribusi Primer
Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu
induk ke beban. Sistem ini dapat menggunakan saluran udara, kabel udara,
maupun kabel tanah sesuai dengan kondisi lingkungan dan keandalan yang
diinginkan. Saluran distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang akan di
suplai.

b) Sistem Distribusi Sekunder


Sistem distribusi sekunder atau jaringan tegangan rendah (JTR) dimulai dari sisi
sekunder trafo distribusi sampai dengan sambungan rumah (SR) pada pelanggan
yang berfungsi untuk mendistribusikan energi listrik dari gardu distribusi ke
pelanggan dengan tegangan operasi yakni tegangan rendah (380/220 Volt).

Gambar 2.3 Sistem Distribusi Sekunder

2.2.2. Sistem Distribusi Berdasarkan Pola Jaringan Sistem


Ada 3 (tiga) macam pola sistem distribusi utama yang dianut oleh PT. PLN
(persero) di seluruh Indonesia. Untuk koordinasi, investasi, tingkat pelayanan dan
10

keselamatan dalam rangka pengamanan sistem distribusi, suatu wilayah hanya


diperbolehkan untuk menganut salah satu pola yang cocok untuk lingkungannya
sesuai dengan pola yang telah ada. Pola-pola sistem distribusi tersebut adalah
sebagai berikut :
a) Sistem Distribusi Pola 1
Yaitu sistem distribusi 20 kV fasa tiga 3 kawat dengan pentanahan netral melalui
tahanan tinggi 500 Ω. Konstruksi jaringan yang digunakan pada dasarnya adalah
saluran udara yang terdiri dari kawat jenis AAAC 150 mm² untuk saluran utama
dan kawat AAAC 70 mm² untuk saluran cabang. Pola sistem distribusi ini
dikembangkan di PLN distribusi Jawa Timur.

Gambar 2.4 Sistem Pentanahan Netral Tahanan Tinggi

b) Sistem Distribusi Pola 2


Sistem Distribusi 20 kV fasa tiga 4 kawat dengan pentanahan netral secara
langsung (netral ditanahkan sepanjang jaringan dan kawat netral dipakai bersama
untuk saluran tegangan menengah dan saluran tegangan rendah dibawahnya).
Konstruksi untuk saluran utama adalah kawat AAAC 240 mm² dan 150 mm² fasa
tiga – 4 kawat, sedangkan untuk saluran cabang menggunakan kawat AAAC 100
mm² dan 55 mm² fasa tiga – 4 kawat. Pola sistem ini mulai dikembangkan di
Indonesia di PLN distribusi Jawa tengah.
11

Gambar 2.5 Sistem Pentanahan Netral secara Langsung


c) Sistem Distribusi Pola 3
Sistem Distribusi 20 kV fasa tiga 3 kawat dengan pentanahan netral melalui
tahanan rendah dengan nilai 12 Ω atau 40 Ω. Konstruksi untuk pola ini adalah
kawat jenis AAAC 150 mm² fasa tiga 3-kawat untuk saluran utama dan kawat
AAAC 70 mm² untuk saluran cabang. Pola sistem ini mulai dikembangkan di
Indonesia di distribusi Jawa Barat dan DKI Jakarta.

Gambar 2.6 Sistem Pentanahan Netral Tahanan Rendah

2.2.3. Sistem Distribusi Berdasarkan Konfigurasi Jaringan


Konfigurasi jaringan distribusi primer (jaringan tegangan menengah 20 kV) pada
suatu sistem jaringan distribusi sangat menentukan mutu pelayanan yang akan
diperoleh, khususnya mengenai kontinuitas pelayanannya. Hal ini diterapkan
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan finansial dari pihak PLN. Bentuk-
bentuk dari konfigurasi sistem distribusi tegangan menengah antara lain :

a) Jaringan Distribusi Radial


Sistem distribusi radial merupakan sistem distribusi yang paling sederhana. Pada
sistem ini terdapat sebuah penyulang yang menyuplai beberapa gardu distribusi
secara radial.
12

Gambar 2.7 Sistem Jaringan Radial

Keuntungan menggunakan sistem ini yaitu tidak rumit dan dari segi kehandalan
lebih murah dibandingkan dengan sistem lain. Kurangnya kehandalan disebabkan
karena terdapat satu jalur sumber utama yang menyuplai gardu distribusi,
sehingga apabila jalur utama tersebut terjadi gangguan maka seluruh gardu
distribusi akan ikut padam.

b) Jaringan Distribusi Lingkar Terbuka (Open Loop)


Jaringan tegangan menengah struktur lingkaran terbuka (Open Loop)
dimungkinkan pemasokannya dari beberapa penyulang, sehingga dengan
demikian tingkat kehandalannya relatif lebih baik.
13

Gambar 2.8 Sistem Jaringan Lingkar Terbuka

Beban pada jaringan dipasok oleh penyulang secara terpisah atau sistem terbuka
oleh sebuah LBS (Load Break Switch). Keadaan normal LBS posisi terbuka
memisahkan antara dua Gardu Induk. Fungsi tertutup dari LBS ini digunakan saat
terjadi pemeliharaan atau terjadi gangguan pada jaringan di salah satu penyulang
sehingga sebagian beban penyulang yang terjadi pemeliharaan atau gangguan
tidak padam total.

c) Jaringan Distribusi Spindle


Sistem Spindle adalah suatu pola kombinasi jaringan dari pola Radial dan Ring.
Spindle terdiri dari beberapa penyulang yang tegangannya diberikan dari Gardu
Induk dan tegangan tersebut berakhir pada sebuah Gardu Hubung (GH).

Gambar 2.9 Sistem Jaringan Spindle

Jaringan sistem spindle biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif dan sebuah
penyulang cadangan yang akan dihubungkan melalui gardu hubung. Pola spindle
biasanya digunakan pada Jaringan Tegangan Menengah (JTM) yang
menggunakan kabel tanah/saluran kabel tanah tegangan menengah (SKTM).
Namun pada pengoperasiannya sistem spindle berfungsi sebagai sistem radial. Di
dalam sebuah penyulang aktif terdiri dari gardu distribusi yang berfungsi untuk
mendistribusikan tegangan kepada konsumen baik konsumen tegangan rendah
(TR) atau tegangan menengah (TM).
14

d) Jaringan Distribusi Hantaran Penghubung (Tie Line)


Sistem distribusi ini digunakan untuk pelanggan penting yang tidak boleh padam
(Bandar Udara, Rumah Sakit, Pabrik Tekstil, Kantor Pemerintahan dan lain-lain).

Gambar 2.10 Sistem Jaringan Tie Line

Penggunaan sistem hantaran penghubung ini handal dikarenakan beban ke


konsumen dipasok oleh lebih dari satu penyulang atau satu sumber dengan
tambahan Automatic Change Over Switch/Automatic Transfer Switch sehingga
kontinuitas pelayanan tidak terganggu bila terjadi pekerjaan pemeliharaan atau
gangguan jaringan distribusi tenaga listrik. Secara sistem handal namun memiliki
nilai investasi yang besar oleh karena itu hanya pelanggan tertentu saja yang
menggunakan sistem ini.

e) Sistem Jaringan Gugus atau Cluster


Pada sistem ini banyak digunakan untuk kota besar yang mempunyai kerapatan
beban yang tinggi. Sistem ini terdapat saklar pemutus beban dan penyulang
cadangan. Penyulang cadangan ini berfungsi bila ada gangguan yang terjadi atau
pemeliharaan pada salah satu penyulang konsumen maka penyulang cadangan
inilah yang menggantikan fungsi pasokan tenaga listrik ke konsumen.
15

Gambar 2.11 Sistem Jaringan


Gugus

Pada sistem kelistrikan pada PLN Distribusi Jawa Tengah menggunakan jaringan
semi loop. Jadi, ketika normal tidak terdapat gangguan akan bekerja
menggunakan sistem jaringan radial, namun ketika terjadi gangguan atau
pemeliharaan beban akan dilimpahkan ke penyulang lain.

2.3 Penghantar
Penghantar adalah media untuk mengantarkan arus listrik ataupun informasi.
Bahan dari penghantar ini beraneka ragam, khusus sebagai pengantar
arus listrik, umumnya terbuat dari tembaga dan umumnya dilapisi dengan
pelindung. Selain tembaga, ada juga kabel yang terbuat dari serat optik,
yang disebut dengan fiber optic cable. Penghantar atau kabel yang sering
digunakan untuk instalasi listrik penerangan umumnya terbuat dari
tembaga. Penghantar tembaga setengah keras (BCC ½ H = Bare Copper
Conductor Half Hard) memiliki nilai tahanan jenis 0,0185 ohm mm²/m
dengan tegangan tarik putus kurang dari 41 kg/mm². sedangkan
penghantar tambaga keras (BCCH =Bare Copper Conductor Hard),
kekuatan tegangan tariknya 41 kg/mm². Pemakaian tembaga sebagai
16

penghantar adalah dengan pertimbangan bahwa tembaga merupakan suatu


bahan yang mempunyai daya hantar yang baik setelah perak. Penghantar
yang dibuat oleh pabrik yang dibuat oleh pabrik terdapat
beraneka ragamnya. Berdasarkan konstruksinya, penghantar diklasifikasikan
sebagai berikut:

2.3.1 Klasifikasi penghantar berdasarkan konstruksinya


a. Penghantar pejal (solid); yaitu penghantar yang berbentuk kawat pejal
yang berukuran sampai 10 mm². Tidak dibuat lebih besar lagi dengan
maksud untuk memudahkan penggulungan maupun pemasangannya.

Gambar 2.12 Struktur Kabel


Pejal

b. Penghantar berlilit (stranded); penghantarnya terdiri dari beberapa urat kawat


yang berlilit dengan ukuran 1 mm² –500 mm².

Gambar 2.13 Struktur Kabel


Stranded
17

c. Penghantar serabut (fleksibel); banyak digunakan untuk tempat-tempat


yang sulit dan sempit, alat-alat portabel, alat-alat ukur listrik dan pada
kendaraan bermotor. Ukuran kabel ini antara 0,5 mm² -400 mm².

Gambar 2.14 Struktur Kabel Serabut

2.3.2 Klasifikasi penghantar berdasarkan jumlahnya dalam satu kabel


a. Penghantar simplex; ialah kabel yang dapat berfungsi untuk satu
macam penghantar saja (misal: untuk fasa atau netral saja). Contoh
penghantar simplex ini antara lain: NYA 1,5 mm²; NYAF 2,5 mm² dan
sebagainya.
b. Penghantar duplex; ialah kabel yang dapat menghantarkan dua aliran
(dua fasa yang berbeda atau fasa dengan netral). Setiap penghantarnya
diisolasi kemudian diikat menjadi satu menggunakan selubung. Penghantar
jenis ini contohnya NYM 2x2,5 mm², NYY 2x2,5mm².
c. Penghantar triplex; yaitu kabel dengan tiga pengantar yang dapat
menghantarkan aliran 3 fasa (R, S dan T) atau fasa, netral dan arde. Contoh
kabel jenis ini: NYM 3x2,5 mm², NYY 3x2,5 mm² dan sebagainya.
d. Penghantar quadruplex; kabel dengan empat penghantar untuk mengalirkan
arus 3 fasa dan netral atau 3 fasa dan pentanahan. Susunan hantarannya ada
yang pejal, berlilit ataupun serabut. Contoh penghantar quadruplex
misalnya NYM 4x2,5 mm², NYMHY 4x2,5mm² dan sebagainya.
18

2.3.3 Bahan dan Jenis Penghantar Saluran Udara


Saluran udara merupakan saluran distribusi yang menyalurkan energi listrik
melalui kawat-kawat yang digantung pada isolator antar menara atau tiang
distribusi. Jaringan saluran udara baik untuk dipergunakan pada daerah dengan
kepadatan beban yang rendah. Keuntungan pemakaian kabel penghantar udara
adalah :

a. Lebih fleksibel dan leluasa dalam upaya untuk perluasan beban.


b. Dapat digunakan untuk penyaluran tenaga listrik pada tegangan diatas 66 kV.
c. Lebih mudah dalam pemasangannya.
d. Bila terjadi gangguan hubung singkat, mudah diatasi dan dideteksi.
e. Mudah dilakukan perluasan pelayanan dengan penarikan cabang yang
diperlukan.
f. Mudah memeriksa jika terjadi gangguan pada jaringan.
g. Mudah untuk melakukan pemeliharaan.
h. Tiang-tiang jaringan distribusi primer dapat pula digunakan untuk jaringan
distribusi sekunder dan keperluan pemasangan trafo atau gardu distribusi
tiang, sehingga secara keseluruhan harga instalasi menjadi lebih murah.

Kerugian dari jaringan hantaran udara adalah :


a. Mudah terpengaruh oleh cuaca buruk, bahaya petir, badai, tertimpa pohon,
dsb.
b. Untuk wilayah yang penuh dengan bangunan yang tinggi, sukar untuk
menempatkan saluran,
c. Masalah efek kulit, induktansi, dan kapasitansi yang terjadi, akan
mengakibatkan tegangan drop lebih tinggi.
d. Ongkos pemeliharaan lebih mahal, karena perlu jadwal pengecatan dan
penggantian material listrik bila terjadi kerusakan.

Syarat-syarat bahan penghantar saluran udara yang baik adalah daya hantarnya
cukup baik, daya tariknya cukup tinggi, koefisien muai panjang cukup kecil dan
modulus kekenyalan (elastisity) cukup besar.
19

Bahan-bahan yang memenuhi syarat tersebut dan juga jenis kawat penghantar
yang biasa digunakan antara lain adalah
a. logam biasa seperti :
 Besi dengan kondutivitas 100% (cu 100%)
 Tembaga dengan konduktivitas 97,5% (cu 97,5%)
 Alumunium dengan konduktivitas 61% (Al 61%)
b. kawat logam campuran (alloy) yaitu tembaga atau aluminium yang diberi
campuran logam jenis lain dalam jumlah tertentu guna menaikkan kekuatan
mekaniknya, dan logam paduan (composite) yaitu jenis dua logam atau lebih
yang dipadukan dengan cara kompresi atau peleburan ataupun pengelasan.
Kawat tembaga mempunyai kelebihan dibandingkan dengan kawat penghantar
alumunium, karena konduktivitas dan kuat tariknya lebih tinggi. Akan tetapi
juga mempunyai kelemahan yaitu untuk besaran tahanan yang sama, tembaga
lebih berat dan lebih mahal dari alumunium. Oleh karena itu, kawat
penghantar alumunium telah mulai menggantikan kedudukan kawat tembaga.
Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat alumunium, digunakan campuran
alumunium (alumunium alloy).

Kabel penghantar saluran udara menurut bahan pembuatannya dapat


diklasifikasikan menjadi :
a. Kabel logam biasa, seperti AAC (all aluminium conductor) dan BCC (bare
copper conductor).
b. Kabel logam campuran (alloy), seperti AAAC (all aluminium alloy conductor)
c. Kabel logam paduan (composite), seperti Copper Clad Steel (kabel baja
berlapis tembaga) dan Aluminium Clad Steel (kabel baja berlapis aluminium).
d. Kabel lilit campuran, yaitu kabel yang terdiri dari dua atau lebih jenis logam,
seperti ACSR (aluminium cable steel reinforced).
e. Kabel twisted (kabel lilit aluminium berisolasi)
20

Gambar 2.15 Struktur Kabel

2.3.4 Bahan dan Jenis Penghantar Saluran Bawah Tanah (Underground


Lines)
Saluran distribusi yang menyalurkan energi listrik melalui kabel yang ditanam
didalam tanah. Keuntungan pemakaian kabel bawah tanah adalah :

a. Tidak terpengaruh oleh cuaca buruk, bahaya petir, badai, tertimpa pohon, dsb.
b. Tidak mengganggu pandangan, bila adanya bangunan yang tinggi,
c. Dari segi keindahan, saluran bawah tanah lebih sempurna dan lebih indah
dipandang,
d. Mempunyai batas umur pakai dua kali lipat dari saluran udara,
e. Ongkos pemeliharaan lebih murah, karena tidak perlu adanya pengecatan.
f. Tegangan drop lebih rendah karena masalah induktansi bisa diabaikan.
g. Tidak ada gangguan akibat sambaran petir, angin topan dan badai.
h. Keandalan lebih baik.
i. Tidak ada korona.
j. Rugi-rugi daya lebih kecil.

Adapun kerugian atau kelemahan dari penggunaan jaringan kabel bawah tanah
ialah sebagai berikut :
a. Harga kabel yang relatif mahal
b. Gangguan yang terjadi bersifat permanen
c. Tidak fleksibel terhadap perubahan jaringan
d. Waktu dan biaya untuk menanggulangi bila terjadi gangguan lebih lama dan
lebih mahal.
e. Biaya investasi pembangunan lebih mahal dibanding-kan dengan saluran
udara,
f. Saat terjadi gangguan hubung singkat, usaha pencarian titik gangguan tidak
mudah (susah),
g. Perlu pertimbangan-pertimbangan teknis yang lebih mendalam di dalam
perencanaan, khususnya untuk kondisi tanah yang dilalui.
21

h. Hanya tidak dapat menghindari bila terjadi bencana banjir, desakan akar
pohon, dan ketidakstabilan tanah.
i. Biaya pemakaian lebih besar atau lebih mahal.
j. Sulit mencari titik kerusakan bila ada gangguan.

Syarat-syarat bahan penghantar saluran bawah tanah yang baik adalah daya hantar
listriknya, daya mekanisnya, daya tahan panas dan daya tahan terhadap reaksi
kimia harus cukup baik.
Kabel penghantar saluran bawah tanah menurut bahan pembuatannya dapat
diklasifikasikan menjadi :
a. Kabel tegangan 0,6/1 KV dan 3,5/30 KV, seperti kabel NYFGbY dengan
ukuran (3 – 4) x (1,5 – 240) mm².
b. Kabel tegangan 0,6/1 KV dan 3,5/6 KV, seperti kabel NYRGbY dan
NAYGbY dengan ukuran (3 – 4) x (1,5 – 240) mm².
Gambar 2.16 Str
ukt
ur

Kabel NYFGbY

Sedangkan menurut konstruksinya kabel penghantar saluran bawah tanah dapat


diklasifikasikan menjadi :
a. Kabel tanah dengan susunan inti berurat pejal (solid) dan serabut (stranded).
b. Kabel tanah dengan jumlah inti 1 x 50 mm², 2 x 50 mm², 3 x 50 mm² dan 4 x
50 mm².

2.3.5 Kapasitas Arus Penghantar


Jenis Kabel Ukuran Penampang KHA
NYFGbY 4 x 95 mm2 275 A
4 x 70 mm2 228 A
4 x 50 mm2 185 A
22

4 x 25 mm2 128 A
Pada Saluran Kabel tanah Tegangan Rendah (SKTR), Jenis kabel yang dipakai
adalah jenis kabel bawah tanah berpelindung mekanis NYFGbY dengan ukuran
penampang dan KHA pada t=30°C dan kedalaman penggelaran bawah tanah 70
cm sebagai berikut :

Tabel 2.1 Jenis dan KHA Kabel tanah SKTR

Pada Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) memakai penghantar jenis Kabel
Twisted / kabel pilin (NFAAX-T) dengan penampang berukuran luas penampang
35 mm2, 50 mm2 dan 70 mm2 serta penghantar tak berisolasi All Aluminium
Conductor (AAC), All Aluminium Alloy Conductor (AAAC) dengan penampang
25 mm2, 35 mm2 dan 50 mm2. Kabel udara yang dipergunakan pada JTR
merupakan kabel berinti tunggal dengan bentuk konduktor dipilin bulat, instalasi
kabel ini sedemikian rupa sehingga hantaran kabel membentuk kabel pilin dimana
beberapa kabel berinti tunggal saling dililitkan sehingga saling membentuk suatu
kelompok kabel yang disebut dengan kabel twisted.

Tabel 2.2 Jenis dan KHA Kabel SUTR


Resistansi
Reaktansi
Penghantar Pada
Penghantar Pada F-
KHA (A) 20°C
50 Hz
(ohm/km)
(ohm/km)
Jenis Ukuran Fasa Netral
3x35 +
125 0,867 0,581 0,3790
1x50mm2
3x50 +
154 0,641 0,581 0,3678
1x50mm2
Kabel twisted
3x70 +
196 0,443 0,581 0,3572
1x50mm2
3x95 +
242 0,308 0,581 0,3449
1x50mm2

Pada SUTM merupakan jaringan kawat tidak berisolasi dan berisolasi. Bagian
utamanya adalah tiang (beton, besi), Cross arm dan konduktor. Konduktor yang
digunakan adalah AAAC (All Aluminium Alloy Conductor) suatu campuran
23

aluminium dengan silicium (0,4 - 0,7%), magnesium (0,3 - 0,35%) dan ferum (0,2
- 0,3%), mempunyai kekuatan yang lebih besar daripada aluminium murni, tetapi
kapasitas arusnya lebih rendah. Kabel AAAC ini biasanya berukuran 240 mm 2,
150 mm2, 70 mm2 dan 35 mm2.

Tabel 2.3 Jenis dan KHA Kabel SUTM


Jenis Kabel Luas Penampang (mm2) KHA (A)
16 105
25 135
35 170
50 210
70 255
95 320
120 365
150 425
AAAC
185 490
240 585
300 670
400 810
500 930
630 1085
800 1255
1000 1450

Gambar 2.17 Kabel pilin udara (twisted cable)

Pada Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM), kabel yang digunakan adalah
berisolasi XLPE. Kabel ini ditanam langsung di tanah pada kedalaman tertentu
dan diberi pelindung terhadap pengaruh mekanis dari luar. Kabel tanah ini
24

memiliki isolasi sedemikian rupa sehingga mampu menahan tegangan tembus


yang ditimbulkan.

Tabel 2.4 Jenis dan KHA Kabel SKTM


Penampang
Jenis Kabel Di Udara Di Dalam Tanah
nominal (mm2)
95 242 A 214 A
NAAXSEY 150 319 A 272 A
Multicore 240 425 A 358 A
300 481 A 348 A
3 x 50 + N 134 A -
NFAAXSEY-T 3 x 70 + N 163 A -
Twisted Cable 3 x 95 + N 203 A -
3 x 120 + N 234 A -

2.4 Gangguan Jaringan Distribusi


Gangguan pada sistem distribusi merupakan suatu keadaan dari suatu sistem
penyaluran tenaga listrik yang menyimpang dari kondisi normal. Pada dasarnya
gangguan yang sering terjadi pada sistem distribusi 20 kV dapat digolongkan
menjadi dua macam yaitu, gangguan dari dalam sistem dan gangguan dari luar
sistem. Gangguan dari dalam sistem dapat berupa kegagalan dari fungsi peralatan
jaringan, kerusakan peralatan jaringan, kerusakan peralatan pemutus beban, dan
kesalahan pada alat pendeteksi. Sedangkan gangguan yang berasal dari luar sistem
disebabkan oleh sentuhan daun / pohon pada penghantar, sambaran petir, manusia,
binatang, cuaca, dan lain-lain. Klasifikasi gangguan yang terjadi pada jaringan
distribusi digolongkan menjadi dua yaitu gangguan temporer dan gangguan
permanen. Macam-macam gangguan dalam jaringan distribusi diantaranya adalah
sebagai berikut :
a) Gangguan Beban Lebih (Overload)
Beban Lebih dalam jaringan tegangan menengah adalah semua beban yang
menyebabkan pemanasan berlebihan pada SKTM sehingga akan menyebabkan
kerusakan pada isolasi kabel tanah pada saluran. Hal ini disebabkan karena arus
yang mengalir melebihi kemampuan hantar arus dari peralatan itu sendiri, beban
lebih dapat terjadi karena peningkatan pemakaian tenaga listrik atau adanya
manuver di jaringan setelah terjadinya gangguan.
25

Prinsip kerja relai beban lebih adalah dengan sensor bimetal yang akan memuai
jika terdapat panas yang berlebihan. Gerakan yang diakibatkan panas akan
mengerjakan kontak-kontaknya. Pada SUTM tidak dipasang jenis relai ini karena
pemanasan pada kawat udara akan didinginkan secara alamiah oleh udara.

b) Gangguan Tegangan Lebih


Gangguan ini terjadi karena adanya kelainan pada sistem tenaga listrik, antara
lain: Tegangan lebih dengan power frekuensi, misal: pembangkit kehilangan
beban yang diakibatkan adanya gangguan pada sisi jaringan, sehingga over speed
pada generator, tegangan lebih ini dapat juga terjadi adanya gangguan pada
pengatur tegangan secara otomatis (Automatic Voltage Regulator) yang terpasang
pada generator.

c) Gangguan Hubung Singkat


Gangguan hubung singkat merupakan gangguan yang terjadi karena adanya
hubungan langsung fasa dengan fasa atau fasa dengan tanah. Menurut sumber
gangguannya, gangguan hubung singkat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
hubung singkat simetri dan hubung singkat tidak simetri.
 Hubung Singkat Simetri
Hubung singkat simetri merupakan hubung singkat yang terjadi pada ketiga
saluran fasa baik yang berhubungan dengan tanah maupun tidak. Yang
termasuk hubung singkat simetri adalah hubung singkat tiga fasa ke tanah dan
hubung singkat tiga fasa.
 Hubung Singkat Tiga Fasa Ke Tanah (L-L-L-G)
Gangguan ini terjadi karena ketiga fasa R, S, dan T pada jaringan saling
berhubungan atau menempel disertai dengan hubung antara ketiga fasa
dengan tanah, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.18
R

Gambar 2.18 Hubung Singkat Tiga Fasa ke Tanah


26

 Hubung Singkat Tiga Fasa (L-L-L)


Hubung singkat tiga fasa merupakan gangguan yang terjadi karena ketiga
fasa R, S, dan T pada jaringan saling berhubungan atau menempel, seperti
yang ditunjukkan pada gambar 2.19
R

Gambar 2.19 Hubung Singkat Tiga Fasa

 Hubung Singkat Tidak Simetri


Hubung singkat tidak simetri merupakan hubung singkat yang terjadi pada
salah satu ataupun dua saluran fasa yang terhubung langsung dengan tanah
ataupun yang tidak terhubung langsung dengan tanah. Yang termasuk hubung
singkat tidak simetri adalah hubung singkat satu fasa ke tanah, hubung singkat
dua fasa (antar fasa), dan hubung singkat dua fasa ke tanah.
 Hubung Singkat Satu Fasa Ke Tanah (L-G)
Gangguan ini terjadi karena antara salah satu fasa dengan tanah saling
berhubungan atau menempel. Misalnya hubung antara fasa R dengan
tanah, hubung antara fasa S dengan tanah, atau hubung antara fasa T
dengan tanah. Hubung singkat satu fasa ke tanah ditunjukkan pada gambar
2.20
R R
R
S S
S
T T
T

HS Fasa R - G HS Fasa S – G HS Fasa T - G

Gambar 2.20 Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah


27

 Hubung Singkat Dua Fasa / Antar Fasa (L-L)


Hubung singkat antar fasa terjadi karena dua fasa pada jaringan saling
berhubungan atau menempel. Misalnya hubung antara fasa R dengan S,
hubung antara fasa S dengan T, atau hubung antara fasa R dengan T.
Hubung singkat dua fasa (antar fasa) ditunjukkan pada gambar 2.21
R R R

S S S

T T T

HS Fasa R dan S HS Fasa S dan T HS Fasa R dan T

Gambar 2.21 Hubung Singkat Dua Fasa

 Hubung Singkat Dua Fasa Ke Tanah (L-L-G)


Hubung singkat dua fasa ke tanah terjadi karena antara dua fasa pada
jaringan saling berhubungan atau menempel yang disertai hubungan
dengan tanah. Misalnya hubung singkat fasa R dan S dengan tanah,
hubung singkat fasa S dan T dengan tanah, atau hubung singkat fasa R dan
T dengan tanah. Hubung singkat dua fasa ke tanah ditunjukkan pada
gambar 2.22
R R R

S S S

T T T

HS Fasa R-S-G HS Fasa S-T-G HS Fasa R-T-G

Gambar 2.22 Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah


28

Menurut sifatnya, gangguan hubung singkat dibedakan menjadi dua yaitu hubung
singkat temporer dan hubung singkat permanen. Yang bersifat temporer ditandai
dengan normalnya kerja PMT setelah dimasukan kembali. Yang bersifat
permanen ditandai dengan bekerjanya kembali PMT untuk memutus daya listrik
(dalam praktek dikatakan PMT trip kembali). Gangguan permanen baru dapat
diatasi setelah sebab-sebab gangguan dihilangkan sedangkan pada gangguan
temporer sebab gangguan hilang dengan sendirinya setelah PMT trip.

2.5 Sistem Proteksi Jaringan


Sistem tenaga listrik sangat memegang peranan penting dalam semua aspek,
sehingga faktor keamanan pada pusat pembangkit listrik maupun pada jaringan
tegangan menengah sangat diperlukan.

Sistem proteksi tenaga listrik merupakan rangkaian pengaman peralatan listrik


dari generator / pembangkit sampai ke konsumen yang saling berhubungan
dengan tujuan untuk mengamankan sistem tenaga listrik dari gangguan agar
keandalan tetap terjaga.

Tujuan utama dari proteksi adalah membatasi pengaruh-pengaruh akibat


terjadinya gangguan, memadamkan gangguan serta mengisolir bagian-bagian
yang terganggu tersebut tanpa mengganggu bagian-bagian yang lain.
Sistem proteksi dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

a) Proteksi Utama
Proteksi Utama adalah proteksi yang menjadi prioritas pertama untuk
membebaskan / mengisolasi gangguan atau menghilangkan kondisi tidak normal
pada sistem tenaga listrik.
b) Proteksi Cadangan (Back Up)
Back up Proteksi adalah Pengaman cadangan yang bekerja dengan waktu tunda
untuk memberikan waktu pada proteksi utamanya bekerja dengan baik sebelum
relai cadangan bereaksi. Kerja sistem proteksi utama akan berlangsung dengan
cepat dan mengisolasi dengan waktu yang singkat.
29

2.5.1 Zona Proteksi Sistem Tenaga Listrik


Pengaman sistem tenaga listrik biasanya dikelompokkan pada bagian sistem yang
dinamakan zona pengaman / proteksi. Zona pengaman dimaksudkan sebagai
daerah yang menjadi tanggung jawab suatu pola pengamanan, seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.23

b d
a c e

Gambar 2.23 One Line Diagram Zona Proteksi

Keterangan :
a) Zona Pembangkit / Generator
b) Zona Transformator
c) Zona Busbar
d) Zona Transmisi
e) Zona Distribusi

Pola pengamanan adalah suatu sistem pengaman yang melindungi peralatan dari
keadaan tidak normal dari suatu sistem tenaga lisrik. Setiap zona memiliki pola
pengaman tertentu dan setiap pola mempunyai sistem tertentu, misalnya pola
pengamanan pada transformator tidak sama dengan pola pengamanan pada suatu
transmisi / generator / busbar.

Pembagian zona pengaman secara garis besar meliputi sistem zona pembangkit,
zona busbar, zona transformator tenaga, dan zona transmisi. Zona-zona pengaman
tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga over lap (tumpang tindih) untuk
zona yang berdekatan, hal ini dimaksudkan agar tidak ada satu titikpun dalam
sistem tenaga listrik yang tidak mempunyai sistem pengaman.

2.5.2 Fungsi Proteksi


Untuk melindungi peralatan terhadap gangguan yang terjadi dalam sistem
diperlukan alat-alat pengaman. Alat-alat pengaman mempunyai dua fungsi, yaitu:
a) Melindungi peralatan terhadap gangguan yang terjadi dalam sistem agar tidak
mengalami kerusakan. Untuk memenuhi fungsi tersebut peralatan pengaman harus
30

bekerja cepat agar pengaruh gangguan dapat segera dihilangkan sehingga


pemanasan berlebihan yang timbul akibat arus hubung singkat dapat segera
dihentikan.
b) Melokalisir akibat gangguan agar tidak sampai meluas dalam sistem. Alat
pengaman dalam sistem harus dapat dikoordinir satu sama lain, sehingga hanya
alat-alat pengaman yang terdekat dengan tempat gangguan saja yang bekerja.
Secara teknis dikatakan bahwa alat-alat pengaman harus bersifat selektif.

2.5.3 Syarat Sistem Proteksi


Beberapa persyaratan terpenting yang harus dipenuhi agar sistem proteksi dapat
bekerja sesuai dengan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a) Kepekaan (Sensitivity)
Prinsipnya peralatan proteksi harus dapat mendeteksi gangguan dengan
rangsangan sekecil mungkin/minimum dari sumber gangguan. Misalnya adalah
gangguan hubung singkat fasa dengan tanah, dimana kawat penghantar putus dan
mengenai pohon. Pohon memiliki nilai tahanan yang cukup besar, sehingga arus
gangguan satu fasa-tanah yang dirasakan oleh relai kecil.
b) Keandalan (Reliability)
Ada lima aspek yang menjadi tolak ukur keandalan peralatan pengaman, yaitu:

 Dependability
Merupakan tingkat kepastian bekerjanya. Pada prinsipnya sistem proteksi
harus dapat diandalkan bekerjanya ketika dibutuhkan maupun tidak
dibutuhkan dan tidak boleh gagal dalam bekerja.
 Security
Merupakan tingkat kepastian untuk tidak salah kerja. Artinya, peralatan
proteksi tidak boleh bekerja yang tidak sesuai dengan fungsinya. Misalnya
bekerja di luar kawasan pengamanan atau sama sekali tidak ada gangguan,
kerja terlalu cepat atau terlalu lambat.
 Availability
31

Merupakan perbandingan antara waktu dimana pengaman dalam keadaan siap


bekerja dengan waktu total operasinya.
 Selektifitas (Selectivity)
Peralatan proteksi harus selektif bekerja pada sistem yang terkena gangguan,
sehingga sistem yang tidak terkena gangguan tidak terpengaruhi oleh sistem
proteksi tersebut. Selain itu proteksi juga dapat membedakan apakah gangguan
terdapat di daerah pengaman utama atau pengaman cadangan, dan proteksi
harus bekerja secara instant atau dengan delay waktu.
 Kecepatan (Speed)
Untuk memperkecil/ meminimalisir kerugian akibat dari gangguan, maka
bagian yang terganggu harus dipisahkan secepat mungkin.

2.6 Peralatan Proteksi Jaringan Distribusi


2.6.1 Pemutus Tenaga (PMT)
Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB) adalah suatu peralatan
pemutus rangkaian listrik pada suatu sistem tenaga listrik, yang mampu
untuk membuka dan menutup rangkaian listrik pada keadaan normal atau
tidak normal yang dilengkapi dengan media pemadam busur api. Dapat
dilihat bentuk PMT pada gambar 2.24

Gambar 2.24 PMT 20 kV


32

Dalam keadaan tidak normal (gangguan), PMT merupakan sakelar otomatis yang
dapat memutuskan arus gangguan, di mana untuk mengerjakan PMT dalam
keadaan tidak normal ini, digunakan rangkaian trip yang mendapat sinyal dari
suatu rangkaian relai pengaman.

Fungsi utama dari PMT adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu
rangkaian listrik dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka atau menutup
saat terjadi arus gangguan (hubung singkat) pada jaringan atau peralatan lain.
Busur api yang timbul pada waktu pemisahan kontak akan dipadamkan oleh suatu
media isolasi yang dipakai oleh PMT tersebut.

Jenis-jenis PMT atau CB ditandai dengan media isolasinya dimana, media ini
berfungsi sebagai isolasi antara kedua kontak dan sebagai pemadam busur api
yang terjadi pada saat pembukaan atau penutupan PMT atau CB. Adapun jenis
CB adalah sebagai berikut :
a) Oil Circuit Breaker (OCB)
CB ini menggunakan minyak sebagai isolasi dan sebagai pemadam busur yang
terjadi. Jenis OCB ada 2 macam :
 Bulk Oil, CB ini menggunakan banyak minyak

 Small Oil, CB ini menggunakan sedikit minyak


Pada saat pemasukan dan pemutusan akan terjadi busur api maka akan ada
minyak yang terbakar sehingga menimbulkan arang, dengan demikian perlu
adanya pemeliharaan terhadap minyak tersebut.

b) Sulphur Hexaflouride Circuit Breaker (SF6CB)


SF6CB menggunakan media gas sulphur hexafluoride sebagai bahan isolasi dan
pemadaman busur. Tekanan gas SF6 untuk sistem tegangan 70kV ke atas
umumnya diatas 1 atm. Keuntungan jenis CB ini dibandingkan dengan OCB
adalah lebih bersih dan tidak menimbulkan polusi. Hal ini karena dipengaruhi
sifat-sifat gas SF6 yaitu :
 Tidak berwarna
 Tidak beracun
33

 Bersifat gas elektronegatif


 Tidak berbau
 Tidak mudah terbakr

 Merupakan gas berat sekitar 5x dari udara


c) Vacuum CB (VCB)
Pada umumnya VCB kontak-kontaknya pada ruang hampa udara. Karena
teknologi yang sulit maka sampai saat ini VCB baru diproduksi untuk tegangan
sampai dengan 20kV.

2.6.2 Penutup Balik Otomatis (PBO) atau Recloser


a) Pengertian Recloser
Recloser artinya menutup kembali, digunakan untuk mengamankan peralatan
listrik atau jaringan SUTM bila terjadi gangguan hubung singkat temporer /
sementara atau permanen. Recloser adalah rangkaian listrik yang terdiri dari
pemutus tenaga yang dilengkapi kotak kontrol elektronik (Electronic
Control Box) Recloser, yaitu suatu peralatan elektronik sebagai kelengkapan
recloser. Dari dalam kotak kontrol inilah pengaturan (setting) recloser dapat
ditentukan.
34

Gambar 2.25 Recloser

b) Sistem Kerja Recloser


Recloser bekerja secara otomatis yang berguna mengamankan suatu sistem dari
arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat. Cara bekerjanya
adalah dengan menutup balik dan membuka secara otomatis yang dapat diatur
selang waktunya, dimana jika terjadi gangguan temporer, recloser tidak membuka
tetap (lockout), kemudian recloser akan menutup kembali setelah gangguan itu
hilang. Apabila gangguan bersifat permanen, maka setelah membuka atau
menutup balik sebanyak setting yang telah ditentukan kemudian recloser akan
membuka tetap (lock out).

Recloser umumnya mempunyai dua elemen utama, yaitu:


 Dead Time
Berfungsi untuk menentukan selang waktu dari saat PMT trip sampai PMT
diperintah masuk kembali, dan dead time element ini dimaksudkan untuk
memadamkan busur api yang terjadi saat kontak-kontak PMT membuka.
 Blocking Time
Berfungsi untuk memblok elemen “Dead Time Delay” selama beberapa waktu
setelah bekerja memasukkan PMT, blocking time dimaksudkan untuk memberi
kesempatan kepada PMT guna memulihkan tenaganya setelah habis untuk
melakukan suatu siklus auto reclosing.

Recloser akan mulai bekerja saat mendapat tegangan positif dari Ground Fault
Relay (GFR) yaitu ketika relai GFR bekerja memberikan perintah trip ke PMT.
Elemen yang start adalah elemen DT (Dead Time Delay Element). Setelah
beberapa waktu elemen DT menutup kontaknya dan memberi perintah masuk ke
PMT dan mengenergize elemen BT (Blocking Time Delay Element). Elemen DT
ini segera membuka rangkaian closing coil PMT sehingga PMT tidah bisa reclose.
Setelah beberapa waktu sesuai settingannya element BT akan reset yang berarti
DT dapat bekerja kembali siap untuk melakukan reclosing lagi.

Cara kerja dari Recloser ialah jika terjadi gangguan temporer, maka relai akan
bekerja menutup kontaknya dan mengalir arus DC menuju trip coil (TC) maka
PMT/CB trip. Pada waktu yang sama dead time (DT) memperoleh energi dan
35

bekerja sesuai dengan jangka waktu setelannya. Saat kontak-kontak DT menutup


yang mana kontak pertama memberikan pulsa closing ke closing coil (CC)
sehingga CB menutup kembali. Kontak kedua memberikan energi ke Blocking
Time (BT), dan BT langsung bekerja membuka kontak-kontaknya. Kontak
pertama memutus pulsa closing dan kontak kedua memblok DT. Setelah jangka
waktu setelan BT habis maka akan reset yang berarti DT siap bekerja kembali
melakukan reclosing untuk siklus berikutnya.
PMT
CT

TC CC

C
GFR S
BT2

DT
BT

DT2

+
- DT1 BT1

Gambar 2.26 Rangkaian Relai Penutup Balik (Recloser)

Keterangan:
TC = Trip Coil
CC = Closing Coil
PMT = Pemutus Tenaga/ CB
C = Counter/ Penghitung kerja relai
S = Saklar ON/OFF
DT = Dead Time
BT = Blocking Time

c) Komponen–komponen Recloser
Di dalam Recloser terdapat komponen–komponen pendukungnya yaitu :
 PMT
PMT adalah bagian dari Recloser yang berhubungan langsung dengan tegangan
menengah 20 kV yang mana PMT tersebut mengadakan interruptor pada saat
36

pemasukan dan pelepasan beban. PMT Recloser selalu dilengkapi dengan


pemadam busur api seperti menggunakan media minyak, vakum, atau gas SF6.
 Kontrol Elektronik
Kontrol elektronik pada Recloser adalah peralatan pengontrol yang mengatur
pemasukan dan pelepasan PMT dimana dari kontrol ini setting Recloser
ditentukan. Kontrol elektronik ini terdiri dari beberapa kelengkapan sebagai
berikut:
 Baterai
 Switch untuk pengoperasian
 Lampu control
 Reclosing relay

d) Klasifikasi Recloser
 Recloser menurut jumlah fasanya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
 Fasa tunggal
Recloser ini dipergunakan sebagai pengaman saluran fasa tunggal, misalnya
saluran cabang fasa tunggal dari saluran utama fasa tiga.
 Fasa tiga
Fasa tiga umumnya untuk mengamankan saluran tiga fasa terutama pada
saluran utama
 Recloser menurut media peredam busur apinya dibedakan menjadi tiga jenis,
yaitu:
 Media minyak
 Vakum
 SF6
 Recloser menurut peralatan pengendalinya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
 Recloser Hidrolik (Kontrol hidrolik)
Recloser ini menggunakan kumparan penjatuh yang dipasang seri terhadap
beban (seri tripcoil). Bila arus yang mengalir pada Recloser 200% dari arus
setting-nya, maka kumparan penjatuh akan menarik tuas yang secara
mekanik membuka kontak utama Recloser.
 Recloser Terkontrol Elektrik
37

Cara kontrol elektronis lebih fleksibel, lebih mudah diatur dan diuji secara
lebih teliti dibanding Recloser terkontrol hidrolis. Perlengkapan elektrolis
diletakkan dalam kotak yang terpisah. Pengubah karakteristik, tingkat arus
penjatuh, urutan operasi dari Recloser terkontrol elektronis dapat dilakukan
dengan mudah tanpa mematikan dan mengeluarkan dari tangki Recloser.
 Berdasarkan tipe perintah reclosing ke PMT dapat dibedakan dalam dua jenis
reclosing relai, yaitu :
 Single Shot Reclosing Relai
Relai ini hanya dapat memberikan perintah reclosing ke PMT satu kali dan
baru dapat melakukan reclosing setelah blocking time berakhir. Bila terjadi
gangguan pada periode blocking time, PMT trip dan mengunci (lockout).
Diagram fungsi waktu dari Relai Recloser Single Shoot dapat dilihat pada
gambar 2.27 berikut.
Gangguan

Arus

Masuk
PMT
Keluar

tdo
Relai
tk

td
Dead Time

Pulsa
closing

tb
Blocking
time

Gambar 2.27 Diagram Kerja Fungsi Waktu Relai Penutup Balik Single
Shot Reclosing Relai

Relai ini dapat memberikan perintah reclosing ke PMT lebih dari satu kali.
Dead time antar reclosing dapat diatur sama atau berbeda. Bila terjadi
gangguan , relai OCR/ GFR memberikan perintah trip ke PMT dan pada
saat yang sama juga meng-energizing reclosing relai. Setelah dead time t1
yang sangat pendek (kurang dari 0,6 detik), relai memberi perintah reclose
38

ke PMT. Jika gangguan masih ada , PMT akan trip kembali dan reclosing
relai akan melakukan reclose yang kedua setelah dead time t2 yang lebih
lama dari t1 (antara 15- 60 detik). Jika gangguan masih ada, maka PMT
akan trip kembali dan reclosing relai akan melakukan reclose yang ke tiga
setelah dead time t3. Bila gangguannya masih ada dalam periode blocking
time, maka PMT akan trip dan lockout. Penggunaan multi shot reclosing
harus disesuaikan dengan siklus kerja (duty cycle) dari PMT.

Gambar 2.28 Diagram Kerja Fungsi Waktu Multi Shot Reclosing Relai

Keterangan gambar :
td1 = dead time dari reclosing pertama
td2 = dead time dari reclosing kedua
td3 = dead time dari reclosing ketiga
tb1 = blocking time dari reclosing pertama
tb2 = blocking time dari reclosing kedua
tb3 = blocking time dari reclosing ketiga

2.6.3 Saklar Seksi Otomatis (SSO) / Sectionalizer


Saklar Seksi Otomatis (SSO) atau Sectionalizer adalah peralatan pengaman yang
dapat memutus rangkaian untuk dapat memisahkan saluran utama dalam
beberapa seksi, agar pada keadaan gangguan permanen, luas daerah jaringan
yang harus dibebaskan di sekitar lokasi gangguan dapat sekecil mungkin.
39

Bila tidak ada Recloser di sisi sumber maka SSO tidak berfungsi otomatis
atau sebagai saklar biasa.

SSO dikoordinasikan dengan pengaman di sisi sumber (seperti relai Recloser)


untuk mengisolir secara otomatis seksi SUTM yang terganggu. SSO dapat
juga dipakai untuk membuka dan menutup rangkaian dalam keadaan
berbeban. Saklar ini bekerja didasari oleh dua faktor, yaitu merasakan arus
gangguan dan hilang tegangan.

SSO disetting agar bekerja saat recloser reclose sebanyak setting dikurangi 1.
Sebagai contoh, terjadi gangguan di titik setelah SSO dan Recloser disetting
untuk reclose sebanyak tiga kali. Maka pada saat Recloser reclose untuk
kali kedua, SSO akan bekerja.

Gambar 2.29 Sectionalizer

2.6.4 Load Break Switch (LBS)


Saklar pemutus beban (Load Break Switch) merupakan saklar atau pemutus arus
tiga fasa untuk penempatan di luar (outdoor) pada tiang JTM, yang dikendalikan
secara elektronis. Saklar dengan penempatan di atas tiang ini dioptimalkan
melalui kontrol jarak jauh dan skema otomatisasi. Jenis pemutus beban tergantung
penggunaan bahan dari pemadaman busur api yang timbul pada waktu pembukaan
kontak pemutus (misalnya pemutus gas, pemutus udara vacum). Kemampuan
dalam memutus biasanya disesuaikan dengan rating arus nominal saluran dimana
alat ini ditempatkan, tetapi harus mampu melakukan tugas penutupan dengan arus
sangat besar (arus hubung singkat) tanpa mengalami kerusakan.
Ciri-ciri LBS:
40

a) Dapat digunakan sebagai pemisah maupun pemutus tenaga dengan beban


nominal
b) Tidak dapat memutuskan jaringan dengan sendirinya saat terjadi gangguan
pada jaringan

c) Dibuka dan ditutup hanya untuk memanipulasi beban

LBS dapat dioperasikan dalam keadaan berbeban (onload) namun tidak boleh
membuka saat terjadi gangguan berupa arus hubung singkat. Hal ini disebabkan
karena SF6 yang terdapat di dalam peredam busur api LBS memiliki kemampuan
terbatas terhadap besarnya arus yang melaluinya. Apabila pada saat terjadi
gangguan hubung singkat, LBS ikut membuka hal ini justru dapat menyebabkan
kerusakan pada LBS tersebut ataupun dikhawatirkan LBS bisa meledak.

LBS dapat dioperasikan dengan dua cara yaitu secara lokal melalui panel kontrol
LBS maupun menggunakan Hook Stick atau secara remote melaui SCADA. LBS
yang dapat dioperasikan dengan SCADA sering disebut SSO (Sectionalizer). Pada
panel kontrol LBS terdapat tombol operasi open/ close untuk mengoperasikan
kontak-kontak LBS saat melakukan manuver jaringan. Jika panel kontrol tidak
berfungsi, LBS dapat dioperasikan menggunakan hook stick dengan cara
mengaitkannya pada lubang handle operasi open/ close LBS.

Jenis LBS yang digunakan pada Jaringan SUTM adalah Pole-Mounted Load
Break Switch. Sesuai dengan namanya Pole-Mounted LBS yang dipasang pada
tiang - tiang JTM (outdoor). Beberapa LBS jenis ini dilengkapi dengan fitur
sebagai Sectionalizer. LBS tipe ini dipasang pada main feeder dan berfungsi
sebagai pembatas tiap seksi-seksi jaringan untuk melokalisir daerah gangguan
maupun pemadaman.
41

Gambar 2.30 Load Break Switch

2.6.5 Air Break Switch (ABSW)


ABSW merupakan salah satu peralatan jaringan yang berfungsi sebagai switching
(sakelar) yaitu peralatan yang dapat menghubungkan atau memisahkan
jaringan dalam kondisi tidak berbeban. Media kontaknya adalah udara yang
dilengkapi dengan peredam busur api / interrupter berupa hembusan udara
yang berfungsi sebagai peredam busur api yang ditimbulkan saat dibukanya
pisau ABSW dalam kondisi bertegangan. ABSW juga dilengkapi dengan
isolator tumpu sebagai penopang pisau ABSW, pisau kontak sebagai kontak
gerak yang berfungsi memutus dan menghubungkan ABSW.

Pada saat terjadi gangguan pada jaringan distribusi, fungsi ABSW adalah untuk
melokalisir gangguan. Selain sebagai pemisah, ABSW berfungsi untuk
membagi beban. Dalam kondisi operasi normal dua buah penyulang
dipisahkan oleh ABSW pada posisi buka/NO (Normaly Open). Titik posisi
NO tidak selalu pada ABSW tertentu saja, namun bisa dipindah ke ABSW
lain yang sebelumnya pada posisi tutup/NC (Normaly Close) yang berada
pada batas pembagi/seksi atau zone, pemindahan titik ABSW NO ini dengan
mempertimbangkan regulasi beban antara kedua penyulang yang
disesuaikan dengan kemampuan/ kapasitas dari masing-masing penyulang.
Pada kondisi tertentu untuk keperluan pemeliharaan atau peralatan disuatu
seksi diperlukan manuver (pelimpahan) beban dari penyulang satu ke
penyulang yang lainnya, untuk meminimalkan daerah padam. Kondisi yang
sifatnya hanya sementara ini tetap harus diperhitungkan koordinasi
pengamannya, sehingga apabila terjadi gangguan dimanapun titiknya,
kinerja pengaman jaringan akan tetap terpenuhi.

Untuk mengoperasikan ABSW dilakukan secara manual menggunakan handle


ABSW. Handle ABSW ini terletak di tiang dimana ABSW dipasang.
ABSW hanya dioperasikan pada beban yang relatif kecil, karena media
pemadam busur api ABSW berupa hembusan udara dengan tekanan kecil
sekitar 100 kg/N2. Oleh karena itu perlu diperhatikan spesifikasi ABSW
yang terpasang pada jaringan distribusi.
42

Gambar 2.31 Air Break Switch (ABSW)

2.6.6 Relai Pengaman Proteksi


Adapun relai-relai yang terdapat pada sistem penyulang tegangan menengah untuk
keperluan pengamanan gangguan yang paling umum adalah :
a) Over Current Relai (OCR)
Relai arus lebih berfungsi untuk mengamankan jaringan terhadap gangguan antar-
fasa (2 atau 3 fasa) dan bekerja pada bermacam arah (tidak membedakan arah arus
gangguan). OCR adalah suatu relai yang bekerja berdasarkan adanya kenaikan
arus yang melebihi nilai pengaman (I setting) tertentu dan dalam jangka waktu
tertentu. OCR mendeteksi besaran arus yang melalui suatu jaringan dengan
bantuan trafo arus. Relai ini digunakan sebagai pengaman utama pada jaringan
tegangan menengah. Relai ini bekerja untuk melindungi peralatan listrik apabila
terjadi arus lebih akibat:
 Adanya penambahan beban atau perkembangan beban.
 Adanya gangguan hubung singkat di jaringan maupun instalasi listrik.

Karakteristik Relai Arus Lebih/ OCR adalah sebagai berikut :

a) Relai Arus Lebih Seketika (Instantaneous)


Disebut relai seketika (instantaneous) jika jangka waktu relai pick up hingga
selesainya kerja membutuhkan waktu sangat pendek / singkat (maksimal 0,1
detik) dan tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya nilai arus gangguan yang terjadi.
Pick up ( Iset) adalah nilai arus minimal yang dapat menyebabkan relai bekerja
dan menutup kontaknya atau sering disebut arus kerja.
43

Gambar 2.32 Diagram Karakteristik Relai Instantaneous

b) Relai Arus Lebih Tunda Waktu Tertentu (Definite Time)


Disebut relai arus lebih tunda waktu tertentu jika jangka waktu relai mulai pick up
hingga selesainya kerja relai diperpanjang dengan nilai waktu tertentu dan tidak
tergantung dari besar nilai arus gangguan.

Gambar 2.33 Diagram Karakteristik Relai Definite Time

c) Relai Arus Lebih Tunda Waktu Terbalik (Inverse Time)


Disebut relai arus lebih tunda waktu berbanding terbalik adalah jika jangka waktu
relai mulai pick up hingga selesainya kerja relai diperpanjang dengan nilai waktu
tertentu dan berbanding terbalik dengan besar nilai arus gangguan yang
menggerakkan relai.
44

Gambar 2.34 Diagram Karakteristik Relai Inverse Time

Karakteristik relai arus lebih inverse ada empat macam, yaitu:


a) Normal Inverse
b) Very inverse
c) Extremely Inverse
d) Long Time Inverse

Cara penyambungan OCR untuk mengamankan gangguan antar-fasa (2 fasa atau


3 fasa) dapat menggunakan 3 (tiga) atau 2 (dua) buah relai arus lebih.

Gambar 2.35 Sistem Sambungan dengan 3 Relai


45

Gambar 2.36 Sistem Sambungan dengan 2 Relai

Pengaman arus lebih dengan menggunakan 2 buah relai sudah cukup untuk
mengatasi gangguan 3 fasa maupun 2 fasa. Jika terjadi gangguan 3 fasa, maka
kedua relai bekerja. Jika terjadi gangguan 2 fasa, maka salah satu atau kedua relai
bekerja.
Misalnya :
 Jika fasa yang terganggu adalah R dengan S, maka OCR yang bekerja adalah
OCR pada fasa R.
 Jika fasa yang terganggu adalah S dengan T, maka OCR yang bekerja adalah
OCR pada fasa T.
 Jika fasa yang terganggu adalah R dengan T, maka OCR yang bekerja adalah
OCR pada kedua fasa.

b) Ground Fault Relai (GFR)


Relai gangguan tanah adalah relai yang digunakan untuk mengamankan jaringan
dari gangguan 1 fasa ke tanah atau 2 fasa ke tanah. Pada dasarnya relai gangguan
tanah adalah relai arus lebih yang dipergunakan untuk mengamankan gangguan ke
tanah yaitu 1 fasa ke tanah atau 2 fasa ke tanah. Relai ini akan efektif apabila
digunakan pada sistem tenaga listrik dengan pentanahan netral langsung atau
pentanahan netral dengan tahanan rendah.
46

Gambar 2.37 Penyambungan Relai Gangguan Tanah

2.7 Koordinasi Kerja Peralatan Pengaman


2.7.1 Koordinasi PMT dan Recloser
PMT dan Recloser harus dapat mengamankan area yang diamankan apabila
terjadi gangguan. Peralatan ini harus dikoordinasikan untuk memastikan bahwa
peralatan yang difungsikan untuk mengamankan gangguan pada titik gangguan
harus beroperasi terlebih dahulu.

Kegagalan pada proteksi utama harus dapat diatasi, yaitu dengan proteksi
cadangan (back up protection). Proteksi cadangan ini umumnya mempunyai
perlambatan waktu (time delay), hal ini untuk memberikan kesempatan kepada
proteksi utama beroperasi terlebih dahulu, dan jika proteksi utama gagal baru
proteksi cadangan yang akan beroperasi. Dengan demikian hanya bagian yang
mengalami gangguan saja yang dipisahkan atau diisolir dari sistem tersebut. Relai
pengaman dengan kemampuan selektif yang baik dibutuhkan untuk mencapai
keandalan sistem yang tinggi karena tindakan pengaman yang cepat dan tepat
akan dapat memperkecil daerah yang mengalami gangguan menjadi sekecil
mungkin.

Bila terjadi gangguan pada zona antara PMT dan Recloser maka PMT akan
membuka. Jika gangguan pada sisi setelah Recloser maka Recloser akan
membuka untuk yang pertama dan kedua kemudian akan menutup kembali jika
Recloser mendeteksi gangguan sementara dan recloser akan lockout bila
mendeteksi gangguan permanen.

2.7.2 Koordinasi Recloser dan Sectionalizer


Bila terjadi gangguan pada sisi setelah sectionalizer, maka recloser akan bekerja
dengan buka tutup cepat pertama atau sampai kedua untuk menghilangkan
gangguan yang bersifat temporer. Sectionalizer mengindera arus gangguan dan
menghitung banyaknya buka tutup dari recloser (berapa kali arus gangguan
terputus). bila gangguan bersifat permanen, maka sesuai penyetelan hitung dari
47

sectionalizer, sectionalizer akan membuka pada saat recloser membuka, sebelum


buka tutup terakhir dan mengunci (lock out). Jadi seksi yang terganggu dapat
dibebaskan dengan terbukanya sectionalizer, kemudian sectionalizer masuk dan
terpasang normal kembali (reset).

2.8 Teori Arus Hubung Singkat


2.8.1 Komponen Simetris
Suatu sistem tidak seimbang yang terdiri dari “n” fasor-fasor yang berhubungan
dapat diuraikan menjadi “n” buah sistem dengan fasor-fasor seimbang yang
dinamakan komponen-komponen simetris dari fasor-fasor aslinya.

N buah fasor pada setiap himpunan komponen-komponennya adalah sama


panjang, dan sudut-sudut di antara fasor-fasor yang bersebelahan dalam himpunan
itu adalah sama besarnya.

Jadi tiga fasor tak seimbang dari suatu sistem tiga fasa dapat diuraikan menjadi
tiga sistem fasor yang seimbang. Himpunan-himpunan seimbang dari komponen-
komponen itu adalah :
a) Komponen urutan positif (Positive Sequence Component)
Terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah satu dengan yang lain dalam
fasa sebesar 1200 dan mempunyai urutan fasa sama seperti fasor – fasor aslinya.
Urutan Positif (1)

Gambar 2.38 Vektor Komponen Urutan Positif

b) Komponen urutan negatif (Negative Sequence Component)


Terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah satu dengan yang lain dalam
fasa sebesar 1200 dan mempunyai urutan fasa yang berlawanan dengan fasor –
fasor lainnya.
Urutan Negatif (2)
48

Gambar 2.39 Vektor Komponen Urutan Negatif

c) Komponen urutan nol (Zero Sequence Component)


Terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan dengan pergeseran fasa nol antara
fasor satu dengan yang lain.
Urutan Nol (0)

Gambar 2.40 Vektor Komponen Urutan Nol

2.8.2 Penyelesaian Sistem Tiga Fasa yang Tak Seimbang

Gambar 2.41 Tiga Fasa Tidak Seimbang dengan Komponen Simetrinya

Karena setiap fasor yang tidak seimbang merupakan vektor dari komponen-
komponen simetrinya, maka fasor-fasor aslinya dapat dinyatakan dengan :
Va = Va0 + Va1 + Va2 (2.1)
Vb = Vb0 + Vb1 + Vb2 (2.2)
Vc = Vc0 + Vc1 + Vc2 (2.3)
49

Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa tegangan sistem adalah


penjumlahan anggota-anggota komponen simetrinya.

2.8.3 Operator Komponen Simetris (Operator ‘a’)


Operator ‘a’
Misal :
a = 1< 120⁰
= -0,5 + j 0,866

Gambar 2.42 Diagram Fasor


Operator a

Pangkat/Fungs
Bentuk dalam Kutub Koordinat Kartesian
i
A 1 120º -0,5 + j0,866
2
a 1 240º = 1 -120º -0,5 - j0,866
3
a 1 360º = 1 0º 1,0 + j0,0
a4 1 120º -0,5 + j0,866
1 + a = -a2 1 60º 0,5 + j0,866
1–a √ 3 ∠ -30o 1,5 - j0,866
1 + a = -a 1 -60º 0,5 - j0,866
2
1–a √ 3 ∠ 30o 1,5 + j0,866
a–1 √ 3 ∠ -150o -1,5 + j0,866
a + a2 1 ∠ -180o -1,0 - j 0,0
a –a2 √ 3 ∠ 90o 0,0 + j 1,732
a2– a √ 3 ∠ -90o 0,0 - j 1,732
a–1 √ 3 ∠ -150o -1,5 - j 0,866
1 + a + a2 0 0º 0 + j0
50

Va = Va0 + Va1 + Va2


Vb = Vb0 + Vb1 + Vb2
Vc = Vc0 + Vc1 + Vc2

Dengan memasukkan operator a, maka persamaan di atas dapat ditulis sebagai


berikut.
Va = Va0 + Va1 + Va2 (2.4)
Vb = Vb0 + a².Va1 + a.Va2 (2.5)
Vc = Vc0 + a.Va1 + a².Va2 (2.6)

Dalam bentuk matrik dapat ditulis sebagai berikut.

Va 1 1 1 Va 0

[ ][
Vb = 1 a 2 a Va 1
Vc 2
1 a a Va 2 ][ ]
Sehingga dapat disingkat menjadi : Vabc = A . V012
Vabc = A . V012
Vabc
V012 =
A
V012 = A-1.Vabc
1 1 1
A
[ ]
= 1 a2 a
1 a a2

1 1 1
A -1 1
3 [ ]
= 1 a2 a
1 a a2

V012 = A-1.Vabc
51

Va 0 1 1 1 Va

[ ] [ ][ ]
Va 1
Va 2
1
= 1 a2 a Vb
3
1 a a2 Vc
Dari persamaan di atas, didapat rumus tinjauan tegangan berikut.
1
Va0 = (Va + Vb + Vc) (2.7)
3
1
Va1 = (Va + a.Vb + a2 .Vc) (2.8)
3
1
Va2 = (Va + a2 . Vb + a.Vc) (2.9)
3
Sedangkan persamaan untuk tinjauan arus sebagai berikut.
1
Ia0 = (Ia + Ib + Ic) (2.10)
3
1
Ia 1 = (Ia + a.Ib + a2 .Ic) (2.11)
3
1
Ia 2 = (Ia + a2 . Ib + a.Ic)
3
(2.12)

2.9 Rangkaian Urutan Jaringan Sistem Tenaga Listrik


2.9.1 Rangkaian Impedansi Sumber
Impedansi sumber diambil dari arus beban puncak yang mengalir dari sistem
interkoneksi ke gardu induk. Dalam setiap kasus gangguan hubung singkat
diketahui arus hubung singkat pada sisi Tegangan Tinggi (150 kV), maka daya
hubung singkatnya adalah sebagai berikut :
MVA HS TT = √ 3 V. I (2.13)
Keterangan =
MVASC = Daya hubung singkat pada sisi tegangan tinggi (MVA)
V = Tegangan pada sisi tegangan tinggi (kV)
I = Arus hubung singkat (kA)
Arus saat beban puncak dimana pasokan daya dari pusat-pusat listrik yang di
interkoneksi masuk ke gardu induk yang ditinjau, selanjutnya dihitung impedansi
hubung singkat (short circuit) sebagai berikut :
kV 2
XS TT = (2.14)
MVA HS TT
52

Keterangan =
XS TT = Impedansi sumber tegangan tinggi (Ω)
kV = Tegangan sisi primer trafo tenaga (kV)
MVAHS TT = Daya hubung singkat sisi tegangan tinggi 150 kV (MVA)

Impedansi sumber ini adalah nilai tahanan pada sisi 150 kV, yang mewakili
semua unit pembangkit beroperasi. Adapun impedansi sumber mencakup
impedansi sumber pembangkit, impedansi trafo tenaga di Pusat Listrik, dan
Impedansi Transmisi.
Karena arus gangguan hubung singkat yang akan dihitung adalah ganguan hubung
singkat disisi 20 kV, maka impedansi sumber tersebut harus ditransformasikan
terlebih dahulu ke sisi 20 kV dengan meggunakan persamaan sebagai berikut :

MVA HS TT = MVA HS TM
kV TT 2 kV TM 2
=
X S TT❑ X S TM❑

kV TM 2
X S TM = . X S TT (2.15)
kV TT2

Keterangan:
X S TM = Impedansi sumber di sisi 20 kV (Ω)
X S TT = Impedansi sumber di sisi 150 kV (Ω)
kV TM = Tegangan transformatortenagasisi tegangan menengah (20 kV)
kv TT = Tegangan transformatortenagasisi tegangan tinggi (150 kV)

2.9.2 Rangkaian Impedansi Transformator


Pada umumnya impedansi urutan positif transformator sama dengan impedansi
urutan negatif transformator tersebut, yaitu:

Z1 = Z2 = Ztrafo (2.16)

Sedangkan untuk menentukan impedansi urutan nol transformator, terlebih dahulu


harus diketahui data belitan trafo. Pada perhitungan impedansi trafo, yang diambil
53

adalah nilai reaktansinya, sedangkan nilai tahanannya diabaikan karena harganya


kecil. Untuk menghitung reaktansi trafo, perlu diperhatikan hal-hal berikut:

a) Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan YnYn atau Δ-Y, di mana
kapasitas belitan delta sama besar dengan kapasitas belitan bintang, maka nilai
reaktansi trafonya adalah :
XT0 = ZT0 = XT1.
b) Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan Yyd, di mana kapasitas delta
biasanya sepertiga dari kapasitas belitan bintang (belitan yang digunakan
untuk menyalurkan daya), maka nilai reaktansi trafo urutan nol adalah :
XT0 = 3 XT1
c) Untuk trafo tenaga dengan hubungan Y-Y dan tidak mempunyai belitan delta
di dalamnya, maka untuk menghitung XT0 berkisar antara 9 sampai dengan 14
kali XT1.
Perhitungan reaktansi trafo urutan positif dan negatif, dapat dilihat pada
persamaan berikut.

kV ²
XT1 = XT2 = ZT1 = ZT2 = Ztrafo (%) . (2.17)
MVA

Keterangan =
XT1 = Reaktansi trafo urutan positif (Ohm)
XT2 = Reaktansi trafo urutan negatif (Ohm)
XT0 = Reaktansi trafo urutan nol (Ohm)
ZT1 = Impedansi trafo urutan positif (Ohm)
ZT2 = Impedansi trafo urutan negatif (Ohm)
ZT0 = Impedansi trafo urutan nol (Ohm)
kV = Tegangan sisi sekunder trafo (kV)
MVA = Kapasitas daya trafo tenaga (MVA)
Ztrafo (%) = Impedansi trafo (pu)
54

(a) (b)

Gambar 2.43 Diagram Rangkaian Reaktansi Trafo;


(a) Urutan Positif dan (b) Urutan Negatif

Tabel 2.6 Diagram Urutan Nol Transformator


No
Hubungan Belitan Rangkaian Urutan Nol
.

2.9.3 Rangkaian Impedansi Saluran


Untuk perhitungan impedansi penyulang ini bergantung dari besarnya impedansi
per km dari penyulang yang akan dihitung. Besarnya impedansi penyulang
didasarkan dari jenis penghantar, yaitu terbuat dari bahan apa penghantar tersebut,
dan juga tergantung dari besar-kecilnya penampang, serta panjang penghantar
yang digunakan.
Z = (R + jX) ohm/ km (2.18)
55

2.10 Sistem Besaran per-Satuan / per-Unit (pu)


Besaran per-satuan atau besaran per-unit disingkat (pu) merupakan nilai
perbandingan dari nilai sebenarnya suatu besaran terhadap nilai dasarnya. Dengan
menggunakan besaran pu akan lebih memudahkan perhitungan. Karena suatu
besaran pu di kalikan dengan pu hasilnya tetap pu. Untuk mendapatkan suatu nilai
dalam besaran pu dapat menggunakan persamaan berikut :

besaran sebenarnya
besaran pu=
besaran dasar
(2.19)

2.10.1 Perhitungan Arus Dasar (Ib) dan Impedansi Dasar (Zb)


Dalam perhitungan arus dasar dan impedansi dasar menggunakan data 3 fasa
sebagai berikut :
kVa dasar 3 fasa
1. Arus Dasar (Ib) =
√ 3 kV dasar L-L
(2.20)
(kV dasar L-L)2
2. Impedansi dasar (Zb) =
MVA dasar 3 fasa
(2.21)

Besaran-besaran dasar tersebut adalah arus dasar dan impedansi dasar. PT. PLN
menggunakan daya dasar pada sistem sebesar 100 MVA, sedangkan untuk
tegangan dasar didasarkan pada data ratio penyulang KDS-06 pada sisi tegangan
menengah yaitu 20 kV.

2.10.2 Mengubah Nilai Besaran per-satuan (pu)


Cara mengoreksi besaran persatuan dapat mempergunakan rumus sebagai berikut :
2
kVBo kVABn
Zn (pu) = Zo (pu)
[ ][
kVBn kVABo ] (2.22)

Keterangan :
Zn(pu) = Impedansi dalam satuan (pu) dengan besaran dasar baru
Zo(pu) = Impedansi dalam satuan (pu) dengan besaran dasar lama
kVBn = Tegangan dasar (kV) baru
kVBo = Tegangan dasar (kV) lama
kVABn = Daya dasar (kVA) baru
56

kVABo = Daya dasar (kVA) lama

2.11 Analisa Gangguan Hubung Singkat pada Sistem Tenaga Listrik


2.11.1 Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah
Untuk diagram rangkaian gangguan satu fasa ke tanah dimana gangguan terjadi
pada fasa a. Gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah melalui impedansi
ditunjukkan pada gambar 2.45

a
b
c

Ia Ib Ic

Zf

Gambar 2.44 Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah

Jika hubung singkat terjadi di fasa a maka :


Ia ≠ 0 Ib = 0 Ic = 0
Va = 0 Vb ≠ 0 Vc ≠ 0
Transformasi arus ke dalam komponen simetri
1
Ia0 = (Ia+ Ib + Ic)
3
1
= (Ia+ 0 + 0)
3
1
= Ia (2.23)
3

1
Ia1 = (Ia + a . Ib + a2 . Ic)
3
1
= (Ia + a . 0 + a2 . 0)
3
1
= Ia
3
57

1
Ia2 = (Ia + a2 . Ib + a . Ic)
3
1
= (Ia + a2 . 0 + a . 0)
3
1
= Ia
3
1
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa Ia0 = Ia1 = Ia2 = Ia sehingga
3
RPTJU dihubung seri.

Ia1 = Ia2 = Ia0

Gambar 2.45 RPTJU Positif, Negatif, dan Nol dihubung Seri

Persamaan arus – arus hubung singkat komponen simetri


Ea
Ia1 =
Z1+Z2+Z0
(2.24)
Ia2 = Ia0 = Ia1

Persamaan arus – arus hubung singkat sistem


Iabc = A . I012
Ia = Ia0 + Ia1 + Ia2 (2.25)
Ib =0
Ic =0

Persamaan tegangan – tegangan komponen simetri sebagai berikut :


Va1 = Ea - Ia1 . Z1 (2.26)
58

Va2 = - Ia2 . Z2
Va0 = - Ia0 . Z0

Persamaan tegangan - tegangan hubung singkat sistem sebagai berikut:


Vabc = A . V012
Va = 0 `
Vb = Va0 + a2 . Va1 + a . Va2 (2.27)
Vc = Va0 + a . Va1 + a2 . Va2

2.11.2 Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah


Untuk diagram rangkaian gangguan dua fasa (antar fasa) ke tanah dimana
gangguan terjadi pada fasa b dan c, menuju tanah. Gangguan hubung singkat dua
fasa (antar fasa) ke tanah ditunjukkan pada Gambar 2.46

/// ///
Gambar 2.46 Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah

Jika hubung singkat terjadi di fasa b dan c, keadaan pada gangguan hubung
singkat dapat dinyatakan sebagai berikut :
Va ≠ 0 Vb = 0 Vc = 0
Ia = 0 Ib ≠ 0 Ic ≠ 0
Maka RPTJU (Rangkaian Pengganti Thevenin Jaringan Urutan) untuk gangguan
dua fasa ke tanah, maka rangkaian urutan positif, negatif, dan nol dihubung
paralel seperti pada gambar 2.47 berikut :
59

Gambar 2.47 RPTJU Positif, Negatif, dan Nol dihubung Paralel

Persamaan untuk arus-arus komponen simetri sebagai berikut :

Ea
Ia1 = Z2 .Z0
Z1+
Z2 + Z0
Z0Tot
Ia2 =- . Ia
Z 2 + Z0 1
Z2Tot
Ia0 =- . Ia
Z 0 + Z2 1

Persamaan arus-arus hubung singkat sistemnya sebagai berikut :


Ia = 0
Ib = Ia0 + a2. Ia1 + a . Ia2
Ic = Ia0 + a. Ia1 + a2 . Ia2

Persamaan tegangan – tegangan komponen simetri


Va1 = Ea – (Ia1 . Z1)
Va2 = Va1
Va0 = Va1

Persamaan tegangan - tegangan hubung singkat sistem sebagai berikut:


Vabc = A . V012
Va = Va0 + Va1 + Va2
60

Vb = 0
Vc = 0

2.11.3 Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa (Antar Fasa)


Untuk diagram rangkaian gangguan dua fasa (antar fasa) dimana gangguan terjadi
pada fasa b dan c. Gangguan hubung singkat dua fasa (antar fasa) ditunjukkan
pada gambar 2.48 berikut

a
b
c
Ia Ib Ic
Gambar 2.48
Hubung Singkat
Dua Fasa Zf
(Antar-Fasa)

Jika fasa yang mengalami gangguan adalah fasa b dan fasa c seperti pada gambar
2.48 diatas maka keadaan pada gangguan hubung singkat semacam ini dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Va ≠ 0 Vb = Vc ≠ 0
Ia = 0 Ib ≠ 0 Ic ≠ 0 (Ib = - Ic)
Transformasi arus kedalam komponen simetri
1
Ia0 = (Ia+ Ib + Ic)
3
1
= (0 + Ib - Ib)
3
=0

1
Ia1 = (Ia + a . Ib + a2 . Ic)
3
1
= (0 + a . Ib - a2 . Ib)
3
1
= (a – a2) Ib
3
61

a- a 2
= ( )
3
Ib (2.28)

1
Ia2 = (Ia + a2 . Ib + a . Ic)
3
1
= (0 + a2 . Ib - a . Ib)
3
1 2
= (a – a) Ib
3
= −¿Ia1

Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa Ia 0 = 0 dan Ia2 = Ia1 sehingga
RPTJU nol dihubung sendiri sedangkan RPTJU positif dan negatif dihubung
paralel.
Z1
F1

Ia1
Ea Va1 Zf
1 < 00 N1
Z2
F2

Ia2
Va2
N2
Z0 F0

Ia0
Va0
N0

Gambar 2.49 RPTJU Positif dan Negatif dihubung Paralel dan RPTJU Nol
dihubung Sendiri

Persamaan arus – arus komponen simetri


Ea
Ia1 = (2.29)
Z1+Z2
Ia2 = - Ia1
Ia0 =0

Persamaan arus – arus hubung singkat sistem


Iabc = A . I012
Ia =0
62

Ib = Ia0 + a2 . Ia1 + a . Ia2 (2.30)


Ic = - Ib

Persamaan tegangan – tegangan komponen simetri


Va1 = Ea - Ia1 . Z1 (2.31)
Va2 = Va1
Va0 = 0

Persamaan tegangan - tegangan hubung singkat sistem


Vabc = A . V012
Va = Va0 + Va1 + Va2 (2.32)
Vb = Va0 + a2 . Va1 + a . Va2
Vc = Va0 + a . Va1 + a2 . Va2

2.11.4 Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa


Pada gangguan tiga fasa melalui impedansi, apabila impedansi pada saluran
maupun impedansi pentanahannya adalah sama, maka dalam hal ini berlaku
penghitungan sebagaimana gangguan tiga fasa simetri, maka baik arus maupun
tegangannya adalah simetri, jadi tidak ada komponen urutan nol maupun negatif.
Ketiga fasa mengalami gangguan dan berhubungan dengan tanah seperti
ditunjukkan pada gambar 2.50

a
b
c
Ia Ib Ic
Zf Zf Zf

Zg Ia + Ib + Ic = 3 Ia0

Gambar 2.50 Hubung Singkat Tiga Fasa atau Tiga Fasa ke Tanah

Dari gambar 2.50 diatas , maka keadaan pada gangguan hubung singkat semacam
ini dapat dinyatakan sebagai berikut :
63

Va = Vb = Vc = 0
Ia ≠ 0 Ib ≠ 0 Ic ≠ 0

Maka RPTJU (Rangkaian Pengganti Thevenin Jaringan Urutan) untuk gangguan


tiga fasa atau tiga fasa ke tanah, maka rangkaian urutan positif, negatif, dan nol
dihubung sendiri yang dapat dilihat pada gambar 2.51 berikut :

Z1
F1

Ia1
Ea Va1 Zf
1 < 00 N1
Z2
F2

Ia2
Va2 Zf
N2
Z0 F0

Ia0
Zf + 3 Zg
Va0
N0

Gambar 2.51 RPTJU Positif, Negatif, dan Nol dihubung Sendiri

Persamaan untuk arus-arus komponen simetri


Ea
Ia1 = (2.33)
Z1 ❑
Ia2 = Ia0 = 0

Persamaan arus-arus hubung singkat sistem


Iabc = A . I012
Ia = Ia1 (2.34)
Ib = a2 . Ia1 (2.35)
Ic = a . Ia1 (2.36)

Persamaan tegangan - tegangan hubung singkat sistem


Vabc = A . V012
Va = 0
Vb = 0
Vc = 0
64

2.12 Teori Setting Relai OCR dan GFR


2.12.1 Setting Relai OCR
a) Untuk mencari arus setting sisi primer (Is) pada OCR dapat digunakan rumus:
Is = 1,05 s/d 1,3 x Ibeban (2.51)

Keterangan =
Is = Arus Setting yang dimasukkan ke relai
Ibeban = arus beban maksimal

b) Kemudian dihitung arus setting sisi sekunder (is), dan untuk mencari arus
setting sisi sekunder dapat digunakan rumus:
Is
is = (2.52)
Ratio CT

c) Untuk mencari Tap (Tap setelan relai) dapat digunakan rumus :


is
Tap = (2.53)
i nry

Keterangan =
inry = Arus Nominal pada Relai (arus nominal sekunder trafo arus)

d) Kemudian dilakukan setting waktu pada relai OCR.


 Relai Definite
Penyetelan waktu kerja dilakukan dengan langsung memilih waktu kerja yang
diinginkan.
 Relai Inverse
Penyetelan waktu kerja dilakukan dengan memilih time dial (td) atau ada juga
yang menyebut Time Multiple Setting (TMS). TMS dapat diperoleh jika telah
diketahui lebih dahulu :
 Multiple Plug Setting (MPS) yaitu perbandingan antara besar arus
gangguan dengan arus setting-nya.
i hs
MPS = (2.54)
is
Keterangan =
ihs = arus hubung singkat yang dipandang dari sisi sekunder CT
65

is = arus setting

 Waktu kerja (tk)


 Karakteristik relai
Hubungan antara MPS, tk dan TMS adalah sebagai berikut :

Gambar 2.52 Contoh

Jika tidak ditemukan karakteristik relai maka untuk mencari TMS / td dapat
menggunakan rumus pendekatan :
0,14 (td)
1) Standar Inverse (SI)  tk = (detik)
I 0 ʾ 02 - 1
13,5 (td)
2) Very Inverse (VI)  tk = (detik)
I-1
80 (td)
3) Extreme Inverse (EI)  tk = (detik)
I²-1
120 (td)
4) Long Time Inverse (LTI)  tk = (detik)
I-1
i hs
I = MPS =
is

2.12.2 Setting relai GFR


a) Untuk mencari arus setting sisi primer (Is) pada GFR dapat digunakan rumus:
66

Is = 6% s/d 12% x Ihs 1 fasa terkecil (2.55)


Keterangan =
Is = Arus Setting yang dimasukkan ke relai
Ihs 1 fasa terkecil = Arus hubung singkat 1 fasa ke tanah terkecil

b) Kemudian dihitung arus setting sisi sekunder (is), dan untuk mencari arus
setting sisi sekunder dapat digunakan rumus:
Is
is = (2.56)
Ratio CT

c) Untuk mencari Tap (Tap setelan relai) dapat digunakan rumus:


is
Tap =
i nry

Keterangan =
inry = Arus Nominal pada Relai (arus nominal sekunder trafo arus)

d) Kemudian dilakukan setting waktu pada relai GFR.


 Relai Definite
Penyetelah waktu kerja dilakukan dengan langsung memilih waktu kerja yang
diinginkan.
 Relai Inverse
Penyetelan waktu kerja dilakukan dengan memilih time dial (td) atau ada juga
yang menyebut Time Multiple Setting (TMS). TMS dapat diperoleh jika telah
diketahui lebih dahulu :
 Multiple Plug Setting (MPS) yaitu perbandingan antara besar arus
gangguan dengan arus setting-nya.
i hs
MPS = (2.58)
is
Keterangan =
ihs = arus hubung singkat yang dipandang dari sisi sekunder CT
is = arus setting
67

 Waktu kerja (tk)


 Karakteristik relai

Hubungan antara MPS, tk dan TMS dapat dilihat pada gambar 2.52

Jika tidak ditemukan karakteristik relai maka untuk mencari TMS / td dapat
menggunakan rumus pendekatan :
0,14 (td)
a) Standar Inverse (SI)  tk = (detik)
I 0 ʾ 02 - 1
13,5 (td)
b) Very Inverse (VI)  tk = (detik)
I-1
80 (td)
c) Extreme Inverse (EI)  tk = (detik)
I ²-1
120 (td)
d) Long Time Inverse (LTI)  tk = (detik)
I-1
i hs
I = MPS =
is
Keterangan =
ihs = arus hubung singkat yang dipandang dari sisi sekunder CT (Ampere)
Is = arus setting dari sisi sekunder CT (Ampere)

2.13 Software SoMachine


Software SoMachine adalah aplikasi yang digunakan untuk melakukan
pemrograman pada PLC (Programmable Logic Controller). Software SoMachine
ini biasanya di gunakan untuk membantu pembangun mesin merancang dan
membangun mesin lebih cepat serta meningkatkan profitabilitas. Mengontrol
otomasi dan proses mesin di suatu pabrik contohnya untuk otomasi (istilah
otomasi ini mudahnya hanya untuk mengontrol mesin 1 atau lebih) biasanya
digunakan untuk interlocking / Sequenching pada suatu mesin.

Gambar 2.53 Icon Software dan tampilan status Launch SoMachine Basic
68

Pustaka menyediakan item berikut yang dieksekusi dalam sistem runtime


pengontrol :
a) fungsi dan fungsi blok
b) definisi tipe data
c) variabel global
d) variabel sistem
e) objek visualisasi
Manajemen library dalam suatu proyek dilakukan dengan menggunakan Manajer
library untuk keseluruhan proyek atau pustaka khusus kontroler. Instalasi library
dilakukan selama pemasangan elemen-elemen tersebut (perangkat, solusi,
pengontrol) yang Anda pilih untuk dipasang dengan SoMachine Pengelola
Konfigurasi. Untuk library yang ditentukan pengguna, mereka dikelola melalui
SoMachine langsung. Di Manajer library, terdapat library yang disertakan dan di
Library Repository, terdapat library yang tersedia:

Gambar 2.54 Icon New


Tabel 2.7 Informasi dan deskripsi manajer library
Informasi Deskripsi Contoh
Nama Nama dari library Altivar Library (ATV)
Versi Versi dari library 1.0.1.8
Company Penyedia utama atau nama grup Schneider Electric
ditentukan oleh yang utama penyedia
library, seperti yang ditunjukkan pada
Manajer library dan Kotak dialog
library Repository.

Namespace Namespace standar dari library untuk SEC


s mengakses fungsi ibrary.
CATATAN: Praktik terbaik adalah
69

selalu menggunakan
defaultnamespace sebagai namespace
yang digunakan dalam aplikasi.Jika
qualified-access-onlyterdaftar setelah
namespace standar,ini menunjukkan
penggunaan namespace diaplikasi
adalah wajib.
Kategori Kategori (atau kategori) yang dimiliki Devices –
Library ini,seperti yang ditunjukkan di ATV31/ATV312
Library Manager dan Library
Repository kotak dialog.
Namespace library adalah simbol yang memungkinkan akses unik ke komponen
library yang dilampirkan(fungsi, fungsi blok, variabel ...). Namespace diperlukan
ketika dua komponendua library berbeda yang digunakan dalam proyek yang
sama memiliki nama yang sama. Penggunaan namespace dalam aplikasi adalah
wajib jika library telah menetapkan atribut yang memenuhi qualified-access-only.
Untuk memastikanakses unik ke komponen yang benar, gunakan nama lengkap
<namespace>. <component> format, termasuk namespace.

Tabel 2.8 Deskripsi Namespace Library


Cas Deskripsi
e
1. Ada fungsi blok GEN di library Util. Namespace library Util adalah
Util. Suatu instance dari blok fungsi GEN dapat dideklarasikan dengan
atau
tanpa namespace perpustakaan jika nama GEN unik dalam proyek:
MyGenerator: Util.GEN;
atau MyGenerator: GEN;
2. Fungsi blok GEN telah dibuat dalam proyek. Penggunaan library Util
namespace akan memungkinkan sistem untuk mengakses blok fungsi
GEN dariperpustakaan Util. Tanpa namespace, fungsi proyek akan
memblokir
MyGenerator_Util: Util.GEN;
MyGenerator_Project: GEN;
3. library lain, juga mengandung blok fungsi yang disebut GEN,
dideklarasikan diproyek dengan namespace NewLib. Penggunaan
namespace menjadiwajib untuk mengidentifikasi fungsi blok GEN yang
benar untuk diakses:
MyGenerator_Util: Util.GEN;
MyGenerator_NewLib: NewLib.GEN;
Namespace default ditentukan untuk setiap library. Library Repository adalah
editor yang mengelola pustaka yang dipasang di SoMachine. Library Repository
memungkinkan untuk menginstal atau menghapus library yang ditentukan
70

pengguna. Library dapat digunakan dalam Proyek SoMachine hanya jika dipasang
di Library Repository. Dengan instalasi SoMachine, satu set pustaka diinstal
secara default.

Perbedaan Antara Fungsi dan Blok Fungsi


Fungsi :
a) POU (Program Organization Unit) adalah yang mengembalikan satu hasil
langsung.
b) langsung dipanggil dengan namanya (bukan melalui sebuah instance).
c) tidak memiliki status terus-menerus dari satu panggilan ke panggilan lainnya.
d) dapat digunakan sebagai operand dalam ekspresi lain.

Contoh: operator boolean (AND), penghitungan, konversi (BYTE_TO_INT).


Blok Fungsi
a) POU (Program Organization Unit) yang mengembalikan satu atau lebih
output.
b) Perlu dipanggil oleh suatu instance (copy blok fungsi dengan nama dan
variabel khusus).
c) Setiap instance memiliki status persisten (output dan variabel internal) dari
satu panggilan ke panggilan lainnya dari blok fungsi atau program.
Contoh: pengatur waktu, penghitung

2.14 Program ETAP


ETAP (Electric Transient and Analysis Program) merupakan suatu perangkat
lunak yang mendukung sistem tenaga listrik. Perangkat ini mampu bekerja dalam
keadaan offline untuk simulasi tenaga listrik, online untuk pengelolaan data real-
time atau digunakan untuk mengendalikan sistem secara real-time. Fitur yang
terdapat di dalamnya pun bermacam-macam antara lain fitur yang digunakan
untuk menganalisa pembangkitan tenaga listrik, sistem transmisi maupun sistem
distribusi tenaga listrik.
ETAP dapat digunakan untuk membuat proyek sistem tenaga listrik dalam bentuk
diagram satu garis (one line diagram) dan jalur sistem pentanahan untuk berbagai
bentuk analisis, antara lain aliran daya, hubung singkat, starting motor, trancient
71

stability, koordinasi relai proteksi dan sistem harmonisasi. Proyek sistem tenaga


listrik memiliki masing-masing elemen rangkaian yang dapat diedit langsung dari
diagram satu garis dan atau jalur sistem pentanahan. Untuk kemudahan hasil
perhitungan analisis dapat ditampilkan pada diagram satu garis.

2.15 Programmable Logic Control (PLC)


Programmable logic controller (PLC) merupakan suatu bentuk khusus pengontrol
berbasis mikroprosesor yang memanfaatkan memori yang dapat diprogram untuk
menyimpan instruksi-instruksi dan untuk mengimplementasikan fungsi-fungsi
semisal logika, squencing, pewaktuan (timing), pencacahan (counting) dan
aritmatika guna mengontrol mesin-mesin dan proses-proses.

Gambar 2.55 PLC


PLC memiliki keunggulan yang signifikan, karena sebuah perangkat pengontrol
yang sama dapat dipergunakan di dalam beraneka ragam sistem kontrol. Untuk
memodifikasi sebuah system kontrol dan aturan-aturan pengontrolan yang
dijalankan, yang harus dilakukan oleh seorang operator hanyalah memasukan
seperangkat instruksi yang berbeda dari yang digunakan sebelumnya. Penggantian
rangkaian kontrol tidak perlu dilakukan. Hasilnya adalah sebuah perangkat yang
fleksibel dan hemat biaya yang dapat dipergunakan di dalam sistem-sistem
kontrol yang sifat dan kompleksitasnya sangat beragam.
Perangkat PLC pertama dikembangkanpada tahun 1969. Di era sekarang ini PLC
secara luas digunakan dan telah dikembangkan dari unit-unit kecil yang berdiri
sendiri (self-contained) yang hanya mampu menangani sekitar 20 input/ output
menjadi sistem-sistem modular yang dapat menangani input/ output dalam jumlah
besar, menangani input/ output analog maupun digital, dan melaksanakan mode-
mode kontrol proporsional-integral-derivatif.
72

SCHNEIDER MODICON TM221CE40R berbeda dengan PLC lain seperti PLC


omron, karena PLC ini sudah dilengkapi dengan modbus ethernet yang dapat
digunakan langsung dengan sistem terintegerasi ethernet protokol.

Gambar 2.56 PLC Schneider Modicon TM221CE40R

Fitur berikut diintegrasikan ke dalam TM221CE40R logic controller :


 24 digital input
 2 input analog
 16 output

2.16 SCADA
Supervisory Control And Data Acquisition (SCADA) ialah sistem yang
mengawasi dan mengendalikan peralatan proses yang tersebar secara geografis.
Data Acquisition adalah proses untuk mengumpulkan semua informasi sistem
tenaga listrik dari RTU’s ke control centre, merubah data-data yang diterima
menjadi data-data rekayasa serta menyimpannya sebagai real time data base.
Elemen-elemen informasi yang terkumpul diatas digunakan untuk
menggambarkan keadaan suatu jaringan sistem tenaga seperti seperti status dan
keadaan gardu-gardu induk maupun status pusat-pusat pembangkit.

Sistem SCADA bertujuan untuk membantu perusahaan listrik mendapatkan


sistem pengoperasian optimum sesuai dengan berbagai kenyataan kekurangan-
kekurangan maupun segala kelebihan yang terdapat pada sistem tenaga listrik
tersebut. Dalam mengelola sistem jaringan distribusi, lamanya waktu pemulihan
gangguan sering merupakan kriteria penting yang digunakan untuk menilai
kinerja sistem pengoperasian jaringan dan pelayanan pelanggan.
73

Pada awalnya pengaturan sistem distribusi tenaga listrik dilaksanakan semata-


mata hanya dengan menerapkan fungsi-fungsi SCADA yang pada dasarnya
bertujuan untuk memudahkan para dispatcher melakukan pemantauan dan
manuver-manuver jaringan distribusi jarak jauh dalam rangka pengoperasian
optimum. Namun dengan perkembangan perangkat lunak aplikasi yang pesat pada
sistem SCADA distribusi telah berkembang menuju sistem manajemen distribusi
modern dengan berbagai perangkat yang semakin luas seperti penerapan
perangkat lunak aliran daya di jaringan distribusi, penerapan berbagai warna
sesuai status jaringan, deteksi gangguan, pengisoliran dan pemulihan secara
otomatis, dan lain lain.

Elemen – Elemen SCADA


1. Master Station
Master station ialah Stasiun yang melaksanakan telekontrol (telemetering,
telesignal, dan remote control) terhadap remote station.

2. Media Komunikasi SCADA


Media telekomunikasi ialah Media yang menghubungkan antar peralatan untuk
melakukan pertukaran informasi.
Media komunikasi untuk pertukaran data adalah sebagai berikut:
a) Fiber optics;
b) Pilot cable;
c) Radio data.

3. RTU
Remote terminal unit (RTU) ialah Peralatan yang dipantau, atau diperintah dan
dipantau oleh master station. RTU merupakan unit slave pada arsitekstur SCADA
berbasis mikroprosesor dan bertugas untuk mengambil data dari peralatan yang
terpasang di sebuah plant, kemudian biasanya secara tradisional mengirimkan
data tersebut ke MTU yang berjarak jauh melalui komunikasi yang digunakan.
Memungkinkan juga berkomunikasi secara per to peer dengan RTU lainnya, dan
juga bisa bertindak sebagai stasion relai ke RTU lainnya yang tidak dapat diakses
dari MTU. Kapasitas RTU yang terkecil memiliki kurang dari 10-20 sinyal
74

analog dan digital, yang medium memiliki 100 sinyal digital dan 30-40 input
analog. Untuk kapasitas besar memiliki input/output diatas medium.
Hardware RTU meliputi:
1) CPU dan Memori
2) Input Analog/Digital
3) Output Analog/Digital
4) Counter
5) Interface Digital Output
6) Power Supply
7) Rak RTU, dll.

2.17 Program Vijeo citect


Vijeo citect merupakan salah satu bentuk perangkat lunak yang digunakan untuk
membuat system SCADA. Dalam aplikasi Vijeo Citect ini terdapat tiga aplikasi
yang saling berkaitan yaitu Citect Explorer, Citect Project Editor, dan Citect
Graphics Builders.
a) Citect Explorer
Citect explorer adalah sebuah aplikasi dari software Vijeo Citect yang digunakan
untuk melihat seluruh project  dan mengatur content dari setiap project
software Vijeo Citect. Untuk gambar citect explorer bisa dilihat pada gambar
2.58, sedangkan fungsi masing- masing menu pada gambar dijelaskan pada tabel

2.9.
Gambar 2.57 Citect Explorer Software Vijeo Citect
75

Tabel 2.9 Fungsi main Window aplikasi Citect Explorer Software Vijeo Citect
Nama Fungsi
Title Bar Memperlihatkan nama file yang telah di save pada Vijeo
Citect
Menus Untuk memilih item menu
Toolbars Untuk memilih fungsi yang akan digunakan.
Project  List Daftar Project pada software Vijeo Citect
Contents Layar untuk menulis dan mengedit diagram ladder

b) Citect Project Editor


Citect Project Editor adalah sebuah aplikasi dari software Vijeo Citect yang
digunakan untuk menjalankan project. Untuk gambar project editor bisa dilihat
pada gambar 2.59, sedangkan fungsi masing- masing menu pada gambar
dijelaskan pada tabel 2.10.
Gambar 2.58 Cit
ect

Project Editor Software Vijeo Citect

Tabel 2.10 Fungsi Main Window aplikasi Citect Project Editor Software Vijeo


Citect
Nama Fungsi
Title Bar Memperlihatkan nama file yang telah di save pada Vijeo
Citect
Menus Untuk memilih item menu
Toolbars Untuk memilih fungsi yang akan digunakan

c) Citect Graphics Builders


76

Citect Graphics Builders adalah sebuah aplikasi dari software Vijeo Citect yang


digunakan untuk membuat Graphic page. Untuk gambar graphic builder bisa
dilihat pada gambar 2.60, sedangkan fungsi masing- masing menu pada gambar
dijelaskan pada tabel 2.11.

Gambar 2.59 Citect Graphics Builders Software Vijeo Citect

Tabel 2.11 Fungsi Main Window aplikasi Citect Graphics Builders Software


Vijeo Citect
Nama Fungsi
Title Bar Memperlihatkan nama file yang telah
di save pada vijeo Citect
Menus Untuk memilih item menu
Toolbars Untuk memilih fungsi yang akan
digunakan

Anda mungkin juga menyukai