Imam Nurcholis
15000119130314
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
Refleksi Pertemuan 3 : Kelompok 1
Pada pertemuan ini Pak Hans menjelaskan mengenai sifat dasar dari akal
manusia yang selalu mencari objek untuk dijadikan fokus perhatian. Hal tersebut
sangat menarik bagi saya karena penjelasan tersebut sangat terkait dengan
kehidupan saya sehari-hari.
Setelah mengikuti pertemuan ini, saya merasa bahwa ternyata saya masih
belum mampu melakukan epoche seperti apa yang ada dalam filsafat
fenomenologi. Setiap saya melihat suatu fenomena, saya pasti melihatnya
menggunakan asumsi serta nilai standar yang telah saya miliki. Hal tersebut
tentunya membuat saya kurang mampu melihat suatu fenomena secara asli dan
utuh, sehingga saya sangat mudah terkena berita yang kurang tepat dan dapat
dengan mudah terpengaruh narasi yang diberikan oleh berita tersebut. Oleh karena
itu, setelah mengikuti perkuliahan ini saya akan berusaha untuk melihat fenomena
secara asli tanpa disertai asumsi yang saya miliki.
Refleksi Pertemuan 4 : Kelompok 2
Setelah mencoba memahami materi ini, saya merasa justru merasa bahwa
materi ini lebih condong ke eksistensialisme karena membahas mengenai
keterlemparan manusia di dunia. Kemudian Pak Hans menjelaskan bawasannya
filsafat Heidegger memang dapat disebut sebagai filsafat fenomenologi-
eksistensial karena membahas mengenai eksistensi manusia di dunia.
Refleksi Pertemuan 6 : Kelompok 4
Materi yang dibahas pada pertemuan kali ini adalah mengenai filsafat
eksistensialisme menurut Jean Paul Sartre. Tokoh filsafat ini adalah salah satu
tokoh dalam filsafat yang menjadi favorit saya. Saya mengidolakan beliau karena
menurut saya, cara beliau menjelaskan pemikirannya melalui karya sastra
merupakan suatu hal yang sangat keren bagi saya. Dalam pemikirannya, Sartre
menjelaskan bahwa kebebasan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu
kutukan. Dalam kebebasannya itu, manusia dapat memilih pilihan hidup sesuai
kehendaknya. Akan tetapi, dari tiap pilihan tersebut akan selalu muncul
konsekuensi yang menyebabkan kecemasan bagi manusia.
Sangat banyak hal yang dapat saya ambil dari pemikiran Sartre tersebut.
Namun, satu hal yang selalu menjadi pegangan saya adalah bawasannya saya
adalah makhluk yang bebas. Bebas berekspresi, bebas dalam menentukan
kehidupan, dan bebas dalam segala hal. Hanya saja, saya harus siap akan semua
konsekuensi yang timbul dari kebebasan saya tersebut. Sehingga saya mampu
memberikan esensi serta dapat menjadi manusia yang otentik dalam eksistensi
saya.
Refleksi Pertemuan 9 : Kelompok 6
Kierkegaard dan Nietzche sendiri merupakan dua tokoh yang sangat besar
dalam eksistensialisme. Tulisan Kierkegaard mengenai angst, keputusasaan, dan
kehidupan yang otentik dianggap sebagai benih-benih eksistensialisme yang
kemudian memengaruhi banyak pemikir eksistensial lainnya. Sementara Nietzche
melalui pemikirannya, mampu mendobrak pemikiran-pemikiran filsafat terdahulu.
Seperti, ia yang menolak adanya prinsip kesamaan yang dianut demokrasi dan
sosialisme. Prinsip yang diutarakan oleh Immanuel Kant, Universalisme Moral,
juga ditentang oleh Nietzsche.
Materi kali ini membahas mengenai pemikiran Karl Jaspers yang Berfokus
pada eksistensi manusia. Pemikiran Karl Jaspers yang menurut saya menarik
adalah materi mengenai situasi batas (grenzsituation). Situasi batas yang
dimaksud Jaspers adalah situasi yang tidak dapat dilewati. Di sini eksistensi
menemui batas yang tidak dapat dilewati. Namun dengan adanya situasi tersebut,
individu dapat menghayati eksistensinya. Jaspers beranggapan bahwa orang yang
tidak menjalani hidupnya dengan cara eksistensial akan menghilangkan situasi
batas, misalnya kematian. Situasi batas yang dimaksudkan Jaspers adalah
pengalaman-pengalaman yang pada hakekatnya terjadi pada manusia seperi
kematian, perjuangan, penderitaan, kebergantungan pada nasib, dan kesalahan.
Kematian misalnya, menimbulkan rasa takut bagi manusia. namun
menyempurnakan eksistensi, karena kesadaran akan kematian secara tidak
langsung mendesak manusia untuk hidup dengan otentik.
Bahasan mengenai situasi batas tersebut sangat menarik bagi saya karena
saat ini saya merasa bahwa saya sedang berada pada situasi batas eksistensi saya.
Saya dihadapkan dengan pandemi yang memaksa saya untuk selalu mengingat
akan kematian. Dengan memahami materi kali ini saya dapat mengerti bahwa
situasi yang saya alami merupakan situasi yang penting agar saya dapat
memahami eksistensi saya sebagai manusia. Sehingga saya tidak perlu terlalu
takut dengan adanya pandemi ini.
Refleksi Pertemuan 12 : Kelompok 9