Anda di halaman 1dari 3

Macam-Macam Adaptasi Berbagai Hewan Pada Termoregulasi

Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu


lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin mamalia dan burung akan
meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon - hormon yang terlibat
di dalamnya sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada
lebah madu) adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam
sarangnya (Soewolo, 2000).
Beberapa adaptasi hewan untuk mempertahankan suhu tubuh (panas)
misalnya adanya bulu pada burung dan rambut pada mamalia otot dan modifikasi
sistem sirkulasi di bagian kulit. Perilaku adalah hal yang penting dalam
hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan
pada beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di
daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan
daun telinga ke tubuh. Manusia menggunakan pakaian adalah salah satu perilaku
dalam termoregulasi (Soewolo, 2000).
1. Adaptasi Morfologi
Penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan
organisme hidup. Misalnya seperti gigi singa, harimau, citah, macam, dan
sebagainya yang runcing dan tajam untuk memakan daging. Sedangkan gigi
sapi, kambing, kerbau, domba dan sebagainya tidak runcing dan tajam karena
giginya lebih banyak dipakai untuk memotong rumput atau daun dan
mengunyah makanan.
2. Adaptasi Fisiologi
Penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang
menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk
mempertahankan hidup dengan baik. Contoh adaptasi fisiologis adalah seperti
pada hewan onta yang mempunyai kantung air di punuknya untuk menyimpan
air agar tahan tidak minum di padang pasir dalam jangka waktu yang lama
serta pada anjing laut yang memiliki lapisan lemak yang tebal untuk bertahan
di daerah yang dingin.
3. Adaptasi Tingkah Laku
Penyesuaian makhluk hidup pada tingkah laku / perilaku terhadap
lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat berubah warna kulit
sesuai dengan warna yang ada di lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk
menyembunyikan diri (Soewolo, 2000).
Macam-Macam Adaptasi Berbagai Hewan Pada Termoregulasi
1. Pisces
Jika lingkungan panas adaptasi yang dilakukan ikan adalah dengan
berenang ke perairan yang lebih besar atau menuju ke tempat yang intensitas
sinar matahari lebih sedikit seperti di bawah pepohonan (Siswanto, 2016).
2. Amphibi
Pada lingkungan yang panas hewan ini beradaptasi secara morfologi
dengan cara mengeluarkan panas dari dalam tubuhnya. Secara tingkah laku
yang dilakukan katak adalah bersembunyi pada bongkahan tanah yang
dianggap lebih rendah suhunya. Namun jika suhu lingkungan ekstrim panas
katak menggunakannya untuk melakukan reproduksi. Dengan tujuan
melakukan reproduks, telur yang dihasilkan ditempelkan pada daun atau
ranting pohon. Ketika lingkungan sudah memungkinkan seperti pada musim
penghujan, maka telur tersebut akan berkembang menjadi berudu yang
akhirnya akan menjadi katak dewasa. (Siswanto, 2016).
3. Reptilia
Buaya memiliki kulit yang tebal sehingga untuk beradaptasi pada
lingkungan panas dia mengurangi penguapan dengan kulitnya yang tebal
tersebut. Secara tingkah laku yang dilakukan buaya adalah dengan membuka
mulut untuk mengeluarkan panas tubuhnya (evaporasi). Kelompok hewan
reptil adalah binatang bertulang belakang berkulit kering, bersisik, dan
bernapas dengan paru-paru. Hewan melata (reptil) merupakan kelompok
hewan berdarah dingin, artinya hewan yang memanfaatkan suhu lingkungan
untuk mengatur suhu tubuh. Contoh yang lain yaitu ular secara tingkah laku
melakukan adaptasi pada lingkungan panas dengan bersembunyi di bawah
tanah atau dalam liang. (Siswanto, 2016).
4. Mamalia
Kemampuan untuk mengendalikan temperatur tubuh (thermoregulasi)
pada mamalia telah berkembang jauh lebih baik ketimbang bangsa ikan,
amfibia, dan reptilia. Selain dengan melakukan berbagai penyesuaian perilaku
seperti yang biasa dilakukan oleh binatang dari tingkatan yang lebih rendah
itu, kemampuan untuk mengendalikan temperatur tubuh melalui mekanisme
fisiologi pada mamalia telah berkembang dengan baik.
Pada hakikatnya, binatang mampu melakukan aklimasi (penyesuaian diri
terhadap perubahan temperatur saja) dan aklimatisasi (penyesuaian terhadap
perubahan berbagai faktor lingkungan abiotik). Aklimasi dan aklimasi
terhadap temperatur rendah lebih berkembang pada vertebrata endotherm
ketimbang vertebrata ektotherm. Respon itu meliputi penyesuaian produksi
hormon, yaitu hormon thiroksin oleh kelenjar thiroid dan hormon
adrenokortikosteroid oleh korteks kelenjar adrenalis. Peningkatan sekresi
kedua hormon tersebut dapat meningkatkan laju metabolisme yang dapat
meningkatkan produksi panas sehingga dengan demikian meningkatkan
ketahanan umum dari binatang tersebut terhadap cekaman dingin (Siswanto,
2016).
Respon fisiologi lainnya terhadap temperatur dingin meliputi refleks
menggigil dan timbulnya aktivitas pilomotor. Menggigil merupakan aktivitas
kontraksi dan relaksasi otot yang dapat menghasilkan energi dalam bentuk
panas tubuh. Pada kondisi lingkungan yang dingin, menggigil merupakan
salah satu bentuk penyesuaian fisiologi yang bersifat involunter (tidak dapat
dikendalikan oleh kehendak) dan yang dengan cepat dapat menghasilkan
panas untuk mengatasi cekaman luar yang dingin tersebut (Siswanto, 2016).

DAFTAR PUSTAKA
Siswanto, (2016). Thermoregulasi. Di akses melalui simdos.unud.ac.id pada 30
Oktober 2020

Soewolo, (2000). Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta : Direktorat Jendral


Pendidikan Tinggi

Anda mungkin juga menyukai