Anda di halaman 1dari 22

I.

Judul Percobaan
Perpindahan Kalor
II. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan melakukan percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengamati peristiwa konveksi di dalam zat cair dan gas.
2. Mengamati peristiwa konduksi pada beberapa logam.
III. Landasan Teori

1. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas dari satu tempat ke tempat lain karena
adanya perpindahan fluida, proses perpindahan panas melaluiperpindahan massa.
Gerak serempak fluida menambah perpindahan panas pada banyak kondisi,
seperti misalnya antara permukaan solid dan permukaan fluida. Konveksi adalah
perpindahan panas yang umum pada cairan dan gas.
Konveksi bebas muncul ketika gerak fluida disebabkan oleh gaya apung
yang berasal dari perbedaan massa jenis akibat perbedaan temperatur di dalam
fluida. Konveksi tak bebas adalah istilah yang digunakan ketika aliran di dalam
fluida diinduksi oleh benda eksternal, seperti kipas, pengaduk, dan pompa,
sehingga menyebabkan konveksi induksi buatan.
Konveksi adalah proses di mana kalor ditransfer dengan pergerakan
molekul dari satu tempat ke tempat yang lain. Perpindahan kalor secara konveksi
berlangsung pada zat cair dan zat gas. Konveksi melibatkan pergerakan molekul
dalam jarak yang besar. Perpindahan kalor secara konveksi merupakan proses
perpindahan antara konduksi panas, gerakan percampuran dan proses
penyimpanan energi. Konveksi ini sangat besar pengaruhnya dalam proses
perpindahan kalor antara permukaan padat dan cairan atau gas yang ada di
dekatnya. Perpindahan kalor secara konveksi terjadi pada zat cair dan gas
(fluida). Perpindahan kalor secara konveksi terjadi karena adanya perbedaan
massa jenis dalam zat tersebut. Secara umum, persamaan dasar perpindahan
kalor secara konveksi adalah:
𝑸 = 𝒉 𝑨 ∆𝒕
𝐾𝑒𝑡𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 ∶
𝐽
𝑄 = 𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟 ( ⁄𝑠)
𝐽
ℎ = 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑘𝑠𝑖 ( ⁄𝑠. 𝑚. 𝐶 )

𝐴 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 (𝑚2 )


∆𝑡 = 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑢ℎ𝑢 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 (℃ 𝑎𝑡𝑎𝑢 °𝐾)

Mekanisme perpindahan kalor terjadi dengan urutan sebagai berikut:

a. Kalor mengalir secara konduksi dari permukaan zat padat ke partikel-


partikel fluida (cairan atau gas) yang berbatasan dengan permukaan zat
padat tersebut.
b. Kalor yang diterima fluida akan menaikkan suhu partikel-partikel
penyusun fluida tersebut.
c. Partikel fluida yang bersuhu lebih tinggi akan bergerak ke daerah yang
bersuhu lebih rendah, kemudian bercampur dan melepaskan sebagian
kalor yang dimilikinya.
Jadi, dalam proses konveksi terjadi aliran energi dalam bentuk kalor
dan aliran materi fluida. Energi yang diterima fluida disimpan oleh
partikel-partikel fluida terebut, kemudian diangkut oleh gerakan massa
fluida, sehingga konveksi dapat didefinisikan sebagai perpindahan kalor
dari sutu bagian fluida ke bagian fluida yang lain yang diikuti bergerakan
fluida tersebut.

2. Konduksi
Konduksi adalah proses perpindahan kalor di mana kalor tersebut mengalir
dari daerah bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah dalam suatu medium atau
antara medium yang berlainan yang bersinggungan secara langsung. Berdasarkan
definisi ini, konduksi dapat berlangsung dalam zat padat, zat cair, atau zat gas.
Konduksi kalor pada banyak materi dapat digambarkan sebagai hasil tumbukan
molekul-molekul. Pada logam, menurut teori modern, tumbukan antara elektron-
elektron bebas di dalam logam dan dengan atom logam tersebut terutama
mengakibatkan untuk terjadinya konduksi.

Konduksi kalor hanya terjadi jika ada perbedaan temperatur. Dan memang,
ditemukan pada percobaan bahwa kecepatan aliran kalor melalui benda
sebanding dengan perbedaan temperatur antara ujung-ujungnya. Ditemukan dari
percobaan bahwa aliran kalor ∆Q per selang waktu ∆t dinyatakan oleh
hubungan:

Q T T
 kA 1 2
t l

Di mana A adalah luas penampang lintang benda, l adalah jarak antara kedua
ujung, yang mempunyai temperatur T1 dan T2, dan k adalah konstanta
pembanding yang disebut konduktivitas termal, yang merupakan karakteristik
materi tersebut.

Konduktivitas termal, k, untuk berbagai zat diberikan di tabel 1. Zat-zat di


amna k besar, menghantarkan kalor dengan cepat dan dinamakan konduktor yang
baik. Sedangkan, zat-zat yang memiliki k yang kecil, merupakan penghantar
kalor yang buruk dan dengan demikian dinamakan isolator.

Tabel 1

Konduktivitas termal

Konduktivitas Termal, k
Zat
Kkal/s m oC J/s m oC

Perak 10 x 10-2 420

Tembaga 9,2 x 10-2 380

Aluminium 5,0 x 10-2 200


Baja 1,1 x 10-2 40

Es 5 x 10-4 2

Batu bata dan Beton 2,0 x10-4 0,84

Gabus dan serat kaca 0,1 x 10-4 0,042

Wol 0,1 x 10-4 0,040

Udara 0,055 x 10-4 0,023

Kuningan 2,6 x 10-2 110

Timbal 8,3 x 10-2 35

Hidrogen 3,3 x 10-5 0,14

Oksigen 5,6 x 10-6 0,023

Asbestos 2 x 10-5 0,08

Beton dan Batu Bata 2 x 10-4 0,8

Gelas 2 x 10-4 0,8

Kayu 2 x 10-5 0,08

Bulu Angsa 0,06 x 10-4 0,025

Jaringan tubuh manusia 0,5 x 10-4 0,2


(tidak termasuk darah)

Air 1,4 x 10-4 0,56

Isolator fiberglass 0,12 x 10-4 0,048

IV. Alat dan Bahan

Konveksi air
 Pip konveksi
 Dua buah termometer dengan 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟: − 15 − 115 ℃; 𝑛𝑠𝑡: 1℃
𝑑𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟 − 15 − 360℃; 𝑛𝑠𝑡: 2℃
 Pembakar Spritus 2 buah
 2 Buah Statif
 Korek gas
 Serbuk dupa
 Air
 Cutter

b. Konveksi gas
 Satu set alat konveksi kalor
 Dua buah termometer dengan 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟: − 15 − 115 ℃; 𝑛𝑠𝑡: 1℃
𝑑𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟 − 15 − 360℃; 𝑛𝑠𝑡: 2℃
 Pembakar Spritus
 2 Buah Statif
 Korek gas
 Obat nyamuk bakar secukupnya
 Lilin
 Barometer; batas ukur: 715 − 805 𝑚𝑚𝐻𝑔; nst: 1 𝑚𝑚𝐻𝑔
 Cutter

c. Konduksi
 Logam tembaga
 Logam besi
 Logam kuningan
 Logam aluminium
 Dua buah termometer dengan 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟: − 15 − 115 ℃; 𝑛𝑠𝑡: 1℃
𝑑𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟 − 15 − 360℃; 𝑛𝑠𝑡: 2℃
 Lilin
 Kaki Tiga
 Pembakar Spritus
 Korek gas
V. Langkah Percobaan
1. Konveksi Air
a. Siapkan alat dan bahan
b. Rangkai bahan seperti gambar di bawah ini:

c. Teknik pengambilan data


1. Mengisi air kedalam pipa hingga terisi penuh
2. Memasukkan serbuk dupa di corong pada bagian atas pipa
3. Meletakkan pemakar spiritus pada bagian bawah pipa (seperti gambar)
4. Ulangi langkah 3 dengan mengubah posisi pembakar spiritus pada bagian kiri
bawah, kanan bawah dan kiri bawah, juga pada bagian tengan pipa bagian
bawah
5. Amati pergerakan serbuk dupa pada pipa

2. Konveksi Gas
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Merangkai alat sesuai gambar di bawah ni :
b. Teknik Pengambilan Data
1. Menyalakan lilin yang ada di dalam kotak tepat dibawah lubang 1 dan
menutup bagian depan kotak dengan kaca.
2. Meletakan ujung obat nyamuk yang telah dibakar telebih dahulu di ujung
lubang 2.
3. Mengamati proses yang terjadi di dalam kotak.
4. Mengulangi langkah nomor 1 sampai 4 dengan mengubah letak lilin
menjadi di tengah-tengah kedua cerobong, kemudian mengamati proses
yang terjadi di dalam kotak.
5. Mengulangi langkah nomor 1 sampai 4 dengan menggunakan 3 buah
lilin yang masing-masing 1 diletakan di tengah-tengah kedua cerobong
dan 2 buah dimasing-masing lubang, kemudian mengamati proses yang
terjadi di dalam kotak.
3. Konduksi
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menyusun alat dan bahan sesuai gambar di bawah ini:
kuningan
aluminium

besi
tembaga

4. Meletakkan lilin di atas logam-logam kemudian meletakkan kaki tiga


dan pembakar spritus dibawah logam.
5. Menyalakan pembakar spritus bersamaan dengan menekan stopwatch
untuk mengukur waktu yang diperlukan masing-masing logam untuk
melelehkan lilin.
6. Mencatat waktu yang diperlukan lilin mulai meleleh pada masing-
masing logam.
VI. Teknik Analisis Data
Dalam praktikum ini, tidak menggunakan analisis dalam bentuk perhitungan,
namun hanya membandingkan sebuah teori dengan hasil pengamatan yang diperoleh
saat percobaan. Kami juga mengamati pergerakan asap pada lubang dan pergerakan
serbuk dupa dalam air pada gelas konveksi apabila diberi perlakuan yang berbeda dan
memberikan analisis berdasarkan pengamatan. Pada percobaan konduksi, dilakukan
dengan membandingkan nilai konduktivitas pada beberapa logam.
Dari hasil yang diperoleh, kemudian membahasnya untuk selanjutnya mencari
kendala-kendala yang menghambat apabila ternyata percobaan tersebut tidak sesuai
dengan teori.
VII. Data Hasil Percobaan
1. Konveksi Udara
a. 1 Lilin tepat di bawah lubang 1 (kiri kotak)
 Tekanan udara luar : 735 𝑚𝑚𝐻𝑔
 Suhu awal :
 Tabung 1 : 28℃
 Tabung 2 : 28℃
 Suhu tabung setelah diletakkan lilin :
 Tabung 1 : 110℃
 Tabung 2 : 32 ℃
 Pada percobaan ini, asap obat nyamuk masuk melalui lubang 2 dan
asapnya keluar lubang 1

b. 1 lilin di letakkan ditengah kotak (diantara 2 tabung)


 Tekanan udara luar : 735 𝑚𝑚𝐻𝑔
 Suhu tabung :
 Tabung 1 : 82℃
 Tabung 2 : 68℃
 Pada percobaan ini, asap obat nyamuk masuk melalui lubang 2 dan
langsung keluar dari lubang 2
c. 3 lilin diletakkan di dalam kotak (2 di bawah lubang dan 1 di antara kedua
lubang)
 Tekanan udara luar : 735 𝑚𝑚𝐻𝑔
 Suhu tabung :
 Tabung 1 : 100℃
 Tabung 2 : 105℃
 Pada percobaan ini, asap obat nyamuk sama skali tidak masuk ke dalam
kotak

2. Konveksi Air
a. Spiritus di sudut kiri bawah pipa konveksi
Pada percobaan ini, serbuk dupa bergerak kearah kanan
berlawanan dengan letak api yang berada di kiri. Serbuk dupa bergerak
sepanjang pipa konveksi

b. Spiritus berada di tengah pipa konveksi bagian bawah


Pada percobaan ini, serbuk dupa tetap bergerak berputar sepanjang pipa
konveksi kea rah kanan.

c. 2 spiritus di sudat kanan dan kiri bawah pipa konveksi


Pada percobaan ini, serbuk dupa tidak bergerak. Serbuk dupa diam di
bagian atas pipa konveksi.

Lampu
spiritus

3. Konduksi kalor pada logam


Pada percobaan ini, menggunakan 4 jenis logam yaitu tembaga, besi,
kuningan, dan alumunium. Pada percobaan ini, urutan logam yang paling cepat
melelehkan lilin adalah :
No. Jenis Logam Waktu untuk
melelehkan lilin (sekon)
1. Temabaga 60,0
2. Alumunium 75,0
3. Kuningan 124,0
4. Besi 186,0

VIII. Analisis Data


1. Konveksi Udara
Pada percobaan yang menggunakan satu lilin menyala yang diletakkan di
bawah cerobong satu nampak bahwa asap dari obat nyamuk masuk dari cerobong
dua dan dikeluarkan melalui cerobong satu. Mula-mula asap dari obat nyamuk
dihisap sedikit demi sedikit masuk kedalam kotak konveksi melalui cerobong dua.
Hal ini disebabkan karena perbedaan suhu pada masing-masing cerobong belum
begitu besar. Setelah perbedaan suhu pada masing-masing cerobong cukup besar
asap dari obat nyamuk dihisap oleh cerobong dua dengan sangat cepat. Dari
kejadian yang kami amati di atas, dapat kami simpulkan bahwa pergerakan atau
aliran energi kalor terjadi akibat perbedaan massa jenis. Rapat massa dari udara
yang berada dekat pemanas (lilin) menjadi lebih kecil. Hal ini dikarenakan
partikel-partikel udara pada cerobong yang berisi lilin (cerobong 1) menerima
kalor sehingga udara tersebut memuai yang mengakibatkan massa jenis udara
yang dipanaskan tersebut menjadi lebih kecil dibanding udara di luar kotak
konveksi.
Pada percobaan yang menggunakan tiga buah lilin yang menyala yang
diletakkan di bawah cerobong satu, diletakkan di bawah diantara cerobong satu
dan cerobong dua, diletakkan di bawah cerobong dua. Pada percobaan ini asap
dari obat nyamuk bakar sulit dihisap dengan sangat cepat oleh cerobong dua.
Dalam kasus ini terlihat tidak secara jelas aliran udara. Dengan menggunakan tiga
buah lilin yang menyala dalam kotak konveksi, maka suhu udara di dalamnya
juga akan menjadi sangat tinggi. Tekanan di dalam kotak konveksi menjadi lebih
rendah karena sebagian udara telah meninggalkan kotak tersebut. Dalam hal ini,
udara tidak dapat masuk secara bebas ke dalam kotak konveksi, karena setelah
beberapa kemudian semua lilin mati
2. Konveksi Air
Dari percobaan yang kami lakukan, kami dapat mengamati bahwa
pergerakan serbuk dupa dari kanan bawah ke atas terus ke kiri lalu turun dan
kembali ke kanan bawah. Hal ini sesuai dengan teori yang ada, di mana partikel-
partikel bergerak dari pertikel yang mempunyai massa jenis yang lebih kecil.
Namun, masih terdapat serbuk dupa yang bergerak sebaliknya. Hal ini disebabkan
oleh beberapa kesalahan yang terjadi saat melakukan percobaan.

3. Konduksi pada Logam


Berdasarkan teori, konduktivitas termal logam menunjukkan kemampuan
menghantarkan kalor. Logam yang memiliki kemampuan penghantar paling baik,
atau yang merupakan konduktor paling baik, memerlukan waktu yang paling
sedikit untuk melelehkan lilin. Dari data hasil percobaan, logam yang
memerlukan waktu paling sedikit untuk melebur adalah tembaga, diikuti oleh
logam alumunium ,kuningan, dan besi merupakan logam yang memerlukan waktu
paling lama untuk meleburkan lilin. Sehingga dalam percobaan, tembaga
merupakan logam terbaik dalam menghantarkan panas diikuti oleh logam
alumunium ,kuningan, dan besi merupakan logam paling buruk dalam
menghantarkan panas.

IX. Hasil dan Pembahasan


1. Konveksi Udara
a. Dengan menggunakan 1 lilin di salah satu lubang
Kejadian yang diamati :

1. Asap obat nyamuk yang telah dibakar dan didekatkan pada lubang,
mula-mula masih belum masuk ke dalam lubang ketika suhu antara
lubang 1 dan lubang 2 masih relatif sama.
2. Pada saat sudah mulai ada perbedaan suhu antara kedua lubang
(perbedaan masih kecil), asap sudah mulai masuk ke dalam lubang
namun masih agak lambat.
3. Seiring penambahan perbedaan suhu antara kedua lubang, asap
bergerak masuk ke dalam lubang lebih cepat dari sebelumnya dan
membentuk pola-pola melingkar dari ujung yang diberi asap ke luar
melewati lubang yang berisi lilin.
4. Proses ini berlangsung terus-menerus seiring bertambahnya
perbedaan suhu antara kedua lubang.
Pada Natural Convection (konveksi alamiah), fluida mengalir
disebabkan oleh adanya perbedaan massa jenis antara bagian fluida
yang satu dengan bagian fluida yang lain akibat adanya perbedaan
suhu pada bagian fluida tesebut.

Dari kejadian yang kami amati di atas, dapat kami simpulkan


bahwa pergerakan atau aliran energi kalor terjadi akibat perbedaan
massa jenis. Rapat massa dari udara yang berada dekat pemanas
(lilin) menjadi lebih kecil. Hal ini karena partikel-partikel udara pada
lubang yang berisi lilin (lubang 1) menerima kalor sehingga udara
tersebut memuai.

Partikel udara yang telah panas ini akan bergerak ke atas,


sedangkan udara yang lebih dingin pada lubang dua akan turun
mengisi tempat yang ditinggalkan udara yang telah panas tadi. Rapat
massa udara yang berada pada lubang dua ini lebih besar sehingga
masuk ke dalam lubang. Proses ini berlangsung terus menerus terjadi
secara alamiah.

b. Dengan meletakkan 1 lilin di tengah-tengah kotak

Apabila lilin diletakkan ditengah-tengah kotak seperti pada gambar


di atas, ada sedikit asap yang masuk ke dalam lubang sehingga sangat
sulit untuk melihat pola konveksi yang terjadi di dalam kotak. Setelah
diamati dengan saksama, ternyata penyebab terjadinya hal tersebut adalah:

Adanya perbedaan suhu antara ke dua lubang yang sangat sedikit


(suhu T1 > T2), sehingga perbedaan massa jenis udara pada kedua lubang
juga sedikit.

c. Dengan meletakkan 3 lilin di dalam kotak masing-masing di bawah


lubang 2 dan 2 juga di tengah-tengah antara lubang 1 dan lubang 2
Apabila tiga buah lilin diletakkan di dalam kotak, yaitu 1 buah di
tengah-tengah, dan masing-masing 1 buah di kedua lubang, maka asap
tidak mau masuk ke dalam lubang. Ternyata setelah diamati, hal ini terjadi
karena perbedaan suhu antara kedua lubang hampir tidak ada (massa jenis
udara antara kedua lubang relatif sama), sehingga asap tidak akan masuk ke
dalam lubang. Pada kasus ini, kita tidak dapat melihat pergerakan atau pola
konveksi dalam udara.

Dalam percobaan konveksi, kami memperoleh hasil yang tidak


sesuai dengan kajian teori yang ada. Ini mungkin disebabkan karena adanya
beberapa kesalahan. Kesalahan yang terjadi antara lain:

1. Kesalahan umum. Kesalahan ini terjadi karena kesalahan


pengamat saat melakukan praktikum. Kesalahan umum yang
terjadi yaitu pada saat mengamati jalannya asap dari obat
nyamuk pada kotak konveksi.
2. Kesalahan sistematis. Kesalahan ini disebabkan oleh alat
ukur dan lingkungan. Kesalahan ini terjadi pada saat
pembacaan skala dan suhu dalam kotak konveksi cepat
berubah.
Adapun kendala yang kami hadapi dalam melaksanakan
praktikum, antara lain:

1. Kesulitan dalam memastikan letak lilin agar tepat berada di


tengah-tengah cerobong.
2. Sulitnya membagi lilin menjadi bagian yang sama.
3. Kesulitan dalam pembacaan skala pada termometer, karena
perubahannya terlalu cepat
2. Konveksi Air
Berdasarkan data hasil percobaan dan analisis data, diperoleh hasil
percobaan yaitu:

1. Pada percobaan 1 bahwa pergerakan serbuk dupa dari gelas


konveksi bagian kanan ke atas terus kekiri lalu turun kemudian
kembali ke kanan bawah.

2. Pada percobaan 2 bahwa pergerakan serbuk dupa dari bagian


tengah,ada yang kekiri dan ada yang ke kanan pergerakan
putarannya.

3. Pada percobaan 3 bahwa pergerakan serbuk dupa dari gelas


konveksi bagian kiri bawah ke atas terus ke kanan lalu turun dan
kembali ke kiri bawah.

Hal ini sesuai dengan landasan teori, namun masih terdapat penyimpangan
yang disebabkan oleh kesalahan yang terjadi dalam percobaan.

Adapun kesalahan yang terjadi dalam percobaan kali ini diantaranya:

1) Kesalahan dalam membaca skala thermometer, hal ini disebabkan


karena posisi mata yang kurang tegak lurus dengan skala yang
ditunjukkan oleh thermometer.
2) Pada saat air dipanaskan, ada sebagian kecil serbuk dupa yang
bergerak tidak sesuai dengan pergerakan serbuk dupa yang lain
(seperti pada gambar), peristiwa tersebut bisa disebabkan oleh
serbuk dupa yang digunakan memiliki massa jenis yang lebih kecil
dari massa jenis air, sehingga pergerakan serbuk dupa dipengaruhi
oleh gaya ke atas air (hukum Archimedes)
Adapun kendala-kendala yang kami alami dalam melakukan
percobaan ini diantaranya:

a. Tidak adanya petunjuk praktikum untuk praktikum konveksi pada


zat cair secara tertulis
b. Pada saat penuangan air ke tabung konveksi kami tidak bisa
memperkirakan agar air yang kami tuangkan tidak melebihi batas
air.

c. Ketika serbuk dupa masuk ke dalam tabung yang berisi air, banyak
terdapat serbuk dupa yang mengumpal, sehingga kami sedikit
kesulitan untuk mengamati jalannya serbuk dupa.

3. Konduksi pada Logam


Dari analisis data, hasil yang didapatkan adalah konduktivitas termal
logam yang paling besar adalah konduktivitas logam tembaga, diikuti oleh logam
aluminium , kuningan, dan besi. Besi merupakan logam dengan konduktivitas
paling kecil diantara sampel logam yang digunakan. Hal ini dapat dilihat dari
waktu yang dibutuhkan untuk melelehkan lilin. Besi memerlukan waktu paling
lama untuk melelehkan lilin diikuti oleh, kuningan, alumunium, tembaga
.Tembaga merupakan logam yang memerlukan waktu paling singkat untuk
melelehkan lilin.
Hasil yang dipeoleh dari percobaan sudah sesuai dengan teori yang ada.
Karena berdasarkan teori, logam yang memiliki konduktivitas termal paling
besar seharusnya adalah tembaga. Berdasarkan teori, konduktivitas termal
tembaga lebih besar dari konduktivitas termal aliminium. Sehingga tembaga
merupakan logam yang paling baik dalam menghantarkan panas terbukti dari
waktu yang diperlukan oleh logam tembaga untuk melelehkan lilin adalah
tersingkat dari logam-logam lainnya dalam percobaan.

Adapun kendala-kendala yang kami alami selama melakukan praktikum


adalah sebagai berikut:
1. Kesulitan dalam melihat lilin mana yang terlebih dahulu meleleh.
Terkadang lilin telah meleleh, namun lupa dalam melihat waktu yang
ditunjukkan pada stopwatch. Sehingga praktikum harus diulang dan
memerlukan cukup waktu untuk menunggu logam-logam tersebut
dingin
X. Pertanyaan dan Jawaban
a) Pertanyaan
1) Pada cerobong manakah udara bersuhu lebih tinggi?
2) Bagaimana pergerakan asap ketika suhu pada lubang 1 meningkat
(terjadi perbedaan suhu antara lubang 1 dan 2) ?
3) Bagaimanakah pergerakan asap jika diberikan perlakuan yang
berbeda?
4) Apakah yang menyebabkan asap bergerak masuk ke dalam lubang
(mengalami siklus) ?
b) Jawaban
1) Cerobong yang bersuhu lebih tinggi adalah cerobong 1. Karena di
dalam kotak, pada percobaan 1 diberi lilin (sumber panas) di bawah
cerobong 1 sehingga suhu di cerobong 1 lebih panas dari pada
cerobong 2
2) Pergerakan asap ketika terjadi perubahan suhu antara lubung 1 dan
lubang 2 adalah asap masuk melalui lubang 2 lalu keluar melalui
lubang 1 (mengalami siklus) secara terus menerus
3) Pergerakan asap ketika pada percobaan 1 dimana lilin (sumber panas)
diletakkan di kotak bagian kiri (lubang 1), pergerakan asap mengalami
siklus yaitu asap masuk melalui lubang 2 dan keluar melalui lubang 1.
Pada percobaan kedua dimana lilin (sumber panas) diletakkan pada
tengah-tengah kotak yaitu di antara lubang 1 dan 2, asap tidak
mengalami siklus seperti pada perlakuan 1 melainkan asap masuk
melalui lubang 2 dan langsung keluar melalui lubang 2. Pada
perlakuan ketiga dimana di letakkan 3 buah lilin di dalam kotak yang
masing-masing di bawah kedua lubang dan di antara kedua lubang.
Asap obat nyamuk sama sekali tidak masuk ke dalam kotak.
4) Asap bergerak masuk ke dalam lubang karena perbedaan suhu antara
kedua lubang.Pada Natural Convection (konveksi alamiah), fluida
mengalir disebabkan oleh adanya perbedaan massa jenis antara bagian
fluida yang satu dengan bagian fluida yang lain akibat adanya
perbedaan suhu pada bagian fluida tesebut.Dari kejadian yang kami
amati di atas, dapat kami simpulkan bahwa pergerakan atau aliran
energi kalor terjadi akibat perbedaan massa jenis. Rapat massa dari
udara yang berada dekat pemanas (lilin) menjadi lebih kecil. Hal ini
karena partikel-partikel udara pada lubang yang berisi lilin (lubang 1)
menerima kalor sehingga udara tersebut memuai. Partikel udara yang
telah panas ini akan bergerak ke atas, sedangkan udara yang lebih
dingin pada lubang dua akan turun mengisi tempat yang ditinggalkan
udara yang telah panas tadi. Rapat massa udara yang berada pada
lubang dua ini lebih besar sehingga masuk ke dalam lubang. Proses ini
berlangsung terus menerus terjadi secara alamiah.

XI. Kesimpulan
1. Dari percobaan dapat disimpulkan bahwa peristiwa konveksi alami dalam
udara dapat diamati melalui percobaan konveksi sederhana. Dari hasil
percobaan juga dapat dijelaskan bahwa peristiwa disebabkan oleh adanya
perbedaan massa jenis antara bagian udara (fluida) yang satu dengan bagian
fluida yang lain akibat perbedaan suhu pada bagian fluida tesebut, dan juga
karena adanya perbedaan tekanan antara ruang di dalam kotak konveksi
dengan ruang sekitar (Laboratorium). Udara yang memiliki massa jenis lebih
besar akan bergerak ke atas, sedangkan udara yang lebih dingin pada lubang
dua akan turun mengisi tempat yang ditinggalkan udara yang telah panas tadi.

2. Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah tembaga memerlukan waktu


yang paling cepat unuk melelehkan lilin, diikuti oleh alumunium, kuningan
kemudian besi. Data yang di dapat dari hasil percobaan sudah sesuai dengan
teori yang ada mengacu pada besarnya konduktivitas termal dari masing-
masing logam tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Giancolli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 2 Edisi Kelima. Terjemahan Yuhilza Hanum dan Irwan
Arifin, disunting oleh Hilarius W Hardani dan Sylvester L. Simarmata. Physics Fifth
Edition. 1998. Jakarta: Erlangga.

Halliday D dan Resnick R. 1988. Fisika Jilid 2 Edisi Ketiga. Terjemahan Patur Silaban dan
Erwin Sucipto. Fundamentals of Physics. 1978. Jakarta: Erlangga

Pujani, Ni Made & Ni Ketut Rapi. 2006. Petunjuk Praktikum Fislab II. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha
Umar, Efrizon. 2008. Buku Pintar Fisika. Depok: Media pusindo

Anda mungkin juga menyukai