Anda di halaman 1dari 2

NAMA : BARENDRA SUGARA .

C
NIM : 12302193018
MATKUL : HERMENEUTIKA
REVIEW
PEMIKIRAN HERMENEUTIKA MARTIN HEIDEGGER
Martin Heidegger lahir di kota kecil MeBkirch dekat Freiburg pada tanggal26 September
1889. Latar belakang Heidegger berasal dari keluarga Katolik Roma yang saleh dan
sederhana. Ayahnya adalah seorang koster gereja St. Martin. Pertamanya Heidegger masuk
fakultas teologi tetapi setelah empat semester ia meninggalkan studi tentang teologi dan
mengalihkan perhatiannya kepada studi filsafat dan mengikuti kuliah tentang ilmu alam dan
ilmu kemanusiaan. Heidegger memperoleh gelar “doktor filsafat”, padaabad ke-14 atau
sekitar tahun 1913 dengan disertasi tentang Die Lehre vom Urteil im Psichologismus (Ajaran
tentang putusan dalam psikologisme). Sebelum meninggal ia hidupdalam kesepian di sebuah
pondokTodtnauberg didaerah Schwarzwald (Hutan Hitam). Ia meninggal dunia padatanggal
26 Mei 1976 dan dikebumikan di sebelah makam orang tuanya di kota asalnya, Messkirch.
Pemikiran Heidegger
Memahami proyek filosofis pemikiran Martin Heidegger, akan lebih bijaksana apabila
memulainya dengan memahami fenomenologi. Kata fenomenologi berarti ilmu logos tentang
hal-hal yang menampakkan diri phainomenon. Dalam bahasa Yunani phainesthai berarti
‘yang menampakkan diri. Dalam arti luas fenomenologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang
fenomen-fenomen atau apa saja yang tampak. Dalam hal ini fenomenologi merupakan sebuah
pendekatan filsafat yang berpusat pada analisis terhadap gejala yang membanjiri kesadaran
manusia. Kesadaran tidak pernah perawan, ia selalu di batasi oleh situasi kesadaran itu.
Dengan demikian jika berbicara secara radikal bukan kesadaran yang lebih utama daripada
ada, melainkan sebaliknya, ada lebih utama daripada kesadaran. Kesadaran adalah cara ada
menampakkan diri. Melihat kelupaan ada dalam tradisi metafisika Barat tradisional ,
Heidegger kemudian mengusulkan proyek destruksi metafisika melalui Dasein. Heidegger
menyatakan bahwa untuk dapat bertanya, pastilah penanya punya pengetahuan yang kabur
tentang hal yang ditanyakan. Bagi Heidegger di antara sekian banyak entitas yang ada, satu-
satunya entitas yang paling bisa untuk menanyakan pertanyaan tersebut adalah manusia.
Hermeneutika Martin Heidegger
Hermeneutika Heidegger berbeda dengan Hermeneutika pendahuluannya, seperti
Schleiermacher dan Dilthy. Hermeneutika Heidegger adalah melakukan penafsiran dengan
membiarkan realitas itu menampakkan diri. Penafsir tidak menaruh kerangka berpikir
miliknya ke dalam sesuatu yang menampakkan diri itu. Hermeneutika Heidegger tidak
bersifat kognitif, melainkan bersifat pra-reflektif. Sebab, bila penafsir menggunakan
interpretasi yang selama ini ia ketahui pada sesuatu tersebut, maka tafsirannya adalah berupa
pantulan pengetahuan dan realitas. Sementara, hermeneutika Heidegger benar-benar hanya
membiarkan fenomen itu tampil apa adanya. Heideger lebih memfokuskan perhatiannya pada
ontologi (eksistensi) merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang hakikat, pembicaraan
tentang hakikat sanggatlah luas, yaitu segala yang ada dan yang mungkin ada yakni realitas,
Realita adalah kenyataan yang nyata. Martin Heidegger mencoba memahami teks dengan
metode eksistensialis. Ia menganggap teks sebagai suatu “ketegangan” dan “tarik-menarik”
antara kejelasan dan ketertutupan, antara ada dan tidak ada. Eksistensi, menurut Heidegger,
bukanlah eksistensi yang terbagi antara wujud transendent dan horizontal. Semakin dalam
kesadaran manusia terhadap eksistensinya, maka sedalam itu pula lah pemahamannya atas
teks; karena itu, teks tidak lagi mengungkapkan pengalaman historis yang terkait dengan
suatu peristiwa. Dengan pengalaman eksistensialnya itulah manusia bisa meresapi wujudnya
dan cara dia bereksistensi sebagai unsur penegas dalam proses memahami suatu teks.
Hemeneutika Faktifitas Menurut Martin Herdegger
Pendasaran filosofis karya Heidegger tidak bisa dilepaskan dari metode fenomenologi.
Heidegger mengurai fenomenologi berdasarkan dasar etimologisnya. Fenomenologi berasal
dari padanan dua kata Yunani phainesthai yang berarti ‘menampakkan diri’ dan
juga logos yang artinya ‘diskursus’. Fenomenologi, dengan demikian, adalah suatu diskursus
tentang hal-hal yang menampakkan diri. Penyatuan hermeneutika dengan faktisitas bukan
berarti bahwa faktisitas menjadi objek pemahaman atau penafsiran. Faktisitas bukanlah teks,
artefak, atau dokumen historis, melainkan kenyataan eksistensial manusia
sebagai dasein. Drama eksistensial dasein yang terlempar ke dunia menimbulkan
‘kecemasan’ (Angst). Dasein tidak tinggal diam dalam situasi ini. Ia ingin memahami
‘keterlemparannya’. Momen di mana ada pemahaman pra-reflektif terhadap keseluruhan
adanya disebut Verstehen (Memahami). Dengan demikian, memahami (Verstehen) itulah
kenyataan yang ditafsirkan, Di sini, ‘memahami’ tidak memiliki objek ini dan itu tetapi cara
primordial Ada menampakkan diri. Verstehen adalah cara dasein bereksistensi.
Kritik
Pemikiran Heidegger dalam memahami sebuah teks dalam bentuk teks maupun lisan sangat
bagus, di mana teks tersebut dimaknai dengan makna sebenarnya dengan mencari fenome
(apa yang tampak) sehingga kita dapat mengambil arti dari tiap Fenomen sehingga kita dapat
mengerti maksud dari teks tersebut.
Namun kekurangan dari pemikiran Heidegger adalah tidak semua bisa memahami dan
mencari fenomen-fenomen yang berada dalam teks, karena terbatas pada pengetahuan dari
penafsir teks, pemikiran Heidegger cukup sulit memahami dari pemikiran Heidegger tersebut.

Anda mungkin juga menyukai