Bahanajar 3
Bahanajar 3
PELAJARAN SATU
TRI PURUSHA
PELAJARAN DUA
KEPEMIMPINAN
SARANA PERSEMBAHYANGAN
A. Sarana-sarana Persembahyangan
a.1 Bunga
Bunga banyak jenisnya dan banyak warnanya. Bunga yang biasa digunakan
sebagai sarana sembahyang seperti; bunga Kenanga/sandat, bunga Cempaka, Bunga
Teratai/Tunjung, bunga Kamboja, bunga Mawar, bunga Pacar Galuh, bunga Gumitir,
dan lain-lain.
Bunga yang baik untuk digunakan sebagai sarana sembahyang adalah :
- bunga yang segar,
- bunga yang berbau harum,
- bunga yang tidak digigit serangga,
- bunga yang tidak tumbuh di kuburan
- bunga yang tidak layu
- bunga yang tidak jatuh dengan sendirinya dari
tangkainya.
a. 2 Kwangen
Kwangen dibuat dari bahan daun pisang untuk membuat kojong Kwangen,
janur untuk membuat sampian kwangen, uang bolong atau pis bolong, porosan silih
asih, daun kayu atau plawa dan bunga. Kwangen digunakan dalam persembahyangan
Panca Sembah pada sembah ketiga yaitu pada pemujaan Ista Dewata di tempat
melaksanakan persembahyangan.
a. 3 Dupa
Dupa sangat diperlukan dalam melaksanakan persembahyangan. Dupa biasanya
dihidupkan sebelum pelaksanaan sembahyang. Dupa yang dinyalakan dan asapnya
yang mengepul ke atas serta baunya yang harum merupakan lamabang Dewa Agni
yaitu dewanya Api yang diyakini sebagai saksi dan dapat menggiring pikiran untuk
lebih khusuk bersembahyang. Jenis Dupa sekarang sudah sangat banyak, ada dupa
yang dibuat di Indonesia, ada juga Dupa yang didatangkan khusus dari India atau dari
Filipina yang memiliki aroma/bau yang sangat harum. Dupa dalam penggunaannya
ditancapkan di depan kita duduk. Penggunaan Dupa diawali dengan menyalakan dupa
dengan mantram “Om Ang Dupa Dipastraya Namah Swaha”
a. 4 Tirtha atau air
Air adalah sumber kehidupan. Air yang sudah disucikan di sebut Tirtha. Tirtha
adalah air suci yang biasa dibuat oleh Sulinggih atau Pedanda. Tirtha yang dibuat oleh
Sulinggih seperti Tirtha Palukatan, Tirtha Pengening, Tirtha Penembak, Tirtha
Pemanah.
Selain Tirtha yang dibuat oleh Sulinggih ada juga tirtha yang dimohon langsung
kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, seperti; Tirtha di Gunung Agung, Tirtha di Pura
Lempuyang, Tirtha di Pura Batur, Tirtha Tunggang, Tirtha Pingit di Besakih. Di Desa
Sibetan, ada tempat tirtha yang merupakan tirtha yang diciptakan oleh Tuhan
namanya adalah; Tirtha Mengkeb, Tirtha Jaga Satru dan Tirtha Tista.
a. 5 Bija
Bija artinya biji atau benih. Bija dibuat dari beras yang utuh atau tidak patah
dengan cara dibersihkan dan direndam dengan air dan air cendana. Bija sebelum
digunakan hendaknya dihaturkan terlebih dahulu di pelinggih tempat sembahyang.
Setelah selesai sembahyang barulah dimohon untuk digunakan. Untuk menggunakan
Bija ada mantramnya. Untuk penggunaan Bija di Dahi, dengan mantram: “ Om Sriyam
Bhawantu”. Unruk penggunaan Bija di tenggorokan, dengan mantram: “ Om Sukham
Bhawantu”. Bija juga ditelan sebanyak 3 biji dengan mantram; “Om Purnam Bhawantu,
Om Ksama Sampurnaya namah Swaha”
b.1 Bunga
Bunga sebagai lambang ketulusikhlasan pikiran yang suci. Hal ini disebutkan
dengan istilah “ Sekare pinaka katulusan pikayunane suci”.
Fungsi bunga ada dua, yaitu:
a. Bunga berfungsi sebagai simbul Tuhan (Siwa). Bunga berfungsi sebagai
simbul Tuhan digunakan pada cakupan kedua belah tangan pada saat menyembah dan
setelah selesai menyembah biasanya disuntingkan pada telinga.
b. Bunga berfungsi sebagai sarana persembahan. Yaitu bunga digunakan
untuk mengisi upacara atau sesajen yang akan dihaturkan kepada Tuhan maupun roh
suci leluhur. Bunga juga melambangkan hati kita yang suci dan tulus.
b.2 Kwangen
Kwangen adalah lambang kesucian dan lambang Ongkara ( 3 ) merupakan
perwujudan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Fungsi Kwangen adalah sebagai sarana untuk mengungkapkan kesucian hati
kehadapan Ida Sang Hyang Widhi. Cara pemakaian Kwangen adalah Adu Muka artinya
muka Kwangen atau bagian yang kelihatan uang bolonganya berhadapan dengan
wajah/muka orang yang menggunakan Kwangen.
b. 3 Dupa
Dupa atau Api adalah simbul Sang Hyang Agni yang berfungsi sebagai saksi
dan pengantar sembah kita kehadapan Sang Hyang Widhi.
b.4 Air atau Tirtha
Air merupakan sarana sembahyang yang sangat penting. Air melambangkan
sumber kehidupan, tanpa air kita tidak bias hidup. Ada dua jenis air yang dipakai
dalam sembahyang, yaitu air untuk membersihkan mulut dan tangan serta air suci
yang disebut Tirtha.
Tirtha ada dua macam, yaitu tirtha yang didapat dengan memohon kepada
Tuhan dan Betara-Betari dan Tirtha yang dibuat oleh Sulinggih dengan mantra/puja.
Tirtha berfungsi untuk membersihkan diri dari kotoran maupun kecemaran
pikiran dengan cara dipercikkan di kepala, diminum dan diusapkan di wajah sebagai
simbul pembersihan Sabda, Bayu dan Idep.
b.5 Bija, Wija
Bija atau Wija adalah beras yang disucikan dengan air atau air cendana sebagai
lambang Hyang Kumara yaitu Putra atau Wija Bhatara Siwa. Fungsi kita memakai Wija
adalah untuk menumbuhkembangkan benih kesiwaan di dalam diri kita.
PELAJARAN EMPAT
HARI SUCI
Selain berdasarkan pupuh di atas, berikut ini nama-nama hari suci Hindhu dan
pelaksanaannya:
a. Purnama : dilaksanakan setiap 30 hari
b. Tilem : dilaksanakan setiap 30 hari sekali
c. Galungan : dilaksanakan setiap 210 hari sekali pada Rebo Kliwon
Dunggulan
d. Kuningan : dilaksankan setiap 210 hari sekali pada Sabtu Kliwon
Kuningan
e. Saraswati : dilaksanakan setiap 210 hari sekali pada Sabtu Umanis
Watugunung
f. Pagerwesi : dilaksanakan setiap 210 hari sekali pada Rebo Kliwon Sinta
g. Siwaratri : dilaksanakan setiap 1 tahun sekali pada purwanining Tilem
Sasih Kepitu
h. Nyepi : dilaksanakan setiap 1 tahun sekali pada Penanggal apisan
Sasih Kedasa.
PELAJARAN LIMA
CATUR PARAMITHA
DAN
TRI PARĀRTHA
CATUR PARAMITHA
TRI PARARTHA
A. Arti Tri Parartha
Tri Parartha terdiri atas dua kata yaitu kata Tri dan Parartha. Tri berarti tiga,
sedangkan Parartha berarti kesejahteraan atau kebahagiaan orang lain.
Jadi Tri Parartha berarti tiga macam perbuatan untuk mewujudkan
kesejahteraan dan kebahagiaan orang lain.
Sebagaimana kata Tri yang berarti tiga, maka bagian-bagian Tri Parartha seperti
yang disebutkan di atas jumlahnya ada tiga yaitu:
a. Asih,
b. Punia, dan
c. Bakti
B.1 Asih
Asih atau Cinta Kasih artinya menyayangi dan mengasihi sesama makhluk
sebagaimana mengasihi diri sendiri. Sikap cinta kasih dan welas asih sangat perlu
dipupuk sejak kecil.
B.2 Punia
Punia artinya perwujudan cinta kasih kepada sesama yang diwujudkan dengan
saling menolong dengan memberikan sesuatu berupa harta yang kita miliki secara
ikhlas dan berguna.
Pemberian harta benda atau Punia dibedakan menjadi 4 jenis, meliputi:
a. Pemberian dana berupa makanan disebut: Kanista Dana
b. Pemberian dana berupa pakaian disebut Madyama Dana
c. Pemberian dana berupa pelayanan/istri disebut: Utama Dana dan
d. Pemberian berupa ilmu pengetahuan disebut Atyanta Dana atau Utamaning
Dana.
B.3 Bakti
Bakti artinya perwujudan hati nurani berupa cinta kasih dan sujud bakti kepada
Ida Sang Hyang Widhi Wasa, orang tua, guru dan pemerintah. Sujud bakti kepada
Tuhan dilaksanakan sebagai rasa terima kasih kepada Tuhan atas segala anugerah-Nya.
Berbakti kepada orang tua karena orang tua telah berjasa melahirkan,
membesarkan dan merawat kita dari sejak lahir sampai kita besar atau dewasa.
Bakti kepada Guru karena gurulah yang telah berjasa mendidik dari tidak bisa,
dari tidak tahu menjadi bisa dan menjadi tahu, sehingga guru disebut Pahlawan Tanpa
Tanda Jasa.
Berbakti kepada pemerintah karena pemerintah telah berjasa memberikan
perlindungan, memberikan keamanan, memenuhi kebutuhan hidup manusia, dan
memberikan pelayanan kepada kita.
PELAJARAN ENAM
TRI MANDALA
A. Arti Tri Mandala
Tri berarti tiga dan Mandala berarti wilayah, sehingga Tri Mandala berarti tiga
wilayah yang terdapat dalam tempat suci. Tri Mandala hanya terdapat pada tempat
suci Hindu.
Tempat suci agama Hindhu banyak namanya seperti; candi, pura, kuil, balai,
mandir, pelangkiran, dll.
Mandala pertama disebut Nista Mandala yaitu bagian paling luar dari tempat
suci atau sering disebut jaba sisi atau jaba pisan. Di bagian luar Nista Mandala biasanya
terdapat Candi Bentar.
Mandala kedua disebut Madya Mandala yaitu bagian tengah dari tempat suci
yang sering disebut Jaba Tengah. Pada Madya Mandala biasanya terdapat bangunan
berupa Sanggah Apit Lawang, Bale Pesangkepan, dan Pwaregan. Pembatas antara
Madya Mandala dengan Utama Mandala adalah berupa Candi Kurung atau Candi
Bentar.
Mandala ketiga adalah Utama Mandala yaitu bagian yang paling disucikan dari
tempat suci. Utama Mandala sering disebut Jeroan, karena di Utama Mandala inilah
letak dari pelinggih-pelinggih penting pura.
Jadi bagian-bagian dari Tri Mandala, meliputi:
a. Nista Mandala,
b. Madya Mandala, dan
c. Utama Mandala.
PELAJARAN TUJUH
ORANG SUCI
A. Tugas dan Kewajiban Orang Suci
Pengertian Orang Suci
Orang suci adalah orang yang memiliki kesucian hati dan pikiran serta dapat
menghubungkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi. Dalam Agama Hindu ada
beberapa jenis orang suci. Untuk lebih mudah memahami dan mengingat jenis-jenis
orang suci, di bawah ini disajikan 2 pupuh yang berkaitan dengan orang suci, yakni;
Pupuh Mijil
Jéro Mangku
Nganggen wastra putih,
Sajéroning ngantéb,
Upacara Agama Hindune,
Nunas tirtha ring para Sulinggih,
Ngastawa Hyang Widhi,
Mangdane sami rahayu.
Pupuh Kumambang
DAFTAR PUSTAKA
Ngurah, I Gusti Made dan I.B Rai Wardhana. 2003. Doa Sehari-hari Menurut Hindu.
Proyek Peningkatan Pendidikan Agama HinduBali.
Sumartawan, I Ketut. 2009. Widya Upadesa Buku Pelajaran Agama Hindu Untuk SD Kelas
3. Denpasar: Widya Darma.
Sumarna, I Wayan. 2005. Pendidikan Agama Hindu SD Kelas III Semester I dan II.
Denpasar: Pustaka Tarukan Agung.
Sumarni, Ni Wayan. 2008. Agama Hindu Widya Karma Untuk Siswa SD kelas 3. Denpasar:
Dwi Jaya Mandiri.
Wisnu Wardana, Cokorda Putra. 2007. Buku Pedoman Belajar Semara Ratih Pendidikan
Agama Hindu kelas 3. Denpasar: Tri Agung.