Anda di halaman 1dari 8

Pengertian Cerpen

Lantas, apa yang dimaksud dengan cerpen? Pengertian cerpen adalah bentuk karya sastra berupa
prosa yang menggambarkan suatu tokoh serta lingkungannya, disertai berbagai permasalahan yang
menimpa para tokoh tersebut serta bagaimana solusi untuk memecahkan permasalahan itu.

Cerpen ini dapat dibuat dalam berbagai tema yang menarik. Mulai dari tema remaja, kasih sayang,
persahabatan, politik, kritik sosial, budaya, anak, dan lainnya. Cerpen sangat dekat dengan literature
bahasa sehari -hari.

Ciri Ciri Cerpen

Cerpen ini pun seringkali dimuat di dalam media massa, baik media massa online atau pun cetak
seperti majalah, tabloid, koran, dan lainnya. Penggemar bacaan cerpen ini memang banyak. Hanya
saja, terkadang masih saja ada yang salah dalam menilai apakah suatu cerita itu termasuk cerpen
atau tidak.

Yang perlu diketahui, tidak setiap teks bacaan cerita yang pendek itu dapat disebut sebagai teks
cerpen. Ada ciri ciri cerpen secara khusus yang perlu dipenuhi agar suatu bacaan dapat disebut
cerpen. Karenanya, agar kamu bisa mengetahui perbedaan antara teks cerpen dan teks bacaan lain,
kamu perlu mengetahui ciri -ciri teks cerpen.

-Adapun ciri ciri cerpen adalah sebagai berikut :

1. Berupa tulisan yang singkat, padat dan jelas.

2. Teks tidak lebih dari 10.000 kata.

3. Menceritakan mengenai kehidupan sehari-hari para tokoh.

4. Dapat habis dibaca dalam sekali duduk.

5. Masalah yang disajikan hanya masalah utama saja.

6. Penokohan sederhana (karakter tokoh tidak terlalu mendalam)

7. Memberi kesan mendalam bagi pembacanya.

8. Alurnya tunggal dan lurus.

9. Tokoh yang ada mengalami konflik sampai akhirnya menemukan solusi.

Karena ada ciri ciri cerpen yang harus dipenuhi, maka tidak setiap teks cerita bisa dikatakan sebagai
cerpen. Ini karena untuk bisa disebut cerpen, maka cerita tersebut harus memenuhi ciri ciri cerpen
tersebut. Selain pada ciri ciri cerpen, hal lain yang juga perlu dipahami adalah unsur -unsur yang
membangun sebuah cerpen.

Unsur Pembangun Cerpen


Cerpen atau cerita pendek pada dasarnya dibangun oleh dua unsur. Unsur tersebut berasal dari
dalam dan dari luar cerpen. Unsur pembangun cerpen yang berasal dari dalam cerpen disebut
sebagai unsur intrinsik, sedangkan unsur pembangun cerpen yang berasal dari luar cerpen disebut
unsur ekstrinsik cerpen.

Unsur Intrinsik Cerpen

Unsur intrinsik cerpen adalah unsur pembangun yang berasal dari cerpen itu sendiri. Artinya,
berbagai macam unsur ini bisa ditemukan hanya dengan membaca isi cerpen tersebut. Adapun
macam-macam unsur intrinsik cerpen yakni :

1. Tema

Tema adalah ide atau gagasan pokok yang mendasari cerita pendek tersebut.

2. Penokohan

Penokohan merupakan pemberian sifat pada tokoh yang ada di dalam cerita. Untuk mengidentifikasi
watak seorang tokoh dapat dilakukan dengan dua metode, yakni dengan metode analitik atau secara
langsung dan dengan metode dramatik atau secara tidak langsung.

3. Alur (plot)

Alur atau plot merupakan urutan kejadian dalam suatu cerita. Alur cerpen dapat berupa tiga jenis,
yakni alur maju, mundur dan campuran.

4. Setting (Latar)

Setting adalah latar suatu peristiwa dalam cerpen itu terjadi. Setting meliputi latar tempat, waktu
dan suasana yang digambarkan dalam sebuah cerita.

5. Sudut Pandang

Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam cerita. Sudut pandang bisa berupa orang pertama
(cirinya menggunakan kata aku) atau orang ketiga (pengarang mengetahui segalanya).

6. Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan cara khas dari pengarang dalam mengungkapkan sebuah kata atau kalimat
dalam cerita tersebut sehingga terkesan lebih indah dan bermakna.

7. Amanat
Amanat merupakan pesan yang dapat diambil oleh para pembaca setelah menyelesaikan cerita
tersebut.

Struktur Teks Cerpen

Dalam membangun cerpen, terdapat 6 elemen utama yang penting untuk Quipperian perhatikan
agar cerita pendek yang ditulis menjadi utuh. Keenam struktur teks cerpen tersebut antara lain:

1. Abstrak

Memberikan gambaran awal atau intisari cerita yang ingin disampaikan penulis.

2. Orientasi

Memperkenalkan tokoh dan latar dalam cerpen. Latar yang dimaksud dapat berupa waktu, suasana
atau kondisi, dan juga tempat.

3. Komplikasi

Menyusun peristiwa yang dihubungkan dengan sebab akibat. Di tahap ini penulis memiliki tugas
untuk menjaga karakter dan tokoh untuk tetap menarik minat pembaca melalui penggambaran
konflik yang ada.

4. Evaluasi

Memaparkan perjalanan konflik menuju klimaks untuk selanjutnya ditemukan pelariannya.

5. Resolusi

Konflik sudah bertemu dengan peleraiannya dengan cara penulis mengungkapkan solusi dari cerita
yang telah dibangun.

6. Koda

Bagian akhir untuk penulis mengungkapkan nilai-nilai atau pesan yang ingin disampaikan pada
cerpennya.

Unsur Keabsahan Teks Cerpen

Kepiawaian penulis dalam menuturkan cerita ke pembaca dapat kamu pelajari dan praktikkan
melalui unsur keabsahan teks cerpen.
Pertama, teks cerpen memerlukan penulisan deskripsi yang jelas dan efektif. Misalnya, dalam
menggambarkan fisik seorang karakter, penulis dapat menuliskannya dengan kata sifat maupun
perbandingan. Begitu pula dengan latar cerita, penulis dapat menggambarkan dengan perwujudan
benda atau situasi yang ada.

Kemudian, untuk membuat cerpen semakin efektif biasanya menggunakan kata keterangan atau
frasa adverbial untuk menunjukan latar tempat atau waktu. Misalnya saat waktu pulang kantor, di
sebuah desa adat, dan lain sebagainya.

Penggunaan kata-kata kiasan atau konotatif juga perlu untuk dipelajari agar isi cerpen semakin
menarik dan imajinatif untuk dibaca.

Terakhir, cerpen juga tetap memerlukan penggunaan bahasa informal maupun semiformal yang
sesuai dengan aturan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia).

Unsur Ekstrinsik Cerpen

Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun suatu cerpen dari luar. Jadi, untuk mengetahui
unsur ekstrinsik ini, diperlukan analisa lebih mendalam mengenai hubungan cerpen dengan
pengarangnya. Adapun unsur ekstrinsik cerpen, meliputi :

1. Latar Belakang Masyarakat,

Latar belakang masyarakat adalah hal yang dijadikan sebagai pembangun cerita agar sesuai dan
dapat diterima dalam suatu masyarakat.

2. Latar Belakang Pengarang

Latar belakang pengarang yang dimaksud adalah pemahaman dari pengarang cerita mengenai jalan
cerita yang dibuat sehingga dapat tercipta sebuah cerita yang menarik.Bilang Dulu Sebelum Pinjam

Contoh:

Bilang dulu sebelum pinjam

Di suatu sekolah, ada anak bernama Arkhan. Arkhan adalah anak kelas TK besar dan sering membuat
Bu guru marah. Karena sering membuat Bu guru marah, Arkhan sering dipanggil tetapi tidak
dimarahi.
Arkhan sering meminta maaf atas kesalahannya. Dia juga sering membuat teman-teman menangis.
Arkhan selalu begitu dan tidak pernah kapok. Beberapa barang juga diambil oleh Arkhan. Arkhan
juga terkenal sering kabur-kaburan.

Pada suatu hari saat pulang sekolah, Arkhan belum dijemput oleh ibunya. Kalau belum dijemput,
maka belum boleh pulang. Tetapi, Arkhan sering berlari dan bersembunyi. Arkhan menghindari Bu
guru dan selalu berkeliling halaman sekolah yang luas.

Seperti biasanya, Bu guru mencari Arkhan ke setiap sudut ruangan. Namun, Arkhan tidak ditemukan.
Biasanya Arkhan bermain di taman. Begitu Bu guru kesana, Arkhan tidak ada. Sudah beberapa
tempat dikunjungi, tapi tetap tidak ada tanda-tanda keberadaan Arkhan.

Akhirnya, Bu guru pun kelelahan dan ia istirahat di aula. Suasana segar dari angin yang keluar di
kipas membuat Bu Guru tidak menyadari kalau Arkhan ada di sana.

“Bu Guru!” Arkhan menghambur ke arah Bu guru dan memeluknya.

“Arkhan kaku dari mana aja? Ibu nyariin kamu ternyata ada di sini?” Ucap Bu Guru.

“Iya Bu, soalnya aku masih nungguin jemputan Ibu.” Jawab Arkhan.

“Iya, lain kali bilang dulu sama Bu guru, ya! Jadinya ibu nggak nyariin kamu.”

“Baik bu.” Jawa Arkhan.

Setelah itu, Arkhan dan Ibu guru pun ke ruang tunggu penjemputan dan Arkhan bermain beberapa
puzzle. Arkhan sangat suka bermain puzzle terlebih puzzle panda milik Humaira, temannya yang
dibawa akhir-akhir ini. Humaira juga belum pulang, masih menunggu jemputan.

“Mas Arkhan dijemput!” Suara Bu guru menggelegar. Sontak dengan senang hati, Arkhan pun
langsung menghambur ke arah ibunya, dan mereka pun pulang. Tinggal Humaira dan beberapa
teman lainnya yang belum dijemput. Mereka masih bermain beberapa mainan.

Tak beberapa lama kemudian, terdengar suara Bu guru. “Mba Humaira Dijemput!”
Humaira yang terbiasa rapi pun membereskan mainannya. Namun, ada satu yang mengganjal.
Humaira mulai mondar-mandir ke sana kemari, lalu tidak lama kemudian ia mewek. Tangisnya pun
pecah, membuat heboh seisi ruangan.

“Panda Dede nggak ada….” Ucap Humaira sambil menangis.

“Panda yang mana?” tanya Bu guru. Tapi, Humaira semakin menangis dan semakin kencang
tangisannya. Semakin membuat orang bingung, apa yang dimaksud panda miliknya?

“Itu bu, tadi Humaira bawa Puzzle panda. Tapi puzzlenya dipinjem sama Arkhan.” Ucap Aurel, salah
satu anak yang belum dijemput juga. Bu guru pun bertanya, “Sama Arkhan puzzlenya ditaruh di
mana?”

“Nggak tau.” Jawa Aurel.

Pun pada akhirnya semua yang ada di ruangan mencari puzzlenya Humaira yang bergambar panda,
tetap tidak ditemukan. Hanya ada satu kemungkinan, bisa jadi puzzle itu ikut Arkhan pulang.
Akhirnya, Bu guru pun menghubungi Ibunya Arkhan.

“Oh iya Bu, maaf yaa puzzlelnya kebawa sama Arkhan. Nanti segera saya antarkan.” Ucap Ibunya
Arkhan dari seberang telepon. Pada akhirnya, telepon pun ditutup. Menunggu hingga setengah jam,
dua orang bertubuh tinggi dan kecil datang dari arah gerbang.

“Itu Arkhan, Bu!” Teriak Aurel dari dalam ruang tunggu jemputan.

Akhirnya Arkhan un mengembalikan puzzle milik Humaira yang sudah mulai berhenti menangis.
“Arkhan, kenapa kamu bawa puzzlenya Humaira?” Tanya Bu guru.

“Anu itu Bu, aku nggak tau puzzlenya tiba-tiba ada di tasku.” Jawab Arkhan.

Bu guru menghela napas. Sudah biasa terjadi, Arkhan sering membawa pulang benda-benda di
sekolah yang menurutnya menarik. Bahkan tempo lalu ia pernah membawa kabel.mic yang didapat
dari lemari kantor sekolah.

“Arkhan kamu harus minta maaf sama Humaira.” Ucap Aurel.


“Kenapa aku harus minta maaf? Kan puzzlenya sudah aku kembalikan?”

“Soalnya kamu udah bikin Humaira nangis. Iya kan, Bu?” Kepala kecil nan mungil itu mendongak ke
arah wanita yang lebih tinggi darinya.

“Nggak mau!” Arkhan melipat tangannya dan membuang muka dari Humaira. Humaira pun
menangis lagi.

“Tuh, kan! Humaira jadi nangis lagi. Arkhan, sih!”

“Arkhan, ayo minta maaf nak.” Ucap Ibunya. Arkhan masih kekeuh tidak mau minta maaf, masih
dalam posisinya semula.

“Arkhan, kamu suka apa?” Tanya Ibu Guru.

“Mobil.” Jawab Arkhan.

“Arkhan punya mobil-mobilan di rumah?”

“Punya.”

“Nah! Sekarang, ibu guru main ke rumah Arkhan. Trus ibu guru minjem mobil-mobilannya Arkhan
buat mainan. Tapi, mobil-mobilannya ibu bawa pulang, bagaimana?”

“Loh! Kok dibawa pulang? Itu kan punya Arkhan, Bu! Bu guru mau mencuri, ya!”

“Nah! Itu tau. Berarti, kalau kamu minjem mainannya Humaira tapi nggak bilang-bilang sama aja
dengan mencuri, kan?”m tanya ibu guru. Arkhan terdiam.

Sekali lagi, dibujuknya Arkhan untuk minta maaf. Akhirnya, mau tidak mau Arkhan pun luluh juga
meski masih sedikit kelihatan sewot.
“Ya deh iya! Aku minta maaf! Tapi besok aku pinjam puzzlenya lagi, ya!” Ucap Arkhan.

“T-tapi kalo mau pinjam bilang dulu, Arkhan.” Sahut Aurel.

“Ya iyalah kan aku udah tau.” Jawab Arkhan.

Setelah kejadian di hari itu, keesokan harinya Arkhan pun selalu bilang saat hendak meminjam
barang. Bukan hanya itu saja, Arkhan juga jadi lebih hati-hati dalam bertindak sehingga tidak melukai
hati teman-temannya.

Dengan begitu, Arkhan pun jadi punya banyak teman. Sekarang teman-teman sudah tidak takut lagi
saat bergaul dengan Arkhan. Berbeda pada saat dulu, pasti banyak yang takut dekat dengan Arkhan
karena Arkhan terkenal nakal.

Mereka juga cenderung menjauh supaya bisa menghindari barang-barangnya hilang karena dicuri
oleh Arkhan. Namun, karena sudah minta maaf sama Humaira, keesokan harinya Aurel bilang ke
teman-teman kalau Arkhan sudah menjadi baik.

Meski beberapa teman masih ada yang takut, Aurel tetap meyakinkannya supaya mau berteman
baik dengan Arkhan. Pada akhirnya semua teman-teman jadi mau bergaul dan bergabung dengan
Arkhan.

Anda mungkin juga menyukai