Anda di halaman 1dari 5

Teks Cerpen

A. Pengertian Cerpen
Cerpen atau cerita pendek adalah jenis karya sastra yang memaparkan suatu kisah
ataupun cerita tentang kehidupan manusia lewat tulisan pendek. Cerpen juga bisa disebut
sebagai karangan fiktif yang berisikan didalamnya tentang sebagian kehidupan seseorang
atau juga kehidupan yang diceritakan secara ringkas yang berfokus pada suatu tokoh saja.

Menurut Sumardjo dan Saini, cerpen adalah cerita fiktif atau tidak benar-benar
terjadi, tetapi bisa saja terjadi kapanpun serta dimanapun yang mana ceritanya relatif pendek
dan singkat.

B. Struktur Cerpen

1. Abstrak
Abstrak merupakan bagian ringkasan atau awal cerita dari cerpen yang akan
dikembangkan menjadi suatu rangkaian-rangkaian peristiwa. Struktur abstrak bersifat
opsional yang berarti sebuah teks cerpen boleh ada atau tidak memakai abstrak.

2. Orientasi
Orientasi merupakan bagian yang berisi pengenalan cerita yang berkaitan dengan waktu,
tempat dan suasana yang berkaitan dengan cerita pendek tersebut.

3. Komplikasi
Pada bagian ini berisikan urutan kejadian yang dihubungkan secara sebab dan akibat. Pada
struktur ini Anda mendapatkan karakter atau watak tokoh cerita pendek karena beberapa
kerumitan akan mulai bermunculan.

4. Evaluasi
Pada bagian evaluasi struktur konflik yang terjadi akan mengarah pada klimaks atau
puncak. Pada struktur ini mulai mendapatkan pemecahan masalahnya / penyelesaian.

5. Resolusi
Pada struktur ini pengarang mengungkapkan solusi dari masalah yang dialami tokoh pada
cerita.
6. Koda
Pada bagian ini berisikan nilai nilai atau pelajaran yang dapat dipetik dari suatu teks cerita
oleh pembacanya.

C. Ciri-ciri Cerpen

 Penokohan pada cerpen tergolong sederhana, tidak mendalam dan singkat.


 Memiliki alur cerita tunggal dan lurus.
 Biasanya hanya satu kejadian saja yang akan diceritakan,
 Kesan yang ditinggalkan oleh cerpen sangat mendalam sehingga pembaca dapat
merasakan kisah dari cerita tersebut.
 Pemakaian katanya yang sederhana dan mudah dikenal pembaca.
 Tokoh pada cerpen digambarkan mengalami suatu konflik atau masalah hingga pada
tahap penyelesaiannya.
 Tidak menggambarkan seluruh kisah tokohnya , hanya inti sari saja.
 Sumber cerita dari kehidupan sehari-hari, baik itu pengalaman pribadi maupun
pengalaman orang lain.
 Sebuah cerpen biasanya memiliki tulisan kurang dari 10.000 kata
 Bentuk tulisan yang padat, singkat dan lebih pendek jika dibandingkan dengan novel.

D. Kaidah Cerpen

1. Menggunakan Pernyataan Retorik


Pernyataan retorik adalah pernyataan yang tidak membutuhkan jawaban. Contohnya
"Pernahkah kamu pikirkan betapa indahnya masa sekolah?".

2. Menggunakan Proses Material


Proses material adalah tindakan-tindakan fisik untuk mempertahankan suatu karakter
tertentu dalam tiap tokoh. Contohnya "Namun, dari awal mereka telah sepakat bahwa
siapapun nanti yang dinyatakan lolos tidak akan membuat persahabatan mereka retak".

3. Menggunakan Konjungsi Temporal


Konjungsi temporal menggambarkan urutan peristiwa dan kepaduan cerita. Contohnya
"Suatu hari, sekolah mengadakan seleksi siswa teladan yang nantinya akan mewakili
sekolah ke tingkat kabupaten".
4. Menggunakan Pilihan Kata (Diksi)
Jika ingin menulis cerpen harus memperhatikan pilihan kata. Kita harus menulis pilihan
kata yang tepat sehingga cerpen itu menarik. Contohnya "Ada 20 siswa yang
mengikut ajang seleksi ini".

5. Menggunakan Gaya Bahasa Efektif


Gaya bahasa efektif dapat dimanfaatkan untuk mengungkapkan maksud-maksud secara
tepat. Contohnya "Ajang ini tidak hanya menyaring kemampuan siswa dalam
bidang akademik, tetapi juga menyaring prestasi nonakademik yang dimiliki siswa".

6. Menggunakan kalimat yang komunikatif


Teks cerita pendek agar komunikatif biasanya menggunakan kalimat yang familiar
sehingga kalimatnya lebih akrab atau mudah diingat. Contohnya "Bahkan nyengir saat
mereka tahu bahwa jawaban mereka salah".

E. Contoh Cerpen

My Earth ( Karya dari Evi Herniyati)

Namanya Meli. Dia kini duduk di kelas 8, di sebuah sekolah ternama di kotanya. Dia tidak
terlalu menyukai hal-hal realistis yang membuatnya harus berfikir sampai jenuh. Bahkan
dunia khayalnya kadang-kadang melebihi batas.

Meli hanya suka satu materi pelajaran. Yaitu tentang Antariksa, seperti: tata surya,
matahari, galaksi, dan yang sejenis. Cita-citanya bahkan ingin menjadi astronot. Dunia
antariksa selalu membuatnya penasaran.

Malam itu, Meli sedang duduk di gazebo yang ada di samping rumahnya. Dia sedang
mengerjakan PR di situ. Malam itu bulan purnama. Bintang-bintang bertaburan di langit.
Indah sekali. Meli memandang ke atas dan melihat semua itu.

Sebuah benda berwarna merah nampak seperti bintang ikut menemani bulan. Bukan, itu
bukan bintang. Itu planet Mars. Ada lagi benda lain yang ia lihat dan tampak aneh meskipun
samar-samar. Sebuah benda langit yang nampak bercincin.

“Saturnus?. Apa? aku dapat melihatnya” katanya girang.

Kedua planet itu tampak lebih besar dan terlihat jelas. Meli melihat sebuah benda lagi yang
terbang dan cukup panjang. Sepertinya itu komet.

Meli sangat girang. Ia dapat melihat benda-benda itu. Saat Meli hendak masuk ke dalam
rumahnya, sebuah benda berwarna biru muncul. Sejenis planet. Bumi. Tidak! Dia ada di
Bumi, bagaimana ia bisa melihat bumi yang sedang ia pijak itu ada di langit?. Benda itu
semakin membesar dan mendekat ke arahnya. Dia tidak bisa pergi ke manapun. Kakinya
seperti tertancap ke tanah. Benda itu semakin mendekatinya.

“Hah…? Tuhan, tolong aku” ucap Meli merapatkan kedua tangannya. Namun semakin
benda itu mendekati Meli, semakin mengecil ukurannya. Dan akhirnya benda itu jatuh di
dekat kaki Meli dan hanya sebesar genggaman tangan saja.

Benda itu bulat. Tidak. Tengahnya agak menggembung. Warnanya biru. Persis seperti Bumi.
Meli mengambilnya dan mengamatinya. Langsung ia bawa ke dalam rumah.

“MELI BANGUN SUDAH SIANG!!” Bunda Meli berteriak membangunkan Meli.

“Ya Bun, ini Meli bangun” Meli segera pergi ke kamar mandi dan berpakaian rapi bersiap
untuk ke sekolah. Kemudian ia ingat sesuatu. Benda itu. Dia membuka sebuah kotak. Benda
itu ada di situ. Ia tidak bermimpi!. Ia membawanya dan segera berangkat sekolah.

Saat istirahat, ia pergi ke gudang. Membuka kotak itu. Benda itu bersinar. Terang sekali.

“Apa ini planet kembaran bumi? Ah aneh!”

Meli menemukan belahan dalam benda itu. Ia membukanya. Susunannya sama seperti bumi.
Di situ ada tulisan “Bumi, Bumi, Bumi. Selamatkan Bumi”.

Meli membaca tulisan itu. Tiba-tiba berdiri seseorang di belakangnya. Orang itu mirip sekali
dengan Meli.

“S..siapa kau?” tanya Meli.

“Namaku Viki. Aku adalah kembaranmu. Aku berasal dari planet kembaran Bumi. Bumi ini
sudah tua. Kalian para manusia selalu merusaknya. Dan planetku juga ikut menanggungnya.
Kami membenci kalian” katanya. Meli sangat takut.

“Apa maumu?”

“Kau harus perbaiki planetmu. Entah bagaimana caranya. Jika bola itu tetap seperti itu
ukurannya, kau tidak melakukan perbaikan itu. Jika bola itu mengecil, usahamu berhasil.
Bola itu akan mengecil seiring usahamu. Jika bola itu lenyap, maka kau berhasil. Jika dalam
1 bulan bola itu masih ada, kalian akan menanggung masalah” kata Viki kemudian
menghilang.

Sejak saat itu, Meli mulai menjaga Bumi. Menjaga kebersihan, tidak menggunakan AC
secara berlebihan, tidak membuang sampah sembarangan, menanam pohon, bahkan ia juga
mengajak dan memberi usul kepada kepala sekolahnya untuk melakukan kerja bakti setiap
hari Jum’at. Bola itu juga perlahan mengecil.

“Tapi, apa aku bisa? Bumi ini luas dan aku hanya melakukannya di sekitarku” gumam Meli.

“Kau melakukannya dengan baik. Satu juga tidak masalah daripada tidak ada. Tapi Meli,
waktumu kurang 12 jam lagi dan bola itu masih ada” kata Viki.
“Apa yang harus kulakukan?” tanya Meli.

Namun Viki menghilang. Meli memikirkan hal itu semalaman. Tidurnya pun tak nyenyak.
Bahkan ia tidak bisa tidur. Akhirnya ia berfikir.

“Bumi tidak hanya mendapat bahaya dari dalam, tetapi juga dari luar. Bisa saja tertabrak
planet lain, atau hujan meteor. Mungkin itu. Ya aku harus berdoa kepada Tuhan” katanya. Ia
akhirnya mulai berdoa dan bergegas tidur.

“Meli kamu mau seharian tidur hah?” Bunda membangunkan Meli.

“Bunda, aku baru tidur. Semalam aku tidak bisa tidur” kata Meli.

“HAH? Kamu tidur sehabis isya kemarin. Bunda membangunkanmu tapi tak bisa. Sampai
ayahmu yang menggendongmu ke kamar ini” kata Bunda

“Hah?”

“Sudah, cepat! Sudah jam 8 dan anak gadis sepertimu baru bangun?”. Bunda meninggalkan
Meli.

“Jadi, itu hanya mimpi?” gumam Meli.

Ia bergegas membuka kotak itu. Ada selembar kertas bertuliskan “TERIMAKASIH MELI,
TELAH MENJAGA BUMI. SAMPAI JUMPA. Viki”

Meli semakin bingung. Dia akhirnya tak menjadikan itu masalah. Justru membuatnya
semangat untuk menjaga Bumi.

Anda mungkin juga menyukai