Anda di halaman 1dari 5

1.

Pancasila juga bukan hanya sekedar sebagai dasar ideologi  saja, di dalamnya juga terdapat
sosok yang memiliki peranan penting, yakni terutama para pemuda. Pemuda memiliki peranan
penting untuk menjaga keutuhan Pancasila. 
Pemuda berperan sebagai pilar pondasi bangsa penggerak pembangunan nasional khususnya
dalam memastikan Pancasila sebagai satu-satunya ideologi yang cocok dan sesuai dengan
kepribadian bangsa yang harus terus dilestarikan.
Contoh hal kecil yang dapat dilakukan para pemuda dan masyarakat dalam menerapkan sila-
sila yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan menjadi
pribadi yang adil dan bertanggung jawab, saling membantu dan gotong royong, menjalankan
syariat agama dengan baik dan benar, bijaksana dalam mengambil keputusan, dan lain
sebagainya.
Melalui kegiatan Mahasiswa, Resimen Mahasiswa (Menwa) sebagai contoh gerakan
melindungi NKRI. Hal lain yang dapat dilakukan pemuda adalah dengan mewujudkan nilai-
nilai yang terkandung dalam sila-sila yang terdapat dalam Pancasila, Undang-undang Dasar
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika untuk
diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menjadikan Empat
Pilar bangsa sebagai landasan pergerakan.
Agar generasi pemuda selanjutnya dapat mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dan mampu
bergerak ke arah yang lebih baik. Menjadi generasi muda yang mencintai Pancasila selalu
mengedepankan nilai moral dan akhlak yang ada dalam Pancasila sebagai pandangan hidup
yang memberi petunjuk kehidupan.
Pemuda harus berada di barisan paling depan dan menjadi gugusan utama masyarakat dan
bangsa Indonesia yang senantiasa bergotong royong dan bekerja sama memajukan
masyarakat, membangun bangsa, memakmurkan NKRI yang berideologi Pancasila
berdasarkan konstitusi UUD 1945 dengan etos dan semangat Bhinneka Tunggal Ika.

2. Pertama, rutin mengajak anak beribadah bersama Sila pertama Pancasila mengandung nilai
Tetuhanan. Di dalamnya memberikan tugas kepada orangtua untuk mengenalkan dan
mengajarkan anak tentang agama. Untuk anak yang masih berusia dini, salah satu cara
termudah mengenalkan anak dengan agama dan Tuhan YME adalah dengan mengajaknya
beribadah bersama. Lebih baik jika rutin kita ajak beribadah di tempat ibadah sesuai agama
kita masing-masing. Cara lain yang bisa orangtua ajarkan pada anak sebagai penanaman
Pancasila sila pertama ini adalah membiasakan berdoa di setiap aktivitas anak. Misalnya
sebelum makan, tidur, atau bermain. Jangan lupa orangtua selalu mengingatkan untuk berdoa
terlebih dahulu. Mengenalkan anak pada kitab suci juga menjadi salah satu pengamalan
Pancasila untuk anak kita yang masih berusia dini.
Kedua, berkunjung ke rumah saudara Berkunjung ke rumah sanak saudara, teman atau
tetangga merupakan salah satu cara menumbuhkan nilai Pancasila pada anak usia dini. Sila
kedua yang mengandung makna kemanusiaan, berarti menugaskan kepada orangtua agar
senantiasa menanamkan karakter simpati dan empati dalam diri anak kita. Cara yang dapat
dilakukan orang tua misalnya meminta anak menghibur temannya yang sedang menangis,
menolong teman jika melihatnya terjatuh atau kesusahan, dan lain sebagainya. Pembiasaan-
pembiasaan ini lambat laun akan menjadikan anak kita tumbuh dengan jiwa kemanusiaan
yang tinggi.
Ketiga, mengajak teman bermain bersama Pada sila ketiga Pancasila terkandung makna
persatuan. Dalam hal ini orangtua wajib membiasakan anak untuk rukun. Baik rukun dengan
teman bemain, dengan cara mengajak teman bermain bersama tanpa membedakan status
sosial. Jangan lupa pula untuk mengajarkan anak tentang kebersamaan. Misalnya sesekali
mengajak anak dan teman-temannya makan kue bersama di teras rumah. Selain membuat
anak-anak senang, hal ini juga membelajari anak kita tentang makna penting dari
kebersamaan. Keempat, memberikan kesempatan pada anak untuk memilih sesuai
keinginannya Musyawarah untuk mufakat menjadi makna sila keempat Pancasila. Tugas kita
sebagai orangtua adalah memberikan kebebasan atau kesempatan untuk anak dalam
menentukan keinginannya. Salah satu cara sederhana menanamkan nilai Pancasila sila
keempat ini misalnya menanyakan kepada anak tentang menu makanannya. Anak tentu akan
memberikan beberapa argumen tentang makanan apa yang mereka inginkan. Atau bisa juga
dengan memberikan kesempatan pada anak untuk memilih pakaian yang ingin mereka pakai
sendiri. Dari dua contoh kebiasaan ini, menjadi dasar orang tua untuk membiasakan anak
berpendapat dan mendengarkan pendapat orang lain. Kelima, berbagi dengan teman Keadilan
menjadi makna penting dalam sila kelima Pancasila. Orangtua dapat menbiasakan anak untuk
berbagi dengan orang lain. Contoh sederhana misalnya berbagi mainan atau makanan dengan
teman. Mengingat anak untuk bersikap adil terhadap semua teman, tidak membedakan teman,
senantiasa untuk mau bermain bersama dengan semua teman menajdikan anak kita terbiasa
untuk hidup adil dalam segala hal.

3. Melalui Pancasila baik sebagai dasar maupun sebagai ideologi negara yang tercantum dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, yang keterangan autentiknya terdapat dalam
Penjelasan Umum dalam UUD 1945. Pada dasarnya Pancasila bertujuan untuk
mempersatukan berbagai suku dan golongan di Indonesia, untuk membangun masa depan
yang lebih sejahtera, apakah generasi penerus masih menginginkan Pancasila dalam
kehidupan sekarang dan masa depan?
Menurut Romy Soekarno, cucu dari Proklamator Indonesia Ir Soekarno menyatakan bahwa
sebagai generasi penerus bangsa Pancasila sangat penting bagi generasi saat ini agar memiliki
karakter yang Pancasilais dalam kesehariannya.
"Pancasila sangat penting bagi anak muda karena itu adalah bagian dari jiwa nature bangsa
indonesia. Dan bagi anak-anak muda bukan hanya harus hapal tapi tahu bagaimana cara
mengiplementasikan Pancasila pada kehidupan sehari-harinya. Sehingga mental dan character
building bangsa bisa berjalan on track seperti cita-cita founding fathers kita Bung Karno,"
jelas Romi di Jakarta, Kamis (15/6).
"Generasi muda kita harus bisa mencintai Pancasila, karena melalui sila yang pertama
meminta kita agar kita mencintai Tuhan, ini kan juga merupakan ajaran semua agama kita,
dengan demikian apabila kita melakukannya, kita telah menjalankan sila pertama Pancasila.
Setelah berke-Tuhanan kita pasti bisa memiliki rasa berkemanusiaan dan itu adalah sila kedua.
dan pastinya jika kita sudah bisa memiliki berkemanusiaan selanjutnya pasti kita bisa bersatu.
Itu implementasi sila ketiga," ujarnya.
Menurut Romy saat bangsa Indonesia sudah bersatu maka pada akhirnya sila kempat dan
kelima dapat diwujudkan secara sempurna.
"Jika kita bersatu semua bangsa Indonesia, itu artinya sudah bisa menjalankan sila keempat
yaitu kita akan bersama bermusyawarah dan bermufakat demi persatuan kita. Sehingga pada
akhirnya timbulah karakter kita yang paling baik untuk diimplementasikan yaitu kita sudah
pasti berkeadilan sosial agar semua masyarakat Indonesia bisa merasakan betapa damainya
Indonesia," pungkas Romy.

4. Yang Pertama RUU Omnibus Law Cipta Kerja telah merombak sistem ketenaga Kerjaan,
yang semula sesuai UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenaga Kerjaan mengatur hubungan
industrial melalui tripartite, dengan melibatkan Pemerintah daerah Kabupaten, sebagai
penyelenggara ketenagakerjaan sebagai amanat UUD 1945 pasal 18 ayat 5, dimana
pemerintah daerah melalui Dinas Tenaga Kerja melegalkan Serikat Pekerja, membangun
hubungan Industrial Tripartite, baik dalam perselisihan kepentingan, maupun pembahasan
persoalan UMK sebagai Jaring pengaman sosial di bidang ketenagakerjaan. Namun ironisnya
RUU Omnibus Law Cipta Kerja telah menghilangkan sistem tersebut.

Dengan demikian RUU Omnibus Law Cipta Kerja telah menghancurkan tatanan sistem
ketenagakerjaan Indonesia, dengan menghilangkan peranan Negara dalam bidang
KetenagaKerjaan (Kabupaten sebagai hirarki Konstitusi bagian bawah Negara) dan amanat
UUD 1945 pasal 18. Perubahan yang terdapat RUU Omnibus Law Cipta Kerja, yang
merenggut hak Pekerja dan mengancam kesejahteraan pekerja, yakni menghapus tripartite,
UMK, kebebasan berserikat, ancaman PHK setiap saat (Demokrasi pekerja lumpuh), karena
kasus union busting, akan selalu berujung pada PHK jika perselisihan tidak menemui
kesepakatan, dengan demikian jika penentuan Upah dilaksanakan diperusahaan dengan
Bipartite, yang melegalkan PHK pekerja secara bebas, yang ada adalah ketidak seimbangan
perundingan, Jaminan Pesangon berkurang, dan kerancuan undang undang. Selain itu RUU
Omnibus Law juga tidak sesuai dengan UU Otonomi Daerah, yang memberikan keleluasaan
pada daerah untuk mengelola bidang Ketenaga Kerjaan. Dengan hilangnya demokrasi politik
pekerja di dalam hubungan Industrial, secara nyata pemerintah dan DPR RI telah membuat
suatu UU yang berpotensi tidak kesesuaian terhadap sila kedua dan kelima.

Yang Kedua dengan dalih mempercepat kegiatan investasi, yang mengejar pertumbuhan
ekonomi, RUU Omnibus Law Cipta Kerja, disinyalir lebih berpihak pada investor (baik
Nasional maupun Multi Nasional), dari pada memperhatikan Kesejahteraan Pekerja, yang
berdampak pada peningkatan daya beli, dan mensejahterakan pekerja Nasional, dengan
demikian kegiatan Industri yang di gagas melalui RUU Omnibus law, telah kehilangan
substansi kegiatan industri, yang diharapkan memiliki korelasi lurus terhadap kesejahteraan
rakyat Indonesia, baik yang terlibat langsung ataupun tidak langsung dalam kegiatan
Industrialisasi. Tersedianya kegiatan Usaha adalah untuk meningkatkan daya beli Rakyat
Indonesia, bukan sekedar pertumbuhan ekonomi, yang berpotensi tidak berbanding lurus
dengan peningkatan daya beli.

Sesungguhnya, UUD 1945 pasal 33 ayat 4 “Perekonomian Nasional diselenggarakan


berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional” hal ini jelas bahwa ekonomi ang hendak di
wujudkan oleh Negara sesuai konstitusi adalah pembangunan demokrasi ekonomi Nasional,
sedangkan RUU Omnibus Law Cipta Kerja pada saat ini dibahas di balegnas, justru hendak
melegalisasi imperialisme milenial, dengan mempermudah arus investasi dan tenaga kerja
asing menjalankan usaha di Indonesia, dengan suatu peraturan perundang undangan yang
hendak memurahkan upah “pekerja Indonesia” dengan memangkas berbagai jaminan
perlindungan sosial ketenaga kerjaan, hal ini tentu saja tidak sesuai dengan pasal 27 ayat 2
UUD 1945, yang berbunyi ”tiap – tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan” sehingga dengan RUU Omnibus Law Cipta Kerja menjadikan
investor asing selain dipermudah methode investasi, juga dipermudah sarana meraup untung
di Indonesia, diantarana dari sektor ketenaga kerjaan, selain itu tenaga kerja asingpun telah
dipermudah secara sistemis, sehingga proteksi ketenaga kerjaan Nasional hampir hilang.
Yang Ketiga UU Omnibus Law Cipta Kerja, mengisyaratkan bahwa masa depan Ketenaga
Kerjaan Indonesia, pada sisi perekonomian dan kedaulatan politik yang sangat
memprihatinkan, karena dari sisi ekonomis, dan kekuatan pekerja di dalam atau diluar
perusahaan dalam ruang hubungan Industrial pada posisi yang sangat rentan, dimana hal ini
dapat diketahui dari pola rumus pengupahan yang menghilangkan item inflasi, yang setiap
tahunnya, sepanjang sejarah selalu mengalami kenaikan yang cukup signifikan, dengan
demikian posisi keuangan Pekerja pada setiap tahun akan mengalami penyusutan akibat
inflasi dan Kurs Rupiah, dalam PP No 78/2015 yang dianggap sistem pengupahan yang parah,
karena tidak mempertimbangkan Kurs Rupiah semakin diperparah dengan pola pengupahan
sistem RUU Onibus Law Cipta Kerja.

Yang Keempat RUU Omnibus Law Cipta Kerja, ternyata melanggengkan sistem Outsorcing
dan Kerja Kontrak, padahal pekerja di Indonesia mengharapkan, status kerjanya diperjelas
sebagai pekerja Tetap atau PKWTT, sebagai suatu akibat dari dedikasi, loyalitas pada masa
produktif, hingga masa pensiun.

Anda mungkin juga menyukai