Anda di halaman 1dari 107

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th.

2020-2024 Page i
KATA PENGANTAR
KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA PONTIANAK

Assalamu’alaikum wr wb.
Puji dan syukur selalu kita panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya sehingga penyusunan Dokumen Definisi Operasional Indikator Kinerja
Puskesmas Kota Pontianak Tahun 2020-2024 dapat diselesaikan. Dokumen Definisi Operasional
ini merupakan Panduan dan tatacara Puskesmas untuk menghitung realisasi serta capaian yang
telah dilakukan Puskesmas dalam mencapai tujuan Dinas Kesehatan Kota Pontianak periode
Tahun 2020-2024 yaitu “Meningkatnya Derajat Kesehatan Masyarakat”.
Pada akhirnya kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua Pihak yang
telah bekerja keras dalam penyusunan Dokumen Definisi Operasional Indikator Kinerja
Puskesmas Kota Pontianak Tahun 2020-2024. Semoga Tuhan Y.M.E senantiasa memberi
petunjuk kepada kita semua dalam melaksanakan pembangunan kesehatan di Kota Pontianak
dan memberikan manfaat untuk masyarakat Kota Pontianak.
Demikian Dokumen Definisi Operasional Indikator Kinerja Puskesmas Kota Pontianak
Tahun 2020-2024 dibuat, dan semoga dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum wr wb
KEPALA DINAS KESEHATAN
KOTA PONTIANAK

dr. Sidig Handanu Widoyono, M.Kes


Pembina Utama Muda
NIP. 19660516 199603 1 003

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page i


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
DEFINISI OPERASIONAL INDIKATOR PUSKESMAS TAHUN 2020- 2024.......... 1
1. Jumlah Kematian ibu........................................................................................... 1
2. Jumlah Kematian Bayi........................................................................................ 2
3. Persentase ibu hamil mendapatkan pelayanan kesehatan ibu hamil (SPM)........ 3
4. Persentase ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan (SPM)................... 6
5. Persentase bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan bayi baru lahir 9
(SPM)..................................................................................................................
6. Cakupan komplikasi nenonatus yang ditangani............................................. 12
7. Cakupan komplikasi kebidanan ditangani.................................................... 14
8. Cakupan pelayanan kesehatan balita sesuai standar (SPM).......................... 16
9. Persentase anak usia pendidikan dasar yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar (SPM)............................................................................................ 19
10. Persentase Balita mempunyai buku KIA/KMS................................................... 22
11. Persentase warga negara usia 60 tahun ke atas mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar (SPM)................................................................... 23
12. Persentase Balita gizi kurang (Wasting) yang mendapatkan pelayanan
kesehatan...................................................................................................... 25
13. Persentase Balita Berat Badan Kurang (Underweight) yang mendapatkan
pelayanan kesehatan...................................................................................... 27
14. Persentase Balita pendek (Stunting) yang mendapatkan pelayanan kesehatan.... 29
15. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronik mendapatkan pelayanan 30
kesehatan..............................................................................................................
16. Persentase Ibu hamil yang mendapatkan TTD minimal 90 tablet selama 32
kehamilan...........................................................................................................
17. Persentase Ibu hamil KEK yang mendapatkan makanan tambahan............... 33
18. Persentase Bayi dengan Berat badan lahir rendah (BBLR) yang mendapatkan 35
pelayanan kesehatan....................................................................................
19. Persentase Balita yang ditimbang Berat Badannya (D/S).............................. 37
20. Persentase Remaja Putri dapat tablet tambah darah (TTD)................................. 38
21. Persentase Balita kurus dapat makanan tambahan.............................................. 40

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page ii


22. Persentase Kasus Balita Gizi Buruk yang mendapat Perawatan..................... 41
23. Persentase Bayi yang Baru Lahir mendapat Inisiasi Menyusui Dini (IMD)..... 43
24. Cakupan Bayi Usia 6 bulan mendapat ASI Ekslusif..................................... 44
25. Persentase Anak Usia 0-11 Bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap. 46
26. Cakupan Penemuan kasus non polio AFP.................................................... 47
27. Persentase penderita Hipertensi yang mendapatkan pelayanan kesehatan 49
sesuai standar (SPM)....................................................................................
28. Persentase penderita DM yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai 51
standar (SPM)...............................................................................................
29. Persentase ODGJ berat yang mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa sesuai 53
standar (SPM)...............................................................................................
30. Persentase WUS Usia 30-50 Tahun yang Melakukan Pemeriksaan Deteksi 54
Dini kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim..........................................
31. Persentase orang usia 15–59 tahun mendapatkan skrining kesehatan sesuai 57
standar (SPM)..............................................................................................
32. Angka Bebas Jentik...................................................................................... 60
33. Jumlah penemuan penderita DBD................................................................ 62
34. Persentase orang dengan risiko terinfeksi HIV mendapatkan pelayanan deteksi 64
dini HIV sesuai standar (SPM) .....................................................................
35. Persentase Penderita baru HIV yang mendapatkan pelayanan sesuai standar.... 66
36. Persentase penderita kusta yang Release From Treatment (RFT)................... 68
37. Cakupan Penderita DBD yang ditangani....................................................... 70
38. Persentase Orang terduga TBC mendapatkan pelayanan TBC sesuai standar 72
(SPM)..................................................................................................................
39. Persentase Tempat Fasilitas Umum yang memenuhi syarat kesehatan.......... 74
40. Persentase Tempat Pengolahan Makanan yang memenuhi syarat kesehatan...... 76
41. Persentase ketersediaan obat, dan vaksin esensial.......................................... 78
42. Persentase penggunaan obat rasional............................................................ 80
43. Cakupan RT yang ber PHBS......................................................................... 83
44. Persentase Sekolah yang melaksanakan PHBS............................................... 85
45. Persentase Posyandu Purnama Mandiri......................................................... 86
46. Indeks Keluarga Sehat.................................................................................. 87

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page iii


47. Kontak Rate Pelayanan dalam dan Luar Gedung Puskesmas........................ 89
48. Angka Kontak (AK) Pasien BPJS.................................................................. 91
49. Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik (RRNS) Puskesmas....... 93
50. Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik (RRNS) BPJS................ 94
51. Rasio Peserta Prolanis Terkendali (RPPT)..................................................... 96
52. Rasio Cabut Tambal Gigi.............................................................................. 97
53. Bed Occupancy Rate (BOR)......................................................................... 98
54. Lenght Of Stay (LOS)................................................................................... 99
55. Turn Over Interval (TOI)................................................................................. 100
56. Tidak Ada Kesalahan Pemberian Hasil Laboratorium................................... 101

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page iv


DEFINISI OPERASIONAL INDIKATOR PUSKESMAS
TAHUN 2020 – 2024

1) Jumlah Kematian Ibu


A. Pengertian
Banyaknya kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan dan pasca persalinan per
100.000 kelahiran hidup pada masa tertentu. Angka pengukuran risiko kematian wanita
yang berkaitan dengan peristiwa kehamilan. Kematian ibu adalah kematian wanita dalam
masa kehamilan, persalinan dan dalam masa 42 hari (6 minggu) setelah berakhirnya
kehamilan tanpa memandang usia kehamilan maupun tempat melekatnya janin, oleh sebab
apa pun yang berkaitan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau pengelolaannya, bukan
akibat kecelakaan.
B. Definisi Operasional
Jumlah Kematian Ibu adalah Jumlah Ibu meninggal yang dikarenakan hamil, bersalin dan
nifas di wilayah Kota Pontianak
C. Satuan
Orang
D. Sasaran
Kematian ibu hamil, bersalin dan nifas di wilayah Kota Pontianak
E. Target

Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

6 Orang 6 Orang 6 Orang 6 Orang 6 Orang

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 1


F. Rumus Perhitungan Kinerja
- Jumlah Kematian Ibu = 3 Orang
Contoh :
Jumlah Kematian Ibu tgl. 1 januari 2019 sebanyak 1 kasus karena hamil dengan
perdarahan , tgl. 15 November tahun 2019 terjadi 1 kasus kematian Ibu karena
Preeklampsi dan , tgl. 30 Desember tahun 2019 terjadi 1 kasus Kematian Ibu karena
Infeksi setelah 20 hari pasca persalinan . Jumlah Kematian Ibu di Puskesmas A adalah
1+1+1 =3 orang, maka jumlah kematian ibu di Puskesmas A pada tahun 2019 adalah 3
orang.
G. Pembuktian/ Sumber Data
1) Laporan Kematian Ibu di Puskesmas;
2) Laporan Kematian Ibu di RS di Kota Pontianak;
3) Laporan Kematian Ibu di Klinik di Kota Pontianak.
H. Referensi
1) Pedoman Surveilans Kematian Ibu, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun
2017;
2) Pedoman Audit Material Perinatal (AMP), Kementerian Kesehatan Direktur Jendral
Bina Kesehatan Masyarakat Tahun 2010;
3) Aplikasi MDN (Maternal Death Notification) Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Tahun 2018.
2) Jumlah Kematian Bayi
A. Pengertian
Banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu
atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu
tahun (dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup).
B. Definisi Operasional
Jumlah Kematian Bayi Umur Kurang dari 1 Tahun di wilayah Kota Pontianak.
C. Satuan
Orang
D. Sasaran
Kematian bayi usia kurang dari 1 tahun di wilayah Kota Pontianak.

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 2


E. Target
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

29 Orang 27 Orang 26 Orang 25 Orang 24 Orang

F. Rumus Perhitungan Kiinerja


Jumlah Kematian Bayi = 21 Orang
Contoh :
Jumlah Kematian bayi tgl. 1 januari 2019 umur 1 jam sebanyak 8 kasus, tgl. 15 juli tahun
2019 umur 6 bulan sebanyak 4 kasus, tgl. 30 November 2019 terjadi kematian bayi umur
7 sampai 11 bulan sebanyak 9 kasus . Jumlah Kematian bayi di Puskesmas A adalah
8+4+9 =21 kasus, maka jumlah kematian bayi pada tahun 2019 di Puskesmas A adalah
21 orang
G. Pembuktian/ Sumber Data
1) Laporan Kematian Bayi di Puskesmas;
2) Laporan Kematian Bayi di RS di Kota Pontianak;
3) Laporan Kematian Bayi di Klinik di Kota Pontianak.
H. Referensi
1) Pedoman Program Pencegahan Penularan HIV, Sipilis, dan Hepatitis dari Ibu ke Anak,
Kementerian Kesehatan Tahun 2019;
2) Panduan Pelayanan Pasca Persalinan bagi Ibu dan Bayi Baru Lahir, Kementerian
Kesehatan Tahun 2019;
3) Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial, Kementerian Kesehatan
Tahun 2019.

3) Persentase ibu hamil mendapatkan pelayanan kesehatan ibu hamil (SPM)


A. a. Pengertian
Pelayanan antenatal yang sesuai standar yang meliputi:
1) Standar kuantitas;
2) Standar kualitas.

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 3


b. Pernyataan Standar
Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar. Pemerintah Daerah
tingkat kabupaten/kota wajib memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar
kepada semua ibu hamil di wilayah kerja tersebut dalam kurun waktu satu tahun.
B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan
kesehatan ibu hamil dinilai dari cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil sesuai standar di
wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran
Semua ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar di wilayah Kota
Pontianak.
E. Target
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100 % 100 % 100 % 100 % 100 %

F. Rumus Perhitungan Kinerja


Jumlah ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan antenatal
sesuai standar di wilayah kerja
Persentase ibu kabupaten/kota tersebut dalam
hamil kurun waktu satu tahun x 100%
mendapatkan = (Nominator)
pelayanan Jumlah sasaran ibu hamil di
kesehatan ibu wilayah kerja kabupaten/kota
hamil tersebut dalam kurun waktu satu
tahun yang sama (denominator)

Catatan:
a. Nominator yang dihitung adalah Ibu hamil yang telah selesai menjalani masa
kehamilannya (bersalin) di akhir tahun berjalan;
b. Ibu hamil yang belum selesai menjalani masa kehamilannya pada akhir tahun berjalan
tidak di hitung sebagai nominator akan tetapi dihitung sebagai nominator dan
denominator pada tahun berikutnya.

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 4


Contoh Perhitungan
Kabupaten “A” terdapat 3 Puskesmas B,C,dan D. Terdapat estimasi 1000 ibu hamil dan
dari hasil pendataan terdapat 750 ibu hamil. Adapun rincian yang berkunjung ke
Puskesmas dan fasyankes swasta:
Lokasi Pelayanan Jumlah Ibu hamil di Mendapat Sesuai standar
Kab (proyeksi) pelayanan
Puskesmas B, (data 350 150 100 100 ibu hamil
laporan termasuk tidak
dari mendapatkan
poskesdes,polindes, pelayanan
Pustu dan sesuai standar
fasyankes swasta) misalnya ibu
hamil tidak
mendapatkan
tablet tambah
darah.
Puskesmas C, (data 500 300 100 Fasyankes
laporan termasuk swasta
dari termasuk
poskesdes,polindes, rumah sakit
Pustu dan harus melapor
fasyankes swasta) ke puskesmas
C
Puskesmas D, (data 150 100 0 Tidak ada
laporan termasuk fasyankes
dari swasta di
poskesdes,polindes, wilayah
Pustu) Puskesmas C
Total Kabupaten A 1000 550 200
(Total Puskesmas (X) (Y) (Z)
B+C+D)

Capaian indikator ibu hamil yang mendapat pelayanan standar di Kab. A


= ___Y__ x 100%
X
= _550_ x 100% = 55%
1000
Capaian SPM kabupaten A untuk indikator pelayanan kesehatan ibu hamil adalah 55 %.

Catatan:
a) Capaian SPM kabupaten A belum mencapai 100% ( 55%), sehingga kabupaten A harus
menganalisis penyebabnya seperti :

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 5


(1) Kurangnya informasi mengenai pelayanan antenatal;
(2) akses ke fasyankes sulit;
(3) pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan fasyankes swasta ke puskemas;
(4) ibu hamil mendapatkan pelayanan di fasyankes luar wilayah kerja kabupaten/kota;
(5) kendala biaya;
(6) Sosial budaya.
Untuk dilakukan intervensi penyelesaian masalah sehingga pada tahun berikutnya
capaian SPM untuk indikator pelayanan kesehatan ibu hamil mencapai 100%.
b. Ibu hamil di luar wilayah kerja Kabupaten/Kota tetap dilayani dan dicatat tetapi tidak
masuk sebagai cakupan pelayanan di Kab/Kota tersebut melainkan dilaporkan ke
Kab/Kota sesuai dengan alamat tinggal ibu hamil tersebut.
G. Pembuktian/ Sumber Data
1) Laporan Rumah Sakit;
2) Laporan masyarakat;
3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan Puskesmas;
5) Laporan Posyandu;
6) Register Kohort Ibu.
H. Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;

4) Persentase ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan (SPM)


A. a. Pengertian
Pelayanan persalinan sesuai standar meliputi:
1) Persalinan normal;
2) Persalinan komplikasi.
b. Pernyataan Standar
Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar. Pemerintah
Daerah tingkat Kabupaten/Kota wajib memberikan Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin
sesuai standar kepada semua ibu bersalin di wilayah kerja kabupaten/kota tersebut
dalam kurun waktu satu tahun.

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 6


B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan
kesehatan ibu bersalin dinilai dari cakupan pelayanan kesehatan ibu bersalin sesuai standar
di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Semua ibu bersalin yang mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar di fasilitas
pelayanan kesehatan di wilayah Kota Pontianak.
E. Target
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100% 100%

F. Rumus Perhitungan Kinerja :


Jumlah ibu bersalin yang
mendapatkan pelayanan persalinan
Persentase ibu
sesuai standar di fasilitas pelayanan
bersalin mendapatkan
kesehatan di wilayah kerja
pelayanan persalinan
= kabupaten/kota dalam kurun waktu x 100%
satu tahun
Jumlah sasaran ibu bersalin di
wilayah kerja kabupaten/kota
tersebut dalam kurun waktu satu
tahun yang sama.
Contoh Perhitungan
Kabupaten “D” terdiri dari 3 Puskesmas A,B, dan C. Terdapat 3.500 sasaran ibu bersalin
(proyeksi) . Rincian ibu yang mendapatkan pelayanan ibu bersalin di Puskesmas dan
jaringannya serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah sebagai berikut :
Lokasi Jumlah ibu Dilayani Dilayani Keterangan
Pelayanan bersalin Sesuai standar Tidak sesuai
(proyeksi) standar
Puskesmas A 800 500 0
Bersalin oleh 0 20 Tidak dihitung,
tenaga karena tidak
kesehatan di bersalin di
Rumah fasyankes. Tetapi
dipakai sebagai
bahan evaluasi
dan perencanaan

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 7


Puskesmas
selanjutnya
Bersalin oleh 0 20 Tidak dihitung,
dukun kecuali
pemerintah
daerah
menjaminpolindes
dan poskesdes
telah dilengkapi
SDM, sarana dan
prasarana sesuai
standar pelayanan
persalinan
Bersalin di 200 0 Fasyankes primer
Fasilitas dan rujukan
pelayanan melaporkan
kesehatan pelayanan
swasta persalinan ke
Puskesmas sesuai
dengan wilayah
kerjanya
Total 800 700 50
Puskesmas A
Total 1300 900 100
Puskesmas B
Total 1400 1000 0
Puskesmas C
Kabupaten D 3.500 2.600 150
(Total (X) (Y) (Z)
Puskesmas
A+B+C)

*data bersalin dirumah, Polindes, poskesdes, oleh dukun dilaporkan ke Puskesmas


walaupun tidak dihitung dalam cakupan.
Capaian indikator Ibu bersalin mendapat pelayanan standar di Kab. D
= ___Y__ x 100%
X
= _2600_ x 100% = 74,3 %
3500
Capaian SPM kabupaten D untuk indikator pelayanan kesehatan ibu bersalin adalah
74,3%.
Catatan:
a) Capaian SPM kabupaten A belum mencapai 100% ( 74,3%), sehingga kabupaten A harus
menganalisis penyebabnya seperti :
(1) Kurangnya informasi mengenai pelayanan persalinan;

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 8


(2) akses ke fasyankes sulit;
(3) pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan fasyankes swasta ke puskemas;
(4) ibu bersalin mendapatkan pelayanan bukan oleh nakes dan atau tidak difasyankes;
(5) ibu bersalin mendapatkan pelayanan di luar wilayah kerja kab/kota;
(6) kendala biaya;
(7) Sosial budaya.
Untuk dilakukan intervensi penyelesaian masalah sehingga pada tahun berikutnya capaian
SPM untuk indikator pelayanan kesehatan ibu bersalin mencapai 100%.
b) Ibu bersalin di luar wilayah kerja Kabupaten/Kota tetap dilayani dan dicatat tetapi tidak
masuk sebagai cakupan pelayanan di Kab/Kota tersebut melainkan dilaporkan ke
Kab/Kota sesuai dengan alamat tinggal ibu bersalin tersebut.
G. Pembuktian/ Sumber Data
1) Laporan Rumah Sakit;
2) Laporan masyarakat;
3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan Puskesmas;
5) Laporan Posyandu;
6) Register Kohort Ibu.
H. Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.

5) Persentase bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan bayi baru lahir (SPM)
A. a. Pengertian
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar meliputi:
1) Standar kuantitas;
2) Standar kualitas.
b. Pernyataan Standar
Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan neonatal esensial sesuai
standar. Pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota wajib memberikan pelayanan
kesehatan bayi baru lahir sesuai standar kepada semua bayi usia 0-28 hari di wilayah
kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 9


B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan
kesehatan bayi baru lahir dinilai dari cakupan jumlah bayi baru lahir usia 0-28 hari yang
mendapatkan pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar di wilayah kerjanya
dalam kurun waktu satu tahun.
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Semua bayi baru lahir usia 0-28 hari yang mendapatkan pelayanan kesehatan bayi baru
lahir sesuai dengan standar di wilayah kota Pontianak.
E. Target
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100% 100%

F. Rumus Perhitungan Kinerja


Jumlah bayi baru lahir usia 0-28 hari
yang mendapatkan pelayanan
Persentase bayi baru
kesehatan bayi baru lahir sesuai
lahir mendapatkan
dengan standar dalam kurun waktu
pelayanan kesehatan = x 100%
satu tahun
bayi baru lahir
Jumlah sasaran bayi baru lahir di
wilayah kerja kabupaten/kota
tersebut dalam kurun waktu satu
tahun yang sama.

Lokasi Pelayanan Jumlah Mendapat Mendapat Keterangan


Bayi Baru pelayanan pelayanan
Lahir di Sesuai standar Tidak sesuai
Kab/Kota standar
(proyeksi)
1. Puskesmas B, 350 150 100 100 bayi baru
(data laporan lahir tidak
termasuk dari mendapatkan
poskesdes,polindes, pelayanan
Pustu , Rumah sesuai standar
sakit dan fasyankes misalnya bayi
swasta) baru lahir tidak
mendapatkan
salep mata
antibiotic

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 10


2.Puskesmas C, ( 500 300 100 Rumah Sakit
data laporan dan Fasyankes
termasuk dari swasta harus
poskesdes,polindes, melapor ke
Pustu , Rumah puskesmas C
sakit dan fasyankes
swasta)
3.Puskesmas D, 150 100 0 Tidak ada
(data laporan fasyankes
termasuk dari swasta di
poskesdes,polindes, wilayah
Pustu) Puskesmas C
Total Kabupaten A 1000 550 200
(Total Puskesmas (X) (Y) (Z)
B+C+D)
Capaian indikator bayi baru lahir yang mendapat pelayanan standar di Kab. A
= ___Y__ x 100%
X
= _550_ x 100% = 55%
1000
Capaian SPM kabupaten A untuk indikator pelayanan kesehatan bayi baru lahir adalah
55%.
Catatan:
a) Capaian SPM kabupaten A belum mencapai 100% ( 55%), sehingga kabupaten A
harus menganalisis penyebabnya seperti :
(1) Kurangnya Informasi mengenai pelayanan bayi baru lahir;
(2) akses ke fasyankes sulit;
(3) pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan fasyankes swasta ke puskemas;
(4) bayi baru lahir mendapatkan pelayanan dil luar wilayah kerja kab/kota;
(5) kendala biaya;
(6) Sosial budaya.
Untuk dilakukan intervensi penyelesaian masalah sehingga pada tahun berikutnya
capaian SPM untuk indikator pelayanan bayi baru lahir mencapai 100%.
b) Bayi baru lahir di luar wilayah kerja Kabupaten/Kota tetap dilayani dan dicatat tetapi
tidak masuk sebagai cakupan pelayanan di Kab/Kota tersebut melainkan dilaporkan ke
Kab/Kota sesuai dengan alamat tinggal bayi baru lahir tersebut.
G. Pembuktian/ Sumber data
1) Laporan Rumah Sakit;

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 11


2) Laporan masyarakat;
3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan Puskesmas;
5) Laporan Posyandu;
6) Register Kohort Ibu.
H. Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.

6) Cakupan komplikasi nenonatus yang ditangani


A. Pengertian
- Neonatus adalah bayi yang berumur 0 – 28 hari;
- Pelayanan Neonatus Komplikasi meliputi : Pencegahan dan penanganan asfiksia,
Pencegahan dan penanganan hipotermia, Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR),
Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus, ikterus ringan–sedang,
Pencegahan dan penanganan gangguan minum serta Stabilisasi komplikasi neonatus
untuk dirujuk dan transportasi rujukan;
- Neonatus dengan komplikasi yang ditangani adalah neonatus komplikasi yang
mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih, dokter, bidan dan perawat di
sarana pelayanan kesehatan;
- Indikator ini mengukur kemampuan menejemen program KIA dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada neonatus dengan
komplikasi;
- Sarana pelayanan kesehatan adalah Polindes, Praktik Bidan, Puskesmas, Puskesmas
Perawatan( PONET), Rumah Bersalin Dan Rumah Sakit Pemerintah Atau Swasta;
- Penanganan definitif adalah pemberian tindakan akhir pada setiap kasus komplikasi
neonatus yang pelaporannya dihitung 1 kali pada masa neonatal. Kasus komplikasi
yang ditangani adalah seluruh kasus yang ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau
mati.
B. Definisi Operasional
Cakupan neonatus dengan komplikasi di tangani secara definitif oleh tenaga kesehatan
yang kompeten di Pelayanan Kesehatan Dasar Dan Rujukan di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.
Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 12
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Jumlah neonatus dengan komplikasi yang mendapatkan penanganan definitif di Kota
Pontianak.
E. Target
Tahun 2024
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023

100%
100% 100% 100% 100%

F. Rumus Perhitungan Kinerja :


Pembilang : Jumlah neonatus dengan komplikasi yang tertangani secara definitive disuatu
wilayah kerja tertentu
Penyebut : 15 % dari Jumlah sasaran bayi di seluruh wilayah dalam kurun waktu 1 tahun.
Rumus :
Jumlah neonatus dengan komplikasi yang mendapat penanganan
definitif di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu X 100 %
X
15 X jumlah sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

Contoh Perhitungan
Jumlah neonatus pada daerah X yang mendapat penanganan definitif sebanyak 75 orang,
dengan jumlah sasaran bayi sebanyak 1243 orang. Sehingga persentase cakupan neonatus
komplikasi yang di tangani adalah :
75 x 100% = 0,40
15 x 1243
G. Pembuktian/ Sumber Data
1) Laporan Rumah Sakit;
2) Laporan masyarakat;
3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan Puskesmas;
5) Laporan Posyandu;
6) Register Kohort Ibu.
H. Referensi
1) Buku Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat KIA (PWS- KIA) tahun 2011;
2) Modul Pelatihan Manjemen Bayi Berat Badan Lahir Rendah BBLR), Tahun 2006;

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 13


3) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 66 Tahun 2014 tentang
Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan dan gangguan Tumbuh Kembang;
4) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 284/MenKes/SK/III/2004
Tentang buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Tahun 2004;
5) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 25 tahun 2014 tentang Upaya
Kesehatan Anak Tahun 2014;
6) Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru lahir berbasis Perlindungan Anak Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2010;
7) Pedoman Program Pencegahan Penularan HIV, Sipilis, dan Hepatitis dari Ibu ke Anak,
Kementerian Kesehatan Tahun 2019;
8) Panduan Pelayanan Pasca Persalinan bagi Ibu dan Bayi Baru Lahir, Kementerian
Kesehatan Tahun 2019;
9) Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial Kementerian Kesehatan Tahun
2019.

7) Cakupan komplikasi kebidanan ditangani


A. Pengertian
- Komplikasi Kebidanan adalah Komplikasi yang dimaksud adalah kesakitan pada ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau bayi.
- Komplikasi dalam kehamilan : a) Abortus, b) Hiperemesis Gravidarum, c)
perdarahan pervagina, d) Hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia, eklamsia), e)
kehamilan lewat waktu, f) ketuban pecah dini.
- Komplikasi dalam nifas : a) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia),
b) Infeksi nifas, c) pendarahan nifas.
B. Definisi Operasional
Cakupan ibu hamil dengan faktor resiko dan komplikasi yang ditemukan oleh tenaga
kesehatan, kader, dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu
wilayah kerja tertentu pada kurun waktu tertentu. Masyarakat disini bisa keluarga, ataupun
ibu hamil itu sendiri.
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Semua Ibu hamil yang mengalami komplikasi kebidanan mendapatkan penanganan
definitif di wilayah kota Pontianak.

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 14


E. Target
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100% 100%

F. Rumus Perhitungan Kinerja


Jumlah komplikasi kebidanan yang
mendapatkan penanganan definitif di
Cakupan Komplikasi suatu wilayah kerja pada kurun waktu
Kebidanan Ditangani = tertentu X 100%
20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu
wilayah kerja dalam 1 tahun
Contoh Perhitungan
Jumlah komplikasi kebidanan pada daerah X yang mendapat penanganan definitif
sebanyak 85 orang, dengan jumlah sasaran ibu hamil sebanyak 1258 orang. Sehingga
persentase cakupan neonatus komplikasi yang di tangani adalah :
85 x 100 = 6,75
12 x 1258
G. Pembuktian/ Sumber Data
1) Laporan Rumah Sakit;
2) Laporan masyarakat;
3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan Puskesmas;
5) Laporan Posyandu;
6) Register Kohort Ibu.
H. Referensi
1) Buku Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat KIA (PWS- KIA) tahun 2011;
2) Modul Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED), tahun 2006;
3) Buku KIA tahun 2019;
4) Buku Pedoman Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
dengan stiker, Kementerian Kesehatan tahun 2010;
5) Keputusan Menteri Kesehatan nomor 284/MenKes/SK/2004 tentang buku Kesehatan
Ibu dan Anak tahun 2004;
6) Peraturan Menteri Kesehatan nomor 1464/X/Menkes/2010 tentang penyelenggaraan
Praktek Bidan tahun 2010;

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 15


7) Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat;
8) Peraturan Menteri Kesehatan nomor 97 tentang tahun 2014 Pusat Kesehatan
Masyarakat tentang Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa Hamil, Persalinan,
dan masa sesudah melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi serta Pelayanan
Kesehatan seksual.
9) Pedoman Program Pencegahan Penularan HIV, Sipilis, dan Hepatitis dari Ibu ke Anak,
Kementerian Kesehatan Tahun 2019;
10) Panduan Pelayanan Pasca Persalinan bagi Ibu dan Bayi Baru Lahir, Kementerian
Kesehatan Tahun 2019;
11) Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial Kementerian Kesehatan
Tahun 2019.

8) Cakupan pelayanan kesehatan balita sesuai standar (SPM)


A. Pengertian
1) Pelayanan kesehatan balita berusia 0-59 bulan sesuai standar meliputi :
- Pelayanan kesehatan balita sehat;
- Pelayanan kesehatan balita sakit.
B. Definisi Operasional
Capaian Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan
kesehatan balita usia 0-59 bulan dinilai dari cakupan balita yang mendapat pelayanan
kesehatan balita sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Balita usia 12-59 bulan di wilayah Kota Pontianak
E. Target
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100% 100%

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 16


F. Rumus Perhitungan Kinerja
Jumlah Balita usia 12-23 bulan yang
mendapat Pelayanan Kesehatan sesuai
Standar 1 + Jumlah Balita usia 24-35
bulan mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai
= X 100%
Cakupan Pelayanan standar 2 + Balita usia 36-59 bulan
Kesehatan Balita sesuai mendapakan pelayanan sesuai standar 3
Standar Jumlah Balita usia 12-59 bulan di
wilayah kerja Kabupaten/kota tersebut
pada kurun waktu satu tahun yang sama

Catatan :
A. Balita yang belum mencapai usia 1 tahun di akhir tahun berjalan, tidak di hitung
sebagai cakupan. Perhitungan balita usia 0-11 bulan dilakukan setelah balita berulang
tahun yang pertama (balita genap berusia 1 tahun/12 bulan);
B. Balita yang belum mencapai usia 24 bulan di akhir tahun berjalan tidak di hitung
sebagai cakupan balita usia 24-35 bulan. Perhitungan dilakukan setelah berulang tahun
yang kedua (balita genap berusia 2 tahun/24 bulan);
C. Balita yang belum mencapai usia 36 bulan, di akhir tahun berjalan tidak di hitung
sebagai cakupan balita usia 36-59 bulan. Perhitungan di lakukan setelah berulang tahun
yang ketiga (balita genap berusia 3 tahun/36 bulan).
Contoh Perhitungan
Contoh 1
Balita A lahir pada 1 Juni 2018, di akhir tahun berjalan (Desember 2018) balita A
berusia 6 bulan, sudah mendapatkan penimbangan 4 kali, pengukuran panjang badan 2
kali, pemantauan perkembangan 1 kali dan vitamin A 1 kali, imunisasi HB0 1 kali,
BCG 1 kali, DPT-HB-Hib 3 kali, Polio 4 kali dan IVP 1 kali. Balita A di akhir tahun
berjalan (Desember 2018) belum di hitung sebagai cakupan, karena belum mencapai
usia 1 tahun dan belum mendapatkan pelayanan sesuai standar;
Contoh 2
Balita B lahir pada 1 Oktober 2017, di akhir tahun berjalan (bulan Desember 2018),
balita B berusia 14 bulan. Dalam kurun waktu 1 tahun terakhir (Jan-Des 2018) Balita B
mendapatkan penimbangan 8 kali ( 4 kali dalam kurun waktu 6 bulan), pengukuran
panjang badan sebanyak 2 kali, pemantauan perkembangan 2 kali, pemberian vitamin A
2 kali dan imunisasi dasar nya sudah lengkap. Balita B di hitung sebagai cakupan Balita
usia 12-23 bulan pada tahun 2018 karena sudah mendapatkan pelayanan sesuai standar.

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 17


Contoh 3
Balita C lahir pada 1 November 2016, di akhir tahun berjalan (bulan Desember 2018),
balita C berusia 25 bulan. Dalam kurun waktu 1 tahun terakhir ( Jan-Des 2018) Balita C
mendapatkan penimbangan 8 kali ( 4 kali di kurun waktu 6 bulan), pengukuran panjang
badan 2 kali, pemantauan perkembangan 2 kali, vitamin A 2 kali , Imunisasi lanjutan
Campak Rubella 1 kali dan DPT-HB-Hib 1 kali. Balita C di hitung sebagai cakupan
balita usia 24-35 bulan karena mendapatkan pelayanan sesuai standar
Contoh 4
Balita D lahir pada 1 November 2015, di akhir tahun berjalan (bulan Desember 2018),
bayi D berusia 37 bulan. Dalam kurun waktu 1 tahun terakhir ( jan-Des 2018) Balita D
sudah mendapatkan penimbangan 8 kali ( 4 kali di kurun waktu 6 bulan ), pengukuran
panjang badan 2 kali, pemantauan perkembangan 2 kali, vitamin A 2 kali . Balita D di
hitung sebagai cakupan balita usia 36—59 bulan karena mendapatkan pelayanan sesuai
standar.
Cara Menghitung Cakupan Pelayanan
Di Kabupaten D, terdapat Puskesmas A dab B. Jumlah sasaran balita (0-59 Bulan) yang
ada di wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama sebanyak 300 orang Balita. Jumlah
balita yang mendapat pelayanan kesehatan sesuai dengan rincian sebagai berikut :
Balita Tidak
Balita
mendapat
Lokasi Jumlah Mendapat
pelayanan Keterangan
Pelayanan Balita pelayanan
sesuai
sesuai standar
standard
Puskesmas A dan Pelayanan tidak
200 150 50
Jaringannya sesuai standar
Puskesmas B dan misalnya balita
100 70 30
Jaringannya hanya
mendapatkan
pengukuran
Jumlah 300 (X) 220 (Y) 80 (Z) Panjang
badan/TB 1 kali
/setahun
Capaian SPM Balita mendapat pelayanan standar di Kab. D
= ___Y__ x 100%
X
= _220 x 100% = 73,3 %
300
Capaian SPM kabupaten D untuk indikator pelayanan balita adalah 73,3 %.
Catatan:

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 18


a) Capaian SPM kabupaten D belum mencapai 100% (73,3%), sehingga kabupaten D
harus menganalisis penyebabnya seperti :
(1) Kurangnya Informasi mengenai pelayanan balita;
(2) akses ke fasyankes sulit;
(3) pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan fasyankes swasta ke
puskemas;
(4) balita mendapatkan pelayanan dil luar wilayah kerja kab/kota;
(5) kendala biaya;
(6) Sosial budaya.
Untuk dilakukan intervensi penyelesaian masalah sehingga pada tahun berikutnya
capaian SPM untuk indikator pelayanan balita mencapai 100%.
b) Balita di luar wilayah kerja Kabupaten/Kota tetap dilayani dan dicatat tetapi tidak
masuk sebagai cakupan pelayanan di Kab/Kota tersebut melainkan dilaporkan ke
Kab/Kota sesuai dengan alamat tinggal bayi dan anak balita tersebut.
G. Pembuktian/ Sumber Data
1) Laporan Rumah Sakit;
2) Laporan masyarakat;
3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan Puskesmas;
5) Laporan Posyandu;
6) Register Kohort Ibu.
H. Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.

9) Persentase anak usia pendidikan dasar yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar (SPM)
A. a. Pengertian
Pelayanan kesehatan usia pendidikan dasar sesuai standar meliputi :
1) Skrining kesehatan.
2) Tindaklanjut hasil skrining kesehatan.
Keterangan: Dilakukan pada anak kelas 1 sampai dengan kelas 9 di sekolah minimal
satu kali dalam satu tahun ajaran dan usia 7 sampai 15 tahun diluar sekolah.
Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 19
b. Pernyataan Standar
Setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib melakukan pelayanan kesehatan
sesuai standar pada anak usia pendidikan dasar di dalam dan luar satuan pendidikan
dasar di wilayah kerja kabupaten/kota dalam kurun waktu satu tahun ajaran.
B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan
kesehatan pada anak usia pendidikan dasar dinilai dari cakupan pelayanan kesehatan anak
setingkat pendidikan dasar sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu
tahun ajaran.
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Semua anak usia pendidikan dasar yang mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar
yang ada di wilayah kota Pontianak.
E. Target
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100% 100%

F. Rumus Perhitungan Kinerja


Jumlah anak usia pendidikan dasar
yang mendapat pelayanan kesehatan
sesuai standar yang ada di wilayah
Persentase anak usia kerja kabupaten/kota dalam kurun
pendidikan dasar yang waktu satu tahun ajaran
= X 100%
mendapatkan
Jumlah semua anak usia pendidikan
pelayanan kesehatan
dasar yang ada di wilayah kerja
sesuai standar
kabupaten/kota tersebut dalam kurun
waktu satu tahun ajaran yang sama.

Contoh perhitungan
Di Kabupaten “E” terdapat 17.000 anak usia pendidikan dasar. Rincian anak yang
mendapatkan pelayanan kesehatan di satuan pendidikan dasar dan di luar satuan
pendidikan dasar (pondok pesantren/panti/LKSA/lapas/LPKA/posyandu remaja sebagai
berikut :

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 20


Fasilitas Jumlah Jumlah Jumlah Anak Usia Tidak Tidak
Pelayanan Anak Usia Anak Usia Pendidikan Dasar mendapat mendapat
Kesehatan Pendidikan Pendidikan yang mendapat pelayanan pelayanan
Dasar Dasar yang pelayanan kesehatan kesehatan kesehatan
mendapat sesuai standar di sesuai
pelayanan pondok standar
kesehatan pesantren/panti/LKSA
sesuai /lapas/
standar di LPKA/posyandu
sekolah/ remaja
madrasah
Puskesmas A 7.500 7.400 55 40 5
Puskesmas B 6.000 5750 42 200 8
Puskesmas C 3.500 2677 33 600 190
Jumlah 17.000 15.827 130 840 203
Hasil rekapitulasi pada tahun itu, anak usia pendidikan dasar didalam satu tahun ajaran
sebanyak 17.000 anak, yang mendapatkan pelayanan skrining kesehatan sesuai standar di
sebanyak 15.957 orang (jumlah anak usia pendidikan dasar mendapatkan pelayanan
skrining kesehatan sesuai standar di sekolah sebanyak 15.827 orang + jumlah anak usia
pendidikan dasar mendapatkan pelayanan skrining kesehatan sesuai standar di pondok
pesantren/panti/LKSA/lapas/LPKA/posyandu remaja sebanyak 130 orang).
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten “E” dalam memberikan pelayanan
kesehatan anak usia pendidikan dasar sesuai standar :
15957_ x 100%= 93,86 %
17.000
Catatan:
Capaian Kinerja pemerintah Daerah Kabupaten E belum mencapai 100%, karena masih
terdapat 1.043 anak yang belum mendapat skrining kesehatan (penjaringan kesehatan dan
pemeriksaan berkala) sesuai dengan standar, sehingga perlu untuk dilakukan analisis
penyebab (faktor sarana prasarana, keterbatasan tenaga kesehatan puskesmas dan/atau
kurangnya koordinasi lintas sektor, dan sebagainya).
G. Pembuktian/ Sumber data
1) Laporan Rumah Sakit;
2) Laporan masyarakat;
3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan Puskesmas;
5) Laporan Posyandu;

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 21


6) Register Kohort Ibu.
H. Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.

10) Persentase Balita mempunyai buku KIA/KMS


A. Pengertian
1) Balita adalah Anak Usia 0 – 5 tahun;
2) Buku Kesehatan ibu dan Anak (KIA) adalah berisi Catatan dan Alat Pemantauan
KIA milik ibu/keluarga yang dapat digunakan pada semua fasilitas pelayanan
kesehatan. Bahan Informasi cara menjaga dan merawat kesehatan ibu anak, Materi
Penyuluhan kesehatan ibu dan anak;
3) Buku Kesehatan ibu dan Anak (KIA) adalah berisi catatan kesehatan ibu (hamil,
bersalin, dan nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi dan anak usia sampai 6 tahun),
gabungan dari kartu-kartu kesehatan yang ada: KMS ibu hamil, KB, KMS Balita,
Perkembangan Anak;
4) Buku Kesehatan ibu dan Anak (KIA) adalah berisi Catatan dan Alat Pemantauan
KIA milik ibu/keluarga yang dapat digunakan pada semua fasilitas pelayanan
kesehatan. Bahan Informasi cara menjaga dan merawat kesehatan ibu anak, Materi
Penyuluhan kesehatan ibu dan anak;
5) Buku Kesehatan ibu dan Anak (KIA) adalah berisi catatan kesehatan ibu (hamil,
bersalin, dan nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi dan anak usia sampai 6 tahun),
gabungan dari kartu-kartu kesehatan yang ada: KMS ibu hamil, KB, KMS Balita,
Perkembangan Anak.
B. Definisi Operasional
Jumlah Balita yang mempunyai Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di suatu wilayah
kerja tertentu pada kurun waktu tertentu.
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Semua Balita yang mempunyai Buku KIA di wilayah kota Pontianak.

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 22


E. Target
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100% 100%

F. Rumus Perhitungan Kinerja

Jumlah Balita yang mempunyai Buku


Persentase Balita KIA di suatu wilayah kerja pada kurun
mempunyai Buku = waktu tertentu
KIA/KMS X 100%
Jumlah Balita di Kota Pontianak di suatu
wilayah kerja dalam 1 tahun
Contoh Perhitungan
Jumlah Balita yang mempunyai Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Kota Pontianak,
sebanyak 1587 orang, dan Jumlah Balita di wilayah Kota Pontianak sebanyak 1986 orang,
sehingga Persentase balita yang mempunyai Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), sebagai
berikut:
1587 x 100 = 79,90
1986
G. Pembuktian/ Sumber Data
1) Laporan Rumah Sakit;
2) Laporan Masyarakat;
3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan Puskesmas;
5) Laporan Posyandu;
6) Register Kohort Ibu.
H. Referensi
1) Buku Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat KIA (PWS - KIA) Tahun 2011;
2) Modul Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) Tahun 2006.

11) Persentase warga negara usia 60 tahun ke atas mendapatkan skrining kesehatan
sesuai standar (SPM)
A. a. Pengertian
Pelayanan kesehatan usia lanjut sesuai standar meliputi :
1) Edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat;

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 23


2) Skrining faktor risiko penyakit menular dan penyakit tidak menular.
b. Pernyataan Standar
Setiap Warga Negara usia 60 tahun ke atas mendapatkan pelayanan kesehatan usia
lanjut sesuai standar. Pemerintah Daerah Tingkat Kabupaten/Kota wajib memberikan
pelayanan kesehatan dalam bentuk edukasi dan skrining usia lanjut sesuai standar pada
Warga Negara usia 60 tahun ke atas di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan
kesehatan sesuai standar pada warga negara usia 60 tahun atau lebih dinilai dari cakupan
warga negara berusia 60 tahun atau lebih yang mendapatkan skrining kesehatan sesuai
standar minimal 1 kali di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Semua warga negara berusia 60 tahun atau lebih yang mendapat skrining kesehatan sesuai
standar di wilayah kota Pontianak.
E. Target
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100% 100%

F. Rumus Perhitungan Kinerja

Jumlah warga negara berusia 60 tahun atau


Persentase warga lebih yang mendapat skrining kesehatan
negara usia 60 sesuai standar minimal 1 kali yang ada di
tahun ke atas = suatu wilayah kerja kabupaten/kota dalam X 100%
mendapatkan kurun waktu satu tahun (Nominator)
skrining kesehatan Jumlah semua warga negara berusia 60
sesuai standar tahun atau lebih yang ada di suatu wilayah
kerja kabupaten/kota dalam kurun waktu
satu tahun yang sama (Denominator)

G. Pembuktian/ Sumber data


1) Laporan Rumah Sakit;
2) Laporan masyarakat;
3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan Puskesmas;
Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 24
5) Laporan Posyandu;
6) Register Kohort Ibu.
H. Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.

12) Persentase Balita gizi kurang (Wasting) yang mendapatkan pelayanan kesehatan
A. Pengertian :
 Balita adalah anak yang berumur di bawah 5 tahun (0 sampai 59 bulan 29 hari).
 Gizi kurang adalah kategori status gizi berdasarkan indeks Berat Badan menurut Tinggi
Badan (BB/TB) dengan z-score kurang dari -2 SD;
 Dikatakan mendapat pelayanan apabila mendapatkan :
 Penimbangan berat badan minimal 8 kali dalam setahun;
 Pengukuran tinggi atau panjang badan minimal 2 kali dalam setahun;
 Pemantauan perkembangan (SDIDTK) minimal 2 kali dalam setahun;
 Pemberian kapsul vitamin A;
 Pemberian imunisasi;
 Edukasi Pemberian Makan pada Bayi dan Anak;
 Pemberian Makanan Tambahan pemulihan hingga status gizi baik.
B. Definisi Operasional
Persentase balita gizi kurang (wasting) yang mendapatkan pelayanan kesehatan adalah
jumlah balita dengan kategori status gizi kurang yang mendapatkan pelayanan kesehatan
di satu wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun dibagi jumlah balita dengan kategori
status gizi kurang yang ada di satu wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun yang sama
dikali 100%
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Anak bawah lima tahun dengan status gizi kurang

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 25


E. Target :
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100% 100%

F. Cara Perhitungan :
Jumlah balita dengan kategori status gizi
kurang yang mendapatkan pelayanan
Persentase balita kesehatan di satu wilayah kerja dalam
gizi kurang kurun waktu satu tahun
(wasting) yang = x
mendapatkan 100%
pelayanan Jumlah balita dengan kategori status gizi
kesehatan kurang yang ada di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu satu tahun yang sama

Contoh cara perhitungan:


Jumlah balita yang diidentifikasi sebagai wasting atau gizi kurang di Puskesmas A pada
tahun 2019 adalah 40 orang. Dari jumlah tersebut, 2 balita tidak mendapatkan vitamin A
pada bulan agustus 2019 dan 2 orang pindah tempat tinggal ke luar wilayah kerja
puskesmas A pada bulan november 2019 serta 1 orang tidak mendapatkan edukasi PMBA.
Maka persentase gizi kurang (wasting) yang mendapatkan pelayanan kesehatan di
Puskesmas A pada akhir tahun 2019 adalah :
35 / 40 *100% = 87,5%
Catatan : jumlah balita gizi kurang (wasting) yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada
akhir 2019 puskesmas A adalah jumlah kasus yang ada (40 balita) dikurangi 5 orang balita
(yang tidak mendapatkan vitamin A, yang berpindah keluar dari wilayah kerja pkm A dan
yang tidak mendapat edukasi PMBA) yaitu 35 orang
G. Pembuktian /Sumber Data :
1) Buku KIA;
2) Register anak;
3) Register Balita dengan Masalah Gizi;
4) Laporan bulanan surveilans gizi.

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 26


H. Rujukan :
1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.

13) Persentase Balita Berat Badan kurang (Underweight) yang mendapatkan pelayanan
kesehatan
A. Pengertian :
 Balita adalah anak yang berumur di bawah 5 tahun (0 sampai 59 bulan 29 hari);
 Berat Badan Kurang adalah kategori status gizi berdasarkan indeks Berat Badan
menurut Umur (BB/U) dengan Z-score kurang dari -2 SD;
 Dikatakan mendapat pelayanan apabila mendapatkan :
 Penimbangan berat badan minimal 8 kali dalam setahun;
 Pengukuran tinggi atau panjang badan minimal 2 kali dalam setahun;
 Pemantauan perkembangan (SDIDTK) minimal 2 kali dalam setahun;
 Pemberian kapsul vitamin A;
 Pemberian imunisasi;
 Pemberian Makanan Tambahan penyuluhan untuk 1 (satu) bulan pemberian.
B. Definisi Operasional
Persentase Balita Berat Badan Kurang (underweight) yang mendapatkan pelayanan
kesehatan adalah jumlah balita dengan status gizi Berat Badan Kurang yang mendapat
pelayanan kesehatan di satu wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun dibagi dengan
jumlah balita kategori status gizi Berat Badan Kurang yang ada di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu satu tahun yang sama dikali 100%.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Anak bawah lima tahun dengan status berat badan kurang.
E. Target :
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100% 100%

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 27


F. Cara Perhitungan :
Jumlah balita dengan status Berat
Badan Kurang yang mendapat
Persentase Balita pelayanan kesehatan di satu wilayah
Berat Badan kerja dalam kurun waktu satu tahun
Kurang = x 100%
(underweight) Jumlah balita dengan status Berat
yang Badan Kurang yang ada di satu
mendapatkan wilayah kerja dalam kurun waktu
pelayanan satu tahun yang sama
kesehatan

Contoh cara perhitungan:


Jumlah balita diidentifikasi sebagai Berat Badan Kurang di suatu Puskesmas A pada tahun
2019 adalah 80 orang. Dari jumlah tersebut, 5 orang tidak mendapatkan makanan
tambahan penyuluhan selama tahun 2019. Maka persentase balita berat badan kurang yang
mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas A pada akhir tahun 2019 adalah :
75 / 80 *100% = 93,75%
Catatan : jumlah balita dengan status Berat Badan Kurang yang mendapatkan pelayanan
kesehatan pada akhir 2019 puskesmas A adalah jumlah kasus yang ada (80 balita)
dikurangi 5 orang balita (yang tidak mendapatkan makanan tambahan penyuluhan) yaitu
75 orang
G. Pembuktian /Sumber Data :
- Buku KIA;
- Register anak;
- Register Balita dengan Masalah Gizi;
- Laporan bulanan surveilans gizi.
H. Rujukan :
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 28


14) Persentase Balita pendek (Stunting) yang mendapatkan pelayanan kesehatan
A. Pengertian :
 Balita adalah anak yang berumur di bawah 5 tahun (0 sampai 59 bulan 29 hari)
 Pendek adalah kategori status gizi berdasarkan indeks Tinggi Badan menurut Umur
(TB/U) dengan z-score kurang dari -2 SD;
 Dikatakan mendapat pelayanan apabila mendapatkan :
 Penimbangan berat badan minimal 8 kali dalam setahun;
 Pengukuran tinggi atau panjang badan minimal 2 kali dalam setahun;
 Pemantauan perkembangan (SDIDTK) minimal 2 kali dalam setahun;
 Pemberian imunisasi;
 Pemberian kapsul vitamin A;
 Pemberian zinc;
 Edukasi Pemberian Makan pada Bayi dan Anak.
B. Definisi Operasional
Persentase balita pendek (stunting) yang mendapatkan pelayanan kesehatan adalah jumlah
balita kategori status gizi pendek yang mendapatkan pelayanan kesehatan dibagi jumlah
balita pendek (stunting) yang ada dikali 100%.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Anak bawah lima tahun dengan status gizi pendek
E. Target :
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100 100 100 100 100

F. Cara Perhitungan :
jumlah balita kategori status gizi pendek
yang mendapatkan pelayanan kesehatan di
satu wilayah kerja dalam kurun waktu satu
Persentase Balita tahun
pendek (Stunting) yang = x 100%
mendapatkan pelayanan jumlah balita dengan kategori status gizi
kesehatan pendek yang mendapatkan pelayanan
kesehatan di satu wilayah kerja dalam
kurun waktu satu tahun yang sama

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 29


Contoh cara perhitungan:
Jumlah balita terkategori status gizi pendek di Puskesmas B pada tahun 2019 adalah 100
orang. Dari jumlah tersebut, 5 balita tidak mendapatkan suplementasi zinc dan 5 orang
ditimbang kurang dari 8 kali selama tahun 2019. Maka persentase Balita pendek (Stunting)
yang mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas B pada akhir tahun 2019 adalah :
90 / 100 *100% = 90%
Catatan : jumlah balita dengan status gizi pendek yang mendapatkan pelayanan kesehatan
pada tahun 2019 puskesmas B adalah jumlah kasus yang ada (100 balita) dikurangi 10
orang balita (5 balita tidak mendapat zinc, 5 balita dengan penimbangan BB kurang dari 8
kali) yaitu 90 balita
G. Pembuktian /Sumber Data :
1) Buku KIA;
2) Register anak;
3) Register Balita dengan Masalah Gizi;
4) Laporan bulanan surveilans gizi.
H. Rujukan :
1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.

15) Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronik mendapatkan pelayanan kesehatan
A. Pengertian :
 Kurang Energi Kronik adalah kurangnya asupan energi yang berlangsung relatif lama.
 Ibu hamil risiko KEK adalah ibu hamil dengan Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang
dari 23,5 cm.
 Dikatakan mendapatkan pelayanan jika mendapatkan:
 Pengukuran berat badan.
 Pengukuran tekanan darah.
 Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
 Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
 Penentuan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ).

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 30


 Pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi.
 Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet.
 Tes Laboratorium.
 Tatalaksana/penanganan kasus.
 konseling
 Makanan Tambahan Pemulihan hingga status gizi baik
B. Definisi Operasional
Persentase Ibu hamil KEK mendapat makanan tambahan adalah jumlah ibu hamil KEK
yang mendapatkan pelayanan kesehatan terhadap jumlah ibu hamil KEK yang ada dikali
100%.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Ibu hamil KEK
E. Target
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100 % 100 % 100 % 100 % 100 %

F. Cara Perhitungan :
Jumlah ibu hamil KEK yang mendapatkan
pelayanan kesehatan di satu wilayah kerja
Persentase Ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun
KEK yang = x 100%
mendapatkan pelayanan Jumlah ibu hamil KEK yang ada di satu
kesehatan wilayah kerja dalam kurun waktu satu
tahun yang sama

Contoh cara perhitungan:


Jumlah ibu hamil KEK di Puskesmas A pada tahun 2019 adalah 50 orang. Dari jumlah
tersebut 2 orang diantaranya tidak mendapatkan Makanan Tambahan pemulihan karena
tidak dapat ditemukan alamat tempat tinggal nya, serta 8 ibu hamil tidak diperiksa di
laboratorium. Maka Persentase Ibu hamil KEK yang mendapatkan pelayanan kesehatan
Puskesmas A tahun 2019 adalah :
40 / 50 *100% = 80%

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 31


Catatan : jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan kesehatan adalah 40 bumil yaitu
jumlah kasus KEK yang ada (50 bumil) dikurangi 10 bumil (2 bumil tidak mendapat
Makanan Tambahan pemulihan dan 8 bumil tidak diperiksa di laboratorium).
G. Pembuktian /Sumber Data :
1) Register Ibu
2) Buku KIA
3) Laporan bulanan surveilans gizi
H. Rujukan :
1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.

16) Persentase Ibu hamil yang mendapatkan TTD minimal 90 tablet selama kehamilan
A. Pengertian :
Tablet Tambah Darah (TTD) adalah tablet yang sekurangnya mengandung zat besi setara
dengan 60 mg besi elemental dan 0,4 mg asamfolat yang disediakan oleh pemerintah
maupun diperoleh sendiri.
B. Definisi Operasional
Persentase Ibu hamil yang mendapatkan TTD minimal 90 tablet selama kehamilan adalah
jumlah ibu hamil yang selama kehamilan mendapat minimal 90 TTD terhadap jumlah
sasaran ibu hamil dikali 100%
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Ibu hamil
E. Target
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

98% 98% 99% 99% 100%

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 32


F. Cara Perhitungan :
Jumlah ibu hamil yang selama kehamilan
mendapat minimal 90 TTD di satu
Persentase Ibu hamil wilayah kerja dalam kurun waktu satu
yang mendapatkan TTD tahun
minimal 90 tablet = x 100%
selama kehamilan Jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah
kerja dalam kurun waktu satu tahun yang
sama

Contoh cara perhitungan:


Sasaran ibu hamil di Puskesmas A pada tahun 2019 adalah 460 orang. Per 31 Desember
2019 jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah sebanyak minimal 90 tablet
adalah 423 bumil. Maka Persentase Ibu hamil yang mendapatkan TTD minimal 90 tablet
selama kehamilan Puskesmas A tahun 2019 adalah :
423 / 460 *100% = 91,96%
G. Pembuktian /Sumber Data :
1) Register Ibu;
2) Buku KIA;
3) Laporan bulanan surveilans gizi.
H. Rujukan :
1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.

17) Persentase Ibu hamil KEK yang mendapatkan makanan tambahan


A. Pengertian :
 Kurang Energi Kronik adalah kurangnya asupan energi yang berlangsung relatif lama;
 Ibu hamil risiko KEK adalah ibu hamil dengan Lingkar Lengan Atas (LiLA) kurang
dari 23,5 cm;
 Makanan Tambahan adalah makanan yang dikonsumsi sebagai tambahan asupan zat
gizi diluar makanan utama dalam bentuk makanan tambahan pabrikan atau makanan
tambahan bahan pangan lokal.

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 33


B. Definisi Operasional
Persentase Ibu hamil KEK mendapat makanan tambahan adalah jumlah ibu hamil KEK
yang mendapatkan makanan tambahan terhadap jumlah ibu hamil KEK yang ada dikali
100%.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Ibu hamil
E. Target
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

90% 92% 94% 96% 98%

F. Cara Perhitungan :
jumlah ibu hamil KEK yang mendapatkan
makanan tambahan
Persentase Ibu hamil = x 100%
KEK yang Jumlah ibu hamil KEK yang ada
mendapatkan makanan
tambahan

Contoh cara perhitungan:


Jumlah ibu hamil KEK di suatu Puskesmas A pada tahun 2019 adalah 50 orang. Dari
jumlah tersebut 2 orang diantaranya tidak mendapatkan Makanan Tambahan karena tidak
dapat ditemukan alamat tempat tinggalnya. Maka Persentase Ibu hamil KEK yang
mendapatkan makanan tambahan Puskesmas A tahun 2019 adalah :
48 / 50 *100% = 96%
Catatan : jumlah ibu hamil yang mendapatkan Makanan Tambahan adalah jumlah kasus
yang ada (50 bumil) dikurangi 2 orang bumil yang tidak mendapat Makanan Tambahan
yaitu 48 orang
G. Pembuktian /Sumber Data :
1) Register Ibu;
2) Buku KIA;
3) Laporan bulanan surveilans gizi.

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 34


H. Rujukan :
1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.

18) Persentase Bayi dengan Berat badan lahir rendah (BBLR) yang mendapatkan
pelayanan kesehatan
A. Pengertian :
 Bayi baru lahir hidup adalah anak usia 0 - 6 jam yang lahir hidup;
 Berat Badan Lahir Rendah adalah berat badan bayi kurang dari 2500 gram;
 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram;
 Dikatakan mendapat pelayanan apabila mendapatkan :
 Kunjungan minimal 3 kali selama periode neonatal (KN1, KN2, KN3)
 Pelayanan Neonatal Esensial saat lahir (0-6 jam) meliputi pemotongan tali pusat,
Inisiasi Menyusu Dini, Injeksi Vitamin K1, Pemberian salep/tetes mata antibiotic,
Pemberian imunisasi (injeksi vaksin Hepatitis B0).
 Pelayanan Neonatal Esensial setelah lahir (6 jam – 28 hari), meliputi konseling
perawatan bayi baru lahir dan ASI eksklusif, memeriksa kesehatan dengan
menggunakan pendekatan MTBM, Imunisasi Hepatitis B injeksi untuk bayi usia <
24 jam yang lahir tidak ditolong tenaga kesehatan dan Pemberian vitamin K1 bagi
yang lahir tidak di fasilitas pelayanan kesehatan atau belum mendapatkan injeksi
vitamin K1.
B. Definisi Operasional
Persentase Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang mendapatkan pelayanan
kesehatan adalah jumlah BBLR yang mendapatkan pelayanan kesehatan di satu wilayah
kerja dalam kurun waktu satu tahun terhadap jumlah BBLR yang ada dalam kurun waktu
yang sama dikali 100%.
C. Satuan :
Persen (%)

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 35


D. Sasaran :
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
E. Target :
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100% 100%

F. Cara Perhitungan :
Jumlah BBLR yang mendapatkan
pelayanan kesehatan di satu wilayah kerja
Persentase Bayi dengan dalam kurun waktu satu tahun
Berat Badan Lahir = x 100%
Rendah (BBLR) yang Jumlah BBLR yang ada dalam kurun
mendapatkan pelayanan waktu yang sama
kesehatan

Contoh cara perhitungan:


Jumlah Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Puskesmas A pada tahun 2019
adalah 7 orang. Dari jumlah tersebut 1 orang BBLR diantaranya tidak mendapatkan
pelayanan kunjungan neonatal karena berada di luar kota. Maka Persentase Bayi dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang mendapatkan pelayanan kesehatan Puskesmas A
tahun 2019 adalah :
6 / 7 *100% = 85,71%
Catatan:
1 orang bayi dikategorikan tidak mendapatkan pelayanan kesehatan karena tidak
mendapatkan pelayanan kesehatan lengkap (dalam hal ini kunjungan neonatal), sehingga
jumlah BBLR yang mendapatkan pelayanan kesehatan yaitu 7 bayi dikurangi 1 bayi (6
bayi)
G. Pembuktian /Sumber Data :
1) Register bayi;
2) Register Balita dengan Masalah Gizi;
3) Laporan bulanan surveilans gizi.
H. Rujukan :
1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 36


2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.

19) Persentase Balita yang ditimbang Berat Badannya (D/S)


A. Pengertian :
 Balita adalah anak yang berumur dibawah 5 tahun (0-59 bulan 29 hari);
 S Balita adalah jumlah seluruh sasaran balita yang ada di suatu wilayah;
 D Balita adalah jumlah balita yang ditimbang disuatu wilayah.
B. Definisi Operasional
Persentase balita yang ditimbang berat badan nya adalah jumlah balita yang ditimbang
terhadap sasaran balita dikali 100%.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Balita
E. Target :
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

70% 71% 72% 73% 74%


F. Cara Perhitungan :
jumlah balita yang ditimbang di satu
wilayah kerja dalam kurun waktu satu
tahun
Persentase balita yang
= x 100%
ditimbang berat badan
jumlah sasaran balita dalam kurun waktu
nya
yang sama

Contoh cara perhitungan:


Pada bulan November tahun 2019 jumlah balita yang dapat ditimbang di wilayah kerja
puskesmas adalah 1000 orang. Sasaran balita Puskesmas A adalah 1500 orang. Maka
persentase balita yang ditimbang berat badan nya pada bulan November 2019 adalah
1000 / 1500 *100% = 66,67%
G. Pembuktian /Sumber Data
1) Register pemantauan pertumbuhan balita;
2) Sistem Informasi Posyandu (SIP);
3) Buku KIA/KMS balita;

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 37


4) Laporan bulanan surveilans gizi.
H. Rujukan :
1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.

20) Persentase Remaja Putri dapat tablet tambah darah (TTD)


A. Pengertian :
 Remaja Putri adalah remaja putri yang berusia12-18 tahun yang bersekolah di
SMP/SMA atau sederajat, atau yang berada di masyarakat (tidak mengikuti pendidikan
formal);
 TTD adalah tablet yang sekurangnya mengandung zat besi setara dengan 60 mg besi
elemental dan 0,4 mg asamfolat yang disediakan oleh pemerintah maupun diperoleh
secara mandiri;
 Remaja putri mendapat TTD adalah jumlah remaja putri yang mendapat TTD secara
rutin setiap minggu sebanyak 1 tablet;
 Kartu Kontrol Tablet Tambah Darah Remaja Putri adalah kartu yang digunakan untuk
mencatat konsumsi tablet tambah darah oleh remaja putri.
B. Definisi Operasional
Persentase Remaja Putri mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) adalah jumlah remaja
putri yang mendapat TTD secara rutin setiap minggu terhadap jumlah remaja putri yang
ada dikali 100%.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Remaja putri usia12-18 tahun
E. Target :
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

50% 52% 54% 56% 58%

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 38


F. Cara Perhitungan :
Jumlah remaja putri mendapat TTD di
satu wilayah kerja dalam kurun waktu satu
Persentase Remaja
tahun
Putri mendapat
= x 100%
Tablet Tambah
Jumlah seluruh remaja putri 12-18
Darah (TTD)
tahun

Contoh cara perhitungan:


Data Pemberian Tablet Tambah Darah pada remaja putri di Puskesmas N tahun 2019

No institusi Jumlah rematri Jumlah % rematri dapat


/ siswi rematri/siswi TTD
mendapat TTD
1 SMP 1 200 180 90
2 SMP 2 140 100 71.42
3 Posy remaja A 20 18 90

4 SMA 3 300 240 80


5 SMK 4 100 100 100
PKM N 760 638 83,94

Persentase Remaja Putri mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) Puskesmas N pada tahun
2019 adalah
638/760 = 83,94%
Catatan :
 Nama remaja putri yang dicatat tidak berulang;
 Tablet tambah darah diberikan kepada semua remaja putri usia 12 – 18 tahun, tidak
memandang bersekolah formal atau tidak bersekolah;
 Untuk remja putri di sekolah, tablet tambah darah diberikan kepada semua tingkatan
kelas (kelas 7 – 9, kelas 10 – 12) selama remaja putri tersebut masih terkategori usia 12
– 18 tahun
G. Pembuktian /Sumber Data
1) Kartu kontrol tablet tambah darah remaja putri;
2) Pencatatan pada Posyandu Remaja;
3) Laporan UKS;
4) Laporan bulanan surveilans gizi.

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 39


H. Rujukan :
1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.

21) Persentase Balita kurus dapat makanan tambahan


A. Pengertian :
 Balita kurus adalah anak usia 6 bulan 0 hari sampai dengan 59 bulan 29 hari dengan
status gizi kurus (BB/PB atauBB/TB -3 SD sampai dengan kurang dari -2 SD);
 Makanan Tambahan adalah makanan yang dikonsumsi sebagai tambahan asupan zat
gizi diluar makanan utama dalam bentuk makanan tambahan pabrikan atau makanan
tambahan bahan pangan lokal.
B. Definisi Operasional
Persentase balita kurus mendapat makanan tambahan adalah jumlah balita kurus yang
mendapat makanan tambahan terhadap jumlah balita kurus dikali 100%.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Balita kurus
E. Target
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

90% 92% 94% 96% 98%

F. Cara Perhitungan :
Jumlah balita kurus yang mendapatkan
makanan tambahan di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu satu tahun
Persentase balita kurus
= x 100%
yang mendapatkan
Jumlah balita kurus yang ada di satu
makanan tambahan
wilayah kerja dalam kurun waktu tahun
yang sama

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 40


Contoh cara perhitungan:
Jumlah balita kurus di suatu Puskesmas X pada tahun 2019 adalah 48 orang.Dari jumlah
tersebut 1 balita diantaranya menolak pemberian Makanan Tambahan, 1 balita masih
berusia 4 bulan (ASI) dan 1 balita lain pindah rumah kontrakan ke luar wilayah kerja
Puskesmas X. Maka Persentase balita kurus yang mendapatkan makanan tambahan
Puskesmas X tahun 2019 adalah:
45 / 48 *100% = 93,75%
Catatan : jumlah balita kurus yang mendapatkan makanan tambahan adalah jumlah kasus
yang ada (48 bumil) dikurangi 3 balita yang tidak mendapat Makanan Tambahan
(menolak, masih ASI, pindah tempat tinggal)
G. Pembuktian /Sumber Data :
1) Register Balita dengan masalah gizi;
2) Buku KIA;
3) Laporan bulanan surveilans gizi.
H. Rujukan :
1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.

22) Persentase Kasus Balita Gizi Buruk yang mendapat Perawatan


A. Pengertian :
 Balita adalah anak yang berumur di bawah 5 tahun (0-59 bulan 29 hari);
 Kasus balita gizi buruk adalah balita dengan tanda klinis gizi buruk dan atau indeks
Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan
(BB/TB) dengan nilai Z-score kurang dari-3 SD;
 Kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang dirawat
inap maupun rawat jalan di fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat sesuai dengan
tata laksana gizi buruk.

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 41


B. Definisi Operasional
Persentase kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan adalah jumlah kasus balita
gizi buruk yang mendapat perawatan terhadap jumlah kasus balita gizi buruk yang
ditemukan di suatu wilayah pada periode tertentu dikali 100%.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Balita gizi buruk
E. Target
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100% 100%

F. Rumus Perhitungan Kinerja:

jumlah kasus balita gizi buruk yang


mendapat perawatan di suatu wilayah
pada periode tertentu
Persentase kasus balita = x 100%
gizi buruk yang jumlah kasus balita gizi buruk yang
mendapat perawatan ditemukan di suatu wilayah pada periode
yang sama

Contoh cara perhitungan:


Distribusi penemuan kasus dan perawatan kasus gizi buruk Puskesmas A bulan Oktober –
Desember tahun 2019
Bulan ditemukan dirawat membaik % gizi buruk
dirawat
Oktober 2 1 2 50%
Nopember 4 2 3 50%
Desember 1 0 0 0%

Total 7 3 5 42,85

Maka kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan Puskesmas A bulan Oktober –
Desember tahun 2019 adalah :
3 / 7 *100% = 42,85%

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 42


G. Pembuktian /Sumber Data :
1) Register Balita dengan masalah gizi;
2) Buku KIA;
3) Laporan bulanan surveilans gizi.
H. Rujukan :
1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi;
3) Kepmenkes Nomor1995/MENKES/SK/XII/2010 Tanggal 30 Desember 2010 tentang
Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak;
4) Bagan Tatalaksana Gizi Buruk (Buku I);
5) Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku II);
6) Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk.

23) Persentase Bayi yang Baru Lahir mendapat Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
A. Pengertian :
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses menyusui dimulai segera setelah lahir. IMD
dilakukan dengan cara kontak kulit ke kulit antara bayi dengan ibunya segera setelah lahir
dan berlangsung minimal 1 (satu) jam.
B. Definisi Operasional
Persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD adalah jumlah bayi baru lahir hidup yang
mendapat IMD terhadap jumlah bayi baru lahir hidup dikali 100%
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Bayi Baru Lahir
E. Target :
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

77% 77% 78% 78% 79%

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 43


F. Cara Perhitungan :
Jumlah bayi baru lahir hidup yang
Persentase bayi baru mendapat IMD
lahir yang mendapat = x 100%
IMD Jumlah seluruh bayi baru lahir
hidup

Contoh cara perhitungan:


Jumlah bayi lahir hidup di Puskesmas A pada tahun 2019 adalah 581 orang. Dari jumlah
tersebut 30 bayi tidak mendapat IMD karena kelahiran ditolong dukun, 5 bayi dilahirkan
asfiksia dan 25 bayi mendapatkan IMD kontak kulit ke kulit dengan ibu nya selama 15 –
30 menit. Maka bayi baru lahir yang mendapat IMD Puskesmas A tahun 2019 adalah :
521 / 581 *100% = 89,67%
Catatan:
Bayi lahir hidup tidak mendapat IMD diatas yaitu 30 bayi yang ditolong dukun, 5 bayi
dengan asfiksia dan 25 bayi IMD tidak selama satu jam sehingga total adalah 60 bayi.
Jumlah bayi lahir hidup yang mendapat IMD adalah jumlah bayi lahir hidup (581 bayi)
dikurangi 60 bayi yaitu 521 bayi.
G. Pembuktian /Sumber Data :
1) Register bayi;
2) Buku KIA;
3) Laporan IMD dari RS, Puskesmas rawat inap, Bidan Praktik Mandiri;
4) Laporan bulanan surveilans gizi.
H. Rujukan :
1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.

24) Cakupan Bayi Usia 6 bulan mendapat ASI Ekslusif


A. Pengertian :
 Bayi usia 6 bulan adalah seluruh bayi yang telah mencapai umur 5 bulan 29 hari;
 Bayi mendapat ASI Eksklusif 6 bulan adalah bayi usia 6 bulan yang diberi ASI saja
tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral sejak lahir .

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 44


B. Definisi Operasional
Persentase bayi usia 6 bulan mendapat ASI Eksklusif adalah jumlah bayi mencapai usia 5
bulan 29 hari mendapat ASI Eksklusif 6 bulan terhadap jumlah seluruh bayi mencapai
usia 5 bulan 29 hari dikali 100%
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Bayi 5 bulan 29 hari
E. Target :
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

60% 61% 62% 63% 64%

F. Cara Perhitungan :
Jumlah bayi telah mencapai usia 5 bulan
29 hari mendapat ASI Eksklusif
Persentase bayi usia 6 = x 100%
bulan mendapat ASI Jumlah bayi telah mencapai 5 bulan 29
Eksklusif Hari

Contoh cara perhitungan:


Jumlah bayi usia 5 bulan 29 hari Puskesmas A yang terdata pada register ASI eksklusif
Tahun 2019 adalah sebanyak 371 orang. Dari jumlah tersebut 200 bayi diantaranya
diberikan ASI eksklusif saja sejak lahir hingga usia 6 bulan. Maka persentase bayi usia 6
bulan mendapat ASI Eksklusif Puskesmas A Ttahun 2019 adalah :
200/ 371 *100% = 53,91%
G. Pembuktian /Sumber Data :
1) Register bayi;
2) Register Posyandu;
3) Buku KIA/KMS balita;
4) Pencatatan dan pelaporan RS/klinik/praktek swasta;
5) Laporan bulanan surveilans gizi.
H. Rujukan :
1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 45


2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.

25) Persentase Anak Usia 0-11 Bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap
A. Pengertian :
 Anak usia 0-11 bulan adalah seluruh anak usia 0-11 bulan (sebelum usia 1 tahun) yang
berdomisili di Kota Pontianak pada waktu satu tahun;
 Imunisasi dasar lengkap (IDL) adalah imunisasi yang diperoleh seorang anak berusia 0-
11 bulan yang meliputi imunisasi HB O, BCG, DPT-HB-Hib 1-3, Polio 1-4 dan MR.
B. Definisi Operasional
Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap dalam satu
wilayah tertentu dalam waktu satu tahun.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran
Jumlah anak usia 0-11 bulan di wilayah kerja Puskesmas dalam waktu satu tahun.
E. Target :
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

93,5% 94% 94,5% 95% 95,5%

F. Cara Perhitungan :

Jumlah anak usia 0-11 bl yg mendapat IDL


dalam waktu satu tahun
% Anak usia 0-11 bl = x 100%
Catatan :
yg mendapat IDL Jumlah seluruh anak usia 0-11 bl dalam
waktu satu tahun

Nominator : Jumlah anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap di satu
wilayah tertentu dalam waktu satu tahun.
Denominator : Jumlah seluruh anak usia 0-11 bulan di satu wilayah tertentu dalam waktu
yang sama.

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 46


Contoh cara perhitungan:
Jumlah anak usia 0-11 bln yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap di Puskesmas “C”
sebanyak 200 anak. Sedangkan jumlah seluruh anak usia 0-11 bulan di wilayah Puskesmas
”C” sebanyak 250 anak. Jadi % anak usia 0-11 bulan yang mendapat IDL adalah:

200
X 100% = 80 %
250
G. Pembuktian/Sumber Data:
1) Laporan hasil pelayanan Puskesmas;
2) Laporan hasil pelayanan Posyandu;
3) Laporan hasil pelayanan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan hasil pelayanan Dokter Praktek Swasta;
5) Laporan hasil pelayanan RS/RSIA.
H. Rujukan :
1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Imunisasi;
2) Modul Pelatihan Imunisasi Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2019.

26) Cakupan Penemuan kasus non polio AFP


A. Pengertian
a. Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang dari 15 tahun dengan kelumpuhan yang
sifatnya flaccid (layuh) terjadi secara akut (mendadak) dan bukan disebabkan oleh
rudapaksa;
b. Kasus AFP non Polio adalah kasus AFP yang pada pemeriksaan spesimennya tidak
ditemukan virus polio liar atau kasus AFP yang ditetapkan oleh tim ahli sebagai kasus
AFP non polio dengan criteria tertentu.
c. Standar penanganan kasus AFP adalah :
 Penemuan kasus AFP melalui surveilans aktif ke RS dan di masyarakat;
 Pelacakan kasus AFP;
 Pengambilan dan pengiriman specimen AFP;
 Pada kasus Hot Case perlu dilakukan penghambilan sampel kontak;
 Survey status imunisasi polio;
 Nomor Epid (Nomor Identitas Kasus AFP);
 Nomor Laboratorium Kasus AFP dan Kontak;

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 47


 Kunjungan ulang 60 hari sejak kelumpuhan;
 Umpan balik dan penyebarluasan informasi;
 Standar penanganan kasus AFP dilakukan sesuai dengan tugas setiap jenjang.
B. Definisi Operasional
Jumlah kasus AFP Non Polio yang ditemukan diantara 100.000 penduduk < 15 tahun di
satu wilayah tertentu dalam kurun waktu satu tahun.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Anak berusia kurang dari 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya flaccid (layuh)
terjadi secara akut (mendadak) dan bukan disebabkan oleh ruda paksa
E. Target
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

3 / 100.000 3 / 100.000 3 / 100.000 3 / 100.000 3 / 100.000


penduduk penduduk penduduk penduduk penduduk
< 15 th < 15 th < 15 th < 15 th < 15 th

F. Cara Perhitungan
Jumlah kasus AFP non polio pada anak usia
< 15 tahun yang dilaporkan di satu wilayah
Non Polio AFP Rate per
kerja dalam waktu satu tahun
100.000 penduduk < 15
= x 100%
tahun
Jumlah penduduk < 15 tahun di satu wilayah
kerja dalam kurun waktu yang sama
Catatan :
Nominator : Jumlah kasus AFP non polio pada anak usia < 15 tahun yang dilaporkan di
satu wilayah kerja dalam waktu satu tahun.
Denominator : Jumlah penduduk < 15 tahun di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang
sama.
Contoh cara perhitungan :
Jumlah penduduk < 15 tahun di Kabupaten A tahun 2020 sebanyak 160.743 jiwa, berarti
target yang harus dicapai dalam 1 tahun adalah 3 kasus. Selama tahun 2020 telah
ditemukan 8 kasus AFP dan hasil lab nya tidak ditemukan virus polio, maka angka AFP
Non Polio rate nya sebesar :

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 48


8
X 100.000 = 4,97 (berarti target tercapai)
160743
Jadi jumlah kasus AFP non polio pada anak usia < 15 tahun di Kabupaten A sebanyak 4
kasus dari target nasional yaitu 2/100.000 penduduk.
G. Pembuktian/Sumber Data :
1) Form pelacakan FP.1;
2) Laporan EWARS/SKDR;
3) Laporan STP Puskesmas.
H. Rujukan :
1) Kepmenkes No. 483/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Surveilans AFP;
2) Modul Pelatihan.

27) Persentase penderita Hipertensi yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai


standar (SPM)
A. Pengertian :
a. Sasaran indikator ini adalah penderita Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas;
b. Penduduk yang ditemukan menderita Hipertensi atau penyandang Hipertensi
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar dan upaya promotif dan preventif di
FKTP;
c. Penduduk yang ditemukan menderita Hipertensi atau penyandang Hipertensi dengan
komplikasi perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan untuk penanganan selanjutnya;
d. Pelayanan kesehatan penderita Hipertensi di FKTP sesuai standar meliputi :
- Pengukuran tekanan darah;
- Edukasi.
B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar bagi
penderita Hipertensi, dinilai dari persentase penderita Hipertensi usia 15 tahun ke atas
yang mendapatkan pelayanan sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu
tahun.
C. Satuan :
Persen (%)

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 49


D. Sasaran
Jumlah penderita Hipertensi usia ≥15 tahun di dalam wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun.
E. Target :
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100% 100%

F. Cara Perhitungan : Jumlah penderita Hipertensi usia ≥15


tahun di dalam wilayah kerjanya yang
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
Persentase penderita = standar dalam kurun waktu satu tahun x100%
Hipertensi yang
mendapatkan pelayanan Jumlah estimasi penderita Hipertensi usia ≥15
kesehatan sesuai standar tahun yang berada di dalam wilayah kerjanya
berdasarkan angka prevalensi kab/kota dalam
kurun waktu satu tahun yang sama
Catatan :
Estimasi penderita hipertensi kabupaten/kota berdasarkan prevalensi data Riskesdas
terbaru.
Nominator : Jumlah penderita hipertensi usia ≥15 tahun yang mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan hipertensi sesuai
standar terdiri dari : pengukuran dan monitoring tekanan darah, edukasi dan terapi
farmakologi.
Denominator : Jumlah estimasi penderita diabetes melitus usia ≥15 tahun yang berada di
dalam wilayah kerjanya berdasarkan angka prevalensi kab/kota dalam kurun waktu satu
tahun yang sama.
Contoh cara perhitungan:
Jumlah estimasi penderita hipertensi yang berumur 15 tahun ke atas di Puskesmas “H”
tahun 2018 adalah 506.000 penderita hipertensi. Jumlah penderita hipertensi yang
mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar 345 ribu. Jadi % penderita hipertensi yang
mendapat pelayanan kesehatan standar adalah :

345.000
X 100% = 68,18%
506.000
G. Pembuktian/Sumber Data:
1) Register SIPTM (Surveilans Penyakit Tidak Menular);

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 50


2) Laporan Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu);
3) Buku Penjaringan PTM (Penyakit Tidak Menular).
H. Rujukan :
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.

28) Persentase penderita DM yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar


(SPM)
A. Pengertian :
a. Sasaran indikator ini adalah penderita DM di wilayah kerja Puskesmas;
b. Penduduk yang ditemukan menderita DM atau penyandang DM memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai standar dan upaya promotif dan preventif di FKTP;
c. Penduduk yang ditemukan menderita DM atau penyandang DM dengan komplikasi
perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan untuk penanganan selanjutnya;
d. Pelayanan kesehatan penderita DM di FKTP sesuai standar meliputi :
- Pengukuran gula darah;
- Edukasi;
- Terapi farmakologi.
B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar bagi
penderita DM dinilai dari persentase penderita DM usia 15 tahun ke atas yang
mendapatkan pelayanan sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran
Jumlah penderita DM usia ≥15 tahun di dalam wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun.
E. Target :
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100% 100%

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 51


F. Cara Perhitungan :

Jumlah penderita DM usia ≥15 tahun di


dalam wilayah kerjanya yang mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar dalam
kurun waktu satu tahun
Persentase penderita DM = x % x 100%
yang mendapatkan pelayanan
Jumlah estimasi penderita Diabetes
kesehatan sesuai standar
Melitus (DM) usia ≥15 tahun yang
berada di dalam wilayah kerjanya
berdasarkan angka prevalensi kab/kota
dalam kurun waktu satu tahun yang sama

Catatan :
Nominator : Jumlah penderita diabetes melitus usia ≥15 tahun di dalam wilayah kerjanya
yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
Denominator : Jumlah estimasi penderita diabetes melitus usia ≥15 tahun yang berada di
dalam wilayah kerjanya berdasarkan angka prevalensi kab/kota dalam kurun waktu satu
tahun yang sama.
Contoh cara perhitungan:
Dari upaya penjaringan skrining kesehatan sesuai standar di Puskesmas “S” ditemukan 400
kasus DM baru. Berdasarkan estimasi jumlah penderita DM usia ≥15 di wilayah tersebut
adalah sebesar 690 orang. Sehingga persentase penderita DM yang mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar adalah:

400
X 100% = 67,7%
590

Jadi capaian pelayanan DM di Puskesmas tersebut hanya 67,7%, dari estimasi penderita
DM usia ≥15 tahun yang harus dilayani di wilayah tersebut, sehingga perlu strategi untuk
menjangkau penderita DM yang belum terlayani sesuai standar ataupun sama sekali belum
mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas tersebut.
G. Pembuktian/Sumber Data:
1) Register SIPTM (Surveilans Penyakit Tidak Menular);
2) Laporan Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu);
3) Buku Penjaringan PTM (Penyakit Tidak Menular).

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 52


H. Rujukan :
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.

29) Persentase ODGJ berat yang mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa sesuai standar
(SPM)
A. Pengertian :
a. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis;
b. Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya
gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau
hambatan dalam melaksanakan peran sosialnya. Gangguan jiwa ini dapat ringan, sedang
ataupun berat;
c. Kesehatan Jiwa adalah bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari kesehatan dan
merupakan unsur utama dalam menunjuang terwujudnya kualitas hidup manusia yang
utuh;
d. Pelayanan kesehatan pada ODGJ berat sesuai standar bagi psikotik akut dan Skizofrenia
meliputi:
- Pemeriksaan kesehatan jiwa;
- Edukasi.
B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar bagi
ODGJ Berat, dinilai dari jumlah ODGJ berat yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran
Jumlah ODGJ berat di wilayah kerja Puskesmas yang mendapatkan pelayanan kesehatan
jiwa sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
E. Target :
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100% 100%

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 53


F. Cara Perhitungan :

Jumlah ODGJ berat di wilayah kerja


Persentase ODGJ berat Puskesmas yang mendapatkan pelayanan
= kesehatan jiwa sesuai standar dalam x 100%
yang mendapatkan
pelayanan kesehatan jiwa kurun waktu satu tahun
sesuai standar Jumlah ODGJ berat berdasarkan proyeksi
di wilayah kerjanya dalam kurun waktu
satu tahun yang sama

Catatan :
Nominator : Jumlah ODGJ berat di wilayah kerja Puskesmas yang mendapatkan pelayanan
kesehatan jiwa sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
Denominator : Jumlah ODGJ berat berdasarkan proyeksi di wilayah kerja Puskesmas
dalam kurun waktu satu tahun yang sama.
Contoh cara perhitungan:
Estimasi/perkiraan target sasaran kinerja di Puskesmas B di tahun 2018 adalah 15 ODGJ
berat. Namun hanya 12 dari proyeksi 15 kasus yang medapatkan pelayanan kesehatan jiwa
sesuai standar.
Sehingga capaian kinerja Puskesmas B dalam kurun waktu satu tahun adalah:
12/15 x 100% = 80%
G. Pembuktian/Sumber Data:
1) Pencatatan dan Laporan;
2) Monitoring dan Evaluasi.
H. Rujukan :
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.

30) Persentase WUS Usia 30-50 Tahun yang Melakukan Pemeriksaan Deteksi Dini kanker
Payudara dan Kanker Leher Rahim
A. Pengertian :
a. Sasaran indikator ini adalah perempuan usia 30-50 tahun yang berdomisili di Kota
Pontianak;

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 54


b. Kegiatan deteksi dini kanker adalah deteksi dini kanker payudara dan kanker leher
rahim yang dilakukan di FKTP, pada wanita usia 30-50 tahun atau wanita yang pernah
berhubungan seksual;
c. Kegiatan ini meliputi:
- Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS);
- Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA).
d. Pemeriksaan bisa dilakukan di Puskesmas, Posbindu PTM, mobile di masyarakat
ataupun dengan bekerja sama Fasilitas Pelayanan Kesehatan Swasta yang ada di
wilayah kerjanya;
e. Apabila ditemukan kelainan (IVA +) pada sasaran wajib dilakukan krioterapi atau di
rujuk ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang lebih mampu;
f. Apabila dalam pemeriksaan di temukan hal-hal yang abnormal lainnya, sasaran wajib
dirujuk ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang lebih mampu.
B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Puskesmas dalam memberikan pelayanan pemeriksaan deteksi dini kanker
payudara dan kanker leher rahim bagi Wanita Usia Subur Usia 30-50 tahun atau wanita
yang pernah berhubungan seksual di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran
Jumlah Wanita Usia Subur Usia 30-50 tahun atau wanita yang pernah berhubungan
seksual di dalam wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun.
E. Target :
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

10% 10% 10% 10% 10%

F. Cara Perhitungan : Jumlah WUS Usia 30-50 tahun yang


melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker
Persentase Jumlah Wanita Usia payudara dan kanker leher rahim dalam kurun
= waktu satu tahun (Nominator) x 100%
Subur Usia 30-50 tahun yang
melakukan pemeriksaan deteksi
Jumlah estimasi WUS Usia 30-50 tahun yang
dini kanker payudara dan kanker
berada di dalam wilayah kerjanya dalam kurun
leher rahim
waktu satu tahun yang sama (Denominator)

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 55


Keterangan:
Wanita usia 30-50 tahun yang sudah menikah atau mempunyai riwayat berhubungan
seksual beresiko dilakukan pemeriksaan SADANIS dan cek IVA.
Contoh cara perhitungan:
Pada tahun 2018 jumlah estimasi WUS Usia 30-50 tahun di Puskesmas “Z” sebanyak 500
orang. Sedangkan jumlah WUS Usia 30-50 tahun yang melaksanakan pemeriksaan deteksi
dini kanker payudara dan kanker leher rahim sebanyak 50 orang. Jadi persentase Jumlah
WUS Usia 30-50 tahun yang melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker payudara dan
kanker leher rahim adalah :
50
x 100 % = 10 %
500

G. Pembuktian/Sumber Data:
1) Buku Register Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara;
2) Blanko Laporan Hasil Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara;
3) Blanko Pemeriksaan IVA dan Payudara;
4) Pelayanan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim (IVA/Papsmear) dan Kanker Payudara di
Puskesmas dan Bidan/Dokter Praktek Swasta.
H. Rujukan :
1) Kepmenkes RI No. 1479/MenKes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular
Terpadu;
2) Pedoman Surveilans Penyakit Tidak Menular, Ditjen P2PL, Direktorat Pengendalian
Penyakit Tidak Menular Tahun 2014;
3) Petunjuk Teknis Surveilans Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular Berbasis Posbindu,
Ditjen P2PL, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Tahun 2014;
4) Modul TOT Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Ditjen P2PL,
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Tahun 2012;
5) Buku Acuan Pencegahan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim, Ditjen P2PL,
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Tahun 2013;
6) Buku Pedomam Manajemen Penyakit Tidak Menular Tahun 2019.

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 56


31) Persentase orang usia 15–59 tahun mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar
(SPM)
A. Pengertian :
a. Setiap warga negara usia 15 tahun sampai 59 tahun mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar;
b. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan dalam
bentuk edukasi dan skrining kesehatan sesuai standar kepada warga negara usia 15-59
tahun di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun;
c. Pelayanan kesehatan usia produktif sesuai standar meliputi:
- Edukasi kesehatan termasuk keluarga berencana;
- Skrining faktor risiko penyakit menular dan penyakit tidak menular.
d. Pelayanan edukasi pada usia produktif adalah Edukasi yang dilaksanakan di fasilitas
Pelayanan Kesehatan dan/atau UKBM;
e. Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun dilakukan di Puskesmas dan
jaringannya (Posbindu PTM) serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang bekerja
sama dengan Pemerintah Daerah;
f. Pelayanan skrining faktor resiko pada usia produktif adalah skrining yang dilakukan
minimal 1 kali dalam setahun meliputi:
- Deteksi kemungkinan obesitas dilakukan dengan memeriksa tinggi badan dan berat
badan serta lingkar perut;
- Deteksi hipertensi dengan memeriksa tekanan darah sebagai pencegahan primer;
- Deteksi kemungkinan diabetes melitus menggunakan tes cepat gula darah;
- Deteksi gangguan mental emosional dan perilaku;
- Pemeriksaan ketajaman penglihatan;
- Pemeriksaan ketajaman pendengaran;
- Deteksi dini kanker dilakukan melalui pemeriksaan payudara klinis dan pemeriksaan
IVA khusus untuk wanita usia 30–59 tahun.
g. Tindaklanjut hasil skrining kesehatan meliputi:
- Melakukan rujukan jika diperlukan;
- Memberikan penyuluhan kesehatan.

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 57


B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan usia produktif dinilai
dari persentase orang usia 15-59 tahun yang mendapat pelayanan skrining kesehatan sesuai
standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran
Jumlah orang usia 15-59 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu
tahun.
E. Target :
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100% 100%

F. Cara Perhitungan :
Jumlah orang usia 15-59 tahun di wilayah
kerja Puskesmas yang mendapat
Persentase orang usia 15-59 pelayanan skrining kesehatan sesuai
tahun mendapatkan = standar dalam kurun waktu satu tahun
x 100%
skrining kesehatan sesuai
standar Jumlah orang usia 15-59 tahun di wilayah
kerjanya dalam kurun waktu satu tahun
yang sama

Catatan :
Nominator : Jumlah orang usia 15-59 tahun di wilayah kerja Puskesmas yang mendapat
pelayanan skrining kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
Denominator : Jumlah orang usia 15-59 tahun di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu
tahun yang sama.
Contoh cara perhitungan:
Di Kabupaten “F” terdapat 6000 warga negara berusia 15–59 tahun. Rincian yang
berkunjung ke Puskesmas dan jaringannya serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
yang bekerja sama dengan pemerintah daerah adalah sebagai berikut :
Fasilitas Pelayanan Jumlah Kunjungan Jumlah yang Keterangan
Kesehatan Warga Negara Usia Dilayani Sesuai
15-59 Standar

Puskesmas 1000 950 50 Tidak ada skrining

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 58


kesehatan mental
Posbindu PTM / 1000 1000 Tanpa pemeriksaan
Posyandu IVA
RSUD 1000 1000
Fasilitas Kesehatan 1000 1000
BUMD
Fasilitas Kesehatan 1000 900 100 tidak ada skrining
Swasta DM
Jumlah 5000 4850

Hasil rekapitulasi pada tahun itu, warga negara berusia 15–59 yang berkunjung adalah
sebanyak 5000 orang. Sebanyak 4850 orang mendapat pemeriksaan obesitas, hipertensi
dan diabetes melitus, pemeriksaan ketajaman penglihatan dan pendengaran serta
pemeriksaan gangguan mental emosional dan perilaku sesuai standar.
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten “F” dalam memberikan pelayanan skrining
kesehatan warga negara usia 15–59 th adalah 4850/6000 x 100 % = 80,83 %.
Catatan : Mengingat Jumlah kunjungan masih 5000 orang diperlukan rencana strategis
tahun depan untuk menjangkau 1000 orang yang belum berkunjung. Perlu di analisis
sebab-sebab mereka belum berkunjung apakah persoalan sosialisasi, akses, sudah
memeriksa sendiri atau tidak mau mendapat pelayanan skrining.
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus mempunyai strategi untuk menjangkau seluruh
warga negara usia 15-59 tahun agar seluruhnya dapat memperoleh pelayanan skrining
sesuai standar setahun sekali.
G. Pembuktian/Sumber Data:
1) Laporan fasilitas pelayanan kesehatan;
2) Rapor Kesehatanku untuk peserta didik SMP/MTs, SMA/MA/SMK;
3) Laporan monitoring faktor risiko PTM berbasis Posbindu, Posyandu, Screning Remaja
di sekolah;
4) Laporan monitoring faktor risiko PTM berbasis FKTP (PANDU);
5) Portal web PTM Register SIPTM (Surveilans Penyakit Tidak Menular);
6) Laporan Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu);
7) Buku Penjaringan PTM (Penyakit Tidak Menular).
H. Rujukan :
1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 59


2) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 854/MenKes/SK/IX/2009 tentang Pedoman
Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah;
3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Penyakit
Tidak Menular;
4) Pedoman Penjaringan Kesehatan Anak Satuan Lanjutan;
5) Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja;
6) Rapor Kesehatan Ku untuk peserta didik SD/MI dan Rapor Kesehatan Ku untuk peserta
didik SMP/MTs, SMA/MA/SMK;
7) Pedoman Umum Pengendalian Obesitas, Jakarta; Departemen Kesehatan;
8) Manual Peralatan Skrining dan Monitoring Faktor Risiko Diabetes Melitus dan
Penyakit Metabolik Lainnya, Jakarta; Departemen Kesehatan;
9) Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Mellitus, Edisi 2 Jakarta;
Kementerian Kesehatan;
10)Pedoman Pengukuran Tekanan Darah;
11) Pedoman Pengendalian Hipertensi;
12) Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia. Jakarta, Sekretariat PB
Perkeni;
13) Pedman Kesehatan Jiwa;
14) Pedoman Umum Penyelenggraan Posbindu PTM;
15) Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Posbindu PTM;
16) Petunjuk Teknis Penyelenggaraan CERDIK disekolah.

32) Angka Bebas Jentik


A. Pengertian :
- Semua rumah/bangunan yang ada dilakukan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) dan
Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN );
- Yang dimaksud dangan Angka Bebas Jentik ( ABJ ) > 95 % adalah Persentase
jumlah rumah/bangun tidak terdapat Jentik ( ABJ = > 95 % );
- Kader Jumantik adalah orang yang melakukan pemeriksaan, pemantauan dan
pemberantasan jentik nyamuk khususnya Aedes Aegipty dan Aedes Albupictus;
- Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik adalah peran serta dan pemberdayaan masyarakat
dengan melibatkan setiap keluarga dalam pemeriksaan, pemantauan dan pemberantasan
jentik nyamuk khususnya Aedes Aegipty dan Aedes Albupictus;

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 60


- Jumantik rumah tangga adalah kepala keluarga/anggota keluaga/penghuni dalam satu
rumah yang disepakati untuk melaksanakan kegiatan pemantauan jentik di rumahnya.
Kepala keluarga sebagai penanggung jawab Jumanti Rumah Tangga;
- Jumantik Lingkungan adalah satu atau lebih petugas yang ditunjuk oleh pengelola
Tempat-Tempat Umum (TTU) atau Tempat-Tempat Institusi (TTI) untuk melaksanakan
pemantauan jentik;
- Koordinator Jumantik adalah satu atau lebih Jumantik/kader yang ditunjuk oleh
Ketua RT untuk melakukan pemantauan dan pembinaan pelaksanaan jumantik dan
jumantik lingkungan (crosscheck);
- Supervisor Jumantik adalah satu atau lebih anggota dari Pokja DBD atau orang yang
ditunjuk oleh Ketua RW/Kepala Desa/Lurah untuk melakukan pengolahan data dan
pemantauan pelaksanaan jumntik di lingkungan RT.
B. Definisi Operasional
Angka Bebas Jentik adalah Jumlah Rumah /Bangunan tidak terdapat jentik dibagi jumlah
rumah/bangunan diperiksa dikali 100%.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Jumlah Semua rumah/bangunan yang ada dilakukan Pemantauan Jentik
Berkala.
E. Target :
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

95% 95% 95% 95% 95%

F. Cara Perhitungan :
Jumlah rumah/bangunan tidak terdapat
jentik
Angka Bebas Jentik = X 100%
Jumlah rumah/bangunan diperiksa

Contoh :
Jumlah rumah di Kota X yang tidak terdapat jentik sebanyak 350.000
Jumlah rumah yang diperiksa (PSN-PJB) 400.000
Angka Bebas Jentiknya adalah :

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 61


(350.000 rumah / 400.000 rumah) x 100 % = 96.25 %
Jadi ABJ = > 95 %
G. Pembuktian / Sumber Data :
1) Petugas PSN Puskesmas;
2) Kader Jumantik;
3) Register/buku catatan PSN ABJ.
H. Rujukan :
1) Pencegahan dan Pemberantasan DBD Di Indonesia ( Dep-Kes RI 2005 );
2) Permenkes RI No.374/MenKes/Per/III/2010 tentang Pengendalian Vektor;
3) Juknis Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD oleh Jumantik ( Kemenkes RI 2012 );
4) Pedoman Pengendalian DBD Di Indonesia ( Kemenkes RI 2020 );
5) Juknis Implementasi PSN 3 M-Plus dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik ( Kemenkes
RI 2021 ).

33) Jumlah Penemuan Penderita DBD


A. Pengertian :
a) Pelayanan DBD Sesuai Standar adalah pelayanan kesehatan diberikan kepada seluruh
Penderita Demam Berdarah Dengue ( DBD ) yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
sesuai kewenangannya di Fasyankes baik pemerintah maupun swasta.
b) Pelayanan yang diberikan sesuai dengan Pedoman Pengendalian Demam
Berdarah Dengue ( DBD ) yang berlaku, antara lain :
- Penegakan diagnosa DBD;
- Di lakukan pemeriksaan klinis dan Laboratorium antara lain :
 Panas mendadak berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari tanpa sebab yang
jelas;
 Tanda-tanda perdarahan ( sekurang-kurangnya uji tourniquet positif );
 Disertai/tanpa pembesaran hati ( hepatomegali );
 Trombositopenia ( Trombosit < 100.000 /ul );
 Peningkatan Hematokrit ( Ht > 20 % );
- Tatalaksana penderita DBD;
- Surveilans kasus dan Surveilans Vektor ( PE );
- Pengendalian DBD dilapangan ( Penyuluhan, PSN dan Fogging ).

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 62


B. Definisi Operasional
Jumlah penderita DBD yang ditangani sesuai standar di satu wilayah dalam kurun waktu
1 (satu) tahun dibandingkan dengan jumlah penderita DBD yang ditemukan/dilaporkan
dalam kurun waktu yang sama.

C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Jumlah penderita DBD yang ditemukan di satu wilayah dalam kurun waktu satu tahun.
E. Target :
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100% 100%

F. Cara Perhitungan :
Jumlah Penderita DBD yang ditangani
Cakupan Penderita di satu wilayah dalam satu tahun
Demam Berdarah Dengue = Jumlah penderita DBD yang ditemukan X 100 %
(DBD) yang ditangani di satu wilayah dalam satu tahun yang
sama

Catatan:
Nominator : Jumlah penderita DBD di dalam wilayah kerjanya yang mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
Denominator : Jumlah estimasi Jumlah penderita DBD di dalam yang berada di dalam
wilayah kerjannya berdasarkan angka prevalensi kab/kota dalam kurun waktu satu tahun
yang sama.
Contoh Perhitungan :
Pada tahun 2024 di Kota Pontianak ditemukan penderita DBD sebanyak 73 kasus, dan
yang ditangani sesuai standar 73 kasus :
Penderita DBD yang 73
= X 100 % = 100 %
ditangani 73

G. Faktor pendukung program DBD


1) Persentase jumlah kasus DBD/terduga DBD yang dilakukan Penyelidikan Epidemiologi
(PE) dan atau PSN dan atau fogging;

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 63


2) Persentase jumlah bangunan sekolah/pondok pesantren yang dilakukan PSN (bebas
jentik) dan Fogging;
3) Jumlah TTU bebas jentik yg diperiksa jentik;
4) Jumlah fogging focus;
5) Jumlah RW berisiko penularan DBD;
6) Jumlah RW yang dilakukan PSN dengan 3 plus.
H. Pembuktian /Sumber Data :
1) Sistem Informasi Puskesmas;
2) Sistem Informasi Rumah Sakit;
3) Sistem Informasi Kesehatan.
I. Referensi :
1) Pedoman Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia (Kemenkes RI Dirjen
P2PL) Tahun 2013;
2) Petunjuk Teknis PSN DBD oleh Jumantik (Kemenkes RI Dirjen P2PL Direktorat
P2B2).
3) Peraturan Menteri Kesehatan RI (No.374/Menkes/Per/III/2010) tentang Pengendalian
Vektor;
4) Peraturan Daerah Kota Pontianak No. 13 Tahun 2012 tentang Penanggulangan Penyakit
Menular;
5) Peraturan Walikota Pontianak No. 14 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit
Menular;
6) Peraturan Walikota Pontianak No 32 Tahun 2020 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Demam Berdarah Dengue.

34) Persentase orang dengan risiko terinfeksi HIV mendapatkan pelayanan deteksi dini
HIV sesuai standar (SPM)
A. Pengertian
Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada orang dengan risiko terinfeksi HIV sesuai
standar meliputi:
a. Edukasi perilaku beresiko;
b. Skrining
Orang dengan risiko terinfeksi virus HIV yaitu :
a. Ibu hamil, yaitu setiap perempuan yang sedang hamil;

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 64


b. Pasien TBC, yaitu pasien yang terbukti terinfeksi TBC dan sedang mendapat pelayanan
terkait TBC;
c. Pasien Infeksi Menular Seksual (IMS), yaitu pasien yang terbukti terinfeksi IMS selain
HIV dan sedang mendapat pelayanan terkait IMS;
d. Penjaja seks, yaitu seseorang yang melakukan hubungan seksual dengan orang lain
sebagai sumber penghidupan utama maupun tambahan, dengan imbalan tertentu berupa
uang, barang atau jasa;
e. Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL), yaitu lelaki yang pernah
berhubungan seks dengan lelaki lainnya, sekali, sesekali atau secara teratur apapun
orientasi seksnya (heteroseksual, homoseksual atau biseksual);
f. Transgender/Waria, yaitu orang yang memiliki identitas gender atau ekspresi gender
yang berbeda dengan jenis kelamin atau seksnya yang ditunjuk saat lahir, kadang
disebut juga transeksual;
g. Pengguna napza suntik (penasun), yaitu orang yang terbukti memiliki riwayat
menggunakan narkotika dan atau zat adiktif suntik lainnya.
h. Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), yaitu orang yang dalam pembinaan
pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM dan telah mendapatkan vonis tetap.
B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan sesuai standar
bagi orang dengan risiko terinfeksi HIV dinilai dari persentase orang dengan risiko
terinfeksi HIV yang mendapatkan pelayanan HIV sesuai standar di wilayah kerjanya
dalam kurun waktu satu tahun.
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Jumlah orang dengan risiko terinfeksi HIV yang mendapatkan pelayanan sesuai standar di
wilayah kota Pontianak.
E. Target
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100% 100%

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 65


F. Rumus Perhitungan Kinerja
Jumlah orang dengan risiko terinfeksi HIV
Persentase orang dengan yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
risiko terinfeksi HIV
dalam kurun waktu satu tahun X 100 %
mendapatkan =
Jumlah orang dengan risiko terinfeksi HIV
pelayanan deteksi dini HIV
dikab/kota dalam kurun waktu satu tahun
sesuai standar
yang sama

G. Pembuktian. Sumber data


1) Semua penduduk dan kelompok resiko mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar;
2) Penduduk yang sudah terdekteksi HIV AIDS harus mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar;
3) Pertemuan evaluasi dan tindak lanjut program HIV;
4) Laporan SIHA.
H. Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.

35) Persentase Penderita baru HIV yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
A. Pengertian :
Jumlah penderita baru HIV/AIDS yang ditemukan pada kurun waktu tertentu di bagi
jumlah penduduk dalam waktu yang sama di kali 100% (seratus persen).
B. Definisi Operasional.
Pemerintah daerah kabupaten/kota wajib memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar
kepada setiap individu yang terinfeksi virus HIV.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Penduduk dan kelompok faktor resiko di wilayah kerja Kabupatren/Kota dalam kurun
waktu 1 (satu) tahun.

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 66


E. Target :
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

0,015%
0,015% 0,015% 0,015% 0,015%

F. Rumus Perhitungan Kinerja:


Jumlah Kasus HIV baru Jumlah kasus baru HIV yang ditemukan
mendapatkan pelayanan dalam kurun waktu satu tahun
= x 100%
Kesehatan dalam kurun Jumlah penduduk dalam kurun waktu satu
waktu tertentu tahun

Contoh Perhitungan :
Kota “P” melakukan pemeriksaan test HIV pada masyarakat, didapatkan jumlah penderita
HIV sebanyak 95 orang pada kurun waktu tertentu (tahun 2024). Sedangkan jumlah
penduduk kota “P” pada tahun tertetentu (tahun 2024) berjumlah 641.661 jiwa. Jadi
persentase angka insiden rate HIV di Kota “P” sebesar:
95
0rang X 100% = 0.014%
641.661
G. Pembuktian /Sumber Data :
1) Semua penduduk dan kelompok resiko mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar;
2) Penduduk yang sudah terdekteksi HIV AIDS harus mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar;
3) Pertemuan evaluasi dan tindak lanjut program HIV;
4) Laporan SIHA.
H. Referensi :
1) Keppres No.75 tahun 2006 mengamanatkan perlunya peningkatan upaya pengendalian
HIV AIDS;
2) Mengacu kepada Permenkes No 21 tahun 2013 tentang penanggulangan HIV AIDS;
3) Peraturan Daerah No. 11 tahun 2012 tentang pencegahan dan penangulangan HIV
AIDS;
4) Buku Pedoman Penerapan Terapi HIV pada Anak, Kemenkes RI 2014;
5) Unit cost mengacu pada Perda dan atau standar biaya yang berlaku di daerah setempat;
6) Pengadaan Set Peralatan Kesehatan mengacu pada Permenkes No. 75 Tahun 2014
tentang Puskesmas;

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 67


7) Pedoman nasional manajemen program HIV dan AIDS, Kemenkes RI, Dirjen
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2012;
8) Program pengendalian HIV/AIDS dan PIMS di Fasilitas Kusehatann Tingkat Pertama,
Petunjuk Teknis, Kemenkes RI 2021.

36) Persentase penderita kusta yang Release From Treatment (RFT)


A. Pengertian :
a. RFT Rate MB (Multi Basiller)
Jumlah penderita Baru Kusta MB dari periode kohort 1 tahun yang sama yang
menyelesaikan pengobatan tepat waktu ( 12 dosis dalam 12 – 18 bulan ) dinyatakan
dalam persentase.
b. RFT Rate PB (Pausi Basiller)
Jumlah penderita baru Kusta PB dari periode kohort 1 tahun yang sama yang
menyelesaikan pengobatan tepat waktu ( 6 dosis dalam 6 – 9 bulan ) dinyatakan dalam
persentase.
B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Kota Pontianak dalam memberikan pelayanan pengobatan
pada penderita kusta dinilai dari persentase penderita yang selesai berobat tepat waktu
sesuai dengan Periode Kohort.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Setiap Penderita kusta di Kota Pontianak yang ditemukan dan diobati sampai selesai
(RFT Rate).
E. Target :
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
100% 100% 100% 100% 100%

F. Cara Perhitungan :
Jumlah penderita baru MB yang menyelesaikan 12 dosis
RFT Rate MB = dalam 12 – 18 bulan x 100%
Jumlah Seluruh penderita baru MB yang mulai MDT
(Multi Drug Terapi) pada periode kohort tahun yang
sama

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 68


Jumlah penderita baru PB yang menyelesaikan 6 dosis
RFT Rate PB = dalam 6 – 9 bulan x 100%
Jumlah Seluruh penderita baru PB yang mulai MDT
(Multi Drug Terapi) pada periode kohort tahun yang
sama

Contoh Perhitungan :
- Jumlah penderita baru MB yang menyelesaikan 12 dosis dalam 12 – 18 bulan ada 10
orang;
- Jumlah Seluruh penderita baru MB yang mulai MDT pada periode kohort tahun yang
sama 10 orang;
- RFT Rate MB adalah 10/10 x 100% = 100% (untuk penghitung PB juga sama).
G. Langkah - langkah Kegiatan
a. Tatalaksana Penderita
 Penemuan Penderita;
 Diagnosa dan Klasifikasi;
 Pengobatan dan pengendalian pengobatan;
 Pencegahan cacat dan perawatan diri;
 Rehabilitasi Medik.
b. Tatalaksana Program
 Perencanaan;
 Pelatihan;
 Penyuluhan dan advokasi;
 Supervisi;
 Pencatatan dan Pelaporan;
 Monitoring dan Evaluasi.
 Pengelolaan Logistic
H. Pembuktian /Sumber Data :
1) Dokter Umum /Dokter Spesialis Kulit Kelamin;
2) Perawat;
3) Pengelola Program Kusta.
I. Rujukan :
1) Buku Pedoman Nasional Pengendalian Kusta Depkes RI (Dirjen P2PL 20017);

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 69


2) Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 13 Tahun 2012 tentang Penanggulan Penyakit
Menular;
3) Peraturan Walikota Kota Pontianak Nomor 14 Tahun 2014 tentang Penanggulangan
Penyakit Menular;
4) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan.

37) Cakupan Penderita DBD yang ditangani


A. Pengertian :
a) Pelayanan DBD Sesuai Standar adalah pelayanan kesehatan diberikan kepada seluruh
Penderita Demam Berdarah Dengue ( DBD ) yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
sesuai kewenangannya di Fasyankes baik pemerintah maupun swasta.
b) Pelayanan yang diberikan sesuai dengan Pedoman Pengendalian Demam
Berdarah Dengue ( DBD ) yang berlaku, antara lain :
- Penegakan diagnosa DBD;
- Di lakukan pemeriksaan klinis dan Laboratorium antara lain :
 Panas mendadak berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari tanpa sebab yang
jelas;
 Tanda-tanda perdarahan ( sekurang-kurangnya uji tourniquet positif );
 Disertai/tanpa pembesaran hati ( hepatomegali );
 Trombositopenia ( Trombosit < 100.000 /ul );
 Peningkatan Hematokrit ( Ht > 20 % );
- Tatalaksana penderita DBD;
- Surveilans kasus dan Survelans Vektor ( PE );
- Pengendalian DBD dilapangan ( Penyuluhan, PSN dan Fogging ).
B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi
Penderita DBD yang ditangani sesuai standar di satu wilayah dalam kurun waktu 1 (satu)
tahun dibandingkan dengan jumlah penderita DBD yang ditemukan/dilaporkan dalam
kurun waktu yang sama.
C. Satuan :
Persen (%)

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 70


D. Sasaran :
Jumlah penderita DBD yang ditangani dalam kurun waktu satu tahun.
E. Target :
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100% 100%

F. Cara Perhitungan :
Jumlah Penderita DBD yang ditangani
Cakupan Penderita Demam di satu wilayah dalam satu tahun
Berdarah Dengue (DBD) = Jumlah penderita DBD yang ditemukan X 100 %
yang ditangani di satu wilayah dalam satu tahun yang
sama

Contoh Perhitungan
Pada tahun 2016 di Kota Pontianak ditemukan penderita DBD sebanyak 73 kasus, dan
yang ditangani sesuai standar 73 kasus :

Penderita DBD 73
= X 100 %
yang ditangani 73
G. Pembuktian /Sumber Data :
1) Sistem Informasi Puskesmas;
2) Pengelola Program DBD dan PSN Puskesmas.

H. Rujukan :
1) Pedoman Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia (Kemenkes RI Dirjen
P2PL) Tahun 2013;
2) Petunjuk Teknis PSN DBD oleh Jumantik (Kemenkes RI Dirjen P2PL Direktorat
P2B2);
3) Peraturan Menteri Kesehatan RI (No.374/Menkes/Per/III/2010) tentang Pengendalian
Vektor;
4) Peraturan Daerah Kota Pontianak No. 13 Tahun 2012 tentang Penanggulangan Penyakit
Menular;
5) Peraturan Walikota Pontianak No. 14 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit
Menular;

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 71


6) Peraturan Walikota Pontianak No 32 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Demam Berdarah Dengue;
7) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan.

38) Persentase Orang terduga TBC mendapatkan pelayanan TBC sesuai standar (SPM)
A. Pengertian
- Pernyataan Standar
Setiap orang terduga Tuberkulosis (TBC) mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar. Pemerintah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan sesuai
standar kepada orang terduga TBC di wilayah kerja Kabupaten/Kota tersebut dalam
kurun waktu satu tahun.
- Pengertian
Pelayanan orang terduga TBC sesuai standar bagi orang terduga TBC meliputi :
1) Pemeriksaan klinis;
2) Pemeriksaan penunjang;
3) Edukasi.
B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan sesuai standar
bagi orang dengan terduga TBC dinilai dari persentase jumlah orang terduga TBC yang
mendapatkan pelayanan TBC sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu
tahun.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran
Jumlah orang yang terduga TBC di wilayah Kota Pontianak.
E. Target
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100 % 100 % 100 % 100 % 100 %

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 72


F. Rumus Perhitungan Kinerja Jumlah orang terduga TBC yang
dilakukan pemeriksaan
penunjang dalam kurun waktu
Persentase Orang terduga TBC satu tahun.
mendapatkan pelayanan TBC sesuai =
standar X 100%
Persentase Orang terduga TBC
mendapatkan pelayanan TBC
sesuai standar

Catatan:
a) Orang terduga TB adalah seseorang yang menunjukkan gejala batuk > 2 minggu disertai
dengan gejala lainnya;
b) Nominator : Jumlah orang terduga TBC yang dilakukan pemeriksaan penunjang dalam
kurun waktu satu tahun;
c) Denominator : Jumlah orang yang terduga TBC dalam kurun waktu satu tahun yang
sama.
Contoh cara perhitungan:
Jumlah penduduk Kabupaten “K” adalah 1.500.000 jiwa. Pada tahun 2018 dilakukan
skrining pada kelompok risiko terkena TB (Rumah tahanan, pondok pesantren, keluarga
penderita TBC, penderita HIV dll). Dari 200.000 yang diperiksa, 20.000 menunjukkan
gejala TBC. Untuk memastikan adanya penyakit TBC 15.000 orang dilakukan
pemeriksaan lanjutan di fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan dahak.
Perhitungan:
- Jumlah orang terduga TBC : 20.000;
- Jumlah terduga TBC yang dilayani sesuai standar : 15.000;
- Capaian kinerja : (15.000 / 20.000) x 100 % = 60 %.
Kesimpulan : Capaian kinerja Pemerintah Daerah (SPM) belum tercapai.
Catatan : Mengingat capaian pelayanan terduga TBC sesuai standar masih dibawah target,
diperlukan rencana strategis tahun depan untuk menjangkau orang yang mendapat
pelayanan dan ditatalaksana sesuai standar. Perlu di analisis sebab-sebab masyarakat
belum berkunjung apakah persoalan sosialisasi, akses, sudah memeriksa sendiri atau tidak
mau mendapat pelayanan terduga TBC.
G. Pembuktian/ Sumber Data
1) Register TB ( TB 06 UPK ) di Puskesmas;
2) Register TB ( TB 03 UPK ) di Puskesmas;
Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 73
3) Laporan Triwulan TB Puskesmas;
H. Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.

39) Persentase Tempat Fasilitas Umum yang memenuhi syarat kesehatan


A. Pengertian
 Tempat atau sarana yang diselenggarakan pemerintah/swasta atau perorangan yang
digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat yang meliputi: sarana kesehatan (rumah
sakit, puskesmas), sarana sekolah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA), pasar, Hotel
berbintang dan non bintang (Fropil Kementerian Kesehatan Republik Indonesia);
 Tempat Fasilitas Umum (TFU) memenuhi syarat adalah: TFU yang memenuhi syarat
kesehatan berdasarkan hasil penilaian Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) sesuai
standar (berdasarkan Form IKL).
B. Definisi Operasional
Persentase Tempat Fasilitas Umum (TFU) memenuhi syarat kesehatan adalah: TFU yang
memenuhi syarat kesehatan berdasarkan hasil Inspeksi Kesehatan Lingkungan sesuai
standar dalam tahun berjalan dibagi jumlah TFU yang terdaftar disuatu wilayah pada
kurun waktu tertentu dikali seratus.
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
- Rumah Sakit;
- Puskesmas;
- Sekolah dan Kantin Sekolah;
- Hotel;
- Pasar Tradisional
E. Target
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
77,52% 78,21% 78,90% 79,59% 80.28%

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 74


F. Perhitungan / Rumus
Jumlah TFU yang memenuhi syarat
PersentaseTempat-Tempat kesehatan X 100%
Fasilitas (TFU) memenuhi =
syarat kesehatan Jumlah TFU yang teregistrasi

a. Pembilang
Jumlah TFU yang memenuhi syarat kesehatan berdasarkan hasil Inspeksi Kesehatan
Lingkungan sesuai standar.
b. Penyebut
Jumlah TFU yang teregistrasi
c. Konstanta
Persentase (%)
Cara Perhitungan
Contoh : Apabila kelurahan X Memiliki sepuluh (10) Tempat-Fasilitas umum
tergeristrasi, dan hanya lima (5) Tempat-Fasilitas umum dikelurahan tersebut
yang memenuhi persyaratan kesehatan maka perhitungannya adalah : lima (5)
Tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan dibagi Sepuluh (10)
Tempat-tempat umum yang teregistrasi di kelurahan X dikali seratus persen
(5:10 X 100%).
G. Pembuktian Sumber Data
1) Aplikasi e-Monev Kementerian Kesehatan;
2) Form hasil Inspeksi Sanitasi Kesehatan Lingkungan (IKL) TTU;
3) Laporan Triwulan Kegiatan Pengawasan dan Pembinaan TTU (form profil Kesling).
H. Referensi
1) Permenkes No. 80 / Menkes / Per / II / 1990 tentang Persyaratan Kesehatan Hotel;
2) Permenkes No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
3) Kepmenkes no. 1204 /Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit;
4) Kepmenkes No. 1429/Menkes/SK/XII/2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan di Lingkungan Sekolah;
5) Peraturan Daerah Kota Pontianak No 17 TAhun 2002 tentang Perizinan Usaha Hotel
dan Penginapan.

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 75


40) Persentase Tempat Pengolahan Makanan yang memenuhi syarat kesehatan
A. Pengertian
a. Tempat Pengolahan Makanan adalah Usaha Pengelolaan Makanan Siap Saji Terdiri
dari:
- Jasa Boga atau Katering yaitu: usaha atau kegiatan pengolahan makanan yang
disajikan diluar tempat usaha atas dasar pesanan yang dilaksanakan oleh badan
Hukum maupun perorangan;
- Rumah Makan yaitu: usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan
makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya;
- Restoran adalah salah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau
seluruh bangunan yang permanen dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan
untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan penjualan makanan dan
minuman bagi masyarakat umum ditempat usahanya;
- Depot Air Minum yaitu: Badan Usaha yang mengelola air minum untuk keperluan
masyarakat dalam bentuk curah dan tidak dikemas;
- Kantin adalah yaitu: Salah satu jenis usaha jasa makanan yang di lokasinya berada
dilingkungan institusi dan sebagian besar konsumennya adalah masyarakat di
institusi tersebut, seperti kantin sekolah, kantin yang berada di kantor;
- Sentra Jajanan yaitu usaha makanan dan minuman yang diolah pengrajin makanan di
tempat penjualan dan /atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi
umum selain yang di sajikan jasa boga, Rumah Makan/Restoran, dan Hotel.
b. Tempat Pengolahan Makanan memenuhi syarat adalah: TPM yang memenuhi syarat
kesehatan berdasarkan hasil penilaian Inspeksi Kesehatan Lingkungan sesuai standar;
c. TPM yang teregrestrasi yaitu TPM yang tercatat diwilayah kerja Puskesmas atau Dinas
Kesehatan Kota Pontianak didukung dengan aspek Legal Hukum;
B. Definisi Operasional
Persentase Tempat Pengolahan Makanan (TPM) memenuhi syarat kesehatan adalah: TPM
yang memenuhi persyaratan hygiene sanitasi dalam tahun berjalan dibagi jumlah TPM
yang terintegrasi disuatu wilayah pada kurun waktu tertentu di kali seratus
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
- Industri Rumah Tangga Pangan di wilayah kota Pontianak;
- Jasa boga / catering di wilayah kota Pontianak;
Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 76
- Sentra jajanan di wilayah kota Pontianak;
- Rumah makan dan restoran di wilayah kota Pontianak;
- Depot air minum (DAMIU) di wilayah kota Pontianak.
E. Target
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

34% 36% 38% 40% 42%

F. Perhitungan/Rumus
a. Rumus Jumlah TPM yang memenuhi
syarat kesehatan
Persentase Tempat Pengolahan Makan X 100%
=
(TPM) memenuhi syarat kesehatan
Jumlah TPM yang terdaftar

b. Pembilang
Jumlah TPM yang memenuhi syarat
c. Penyebut
Jumlah TPM yang terdaftar
d. Konstanta
Persentase (%)
Cara Perhitungan :
Contoh : Apabila kelurahan X Memiliki sepuluh (10) Tempat pengolahan makanan yang
terdata, dan hanya lima (5) Tempat pengolahan makanan dikelurahan tersebut yang
memenuhi persyaratan kesehatan maka perhitungannya adalah : lima (5) Tempat
pengolahan makanan yang memenuhi syarat kesehatan dibagi Sepuluh (10) Tempat
pengolahan makan yang terdata di kelurahan X dikali seratus persen (5:10 X 100%).
G. Pembuktian dan Sumber Data
1) Aplikasi e-Monev Kementerian Kesehatan;
2) Form hasil Inspeksi Sanitasi Kesehatan Lingkungan (IKL) TPM;
3) Laporan Triwulan Kegiatan Pengawasan dan Pembinaan TPM (form profil Kesling).
H. Referensi
1) Kepmenkes RI No. 942 Menkes / SK / VII / 2003 tentang pedoman persyaratan hygiene
sanitasi makanan jajanan;
2) Kepmenkes No. 1098 / Menkes / SK / VII / 2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi
rumah makan dan restoran;

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 77


3) Kepmenkes No. 1429/Menkes/SK/XII/2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan di Lingkungan Sekolah;
4) Permenkes RI. No. 1096 / Menkes / Per/ VI / 2011 tentang hygiene sanitasi Jasaboga;
5) Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum, Direktorat
Penyehatan Lingkungan, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Kementrian Kesehatan tahun 2010;
6) Peraturan Daerah Kota Pontianak No 16 Tahun 2002 tentang Perizinan usaha restoran,
rumah makan dan Bar.

41) Persentase ketersediaan obat, dan vaksin esensial


A. Pengertian
- Persentase Ketersediaan obat dan vaksin essensial setiap bulan di Puskesmas dalam
tahun berjalan;
- Persentase ketersediaan obat dan vaksin essensial dilaksanakan terhadap obat Indikator
melalui form pemantauan 20 ketersediaan obat dan vaksin indikator, yaitu :
 Puskesmas dengan ketersediaan obat & vaksin essensial 100% adalah puskesmas
yang memiliki minimal 80% ketersediaan obat dan vaksin essensial;
 Ketersediaan obat & vaksin essensial merupakan kestersediaan 20 obat indikator;
 Obat indikator merupakan 20 obat indikator pendukung program kesehatan ibu,
kesehatan anak, penanggulangan dan pencegahan penyakit serta obat pelayanan
kesehatan dasar essensial yang terdapat di dalam formularium puskesmas.
- Daftar obat indikator adalah
NO NAMA OBAT BENTUK SEDIAN
1 Albendazole Tablet
2 Amoxicillin 500 mg Tablet
3 Amoxicillin Sirup
4 Deksametasone 0,5 mg Tablet
5 Diazepam 5 mg/ml Injeksi
6 Epinefrin (Adrenalin) 0,1% (sebagai HCL) Injeksi
7 Fitomenadion (vitamin K) Injeksi
8 Furosemid 40 mg / Hidroklorotiazid Tablet
9 Garam Oralit Serbuk
10 Glibenklamid/Metformin Tablet

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 78


11 Kaptopril Tablet
12 Magnesium Sulfat 20% Injeksi
13 Metilgometrin Maleat 0,200 mg – 1 ml Injeksi
14 Obat Anti Tuberculosis Dewasa Tablet
15 Oksitosin Injeksi
Parasetamol
16 500 mg Tablet
17 Tablet Tambah Darah Tablet
18 Vaksin BCG Injeksi
19 Vaksin DPT – HB – Hib Injeksi
20 Vaksin Td Injeksi

- Ketersedian adalah penilaian ada/tidak dengan angka 1 jika tersedia, angka 0 jika tidak
tersedia khusus untuk item nomor 8 dan 10 ketersedian diberi angka 1 jika salah satu
atau kedua jenis tersebut tersedia.
B. Definisi Operasional
Ketersediaan 20 (dua puluh) obat indikator di Puskesmas setiap bulan pada tahun berjalan.
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Daftar 20 (dua puluh) obat indikator dan vaksin essensial
E. Target
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100% 100%

F. Rumus Perhitungan Kinerja


Persentase
Ketersediaan Obat = Jumlah Obat Dan Vaksin Essensial Yang X 100%
& Vaksin Essensial Tersedia
20 Obat indikator
Catatan :
- Nominator : Jumlah ketersediaan obat indikator dan vaksin essensial setiap bulan.
- Denominator : Jumlah 20 obat indikator.
Contoh Perhitungan

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 79


- Jumlah Obat & Vaksin Essensial yang tersedia = 18
- Jumlah obat indikator = 20
- Persentase Ketersediaan Obat & Vaksin Essensial : 18/20 x 100% = 90%
G. Pembuktian Sumber Data
1) Rencana kebutuhan obat dan vaksin essensial pada tahun berjalan;
2) Rekapitulasi persediaan dan penggunaan obat dan vaksin setiap bulan;
3) Dokumen pengadaan obat;
4) Kunjungan kasus setiap bulan;
5) Sasaran bayi dan balita pada tahun berjalan;
6) Laporan kegiatan dan cakupan pelayanan imunisasi setiap bulan;
7) LPLPO puskesmas setiap bulan;
8) Kartu stok obat dan vaksin essensial;
9) Lembar permintaan vaksin essensial.
H. Rujukan
1) UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2) PP Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian;
3) Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
4) Permenkes RI Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas;
5) Kepmenkes RI Nomor 189/Menkes/SK/III/2006 tentang Kebijakan Obat Nasional;
6) Kepmenkes RI Nomor 374/Menkes/SK/V/2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional;
7) Kepmenkes RI Nomor Nomor HK.01.07/MENKES/659/2017 tentang formularium
Nasional;

42) Persentase penggunaan obat rasional


A. Pengertian
- Persentase penggunaan obat rasional di Puskesmas setiap bulan dalam tahun berjalan
terhadap 4 (empat) parameter, yaitu :
 Persentase penggunaan antibiotik pada penatalaksanaan kasus ISPA non pneumoni;
 Persentase penggunaan antibiotik pada penatalaksanaan kasus diare non-spesifik;
 Penggunaan injeksi pada penatalaksanaan kasus myalgia;
 Rerata item obat perlembar resep di Puskesmas, terhadap seluruh kasus ISPA non-
pneumonia, diare non-spesifik dan Myalgia.

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 80


- Kasus adalah seluruh pasien yang berobat ke Puskesmas/Pustu dengan diagnosis
tunggal ISPA non-pneumonia (batuk-pilek), diare akut non spesifik, dan penyakit
sistem otot dan jaringan;
- Pasien diambil dari register harian, 1 kasus per hari untuk setiap diagnosis terpilih, bila
tidak ada kasus pada hari tersebut diambil pada hari berikutnya. Dengan demikian
dalam 1 bulan terkumpul sekitar 25 kasus per diagnosis terpilih;
- Penggunaan Obat rasional adalah pada persentase penggunaan antibiotik pada ISPA
Non pneumoni dan Diare Non Spesifik serta injeksi pada Myalgia;
- Penggunaan antibiotik pada penatalaksanaan kasus ISPA non-pneumonia dengan batas
toleransi 20 % maka pencapaian indikator kinerja nya 100%;
- Penggunaan antibiotik pada penatalaksanaan kasus diare non-spesifik dengan batas
toleransi 8 % maka pencapaian indikator kinerja nya 100%;
- Penggunaan injeksi pada penatalaksanaan kasus myalgia dengan batas toleransi 1 %
maka pencapaian indikator kinerja nya 100%;
- Rerata item obat perlembar resep dengan batas maksimal 2,6 maka pencapaian
indikator kinerja nya 100%.
B. Definisi Operasional
Pengunaan obat rasional di puskesmas dengan rata-rata persentase penggunaan antibiotik
pada ISPA Non pneumoni dan Diare Non Spesifik serta injeksi pada Myalgia.
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Jumlah resep seluruh pasien yang berobat ke Puskesmas/Pustu dengan diagnosis tunggal
ISPA non-pneumonia (batuk-pilek), diare akut non spesifik, dan penyakit sistem otot dan
jaringan.
E. Target
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100% 100%

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 81


F. Cara Perhitungan Kinerja
Jumlah Persentase Capaian
Masing-masing Indikator
Persentase Penggunaan = x 100%
Peresepan
Obat Rasional
Jumlah Komponen Indikator
Peresepan

Catatan :
Nominator : Jumlah Persentase Capaian Masing-masing Indikator Peresepan setiap bulan
Denominator : Jumlah Komponen Indikator Peresepan
Contoh cara perhitungan
- Menggunakan form penggunaan obat rasional;
- Dilakukan setiap hari oleh petugas Puskesmas/Pustu;
- Sampel pasien diambil dari resep/register harian, 1 pasien/hari untuk setiap diagnosis 
min 25 pasien dari tiap diagnosis per bulan;
- Apabila hari tersebut tidak ada pasien dengan diagnosis tsb diisi dengan pasien hari
berikutnya ds;.
- Bila pasien dengan diagnosis tsb lebih dari, diambil pasien dengan urutan pertama;
- Obat racikan dituliskan rincian obatnya;
- Jenis obat termasuk obat luar, obat minum dan injeksi;
- Injeksi tidak termasuk imunisasi;
- Proses perhitungan.
a = Persentase Penggunaan antibiotik pada ISPA Non Pneumonia (angka riil)
b = Persentase Penggunaan antibiotik pada Diare Non Spesifik (angka riil)
c = Persentase Penggunaan injeksi pada Myalgia (angka riil)
d= 100%
4
Bila hasil perhitungan Persentase AB pd ISPA non pneumonia : 1%,
Persentase AB pada diare non spesifik : 1%,
Persentase inj pada myalgia : 0%,
Rerata item obat per R/ : 5,5.
Sehingga Persentase POR adalah :
Persentase AB pada ISPA non pneumonia : 1%  < 20%  Capaian 100%
Persentase AB pada diare non spesifik : 1%  < 8%  Capaian 100%

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 82


Persentase ini pada myalgia : 0%  < 1%  Capaian 100%
Rerata item obat per R/ : 5,5  > 4 item Capaian 0%
% POR : (100+100+100+0) / 4 = 75%
Capaian POR puskesmas tersebut sudah > 60% , maka puskesmas tersebut sudah kinerja
Penggunaan Obat Rasional (POR).
G. Pembuktian Sumber Data
1) Resep seluruh kasus ISPA Non Pneumonia, Diare Non Spesifik dan Myalgia;
2) Rekapitulasi persediaan dan penggunaan obat setiap bulan;
3) Kartu stok obat;
4) LPLPO puskesmas setiap bulan.
H. Referensi :
1) UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2) PP Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian;
3) Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
4) Permenkes RI Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas;
5) Kepmenkes RI Nomor 189/Menkes/SK/III/2006 tentang Kebijakan Obat Nasional;
6) Kepmenkes RI Nomor 374/Menkes/SK/V/2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional;
7) Kepmenkes RI Nomor Nomor HK.01.07/MENKES/659/2017 tentang formularium
Nasional.

43) Cakupan RT yang ber PHBS


A. Pengertian :
a. Sasaran indikator ini adalah rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas;
b. Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga dengan mengukur 10
(sepuluh) indikator. Adapun sasaran nya yaitu :
- Pasangan usia subur;
- Ibu hamil dan ibu menyusui;
- Anak dan remaja (usia mulai dari 10 tahun);
- Usia lanjut;
- Pengasuh anak.
c. Pembinaan PHBS di rumah tangga dilakukan secara berjenjang oleh Tim Penggerak
PKK mulai dari Pusat, Provinsi, Kota, Kecamatan sampai Kelurahan melalui langkah –
langkah sebagai berikut :
Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 83
- Sosialisasi PHBS di rumah tangga;
- Pengumpulan data PHBS di rumah tangga;
- Pengumpulan data dan pemetaan PHBS;
- Perencanaan;
- Penggerakan dan Pelaksanaan;
- Pemantauan dan Penilaian.
B. Definisi Operasional :
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar
tahu, mau, dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
C. Satuan :
Persentase (%)
D. Sasaran :
Rumah Tangga di wilayah kerja puskesmas dengan menggunakan sampel sebanyak 210
rumah tangga.
E. Target:
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

60% 60% 60% 60% 60%

F. Rumus Perhitungan Kinerja :


Jumlah rumah tangga yang dikatagorikan sehat di bagi dengan seluruh rumah tangga yang
dipantau yang ada di kelurahan dikali dengan 100%.
Rumah Tangga Sehat = Jumlah rumah tangga yang dikatagorikan sehat X100%
Seluruh jumlah rumah tangga yg dipantau di kelurahan
G. Pembuktian/Sumber Data :
Form penilaian indikator PHBS
H. Referensi :
Kementerian Kesehatan RI,Pusat Promosi Kesehatan bekerjasama dengan Tim Penggerak
PKK Pusat Tahun 2007, Pedoman Pelatihan Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
di Rumah Tangga.

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 84


44) Persentase Sekolah yang melaksanakan PHBS
A. Pengertian :
a. Sasaran indikator ini adalah Sekolah SD-SLTP di wilayah Kota Pontianak;
b. Sasaran PHBS di Sekolah adalah seluruh Sekolah dengan mengukur 10 (sepuluh)
indikator. Adapun sasaran nya yaitu :
- Anak – anak dari tingkat SD sampai SLTP.
c. Pembinaan PHBS di Sekolah dilakukan secara berjenjang oleh Tim Penggerak PKK
mulai dari Pusat, Provinsi, Kota, Kecamatan sampai Kelurahan melalui langkah –
langkah sebagai berikut :
- Sosialisasi PHBS di Sekolah;
- Pengumpulan data PHBS di Sekolah;
- Pengumpulan data dan pemetaan PHBS
- Perencanaan;
- Penggerakan dan Pelaksanaan;
- Pemantauan dan Penilaian;
B. Definisi Operasional :
PHBS di Sekolah adalah upaya untuk memberdayakan Anak-anak Sekolah agar tahu,
mau, dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat.
C. Satuan :
Persentase (%)
D. Sasaran :
Sekolah di wilayah kerja puskesmas.
E. Target:
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

50% 50% 50% 50% 50%

F. Rumus Perhitungan Kinerja :


Jumlah rumah Sekolah yang dikatagorikan sehat di bagi dengan seluruh Sekolah yang
dipantau yang ada di kelurahan dikali dengan 100%.
Sekolah PHBS = Jumlah Sekolah SD-SLTP yang dikatagorikan sehat x 100%
Seluruh jumlah Sekolah SD-SLTP yg dipantau di kelurahan

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 85


G. Pembuktian/Sumber Data :
Form penilaian indikator PHBS
H. Referensi :
Kementerian Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan bekerjasama dengan Tim Penggerak
PKK Pusat Tahun 2007, Pedoman Pelatihan Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
di Rumah Tangga.
45) Persentase Posyandu Purnama Mandiri
A. Pengertian
- Posyandu purnama adalah Posyandu yang sudah melaksanakan kegiatan lebih dari 8
kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 (lima) orang atau lebih.
Cakupan utamanya > 50% serta mampu menyelenggarakan Program Tambahan seta
telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat
yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu;
- Posyandu mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih
dari 8 kali per tahun dengan rata-rata kader sebanyak 5 (lima) orang atau lebih.
Cakupan dari kegiatan utamanya >50%, mampu menyelenggarakan Program Tambahan
serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola masyarakat
yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu
Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan dana sehat, sehingga
terjamin kesinambungannya.
B. Definisi Operasional
Posyandu purnama adalah jumlah posyandu purnama dan posyandu mandiri yang ada di
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
C. Satuan
Persen 9%
D. Sasaran
Seluruh Posyandu di wilayah Kota Pontianak
E. Target
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

65% 65% 65% 65 % 65%

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 86


F. Rumus perhitungan Kinerja
Persentase Posyandu Purnama Mandiri : Jumlah posyandu purnama x 100%
Jumlah seluruh posyandu

- Pembilang : Jumlah posyandu purnama mandiri di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu;
- Penyebut : Jumlah seluruh posyandu di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang
sama;
- Ukuran/konstanta : Persentase (%).
Contoh Perhitungan
Jumlah seluruh posyandu purnama mandiri di satu wilayah kerja ada = 75 buah
Persentase Posyandu Purnama Mandiri di satu wilayah kerja ada = 30 buah
Persentase posyandu Purnama Mandiri = 30 x 100% = 40 %
75
G. Pembuktian/ Sumber Data
Laporan Bulanan Posyandu
H. Referensi
1) Pedoman buku ARRIF (manajemen ARRIF);
2) Pedoman Revitalisasi Posyandu.

46) Indeks Keluarga Sehat


A. Pengertian :
Sasaran indikator ini adalah : seluruh jumlah anggota keluarga yang tinggal dan menetap
di suatu keluarga disuatu wilayah (sesuai definisi BPS). Adapun Anggota Keluarga adalah
semua orang yang mempunyai hubungan dengan kepala keluarga (istri/suami dan anak).
Seseorang selain suami/istri dan anak dapat dimasukkan sebagai anggota keluarga jika ikut
tinggal dan makan di keluarga tersebut dan pada periode pendataan ada di keluarga
tersebut. Anggota Keluarga yang telah bepergian 6 bulan atau lebih dan anggota keluarga
yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah/akan meninggalkan
keluarga 6 bulan atau lebih atau yang telah tinggal dikeluarga kurang dari 6 bulan tetrapi
berniat tinggal di keluarga tersebut 6 bulan atau lebih.
B. Definisi Operasional :
Pendekatan pelayanan oleh puskesmas yang mengintegrasikan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat secara berkesinambungan dengan target

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 87


keluarga didasarkan pada data dan informasi dari profil kesehatan keluarga dengan 12
Indikator utama yaitu :
 Keluarga mengikuti program keluarga berencana;
 Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan;
 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap;
 Bayi mendapat air susu ibu;
 Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan;
 Penderita tuberculosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar;
 Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur;
 Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan;
 Anggota keluarga tidak ada yang merokok;
 Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional;
 Keluarga mempunyai akses air bersih;
 Keluarga mempunai akses atau menggunakan jamban sehat.
Berdasarkan indikator tersebut dilakukan penghitungan indeks keluarga sehat dari
setiap keluarga, dengan katagori :
Indeks > 0,800 dikatagorikan Keluarga Sehat;
Indeks 0,500 – 0,800 dikatagorikan Keluarga Pra Sehat;
Indeks <0,500 dikatagorikan Keluarga Tidak Sehat.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Jumlah Keluarga Sehat dalam kurun waktu satu tahun
E. Target:
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

22% 23% 24% 25% 26%

F. Cara Perhitungan :
£ Keluarga dengan IKS >0,800
IKS Tingkat RT/RW/Kelurahan = ______________________________ x 100%
£ Seluruh Keluarga di RT/RW/Kelurahan
G. Pembuktian / Sumber Data :
1) Instrumen Keluarga Sehat / Profil Kesehatan Keluarga;

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 88


2) Aplikasi Web Keluarga Sehat;
3) Raw Data Keluarga Sehat.
H. Rujukan :
1) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 39 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga;
2) Kementerian Kesehatan RI, Badan PPSDM Pusat Pelatihan SDM Kesehatan 2017,
Modul Pelatihan Keluarga Sehat.

47) Kontak Rate Pelayanan dalam dan Luar Gedung Puskesmas


A. Pengertian
Kontak Rate pelayanan adalah indikator untuk mengetahui aksesabilitas dan pemanfaatan
pelayanan primer di FKTP.
B. Definsi Operasional
Angka Kontak merupakan indikator untuk mengetahui tingkat aksesabilitas dan
pemanfaatan pelayanan primer di FKTP oleh pasien dalam dan luar wilayah berdasarkan
jumlah penduduk yang mendapatkan pelayanan kesehatan di FKTP per bulan baik di
dalam gedung maupun di luar gedung tanpa memperhitungkan frekuensi kedatangan
peserta dalam satu bulan.
C. Rumus Perhitungan Kinerja
Kontak Rate Pelayanan dalam dan Luar Gedung Puskesmas :
jumlah penduduk yang melakukan kontak X dikali 1000 (seribu)
jumlah penduduk di wilayah kerja FKTP
Cara perhitungan :
a) Perhitungan Angka Kontak pelayanan merupakan perbandingan antara jumlah
penduduk yang melakukan kontak dengan FKTP dengan total jumlah penduduk di
wilayah kerja FKTP;
b) Jumlah penduduk yang melakukan kontak adalah jumlah penduduk dalam dan luar
wilayah yang mendapatkan pelayanan kesehatan di FKTP per bulan baik di dalam
gedung maupun di luar gedung tanpa memperhitungkan frekuensi kedatangan peserta
dalam 1 (satu) bulan.
c) Bentuk Kontak yang menjadi catatan penilaian adalah:
(1) Tempat kontak
Apabila terjadi salah satu atau lebih kontak antara peserta dengan:
 FKTP (Puskesmas);
Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 89
 Jaringan pelayanan Puskesmas (Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan bidan
desa);
 Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), seperti Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu), Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes),
Posyandu Lansia;
 Rumah atau domisili Peserta yang dikunjungi oleh FKTP;
 Upaya Kesehatan Sekolah (UKS); dan
 Tempat kontak lainnya yang disepakati.
(2) Jenis Pelayanan
Kontak antara peserta dengan FKTP adalah kondisi terdapat salah satu atau lebih
pelayanan yang diberikan oleh FKTP dalam bentuk:
(a) Kunjungan Sakit
a. Pelayanan pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis termasuk
pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
b. Pelayanan tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non
operatif, pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama;
c. Pelayanan Rawat Inap Tingkat Pertama, pelayanan persalinan, kebidanan dan
neonatal sesuai dengan kondisi fasilitas kesehatan;
d. Pelayanan gawat darurat termasuk penanganan kasus medis yang
membutuhkan penanganan awal sebelum dilakukan rujukan;
e. Kunjungan rumah pasien sakit;
f. Pelayanan kasus medis rujuk balik termasuk pemeriksaan, pengobatan, dan
konsultasi medis, pelayanan obat dan bahan medis habis pakai.
(b) Kunjungan Sehat
a. Pelayanan imunisasi;
b. Pelayanan penyuluhan kesehatan perorangan atau kelompok;
c. Pemeriksaan kesehatan Ibu dan anak, serta Keluarga Berencana (KB);
d. Kunjungan rumah;
e. Senam sehat.
(c) Sumber data yang digunakan dalam indikator ini
adalah hasil pencatatan kontak FKTP dengan kondisi di tempat dan jenis
pelayanan dicatatkan pada aplikasi SIK yang dikembangkan oleh Dinas
Kesehatan Kota Pontianak.

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 90


D. Satuan
Per 1000 Penduduk
E. Sasaran
Penduduk di wilayah kerja puskesmas, sesuai dengan jumlah data sasaran yang telah
Target
15% penduduk atau 150/1000 penduduk
F. Pembuktian/ Sumber Data
Laporan SIK Puskesmas, P-Care baik dalam Gedung, luar Gedung Puskesmas
G. Referensi
Peraturan BPJS Nomor 7 Tahun 20019 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kapitasi Berbasis
Kinerja pada FKTP

48) Angka Kontak (AK) Pasien BPJS


A. Pengertian
indikator untuk mengetahui aksesabilitas dan pemanfaatan pelayanan primer di FKTP
oleh Peserta dan kepedulian serta upaya FKTP terhadap kesehatan Peserta pada setiap
1000 (seribu) Peserta terdaftar di FKTP yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
B. Definisi Operasional
Definsi Angka Kontak merupakan indikator untuk mengetahui tingkat aksesabilitas dan
pemanfaatan pelayanan primer di FKTP oleh Peserta berdasarkan jumlah Peserta
Jaminan Kesehatan (per nomor identitas peserta) yang mendapatkan pelayanan kesehatan
di FKTP per bulan baik di dalam gedung maupun di luar gedung tanpa memperhitungkan
frekuensi kedatangan peserta dalam satu bulan.
C. Rumus Perhitungan Kinerja :
Indikator Angka Kontak (AK) dihitung dengan formulasi perhitungan sebagai berikut:
a) jumlah peserta yang melakukan kontak ^ jumlah Peserta terdaftar d FKTP X.
Perhitungan Angka Kontak merupakan perbandingan antara jumlah Peserta terdaftar
yang melakukan kontak dengan FKTP dengan total jumlah peserta terdaftar di FKTP
dikali 1000 (seribu);
b) Jumlah peserta yang melakukan kontak adalah jumlah Peserta Jaminan Kesehatan
(per nomor identitas peserta) yang terdaftar di 1 (satu) FKTP dan mendapatkan
pelayanan kesehatan di FKTP per bulan baik di dalam gedung maupun di luar
gedung tanpa memperhitungkan frekuensi kedatangan peserta dalam 1 (satu) bulan;

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 91


c) Jumlah peserta terdaftar adalah jumlah Peserta Jaminan Kesehatan yang terdaftar di
suatu FKTP per bulan.
d) Bentuk Kontak yang menjadi catatan penilaian adalah:
(1) Tempat kontak
Apabila terjadi salah satu atau lebih kontak antara peserta dengan:
a. FKTP (Puskesmas, Klinik, DPP, RS Kelas D Pratama);
b. Jaringan pelayanan Puskesmas (Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan
bidan desa);
c. Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan (apotek, laboratorium, bidan, dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya);
d. Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), seperti Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu), Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu), Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes), Posyandu Lansia;
e. Rumah atau domisili Peserta yang dikunjungi oleh FKTP;
f. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS); dan
g. Tempat kontak lainnya yang disepakati.
(2) Jenis Pelayanan
Kontak antara peserta dengan FKTP adalah kondisi terdapat salah satu atau lebih
pelayanan yang diberikan oleh FKTP dalam bentuk:
(a) Kunjungan Sakit
a. Pelayanan pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis termasuk pelayanan
obat dan bahan medis habis pakai;
b. Pelayanan tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif,
pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama;
c. Pelayanan Rawat Inap Tingkat Pertama, pelayanan persalinan, kebidanan dan
neonatal sesuai dengan kondisi fasilitas kesehatan;
d. Pelayanan gawat darurat termasuk penanganan kasus medis yang
membutuhkan penanganan awal sebelum dilakukan rujukan;
e. Kunjungan rumah pasien sakit;
f. Pelayanan kasus medis rujuk balik termasuk pemeriksaan, pengobatan, dan
konsultasi medis, pelayanan obat dan bahan medis habis pakai.
(b) Kunjungan Sehat
a. Pelayanan imunisasi;
b. Pelayanan penyuluhan kesehatan perorangan atau kelompok;
Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 92
c. Pemeriksaan kesehatan Ibu dan anak, serta Keluarga Berencana (KB);
d. Kunjungan rumah;
e. Senam sehat.
(c) Sumber data yang digunakan dalam indikator ini
adalah hasil pencatatan kontak FKTP dengan kondisi di tempat dan jenis
pelayanan sebagaimana huruf yang dicatatkan pada aplikasi pencatatan pelayanan
tingkat pertama yang dikembangkan oleh BPJS Kesehatan.
D. Satuan
Per 1000 Peserta BPJS
E. Sasaran
Peserta BPJS di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu tertentu
F. Target
150/1000 penduduk
G. Pembuktian/ Sumber Data
Laporan P-Care Puskesmas
H. Referensi
Peraturan BPJS Nomor 7 Tahun 20019 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kapitasi Berbasis
Kinerja pada FKTP

49) Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik (RRNS) Puskesmas
A. Pengertian
Indikator untuk mengetahui optimalnya koordinasi dan kerjasama antara FKTP dengan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan sehingga sistem rujukan terselenggara sesuai
indikasi medis dan kompetensinya.
B. Definisi Operasional
Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik merupakan indikator untuk
mengetahui kualitas pelayanan di FKTP, sehingga sistem rujukan terselenggara sesuai
indikasi medis dan kompetensinya.
C. Rumus Perhitungan Kinerja :
a) Indikator Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik (RRNS) dihitung dengan
formulasi perhitungan sebagai berikut:
RRNS = jumlah rujukan kasus non spesialistik jumlah rujukan FKTP x 100%
Keterangan :

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 93


Perhitungan RRNS merupakan perbandingan antara jumlah rujukan kasus non
spesialistik dengan jumlah seluruh rujukan pasien (dalam dan luar wilayah
puskesmas) oleh FKTP dikali 100% (seratus persen);
b. Jumlah rujukan rawat jalan kasus non spesialistik adalah jumlah rujukan dengan
diagnosa yang termasuk dalam jenis penyakit yang menjadi kompetensi dokter di
FKTP sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. Rujukan kasus non spesialistik dengan kriteria Time, Age, Complication dan
Comorbidity (TACC) tidak diperhitungkan dalam jumlah rujukan rawat jalan kasus
non spesialistik;
d. Jumlah rujukan FKTP adalah total jumlah rujukan pasien dalam dan luar wilayah
FKTP ke FKRTL;
e. Sumber data yang digunakan dalam indikator ini adalah hasil pencatatan rujukan
peserta ke FKRTL pada Sistem Informasi Kesehatan yang ada di Puskesmas.
D. Satuan
Persen (%)
E. Sasaran
Jumlah pasien rujukan non spesialistik dalam kurun waktu tertentu, baik pasien umum,
gratis maupun peserta BPJS
F. Target
<5%
G. Pembuktian/ Sumber Data
Data SIK dan P-Care Puskesmas
H. Referensi
Peraturan BPJS Nomor 7 Tahun 2019 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kapitasi Berbasis
Kinerja pada FKTP

50) Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik (RRNS) BPJS
A. Pengertian
Indikator untuk mengetahui optimalnya koordinasi dan kerjasama antara FKTP dengan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan sehingga sistem rujukan terselenggara sesuai
indikasi medis dan kompetensinya.

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 94


B. Definisi Operasional
Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik merupakan indikator untuk
mengetahui kualitas pelayanan di FKTP, sehingga sistem rujukan terselenggara sesuai
indikasi medis dan kompetensinya.
C. Rumus Perhitungan Kinerja :
a) Indikator Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik (RRNS) dihitung dengan
formulasi perhitungan sebagai berikut:
RRNS = jumlah rujukan kasus non spesialistik jumlah rujukan FKTP x 100%
Perhitungan RRNS merupakan perbandingan antara jumlah rujukan kasus non
spesialistik dengan jumlah seluruh rujukan oleh FKTP dikali 100% (seratus persen).
b) Jumlah rujukan rawat jalan kasus non spesialistik adalah jumlah rujukan dengan
diagnosa yang termasuk dalam jenis penyakit yang menjadi kompetensi dokter di
FKTP sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
c) Rujukan kasus non spesialistik dengan kriteria Time, Age, Complication dan
Comorbidity (TACC) tidak diperhitungkan dalam jumlah rujukan rawat jalan kasus
non spesialistik.
d) Jumlah rujukan FKTP adalah total jumlah rujukan FKTP ke FKRTL.
e) Sumber data yang digunakan dalam indikator ini adalah hasil pencatatan rujukan
peserta ke FKRTL pada Sistem Informasi BPJS Kesehatan.
D. Satuan
Persen (%)
E. Sasaran
Jumlah peserta BPJS yang menerima rujukan non spesialistik dalam kurun waktu tertentu
F. Target
<5%
G. Pembuktian/ Sumber Data
Data P-Care
H. Referensi
Peraturan BPJS Nomor 7 Tahun 2019 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kapitasi Berbasis
Kinerja pada FKTP

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 95


51) Rasio Peserta Prolanis Terkendali (RPPT)
A. Pengertian
Prolanis adalah pelayanan kesehatan dengan pendekatan proaktif yang dilaksanakan
secara terintegrasi dengan melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan
dalam rangka pemeliharaan kesehatan peserta penderita penyakit kronis untuk mencapai
kualitas hidup yang optimal dengan biaya kesehatan yang efektif dan efisien.
B. Definisi Operasional
Rasio Peserta Prolanis Terkendali merupakan indikator untuk mengetahui optimalisasi
penatalaksanaan Prolanis oleh FKTP dalam menjaga kadar gula darah puasa bagi pasien
Diabetes Mellitus tipe 2 (DM) atau tekanan darah bagi pasien Hipertensi Essensial (HT).
C. Rumus Perhitungan Kinerja :
a) Indikator Rasio Peserta Prolanis Terkendali dihitung dengan formulasi perhitungan
sebagai berikut:
RPPT
Rasio Prolanis DM terkendali + Rasio Prolanis HT terkendali : 2
Perhitungan Rasio Peserta Prolanis Terkendali merupakan capaian Rasio Peserta
Prolanis DM Terkendali ditambah capaian Rasio Peserta Prolanis HT Terkendali
dibagi 2.
RPPT DM
jumlah peserta Prolanis DM terkendali jumlah peserta terdaftar di FKTP dengan
diagnosa DM Perhitungan Rasio Peserta Prolanis Terkendali DM merupakan
perbandingan antara jumlah pasien DM yang terdaftar sebagai peserta Prolanis dengan
kadar gula darah puasa terkendali dengan jumlah peserta terdaftar di FKTP dengan
diagnosa DM dikali 100% (seratus persen).
RPPT HT
jumlah peserta Prolanis HT terkendali
— ------------------------------------------------- x
jumlah peserta terdaftar di FKTP dengan diagnosa HT

Keterangan :
1) Perhitungan Rasio Peserta Prolanis HT Terkendali merupakan perbandingan antara
jumlah pasien HT yang terdaftar sebagai peserta Prolanis dengan tekanan darah
terkendali dengan jumlah peserta terdaftar di FKTP dengan diagnosa HT dikali
100% (seratus persen);

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 96


2) b) Jumlah Peserta Prolanis terkendali adalah peserta dengan diagnosa penyakit DM
atau HT yang terdaftar sebagai peserta Prolanis dengan kadar gula darah puasa bagi
pasien DM atau tekanan darah bagi pasien HT terkendali;
3) Jumlah peserta terdaftar di FKTP dengan diagnosa DM atau HT adalah peserta
terdaftar di FKTP yang telah ditegakkan diagnosa penyakit DM atau HT;
4) Kriteria terkendali adalah:
1) pasien DM dengan capaian kadar gula darah puasa; dan
2) pasien HT dengan capaian tekanan darah sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan oleh Organisasi Profesi.
5) Penjaminan pelayanan pemeriksaan kadar gula darah puasa sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
6) Ketentuan mengenai pengelolaan Peserta Prolanis mengacu pada Pedoman
Program Pengelolaan Penyakit Kronis yang berlaku.
7) Sumber data yang digunakan dalam indikator ini adalah hasil pencatatan
pemantauan kadar gula darah puasa dan tekanan darah pasien pada Sistem
Informasi BPJS Kesehatan.
D. Satuan
Persen (%)
E. Sasaran
Peserta Prolanis Terkendali Hipertensi dan DM
F. Target
>5%
G. Pembuktian/ Sumber Data
P-Care
H. Referensi
Peraturan BPJS Nomor 7 Tahun 2019 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kapitasi Berbasis
Kinerja pada FKTP

52) Rasio Cabut Tambal Gigi


A. Pengertian
Cabut gigi adalah tindakan untuk mencabut gigi dari gusi. Tindakan cabut gigi biasanya
dilakukan pada gigi yang bermasalah dan tidak bisa diperbaiki lagi.
Tambal gigi adalah prosedur medis yang dilakukan untuk mengisi gigi berlubang (karies)
yang terjadi akibat pembentukan plak di gigi. Tindakan ini merupakan salah satu
Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 97
prosedur yang paling umum dilakukan, dan pasien dapat memilih metode penambalan
serta bahan tambalan yang akan digunakan
B. Definisi Operasional
Rasio Cabut Tambal adalah Rasio tumpatan/pencabutan gigi tetap yaitu jumlah gigi tetap
yang ditambal/ditumpat pada suatu wilayah pada waktu tertentu dibandingkan jumlah
gigi tetap yang dicabut pada wilayah periode waktu yang sama.
C. Rumus Perhitungan Kinerja
Rasio Cabut Tambal : Jumlah gigi tetap yang ditambal
Jumlah gigi tetap yang dicabut
D. Satuan
rasio
E. Sasaran
Pasien gigi di wilayah kerja puskesmas dalam kurun waktu tertentu
F. Target
2 :1
G. Pembuktian/ Sumber Data
Data Kunjungan pelayanan gigi di SIK Puskesmas
H. Referensi

53) Bed Occupancy Rate (BOR)


A. Pengertian
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed
count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005),
BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini
memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.
B. Definisi Operasional
Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan
rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi (lebih dari 85%) menunjukkan
tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi sehingga perlu pengembangan rumah sakit
atau penambahan tempat tidur. Nilai indikator BOR yang ideal adalah antara 60-85%
(DepKes RI, 2005), sedangkan menurut Barber Johnson nilai BOR yang ideal adalah 75-
85%.

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 98


C. Rumus Perhitungan Kinerja
Rumus:
BOR (Bed Occupancy Ratio) = Rata-rata jumlah pasien keluar * jumlah kapasitas tempat
tidur * 100%.
Angka yang menunjukkan presentase tempat tidur yg digunakan dalam satu tahun, BOR
ideal = 75 – 85 %.
D. Satuan
Persen (%)
E. Sasaran
Pasien Rawat Inap Puskesmas
F. Target
75 – 85 %.
G. Pembuktian/ Sumber Data
Laporan SIK, P-Care Puskesmas
Referensi
Sistem Informasi Kesehatan, Pusdiknakes 2018

54) Length Of Stay (LOS)


A. Pengertian
LOS menurut Huffman (1994) adalah “the average hospitalization stay of inpatient
dischargedduring the period under consideration”. LOS menurut DepKes RI (2005)
adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.
B. Definisi Operasional
Indikator ini digunakan untuk mengukur efisiensi pelayanan rawat inap yang tidak dapat
dilakukan sendiri, tetapi harus bersama dengan interpretasi BOR dan TOI. Disamping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang
memerlukan pengamatan lebih lanjut. Secara umum nilai LOS yang ideal adalah antara
6-9 hari (DepKes, 2005). Sedangkan menurut Baber Johnson adalah 3-12 hari.
C. Rumus Perhitungan Kinerja
LOS ( Length Of Stay) = rata jumlah pasien keluar * periode * jumlah hari perawatan.
Angka yang menunjukkan rata-rata lamanya seorang pasien dirawat, AVLOS ideal =
3 -12 hari.

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 99


∑ lama rawat
LOS =
∑ pasien keluar (hidup + mati)
D. Satuan
Persen (%)
E. Sasaran
Pasien rawat inap Puskesmas
F. Target
3 hari
G. Pembuktian/ Sumber Data
Laporan SIK, P-Care
H. Referensi
Sistem Informasi Kesehatan, Pusdiknakes 2018

55) Turn Over Interval (TOI)


A. Pengertian
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati
dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.
B. Definisi Operasional
Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Semakin
besar TOI maka efisiensi penggunaan tempat tidur semakin jelek. Idealnya tempat tidur
kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
C. Rumus Perhitungan Kinerja:
TOI (Turn Over Interval) = (jumlah kapasitas tempat tidur – rata jumlah pasien keluar)
* periode / jumlah hari perawatan.
Rata-rata jumlah hari sebuah tempat tidur tidak terisi, yaitu waktu antara sebuah tempat
tidur ditinggalkan pasien sampai dengan saat ditempati lagi oleh pasien lain berikutnya,
TOI ideal = 1 – 3 hari.
D. Satuan
Persen (%)
E. Sasaran
Pasien rawat inap puskesmas
F. Target
1 sd 3 hari

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 100


G. Pembuktian/ Sumber Data
SIK dan P-Care puskesmas
H. Referensi
Sistem Informasi Kesehatan, Pusdiknakes 2018

56) Tidak ada kesalahan pemberian hasil Laboratorium


A. Pengertian
Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil oleh petugas yang disebabkan oleh : Petugas
laboratorium hanya menyebutkan nama saja ketika pemanggilan, Petugas tidak
melakukan crosscheck identitas pasien sebelum menyerahkan hasil pemeriksaan
B. Definisi Operasional
Jumlah pemberian/penyerahan hasil laboratorium dengan benar kepada pasien dibagi
jumlah seluruh pasien yang dilakukan pemeriksaan laboratorium di Puskesmas pada
kurun waktu tertentu
C. Rumus Perhitungan Kinerja
Jumlah penyerahan hasil pemeriksaan dengan benar x 100%
Jumlah seluruh pasien yang dilakukan pemeriksaan lab
D. Satuan
Persen (%)
E. Sasaran
Seluruh pasien yang periksa laboratorium
F. Target
100%
G. Pembuktian/ Sumber Data
Buku register/catatan harian Laboratorium
H. Referensi
Permenkes 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien

Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 101


Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 102

Anda mungkin juga menyukai