Anda di halaman 1dari 37

Nama Kepala Sekolah : UJANG RUHIYAT

Instansi : SD SWASTA NASIONAL

Tugas 04. Hasil Refleksi Pendalaman Bahan Pembelajaran

Hal Baru yang


No Nama Materi Resume Hasil Eksplorasi Materi
Diperoleh
a b c d
1 Manajerial 1. Program Sekolah

Program sekolah merupakan proses Program sekolah


perencanaan terhadap semua hal yang dibuat sesuai dengan
berhubungan dengan penyelenggaraan kondisi lingkungan
Pendidikan di sekolah agar tercapai tujuan sekolah, sosial budaya
sekolah secara efektif dan efisien. masyarakat, juga
Perencanaan Program sekolah yang disusun kebutuhan peserta
oleh kepala sekolah harus disesuaikan didik, kepala sekolah
dengan kondisi sekolah, sosial budaya harus membuat
masyarakat sekitar juga kebutuhan peserta perencanaan yang
didik dan dituangkan dalam Rencana Kerja sesuai EDS yang diisi
Sekolah (RKS). oleh warga sekolah
a. Konsep Rencana Kerja Sekolah dan dapat dilihat pada
Salah satu hal yang sangat penting dalam rapor Pemetaan Mutu
manajemen adalah Menyusun perencanaan, Pendidikan (PMP),
setiap sekolah semua jenjang harus program tersebut
membuat perencanaan baik jangka dituangkan dalam
menengah ataupun jangka pendek. Untuk Rencana Kerja Jangka
jangka menengan atau biasa disebut juga Menengah (RKJM)
Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) berlaku selama 4
menggambarkan tujuan sekolah yang akan tahun, dan sebagai
dicapai selama 4 tahun, untuk mencapai pendukung dari RKJM
sekolah harus membuat perencanaan tersebut kepala
rencana kerja tahunan, RKT ini merupakan sekolah
jabaran dari RKJM. RKS disusun dengan menjabarkannya
tujuan: dalam Rencana Kerja
1) menjamin agar tujuan sekolah yang telah Tahunan (RKT) setiap
dirumuskan dapat dicapai dengan tingkat tahunnya
kepastian yang tinggi dan resiko yang
kecil;
2) memberikan arah kerja yang jelas tentang
pengembangan sekolah;
3) acuan dalam mengidentifikasi dan
mengajukan sumberdaya pendidikan
yang diperlukan dalam pengembangan
sekolah;
4)menjamin keterkaitan dan konsistensi
dalam perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan;
5) mengoptimalkan partisipasi warga
sekolah dan masyarakat; dan
6) menjamin tercapainya penggunaan
sumberdaya secara efisien, efektif,
berkeadilan dan berkesinambungan.
RKS disusun bersama antara kepala sekolah
dengan seluruh pemangku kepentingan dan
warga sekolah. Adapun RKS berfungsi
sebagai, legitimasi, pengarah, minimalisasi
ketidakpastian, minimalisasi pemborosan
sumberdaya, dan penetapan standar kualitas

b. Prosedur Penyusunan Rencana Kerja


Sekolah

Dalam Menyusun RKS ada beberapa RKS disusun


prosedur yang harus dilakukan adalah berdasarkan hasil
menganalisis raport Pemetaan Mutu analisis rapor
Pendidikan (PMP) karena pada rapor Pemetaan Mutu (PMP)
Pemetaan Mutu Pendidikan (PMP) ini
terlihat kekurangan dan kekuatan pada 8
standar nasional Pendidikan.

c.Menganalisis Target Capaian dan


Menelaah Rencana Kerja Sekolah Tiap tahun RKS harus
Kepala sekolah sebagai manajer sekolah dianalisis
mampu menentukan target capaian dan ketercapaiannya,
tonggak keberhasilan dalam melaksanakan kemudian ditentukan
RKS, baik dalam Rencana Kerja Jangka Kembali target yang
Menengah (RKJM) 4 tahun maupun harus dicapai untuk
Rencana Kerja Tahunan (RKT) 1 tahun satu tahun ke depan
sehingga pelaksanaan perencanaan program
lebih operasional dan terukur
pencapaiannya. Secara konkret, kepala
sekolah menentukan tujuan atau sasaran 1
tahunan dan 4 tahun ke depan dalam
program RKJM dan RKAS, sekaligus
merumuskan tonggak keberhasilan dan
output yang akan dihasilkan, baik yang
bersifat kuantitatif maupun kualitatif dan
strategi pencapaiannya.

d.Pengembangan Dokumen Rencana


Kerja Sekolah
RKS menjadi salah satu pedoman yang
penting bagi sekolah oleh karena itu RKS
harus memberikan gambaran secara
menyeluruh terhadap kebutuhan
pengembangan sekolah. 8 delapan) Standar
Nasional Pendidikan menjadi acuan utama
bagi RKS, oleh karena itu RKS berupa
RKJM dan RKT. RKJM yang baik minimal
memenuhi komponen sebagai berikut:
1) Analisis lingkungan strategis, 2) Analisis
kondisi saat Ini dilihat dari keterlaksanaan
SNP, 3) Analisis pendidikan 4 tahun
mendatang, 4) Visi dan misi sekolah, 5)
Tujuan sekolah 4 (empat) tahun mendatang,
6)Identifikasi tantangan nyata (kesenjangan
kondisi antara kondisi saat ini terhadap
kondisi pendidikan 4 tahun mendatang), 7)
Program strategis, 8) program, kegiatan,
indikator keberhasilan atau hasil yang
diharapkan, waktu pelaksanaan, kebutuhan
pembiayaan, penanggungjawab atau
pelaksana, 9) Jadwal kegiatan monitoring
dan supervisi.

2. Pengelolaan SNP
Fungsi Standar Nasional pendidikan adalah
a)mengukur kualitas pendidikan, b)
pemetaan masalah pendidikan, c)
penyusunan strategi dan rencana
pengembangan sesudah diperoleh data dari
evaluasi belajar secara nasional seperti ujian
nasional. Delapan Standar Nasional
Pendidikan (8 SNP) meliputi: 1) Standar Isi;
2) Standar Proses; 3) Standar Kompetensi
Lulusan; 4) Standar Kompetensi Pendidik
dan Tenaga Kependidikan; 5) Standar
Sarana dan Prasarana; 6) Standar
Pengelolaan; 7) Standar Pembiayaan; dan 8)
Standar Penilaian

a. Pengertian Standar Nasional


Pendidikan
Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria
minimal tentang system pendidikan di
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

b.Pengelolaan Standar Kompetensi


Lulusan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah
kriteria mengenai kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. SKL digunakan sebagai
acuan utama pengembangan standar isi,
standar proses, standar penilaian
pendidikan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, dan standar pembiayaan.
Pemenuhan kompetensi lulusan pada peserta
didik terutama dalam kompetensi
sikap/karakter dan keterampilan
memerlukan inovasi. Contoh beberapa
inovasi seperti Pengembangan Sikap dan
Karakter Peduli Lingkungan,
Pengembangan Sikap dan Karakter
Kepemimpinan, sikap dan karakter sopan
santun. Pemenuhan kompetensi
pengetahuan dan keterampilan dilakukan
melalui proses pembelajaran baik
intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.

c. Pengelolaan Standar Isi


Standar Isi merupakan kriteria mengenai
ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
untuk mencapai kompetensi lulusan pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Secara
umum, Standar Isi mencakup sasaran (goal)
yang mencakup segala sesuatu yang terdiri
dari berbagai aspek yang akan dicapai dan
menjadi pengalaman belajar peserta didik.

d. Pengelolaan Standar Proses


Standar proses adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan
pendidikan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan.
Standar ini berkaitan dengan kriteria
minimal mengenai perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,
penilaian pembelajaran, dan pengawasan
pembelajaran pada satuan pendidikan
menengah kejuruan untuk mencapai
kompetensi lulusan.
Pelaksanaan dan pencapaian standar proses
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, partisipatif dengan
berdasarkan pada standar kompetensi
lulusan. Sasaran pembelajaran mencakup
pengembangan ranah sikap, pengetahuan,
dan keterampilan.

e. Pengelolaan Standar Penilaian


Standar penilaian ini berkaitan dengan
segala macam mekanisme, prosedur,
instrument penilaian untuk mengetahui hasil
belajar peserta didik. Evaluasi terhadap
proses dan hasil pembelajaran, seperti pada
proses pembelajaran yang di evaluasi adalah
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru seperti RPP yang dibuat dan
model pembelajaran yang digunakan guru,
sedangkan Evaluasi hasil belajar dilakukan
dengan mengukur sikap, pengetahuan dan
keterampilan peserta didik setelah proses
pembelajaran selesai dilakukan.

f. Pengelolaan Standar Pembiayaan


Biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
pendidikan perlu diatur berdasarkan standar
tertentu. Standar Pembiayaan merupakan
aturan yang merinci komponen dan besarnya
biaya operasi satuan pendidikan yang
berlaku dalam kurun satu tahun. Standar
biaya tersebut terbagi menjadi biaya
investasi, biaya operasi, dan biaya personal.
g. Pengelolaan Standar Pengelolaan
Standar terakhir yang diatur dalam peraturan
pemerintah adalah berkaitan dengan
pengelolaan. Standar pengelolaan tersebut
mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan kegiatan pendidikan secara
efektif dan efesien, pada tingkat satuan
pendidikan, kabupaten/kota, provinsi hingga
pengelolaan tingkat nasional.

3. Pengawasan dan Evaluasi


Salah satu bagian dari fungsi manajerial Setiap tahun program
adalah kontrol atau pengendalian. Fungsi ini kegiatan sekolah harus
sering disebut Pengawasan dan Evaluasi di lakukan monitoring
(Monev). Monev terhadap program kegiatan dan evaluasi
sekolah sangat penting bagi kelancaran
proses pendidikan dan pembelajaran di
sekolah, serta upaya peningkatan kualitas
kinerja sekolah. Tanpa Monev, program
kegiatan sekolah yang telah direncanakan
dengan baik akan berjalan tidak terarah,
sehingga prosesnya bisa melenceng dan
tujuannya tidak tercapai.
a. Konsep Monitoring dan Evaluasi
Monitoring merupakan kegiatan untuk
mengetahui apakah program yang telah
dibuat berjalan dengan baik sesuai dengan
yang direncanakan, adakah hambatan yang
terjadi dan bagaimana para pelaksana
program itu mengatasi hambatan tersebut.
Monitoring terhadap hasil perencanaan yang
sedang dilaksanakan menjadi alat
pengendalian yang baik terhadap seluruh
proses implementasi.
b. Tujuan Monitoring
Monitoring bertujuan untuk :
1)mengumpulkan data dan informasi yang
diperlukan;
2)memberikan masukan tentang kebutuhan
dalam melaksanakan program;
3)mendapatkan gambaran ketercapaian
tujuan setelah adanya kegiatan;
4)memberikan informasi tentang metode
yang tepat untuk melaksanakan kegiatan;
5)mendapatkan informasi tentang adanya
kesulitan-kesulitan dan hambatan-
hambatan selama kegiatan;
6)memberikan umpan balik bagi sistem
penilaian program;
7)memberikan pernyataan yang bersifat
penandaan berupa fakta dan nilai
c. Tujuan Evaluasi
Evaluasi memiliki tujuan yang berbeda
dengan monitoring. Tujuan evaluasi
terhadap suatu program/kegiatan, seperti
yang dijelaskan oleh Kirkpatrick (1994),
adalah sebagai berikut
1)Untuk menilai keefektifan program
Melalui evaluasi akan diperoleh informasi
apakah tujuan program telah tercapai, dan
sejauh mana pencapaiannya.
2)Untuk menunjukkan atau melihat dampak
Melalui evaluasi akan bisa kita lihat
apakah program kegiatan berdampak pada
kualitas sekolah.
3)Untuk memperkuat atau meningkatkan
akuntabilitas Melalui laporan evaluasi,
pemangku kepentingan mendapatkan
gambaran jelas bahwa sumber daya telah
dimanfaatkan dengan tepat dan sesuai
peruntukannya.
4)Untuk medapatkan masukan terhadap
pengambilan keputusan Apakah
pelaksanaan program sekolah yang telah
dilaksanakan sudah cukup baik, atau perlu
adanya inovasi dan revisi dalam
pelaksanaan program sekolah tahun
berikutnya.
d. Manfaat Monitoring Evaluasi
Manfaat monitoring evaluasi sebagai alat
ukur untuk mendukung perencanaan, alat
untuk mengetahui kemajuan program, alat
akuntabilitas program dan advokasi
e. Prinsip Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi harus
menerapkan prinsip-prinsip seperti
terencana, Objektif, Dapat
dipertanggungjawabkan,berkesinambungan,
transfaran, Efektif dan efisien dalam
penggunaan dana, waktu, dan tenaga, serta
fungsional.
f. Penyusunan Program, Instrumen, dan
Sistem Pelaksanaan Monitoring
Evaluasi.
Rambu-rambu yang perlu diperhatikan Kepala sekolah
dalam menyusun program Monitoring dan membuat program
Evaluasi adalah: serta instrumennya
1) Program dikembangkan dari aspek-aspek Monitoring dan
Monitoring dan Evaluasi yang sesuai Evaluasi berdasarkan
dengan Standar Nasional Pendidikan 8 standar Nasional
(SNP). Pendidikan
2) Menggunakan format program yang
sudah diberikan.
3) Kegiatan Monev biasanya dilakukan
dalam 3 tahapan, yakni : Persiapan,
Pelaksanaan dan pelaporan
g. Instrumen Monitoring dan Evaluasi
Instrumen yang dapat digunakan dalam
mengumpulkan data Monev adalah angket,
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
h. Sistem Pelaksanaan Monev
Monev lebih dari sekadar membuat
instrumen, mengambil data dan
melaporkannya, tetapi menyangkut sebuah
sistem yang bekerja menurut tatanan
tertentu yang disepakati.
i.Pelaporan Kegiatan dan Tindak Lanjut
Monev
1) Pelaporan Kegiatan Monev
Pada tahap ini kepala sekolah menyusun Hasil dari Monitoring
laporan tertulis yang berisi data dan dan Evaluasi harus
informasi tentang hasil Monev sebagai dibicarakan dengan
dokumen yang akan digunakan untuk para guru untuk
memperbaiki kinerja sekolah di masa yang memperbaiki kinerja
akan datang. sekolah, setelah
2) Tindak Lanjut Monev dilakukan
Kegiatan Monev tidak akan bermakna jika pembicaraan kepala
berhenti pada tahap pelaporan hasilnya saja. sekolah dan guru
Agar terjadi perbaikan terhadap pelaksanaan ditindaklanjuti
program yang sama pada waktu yang akan
datang, hasil Monitoring dan Evaluasi
terhadap program/kegiatan tersebut harus
ditindaklanjuti dengan kegiatan koreksi atau
perbaikan, baik pada sisi programnya
maupun pelaksanaannya.

4. Kepemimpinan Sekolah
a. Kepala Sekolah sebagai Pemimpin
Pembelajaran
1) Konsep Kepemimpinan Pembelajaran
kepemimpinan pembelajaran sebagai upaya
memimpin para guru agar mengajar lebih
baik, yang pada gilirannya dapat
memperbaiki prestasi belajar siswanya.
tujuan
kepemimpinan pembelajaran adalah untuk
memfasilitasi pembelajaran agar terjadi
peningkatan prestasi belajar, kepuasan
belajar, motivasi belajar, keingintahuan,
kreativitas, inovasi, jiwa kewirausahaan, dan
kesadaran untuk belajar sepanjang hayat.
Dengan demikian, Kepemimpinan
pembelajaran memfokuskan/menekankan
pada pembelajaran dengan komponen-
komponennya meliputi kurikulum, proses
belajar mengajar, penilaian, pengembangan
guru, layanan prima dalam pembelajaran,
dan pembangunan komunitas belajar di
sekolah.
2)Karakteristik Kepemimpinan
Pembelajaran
Seorang pemimpin harus mampu berkreasi,
memberi motivasi dan bekerja dalam
keseimbangan tim. Kepemimpinan
pembelajaran harus bergeser dari
kepemimpinan top-down ke kepemimpinan
dengan pendekatan tim. Kepemimpinan ini
mengutamakan keseimbangan perhatian
pada pembelajaran dan peran tim, serta
pengembangan tim.
b.Kepala Sekolah sebagai Agen
Perubahan
1) Konsep Kepemimpinan Perubahan
Pesatnya kemajuan kehidupan masyarakat
kita sekarang ini, di segala bidang dan sendi
kehidupan, berdampak luas terhadap
pendidikan. Sekolah sebagai satuan
Pendidikan terkecil yang menjadi ujung
tombak pendidikan nasional, termasuk
organisasi yang harus juga mengalami
perubahan. Perubahan organisasi di sekolah
misalnya perubahan dalam hal teknologi,
struktur organisasi, kebijakan, sumber daya
manusia, dan fisik membutuhkan
pengetahuan dan keterampilan serta budaya
baru. Kepemimpinan perubahan adalah
sebuah upaya untuk menciptakan sebuah
perubahan dalam organisasi, sehingga
membawa perubahan yang menjadikan
semua komponen dalam organisasi itu
menyatu dan saling berempati untuk
membawa perubahan yang dibuatnya agar
lebih bermanfaat dan memiliki nilai positif
terhadap organisasi.
2) Peran Kepala Sekolah dalam Perubahan
Kepribadian dan Sosial
(Mempermanusiakan/Humanizer)
Dalam melaksanakan tugasnya seorang
kepala sekolah dalam mebuat program untuk
merubah kepribadian hari mulai dari diri
sendiri.
3) Peran Kepala Sekolah dalam Perubahan
Pembelajaran (Katalis Budaya/Cultural
Catalist)
Pengembangan kurikulum di sekolah itu
menjadi salah satu fokus bagi
kepemimpinan perubahan. Pengembangan
KTSP mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan, Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum, dan pedoman implementasi
kurikulum. KTSP dikembangkan oleh
sekolah dengan melibatkan komite sekolah,
dan kemudian disahkan oleh kepala dinas
pendidikan sesuai dengan kewenangannya.
4) Peran Kepala Sekolah dalam Perubahan
Pengembangan Sekolah (Pembangun
Komunitas/Community Builder)
Kepala sekolah harus bisa membaca situasi
lingkungan sekolahnya, dan berani membuat
terobosan-terobosan untuk mengubah
keadaan sekolahnya, misalnya kepala
sekolah ingin membangkitkan kesadaran
warga sekolah terhadap keindahan dan
kebersihan sekolah, kepala sekolah harus
berani melakukan kerja sama dengan unsur
terkait, atau dengan membuat taman
sekolah, bisa juga dengan mengadakan
pembiasaan Jum’at bersih.
5) Peran Kepala Sekolah dalam Perubahan
Manajemen Sumber Daya (Pembuat
Kerangka Kerja/Framework Maker)
Peningkatan mutu dan produktivitas tenaga
kependidikan merupakan bagian integral
dari pengembangan manajemen sumber
daya manusia di sebuah organisasi.
Keberadaan tenaga kependidikan di sekolah
merupakan aset yang berharga bagi
pengembangan sekolah. Keberhasilan
sekolah ditentukan dari kualitas orang-orang
yang berada di dalamnya. Mengubah
sekolah adalah mengubah manusia-manusia
yang ada di dalamnya. Tenaga kependidikan
akan bekerja secara optimal jika kepala
sekolah mendukung kemajuan karir mereka
dengan melihat apa sebenarnya kompetensi
mereka. Biasanya, pengembangan tenaga
kependidikan berbasis kompetensi akan
mempertinggi produktivitas kerja sehingga
kualitas kerja pun lebih tinggi pula dan
berujung pada kepuasan stakeholder sekolah
dan sekolah sebagai satuan Pendidikan
diuntungkan. Pengembangan kapasitas
tenaga kependidikan bisa dilakukan melalui
kepemimpinan perubahan di sekolah dengan
budaya kerja yang baru.
6) Peran Kepala Sekolah dalam Perubahan
Kewirausahaan Sekolah (Perantara
Keunggulan/Power Broker)
Kewirausahaan harus dirintis dan Kepala sekolah sudah
dibelajarkan di sekolah. Ini merupakan aset mengadakan
untuk menjadikan bangsa Indonesia menjadi perubahan terhadap
bangsa yang mandiri dan berdaya saing. karakter baik guru
Kewirausahaan tidak hanya diajarkan, tetapi maupun peserta didik
juga dipraktikkan dan dibiasakan. Jiwa yaitu dengan
kewirausahaan juga harus ditumbuhkan. melakukan
7) Peran Kepala Sekolah dalam Perubahan pembiasaan contoh
Supervisi Pembelajaran (Penantang yang bersalaman antara
Bersahabat/Friendly Challenger) guru dan guru, siswa
Kualitas kepemimpinan terkait dengan dan guru, siswa dan
standar nasional pendidikan yang harus siswa sehabis kegiatan
dipenuhi oleh sekolah agar dapat upacara bendera,
menghasilkan mutu pendidikan yang lebih selain itu setiap hari
baik. Upaya untuk meningkatkan kualitas senin dilaksanakan
pembelajaran bisa dilakukan dengan pembacaan Yasin bagi
peningkatan kualitas profesional kepala peserta didik yang
sekolah dan guru, penciptaan iklim yang beragama Islam, dan
inovatif di sekolah, dan upaya lain yang bisa kebaktian bagi peserta
dilakukan adalah melalui supervisi didik yang beragama
akademik yang secara terus menerus Budha, dan pada Hari
dilakukan secara berkelanjutan. Sabtu diadakan senam
8) Peran Kepala Sekolah dalam Perubahan dan gotong royong
Teknologi dan Informasi (Technological membersihkan
Influencer) lingkungan sekolah
Di dalam pembelajaran, pemanfaatan media
pembelajaran sangat penting dilakukan guru
untuk dapat menyampaikan materi
pembelajaran kepada siswa dengan baik.
Kemajuan teknologi dewasa ini dapat
dijadikan sebagai sarana untuk
menyelesaikan masalah-masalah
pembelajaran.
9) Karakteristik Kepemimpinan Perubahan
Pada dasarnya kepemimpinan perubahan
adalah upaya untuk menerjemahkan visi-
strategi-budaya baru dari seorang kepala
sekolah kepada setiap aksi guru dan tenaga
kependidikan di sekolah yang dipimpinnya.
Apabila dilihat dari fakta yang ada di
sekolah, sebagian besar permasalahan
kepemimpinan kepala sekolah adalah
kesenjangan antara visi dan aksinya. Kepala
sekolah harus memiliki visi dan strategi
yang jelas gambarannya.
Karakteristik kepemimpinan perubahan,
pertama, harus mempunyai nilai yang
diperjuangkan dan memimpin untuk
memperjuangkan. Kedua, karakteristik
kepemimpinan perubahan adalah visioner.
Nilai yang diperjuangkan itu bisa
dituangkan dalam bentuk visi sekolah.
Ketiga, kepala sekolah sebagai pemimpin
perubahan harus mempunyai idealisme dan
karakter serta mengembangkan hal ini di
sekolahnya. Banyak idealisme dan karakter
yang bisa dikembangkan.
Ada beberapa karakter yang bisa
dikembangkan di sekolah. Karakter yang
perlu ditanamkan dan ditumbuhkan berupa
1) nilai-nilai, bentuk perilaku misalnya
religiusitas, nasionalisme, anti Korupsi-
Kolusi-Nepotisme, anti memperkaya diri
sendiri, musyawarah-mufakat, gotong
royong; 2) Kebiasaan dan habitat baru
misalnya cara-cara hidup dan kebiasaan
yang dibiasakan sesuai dengan kebutuhan
dan kepentingan komunitas sekolah; dan 3)
kode hidup bersama misalnya solidaritas,
kolaborasi, kepedulian, simpati, empati, dan
lain lainnya. Bila hal ini berhasil, akan
menjadikan sekolah sebagai tempat tumbuh
kembangnya idealisme.

c. Butir-Butir Penilaian pada Penilaian


Kinerja Kepala Sekolah (PKKS)
Komponen Kepemimpinan Sekolah
1)Kepala Sekolah menyusun dan
menetapkan struktur organisasi sekolah
2) Kepala Sekolah menempatkan guru dan
atau atau tenaga kependidikan dalam
SOTK yang telah ditetapkan.
3)Kepala Sekolah mendelegasikan sebagian
tugas kepada wakil Kepala Sekolah yang
relevan dengan bidang tugas)
4) Kepala Sekolah membuat rencana kerja
strategis dan rencana kerja tahunan untuk
pelaksanaan peningkatan mutu
5) Kepala Sekolah membuat keputusan
anggaransekolah dengan
mempertimbangkan masukan guru,
komite sekolah, dan penyelenggara
sekolah (khusus bagi swasta)
6) Kepala Sekolah berkomunikasi untuk
menciptakan dukungan intensif dari
orang tua siswa dan masyarakat;
7) Kepala Sekolah melaksanakan program
peningkatan motivasi kerja pendidik dan
tenaga kependidikan dengan
menggunakan sistem pemberian
penghargaan atas prestasi dan sangsi atas
pelanggaran peraturan dan kode etik
8) Kepala Sekolah menciptakan lingkungan
pembelajaran yang efektif bagi siswa;
9) Mengembangkan Program Keteladanan
Sikap dan Perilaku yang menjaga nama
baik lembaga, profesi, dan
kedudukan/jabatan
10)Memfasilitasi pengembangan,
penyebarluasan, dan pelaksanaan visi
pembelajaran yang dikomunikasikan
dengan baik dan didukung oleh
komunitas sekolah
11)Kepala Sekolah menjalin kerja sama
dengan orang tua siswa, masyarakat, dan
komite sekolah

d.Indikator-Indikator terkait
Kepemimpinan Sekolah pada Draft
Instrumen Akreditasi Satuan
Pendidikan (IASP) Tahun 2020
1)Mengimplementasikan visi, misi, dan
tujuan dengan melibatkan seluruh
komponen sekolah dan pemangku
kepentingan.
2)Mempraktikkan kepemimpinan yang
kreatif, inovatif, partisipatif, kolaboratif,
transformative, dan kreatif.
3)Sekolah melibatkan masyarakat dari
berbagai kalangan dalam pelaksanaan
program-program sekolah.
4) Tersedianya sarana dan prasarana yang
baik dan memadai.
5) Menerapkan pengelolaan sumber daya
manusia secara efektif dan efisien.
6) Sekolah memiliki sumber pembiayaan
sekolah yang mendukung kegiatan
sekolah.
7)Sekolah menerapkan pelaporan keuangan.
8) Melakukan pelayanan Bimbingan dan
Konseling.
9) Melakukan pembinaan kesiswaan.

5. Pengelolaan SIM Sekolah


a.Penggunaan Sistem Informasi
Manajemen secara efektif di Sekolah
1) Definisi Sistem Informasi Manajemen
Sekolah (SIMS)
Sistem informasi manajemen adalah
jaringan prosedur pengelolaan dari mulai
1).Pengumpulan data, 2). Pengolahan data,
3). Penyimpanan data, 4). Pengambilan data
dan 5). Penyebaran informasi dengan
menggunakan berbagai peralatan yang tepat,
dengan maksud memberikan data kepada
manajemen setiap waktu diperlukan dengan
cepat dan tepat, untuk dasar pembuatan
keputusan dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Secara sederhana, suatu sistem
dapat diartinya sebagai suatu kumpulan atau
himpunan dari unsur, komponen, atau
variabel yang teroganisir, saling
berinteraksi, saling tergantung satu sama
lain, dan terpadu. Kecenderungan manusia
yang mendapat tugas memimpin suatu
organisasi adalah terlalu memusatkan
perhatian pada salah satu komponen saja
dari sistem organisasi.
Sistem informasi mendatangkan banyak
manfaat bagi berbagai pihak yang terkait:
1)Manfaat diantaranya sistem informasi
bagi perusahaan, Sistem informasi
diperlukan oleh perusahaan untuk mengolah
data menjadi informasi. Sehingga berbagai
pihak yang membuat keputusan, dapat
menggunakan informasi tersebut untuk
membuat keputusan yang lebih baik.
Informasi yang baik hanya dapat dihasilkan
oleh sistem informasi yang dengan sengaja
dirancang oleh perusahaan untuk mengolah
data menjadi informasi. 2) Manfaat sistem
informasi bagi perorangan, perorangan yang
terlibat dalam system informasi diantaranya
adalah para manajer, para operator, dan para
pelanggan. 3) Manfaat sistem informasi bagi
industri.
2) Manfaat Sistem Informasi Manajemen
Sekolah (SIMS)
Sistem informasi manajemen memiliki
banyak manfaat baik bagi pihak manajemen
maupun untuk organisasi sekolah secara
keseluruhan. Adapun manfaat Sistem
Informasi Manajemen Sekolah adalah:
a)Meningkatkan efisiensi dan efektivitas
data secara akurat dan realtime.
b)Memudahkan pihak manajemen untuk
melakukan perencanaan, pengawasan,
pengarahan dan pendelegasian kerja
kepada semua departemen yang memiliki
hubungan atau koordinasi.
c)Meningkatkan kualitas sumber daya
manusia karena unit sistem kerja yang
terkoordinasi dan sistematis.
d)Meningkatkan produktivitas dan
penghematan biaya dalam organisasi.

3)Jenis-jenis Sistem Informasi Manajemen


Sekolah (SIMS)
a.Sistem informasi profil sekolah (Portal
Sekolah)
Sistim informasi ini merupakan data induk
sekolah yang menyediakan informasi-
informasi sekolah yang dapat dipergunakan
oleh Dinas Pendidikan untuk mengambil
kebijakan
b. Sistem informasi personalia (SDM)
Selain terintegrasi dengan pengelolaan data
guru/tenaga kependidikan dalam Dapodik,
cakupan cakupan sistem informasi
personalia (SDM) meliputi menangani
perekrutan pegawai honorer, penerimaan
guru bantu/guru tetap, mutasi pegawai,
tunjangan, profil (kepangkatan, riwayat
hidup, riwayat pekerjaan, angka kredit, dan
penilaian kinerja, dan evaluasi kompetensi
guru.
c. Sistem informasi siswa
Sistem informasi ini merupakan pusat
pengelolaan informasi yang berhubungan
dengan manajemen siswa dengan data induk
kesiswaan. Berisi data PPDB, Biodata
siswa, Pengelolaan Kenaikan Kelas Siswa
(manual maupun otomatis), Pengelolaan
Kelulusan/Alumni, Pencetakan Kartu
Siswa, dan Pengelolaan Kedisiplinan Siswa.
d. Sistem informasi sarana dan prasarana
sekolah
Sistem ini dirancang untuk memudahkan
pihak manajemen sekolah, khususnya
bagian Sarana & Prasarana sekolah dalam
menginventarisasi sarana-prasarana
sekolah, kartu stok, dan laporan
maintenance peralatan & perlengkapan
sekolah.
e. Sistem informasi akademik
Sistem ini merupakan basis utama dalam
keseluruhan proses manajemen pendidikan
di sekolah. Terdapat beberapa perspektif
yang ada dalam ruang lingkup akademik ini,
yaitu: kurikulum, guru, layanan bimbingan
konseling, dan siswa. Sistem ini dapat berisi
tentang Pengelolaan Kurikulum,
Penjadwalan Satuan Pengajaran,
Pengelolaan Nilai Akademik Siswa dan
Laporan Hasil Studi Siswa, dan Presensi
Siswa dalam kegiatan pembelajaran.
f. Sistem informasi keuangan
Sistem ini memfokuskan pada pengelolaan
keuangan sekolah yang mencakup
perencanaan RKAS, pencatatan transaksi-
transaksi penerimaan dan pengeluaran
sekolah, serta sistem pembukuan (akuntansi)
terpadu untuk mempermudah pelaporan
pertanggungjawaban keuangan sekolah.
g. Sistem Informasi Perpustakaan Digital
Sistem ini dapat berisi Pengelolaan buku,
Pengelolaan anggota, Transaksi
peminjaman dan pengembalian buku, dan
Manajemen Arsip Digital
h. Sistem e-Learning
Sistem ini dapat berisi layanan proses
pendidikan menggunakan sistem online
maupun intranet bagi siswa dan guru berupa
modul sekolah, tanya-jawab, kuis online,
maupun tugas-tugas dapat menggunakan
rumah belajar, moodle, google classroom,
Edmodo, dll.

4) Tahapan Penggunaan SIM yang Efektif di


Sekolah
Sistem informasi manajemen juga memiliki
tahapan-tahapan tertentu, adapun tahapan-
tahapan tersebut diantaranya:
a) Bagian pengumpulan data
b) Bagian proses data
c) Bagian pemrograman data
d) Bagian penyimpan data
b. Menganalisis masalah dan solusinya
dalam pengelolaan SIM di sekolah
Penggunaan sistem informasi manajemen
(SIM) menunjukkan citra positif Lembaga
sekolah tidak hanya dalam ruang lingkup
nasional melainkan juga internasional
dikarenakan penggunaan teknologi terbaru
identik dengan penyesuaian dengan standar
yang digunakan di berbagai negara. Dalam
pelaksanaan pengelolaan SIM di sekolah
akan menemui masalah/kendala dan
menemukan solusi agar lebih efektif.
1) Masalah
Secara umum, terdapat sejumlah
permasalahan umum sistem informasi
Pendidikan Indonesia, di antaranya:
a) Disintegrasi sistem informasi
b)Rendahnya penggunaan data akurat dalam
sistem pengambilan keputusan
c) Lemahnya sistem pembaharuan data
d) Kurangnya sistem aplikasi manajemen
e) Tidak terjaminnya sistem keamanan
f) Infrastruktur TIK yang belum memadai
g)Kelembagaan pengelolaan TIK yang
belum satu atap
2) Solusi
Pada dasarnya setiap kendala atau masalah
dapat dicarikan jalan keluarnya (solusi).
Untuk mengatasi kendala atau masalah yang
telah disebutkan maka perlu diambil
langkah, sebagai berikut:
a) Penggunaan database bersama
b) Aplikasi berbasis web
c) Sistem terintegrasi
d) Interoperabilitas
e) Keamanan informasi
f) Skalabilitas
g) Tingkat ketersediaan
h) Kemudahan akses
i) Proses kerja yang ringkas
j) Kinerja
k) Otorisasi
l) Infrastruktur Bersama
m)Komunikasi berbasis internet protocol
(IP)
2 Supervisi Guru 1. Supervisi Guru
dan Tenaga Kepala sekolah sebagai pemimpin Kepala Sekolah
kependidikan pembelajaran harus mengadakan supervisi melakukan Supervisi
kepada guru dan tenaga kependidikan untuk sebanyak 2 kali dalam
meningkatkan kualitas Pendidikan secara setahun meliputi
berkelanjutan di sekolah. Dengan supervise administrasi
dilaksanakannya supervisi secara dan supervise
terprogram dan berkesinambungan akan pembelajaran, selain
tercapai layanan proses pembelajaran itu kepala sekolah juga
bermutu. Pembelajaran yang dipimpin oleh melakukan penilaian
guru yang berkualitas dan didukung oleh Kinerja Guru (PKG)
tenaga pendidikan yang baik akan setahun sekali, untuk
meningkatkan prestasi peserta didik. Guru melakukan UKG
yang berkualitas mampu melaksanakan kepala sekolah dibantu
tugas, fungsi, dan peran penting dalam oleh guru senior dalam
membentuk generasi bangsa yang mumpuni. melakukan
Sebelum melaksanakan supervisi Kepala penilaiannya
sekolah harus mengadakan persiapan
terlebih dahulu seperti:

a.Perencanaan dan Pelaksanaan


Kegiatan Sepervisi Guru
Langkah-langkah dalam mempersiapkan
kegiatan supervisi, yang perlu diperhatikan
oleh kepala sekolah antara lain adalah
1)Penyusunan program
2)Jadwal pelaksanaan kegiatan supervisi.

b. Laporan Hasil Supervisi


Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan
evaluasi proses pembelajaran disusun dalam
bentuk laporan untuk kepentingan tindak
lanjut pengembangan keprofesionalan
pendidik secara berkelanjutan. Pelaporan
supervisi guru adalah reprensetasi semua
kegiatan supervisi selama kurun waktu
tertentu semester atau tahunan.

c. Tindak Lanjut Supervisi


Kegiatan akhir pengawasan proses adalah
tindak lanjut yakni melakukan analisis hasil
pelaporan supervisi guru yang memuat peta
mutu guru hasil supervisi guru guna
memberikan rekomendasi terkait
peningkatan mutu.

2. Supervisi Tendik
a.Konsep Supervisi Tenaga
Kependidikan
Supervisi adalah kegiatan pengawasan yang
dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka
membantu guru dan tenaga kependidikan
lainnya guna meningkatkan mutu dan
efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan
pembelajaran.
Supervisi manajerial (tenaga kependidikan)
menitikberatkan pada pemantauan,
pembinaan, dan pembimbingan pada aspek-
aspek pengelolaan dan administrasi sekolah
yang berfungsi sebagai pendukung
(supporting) terlaksananya pembelajaran.
Sementara supervisi akademik
menitikberatkan pada pemantauan,
pembinaan, dan pembimbingan pengawas
sekolah terhadap kegiatan akademik, berupa
pembelajaran baik di dalam maupun di luar
kelas.
Tenaga Kependidikan merupakan tenaga
yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan
teknis untuk menunjang proses pendidikan
pada satuan pendidikan. Adapun jenis
tenaga kependidikan yang dimaksud dalam
bahan pembelajaran ini meliputi: Tenaga
Administrasi Sekolah/TAS (kepala TAS,
pelaksana urusan, tenaga layanan khusus),
Tenaga perpustakaan (Kepala Perpustakaan,
tenaga perpustakaan), dan Tenaga
laboratorium (Kepala laboratorium, teknisi
laboratorium, laboran). Supervisi Tenaga
Kependidikan adalah supervisi yang di
laksanakan oleh kepala sekolah kepada
tenaga kependidikan yang terkait dengan
pengelolaan dan administrasi Pendidikan
sehingga akan menunjang proses pendidikan
di sekolah.
b. Prinsip Supervisi Tendik
prinsip-prinsip yang berdampak positif
dalam melaksanakan supervisi antara lain:
1)Supervisor menjauhkan diri dari sifat
otoriter
2)Supervisor mampu menciptakan
hubungan kemanusiaan yang harmonis.
3)Supervisi tenaga kependidikan dilakukan
secara berkesinambungan
4) Program supervisi terintegrasi
5) Supervisi harus komprehensif
6) Supervisi harus konstruktif
7) Supervisi harus objektif
c.Ruang Lingkup Supervisi Tenaga
Kependidikan
d. Pengembangan Instrumen
e. Langkah-Langkah Kegiatan Supervisi
Tendik
1) Perencanaan Supervisi Tendik
2) Pelaksanaan Supervisi Tendik
3) Tindak Lanjut Hasil Supervisi Tendik
2. Penilaian Kinerja Guru dan Tendik,
SKP, dan PKB

a. Penilaian Kinerja Guru (PKG)


1) Konsep Penilaian Kinerja Guru
2) Kompetensi yang dinilai dalam PK Guru
3) Perangkat Pelaksanaan PK Guru
4) Pelaksanaan PK Guru
5) Pengolahan Hasil Penilaian

b.Penilaian Kinerja Tenaga


Kependidikan
1.Pengertian Penilaian Kinerja Tenaga
Kependidikan
Penilaian adalah proses pengumpulan,
pengolahan, analisis dan interpretasi data
sebagai bahan pengambilan keputusan.
2. Prosedur Penilaian Kinerja Tendik
Penilaian kinerja tendik dilaksanakan dalam
beberapa tahap, yaitu:
a)persiapan,
b)pelaksanaan penilaian,
c)Petunjuk Penilaian,
d)Verifikasi Data
e)Pengolahan Nilai
f)kesimpulan dan tindak lanjut

c.Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) dan


Penilaian Perilaku Kerja (PPK) PNS
1) Pengertian Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian prestasi kerja didefinisikan
sebagai suatu proses penilaian secara
sistematis yang dilakukan oleh pejabat
penilai terhadap sasaran kerja pegawai dan
perilaku kerja. Proses penilaian ini
dilakukan dengan tolok ukur yang obyektif
terhadap tingkat capaian sasaran kerja dan
perilaku kerja pegawai oleh atasannya
(pejabat penilai).
2) Aspek yang Dinilai
Penilaian prestasi kerja pengawas sekolah
mencakup dua unsur, yaitu: Sasaran Kerja
Pegawai dan Perilaku Kerja.
3) Perangkat Penilaian Prestasi Kerja
4) Alur Penilaian Prestasi Kerja

d. PKB Guru dan Tenaga Kependidikan


1) Konsep PKB
PKB yang dapat meningkatkan
profesionalisme guru dan tendik adalah PKB
yang dilaksanakan berdasarkan hasil analisis
penilaian kinerja guru dan tendik. PKB
direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan
hasil supervisi dan analisis PK Guru yang
jujur dan dapat merefleksikan kompetensi
guru apa adanya. PKB akan bermakna ketika
dapat meningkatkan kompetensi guru.
PKB dilakukan melalui pendekatan yang
diawali dengan kegiatan perencanaan,
kemudian pelaksanaan, evaluasi, dan
refleksi yang didesain untuk meningkatkan
karakteristik, pengetahuan, pemahaman, dan
keterampilan.
2) Tahap-Tahap pelaksanaan PKB
Tahap 1:
Setiap awal tahun guru melakukan analisis
hasil UKG, PK dan Evaluasi Diri tentang
apa yang dilakukan sebelumnya.
Tahap 2:
Segera setelah selesai melakukan evaluasi
diri, guru mengikuti proses Penilaian
Kinerja Formatif (lihat Pedoman Penilaian
Kinerja). Penilaian Kinerja ini diperlukan
untuk menentukan profil kinerja guru dalam
menetapkan apakah guru akan mengikuti
program peningkatan kinerja untuk
mencapai standar kompetensi profesinya
atau kegiatan pengembangan kompetensi
lebih lanjut.
Tahap 3:
Melalui konsultasi dengan Kepala Sekolah
(jika koordinator PKB adalah guru yang
ditugaskan oleh Kepala Sekolah) dan
Komite Sekolah, Guru dan koordinator PKB
membuat perencanaan kegiatan PKB.
Tahap 4:
KoordinatorPKB Kabupaten/Kota, Kepala
Sekolah (jika koordinator PKB adalah guru
yang ditugaskan oleh Kepala Sekolah),
Koordinator KKG/MGMP dan Koordinator
PKB tingkat sekolah menetapkan dan
menyetujui rencana kegiatan PKB bersifat
final yang memuat kegiatan PKB yang akan
dilakukan oleh guru sendiri dan/atau
bersama-sama dengan guru lain di dalam
sekolah sebagai bagian dari kegiatan yang
akan diadakan oleh sekolah dan kepala
sekolah menyetujui SKP
Tahap 5:
Guru menerima rencana program PKB yang
mencakup kegiatan yang akan dilakukan di
dalam dan/atau luar sekolah, yang telah
dibahas dan disepakati oleh koordinator
PKB kabupaten/kota, kepala sekolah (jika
koordinator PKB adalah guru yang
ditugaskan oleh Kepala Sekolah),
coordinator KKG/MGMP dan koordinator
sekolah berdasarkan hasil konsultasi dengan
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
Tahap 6:
Guru mengikuti program PKB yang telah
direncanakan baik di dalam dan/atau di luar
sekolah
Tahap 7:
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi
kegiatan PKB oleh Koordinator PKB
Kabupaten/kota bekerja sama dengan
Koordinator PKB tingkat sekolah untuk
mengetahui apakah kegiatan PKB yang
dilaksanakan dapat mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, dilaksanakan sesuai dengan
rencana, mengkaji kelebihan, permasalahan
dan hambatan untuk perbaikan kegiatan
PKB di masa mendatang, dan penerapan
hasil PKB dalam pelaksanaan tugas guru,
serta evaluasi dampak terhadap upaya
peningkatan kualitas layanan pendidikan di
sekolah.
Tahap 8:
Setelah mengikuti program PKB, guru guru
wajib mengikuti PK Guru sumatif di akhir
tahun ajaran.
Tahap 9:
Pada akhir tahun, semua guru dan
koordinator PKB tingkat sekolah melakukan
refleksi apakah kegiatan PKB yang
diikutinya benar-benar bermanfaat dalam
meningkatkan kompetensinya maupun
kemampuan lain untuk menghasilkan karya
ilmiah dan/atau karya inovatif (Format-3)
dan dituangkan dalam SKP.

3)Analisis Hasil PK GURU dan


Penentuan Skala Prioritas PKB
Setiap awal tahun semua guru wajib
melakukan evaluasi diri untuk
merefleksikan kegiatan yang telah dilakukan
pada tahun ajaran sebelumnya. Evaluasi diri
dan refleksi merupakan dasar bagi seorang
guru untuk Menyusun rencana kegiatan
pengembangan keprofesian yang akan
dilakukan pada tahun tersebut.

4)Penyusunan Rencana Kebutuhan PKB


Guru merupakan pendidik profesional yang
mempunyai tugas, fungsi, dan peran penting
dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Guru yang professional diharapkan mampu
berpartisipasi dalam pembangunan nasional
untuk mewujudkan insan Indonesia yang
bertakwa kepada Tuhan YME, unggul
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi,
memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti
luhur, dan berkepribadian.
PENGANTAR PENDIDIKAN
INKLUSIF DAN PERLINDUNGAN
KESEJAHTERAAN ANAK
Oleh: Emilia Kristiyanti (Helen Keller
Indonesia)

Pendahuluan
Semua anak berhak untuk memperoleh
kesempatan yang sama dan seluas-luasnya
untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal, baik fisik, mental maupun sosial.
Dalam hal ini negara memiliki kewajiban
untuk memastikan bahwa hak tersebut
dilindungi sehingga kesejahteraan pada anak
dapat tercapai.
Untuk mencapai kesejahteraan anak sesuai
dengan yang diinginkan maka pendidikan di
keluarga dan lingkungan memegang
peranan yang penting. Pola didik di sekolah
dan pola asuh di keluarga berperan sangat
penting dalam mengembangkan potensi
akademik dan non-akademik seorang anak.
Keyakinan bahwa pendidikan yang baik
merupakan pendidikan yang berfokus pada
kurikulum (curriculum centered) harus
segera ditinggalkan dan mulai menerapkan
pendidikan inklusif yang berfokus pada
semua anak/peserta didik (children/students
centered) tanpa memandang suku, bahasa,
agama, jender, keadaan fisik, keadaan
kesehatan, status sosial, dan ekonomi.

Konsep Pendidikan Inklusif dan


Perlindungan Kesejahteraan Anak
1. Konsep Pendidikan Inklusif
Pendidikan inklusif memiliki makna yang
lebih jauh dari sekadar memasukkan anak
penyandang disabilitas di sekolah reguler.
Pendidikan inklusif harus dimaknai sebagai
penerimaan tanpa syarat semua anak dalam
sistim pendidikan umum.
Pendidikan inklusif bukanlah sistem
pendidikan integrasi yang ‘berganti baju’
dan juga berbeda dengan sistem pendidikan
segregasi. Perbedaan mendasar terdapat
pada lokasi pembelajaran, sikap guru, sikap
tenaga kependidikan, dan keadaan
lingkungan sekolah serta kurikulum yang
dipergunakan.
Pada sistem pendidikan segregasi, peserta
didik berkebutuhan khusus (PDBK)
dipisahkan dengan peserta didik (PD)
lainnya baik lokasi maupun kurikulum yang
digunakan. Sistem pendidikan segregasi di
Indonesia di kenal dengan sistem pendidikan
khusus atau system pendidikan luar biasa.
Pada sistem integrasi, anak/peserta didik
berkebutuhan khusus belajar bersama
dengan peserta didik lainnya namun sekolah
sedikit atau bahkan sama sekali tidak
dibebankan untuk melakukan adaptasi atau
penyesuaian dalam memenuhi kebutuhan
anak/peserta didik yang berkebutuhan
khusus.
Sebaliknya pada sistim pendidikan inklusif,
anak/peserta didik berkebutuhan khusus
belajar bersama dengan anak/peserta didik
lainnya di kelas yang sama tanpa adanya
pembedaan. Peserta didik menjadi pusat
perencanaan pendidikan sehingga apapun
yang direncanakan dan dikerjakan oleh guru
dan tenaga kependidikan selalu berdasarkan
pada kebutuhan peserta didik.
Pada sistem pendidikan inklusif, guru
memastikan bahwa anak/peserta didik
berkebutuhan khusus dapat hadir, diterima
oleh guru dan anak/peserta didik lainnya,
berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran di kelas bersama dengan
peserta didik lainnya, dan memperoleh
pencapaian yang maksimal sesuai dengan
kemampuan anak/peserta didik.
Penyesuaian-penyesuaian untuk
mengakomodir kebutuhan peserta didik
berkebutuhan khusus terjadi pada ranah (1)
sikap, misalnya sikap yang lebih positif
terhadap perilaku tertentu peserta didik, atau
tidak meremehkan potensi mereka
penyandang disabilitas dan mereka yang
termasuk dalam kategori cerdas berbakat;
(2) informasi, misalnya penggunaan format
atau media yang sesuai dengan kemampuan
anak/peserta didik agar dapat
mengakomodir kebutuhan khusus yang ada
misalnya braille bagi anak/peserta didik
dengan hambatan penglihatan; penggunaan
bahasa isyarat bagi anak/peserta didik
dengan hambatan pendengaran; dan
menggunakan bahasa yang lebih sederhana
dalam berkomunikasi dengan anak/peserta
didik dengan hambatan intelektual; (3)
struktur bangunan fisik, misalnya bangunan
dengan landaian (ramp) atau lift untuk akses
bagi mereka penyandang hambatan gerak.
Berdasarkan sifatnya, kebutuhan khusus
dibagi menjadi (1) kebutuhan khusus
permanen dan (2) kebutuhan khusus
temporer. Kebutuhan khusus yang permanen
adalah kebutuhan yang terus-menerus ada
dan melekat pada anak/peserta didik,
Sedangkan kebutuhan khusus yang bersifat
temporer adalah kebutuhan khusus yang
sifatnya sementara.
Ditinjau dari penyebabnya, maka kebutuhan
khusus dapat dibagi dua bagian, yakni (1)
kebutuhan khusus yang berasal dari diri
sendiri dan (2) kebutuhan khusus akibat dari
lingkungan. Salah satu penyebab munculnya
kebutuhan khusus dari diri sendiri adalah
disabilitas. Sedangkan kebutuhan khusus
yang berasal dari lingkungan misalnya anak
mengalami kesulitan belajar karena tidak
dapat konsentrasi dengan baik dan
penyebabnya misalnya suasana tempat
belajar yang tidak nyaman.
Di samping itu, kebutuhan khusus juga dapat
dibedakan menjadi (1) kebutuhan khusus
umum, (2) kebutuhan khusus individu, dan
(3) kebutuhan khusus kekecualian.
Kebutuhan khusus umum adalah kebutuhan
khusus yang secara umum dapat terjadi pada
siapapun, misalnya karena sakit tidak bisa
belajar dengan baik. Sedangkan kebutuhan
khusus individu (pribadi) adalah kebutuhan
yang sangat khas yang dimiliki oleh seorang
individu, misalnya seseorang tidak dapat
belajar tanpa sambil mendengarkan musik.
Adapun kebutuhan khusus kekecualiaan
adalah kebutuhan khusus yang ada akibat
disabilitas, misalnya kebutuhan
berkomunikasi dengan bahasa isyarat bagi
anak dengan hambatan pendengaran.
Pada tataran penyelenggaraan pendidikan
inklusif di sekolah, terdapat 4 prinsip yang
harus selalu diperhatikan sebagai tolok ukur,
yaitu (1) kehadiran; (2) pengakuan atau
penerimaan; (3) partisipasi; dan (4)
pencapaian akademik dan non-akademik
dari semua anak/peserta didik termasuk
anak/peserta didik berkebutuhan khusus.
Sekolah belum dapat disebut sebagai
sekolah inklusif apabila ia hanya
memasukkan anak/peserta didik
berkebutuhan khusus ke dalam kelas.

2.Konsep Perlindungan Kesejahteraan


Anak
Menurut undang-undang nomor 35 tahun
2014 sebagaimana yang tercantum pada
pasal 1, anak adalah seorang yang belum
berusia 18 tahun termasuk anak yang masih
di kandungan. Konsep perlindungan
kesejahteraan anak lahir dari kesadaran
bahwa anak perlu dilindungi guna mencapai
sebuah tata kehidupan dan penghidupan
yang menjamin pertumbuhan dan
perkembangan yang wajar, baik secara
rohani, jasmani, maupun sosial.
UU no. 35 tahun 2014
menyatakan bahwa perlindungan anak
adalah serangkaian kegiatan untuk
melindungi anak sejak dalam kandungan,
agar dapat terjamin kelangsungan hidupnya,
tumbuh dan berkembang serta terbebas dari
perlakuan diskriminasi dan tindak kekerasan
baik fisik, mental, rohani maupun sosial
secara wajar sesuai dengan harkat dan
martabatnya.
Kesejahteraan anak merupakan suatu tata
kehidupan dan penghidupan anak yang
dapat menjamin pertumbuhan dan
perkembangan yang wajar, baik secara
rohani, jasmani, maupun sosial.
Kesejahteraan anak dapat pula diartikan
sebagai beberapa kegiatan dan program
yang dilaksanakan oleh masyarakat untuk
menyampaikan perhatian khusus bagi anak-
anak dan kesanggupan masyarakat untuk
bertanggung jawab atas beberapa anak
sampai mereka mampu untuk mandiri.

Sejarah Pendidikan inklusif (PI) dan


Perlindungan Kesejahteraan Anak
(PKA)
1. Pendidikan Inklusif
Pada tahun 2004, pemerintah
mendeklarasikan Indonesia menuju
Pendidikan Inklusif di Bandung guna
memperkuat usaha penyelenggaraan
pendidikan inklusif di Indonesia. Saat ini
penyelenggaraan pendidikan inklusif lebih
dimantapkan dengan adanya Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional no.70 tahun
2009 tentang Pendidikan Inklusif Bagi
Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan
Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau
Bakat Istimewa, Undang-Undang no. 8
tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas
pada pasal 10, dan Undang-Undang no. 35
tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak pada pasal 51.
2. Perlindungan Kesejahteraan Anak
Pada tahun 1923 seorang aktivis perempuan
bernama Eglantyne Jeb mendeklarasikan
pernyataan hak – hak anak yaitu hak akan
nama dan kewarganegaraan, hak
kebangsaan, hak persamaan dan non
diskriminasi, hak perlindungan, hak
pendidikan, hak bermain, hak rekreasi, hak
akan makanan, hak kesehatan dan hak
berpartisipasi dalam pembangunan. Pada
tahun 1924 deklarasi hak anak diadopsi dan
disahkan oleh Majelis Umum Persekutuan
Bangsa-Bangsa dan pada tahun 1948
deklarasi hak asasi manusia diumumkan. Di
Indonesia, undang-undang dasar 1945 telah
mengatur kesejahteraan dan perlindungan
anak, dimana dinyatakan bahwa anak
terlantar dan fakir miskin dipelihara oleh
Negara. Penyelenggaraan perlindungan
anak berasaskan Pancasila dan berlandaskan
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta prinsip-prinsip
dasar Konvensi Hak-Hak Anak meliputi: (a)
non-diskriminasi; (b) kepentingan yang
terbaik bagi anak; (c) hak untuk hidup,
kelangsungan hidup, dan perkembangan;
dan (d) penghargaan terhadap pendapat
anak.
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif
dan Perlindungan Kesejahteraan Anak.
Pendidikan inklusif adalah sistim
pendidikan yang menghargai keberagaman.
Dengan melaksanakan sistim pendidikan
inklusif maka diharapkan perlindungan
kesejahteraan anak terutama di bidang
pendidikan dapat terlaksana. Pada praktik
pendidikan inklusif, sekolah dan masyarakat
sangat menghargai perbedaan dan keunikan
dari setiap anak/peserta didik. Pendidikan
inklusif merupakan salah satu cara untuk
memastikan bahwa tidak ada lagi kekerasan
dan praktek bullying yang merupakan
bentuk perlakuan diskriminasi pada
anak/peserta didik. Pada tingkat
persekolahan, sekolah yang
menyelenggarakan sistim Pendidikan.
Sekolah inklusif adalah sekolah yang
mampu mengakomodir kebutuhan semua
anak termasuk kebutuhan khusus
anak/peserta didik berkebutuhan khusus
sehingga mereka dapat hadir di kelas,
diterima oleh guru, tenaga kependidikan,
dan sesama peserta didik, serta
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran
serta menunjukkan pencapaian baik di
bidang akademik maupun nonakademik.
Praktik-praktik di sekolah inklusif sangat
sesuai dengan prinsip dasar Konvensi Hak-
Hak Anak yang meliputi: (a) non
diskriminasi; (b) kepentingan yang terbaik
bagi anak; (c) hak untuk hidup,
kelangsungan hidup, dan perkembangan;
dan (d) penghargaan terhadap pendapat
anak.
Asesmen pendidikan adalah suatu proses
yang sistematis dalam memperoleh
informasi atau data melalui pertanyaan
terkait perilaku belajar anak/ peserta didik
dengan tujuan penempatan dan
pengembangan pembelajaran (Wallace dan
McLoughlin, 1981: 5). Tujuan melakukan
asesmen adalah untuk melihat kebutuhan
khusus anak/peserta didik dalam rangka
penyusunan program pembelajaran
sehingga dapat melakukan intervensi
pembelajaran secara tepat. Hal ini tentunya
dilakukan hanya demi kepentingan
anak/peserta didik. Asesemen dapat
dilakukan secara informal maupun formal.
Aspek yang diamati lebih jauh dalam proses
asesmen adalah persoalan belajar, sosial-
emosi, komunikasi, dan motorik. Hasil akhir
dari proses identifikasi dan asesmen adalah
diperolehnya profil peserta didik
berkebutuhan khusus.

Penutup
Pendidikan inklusif dan Perlindungan
Kesejahteraan Anak bukanlah suatu hal
yang terpisah. Sebaliknya pendidikan
inklusif merupakan salah satu cara terbaik
untuk menjamin perlindungan kesejahteraan
anak. Praktik-praktik pendidikan inklusif
sangat memperhatikan pemenuhan hak
anak/peserta didik sehingga mereka dapat
tumbuh dan berkembang secara wajar pada
ranah kognitif, emosi, dan sosial yang
akhirnya potensi akademik dan non-
akademik anak/peserta didik tersebut dapat
tergali secara maksimal.
Dengan menerapkan Pendidikan inklusif
maka diharapkan sekolah dan masyarakat
dapat memastikan bahwa semua
anak/peserta didik dihargai haknya dengan
begitu bullying dan kekerasan terhadap
anak/pesert didik dapat dihilangkan. Tujuan
akhir dari Pendidikan Inklusif adalah
meningkatnya kualitas layanan pendidikan
yang lebih berfokus pada hak dan kebutuhan
anak/peserta didik.
Dapat dikatakan juga bahwa pendidikan
inklusif adalah juga merupakan salah satu
strategi untuk mempromosikan masyarakat
inklusif, dimana semua anak dan orang
dewasa dapat berpartisipasi dan
berkontribusi dalam kehidupan
bermasyarakat tanpa melihat adanya
perbedaan jender, usia, kemampuan, etnis,
disabilitas, ataupun status kesehatannya
akibat HIV. (Stubbs S. Publication online
What is Inclusive Education? Concept
Sheet).
Pelaksanaan pendidikan inklusif merupakan
komitmen internasional dan nasional yang
sejalan dengan perubahan paradigma dalam
dunia pendidikan. Pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus diselenggarakan
bukan lagi berdasarkan rasa kasihan atau
amal (charity) tetapi lebih kepada hak
(rights) anak/peserta didik yang dilindungi
oleh undang-undang. Perlindungan
kesejahteraan anak dapat tercapai apabila
Pendidikan Inklusif telah diterapkan dengan
baik di semua institusi penyelenggara
pendidikan pada setiap tingkatan.
Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif
anak berkebutuhan khusus termasuk anak
penyandang disabilitas akan memperoleh
pelayanan khusus untuk mencapai tingkat
pertumbuhan dan perkembangan sejauh
batas kemampuan dan kesanggupan anak
yang bersangkutan. Hal ini tentunya sejalan
dengan pasal 7 Undang-Undang no. 4 tahun
1979.

3 Pengembangan Perencanaan Pengembangan


Kewirausahaan Kewirausahaan
a. Analisis SWOT
SWOT adalah singkatan dari Strength Dalam perencanaan
(kekuatan), weaknes (kelemahan), kewirausahaan harus
Opportunity (peluang), dan Threat dilakukan dengan
(ancaman). Analisis SWOT secara melakukan analisis
sederhana dipahami sebagai pengujian SWOT
terhadap kekuatan dan kelemahan internal
sebuah organisasi, serta kesempatan dan
ancaman lingkungan eksternalnya.

Strengths (kekuatan) merupakan kondisi


internal positif yang memberikan
keuntungan. Kekuatan dalam lembaga
sekolah, dapat berupa
kemampuankemampuan khusus/spesifik,
sumber daya manusia yang memadai, image
organisasi, kepemimpinan yang cakap, hal-
hal positif lain dari internal sekolah.

Weakness (kelemahan) merupakan kondisi


internal negatif yang dapat merendahkan
penilaian terhadap sekolah. Kelemahan
dapat berupa rendahnya sumber daya
manusia yang dimiliki, produk yang tidak
berkualitas, image yang tidak kuat,
kepemimpinan yang buruk, dan hal-hal
negatif lain yang menjadi kelemahan dari
internal sekolah.

Opportunity (peluang) adalah kondisi


sekarang atau masa depan yang
menguntungkan sekolah. Opportunity
merupakan kondisi eksternal yang dapat
memberikan peluang-peluang untuk
kemajuan lembaga, seperti adanya
perubahan hukum, menurunnya pesaing,
menigkatnya jumlah siswa baru dan kondisi-
kondisi lain yang bersifat menguntungkan
pihak sekolah.

Threats (tantangan) adalah kondisi eksternal


sekolah, sekarang dan yang akan datang
yang tidak menguntungkan. Tantangan ini
dapat berupa munculnya pesaing-pesaing
baru, penurunan jumlah siswa, dan hal-hal
lain yang dapat menjadikan sekolah harus
berbenah untuk menjadi lebih baik.
Tujuan analisis SWOT adalah untuk
menemukan aspek-aspek penting dari
kekutan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
Penggunanaan analisis SWOT ini adalah
untuk memaksimalkan kekuatan,
meminimalkan kelemahan, mereduksi
ancaman dan membangun peluang dan
untuk mengalisis situasi keadaan secara
keseluruhan.
Contoh Analisis SWOT beberapa
diantaranya adalah:
1) Strength (Kekuatan)
(a)Motivasi guru dan peserta didik tinggi.
(b)Hubungan yang baik antara guru dengan
guru ataupun guru dengan peserta didik.
(c)Pendekatan dan metode mengajar guru
yang bervariasi.
2) Weakness (Kelemahan)
(a)Rekrutmen guru dan staf yang terkadang
tidak sesuai dengan kebutuhan dan sarat
dengan unsur kekeluargaan.

(b)Sebagian besar tenaga guru masih


berstatus honorer dan mengajar ditempat
lain.
3) Opportunity (Peluang)
1)Dukungan pemerintah daerah dalam
melengkapi sarana dan prasarana.
2)Kesesuaian sarana dan prasarana sekolah
dengan tuntutan potensi daerah dan
perkembangan IPTEK serta IMTAQ.
3)Masyarakat mengharapkan setelah selasai
dari sekolah ini diharapkan dapat
melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi
dan berkualitas.
4)Adanya bantuan sponsor guna
pengembangan sekolah.
4) Threats (Ancaman)
1)Banyak persaingan lulusan yang terjadi
antar sekolah untuk masuk sekolah negeri
2)Belum ada guru khusus mengajar TIK di
sekolah ini jadi kemapuan dalam bersaing
dengan sekolah lainnya akan sulit (Modul
Teknik Analisis Manajemen (TAM)
Penguatan Kepala Sekolah, 2019).
b. Alur Penyusunan Rencana Program
Sekolah
Salah satu langkah perencanaan program
untuk mencapai tujuan dalam manajemen
dikemukakan oleh Gorton (1976) berikut
ini:
1) Identifikasi masalah
2) Diagnosis masalah
3) Penetapan tujuan
4) Pembuatan keputusan
5) Perencanaan
6) Pengorganisasian
7) Pengkoordinasian
8) Pendelegasian
9) Penginisiasian
10) Pengkomunikasian
11) Kerja dengan kelompok-kelompok
12) Penilaian
2. Pelaksanaan Program Pengembangan
Kewirausahaan
Tugas kepala sekolah dalam melaksanakan
program pengembangan kewirausahaan
sesuai Permendikbud yang akan dibahas
dalam modul ini meliputi: pengembangan
jiwa kewirausahaan (inovasi, kerja keras,
pantang menyerah, dan motivasi untuk
sukses); pelaksanaan program
pengembangan kemitraan; pelaksanaan
program unit produksi dan pemagangan.

3).Cara-Cara Mengembangkan
Kewirausahaan
Cara-cara mengembangkan kewirausahaan
dilakukan melalui pentahapan sebagai
berikut:
a).Melakukan evaluasi diri tentang
tingkat/level kepemimpinan
kewirausahaan.
b).Berdasarkan hasil evaluasi diri (profil diri
jiwa kewirausahaan), selanjutnya
ditempuh melalui berbagai upaya yang
disebut “belajar”.
c)Mempelajari kewirausahaan dapat
dilakukan melalui berbagai upaya.

4).Strategi Pengembangan Karakter


Kewirausahaan di Sekolah
Pengembangan karakter kewirausahaan
bertujuan untuk membentuk insan yang
memiliki karakter kewirausahaan. Sebagai
sasaran pengembangan karakter
kewirausahaan adalah kepala sekolah, guru,
tenaga pendidikan dan non kependidikan,
dan siswa. Berikut ini dikemukakan
beberapa strategi untuk mencapai maksud
dan tujuan tersebut:
a).Karakter Kewirausahaan Terintegrasi
dalam Seluruh Mata Pelajaran
b).Karakter Kewirausahaan Terpadu dalam
Kegiatan Ekstrakurikuler.
c).Pengintegrasian Karakter Kewirausahaan
melalui Budaya Sekolah.
5).Pembelajaran Kewirausahaan di
Sekolah
Pembelajaran kewirausahaan akan terjadi
melalui proses mengalami kejadian yang
menantang dan berbeda, seperti mengenali
peluang, mengatasi masalah, dan melakukan
peran yang berbeda-beda dari seorang
pengusaha. Berikut akan diuraikan tiga
metode pembelajaran kewirausahan, yaitu:
(1)pembelajaran berbasis pengalaman
(experiential learning); (2) pembelajaran
melalui interaksi sosial (social interaction
learning); dan (3) pembelajaran melalui
pengenalan peluang (opportunity
recognition).
6).Pengembangan Kewirausahaan
melalui Potensi Sekolah
Potensi sekolah dikembangkan dalam upaya
meningkatkan pelayanan sekolah. Adapun
lingkup potensi sekolah yang dapat
dikembangkan yaitu: pendidik dan tenaga
kependidikan, peserta didik, orang tua/wali
siswa dan masyarakat, sarana dan prasarana,
dan pembiayaan.

b. Pengembangan Kemitraan Sekolah


Kemitraan sekolah dapat dilakukan dengan
lembaga pemerintah maupun non
pemerintah seperti perguruan tinggi, sekolah
pada jenjang setara, dunia usaha dan dunia
industry (DU/DI), serta masyarakat di
lingkungannya, baik yang ada di dalam
maupun luar negeri. Kemitraan sekolah
dengan masyarakat di lingkungannya sudah
menjadi kebutuhan, karena keberadaan
sekolah adalah dari masyarakat untuk
masyarakat.
Mitra kerja sekolah dapat dibedakan dalam
dua jenis, yaitu: 1) internal, adalah semua
pihak yang berkepentingan dengan sekolah,
dan berkedudukan di dalam sekolah, seperti:
peserta didik, pendidik, tenaga
kependidikan, termasuk pimpinan; 2)
eksternal, adalah semua pihak yang
berkepentingan dengan sekolah, dan
berkedudukan di luar sekolah, seperti: orang
tua peserta didik, komite sekolah,
masyarakat terdekat, dunia usaha/industri,
pengguna lulusan, dan Dinas Pendidikan.
1). Konsep Kemitraan Sekolah
Secara etimologis, kata atau istilah
kemitraan adalah kata turunan dari kata
dasar mitra. Mitra, dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) artinya teman,
sahabat, kawan kerja. Visual sinonim,
kamus online memberikan definisi yang
sangat bagus mengenai kemitraan.
Kemitraan diartikan sebagai hubungan
kooperatif antara orang atau kelompok
orang yang sepakat untuk berbagi tanggung
jawab untuk mencapai tujuan tertentu yang
sudah ditetapkan. Kemitraan dalam konteks
hubungan resiprokal antara sekolah,
keluarga dan masyarakat kemitraan bukan
sekedar sekumpulan aturan main yang
tertulis dan formal atau suatu kontrak kerja
melainkan lebih menunjukkan perilaku
hubungan yang bersifat erat antara dua pihak
atau lebih di mana masing-masing pihak
saling membantu untuk mencapai tujuan
bersama. Dari definisi-definisi di atas kita
bisa mengetahui bahwa hakikat kemitraan
adalah adanya keinginan untuk berbagi
tanggung jawab yang diwujudkan melalui
perilaku hubungan di mana semua pihak
yang terlibat saling bantu-membantu
untuk mencapai tujuan bersama. Kemitraan
antar lembaga dapat dilaksanakan dalam
bentuk formal (resmi), informal (tidak
resmi), formal dan informal, dan formal
bilateral atau multi lateral.
2). Implementasi Kemitraan Sekolah
Prosedur ini menitikberatkan pada proses
analisis untuk mengetahui kebutuhan
program, penentuan institusi yang tepat
sebagai mitra, pembuatan dokumentasi dan
pelaporan untuk mempermudah pengelolaan
sistem informasi kemitraan antar lembaga.
Prosedur pelaksanaan kemitraan antar
lembaga secara umum dilakukan melalui
tahapan sebagai berikut:
a)Tahap 1, terdiri dari proses analisis
kebutuhan, analisis partnership,
perencanaan, dan presentasi
b)Tahap 2, terdiri dari proses persetujuan,
perundingan, dan penandatanganan MoU.
c).Tahap 3, tahap ini terdiri dari 3 bagian
yaitu proses pelaksanaan kerjasama,
pelaporan, monitoring dan evaluasi

c. Pengembangan Unit Produksi


Produksi dapat diartikan secara sempit
maupun secara luas. Dalam arti sempit,
produksi merupakan usaha manusia yang
mengolah atau mengubah sumber-sumber
ekonomi (bahan-bahan) menjadi produk
baru. Sedangkan dalam arti luas, produksi
adalah setiap kegiatan yang ditujukan untuk
menciptakan atau menambah nilai guna
(manfaat) suatu barang/jasa yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Jadi, inti dari kegiatan produksi adalah
menambah atau menciptakan nilai guna atau
manfaat dari suatu barang/jasa. Manfaat
(utility) yang diciptakan terdiri dari manfaat
bentuk, manfaat tempat maupun manfaat
waktu.
Tujuan dilaksanakannya kegiatan produksi
dan jasa di sekolah yaitu:
1)Menumbuhkembangkan jiwa
kewirausahaan guru dan peserta didik,
2) Melatih peserta didik dalam mengelola
usaha.
3)Membantu pendanaan untuk
pemeliharaan, penambahan fasilitas dan
biayabiaya operasional pendidikan
lainnya,
Langkah-langkah dalam merencanakan
program pengembangan UPJ melalui tahap-
tahap seperti berikut.
1) Mengidentifikasi kondisi dan potensi
sekolah
2) Mengidentifikasi peluang UPJ yang bisa
dikembangkan di sekolah
3) Menganalisis peluang UPJ yang akan
dikembangkan
Berikut ini ciri-ciri peluang UPJ sekolah
yang mempunyai potensi keuntungan dan
manfaat yang besar:
a)Mempunyai pangsa pasar yang jelas
b)Rasional dapat dilakukan oleh kepala
sekolah, guru, dan peserta didik.
c)Mudah mendapatkan bahan baku dalam
produksi
d)Ada peralatan dan perlengkapan yang
mendukung
e)Tingkat visibilitas (kelayakan usaha)
benar-benar teruji
Analisis peluang yaitu analisis yang
digunakan untuk menganalisis seberapa
pangsa pasar yang dapat dikuasai sehingga
dapat memperkirakan penjualan pada masa
yang akan dating.
4)Penyusunan Program Pengembangan Unit
Produksi/Jasa Sekolah

d. Pengembangan Program Pemagangan


PKL adalah Praktik Kerja Lapangan yang
selanjutnya disebut PKL adalah kegiatan
pembelajaran yang dilakukan di Dunia
Kerja dan Dunia Industri (DU/DI) dan/atau
lapangan kerja lain untuk penerapan,
pemantapan, dan peningkatan kompetensi.
Tujuan PKL di SMK adalah:
1) Memberikan pengalaman kerja langsung
kepada peserta didik dalam rangka
menanamkan iklim kerja positif yang
berorientasi pada kepekaan akan mutu
proses dan hasil kerja;
2) Menanamkan etos kerja yang tinggi bagi
peserta didik untuk memasuki dunia kerja
dalam menghadapi tuntutan pasar kerja
global;
3) Memenuhi pembelajaran yang belum
terpenuhi di sekolah agar mencapai
keutuhan standar kompetensi lulusan;
dan
4) Mengaktualisasikan salah satu bentuk
aktivitas dalam penyelenggaraan model
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) antara
SMK dan Institusi Pasangan yang
memadukan secara sistematis dan
sistemik.

3.Evaluasi Program Pengembangan


Kewirausahaan
Evaluasi merupakan kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang
bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya
informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam
mengambil keputusan. Sedangkan Evaluasi
program adalah suatu unit atau kesatuan
kegiatan yang bertujuan mengumpulkan
informasi tentang realisasi atau
implementasi dari suatu kebijakan,
berlangsung dalam proses yang
berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu
organisasi yang melibatkan sekelompok
orang guna pengambilan keputusan
(Suharsimi Arikunto, 2009).
Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan
bahwa evaluasi program kegiatan dilakukan
melalui beberapa langkah atau tahapan yang
meliputi : tahapan persiapan evaluasi
program, tahap pelaksanaan, dan tahap
monitoring

4 Latihan Studi Rambu-rambu Kasus/Skenario


Kasus Masalah a. Umum
Pembelajaran*) Masalah
Masalah utama merupakan simpulan dari Dalam meningkatkan
berbagai permasalahan yang muncul yang mutu Pendidikan di
dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran, sekolah yang harus
tidak dapat diselesaikan dalam waktu dilakukan setelah
singkat, harus bekerja sama dengan semua supervisi,
pemangku kepentingan, dan memerlukan mengelompokkan
keterampilan kepemimpinan yang kuat temuan dalam
untuk menyelesaikannya. beberapa kategori
seperti kekuatan, dan
Data Masalah Umum di atas dapat dianalisis kelemahan, setelah
sebagai berikut: disusun semua
Data Negarif (Kelemahan) kelemahan kita
Tidak dapat diselesaikan dalam waktu analisis lalu ditentukan
singkat masalah mana yang
harus kita selesaikan
Data Positif (Kekuatan) karena kalua tidak
Harus bekerja sama dengan semua diselesaikan akan
pemangku kepentingan. mendampak kepada
mutu Pendidikan di
Data Netral sekolah
memerlukan keterampilan kepemimpinan
yang kuat untuk menyelesaikannya.

b. Khusus
Masalah
Tidak terpenuhinya Standar Kompetensi
Lulusan

Data Masalah Khusus di atas dapat


dianalisis sebagai berikut:
Data Negarif (Kelemahan)
1. Disiplin belajar rendah
2. Motivasi berprestasi rendah
3. Kepedulian siswa terhadap lingkungan
rendah.
4. Program penguatan Pendidikan karakter
tidak dilaksanakan secara maksimal
5. Guru kurang kreatif dalam menyajikan
pembelajaran
6. Prestasi akademik dan non akademik
rendah
7. Penguasaan TIK Guru masih kurang
8. Penggunaan SIM sekolah tidak maksimal
9. Tidak banyak lulusan yang melanjutkan
ke jenjang berikutnya

Data Positif (Kekuatan)


1. Kepala sekolah berjiwa visioner,
2.Monitoring dan evaluasi kegiatan sekolah
rutin dilakukan,
3. Supervisi guru dan tendik terprogram dan
dilaksanakan secara rutin,
4.Hubungan dengan dinas Pendidikan
terjalin dengan baik,
5. Dukungan Komite baik,
6. Dana sekolah memadai,
7. Letak geografis sekolah di pusat kota,
8. Tendik menguasai TIK dengan baik,
9. Sarana prasarana sekolah memadai,
10.Jumlah peserta didik sesuai dengan daya
tampung kelas
11. prestasi non akademik bagus

Data Netral
1. Nama sekolah
2. Akreditasi B
3. Letak Geografis Sekolah

Skenario 1
Sekolah X terletak di pusat kota Belimbing.
Sekolah ini dipimpin oleh Ibu Susi yang
baru 2 (dua) tahun menjabat Kepala Sekolah
di sekolah tersebut. Sebelumnya dia adalah
Kepala Sekolah di Sekolah Y. Ibu Susi
memiliki jiwa visioner untuk memajukan
sekolah. Salah satu upayanya adalah dengan
melakukan supervisi guru dan tendik secara
terjadwal. Monitoring dan evaluasi
terprogram dan dilaksanakan secara rutin.

Hasil wawancara
Pada saat wawancara, kepala sekolah
menyampaikan informasi sebagai berikut :
1. Hubungan dengan dinas pendidikan baik,
sehingga setiap ada kesulitan segera
mendapat bantuan.
2. Beberapa peserta didik masih ada yang
sering datang terlambat,
3.Program sekolah selalu mendapat
dukungan positif dari komite sekolah,
4.Sebagian besar guru lebih banyak ceramah
dan jarang menerapkan metode kreatif
dan inovatif,
5. Akreditasi sekolah B, saat ini berusaha
agar dapat meningkat menjadi A,
6. Motivasi siswa dalam berprestasi rendah,
7. Kepedulian siswa terhadap kebersihan
sekolah rendah,
8. Program penguatan pendidikan karakter
tidak dilaksanakan secara maksimal,
9. Penggunaan SIM sekolah tidak maksimal
10. Tidak banyak lulusan yang melanjutkan
ke jenjang berikutnya

Berdasarkan dokumen sekolah dapat


dipaparkan informasi sebagai berikut:
1. Tiap Tahun selama 3 tahun prestasi
akademik turun
2. Tiap Tahun Prestasi Non Akademik
Stabil, selalu dapat juara 1 tingkat
Kabupaten meskipun pada cabang
olahraga berbeda
3. Sebagian besar guru kurang mampu
menggunakan TIK

Dari Data di atas dapat dianalisis sebagai


berikut:
Data Negarif (Kelemahan)
1. Beberapa peserta didik masih ada yang
sering datang terlambat,
2. Motivasi berprestasi rendah
3. Kepedulian siswa terhadap lingkungan
rendah.
4. Program penguatan Pendidikan karakter
tidak dilaksanakan secara maksimal
5. Guru kurang kreatif dalam menyajikan
pembelajaran
6. Prestasi akademik rendah
7. Penguasaan TIK Guru masih kurang
8. Penggunaan SIM sekolah tidak maksimal
9. Tidak banyak lulusan yang melanjutkan
ke jenjang berikutnya
10.Sebagian besar guru lebih banyak
ceramah dan jarang menerapkan metode
kreatif
dan inovatif

Data Positif (Kekuatan)


1. Kepala sekolah berjiwa visioner,
2.Monitoring dan evaluasi kegiatan sekolah
rutin dilakukan,
3. Supervisi guru dan tendik terprogram dan
dilaksanakan secara rutin,
4.Hubungan dengan dinas Pendidikan
terjalin dengan baik,
5. Dukungan Komite baik,
6. Dana sekolah memadai,
7. Letak geografis sekolah di pusat kota,
8. Tendik menguasai TIK dengan baik,
9. Sarana prasarana sekolah memadai,
10.Jumlah peserta didik sesuai dengan daya
tampung kelas
11. prestasi non akademik baik

Data Netral
1. Akreditasi B
2. Letak Geografis Sekolah

Anda mungkin juga menyukai