Laporan PKPA Rumah Sakit - Anis Ilahi - 3351181417 PDF
Laporan PKPA Rumah Sakit - Anis Ilahi - 3351181417 PDF
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
petunjuk, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Laporan
Praktik Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo
Kota Tasikmalaya”.
Penyusunan laporan ini bertujuan untuk melengkapi salah satu syarat mengikuti ujian
apoteker pada Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas
Jenderal Achmad Yani.
Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis mendapatkan banyak pengarahan,
dukungan moral dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Afifah B. Sutjiatmo, MS., Apt. selaku selaku Dekan Fakultas Farmasi,
Universitas Jenderal Achmad Yani.
2. Dr. Sri Wahyuningsih, M.Si. selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker,
Fakultas Farmasi, Universitas Jendral Achamd Yani.
3. Dra. Pudjiastuti Kartidjo M.Si., Apt. selaku Koordinator Praktek Kerja Profesi
Apoteker di Rumah Sakit.
4. Prof. Dr. Afifah B. Sutjiatmo, MS., Apt. selaku Pembimbing Praktek Kerja
Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit, Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas
Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani.
5. Dra. Hj. Latifah., Apt selaku Kepala Instalasi Farmasi RSUD Dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya dan selaku pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker.
6. Erwin Yuliana S, S.Si.,Apt. selaku koordinator Unit Pelayanan Farmasi Rawat
Jalan RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya.
7. Nurul Aini, S.Far.,Apt. selaku koordinator Unit Pelayanan Farmasi Rawat Inap
dan IGD RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya.
8. Fifith Fitriani, S.Farm.,Apt. selaku koordinator Farmasi Klinik RSUD dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya.
i
9. Seluruh staf dan karyawan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tasikmalaya, atas
semua bantuan dan kerjasamanya selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi
Apoteker.
Akhirnya, penulis berharap semoga laporan praktek kerja profesi apoteker di rumah
sakit ini dapat menambah dan memperluas wawasan dalam bidang kesehatan,
khususnya bidang kefarmasian.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker ................................... 2
1.3 Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker ........................... 2
BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT ......................................... 3
2.1 Rumah Sakit ............................................................................. 3
2.2 Struktur Organisasi RSUD dr. Soekardjo ................................ 3
2.3 Tim Farmasi dan Terapi ........................................................... 3
2.4 Instalasi Farmasi Rumah Sakit ................................................. 4
2.5 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP ...... 6
2.6 Pelayanan Farmasi Klinik ......................................................... 10
BAB III TUGAS KHUSUS .......................................................................... 13
3.1 Pendahuluan .............................................................................. 13
3.2 Tinjauan Pustaka ....................................................................... 14
3.3 Uraian obat yang digunakan...................................................... 16
3.4 Pelaksanaan Pemantauan Terapi Obat ...................................... 17
3.5 Pembahasan ............................................................................... 21
3.6 Kesimpulan .............................................................................. 23
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 24
4.1 Kesimpulan .............................................................................. 24
4.2 Saran .......................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 25
LAMPIRAN .................................................................................................. 26
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
III. 1 Catatan Perkembangan Pasien ................................................................... 17
III. 2 Tanda-tanda Vital Pasien .......................................................................... 18
III. 3 Pemeriksaan Laboratorium ........................................................................ 18
III. 4 Data Penggunaan Obat Pasien ................................................................... 19
III. 5 Ketepatan Dosis ........................................................................................ 19
III. 6 Ketepatan Indikasi ..................................................................................... 20
III. 7 Masalah Terkait Obat ................................................................................. 21
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
II.1 Struktur Organisasi RSUD dr. Soekardjo ................................................. 26
II.2 Struktur Organisasi IFRS dr. Soekardjo ................................................... 27
II.3 Contoh copy resep...................................................................................... 28
II.4 Contoh lembar resep .................................................................................. 28
II.5 Contoh etiket obat dalam ........................................................................... 29
II.6 Contoh etiket obat luar............................................................................... 29
II.7 Contoh kemasan serbuk ............................................................................. 30
II.8 Contoh kemasan padat ............................................................................... 30
II.9 Alur pelayanan resep unit pelayanan farmasi rawat jalan ......................... 31
II.10 Alur pelayanan di unit pelayanan farmasi rawat inap ............................... 32
II.11 Alur pelayanan resep IGD ......................................................................... 33
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
oleh pasien dengan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan bekerja sama
dengan tenaga kesehatan lainnya. Apoteker dituntut untuk merealisasikan perluasan
paradigma pelayanan kefarmasian dari orientasi produk menjadi orientasi pasien.
Untuk itu kompetensi Apoteker perlu ditingkatkan secara terus menerus.
2
BAB II
TINJAUAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOEKARDJO
KOTA TASIKMALAYA
3
Formularium RSUD dr.Soekardjo edisi terakhir adalah pada tahun 2017.
Pembuatan dan penyusunan Formularium Rumah Sakit ini dibuat oleh Tim
Farmasi dan Terapi.
Tugas TFT di RSUD dr. Soekardjo adalah sebagai berikut :
1. Mengembangan kebijaksanaan tentang penggunaan obat di rumah sakit
2. Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam formularium
rumah sakit
3. Mengembangkan standar terapi
4. Mengidentifikasi permasalahan dalam pengembangan obat
5. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunan obat yang rasional
6. Mengkoordinir penatalaksanaan ROTD
7. Mengkoordinir penatalaksanaan medication error
8. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di RS.
4
3) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang
telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
4) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit
5) Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku
6) Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian
7) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah
sakit
b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
1) Mengkaji instruksi pengobatan/ resep pasien
2) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat
dan alat kesehatan
3) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan
alat kesehatan
4) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan
5) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/ keluarga
6) Memberi konseling kepada pasien/keluarga
7) Melakukan pencatatan setiap kegiatan
8) Melaporkan setiap kegiatan
5
2. Koordinator Gudang Farmasi
3. Koordinator Pelayanan Farmasi Rawat Jalan
4. Koordinator Pelayanan Farmasi Rawat Inap dan IGD
5. Koordinator Pelayanan Farmasi Bedah Sentral
6. Koordinator Farmasi Klinik
7. Koordinator Managemen Mutu
8. Administrasi Farmasi
9. Pejabat Pengadaan
10. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiataan
2.5.1 Pemilihan
Pemilihan obat di RSUD dr. Soekardjo dilakukan oleh TFT dengan mengacu pada
formularium nasional, ditambah beberapa obat non formularium nasional yang
diusulkan dan disetujui oleh komite medik serta direktur rumah sakit.
6
2.5.2 Perencanaan
Kegiatan perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan BMHP di RSUD dr.
Soekardjo dilakukan oleh tim perencanaan, berdasarkan pola konsumsi yaitu
berdasarkan pola penggunaan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
pada periode sebelumnya. Perencanaan disesuaikan dengan anggaran yang
tersedia di rumah sakit.
2.5.3 Pengadaan
Pengadaan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
dengan cara pembelian dilakukan dengan sistem e-purchasing, daftar obat
mengacu keharga yang tertera di e-katalog. Untuk obat yang tidak ada di e-katalog
pembelian dengan sistem manual. Surat pesanan dibuat oleh pejabat pengadaan
dan ditanda tangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), kecuali obat
narkotika dan psikotropika ditanda tangani oleh kepala IFRS. Pengadaan dengan
cara produksi di di RSUD dr. Soekardjo meliputi pengemasan kembali sediaan
farmasi yang lebih kecil/repacking dan pembuatan kasa steril. Hibah/dropping
berasal dari pemerintah yang meliputi obat TBC, HIV, Hepatitis B, vaksin dan
metadon. Contoh surat pesanan narkotika dapat dilihat pada Lampiran 7, Gambar
II.7. Contoh surat pesanan psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 7 Gambar
II.8.
2.5.4 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Penerimaan barang di Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya dilakukan oleh petugas gudang
farmasi dengan melakukan pengecekan kesesuaian surat pesanan (SP) dan faktur,
meliputi nama obat, jumlah, harga, nomor batch dan expire date. Apabila hasil
pengecekan sesuai maka dilakukan penerimaan barang oleh petugas penerimaan
barang di gudang serta faktur di tanda tangani oleh petugas penerimaan barang.
Kemudian barang diinput ke dalam komputer dan disimpan di gudang farmasi.
7
2.5.5 Penyimpanan
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian.
Sistem penyimpanan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya di gudang farmasi maupun di unit pelayanan
disimpan berdasarkan stabilitas, jenis perbekalan, bentuk sediaan dan serta
disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip FIFO (First In First Out) dan
FEFO (First Expired First Out). Denah gudang farmasi RSUD dr. Soekardjo
dapat dilihat pada Lampiran 8, Gambar II.9. Obat high alert disimpan di lemari
khusus dan diberi label high alert disetiap kemasan obat,box, maupun ampulnya.
Obat LASA (Look Alike Sounds Alike) tidak disimpan berdekatan pada rak
penyimpanan obat. Obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan dalam
lemari khusus dan kunci ganda.
2.5.6 Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/
menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dari
tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin
mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Sistem distribusi di unit
pelayanan di RSUD dr. Soekardjo dapat dilakukan dengan cara sistem persediaan
lengkap di ruangan (floor stock), sistem resep perorangan, resep perhari dan
sistem kombinasi. Pendistribusian dari unit pelayanan kepada pasien dilakukan
metode resep perorangan untuk apotek rawat jalan & resep perhari untuk rawat
inap, dimana obat diberikan untuk satu hari pemakaian. Pengeluaran perbekalan
farmasi didasarkan pada sistem FIFO dan FEFO.
8
bila produk dicabut izin edarnya. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya baru sekali melakukan pemusnahan perbekalan farmasi yaitu, pada
tahun 2013. Pelaksanaan pemusnahan perbekalan farmasi bekerja sama dengan
pihak ke tiga yaitu PT. Medivest. Untuk sediaan narkotik dan psikotropik sebelum
dilakukan pemusnahan harus dilaporkan terlebih dahulu kepada dinas kesehatan
setempat dan BPOM. Proses pemusnahan diawasi oleh perwakilan dinas
kesehatan dan BPOM dan dibuat berita acara pemusnahan.
2.5.8 Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk menghindari terjadinya kelebihan atau kekosongan
persediaan di instalasi farmasi. Cara pengendalian di RSUD dr. Soekardjo ini
dilakukan dengan menghitung pemakaian dalam periode tertentu dan menghitung
ketersediaan obat serta expired date-nya melalui kegiatan stock opname yang
dilakukan satu bulan sekali. Obat-obat yang telah expired dipisahkan dan
dikeluarkan dari rak pelayanan. Setiap Unit melakukan pemantauan tanggal
kadaluarsa dan membuat daftar obat yang akan kadaluarsa 3 bulan sebelum
kadaluarsa, Tim Farmasi Terapi membuat surat edaran kepada dokter penulis
resep untuk meresepkan obat-obatan tersebut. Dengan surat edaran tersebut
diharapkan penggunaan obat yang akan expired dapat dimaksimalkan dengan
tetap memperhatikan kerasionalan terapi.
2.5.9 Administrasi
Administrasi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pencatatan manajemen
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta penyusunan
laporan yang berkaitan dengan perbekalan farmasi secara rutin, dilakukan setiap 1
bulan sekali. Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
pencatatan dan pelaporan dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan
kartu stok dan komputerisasi dengan software Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIMRS). Pelaporan obat narkotika dan psikotropika dilakukan
sebulan sekali secara online melalui situs SIPNAP paling lambat tanggal 10 setiap
bulannya.
9
2.6 Pelayanan Farmasi Klinik
2.6.1 Pengkajian dan Pelayanan Resep
1. Pengkajian resep dan pelayanan resep di pelayanan farmasi rawat jalan di
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo :
a. Penerimaan resep
Resep terdiri dari resep umum dan resep BPJS. Untuk resep BPJS setelah
resep di terima, ditahap ini dilakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen
BPJS, jika dokumen sudah lengkap maka diberi cap dan diberi nomor
antrian. Sedangkan untuk resep umum langsung diberi cap dan pemberian
nomor antrian resep.
b. Pengkajian Resep
Kemudian resep di kaji oleh apoteker, dimana apoteker mengisi form cap
telaah resep yang sudah disediakan. Meliputi kejelasan tulisan resep, tepat
obat, tepat dosis, tepat rute, tepat waktu, duplikasi, alergi, interkasi obat,
berat badan (untuk anak) dan kontra indikasi lainya.
c. Pemberian Etiket
Resep yang sudah dikaji kemudian masuk kemeja etiket, disini dilakukan
pembuatan etiket obat sesuai dengan resep.
d. Penyediaan Obat
Resep yang sudah diberi etiket kemudian di disiapkan obat sesuai nama obat
dan jumlah obat yang tertulis di resep. Obat dimasukan dalam kemasan
sesuai etiket.
e. Jika ada obat racikan resep yang sudah di siapkan obatnya diperiksa kembali
di meja etiket. Jika sudah benar kemudian resep masuk ke ruang racik.
f. Telaah Obat
Untuk obat yang sudah disiapkan kemudian masuk ke meja telaah obat. Di
meja ini obat di periksa lagi dengan seksama. Telaah obat meliputi obat
dengan resep/pesanan, jumlah/dosis dengan resep/pesanan, rute dengan
resep/pesanan, waktu dan frekuensi pemberian dengan resep/pesanan.
g. Penyerahan obat
Jika obat sudah benar kemudian resep bersama obat masuk ke ruang
penyerahan obat jadi diserahkan kepasien dan disertai Informasi Obat (PIO)
oleh Apoteker.
10
2. Pengkajian dan pelayanan resep di pelayanan farmasi rawat inap di Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo :
a. Petugas mengambil resep yang terdapat diruang perawatan dan dilakukan
pencatatan terlebih dahulu dibuku ekspedisi.
b. Pengkajian resep oleh apoteker meliputi kelengkapan administrasi seperti
identitas pasien, no resep, ruang asal resep, tanggal penulisan resep, dan
nama dokter yang memeriksa Kesesuaian farmasetik meliputi nama, bentuk
sediaan, kekuatan, jumlah dan ketersediaan perbekalan farmasi di unit
pelayanan farmasi rawat inap Kesesuaian klinis meliputi ketepatan indikasi,
dosis, aturan dan cara penggunaan.
c. Entry resep atau data dilakukan oleh tenaga administrasi atau tenaga teknis
kefarmasian yang meliputi identitas pasien, ruang perawatan, nama dan
jumlah obat, alat kesehatan dan BMHP.
d. Penyiapan perbekalan farmasi oleh apoteker yang dibantu oleh tenaga teknis
kefarmasian Penyiapan perbekalan farmasi dilakukan sesuai dengan yang
tertulis dalam resep Untuk obat racikan diserahkan kebagian peracikan.
e. Setelah perbekalan farmasi lengkap, dilakukan pemeriksaan ulang atau
verifikasi terhadap perbekalan farmasi yang telah disiapkan, tujuannya untuk
menghindari medication error.
f. Distribusi perbekalan farmasi ke ruang perawatan disertai dengan pemberian
informasi obat secara langsung kepada pasien maupun keluarga pasien oleh
apoteker. Alur pelayanan resep unit farmasi rawat inap. Bedanya dengan
pelayanan resep IGD adalah entry resep dilakukan diakhir.
11
2.6.3 Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan
obat yang telah di dapat pasien. Rekonsiliasi di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Soekardjo dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (medication
error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis, atau interaksi obat.
2.6.5 Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian informasi atau saran terkait
terapi obat dari apoteker kepada pasien/keluarganya. Konseling dilakukan pada
pasien dengan kriteria tertentu. Pemberian konseling bertujuan untuk
mengoptimalkan hasil terapi pasien. Konseling di RSUD dr. Soekardjo dilakukan
oleh apoteker kepada pasien yang memerlukan konseling.
2.6.6 Visite
Visite di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo dilakukan dengan kegiatan
kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan apoteker secara mandiri atau
bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara
langsung dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat, memantau
kemungkinan munculnya efek samping obat dan reaksi obat yang tidak dikendaki,
meningkatkan terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada
dokter, pasien, serta profesional kesehatan lainnya.
12
PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi
Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD). PTO di RSUD dr. Soekardjo
menggunakan metode SOAP.
13
BAB III
TUGAS KHUSUS
PEMANTAUAN TERAPI OBAT PASIEN KEJANG DEMAM
PADA ANAK
3.1 Pendahuluan
Pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat.
Tuntutan pasien, dan masyarakat akan peningkatan mutu pelayanan kefarmasian,
dan mengharuskan adanya perubahan paradigma dari berorientasi pada produk
(drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient
oriented) dengan filosofi pelayanan kefarmasian. Standar pelayanan kefarmasian
di rumah sakit meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik (Permenkes No 72, 2016).
Pemantauan terapi obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk
memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Kegiatan
tersebut mencakup: pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons
terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD).
Tahapan PTO :
1. Pengumpulan data pasien
2. Identifikasi masalah terkait obat
3. Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat
4. Pemantauan dan
5. Tindak lanjut
Kriteria pasien yang akan di PTO meliputi :
1. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
2. Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis atau polifarmasi.
3. Adanya multidiagnosis.
4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
5. Menerima obat dengan indeks terapi sempit.
Salah satu metode sistematis yang dapat digunakan dalam PTO adalah metode
Subjective Objective Assesment Planning (SOAP).
13
3.2 Tinjauan Pustaka
3.2.1 Definisi Kejang Demam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada suhu rektal diatas 38℃
yang disebabkan oleh proses ekstrakranial tanpa adanya gangguan elektrolit atau
riwayat kejang tanpa demam sebelumnya, umumnya terjadi pada usia 6 bulan
sampai 5 tahun dan setelah kejang pasien sadar. Kejang demam terjadi pada anak
2 – 4 % anak berumur 6 bulan – 5 tahun (ILAE, 1993). Kejang disertai demam
pada bayi berumur kurang dari 1 bulan dan anak yang pernah kejang tanpa demam
lalu mangalami kejang demam tidak termasuk dalam kejang demam. Bila kejang
didahului oleh demam terjadi pada anak umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari
5 tahun, pikirkan kemungkinan lain seperti infeksi SSP, atau epilepsi yang
kebetulan terjadi bersama demam.
14
sekitar 2% , bila hanya satu faktor risiko 3% akan menjadi epilepsi, dan
kejadian epilepsi sekitar 13 % jika terdapat 2 atau 3 faktor resiko.
3.2.3 Patofisiologi
Pada demam, kenaikan suhu 1℃ akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal
10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %. Pada seorang anak berumur 3 tahun
sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang
dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion
kalium dan natrium melalui membran listrik. dengan bantuan ”neurotransmitter”,
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini dapat menimbulkan kejang. (Ngastiyah,
2005).
15
3.3 Uraian Tentang Obat yang Digunakan
Uraian tentang obat yang digunakan (British National Formulary, 2016) dan
(Drug Information Handbook, 2009) :
a. Cefotaxim
Indikasi : obat yang digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi bakteri.
Dosis : 200 mg/kg/hari dibagi setiap 8 jam
Pemberian : Injeksi Intravena
KI : Hipersensitif terhadap sephalosporin
ES : Aritmia
b. Diazepam
Indikasi : obat yang digunakan untuk mengatasi kejang (antikonvulsan)
Dosis : 300-400 mcg
Pemberian : Injeksi Intravena
KI : hindari suntikan yang mengandung benzyl alkohil, depresi SSP
dan pernafasan.
ES : Amnesia, ataksia, kebingungan, ketergantungan, kantuk pada
hari berikutnya, kelemahan otot.
c. Paracetamol
Indikasi : obat yang digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi bakteri.
Dosis : 15 mg/kg setiap 4-6 jam dan 240 mg setiap 4-6 jam
Pemberian : Infus dan Oral
KI : hipersensitif, gangguan hati.
ES : Hepatotoksik
d. Ceftriaxone
Indikasi : obat yang digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi bakteri.
Dosis : 50-75 mg/kg sehari
Pemberian : Injeksi Intravena
KI : Hipersensititf terhadap cephalosporin.
ES : Gangguan saluran cerna
16
3.4 Pelaksanaan Pemantauan Terapi Obat
Data dikumpulkan dari catatan rekam medik pasien, dari tanggal 13 Agustus
sampai 19 Agustus 2019 di Ruang Melati 5 (Anak) RSUD dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya menggunakan metode SOAP (Subjective, Objective, Assesment,
Planning).
Data Pasien
Nama : An. J
Jenis Kelamin : Perempuan
No. CM : 16*******
Ruangan : Ruang Melati V (Anak)
Tanggal masuk : 13 Agustus 2019
Tanggal Keluar : 19 Agustus 2019
Umur : 4 Tahun 9 Bulan
Berat Badan : 14 kg
Sistem Bayar : Jamkeskinda
Keluhan Utama : Kejang durasi kurang lebih 3 menit dan demam
Riwayat Penyakit : Pada usia 1 tahun sudah mulai ada gejala kejang demam
Diagnosa : Kejang Demam sederhana
Subjective
Tabel 3.1 Catatan Perkembangan Pasien
Objective
i) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien berupa tanda-tanda vital tertera pada Tabel 3.2
17
Tabel 3.2 Tanda-tanda Vital pasien
Parameter Nilai Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
Normal 13 14 15 16 17 18 19
(IGD)
Tekanan 120/80 - - - - - - -
darah
(mmHg)
Suhu (oC) 36,5-37,5 38,8 38 38 37,1 35,9 36,2 35,8
Respirasi 12-20 28 - - - - - -
(x/menit)
Nadi 60-100 130 - - - - - -
(x/menit
18
Tabel 3.4 Data Penggunaan Obat Pasien
Tanggal
Nama Obat Regimen
13 14 15 16 17 18 19
Cefotaxim 3x600 - √ √ - - - -
(IV) mg
Diazepam 4 mg b/k √ - - - - - -
(IV)
Sanmol 4x150 √ - - - - - -
Infus mg (IV)
Ceftriaxon 2x500 - - - √ √ √ √
(IV) mg
Cefotaxim 3x400 √ - - - - - -
(IV) mg
Paracetamol 4x½ cth - √ √ √ - - -
Syr
Terapi pulang :
Cefixim 2x75 mg (P.O)
Assesment
i) Ketepatan Dosis
Ketepatan dosis tertera pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Ketepatan Dosis
Ketepatan
No. Nama Obat Regimen Dosis Menurut Literatur
Dosis
1. Cefotaxim 200 mg/kg/hari setiap 8 jam
(IV) 3x400 mg Tidak
200 mg x 14 kg= 2.800 mg Tepat
3x600 mg
2. Diazepam 300-400 mcg maksimal 10 mg
4 mg b/k Tepat
(IV)
19
0,3 mg x 14 kg= 4,2 mg
0,4 mg x 14 kg= 5,2 mg
3. Sanmol Infus 15 mg/kg setiap 4-6 jam
4x150 mg Tepat
15 mg x 14 kg= 210 mg
4. Ceftriaxon 50-75 mg/kg sehari
(IV) 2x500 mg
Tepat
50 mg x 14 kg= 700 mg
75 mg x 14 kg = 1.050 mg
5. Cefotaxim 50 mg/kg setiap 8-12 jam
(IV) 3x400 mg Tepat
50 mg x 14 kg= 700
6. Paracetamol 180 mg setiap 4-6 jam
Syr Tidak
4x½ cth
Sediaan 120/5 ml sekali minum Tepat
2,5 ml=60 ml sekali minum
20
iii) Masalah Terkait Obat
Masalah Terkait Obat tertera pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Masalah terkait Obat
No. Jenis DRP’s Penilaian Keterangan
1. Ada indikasi tidak ada obat Tidak Ada -
2. Pemberian obat tanpa Tidak Ada -
indikasi
3. Dosis Rendah Ada Paracetamol Syrup
4. Dosis Tinggi Tidak Ada -
5. Kejadian efek samping Tidak Ada -
6. Kejadian Interaksi Obat Ada Diazepam dan Paracetamol
Metabolisme paracetamol
meningkat, sehingga kadar
paracetamol menurun.
7. Ketidakpatuhan Pasien Patuh -
8. Pemilihan Obat tidak tepat Tidak Ada -
Planning
1. Monitoring efek dari obat yang diberikan.
2. Monitoring efek samping obat yang merugikan.
3. Monitoring perkembangan klinis.
4. Edukasi keluarga pasien terkait pengobatannya.
5. Memberikan informasi kepada keluarga pasien mengenai obat yang dibawa
ketika pulang, misal indikasi, aturan pakai, cara penggunaan obat.
6. Memberikan pengetahuan kepada keluarga pasien tentang cara penanganan
kejang demam.
3.5 Pembahasan
Pasien bernama An. J berusia 4 tahun 9 bulan masuk rumah sakit pada tanggal 13
Agustus 2019 dengan keluhan Demam tinggi dan kejang yang berlangsung
selama 3 menit. Pada hasil pemeriksaan fisik ketika pertama masuk IGD
21
menunjukan berat badan pasien 14 kg, suhu tubuh 38,8oC, nadi 130x/menit dan
respirasi 28x/menit. Hasil diagnosis kerja menyatakan pasien mengalami Kejang
demam sederhana.
Kejang demam yang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit), bentuk kejang
umum (tonik dan atau klonik), serta tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang
demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam. Sebagian
besar kejang demam sederhana berlangsung kurang dari 5 menit dan berhenti
sendiri.
Menurut Hardiono, Dkk (2006), penatalaksanaan kejang demam pada Anak yang
sedang mengalami kejang, penderita dimiringkan agar jangan terjadi aspirasi
ludah atau lendir dari mulut. Jalan nafas dijaga agar tetap terbuka, agar suplai
oksigen tetap terjamin, bila perlu diberikan oksigen. Fungsi vital, keadaan
jantung, tekanan darah, kesadaran perlu diikuti dengan seksama. Suhu yang tinggi
harus segera diturunkan dengan kompres dan pemberian antipiretik. Obat yang
paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam.
Pada kasus PTO ini, Pasien (An J) diberikan Diazepam. Saat ini diazepam
merupakan obat pilihan utama untuk kejang demam fase akut, karena diazepam
mempunyai masa kerja yang singkat. Diazepam dapat diberikan secara intravena
atau rektal. Dosis diazepam yang diberikan kepada An J yaitu 4 mg b/k, diazepam
hanya diberikan pada saat di IGD. Setelah dipindahkan ke ruang rawat inap melati
5 pasien tidak diberikan diazepam, karena tidak ada keluhan kejang. Paracetamol
infus diberikan di ruangan IGD untuk menurunkan demam dengan dosis 4X150
mg, paracetamol infus diberhentikan digantikan dengan paracetamol syrup dengan
dosis 4X½ Cth. Pergantian sediaan antipiretik, karna pasien sudah mampu untuk
menelan obat. Paracetamol syrup yang diberikan sebagai terapi tidak tepat, dosis
terlalu rendah, dalam BNF for Children (2011) dosis sekali minum yaitu 240 mg,
sedangkan yang diberikan untuk terapi 60 mg sekali minum. Selain itu pemberian
antipiretik dan diazepam secara bersamaan telah terjadi interaksi dimana
metabolisme paracetamol meningkat, sehingga kadar paracetamol menurun dan
tidak memberikan efek.
Antiinfeksi pasien An J diberikan Cefotaxim dengan dosis awal 3X400 mg (IV)
pada saat di IGD. Setelah pindah keruangan dosis ditingkatkan menjadi 3X600
22
mg (IV), dosis ditingkatkan karena pada perkembangan klinis tidak ada penurunan
yang spesifik, maka dosis dinaikan. Selanjutnya Cefotaxim diberhentikan dan
digantikan dengan Ceftriaxon dengan dosis 2X500 mg (IV). Pergantian obat
dilakukan karena kondisi perkembangan pasien masih belum ada penurunan klinis
yang signifikan, sehingga digunakan antibiotik yang berbeda dilihat dari onset dan
durasinya dimana ceftriaxon onsetnya lebih cepat. Selain itu pemberian cefotaxim
ternyata tidak tepat, karena dosis yang diberikan dibawah dosis menurut literatur.
Pemberian antibiotik bertujuan agar bakteri penyebab penyakit tidak berkembang
lebih luas. Selain dari infeksi saluran pernafasan, telah diketahui bahwa penyebab
terjadinya demam yaitu karena adanya peningkatan pirogen (endotoksin
lipopolisakarida) yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif.
Setelah 2 hari dalam perawatan, pasien mengalami perkembangan sudah tidak ada
keluhan kejang, tidak ada demam, tetapi pasien mengalami susp hipotermi.
Sehingga Selama perawatan apoteker harus tetap memantau perkembangan klinis
pasien dengan memberikan edukasi terapi non farmakologi untuk dugaan
hipotermia, memberikan konseling kepada orangtua pasien mengenai terapi
penggunaan obat yang didapatkan oleh pasien, tindakan pertolongan pertama yang
harus dilakukan apabila anak mengalami kejang demam.
3.6 Kesimpulan
Berdasarkan keluhan yang dialami oleh pasien serta ditunjang dengan
pemeriksaan laboratorium An. J didiagnosa mengalami kejang demam sederhana
dan diberikan terapi Diazepam untuk mengatasi kejang, pemberian antipiretik
yaitu paracetamol infus dan dilanjutkan dengan paracetamol oral untuk
menurunkan demam, antibiotik yaitu cefotaxim intravena selama 3 hari
dilanjutkan dengan ceftriaxon intravena. Setelah mendapatkan terapi pasien
menunjukan perkembangan dimana keluhan-keluhan yang dialami mulai tidak
tampak dan setelah 2 hari dirawat pasien sudah membaik tetapi masih harus
menjalani perawatan dirumah sakit karena mengalami dugaan hipotermi dimana
suhu kurang dari 35℃. Dalam terapi pengobatan pasien An J, terdapat pemberian
dosis yang tidak tepat, dimana cefotaxim dan paracetamol dosis yang diberikan
lebih kecil dari dosis yang tertera dalam literatur. Untuk indikasi, penggunaan
obat, pemberian selebihnya tepat.
23
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktik Kerja Propesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Soekardjo Tasikmalaya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. soekardjo Kota Tasikmalaya merupakan salah
satu sarana pelayanan kesehatan di Kota Tasikmalaya milik pemerintah Kota
Tasikmalaya, yang merupakan Rumah Sakit kelas B Non Pendidikan.
2. RSUD dr. Soekardjo melakukan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai meliputi pemilihan, perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan, pengendalian dan
administrasi.
3. Pelayanan farmasi klinik di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya meliputi pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran riwayat
penggunaan obat, rekonsiliasi Obat, pelayanan informasi obat (PIO), konseling,
visite, pemantauan terapi obat (PTO).
4. Instalasi farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
terdiri dari pelayanan farmasi rawat jalan, pelayanan farmasi rawat inap dan IGD
serta pelayanan farmasi bedah sentral.
4.2 Saran
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian kepada pasien di Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya, maka disarankan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Diperlukan peningkatan kerjasama yang baik antara staf medik baik dokter
maupun tenaga kesehatan lainnya dengan apoteker dalam hal komunikasi dan
masalah lain yang berhubungan dengan kesehatan dalam penggunaan obat
rasional.
2. Pelaksanaan pelayanan farmasi klinik lebih ditingkatkan dan dilakukan secara
terjadwal agar terapi pasien dapat tercapai dengan tepat, efektif, dan aman.
24
LAMPIRAN 1
STRUKTUR ORGANISASI RSUD dr.SOEKARDJO
26
Gambar II. 1 Struktur Organisasi RSUD dr. Soekardjo
LAMPIRAN 2
STRUKTUR ORGANISASI IFRS
27
Gambar II. 2 Struktur organisasi IRS
LAMPIRAN 3
CONTOH LEMBAR RESEP
Gambar II. 3 Contoh copy resep Gambar II. 4 Contoh lembar resep
28
LAMPIRAN 4
CONTOH ETIKET
29
LAMPIRAN 5
CONTOH KEMASAN OBAT
30
LAMPIRAN 6
ALUR PELAYANAN RESEP
UNIT FARMASI RAWAT JALAN
Penerimaan resep :
1. Pasien BPJS : cek persyaratan (kartu berobat pasien, Tidak memenuhi persyaratan :
kartu peserta BPJS, surat elegibilitas, lembar diagnosa Konfirmasi ke pasien
penyakit dari dokter, lembar persetujuan pelayanan
(LPP)
2. Pasien umum : kartu berobat pasien
Pengkajian resep :
1. Kesesuaian administrasi : nama, umur, jenis kelamin,
berat badan, tanggal resep, nama dokter, paraf dokter,
poli asal resep.
2. Kesesuaian farmasetik : nama obat, bentuk dan Tidak memenuhi persyaratan :
kekuatan sediaan, jumlah obat, stabilitas, aturan dan Konfirmasi ke Dokter
cara penggunaan
3. Kesesuaian klinis : ketepatan indikasi, kontraindikasi,
dosis, cara penggunaan, duplikasi, alergi dan ROTD,
interaksi obat.
31
LAMPIRAN 7
ALUR PELAYANAN DI UNIT FARMASI RAWAT INAP
Penyiapan perbekalan
farmasi oleh apoteker
Pemberian Etiket Entry Resep
dibantu TTK dan
pengemasan
Didistribusikan ke
ruangan rawat inap dan
Dilakukan telaah obat obat diserahkan ke
pasien disertai PIO oleh
apoteker
32
LAMPIRAN 8
ALUR PELAYANAN RESEP IGD
Menyiapkan atau
meracik obat, Pemberian etiket dan
Pengentrian resep
masukkan dalam copy resep
kemasan
Menyerahkan obat
Telaah Obat sebelum kepada keluarga
diserahkan pasien atau petugas
ruangan
33