Anda di halaman 1dari 22

MODUL PERKULIAHAN

PERPAJAKAN

PPH PASAL 21

Program Tatap
Fakultas Kode MK Disusun Oleh
Studi Muka
Ekonomi dan Manajemen F041700007 Riaty handayani, SE., M.Ak
Bisnis

Abstract
05 (282312SP)

Kompetensi
Penghitungan PPh Pasal 21 atas Mahasiswa mampu memahami dan
penerimaan dalam bentuk natura & menghitung PPh Pasal 21
kenikmatan lainnya.perhitungan PPh
Pasal 21 yg hrs dipotong :pada masa
pajak terakhir,atas pensiun
bulanan,pegawai tdk tetap,atas
honorarium komisaris yg tdk merangkap
sng pegawai tetap,atas penghasilan yg
diterima peserta kegiatan, atas
penghasilan WPLN yg memperoleh gaji
sebgn/seluruh dlm mata uang asing.
PENDAHULUAN
Dasar hukum pengenaan pajak Penghasilan Pasal 21 adalah Pasal 21 Undang-
Undang Pajak Penghasilan Peraturan DirJend Pajak Nomor Per 31/PJ./2009 tentang
Pedoman Teknid Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan
Pasal 21 dan/atau pajak Penghasilan Pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa,dan
kegiatan orang pribadi dan telah diubah dengan Peraturan Dirjend Pajak Nomor Per
57/Pj./2009 tanggal 12 Oktober 2009. PP Np.68 Tahun 2009 tentang Pemotongan PPh
Pasal 21 atas Penghasilan berupa Uang Pesangon, Uang tebusan pensiun, dan tunjangan
hari tua beserta peraturan pelaksanaanya telah dimuat.

Pajak Penghasilan Pasal 21

Pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 merupakan Pajak Penghasilan yang dikenakan


atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan
nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, atau
kegiatan yang dilakukan oleh WPOP dalam negeri.

PPh pasal 21 dipotong, disetor, dan dilaporkan oleh Pemotong Pajak, yaitu pemberi
kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, badan, perusahaan dan penyelenggaraan
kegiatan

WAJIB PAJAK PPh PASAL 21

Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21:

1. Pejabat Negara

2. PNS

3. Pegawai

4. Pegawai Tetap

5. Pegawai dengan status WPLN

6. Tenaga Lepas

7. Penerima Pensiun

2020 PERPAJAKAN
2 RIATY HANDAYANI SE., M.AK.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
8. Penerima Honorarium

9. Penerima Upah

BUKAN WAJIB PAJAK PPh PASAL 21

1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat

1. Bukan WNI

2. Tidak menerima/memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya di Indonesia

3. Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik

4. Pejabat perwakilan organisasi internasional

5. Bukan WNI

6. Tidak menjalankan usaha/melakukan kegiatan/pekerjaan lain untuk


memperoleh penghasilan di Indonesia

SUBJEK PAJAK PPh PASAL 21

1. Pegawai (PNS,pegawai tetap,pegawai lepas yang memperoleh penghasilan dari


pemberi kerja secara berkala)

2. Penerima pensiun

3. Penerima honorarium

4. Penerima upah

5. Orang pribadi yang memperoleh penghasilan sehubungan dengan


pekerjaan,jasa,atau kegiatan dari pemotong pajak

PENGECUALIAN SUBJEK PAJAK

1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing dan
orang-orang yang diperbantukan kepada mereka dan bertempat tinggal sama
dengan mereka dengan syarat bukan WNI serta tidak menerima/memperoleh
penghasilan lain di luar jabatannya

2. Pejabat perwakilan organisasi internasional dengan syarat bukan WNI dan tidak
menjalankan usaha/kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia

2020 PERPAJAKAN
3 RIATY HANDAYANI SE., M.AK.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
HAK DAN KEWAJIBAN SUBJEK PAJAK

1. Pada saat mulai bekerja atau mulai pensiun, untuk mendapatkan pengurangan
PTKP, penerima penghasilan harus menyerahkan surat pernyataan kepada
pemotong pajak sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 21 yang menyatakan
jumlah tanggungan keluarga pada permulaan tahun takwin atau pada permulaan
menjadi subjek pajak DN

2. Jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong merupakan kredit pajak bagi penerima
penghasilan yang dikenakan pemotongan untuk Tahun Pajak yang besangkutan,
kecuali PPh yang bersifat final

3. Apabila WP menerima penghasilan dari pemberi kerja yang dikecualikan sebagai


pemotong pajak, maka WP tersebut harus menghitung, menyetorkan, dan
melaporkan sendiri dalam SPT atas penghasilan tersebut.

OBJEK PAJAK PPh PASAL 21

1. Penghasilan yang diterima/diperoleh pegawai/penerima pensiun secara teratur


berupa gaji,uang pensiun bulanan,upah,honorarium, tunjangan

2. Penghasilan yang diterima/diperoleh pegawai/penerima pensiun secara tidak teratur


berupa jasa produksi, tantiem, THR, gratifikasi,bonus

3. Upah harian,upah borongan,upah satuan, upah borongan yang diterima tenaga kerja
lepas

4. Uang tebusan pensiun,uang THT,uang pesangon,sehubungan dengan PHK

5. Gaji,gaji kehormatan,tunjangan lain yang terkait dengan gaji/honorarium yang


bersifat tidak tetap yang diterima oleh PNS

6. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya yang diberikan oleh bukan
WP selain pemerintah atau WP yang dikenakan PPh final dan yang dikenakan
berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed profit)

7. Honorarium,uang saku,hadiah/penghargaan, komisi,beasiswa,dan pembayaran lain


sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan,jasa:

1. Tenaga ahli

2. Olahrawan

2020 PERPAJAKAN
4 RIATY HANDAYANI SE., M.AK.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. penasihat.,pengajar,pelatih,penceramah

4. Pemain musik,pembawa acara,pelawak

5. Agen iklan

6. Peserta perlombaan

7. Penjaja barang dagangan

8. Peserta pendidikan,pelatihan,pemagangan

9. Distributor pengusaha MLM

PENGECUALIAN OBJEK PAJAK PPh PASAL 21

1. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan,asuransi jiwa,asuransi


dwiguna

2. Penerimaan dalam bentuk natura/kenikmatan kecuali penghasilan yang dipotong


PPh Pasal 21 termasuk penerimaan dalam bentuk natura/ kenikmatan yang
diberikan oleh bukan WP/WP yang dikenakan PPh final

3. Iuran pensiun dan iuran jaminan hari tua yang dibayar oleh pemberi kerja

4. Penerimaan dalam bentuk natura/ kenikmatan yang diberikan oleh pemerintah.

5. Kenikmatan berupa pajak yang ditanggung pemerintah

6. Zakat yang diterima oleh OP yang berhak dari badan/lembaga amil zakat yang
dibentuk/disyahkan oleh pemerintah

PEMOTONG PPh PASAL 21

1. Pemberi kerja yang membayar gaji,upah, honorarium,tunjangan sehubungan dengan


pekerjaan/jasa yang dilakukan oleh pegawai/ bukan pegawai

2. Bendaharawan pemerintah yang membayar gaji,upah,honorarium,tunjangan


sehubungan dengan pekerjaan/jabatan,jasa dan kegiatan

Dana pensiun,badan penyelenggara Jamsostek,dan badan lain yang membayar uang


pensiun dan THT/Jaminan Hari Tua

2020 PERPAJAKAN
5 RIATY HANDAYANI SE., M.AK.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Perusahaan,badan,BUT yang membayar honorarium sebagai imbalan sehubungan
dengan kegiatan dan jasa termasuk jasa tenaga ahli dengan status WP DN yang
melakukan pekerjaan bebas

5. Perusahaan, badan, BUT yang membayar honorarium sebagai imbalan sehubungan


dengan kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh OP dengan status WP LN

6. Yayasan,lembaga kepanitiaan,asosiasi sebagai pembayar gaji,upah sehubungan


dengan pekerjaan,jasa,kegiatan yang dilakukan OP

7. Perusahaan, badan, BUT yang membayarkan honorarium atau imbalan lain kepada
peserta pendidikan,pelatihan dan pemagangan

8. Penyelenggara kegiatan (termasuk badan pemerintah,organisasi termasuk


organisasi internal,perkumplan,OP serta lembaga lainnya yang melakukan kegiatan)
yang membayar honorarium,hadiah atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada
WPOP DN berkenaan suatu kegiatan.

KEWAJIBAN PEMOTONG PAJAK

• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP

• Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh Pasal 21 dan


Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan kalender.

• PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos atau Bank paling lama
10 hari setelah Masa Pajak berakhir.

• Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20 hari setelah Masa Pajak
berakhir.

• Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh Ps. 21/26 Untuk Setiap
Masa Pajak

• Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai Ketentuan

• Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada Penerima Penghasilan

DIKECUALIKAN SBG PEMOTONG PAJAK

1. Kantor Perwakilan Negara Asing

2. Organisasi internasional seperti IMF, ILO.

2020 PERPAJAKAN
6 RIATY HANDAYANI SE., M.AK.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Bukti Pemotongan PPh Pasal 21

• Untuk pegawai tetap/penerima pensiun berkala:

– dibuat sekali setahun (Form 1721 A1/A2)

– diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun atau pegawai berhenti

• Untuk selain pegawai tetap/penerima pensiun berkala:

– Dibuat setiap kali ada pemotongan

– Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka bukti potong dapat dibuat
sekali dalam satu bulan

• Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib dilampirkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21

Kewajiban Penerima Penghasilan

• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP

• Pegawai, Penerima Pensiun Berkala, dan Bukan Pegawai tertentu Wajib Membuat
Surat Pernyataan Yang Berisi Jumlah Tanggungan Keluarga Pada Awal Tahun
Kalender Atau Pada Saat Menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri

• Wajib Menyerahkan Surat Pernyataan Tanggungan Keluarga kpd Pemotong Pajak


Pada Saat Mulai Bekerja Atau Mulai Pensiun

• Wajib Membuat Surat Pernyataan Baru Dalam Hal Terjadi Perubahan Tanggungan
Keluarga Paling Lambat Sebelum Mulai Tahun Kalender Berikutnya.

Perlakuan Natura (Benefit in Kind)

• Natura adalah imbalan berupa barang (tangible asset) seperti beras, gula, parsel, dll.

• Kenikmatan merupakan imbalan berupa fasilitas atau manfaat langsung yang tidak
berupa barang, seperti perumahan, kesehatan, pendidikan, pajak yang ditanggung
atau dibayarkan perusahaan. Istilah lainnya benefit in kind atau fringe benefit.

• Ada dua perlakuan utama dari aspek perpajakan terhadap natura atau kenikmatan
ini yaitu pada umumnya bukan merupakan objek pajak (non-taxable) dan tidak
termasuk biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan untuk menghitung pph
terutang (non-deductible). Perlakuan ini sesuai dengan prinsip dalam pajak yaitu
taxable maka deductible, dan bila nontaxable maka nondeductible.

2020 PERPAJAKAN
7 RIATY HANDAYANI SE., M.AK.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
TARIF PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Tarif pajak yang digunakan sebagai tarif pemotongan atas penghasilan yang terutang PPh
pasal 21 yaitu tarif pajak pasal 17 UU PPh.

Besarnya tarif pajak PPh pasal 21 yang diterapkan terhadap WP yang tidak memiliki NPWP
menjadi lebih tinggi 20% dari tarif yang ditetapkan terhadap WP yang mempunyai NPWP

Saat Terutang

Pemotongan pajak penghasilan yang dilakukan oleh pihak-pihak sebagai pemotong PPh
Pasal 21 sebagaimana dimaksud pda Pasal 21 ayat 1 UU PPh tersebut terutang pada akhir
bulan dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang
bersangkutan tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.

Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) tahun 2016 kembali dinaikkan oleh
pemerintah. Kenaikan PTKP 2016 terbilang cukup cepat mengingat pada tahun 2015
pemerintah juga sempat menaikkan besarnya PTKP. PTKP berfungsi sebagai pengurang
dalam perhitungan pajak penghasilan. Kenaikan PTKP 2016 ini tentu merupakan kabar
gembira, karena dengan demikian pajak penghasilan yang dipotong untuk karyawan
menjadi lebih kecil. Selain itu, aturan PTKP terbaru ini berlaku surut untuk tahun 2016. Yang
artinya perhitungan PTKP ini berlaku dari awal bulan Januari 2016.

2020 PERPAJAKAN
8 RIATY HANDAYANI SE., M.AK.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
PTKP 2016 naik sebesar 50% dibandingkan dengan PTKP 2015. Jika pada
tahun 2015 untuk pegawai dengan status TK/0 PTKP-nya sebesar Rp 36.000.000 maka
untuk tahun 2016 ini PTKP naik menjadi Rp 54.000.000. Dan untuk setiap tambahan
tanggungan akan mendapat penambahan PTKP sebesar 4,5 juta. Berikut ini adalah
tabel kenaikan ptkp 2016 sesuai dengan aturan PMK Nomor 101/PMK.010/2016

No Keterangan Besaran PTKP

1 Wajib Pajak Orang Pribadi Rp 54.000.000,00

2 Tambahan Wajib Pajak yang kawin Rp   4.500.000,00

Tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya


3 Rp 54.000.000,00
digabung dengan penghasilan suami

Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dalam


4 garis keturunan lurus satu derajat yang menjadi tanggungan Rp   4.500.000,00
sepenuhnya, contoh: ayah, ibu, dan anak

Tambahan untuk setiap anggota keluarga semenda dalam


5 garis keturunan lurus yang menjadi tanggungan sepenuhnya, Rp   4.500.000,00
contoh: mertua dan anak tiri serta anak angkat

Tarif Pajak PPh Pasal 21 Berdasarkan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
Tentang Pajak Penghasilan

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima 5%


puluh juta rupiah) (lima persen)

di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh


juta rupiah) sampai dengan 15%
Rp250.000.000,00 (dua ratus lima (lima belas persen)
puluh juta rupiah)

di atas Rp 250.000.000,00 (dua ratus


25%
lima puluh juta rupiah) sampai dengan
(dua puluh lima
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
persen)
rupiah)

di atas Rp500.000.000,00 (lima ratus 30%

2020 PERPAJAKAN
9 RIATY HANDAYANI SE., M.AK.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
juta rupiah) (tiga puluh persen)

PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Anggota Keluarga Yang Berhak Ditanggung

1. Anggota keluarga yang berhak ditanggung dalam PTKP yaitu anggota keluarga yang
tidak mempunyai penghasilan dan seluruh biaya hidupnya ditanggung oleh kepala
keluarga (wajib pajak).

2. Anggota keluarga tersebut adalah berasal dari anggota keluarga sedarah dan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus juga termasuk anak angkat.

3. Anak kandung, orang tua kandung dan mertua. Khusus untuk anak angkat yang
berhak masuk dalam PTKP dibatasi sampai usia belum dewasa (belum 18 tahun)
dan belum memiliki penghasilan.

2020 PERPAJAKAN
10 RIATY HANDAYANI SE., M.AK.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Jumlah tanggungan ini juga diberi batasan maksimal 3 orang saja. Dokumen yang
digunakan sebagai bukti tanggungan yang masuk dalam PTKP dapat berupa surat
pernyataan PTKP, yang dibuat oleh karyawan dan dapat diperbaharui jika ada
perubahan jumlah tanggungannya.

Penghitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap

Penghitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap dan penerima pensiun berkala dibedakan
menjadi 2 (dua):

1. Penghitungan PPh Pasal 21 masa atau bulanan yang rutin dilakukan setiap bulan
dan

2. Penghitungan kembali yang dilakukan setiap masa pajak Desember (atau masa
pajak dimana pegawai berhenti bekerja).

Contoh Penghitungan PPh Pasal 21 Pegawai tetap

Perhitungan PPh 21 menggunakan PTKP yang lama (selama bulan Januari – Juni
2016):

Andi Ahmad pada tahun 2016 bekerja pada perusahaan PT Abadi Selamat dengan
memperoleh gaji sebulan Rp 5.000.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp
100.000,00. Andi menikah tetapi belum mempunyai anak. Penghitungan PPh Pasal 21
adalah sebagai berikut :

Gaji sebulan                                                                                                     Rp 5.000.000,00

Pengurangan :

1. Biaya Jabatan : 5% x Rp 5.000.000,00       Rp 250.000,00

2. Iuran pensiun                                             Rp 100.000,00 (+)       Rp 350.000,00 (-)

Penghasilan neto sebulan                                                                              Rp 4.650.000,00

Penghasilan neto setahun adalah 12 x Rp 4.650.000,00 =                          Rp 55.800.000,00

PTKP setahun

2020 PERPAJAKAN
11 RIATY HANDAYANI SE., M.AK.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
– untuk WP sendiri                                            Rp 36.000.000,00

– tambahan WP kawin                                   Rp 3.000.000,00 (+)           Rp 39.000.000,00 (-)

Penghasilan Kena Pajak setahun                                                                  Rp 16.800.000,00

PPh Pasal 21 terutang :

5% x Rp 16.800.000,00 = Rp 840.000,00

PPh Pasal 21 sebulan :

Rp 840.000,00 : 12 = Rp 70.000,00

Perhitungan PPh 21 menggunakan PTKP yang baru (selama tahun 2016):

Andi Ahmad pada tahun 2016 bekerja pada perusahaan PT Abadi Selamat dengan
memperoleh gaji sebulan Rp 5.000.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp
100.000,00. Andi menikah tetapi belum mempunyai anak. Penghitungan PPh Pasal 21
adalah sebagai berikut :

Gaji sebulan                                                                                                     Rp 5.000.000,00

Pengurangan :

1. Biaya Jabatan : 5% x Rp 5.000.000,00          Rp 250.000,00

2. Iuran pensiun                                                 Rp 100.000,00 (+)       Rp 350.000,00 (-)

Penghasilan neto sebulan                                                                               Rp 4.650.000,00

Penghasilan neto setahun adalah 12 x Rp 4.650.000,00 =                         Rp 55.800.000,00

PTKP setahun

– untuk WP sendiri                                            Rp 54.000.000,00

– tambahan WP kawin                                    Rp 4.500.000,00 (+)          Rp 58.500.000,00 (-)

Penghasilan Kena Pajak setahun                                                             Rp 0,00

PPh Pasal 21 terutang :

5% x Rp 0,00 = Rp 0,00

PPh 21 Masa Januari – Desember 2016 terutang =                              Rp. 0,00

2020 PERPAJAKAN
12 RIATY HANDAYANI SE., M.AK.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
PPh 21 Masa Januari – Juni 2016 yang telah disetor =                       Rp. 420.000,00

Terdapat Lebih bayar PPh 21 tahun 2016 sebesar Rp. 420.000,00, dan jika atas lebih
bayar tersebut perlakuannya sama dengan lebih bayar yang timbul karena kenaikan
PTKP 2015, maka atas lebih bayar tersebut dapat dikompensasikan pada masa pajak
berikutnya / tahun 2017.

Penghit PPh Pasal-21 atas Pensiun bulanan

ontoh Perhitungan PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Yang Diterima Oleh Penerima
Pensiun Berkala Yang Dibayarkan Secara Bulanan Tahun Pajak 2016 :

Sutono sebagai pensiunan yang memperoleh uang pensiun bulanan dari Dana Pensiun
Mandiri dengan status menikah tanpa anak memperoleh penghasilan bulanan berupa uang
pensiun sebesar Rp.6.000.000,- setiap bulan

PPh Pasal 21 Terutang Atas Uang Pensiun adalah :

Pensiun 1 bulan : 6.000.000

Biaya Pensiun :
200.000
(5 % x 6.000.000 ) (Maksimal 200.000)

Penghasilan Neto sebulan :


5.800.000
(6.000.000-200.000)

Pensiun 1 Tahun :
69.600.000
(12 x 5.800.000)

PTKP (K/0) : :

-Diri Sendiri : 54.000.000 58.500.000

-Status Kawin : 4.500.000

Penghasilan Kena Pajak :


11.100.000
(69.600.000 -58.500.000)

PPh Terutang setahun : 555.000

(5 % x 11.100.000)

2020 PERPAJAKAN
13 RIATY HANDAYANI SE., M.AK.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
PPh Pasal 21 sebulan :
46.250
(555.000/ 12 )

Jadi PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh Dana Pensiun Mandiri atas penghasilan
Sutono adalah :

 PPh Pasal 21 setahun sebesar Rp. 555.000,-

 PPh Pasal 21 sebulan sebesar Rp. 46.250,-

Pajak atas Pegawai Tidak Tetap (Upah Harian/Mingguan/Satuan/Borongan)

Penghitungan pajak atas penghasilan mempunyai cara perhitungan yang berbeda-beda,


berikut ini akan dibahas mengenai tata cara penghitungan pajak atas pegawai tidak tetap
berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan. Letak perbedaan
penghitungan pajak atas pegawai tidak tetap ini terletak pada jumlah waktu pegawai
tersebut. Pegawai tidak tetap biasanya bekerja dengan waktu yang tidak menentu atau
dapat dikatakan berubah-ubah tergantung kondisi yang terkait, seperti dilihat dari banyaknya
unit yang dikerjakan atau tergantung selesainya pekerjaan dan sebagainya. Lain halnya
dengan pegawai tetap yang sudah pasti diberikan gaji setiap bulan.  

Definisi Pegawai tidak tetap

Pegawai tidak tetap adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan bila bekerja,
menurut jumlah hari bekerja, menurut jumlah unit hasil pekerjaan, dan menurut
penyelesaian suatu pekerjaan. Penghasilan pegawai tidak tetap berupa upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan. Berikut
merupakan pengertian dari jenis pegawai tidak tetap:

1. Upah harian adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang
terutang atau dibayarkan secara harian.

2. Upah mingguan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai
yang terutang atau dibayarkan secara mingguan.

3. Upah satuan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang
terutang atau dibayarkan berdasarkan jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan.

2020 PERPAJAKAN
14 RIATY HANDAYANI SE., M.AK.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Upah borongan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai
yang terutang atau dibayarkan berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan
tertentu.

Teknis Perhitungan

Dalam melakukan pengitungan pajak penghasilan pegawai tidak tetap berupa upah harian,
mingguan, satuan maupun borongan dapat dikenakan pajak dengan batas penghasilan
lebih dari Rp200.000 dalam satu hari. Berikut adalah tabel yang menguraikan batas
penghasilan yang dikenakan pajak:

Tabel 1 Penjelasan Tentang Batas Pajak Penghasilan

Untuk lebih memahami tabel diatas, berikut merupakan teknis penghitungan upah
harian/mingguan/satuan/borongan:

1.    Jika total upah sebulan lebih dari Rp2.025.000

2020 PERPAJAKAN
15 RIATY HANDAYANI SE., M.AK.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 1 Skema Penghitungan PPh Jika Upah Sebulan Lebih dari Rp2.025.000

2.    Jika total upah sebulan lebih dari Rp7.000.000

Gambar 2 Skema Penghitungan PPh Jika Upah Sebulan Lebih dari Rp7.000.000

Contoh Perhitungan

2020 PERPAJAKAN
16 RIATY HANDAYANI SE., M.AK.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Berikut merupakan contoh penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh pegawai tidak tetap berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah
borongan.

Gambar 3 Penghitungan Upah Harian 1

2020 PERPAJAKAN
17 RIATY HANDAYANI SE., M.AK.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
 Gambar 4 Penghitungan Upah Harian 2

Gambar 5 Penghitungan Upah Satuan

2020 PERPAJAKAN
18 RIATY HANDAYANI SE., M.AK.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
 

Gambar 6 Penghitungan Upah Borongan

Gambar 7 Penghitungan Upah Dibayarkan Secara Bulanan

2020 PERPAJAKAN
19 RIATY HANDAYANI SE., M.AK.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Penghitungan PPh Pasal 21 atas honorarium komisaris yang tidak merangkap
sebagai Pegawai Tetap.

Contoh penghitungan PPh Pasal 21 atas honorarium komisaris yang tidak merangkap
sebagai Pegawai Tetap.

Aulia Rais adalah seorang komisaris di PT Media Primatama, yang bukan sebagai pegawai
tetap.
Dalam tahun 2013, yaitu bulan Desember 2013 menerima honorarium sebesar Rp
60.000.000,00
  PPh Pasal 21 yang terutang adalah:
  5% x Rp50.000.000,00  = Rp  2.500.000,00
  15% x Rp10.000.000,00  = Rp  1.500.000,00
 PPh Pasal 21 yang harus dipotong     Rp  4.000.000,00

 Apabila dalam tahun kalender yang bersangkutan, dibayarkan penghasilan kepada yang
bersangkutan lebih dari 1 (satu) kali, maka PPh Pasal 21 atas pembayaran penghasilan
yang
berikutnya dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah
penghasilan bruto kumulatif yang diterima dengan memperhitungkan penghasilan yang telah
diterima sebelumnya.

PPh 21 atas Peserta Kegiatan

Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan


keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, dapat dikelompokkan menjadi :

1.       Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga, seni,
ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan perlombaan lainnya

2.       Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja

3.       Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan
tertentu

4.       Peserta pendidikan, pelatihan, dan magang

5.       Peserta kegiatan lainnya.

2020 PERPAJAKAN
20 RIATY HANDAYANI SE., M.AK.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tarif berdasarkan Pasal 17 (1) huruf a Undang Undang Pajak Penghasilan jumlah
penghasilan bruto untuk setiap kali pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah, yang
diterima oleh peserta kegiatan.

Contoh :

1) Adi pemain tenis yang tinggal di Bandung, menjadi juara dalam turnamen dan mendapat
hadiah Rp 30.000.000,00. PPh Pasal 21 yang terutang atas turnamen adalah

5% x Rp 30.000.000,00 = Rp 1.500.000,00

2)  Abdurahim adalah seorang pemain bulu tangkis profesional yang bertempat tinggal di
Indonesia. Ia menjuarai turnamen Indonesia Terbuka dan memperoleh hadiah sebesar Rp
200.000.000,00. 

PPh Pasal 21 yang terutang atasadiah turnamen Indonesia Terbuka tersebut adalah :

*Berdasarkan tarif pada pasal 17 (1)

5% x Rp50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00

15%x Rp 150.000.000,00 = Rp22.500.000,00

Jumlah PPh yang dipotong = Rp 25.000.000,00

2020 PERPAJAKAN
21 RIATY HANDAYANI SE., M.AK.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

A. Teguh Hadi Wardoyo, Amin Subiyakto, Sapto W, Pajak Terapan Brevet A&B, Tangerang,
Taxsys
B. Waluyo, Wirawan, Perpajakan Indonesia, Cetakan Terbaru, Jakarta, Salemba Empat
C. UU No 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, berikut
Peraturan Pelaksananya
D. UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
E. UU No 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, berikut Peraturan Pelaksananya
F. Mardiasmo

2020 PERPAJAKAN
22 RIATY HANDAYANI SE., M.AK.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai