Anda di halaman 1dari 5

BEOWULF

Beowulf  [ˈbeːowulf]) adalah puisi epik Inggris Kuno yang terdiri dari 3.182 baris aliteratif. Puisi
ini menggunakan bahasa Inggris Lama, jadi penulisnya kemungkinan tinggal di Inggris.

Puisi menceritakan kisah tentang hal-hal yang terjadi pada awal 500-an M, hampir 500 tahun
sebelum puisi ini ditulis. Kisahnya bertempat di Denmark dan Swedia, dan melibatkan orang-
orang yang hidup pada awal 500-an M. Orang-orang tersebut diketahui dari kisah tertulis lainnya
dari Swedia serta dari temuan arkeologi.

Ketika para penyair Inggris menulis Beowulf, bangsa Anglo-Saxon baru saja berpindah dari
Denmark dan Swedia ke Inggris, jadi mereka masih memiliki banyak kawan dan kerabat di
tempat asal mereka, sehingga mereka menceritakan kisah mengenai orang-orang tersebut.

Dalam kisah ini, Beowulf merupakan seorang prajurit dan pahlawan hebat. Ia berlayar ke
Denmark untuk menyelamatkan Raja Hrothgar dari monster mengerikan yang disebut Grendel.
Terjadi pertarungan, dan Beowulf berhasil memotong lengan Grendel, sehingga monster itu
kabur dan mati kehabisan darah.

Malam berikutnya, ibu Grendel datang dan menyerang istana Raja Hrothgar. Beowulf
melawannya dan berhasil membunuhnya juga menggunakan pedang ajaib. Atas tindakannya itu,
Beowulf memperoleh banyak hadiah.

Setelah itu, Beowulf melakukan lebih banyak petualngan. Ia terlibat dalam penyerbuan Biking di
Frisia yang dipimpin oleh Raja Hygelac (sumber-sumber Franka juga menyebutkan penyerbuan
ini, jadi diketahui bahwa peristiwa ini terjadai pada 516 M). Pada akhirnya Beowulf menjadi
Raja Suku Gotar (Geat) hingga ia tua, kira-kira hingga usia lima puluh lima tahun. Suatu hari ia
mendengar bahwa ada monster baru yang meneror orang-orang, kali ini adalah naga. Meskipun
telah tua, Beowulf masih merupakan seorang pahlawan, jadi ia pun pergi dan membunuh naga
itu. Akan tetapi, kali ini sang naga juga berhasil membunuh Beowulf.

I LAGALIGO

Sejarah La Galigo Epos La Galigo atau biasa juga dikenal dengan I La Galigo merupakan karya
sastra (epos) yang terpanjang di dunia. La Galigo adalah hasil karya sastra dari Kerajaan Luwu,
Sulawesi Selatan, Indonesia. Isinya sebagian berbentuk puisi yang ditulis dalam bahasa Bugis
kuno. Epos ini menceritakan tentang penciptaan alam semesta oleh raja dunia atas atau raja
langit bernama La Patiganna. Disebutkan pula bahwa epos ini bercerita tentang Sawerigading,
seorang perantau juga pahlawan yang gagah berani. La Galigo sebenarnya tidak tepat disebut
sebagai teks sejarah karena isinya penuh dengan mitos-mitos. Namun, epos La Galigo tetap
dapat memberikan gambaran kepada kita mengenai kebudayaan Bugis sebelum abad ke-14.

Isi hikayat La Galigo

Epik ini dimulai dengan penciptaan dunia. Ketika dunia ini kosong (merujuk kepada Sulawesi
Selatan), Raja Di Langit, La Patiganna, mengadakan suatu musyawarah keluarga dari beberapa
kerajaan termasuk Senrijawa dan Peretiwi dari alam gaib dan membuat keputusan untuk
melantik anak lelakinya yang tertua, La Toge’ langi’ menjadi Raja Alekawa (Bumi) dan
memakai gelar Batara Guru. La Toge’ langi’ kemudian menikah dengan sepupunya We
Nyili’timo’, anak dari Guru ri Selleng, Raja alam gaib. Tetapi sebelum Batara Guru dinobatkan
sebagai raja di bumi, ia harus melalui suatu masa ujian selama 40 hari, 40 malam. Tidak lama
sesudah itu ia turun ke bumi, yaitu di Ussu’, sebuah daerah di Luwu’, sekarang wilaya Luwu
Timur dan terletak di Teluk Bone.

Batara Guru kemudian digantikan oleh anaknya, La Tiuleng yang memakai gelar Batara Lattu’.
Ia kemudian mendapatkan dua orang anak kembar yaitu Lawe atau La Ma’dukelleng atau
Sawerigading (Putera Ware’) dan seorang anak perempuan bernama We Tenriyabeng. Kedua
anak kembar itu tidak dibesarkan bersama-sama. Sawerigading ingin menikahi We Tenriyabeng
karena ia tidak tahu bahwa ia masih mempunyai hubungan darah dengannya. Ketika ia
mengetahui hal itu, ia pun meninggalkan Luwu’ dan bersumpah tidak akan kembali lagi. Dalam
perjalannya ke Kerajaan Tiongkok, ia mengalahkan beberapa pahlawan termasuklah pemerintah
Jawa Wolio yaitu Setia Bonga. Sesampainya di Tiongkok, ia menikah dengan putri Tiongkok,
yaitu We Cudai.

Sawerigading digambarkan sebagai seorang kapten kapal yang perkasa dan tempat-tempat yang
dikunjunginya antara lain adalah Taranate (Ternate di Maluku), Gima (diduga Bima atau
Sumbawa), Jawa Rilau’ dan Jawa Ritengnga, Jawa Timur dan Tengah), Sunra Rilau’ dan Sunra
Riaja (kemungkinan Sunda Timur dan Sunda Barat) dan Melaka. Ia juga dikisahkan melawati
surga dan alam gaib. Sawerigading adalah ayah I La Galigo (yang bergelar Datunna Kelling). I
La Galigo, juga seperti ayahnya, adalah seorang kapten kapal, seorang perantau, pahlawan mahir
dan perwira yang tiada bandingnya. Ia mempunyai empat orang istri yang berasal dari belbagai
negeri. Seperti ayahnya pula, I La Galigo tidak pernah menjadi raja. Anak lelaki I La Galigo
yaitu La Tenritatta’ adalah yang terakhir di dalam epik itu yang dinobatkan di Luwu’.

Beowulf

Beowulf [ˈbeːowulf]) is an Old English epic poem consisting of 3,182 alliterative lines. This
poem uses Old English, so the writer probably lived in England.

This poem tells the story of things that happened in the early 500s, almost 500 years before this
poem was written. The story takes place in Denmark and Sweden, and involves people who lived
in the early 500s. These people are known from other written stories from Sweden as well as
from archeological findings.

When the English poets wrote Beowulf, the Anglo-Saxons had just moved from Denmark and
Sweden to England, so they still had many friends and relatives in their places of origin, so they
told stories about these people.

In this story, Beowulf is a great warrior and hero. He sailed to Denmark to save King Hrothgar
from a terrible monster called Grendel. Beowulf and Grendel fight, and Beowulf manages to cut
Grendel's arm, so the monster runs away and bleeds to death.

The following night, Grendel's mother came and attacked King Hrothgar's palace. Beowulf
fought her and succeeded in killing her also using a magic sword. For his actions, Beowulf
received many prizes from King Hrothgar.

After that, Beowulf did more adventures. He was involved in the Biking invasion of Frisia led by
King Hygelac (Franka sources also mention this invasion, so it is known that this incident
happened in 516 AD). Eventually Beowulf became the King of the Gotar Tribe (Geat) until he
was old, about to fifty-five years old. One day he heard that there was a new monster terrorizing
people, this time it was a dragon. Despite his age, Beowulf was still a hero, so he went and killed
the dragon. However, this time the dragon also killed Beowulf.

I Laga Ligo
History of La Galigo, the epic La Galigo or commonly also known as I La Galigo is the longest
literary work (epic) in the world. La Galigo is the work of literature from the Kingdom of Luwu,
South Sulawesi, Indonesia. One of the content in lagaligo is poetry, which is written in ancient
Bugis language. This epic tells about the creation of the universe by the king of the upper world
or the king of heaven named La Patiganna. It was also stated that this epic tells the story of
Sawerigading, a nomads and heroic hero. La Galigo is not exactly called a historical text because
it is full of myths. However, the epic of La Galigo can still give us an idea of Buginese culture
before the 14th century.

The Story of Ilagaligo

This epic begins with the creation of the world. When the world is empty (referring to South
Sulawesi), the king in the sky, La Patiganna, holds a family meeting of several kingdoms
including Senrijawa and Peretiwi from the supernatural and makes the decision to appoint his
eldest son, La Toge 'langi' to become King Alekawa (Earth) and wears the title Batara Guru. La
Toge 'langi' then married his cousin We Nyili'timo ', daughter of Guru ri Selleng, King of the
Unseen. But before the Batara Guru was crowned king on earth, he had to go through a test
period of 40 days, 40 nights. Not long after that he came down to earth, that is in Ussu ', an area
in Luwu', now the area of East Luwu and located in Bone Bay.

Then Batara Guru was replaced by his son, La Tiuleng who wore the title Batara Lattu '. He then
got two twins, Lawe or La Ma'dukelleng or Sawerigading (Putera Ware ’) and a daughter named
We Tenriyabeng. The twins were not raised together. Sawerigading wants to marry We
Tenriyabeng because he does not know that he still has blood relations with her. When he
knowed that, he left Luwu and vowed never to return. On his way to the Kingdom of China, he
defeated several heroes including the Javanese government of Wolio, Setia Bonga. When he
arrived in China, he married a Chinese daughter, We Cudai.

Sawerigading is described as a captain of a mighty ship and the places he visited include
Taranate (Ternate in Maluku), Gima (allegedly Bima or Sumbawa), Java Rilau 'and Java
Ritengnga, East and Central Java), Sunra Rilau' and Sunra Rilau 'and Sunra Riaja (possibly East
Sunda and West Sunda) and Melaka. He is also told through heaven and the supernatural.
Sawerigading is the father of I La Galigo (whose title is Datunna Kelling). I La Galigo, also like
his father, was a ship captain, a nomads, adept heroes and unequaled officers. He has four wives
from various countries. Like his father, I La Galigo never became a king. I La Galigo's son is La
Tenritatta 'was the last in the epic to be crowned in Luwu'.

Anda mungkin juga menyukai