Anda di halaman 1dari 27

FISIKA TEKNIK

“Konduksi dan Konveksi, Konsep Kalor dan Pemuaian”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Teknik

Dosen Pengajar

Dosen : Rahman Satrio Prasojo, ST, MT

Disusun Oleh:

Zakarias Rivantus Ledri 41119210035

KELAS B

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JL. Raya Kranggan No. 6 Jatisumpurana Bekasi

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Fsika Teknik ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bpk.
DosenRahman Satrio Prasojo, ST, MT pada bidang studi Teknik sipil/mata kuliah Fisika Teknik.

Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.kami mengucapkan terima kasih kepada bpk. Dosen : Rahman Satrio Prasojo,
ST, MT selaku dosen Teknik sipil /mata kuliah Fisika Teknik yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Blakang............................................................................................ 1


1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 1

BAB II. ISI .............................................................................................................. 2

2.1. Konduksi dan Konveksi ........................................................................... 2


2.2. Konsep Kalor (Perpindahan Panas Radiasi).......................................... 7
2.3. Pemuaian Panjang, Luas, Serta Volume .............................................. 10
2.4. Pemuaian Zat Padat, Zat Cair, dan Gas .............................................. 14

BAB III. PENUTUP ............................................................................................. 22

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 22


3.2 Saran ........................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Blakang


Perpindahan panas akan terjadi apabila ada perbedaan temperatur antara 2 bagian
benda. Panas akan berpindah dari temperatur yang tinggi ke temperatur yang lebih
rendah. Panas dapat berpindah dengan 3 cara, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. Pada
peristiwa konduksi, panas akan berpidah tanpa diikuti aliran medium perpindahan panas.
Panas akan berpindah secara estafet dar suatu partikel ke partikl lainnya dalam medium
tersebut. pada peristiwa konveksi, perpindahan panas terjadi karena terbawa aliran fluida.
Secara termodinamika , konveksi dinyatakan sebagai aliran entalpi, bukan aliran panas.
Pada peristiwa adiasi, energi berpindah melalui gelombang elektromagnetik.
Sedangkan pemuaian adalah peristiwa bertamabah panjang, luas atau volume
suatu benda akibat perubahan suhu. Pemuaian terjadi ke segala arah, sehingga panjang,
luas, dan ukuran volume zat akan bertambah. Untuk zat padat yang bentuknya panjang
dan berdiameter kecil, sehingga panjang bendah jauh lebih besar dibandingkan dengan
diameter benda seperti kawat, pertambahan luas dan volume akibat pemuaian dapat
diabaikan.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar blakang di atas, maka permasalahan yang dapat di peroleh sebagai
berikut :
 Bagaimana proses terjadinya konveksi dan konduksi?
 Bagaimana peroses terjadinya pemanasan radiasi?
 Apa yang akan terjadi pada peroses pemuaian?

1
BAB II

ISI

2.1. Konduksi dan Konveksi


2.1.1 Konduksi

Konduksi merupakan peroses perubahan panas jika panas mengalir dari tempat yang
suhunya tinggi ke tempat yang suhunya rendah, dengan media penghantar panas tetap.

Dasar : Hukum Fourier

( ) ( )

Keterangan:
q = Laju perpindahan panas (kj/s,w)
k = Konduktifitas termal (W/m,ºC)
A = Luas penampang (m2)
dT = Perbedaan temperatur (ºC,ºF)
dX = Perbedaan jarak (m/s)
∆T = Perubahan suhu (ºC,ºF)

A. Konduktifitas Thermal
Tetapan kesebandingan (k) adalah sifat fisik bahan atau material yang
disebut konduktifitas thermal. Persamaan diatas merupakan persamaan dasa dari
konduktifitas thermal. Berdasarkan rumus tersebut maka dapat dilaksanakan
pengukuran dalam percobaan untuk menentukan konduktifitas thermal berbagai
bahan. Pada umumnya konduktifitas thermal itu sangat bergantung pada suhu.

2
B. Konduktivitas thermal berbagai bahan pada suhu 0ºC
Konduktivitas thermal K
(Logam)
Bahan W/m,ºC Btu/h. ft. ºF
Perak (murni) 410 237
tembaga (murni) 385 223
nikel (murni) 93 54
besi (murni) 73 42
baja karbon, 1%C 43 25
timbal (murni) 35 20,3
baja karbon nikel 16,3 9,4

Konduktivitas thermal K
(non logam)
kuarsa (sejajar sumbu) 41,6 24
magnesit 4,15 2,4
marmar 2,08-2,94 1,2-1,7
batu pasir 1,83 1,06
kaca jendela 0,78 0,45
kayu maple atau ek 0,17 0,098
serbuk gergaji 0,059 0,034
wol kaca 0,038 0,022

Konduktivitas thermal K
(zat cair)
air raksa 8,21 4,74
air 0,556 0,327
amoni 0,540 0,312
minyak lumas, SEA 50 0,147 0,085

3
Konduktivitas thermal K
(gas)
hidrogen 0,175 0,101
helium 0,141 0,081
udara 0,024 0,0139
uap air (jenuh) 0,0206 0,0119
karbon dioksida 0,0146 0,00844

C. Contoh Konduksi

4
2.1.2 Konveksi

Konveksi merupakan perpindahan panas yang terjadi antara penukaran padat dengan
fluida yang mengalir disekitarnya, dengan menggunakan media penghantar berupa fluida
(cairan)

Dasar : Hukum Newton

( ) ( )

Keterangan:

qc = Laju perpindahan panas (kj/s, W)

hc = Koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2.ºC)

A = Luas bidang permukaan perpindahan panas (ft2, m2)

TW = Temperature Dinding (ºC,K)

Ts = Temperature Sekeliling (ºC,K)

5
A. Macam-macam Konveksi
1. Konveksi bebas/ konfeksi alamiah (free confection/ natural confection)
Perpindahan panas yang disebabkan oleh beda suhu dan beda rapat saja
dan tidak ada tenaga dari luar yang mendorongnya.
Contoh: plat panas dibiarkan berada diudara sekitar tanpa ada sumber
gerakan dari luar.
2. Konveksi paksaan (forced confection)
Perpindahan panas aliran gas atau cairan yang disebabkan adanya tenaga
dan luar.
Contoh : plat panas di hembus udara dengan kipas/bloewer.

2.1.3 Contoh soal


1. Sebatang besi berbentuk silinder dengan luas penampang 10 cm2 dan panjang
50 cm. Pada ujung-ujung besi tersebut mempunyai beda suhu 2ºC. Jika
koefisien konduksi besi 4,6 × 10-3 Kj/m.sºC, berapakah besar rambatan kalor
tiap detik pada besi tersebut?
Penyelesaian:
Diketahui: A = 10 cm2 = 10-3 cm
L = 50 cm = 0,5 m
∆T = 2ºC
K = 4,6 × 10-3 Kj/m. sºC

6
Ditanya H = ......?
Jawab:

2. Pelat tegak sepanjang 0,25 m memiliki temperatur permukaan 70ºC.


Temperatur udara sekitar plat 25ºC. Tentukan besarnya koefisien konveksi
udara disekitar pelat.
Penyelesaian :
Sifat udara pada T = 320ºK
V = 17,95 × 10-6 m2/s
Pr =0,7
β = 1/320,5 K = 3,12 . 10-3 K-1
α = 23. 10-6 m2/s
k = 27. 10-3 W/m.K

2.2. Konsep Kalor (Perpindahan Panas Radiasi)


Radiasi termal adalah bagian dari spektrum elektromagnetik dalam range panjang
gelombang terbatas dari 0,1 sampai 10 μ perpindahan panas radiasim dan diemisikan
pada semua permukaan. Radiasi terjadi pada permukaan yang diserap dan kemudian
perpindahan panas radiasi terjadi antara permukaan-permukaan pada temperatur yang
berbeda.
Tidak ada medium yang dibutuhkan untuk perpindahan panas radiasi akan tetapi
permukaan seharusnya dalam kontak visual untuk perpindahan panas langsung. Diantara
contoh perpindahan panas secara radiasi adalah kita menghangatkan badan kita di dekat

7
api unggun. Selain itu pancaran sinar matahari yang sampai ke bumi sehingga temperatur
yang ideal bisa dirasakan oleh para penduduk bumi juga merupakan contoh perpindahan
panas radiasi.
Persamaan laju-nya ditentukan oleh hukum Stefan-Boltzmann yang mana
merupakan istilah dimana panas yang diradiasikan sebanding dengan pangkat empat
temperatur absolute dari permukaan dan laju perpindahan panas antara permukaan yang
diberikan pada persamaan berikut:

( )
Dimana:
F : factor yang bergantung pada geometri dan sifat permukaan.
σ : Konstanta Stefan Boltsmann 5, 67 x 10-8 W/m2k4 (satuan S-1)
A : Luas permukaan , m2
T1 , T2 : K (ingat! hanya satuan temperatur absolute yang digunakan)

Persamaan ini dapat juga ditulis sebagai:

( )

( )( )
Dimana bagian penyebut mengacu pada tahanan radiasi.

8
A. Contoh Soal
1. Sebuah permukaan pada 200 o C dan memiliki luas 2m2. Permukaan tersebut
bertukar kalor dengan permukaan yang lainnya B pada 30 oC dengan radiasi.
Nilai faktor karena lokasi geometri dan emisifitas adalah 0,46. Tentukan
pertukaran kalor dan juga cari nilai dari tahanan termal dan koefisien konveksi
yang equivalen?
Penyelesaian:
Diketahui : T1 = 200 oC = 200 + 273 = 473 K
T2 = 30 oC = 30 + 273 = 303 K
Konversi satuan temperatur ini SANGAT PENTING.
σ = 5, 67 x 10-8 W/m2k4
A = 2 m2
F = 0,46
Sehingga:
Q = 0,46 x 5, 67 x 10-8 x 2 (4734 – 3034)
= 2171,4 W
Tahanan dapat dicari dengan:
Q = ΔT/R
R = ΔT/Q = (200 – 30)/2171,4
Maka:
R = 0,07829 o C/W atau K/W
Ketahanan dapat juga diberikan oleh 1/hrA
Oleh karena itu:
hr = 6,3865 W/m2K
Periksa:
Q = hr A ΔT = 6,3865 x 2 x (200-30) = 2171,4 W (bandingkan
dengan perhitungan sebelumnya)
Penyebut dalam istilah tahanan juga dapat dinyatakan sebagai hr A,
dimana hr = Fσ (T1 +T2)(T12 + T22) dan formula yang sering digunakan
tersebab hampirannya yang tepat yaitu:

9
{ }

Penentuan F agak jarang dan nilai yang tersedia untuk konfigurasi yang
sederhana dalam bentuk grafik dan tabel. Untuk kasus yang sederhana dari
permukaan hitam yang tertutup oleh permukaan lainnya, F = 1 dan untuk
permukaan yang tertutup bukan hitam, F = emisifitas. (Didefinisikan sebagai rasio
panas yang diradiasikan oleh permukaan ke permukaan yang ideal.

2.3. Pemuaian Panjang, Luas Serta Volume.


2.3.1. Pemuaian Panjang
Pemuaian terjadi ke segala arah, sehingga panjang, luas, dan ukuran volume zat
akan bertambah. Untuk zat padat yang bentuknya panjang dan berdiameter kecil,
sehingga panjang bendah jauh lebih besar dibandingkan dengan diameter benda seperti
kawat, pertambahan luas dan volume akibat pemuaian dapat diabaikan. Dengan
demikian, hanya pertambahan ukuran panjang yang diperhatikan. Pemuaian yang hanya
berpengaruh secara nyata pada pertambahan panjang zat disebut muai panjang.
Salah satu alat yang digunakan untuk menyelidiki muai panjang zat padat adalah
Musschenbroek. Alat ini mengukur muai panjang zat berbentuk batang. Salah satu ujung
batang ditempatkan pada posisi tetap, sehingga ujung yang lain dapat bergerak bebas,
ujung yang bebas akan mendorong sebuah jarum yang menunjuk ke skala saat memuai.
Besar pemuaian dapat dilihat dari skala yang ditunjuk jarum. Makin besar pemuaian
maka makin besar perputaran jarum pada skala.
 Rumus Pemuaian Panjang
Sebuah batang logam semula panjang L0 pada suhu T0’. Batang
logam itu selanjutnya dipanaskan sehingga suhunya bertambah sebesar
∆T. Akibatnya batang akan memuai dan panjang bertambah sebesar ∆L.

Dengan α koefisien muai panjang (K-1) yang bergantung pada jenis


bahan.

10
Panjang batang setelah memuai (L1)

( )

 Tebal Koefisien Muai Panjang Beberapa Zat Panjang


zat Koefisien muai panjang (fᵒC)
Alumunium 0,000024
perunggu 0,000019
besi 0,000012
kaca 0,000029
es 0,000051
baja 0,000011
tembaga 0,000017
Koefisien muai panjang alumunium jauh lebih besar daripada tembaga
maupun besi sehingga pertambahan panjang terbesar tejadi pada
alumunium (Al), tembaga (Cu), kemudian besi (Fe). Artinya koefisien
muai panjang αAl > αCu >αFe.

2.3.2. Pemuaian Luas

Pada logam yang berbentuk lempeng tipis (berupa segi empat, segi tiga, atau
lingkaran), ukuran volume dapat diabaikan. Ketika lempeng tersebut mendapat
pemanasan, maka dapat diamati hanya pemuaian luasnya saja. Dengan kata lain, zat
padat tersebut mengalami muai luas.

Pemuaian terjadi pada sebuah benda padat jika ketebalanya jauh lebih kecil,
dibandingkan panjang dan lebarnya, maka yang terjadi adalah muai luas. Muai luas dapat
diamati pada kaca jendela, pada saat suhu udara panas, dan suhu kaca menjadi naik
sehingga terjadi pemuaian, maka kaca memuai lebihbesar daripada pemuaian bingkainya,

11
akibatnya kaca terlihat terpasang sangat rapat pada bingkai. Benda yang mengalami muai
luas akan menjadi lebih besar daripada semula.

 Rumus Pemuaian Luas


Jika pelat mempunyai luas mula-mula A0 pada suhu T0. Pelat itu
selanjutnya dipanaskan sehingga suhunya bertambah sebesar ∆T.
Akibatnya pelat akan memuai dan luasnya akan bertambah sebesar ∆A.

Dengan β koefisien muai luas (β = 2α) yang bergantung pada jenis


bahan.
Luas pelat setelah memuai (A1)

( )

2.3.3. Pemuaian Volume

Pemuaian volume adalah pertambahan ukuran volume suatu benda karena


menerima kalor. Pemuaian volume dapat terjadi pada zat padat, cair dan gas. Contoh
benda yang mempunya pemuaian volume adalah kubus, air, dan udara. Volume
merupakan bentuk lain dari panjang dalam 3 dimensi karena itu untuk menentukan
koefisien muai volume sama yaitu :

 Rumus Pemuaian Volume


Jika benda mempunyai volume mula-mula V0 pada suhu T0. Pelat
itu selanjutnya dipanaskan sehingga suhunya bertambah sebesar ∆T.
Akibatnya pelat akan memuai dalam arah panjang, lebar dan tingginya,
sehingga volumenya bertambah sebesar ∆V.

Dengan Y koefisien muai luas (y = 3α) yang bergantung pada jenis


bahan.

12
Volume benda setelah muai (Vt)

( )
 Tabel Koefisien Muai Volume Zat Cair
Jenis Zat Koefisien muai volume fᵒC (γ)
Aseton 0,00150
Parafin 0,0009
Alkohol 0,00120
Raksa 0,00018
Gleserin 0,0005

2.3.4. Contoh Soal


1. Sebuah bola tembaga pada suhu 15ºC volumenya 1 dm3. Berapakah volume
tembaga itu pada suhu 100ºC? Jika koefisien muai panjang tembaga =
0,00002/ºC.
Solusi:
Diketahui : V0 = 1 dm3
t0 = 15ºC ; t0 = 100ºC jadi ∆T = 100-15 = 85ºC
α = 0,00002/ºC
γ = 3α maka β = 3 × 0,00002 = 0,00006/ºC
Ditanya: Vt = ?
Jawab :
Vt = V0 (1+γ∆T)
V = 1 (1+(0,00006 × 85)
V = 1 (1 + 0,0051)
V = 1 × 1,0051 → V = 1,0051 dm3

13
2. Sepotong logam yang mempunyai panjang 100 cm dengan suhu awal 30ºC
dipanaskan sampai suhunya menjadi 130ºC. Berapakah pertambahan panjang
logam tersebut jika koefisien muai panjangnya 1,2 × 10-5ºC-1?
Solusi :
Diketahui: L0 = 100 cm = 1 m ; t0 = 30ºC ; t1 = 130ºC
α = 1,2 × 10-5ºC-1
Ditanyakan: ∆L =.............?
Jawab :
∆L = αL0 ∆T
∆L = (1,2 × 10-5ºC-1 )× 1 × (130 – 30)→
∆L = ( 1,2 × 10-5 )× 100
∆L = 1,2 × 10-3 m

3. Suatu plat alumunium berbentuk persegi dengan panjang sisi 30 cm pada suhu
25ºC. Koefisien muai panjang alumunium 0,000022/ºC. Tentukan
pertambahan luas plat tersebut jika dipanasi hingga suhu 135ºC!
Solusi:
Diketahui: S = 30 cm jadi luas (A) = s × s = 30 × 30 = 900 cm2
t0 = 25ºC ; t1 = 135ºC jadi ∆T = 135 – 25 = 110ºC
α = 0,000022/ºC
β = 2α maka β = 2 × 0,000022 = 0,000044/ºC
Ditanya : ∆A =......?
Jawab :
∆A = Ao.β.∆T
∆A = 900 × 0,000044 × 110
∆A = 4,356 cm2

2.4. Pemuaian Zat Padat, Zat Cair, dan Gas.


2.4.1. Pemuaian Zat Padat

Salah satu peristiwa pemuaian zat padat adalah gelas kosong yang diisi dengan air
mendidih menjadi retak. Peristiwa ini terjadi karena bagian dalam gelas memuai terlebih

14
dahulu daripada bagian luar gelas. Pemuaian zat padat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
pemuaian panjang, pemuaian luas, dan pemuaian volume.

a. Pemuaian Panjang
Pemuaian terjadi ke segala arah, sehingga panjang, luas, dan ukuran volume zat
akan bertambah. Untuk zat padat yang bentuknya panjang dan berdiameter kecil,
sehingga panjang bendah jauh lebih besar dibandingkan dengan diameter benda
seperti kawat, pertambahan luas dan volume akibat pemuaian dapat diabaikan.
Dengan demikian, hanya pertambahan ukuran panjang yang diperhatikan. Pemuaian
yang hanya berpengaruh secara nyata pada pertambahan panjang zat disebut muai
panjang.
Salah satu alat yang digunakan untuk menyelidiki muai panjang zat padat adalah
Musschenbroek. Alat ini mengukur muai panjang zat berbentuk batang. Salah satu
ujung batang ditempatkan pada posisi tetap, sehingga ujung yang lain dapat bergerak
bebas, ujung yang bebas akan mendorong sebuah jarum yang menunjuk ke skala saat
memuai. Besar pemuaian dapat dilihat dari skala yang ditunjuk jarum. Makin besar
pemuaian maka makin besar perputaran jarum pada skala.
 Rumus Pemuaian Panjang
Sebuah batang logam semula panjang L0 pada suhu T0’. Batang
logam itu selanjutnya dipanaskan sehingga suhunya bertambah sebesar
∆T. Akibatnya batang akan memuai dan panjang bertambah sebesar ∆L.

Dengan α koefisien muai panjang (K-1) yang bergantung pada jenis


bahan.

Panjang batang setelah memuai (L1)

( )

15
 Tebal Koefisien Muai Panjang Beberapa Zat Panjang
zat Koefisien muai panjang (fᵒC)
Alumunium 0,000024
perunggu 0,000019
besi 0,000012
kaca 0,000029
es 0,000051
baja 0,000011
tembaga 0,000017
Koefisien muai panjang alumunium jauh lebih besar daripada tembaga
maupun besi sehingga pertambahan panjang terbesar tejadi pada
alumunium (Al), tembaga (Cu), kemudian besi (Fe). Artinya koefisien
muai panjang αAl > αCu >αFe.
b. Pemuaian Luas
Pada logam yang berbentuk lempeng tipis (berupa segi empat, segi tiga, atau
lingkaran), ukuran volume dapat diabaikan. Ketika lempeng tersebut mendapat
pemanasan, maka dapat diamati hanya pemuaian luasnya saja. Dengan kata lain, zat
padat tersebut mengalami muai luas.
Pemuaian terjadi pada sebuah benda padat jika ketebalanya jauh lebih kecil,
dibandingkan panjang dan lebarnya, maka yang terjadi adalah muai luas. Muai luas
dapat diamati pada kaca jendela, pada saat suhu udara panas, dan suhu kaca menjadi
naik sehingga terjadi pemuaian, maka kaca memuai lebihbesar daripada pemuaian
bingkainya, akibatnya kaca terlihat terpasang sangat rapat pada bingkai. Benda yang
mengalami muai luas akan menjadi lebih besar daripada semula.
 Rumus Pemuaian Luas
Jika pelat mempunyai luas mula-mula A0 pada suhu T0. Pelat itu
selanjutnya dipanaskan sehingga suhunya bertambah sebesar ∆T.
Akibatnya pelat akan memuai dan luasnya akan bertambah sebesar ∆A.

Dengan β koefisien muai luas (β = 2α) yang bergantung pada jenis


bahan.

16
Luas pelat setelah memuai (A1)

( )

c. Pemuaian Volume
Pemuaian volume adalah pertambahan ukuran volume suatu benda karena
menerima kalor. Pemuaian volume dapat terjadi pada zat padat, cair dan gas. Contoh
benda yang mempunya pemuaian volume adalah kubus, air, dan udara. Volume
merupakan bentuk lain dari panjang dalam 3 dimensi karena itu untuk menentukan
koefisien muai volume sama yaitu :
 Rumus Pemuaian Volume
Jika benda mempunyai volume mula-mula V0 pada suhu T0. Pelat
itu selanjutnya dipanaskan sehingga suhunya bertambah sebesar ∆T.
Akibatnya pelat akan memuai dalam arah panjang, lebar dan tingginya,
sehingga volumenya bertambah sebesar ∆V.

Dengan Y koefisien muai luas (y = 3α) yang bergantung pada jenis


bahan.
Volume benda setelah muai (Vt)

( )

17
 Tabel Koefisien Muai Volume Zat Cair
Jenis Zat Koefisien muai volume fᵒC (γ)
Aseton 0,00150
Parafin 0,0009
Alkohol 0,00120
Raksa 0,00018
Gleserin 0,0005

2.4.2. Pemuaian Cair

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bentuk zat cair selalu mengikuti bentuk
wadahnya. Oleh karena itu, dalam zat cair hanya dikenal pemuaian volume. Kalian telah
mempelajari bahwa pemuaian zat cair merupakan prinsip kerja termometer. Pemuaian
zat cair berbeda-beda, tergantung pada jenis zat cair. Untuk memahami hal ini, kalian
dapat melakukan Kegiatan 5.2 di bawah ini.

 Alat dan Bahan


Tiga labu gelas berpipa yang berukuran sama, bejana, dan tiga
jenis zat cair (misalnya, air, minyak, dan alkohol)
 Prosedur Percobaan
 Isilah masing-masing labu gelas dengan air, minyak, dan alkohol.
Usahakan ketiga permukaan zat cair tingginya sama.
 Masukkan ketiga labu gelas ke dalam bejana yang berisi air panas.
 Beberapa saat kemudian, perhatikan tinggi permukaan zat cair
dalam setiap labu gelas. Apakah ketiga zat cair memiliki tinggi
permukaan yang sama?
 Apakah kesimpulan kalian?

Kegiatan 5.2 menunjukkan bahwa setelah labu gelas yang berisi zat cair
dimasukkan ke dalam air panas, ternyata tinggi zat cair tidak sama. Artinya, pemuaian zat
cair bergantung pada jenis zat cair. Besaran yang membedakan besarnya pemuaian zat

18
adalah koefisien muai volume. Tabel 5.2 menunjukkan koefisien muai volume beberapa
zat cair.

Tabel 5.2 Koefisien Muai Volume Beberapa Zat Cair

Jenis Zat Cair Koefisien Muai Volume


(per oC)
Raksa 0,00018
Alkohol metil) 0,00120
Alkohol (etil) 0,00110
Parafin 0,00090
Gliserin 0,00049
Kalian telah mempelajari bahwa baik zat padat maupun zat cair mengalami
pemuaian volume. Akan tetapi, pemuaian volume zat cair biasanya lebih besar daripada
pemuaian volume zat padat. Dalam kehidupan sehari-hari kalian dapat menjumpai
peristiwa yang menunjukkan bahwa pemuaian zat cair lebih besar daripada pemuaian zat
padat. Misalnya, ketika kalian memanaskan air dengan menggunakan teko.

Ketika air dan teko dipanaskan, keduanya memuai. Perhatikan bahwa ketika air
akan mendidih terdapat air yang tumpah. Hal ini menunjukkan bahwa air (zat cair)
memuai lebih besar daripada teko (zat padat). Nah, sekarang coba sebutkan beberapa
contoh lain yang menunjukkan bahwa zat cair memuai lebih besar daripada zat padat!

2.4.3. Pemuaian Gas

Sifat gas adalah volume berubah dan selalu mengisi seluruh ruangan. Oleh karena
itu, apabila gas dipanaskan volumenya memuai. Untuk menunjukkan bahwa gas memuai
apabila dipanaskan, kalian dapat melakukan Kegiatan 5.3 di bawah ini.

 Alat dan Bahan


Botol, karet gelang, balon, dua baskom, air panas dan air dingin
secukupnya.
 Prosedur Percobaan

19
 Masukkan mulut balon ke dalam mulut botol dan ikatlah dengan
karet gelang.
 Tuangkan air panas ke dalam baskom. Selanjutnya, masukkan
bagian bawah botol ke dalam air panas. Setelah ditunggu beberapa
saat, apa yang terjadi?
 Tuangkan air dingin ke dalam baskom. Selanjutnya, pindahkan
botol dari panas ke air dingin. Setelah ditunggu beberapa saat, apa
yang terjadi?
 Berdasarkan pengamatan pada langkah 2 dan 3, apakah kesimpulan
kalian?

Ketika kalian memasukkan bagian bawah botol ke dalam baskom yang berisi air,
udara dalam botol memuai. Akibatnya, balon mengembang. Ketika bagian bawah botol
dimasukkan ke dalam baskom yang berisi air dingin, udara dalam botol suhunya turun
sehingga volumenya menyusut. Akibatnya, balon kempes. Jadi, Kegiatan 5.3
membuktikan bahwa udara (gas) memuai apabila dipanaskan.

Pengaruh suhu terhadap volume gas dapat juga diselidiki dengan menggunakan
alat yang dinamakan dilatometer. Alat ini terdiri atas labu kaca, sumbat karet, dan pipa
kapiler panjang yang salah satu ujungnya dimasukkan ke dalam labu kaca melalui sumbat
karet. Untuk menggunakan dilatometer, baliklah dilatometer dan masukkan ujung pipa
kapiler ke dalam bejana yang berisi air. Berdasarkan sifat pipa kapiler, air akan naik di
dalam pipa kapiler. Untuk menaikkan suhu udara dalam labu kaca dapat dilakukan
dengan memegang labu kaca dengan telapak tangan. Sambil memegang labu kaca, kalian
dapat mengamati perubahan ketinggian air dalam pipa kapiler. Beberapa saat setelah labu
kaca dipegang dengan telapak tangan, udara dalam labu suhunya naik dan volumenya
memuai. Hal ini ditandai dengan adanya penurunan air dalam pipa kapiler.
Bagaimanakah peristiwa ini dapat dijelaskan? Ketika suhu udara dalam labu kaca naik,
volumenya membesar sehingga mendesak permukaan air dalam pipa kapiler. Akibatnya,
permukaan raksa dalam pipa kapiler turun.

20
Hasil percobaan menunjukkan bahwa untuk semua jenis gas memiliki nilai
koefisien muai volume yang sama, yaitu    1
273 / K. Pemuaian gas dimanfaatkan untuk
membuat termometer gas, yaitu termometer yang dapat digunakan untuk mengukur suhu
yang sangat rendah. Seperti telah diuraikan pada Bab 4, termometer gas helium pada
tekanan rendah mampu mengukur suhu hingga –250oC. Bahan pengisi termometer gas
adalah hidrogen, nitrogen, dan helium.

2.4.4. Contoh Soal


1. Sebuah jembatan yang dibuat dari baja pada suhu 30oC panjangnya 100 m. Berapakah
pertambahan panjang baja itu apabila suhunya naik menjadi 60oC?
Penyelesaian
Panjang baja mula-mula l0 = 100 m
Pertambahan suhu t  t1  t 0  60 o C  30 o C  30 o C.

Koefisien muai panjang baja   0,0000012 / o C


Dengan menggunakan Persamaan (5-1), diperoleh
l    l0  t  (0,000012/ o C)  (100 m)  (60 o C  30 o C)  0,036 m.
Jadi, pertambahan panjang kawat baja adalah l  0,0036 m  0,36 cm.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari materi yang kita sajikan di atas dapat disimpulkan bahwa perpindahan panas
itu teradi dari daerah yang tekanan panasnya sangat tinggi lalu mengalir ke daerah
dengan suhu yang rendah dengan penghantar panas yang tetap.
Pemuaian terjadi ke segala arah, sehingga panjang, luas, dan ukuran volume zat
akan bertambah. Untuk zat padat yang bentuknya panjang dan berdiameter kecil,
sehingga panjang bendah jauh lebih besar dibandingkan dengan diameter benda seperti
kawat, pertambahan luas dan volume akibat pemuaian dapat diabaikan.

3.2 Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini kita bisa menambah wawasan pengetahuan
kita, kita tahu apa itu materi dan bagaimana perubahannya, sehingga materi tersebut bisa
bermanfaat di dunia ini.dan semoga kita lebih kritis lagi dalam membedakan suhu, kalor
dan termodinamika.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/mobile/lalugede/modul-pemuaian

https://www.slideshare.net/mobile/alipane/modul-perpindahan-panas-konduksi-steady-state-one-
dimensiona

23
24

Anda mungkin juga menyukai