Anda di halaman 1dari 2

KELOMPOK 5

Anggota :
1. Eka Pratiwi (1852100097)
2. Tri Astuti (1852100021)
3. Miftahurrohmah (1852100114)
4. Andriyanto Tri W (1852100064)

STUDI KASUS TAWAR MENAWAR DISTRIBUTIF


KELOMPOK 5

Tawar menawar yang terjadi antara kaum buruh dengan manajemen perusahaan PT Freeport di
Papua. Kaum buruh yang berasal dari penduduk asli Papua merasa upah yang diberikan
manajemen jauh dari kata cukup. Oleh karena itu kaum buruh menuntut adanya peningkatan
jumlah gaji. Tuntutan tersebut menjadi sangat agresif dengan melakukan perlawanan dan
tindakan yang cenderung menyerang manajemen PT Freeport. Kaum buruh berharap
perundingan dimenangkan oleh kaum buruh sehingga gaji kaum buruh akan meningkat. Namun
pada saat perundingan manajemen sempat keberatan untuk memenuhi tuntutan buruh, karna
dengan meningkatkan upah buruh otomatis biaya Variabel produksi akan meningkat pula.
Namun, apabila mereka tidak memenuhi tuntutan buruh maka pihak perusahaan juga akan
menemui kesulitan yaitu banyak dari kaum buruh yang mengundurkan diri karna upah gaji yang
tidak layak. Maka dari itu dalam perundingan disepakati bahwa pihak manajemen akan
memenuhi tuntutan buruh yaitu meningkatkan upah gaji.

Analisa Kasus :
Tawar menawar distributif adalah negoisasi yang berusaha membagi sumber daya yang
jumlahnya tetap biasanya terjadi dalam situasi menang-kalah.
Kasus yang terjadi pada kaum buruh dan manajemen perusahaan PT Freeport merupakan salah
satu contoh tawar menawar Distributif dimana di akhir dari perundingan tersebut yang
mendapatkan “keuntungan” adalah kaum buruh, tuntutan mereka dipenuhi yaitu ditingkatkannya
upah gaji kaum buruh. Dalam hal ini pihak perusahaan merupakan pihak yang mendapat
“kerugian” karena perusahaan harus menambah biaya produksi untuk menggaji lebih buruhnya.
Ada beberapa harga yang merepresentasikan poin-poin kunci dalam analisis situasi tawar-
menawar distributif :
1. Titik target, harga yang diinginkan/titik dimana negosiator ingin menutup
negoisasi/tujuan optimalnya. Target tersebut juga disebut sebagai aspirasi negosiator.
2. Titik resistansi, harga yang tidak diinginkan/harga maksimal yang dibayarkan sebagai
pembeli. Titik tersebut juga disebut sebagai harga reservasi.
3. Harga yang diminta, harga awal yang ditentukan oleh pembeli.

Anda mungkin juga menyukai