Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOEKARDJO


KOTA TASIKMALAYA

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Praktik Kerja Profesi Apoteker


Pada Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Jenderal Achmad Yani

ANIS ILAHI, S.Farm


3351181417

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
petunjuk, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Laporan
Praktik Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo
Kota Tasikmalaya”.
Penyusunan laporan ini bertujuan untuk melengkapi salah satu syarat mengikuti ujian
apoteker pada Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas
Jenderal Achmad Yani.
Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis mendapatkan banyak pengarahan,
dukungan moral dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Afifah B. Sutjiatmo, MS., Apt. selaku selaku Dekan Fakultas Farmasi,
Universitas Jenderal Achmad Yani.
2. Dr. Sri Wahyuningsih, M.Si. selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker,
Fakultas Farmasi, Universitas Jendral Achamd Yani.
3. Dra. Pudjiastuti Kartidjo M.Si., Apt. selaku Koordinator Praktek Kerja Profesi
Apoteker di Rumah Sakit.
4. Prof. Dr. Afifah B. Sutjiatmo, MS., Apt. selaku Pembimbing Praktek Kerja
Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit, Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas
Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani.
5. Dra. Hj. Latifah., Apt selaku Kepala Instalasi Farmasi RSUD Dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya dan selaku pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker.
6. Erwin Yuliana S, S.Si.,Apt. selaku koordinator Unit Pelayanan Farmasi Rawat
Jalan RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya.
7. Nurul Aini, S.Far.,Apt. selaku koordinator Unit Pelayanan Farmasi Rawat Inap
dan IGD RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya.
8. Fifith Fitriani, S.Farm.,Apt. selaku koordinator Farmasi Klinik RSUD dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya.

i
9. Seluruh staf dan karyawan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tasikmalaya, atas
semua bantuan dan kerjasamanya selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi
Apoteker.
Akhirnya, penulis berharap semoga laporan praktek kerja profesi apoteker di rumah
sakit ini dapat menambah dan memperluas wawasan dalam bidang kesehatan,
khususnya bidang kefarmasian.

Cimahi, November 2019

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker ................................... 2
1.3 Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker ........................... 2
BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT ......................................... 3
2.1 Rumah Sakit ............................................................................. 3
2.2 Struktur Organisasi RSUD dr. Soekardjo ................................ 3
2.3 Tim Farmasi dan Terapi ........................................................... 3
2.4 Instalasi Farmasi Rumah Sakit ................................................. 4
2.5 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP ...... 6
2.6 Pelayanan Farmasi Klinik ......................................................... 10
BAB III TUGAS KHUSUS .......................................................................... 13
3.1 Pendahuluan .............................................................................. 13
3.2 Tinjauan Pustaka ....................................................................... 14
3.3 Uraian obat yang digunakan...................................................... 16
3.4 Pelaksanaan Pemantauan Terapi Obat ...................................... 17
3.5 Pembahasan ............................................................................... 21
3.6 Kesimpulan .............................................................................. 23
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 24
4.1 Kesimpulan .............................................................................. 24
4.2 Saran .......................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 25
LAMPIRAN .................................................................................................. 26

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
III. 1 Catatan Perkembangan Pasien ................................................................... 17
III. 2 Tanda-tanda Vital Pasien .......................................................................... 18
III. 3 Pemeriksaan Laboratorium ........................................................................ 18
III. 4 Data Penggunaan Obat Pasien ................................................................... 19
III. 5 Ketepatan Dosis ........................................................................................ 19
III. 6 Ketepatan Indikasi ..................................................................................... 20
III. 7 Masalah Terkait Obat ................................................................................. 21

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
II.1 Struktur Organisasi RSUD dr. Soekardjo ................................................. 26
II.2 Struktur Organisasi IFRS dr. Soekardjo ................................................... 27
II.3 Contoh copy resep...................................................................................... 28
II.4 Contoh lembar resep .................................................................................. 28
II.5 Contoh etiket obat dalam ........................................................................... 29
II.6 Contoh etiket obat luar............................................................................... 29
II.7 Contoh kemasan serbuk ............................................................................. 30
II.8 Contoh kemasan padat ............................................................................... 30
II.9 Alur pelayanan resep unit pelayanan farmasi rawat jalan ......................... 31
II.10 Alur pelayanan di unit pelayanan farmasi rawat inap ............................... 32
II.11 Alur pelayanan resep IGD ......................................................................... 33

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Rumah


Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan dan gawat darurat. Rumah Sakit merupakan pelayanan kesehatan
dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
penyembuhan dan pemulihan bagi pasien. Salah satu bagian penunjang medik di
rumah sakit adalah Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Instalasi Farmasi
Rumah Sakit (IFRS) adalah instalasi yang melakukan seluruh pekerjaan
kefarmasian di rumah sakit.

Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, rumah sakit memiliki persyaratan


sumber daya manusia, salah satunya adalah tenaga kefarmasian. Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian juga
dinyatakan bahwa dalam menjalankan praktek kefarmasian pada fasilitas
pelayanan kefarmasian harus diterapkan Standar Pelayanan Kefarmasian. Standar
pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi standar pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai serta pelayanan
farmasi klinik (Permenkes Nomor 72, 2016).

Pada pelayanan kefarmasian, sangat diperlukan peran profesionalisme apoteker


sebagai salah satu pelaksana pelayanan kesehatan. Apoteker bertanggung jawab
dalam menjamin penggunaan obat yang rasional, efektif, aman dan terjangkau

1
oleh pasien dengan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan bekerja sama
dengan tenaga kesehatan lainnya. Apoteker dituntut untuk merealisasikan perluasan
paradigma pelayanan kefarmasian dari orientasi produk menjadi orientasi pasien.
Untuk itu kompetensi Apoteker perlu ditingkatkan secara terus menerus.

Upaya untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan untuk


bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya, maka diselenggarakan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di rumah sakit sebagai gambaran mengenai
peranan apoteker yang sebenarnya di lapangan terutama di Rumah sakit. Selain
sebagai tempat yang dapat memberikan perbekalan untuk menjadi Apoteker yang
professional, praktek kerja di Rumah sakit juga dapat digunakan sebagai tempat
penerapan ilmu yang telah didapat selama kuliah. Sehingga diharapkan Apoteker
dapat berperan aktif dengan cara berinteraksi langsung dengan masyarakat guna
meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

1.2 Tujuan Praktik Kerja Profesi Apoteker


Tujuan praktik kerja profesi apoteker di rumah sakit adalah:
1. Mampu meningkatkan wawasan dan keterampilan dalam memahami dan
menguasai kompetensi apoteker di rumah sakit.
2. Mampu melaksanakan fungsi apoteker di rumah sakit dalam mengelolah
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.
3. Mampu melaksanakan dan berpartisipasi dalam pelayanan farmasi klinik.

1.3 Pelaksanaan Praktik kerja Profesi Apoteker


Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya, pada tanggal 1 Agustus 2019
sampai dengan tanggal 30 Agustus 2019.

2
BAB II
TINJAUAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOEKARDJO
KOTA TASIKMALAYA

2.2 Rumah Sakit


2.1.1 Sejarah Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Tasikmalaya disebut dengan “Provinciale Ziekenhuis”
karena RSU Kota Tasikmalaya pertama kali didirikan oleh Belanda pada tahun
1922 namun, secara operasional RSU Tasikmalaya mulai beroperasi pada tanggal
14 Juli 1925. Lokasi RSU Tasikmalaya pada jaman Belanda terletak di jalan
Citapen kemudian lokasi RSU Tasikmalaya dipindahkan ke jalan Rumah Sakit
nomor 33 Tasikmalaya sampai dengan sekarang. Seiring berjalannya waktu
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tasikmalaya berganti nama menjadi Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya pada tahun 2014. Nama
tersebut diambil dari nama direktur rumah sakit yang pertama yaitu dr. Soekardjo.

2.1.2 Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit


Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya adalah Rumah Sakit
kelas B Non Pendidikan dengan jumlah tempat tidur 497 unit.

2.1.3 Akreditasi Rumah Sakit


Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya ditetapkan sebagai
Akreditasi Tingkat Paripurna.

2.2 Struktur Organisasi RSUD dr. Soekardjo


Organisasi RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya berpedoman pada PERDA No.
7 Tahun 2016, tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah. Adapun
susunannya ada pada Lampiran 2, Gambar II.1.

2.3 Tim Farmasi dan Terapi


Tim Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi
antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter
yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker
wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.

3
Formularium RSUD dr.Soekardjo edisi terakhir adalah pada tahun 2017.
Pembuatan dan penyusunan Formularium Rumah Sakit ini dibuat oleh Tim
Farmasi dan Terapi.
Tugas TFT di RSUD dr. Soekardjo adalah sebagai berikut :
1. Mengembangan kebijaksanaan tentang penggunaan obat di rumah sakit
2. Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam formularium
rumah sakit
3. Mengembangkan standar terapi
4. Mengidentifikasi permasalahan dalam pengembangan obat
5. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunan obat yang rasional
6. Mengkoordinir penatalaksanaan ROTD
7. Mengkoordinir penatalaksanaan medication error
8. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di RS.

2.4 Instalasi Farmasi Rumah Sakit


2.4.1 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
1. Tugas pokok
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi
c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit
2. Fungsi :
a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
1) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit
2) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal

4
3) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang
telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
4) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit
5) Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku
6) Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian
7) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah
sakit
b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
1) Mengkaji instruksi pengobatan/ resep pasien
2) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat
dan alat kesehatan
3) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan
alat kesehatan
4) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan
5) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/ keluarga
6) Memberi konseling kepada pasien/keluarga
7) Melakukan pencatatan setiap kegiatan
8) Melaporkan setiap kegiatan

2.4.2 Struktur Organisasi IFRS


Struktur organisasi harus menggambarkan garis tanggung jawab dan wewenang,
koordinasi serta alur komunikasi. Uraian fungsi dari tiap unit fungsional tersebut
harus terdokumentasi dalam panduan mutu, demikian juga uraian tugas seluruh
staf pengelola. Struktur organisasi IFRS RSUD dr. Soekardjo dapat dilihat pada
Lampiran II, Gambar II.2. Tiap unit fungsional dalam struktur organisasi tersebut
dikelola oleh seorang apoteker penanggung jawab yang disebut koordinator,
dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian dan administrasi farmasi. Susunan
Organisasi IFRS dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya terdiri dari :
1. Kepala Instalasi Farmasi

5
2. Koordinator Gudang Farmasi
3. Koordinator Pelayanan Farmasi Rawat Jalan
4. Koordinator Pelayanan Farmasi Rawat Inap dan IGD
5. Koordinator Pelayanan Farmasi Bedah Sentral
6. Koordinator Farmasi Klinik
7. Koordinator Managemen Mutu
8. Administrasi Farmasi
9. Pejabat Pengadaan
10. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiataan

2.4.3 Sumber Daya Manusia


Instalasi farmasi harus memiliki apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang
sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan
tujuan instalasi farmasi rumah sakit. Sumber daya manusia di IFRS dr. Soekardjo
Kota Tasikmalaya terdiri dari 26 orang apoteker, 34 tenaga teknis kefarmasian
serta 10 orang tata usaha.

2.4.4 Sarana dan Peralatan


Fasilitas ruang di IFRS dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya yaitu ruang tunggu yang
dilengkapi kursi, ruang pelayanan dan penyerahan resep atau obat, ruang
peracikan dan tempat penyimpanan obat, ruang kerja khusus untuk kepala
instalasi farmasi, ruang administrasi khusus yang dilengkapi dengan komputer,
dan terdapat depo farmasi. Peralatan meliputi peralatan peracikan dan penyiapan
sediaan non steril, maupun cair untuk obat luar atau dalam.

2.5 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP


Prosedur pengelolaan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya, sebagai berikut :

2.5.1 Pemilihan
Pemilihan obat di RSUD dr. Soekardjo dilakukan oleh TFT dengan mengacu pada
formularium nasional, ditambah beberapa obat non formularium nasional yang
diusulkan dan disetujui oleh komite medik serta direktur rumah sakit.

6
2.5.2 Perencanaan
Kegiatan perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan BMHP di RSUD dr.
Soekardjo dilakukan oleh tim perencanaan, berdasarkan pola konsumsi yaitu
berdasarkan pola penggunaan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
pada periode sebelumnya. Perencanaan disesuaikan dengan anggaran yang
tersedia di rumah sakit.

2.5.3 Pengadaan
Pengadaan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
dengan cara pembelian dilakukan dengan sistem e-purchasing, daftar obat
mengacu keharga yang tertera di e-katalog. Untuk obat yang tidak ada di e-katalog
pembelian dengan sistem manual. Surat pesanan dibuat oleh pejabat pengadaan
dan ditanda tangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), kecuali obat
narkotika dan psikotropika ditanda tangani oleh kepala IFRS. Pengadaan dengan
cara produksi di di RSUD dr. Soekardjo meliputi pengemasan kembali sediaan
farmasi yang lebih kecil/repacking dan pembuatan kasa steril. Hibah/dropping
berasal dari pemerintah yang meliputi obat TBC, HIV, Hepatitis B, vaksin dan
metadon. Contoh surat pesanan narkotika dapat dilihat pada Lampiran 7, Gambar
II.7. Contoh surat pesanan psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 7 Gambar
II.8.

2.5.4 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Penerimaan barang di Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya dilakukan oleh petugas gudang
farmasi dengan melakukan pengecekan kesesuaian surat pesanan (SP) dan faktur,
meliputi nama obat, jumlah, harga, nomor batch dan expire date. Apabila hasil
pengecekan sesuai maka dilakukan penerimaan barang oleh petugas penerimaan
barang di gudang serta faktur di tanda tangani oleh petugas penerimaan barang.
Kemudian barang diinput ke dalam komputer dan disimpan di gudang farmasi.

7
2.5.5 Penyimpanan
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian.
Sistem penyimpanan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya di gudang farmasi maupun di unit pelayanan
disimpan berdasarkan stabilitas, jenis perbekalan, bentuk sediaan dan serta
disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip FIFO (First In First Out) dan
FEFO (First Expired First Out). Denah gudang farmasi RSUD dr. Soekardjo
dapat dilihat pada Lampiran 8, Gambar II.9. Obat high alert disimpan di lemari
khusus dan diberi label high alert disetiap kemasan obat,box, maupun ampulnya.
Obat LASA (Look Alike Sounds Alike) tidak disimpan berdekatan pada rak
penyimpanan obat. Obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan dalam
lemari khusus dan kunci ganda.

2.5.6 Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/
menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dari
tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin
mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Sistem distribusi di unit
pelayanan di RSUD dr. Soekardjo dapat dilakukan dengan cara sistem persediaan
lengkap di ruangan (floor stock), sistem resep perorangan, resep perhari dan
sistem kombinasi. Pendistribusian dari unit pelayanan kepada pasien dilakukan
metode resep perorangan untuk apotek rawat jalan & resep perhari untuk rawat
inap, dimana obat diberikan untuk satu hari pemakaian. Pengeluaran perbekalan
farmasi didasarkan pada sistem FIFO dan FEFO.

2.5.7 Pemusnahan dan Penarikan


Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pemusnahan dilakukan bila produk tidak memenuhi persyaratan mutu, telah
kadaluwarsa, tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan. Sedangkan penarikan dilakukan

8
bila produk dicabut izin edarnya. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya baru sekali melakukan pemusnahan perbekalan farmasi yaitu, pada
tahun 2013. Pelaksanaan pemusnahan perbekalan farmasi bekerja sama dengan
pihak ke tiga yaitu PT. Medivest. Untuk sediaan narkotik dan psikotropik sebelum
dilakukan pemusnahan harus dilaporkan terlebih dahulu kepada dinas kesehatan
setempat dan BPOM. Proses pemusnahan diawasi oleh perwakilan dinas
kesehatan dan BPOM dan dibuat berita acara pemusnahan.

2.5.8 Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk menghindari terjadinya kelebihan atau kekosongan
persediaan di instalasi farmasi. Cara pengendalian di RSUD dr. Soekardjo ini
dilakukan dengan menghitung pemakaian dalam periode tertentu dan menghitung
ketersediaan obat serta expired date-nya melalui kegiatan stock opname yang
dilakukan satu bulan sekali. Obat-obat yang telah expired dipisahkan dan
dikeluarkan dari rak pelayanan. Setiap Unit melakukan pemantauan tanggal
kadaluarsa dan membuat daftar obat yang akan kadaluarsa 3 bulan sebelum
kadaluarsa, Tim Farmasi Terapi membuat surat edaran kepada dokter penulis
resep untuk meresepkan obat-obatan tersebut. Dengan surat edaran tersebut
diharapkan penggunaan obat yang akan expired dapat dimaksimalkan dengan
tetap memperhatikan kerasionalan terapi.

2.5.9 Administrasi
Administrasi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pencatatan manajemen
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta penyusunan
laporan yang berkaitan dengan perbekalan farmasi secara rutin, dilakukan setiap 1
bulan sekali. Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
pencatatan dan pelaporan dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan
kartu stok dan komputerisasi dengan software Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIMRS). Pelaporan obat narkotika dan psikotropika dilakukan
sebulan sekali secara online melalui situs SIPNAP paling lambat tanggal 10 setiap
bulannya.

9
2.6 Pelayanan Farmasi Klinik
2.6.1 Pengkajian dan Pelayanan Resep
1. Pengkajian resep dan pelayanan resep di pelayanan farmasi rawat jalan di
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo :
a. Penerimaan resep
Resep terdiri dari resep umum dan resep BPJS. Untuk resep BPJS setelah
resep di terima, ditahap ini dilakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen
BPJS, jika dokumen sudah lengkap maka diberi cap dan diberi nomor
antrian. Sedangkan untuk resep umum langsung diberi cap dan pemberian
nomor antrian resep.
b. Pengkajian Resep
Kemudian resep di kaji oleh apoteker, dimana apoteker mengisi form cap
telaah resep yang sudah disediakan. Meliputi kejelasan tulisan resep, tepat
obat, tepat dosis, tepat rute, tepat waktu, duplikasi, alergi, interkasi obat,
berat badan (untuk anak) dan kontra indikasi lainya.
c. Pemberian Etiket
Resep yang sudah dikaji kemudian masuk kemeja etiket, disini dilakukan
pembuatan etiket obat sesuai dengan resep.
d. Penyediaan Obat
Resep yang sudah diberi etiket kemudian di disiapkan obat sesuai nama obat
dan jumlah obat yang tertulis di resep. Obat dimasukan dalam kemasan
sesuai etiket.
e. Jika ada obat racikan resep yang sudah di siapkan obatnya diperiksa kembali
di meja etiket. Jika sudah benar kemudian resep masuk ke ruang racik.
f. Telaah Obat
Untuk obat yang sudah disiapkan kemudian masuk ke meja telaah obat. Di
meja ini obat di periksa lagi dengan seksama. Telaah obat meliputi obat
dengan resep/pesanan, jumlah/dosis dengan resep/pesanan, rute dengan
resep/pesanan, waktu dan frekuensi pemberian dengan resep/pesanan.
g. Penyerahan obat
Jika obat sudah benar kemudian resep bersama obat masuk ke ruang
penyerahan obat jadi diserahkan kepasien dan disertai Informasi Obat (PIO)
oleh Apoteker.

10
2. Pengkajian dan pelayanan resep di pelayanan farmasi rawat inap di Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo :
a. Petugas mengambil resep yang terdapat diruang perawatan dan dilakukan
pencatatan terlebih dahulu dibuku ekspedisi.
b. Pengkajian resep oleh apoteker meliputi kelengkapan administrasi seperti
identitas pasien, no resep, ruang asal resep, tanggal penulisan resep, dan
nama dokter yang memeriksa Kesesuaian farmasetik meliputi nama, bentuk
sediaan, kekuatan, jumlah dan ketersediaan perbekalan farmasi di unit
pelayanan farmasi rawat inap Kesesuaian klinis meliputi ketepatan indikasi,
dosis, aturan dan cara penggunaan.
c. Entry resep atau data dilakukan oleh tenaga administrasi atau tenaga teknis
kefarmasian yang meliputi identitas pasien, ruang perawatan, nama dan
jumlah obat, alat kesehatan dan BMHP.
d. Penyiapan perbekalan farmasi oleh apoteker yang dibantu oleh tenaga teknis
kefarmasian Penyiapan perbekalan farmasi dilakukan sesuai dengan yang
tertulis dalam resep Untuk obat racikan diserahkan kebagian peracikan.
e. Setelah perbekalan farmasi lengkap, dilakukan pemeriksaan ulang atau
verifikasi terhadap perbekalan farmasi yang telah disiapkan, tujuannya untuk
menghindari medication error.
f. Distribusi perbekalan farmasi ke ruang perawatan disertai dengan pemberian
informasi obat secara langsung kepada pasien maupun keluarga pasien oleh
apoteker. Alur pelayanan resep unit farmasi rawat inap. Bedanya dengan
pelayanan resep IGD adalah entry resep dilakukan diakhir.

2.6.2 Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat


Penelusuran riwayat penggunaan obat di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Soekardjo merupakan proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh
obat/sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan
dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam medik/pencatatan penggunaan
obat pasien.

11
2.6.3 Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan
obat yang telah di dapat pasien. Rekonsiliasi di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Soekardjo dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (medication
error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis, atau interaksi obat.

2.6.4 Pelayanan Informasi Obat


Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian
informasi terkait obat yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah
Sakit. Pelayanan informasi obat di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo
Kota Tasikmalaya dilakukan pada saat penyerahan obat kepada pasien. Informasi
obat yang disampaikan kepada pasien antara lain nama obat, kegunaan obat,
aturan penggunaan dan cara penyimpanan obat.

2.6.5 Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian informasi atau saran terkait
terapi obat dari apoteker kepada pasien/keluarganya. Konseling dilakukan pada
pasien dengan kriteria tertentu. Pemberian konseling bertujuan untuk
mengoptimalkan hasil terapi pasien. Konseling di RSUD dr. Soekardjo dilakukan
oleh apoteker kepada pasien yang memerlukan konseling.

2.6.6 Visite
Visite di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo dilakukan dengan kegiatan
kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan apoteker secara mandiri atau
bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara
langsung dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat, memantau
kemungkinan munculnya efek samping obat dan reaksi obat yang tidak dikendaki,
meningkatkan terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada
dokter, pasien, serta profesional kesehatan lainnya.

2.6.7 Pemantauan Terapi Obat


Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan
untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan

12
PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi
Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD). PTO di RSUD dr. Soekardjo
menggunakan metode SOAP.

2.6.8 Monitoring Efek Samping Obat


Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan setiap
respon terhadap Obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi.

2.6.9 Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)


Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi penggunaan Obat
yang terstruktur dan berkesinambungan secara kuantitatif.

13
BAB III
TUGAS KHUSUS
PEMANTAUAN TERAPI OBAT PASIEN KEJANG DEMAM
PADA ANAK

3.1 Pendahuluan
Pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat.
Tuntutan pasien, dan masyarakat akan peningkatan mutu pelayanan kefarmasian,
dan mengharuskan adanya perubahan paradigma dari berorientasi pada produk
(drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient
oriented) dengan filosofi pelayanan kefarmasian. Standar pelayanan kefarmasian
di rumah sakit meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik (Permenkes No 72, 2016).

Pemantauan terapi obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk
memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Kegiatan
tersebut mencakup: pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons
terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD).

Tahapan PTO :
1. Pengumpulan data pasien
2. Identifikasi masalah terkait obat
3. Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat
4. Pemantauan dan
5. Tindak lanjut
Kriteria pasien yang akan di PTO meliputi :
1. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
2. Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis atau polifarmasi.
3. Adanya multidiagnosis.
4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
5. Menerima obat dengan indeks terapi sempit.
Salah satu metode sistematis yang dapat digunakan dalam PTO adalah metode
Subjective Objective Assesment Planning (SOAP).

13
3.2 Tinjauan Pustaka
3.2.1 Definisi Kejang Demam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada suhu rektal diatas 38℃
yang disebabkan oleh proses ekstrakranial tanpa adanya gangguan elektrolit atau
riwayat kejang tanpa demam sebelumnya, umumnya terjadi pada usia 6 bulan
sampai 5 tahun dan setelah kejang pasien sadar. Kejang demam terjadi pada anak
2 – 4 % anak berumur 6 bulan – 5 tahun (ILAE, 1993). Kejang disertai demam
pada bayi berumur kurang dari 1 bulan dan anak yang pernah kejang tanpa demam
lalu mangalami kejang demam tidak termasuk dalam kejang demam. Bila kejang
didahului oleh demam terjadi pada anak umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari
5 tahun, pikirkan kemungkinan lain seperti infeksi SSP, atau epilepsi yang
kebetulan terjadi bersama demam.

3.2.2 Faktor Risiko Terjadinya Kejang Demam


1. Faktor Risiko Kejang Demam Pertama
Riwayat kejang demam pada keluarga, problem disaat neonatus,
perkembangan terlambat, anak dalam perawatan khusus, kadar natrium serum
yang rendah, dan temperatur tubuh yang tinggi merupakan faktor risiko
terjadinya kejang demam 12,19 Bila ada 2 atau lebih faktor risiko,
kemungkinan terjadinya kejang demam sekitar 30%.
2. Faktor Resiko Kejang Demam Berulang
Kemungkinan berulangnya kejang demam tergantung faktor risiko : adanya
riwayat kejang demam dalam keluarga, usia kurang dari 12 bulan, temperatur
yang rendah saat kejang dan cepatnya kejang setelah demam. Bila seluruh
faktor risiko ada, kemungkinan 80 % terjadi kejang demam berulang. Jika
hanya terdapat satu faktor risiko hanya 10 – 20 % kemungkinan terjadinya
kejang demam berulang.
3. Resiko Menjadi Epilepsi
Risiko epilepsi lebih tinggi dilaporkan pada anak – anak dengan kelainan
perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama, adanya riwayat
orang tua atau saudara kandung dengan epelepsi, dan kejang demam
kompleks. Anak yang tanpa faktor risiko, kemungkinan terjadinya epilepsi

14
sekitar 2% , bila hanya satu faktor risiko 3% akan menjadi epilepsi, dan
kejadian epilepsi sekitar 13 % jika terdapat 2 atau 3 faktor resiko.

3.2.3 Patofisiologi
Pada demam, kenaikan suhu 1℃ akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal
10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %. Pada seorang anak berumur 3 tahun
sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang
dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion
kalium dan natrium melalui membran listrik. dengan bantuan ”neurotransmitter”,
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini dapat menimbulkan kejang. (Ngastiyah,
2005).

3.2.4 Klasifikasi Kejang Demam (ILAE, 1993)


1. Kejang demam sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit), bentuk
kejang umum (tonik dan atau klonik), serta tidak berulang dalam waktu 24
jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang
demam . Sebagian besar kejang demam sederhana berlangsung kurang dari 5
menit dan berhenti sendiri.
2. Kejang demam kompleks
Kejang demam kompleks adalah kejang fokal atau parsial, berlangsung lebih
dari 15 menit, berulang dalam 24 jam, didapatkan abnormalitas status
neurologi, dan didapatkan riwayat kejang tanpa demam pada orangtua atau
saudara kandungnya.

3.2.5 Tanda dan Gejala


Menurut Djamaludin (2010), tanda dan gejala diantaranya deman, pada saat
kejang kehilangan kesadaran, tubuh (tangan dan kaki) kaku, kepala terkulai
kebelakang, disusul gerakan kejut yang kuat, warna kulit berubah pucat bahkan
dapan membiru, bola mata naik ke atas.

15
3.3 Uraian Tentang Obat yang Digunakan
Uraian tentang obat yang digunakan (British National Formulary, 2016) dan
(Drug Information Handbook, 2009) :
a. Cefotaxim
Indikasi : obat yang digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi bakteri.
Dosis : 200 mg/kg/hari dibagi setiap 8 jam
Pemberian : Injeksi Intravena
KI : Hipersensitif terhadap sephalosporin
ES : Aritmia
b. Diazepam
Indikasi : obat yang digunakan untuk mengatasi kejang (antikonvulsan)
Dosis : 300-400 mcg
Pemberian : Injeksi Intravena
KI : hindari suntikan yang mengandung benzyl alkohil, depresi SSP
dan pernafasan.
ES : Amnesia, ataksia, kebingungan, ketergantungan, kantuk pada
hari berikutnya, kelemahan otot.
c. Paracetamol
Indikasi : obat yang digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi bakteri.
Dosis : 15 mg/kg setiap 4-6 jam dan 240 mg setiap 4-6 jam
Pemberian : Infus dan Oral
KI : hipersensitif, gangguan hati.
ES : Hepatotoksik
d. Ceftriaxone
Indikasi : obat yang digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi bakteri.
Dosis : 50-75 mg/kg sehari
Pemberian : Injeksi Intravena
KI : Hipersensititf terhadap cephalosporin.
ES : Gangguan saluran cerna

16
3.4 Pelaksanaan Pemantauan Terapi Obat
Data dikumpulkan dari catatan rekam medik pasien, dari tanggal 13 Agustus
sampai 19 Agustus 2019 di Ruang Melati 5 (Anak) RSUD dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya menggunakan metode SOAP (Subjective, Objective, Assesment,
Planning).
Data Pasien
Nama : An. J
Jenis Kelamin : Perempuan
No. CM : 16*******
Ruangan : Ruang Melati V (Anak)
Tanggal masuk : 13 Agustus 2019
Tanggal Keluar : 19 Agustus 2019
Umur : 4 Tahun 9 Bulan
Berat Badan : 14 kg
Sistem Bayar : Jamkeskinda
Keluhan Utama : Kejang durasi kurang lebih 3 menit dan demam
Riwayat Penyakit : Pada usia 1 tahun sudah mulai ada gejala kejang demam
Diagnosa : Kejang Demam sederhana
Subjective
Tabel 3.1 Catatan Perkembangan Pasien

Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl


Keluhan
13 14 15 16 17 18 19
Kejang √ - - - - - -
Demam √ √ √ - - - -

Objective
i) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien berupa tanda-tanda vital tertera pada Tabel 3.2

17
Tabel 3.2 Tanda-tanda Vital pasien
Parameter Nilai Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
Normal 13 14 15 16 17 18 19
(IGD)
Tekanan 120/80 - - - - - - -
darah
(mmHg)
Suhu (oC) 36,5-37,5 38,8 38 38 37,1 35,9 36,2 35,8

Respirasi 12-20 28 - - - - - -
(x/menit)
Nadi 60-100 130 - - - - - -
(x/menit

ii) Pemeriksaan Laboratorium


Pemeriksaan laboratorium pasien tertera Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Pemeriksaan Laboratorium
Tgl Tgl Tgl
Pemeriksaan Nilai Normal
13 16

Hemoglobin 12-16 12,7 11,8


Hematokrit 35-45 37 35
Jumlah leukosit 5.000-10.000 16.900 8.800
Jumlah trombosit 150.000-350.000 283.000 234.000

iii) Data Penggunaan Obat Pasien


Data penggunaan obat pasien selama di rawat di rumah sakit tertera pada Tabel
3.4.

18
Tabel 3.4 Data Penggunaan Obat Pasien
Tanggal
Nama Obat Regimen
13 14 15 16 17 18 19
Cefotaxim 3x600 - √ √ - - - -
(IV) mg
Diazepam 4 mg b/k √ - - - - - -
(IV)
Sanmol 4x150 √ - - - - - -
Infus mg (IV)
Ceftriaxon 2x500 - - - √ √ √ √
(IV) mg
Cefotaxim 3x400 √ - - - - - -
(IV) mg
Paracetamol 4x½ cth - √ √ √ - - -
Syr

Terapi pulang :
Cefixim 2x75 mg (P.O)

Assesment
i) Ketepatan Dosis
Ketepatan dosis tertera pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Ketepatan Dosis

Ketepatan
No. Nama Obat Regimen Dosis Menurut Literatur
Dosis
1. Cefotaxim 200 mg/kg/hari setiap 8 jam
(IV) 3x400 mg Tidak
200 mg x 14 kg= 2.800 mg Tepat
3x600 mg
2. Diazepam 300-400 mcg maksimal 10 mg
4 mg b/k Tepat
(IV)

19
0,3 mg x 14 kg= 4,2 mg
0,4 mg x 14 kg= 5,2 mg
3. Sanmol Infus 15 mg/kg setiap 4-6 jam
4x150 mg Tepat
15 mg x 14 kg= 210 mg
4. Ceftriaxon 50-75 mg/kg sehari
(IV) 2x500 mg
Tepat
 50 mg x 14 kg= 700 mg
 75 mg x 14 kg = 1.050 mg
5. Cefotaxim 50 mg/kg setiap 8-12 jam
(IV) 3x400 mg Tepat
50 mg x 14 kg= 700
6. Paracetamol 180 mg setiap 4-6 jam
Syr Tidak
4x½ cth
Sediaan 120/5 ml sekali minum Tepat
2,5 ml=60 ml sekali minum

ii) Ketepatan Indikasi


Ketepatan penggunaan indukasi tertera pada tabel 3.6
Tabel 3.6 Ketepatan Indikasi
Ketepatan
Nama Obat Indikasi Problem Medik
Indikasi
Cefotaxim (IV) Infeksi Infeksi sal Tepat
pernafasan/ bakteri
gram (+) dan (-)
Diazepam (IV) Anti-konvulsi Kejang Tepat
Sanmol Infus Antipiretik Demam Tepat
Ceftriaxon (IV) Infeksi Infeksi sal Tepat
pernafasan/ bakteri
gram (+) dan (-)
Paracetamol Syr Analgetik-antipiretik Demam Tepat

20
iii) Masalah Terkait Obat
Masalah Terkait Obat tertera pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Masalah terkait Obat
No. Jenis DRP’s Penilaian Keterangan
1. Ada indikasi tidak ada obat Tidak Ada -
2. Pemberian obat tanpa Tidak Ada -
indikasi
3. Dosis Rendah Ada Paracetamol Syrup
4. Dosis Tinggi Tidak Ada -
5. Kejadian efek samping Tidak Ada -
6. Kejadian Interaksi Obat Ada Diazepam dan Paracetamol

Metabolisme paracetamol
meningkat, sehingga kadar
paracetamol menurun.
7. Ketidakpatuhan Pasien Patuh -
8. Pemilihan Obat tidak tepat Tidak Ada -

Planning
1. Monitoring efek dari obat yang diberikan.
2. Monitoring efek samping obat yang merugikan.
3. Monitoring perkembangan klinis.
4. Edukasi keluarga pasien terkait pengobatannya.
5. Memberikan informasi kepada keluarga pasien mengenai obat yang dibawa
ketika pulang, misal indikasi, aturan pakai, cara penggunaan obat.
6. Memberikan pengetahuan kepada keluarga pasien tentang cara penanganan
kejang demam.

3.5 Pembahasan
Pasien bernama An. J berusia 4 tahun 9 bulan masuk rumah sakit pada tanggal 13
Agustus 2019 dengan keluhan Demam tinggi dan kejang yang berlangsung
selama 3 menit. Pada hasil pemeriksaan fisik ketika pertama masuk IGD
21
menunjukan berat badan pasien 14 kg, suhu tubuh 38,8oC, nadi 130x/menit dan
respirasi 28x/menit. Hasil diagnosis kerja menyatakan pasien mengalami Kejang
demam sederhana.
Kejang demam yang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit), bentuk kejang
umum (tonik dan atau klonik), serta tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang
demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam. Sebagian
besar kejang demam sederhana berlangsung kurang dari 5 menit dan berhenti
sendiri.
Menurut Hardiono, Dkk (2006), penatalaksanaan kejang demam pada Anak yang
sedang mengalami kejang, penderita dimiringkan agar jangan terjadi aspirasi
ludah atau lendir dari mulut. Jalan nafas dijaga agar tetap terbuka, agar suplai
oksigen tetap terjamin, bila perlu diberikan oksigen. Fungsi vital, keadaan
jantung, tekanan darah, kesadaran perlu diikuti dengan seksama. Suhu yang tinggi
harus segera diturunkan dengan kompres dan pemberian antipiretik. Obat yang
paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam.
Pada kasus PTO ini, Pasien (An J) diberikan Diazepam. Saat ini diazepam
merupakan obat pilihan utama untuk kejang demam fase akut, karena diazepam
mempunyai masa kerja yang singkat. Diazepam dapat diberikan secara intravena
atau rektal. Dosis diazepam yang diberikan kepada An J yaitu 4 mg b/k, diazepam
hanya diberikan pada saat di IGD. Setelah dipindahkan ke ruang rawat inap melati
5 pasien tidak diberikan diazepam, karena tidak ada keluhan kejang. Paracetamol
infus diberikan di ruangan IGD untuk menurunkan demam dengan dosis 4X150
mg, paracetamol infus diberhentikan digantikan dengan paracetamol syrup dengan
dosis 4X½ Cth. Pergantian sediaan antipiretik, karna pasien sudah mampu untuk
menelan obat. Paracetamol syrup yang diberikan sebagai terapi tidak tepat, dosis
terlalu rendah, dalam BNF for Children (2011) dosis sekali minum yaitu 240 mg,
sedangkan yang diberikan untuk terapi 60 mg sekali minum. Selain itu pemberian
antipiretik dan diazepam secara bersamaan telah terjadi interaksi dimana
metabolisme paracetamol meningkat, sehingga kadar paracetamol menurun dan
tidak memberikan efek.
Antiinfeksi pasien An J diberikan Cefotaxim dengan dosis awal 3X400 mg (IV)
pada saat di IGD. Setelah pindah keruangan dosis ditingkatkan menjadi 3X600

22
mg (IV), dosis ditingkatkan karena pada perkembangan klinis tidak ada penurunan
yang spesifik, maka dosis dinaikan. Selanjutnya Cefotaxim diberhentikan dan
digantikan dengan Ceftriaxon dengan dosis 2X500 mg (IV). Pergantian obat
dilakukan karena kondisi perkembangan pasien masih belum ada penurunan klinis
yang signifikan, sehingga digunakan antibiotik yang berbeda dilihat dari onset dan
durasinya dimana ceftriaxon onsetnya lebih cepat. Selain itu pemberian cefotaxim
ternyata tidak tepat, karena dosis yang diberikan dibawah dosis menurut literatur.
Pemberian antibiotik bertujuan agar bakteri penyebab penyakit tidak berkembang
lebih luas. Selain dari infeksi saluran pernafasan, telah diketahui bahwa penyebab
terjadinya demam yaitu karena adanya peningkatan pirogen (endotoksin
lipopolisakarida) yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif.
Setelah 2 hari dalam perawatan, pasien mengalami perkembangan sudah tidak ada
keluhan kejang, tidak ada demam, tetapi pasien mengalami susp hipotermi.
Sehingga Selama perawatan apoteker harus tetap memantau perkembangan klinis
pasien dengan memberikan edukasi terapi non farmakologi untuk dugaan
hipotermia, memberikan konseling kepada orangtua pasien mengenai terapi
penggunaan obat yang didapatkan oleh pasien, tindakan pertolongan pertama yang
harus dilakukan apabila anak mengalami kejang demam.

3.6 Kesimpulan
Berdasarkan keluhan yang dialami oleh pasien serta ditunjang dengan
pemeriksaan laboratorium An. J didiagnosa mengalami kejang demam sederhana
dan diberikan terapi Diazepam untuk mengatasi kejang, pemberian antipiretik
yaitu paracetamol infus dan dilanjutkan dengan paracetamol oral untuk
menurunkan demam, antibiotik yaitu cefotaxim intravena selama 3 hari
dilanjutkan dengan ceftriaxon intravena. Setelah mendapatkan terapi pasien
menunjukan perkembangan dimana keluhan-keluhan yang dialami mulai tidak
tampak dan setelah 2 hari dirawat pasien sudah membaik tetapi masih harus
menjalani perawatan dirumah sakit karena mengalami dugaan hipotermi dimana
suhu kurang dari 35℃. Dalam terapi pengobatan pasien An J, terdapat pemberian
dosis yang tidak tepat, dimana cefotaxim dan paracetamol dosis yang diberikan
lebih kecil dari dosis yang tertera dalam literatur. Untuk indikasi, penggunaan
obat, pemberian selebihnya tepat.
23
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktik Kerja Propesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Soekardjo Tasikmalaya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. soekardjo Kota Tasikmalaya merupakan salah
satu sarana pelayanan kesehatan di Kota Tasikmalaya milik pemerintah Kota
Tasikmalaya, yang merupakan Rumah Sakit kelas B Non Pendidikan.
2. RSUD dr. Soekardjo melakukan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai meliputi pemilihan, perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan, pengendalian dan
administrasi.
3. Pelayanan farmasi klinik di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya meliputi pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran riwayat
penggunaan obat, rekonsiliasi Obat, pelayanan informasi obat (PIO), konseling,
visite, pemantauan terapi obat (PTO).
4. Instalasi farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
terdiri dari pelayanan farmasi rawat jalan, pelayanan farmasi rawat inap dan IGD
serta pelayanan farmasi bedah sentral.
4.2 Saran
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian kepada pasien di Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya, maka disarankan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Diperlukan peningkatan kerjasama yang baik antara staf medik baik dokter
maupun tenaga kesehatan lainnya dengan apoteker dalam hal komunikasi dan
masalah lain yang berhubungan dengan kesehatan dalam penggunaan obat
rasional.
2. Pelaksanaan pelayanan farmasi klinik lebih ditingkatkan dan dilakukan secara
terjadwal agar terapi pasien dapat tercapai dengan tepat, efektif, dan aman.

24
LAMPIRAN 1
STRUKTUR ORGANISASI RSUD dr.SOEKARDJO

26
Gambar II. 1 Struktur Organisasi RSUD dr. Soekardjo
LAMPIRAN 2
STRUKTUR ORGANISASI IFRS

Sri Ratna Dewi S.Farm., Apt

27
Gambar II. 2 Struktur organisasi IRS
LAMPIRAN 3
CONTOH LEMBAR RESEP

Gambar II. 3 Contoh copy resep Gambar II. 4 Contoh lembar resep

28
LAMPIRAN 4
CONTOH ETIKET

Gambar II. 5 Contoh etiket obat dalam

Gambar II. 6 Contoh etiket obat luar

29
LAMPIRAN 5
CONTOH KEMASAN OBAT

Gambar II. 7 Contoh kemasan serbuk

Gambar II. 8 Contoh kemasan padat

30
LAMPIRAN 6
ALUR PELAYANAN RESEP
UNIT FARMASI RAWAT JALAN

Pasien membawa resep dari dokter

Penerimaan resep :
1. Pasien BPJS : cek persyaratan (kartu berobat pasien, Tidak memenuhi persyaratan :
kartu peserta BPJS, surat elegibilitas, lembar diagnosa Konfirmasi ke pasien
penyakit dari dokter, lembar persetujuan pelayanan
(LPP)
2. Pasien umum : kartu berobat pasien

Pengkajian resep :
1. Kesesuaian administrasi : nama, umur, jenis kelamin,
berat badan, tanggal resep, nama dokter, paraf dokter,
poli asal resep.
2. Kesesuaian farmasetik : nama obat, bentuk dan Tidak memenuhi persyaratan :
kekuatan sediaan, jumlah obat, stabilitas, aturan dan Konfirmasi ke Dokter
cara penggunaan
3. Kesesuaian klinis : ketepatan indikasi, kontraindikasi,
dosis, cara penggunaan, duplikasi, alergi dan ROTD,
interaksi obat.

Entry resep dan


pencetakan nota

Penyiapan obat dan peracikan oleh


apoteker & tenaga teknis kefarmasian

Telaah obat : Kesesuaian etiket,


Tidak sesuai : konfirmasi ke bagian
jumlah obat dengan resep
etiket, penyiapan obat dan peracikan

Penyerahan dan PIO oleh apoteker

Gambar II. 9 Alur pelayanan resep unit farmasi rawat jalan.

31
LAMPIRAN 7
ALUR PELAYANAN DI UNIT FARMASI RAWAT INAP

Resep dari keluarga


Pencatatan resep di buku
pasien atau petugas Pengkajian resep
ekspedisi
ruangan

Penyiapan perbekalan
farmasi oleh apoteker
Pemberian Etiket Entry Resep
dibantu TTK dan
pengemasan

Didistribusikan ke
ruangan rawat inap dan
Dilakukan telaah obat obat diserahkan ke
pasien disertai PIO oleh
apoteker

Gambar II. 10 Alur pelayanan di unit farmasi rawat inap

32
LAMPIRAN 8
ALUR PELAYANAN RESEP IGD

Resep dari keluarga Pemeriksaan barang


Penerimaan resep,
pasien atau petugas yang sudah
telaah resep.
ruangan diberikan

Menyiapkan atau
meracik obat, Pemberian etiket dan
Pengentrian resep
masukkan dalam copy resep
kemasan

Menyerahkan obat
Telaah Obat sebelum kepada keluarga
diserahkan pasien atau petugas
ruangan

Gambar II. 11 Alur pelayanan resep IGD

33

Anda mungkin juga menyukai