Roda Gigi Kerucut PDF
Roda Gigi Kerucut PDF
2
a) Perbandingan jumlah gigi dapat dipergunakan persamaan:
sin δ z1 z1
= maka z2 =
tan δ z 2 cos δ
b) Perbandingan putaran i dari roda gigi kerucut maupun dari roda gigi lurus
khayal adalah:
n1 d2 z 2 R sin δ 2
i= = = =
n 2 d1 z 1 R sin δ1
c) Jika sudut poros dinyatakan dengan Σ = δ1 + δ2, maka:
Z1 sin δ 2 tan δ 2
= =
Z 2 sin(Σ − δ 2 ) sin Σ − cos Σ tan δ 2
sin Σ
tan δ 2 = ,
Z1
+ cos Σ
Z2
sin Σ
Maka; tan δ1 =
Z2
+ cos Σ
Z1
Z1 1 Z2
Jika Σ = 90o, maka tan δ1 = = ; tan δ 2 = =i
Z2 i Z1
d) Panjang sisi kerucut R pada roda gigi kerucut adalah:
d1 d2
R= =
2 sin δ1 2 sin δ 2
Dalam beberapa roda gigi, tinggi gigi semakin kecil dari ujung luar ke ujung
dalam, dan dalam beberapa roda gigi lain tinggi gigi tetap sama. Yang pertama
disebut gigi tirus dan yang terakhir disebut gigi seragam, gigi tirus lebih sering
dipakai dari pada gigi seragam.
Pada gigi tirus, kepala gigi pinyon dibuat lebih tinggi dari pada kepala roda
gigi besar, maka perubahan kepala yang diperlukan dapat dilakukan dengan
koefisien masing-masing sebagai berikut:
z 2
x 1 = 0,46 1 − 1
z 2
x 2 = −x 1
Karena itu, jika ck ≥ 0,188.m adalah kelonggaran puncak, maka untuk pinyon:
- Tinggi kepala hk1 = (1 + x1).m
- Tinggi kaki hf1 = (1 – x1).m + ck
3
Demikian pula halnya dengan roda gigi besar:
- Tinggi kepala hk2 = (1 - x1).m
- Tinggi kaki hf2 = (1 + x1).m + ck
Dengan demikian tinggi gigi adalah: H = 2m + ck
h
Sudut kepala pinyon adalah: θ k1 = tan −1 k1
R
h
Sudut kaki pinyon adalah: θ f 1 = tan −1 f 1
R
h
Sudut kepala roda gigi besar adalah: θk 2 = tan −1 k 2
R
h
Sudut kaki roda gigi besar adalah θ f 2 = tan −1 f 2
R
Dengan demikian, sudut kerucut kepala adalah:
δ k1 = δ 1 + θ k 1 ; δ k 2 = δ 2 + θk 2
Demikian pula sudut kerucut kaki adalah:
δ f 1 = δ1 − θ f 1 ; δf 2 = δ2 − θf 2
Besarnya masing-masing diameter lingkaran kepala yang diperlukan dalam
pembuatan adalah:
dk1 = d1 + 2hk1 cos δ1
dk 2 = d2 + 2hk 2 cos δ 2
Jarak dari puncak sampai puncak gigi luar adalah:
d
X1 = 2 − h k1 sin δ1
2
d
X 2 = 1 − h k 2 sin δ 2
2
Jika sudut tekanan adalah αo, dan kelonggaran belakang dianggap nol, maka
tebal gigi (tebal lingkar) adalah:
s1 = (0,5 π + 2 x 1 tan α o )m
s 2 = (0,5π − 2 x 1 tan α o )m
s1 + s 2 = πm
Lebar sisi gigi b sebaiknya diambil tidak lebih dari 1/3 sisi kerucut, atau kurang
dari 10 kali modul pada ujung luar. Pada pasangan roda gigi kerucut hampir
4
tidak pernah dijumpai pemakaian bantalan pada kedua ujung poros pinyon
maupun roda gigi besar. Biasanya hanya salah satu saja yang memakai
bantalan pada kedua ujung poros, atau kedua-duanya memakai bantalan pada
satu ujung saja. Dengan demikian beban pada permukaan gigi tidak dapat
dibuat merata karena lenturan pada poros atau gigi, karena itu pemilihan lebar
sisi perlu diusahakan sekecil mungkin.
σ a 2 .m.K v .J 2
Fb' 2 =
K 0 .K S .K m
Tabel 4, Tegangan lentur yang diijinkan dan tegangan kontak yang diijinkan
(roda gigi kerucut)
Kekerasan Tegangan Tegangan
permukaan lentur yang kontak yang
Bahan Perlakuan panas minimum diijinkan diijinkan
HB HRC (kg/mm2) (kg/mm2)
5
Tabel 5, Faktor beban lebih K0, C0
Sisi yang digerakkan
Sisi penggerak
Tanpa tumbukan Tumbukan sedang Tumbukan berat
Tanpa tumbukan 1,00 1,25 1,75
Tumbukan sedang 1,25 1,50 2,00
Tumbukan berat 1,50 1,75 2,25
6
f) Perhitungan beban permukaan juga didasarkan pada ukuran penampang rata-
rata gigi, dengan persamaan:
2 d1 C v .I
FH' = σ C 2
C p . C 0 .C m .C f
Diantara harga-harga F’b1, F’b2, dan F’H dipilih yang terkecil dan selanjutnya
disebut F’min. Lebar gigi yang diperlukan dapat dihitung dari gaya tangensial Ft
(kg) = 102 P/ν dibagi dengan F’min (kg/mm). Jika lebar tersebut tidak lebih dari
1/3 sisi kerucut atau kurang dari 10 kali modul ujung luar gigi, maka dapat
ditetapkan sebagai harga yang akan dipakai.
7
Gambar-15 Roda gigi kerucut lurus dengan sudut tekanan 20o
dan sudut poros 90o
Penyelesaian:
8
a) Menentukan sudut kerucut jarak bagi
1 1
• δ1 = tan −1 = tan −1 = 18,43 o
i 3
• δ 2 = Σ − θ1 = 90 o − 18,43 = 71,67 o
b) Menentukan jumlah gigi pada roda gigi kerucut Z1
• d1 = 2R sin δ1
d1 = 2 × 75 × sin18,43 o = 47,42 mm
• d 2 = 2R sin δ 2
d1 47,42
• z1 = = = 15,9 ≈ 16
m 3
d 2 142,39
• z2 = = = 47,46 ≈ 48
m 3
z 2 48
• Perbandingan putaran: i = = =3
z1 16
(perbandingan putaran sesuai dengan yang ditentukan)
9
• Faktor-faktor untuk menentukan beban lentur (F’b) yang diijinkan:
- Kv = 0,75 (lihat gambar-13)
- Ko = 1,50 (lihat tabel 5)
- Km = 1,25 (lihat tabel 6)
4
- KS = m ≥ 1,5 = m / 2,24 = 4 3 / 2,24 = 0,59
- J1 = 0,165
Lihat gambar-14
- J2 = 0,205
30 × 3 × 0,75 × 0,165
= = 10,07 kg mm
1,50 × 0,59 × 1,25
σ a 2 .m.K v .J 2
• Fb' 2 =
K 0 .K S .K m
30 × 3 × 0,75 × 0,205
= = 12,51 kg mm
1,50 × 0,59 × 1,25
47,42 0,75
FH' = (102 ) ×
2
× = 33,19 kg mm
(74,2) 2
1,5 × 1,35 × 1
10
Contoh 2:
Rencanakan roda gigi kerucut lurus dibawah ini, jika daya yang akan
ditransmisikan 7,3 kW, putaran pinyon 1000 rpm, perbandingan putaran 3,0 ~
3,1, sudut poros 90o, jarak bagi diametral pada ujung luar 5, sudut tekanan
20o, sisi kerucut 130 mm. Bahan pinyon baja dengan pengerasan kulit, bahan
roda gigi besar S 45 C dan faktor koreksi 1,2
Penyelesaian:
Diketahui: P = 7,3 kW ; n = 1000 rpm ; i ≈ 3,0 ~ 3,1
o
∑ = 90 ; R = 130 mm ; ƒc = 1,2
Ditanyakan: design roda gigi
Jawab:
a) Daya rencana:
Pd = 1,2 X 7,3 = 8,76 kW
b) Sudut kerucut jarak bagi (sementara):
1 1
δ1 = tan −1 = tan −1 = 18,43 o
i 3
δ 2 = 90 o − δ1 = 90 o − 18,43 = 71,67 o
c) Diameter lingkaran jarak bagi ujung luar:
d1 = 2R sin δ1 = 2 × 130 sin18,43 o = 82,2 mm
α o = 20 o
e) Menghitung jumlah gigi:
d1 82,2
z1 = = = 16,18 ≈ 16
m 5,08
d 2 246,81
z2 = = = 48,59 ≈ 49
m 5,08
Maka perbandingan putaran i adalah:
49
i= = 3,0625 (mendekati perbandingan i = 3,0 ~ 3,1)
16
11
f) Menghitung sudut kerucut jarak bagi dan diameter lingkaran jarak bagi
menggunakan perbandingan jumlah gigi:
z1 16
δ1 = tan −1 = tan −1 = 18,083 o
z2 49
δ 2 = 90 o − δ1 = 90 o − 18,083 = 71,917 o
z 2 49
x 2 = − x 1 = −0,411
j) Menghitung tinggi kepala (hk), tinggi kaki (hf) dan kedalaman gigi penuh (H)
h k 1 = (1 + x 1 ) × m = (1 + 0,411) × 5,08 = 7,168 mm
R 130
h 3,947
θ f 1 = tan −1 f 1 = tan −1 = 1,739
o
R 130
12
h 2,992
θ k 2 = tan −1 k 2 = tan −1 = 1,318
o
R 130
h 8,123
θ f 2 = tan −1 f 2 = tan −1 = 3,575
o
R 130
δ k1 = δ1 + θ k1 = 18,083 + 3,156 = 21,239 o
d 247,158
X1 = 2 − h k1 sin δ1 = − 7,168 × sin18,083 = 121,354 mm
2 2
d 80,702
X 2 = 1 − h k 2 sin δ 2 = − 2,992 × sin 71,917 = 37,507 mm
2 2
( )
s1 = (0,5 π + 2 x 1 tan α o )m = 0,5 π + 2 × 0,411× tan 20 o × 5,08 = 9,5 mm
13
σ a2 .m.K v .J2 14,4 × 5,08 × 0,70 × 0,232
Fb' 2 = = = 10,595 kg / mm
K 0 .K S .K m 1,25 × 0,69 × 1,3
- Beban permukaan:
σC = 102 kg/mm2 (dari tabel 4, diambil yang kecil)
Cp = 74,2 kg/mm2 (dari tabel 6)
C0 = 1,25 ; Cv = 0,70 ; Cm = 1,3 ; Cf = 1 ; I = 0,077
2 d1 C v .Ι 80,702 0,7 × 0,077
FH' = σ C 2
= 102 2 × × = 5,058 kg / mm
C p . C 0 .C m .C f 74,2 2 1,25 × 1,3 × 1
- Lebar sisi b:
Ft 211,23
b≥ '
= = 41,76 ≈ 42 mm
F min 5,058
n) Pemeriksaan perbandingan lebar sisi dengan modul:
b 42
≤ 10 = 8,27 baik
m 5,08
R 130
≤3 = 3,1 kurang baik
b 42
R
Karena perbadingan > 3 maka lebar sisi diperbesar menjadi 45.
b
130
= 2,89
45
o) Dengan demikian diperoleh dimensi dari roda gigi kerucut adalah:
- Diameter pitch (DP) = 5
- Modul (m) = 5,08
- Sudut tekanan (αo) = 20o
- Sudut kerucut jarak bagi δ1 = 18,083 o dan δ 2 = 71,917 o
- Lebar sisi kerucut, b = 45 mm
- Diameter lingkaran jarak bagi d1 = 80,702 mm dan
d2 = 247,158 mm
- Diameter lingkaran kepala dk1 = 94,33 mm dan dk2 = 249,015 mm
- Jarak dari puncak ke puncak luar X1 = 121,354 mm dan
X2 = 37,507 mm
- Sudut kerucut kepala, δ k1 = 21,239 o dan δ k 2 = 73,235 o
14
GAYA-GAYA YANG BEKERJA PADA RODA GIGI KERUCUT
FRV
FN
FR
FR
FT
FRH
Gaya-gaya pada roda gigi kerucut beraksi pada jari-jari rata-rata (Rm)
FT = FN cos φ
FR = FN sin φ = FT tan φ
φ = suduk tekan (sudut kontak)
b b Dp Dp 2
R m = L − sin θ P1 = L − dimana; sin θ p1 =
2 2 2L L
Gaya radial yang bekerja pada jari-jari rata-rata diuraikan menjadi dua:
FRH = FR sin θ p1 = FT tan φ. sin θ p1
15
T
FT =
Rm
3. Hitung gaya aksial (FRH) dan gaya radial (FRV) yang beraksi pada poros pinion
4. Hitung momen bengkok resultan yang terjadi pada poros pinion.
Momen bengkok yang diakibatkan oleh FRH dan FRV adalah:
M1 = FRV × overhange − FRH × R m
Dan momen bengkok yang diakibatkan oleh gaya tangensial (FT):
M2 = FT × overhange
Resultan momen benkok:
2 2
M = M1 + M 2
5. Jika poros terjadi juga momen puntir (T) dan momen bengkok resultan (M),
maka besarnya momen puntir ekuivalen adalah:
Te = M2 + T 2
16