Anda di halaman 1dari 21

HERMENEUTIK-FAKTISITAS

"MEMAHAMI SEBAGAI CARA BERADA"

MARTIN HEIDEGGER
UNSUR-UNSUR

Fenomenologi dan Hermeneutika


PEMBAHASAN
Hermeneutik-Faktisitas

Pra-struktur Memahami

Konsep kemewaktuan Memahami

Meninggalkan Hermeneutik Reproduktif

Praktik Hermeneutis Heideggerian


“Perawakan professor Heidegger pendek dan ramping, rambutnya tebal dan hitam
dengan lintasan-lintasan putih. Sewaktu muncul dari pondok skinya, lalu naik ke
puncak bukit dan memberi saya salam, ia berpakaian petani Schwaben, pakaian
yang sering dikenakannya semasa menjabat Rektor di Universitas Freiburg. Sepatu
botnya yang berat dan persegi semakin menegaskan kedekatan hubungannya
dengan tanah.”
Stefan Schimanski, “Foreword” dalam Heidegger, Existence and Being, h. 9
APA ITU FENOMENOLOGI?
“Sebuah pendekatan untuk mendeskripsikan hal-hal sebagaimana kita mengalami
atau menghayatinya, jauh sebelum hal-hal itu kita rumuskan dalam pikiran kita.”

Semboyan Husserl: “Zuruck zu deng Sachen Selbst.”

Term “fenomenologi” dalam Sein und Zeit: logos yang artinya “diskursus” dan
phainesthai yang artinya “menampakkan diri”. Jadi fenomenologi adalah sebuah
diskursus tentang menampakkan diri.
Bagaimana fenomenologi bisa dikatakan
sebagai hermeneutik/interpretasi?

Dengan "membiarkan apa yang memperlihatkan diri itu dilihat dari dirinya
sendiri dengan cara dia memperlihatkan diri dari dirinya sendiri."

Karena permenungan Heidegger dan Seind und Zeit-nya adalah tentang


makna Ada. Maka fenomenologi yang dipraktikkan di dalamnya juga
merupakan seni memahami, hermeneutika.
HERMENEUTIK-FAKTISITAS

MAKSUDNYA?
Dengan hermeneutikanya, Heidegger membiarkan “memahami” sebagai tindakan
primordial menampakkan diri, dan memahami tidaklah lain daripada cara Dasein
bereksistensi.

Hermeneutik-faktisitas lebih tepat dijelaskan sebagai “membiarkan cara ada-nya (sein)


dan cara ke-di-sana-an (da) Dasein, termasuk memahami, tersingkap lewat
interpretasi.

Interpretasi diartikan Heidegger sebagai “membiarkan terbuka”. Dalam hal ini makna
bukan lagi sesuatu yang ada dalam kesadaran penafsir, melainkan berada di sana, di
dalam hal itu sendiri yang menyingkapkan diri kepada penafsir.
POKOK GAGASAN

Hermeneutik Heidegger disebut hermeneutik-faktisitas karena bagi


Heidegger memahami (Verstehen) bukanlah tindakan kognitif, melainkan
merupakan sebuah tindakan primordial Dasein yang bersifat pra-kognitif
atau – dengan istilah lain suatu faktisitas manusia, yakni hal yang tidak
terelakkan dalam diri manusia sebagai manusia. Hermeneutik faktisitas
bertugas menafsirkan tindakan primordial tersebut dalam terang
fenomenologi dengan membiarkan memahami sebagai faktisitas
menampakkan diri.
PRA-STRUKTUR MEMAHAMI

Heidegger tidak meletakkan memahami pada ranah epistemologis, ia meletakkan


memahami pada ranah ontologis.

Heidegger: “Dengan istilah memahami (Verstehen) kita maksudkan sebuah eksistensial


yang fundamental; bukan suatu cara mengenal tertentu, yang berbeda misalnya dari
menjelaskan (Erklaren) dan mengkonsepsi (Begreifen), juga bukan sebuah pengenalan
dalam arti pengertian tematis.”

Memahami bukan lagi persoalan menangkap informasi tentang sesuatu, melainkan


persoalan eksistensial, atau “kemampuan seseorang untuk menangkap kemungkinan-
kemungkinannya sendiri untuk berada.”
PRA-PEMAHAMAN

Bagi Heidegger, memahami suatu makna tidak pernah tanpa presuposisi


(Voraussetzunglos); ia mengandaikan pra-pemahaman (Vorverstandnis) tertentu.

Kata-kata “presuposisi” atau “pra-pemahaman” disini tidak diartikan secara kognitif belaka,
melainkan secara eksistensial, yaitu sebagai cara bereksistensi.

Pra-pemahaman itu terbentuk dari Bewandtnisganzheit, yaitu totalitas keterlibatan kita


dalam praktik-praktik hidup yang kita jalani.

Dengan konsep pra-struktur memahami, Heidegger tidak ingin mengatakan bahwa semua
pemahaman pada akhirnya tergantung pada pra-pemahaman subjektif penafsir. Agar
sebuah teks atau ungkapan asing dapat kita pahami, lebih dahulu harus ada kejelasan
tentang cara bereksistensi atau – dalam istilah teknis – “situasi hermeneutis” pihak penafsir.
POKOK GAGASAN

Jika memahami merupakan faktisitas,


memahami merupakan sebuah disposisi
yang menyeluruh di dalam cara hidup
seseorang. Pemahaman kognitif kita
diarahkan oleh disposisi pra-kognitif itu
tanpa kita sadari, maka di dalam setiap
pemahaman terkandung pra-struktur
memahami yang mengarahkan
pemahaman. Dalam arti ini pemahaman
aktual kita mengandung presuposisi
yang tidak kita sadari.
KONSEP KEMEWAKTUAN MEMAHAMI

(ZEITLICHKEIT DES VERSTEHENS)

Heidegger memiliki pendirian yang berbeda dengan pendahulunya, baginya memahami


selalu mengarah ke masa depan.

Apa maksudnya?
Prioritas pada masa depan itu merupakan konsekuensi logis dari konsep Versetehen
sebagai kemampuan Dasein untuk menangkap kemungkinan-kemungkinannya untuk
bereksistensi. “Memahami sudah selalu mengantisipasi sesuatu yang belum ada”.

Memahami selalu terikat dengan Entwurf (proyeksi).

Heidegger: “Sebagai proyeksi, memahami adalah cara berada Dasein di mana ia adalah
kemungkinan-kemungkinan sebagai kemungkinan-kemungkinan.”
"TIGA BESAR" ARTIKULASI

VORHABE VORSICHT VORGRIFF


(RENCANA) (KEWASPADAAN) (ANTISIPASI)
“memiliki lebih dahulu” “melihat lebih dahulu” “menangkap lebih dahulu”
POKOK GAGASAN

Sebagai faktisitas, memahami selalu terarah ke masa depan karena


Dasein itu mewaktu, yakni mengantisipasi kemungkinan-
kemungkinannya sendiri. Memahami berciri proyektif. Dalam arti ini juga
pra-struktur memahami berorientasi pada masa depan, dan menafsir
merupakan makna bagi masa depan.
MENINGGALKAN HERMENEUTIK REPRODUKTIF

Pandangan Heidegger tentang pemahaman dan interpretasi menantang hermeneutik


reproduktif.

Pertama: bila memahami berciri proyektif, yaitu terarah pada masa depan, mustahil
merehabilitasi ataupun mereproduksi makna dari masa silam sebagaimana adanya.

Heidegger: “Dalam proyeksi pemahaman, entitas tersingkap dalam kemungkinannya.”

Why? karena hal yang diinterpretasi bukanlah objek untuk direpresentasi, melainkan
sesuatu untuk disingkap dengan mengantisipasi maknanya.

Kedua: hasil interpretasi juga tidak mungkin tunggal, karena juga tidak ada standar
kebenaran objektif yang tunggal dalam interpretasi.
BAGAIMANA PRAKTIK

HERMENEUTIK-FAKTISITAS?

REFLEKSI HERMENEUTIS HEIDEGGERIAN


DRAMA EKSISTENSI DASEIN

KETERLEMPARAN KESEHARIAN

Authentisitas Inauthentisitas
IRONI ZAMAN KITA

"Intensitas relasi dan


interaksi manusia
dengan telepon pintar"

DIGITALE SEIENDE
TIGA PERSOALAN MENDASAR

KETERLEMPARAN KEHADIRAN KEBERAKHIRAN


( GEWORFENHEIT ) ( GEGENWARTIGKEIT ) ( ENDLICHKEIT )
Antara entitas korporeal dan entitas Antara eksistensi korporeal dan Sein-zum-Tode
digital eksistensi digital (berada-menuju-kematian)

Antara Dasein dan Digi-sein


GESTELL (TERBINGKAI)

"Kaburnya originalitas
dan artifisialitas
dalam pikiran"
GELASSENHEIT (MENGIKHLASKAN)

"Kita dapat menggunakan piranti-piranti teknis, tetapi dengan


penggunaan yang pantas menjaga diri kita sedemikian bebas dari
mereka sehingga kita boleh membiarkan mereka pergi setiap waktu.
Kita dapat memakai piranti-piranti teknis sebagaimana seharusnya
mereka dipakai, dan dengan demikian membiarkan mereka sendirian
saja sebagai sesuatu yang tidak mempengaruhi inti bathiniyah kita."

Martin Heidegger, Discourse of Thinking, h. 11

Anda mungkin juga menyukai