Anda di halaman 1dari 39

1

Bulan Sabit yang Membenci Kekalahan


Yel-yel pembangkit semangat terdengar pada lingkungan sekolah ketika para pecandu bisbol
menggelar laga latihan. Tawa gembira terdengar sepanjang jalan di sekitar kolam renang,
ketika sekelompok gadis bersenang-senang sambil saling memercikkan air pada temannya.
Terdengar juga kebisingan yang dibarengi dengan derikan serangga tanpa henti pada
pepohonan di halaman belakang sekolah.

Di luar kelas, kini sedang musim panas. Tepat sekali, musim panas. Musim panas tengah
menguasai dunia saat ini.

„Musim semi pada kehidupan sehari-hari‟? Tidak, lebih tepatnya, kita bisa menamainya:
„Musim panas di kehidupan sehari-hari‟.

Sebagai konsekuensi alam, musim panas menguasai kelasku, dan juga memanaskan udara
sehingga sekelilingku berubah menjadi sauna yang menyesakkan. Sebagai manusia biasa.
kami bukan apa-apa, kami hanyalah hamba tak berdaya yang menghadapi kekuatan luar biasa
dari Tuhan, dan juga guru kami

Aku mengangkat kepalaku dengan cepat, dan memberikan tatapan kosong pada bola api
menyala yang memerintah seluruh langit. Aku perlahan membuka mulut untuk berbicara.

"... Bisakah „kau‟ turun sedikit?"

Terus terang, aku tidak tahan panas. Dan jika ada sesuatu yang aku benci, itu adalah matahari
di tengah-tengah musim panas. Andaikan aku adalah seorang pahlawan, dan matahari adalah
Raja Iblis, maka aku akan mengumpulkan rekanku, kemudian aku luncurkan pedangku saat
kami bicara.

"Kau sangat imut ketika berperilaku seperti anak kecil, Nonomiya-kun!" Gadis di sampingku
cekikikan sembari pura-pura memperhatikan pemberitahuan dari panitia. Aku segera
menoleh, cemberut padanya, dan melupakan diriku yang terkejut.

Setiap salah satu dari sekitar tiga puluh siswa, yang telah dikumpulkan dari semua angkatan
untuk menghadiri pertemuan OSIS reguler, mereka bermandikan keringat, dan seragam
mereka lengket pada kulit. Mereka berusaha keras untuk menjaga nyawa mereka yang
seolah-olah akan segera menguap. Tapi dia? Seragam dan rambutnya masih terlihat
sempurna, dan tentu saja, tidak ada setetes keringat pun di wajahnya. Dia tampak selalu sejuk
dan segar, seakan-akan dia hidup di dunia lain.

"Sepertinya.... bahkan matahari tengah musim panas sekalipun tak berdaya melawan Youko
Tsukimori dan hatinya yang sedingin es."

"Kau benar sekali. Semua orang tahu bahwa hanya 'ciuman lembut' dari seorang pangeran
yang dapat mencairkan hati beku sang putri," dia menjawab sambil menampik komentar
pedasku dengan begitu mudahnya, dan dia tersenyum ketika mengulirkan tangannya pada
pahaku yang tersembunyi di bawah meja. "Wahai pangeranku!"

Aku mulai sakit kepala, dan tentu saja itu bukan hanya karena panas yang menyengat. Aku

2
pusing karena berbagai alasan, dan aku pun hanya bisa membalas "... ah, yang benar saja"
sembari aku menampik tangan Tsukimori.

Entah karena ia menikmati tampilan jijik pada wajah seseorang, atau karena dia memiliki
sifat abnormal (yaitu semakin kegirangan ketika diperlakukan dengan dingin), yang jelas,
Youko Tsukimori sama sekali tidak berkecil hati saat aku menolaknya mentah-mentah. Justru
sebaliknya, dia dengan senang hati menyipitkan mata dan berkata, "Ahh...Jahatnya!"

Sejak pertemuan tengah malam di taman, ia menjadi lebih dan lebih menarik ketika
temperatur naik. Jika ada perbedaan antara suhu dan perilakunya, maka itu adalah fakta
bahwa sangat tidak mungkin baginya untuk mendinginkan suhu, layaknya musim dingin yang
datang.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, aku menghela napas dalam-dalam untuk
menyampaikan kejengkelanku.

Tak lama kemudian, pertemuan pun berakhir. Youko Tsukimori berdiri, dan teman-temannya
yang merupakan ketua kelas mulai berkumpul di sekelilingnya dengan segera. Itulah
takdirnya sebagai orang yang paling populer di sekolah ini.

Karena aku tahu diri, dan sadar betul akan posisiku, aku pun meninggalkannya di belakang
tanpa ragu-ragu, kemudian berjalan keluar dari ruangan.

"Aku mohon maaf, tapi aku harus pergi bekerja," tiba-tiba ia meminta maaf kepada
pengagumnya dengan sopan, dan bergegas berlari ke arahku. Dia kemudian memberiku
senyum dan berkata, "Ayo kita pergi, Nonomiya-kun."

Setelah memposisikan dirinya pada sisiku, seolah-olah itu adalah hal yang paling alami untuk
dilakukan, kemudian ia melingkarkan jari-jari mungilnya di lenganku, dan berharap orang-
orang di sekitar tidak melihat apa-apa.

Melihat bagaimana dia sangat menikmati hubungan rahasia kami, tiba-tiba aku merinding
ketika membayangkan apa yang akan dia lakukan jikalau ini adalah musim dingin yang
menggigil.

Kami terus berdebat ketika berjalan melalui koridor kosong ke arah kelas.

"... Benarkan aku jika aku salah, tetapi apakah kau sedang terpengaruh suatu mantra sihir
yang menyebabkanmu tidak sanggup jalan lurus jika tidak bersandar pada seseorang?" aku
mengatakannya sambil mendesah.

"Merasa malu? Tidak perlu, toh tidak ada yang memperhatikan kita!"

"Malu? Apakah aku terlihat malu bagimu?”

"Pipi memerah, napas berat ... apakah aku membuatmu terangsang?"

"Aku hanya kepanasan! Sudahlah, lepaskan aku! Jika kepalaku terlihat benar-benar merah
sekarang, maka itu karena aku marah!”Aku balas dan mendorongnya agar menjauh. Namun,
ia segera melompat kembali dan membalasnya dengan menempel padaku lebih erat.

3
Aku mendorongnya – dia kembali menempel padaku, aku mendorongnya – dia kembali
menempel padaku, aku mendorongnya – dia kembali menempel padaku. Siklus tak berguna it
uterus terjadi, bahkan semakin kencang, sembari kami berjalan menyusuri koridor.

Oh ya ampun, apa yang aku lakukan ... seolah-olah hawanya tidak cukup panas. Aku berpikir
demikian, dan menyadari bahwa tubuhku semakin bermandikan keringat karena pertarungan
kecil diantara kami berdua. Namun, tak setitik pun keringat muncul di wajahnya, itu
membuatku semakin jengkel dan aku tak berhenti mendorongnya.

Pada akhirnya, Tsukimori sendiri lah yang mengakhiri pertarungan kami yang sia-sia.

Tiba-tiba, ia berhenti. Dia mengambil beberapa langkah menjauh dariku, dan memasang
senyum yang biasa di wajahnya. Tidak ada lagi perilaku kekanak-kanakan pada tingkahnya.
Sebaliknya, yang ada di hadapanku sekarang adalah Youko Tsukimori, yaitu seorang gadis
yang dikagumi oleh semua orang.

Aku segera berdiri tegak, dan dengan hati-hati aku mengikuti sorotan matanya yang tertuju
pada suatu sosok. Pada ujung koridor yang disinari cahaya matahari terang, aku bisa melihat
sosok orang yang bertubuh ramping.

Sembari kami terus berjalan menyusuri koridor, sosok itu perlahan mendekat ke arah kami
berdua. Langkah kaki yang tajam menghentak lantai linoleum*, dan perlahan-lahan aku bisa
melihat sosok itu dengan jelas.

[Linoleum adalah bahan pelapis lantai yang terbuat dari minyak biji flax (linseed oil)
dicampur dengan tepung kayu atau serbuk gabus denganbacking dari kain berserat kuat atau
kanvas. Sering dipakai sebagai bahan cetakan dalam seni grafis dengan teknik yang sama
dengan cukil kayu. Wikipedia Bahasa Indonesia tanpa perubahan.]

Seperti yang sudah kuduga, dia tak lain adalah instruktur seni bernama Misaki Takaoka.

Setiap pelajar di SMA Senkou bisa segera mengenalinya hanya dengan mendengar langkah
kaki orang itu. Misaki. Hanya ada satu guru yang mengenakan stiletto* di sekolah ini, dan dia
adalah Misaki Takaoka.

[Stiletto adalah sepatu hak tinggi yang paling populer di dunia fashion karena secara riel
mampu meningkatkan penampilan seorang wanita. Nama Stiletto diadopsi dari nama pisau
belati yang memiliki bentuk tipis dan runcing pada bagian ujungnya. Pisau tipis ini digunakan
untuk menusuk lawan melalui celah-celah baju besi yang terlalu sempit ditembus dengan
pedang. Stiletto dikembangkan di Italia pada abad ke 14 sebagai pelengkap senjata untuk
berperang. Hak stiletto memang berbentuk mirip dengan pisau belati tersebut dengan ciri
khas terbuat dari logam, berbentuk lurus dari pangkal tumit dan meruncing pada bagian
ujungnya yang menapak ke lantai. http://www.tips-sepatu-wanita.com/2014/05/sepatu-
wanita-hak-tinggi-stiletto.html.]

Dia tidak terlihat seperti seorang guru sama sekali. Adapun, penampilan luarnya membuatnya
terlihat seperti seorang mahasiswi. Terlepas dari stiletto, dia juga mengenakan rok kulit ketat
pendek dan kemeja kebesaran dengan lengan yang digulung. Di telinganya, ia mengenakan
sepasang anting-anting besar. Namun dia tidak memakai make-up tebal dan menor,

4
tampaknya dia juga tidak menggunakan perawatan rambut yang istimewa. Untuk
menyempurnakan penampilannya yang menggoda, sepertinya dia terlalu malas untuk
memakai bra.

Alasan mengapa aku mendeskripsikan dirinya sebagai "mahasiswi" adalah karena dia tidak
hanya cantik, tapi juga membuat dirimu tersedot pada pesona style-nya.

Tentu saja, Misaki Takaoka sangat populer di kalangan orang-orang seperti Kamogawa, dan
sekelompok siswa lain yang menuruti naluri kejantanannya. Suasana di sekitarnya sangatlah
unik, dan entah kenapa terasa terdistorsi. Aura wanita itu terasa berbeda dengan profesinya
sebagai guru, sehingga siapapun akan terpesona ketika menatapnya.

Jika kau seorang wanita, biasanya gadis-gadis lain akan memusuhimu bila kau mengenakan
pakaian dan penampilan yang seksi, tapi anehnya, aura Misaki Takaoka bisa harmonis
dengan wanita-wanita lain di sekolah ini.

Itu berarti, dia sungguh tidak cocok berprofesi sebagai guru, dan tingkah lakunya tidak
seperti seorang pendidik. Wakil kepala sekolah kami yang ketat sering kali mengkritik dia
sebagai contoh buruk bagi siswi-siswi lainnya.

Ketika kami melewati Misaki Takaoka, Tsukimori menyambutnya dengan anggukan. Tiba-
tiba, stiletto-nya berhenti memukul lantai.

"Hei kalian, sudah lama aku ingin menanyakan hal ini, tapi ..."

Misaki Takaoka adalah instruktur kelas kami pada pelajaran seni rupa, tentu saja kami saling
kenal. Namun, dia tidak pernah berhubungan dengan kami di luar kelas.

"... Apakah kalian berpacaran?"

Dia melirik kami berdua dengan tatapan tajam, sembari menyipitkan matanya yang entah
kenapa terkesan sedikit murung. Tampaknya dia menyembunyikan rasa penasaran yang
begitu besar.

Dia benar-benar tidak memakai bra ... Aku tiba-tiba menyadari hal itu ketika kulihat belahan
dada menawan, karena dua kancing baju teratasnya terbuka.

"Apakah kami terlihat seperti pasangan?" Youko Tsukimori menanggapi dengan senyum
ramah. Tidak seperti aku, dia tidak main mata sedikit pun dan sikapnya begitu tenang.

"Ya," Misaki Takaoka mengangguk tanpa ragu.

Dia begitu tegas, pada kenyataannya, aku takut dia melihat “pertarungan” kami beberapa saat
yang lalu. Jika seseorang tak tahu apa-apa, “pertarungan” kami mungkin terlihat seperti
candaan sepasang kekasih.

Di sisi lain, tidak mungkin Youko Tsukimori sengaja membiarkan seseorang mengetahui sisi
"rahasia" pada dirinya. Oleh karena itu, aku begitu bingung mengapa Misaki Takaoka
memikirkan kesimpulan seperti itu.

5
"Ya ampun! Dalam hal ini, harusnya aku merasa terhormat,” kata Tsukimori.

"Oh, aku tidak tahu bahwa kau begitu memuja Nonomiya-kun."

"Huhu, Nonomiya-kun sebenarnya cukup populer, tapi aku rasa kau tidak tahu akan hal itu,"
Tsukimori melawannya dengan tawa cekikikan.

"Sungguh? Yahh, dia cukup tampan dan sepertinya tidak terlalu manja. Aku suka itu."

"Aku",”oh",”huhu",”sungguh" ... Meskipun pertukaran kata-kata mereka terdengar begitu


damai, sepintas tenggorokanku terasa sangat kering seperti amplas. Aku tidak bisa
menyingkirkan imajinasi bahwa aku sedang menonton perkelahian sengit antara kucing dan
tikus.

Walaupun aku sudah terbiasa menghadapi kepribadian tak terduga Tsukimori, aku juga
merasakan ketidakjelasan serupa pada sifat instruktur seni rupa ini.

Firasat macam apa yang aku rasakan ini?

"Ah, benar, Tsukimori-san! Aku mendengar bahwa kedua orang tuamu meninggal ...?”

Ada sesuatu dalam kata-katanya yang menarik perhatianku, tapi aku tidak bisa menunjukkan
apa itu. Tsukimori berhenti sejenak, rupanya dia pun merasakan hal yang sama denganku,
dan dia menjawab pertanyaan itu dengan sedikit tundaan,”... Ya."

"Astaga…! Kau pasti sedang mengalami masa-masa sulit, kan?”

"Ya, aku rasa begitu ... Ini tidak mudah."

Misaki Takaoka mungkin terlihat seperti gadis nakal, tapi dia masihlah seorang guru; tidak
ada yang salah jika dia menyampaikan belasungkawa terhadap muridnya. Masalahnya adalah,
timing-nya.

Sementara perlahan membelai rambutnya, dia mulai tersenyum.

"Tapi kau terlihat baik-baik saja sekarang."

Orang tua Tsukimori telah meninggal pada akhir Mei, dan sekarang adalah bulan Juli, tak
lama sebelum kami liburan musim panas. Dua bulan telah berlalu sejak saat itu. Karena ada
topik menarik lainnya seperti Konferensi Besar Senkou, kejadian itu lenyap begitu saja
bagaikan terhembus angin.

"Aku paham mengapa kau begitu dihormati oleh rekan-rekan sesama pelajar, bahkan para
guru. Mengesankan ... Seorang gadis normal seusia dirimu saat ini, seharusnya tidak setenang
ini ketika ditinggal oleh kedua orang tuanya sekaligus." Setelah menyampaikan kata-kata
tersebut, entah kenapa si guru memalingkan pandangannya ke arahku. "Tidakkah kau setuju
denganku, Nonomiya-kun?"

6
Aku mengertakkan gigi untuk sesaat, dan menjawab penuh dengan nada tak acuh, ”Aku takut
bahwa aku tidak bisa menilai Tsukimori hanya dari hal itu."

"Jangan merendah; ini semua berkat pertolongan dari begitu banyak orang, sehingga aku bisa
keluar dari keterpurukan,” Tsukimori menanggapi dengan tiba-tiba, kemudian berbalik
padaku. "Tentu saja, kau adalah salah satu dari mereka."

Dia hanya menggunakan diriku sebagai perisai, aku mengungkapkan itu di dalam hati sambil
menyipitkan mataku. Aku pun menjawab dengan penuh nada tak acuh, sama seperti
sebelumnya,”Yah, kau mendengarnya, sensei?"

"Mhm ...? Baiklahhh,” Misaki Takaoka bergumam sambil menekuk bibir sensualnya. Dia
tersenyum penuh arti sambil menyipitkan mata. Sikapnya yang tiba-tiba menjadi dingin
membuat diriku waspada.

Apakah wanita ini mengerti sesuatu tentang meninggalnya kedua orang tua Tsukimori ...?

Tidak, tidak mungkin, aku menjawab sendiri dengan segera.

Aku adalah satu-satunya orang di dunia ini yang mencurigai Youko Tsukimori.

Namun, aku sendiri tidak dapat mengabaikan sikap Misaki Takaoka yang agaknya
mengandung makna tertentu. Cara dia menyatakan sesuatu dengan provokatif, sepertinya
mengisyaratkan semacam kepastian.

Aku pun tidak begitu yakin, dan aku menganggap bahwa melanjutkan percakapan tak terduga
dengan orang asing adalah ide yang buruk. Sehingga aku memutuskan untuk menyudahi
pembicaraan ini untuk sementara waktu.

Hanya beberapa saat setelah aku mengakhiri percakapan ini dengan perasaan gelisah:

"Sekarang, Misaki-sensei, ijinkan kami untuk pergi bekerja," kata Tsukimori, dan kemudian
dia berbalik padaku dengan senyum selembut sinar matahari pagi. "Kita harus buru-buru,
Nonomiya-kun."

Perubahan “warna” ini yang membuat aku terkesan. Itulah Youko Tsukimori, dia mungkin
merupakan musuh yang mengerikan, tapi dia adalah orang yang paling bisa diandalkan
sebagai sekutu.

"Oh, aku minta maaf karena telah menahan kalian. Tapi jangan mengajak Nonomiya-kun,
oke? Ada sesuatu yang harus kubucarakan dengannya." Namun, Misaki Takaoka tidak
menyerah begitu saja. "Oh, ayolah, jangan memberiku tatapan masam seperti itu, Nonomiya-
kun. Kamu menghancurkan hatiku! Ini juga salahmu, kau tahu? Apakah kau masih ingat
sketsa potret yang tempo hari kau serahkan?”

"…Ya."

"Sketsa Itu mengerikan! Mengerikan sekali! Aku sudah melihat banyak sketsa selama aku

7
menapaki karir sebagai guru, dan aku sangat yakin untuk mengatakan bahwa sketsa itu adalah
yang terburuk!”

Ekspresinya begitu bersungguh-sungguh, sehingga aku pun harus memalingkan tatapan


mataku dari wajahnya. Aku sangat menyadari bahwa keterampilanku sangat payah dalam hal
seni, tapi aku cukup canggung ketika seseorang mengkritikku habis-habisan tentang itu.

"... Semua orang memiliki kelebihan dan kelemahan mereka masing-masing," gumamku
untuk menjelaskan situasinya.

"Tidak," dia membalas. "Kau jelas-jelas tidak memiliki motivasi, sehingga kau jadi seburuk
itu. Oleh karena itu, wahai Nonomiya-kun sayang, sekarang aku akan membawamu ke ruang
seni dan memberikan kuliah tambahan."

Sembari menampakkan senyum lembut di wajahnya, dia menahan diriku dengan lilitan
lengannya.

"Tsukimori-san, bisakah kau memberitahu bosmu bahwa Nonomiya-kun dipanggil oleh


gurunya dan tidak bisa datang untuk bekerja hari ini?” kata Misaki Takaoka sambil
menarikku ke arahnya. Sentuhan lembut dan kenyal yang membalut lenganku membuat
diriku tak sanggup melakukan perlawanan apapun.

"Ya ... apa boleh buat. Aku akan menyampaikan pesan anda,” Tsukimori mengatakan itu
dengan senyum tipis di bibirnya, kemudian dia cepat berbalik, dan mengibaskan rambut
hitamnya yang indah di udara.

Aku melihatnya sekilas dengan tatapan di sudut mataku. Jika aku tidak salah, dia hanya
memberiku senyuman sembari menuju ke pintu keluar.

"Ingin gula lebih banyak?" Tanya wanita itu sambil menuangkan cairan hitam dari karton, ke
dalam cangkir.

Aku, yang berada di sisi lain ruangan, menyibukkan diri dengan menatap patung yang tak
terhitung jumlahnya dan lukisan minyak yang telah disimpan lama di ruang persiapan seni.
Aku pun menjawabnya dengan singkat, ”Aku lebih suka kopi pahit."

"Oh, itu sangat tidak biasa bagi pria seusia dirimu."

"Aku sudah terbiasa minum kopi seperti itu karena aku bekerja di sebuah kafe."

Misaki Takaoka membawa dua cangkir ke meja kerja, kemudian duduk pada sisi yang
berlawanan dari arahku. "Ambilah satu,” katanya sambil mendorong satu cangkir ke arahku,
lantas aku menerimanya dengan ucapan terima kasih. Sudah waktunya untuk istirahat minum
es kopi.

Ruang persiapan berada tepat di samping ruang seni. Luasnya adalah sekitar setengah dari
ukuran kelas pada umumnya, dan hanya memiliki dua pintu: satu mengarah pada koridor, dan
satu mengarah pada ruang seni.

Ruangan itu berantakan, dan penuh dengan aroma unik yang merupakan campuran dari cat,

8
plester dan berbagai logam. Sebagai seorang amatir, aku tidak bisa membayangkan
keindahan macam apa yang tersaji pada lukisan dan patung yang tersimpan di sini, apalagi
membedakan mana yang sudah selesai dan yang belum. Bahkan, alat-alat yang berjajar di
sana sangatlah beragam, ada yang aku kenali, dan banyak yang tidak. Selain kuas, dempul
dan kikir, ada juga instrumen yang mungkin digunakan untuk patung, seperti: palu, pahat dan
beliung.

Karena Misaki Takaoka adalah satu-satunya instruktur seni rupa di sekolah ini, ruangan ini
juga berfungsi sebagai studionya.

"Sekarang katakan, kalian sedang pacaran, kan?" Tanyanya untuk mengungkit kembali
masalah tadi. "Mengapa kau tidak memberitahu Misaki? Hm? Ini akan menjadi janji kecil di
antara kita!”

"Ahem, tidakkah kau hendak memberiku kuliah tambahan ...?"

"Hah? Kau ingin diceramahi? Jadi kau menginginkannya, Nonomiya-kun? Mmhm ... Yah,
kita sendirian di sini, jadi aku kira, aku bahkan tidak akan sungkan untuk menginjakmu
dengan tumitku jika kau tidak mengatakan yang sebenarnya. "

Dia melirikku, dengan mengerutkan dahi, sembari mengembang-kempiskan payuranya ketika


bernapas. Kuliah tambahan tampaknya hanyalah alasan, sehingga dia bisa menyeretku ke
sini.

"Biarkan aku pertegas ini: kita berdua tidak memiliki hubungan serius, sehingga kau tak
harus menghindar dariku."

Tidak ada kata yang secara akurat bisa mendeskripsikan hubungan kami, tapi paling tidak, ini
bukanlah suatu hal yang sederhana.

"Jika kau mengira bahwa kami memiliki hubungan yang akrab, maka itu hanya karena kami
bekerja di kafe yang sama, dan di sana juga ada dua wakil dari kelas kita. Aku punya alasan
tersendiri mengapa aku harus bergaul dengannya, daripada rekan-rekan lainnya,” kataku,
dengan ekspresi datar yang sudah sering aku tunjukkan berkali-kali pada setiap orang.
Bahkan, sebagian besar dari mereka benar-benar puas dengan penjelasan ini. Atau mungkin
saja mereka hanya menyikapi diriku dengan pemikiran yang bijaksana, sehingga mereka tak
pernah protes dengan tabiatku yang seperti ini.

Semua orang menganggap bahwa Youko Tsukimori adalah gadis yang istimewa, dan mereka
pun berusaha untuk menjaga asumsi tersebut.

"Hmm ... Bukan itu. Alasan mengapa aku berpikir bahwa kalian berdua adalah pasangan,
tidaklah sedangkal itu.”

Tanggapannya tak terduga. Aku membeku di tempat dengan cangkir tertempel di bibirku, dan
aku mulai mengamati dia sekali lagi.

"Apakah kau ingin tahu apa maksud dari ucapanku?"

9
Tiba-tiba, Misaki Takaoka berdiri, berjalan lurus ke sampingku, dan mengarahkan wajahnya
pada sisi telingaku.

"Penasaran, kan?" Dengan tatapan licik, dia menghela napas. Seolah-olah, napasnya
menyebarkan sejenis bubuk aneh pada mukaku.

"... Tidak, aku tidak penasaran ..." jawabku sambil berpaling darinya. Aku benci
mengakuinya, tapi aku kewalahan oleh aura aneh yang dia bebankan padaku. Aku tidak
memiliki pengalaman untuk menghadapi orang seperti ini.

"Pembohong. Aku bisa membaca dari wajahmu: Kau gatal untuk tahu, kan" gumamnya,
sembari menusuk pipiku dengan jari lentiknya. Dia tertawa cekikikan dengan girang. Aku
jelas bisa merasakan getaran yang merayap di sekujur tubuhku.

Aku berantakan, dan kebingungan.

Aku dengan sempurna menyadari daya tariknya sebagai seorang wanita dewasa, dan ruangan
ini juga merupakan wilayah kekuasaannya. Namun, setelah semua hal yang aku lalui bersama
Youko Tsukimori, aku begitu yakin bahwa aku tidak akan kehilangan dirinya. Bahkan, jika
aku mendapatkan cobaan dari seorang wanita dewasa yang tak terduga.

Namun, sekarang aku benar-benar terperangkap di dalam cengkraman wanita ini.

"Jujurlah dengan gurumu. Kau ingin tahu, bukan?”

"... Yah, sepertinya aku memang ingin tahu. Beri aku pilihan.”

"Bagus deh, sayangku. Maafkan aku, tapi setiap kali aku melihat seorang anak yang
memberontak atau perempuan, aku tidak bisa menahan diri dari menggoda mereka.”

Aku sangat ketakutan saat melihat senyum lembut di hadapanku, aku kewalahan oleh
kecemasan yang tak tertahankan. Itu merupakan perasaan yang mengerikan, seperti ketika
seseorang dimakan bulat-bulat oleh seekor hewan buas.

"Tunggu di sini sebentar, oke?" Kata Misaki Takaoka. Dia mengedipkan mata, berdiri, dan
akhirnya berjalan menjauh.

Saat itulah aku akhirnya menyadari bahwa aku basah kuyup oleh keringat, seolah-olah aku
terjun langsung ke dalam kolam renang sembari memakai pakaian lengkap. Selain itu, aku
juga merasa seolah-olah aku baru saja berenang sejauh beberapa meter, sehingaa tubuhku
lelah dan jantungku berdegup kencang.

Namun, aku tak percaya bahwa saat itu juga, aku sedang tersenyum.

Itulah kebiasaan burukku. Meskipun kepalaku membunyikan alarm dan memberitahu agar
menjauh dari wanita ini, hatiku masih saja berdegup kencang karena rasa penasaran untuk
mencoba terjerat di dalam perangkapnya.

10
Aku sangat bersemangat seperti ketika aku mempelajari sifat seorang Youko Tsukimori.
Tubuhku sangat senang ketika menemui seorang lawan yang tangguh.

"Inilah sketsa yang aku bicarakan."

Begitu ia kembali, ia duduk dan menaruh beberapa sketsa di atas meja. Diantara gambar-
gambar itu, terdapat beberapa sketsa yang tidak aku kenali.

"Sebuah cakar ayam tanpa motivasi sedikit pun," ia memberikan komentarnya pada salah
satu gambar tersebut.

"Judulnya adalah: 'apatis.'"

"Sebagai guru kelas seni rupa kalian, aku tidak bisa membiarkan hal seperti ini terjadi. Ayo,
setidaknya cobalah untuk termotivasi!”

"Kau tidak akan suka melihat orang seperti diriku mencoba termotivasi, karena itu adalah
pemandangan yang mengerikan. Aku sudah tidak punya harapan, dan begitu pun dengan
gambarku. Lagi pula, kau tidak bisa memaksaku termotivasi ketika aku harus menggambar
seorang Kamogawa. Aku serius.”

"Yah, aku tahu bahwa kau adalah pria yang cukup keras kepala, tapi aku rasa memang seperti
itulah kepribadianmu!" Dia tertawa. ”Gambar adalah cermin hati dari seorang seniman,” tiba-
tiba dia menambahkan suatu bisikan. ”Itu adalah kutipan dari guru seni rupa-ku dulu, tapi aku
sangat setuju dengannya. Keadaan mental dan kepribadian para seniman sangat tercermin
pada gambar mereka. Oleh karena itu, semuanya terjadi secara tidak sadar. Mereka
cenderung menumpahkan segala sesuatu pada obyek, daripada harus berbicara ke kiri-kanan.
Ini sangat menyenangkan, karena kau pada dasarnya dapat mengintip hati orang lain.”

Misaki Takaoka menyipitkan mata dengan ekspresi gembira. Aku tidak terkejut jika dia
menjilat bibirnya setiap saat.

"Bagiku itu bukanlah hobi yang menyenangkan ... Kau selalu menyuruh kami untuk
menggambar sketsa setiap kali kelas dimulai karena kau mencampur hobi dan pekerjaanmu.”

"Kau benar, Nonomiya-kun. Tapi jangan bilang siapa-siapa, oke? Aku tidak ingin siswaku
berpikir bahwa aku adalah orang yang eksentrik.”

"Jangan khawatir: Kau sudah terkenal sebagai salah satu orang paling eksentrik di sekolah
ini. Itu tidak dapat ditarik kembali.”

"Oh ya ampun, kenapa bisa begitu?"

"Jangan tanya aku."

"Karena penampilan aku?" Dia mulai bertanya pada dirinya sendiri, dan benar-benar
mengabaikan komentar tajamku. ”Tapi kebanyakan orang yang bekerja di bidang seni,
cenderung tidak mematuhi norma yang berlaku di lingkungan mereka, bukankah begitu?”
gumamnya, sambil merenungkan sesuatu, dan memiringkan kepalanya ke kanan-kiri.

11
"Dan? Bisakah kau utarakan pendapat pribadimu?”

Aku tidak akan berbicara terus terang. Tidak ada gunanya mengikuti suatu etiket.

"Singkatnya, aku dapat dengan mudah menganalisis orang dengan melihat gambar mereka."

Dengan kata lain, dia tahu persis orang seperti apa diriku ini.

"Misalnya, sketsa milikmu, woww, ini adalah contoh kekuarang-ajaran yang luar biasa, tapi
bukan itu intinya. Dari komposisi sampai rincian, gambarmu mendefinisikan bahwa kau
memiliki kepekaan yang baik dalam hal mengamati orang lain. Caramu menggunakan pensil
sangatlah berhati-hati, namun agak kasar di beberapa titik. Dari petunjuk ini, aku dapat
menyimpulkan bahwa kau adalah orang yang cakap dalam menganalisis, dan selalu berhati-
hati akan segala sesuatu. Nah, pada dasarnya, kau adalah contoh utama dari orang yang pasif.
Namun-"

Aku asyik mendengarkan penjelasannya. Kewaspadaanku mulai menurun, namun, aku


terpesona oleh cara wanita ini membuatku lengah.

"Pada intinya, kau memiliki kepribadian yang agak bengkok ... mengikuti aturan sehari-hari
hanya akan membuatmu bosan, bahkan itu bisa membuatmu memikirkan beberapa terobosan
untuk menghancurkan sistem yang stagnan tersebut. Itu membuatmu jadi orang yang agresif,
bahkan kejam,” jelasnya, sembari memberiku senyum penuh percaya diri. ”Sekarang kau
mau bilang apa? Identifikasiku tepat sasaran, kan?”

Sementara tak sepatah katapun keluar dari mulutku, aku sepenuhnya setuju dengan
analisisnya. Dia benar. Aku sungguh kagum pada caranya menginterogasi diriku hanya
dengan melihat beberapa sketsa gambar.

Kata "raut wajah" terlintas dalam pikiranku, dan itu merupakan alat untuk analisis perilaku
seorang kriminal yang biasa digunakan oleh Polisi dalam penyelidikan kejahatan.

"Mari kita lanjut ke bagian yang lebih menarik," dia kemudian berkata. ”Aku yakin kau
sedikit emosi setelah mendengar apa yang baru saja aku katakan, benar begitu?” ia
mengklaim dengan eskpresi penuh kemenangan, sembari ia menempatkan dua sketsa yang
digambar oleh orang lain, tepat di hadapanku.

Aku memang sangat ingin tahu ...

"Kedua adalah milik Tsukimori-san."

... itulah cara Misaki Takaoka menyelidiki sifat seorang Youko Tsukimori.

"Sebagai seorang guru seni, aku harus mengatakan bahwa gambar-gambar ini sempurna.
Hampir sempurna. Dia adalah tipe orang yang 100% pecaya pada buku teks.”

Salah satu sketsa sebagai contoh adalah milik Mizuru Usami. Jika dibandingkan dengan
gambarku, mungkin perbedaannya bagaikan malam dan siang. Aku sama sekali bukan

12
tandingannya dalam hal menggambar sketsa, walaupun Kumogawa memang merupakan
pemandangan yang mengerikan.

Namun, Misaki Takaoka tampak senang.

"Tapi sebagai seorang seniman, aku harus mengatakan bahwa aku tidak sering melihat
gambar yang begitu indah, namun sangat membosankan seperti ini.”

Meskipun aku adalah seorang awam dalam hal seni, aku bisa melihat bahwa sketsa Tsukimori
mungkin hampir sempurna karena terlihat begitu mirip dengan aslinya, tetapi presisi yang
bertele-tele itu memang terkesan membosankan.

"Dia benar-benar seperti kamu, Nonomiya-kun. Walaupun bagus, aku tak menemukan
segores pun hal yang menarik di dalam gambar tersebut,” dia menghela napas dan
memberiku senyum kecut. ”Kau dapat dengan mudah mengatakan bahwa gadis itu adalah
siswi yang unggul dari komposisi dan teknik menggambar sketsa-nya. Aku yakin dia
mengerti cara yang 'paling aman' untuk menggambar setiap goresan. Dia hanya menarik
garis-garis dengan „aman‟ tanpa adanya keberanian untuk bereksperimen, itulah mengapa
karya-karyanya terkesan konstan, stagnan dan tanpa emosi. Paling tidak, seperti itulah
pendapatku. Jujur, gambarnya sangat kurang memiliki emosi, seakan-akan aku melihat karya
seseorang yang berdarah dingin.”

Aku mendengar diriku menelan ludah.

"Perlu diingat bahwa dia menggambar sketsa sesuatu yang nyata. Maksudku, biasanya, ketika
kau menggambar seseorang, kesanmu terhadap orang tersebut akan mengalir ke gambar yang
kau buat sampai batas tertentu. Heh, misalnya, sketsa Kamogawa-kun milikmu secara harfiah
mengungkapkan ekspresi ketidakpuasan!” Wanita itu tertawa, dan memantullan décolletage*-
nya.

[Décolleté atau Décolletage adalah area pada wanita dari pangkal leher ke bagian atas dada.
Daerah ini sangat rentan terhadap kerusakan akibat matahari.
http://kamuskesehatan.com/arti/decollete/.]

"... Tapi lihatlah… tidak ada secuil pun emosi yang kutemukan pada sketsa Kumogawa-kun
milik Tsukomori-san." Lanjutnya. ”Seni merupakan suatu cerminan emosional, namun
cermin tersebut tidak memantulkan apa-apa, dan itu membuatku terganggu. Aku juga sudah
melihat beberapa karya Tsukimori-san tentang lukisan masih hidup, dan apakah kau tahu?
Tak peduli apakah dia menggambar apel ataukah kepala manusia, semuanya tak ada
bedanya.”

Ini adalah sesuatu yang hanya Misaki Takaoka bisa temukan sebagai seorang guru seni.

"Tsukimori-san mungkin merupakan gadis yang ramah dan sopan, tapi aku cukup bahwa dia
masih menyembunyikan wajahnya yang sebenarnya di balik topeng ..."

Dengan tatapan tajam yang dia hujamkan pada gambar Tsukimori, dia tampak seperti seorang
pemeriksa mayat. Aku menatapnya dari samping, dan dia mengingatkanku pada seorang
detektif kepolisian yang semberono. Pria itu juga telah mendeskripsikan Tsukimori sebagai

13
gadis yang terlalu sempurna, sehingga memancing kecurigaan. Sepertinya, firasat dan intuisi
Misaki Takaoka mirip seperti detektif licik itu.

“Apapun itu, masih ada suatu gambar yang dia beri sentuhan emosional.”

Dengan mengatakan hal ini, dia mengeluarkan suatu sketsa, kemudian mengoperkannya
padaku. Ketika aku menyadari gambar seseorang yang berada pada sketsa tersebut, aku pun
tersentak.

"Itu terjadi hanya ketika dia menggambar sketsa dirimu, Nonomiya-kun! Sepintas, mungkin
tidak tampak berbeda dengan sketsa sebelumnya, tetapi jika kau melihat lebih teliti, maka kau
akan menemukan beberapa bagian yang dia koreksi lagi dan lagi. Saat itulah aku menyadari
bahwa dirimu, Nonomiya-kun, adalah orang yang spesial baginya.”

Tepat di sebelahku, ada seorang wanita menjengkelkan dengan seringai nakal pada wajahnya.

"Sekarang, mau bilang apa kau? Identifikasiku tepat sasaran lagi, kan?”

Tanpa sepatah kata pun, aku menghabiskan kopi es di cangkirku dengan sekali teguk, lantas
menoleh padanya.

"Takaoka-sensei," Aku memulai dan langsung menuju ke pokok permasalahan.


”Sebelumnya, ketika kita bertemu di koridor, kau membahas tentang kematian orang tua
Youko Tsukimori sekitar dua bulan yang lalu, kan?”

Sambil menatap mataku secara langsung, dia mendesah,”... Kau malah mengajukan
pertanyaan lain tanpa memberiku satu pun jawaban, eh?"

"Terus terang, itu adalah tindakan yang tidak pantas dilakukan oleh seorang guru.
Mengingatkan seorang siswi tentang kenangan pilu jelas-jelas bukanlah tindakan yang
dibenarkan.”

"Oh, betapa kejam. Apakah kau akan memaafkanku jika aku mengatakan bahwa kata-kata itu
keluar begitu saja dari mulutku, karena aku sangat khawatir tentang kondisi Tsukimori-san?”

Meskipun aku melontarkan pernyataan yang tajam, guru wanita itu hampir tak menunjukkan
tanda-tanda gelisah ... dan itu membuktikan hipotesisku.

"Tentu saja tidak. Kau memiliki beberapa bukti atau alasan yang jelas untuk mengungkit-
ungkit permasalahan tentang insiden orangtuanya.”

Tiba-tiba, dia tersenyum dan mulai bertepuk tangan di depan décolleté-nya.”Seperti yang
sudah kuduga, bahwa kau adalah seorang pengamat yang cerdas! Penilaianku sangatlah
tepat!”

"Aku lebih suka kau menjawab pertanyaanku, ukannya memujiku."

"Kau adalah seorang anak yang menarik, Nonomiya-kun. Aku pikir, aku bisa mengerti
mengapa Tsukimori-san tertarik kepadamu.”

14
Aku mengerutkan kening padanya.

"Tolong! Jangan membuat wajah menakutkan seperti itu!” Dia mengolok-olok diriku sembari
merundukkan kepalanya. ”Yah ... sepertinya aku tidak akan menjelaskan segalanya tanpa
adanya imbalan, jadi ijinkan aku meminta sesuatu setelah aku menerangkan semuanya nanti.
Jika kau setuju dengan tawaran ini, maka akan kujawab semua pertanyaanmu.”

Aku tegang, dan waspada terhadap apa yang dia inginkan sebenarnya, tapi karena tidak ada
cara lain, aku memutuskan untuk menerima tawarannya. Aku bertanya, ”Apa yang kau
inginkan?"

"Mulai besok, aku ingin kau datang ke sini dan menjadi modelku selama beberapa hari,"
katanya dengan senyum mirip seorang penyihir.

Dengan ekspresi penuh kemenangan, dia membuat diriku merinding, tapi aku masih saja
mengangguk dan menyetujuinya ”... Mengerti."

Lagi-lagi rasa penasaran mengalahkan diriku sendiri, dan itulah salah satu sifat burukku. Aku
tidak senang dengan hasil ini, namun aku sangat penasaran tentang hubungan apa yang dia
miliki dengan Tsukimori. Aku pun juga sangat tertarik terhadap kepribadiannya yang penuh
misteri. Menghabiskan lebih banyak waktu dengannya adalah salah satu cara untuk menggali
lebih dalam kepribadian Misaki Takaoka.

Pagi berikutnya, aku masuk kelas dan duduk di kursiku. Segera setelah itu, Youko Tsukimori
langsung menghampiri diriku dari kursi sebelah dan bertanya,”Bagaimana dengan kuliah
tambahanmu?"

"Aku menyadari tentang betapa mengerikan gambarku, sehingga aku memutuskan untuk
berhenti saja."

"Apa lagi?"

"... Tidak ada. Takaoka-sensei hanya memberi saran padaku untuk menunjukkan suatu
motivasi, tak peduli keterampilan macam apa yang kumiliki. Dia juga memintaku untuk
sedikit mengurangi sikapku yang tak acuh terhadap seni.”

Dia terus menatapku dengan mata indahnya yang dibingkai oleh bulu mata lentik, tetapi
sesekali dia mendengar penjelasanku. Dia tiba-tiba mengakhiri pembicaraan, dan berkata
dengan nada bosan, ”Baiklah kalau begitu."

Kemudian pada hari yang sama, sepulang sekolah, Tsukimori membelai rambut hitamnya
sambil berkata, ”Ayo kita pergi, Nonomiya-kun,” seolah-olah itu adalah hal yang paling biasa
di dunia ini.

"Tidak," aku balas dengan nada jelas. ”Bisakah kau memberitahu Tuan Kujirai bahwa aku
mengambil libur lagi?"

Mata Tsukimori menyipit seperti bulan sabit. ”... Aku tahu bahwa ini adalah pertanyaan
konyol, tetapi kau tidak memiliki janji dengan Takaoka-sensei, kan?”

15
Pertanyaan itu cukup logis, karena aku baru saja bertemu dengan wanita itu sehari
sebelumnya.

"Bagaimana kalau aku memang punya janji dengannya? Toh, itu bukan urusanmu."

Tampaknya jawabanku lebih kasar daripada maksud yang ingin kuutarakan. Meskipun
begitu, aku tidak tahu apakah itu karena suara hatiku, atau tampilan pedih pada wajahnya.

"Aku minta maaf jikalau kau tersinggung. Aku tidak bermaksud mencampuri urusanmu
dengannya,” dia mengatakan itu, kemudian memberiku senyum samar. ”Tapi aku ingin agar
kau ingat siapa yang akan menjelaskan alasan absen-mu pada 'Mirai-san'- "

Wajahku membeku karena syok.

"Nonomiya, dasar pemalas! Jangan belagu, napa?”

Raungan keras itu bergema di dalam pikiranku. Aku hampir lupa ... tidak mungkin Mirai-san
mengijinkan aku absen selama dua hari berturut-turut tanpa alasan yang meyakinkan. Dia
adalah bos sesungguhnya di café itu, bahkan Tuan Kujirai takhluk padanya meskipun dia lah
yang menggaji Mirai-san. Andaikan aku adalah Saruwatari-san, pasti besok aku akan babak
belur.

"Tapi, mari kita lihat ... sebenarnya aku tidak sedang membelamu. Tapi karena kau adalah
Nonomiya-kun, aku bisa mendamaikan Mirai-san. Dengan demikian, tidakkah aku pantas
mendapatkan imbalan atas usahaku ini? Aku tidak menginginkan sesuatu yang mewah, sih.
Penjelasan yang lebih detail mengenai janjimu dengan Takaoka-sensei mungkin adalah
imbalan yang pantas.”

Permintaannya kukabulkan, aku harus memperlakukannya dengan baik karena dia akan
bernegosiasi dengan seekor "hewan buas."

"... Aku harus mengambil pelajaran tambahan pada kelas seni rupa, karena nilaiku sangat
buruk."

Aku tidak mengatakannya dengan jujur. Alasan sebenarnya masih berkisar pada Tsukimori
itu sendiri, sehingga aku tak bisa jujur sepenuhnya. Karena gadis ini begitu cerdas, dia pasti
mencium suatu kejanggalan pada alasanku, tapi aku tak punya pilihan lain.

"Uh-huh? Hanya seperti inikah imbalan yang kudapat, Nonomiya-kun? Baik. Aku juga punya
cara sendiri,” katanya sambil mengibaskan pinggul femininnya ke samping, dan dia pun
memasang wajah cemberut padaku.

Dia jarang menunjukkan ketidakpuasan dengan terang-terangan. Biasanya, dia akan


memancing diriku untuk menebak perasaannya yang sebenarnya. Sementara itu, aku juga
tidak bisa menebak apakah dia sedang bersandiwara, ataukah jujur. Ini adalah pertama
kalinya aku melihatnya berterus terang tanpa teka-teki sedikit pun.

"Kau sama sekali tidak perlu khawatir, Nonomiya-kun. Aku akan memberitahu Mirai-san
bahwa kau sedang sibuk berurusan dengan guru seni rupa yang cantik dan super seksi.”

16
"T-Tunggu! Ada beberapa hal yang sebaiknya tidak kau jadikan bahan candaan, dan kau tahu
betul orang seperti apa Mirai-san itu!”

"Oh ya ampun, hari ini akan menjadi hari yang sibuk di café, karena absennya seorang
karyawan yang tak terduga. Lagi-lagi aku harus menunggu semua meja sendirian.”

Tsukomori meninggalkan kelas dengan ucapan perpisahan bercampur ejekan.

Aku pun mendapat firasat bahwa aku akan mendapati saat-saat sulit di café besok.

Aku tidak bisa setuju dengan penilaian Misaki Takaoka, sebagai guru yang cantik dan super
seksi, terhadap seorang gadis tertentu.

"Takaoka-sensei ..."

"... Tahan, Nonomiya-kun, kita hampir selesai. Jadilah anak yang baik dan bertahan di sana
selama beberapa saat.”

Karena aku berpose sebagai model, aku bahkan tidak diizinkan untuk berbicara, apalagi
bergerak. Rupanya, Misaki Takaoka benar-benar berubah jika sedang bekerja sebagai seorang
seniman, dan sekarang dia sungguh serius.

Oh ya ampun, aku baru sadar bahwa berpose adalah pekerjaan yang begitu melelahkan.

Ketika dia menggambar diriku selama sekitar satu jam setiap kali pertemuan, aku sangat
menyesal karena telah menerima permintaannya tanpa pikir panjang.

Ketika selesai, seluruh anggota badanku mati rasa, dan leherku kaku. Pergerakanku seperti
robot ketika aku berdiri. ”Ha ha! Lihatlah dirimu!” Ia tertawa padaku, dan aku merasa
terhina.

Namun, aku tidak punya pilihan selain menahannya, karena menyelesaikan sketsa adalah
syarat yang harus kupenuhi.

Namun, ketika kami mengobrol saat hendak pulang, aku pun sadar bahwa berdiskusi dengan
Takaoka-sensei adalah hal yang sangat berharga. Aku mendapatkan banyak pelajaran dari
analisanya pada gambar seseorang.

"Perhatikan bagaimana Usami-chan menolak untuk mengubah cara dia menggambar, bahkan
jika itu menyebabkan keseimbangan pada gambarnya rusak. Dia sebenarnya adalah seorang
gadis yang cukup keras kepala, dan dia adalah tipe orang yang memiliki pandangan sempit
setelah memahami sesuatu. Tapi di sisi lain, dia sangat lugu dan setia. Pantas saja, gadis jujur
seperti dirinya disukai oleh banyak orang.”

Cara Misako Takaoka mengamati orang melalui gambar adalah suatu hal yang unik dan
menarik bagiku. Sepertinya, aku telah membuat kesalahan karena selalu menghindari dirinya.
Awalnya, aku berpikiran bahwa dia hanyalah orang dewasa yang merepotkan. Namun,
setelah bergaul lebih dekat, aku mulai sadar bahwa sebenarnya Takakoka-sensei adalah
seorang guru yang menarik.

17
Namun, tujuan utamaku tidak berubah. Aku ada di sini untuk menemukan apa yang instruktur
ini ketahui tentang Youko Tsukimori.

Apa yang akan dia beritahu padaku mengenai orang tua Tsukimori ...?

Walaupun aku masih tidak bisa memahami kepribadian Misako Takaoka, aku cukup yakin
bahwa dia tidak akan mengatakan sesuatu yang melenceng, karena dia memiliki keterampilan
luar biasa dalam menganalisis kepribadian seseorang. Tidak jelas apakah dia berada di pihak
kami, atau apakah dia adalah seorang musuh.

Itu semua tergantung pada jawabannya, dan tergantung pada apa yang ia tahu. Peluangnya
untuk menjadi musuhku sangatlah besar.

Namun, itu hanyalah ego-ku. Aku tidak mencoba untuk menjadi pahlawan yang melindungi
Tsukimori dari balik layar. Hal yang mendorongku untuk melakukan ini hanyalah keinginan
sederhana untuk menguasai rahasia seorang Misako Takaoka.

Beberapa hari berlalu seperti ini tanpa ada halangan. Sampai pada suatu hari, sebuah insiden
terjadi. Konsekuensinya adalah, muncul rumor yang mengatakan bahwa aku dan sang guru
mulai menjalin hubungan spesial.

Hari itu, aku dipaksa untuk menjadi patung lebih lama dari biasanya. Bahkan, semua anggota
tubuhku menjadi semakin kaku dan mati rasa. Sampai-sampai, aku khawatir jikalau aku
menjadi patung sungguhan. Ini semua terjadi karena Misaki Takaoka mengatakan bahwa
akhirnya dia bisa menyelesaikan gambarnya.

"…Ini dia! Akhirnya aku selesai!"

Tepat ketika aku hendak komplain, akhirnya aku bebas.

"Luar biasa, begitulah aku menyebutnya. Ke sinilah, Nonomiya-kun, lihat…. lihat!”

Siapa sangka? Kali ini dia malah memanggilku untuk melihat karyanya, padahal aku tak
pernah boleh melihat progress lukisan minyak tersebut!

Tentu saja, sebagai model aku ingin tahu bagaimana dia menggambar diriku. Aku melompat
untuk berdiri ... dan beberapa saat kemudian, bagian belakang kursi menabrak lantai
linoleum, dan stiletto terlempar di udara.

Aku telah mengacaukannya. Karena terlalu lama berpose, tubuhku terasa kaku seperti boneka
kayu, dan aku tak bisa mengontrol kakiku. Seakan-akan ada akar yang tumbuh dari kakiku.
Aku langsung kehilangan keseimbangan ketika berdiri, kemudian tersandung. Tentu saja, jika
hanya itu yang terjadi, maka rumor tersebut tak akan menyebar dengan cepat. Namun, entah
kenapa arah dan waktu aku terjatuh begitu pas.

Ketika seseorang menonton adegan ini, pasti dia akan mengira bahwa aku adalah seorang
siswa cabul yang melampiaskan hawa nafsunya pada ibu guru yang super-seksi.

18
"... Aww, Nonomiya-kun, aku tidak pernah menyangka bahwa ternyata kau adalah seorang
pria yang begitu agresif," kata wanita itu dengan tatapan malu.

Aku merasakan benda lembut yang memantul di genggaman tanganku. Ini pasti karena efek
dia tidak memakai bra.

19
20
"Apakah kau ingin imbalan berupa tubuhku? Baiklah, aku tidak keberatan jika harus
memberikan ini padamu. Terus terang saja, ini sama sekali tak masalah buatku!”

Ya, aku berbaring di atas tubuh “lezat” Misaki Takaoka yang lembut bagaikan bantal bulu.

Kancing bajunya pasti lepas ketika dia terjatuh tadi, payudaranya yang lembut menonjol
keluar ketika tanganku tak sengaja meremasnya. Pahanya yang telanjang terlihat olehku
karena roknya (yang sudah cukup pendek) tersingkap. Dari posisiku saat itu, aku yakin bisa
melihat suatu kain yang tersembunyi di balik setelannya.

"... A-aku minta maaf."

Aku mencoba untuk mengangkat tubuh bagian atasku, tapi masih mati rasa, sehingga aku tak
bisa mengontrolnya. Dan kemudian, datanglah seseorang yang seolah-olah sengaja
memperkeruh suasana, ”Permisi, apakah Takaoka-sensei di sin……" seorang siswi berjalan
mendekati kami di saat krusial ini.

Tentu saja, esok hari rumor tentang "hubungan terlarang" akan menyebar seperti api yang
melalap rumput kering.

Aliansi Kamokawa menyambutku dengan senyum menjijikkan, dan memintaku untuk


“menemui mereka beberapa saat”. Ketika mereka mulai menggangguku dengan berondongan
beberapa pertanyaan, Usami juga ikut-ikutan mencerca aku dengan mengatakan: "dasar
maniak payudara " atau "cabul" atau "hentai" atau sejenisnya. Akan tetapi, sepertinya
kesialanku belum berakhir, wakil kepala sekolah memanggilku melalui sistem PA. Beliau
memberi Misaki Takaoka dan aku khotbah yang panjang.

Adapun Youko Tsukmori, dia berjalan ke arahku dan berbisik di telinga, ”Kecelakaan, hm?
Apakah kamu pikir aku akan percaya pada cerita macam itu? Maksudku ... Kau juga pernah
mendorongku sekali, bukan?”Aku tidak tahu bagaimana menanggapi pertanyaan ini.

Beberapa hari setelah kecelakaan malang itu, di ruang persiapan seni:

"Kau memang bernasib cukup buruk," Misaki Takaoka tertawa, dan aku pun menjawab, ”......
Jangan berlagak seakan-akan kau bukan bagian dari ini semua.”

Aku tidak tegas seperti biasanya, dan aku muak dengan semua keributan ini. Mengapa aku
harus terjebak dalam kesulitan seperti ini?

Memang benar bahwa aku sedikit ceroboh, tapi 99% dari peristiwa itu hanyalah kecelakaan
biasa. Tampaknya keberuntunganku sudah menguap.

Sudah seminggu penuh sejak terakhir kali aku muncul di Victoria.

Tuan Kujirai dan Saruwatari-san menyambutku dengan hangat: "lama tidak bertemu,"
sedangkan Mirai-san memberiku ucapan kasar: "Nonomiya, dasar pemalas! Jangan belagu,
napa?” Sama seperti yang pernah kubayangkan sebelumnya.

Aku sudah mempersiapkan diri secara mental untuk menerima berbagai jenis komentar tajam

21
dari Mirai-san. Bahkan, keterusterangannya dan sikap sederhana itu jauh lebih mudah untuk
ditangani daripada perlakuan seorang gadis tertentu.

Ya, hal yang membuat kepalaku begitu pening adalah sikap Youko Tsukimori. Dia malah
memberiku kesunyian, dan dia mengunci mulutnya rapat-rapat.

Dia bahkan tidak menggodaku dengan sindiran-sindiran yang biasa dia lontarkan. Dia hanya
terdiam dan melakukan pekerjaannya sebagai pelayan. Dia benar-benar memperlakukan aku
bagaikan hantu.

Aku bertanya-tanya, apakah Tsukimori masih marah padaku karena aku telah mendorong
Misaki Takaoka. Namun, aku sudah berulang kali menegaskan bahwa itu adalah murni
kecelakaan.

Aku menyimpulkan bahwa membuat keributan saat ini adalah pilihan yang buruk, sehingga
aku pun membiarkannya seperti ini untuk sementara waktu.

Namun, ketika dia mengucapkan selamat tinggal kepada staf lain, kemudian pergi dari ruang
staf tanpa bertukar sepatah kata pun denganku, ternyata aku tidak bisa tahan lebih lama lagi
dalam situasi seperti ini.

"Kenapa jadi seperti ini? Sikapmu itu tidak akan menghasilkan apa-apa,” aku mengucapkan
itu padanya ketika menyusulnya di suatu gang, dalam perjalanan menuju stasiun.

Hanya melihat punggungnya membuat diriku gelisah. Dia bukanlah tipe orang yang suka
meledak-ledakkan emosinya, dan dia selalu menjaga sikapnya yang dingin. Namun, di
hadapanku, semuanya berubah, bahkan dia berani menunjukkan sikapnya yang kekanak-
kanakan.

"Mood-ku sedang tidak baik untuk kau ajak main kucing-kucingan. Ini hanya buang-buang
waktu saja,” aku menambahkan.

Aku merasakan bahwa ada semacam "umpan" di balik perilakunya yang tidak biasa.

"Jika kau ingin mengatakan sesuatu, katakan saja!" Aku mencoba untuk menuntut penjelasan
darinya tentang sikapnya yang membingungkan, sembari kami berjalan bersama. Tapi satu-
satunya suara yang aku dengar hanyalah derap langkah kaki yang bergema di gang sunyi
tersebut.

Aku pun sedikit kesal, lantas kuraih tangannya. Namun, dia menepis tanganku tanpa
mengucapkan sepatah kata pun, bahkan dia tak sudi menatapku. Tsukimori hanya terus
berjalan menuju stasiun untuk pulang.

Sembari aku menatap telapak tanganku yang kosong, aku mendecakkan lidah. Apa yang aku
lakukan? Aku terlihat seperti seorang pria menyedihkan yang memohon pada mantan
pacarnya untuk baikan kembali.

"Apakah aku layak mendapatkan ini...?" Karena muak terlihat seperti orang bodoh, aku pun
berhenti mengikutinya. Akan tetapi, hatiku masih sakit, dan yang bisa menyembuhkannya
hanyalah beberapa patah kata dari gadis itu. ”Jika kau ingin menyalahkan aku, maka salahkan

22
aku sebanyak mungkin sampai hatimu puas! Namun, dengarkan baik-baik: Aku bersumpah
demi harga diriku sendiri bahwa aku tidak bersalah!”

Suaraku bergema melintasi gang sempit. Aku berteriak pada seseorang yang tak lagi bersedia
memberikan jawaban padaku, dan itu adalah suatu pengalaman yang menyedihkan.

Tepat setelah aku berbalik, aku mendengar langkah kaki cepat mendekat dari belakang.
Sebelum aku bahkan memiliki kesempatan untuk berbalik, dia menarik dasiku sehingga aku
terlempar ke arahnya.

Tepat di depan mataku adalah seorang gadis yang “tidak lagi aku kenali”. Gadis itu
menatapku dan berkata:

"Mengapa…? Mengapa kau tidak mengerti juga?”

Tentu saja, itu adalah Youko Tsukimori, tapi ekspresi wajahnya begitu berbeda, sehingga aku
tidak yakin bahwa dia adalah Youko Tsukimori yang salama ini aku kenal. Dia tampak
hampir seperti Chinatsu Usami kedua.

"Kau benar-benar tidak mengerti bagaimana cara kerja hati seorang gadis," kata “Tsukimori
itu” sambil memberikan ekspresi cemberut padaku. Dia melirikku, menggembungkan pipinya
yang sedikit memerah, dan mengerutkan bibirnya. Ini adalah ekspresi cemberut kekanak-
kanakan yang sering ditunjukkan oleh Usami.

Tapi gadis yang berada tepat di hadapanku saat ini bukanlah Usami. Dia adalah seorang
Youko Tsukimori, yaitu gadis berbakat, sopan, cantik, dan dikagumi oleh semua orang.

Sejujurnya, aku tidak mengerti. Aku begitu bingung, sampai-sampai aku mulai ketakutan.

"Nonomiya-kun? Jawaban aku ... kenapa kau bertemu dengan Misaki-sensei lagi setelah
kejadian itu?”

"Aku ..." Kata-kata yang hendak aku ucapkan tiba-tiba lenyap di tenggorokan.

"Apakah kau akan menjelaskannya padaku ...? Apakah kau menyembunyikan sesuatu dariku
lagi?”

Aku sulit menahan tatapan matanya saat ini.

Hanya ada satu alasan mengapa aku tetap pergi untuk bertemu Misaki Takaoka: urusanku
dengannya belum selesai. Namun, aku tidak mungkin membiarkan Tsukimori tahu akan hal
itu.

"Nonomiya-kun, mungkinkah kau jatuh cinta dengan ..."

Tiba-tiba, darahku mulai mendidih. Sudah cukup, aku pikir.

"... Bahkan jika itu benar, mengapa aku harus peduli terhadap pendapatmu?"

Aku muak dan lelah. Bukankah Youko Tsukimori adalah sumber dari segala sesuatu? Karena

23
dia, aku bertindak melawan kehendakku sendiri, sehingga aku sekarang terjebak dalam suatu
keadaan yang merepotkan. Dan aku pun harus terus bertemu dengan Misaki Takaoka
sebelum rumor mendingin.

"Apakah kau baru saja bertanya „mengapa‟?" Dia segera membalasnya. Tsukimori
mendorong wajahnya sedekat-dekatnya padaku, sampai-sampai aku bisa menghitung setiap
lembar bulu matanya yang lentik. ”Jika kau berpikir bahwa kau tidak akan menyesal, maka
aku akan dengan senang hati menjelaskannya kepadamu. Akan aku jelaskan sedetail-
detailnya, sampai membuatmu yakin, dan kau tidak akan pernah lagi menanyakan pertanyaan
seperti itu.”

Aku menelan ludahku. Aku melihat sorot matanya yang penuh tekanan. Jika biasanya
Tsukimori adalah seorang gadis yang begitu dingin bagaikan es, maka Tsukimori yang
sekarang berada di hadapanku adalah gadis yang begitu membara bagaikan pijaran api.

"Tahukah kamu? Aku mungkin adalah gadis yang begitu menyebalkan bagimu….."

Saat ia berkata demikian, Tsukimori menempatkan tangannya yang bebas pada simpul
dasiku, lantas menarikku dengan penuh semangat.

Karena tenggorokanku tercekik, aku pun berjongkok dan mengerang.

"Mungkin aku tidak lagi dapat menahan diri jika aku katakan alasan itu. Namun, jika kau
bersedia mengorbankan masa depanmu, maka aku sendiri dengan senang hati akan
menjelaskannya padamu.”

Youko Tsukimori menampakkan senyum berbentuk bulan sabit sembari ia menatapku yang
sedang terbatuk. Saat aku mencoba untuk menenangkan napas yang liar, aku menatap dengan
pandangan kosong pada gadis tak bermoral dihadapanku. Jantung yang tertanam di dalam
dadaku semakin berdebar seakan mau meledak.

Youko Tsukimori yang saat ini berada di hadapanku tidaklah normal. Tapi, entah kenapa, aku
masih bisa menerima ketidaknormalan itu.

Mungkin, karena aku sendiri juga tidak normal.

"... Aku minta maaf, Nonomiya-kun. Ada yang salah denganku hari ini. Mohon lupakan
semua yang terjadi hari ini,” dia tiba-tiba mengatakannya. Keheningan pun pecah dan dia
merundukkan kepalanya sendiri karena malu.

Dia kemudian membelai rambut hitamnya dengan gerakan elegan. Ketika aku melihatnya
sekali lagi, gadis yang berdiri di hadapanku adalah Youko Tsukimori yang selama ini aku
kenal. Tampaknya dia sudah kembali normal.

"Sampai besok," katanya secara biasa. Dengan tenang, dia meninggalkan diriku, seakan-akan
tidak ada hal penting yang terjadi hari ini. Aku masih syok ketika menatap sosok gadis
ramping yang perlahan-lahan menjauhkan diri dariku.

Saat itulah, tiba-tiba aku mulai bertanya-tanya tentang seberapa baik aku mengenal gadis
populer bernama Youko Tsukimori.

24
Selama ini aku menganggap bahwa aku mengenalnya dengan baik. Tapi mungkin, yang aku
kenal selama ini hanyalah secuil dari sifat asli gadis itu.

Sementara aku menatap bulan sabit perak yang tergantung tinggi di langit, aku merenungkan
ini dengan pikiran hampa.

Tidak ada percakapan antara Tsukimori dan aku ketika pergi ke sekolah keesokan harinya.
Kami memang saling menyapa, tapi aku menghindari kontak dengannya. Mungkin, dia juga
merasakan hal yang sama denganku. Sebenarnya, kami tidak benar-benar mengabaikan satu
sama lain atau saling marah.

Aku tidak dapat berbicara pada Tsukimori, tapi aku juga tidak yakin bisa mendekati dia
karena dampak insiden kemarin.

Aku terus berhubungan dengan Misaki Takaoka demi menjaga rahasia Youko Tsukimori,
namun gadis tersebut tak pernah memintaku untuk melakukan ini. Aku melakukannya atas
kemauanku sendiri.

Beberapa hari berlalu selama kami membuat jarak antara satu sama lain. Anehnya, aku
merasa sangat malu ketika berjumpa dengannya, bahkan Tsukimori bertindak agak canggung.

Ketika kami pergi untuk bekerja, kami menuju café secara terpisah. Dan karena kami tidak
berjalan bersama-sama menuju café seperti biasanya, sesampainya di Victoria, aku baru tahu
bahwa hari ini dia absen.

"Hm? Youko tidak mengatakan apa-apa padamu meskipun kalian sekelas? Yang aku tahu,
dia akan mengambil libur untuk beberapa hari karena adanya urusan pribadi!”

Urusan pribadi macam apakah itu? Aku mulai merenungkannya. Sementara itu, Mirai-san
menampakkan senyum menggoda sepintas, kemudian melanjutkan perkataannnya:

"Omong-omong, aku dengar bahwa kau sempat bermesraan dengan seorang guru yang super
seksi, eh?"

"…Siapa yang memberitahumu?"

"Riko*."

[Riko Saiketei adalah tokoh utama Henai Psychedelic, yaitu suatu cerita yang dimainkan
sendiri oleh pengarangnya di dunia nyata. Ini adalah LN karangan Natsuki Mamiya, yang
memiliki setting sama seperti
Gekkou. http://henaipsychedelic.wikia.com/wiki/Hen_Ai_Psychedelic_Wiki]

Sialan, lagi-lagi gadis itu merusak segalanya.

"Nah, sobat, sepertinya Youko sudah putus denganmu," kata Mirai-san.

"Putus? Kami hanya teman sekelas dan rekan kerja. Tidak lebih."

25
"Dengar, pasti kau lah yang salah, jadi segera pergi untuk meminta maaf padanya dan bawa
dia kembali ke Victoria secepatnya, oke?”

Setelah mengucapkan kata-kata itu Mirai-san memberiku tepukan keras di punggung. Sebuah
suara “ugh” kumuntahkan lewat mulut. Karena tak tahan terhadap rasa sakit, aku pun
membungkuk.

"Sangatlah tidak menyenangkan jika Youko tidak berada di sini! Pergilah cepat dan berdamai
dengannya sekarang juga!” Katanya dengan suara bernada menindas.

Apakah ini adil? Ketika aku memandang dengan mata setengah tertututp, aku pun melihat
Tuan Kujirai dan Saruwatari-san yang sedang bersembunyi di pojok dapur. Ketika tatapan
mata kami bertemu, mereka langsung membuang muka.

Banyak orang yang kecewa di café ini, sedangkan tak seorang pun bisa memberi perlawanan
pada kediktatoran Mirai Samejima, kecuali Tsukimori yang sekarang sedang absen.

Sehari kemudian, di kelas, aku sedang menunggu kesempatan untuk berbicara dengan
Tsukimori.

Untuk mencegah kesalahpahaman, aku harus meminta maaf padanya terlebih dahulu. Dia
juga tak harus tahu bahwa Mirai-san mendesakku untuk meminta maaf. Aku hanya ingin tahu
urusan penting apa yang dia kerjakan sampai-sampai mengorbankan kerja di café.

Sambil melihatnya, aku membuat pengamatan kecil. Lagi-lagi, ada perubahan kecil pada
perilaku Tsukimori hari ini, dan aku menyadarinya dengan baik.

Anehnya, Tsukimori terlihat gelisah.

Contohnya, dia terus memperhatikan waktu selama berada di kelas, dan dia gagal sampai dua
kali ketika memutar-mutarkan pensilnya, padahal biasanya itu tak terjadi. Sikapnya penuh
dengan penyimpangan yang halus.

Ketika bel sekolah berbunyi untuk menandakan istirahat makan siang, Tsukimori berdiri dan
diam-diam meninggalkan kelas. Aku pun mencium aroma amis. Tanpa ragu-ragu, aku
memutuskan untuk mengejar dia.

Tujuannya ternyata adalah ruang guru. Aku sempat berpikir bahwa dia dipanggil oleh guru.
Namun, gadis berprestasi seperti dirinya tidak mungkin mendapat teguran, bahkan sampai
dipanggil oleh guru. Meskipun itu benar-benar terjadi, peristiwa ini agaknya tidak akan
membuat Tsukimori gelisah.

Setelah aku mengawasi pintu ruang guru selama beberapa saat, Tsukimori akhirnya keluar
dari sana sembari ditemani seorang guru wanita. Saat itu, aku merasa seolah-olah hatiku
mulai bergetar.

"... Mengapa Tsukimori bersama dengan wanita itu?!" Aku bertanya pada diri sendiri sembari
mendecakkan lidahku. Di sana, aku melihat sosok Misaki Takaoka berdiri dengan senyum
bagaikan seorang penyihir.

26
Keduanya mulai bergerak. Aku mengikuti mereka sambil menjaga jarak aman agar tidak
ketahuan.

Mereka berjalan beberapa saat, sampai akhirnya berhenti pada pintu masuk suatu ruangan
yang biasanya dipakai oleh para tamu. Misaki Takaoka meminta Tsukimori untuk duduk, dan
mereka berdua pun duduk pada suatu sofa kulit. Tak ada seorang pun di sana, kecuali mereka
berdua.

"... Ini adalah tempat yang bagus ketika kau ingin sendirian," aku mendengar guru itu berkata
demikian sembari tetap bersembunyi di balik pilar, dan menguping pecakapan mereka.
Jantungku berdebar seolah-olah aku baru saja selesai mengikuti lomba lari. "Ngomong-
ngomong, sepertinya kau sudah memutuskan sesuatu, sehingga kau mau repot-repot menemui
aku?"

"…Ya. Aku harap kau memegang janjimu dan menceritakan semua yang kau tahu, Misaki-
sensei.”

Misaki Takaoka merobek wajahnya sendiri dengan senyum yang lebar. Di sisi lain, anehnya
Youko Tsukimori tampak sangat “jinak”. Apakah dia tegang ...?

"Dan juga……." Tsukimori melanjutkan, ”rahasiakan semua ini dari Nonomiya-kun."

"Oh ...? Sungguh? Baiklah, kalau memang itu yang kau inginkan.”

Kepalaku mulai berputar-putar dan berasap ketika aku berusaha memahami percakapan
mereka yang sangat ambigu.

"Oke, Tsukimori-san, kalau begitu kita akan bertemu kembali sepulang sekolah,"

"Ya ... um, kita akan bertemu di ... ruang persiapan, kan?"

Mereka menutup percakapan, lantas berpisah.

Bahkan setelah mereka pergi, aku masih tak sanggup bergerak dari tempatku berada selama
beberapa saat. Aku berusaha sekeras mungkin untuk menarik kesimpulan dari percakapan
mereka yang begitu ambigu, namun yang aku dapatkan hanyalah pemikiran negatif.

Yakni, kesimpulan bahwa Misaki Takaoka mendekati Youko Tsukimori karena persoalan
tentang kematian kedua orang tuanya.

Emosiku langsung memuncak pada Misaki Takaoka karena dia memanfaatkan hal seperti itu
untuk menghadapi Tsukimori, tapi kemudian aku menyadari bahwa dia tidak pernah berjanji
untuk tidak melakukannya. Kini, aku tak tahu harus melampiaskan kemarahanku pada siapa.

Aku ingat percakapan antara Misaki Takaoka dengan diriku yang terjadi beberapa hari
sebelumnya. Dia telah memenuhi perannya dalam kesepakatan itu, meskipun sedikit
terlambat karena terjadi keributan.

Begitu keributan akhirnya mulai mereda, aku pun menyelinap ke dalam ruang persiapan seni.

27
Jika ada orang lain yang melihat aku melakukan ini, rumor tentang adanya hubungan spesial
antara aku dengan Misaki Takaoka akan kembali “menyala”. Tapi, aku masih penasaran
dengan apa yang dia ketahui tentang kedua orang tua Tsukimori.

Setelah aku memaksa dia untuk memenuhi janjinya, Misaki Takaoka akirnya menunjukkan
dua sketsa padaku. Itu adalah sketsa buatan Tsukimori, dan aku sudah pernah melihatnya.
Salah satunya menggambarkan Usami, dan yang lainnya menggambarkan diriku.

"Bukankah kau sudah pernah menunjukkan ini padaku?" Pertanyaanku yang penuh
kewaspadaan dibalasnya dengan seringai tajam. Pada awalnya, aku merasa sedikit
tersinggung, tapi ketika wanita itu menjelaskan semuanya padaku, lidahku pun membeku.

"Sejujurnya, dua sketsa tersebut diambil sebelum dan sesudah Tsukimori 'menderita'.
Dapatkah kau membedakan keduanya, Nonomiya-kun?”

Aku membalas pertanyaan itu dengan pertanyaan lainnya, ”Anda sendiri… apakah anda bisa
membedakannya ...?"

Misaki Takaoka mengangkat bahu dan menggeleng. Tapi entah kenapa, itu justru membuatku
merinding.

"Tentu saja, cara termudah membedakan keduanya adalah dengan melihat tanggal pembuatan
sketsa tersebut, tapi jika dilihat dari aspek seni, maka akan sulit sekali untuk
membedakannya. Itu benar-benar mustahil. Bagi gadis normal seusianya, hal sepele seperti
cinta sudah cukup untuk membuat pola gambarnya dipenuhi dengan berbagai emosi!
Sekarang, jika seorang gadis baru saja kehilangan kedua orang tuanya sekaligus dalam waktu
yang relatif singkat, maka seharusnya gambarnya juga dipenuhi dengan emosi yang beraneka
ragam, bukankah begitu?”

Dia tertawa dengan samar.

"... Akan tetapi, faktanya dia tak pernah meluapkan emosi pada gambarnya ketika orang
tuanya meninggal. Apa yang terjadi dengan Tsukimori-san? Bagaimana bisa dia menjaga
temperamen dengan begitu sempurna ketika kehilangan kedua orang tuanya sekaligus...?
Jadi, Nonomiya-kun, apakah kau tahu sesuatu?”

Aku menelan ludah ketika melihat senyumnya yang mirip hewan predator.

"... Sepertinya aku tidak tahu apa-apa. Aku sungguh tak punya sedikitpun petunjuk.” Aku
bingung, tentu saja aku bingung. Tapi pada saat yang sama, aku juga lega. ”Yang aku tahu
adalah, Youko Tsukimori bukanlah gadis biasa seperti yang kau kira," jawabku. Aku berpura-
pura sebisa mungkin agar terlihat sepeti orang bodoh.

"Haha," dia terkikik. ”Ya, dia memiliki segalanya. Jarang sekali ada gadis yang memadukan
antara kecerdasan dan kecantikan,” ia tertawa dengan puas.

Wanita ini begitu mirip dengan seorang detektif sembrono yang memiliki semacam indera
keenam. Pria itu juga menganggap bahwa Youko Tsukimori terlalu sempurna, namun

28
bedanya, Misaki Takaoka “menerawang” itu semua melalui pengamatan pada karya seni
seseorang.

Namun, itu tidak cukup untuk memecahkan misteri di sekitar Youko Tsukimori. Setidaknya,
Resep Membunuh yang pernah aku temukan, jauh lebih berharga daripada analisa sketsa
yang dipaparkan oleh Misaki Takaoka.

Selain itu, dia hanyalah seorang instruktur seni, sehingga tidak ada alasan bagiku untuk
khawatir terhadap hipotesanya. Lain ceritanya ketika seorang detektif kepolisian membuat
hipotesis serupa.

Firasat burukku semakin memudar.

... Namun, kata-kata mengkhawatirkan yang keluar dari mulut Misaki Takaoka, dan perilaku
Youko Tsukimori yang aneh… keduanya tidak bisa membuatku tenang.

Seperti yang dinyatakan oleh wanita itu, Tsukimori terlalu sempurna sebagai gadis remaja,
bahkan ketika dia kehilangan kedua orangtuanya. Seharusnya, malapetaka itu sudah cukup
bagi dirinya untuk meledak-ledakkan emosinya.

Masih bisa dimengerti jika ia membuka dirinya hanya terhadap diriku, tapi benar-benar
menggelikan jika dia melakukan itu di depan semua orang.

Tiba-tiba, aku teringat apa yang dikatakan oleh Misaki Takaoka di akhir percakapan kami.

"Masuk akal jika setiap orang tertarik padanya. Bagaimanapun juga, akupun tertarik padanya.
Tapi aku yakin bahwa mendekatinya secara terang-terangan adalah hal yang percuma.
Maksudku, dia jenius dalam menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya. Aku penasaran,
bagaimana caramu menembus pertahanannya, Nonomiya-kun?”

Pada saat itu, aku tidak menanggapinya dengan serius dan mengabaikannya begitu saja, tapi
jika dipikir-pikir lagi, pasti Misaki Takaoka sudah menemukan cara khusus untuk
“menembus pertahanan” Youko Tsukimori.

Lagi pula, aku tidak punya pilihan selain menunggu sampai sekolah berakhir, kemudian
melihatnya sendiri dengan mata-kepalaku. Aku pun mengatakan pada diriku sendiri agar
lebih santai.

Setelah sekolah usai, aku mengejar Tsukimori. Dia menuju ke ruang persiapan seni, seperti
yang telah mereka rencanakan sebelumnya.

Saat ia memasuki ruangan, pintunya terkunci dengan suara “klik”. Bagiku, itu adalah suara
sial yang paling tidak ingin aku dengar saat ini. Setelah memastikan bahwa aku sendirian, aku
berjalan ke pintu, menempelkan telinga, dan menarik napas dalam-dalam.

"... Senang bertemu kau lagi, Tsukimori-san. Mari kita mulai segera, tapi biarkan aku
memperingatkanmu akan suatu hal. Aku tidak akan sungkan-sungkan."

"... Misaki-sensei, mohon tunggu."

29
"…Ada apa? Jangan bilang kau berubah pikiran?”

"... Tidak, tapi tolong berikan waktu beberapa saat padaku untuk mempersiapkan diri secara
mental."

Karena ada pintu yang memisahkan kita, aku kesulitan memahami pembicaraan mereka. Tapi
sepertinya, pembicaraan mereka jauh lebih akrab daripada pertemuan ketika siang tadi di
ruang penerimaan tamu.

"... Hmm, Tsukimori-san. Aku minta maaf karena aku harus mengatakan ini, tapi kau sudah
tidak bisa kembali lagi. Kau lihat, bahkan aku memiliki beberapa hal yang tidak ingin aku
lewatkan begitu saja.”

"…Aku mengerti. Aku pun demikian.”

Suara itu menghilang. Aku ingin tahu di mana mereka berdiri, dan seperti apa ekspresi
mereka. Dari percakapannya dan juga nada bicara, aku tahu bahwa Tsukimori sedang tegang.

Keheningan terus berlangsung untuk beberapa saat. Karena aku begitu terfokus dan tak ingin
kehilangan apapun, aku bisa dengan jelas merasakan kegaduhan dari halaman sekolah, jejak
dan suara-suara dari para pelajar yang sedang berjalan pulang. Yang lebih buruk lagi,
jantungku berdebar begitu keras, sehingga detak jantung semakin memperkeruh suasana. Aku
mulai berilusi ketika mendengar darah mengalir melalui pembuluh darahku, dan keringat
meluncur di kulitku.

Berkat inderaku yang sudah sering aku asah, aku bisa mendeteksi seseorang yang sedang
mendekat ke arahku.

Aku pun melesat untuk menjauhi pintu, bergegas menuju jendela berikutnya, dan berpura-
pura mengutak-atik ponselku.

Setelah beberapa saat, petugas kebersihan sekolah menyeberangi koridor di belakangku.

Aku menghela napas lega dan kembali menguping pada pintu yang tertutup rapat.

"…Apakah kamu takut?"

"…Hah?"

"... Ah, kau tidak sadar diri, kan? Tsukimori-san ... kau gemetar, kau tahu?”

Aku tegang. Sebenarnya apa yang sedang terjadi di dalam?

"Heh ..., aku tidak mengira bahwa gadis sempurnya seperti dirimu ternyata punya sisi yang
menggemaskan," wanita itu tertawa datar. "... Aku tak sabar menunjukkan gadis kecil ini
pada Nonomiya-kun."

Suara aneh dari stiletto pada linoleum terdengar di ruangan itu.

30
"... Hm ... kau terlalu menahan diri."

"... Aku tak pernah melakukan ini sebelumnya, jadi aku tak terbiasa ..."

"... Mungkin akan lebih mudah jika kau membuka semuanya?"

"…Hah? ... Misaki-sensei ...?”

"…Oke. Serahkan semuanya padaku. Aku akan membebaskan dirimu.”

"... Tidak ... Misaki-sensei ... tolong, jangan melucuti pakaianku………Kyaaaaaaaaa!"

Tsukimori menjerit. Saat itu juga, aku bergegas secepat mungkin meraih gagang pintu untuk
masuk ke dalam. Namun, sebelum aku menarik gagangnya dengan sekuat tenaga, aku ingat
bahwa pintu ini terkunci.

Ada dua cara menuju ke ruang persiapan seni. Jika aku tidak bisa masuk lewat sini, maka aku
harus menggunakan pintu lainnya.

Aku segera bergegas ke pintu masuk ruang seni, yang terletak beberapa meter dari tempat
aku berdiri. Aku meraih gagang dan menariknya kuat-kuat. ”... Ini pasti adalah lelucon yang
buruk." Sayangnya, pintu ruang seni terkunci.

Untuk sesaat, aku sempat berpikiran untuk mendobrak pintu tersebut, tapi sayangnya,
kemampuan fisik tubuhku tidak memungkinkan untuk melakukan itu. Terlebih lagi,
ketakutan terbesarku adalah, keributan bisa memperburuk situasi Youko Tsukimori.

Apa yang harus aku lakukan? Ambil kunci cadangan di ruang guru? Tidak, itu tidak realistis.
Para guru tidak memiliki alasan untuk memberiku kunci, dan itu akan memakan waktu terlalu
lama.

Berdiam diri tak akan merubah apapun. Aku bergerak dan berlari ke luar untuk melihat pada
jendela. Mungkin saja aku dapat keberuntungan dengan menemukan salah satu jendela
terbuka.

Aku tiba di luar, menarik napas dalam-dalam, dan menyadari bahwa keberuntunganku tidak
sebagus itu. Sial!

Dengan sekali lirik, aku sudah bisa menyadari bahwa semua jendela terkunci. Aku
menghadapi realita berupa keputusasaan dan ketidakberdayaan. Aku berharap untuk
setidaknya melihat sekilas apa yang terjadi di dalam, tapi pandanganku terhalang oleh tirai
tebal.

Kecemasan yang tersembunyi di dalam. Ketakutan yang tidak diketahui. Hanya perasaan
negatif yang terlintas di benakku.

Pikiranku semakin kacau, dan aku membayangkan yang nggak-nggak. Sebagai contoh, aku
mulai membayangkan seorang guru wanita membelai siswinya yang cantik di tengah malam.
Setelah itu, ia melanjutkan aksinya dengan menggunakan pengetahuannya “yang luas” untuk

31
melucuti pakaian gadis tak berdosa itu sampai telanjang bulat. Dan akhirnya, si guru mulai
mengajarinya pelajaran spesial berupa nikmatnya dunia kedewasaan. Memikirkannya saja
sudah membuat aku jadi gila.

"…Tunggu?"

Apakah ini benar-benar hanya kebetulan? Bukankah Misaki Takaoka adalah orang yang
mengunci semua jendela? Bukankah ini adalah perangkap setan yang dia pasang?

Mungkin, Tsukimori adalah targetnya sejak awal, dan aku hanyalah alat untuk memperlancar
rencananya? Dia pasti menggunakan aku untuk memeras dan membatasi Tsukimori dengan
beberapa cara. Aku tidak bisa memikirkan kemungkinan lain yang menjelaskan mengapa
Youko Tsukimori (yaitu seorang gadis yang aku anggap sebagai cewek paling sempurna di
dunia) berperilaku dengan begitu gelisah, dan berbicara dengan nada tegang.

Apa yang harus aku lakukan, apa yang harus aku lakukan, apa yang harus aku lakukan, apa
yang harus aku lakukan, apa yang harus aku lakukan, apa yang harus aku lakukan, apa yang
harus aku lakukan, apa yang aku lakukan?

Selanjutnya, aku pun membuat suatu keputusan yang tegas, walaupun ini bukanlah caraku
biasanya untuk memecahkan masalah.

Aku dengan cepat melepas bajuku, kubentuk semcam kantong dari baju tersebut, kemudian
kujejalkan beberapa batu yang bergulir di sekitar kakiku. Kemudian, kuikat erat-erat “paket”
spesial tersebut, lantas kuluncurkan pada salah satu jendela yang menghalangi jalanku.

Kaca hancur dengan suara yang memekakkan telinga. Aku dorong lenganku melalui lubang
yang kubuat pada kaca jendela, membukanya, dan melompat ke dalam. Tanpa ragu, aku
membanting pintu ruang persiapan sampai terbuka.

"Tsukimori!"

Kedua wanita itu menoleh ke arahku, dan menatapku dengan bingung.

"………Hah?"

Ketika manusia terkejut, mereka akan mengucapkan: "Apakah ini kenyataan?" atau "Aku
merasa seperti sedang bermimpi", dan itupun juga terjadi padaku. Aku bahkan ingin
mencubit kulitku sendiri agar terbangun dari mimpi ini.

Indah dan putih. Di hadapanku, aku melihat sesosok karya seni yang dipenuhi kesempurnaan
tanpa cacat sedikitpun.

Sederhananya, karya seni yang sedang kulihat saat ini adalah………..

Youko Tsukimori yang telanjang.

Lebih tepatnya, sosok yang berada tepat di depanku adalah Youko Tsukimori, dan ia berpose
bagai putri duyung yang terdampar di pantai. Dia tertutupi oleh suatu kain transparan, atau
sama saja jika aku sebut: telanjang bulat.

32
33
Baiklah, mungkin aku memang berada di puncak keterkejutanku, tapi reaksi yang dia
tunjukkan padaku membuat jantungku semakin berdebar tidak karuan.

Youko Tsukimori tersipu dan memerah bagaikan tomat yang sudah masak sempurna, sembari
ia melihatku sekilas.

Dia meringkuk dan berbalik, sehingga punggungnya yang seputih susu bisa kulihat tanpa satu
pun penghalang.

Satu-satunya tindakan terbaik yang harus aku lakukan dalam situasi ini adalah
meninggalkannya secepat mungkin, tapi aku tidak bisa bergerak dari tempat di mana aku
terpaku.

Layaknya terhipnotis, seluruh perhatianku hanya tertuju pada Youko Tsukimori, tanpa bisa
kualihkan.

Akhirnya, gadis yang sedang meringkuk itu mengeluarkan suara pelan.

"... Nonomiya-kun ..."

"... Hm ...?"

"... Tolong pergilah ..."

"... Ah, aku ... aku minta maaf."

Seorang pria setengah telanjang meminta maaf kepada gadis yang sepenuhnya telanjang. Itu
benar-benar pemandangan aneh untuk dilihat.

Sesaat kemudian, suatu tawa bergema pada ruang persiapan. Sebelum aku melangkah keluar
dari ruangan tersebut, aku menoleh dan melihat Misaki Takaoka tertawa terbahak-bahak
dengan air mata yang berlinang di kelopak matanya, sembari dia menepuk-nepuk meja.

"Kerja bagus, Nonomiya-kun!"

Aku bisa mengerti kenapa dia tertawa. Jikalau aku berada di posisinya, aku pun akan tertawa
lepas ketika melihat muridku melakukan hal konyol seperti ini.

Seseorang yang malu setengah mati biasa mengungkapkan kalimat seperti: "Aku berharap
bumi terbelah, kemudian menelan diriku di dalamnya", dan akupun juga merasakan hal yang
sama. Aku berharap terjadi sejenis gempa bumi, kemudian bumi terbelah dan menelan aku
selamanya di dalam.

Aku mengendarai sepeda melintasi kota sembari bermandikan cahaya matahari terbenam.
Pedal sepeda terasa lebih berat dari biasanya.

Di belakangku, duduk seorang Youko Tsukimori yang hari ini sangat tenang bagaikan seekor
kucing. Aku bisa mengerti. Tak seorang pun bisa berperilaku normal setelah mengalami
insiden mengejutkan seperti itu.

34
Bahkan, aku sendiri tak berhak mengatakan itu.

Aku mungkin pernah bersumpah untuk tidak memboncengnya lagi pada spedaku selamanya,
tapi hari ini, aku sepenuhnya bersyukur ketika memboncengnya di belakang, karena aku tak
harus menatap wajahnya.
Ternyata, semua ketakutanku tidaklah beralasan, dan aku terlalu jauh dalam menganalisis
sesuatu.

Misaki Takaoka memang sudah tertarik pada Tsukimori sejak lama. Tapi, bukan “tertarik”
dalam makna kotor seperti yang pernah kubayangkan. Dia hanya ingin Tsukimori berpose,
sehingga dia bisa menggambarnya dengan jelas. Dalam posisi telanjang. Misaki Takaoka
adalah seseorang yang tidak pernah tanggung-tanggung dalam hal seni. Sehingga, dia tidak
akan pernah melewatkan potensi model berbakat seperti Youko Tsukimori pergi begitu saja.
Dia pun mencoba untuk membuat kesepakatan dengan Tsukimori beberapa kali, agar gadis
itu mau menjadi modelnya.

Aku masih penasaran, kesepakatan macam apa yang dibuat oleh keduanya, sampai-sampai
mereka menolak untuk memberitahukannya padaku. Tapi pada akhirnya, Tsukimori setuju
untuk berpose telanjang.

Untuk menjelaskan perilaku gelisah pada hari itu, Tsukimori pun mengatakan, ”Percaya atau
tidak, tapi aku benar-benar seorang gadis berhati murni dan rapuh.” Terlepas dari semua itu,
dia akhirnya bersedia untuk menjadi model telanjang. Aku pun masih meragukan apakah dia
benar-benar seorang gadis berhati murni dan rapuh.

"Aku mulai menikmati pekerjaanku, namun kau datang begitu saja dan merusak segalanya.
Lagian, tampaknya Tsukimori-san tidak bisa melanjutkan posenya, jadi lebih baik kita
berhenti.”

Aku tidak berada pada posisi membela diri, jadi aku hanya tetap tenang dan terus dimarahi
oleh Misaki Takaoka. Di jugalah yang memintaku untuk mengantarkan Tsukimori pulang
dengan bersepeda.

Ketika aku memecahkan jendela, tampaknya aku juga memecahkan hati seorang gadis yang
rapuh. ”Meskipun begitu, sepertinya aku harus menghargai usahamu itu, Nonomiya-kun!
Seperti itulah seharusnya tindakan seorang pria!” Dia mengatakannya sambil memejamkan
mata.

Sekitar 10 menit telah berlalu sejak kami bersepeda.

"... Nonomiya-kun? Kau lemah terhadap wanita seperti Misaki-sensei ... bukan?” Gadis di
belakangku tiba-tiba menanyakan hal semacam itu.

"... Sepertinya begitu."

Biasanya, aku hanya akan mengabaikan pertanyaan-pertanyaan bersifat pribadi seperti itu,
namun aku juga tidak bisa menjawab “tidak”.

"Apakah kau menikmatinya?"

35
"Menikmati apa ...?"

"Apakah kau menikmati ketika kau menyentuh payudara wanita yang sangat kau cintai?
Misaki-sensei bilang, kamu menyentuh payudaranya, kan?”

Terkutuk. Perempuan bodoh itu rupanya membuka mulutnya lebar-lebar.

"... Tidak… seperti yang sudah kujelaskan padamu berulang kali… itu hanyalah suatu
kecelakaan. Suatu kecelakaan yang tak terhindarkan.”

"Mmm ...?"

Setelah bergumam itu, ia terdiam untuk beberapa saat. Kemduian, tiba-tiba ia berbisik,”...
Apakah kau ingin menikmatinya?"

"…Apanya?"

Aku pikir, aku tahu apa yang dia bicarakan, tapi aku sangat berharap bahwa aku salah.

"Tubuhku."

Aku berpikir bahwa itu adalah alasan murahan seperti: “Jangan melihat lebih dekat.” atau
“Aku tidak tahu”. Aku pun kehabisan kata-kata. Atau mungkin, dia malah sedang memujiku,
tapi aku terlalu malu untuk memikirkan itu.

"Jadi, apakah kau menikmatinya?" Ulangnya untuk memecah keheningan. Tidak seperti yang
terakhir kali dia ucapkan, kali ini nadanya terdengar sedikit menggoda.

"…no comment."

"Curang. Aku sudah repot-repot melucuti bajuku sampai telanjang, tapi hanya inikah yang
aku dapatkan?” katanya sembari bersandar di punggungku. ”Apakah kau mengerti akan
bahayanya hal ini, Nonomiya-kun? Ini adalah pertama kalinya dalam seumur hidupku,
seorang pria melihatku dalam keadaan telanjang bulat, kau tahu? Kau adalah pria pertama
yang melihatnya.”

Aku hanya bisa terbatuk.

"... Bisakah kau berhenti mengatakan itu? Pokoknya, itu jugalah kecelakaan. Ini seperti
kecelakaan ketika kita digigit oleh anjing liar. Akan lebih baik jika kita segera
melupakannya.”

"Seekor anjing, ya? Kalau begitu, kau mirip seperti anjing yang banyak bicara, bukan?
Haruskah aku menjadi tuan yang menjinakkan anjing peliharaannya sampai patuh?”

"... Anjing yang menjadi peliharaanmu pasti sangat bahagia. Yah, bagaimanapun juga, aku
adalah seorang manusia, jadi itu tak masalah bagiku.”

"Yah, kita akan bahas lagi itu nanti."

36
Kemudian, suatu bisikan yang sangat mengkhawatirkan mencapai telingaku. Aku benar-
benar salah mendengarnya.

"Pokoknya…." lanjutnya. ”Aku tidak bisa membiarkanmu pergi jika kau tidak memberitahu
kesanmu padaku. Lantas, apakah kau suka tubuhku?”

"... Akan kuberitahu jawabannya besok."

"Tidak," katanya, dan dia pun menempel lebih erat padaku tanpa ragu. Jauh di dalam lubuk
hatiku, aku merindukan saat-saat dikala aku merasakan tubuh lembut Youko Tsukimori yang
dia tekankan padaku.

Dia pernah melakukan ini sebelumnya, tapi aku baru sadar bahwa ternyata tubuhnya
selembut ini ...

"... Sejujurnya, Nonomiya-kun, aku sekarang sedang tidak memakai bra."

Karena aku mendengarkan fakta mengejutkan yang langsung disisipkannya ke dalam


telingaku, aku pun kehilangan kendali sepeda, dan bergoyang ke kiri - kanan sejauh beberapa
meter.

"Mungkin ukurannya masih kalah jika dibandingkan dengan punya Misaki-sensei, tapi
punyaku cukup bagus, bukan?"

Aku sepenuhnya setuju dengannya, tapi harga diriku menghentikan mulutku mengucapkan
itu.

"... Aku paham, aku paham…… cepat lepaskan."

"Aku akan segera melepaskannya setelah kau mengutarakan pendapatmu tentang tubuhku,"
katanya, lantas dia menempel padaku bahkan lebih erat daripada sebelumnya. Sentuhan
lembut “benda” itu berubah menjadi rangsangan berbahaya pada kesehatan akalku.
Bagaimanapun juga, aku adalah seorang pria SMA yang normal.

Aku bimbang… apakah aku harus mendorongnya dengan paksa agar menjauh, atau
menjawab pertanyaannya begitu saja. Akhirnya…

"... Yahh, aku kira…… tubuhmu cukup indah?"

Aku membuat keputusan pahit dengan mengorbankan kebanggaanku sebagai pria sejati.

"Hm ...? Apa yang barusaja kau katakan, Nonomiya-kun? Distrik perbelanjaan ini begitu
berisik, takutnya aku tidak bisa mendengarmu dengan jelas. Bisakah kau mengulanginya
sekali lagi?”

Jelas sudah, aku lebih baik mendorongnya sampai terjatuh dari sepeda. Aku tak peduli jikalau
itu adalah tindakan kejam yang menyalahi prinsip-prinsip kemanusiaan. Bagaimanapun juga,
orang bodoh juga tahu kalau gadis ini sedang pura-pura tak dengar dan menggodaku. Namun,
nada bicaranya terdengar gembira.

37
Aku mendesah dan mengulangi perkataanku sekali lagi.

"... Aku berkata, um, tubuhmu cukup indaaaaaaaaaaahhhhhhh!!!!"

Teriakanku bergema melalui distrik perbelanjaan saat hari mulai senja. Aku tak peduli lagi
dengan semua yang ada di sekitarku.

Berkat teriakan itu, para pelajar dan pegawai yang sedang dalam perjalanan pulang, dan ibu
rumah tangga yang sedang berbelanja…. semuanya menoleh ke arahku secara serentak.

Aku segera mengayuh pedal sepeda sekuat-kuatnya untuk kabur dari daerah itu secepat
mungkin.

Setelah kami mencapai tempat yang cukup sepi, akhirnya aku melambatkan kayuhan, dan
mencoba untuk menenangkan pernafasan.

"... Hei, bukan itu yang kita sepakati."

Dia masih saja menempel padaku dengan erat.

Aku menunggu beberapa saat, tapi tidak ada jawaban. Sesaat ketika aku hendak membuka
mulut untuk mengeluh lagi, aku melihat bayangannya pada suatu jendela kaca, kemudian aku
hanya bisa terdiam.

Pada jendela itu… aku melihat seorang gadis yang tersenyum bahagia. Aku belum pernah
melihat Youko Tsukimori seperti ini.

Aku tidak cukup pintar untuk mengetahui apakah dia tersenyum tulus sepenuh hati atau
hanya bersandiwara seperti biasa. Namun, aku tidak begitu peduli. Bagaimanapun juga, aku
sudah melihat sisi baru pada dirinya. Namun, kata berikutnya yang terselip keluar dari
mulutnya membuat aku terbengong.

Yah, mungkin tanggapan paling lumrah setelah mendengar kata seperti ini, adalah tertawa.
Karena ini hanyalah lelucon. Lelucon yang sangat bagus.

“Aku sangat tersanjung setelah mendengar pujianmu, Nonomiya-kun. Menurutmu, apakah


aku seorang…..”

Dia menekankan tubuhnya dengan erat padaku sembari membisikkan sesuatu ke telingaku.

“…….gadis yang simpel?”

38
PENERJEMAH & PENYUNTING AKHIR

Ciu

https://www.facebook.com/profile.php?id=100004205538206

39

Anda mungkin juga menyukai