Anda di halaman 1dari 1

Assalamualaikum waramatullahi wabarakatuh,

Bapak/Ibu perangkat desa serta tamu undangan yang saya hormati dan seluruh warga
(nama lokasi) yang saya kasihi.

Di pagi hari ini, marilah kita memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. Karena
atas berkat dan karunianya, kita masih diberi kekuatan dan kesehatan untuk menghadiri
acara perayaan kemerdekaan ke-75 Republik Indonesia.

Hadirin yang saya banggakan,

Apa yang kita lakukan ini merupakan salah satu bentuk ucapan syukur dan
penghormatan kita terhadap para pejuang dan pahlawan kemerdekaan Republik
Indonesia.

Perjuangan mereka akan selalu kita kenang dan pengorbanan nyawa mereka tidak akan
pernah pudar dari ingatan bangsa ini.

Oleh karena itu, marilah kita merayakan hari kemerdekaan ini dengan semangat para
pahlawan kita. Marilah membiasakan diri untuk menjadi pribadi yang merdeka. Jangan
pula kita menjadi penjajah-penjajah modern yang menindas bangsanya sendiri.

Marilah menjadi pribadi yang memiliki komitmen dan prinsip. Janganlah mengkhianati
para pahlawan kita dengan melakukan pekerjaan yang berlawanan dengan moral dan
hati nurani.

Bapak ibu, di ulang tahun kemerdekaan ke 75 Indonesia yang ini perlulah kita
merenungkan diri. Apa yang telah kita lakukan untuk bangsa dan tanah air kita selama
ini.

Terlebih di tengah pandemi Covid-19 yang masih menjadi momok tersendiri bagi
seluruh masyarakat di Indonesia. Marilah kita menengok sekitar, adakah kawan,
tetangga, dan kerabat kita yang membutuhkan bantuan?

Janganlah kiranya kita menutup mata dan telinga ketika melihat saudara kita sedang
kesusahan. Kita harus percaya, membantu melalui hal-hal sederhana dapat memberikan
dampak yang besar bagi kehidupan umat manusia.

Marilah membangun bangsa dengan langkah sederhana yang kian pasti. Marilah
membantu sesama dengan hal sederhana yang kita miliki.

Bapak ibu sekalian,

Demikian yang dapat saya sampaikan. Izinkan saya menutup kata sambutan ini dengan
mengutip perkataan Bung Karno yang Ia sampaikan dalam salah satu pidatonya:

“Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama
masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita belum selesai. Berjuanglah terus
dengan mengucurkan sebanyak-banyaknya keringat” (Pidato HUT Proklamasi, 1950
Soekarno).

Wabilahitaufiq walhidayah Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Anda mungkin juga menyukai