2020-2024 Page i
KATA PENGANTAR
KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA PONTIANAK
Assalamu’alaikum wr wb.
Puji dan syukur selalu kita panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya sehingga penyusunan Dokumen Definisi Operasional Indikator Kinerja
Puskesmas Kota Pontianak Tahun 2020-2024 dapat diselesaikan. Dokumen Definisi Operasional
ini merupakan Panduan dan tatacara Puskesmas untuk menghitung realisasi serta capaian yang
telah dilakukan Puskesmas dalam mencapai tujuan Dinas Kesehatan Kota Pontianak periode
Tahun 2020-2024 yaitu “Meningkatnya Derajat Kesehatan Masyarakat”.
Pada akhirnya kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua Pihak yang
telah bekerja keras dalam penyusunan Dokumen Definisi Operasional Indikator Kinerja
Puskesmas Kota Pontianak Tahun 2020-2024. Semoga Tuhan Y.M.E senantiasa memberi
petunjuk kepada kita semua dalam melaksanakan pembangunan kesehatan di Kota Pontianak
dan memberikan manfaat untuk masyarakat Kota Pontianak.
Demikian Dokumen Definisi Operasional Indikator Kinerja Puskesmas Kota Pontianak
Tahun 2020-2024 dibuat, dan semoga dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr wb
KEPALA DINAS KESEHATAN
KOTA PONTIANAK
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
Catatan:
a. Nominator yang dihitung adalah Ibu hamil yang telah selesai menjalani masa
kehamilannya (bersalin) di akhir tahun berjalan;
b. Ibu hamil yang belum selesai menjalani masa kehamilannya pada akhir tahun berjalan
tidak di hitung sebagai nominator akan tetapi dihitung sebagai nominator dan
denominator pada tahun berikutnya.
Catatan:
a) Capaian SPM kabupaten A belum mencapai 100% ( 55%), sehingga kabupaten A harus
menganalisis penyebabnya seperti :
5) Persentase bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan bayi baru lahir (SPM)
A. a. Pengertian
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar meliputi:
1) Standar kuantitas;
2) Standar kualitas.
b. Pernyataan Standar
Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan neonatal esensial sesuai
standar. Pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota wajib memberikan pelayanan
kesehatan bayi baru lahir sesuai standar kepada semua bayi usia 0-28 hari di wilayah
kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
100%
100% 100% 100% 100%
Contoh Perhitungan
Jumlah neonatus pada daerah X yang mendapat penanganan definitif sebanyak 75 orang,
dengan jumlah sasaran bayi sebanyak 1243 orang. Sehingga persentase cakupan neonatus
komplikasi yang di tangani adalah :
75 x 100% = 0,40
15 x 1243
G. Pembuktian/ Sumber Data
1) Laporan Rumah Sakit;
2) Laporan masyarakat;
3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan Puskesmas;
5) Laporan Posyandu;
6) Register Kohort Ibu.
H. Referensi
1) Buku Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat KIA (PWS- KIA) tahun 2011;
2) Modul Pelatihan Manjemen Bayi Berat Badan Lahir Rendah BBLR), Tahun 2006;
Catatan :
A. Balita yang belum mencapai usia 1 tahun di akhir tahun berjalan, tidak di hitung
sebagai cakupan. Perhitungan balita usia 0-11 bulan dilakukan setelah balita berulang
tahun yang pertama (balita genap berusia 1 tahun/12 bulan);
B. Balita yang belum mencapai usia 24 bulan di akhir tahun berjalan tidak di hitung
sebagai cakupan balita usia 24-35 bulan. Perhitungan dilakukan setelah berulang tahun
yang kedua (balita genap berusia 2 tahun/24 bulan);
C. Balita yang belum mencapai usia 36 bulan, di akhir tahun berjalan tidak di hitung
sebagai cakupan balita usia 36-59 bulan. Perhitungan di lakukan setelah berulang tahun
yang ketiga (balita genap berusia 3 tahun/36 bulan).
Contoh Perhitungan
Contoh 1
Balita A lahir pada 1 Juni 2018, di akhir tahun berjalan (Desember 2018) balita A
berusia 6 bulan, sudah mendapatkan penimbangan 4 kali, pengukuran panjang badan 2
kali, pemantauan perkembangan 1 kali dan vitamin A 1 kali, imunisasi HB0 1 kali,
BCG 1 kali, DPT-HB-Hib 3 kali, Polio 4 kali dan IVP 1 kali. Balita A di akhir tahun
berjalan (Desember 2018) belum di hitung sebagai cakupan, karena belum mencapai
usia 1 tahun dan belum mendapatkan pelayanan sesuai standar;
Contoh 2
Balita B lahir pada 1 Oktober 2017, di akhir tahun berjalan (bulan Desember 2018),
balita B berusia 14 bulan. Dalam kurun waktu 1 tahun terakhir (Jan-Des 2018) Balita B
mendapatkan penimbangan 8 kali ( 4 kali dalam kurun waktu 6 bulan), pengukuran
panjang badan sebanyak 2 kali, pemantauan perkembangan 2 kali, pemberian vitamin A
2 kali dan imunisasi dasar nya sudah lengkap. Balita B di hitung sebagai cakupan Balita
usia 12-23 bulan pada tahun 2018 karena sudah mendapatkan pelayanan sesuai standar.
9) Persentase anak usia pendidikan dasar yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar (SPM)
A. a. Pengertian
Pelayanan kesehatan usia pendidikan dasar sesuai standar meliputi :
1) Skrining kesehatan.
2) Tindaklanjut hasil skrining kesehatan.
Keterangan: Dilakukan pada anak kelas 1 sampai dengan kelas 9 di sekolah minimal
satu kali dalam satu tahun ajaran dan usia 7 sampai 15 tahun diluar sekolah.
Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 19
b. Pernyataan Standar
Setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib melakukan pelayanan kesehatan
sesuai standar pada anak usia pendidikan dasar di dalam dan luar satuan pendidikan
dasar di wilayah kerja kabupaten/kota dalam kurun waktu satu tahun ajaran.
B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan
kesehatan pada anak usia pendidikan dasar dinilai dari cakupan pelayanan kesehatan anak
setingkat pendidikan dasar sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu
tahun ajaran.
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Semua anak usia pendidikan dasar yang mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar
yang ada di wilayah kota Pontianak.
E. Target
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
Contoh perhitungan
Di Kabupaten “E” terdapat 17.000 anak usia pendidikan dasar. Rincian anak yang
mendapatkan pelayanan kesehatan di satuan pendidikan dasar dan di luar satuan
pendidikan dasar (pondok pesantren/panti/LKSA/lapas/LPKA/posyandu remaja sebagai
berikut :
11) Persentase warga negara usia 60 tahun ke atas mendapatkan skrining kesehatan
sesuai standar (SPM)
A. a. Pengertian
Pelayanan kesehatan usia lanjut sesuai standar meliputi :
1) Edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat;
12) Persentase Balita gizi kurang (Wasting) yang mendapatkan pelayanan kesehatan
A. Pengertian :
Balita adalah anak yang berumur di bawah 5 tahun (0 sampai 59 bulan 29 hari).
Gizi kurang adalah kategori status gizi berdasarkan indeks Berat Badan menurut Tinggi
Badan (BB/TB) dengan z-score kurang dari -2 SD;
Dikatakan mendapat pelayanan apabila mendapatkan :
Penimbangan berat badan minimal 8 kali dalam setahun;
Pengukuran tinggi atau panjang badan minimal 2 kali dalam setahun;
Pemantauan perkembangan (SDIDTK) minimal 2 kali dalam setahun;
Pemberian kapsul vitamin A;
Pemberian imunisasi;
Edukasi Pemberian Makan pada Bayi dan Anak;
Pemberian Makanan Tambahan pemulihan hingga status gizi baik.
B. Definisi Operasional
Persentase balita gizi kurang (wasting) yang mendapatkan pelayanan kesehatan adalah
jumlah balita dengan kategori status gizi kurang yang mendapatkan pelayanan kesehatan
di satu wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun dibagi jumlah balita dengan kategori
status gizi kurang yang ada di satu wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun yang sama
dikali 100%
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Anak bawah lima tahun dengan status gizi kurang
F. Cara Perhitungan :
Jumlah balita dengan kategori status gizi
kurang yang mendapatkan pelayanan
Persentase balita kesehatan di satu wilayah kerja dalam
gizi kurang kurun waktu satu tahun
(wasting) yang = x
mendapatkan 100%
pelayanan Jumlah balita dengan kategori status gizi
kesehatan kurang yang ada di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu satu tahun yang sama
13) Persentase Balita Berat Badan kurang (Underweight) yang mendapatkan pelayanan
kesehatan
A. Pengertian :
Balita adalah anak yang berumur di bawah 5 tahun (0 sampai 59 bulan 29 hari);
Berat Badan Kurang adalah kategori status gizi berdasarkan indeks Berat Badan
menurut Umur (BB/U) dengan Z-score kurang dari -2 SD;
Dikatakan mendapat pelayanan apabila mendapatkan :
Penimbangan berat badan minimal 8 kali dalam setahun;
Pengukuran tinggi atau panjang badan minimal 2 kali dalam setahun;
Pemantauan perkembangan (SDIDTK) minimal 2 kali dalam setahun;
Pemberian kapsul vitamin A;
Pemberian imunisasi;
Pemberian Makanan Tambahan penyuluhan untuk 1 (satu) bulan pemberian.
B. Definisi Operasional
Persentase Balita Berat Badan Kurang (underweight) yang mendapatkan pelayanan
kesehatan adalah jumlah balita dengan status gizi Berat Badan Kurang yang mendapat
pelayanan kesehatan di satu wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun dibagi dengan
jumlah balita kategori status gizi Berat Badan Kurang yang ada di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu satu tahun yang sama dikali 100%.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Anak bawah lima tahun dengan status berat badan kurang.
E. Target :
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
F. Cara Perhitungan :
jumlah balita kategori status gizi pendek
yang mendapatkan pelayanan kesehatan di
satu wilayah kerja dalam kurun waktu satu
Persentase Balita tahun
pendek (Stunting) yang = x 100%
mendapatkan pelayanan jumlah balita dengan kategori status gizi
kesehatan pendek yang mendapatkan pelayanan
kesehatan di satu wilayah kerja dalam
kurun waktu satu tahun yang sama
15) Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronik mendapatkan pelayanan kesehatan
A. Pengertian :
Kurang Energi Kronik adalah kurangnya asupan energi yang berlangsung relatif lama.
Ibu hamil risiko KEK adalah ibu hamil dengan Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang
dari 23,5 cm.
Dikatakan mendapatkan pelayanan jika mendapatkan:
Pengukuran berat badan.
Pengukuran tekanan darah.
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
Penentuan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ).
F. Cara Perhitungan :
Jumlah ibu hamil KEK yang mendapatkan
pelayanan kesehatan di satu wilayah kerja
Persentase Ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun
KEK yang = x 100%
mendapatkan pelayanan Jumlah ibu hamil KEK yang ada di satu
kesehatan wilayah kerja dalam kurun waktu satu
tahun yang sama
16) Persentase Ibu hamil yang mendapatkan TTD minimal 90 tablet selama kehamilan
A. Pengertian :
Tablet Tambah Darah (TTD) adalah tablet yang sekurangnya mengandung zat besi setara
dengan 60 mg besi elemental dan 0,4 mg asamfolat yang disediakan oleh pemerintah
maupun diperoleh sendiri.
B. Definisi Operasional
Persentase Ibu hamil yang mendapatkan TTD minimal 90 tablet selama kehamilan adalah
jumlah ibu hamil yang selama kehamilan mendapat minimal 90 TTD terhadap jumlah
sasaran ibu hamil dikali 100%
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Ibu hamil
E. Target
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
F. Cara Perhitungan :
jumlah ibu hamil KEK yang mendapatkan
makanan tambahan
Persentase Ibu hamil = x 100%
KEK yang Jumlah ibu hamil KEK yang ada
mendapatkan makanan
tambahan
18) Persentase Bayi dengan Berat badan lahir rendah (BBLR) yang mendapatkan
pelayanan kesehatan
A. Pengertian :
Bayi baru lahir hidup adalah anak usia 0 - 6 jam yang lahir hidup;
Berat Badan Lahir Rendah adalah berat badan bayi kurang dari 2500 gram;
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram;
Dikatakan mendapat pelayanan apabila mendapatkan :
Kunjungan minimal 3 kali selama periode neonatal (KN1, KN2, KN3)
Pelayanan Neonatal Esensial saat lahir (0-6 jam) meliputi pemotongan tali pusat,
Inisiasi Menyusu Dini, Injeksi Vitamin K1, Pemberian salep/tetes mata antibiotic,
Pemberian imunisasi (injeksi vaksin Hepatitis B0).
Pelayanan Neonatal Esensial setelah lahir (6 jam – 28 hari), meliputi konseling
perawatan bayi baru lahir dan ASI eksklusif, memeriksa kesehatan dengan
menggunakan pendekatan MTBM, Imunisasi Hepatitis B injeksi untuk bayi usia <
24 jam yang lahir tidak ditolong tenaga kesehatan dan Pemberian vitamin K1 bagi
yang lahir tidak di fasilitas pelayanan kesehatan atau belum mendapatkan injeksi
vitamin K1.
B. Definisi Operasional
Persentase Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang mendapatkan pelayanan
kesehatan adalah jumlah BBLR yang mendapatkan pelayanan kesehatan di satu wilayah
kerja dalam kurun waktu satu tahun terhadap jumlah BBLR yang ada dalam kurun waktu
yang sama dikali 100%.
C. Satuan :
Persen (%)
F. Cara Perhitungan :
Jumlah BBLR yang mendapatkan
pelayanan kesehatan di satu wilayah kerja
Persentase Bayi dengan dalam kurun waktu satu tahun
Berat Badan Lahir = x 100%
Rendah (BBLR) yang Jumlah BBLR yang ada dalam kurun
mendapatkan pelayanan waktu yang sama
kesehatan
Persentase Remaja Putri mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) Puskesmas N pada tahun
2019 adalah
638/760 = 83,94%
Catatan :
Nama remaja putri yang dicatat tidak berulang;
Tablet tambah darah diberikan kepada semua remaja putri usia 12 – 18 tahun, tidak
memandang bersekolah formal atau tidak bersekolah;
Untuk remja putri di sekolah, tablet tambah darah diberikan kepada semua tingkatan
kelas (kelas 7 – 9, kelas 10 – 12) selama remaja putri tersebut masih terkategori usia 12
– 18 tahun
G. Pembuktian /Sumber Data
1) Kartu kontrol tablet tambah darah remaja putri;
2) Pencatatan pada Posyandu Remaja;
3) Laporan UKS;
4) Laporan bulanan surveilans gizi.
F. Cara Perhitungan :
Jumlah balita kurus yang mendapatkan
makanan tambahan di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu satu tahun
Persentase balita kurus
= x 100%
yang mendapatkan
Jumlah balita kurus yang ada di satu
makanan tambahan
wilayah kerja dalam kurun waktu tahun
yang sama
Total 7 3 5 42,85
Maka kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan Puskesmas A bulan Oktober –
Desember tahun 2019 adalah :
3 / 7 *100% = 42,85%
23) Persentase Bayi yang Baru Lahir mendapat Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
A. Pengertian :
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses menyusui dimulai segera setelah lahir. IMD
dilakukan dengan cara kontak kulit ke kulit antara bayi dengan ibunya segera setelah lahir
dan berlangsung minimal 1 (satu) jam.
B. Definisi Operasional
Persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD adalah jumlah bayi baru lahir hidup yang
mendapat IMD terhadap jumlah bayi baru lahir hidup dikali 100%
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Bayi Baru Lahir
E. Target :
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
F. Cara Perhitungan :
Jumlah bayi telah mencapai usia 5 bulan
29 hari mendapat ASI Eksklusif
Persentase bayi usia 6 = x 100%
bulan mendapat ASI Jumlah bayi telah mencapai 5 bulan 29
Eksklusif Hari
25) Persentase Anak Usia 0-11 Bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap
A. Pengertian :
Anak usia 0-11 bulan adalah seluruh anak usia 0-11 bulan (sebelum usia 1 tahun) yang
berdomisili di Kota Pontianak pada waktu satu tahun;
Imunisasi dasar lengkap (IDL) adalah imunisasi yang diperoleh seorang anak berusia 0-
11 bulan yang meliputi imunisasi HB O, BCG, DPT-HB-Hib 1-3, Polio 1-4 dan MR.
B. Definisi Operasional
Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap dalam satu
wilayah tertentu dalam waktu satu tahun.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran
Jumlah anak usia 0-11 bulan di wilayah kerja Puskesmas dalam waktu satu tahun.
E. Target :
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
F. Cara Perhitungan :
Nominator : Jumlah anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap di satu
wilayah tertentu dalam waktu satu tahun.
Denominator : Jumlah seluruh anak usia 0-11 bulan di satu wilayah tertentu dalam waktu
yang sama.
200
X 100% = 80 %
250
G. Pembuktian/Sumber Data:
1) Laporan hasil pelayanan Puskesmas;
2) Laporan hasil pelayanan Posyandu;
3) Laporan hasil pelayanan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan hasil pelayanan Dokter Praktek Swasta;
5) Laporan hasil pelayanan RS/RSIA.
H. Rujukan :
1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Imunisasi;
2) Modul Pelatihan Imunisasi Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2019.
F. Cara Perhitungan
Jumlah kasus AFP non polio pada anak usia
< 15 tahun yang dilaporkan di satu wilayah
Non Polio AFP Rate per
kerja dalam waktu satu tahun
100.000 penduduk < 15
= x 100%
tahun
Jumlah penduduk < 15 tahun di satu wilayah
kerja dalam kurun waktu yang sama
Catatan :
Nominator : Jumlah kasus AFP non polio pada anak usia < 15 tahun yang dilaporkan di
satu wilayah kerja dalam waktu satu tahun.
Denominator : Jumlah penduduk < 15 tahun di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang
sama.
Contoh cara perhitungan :
Jumlah penduduk < 15 tahun di Kabupaten A tahun 2020 sebanyak 160.743 jiwa, berarti
target yang harus dicapai dalam 1 tahun adalah 3 kasus. Selama tahun 2020 telah
ditemukan 8 kasus AFP dan hasil lab nya tidak ditemukan virus polio, maka angka AFP
Non Polio rate nya sebesar :
345.000
X 100% = 68,18%
506.000
G. Pembuktian/Sumber Data:
1) Register SIPTM (Surveilans Penyakit Tidak Menular);
Catatan :
Nominator : Jumlah penderita diabetes melitus usia ≥15 tahun di dalam wilayah kerjanya
yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
Denominator : Jumlah estimasi penderita diabetes melitus usia ≥15 tahun yang berada di
dalam wilayah kerjanya berdasarkan angka prevalensi kab/kota dalam kurun waktu satu
tahun yang sama.
Contoh cara perhitungan:
Dari upaya penjaringan skrining kesehatan sesuai standar di Puskesmas “S” ditemukan 400
kasus DM baru. Berdasarkan estimasi jumlah penderita DM usia ≥15 di wilayah tersebut
adalah sebesar 690 orang. Sehingga persentase penderita DM yang mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar adalah:
400
X 100% = 67,7%
590
Jadi capaian pelayanan DM di Puskesmas tersebut hanya 67,7%, dari estimasi penderita
DM usia ≥15 tahun yang harus dilayani di wilayah tersebut, sehingga perlu strategi untuk
menjangkau penderita DM yang belum terlayani sesuai standar ataupun sama sekali belum
mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas tersebut.
G. Pembuktian/Sumber Data:
1) Register SIPTM (Surveilans Penyakit Tidak Menular);
2) Laporan Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu);
3) Buku Penjaringan PTM (Penyakit Tidak Menular).
29) Persentase ODGJ berat yang mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa sesuai standar
(SPM)
A. Pengertian :
a. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis;
b. Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya
gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau
hambatan dalam melaksanakan peran sosialnya. Gangguan jiwa ini dapat ringan, sedang
ataupun berat;
c. Kesehatan Jiwa adalah bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari kesehatan dan
merupakan unsur utama dalam menunjuang terwujudnya kualitas hidup manusia yang
utuh;
d. Pelayanan kesehatan pada ODGJ berat sesuai standar bagi psikotik akut dan Skizofrenia
meliputi:
- Pemeriksaan kesehatan jiwa;
- Edukasi.
B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar bagi
ODGJ Berat, dinilai dari jumlah ODGJ berat yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran
Jumlah ODGJ berat di wilayah kerja Puskesmas yang mendapatkan pelayanan kesehatan
jiwa sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
E. Target :
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
Catatan :
Nominator : Jumlah ODGJ berat di wilayah kerja Puskesmas yang mendapatkan pelayanan
kesehatan jiwa sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
Denominator : Jumlah ODGJ berat berdasarkan proyeksi di wilayah kerja Puskesmas
dalam kurun waktu satu tahun yang sama.
Contoh cara perhitungan:
Estimasi/perkiraan target sasaran kinerja di Puskesmas B di tahun 2018 adalah 15 ODGJ
berat. Namun hanya 12 dari proyeksi 15 kasus yang medapatkan pelayanan kesehatan jiwa
sesuai standar.
Sehingga capaian kinerja Puskesmas B dalam kurun waktu satu tahun adalah:
12/15 x 100% = 80%
G. Pembuktian/Sumber Data:
1) Pencatatan dan Laporan;
2) Monitoring dan Evaluasi.
H. Rujukan :
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.
30) Persentase WUS Usia 30-50 Tahun yang Melakukan Pemeriksaan Deteksi Dini kanker
Payudara dan Kanker Leher Rahim
A. Pengertian :
a. Sasaran indikator ini adalah perempuan usia 30-50 tahun yang berdomisili di Kota
Pontianak;
G. Pembuktian/Sumber Data:
1) Buku Register Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara;
2) Blanko Laporan Hasil Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara;
3) Blanko Pemeriksaan IVA dan Payudara;
4) Pelayanan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim (IVA/Papsmear) dan Kanker Payudara di
Puskesmas dan Bidan/Dokter Praktek Swasta.
H. Rujukan :
1) Kepmenkes RI No. 1479/MenKes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular
Terpadu;
2) Pedoman Surveilans Penyakit Tidak Menular, Ditjen P2PL, Direktorat Pengendalian
Penyakit Tidak Menular Tahun 2014;
3) Petunjuk Teknis Surveilans Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular Berbasis Posbindu,
Ditjen P2PL, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Tahun 2014;
4) Modul TOT Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Ditjen P2PL,
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Tahun 2012;
5) Buku Acuan Pencegahan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim, Ditjen P2PL,
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Tahun 2013;
6) Buku Pedomam Manajemen Penyakit Tidak Menular Tahun 2019.
F. Cara Perhitungan :
Jumlah orang usia 15-59 tahun di wilayah
kerja Puskesmas yang mendapat
Persentase orang usia 15-59 pelayanan skrining kesehatan sesuai
tahun mendapatkan = standar dalam kurun waktu satu tahun
x 100%
skrining kesehatan sesuai
standar Jumlah orang usia 15-59 tahun di wilayah
kerjanya dalam kurun waktu satu tahun
yang sama
Catatan :
Nominator : Jumlah orang usia 15-59 tahun di wilayah kerja Puskesmas yang mendapat
pelayanan skrining kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
Denominator : Jumlah orang usia 15-59 tahun di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu
tahun yang sama.
Contoh cara perhitungan:
Di Kabupaten “F” terdapat 6000 warga negara berusia 15–59 tahun. Rincian yang
berkunjung ke Puskesmas dan jaringannya serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
yang bekerja sama dengan pemerintah daerah adalah sebagai berikut :
Fasilitas Pelayanan Jumlah Kunjungan Jumlah yang Keterangan
Kesehatan Warga Negara Usia Dilayani Sesuai
15-59 Standar
Hasil rekapitulasi pada tahun itu, warga negara berusia 15–59 yang berkunjung adalah
sebanyak 5000 orang. Sebanyak 4850 orang mendapat pemeriksaan obesitas, hipertensi
dan diabetes melitus, pemeriksaan ketajaman penglihatan dan pendengaran serta
pemeriksaan gangguan mental emosional dan perilaku sesuai standar.
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten “F” dalam memberikan pelayanan skrining
kesehatan warga negara usia 15–59 th adalah 4850/6000 x 100 % = 80,83 %.
Catatan : Mengingat Jumlah kunjungan masih 5000 orang diperlukan rencana strategis
tahun depan untuk menjangkau 1000 orang yang belum berkunjung. Perlu di analisis
sebab-sebab mereka belum berkunjung apakah persoalan sosialisasi, akses, sudah
memeriksa sendiri atau tidak mau mendapat pelayanan skrining.
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus mempunyai strategi untuk menjangkau seluruh
warga negara usia 15-59 tahun agar seluruhnya dapat memperoleh pelayanan skrining
sesuai standar setahun sekali.
G. Pembuktian/Sumber Data:
1) Laporan fasilitas pelayanan kesehatan;
2) Rapor Kesehatanku untuk peserta didik SMP/MTs, SMA/MA/SMK;
3) Laporan monitoring faktor risiko PTM berbasis Posbindu, Posyandu, Screning Remaja
di sekolah;
4) Laporan monitoring faktor risiko PTM berbasis FKTP (PANDU);
5) Portal web PTM Register SIPTM (Surveilans Penyakit Tidak Menular);
6) Laporan Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu);
7) Buku Penjaringan PTM (Penyakit Tidak Menular).
H. Rujukan :
1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
F. Cara Perhitungan :
Jumlah rumah/bangunan tidak terdapat
jentik
Angka Bebas Jentik = X 100%
Jumlah rumah/bangunan diperiksa
Contoh :
Jumlah rumah di Kota X yang tidak terdapat jentik sebanyak 350.000
Jumlah rumah yang diperiksa (PSN-PJB) 400.000
Angka Bebas Jentiknya adalah :
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Jumlah penderita DBD yang ditemukan di satu wilayah dalam kurun waktu satu tahun.
E. Target :
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
F. Cara Perhitungan :
Jumlah Penderita DBD yang ditangani
Cakupan Penderita di satu wilayah dalam satu tahun
Demam Berdarah Dengue = Jumlah penderita DBD yang ditemukan X 100 %
(DBD) yang ditangani di satu wilayah dalam satu tahun yang
sama
Catatan:
Nominator : Jumlah penderita DBD di dalam wilayah kerjanya yang mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
Denominator : Jumlah estimasi Jumlah penderita DBD di dalam yang berada di dalam
wilayah kerjannya berdasarkan angka prevalensi kab/kota dalam kurun waktu satu tahun
yang sama.
Contoh Perhitungan :
Pada tahun 2024 di Kota Pontianak ditemukan penderita DBD sebanyak 73 kasus, dan
yang ditangani sesuai standar 73 kasus :
Penderita DBD yang 73
= X 100 % = 100 %
ditangani 73
34) Persentase orang dengan risiko terinfeksi HIV mendapatkan pelayanan deteksi dini
HIV sesuai standar (SPM)
A. Pengertian
Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada orang dengan risiko terinfeksi HIV sesuai
standar meliputi:
a. Edukasi perilaku beresiko;
b. Skrining
Orang dengan risiko terinfeksi virus HIV yaitu :
a. Ibu hamil, yaitu setiap perempuan yang sedang hamil;
35) Persentase Penderita baru HIV yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
A. Pengertian :
Jumlah penderita baru HIV/AIDS yang ditemukan pada kurun waktu tertentu di bagi
jumlah penduduk dalam waktu yang sama di kali 100% (seratus persen).
B. Definisi Operasional.
Pemerintah daerah kabupaten/kota wajib memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar
kepada setiap individu yang terinfeksi virus HIV.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Penduduk dan kelompok faktor resiko di wilayah kerja Kabupatren/Kota dalam kurun
waktu 1 (satu) tahun.
0,015%
0,015% 0,015% 0,015% 0,015%
Contoh Perhitungan :
Kota “P” melakukan pemeriksaan test HIV pada masyarakat, didapatkan jumlah penderita
HIV sebanyak 95 orang pada kurun waktu tertentu (tahun 2024). Sedangkan jumlah
penduduk kota “P” pada tahun tertetentu (tahun 2024) berjumlah 641.661 jiwa. Jadi
persentase angka insiden rate HIV di Kota “P” sebesar:
95
0rang X 100% = 0.014%
641.661
G. Pembuktian /Sumber Data :
1) Semua penduduk dan kelompok resiko mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar;
2) Penduduk yang sudah terdekteksi HIV AIDS harus mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar;
3) Pertemuan evaluasi dan tindak lanjut program HIV;
4) Laporan SIHA.
H. Referensi :
1) Keppres No.75 tahun 2006 mengamanatkan perlunya peningkatan upaya pengendalian
HIV AIDS;
2) Mengacu kepada Permenkes No 21 tahun 2013 tentang penanggulangan HIV AIDS;
3) Peraturan Daerah No. 11 tahun 2012 tentang pencegahan dan penangulangan HIV
AIDS;
4) Buku Pedoman Penerapan Terapi HIV pada Anak, Kemenkes RI 2014;
5) Unit cost mengacu pada Perda dan atau standar biaya yang berlaku di daerah setempat;
6) Pengadaan Set Peralatan Kesehatan mengacu pada Permenkes No. 75 Tahun 2014
tentang Puskesmas;
F. Cara Perhitungan :
Jumlah penderita baru MB yang menyelesaikan 12 dosis
RFT Rate MB = dalam 12 – 18 bulan x 100%
Jumlah Seluruh penderita baru MB yang mulai MDT
(Multi Drug Terapi) pada periode kohort tahun yang
sama
Contoh Perhitungan :
- Jumlah penderita baru MB yang menyelesaikan 12 dosis dalam 12 – 18 bulan ada 10
orang;
- Jumlah Seluruh penderita baru MB yang mulai MDT pada periode kohort tahun yang
sama 10 orang;
- RFT Rate MB adalah 10/10 x 100% = 100% (untuk penghitung PB juga sama).
G. Langkah - langkah Kegiatan
a. Tatalaksana Penderita
Penemuan Penderita;
Diagnosa dan Klasifikasi;
Pengobatan dan pengendalian pengobatan;
Pencegahan cacat dan perawatan diri;
Rehabilitasi Medik.
b. Tatalaksana Program
Perencanaan;
Pelatihan;
Penyuluhan dan advokasi;
Supervisi;
Pencatatan dan Pelaporan;
Monitoring dan Evaluasi.
Pengelolaan Logistic
H. Pembuktian /Sumber Data :
1) Dokter Umum /Dokter Spesialis Kulit Kelamin;
2) Perawat;
3) Pengelola Program Kusta.
I. Rujukan :
1) Buku Pedoman Nasional Pengendalian Kusta Depkes RI (Dirjen P2PL 20017);
F. Cara Perhitungan :
Jumlah Penderita DBD yang ditangani
Cakupan Penderita Demam di satu wilayah dalam satu tahun
Berdarah Dengue (DBD) = Jumlah penderita DBD yang ditemukan X 100 %
yang ditangani di satu wilayah dalam satu tahun yang
sama
Contoh Perhitungan
Pada tahun 2016 di Kota Pontianak ditemukan penderita DBD sebanyak 73 kasus, dan
yang ditangani sesuai standar 73 kasus :
Penderita DBD 73
= X 100 %
yang ditangani 73
G. Pembuktian /Sumber Data :
1) Sistem Informasi Puskesmas;
2) Pengelola Program DBD dan PSN Puskesmas.
H. Rujukan :
1) Pedoman Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia (Kemenkes RI Dirjen
P2PL) Tahun 2013;
2) Petunjuk Teknis PSN DBD oleh Jumantik (Kemenkes RI Dirjen P2PL Direktorat
P2B2);
3) Peraturan Menteri Kesehatan RI (No.374/Menkes/Per/III/2010) tentang Pengendalian
Vektor;
4) Peraturan Daerah Kota Pontianak No. 13 Tahun 2012 tentang Penanggulangan Penyakit
Menular;
5) Peraturan Walikota Pontianak No. 14 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit
Menular;
38) Persentase Orang terduga TBC mendapatkan pelayanan TBC sesuai standar (SPM)
A. Pengertian
- Pernyataan Standar
Setiap orang terduga Tuberkulosis (TBC) mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar. Pemerintah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan sesuai
standar kepada orang terduga TBC di wilayah kerja Kabupaten/Kota tersebut dalam
kurun waktu satu tahun.
- Pengertian
Pelayanan orang terduga TBC sesuai standar bagi orang terduga TBC meliputi :
1) Pemeriksaan klinis;
2) Pemeriksaan penunjang;
3) Edukasi.
B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan sesuai standar
bagi orang dengan terduga TBC dinilai dari persentase jumlah orang terduga TBC yang
mendapatkan pelayanan TBC sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu
tahun.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran
Jumlah orang yang terduga TBC di wilayah Kota Pontianak.
E. Target
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
Catatan:
a) Orang terduga TB adalah seseorang yang menunjukkan gejala batuk > 2 minggu disertai
dengan gejala lainnya;
b) Nominator : Jumlah orang terduga TBC yang dilakukan pemeriksaan penunjang dalam
kurun waktu satu tahun;
c) Denominator : Jumlah orang yang terduga TBC dalam kurun waktu satu tahun yang
sama.
Contoh cara perhitungan:
Jumlah penduduk Kabupaten “K” adalah 1.500.000 jiwa. Pada tahun 2018 dilakukan
skrining pada kelompok risiko terkena TB (Rumah tahanan, pondok pesantren, keluarga
penderita TBC, penderita HIV dll). Dari 200.000 yang diperiksa, 20.000 menunjukkan
gejala TBC. Untuk memastikan adanya penyakit TBC 15.000 orang dilakukan
pemeriksaan lanjutan di fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan dahak.
Perhitungan:
- Jumlah orang terduga TBC : 20.000;
- Jumlah terduga TBC yang dilayani sesuai standar : 15.000;
- Capaian kinerja : (15.000 / 20.000) x 100 % = 60 %.
Kesimpulan : Capaian kinerja Pemerintah Daerah (SPM) belum tercapai.
Catatan : Mengingat capaian pelayanan terduga TBC sesuai standar masih dibawah target,
diperlukan rencana strategis tahun depan untuk menjangkau orang yang mendapat
pelayanan dan ditatalaksana sesuai standar. Perlu di analisis sebab-sebab masyarakat
belum berkunjung apakah persoalan sosialisasi, akses, sudah memeriksa sendiri atau tidak
mau mendapat pelayanan terduga TBC.
G. Pembuktian/ Sumber Data
1) Register TB ( TB 06 UPK ) di Puskesmas;
2) Register TB ( TB 03 UPK ) di Puskesmas;
Indikator Puskesmas Kota Pontianak Th. 2020-2024 Page 73
3) Laporan Triwulan TB Puskesmas;
H. Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.
a. Pembilang
Jumlah TFU yang memenuhi syarat kesehatan berdasarkan hasil Inspeksi Kesehatan
Lingkungan sesuai standar.
b. Penyebut
Jumlah TFU yang teregistrasi
c. Konstanta
Persentase (%)
Cara Perhitungan
Contoh : Apabila kelurahan X Memiliki sepuluh (10) Tempat-Fasilitas umum
tergeristrasi, dan hanya lima (5) Tempat-Fasilitas umum dikelurahan tersebut
yang memenuhi persyaratan kesehatan maka perhitungannya adalah : lima (5)
Tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan dibagi Sepuluh (10)
Tempat-tempat umum yang teregistrasi di kelurahan X dikali seratus persen
(5:10 X 100%).
G. Pembuktian Sumber Data
1) Aplikasi e-Monev Kementerian Kesehatan;
2) Form hasil Inspeksi Sanitasi Kesehatan Lingkungan (IKL) TTU;
3) Laporan Triwulan Kegiatan Pengawasan dan Pembinaan TTU (form profil Kesling).
H. Referensi
1) Permenkes No. 80 / Menkes / Per / II / 1990 tentang Persyaratan Kesehatan Hotel;
2) Permenkes No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
3) Kepmenkes no. 1204 /Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit;
4) Kepmenkes No. 1429/Menkes/SK/XII/2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan di Lingkungan Sekolah;
5) Peraturan Daerah Kota Pontianak No 17 TAhun 2002 tentang Perizinan Usaha Hotel
dan Penginapan.
F. Perhitungan/Rumus
a. Rumus Jumlah TPM yang memenuhi
syarat kesehatan
Persentase Tempat Pengolahan Makan X 100%
=
(TPM) memenuhi syarat kesehatan
Jumlah TPM yang terdaftar
b. Pembilang
Jumlah TPM yang memenuhi syarat
c. Penyebut
Jumlah TPM yang terdaftar
d. Konstanta
Persentase (%)
Cara Perhitungan :
Contoh : Apabila kelurahan X Memiliki sepuluh (10) Tempat pengolahan makanan yang
terdata, dan hanya lima (5) Tempat pengolahan makanan dikelurahan tersebut yang
memenuhi persyaratan kesehatan maka perhitungannya adalah : lima (5) Tempat
pengolahan makanan yang memenuhi syarat kesehatan dibagi Sepuluh (10) Tempat
pengolahan makan yang terdata di kelurahan X dikali seratus persen (5:10 X 100%).
G. Pembuktian dan Sumber Data
1) Aplikasi e-Monev Kementerian Kesehatan;
2) Form hasil Inspeksi Sanitasi Kesehatan Lingkungan (IKL) TPM;
3) Laporan Triwulan Kegiatan Pengawasan dan Pembinaan TPM (form profil Kesling).
H. Referensi
1) Kepmenkes RI No. 942 Menkes / SK / VII / 2003 tentang pedoman persyaratan hygiene
sanitasi makanan jajanan;
2) Kepmenkes No. 1098 / Menkes / SK / VII / 2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi
rumah makan dan restoran;
- Ketersedian adalah penilaian ada/tidak dengan angka 1 jika tersedia, angka 0 jika tidak
tersedia khusus untuk item nomor 8 dan 10 ketersedian diberi angka 1 jika salah satu
atau kedua jenis tersebut tersedia.
B. Definisi Operasional
Ketersediaan 20 (dua puluh) obat indikator di Puskesmas setiap bulan pada tahun berjalan.
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Daftar 20 (dua puluh) obat indikator dan vaksin essensial
E. Target
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
Catatan :
Nominator : Jumlah Persentase Capaian Masing-masing Indikator Peresepan setiap bulan
Denominator : Jumlah Komponen Indikator Peresepan
Contoh cara perhitungan
- Menggunakan form penggunaan obat rasional;
- Dilakukan setiap hari oleh petugas Puskesmas/Pustu;
- Sampel pasien diambil dari resep/register harian, 1 pasien/hari untuk setiap diagnosis
min 25 pasien dari tiap diagnosis per bulan;
- Apabila hari tersebut tidak ada pasien dengan diagnosis tsb diisi dengan pasien hari
berikutnya ds;.
- Bila pasien dengan diagnosis tsb lebih dari, diambil pasien dengan urutan pertama;
- Obat racikan dituliskan rincian obatnya;
- Jenis obat termasuk obat luar, obat minum dan injeksi;
- Injeksi tidak termasuk imunisasi;
- Proses perhitungan.
a = Persentase Penggunaan antibiotik pada ISPA Non Pneumonia (angka riil)
b = Persentase Penggunaan antibiotik pada Diare Non Spesifik (angka riil)
c = Persentase Penggunaan injeksi pada Myalgia (angka riil)
d= 100%
4
Bila hasil perhitungan Persentase AB pd ISPA non pneumonia : 1%,
Persentase AB pada diare non spesifik : 1%,
Persentase inj pada myalgia : 0%,
Rerata item obat per R/ : 5,5.
Sehingga Persentase POR adalah :
Persentase AB pada ISPA non pneumonia : 1% < 20% Capaian 100%
Persentase AB pada diare non spesifik : 1% < 8% Capaian 100%
- Pembilang : Jumlah posyandu purnama mandiri di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu;
- Penyebut : Jumlah seluruh posyandu di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang
sama;
- Ukuran/konstanta : Persentase (%).
Contoh Perhitungan
Jumlah seluruh posyandu purnama mandiri di satu wilayah kerja ada = 75 buah
Persentase Posyandu Purnama Mandiri di satu wilayah kerja ada = 30 buah
Persentase posyandu Purnama Mandiri = 30 x 100% = 40 %
75
G. Pembuktian/ Sumber Data
Laporan Bulanan Posyandu
H. Referensi
1) Pedoman buku ARRIF (manajemen ARRIF);
2) Pedoman Revitalisasi Posyandu.
F. Cara Perhitungan :
£ Keluarga dengan IKS >0,800
IKS Tingkat RT/RW/Kelurahan = ______________________________ x 100%
£ Seluruh Keluarga di RT/RW/Kelurahan
G. Pembuktian / Sumber Data :
1) Instrumen Keluarga Sehat / Profil Kesehatan Keluarga;
49) Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik (RRNS) Puskesmas
A. Pengertian
Indikator untuk mengetahui optimalnya koordinasi dan kerjasama antara FKTP dengan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan sehingga sistem rujukan terselenggara sesuai
indikasi medis dan kompetensinya.
B. Definisi Operasional
Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik merupakan indikator untuk
mengetahui kualitas pelayanan di FKTP, sehingga sistem rujukan terselenggara sesuai
indikasi medis dan kompetensinya.
C. Rumus Perhitungan Kinerja :
a) Indikator Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik (RRNS) dihitung dengan
formulasi perhitungan sebagai berikut:
RRNS = jumlah rujukan kasus non spesialistik jumlah rujukan FKTP x 100%
Keterangan :
50) Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik (RRNS) BPJS
A. Pengertian
Indikator untuk mengetahui optimalnya koordinasi dan kerjasama antara FKTP dengan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan sehingga sistem rujukan terselenggara sesuai
indikasi medis dan kompetensinya.
Keterangan :
1) Perhitungan Rasio Peserta Prolanis HT Terkendali merupakan perbandingan antara
jumlah pasien HT yang terdaftar sebagai peserta Prolanis dengan tekanan darah
terkendali dengan jumlah peserta terdaftar di FKTP dengan diagnosa HT dikali
100% (seratus persen);