Anda di halaman 1dari 5

Review Film – Red Cliff I & II

Nama : Abdillah Satari Rahim


Nim : 120200102001
Prodi : Peperangan Asimetris

“Red Cliff I & Red Cliff II”

Film diawali dengan bagaimana Perdana Mentri Cao Cao mengendalikan


kaisar dinasti Han yang masih muda belia untuk mengeluarkan titah melakukan
penyerangan dan pengambil alihan terhadap negara-negara Cina bagian selatan.
Cao Cao, Perdana Menteri China pada masa dinasti Han yang juga memimpin
kerajaan provinsi dari keluarga Wei memiliki sifat yang tamak dan rakus. Ia
bercitacita mengalahkan seluruh pesaingnya, dari utara ke selatan, dari timur ke
barat. Sasaran yang pertama dalam meraih cita-citanya tersebut adalah kerajaan
provinsi yang dipimpin oleh keluarga Wu, Liu Bei.
Liu Bei dikenal sebagai orang yang sangat dekat dengan rakyat. Ia
membawa lebih dari 40000 masyarakat sipil dari seluruh negeri China demi
mendapatkan keadilan. Keagungan Liu Bei di hadapan masyarakat membuat Cao
Cao geram dan akhirnya memfitnah Liu Bei. Cao Cao menuduh Liu Bei sebagai
pengkhianat yang akan menggulingkan kaisar. Hal ini membuat kaisar dengan
segera mengutus Cao Cao untuk menghancurkan pasukan Liu Bei.
Menghadapi pasukan Cao Cao yang didukung kaisar, Liu Bei berjalan dari
satu tempat ke tampat yang lain untuk menyelamatkan rakyat. Akhirnya, ia sampai
di negeri Selatan yang dipimpin oleh keluarga Shu.
Melihat kondisi yang tidak menguntungkan, Liu Bei akhirnya
memerintahkan Zhuge Liang yang merupakan orang kepercayaannya untuk
mengajukan proposal kerja sama untuk membentuk aliansi kepada Sun Quan. Liu
Bei dan Sun Quan harus bersatu melawan Cao Cao apabila mereka masih ingin
mempertahankan kekuasaannya. Walaupun awalnya ragu apakah harus menyerah
atau melawan, Sun Quan akhirnya setuju dengan proposal yang Zhuge Liang
bawa.
Review Film – Red Cliff I & II

Berkat loby yang dilakukan oleh Zhuge Liang yang juga memiliki saudara di
Selatan, Zhuge Jun –salah satu orang kepercayaan Shu, Shu dan Wu sepakat untuk
membentuk aliansi melawan kekejaman Wei. Sun Quan pun akhirnya
mengirimkan pasukannya dengan dipimpin oleh saudaranya sendiri, Zhou Yu.
Cao Cao terus mengejar pasukan Liu Bei hingga ke Selatan. Bahkan, Cao
Cao memang sudah sejak lama mengincar daerah Selatan. Bukan sekedar untuk
memperluas wilayah kekuasaannya, tapi juga faktor Xiao Qiao, seorang puteri
bangsawan yang pandai meracik teh dan sangat dikenal kecantikannya. Cao Cao
ingin membawa Xiao Qiao menjadi permaisurinya, padahal Xiao Qiao telah
menikah dengan panglima Shu yang sangat berwibawa, ahli strategi, dan mahir
berpedang, Zhou Yu, yang juga merupakan sahabat raja Shu, Sun Quan.
Dalam pertarungan tersebut, Cao Cao mendirikan perkemahan di seberang
benteng kerajaan Shu, yaitu sebuah tempat dekat Red Cliff yang menjadi batas
pertahanan kerajaan Shu. Sedangkan di antara pasukan Cao Cao dengan pasukan
aliansi Wu dan Shu terbentang sungai yang luas.
Untuk mengetahui informasi dari Wei, ahli strategi Wu, Zhuge Liang
mengutus adik Sun Quan, Sun Shang Xiang menjadi mata-mata dan strategi ini
sangat berhasil. Sepulangnya dari perkemahana tantara Wei Shang Xiang
menunjukkan peta perkemahan Wei yang berhasil di tulisnya pada kain yang
sangat besar. Selain itu Shang Xiang juga berhasil mencuri informasi yang luar
biasa sehingga pasukan aliansi Wu dan Shu mengetahui seberapa besar kekuatan
yang dimiliki pasukan Wei serta mengetahui titik lemah pasukan Wei. Dari
informasi yang berhasil dikumpulkan pihak aliansi kemudian menyusun strategi
untuk mngalahkan pasukan Wei.
Pasukan Cao Cao terus maju masuk ke dalam wilayah kekuasaan Sun Quan.
Namun perjalanan mereka terhenti di sebuah wilayah yang disebut Chi Bi atau
Red Cliff atau Tebing Merah. Di sinilah tentara sekutu Liu Bei & Sun Quan
berdiri bersama mempertahankan laju invasi tentara Cao Cao meskipun gabungan
tentara Liu Bei & Sun Quan tetap kalah dari segi jumlah dibandingkan tentara Cao
Cao. Tentara Cao Cao yang sebagian besar adalah tentara darat harus mampu
bertempur di laut. Pertempuran di Tebing Merah tidak hanya dilakukan di darat,
Review Film – Red Cliff I & II

melainkan di laut juga. Sun Quan memiliki kelebihan karena pihaknya relatif lebih
berpengalaman dalam bidang pertempuran di laut
Pasukan Cao Cao sendiri yang berasal dari Utara tidak biasa berperang di
atas air. Karenanya Cao Cao bekerjasama dengan dua jenderal dari Selatan, Cai
Mao dan Zhang Yun. Kedua orang inilah yang menjadi kunci keberhasilan Cao
Cao bertahan di atas air.
Selain itu, kondisi cuaca yang berubah-ubah di Selatan membuat lebih dari
seratus pasukan Wei mati, terjangkit wabah penyakit. Sedangkan sebagian lagi
hanya bisa berbaring melawan penyakitnya. Wabah menular ini dimanfaatkan oleh
Cao Cao. Ia mengirimkan mayat-mayat yang mati karena wabah ke Red Cliff
untuk menyebarkannya pada pasukan Aliansi.
Pasukan Aliansi yang melihat mayat pasukan musuh segera mengambil
senjata dan perlengkapan yang masih melekat pada tubuh mayat, namun Zhuge
Liang segera memerintahkan orang-orang di sana untuk tidak menyentuhnya
karena wabah ini menular. Sayang, peringatan Zhuge Liang terlambat sehingga
sebagian pasukan dan sebagian besar masyarakat telah terjangkit.
Melihat kondisi seperti ini, Liu Bei mengalami tekanan mental yang luar
biasa. Ia tidak tahan jika harus berperang di tengah wabah penyakit yang menimpa
masyarakatnya. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi meninggalkan wilayah
Selatan, sedangkan perang kini hanya antara Wei dan Shu. Zhuge Liang, yang
menjadi negosiator Aliansi menolak untuk pergi. Ia bertekad akan mengakhiri
perang ini.
Berbagai strategi dipikirkan oleh pasukan Shu yang kalah jumlah dan
persenjataan. Zhuge Liang bertanggungjawab atas pengadaan 100000 anak panah,
sedangkan Zhou Yu bertanggungjawab atas Cai Mao dan Zhang Yun. Akhirnya,
Zhuge Liang dan Zhou Yu bertaruh bahwa jika di antara mereka ada yang tidak
menyelesaikan tanggungjawabnya dalam waktu tiga hari akan dipenggal.
Zhuge Liang membuat strategi untuk mencuri anak panah musuh. Ia
bersama Zhuge Jun mengirimkan 20 kapal beserta awak kapal menuju
perkemahan Cao Cao. Pada setiap kapal ditempatkan puluhan orang-orangan
sawah, sedangkan skema yang ada merupakan sandiwara serangan.
Review Film – Red Cliff I & II

Pasukan musuh yang mengira Shu mulai menyerang menembakkan ratusan


ribu anak panah ke arah kapal Zhuge Liang. Namun, anak panah itu hanya
menancap pada orang-orangan sawah yang telah dipasang di sekitar kapal. Setelah
“mencuri” anak panah musuh, Zhuge Liang pun pulang dengan tertawa,
sedangkan pihak musuh mengira mereka telah menang dalam pertempuran ini.
Di tempat lain Zhou Yu pun membuat sandiwara. Pada saat utusan Cao Cao,
Jiang Gin, yang juga teman masa kecil Zhou Yu melobi untuk mengakhiri perang
dengan penyerahan kekuasaan wilayah Selatan, Zhou Yu membuat cerita yang
menyudutkan panglima Cai Mao dan Zhang Yunn, dua orang panglima Selatan
yang bekerja untuk Cao Cao. Akhirnya, berita ini sampai pada Cao Cao dan Cao
Cao pun termakan strategi Zhou Yu. Ia kemudian memenggal kepala dua orang
panglima yang mengerti peperangan di atas air tadi karena dianggap berkhianat.
Zhou Yu dan Zhuge Liang berhasil memenangkan persiapan pertempuran. Mental
pasukan Cao Cao melemah karena tidak ada panglima yang mengerti peperangan
di atas air.
Melihat kondisi ini, Cao Cao pun menjadi kalut. Ia memutuskan untuk
melakukan serangan pada malam hari karena angin Barat Daya yang bertiup akan
menguntungkan pasukannya. Ia berencana perang menggunakan api. Strategi ini
dianggap akan menjatuhkan Red Cliff ke tangan Wei.
Di tempat lain, Zhuge Liang dan Zhou Yu pun berpikir sama, mereka akan
berperang dengan api, namun angin Barat Daya akan menghancurkan pasukan
sendiri. Tiba-tiba Zhuge Liang melihat awan yang bergerak aneh, dan ia berkata
bahwa pada dini hari angin akan berubah drastis. Angin Timur akan bertiup dan
menguntungkan pasukan Shu. Sayangnya mereka belum menemukan cara untuk
menunda serangan Cao Cao hingga dini hari.
Pasukan Shu yang lebih mengenal alam berhasil memanfaatkan ini dengan
baik, sedangkan Liu Bei yang pergi dari perang, kembali lagi setelah didesak oleh
tiga jenderal ksatrianya. Zhao Yun dari Changsan yang pertama kali memutuskan
untuk bergabung kembali dengan pasukan Zhou Yu, kemudian diikuti oleh Zhang
Fei dan Guan Yu, dua jenderal yang namanya sangat termasyhur pada era The
Three Kingdoms.
Review Film – Red Cliff I & II

Aliansi yang bersatu kembali telah memperkuat pasukan ini, sedangkan


pasukan Cao Cao yang tidak berhasil membaca alam kelimpungan, kapal-kapal
perangnya dibakar oleh pasukan Aliansi dan mereka mengalami kekalahan total.
Sun Quan, Zhou Yu, Liu Bei, Guan Yu, Zhang Fei, dan Zhao Yun berhasil
mengepung perkemahan Cao Cao. Dalam kondisi terdesak, dengan pasukan yang
tidak ada lagi tersisa, Cao Cao menyerah. Sun Quan yang memiliki wewenang
penuh atas wilayah Selatan menyuruh Cao Cao kembali dan meralat ucapannya di
hadapan Kaisar. Maka, kemenangan pun menjadi milik Shu dan Wu.

Penutup:
Kalau dilihat sebenarnya kemenangan akan berada di pihak Cao Cao melihat
kekuatan tempur pasukan Wei yang dipimpin oleh Cao Cao memiliki jumlah
pasukan (manpower) yang banyak serta logistik perang yang mumpuni dan
strategi Cao Cao di perang pemuncak, akan tetapi karena perencanaan yang
matang oleh 2 penasehat perang pasukan aliansi lawan pasukan Cao Cao akhirnya
berhasil dikalahkan.
Dalam perang tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pasukan yang
banyak belum tentu dapat mengalahkan pasukan yang jumlahnya lebih sedikit.
Dibutuhkan strategi, kecerdasan, kesabaran, dan kepemimpinan yang baik dan
bijaksana untuk dapat memenangkan perang dengan kekuatan tempur yang tidak
seimbang.

Anda mungkin juga menyukai