Pada dahulu kala hiduplah seekor kura-kura dan seekor burung elang.
Walaupun sang kura-kura dan elang jarang bertemu karena sang kura-kura
lebih banyak menghabiskan waktu disemak-semak sedangkan sang elang
lebih banyak terbang, namun tidak menghalangi sang elang untuk selalu
mengunjungi teman kecilnya yang baik hati, sang kura-kura.
Benarlah yang dikatakan oleh sang kodok, sang elang datang dengan
membawa keranjang dan seperti biasanya sang elang menikmati makanan
dari sang kura-kura. Sang elang berkata: "hai temanku kura-kura, ijinkan
aku mengisi keranjangku dengan makanan darimu, maka akan kukirimkan
kepada anak istriku dan istriku akan memberimu makanan buatannya untuk
istri dan anakmu". Kemudian sang elang terbang dan kembali menertawakan
sang kura-kura. Maka segeralah sang kura-kura masuk kedalam keranjang
tersebut dan ditutupi dengan sayuran buah-buahan oleh istrinya, sehingga
tidak terlihat. Ketika sang elang kembali, istri sang kura-kura mengatakan
bahwa suaminya baru saja pergi dan memberikan keranjang penuh berisi
makanan kepada sang elang. Sang elang segera bergegas terbang sambil
membawa keranjang tersebut.
Kembali dia menertawakan kebodohan sang kura-kura. Namun kali ini sang
kura-kura mendengar sendiri perkataannya. Sampailah mereka di sarang
sang elang, dan sang elang segera memakan isi keranjang tersebut sampai
habis. Betapa terkejutnya melihat sang kura-kura keluar dari keranjang
tersebut. "Hai temanku sang elang, engkau sudah sering mengunjungi
sarangku namun belum pernah sekalipun aku mengunjungi sarangmu.
Kelihatannya akan sangat berbahagianya aku kalau dapat menikmati
makananmu seperti engkau menikmati makananku." Betapa marahnya sang
elang karena merasa tersindir. Dengan marah ia mematuk sang kura-
kura.Namun berkat batok rumah sang kura-kura yang keras, kura-kura
tidak dapat dipatuk oleh sang elang. Dengan sedihnya sang kura-kura
berkata: "Aku telah melihat persahabatan macam apa yang engkau
tawarkan padaku hai sang elang. Betapa kecewanya aku. Baiklah antarkan
aku kembali ke sarangku dan persahabatan kita akan berakhir." Sang
elangpun berkata :"Baiklah kalau itu maumu. Aku akan membawamu pulang"
Namun timbul pikiran jahat pada diri sang elang. "Aku akan menjatuhkanmu
dan memakan sisa-sisa dirimu" pikirnya lagi.
Begitulah, sang kura-kura memegang kaki sang elang yang terbang tinggi.
"lepaskan kakiku" seru sang elang marah. Dengan sabar sang kura-kura
menjawab: "Aku akan melepaskan kakimu apabila engkau sudah
mengantarkanku pulang ke sarangku" dengan kesal sang elang pun terbang
tinggi, menungkik dan menggoyang-goyangkan kakinya dengan harapan sang
kura-kura akan jatuh. Namun tidak ada gunanya. Akhirnya dia menurunkan
sang kura-kura di sarangnya, dan segera terbang tinggi dengan perasaan
malu.
Ketika sang elang terbang, sang kura-kura berseru : " Hai temanku
persahabatan membutuhkan rasa saling membagi satu dengan lainnya. Aku
menghargaimu dan kaupun menghargaiku. Namun bagaimanapun, sejak
engkau menjadikan persahabatan kita hanya permainan, mentertawakan
keramahan keluargaku dan aku maka sebaiknya engkau tidak usah lagi
datang kepadaku".
Laba-laba, kelinci dan sang bulan
ang bulan terlihat sedih karena sudah lama ia melihat banyak kejadian di dunia dan juga
melihat banyak ketakutan yang dialami oleh manusia. Untuk membuat manusia menjadi
tidak takut, sang bulan berupaya mengirimkan pesan kepada manusia melalui temannya
"Hai sang laba-laba, manusia di bumi sangatlah takut untuk mati dan hal itu membuat
mereka menjadi sangat sedih. Cobalah tenangkan manusia-manusia itu bahwa cepat
atau lambat manusia pasti akan mati, sehingga tidak perlu mereka untuk merasa sedih",
Dengan perlahan-lahan sang laba-laba turun kembali ke bumi, dan dengan sangat hati-
hati ia meniti jalan turun melalui untaian sinar bulan dan sinar matahari. Di perjalannnya
"Hendak kemanakah engkau hai sang laba-laba ?" tanya si kelinci penuh rasa ingin tahu.
"Aku sedang menuju bumi untuk memberitahukan manusia-manusia pesan dari temanku
sang Bulan" sahut sang laba-laba menjelaskan. "oohh perjalananmu sangatlah jauh
wahai sang laba-laba. Bagaimana jika kamu memberitahukan pesan sang Bulan
seru si kelinci. "hemm.. baiklah, aku akan memberitahukan pesan dari sang Bulan
di bumi bahwa mereka akan cepat atau lambat mati ........." lanjut sang laba-laba.
Belum habis sang laba-laba menjelaskan, si kelinci sudah meloncat pergi sambil
menghapalkan pesan sang laba-laba. " Yah, beritahukan manusia bahwa mereka semua
ketakutan.
Sang laba-laba segera kembali kepada sang Bulan dan memberitahukan apa yang
terjadi. Sang bulan sangat kecewa dengan si kelinci, dan ketika si kelinci kembali sang
bulan mengutuk si kelinci karena telah lalai mendengarkan pesan sang Bulan dengan
lengkap.
Karena itu sampai saat ini si kelinci tidak dapat bersuara lagi. Bagaimana dengan sang
laba-laba? Sang bulan menugaskan sang laba-laba untuk terus menyampaikan pesan
yang dijumpainya. Oleh karena itu sampai pada saat ini kita masih dapat melihat sang
laba-laba dengan tekunnya merajut pesan sang bulan di pojok-pojok ruangan. Namun
berapa banyakkah dari kita manusia yang telah melihat pesan sang Bulan tersebut?
Kera dan Ayam
Pada jaman dahulu, tersebutlah seekor ayam yang bersahabat dengan seekor kera.
Namun persahabatan itu tidak berlangsung lama, karena kelakuan si kera. Pada suatu
petang Si Kera mengajak si ayam untuk berjalan-jalan. Ketika hari sudah petang si Kera
mulai merasa lapar. Kemudian ia menangkap si Ayam dan mulai mencabuti bulunya. Si
Ia lari sekuat tenaga. Untunglah tidak jauh dari tempat itu adalah tempat kediaman si
Mendengar hal itu akhirnya si Kepiting tidak bisa menerima perlakuan si Kera. Ia
berkata, "marilah kita beri pelajaran kera yang tahu arti persahabatan itu." Lalu ia
mengundang si Kera untuk pergi berlayar ke pulau seberang yang penuh dengan buah-
buahan. Tetapi perahu yang akan mereka pakai adalah perahu buatan sendiri dari tanah
liat.
rakusnya si Kera segera menyetujui ajakan itu. Beberapa hari berselang, mulailah
perjalanan mereka. Ketika perahu sampai ditengah laut, mereka lalu berpantun. Si Ayam
berkokok "Aku lubangi ho!!!" Si Kepiting menjawab "Tunggu sampai dalam sekali!!"
Setiap kali berkata begitu maka si ayam mencotok-cotok perahu itu. Akhirnya perahu
mereka itu pun bocor dan tenggelam. Si Kepiting dengan tangkasnya menyelam ke
dasar laut. Si Ayam dengan mudahnya terbang ke darat. Tinggallah Si Kera yang
meronta-ronta minta tolong. Karena tidak bisa berenang akhirnya ia pun mati tenggelam.
Pada zaman dahulu, terdapatlah sebuah kerajaan di Pulau Mintin daerah Kahayan
Hilir. Kerajaan itu sangat terkenal akan kearifan rajanya. Akibatnya, kerajaan itu
Pada suatu hari, permaisuri dari raja tersebut meninggal dunia. Sejak saat itu raja
menjadi murung dan nampak selalu sedih. Keadaan ini membuatnya tidak dapat
lagi memerintah dengan baik. Pada saat yang sama, keadaan kesehatan raja
inipun makin makin menurun. Guna menanggulangi situasi itu, raja berniat untuk
Untuk melanjutkan pemerintahan maka raja itu menyerahkan tahtanya pada kedua
anak kembarnya yang bernama Naga dan Buaya. Mereka pun menyanggupi
keinginan sang raja. Sejak sepeninggal sang raja, kedua putranya tersebut
Kedua putra raja tersebut memiliki watak yang berbeda. Naga mempunyai watak
buaya memiliki watak positif seperti pemurah, ramah tamah, tidak boros dan suka
menolong.
maka si Buayapun marah. Karena tidak bisa dinasehati maka si Buaya memarahi
si Naga. Tetapi rupaya naga ini tidak mau mendengar. Pertengkaran itu berlanjut
Dalam pelayarannya, Sang raja mempunyai firasat buruk. Maka ia pun mengubah
jadilah engkau buaya yang sebenarnya dan hidup di air. Karena kesalahanmu
yang sedikit, maka engkau akan menetap di daerah ini. Tugasmu adalah menjaga
Pulau Mintin. Sedangkan engkau naga jadilah engkau naga yang sebenarnya.
Kapuas. Tugasmu adalah menjaga agar Sungai Kapuas tidak ditumbuhi Cendawan
Bantilung."
Setelah mengucapkan kutukan itu, tiba-tiba langit gelap dan petir menggelegar.
Dalam sekejap kedua putranya telah berubah wujud. Satu menjadi buaya. Yang
La Dana adalah seorang anak petani dari Toraja. Ia sangat terkenal akan
Pada suatu hari ia bersama temannya diundang untuk menghadiri pesta kematian.
Sudah menjadi kebiasaan di tanah toraja bahwa setiap tamu akan mendapat daging
kerbau. La Dana diberi bagian kaki belakang dari kerbau. Sedangkan kawannya
menerima hampir seluruh bagian kerbau itu kecuali bagian kaki belakang.
bagian itu dan menukarkannya dengan seekor kerbau hidup. Alasannya adalah mereka
dapat memelihara hewan itu sampai gemuk sebelum disembelih. Mereka beruntung
Seminggu setelah itu La Dana mulai tidak sabar menunggu agar kerbaunya gemuk.
Pada suatu hari ia mendatangi rumah temannya, dimana kerbau itu berada, dan
berkata "Mari kita potong hewan ini, saya sudah ingin makan dagingnya." Temannya
menjawab, "Tunggulah sampai hewan itu agak gemuk." Lalu La Dana mengusulkan,
"Sebaiknya kita potong saja bagian saya, dan kamu bisa memelihara hewan itu
selanjutnya." Kawannya berpikir, kalau kaki belakang kerbau itu dipotong maka ia akan
Seminggu setelah itu La Dana datang lagi dan kembali meminta agar bagiannya
dipotong. Sekali lagi kawannya membujuk. Ia dijanjikan bagian badan kerbau itu asal La
Dana mau menunda maksudnya. Baru beberapa hari berselang La Dana sudah
Kali ini kawannya sudah tidak sabar, dengan marah ia pun berkata, "Kenapa kamu
tidak ambil saja kerbau ini sekalian! Dan jangan datang lagi untuk mengganggu saya."
La dana pun pulang dengan gembiranya sambil membawa seekor kerbau gemuk.
Di sebuah padang rumput di Afrika, seekor Singa sedang menyantap makanan. Tiba-
tiba seekor burung elang terbang rendah dan menyambar makanan kepunyaan Singa.
“Kurang ajar” kata singa. Sang Raja hutan itu sangat marah sehingga memerintahkan
seluruh binatang untuk berkumpul dan menyatakan perang terhadap bangsa burung.
“Mulai sekarang segala jenis burung adalah musuh kita”, usir mereka semua, jangan
disisakan !” kata Singa. Binatang lain setuju sebab mereka merasa telah diperlakukan
sama oleh bangsa burung. Ketika malam mulai tiba, bangsa burung kembali ke
sarangnya.
Kesempatan itu digunakan oleh para Singa dan anak buahnya untuk menyerang.
Burung-burung kocar-kacir melarikan diri. Untung masih ada burung hantu yang dapat
melihat dengan jelas di malam hari sehingga mereka semua bisa lolos dari serangan
Melihat bangsa burung kalah, sang kelelawar merasa cemas, sehingga ia bergegas
menemui sang raja hutan. Kelelawar berkata,”Sebenarnya aku termasuk bangsa tikus,
walaupun aku mempunyai sayap. Maka izinkan aku untuk bergabung dengan
burung itu”. Tanpa berpikir panjang singa pun menyetujui kelelawar masuk dalam
kelompoknya.
Malam berikutnya kelompok yang dipimpin singa kembali menyerang kelompok burung
dan berhasil mengusirnya. Keesokan harinya, menjelang pagi, ketika kelompok Singa
sedang istirahat kelompok burung menyerang balik mereka dengan melempari kelompok
singa dengan batu dan kacang-kacangan. “Awas hujan batu,” teriak para binatang
kelompok singa sambil melarikan diri. Sang kelelawar merasa cemas dengan hal
menemui sang raja burung yaitu burung Elang. “Lihatlah sayapku, Aku ini seekor burung
busur dan anak panah. Kepala mereka dilindungi dengan topi dari tempurung kelapa
agar tidak mempan dilempari batu. Setelah kelompok singa menang, apa yang dilakukan
kelelawar ?. Ia bolak balik berpihak kepada kelompok yang menang. Sifat pengecut dan
tidak berpendirian yang dimiliki kelelawar lama kelamaan diketahui oleh kedua kelompok
Mereka sadar bahwa tidak ada gunanya saling bermusuhan. Merekapun bersahabat
kembali dan memutuskan untuk mengusir kelelawar dari lingkungan mereka. Kelelawar
itu diperintah oleh dua bersaudara. Raja yang lebih tua bernama Patmaraga, atau diberi
julukan Raja Tua. Adiknya si Raja muda bernama Sukmaraga. Kedua raja tersebut
putera. Setiap malam ia dan permaisurinya memohon kepada para dewa agar dikarunia
sepasang putera kembar. Keinginan tersebut rupanya akan dikabulkan oleh para dewa.
Ia mendapat petunjuk untuk pergi bertapa ke sebuah pulau di dekat kota Banjarmasin.
Kastuba. Sukmaraga pun mengikuti perintah itu. Benar seperti petunjuk para dewa,
Mendengar hal tersebut, timbul keinginan Raja Tua untuk mempunyai putera pula.
Kemudian ia pun memohon kepada para dewa agar dikarunia putera. Raja Tua
bermimpi disuruh dewa bertapa di Candi Agung, yang terletak di luar kota Amuntai. Raja
Tua pun mengikuti petunjuk itu. Ketika selesai menjalankan pertapaan, dalam perjalanan
sungai. Bayi tersebut terapung-apung diatas segumpalan buih. Oleh karena itu, bayi
tersebut. Namun alangkah terkejutnya rombongan kerajaan tersebut, karena bayi itu
sudah dapat berbicara. Sebelum diangkat dari buih-buih itu, bayi tersebut meminta untuk
ditenunkan selembar kain dan sehelai selimut yang harus diselesaikan dalam waktu
setengah hari. Ia juga meminta untuk dijemput dengan empat puluh orang wanita cantik.
mengangkat orang yang dapat memenuhi permintaan bayi tersebut menjadi pengasuh
dari puteri ini. Sayembara itu akhirnya dimenangkan oleh seorang wanita bernama Ratu
Kuripan. Selain pandai menenun, iapun memiliki kekuatan gaib. Bukan hanya ia dapat
memenuhi persyaratan waktu yang singkat itu, Ratu Kuripan pun menyelesaikan
sangatlah indah. Seperti yang dijanjikan, kemudian Raja Tua mengangkat Ratu Kuripan
menjadi pengasuh si puteri Junjung Buih. Ia ikut berperanan besar dalam hampir setiap