Anda di halaman 1dari 2

Nama : Baso Faisal

Nis : Kelas
Kelas :X.4

Sejarah Sakkoli dan Kota Wajo

"SAKKOLI" berasal dari kata "SAKKE ULI" atau dalam bahasa Indonesianya bisa di
sebut dengan " KULIT YANG SUDAH SEMPURNA". Menurut cerita, Konon katanya dulu
ada Seorang Ratu dari Luwu melahirkan seorang putri. Akan tetapi putri tersebut lahir dengan
keadaan tidak normal yaitu menderita penyakit kulit. Raja dan Ratu Luwu tersebut tidak mau
menerima kehadiaran putri tersebut, mereka pun berunding. Hasil perundingan tersebut
melahirkan sebuah keputusan, yaitu mereka sepakat membawa putri tersebut harus di
asingkan dari kerajaan Luwu. Kemudian Putri tersebut pun di hanyutkan di sebuah sungai
menggunakan perahu dan di dampingi oleh dua orang dayang. Akan tetapi sebelum di
hanyutkan, sang Raja memberikan sebuah sarung parang kepada putrinya, kemudian mereka
pun di hanyutkan di sungai. Setelah cukup lama mengarungi sungai tersebut, sang putri pun
tiba dan menginjakkan kakinya di sebuah hutan yang tidak berpenghuni untuk yang pertama
kalinya. Setibanya di sana, sang putri bersama ke-2 dayangnya membangun sebuah
pemukiman dan membuat sebuah perkebunan. Kehidupan sang putri di sana tidak seperti di
Istana layaknya putri dan dayang. Di sana mereka hidup bersama, makan bersama, dan
bergantian menjaga pemukiman.

Pada suatu hari, sang putri berjalan-jalan di pinggir sawah kemudian sang putri
melihat seekor kerbau Bule ( Tedong Buleng ) yang hendak mengejarnya. Kemudian Sang
putri pun berlari hingga terjatuh dan pingsan, sang putri yang dalam keadaan tidak sadarkan
diri, tiba-tiba kulitnya di jilat oleh kerbau bule tersebut. Setelah selesai menjilat kulit sang
putri, si kerbau pun akhirnya pergi. Sang putri pun sadar, ia menyadari bahwa kulitnya telah
sembuh dari penyakit kulit yang selama ini di deritanya.

Suatu hari, ada seorang putra pangeran dari kerajaan bone pergi perburu ke dalam hutan,
akan tetapi di tengah hutan sang pangeran terpisah dari pengawalnya, kaemudian sang
pangeran pun tersesat di dalam hutan.
Sang pangeran tidak tahu harus ke mana lagi, ia pun memutuskan untuk menyusuri hutan
tersebut. Setelah menyusuri hutan terlalu lama, sang pangeran pun melihat sebuah
pemukiman. Karena merasa haus, sang pangeran pun langsung menghampiri pemukiman
tersebut untuk meminta air minum. Dan di dalam pemukiman itu, sang pangeran bertemu
dengan seorang putri yang sangat cantik. Setelah itu, sang pangeran pun kembali ke tengah
hutan, akhirnya sang pangeran bertemu dengan para pengawalnya dan kemudian segera
pulang ke Istana. Setibanya di Istana, sang pangeran terus memikirkan gadis yang di
temuinya di hutan terpencil tadi yaitu sang putri. Karena selalu memikirkan sang putri
sampai-sampai sang pangeran tidak bisa tidur, Sang pangeran pun kembali ke pemukiman itu
dan melamar sang putri. Kemudian lamaran sang pangeran pun di terima, kemudian Ayah
dari sang pangeran yaitu Raja Bone segera melangsungkan pernikahan putranya dengan sang
putri. Di dalam pesta pernikahan tersebut, Raja bone mengundang Raja Luwu untuk
menghadiri pesta pernikahan putranya. Sehubung karena mengingat bahwa Raja Luwu juga
merupakan sahabat dari Raja bone. Dalam pesta tersebut, Raja Luwu mendapati calon istri
dari pangeran bone yaitu sang putri membawa sebuah sarung parang yang mirip dengan
sarung parang yang dulu di berikan kepada putrinya yang di asingkan di suatu tempat.
Setelah mengetes sarung parang tersebut, ternyata sarung parung tersebut cocok dengan
parangnya. Sang Raja pun mengetahui bahwa putri tersebut adalah putrinya yang telah ia
asingkan dahulu.
Setelah menikah, Pangeran Raja Bone membangun sebuah desa di pemukiman tempat sang
putri dulu pernah tinggal dan kemudian sang pangeran menamai desa tersebut dengan sebutan
"Wajo". Di situlah lahir nama desa Wajo (yang kini sudah menjadi kota Wajo) dan desa-desa
yang ada di Wajo.

Asal mulanya kota Wajo yaitu perkawinan antara putri Luwu dan pangeran Bone, sehingga
lahirlah kota desa Wajo yang kemudian meluas hingga sekarang sudah menjadi "Kota Wajo".
Dan dari sinilah lahir desa-desa yang ada di wajo, seperti, Tosora, dan masih banyak lagi
desa di Wajo.....

Demikian sejarah singkat dari Kota Wajo yang dapat saya ceritakan. Cukup sekian, bila ada
kata yang salah mohon di maafkan ..
Wabillahi taufik wassa'adah, Wassalamualiakum wr.wb.

Anda mungkin juga menyukai