Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Peaktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah II
Dosen Pengampu : Yati Tursini, S.Pd., S.Kep., Ners., M.Kes

Disusun oleh :

Nama : Syifa Nurul Hikmah


NIM : P17320118095
Kelompok : 5s
Tingkat : 3C
No. Telepon : 081573404364

JURUSAN D-III KEPERAWATAN BANDUNG

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

2020
KONSEP DASAR PENYAKIT (KONDISI PATOLOGIS) GLUKOMA

1. Konsep Kondisi Patologis


Glaukoma adalah seuatu penyakit degenerasi progresif neuropati pada nervus
optikus.Selain merusak nervus optikus, glaukoma menimbulkan manifestasi klinis berupa
penurunan lapang pandang. Faktor penyebab utamanya adalah peningkatan tekanan
intraokuler. Kenaikan tekanan intraokuler dapat disebabkan oleh bertambahnya produksi
cairan mata oleh badan siliar serta berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut
bilik mata atau di celah pupil. Tekanan intraokuler yang meningkat dapat menyebabkan

rusaknya sel ganglion yang berhubungan dengan nervus optikus. Nervus optik terdiri atas
jutaan serabut sel saraf yang panjang dan tipis dengan diameter kurang lebih 1/20.000 inci.
Apabila tekanan bola mata naik, maka serabut saraf yang memiliki fungsi membawa
informasi penglihatan ke otak akan tertekan, lalu menimbulkan kerusakan hingga kematian
saraf. Kematian saraf akan menyebabkan kehilangan fungsi penglihatan yang permanen.

2. Definisi Penyakit
Glaukoma berasal dari kata yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma adalah
gangguan yang melibatkan beberapa perubahan atau gejala patologis yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intraokuler (TIO).
Glaukoma adalah jenis gangguan penglihatan yang ditandai dengan terjadinya kerusakan
pada saraf optik yang biasanya diakibatkan oleh adanya tekanan di dalam mata. Akibat
ketidakseimbangan antara produksi dan pembuangan cairan dalam bola mata. Hal ini merusak
jaringan-jaringan syaraf halus yang ada di retina dan di belakang bola mata. Glaukoma adalah
penyakit oftalmologi yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokular, penurunan
lapang pandang, dan peningkatan rasio cup/disk pada saraf optikus.
3. Etiologi

4. Patofisiologi
Mekanisme utama penurunan fungsi penglihatan pada glaukoma adalah apoptosis sel
ganglion retina yang menyebabkan terjadinya penipisan pada lapisan serat saraf dan lapisan
ini retina. Hal ini juga menyebabkan berkurangnya akson pada nervus optikus dan diskus

optikus menjadi atrofik, serta pembesaran pada cawan optik. Secara umum, hingga sekarang
dikenal 2 teori yang mendasari mekanisme penurunan fungsi penglihatan yaitu teori mekanis
(peningkatan tekanan intraokuler menyebabkan kerusakan papil nervus optikus) dan teori
vaskuler (penurunan aliran/perfusi darah menyebabkan terjadinya kerusakan papil nervus
optikus). Pada teori mekanis , peningkatan tekanan intraokuler menyebabkan tekanan pada
serabut saraf terutama pada bagian Elschnig’s ring dan lamina kribosa. Lalu terjadi putusnya
jalur axoplasmic transport baik secara anterograde maupun retrograde. Patofisiologi
peningkatan tekanan intraokuler dipengaruhi oleh adanya keseimbangan antara sekresi aquos
humor oleh badan siliar dan drainase melalui trabekular meshwork dan uveoskleral. Oleh
karena itu dibagi menjadi 2 mekanisme yaitu pada glaukoma sudut tertutup dan glaukoma
sudut terbuka. Pada pasien dengan glaukoma sudut terbuka, ada peningkatan hambatan pada
aliran aquos humor pada jalur trabekula meshwork. Sementara hambatan terdapat pada
jalur menuju drainase tersebut disebut sebagai glaukoma sudut tertutup

5. Tanda dan Gejala


a. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).
b. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
c. Mual, muntah, berkeringat.
d. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
e. Visus menurun.
f. Edema kornea.
g. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
h. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
i. TIO meningkat.

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata Snellen/mesin telebinokular(tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan)
: Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor,
kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik
b. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada
hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
c. Pengukuran tonografi: Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
d. Pengukuran gonioskop:Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glaukoma.
e. Tes Provokatif:digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya
meningkat ringan.
f. Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng
optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
g. Darah lengkap, LED:Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan Aterosklerosisi,PAK.
i. Tes Toleransi Glukosa  : Menentukan adanya DM.
j. Tonometer: Alat untuk mengukur tekanan bola mata atau intraocular.
k. Pakimetri: Pengukuran ketebalan kornea, yang relevan untuk mengukur tekanan bola mata
secara akurat.
l. Perimetri: Pemeriksaan lapang pandang di mana penglihatan perifer atau tepi akan diukur
luasnya.
m. Tomografi Koherensi Optik (Optical Coherence Tomography-OCT): Mengambil
gambar/citra yang dapat memperlihatkan, memetakan, dan mengukur lapisan yang
berbeda-beda pada retina. Alat ini juga dapat mengukur dan mendokumentasikan
kerusakan yang terjadi pada saraf optik.
n. Foto Saraf Optik: Gambar/citra berwarna dan terperinci akan saraf optik. Dapat
mendokumentasikan perubahan yang terjadi pada saraf optik seiring dengan berjalannya
waktu.

7. Penatalaksanaan medis
a. Laser trabeculoplasty
Tindakan ini dilakukan dengan local anastesi untuk membuat lubang dijaringan trabekular
untuk membuka sudut , untuk mempermudah aliran keluar aquos humor. Komplikasi
bedah laser ditandai dengan sakit kepala yang tidak berkurang dengan asetaminofen dan
atau disertai mual, nyeri dahi, dan atau perubahan tajam penglihatan.
b. Operasi filtrasi
Jenis ini meliputi trefinasi, sklerektomi atau sklerostomi dengan membuat saluradari ruang
anterior ke luar subkonjungtiva.
c. Laser irodotomy atau iridectomy perifer
Kedua prosedur ini mengurangi tekanan dengan mengeluarkan bagian iris untuk
membangun kembali outflow aquos humor.
d. Cyclocryotherapy
Tindakan ini secara pemanen merusak sel dalam badan silier dan menurunkan produksi
aquos humor.
DAFTAR PUSTAKA

Kamelia. 2018. Mengenal Penyakit Glaukoma: Etiologi, Patofisiologi, Terapi, dll.


http://klikfarmasi.com/artikel-ilmiah/glaukoma/. Diakses pada 25 Oktober 2020

Nugroho, J. J., Rahmi, F. L., & Nugroho, T. (2019). Hubungan Jenis Terapi Dengan Kualitas
Hidup Pasien Glaukoma. Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran
Diponegoro), 8(2), 747-757. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2020
RS Mata Acmad Wardi. Glaukoma. https://rsmataachmadwardi.com/glaukoma/ Diakses pada
tanggal 25 Oktober 2020

Yanuar, Saputra. 2010. Glukoma. https://www.academia.edu/31628610/glukoma. Diakses pada


25 Oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai