Bekerja sama dengan Houji, ia berhasil merancang sistem kendali banjir yang penting
di dalam membangun kemakmuran di jantung kota Tiongkok.
Yu terus melanjutkan pekerjaan ini selama 13 tahun. Dikisahkan bahwa dia bekerja
di bawah terik sinar matahari begitu lama sehingga kulitnya terbakar dan berwarna
coklat gelap; dan ia mengeruk dasar sungai begitu lama, sampai tangannya berkapal
hingga tidak dapat dikenali lagi.
Menurut cerita dari sumber yg lain juga mengisahkan ketika ia meninggalkan rumah
untuk memenuhi tugasnya, Yu baru menikah selama empat hari. Selama bertahun-
tahun ia melakukan perjalanan lintas daerah di kerajaan tersebut, tercatat ia pernah
berada di dekat rumahnya selama tiga kali. Namun Yu tidak sekalipun menengok
keluarganya karena takut akan menunda tugasnya-bahkan saat ia mendengar
tangisan anak laki-laki yang baru dilahirkan
Namun setelah jerih payah selama 13 tahun, banjir yang menjadi masalah selama
dua generasi berhasil dikendalikan.
Kegigihan dan ketekunannya dalam melaksanakan tugas mendapat penghargaan dari banyak kalangan,
sekaligus juga merupakan salah satu faktor dari bersatunya berbagai suku terdekat lainnya.
Oleh karena Yǔ berhasil mengendalikan banjir dan mengembangkan pertanian, sehingga kekuatan suku Xià
menjadi kuat, menjadi pemimpin dari gabungan berbagai suku. Kemudian Shùn mengutus Yǔ untuk
menyerang suku Sānmiáo. Yǔ mengusir suku Sānmiáo kedaerah perairan Dānjiāng dan Hànshuǐ, serta
berhasil mengkokohkan kekuatan kerajaan
Lalu kaisar Shun mewariskan singgasana kepada Yǔ karena di masa itu pemerintahan dapat diganti tanpa
melalui satu garis keturunan.
Ketika Yu menjadi kaisar, Ia mendirikan ibu kotanya di Anyi yang sekarang adalah Xiaxian di
selatan Shanxi,dia juga ingin kekuasaanya diteruskan ke keturunannya dan berdirilah sebuah dinasty
pertama di tiongkok yaitu Dinasty Xia.
Namun pada suatu pertemuan antar suku di gunung Guji salah satu pemimpin suku bernama fangfeng waktu
pertemuan datang terlambat dan dihukum mati oleh Yǔ. Ini membuktikan bahwa suku Xià pada awal
pengukuhan kekuasaannya telah muncul sifat monarki atas kekuasaan. Menyusul dengan semakin kuatnya
kekuasaan gabungan suku bangsa dengan suku Xià yang merupakan keturunan dari suku Húangdì sebagai
inti kekuatan, hubungan ekonomi berbagai daerah juga semakin kuat. Dalam catatan sejarah kuno sering
terdapat catatan tentang Yǔ menentukan pembayaran upeti sesuai dengan jarak negara-negara upetinya, ini
juga membuktikan pengendalian ekonomi suku Xià terhadap suku-suku lain disekitarnya.
Dalam catatan literatur kuno juga sering diceritakan nafsu Yǔ atas kekuasaan pada usia tuanya. Walaupun
Yǔ ingin mempertahankan kekuasaan pemerintahan dalam suku Xià sendiri, tetapi tetap harus
mempertimbangkan tradisi Chánràng yaitu tidak bisa mewariskan kekuasaan melalui satu garis keturunan.
sehingga ia menerapkan suatu siasat yang efektif. Yǔ pada mulanya mengangkat Gāotáo dari suku
Yǒuyǎnshì yang memiliki reputasi tinggi sebagai ahli warisnya, guna menunjukkan penghargaan Yǔ terhadap
tradisi Chánràng. Tetapi Gāotáo lebih tua dari Yǔ, sehingga belum sempat mewarisi singgasana sudah
meninggal. Kemudian Yǔ memilih Yì dari suku Dōngyí yang tidak begitu berpengaruh menjadi ahli waris. Pada
waktu itu banyak suku yang tidak mendukung Yì, dan malahan mendukung putra dari Yǔ, Qǐ. Yǔ berharap jika
kelak Yì tidak mendapat dukungan dari masyarakat, maka akan mewariskan singgasana kepada putranya Qǐ.