Anda di halaman 1dari 5

Nama : Lawrenz Richard Madika Helnia

NIM : 200210502002
Kelas : TEKOM C
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Tugas : Menganalisis kalimat-kalimat dalam Cerpen menjadi Kalimat Efektif !

 Cerpen Yang Dianalisis:


“Bintang”
-Karya Wijayanti-

Dia, duduk di samping jendela, dibawah sinar lampu yang temaram. Mencoba
memandang langit yang gelap, hanya ada rembulan yang memantulkan sebagian
dari cahaya matahari. Tak ada bintang yang terlihat, semua bersembunyi dibalik
awan, barangkali malu untuk kulihat, katanya dalam hati seraya tersenyum. Angin
malam berhembus sepoi-sepoi, seolah menghembuskan udara pada wajahnya
yang lembut. Awan bergerak perlahan, memberikan seni tersendiri di kegelapan
malam. Ahh, ternyata ada satu bintang di balik awan, senyumnya tersungging di
balik bibirnya yang mungil. Ya Rabb, ternyata setitik cahaya pun bisa memberikan
keindahan yang luar biasa diantara luasnya langit yang gelap di malam hari. Ah,
seandainya ketika membuka jendela, memandang langit dan tak menemukan
bintang kemudian dia tak mencoba menatap awan tapi menutup jendela kembali,
dia tak akan menemukan bintang yang tersembunyi di balik awan.

***
Seperti setitik bintang di kegelapan malam, terkadang kita tak menyadari ada
cahaya kecil dalam malam yang gelap, yang kita berinama “bintang”. Betapa
indahnya cahaya itu walaupun tak bisa menerangi malam. Tapi, lain halnya ketika
kita melihat ada setitik noda di atas kain putih yang membentang. Kita justru
terfokus pada noda yang kecil, dan seolah lupa betapa bersihnya kain itu terlepas
dari setitik noda yang ada, yang mungkin bisa hilang hanya dengan sedikit
detergent pemutih. Itulah hidup, kadang-kadang kita lupa untuk memandang
sesuatu dari sisi lain yang dimiliki.
Saya, memiliki seorang murid yang saya pikir kecerdasannya kurang menonjol
dibanding lainnya. Suatu hari, ketika kami tengah membicarakan sistem tata
surya, hanya sebagai pengetahuan bahwa bumi merupakan salah satu planet
dalam sistem tata surya yang menjadi tempat tinggal manusia, murid saya itu,
sebut saja namanya Rimba, tiba-tiba berdiri dan mengambil helm milik guru lain
yang disimpan diatas loker dalam ruang kelas serta memakainya. Tanpa saya
sadari saya berkata kepadanya :”Wah,,,teman-teman, lihat!! Rimba memakai
helm, seperti astronot yang mau terbang ke bulan ya…”. Semua teman-temannya
memandang ke arahnya, dia tersenyum, spontan helmnya langsung di lepas dan
dikembalikan ke tempat semula, tanpa harus disuruh untuk mengembalikan.
Kemudian saya ajak mereka untuk menggambar roket di atas kertas putih yang
tersedia. Dan hasilnya, Subhanallah, murid yang saya pikir kecerdasannya kurang
menonjol itu justru tahapan menggambarnya dua tingkat lebih tinggi dibanding
murid yang saya pikir paling pandai di kelas.

Seandainya saja saya memberikan reaksi yang lain seperti :”Rimba, silakan
dikembalikan helmnya karena sekarang saatnya kita belajar”, atau :”Maaf, silakan
dikembalikan helmnya karena Rimba belum minta ijin bu guru”, atau yang lainya,
mungkin saya tidak akan pernah tahu bahwa kecerdasan dia sudah lebih dari apa
yang saya sangka karena pembahasan hari itu bukan tentang astronot atau roket.
Atau barangkali saya membutuhkan lebih dari satu kalimat perintah untuk
membuatnya mengembalikan helm ke tempat semula.

Reaksi berbeda yang kita berikan ketika kita memandang bintang di kegelapan
malam atau setitik noda di selembar kain putih ternyata akan memberikan hasil
yang berbeda pula. Hidup ini indah, cobalah kita memandang sesuatu dari sisi
yang lain, maka yang tampak bukan hanya sekedar 2 dimensi. Bukankah lebih
seru ketika kita melihat film 3 dimensi???
 Hasil analisis kalimat-cerpen Menjadi kalimat Efektif :

Dia duduk di samping jendela, dibawah sinar lampu yang remang-remang.


Mencoba memandang langit malam, yang disinari oleh rembulan. Bintang tidak
terlihat karena bersembunyi dibalik awan, mungkin malu untuk kulihat, katanya
dalam hati sambil tersenyum. Angin bersepoi-sepoi, seakan menghembuskan
udara pada wajahnya yang lembut. Awan bergerak perlahan, memberikan seni
tersendiri di kegelapan malam. Ternyata ada satu bintang di balik awan, senyum
terlukis di balik bibir mungilnya. Ternyata setitik cahaya pun bisa memberikan
keindahan yang luar biasa diantara luasnya langit malam. Seandainya dia langsung
menutup jendela setelah membukanya, dia tidak akan dapat melihat bintang yang
tersembunyi dibalik awan tersebut.

***
Seperti setitik bintang di kegelapan malam, terkadang kita tak menyadari ada
cahaya kecil dalam kegelapan malam, yang kita sebut “bintang”. Betapa indahnya
cahaya itu, meski tidak dapat menerangi malam. Tapi, lain halnya ketika kita
melihat ada setitik noda di atas kain putih yang membentang. Kita justru terfokus
pada noda yang kecil, dan seolah lupa betapa bersihnya kain itu terlepas dari
setitik noda yang ada, yang mungkin bisa hilang hanya dengan sedikit detergent
pemutih. Itulah hidup, kadang kita lupa untuk melihat sesuatu dari sisi lainnya.
Saya memiliki seorang murid, yang saya pikir kecerdasannya kurang menonjol
dibanding lainnya. Suatu hari, ketika kami sedang membicarakan sistem tata
surya, hanya sebagai pengetahuan bahwa bumi merupakan salah satu planet
dalam sistem tata surya yang menjadi tempat tinggal manusia. Murid saya Rimba,
tiba-tiba berdiri dan mengambil helm milik guru diatas loker, kemudian
memakainya. Tanpa sadar, saya berkata :”Wah,,,teman-teman, lihat!! Rimba
memakai helm, seperti astronot yang mau terbang ke bulan ya…”. Dia tersenyum
saat teman-temannya memandang ke arahnya, kemudian tanpa disuruh dia
langsung mengembalikan helm yang dipakainya ketempat semula. Kemudian,
saya mengajak mereka untuk menggambar roket di atas kertas putih yang
tersedia. Hasilnya, murid yang saya pikir kecerdasannya kurang itu, justru tahapan
menggambarnya lebih baik dibanding murid yang saya pikir paling pandai di kelas.

Jika saja, saya memberikan reaksi lain seperti :”Rimba, silakan dikembalikan
helmnya karena sekarang saatnya kita belajar”, atau :”Maaf, silakan dikembalikan
helmnya karena Rimba belum meminta ijin kepada ibu guru”, atau yang lainya,
mungkin saya tidak akan pernah tahu bahwa kecerdasannya sudah lebih dari apa
yang saya pikirkan, karena pembahasan hari itu bukan tentang astronot atau
roket. Atau mungkin saya membutuhkan lebih dari satu kalimat perintah, untuk
membuatnya mengembalikan helm ke tempat semula.

Reaksi berbeda yang kita berikan, ketika kita memandang bintang di kegelapan
malam atau setitik noda di selembar kain putih, ternyata akan memberikan hasil
yang berbeda pula. Hidup ini indah, cobalah kita memandang sesuatu dari sisi
yang lain, maka yang terlihat bukan sekedar 2 dimensi. Bukankah lebih seru ketika
kita melihat film 3 dimensi???

Anda mungkin juga menyukai