Anda di halaman 1dari 66

Brando Manulang

Cici Febriyanti
Evita Yuniasih
Fikhi Luthfiah
M. Khoiruzzaman
Rangga Prima M.
Hasnah >.<bbbb
Yunita Widiastuty
Perhaiin warna nama hurufnya, itu bagian yang musti diubah sesuai bahasa lo sendiri.
Dari bagian-bagian yang lo dapet, cari unsur berikut
1 Sistem Pemerintahan
1
Kehidupan Politik
2 Sistem Kepercayaan
3 Kehidupan Sosial-Budaya
1
Sosial (Kehidupan Masyarakat)
2
Budaya
1
Hasil Peninggalan
2
Ilmu Pengetahuan & Teknologi
4 Kehidupan Ekonomi
1
Pertanian
2
Perdagangan
3
Pelayaran
Kumpulin paling lambat
kumpulantugas@y7mail.com

hari

Kamis

minggu

ini

yaaa,

kirim

ke

Ganbatte~

Dinasti Xia
Dinasti Xi (Hanzi: Indonesia: Sia} merupakan dinasti pertama yang tercatat dalam buku sejarah
Cina. Catatan sejarah paling awal ditemukan dalam buku sejarah Shngsh yang mengatakan bahwa
Dinasti Xi memiliki puluhan ribu negara upeti, sehingga secara umum menganggap Dinasti Xi

adalah sebuah negara yang terbentuk dari gabungan berbagai suku bangsa, dan para sejarawan dari
aliran ajaran Marxisme di Cina daratan menetapkan Dinasti Xi sebagai sebuah negara budak. [rujukan?]
Menurut catatan buku sejarah, Dinasti Xi adalah negara yang didirikan oleh putra dari Y yaitu Q. Y
mewariskan
singgasana
kepada
anaknya
Q,
yang
menganti
cara
terdahulu, Chnrngzhd (mewariskan singgasana kepada orang bijaksana atau yang
berkemampuan Bahasa Inggris en:Elective Law) menjadiShxzh (mewariskan singgasana dari
ayah kepada anak atau kepada orang yang mempunyai hubungan darah atau keluarga dekat. Dinasti
Xi secara keseluruhan diwariskan sebanyak 13 generasi, 16 raja (atau 14 generasi, 17 raja,
tergantung perbedaan pendapat tentang Y dianggap sebagai raja Dinasti Xi atau pemimpin
gabungan suku), sekitar 400 tahun, yang kemudian dimusnahkan oleh Dinasti Shang.
Xi dalam Literatur
Menurut cataran literatur kuno Cina, sebelum berdirinya Dinasti Xi, sering terjadi perang untuk
memperebutkan kekuasaan sebagai pemimpin dari gabungan suku antara suku Xi dengan suku-suku
di sekitarnya. Suku Xi mulai berkembang sekitar zaman Kaisar Zhuanxu pada zaman legenda Cina
kuno. Banyak catatan literatur Cina kuno mencatat keberadaan suku Xi pada masa Kaisar Zhunx.
Di antaranya Shiji, Xibnj dan Ddilj Dx mengatakan Y adalah cucu dari Zhunx, tetapi ada
catatan literatur lain yang mengatakan Y adalah cucu generasi ke-5 dari Zhunx. Dari catatancatatan literatur tersebut menunjukkan bahwa suku Xi kemungkinan besar adalah salah satu dari
keturunan Zhunx.
Gn
Dalam catatan literatur Cina kuno, Gn adalah salah satu tokoh suku Xi yang paling awal terdapat
catatannya. Dalam Guy Zhuy diceritakan bahwa Gn sebagai pemimpin dari suku Xi
dianugerahkan daerah Chng, dan digelar sebagai Chngb Gn. Kemudian Y mengantikan Gn
sebagai Chngb Y. Ini membuktikan bahwa suku Xi awalnya aktif di sekitar daerah Chng. Pada
waktu itu Hungh (Sungai Kuning) meluap. Untuk menghadapi banjir, banyak suku membentuk
gabungan suku untuk menghadapi banjir, dan Gn dipilih oleh Syu (Empat Prefektur) menjadi
pemimpin dari pekerjaan mengendalikan banjir tersebut. Gn mengendalikan banjir selama 9 tahun
tetapi akhirnya dinyatakan gagal. Penyebab dari kegagalan Gn kemungkinan besar karena dia
kurang mampu mempersatukan orang dari berbagai suku. Menurut catatan Shngsh Yodin, pada
mulanya Yao oleh karena sifat Gn yang suka saling menyalahkan dan membeda-bedakan suku, tidak
setuju mengangkat Gn sebagai pemimpin dari pekerjaan mengendalikan banjir. Diduga bahwa pada
waktu Gn menjabat sebagai pemimpin dari pekerjaan pengendalian banjir, sudah banyak suku yang
tidak puas dengannya. Dalam Shngsh Hngfn dan Guy Ly terdapat catatan
tentang Gnzhnghngshu, yang menceritakan bahwa cara Gn mengendalikan banjir adalah
dengan menggunakan tanah dan kayu untuk membendung air, yang akhirnya gagal, dan ini juga
mungkin merupakan salah satu dari kegagalan Gn dalam mengendalikan banjir selama 9 tahun.
Pada akhirnya, setelah Gn gagal dalam mengendalikan banjir, dia dihukum mati di Yshn (Gunung
Yu).
Yu
Y adalah putra dari Gn. Y bukan hanya tidak menunjukkan rasa dendam, malahan tetap
menghormati Shun, dan mendapatkan kepercayaan dari Shn. Shn menyerahkan tugas
mengendalikan banjir kepada Y. Y memperbaiki cara ayahnya mengendalikan banjir, secara besar
mempersatukan orang dari berbagai suku, sehingga akhirnya berhasil mengendalikan banjir. Dalam
catatan Shj Xibnj tercatat waktu Y mengendalikan banjir, bekerja keras, tiga kali melewati pintu

rumahnya tetapi tidak pernah masuk dengan alasan reuni dengan keluarga akan menghabiskan
banyak waktu dan pikiran dari tugasnya mengendalikan banjir. Kegigihan dan ketekunannya dalam
melaksanakan tugas mendapat penghargaan dari banyak kalangan, dan ini mungkin juga merupakan
salah satu faktor dari bersatu berbagai suku.
Oleh karena Y berhasil mengendalikan banjir dan mengembangkan pertanian, sehingga kekuatan
suku Xi menjadi kuat, menjadi pemimpin dari gabungan berbagai suku. Kemudian Shn mengutus
Y untuk menyerang suku Snmio. Y mengusir suku Snmio kedaerah perairan Dnjing dan
Hnshu, berhasil mengkokohkan kekuatan kerajaan. Dalam Mz Figng diceritakan bahwa setelah
Y berhasil menaklukkan suku Snmio, suku Xi sudah menjadi suku yang sangat penting diperairan
Hungh pada waktu itu. Shn mewariskan singgasana kepada Y, Y pernah mengadakan
pertemuan persekutuan antar suku di Tshn (Gunung Du), dan sekali lagi menyerang suku Snmio
(pada waktu itu suku di Zhngyun (pusat daratan Cina) sering berperang dengan suku Snmio).
Dalam Zuzhun (walau mungkin terlalu dibesar-besarkan) dikatakan terdapat puluhan ribu negara
upeti menghadiri pertemuan persekutuan di Tshn, dengan demikian boleh diperkirakan betapa
besarnya pengaruh suku Xi pada waktu itu. Pada suatu pertemuan antar suku di Huj, pemimpin
suku Fngfngsh, waktu pertemuan datang terlambat dan dihukum mati oleh Y. Ini membuktikan
bahwa suku Xi pada awal pengukuhan kekuasaannya telah muncul sifat monarki atas kekuasaan.
Menyusul dengan semakin kuatnya kekuasaan gabungan suku bangsa dengan suku Xi yang
merupakan keturunan dari suku Hangd sebagai inti kekuatan, hubungan ekonomi berbagai daerah
juga semakin kuat. Dalam catatan sejarah kuno sering terdapat catatan tentang Y menentukan
pembayaran upeti sesuai dengan jarak negara-negara upetinya, ini juga membuktikan pengendalian
ekonomi suku Xi terhadap suku-suku lain disekitarnya.
Dalam catatan literatur kuno juga sering diceritakan nafsu Y atas kekuasaan pada usia tuanya.
Walaupun Y ingin mempertahankan kekuasaan pemerintahan dalam suku Xi sendiri, tetapi tetap
harus mempertimbangkan tradisi Chnrng, sehingga ia menerapkan suatu siasat yang efektif. Y
pada mulanya mengangkat Goto dari suku Yuynsh yang memiliki reputasi tinggi sebagai ahli
warisnya, guna menunjukkan penghargaan Y terhadap tradisi Chnrng. Tetapi Goto lebih tua dari
Y, sehingga belum sempat mewarisi singgasana sudah meninggal. Kemudian Y memilih Y dari
suku Dngy yang tidak begitu berpengaruh menjadi ahli waris. Pada waktu itu banyak suku yang tidak
mendukung Y, dan malahan mendukung putra dari Y, Q. Y berharap jika kelak Y tidak mendapat
dukungan dari masyarakat, maka akan mewariskan singgasana kepada putranya Q.
Qi
Setelah Y meninggal, Y sama sekali tidak mendapatkan kedudukannya, malahan dengan dukungan
masyarakat, Q mendapatkan kedudukan sebagai pemimpin (tetapi menurut Zhshjnin, Y
sebenarnya sempat naik takhta, namun kemudian Q membunuh Y dan merebut kekuasaan).
Sehingga Y memimpin pasukan gabungan dengan suku Dngy menyerang Q. Setelah melalui
perang selama beberapa tahun, akhirnya Y dibunuh oleh Q, sehingga Q berhasil naik takhta sebagai
raja. Dan ini oleh kebanyakkan sejarawan dianggap sebagai awal dari dinasti pertama di Cina yang
menerapkan cara Shxzh (Putra tertua merupakan ahli waris Kekan) Dinasti Xi. Kemudian juga
terdapat banyak suku yang masih menganut cara Chnrng (bawahan terkuat menjadi penerus
kekuasaan) tidak puas dengan kekuasaan Q. Pemimpin dari suku Yuhsh yang tinggal disekitar
daerah sekarang Gunzhng provinsi Shnx, memimpin pasukan gabungannya menyerang Q, dan
di daerah Gn (sekarang selatan dari Hxin provinsi Shaanxi) melakukan pertempuran sengit.
Sebelum perang, Q menyebut kedudukan kekuasaannya sebagai Gngxngtin(melaksanakan
mandat langit), yang juga merupakan dasar dari terbentuknnya Tinzln (teori putra langit). Q

memiliki dukungan dari masyarakat di Zhngyun, dalam hal jumlah pasukan jauh lebih unggul,
sehingga akhirnya berhasil mengalahkan Yuhsh. Kemenangan kedua dari Q membuktikan bahwa
prinsip dalam masyarakat di Zhngyun telah berubah dari tradisi Chnrngzh menjadi Shxzh.
Suku Xi pada mulanya bermarga S, tetapi mulai dari Q diubah menjadi Xi sesuai dengan nama
kerajaannya. Dan pada waktu yang bersamaan, Q tidak lagi menggunakan B sebagai gelar
kebesaran dan diganti menjadi Hu, dengan gelar Xihu Q.
Selama masa pemerintahan Q, putranya Wgun sering melakukan pemberontakan. Hnfiz Shuy
mengatakan Wgun adalah seorang yang Higushngmnbif (merugikan negara, menyakiti
rakyat, merusak hukum), sehingga akhirnya dibunuh. Selain kekacauan dalam suku Xi sendiri, guna
untuk memperkuat kekuasaan gabungan antar suku bangsa disekitarnya, suku Xi juga sering
melakukan peperangan dengan suku Dngy.
Tikng Kehilangan Kerajaan
Setelah Q meninggal, putranya Tikng meneruskan singgasana. Tikng hanya tahu hidup foyafoya, tidak mengurusi pemerintahan, selama masa pemerintahannya, kekuatan suku Xi menjadi
lemah, sehingga suku Tiho dan Shoho dari Dngy mengambil kesempatan menyerang ke barat.
Pemimpin suku Dngy merupakan seorang jagoan memanah yang bernama Y. Dalam catatan
Lshchnqi Wgng menganggap bahwa busur panah adalah diciptakan oleh Y. Y memimpin
pasukan Dngy pindah kedaerah milik Yuxish, Qingsh (sekarang selatan Luoyang, provinsi
Hnn), dan melakukan perkawinan dengan orang setempat, menjalin hubungan yang baik, dan
membentuk suku Yuqingsh. Y dengan dukungan dari rakyat Xi berhasil mendapatkan kekuasaan
atas pemerintahan Dinasti Xi. Sedangkan Tikng melarikan diri kebawah naungan Zhnxnsh.
Y setelah mendapat kekuasaan tidak mengangkat diri sendiri sebagai raja, tetapi mengangkat adik
dari Tikng, [[Zhngkng] sebagai raja. Tetapi sebenarnya seluruh kekuasaan dan keputusan berada
ditangan Y. Hal ini menimbulkan rasa tidak puas dari banyak suku lainnya. Diantaranya Yuhsh dan
Yuxsh yang bertanggung jawab atas astronomi secara terang-terangan menentang. Y dengan
alasan merusak tata astronomi dan sia-sia pada jabatannya, mengerahkan pasukan menyerang
mereka dan mendapatkan kemenangan.
Setelah Zhngkng meninggal, anaknya Xing mengantikannya. Tidak lama kemudian Xing lari
kebawah naungan Zhnxnsh dan Zhngunsh yang mendukung Dinasti Xi. Akhirnya Y menjadi
penguasa tunggal Dinasti Xi. Tetapi setelah mendapat kekuasaan, Y sama seperti dengan Tik ng,
tidak lagi mengurusi urusan negara, setiap hari pergi berburu. Ia memecat menteri-menteri setia
seperti Wlu , Bkn, Lngy, dan malahan memakai Hnzhu yang diusir dari suku Bmngsh.
Hnzhu mengumpulkan komplotannya, sehingga kekuasaannya semakin besar. Sampai suatu hari,
ia mengambil kesempatan waktu Y pergi berburu, membunuh Y dan seluruh keluarganya. Setelah
merampas kekuasaan dari Y. Hnzhu menganugerahkan daerah G kepada putranya Y, dan
menganugerahkan daerah Lio kepada putranya yang lain, Jio. Jio memimpin pasukannya
memusnahkan Zhnxnsh dan Zhngunsh yang mendukung Dinasti Xi, membunuh Xing yang
bersembunyi di Zhnxn. Istri Xiang, Mn pada waktu itu telah hamil, dari lubang tembok, ia berhasil
melarikan diri dari serangan Jio, dan bersembunyi di rumah ibunya di suku Yurngsh, dan tidak
lama kemudian melahirkan Shokng (Tikng, Zhngkng, dan Shokng sama bernama Kng,
agar tidak membingungkan, mulai ditambahkan tanda generasi yaitu nama tengah di depan
namanya).

Masa kejayaan Shokng


Shokng setelah dewasa, bekerja sebagai pengurus peternakan suku Yurngsh, akibatnya
ketahuan oleh Jio tempat keberadaannya. Jio mengutus orang ke suku Yurngsh untuk
membunuhnya, Shokng terpaksa lari dan bersembunyi di suku Yuysh (keturunan dari Shn).
Pemimpin dari Yuysh pada waktu itu tidak ada anak laki-laki, hanya ada dua anak perempuan,
sehingga sangat sayang kepada Shokng. Ia menghadiahkan daerah Lny kepada Shokng,
sehingga Shokng dapat memakai Lny sebagai markasnya, membentuk pasukannya sendiri. Ia
mulai mengumpulkan sisa-sisa pasukan Dinasti Xi, dan membagikan tugas masing-masing. Ia
menempatkan mata-mata di pasukan Jio, untuk persiapan merebut kembali kekuasaan Dinasti Xi.
Pada saat itu, bekas menteri Dinasti Xi, M yang bersembunyi di suku Yugsh setelah mendengar
kabar bahwa Shokng ingin merebut kembali kekuasaan Dinasti Xi memimpin sisa pasukan suku
Zhngunsh dan Zhnxnsh bergabung dengan Shokng dan mengalahkan pengkhianat Hnzhu
lalu mengangkat Shokng sebagai raja Dinasti Xi. Shokng juga berhasil memusnahkan Jio
(putra Hnzhu) di daerah Gu, dan mengutus putranya Zh memusnahkan Y (kakak Jio) di daerah
G, sehingga suku Yuqingsh dari kaum Dngy yang menguasai Zhngyun sebanyak 3 generasi
dan ratusan tahun akhirnya musnah. Shokng berhasil merebut kembali kekuasaan Dinasti Xi, yang
dalam sejarah disebut sebagai Shokngzhngxng (masa kejayaan Shokng). Dari Tikng
kehilangan kekuasaan sampai Shokngzhngxng menunjukkan keberhasilan suku Huxi
menaklukkan suku-suku disekitar Zhngyun (terutama suku Dngy).
Pertengahan Periode
Putra Shokng, Zh mengantikan kedudukan raja. Ia mengerti ketidak puasan suku Y di timur
terhadap Dinasti Xi, untuk memperkokoh kekuasaan di timur, ia memindahkan ibukota dari Yun
(sekarang Jyun, provinsi Hnn) ke Loqi (sekarang utara dari Kifngxin, provinsi Hnn). Ia
berkonsentrasi mengembangkan peralatan perang dan perlengkapan prajurit. Ia juga mengutus orang
untuk menyerang suku Y di daerah pesisir pantai timur (sekarang bagian barat provinsi Shndng,
bagian timur provinsi nhu dan sekitar provinsi Jings). Pada waktu itu, ia juga mendapatkan barang
keramat, Jiwih (serigala sembilan ekor Jepang: Bijuu). Wilayah Dinasti Xi juga pada masa
pemerintahan Zh meluas sampai kedaerah pesisir Dnghi (sekarang Hunghi). Selama masa
pemerintahan Zh, boleh dikatakan merupakan masa paling makmur dan maju dari Dinasti Xi. Orang
Xi juga sangat menghargai dan menghormati Zh. Menurut catatan Guy Ly menganggap Zh
secara keseluruhan mewarisi karier dari Y.
Pada masa pemerintahan putra dari Zh, Hui, suku Dngy dan suku Huxi hidup dalam damai.
Sembilan suku Y (Jiy): Quny, Yy, Fngy, Hungy, Biy, Chy, Xuny, Fngy, dan Yngy
yang tinggal di daerah perairan Huih (Sungai Huai) dan Sshu sering datang menyembah dan
menyerahkan upeti. Setelah Hui meninggal, digantikan oleh putranya Mng. Setelah Mng
meninggal, digantikan oleh putranya Xi. Selama periode ini, hubungan antara suku Dngy dan suku
Huxi terus berkembang. Pada masa pemerintahan Xi, suku Dngy pada umumnya sudah
membaur dengan suku Huxi, maka ia mengalihkan perhatiannya ke barat. Dan pada waktu itu, ia
mulai melakukan anugerah tempat dan gelar kepada negara-negara upeti. Dan ini merupakan
permulaan dari Zhhuzh (sistem feodal) Cina beberapa abad kemudian. Setelah Xi meninggal,
putranya Bjing mengantikan. Bjing sempat beberapa kali memimpin pasukannya menyerang
Jiyun di barat.
Akhir Periode
Setelah Bjing meninggal, adiknya Jing mengantikannya. Setelah Jing meninggal, putranya Jn
mengantikannya. Jn naik takhta tidak lama, meninggal karena sakit, kemenakannya, putra dari

Bjing, Kngji yang naik takhta. Ia mengubah tradisi Dinasti Xi yang sembahyang terhadap
leluhur, mulai menitik-beratkan sembahyang kepada langit. Dalam Shj Xibnj dikatakan Kngji
adalah seorang yangHofnggushn (suka meniru dewa dan hantu), Shynlun (urusan negara
menjadi kacau). Banyak suku dan negara upeti mulai tidak puas dengan pemerintahan Dinasti Xi,
tetapi hubungan antara suku Dngy dan suku Huxi masih baik. Ini mungkin karena pembauran
antara suku Dngy dan suku Huxi udah sangat tinggi. Setelah Kngji meninggal, digantikan oleh
putranya Go. Setelah Go meninggal, digantikan oleh putranya F. Pada periode ini, hubungan
antara Dinasti Xi dengan suku dan negara upetinya memburuk, keributan dalam istana kerajaan juga
semakin parah. Mulai dari masa pemerintahan Kngji sampai Lgi (Xi Ji), gejolak dalam
kerajaan sendiri tidak pernah berhenti.
Jie
Setelah F meninggal, putranya Ji mengantikannya. Selama masa pemerintahan Ji, hubungan
antara suku dan negara upeti dengan Dinasti Xi sudah retak. Suku dan negara yang membayar upeti
kepada Dinasti Xi semakin berkurang sehingga Ji sering menyerang suku dan negara upeti yang
tidak taat kepada Dinasti Xi. Dalam catatan literatur kuno dikatakan bahwa Ji sangat hidung belang,
setiap kali setelah mengalahkan suatu suku, pasti memilih perempuan dari suku tersebut yang ia
sukai, kemudian dibawa pulang ke istana untuk dijadikan selir. Guy Jny mencatatkan suku
Yushsh, Zhshjnin mencatatkan suku Mnshnsh dan Mxsh, semua pernah mengalami nasib
yang sama. Di antaranya selir dari Mxsh terlebih dahulu sudah terikat perkawinan dengan Yyn,
tetapi dirampas oleh Ji di Lu, sehingga Yyn dalam amarahnya pergi bergabung dengan Shng
Tng. Serangan-serangan yang dilakukan oleh Ji juga membuat marah beberapa suku yang cukup
kuat dan berpengaruh. Suku Yumnsh (keturunan Shn) oleh karena tidak menuruti kemauan Ji
sehingga dimusnahkan. Suku Shng bermarga Z yang aktif di daerah barat daya provinsi Shndng,
pada waktu Dinasti Xi yang sedang mengalami kekacauan mulai berkembang dan maju. Ji juga
dengan alasan suku Shng tidak patuh, menyerang dan mengalahkan pemimpin suku Shng yang
bernama Tng. Tng dipenjarakan di Xiti (ada yang mengatakan Dioti), kemudian dilepas. Selain
hubungan luar Dinasti Xi yang semakin memburuk, dalam catatan literatur juga diceritakan Ji salah
memakai orang dalam pemerintahannya.
Ji hanya tahu berfoya-foya untuk diri sendiri, tidak memedulikan penderitaan rakyat. Sekitar akhir
abad ke 17 SM, pemimpin dari suku Shng, Tng memimpin pasukan gabungan dari berbagai suku
dan negara upeti menyerang Ji dan memusnahkan suku-suku yang membela Dinasti Xi: Wi, G,
Kn, W, dan terakhir di Cnghung berperang dengan Ji. Kekuatan Tng sangat besar, Ji tidak
sanggup bertahan sambil melarikan diri dan berperang. Akhirnya ia akalah di daerah suku
Yusngsh. Ji lari ke Mngtio (sekarang pertengahan provinsi Hnn versi lain mengatakan
sekarang merupakan nyi, provinsi Shanxi) dan dikejar oleh Tng. Perang besar-besaran terjadi di
Mngtio. Sekali lagi Ji mengalami kekalahan, dan diasingkan oleh Tng ke Lshn Gunung Li (ada
yang mengatakan Gshn Gunung Ke), tinggal bersama Mxsh. Akhirnya Ji melarikan diri ke
Nncho(sekarang Choxin, provinsi Anhui) dan meninggal di sana.
Setelah Pertempuran Mngtio, Dinasti Xi digulingkan, dan atas dukungan dari suku-suku dan negara
upeti, di Ho mengelar diri sebagai Wng (raja). Dinasti pertama dalam sejarah Cina dengan
kekuasaan Shxzh, Dinasti Xi, yang diwariskan sebanyak 13 generasi (buku sejarah Shbn
mencatat 12 generasi), 16 raja, selama 471 tahun (menurut Zhshjnin), pada akhir abad ke-17 SM,
awal abad ke-16 SM musnah.
Keturunan

Setelah Dinasti Xi musnah, sisa keturunannya masih bermukim di Zhngyun. Ada dua kelompok
masing-masing pindah ke selatan dan utara. Ji membawa banyak keturunan Dinasti Xi dari Lshn
pindah ke Nncho di selatan, ini adalah kelompok selatan. Kelompok utara masuk ke dataran
Mongol, dan berbaur dengan masyarakat setempat, dan inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan
suku Xingn. Dalam Shj Xingnlizhun tercatat Xingn, leluhurnya adalah keturunan dari raja
Xi (yaitu Yuxish). Kudp secara lebih jelas menyatakan Putranya (yang dimaksud putra dari
Ji), Xnzhu (atau Xny) mengawini selir dari Ji, pindah ke padang luar di utara, hidup beternak
dan berpindah-pindah (yang dimaksud adalah kaum suku pengembala di padang rumput utara) yang
oleh orang Cina disebut sebagai Xingn.
Wilayah kekuasaan
Wilayah kekuasaan Dinasti Xi dari barat mulai dari barat provinsi Hnn dan selatan provinsi Shnx;
timur sampai perbatasan tiga provinsi Hnn, Shandong dan Hbi; selatan mulai dari provinsi Hbi,
utara sampai provinsi Hbi. Pada waktu itu kekuasaan Dinasti Xi merambah sampai bagian selatan
dan utara Hungh (Sungai Huang), sampai perairan Chngjing (Sungai Jang). Ibukota Dinasti Xi
antara lain: Yngchng (sekarang timur dari Dngfng, provinsi Henan), Zhuxn (sekarang barat laut
Dngfng, provinsi Hnn), nyi (sekarang barat laut Xixin, provinsi Shnx).
Struktur negara Dinasti Xi adalah berasal dari gabungan suku, dengan ciri-ciri seperti:
1.

Wilayah yang diperintah langsung oleh negara adalah wilayah dalam suku sendiri. Di luar
wilayah suku Xi sendiri, pemimpin dari suku lain diatas wilayah sendiri, memiliki kekuasaan
pemerintahan yang mandiri; terhadap raja Dinasti Xi, mereka hanya bernaung di bawah kerajaan
dan membayar upeti, sebagai tanda saling menghormati.
2.
Dalam struktur kekuasaan dan pemerintahan, ada dua cara, yaitu monarki dan demokrasi,
dimana struktur pemerintahan negara mengutamakan demokrasi suku dari pada monarki raja.
Tiga Maharaja dan Lima Kaisar
Tiga Maharaja dan Lima Kaisar ( snhung wd / ) merupakan legenda sejarah kuno
paling awal Cina. Dalam legenda sejarah kuno Cina, sampai akhir Periode Negara Perang sudah
terdapat berbagai versi tentang Lima Kaisar. Sedangkan kata Tiga Maharaja baru mulai muncul
pada akhir Periode Negara Perang. Dan sampai zaman Dinasti Hn baru mulai terbentuk berbagai
versi tentang Tiga Maharaja yang ditempatkan di depan Lima Kaisar.
Arti semula dari huruf Maharaja ( hung / ) adalah Besar ( d / ) dan Cantik ( mi / ),
yang pada awalnya belum dipakai sebagai istilah atau kata nomina. Baru sampai akhir Periode Negara
Perang, oleh karena huruf Kaisar ( d / ) dari kata Tuhan ( shngd / ) dipakai juga sebagai
sebutan untuk para penguasa manusia, maka baru mulai diadopsikan huruf Maharaja untuk sebutan
Tuhan. Seperti berbagai sebutan dalam buku Phraseologi Ch ( salah satu karya literatur puisi
dan syair klasik Cina ) ; Maharaja Barat, Maharaja Timur, Maharaja Atas dan sebagainya.
Kemudian juga ada sebutan Maharaja Langit, Maharaja Bumi dan Maharaja Manusia, yang disebut
sebagai Tiga Maharaja. Dalam buku Tata Krama Zhu, Kronik Sejarah L Bwi dan
Kronologi Zhungz juga mulai ada sebutan Tiga Maharaja dan Lima Kaisar yang bermaksud
penguasa manusia. Bahkan dalam buku Kronologi Gun Zhng telah dijabarkan dan dijelaskan

perbedaan arti dan makna dari Maharaja ( hung / ), Kaisar ( d / ), Raja ( wng / ),
Hegemoni ( b / ), tetapi semuanya belum pernah ditetapkan sebagai nama orang.
Tiga Maharaja dan Lima Kaisar adalah Kaisar-Kaisar legenda Cina yang muncul sebelum Dinasti
Xi. Sesuai hasil penelitian sekarang, mereka tersebut semuanya adalah ketua suku, dan oleh karena
memiliki kekuatan dan pengaruh besar sehingga berhasil menjadi pemimpin dari gabungan berbagai
suku. Qn Sh Hung dalam rangka menunjukkan diri berkedudukan lebih tinggi dari mereka, memakai
huruf Maharaja dari Tiga Maharaja dan huruf Kaisar dari Lima Kaisar yang dikomposisikan
menjadi gelar Kaisar ( hungd / ) yang kita kenal sampai sekarang.
Baik berdasarkan mitologi legenda maupun catatan buku sejarah, semuanya beranggapan dan
berkeyakinan bahwa zaman dari Tiga Maharaja adalah lebih awal dari pada zaman Lima Kaisar.
Tetapi dari masing-masing sejarawan yang berbeda, terdapat definisi Tiga Maharaja dan Lima Kaisar
yang berbeda. Tiga Maharaja ada lima versi dan Lima Kaisar juga ada lima versi.
Catatan paling awal tentang Tiga Maharaja ( snhung / ) muncul dalam buku Catatan
Sejarah Agung Catatan Qn Sh Hung pada tahun 221 SM ( tahun ke-26 Qn Sh Hung )
menurut L S bahwa zaman kuno ada Maharaja Langit, Maharaja Bumi dan Maharaja Manusia
sebagai Tiga Maharaja, dan di antaranya Maharaja Manusia dianggap paling agung.
Versi-versi dari Tiga Maharaja menurut berbagai buku dan kitab sejarah :
Surn, Fx, Shnnng.
o Bih Tngy.
o Shngsh Dchun.
Fx, Shnnng, Nw.
o Chnqiwi Yndush.
o Catatan Sejarah Agung Catatan Tiga Maharaja.
Fx, Shnnng, Zhrng.
o Bih Tngy
Fx, Shnnng, Gnggng.
o Zzh Tngjin Wij.
Fx, Shnnng, Hungd.
o Dwng Shj.
Versi terakhir oleh karena pengaruh dari Klasik Sejarah sehingga menjadi lebih popular. Fx,
Shnnng dan Hungd menjadi Tiga Maharaja paling kuno di Cina.

Dari berbagai catatan sejarah tersebut diatas, Fx dan Shnnng mendapatkan dua posisi yang pasti
sebagai Tiga Maharaja, yang dalam berbagai versi boleh dikatakan hampir sama semua. Sedangkan
posisi ketiga seharusnya siapa, terdapat perbedaan yang cukup besar.
Selain itu, dalam buku Norma Tata Krama dari Dinasti Hn menyatakan Maharaja Langit,
Maharaja Bumi dan Maharaja Manusia sebagai Tiga Dewa Langit.
Tiga Maharaja dalam Ajaran Tao
Ajaran Tao juga membagi Tiga Maharaja menjadi Awal ( ch / ), Tengah ( zhng / ), Akhir ( hu /
/ ) tiga kelompok :
Kelompok Tiga Maharaja Awal berbentuk manusia.
Tiga Maharaja Tengah bermuka manusia berbadan ular atau naga.
Tiga Maharaja Akhir.
o Maharaja Langit Fx bermuka manusia berbadan ular.
o Maharaja Bumi Nuwa bermuka manusia berbadan ular.
o Maharaja Manusia Shnnng bermuka sapi berbadan manusia.
Penempatan posisi kedewaan menurut Ajaran Tao adalah :
Tiga Dewa Murni ( snqng / ).
o Yqng ( ) Yunsh Tinzn ( ).
o Shngqng ( ) Lngbo Tinzn ( / ).
o Tiqng ( ) Dod Tinzn ( ).
Maha Kaisar Langit ( yhung dd / ).
Empat Dewa Kaisar ( sy / ).
o Zhngtin Zwi Bij Dd ( / ).
o Nnj Chngshng Dd ( / ).
o Guchn Shnggng Tinhung Dd ( / ).
o Hut Hungdzh ( / ).
Sedangkan penempatan posisi kedewaan menurut Ajaran Konghucu adalah :

Langit ( tin / ).
Leluhur ( z / ) ( Tiga Maharaja dan Lima Kaisar ).
Agung ( shng / / ).
o Yang Teragung ( zhshng / / ) Kngz.
o Agung Kedua ( yshng / / ) Mngz.
o Agung Perkasa ( wshng / / ) Guny.
Kemudian juga ada penempatan posisi kedewaan menurut legenda rakyat maupun buku cerita pendek
sebagai berikut :
Png.
Hngjn ( / ).
Tiga Dewa Murni.
Nw.
Tiga Maharaja.
Maha Kaisar Langit.
Empat Dewa Kaisar.
Dalam Ajaran Tao tidak ada Png dan Hngjn. Sebagian besar legenda rakyat dan buku cerita
pendek menjadikan Png, Hngjn dan Yunsh Tinzn sebagai satu orang yang sama. Ada juga
yang menceritakan bahwa Png adalah kakak dan Hngjn adalah adik, setelah Png menjadi Tiga
Dewa Murni, dia mengangkat Hngjn sebagai Maha Guru.
Kedudukan Nw
Sedangkan kedudukan Nw, kadang-kadang berada diatas Tiga Maharaja, kadang-kadang berada di
antara Tiga Maharaja, dan kadang-kadang malah berada dibawah Tiga Maharaja. Menurut cerita
alasannya ada tiga :
1. Dalam legenda ; Nw menciptakan berbagai makluk dunia, sehingga kedudukannya sangat
tinggi dan berada diatas Tiga Maharaja.
2. Dalam legenda ; Fx dan Nw adalah kakak beradik yang juga suami istri, dan merupakan
satu keluarga, sehingga dalam daftar Tiga Maharaja, kadang-kadang ada keduanya, kadangkadang cuma dipilih salah satu sebagai wakil. Dengan demikian, kedudukan Nw berada di
antara Tiga Maharaja.

3. Oleh karena status buku Klasik Sejarah yang istimewa di antara buku dan kitab sejarah,
sehingga pendapat tentang Fx, Shnnng dan Hungd sebagai Tiga Maharaja yang
dipropaganda didalamnya mendapat pengakuan yang jauh lebih luas dari khalayak umum.
Sedangkan keberadaan Nw dari zaman Masyarakat Matriarkal, yang kemudiannya terganti
oleh Masyarakat Patriarkal yang lebih menghargai kedudukan laki-laki, sehingga membuat
kedudukan Nw menjadi dibawah Tiga Maharaja.
Secara umum, tokoh-tokoh yang dimaksud dalam Tiga Maharaja merupakan simbol dari berbagai
tahap kebudayaan yang berbeda dari leluhur Cina pada masa pra-sejarah. Yucho, Surn dan Fx
masing-masing mengwakili Tingkat Rendah Tingkat Menegah Tingkat Tinggi, tiga tingkat masa
Pra-Peradaban. Shnnng mewakili Tingkat Rendah pada masa Barbarian. Sedangkan Nw
merupakan manusia dewa pada zaman genesis yang lebih awal, yang dalam legenda juga
digabungkan dengan Fx dalam menciptakan manusia.
Pendapat umum tentang Tiga Maharaja adalah Surn, Fx dan Shnnng, yang bermula dari masa
Periode Musim Semi dan Musim Gugur dan Periode Negara Perang.
Lima Kaisar
Versi-versi dari Lima Kaisar ( wd / ) menurut berbagai buku dan kitab sejarah :
Hungd, Zhunx, K, Yo, Shn.
o Shbn.
o Catatan Tata Krama Di Besar.
o Catatan Sejarah Agung Catatan Lima Kaisar.
Pox, Shnnng, Hungd, Yo, Shn.
Tiho, Ynd, Hungd, Shoho, Zhunx.
o Klasik Tata Krama.
Hungd, Shoho, Zhunx, K, Yo.
Shoho, Zhunx, K, Yo, Shn.
o Pendahuluan Klasik Sejarah.
o Dwng Shj.
Versi terakhir oleh karena kedudukan kitabnya yang sangat dihargai, sehingga karya-karya sejarah
seterusnya cenderung banyak yang memakai versi ini. Sehingga versi dari Tiga Maharaja dan Lima
Kaisar ini dihargai sebagai catatan sejarah kuno yang paling dipercayai.

Lima Kaisar dalam Ajaran Konghucu


Lima Kaisar Langit Awal ( xintin wd / ) dalam Ajaran Konghucu ( yang juga menurut
Zhul Tingun karya Ji Gngyn dari zaman Dinasti Tng ) adalah :
Tengah ; Hungd ( ~ , Kaisar Kuning ) Hnshni ( / )
Timur ; Qngd ( , Kaisar Hijau ) Lngwiyng ( / )
Selatan ; Chd ( , Kaisar Merah ) Chbion ( )
Barat ; Bid ( , Kaisar Putih ) Bizhoj ( )
Utara ; Hid ( , Kaisar Hitam ) Ygungj ( / )
Ada legenda yang menggunakan dewa dari lima arah sebagai Lima Kaisar. Lima Kaisar dalam
Phraseologi Ch Xsng karya Wng Y dari zaman Dinasti Hn Timur adalah Dewa Lima Arah.
Serta oleh L Bwi dalam bukunya Kronik Sejarah L Bwi dari empat kaisar yang semula
dipuja oleh Negara Qn ( ) ( Bid, Qngd, Hungd, Ynd ) ditambah dengan Hid menjadi Lima
Kaisar yang mengatur Empat Arah, Empat Musim dan Lima Eleman, masing-masing :yakni :
Timur : Tiho Elemen Kayu, Musim Semi.
Selatan : Ynd Elemen Api, Musim Panas.
Barat : Shoho Elemen Logam, Musim Gugur.
Utara : Zhunx Elemen Air, Musim Dingin.
Pusat ( Tengah ) : Hungd Elemen Tanah.

Lima Kaisar dalam Ajaran Tao


Sedangkan dalam Ajaran Tao juga ada versi Lima Kaisar yang dikenal dengan sebutan Wlng
Wlo Tinjn ( / ) :
Timur : nbo Huln Qnglng Shlo Jiq Tinjn ( /
).
Selatan : Fnbo Chngyng Dnlng Zhnlo Snq Tinjn (
/ ).
Barat : Qbo Jnmn Holng Hunglo Qq Tinjn ( /
).
Utara : Dngyn Shudn Yju Wlng Xunlo Wq Tinjn (
/ ).

Tengah : Ybo Yunlng Yunlo Yq Tinjn ( /


).
Sebenarnya, perbedaan legenda tentang Tiga Maharaja dan Lima Kaisar merupakan produk dari
perkembangan beragamnya suku bangsa di Cina, yang secara komplikasi merefleksikan
perkembangan dari pembauran antar suku bangsa. Jauh sebelum memasuki zaman beradab, diatas
tanah air Cina yang luas, sudah terbentuk Suku Huxi ( ), Suku Mio ( ) dan berbagai
saudara suku yang pada waktu itu disebut oleh Suku Huxi sebagai Suku Mn ( / ), Suku Y (
), Suku Rng ( ), Suku D ( ) dan sebagainya.
Mengatakan Suku Huxi sebagai keturunan dari Hungd dan Ynd, sebenarnya merupakan refleksi
dari Suku Huxi sebagai representasi dari dua suku bangsa yang memiliki hubungan darah dan
kekerabatan yang diwakili oleh Hungd dan Ynd, yang terbentuk melalui suatu masa perkembangan
yang panjang.
Tokoh-tokoh yang dimaksud dalam Lima Kaisar merupakan manusia, yang pada umumnya merupakan
pemimpin kelompok suku atau pemimpin militer pada masa jaya gabungan kelompok suku
kepemimpinan paterineal dan atau masa kehancurannya, ataupun pelaksana militer atau kerakyatan
pada masa akhir masyarakat pra-sejarah.
Pendapat umum tentang Lima Kaisar adalah Hungd, Zhunx, K, Yo, Shn, yang bermula dari
masa Periode Musim Semi dan Musim Gugur dan Periode Negara Perang .
Warga Tiongkok Keturunan Tentara Romawi
Warga Tiongkok Keturunan Tentara Romawi
Pengujian genetik sejumlah penduduk di sebuah desa terpencil China menunjukan bahwa hampir dua
pertiga dari DNA mereka berasal dari orang kulit putih. Teori tersebut adanya kemungkinan mereka
merupakan keturunan para prajurit Romawi yang hilang ribuan tahun lalu. Sejumlah pengujian
menemukan bahwa DNA dari beberapa desa di Liqian, pinggiran Gurun Gobi, Tiongkok, adalah 56
persen terkait dengan orang kulit putih.

Mata hijau Cai Junnian memberi petunjuk, kemungkinan dia adalah seorang keturunan tentara
bayaran Romawi yang menurut dugaan menyerang Bangsa Han, Tiongkok, 2.000 tahun lalu. (Natalie
Behring)

Sebagian besar penduduk desa tersebut memiliki mata hijau, hidung panjang dan rambut yang
memperkuat spekulasi bahwa mereka memiliki darah Eropa.
Cai Junnian, salah seorang pemuda setempat yang dijuluki oleh teman dan kerabatnya Cai Luoma
atau Cai Romawi, merupakan salah satu dari sekian banyak penduduk desa yang diyakini sebagai
keturunan tentara Romawi yang hilang ribuan tahun lalu.
Sejumlah arkeolog berencana melakukan penggalian di wilayah sepanjang Jalan Sutera kuno, untuk
mencari sisa-sisa benteng maupun bangunan lain yang dibangun oleh tentara Romawi tersebut.
Kami berharap dapat membuktikan legenda tersebut dengan melakukan penggalian dan menemukan
lebih banyak bukti dari awal kontak Negeri Tiongkok kuno dengan Kekaisaran Romawi, ujar Yuan
Honggeng, kepala Italian Studies Centre pada Universitas Lanzhou, provinsi Gansu kepada koran
China Daily seperti dilansir Telegraph.
Beberapa uji genetik menunjukkan adanya teori bahwa legiun Romawi telah menetap di wilayah itu
pada abad pertama SM setelah melarikan diri dari pertempuran.
Pertempuran berlangsung pada tahun 53 SM antara pasukan Romawi dibawah pimpinan Marcus
Crassus dan kekuatan yang lebih besar dari bangsa Persia, yang kini disebut Iran. Ribuan tentara
Romawi dibantai dan Crassus sendiri di penggal, namun beberapa tentara dikatakan telah melarikan
diri dan berkumpul di wilayah Timur untuk menghindari musuh.
Mereka berjuang sebagai tentara bayaran dalam peperangan antara bangsa Hun dan Tiongkok kuno,
36 SM penulis sejarah Tiongkok mengacu pada formasi pasukan dengan skala formasi ikan yang
mengacu referensi formasi kura-kura dari tentara legiun. Pengembaraan tentara Romawi
diperkirakan telah menetap di stepa-stepa Tiongkok Barat.
Teori ini pertama kalinya dikemukakan pada 1950 oleh Homer Dubs, seorang Profesor sejarah
Tiongkok pada Universitas Oxford. Kekaisaran Romawi memperluas teritorialnya di bawah kaisar
Trajan pada abad ke-2, seiring meredupnya kekiasaran Han.
Sebagian besar sejarawan yakin bahwa dua kekaisaran ini hanya berhubungan secara tidak langsung,
seperti dalam perdagangan sutera dan rempah-rempah yang dilakukan di sepanjang Jalan Sutera
dengan pertukaran barang-barang pecah belah Romawi.
Namun beberapa pakar yakin bahwa mereka adalah keturunan dari pasukan Hun yang menjajah
melalui Asia Tengah, termasuk tentara yang berasal dari orang kulit putih. Maurizio Bettini, antroplog
dari Universitas Siena, menyangkal teori ini sebagai dongeng.
Agar tidak menimbulkan penyangkalan, sesuatu akan diperlukan untuk menemukan berbagai materi
seperti Uang Romawi atau senjata khas legiunaris Romawi, ujarnya kepada La Repubblica. Tanpa
bukti semacam ini, kisah legiun yang hilang hanyalah sebuah legenda. (Erabaru/telegraph/sua)
Sumber: http://erabaru.net/

Dinasti Shang
Dinasti Shng ( ) (16001046 SM) adalah dinasti yang mengantikan Dinasti Xi dalam sejarah
Cina. Sekitar tahun 1600 SM, Dinasti Shng didirikan oleh pemimpin suku Shng, Tng ( / )

setelah memusnahkan Dinasti Xi. Dinasti Shng melewati masa pemerintahan sebanyak 17 generasi,
31 raja. Berkuasa selama 500-an tahun, sampai 20 Januari 1046 SM ditaklukkan oleh Zhu Wwng
().
Ringkasan Sejarah
Akhir dari pemerintahan Dinasti Xi , kekacauan dalam pemerintahan Dinasti Xi sendiri tidak
pernah terkendali, ganguan dan serangan dari luar juga tidak pernah berhenti, setelah naik takhta, Ji
juga tidak berusaha mengubah kondisi, malahan semakin lalim dan kejam, sehingga para
bangsawan akhirnya mulai memberontak. Pada sekitar tahun 1600 SM, pemimpin dari suku Shng ,
Tng / bergabung dengan suku bangsa lainnya mengulingkan Dinasti Xi , dan mendirikan
Dinasti Shng . Pada awalnya suku Shng ber-ibukota di B (sekarang Shngqi
Propinsi Hnn ), setelah mengalahkan Dinasti Xi , memindahkan ibukota ke barat dan tetap
disebut dengan nama B (sekarang Ynsh Propinsi Hnn ).
Setelah naik takhta, Tng / memerintah dengan bijaksana terhadap rakyatnya, dengan bantuan
dari menteri-menteri berbakat seperti Yyn dan Zhngyun , negara semakin kuat dan
makmur. Setelah Tng / meninggal, oleh karena putra sulungnya Ddng mati muda, maka
singgasana diwariskan kepada adik Ddng , Wibng ; setelah Wibng meninggal,
digantikan oleh adiknya Zhngrn ; dan setelah Zhngrn meninggal, singgasana
diwariskan kembali kepada putra dari Ddng , Tiji . Tahun ketiga pemerintahan Tiji
, oleh karena memerintah dengan tidak benar dan tidak bermoral, Tiji diasingkan oleh Yyn
ke istana Tnggng . Setelah tiga tahun tinggal di istana Tnggng , Tiji
merasa sangat menyesal, sehingga akhirnya Yyn menjemput dan menyerahkan kembali
kekuasaan kepadanya.
Pada mulanya, Dinasti Shng beberapa kali memindahkan ibukota-nya, sampai terakhir pada
masa pemerintahan Pngng /, menetapkan ibukota di Yn (sekarang nyng /
Propinsi Hnn ), sehingga Dinasti Shng sering juga disebut sebagai Dinasti Yn .
Setelah Pngng / memindahkan ibukota ke Yn , ekonomi masyarakat Dinasti Shng
mengalami perkembangan lebih maju lagi. Sampai kemudian masa pemerintahan Wdng ,
Dinasti Shng melakukan banyak serangan ekpansi, menaklukkan banyak negara kecil
disekitarnya, memperluas wilayah teritorialnya, sehingga Dinasti Shng mencapai puncak
kejayaannya.
Setelah Wdng meninggal, Dinasti Shng mulai mundur dan melemah. Raja terakhir Dinasti
Shng , Dxn atau Zhuwng / berhasil memajukan hubungan perekonomian dan
kebudayaan dengan membuka hubungan dengan Cina bagian tenggara, perairan Sungai Huih
dan Chngjing / ; tetapi karena selalu terlibat dalam peperangan dan membangun
istana dalam skala besar, yang sangat menguras dan menghabiskan sumber daya manusia maupun
kekayaan rakyat, sehingga menimbulkan kekecewaan dalam hati rakyat. Zhu Wwng
mengerahkan 300 kereta perang, 3000 pasukan serangan depan, 4500 prajurit, dan bergabung
dengan suku Qing Mo /L / dan sebagainya, serentak menyerang Zhuwng
/ , dan berhasil menyerang sampai ibukota Dinasti Shng , Chog (sekarang
Kabupaten Qxin , Kota Hb , Propinsi Hnn ).

Pada saat itu pasukan Shng sedang berperang melawan suku bangsa kecil di timur laut, sehingga
terpaksa memakai budak dan prajurit tahanan untuk menghadapi perang di daerah My , 70 l
(satuan jarak) dari Chog . Para budak tidak ingin berperang untuk raja Shng Zhuwng
/ yang jahat dan lalim, sehingga pada saat-saat kritis, pasukan Shng tiba-tiba
memutar arah, menyerang pasukan sendiri. Ternyata pasukan yang membelot adalah budak-budak
dan prajurit tahanan yang sudah lama membenci Shng Zhuwng /. Pasukan Shng
menjadi kacau dan dengan mudah dihancurkan.
Setelah Pertempuran My , Shng Zhuwng / yang sadar akan
kekalahannya, tidak ingin pasukan Zhu merebut dan memiliki istana dan hartanya, ia
memerintahkan bawahannya untuk mengumpulkan semua harta istana, dan membungkus diri dengan
kain, berbaring diatas semua barang berharga tersebut, dengan api, membakar dan menghabisi
hidupnya yang penuh dosa. Zhu Wwng atas dukungan dari berbagai suku bangsa dan
negara kecil, mendirikan Dinasti Zhu , dinasti masyarakat budak ketiga di Cina. Setelah Dinasti
Shng roboh, sisa keluarga penguasa Dinasti Shng yang selamat secara bersama menganti
marga mereka dari Z menjadi nama dinasti mereka yang telah jatuh, Yn .
Keluarga kerajaan yang selamat kemudian menjadi aristokrat dan sering membantu keperluan
administrasi untuk pemerintah Dinasti Zhu . Zhu Chngwng melalui mangkubuminya,
yang merupakan pamannya sendiri, Zhu Gngdn , menganugerahkan kepada saudara
Shng Zhuwng /, Wiz daerah bekas ibukota lama Dinasti Shng dan
sekitarnya menjadi negara Sng . Negara Sng dan keturunan Dinasti Shng masih
meneruskan ritual kepada raja-raja Dinasti Shng yang meninggal dan bertahan sampai tahun
286sm.
Antara legenda Korea and Cina menyatakan bahwa salah seorang pangeran Dinasti Shng yang
tidak puas, bernama Jz (Kija), menolak menyerahkan kekuasaannya kepada Dinasti Zhu ,
memilih meninggalkan Cina dengan sisa tentaranya dan mendirikan Gija Joseon dekat Pyongyang
sekarang yang menjadi salah satu dari awal negara Korea (Go-, Gija-, dan Wiman-Joseon). Meskipun
demikian Jz jarang sekali disebut dalam sejarah, dan ada yang menganggap cerita
kepergiannya ke Joseon hanyalah mistik.
Wilayah Kekuasaan
Daerah kekuasaan Dinasti Shng ; timur mencapai lautan, barat mencapai bagian barat propinsi
Shnx / , timur laut mencapai propinsi Lionng / , selatan hingga sekitar
Jingnn (tidak termasuk Propinsi Schun Ynnn /Guzhu /
dan daerah sekitar barat daya), dan merupakan salah satu kerajaan terbesar di dunia pada waktu itu,
tetapi daerah pemerintahan utama masih di sekitar Zhngyun . Mendirikan ibukota di B
(sekarang Kabupaten Coxin / Propinsi Shndng /), dan beberapa kali pindah
ibukota, terakhir Pngng / memindahkan ibukota ke Yn (sekarang Desa Xiotncn
, nyng / Propinsi Hnn ), dan oleh karena itu, maka Dinasti Shng
sering juga disebut sebagai Dinasti Yn .
Pemerintahan

Dinasti Shng menetapkan beberapa struktur kenegaraan yang lebih sempurna. Pemerintah pusat
membentuk dua departemen penting yaitu departemen sekretariat urusan negara dan departemen tata
hukum negara. Daerah-daerah diserahkan kepada para bangsawan, guna memperkuat pemeritahan
didaerah, dan masih banyak pejabat dan pengawal istana. Sedangkan kekuasaan militer dan
peralatan perang tetap ditangan keluarga kerajaan langsung, para negarawan juga menetapkan
Xngf / (hukuman) dan Jiny / (penjara) yang sangat kejam. Selain itu, juga
menggunakan kepercayaan agama untuk memperkokoh kekuasaan pemerintah, raja Dinasti Shng
bahkan menyebut diri sendiri sebagai wakil dari Tuhan didunia ini, mengabungkan kekuasaan
ketuhanan dan kekuasaan kerajaan.
Kondisi Ekonomi
Pertanian Dinasti Shng sudah lebih maju, sudah bisa menggunakan berbagai jenis tanaman untuk
diciptakan menjadi arak, sudah sanggup menciptakan peralatan perunggu yang lebih rapi dan bagus
serta sudah bisa membuat keramik putih atau porselin. Oleh karena sangat berkembangnya
pertukaran barang, sehingga telah muncul kota pada awal peradaban manusia, dan merupakan
kerajaan yang sangat makmur pada waktu itu. Oleh karena perdagangan Dinasti Shng sangat
maju, hubungan dagang dengan negara disekitarnya juga sangat banyak, sebutan pedagang dalam
bahasa Cina, Shngrn (pedagang), adalah berasal dari sebutan orang-orang di negara
sekitarnya terhadap orang dari Dinasti Shng . Pertanian adalah bagian paling penting dalam
bidang ekonomi, tanah pertanian lebih tertata dan teratur, jenis pertanian juga lebih banyak. Usaha
pertenunan juga mengalami perkembangan ; peternakan sangat makmur, selain enam jenis ternak
utama, juga berhasil memelihara ternak gajah.
Kebudayaan dan ilmu pengetahuan
Pada zaman Dinasti Shng , mulai dikembangkan kemampuan kerajinan besi, kerajinan keramik
dan porselin, perdagangan juga sangat pesat. Dari hasil penemuan tulang ramalan (Ji gwn
) membuktikan perkembangan tulisan pada masa Dinasti Shng sudah mengalami suatu masa
perkembangan yang cukup lama. Astrologi dan tata hukum lebih maju dari zaman Dinasti Xi ,
banyak penemuan baru dari ilmu perbintangan, seperti ditemukannya planet Mars dan planet Venus,
selain itu, juga terdapat catatan tertulis tentang ilmu matematika dan medis, serta perkembangan seni
musik juga sudah sangat tinggi, muncul banyak alat musik dan seni tari; seperti Dios yang
merupakan salah satu seni paling terkenal pada masyarakat perbudakan Dinasti Shng .
Dinasti Zhou
Dinasti Zhou (Hanzi: , hanyu pinyin: Zhou Chao) (1066 SM 221 SM) adalah dinasti terakhir
sebelum Cina resmi disatukan di bawah Dinasti Qin. Dinasti Zhou adalah dinasti yang bertahan paling
lama dibandingkan dengan dinasti lainnya dalam sejarah Cina, dan penggunaan besi mulai
diperkenalkan di Cina mulai zaman ini.
Sejarah
Mandat langit

Sesuai tradisi feodal Cina, para penguasa Zhou mengantikan Dinasti Shang (Yin) dan mengesahkan
aturan yang menetapkan mereka sebagai mandat langit, dimana para penguasa memerintah atas
mandat dari langit. Bila mandat dari langit dicabut, rakyat berhak menggulingkan penguasa tadi.
Perintah langit ditetapkan oleh asumsi nenek moyang Zhou, Tian-Huang-Shangdi, berada di atas
nenek moyang Shang, Shangdi. Doktrin ini menjelaskan dan membenarkan kekalahan Dinasti Xia dan
Shang, dan pada waktu yang sama mendukung hak kekuasaan para penguasa sekarang dan masa
depan.
Bangsawan keluarga Ji
Dinasti Zhou didirikan oleh keluarga Ji ( ) beribukota di Hao ( , sekarang di sekitar Xian),
meneruskan corak budaya dan bahasa dari dinasti sebelumnya, ekspansi Zhou pada awalnya adalah
melalui penaklukan. Secara berangsur-angsur Zhou memperluas budaya Shang sampai ke wilayah
utara Sungai Panjang.
Pada awalnya keluarga Ji mengendalikan negara Zhou secara terpusat. Di tahun 771 SM, setelah
Raja You ( ) menggantikan ratunya dengan Selir Baosi, ibukota diserang oleh kekuatan
gabungan dari ayah ratu, pangeran Shen yang bersekutu dengan suku-suku asing. Kemudian, putra
sang ratu, Ji Yijiu () dinaikkan menduduki tahta sebagai raja baru oleh para bangsawan dari
negara Zheng, L, Qin dan pangeran Shen. Ibukota negara kemudian terpaksa dipindahkan ke
sebelah timur di tahun 722 SM, tepatnya ke Luoyang di propinsi Henan sekarang.
Pembagian Dinasti Zhou Barat dan Zhou Timur
Oleh karena pemindahan ibukota ini, para sejarahwan kemudian membagi Dinasti Zhou menjadi
Dinasti Zhou Barat () dari akhir abad ke-10 SM sampai dengan tahun 771 SM, serta Dinasti Zhou
Timur () dari tahun 770 SM sampai dengan tahun 221 SM. Tahun permulaan Zhou Barat tetap
masih dalam perdebatan, antara tahun 1122 SM, tahun 1027 SM atau tahun lain dalam ratusan
tahun dari akhir abad ke-12 SM. Pada umumnya, sejarawan Cina menetapkan tahun 841 SM sebagai
tahun awal mula dari tahun pemerintahan Dinasti Zhou dalam sejarah Cina.
Dan berdasarkan sejarahwan Cina terkenal, Sima Qian di dalam karya tulisnya Catatan Sejarah
Agung, Zhou Timur dibagi lagi dalam dua zaman yaitu Zaman Musim Semi dan Gugur dan Zaman
Negara-negara Berperang.
Kemunduran
Setelah perpecahan di pusat kekuasaan, pemerintah Zhou makin lemah dalam menjalankan
pemerintahan. Setelah Raja Ping ( ), raja-raja Zhou yang kemudian berkuasa tidak memiliki
kekuasaan yang nyata karena kekuasaan sebenarnya ada di tangan para bangsawan yang kuat.
Mendekati penghujung Dinasti Zhou, para bangsawan tidak meletakkan lagi eksistensi keluarga Ji
sebagai simbol pemersatu kerajaan dan masing-masing mengangkat diri mereka sendiri sebagai raja.
Dinasti Zhou pecah menjadi beberapa negara kecil-kecil yang bertempur satu sama lainnya. Zaman ini
kemudian terkenal sebagai Zaman Negara-negara Berperang, di mana kemudian diakhiri dengan
penyatuan Cina di bawah Dinasti Qin.

Pertanian
Pertanian di Dinasti Zhou sangat intensif dan dalam banyak kesempatan diarahkan langsung oleh
pemerintah. Semua tanah pertanian dimiliki oleh para bangsawan, yang kemudian memberikan tanah
mereka kepada budak mereka. Sebagai contoh, suatu lahan dibagi menjadi sembilan bujur sangkar
dalam ukuran jing (), dengan hasil gandum dari pertengahan bujur sangkar diambil oleh pemerintah
dan sisanya disimpan oleh petani. Dengan cara ini, pemerintah bisa menyimpan surplus makanan dan
mendistribusikan kembali pada waktu kelaparan atau panen tidak baik. Beberapa sektor manufactur
penting selama periode ini termasuk kerajinan perunggu, yang di integralkan dalam pembuatan
senjata dan perkakas pertanian. Sekali lagi, industri ini dikuasai oleh bangsawan yang mengarahkan
material produksi.
Raja-raja penguasa Dinasti Zhou
Penguasa Dinasti Zhou masih bergelar raja (), dikarenakan gelar kaisar () baru diperkenalkan
pada zaman Dinasti Qin. Di bawah adalah tabel daftar raja-raja penguasa Dinasti Zhou Barat dan
Timur.

NAMA PRIBADI

GELAR

MASA BERKUASA1

SEBUTAN POPULER

Ji Fa

Wuwang

1046 SM-1043 SM1

Zhou Wuwang
(Raja Wu dari Zhou)

Ji Song

Chengwang

1042 SM-1021 SM1

Zhou Chengwang
(Raja Cheng dari Zhou)

Ji Zhao

Kangwang

1020 SM-996 SM1

Zhou Kangwang
(Raja Kang dari Zhou)

Ji Xia

Zhaowang

995 SM-977 SM1

Zhou Zhaowang
(Raja Zhao dari Zhou)

Ji Man

Muwang

976 SM-922 SM1

Zhou Muwang
(Raja Mu dari Zhou)

Ji Yihu

Gongwang

922 SM-900 SM1

Zhou Gongwang
(Raja Gong dari Zhou)

Ji Jian
?

Yiwang

899 SM-892 SM1

Zhou Yiwang
(Raja Yi dari Zhou)

Ji Pifang

Xiaowang

891 SM-886 SM1

Zhou Xiaowang

Ji Xie

Yiwang

885 SM-878 SM1

Zhou Yiwang
(Raja Yi dari Zhou)

Ji Hu

Liwang

877 SM-841 SM1

Zhou Liwang
(Raja Li dari Zhou)

Gonghe (masa transisi)

841 SM-828 SM

Gonghe

Ji Jing

Xuanwang

827 SM-782 SM

Zhou Xuanwang
(Raja Xuan dari Zhou)

Ji Gongsheng

Youwang

781 SM-771 SM

Zhou Youwang
(Raja You dari Zhou)

(Raja Xiao dari Zhou)

BERAKHIRNYA DINASTI ZHOU BARAT / DIMULAINYA DINASTI ZHOU TIMUR


Ji Yijiu

Pingwang

770 SM-720 SM

Zhou Pingwang
(Raja Ping dari Zhou)

Ji Lin

Huanwang

719 SM-697 SM

Zhou Huanwang
(Raja Huan dari Zhou)

Ji Tuo

Zhuangwang

696 SM-682 SM

Zhou Zhuangwang
(Raja Zhuang dari Zhou)

Ji Huqi

Xiwang

681 SM-677 SM

Zhou Xiwang
(Raja Xi dari Zhou)

Ji Lang

Huiwang

676 SM-652 SM

Zhou Huiwang
(Raja Hui dari Zhou)

Ji Zheng

Xiangwang

651 SM-619 SM

Zhou Xiangwang
(Raja Xiang dari Zhou)

Ji Renchen

Qingwang

618 SM-613 SM

Zhou Qingwang
(Raja Qing dari Zhou)

Ji Ban

Kuangwang

612 SM-607 SM

Zhou Kuangwang

(Raja Kuang dari Zhou)

Ji Yu

Dingwang

606 SM-586 SM

Zhou Dingwang
(Raja Ding dari Zhou)

Ji Yi

Jianwang

585 SM-572 SM

Zhou Jianwang
(Raja Jian dari Zhou)

Ji Xiexin

Lingwang

571 SM-545 SM

Zhou Lingwang
(Raja Ling dari Zhou)

Ji Gui

Jingwang

544 SM-521 SM

Zhou Jingwang
(Raja Jing dari Zhou)

Ji Meng

Daowang

520 SM

Zhou Daowang
(Raja Dao dari Zhou)

Ji Gai

Jingwang

519 SM-476 SM

Zhou Jingwang
(Raja Jing dari Zhou)

Ji Ren

Yuanwang

475 SM-469 SM

Zhou Yuanwang
(Raja Yuan dari Zhou)

Ji Jie

Zhendingwang

468 SM-442 SM

Zhou Zhendingwang
(Raja Zhending dari Zhou)

Ji Quji

Aiwang

441 SM

Zhou Aiwang
(Raja Ai dari Zhou)

Ji Shu

Siwang

441 SM

Zhou Siwang
(Raja Si dari Zhou)

Ji Wei

Kaowang

440 SM-426 SM

Zhou Kaowang
(Raja Kao dari Zhou)

Ji Wu

Weiliewang

425 SM-402 SM

Zhou Weiliewang
(Raja Weilie dari Zhou)

Ji Jiao

Anwang

401 SM-376 SM

Zhou Anwang
(Raja An dari Zhou)

Ji Xi

Liewang

375 SM-369 SM

Zhou Liewang

Ji Bian

Xianwang

368 SM-321 SM

Zhou Xianwang
(Raja Xian dari Zhou)

Ji Ding

Shenjingwang

320 SM-315 SM

Zhou Shenjingwang
(Raja Shenjing dari Zhou)

Ji Yan

Nanwang

314 SM-256 SM

Zhou Nanwang
(Raja Nan dari Zhou)

Huiwang

255 SM-249 SM

Zhou Huiwang2
(Raja Hui dari Eastern
Zhou)

(Raja Lie dari Zhou)

1 Masa permulaan Dinasti Zhou yang diterima secara luas pertama kalinya adalah pada tahun 841
SM, di masa pemerintahan transisi Gonghe. Data masa berkuasa di dalam tabel ini bersumber
dari Projek Kronologi Xia-Shang-Zhouyang dispensori oleh pemerintahan Cina yang dipublikasi
pada tahun 2000.
2 Keluarga bangsawan keluarga Ji mendudukkan Raja Hui sebagai pengganti Raja Nan setelah
ibukota Luo Yang ditaklukkan oleh pasukan Qin pada tahun 256 SM. Raja Nan secara umum
dipandang sebagai penguasa terakhir Dinasti Zhou.

Dinasti Qin
Dinasti Qin (Hanzi: , hanyu pinyin: Qin Chao) (221 SM 206 SM) adalah satu dari tiga dinasti
yang paling berpengaruh di Cina sepanjang sejarahnya. Dinasti Qin terkenal sebagai dinasti yang
pendek umurnya, namun meletakkan dasar-dasar kekaisaran yang kemudian akan diteruskan selama
2000 tahun oleh dinasti-dinasti setelahnya. Dinasti ini juga adalah dinasti pertama yang
mempersatukan suku bangsa beragam di Cina ke dalam entitas tunggal nasional Cina.
Kronologi sejarah
Penghujung Dinasti Zhou
Dinasti Qin berawal dari kerajaan Qin yang dikuasai bangsawan bermarga Ying di masa Dinasti Zhou.
Leluhur marga Ying, Bo Yi diceritakan pernah berjasa membantu Yu untuk meredakan banjir. Untuk itu,
Kaisar Shun kemudian menganugrahkan marga Ying kepada Bo Yi.

Salah satu keturunan Bo Yi kemudian mengabdi kepada Raja Xiao dari Dinasti Zhou. Berjasa untuk
memelihara kuda kerajaan, Raja Xiao lalu memberikan wilayah di Lembah Qin (sekarang di sekitar
Tianshui, Gansu) untuk keturunan Bo Yi tadi. Dari sinilah kerajaan Qin bermula.
Tahun 770 SM, Xiang dari Qin berjasa di dalam mengawal Raja Ping dari Dinasti Zhou dan mendapat
gelar bangsawan. Kerajaan Qin terbentuk dan kemudian menguasai wilayah Dinasti Zhou di sekitar
Shaanxi. Masa ini disebut sebagai Zaman Negara-negara Berperang karena puluhan negara besarkecil saling bermusuhan dan kerap berperang untuk merebut wilayah dan pengaruh kekuasaan. Tahun
221 SM, Raja Yingzheng (yang kemudian dikenal sebagai Qn Sh Hung atau Qin Shihuang) dari Qin
melakukan agresi militer terhadap kerajaan lainnya di Dinasti Zhou dan mempersatukan Cina di bawah
satu pemerintahan terpusat.
Penyatuan daratan Cina
Artikel utama Penaklukan enam negara oleh Negara Qin

230 SM: Penaklukan kerajaan Han

228 SM: Menyerang kerajaan Zhao

227 SM: Menyerang kerajaan Yan

225 SM: Penaklukan kerajaan Wei

224 SM: Penaklukan kerajaan Chu

222 SM: Penaklukan kerajaan Zhao dan Yan

221 SM: Penaklukan kerajaan Qi, mempersatukan Cina


Memusatkan kekuasaan
Ying Zheng setelah mempersatukan Cina kemudian menciptakan gelar Huangdi yang merupakan
gabungan dari Huang () dan Di (). Ia merasa ia lebih berjasa daripada Tiga Penguasa ( )
dan Lima Kaisar ( ) dari Cina kuno. Huangdi sendiri secara harfiah berarti penguasa dan kaisar
tak tertandingi. Ia kemudian digelari sebagai Shi Huangdi, yang bermakna Kaisar Pertama.
Ia kemudian menetapkan beberapa kebijakan pemerintahan yang memusatkan kekuasaan lebih lanjut
di tangan kaisar. Kaisar mempunyai kekuasaan absolut, para menteri mempunyai hak untuk
memberikan pandangan dan nasihat dalam penetapan kebijakan pemerintahan namun tidak punya
hak untuk memutuskan kebijakan. Pemerintahan pusat dijalankan oleh 3 menteri utama dan 9 menteri
biasa. Menteri utama terdiri dari perdana menteri dan 2 wakil perdana menteri. Perdana menteri
menjalankan pemerintahan, sedangkan 2 wakil perdana menteri masing-masing bertugas sebagai
pelaksana militer dan pemeriksa (kontrol pemerintahan).
Menyatukan unit satuan
Di masa ini juga, berbagai aspek kehidupan seperti satuan berat, panjang, unit mata uang, aksara
diseragamkan. Bahkan jarak antara sumbu roda kereta kuda disamakan untuk memudahkan
pembangunan jalan antar prefektur. Qin Shihuang juga memerintahkan perbaikan dan pembangunan
tembok besar yang sebelumnya telah dibangun di masa Dinasti Zhou untuk menahan serangan dari
bangsa Xiongnu di utara.
Membangun Istana E Fang

Setelah mempersatukan Cina, demi menonjolkan wibawa dan kekuasaannya, Qin Shihuang
membangun Istana E Fang di Gunung Li yang pada saat merupakan istana terbesar dan termegah
dalam sejarah Cina.
Du Mu dari Dinasti Tang mengisahkan bahwa istana ini kemudian dibumi-hanguskan oleh Xiang Yu
setelah berhasil menggulingkan Dinasti Qin. Namun sebenarnya dalam sejarah resmi, tidak ada
catatan mengenai terbakarnya istana ini.
Runtuhnya Dinasti Qin
Sepeninggal Qin Shihuang, Zhao Gao berkomplot bersama Hu Hai dan Li Si memalsukan surat wasiat
Qin Shihuang untuk mewariskan tahta kepada Hu Hai serta memerintahkan eksekusi mati atas anak
sulungnya, Fu Su. Hu Hai lalu naik tahta dengan gelar Kaisar Qin Kedua.
Hu Hai sendiri adalah seorang kaisar yang lalim dan tidak cakap. Ini menyebabkan ia tak dapat
menahan pemberontakan di daerah-daerah. Bulan Juli 209 SM, 2 pejabat kekaisaran, Chen Sheng
dan Wu Guang memberontak. Pemberontakan besar-besaran kemudian dipimpin oleh Xiang Yu dan
Liu Bang. Setelah Dinasti Qin runtuh, peperangan pecah antara Liu Bang dan Xiang Yu yang
kemudian dimenangkan oleh Liu Bang dan mendirikan Dinasti Han yang akan berkuasa selama 400
tahun.
Wilayah

Peta pengaruh Dinasti Qin


Dinasti Qin mewarisi wilayah Dinasti Zhou sebelumnya ditambah dengan ekspansi wilayah ke wilayah
selatan sampai ke tepi Laut Cina Selatan. Di zaman ini, wilayah selatan Cina untuk pertama kalinya
dimasukkan sebagai wilayah Cina.
Dinasti Qin menerapkan pembagian wilayah daerah terpusat, yang berbeda dari Dinasti Zhou yang
menerapkan sistem feodalisme. Dinasti Qin membagi wilayahnya ke dalam 36 daerah administrasi
(prefektur) yang kemudian dibagi-bagi lagi menjadi daerah yang lebih kecil. Di penghujung Dinasti Qin,
pemerintah daerah bertambah sampai 46 prefektur.
Sosial Budaya dan Agama

Sosial
Dinasti Qin menciptakan kebijakan pencatatan rumah tangga untuk pertama kalinya di Cina. Dalam
satu rumah tangga tidak diperbolehkan adanya 2 pria yang mempunyai kemampuan bekerja. Anak
yang telah dewasa diharuskan membentuk rumah tangga baru yang terpisah.
Di masa ini pula, pemerintah Qin melakukan transmigrasi besar-besaran dari daerah padat ke daerahdaerah tidak berpenghuni yang baru ditaklukkan. Ini dilakukan untuk mendukung pembangunan di
wilayah-wilayah yang masih belum tersentuh oleh pembangunan. Selain transmigrasi oleh negara,
seseorang tidak diperbolehkan berpindah-pindah sesuka hati mereka tanpa izin pemerintah.
Budaya
Di akhir Zaman Negara-negara Berperang, sejarahwan umumnya beranggapan bahwa kebudayaan
negara Qin masih terbelakang dibandingkan dengan negara-negara lainnya di pesisir. Setelah
mempersatukan Cina, Qin Shihuang lalu melakukan beberapa reformasi seperti penyatuan aksara
menggunakan karakter Xiaozhuan () yang dikisahkan diciptakan oleh Li Si.
Tokoh-tokoh terkenal
1.

Lu Buwei (), perdana menteri Qin dan wali Qin Shihuang ketika ia naik tahta dalam usia
muda. Orang yang berjasa dalam mendidik Qin Shihuang menjadi seorang kaisar yang bertangan
besi. Ada kontroversi mengenai garis keturunan dari Kaisar Qin, bahwa Kaisar Qin adalah anak dari
Lu Buwei, dimana Lu Buwei menyerahkan istrinya, Zhao Ji, pemain opera di kota Handan (wilayah
kerajaan Zhao) yang sudah hamil, kepada Raja Qin (Ying Yiren/raja sebelum Qin Shi Huang).Pada
akhirnya, dia dibunuh secara tidak langsung oleh Qin Shi Huang dengan dipaksa minum anggur
beracun.(Kaisar Qin takut Lu Bu Wei direkrut oleh 6 negara lainnya, padahal Bu Wei sendiri sudah
memutuskan pensiun.

2.

Li Si ( ), murid dari Xun Zi, direkrut oleh Lu Buwei sebagai guru untuk Kaisar Qin/Ying
Zheng. Orangnya cerdas,namun agak pengecut. Ada suatu peristiwa dimana dia bekerja sama
dengan pejabat tertentu untuk membuat surat permohonan pembagian kekuasaan kepada kaisar
Qin, namun karena takut dia membuat satu surat lagi yang isinya bertentangan dengan surat
pertama, lebih mendukung kaisar Qin, itulah alasan mengapa Fu Su, sang putra mahkota
membencinya. Setelah Lu Buwei tiada, dia ditunjuk sebagai perdana menteri.

3.

Zhao Gao (), kasim dari Kaisar Qin. Orangnya lumayan cerdas, tapi penjilat. Dia dan Li
Si melakukan suatu konspirasi besar mengenai penerus kaisar Qin, mereka mengatur sedemikian
rupa sehingga Huhai, putra ke-26 Qin Shihuang, yang masih muda dan intelektualnya lebih rendah
dari putra mahkota Fu Su, menjadi kaisar berikutnya, padahal mandat kaisar Qin sebelum mangkat
bahwa Fu Su seharusnya menjadi penerus kekaisaran Qin. Li Si takut dipenggal karena Fu Su tidak
menyukai Li Si, sementara Zhao Gao takut ingin Huhai naik tahta sehingga dengan demikian
statusnya ikut terangkat.

4.

Fu Su ( ), putra mahkota kekaisaran Qin, yang seharusnya menjadi penerus Qin Shi
Huang. Qin Shi Huang sendiri menganggap Fu Su hatinya terlalu lunak dan lemah. Sebenarnya dia
bisa melakukan kudeta kekuasaan, tapi ada suatu peristiwa dimana dia dan Li Si saling berbicara

setelah menerima mandat palsu (Isinya Pangeran Kedua yang menjadi penerus tahta, sementara Fu
Su dihukum mati).Dia bertanya, bagaimana masa depan kekaisaran Qin ke depannya, dan Li si
menjawab, tidak akan ada lagi Dinasti Qin, akhirnya dia mati bunuh diri.
5.

Lao Ai ( ), pemain opera di Handan yang dekat dengan ibu suri Zhao (ibu Ying Zheng),
yang kemudian dipromosikan oleh Lu Buwei menjadi menteri, dengan alasan diperbantukan ke ibu
suri. Sayangnya, Lao Ai punya niat tersembunyi, termasuk perselingkuhannya dengan ibu suri. Dia
melakukan pemberontakan pada saat Ying Zheng mengetahui skandal perselingkuhannya dengan
ibusuri Zhao. Pemberontakannya gagal dan ia tertangkap, lalu ia mengakui pada Ying Zheng
mengenai segalanya tentang perselingkuhan dengan ibusuri dan rahasia mengenai Lu Buwei adalah
ayah biologis Ying Zheng.

6.

Meng Tian ( ), jenderal kesayangan Qin Shi Huang, berjasa besar dalam penaklukan 6
kerajaan, termasuk peperangan di utara melawan Mongolia. Sebenarnya, Fu Su bermaksud
menjadikannya perdana menteri jika naik takhta. Ia turut dipaksa bunuh diri bersama Fu Su.

7.

Li Mu ( ), jenderal besar dari negeri Zhao, berhasil menggagalkan penyerangan negeri


Qin, Qin Shi Huang sendiri sangat terkesan dengan kegagahan Li Mu. Negara Qin mengirim matamatanya ke Zhao untuk menghasut Raja Zhao sehingga menyingkirkan Li dari jabatan komandan
tertinggi. Li dibunuh tidak lama setelah dicabut dari jabatannya oleh orang-orang suruhan Raja Zhao.
Setelah negeri Zhao kalah, namanya diabadikan menjadi nama suatu tempat.
Dinasti Qin
Dinasti Qin (Hanzi: , hanyu pinyin: Qin Chao) (221 SM 206 SM) adalah satu dari tiga dinasti
yang paling berpengaruh di Cina sepanjang sejarahnya. Dinasti Qin terkenal sebagai dinasti yang
pendek umurnya, namun meletakkan dasar-dasar kekaisaran yang kemudian akan diteruskan selama
2000 tahun oleh dinasti-dinasti setelahnya. Dinasti ini juga adalah dinasti pertama yang
mempersatukan suku bangsa beragam di Cina ke dalam entitas tunggal nasional Cina.
Kronologi sejarah
Penghujung Dinasti Zhou
Dinasti Qin berawal dari kerajaan Qin yang dikuasai bangsawan bermarga Ying di masa Dinasti Zhou.
Leluhur marga Ying, Bo Yi diceritakan pernah berjasa membantu Yu untuk meredakan banjir. Untuk itu,
Kaisar Shun kemudian menganugrahkan marga Ying kepada Bo Yi.
Salah satu keturunan Bo Yi kemudian mengabdi kepada Raja Xiao dari Dinasti Zhou. Berjasa untuk
memelihara kuda kerajaan, Raja Xiao lalu memberikan wilayah di Lembah Qin (sekarang di sekitar
Tianshui, Gansu) untuk keturunan Bo Yi tadi. Dari sinilah kerajaan Qin bermula.
Tahun 770 SM, Xiang dari Qin berjasa di dalam mengawal Raja Ping dari Dinasti Zhou dan mendapat
gelar bangsawan. Kerajaan Qin terbentuk dan kemudian menguasai wilayah Dinasti Zhou di sekitar
Shaanxi. Masa ini disebut sebagai Zaman Negara-negara Berperang karena puluhan negara besarkecil saling bermusuhan dan kerap berperang untuk merebut wilayah dan pengaruh kekuasaan. Tahun
221 SM, Raja Yingzheng (yang kemudian dikenal sebagai Qn Sh Hung atau Qin Shihuang) dari Qin

melakukan agresi militer terhadap kerajaan lainnya di Dinasti Zhou dan mempersatukan Cina di bawah
satu pemerintahan terpusat.
Penyatuan daratan Cina
Artikel utama Penaklukan enam negara oleh Negara Qin

230 SM: Penaklukan kerajaan Han

228 SM: Menyerang kerajaan Zhao

227 SM: Menyerang kerajaan Yan

225 SM: Penaklukan kerajaan Wei

224 SM: Penaklukan kerajaan Chu

222 SM: Penaklukan kerajaan Zhao dan Yan

221 SM: Penaklukan kerajaan Qi, mempersatukan Cina


Memusatkan kekuasaan
Ying Zheng setelah mempersatukan Cina kemudian menciptakan gelar Huangdi yang merupakan
gabungan dari Huang () dan Di (). Ia merasa ia lebih berjasa daripada Tiga Penguasa ( )
dan Lima Kaisar ( ) dari Cina kuno. Huangdi sendiri secara harfiah berarti penguasa dan kaisar
tak tertandingi. Ia kemudian digelari sebagai Shi Huangdi, yang bermakna Kaisar Pertama.
Ia kemudian menetapkan beberapa kebijakan pemerintahan yang memusatkan kekuasaan lebih lanjut
di tangan kaisar. Kaisar mempunyai kekuasaan absolut, para menteri mempunyai hak untuk
memberikan pandangan dan nasihat dalam penetapan kebijakan pemerintahan namun tidak punya
hak untuk memutuskan kebijakan. Pemerintahan pusat dijalankan oleh 3 menteri utama dan 9 menteri
biasa. Menteri utama terdiri dari perdana menteri dan 2 wakil perdana menteri. Perdana menteri
menjalankan pemerintahan, sedangkan 2 wakil perdana menteri masing-masing bertugas sebagai
pelaksana militer dan pemeriksa (kontrol pemerintahan).
Menyatukan unit satuan
Di masa ini juga, berbagai aspek kehidupan seperti satuan berat, panjang, unit mata uang, aksara
diseragamkan. Bahkan jarak antara sumbu roda kereta kuda disamakan untuk memudahkan
pembangunan jalan antar prefektur. Qin Shihuang juga memerintahkan perbaikan dan pembangunan
tembok besar yang sebelumnya telah dibangun di masa Dinasti Zhou untuk menahan serangan dari
bangsa Xiongnu di utara.
Membangun Istana E Fang
Setelah mempersatukan Cina, demi menonjolkan wibawa dan kekuasaannya, Qin Shihuang
membangun Istana E Fang di Gunung Li yang pada saat merupakan istana terbesar dan termegah
dalam sejarah Cina.
Du Mu dari Dinasti Tang mengisahkan bahwa istana ini kemudian dibumi-hanguskan oleh Xiang Yu
setelah berhasil menggulingkan Dinasti Qin. Namun sebenarnya dalam sejarah resmi, tidak ada
catatan mengenai terbakarnya istana ini.
Runtuhnya Dinasti Qin

Sepeninggal Qin Shihuang, Zhao Gao berkomplot bersama Hu Hai dan Li Si memalsukan surat wasiat
Qin Shihuang untuk mewariskan tahta kepada Hu Hai serta memerintahkan eksekusi mati atas anak
sulungnya, Fu Su. Hu Hai lalu naik tahta dengan gelar Kaisar Qin Kedua.
Hu Hai sendiri adalah seorang kaisar yang lalim dan tidak cakap. Ini menyebabkan ia tak dapat
menahan pemberontakan di daerah-daerah. Bulan Juli 209 SM, 2 pejabat kekaisaran, Chen Sheng
dan Wu Guang memberontak. Pemberontakan besar-besaran kemudian dipimpin oleh Xiang Yu dan
Liu Bang. Setelah Dinasti Qin runtuh, peperangan pecah antara Liu Bang dan Xiang Yu yang
kemudian dimenangkan oleh Liu Bang dan mendirikan Dinasti Han yang akan berkuasa selama 400
tahun.
Wilayah

Peta pengaruh Dinasti Qin


Dinasti Qin mewarisi wilayah Dinasti Zhou sebelumnya ditambah dengan ekspansi wilayah ke wilayah
selatan sampai ke tepi Laut Cina Selatan. Di zaman ini, wilayah selatan Cina untuk pertama kalinya
dimasukkan sebagai wilayah Cina.
Dinasti Qin menerapkan pembagian wilayah daerah terpusat, yang berbeda dari Dinasti Zhou yang
menerapkan sistem feodalisme. Dinasti Qin membagi wilayahnya ke dalam 36 daerah administrasi
(prefektur) yang kemudian dibagi-bagi lagi menjadi daerah yang lebih kecil. Di penghujung Dinasti Qin,
pemerintah daerah bertambah sampai 46 prefektur.
Sosial Budaya dan Agama
Sosial
Dinasti Qin menciptakan kebijakan pencatatan rumah tangga untuk pertama kalinya di Cina. Dalam
satu rumah tangga tidak diperbolehkan adanya 2 pria yang mempunyai kemampuan bekerja. Anak
yang telah dewasa diharuskan membentuk rumah tangga baru yang terpisah.
Di masa ini pula, pemerintah Qin melakukan transmigrasi besar-besaran dari daerah padat ke daerahdaerah tidak berpenghuni yang baru ditaklukkan. Ini dilakukan untuk mendukung pembangunan di
wilayah-wilayah yang masih belum tersentuh oleh pembangunan. Selain transmigrasi oleh negara,
seseorang tidak diperbolehkan berpindah-pindah sesuka hati mereka tanpa izin pemerintah.

Budaya
Di akhir Zaman Negara-negara Berperang, sejarahwan umumnya beranggapan bahwa kebudayaan
negara Qin masih terbelakang dibandingkan dengan negara-negara lainnya di pesisir. Setelah
mempersatukan Cina, Qin Shihuang lalu melakukan beberapa reformasi seperti penyatuan aksara
menggunakan karakter Xiaozhuan () yang dikisahkan diciptakan oleh Li Si.
Tokoh-tokoh terkenal
1.

Lu Buwei (), perdana menteri Qin dan wali Qin Shihuang ketika ia naik tahta dalam usia
muda. Orang yang berjasa dalam mendidik Qin Shihuang menjadi seorang kaisar yang bertangan
besi. Ada kontroversi mengenai garis keturunan dari Kaisar Qin, bahwa Kaisar Qin adalah anak dari
Lu Buwei, dimana Lu Buwei menyerahkan istrinya, Zhao Ji, pemain opera di kota Handan (wilayah
kerajaan Zhao) yang sudah hamil, kepada Raja Qin (Ying Yiren/raja sebelum Qin Shi Huang).Pada
akhirnya, dia dibunuh secara tidak langsung oleh Qin Shi Huang dengan dipaksa minum anggur
beracun.(Kaisar Qin takut Lu Bu Wei direkrut oleh 6 negara lainnya, padahal Bu Wei sendiri sudah
memutuskan pensiun.

2.

Li Si ( ), murid dari Xun Zi, direkrut oleh Lu Buwei sebagai guru untuk Kaisar Qin/Ying
Zheng. Orangnya cerdas,namun agak pengecut. Ada suatu peristiwa dimana dia bekerja sama
dengan pejabat tertentu untuk membuat surat permohonan pembagian kekuasaan kepada kaisar
Qin, namun karena takut dia membuat satu surat lagi yang isinya bertentangan dengan surat
pertama, lebih mendukung kaisar Qin, itulah alasan mengapa Fu Su, sang putra mahkota
membencinya. Setelah Lu Buwei tiada, dia ditunjuk sebagai perdana menteri.

3.

Zhao Gao (), kasim dari Kaisar Qin. Orangnya lumayan cerdas, tapi penjilat. Dia dan Li
Si melakukan suatu konspirasi besar mengenai penerus kaisar Qin, mereka mengatur sedemikian
rupa sehingga Huhai, putra ke-26 Qin Shihuang, yang masih muda dan intelektualnya lebih rendah
dari putra mahkota Fu Su, menjadi kaisar berikutnya, padahal mandat kaisar Qin sebelum mangkat
bahwa Fu Su seharusnya menjadi penerus kekaisaran Qin. Li Si takut dipenggal karena Fu Su tidak
menyukai Li Si, sementara Zhao Gao takut ingin Huhai naik tahta sehingga dengan demikian
statusnya ikut terangkat.

4.

Fu Su ( ), putra mahkota kekaisaran Qin, yang seharusnya menjadi penerus Qin Shi
Huang. Qin Shi Huang sendiri menganggap Fu Su hatinya terlalu lunak dan lemah. Sebenarnya dia
bisa melakukan kudeta kekuasaan, tapi ada suatu peristiwa dimana dia dan Li Si saling berbicara
setelah menerima mandat palsu (Isinya Pangeran Kedua yang menjadi penerus tahta, sementara Fu
Su dihukum mati).Dia bertanya, bagaimana masa depan kekaisaran Qin ke depannya, dan Li si
menjawab, tidak akan ada lagi Dinasti Qin, akhirnya dia mati bunuh diri.

5.

Lao Ai ( ), pemain opera di Handan yang dekat dengan ibu suri Zhao (ibu Ying Zheng),
yang kemudian dipromosikan oleh Lu Buwei menjadi menteri, dengan alasan diperbantukan ke ibu
suri. Sayangnya, Lao Ai punya niat tersembunyi, termasuk perselingkuhannya dengan ibu suri. Dia
melakukan pemberontakan pada saat Ying Zheng mengetahui skandal perselingkuhannya dengan
ibusuri Zhao. Pemberontakannya gagal dan ia tertangkap, lalu ia mengakui pada Ying Zheng

mengenai segalanya tentang perselingkuhan dengan ibusuri dan rahasia mengenai Lu Buwei adalah
ayah biologis Ying Zheng.
6.

Meng Tian ( ), jenderal kesayangan Qin Shi Huang, berjasa besar dalam penaklukan 6
kerajaan, termasuk peperangan di utara melawan Mongolia. Sebenarnya, Fu Su bermaksud
menjadikannya perdana menteri jika naik takhta. Ia turut dipaksa bunuh diri bersama Fu Su.

7.

Li Mu ( ), jenderal besar dari negeri Zhao, berhasil menggagalkan penyerangan negeri


Qin, Qin Shi Huang sendiri sangat terkesan dengan kegagahan Li Mu. Negara Qin mengirim matamatanya ke Zhao untuk menghasut Raja Zhao sehingga menyingkirkan Li dari jabatan komandan
tertinggi. Li dibunuh tidak lama setelah dicabut dari jabatannya oleh orang-orang suruhan Raja Zhao.
Setelah negeri Zhao kalah, namanya diabadikan menjadi nama suatu tempat.
Dinasti Han
Dinasti Han (Hanzi: , hanyu pinyin: Han Chao) (206 SM 220) adalah satu dari tiga dinasti yang
paling berpengaruh di Cina sepanjang sejarahnya. Dinasti ini adalah yang meletakkan dasar-dasar
nasionalitas Cina mewarisi penyatuan Cina dari dinasti sebelumnya, Dinasti Qin. Dinasti Han sendiri
didirikan oleh Liu Bang, seorang petani yang memenangkan perang saudara dengan saingannya,
Xiang Yu. Dinasti Han merupakan salah satu dinasti terkuat di Cina, dan karena pengaruhnya yang
besar, etnis-etnis mayoritas di Cina sekarang ini menyebut mereka orang Han (biarpun mungkin nenek
moyang mereka bukan dari etnis Han).
Kronologi Kaisar
Ada 13 kaisar yang memimpin Dinasti Han Barat (206 SM 8) dan 13 kaisar memimpin Dinasti Han
Timur (23 220). Antara tahun 8 sampai dengan tahun 23 ada sebuah Dinasti Xin yang menjadi batas
daripada Dinasti Han Barat dan Timur. (belum selesai) 8 Dinasti Sui (581 V 618)
Tiongkok baru dapat bersatu kembali di bawah pemerintahan Dinasti Sui (581-618) yang didirikan oleh
Yang Jian dengan gelarnya Sui Wendi (581-604). Beliau merupakan seorang raja berkemampuan
tinggi, yang sanggup memulihkan perdamaian setelah masa kacau selama ratusan tahun. Untuk
membantunya dalam memerintah ia juga menunjuk menteri-menteri yang pandai serta berusaha untuk
meningkatkan pertanian. Pengganti Yang Jian, Kaisar Sui Yangdi (604 V 617) sayangnya bukan
kaisar yang cakap dan lebih mementingkan bermewah- mewah ketimbang mengurus masalah
kenegaraan. Dengan mengabaikan protes para menterinya, Yangdi memerintahkan pembangungan
ibu kota kedua, Luoyang. Dua juta pekerja telah diperintahkan untuk membangun istana megah serta
danau buatan di kota tersebut lengkap dengan tamannya yang memiliki luas 155 km2. Kala musim
dingin tiba, pada pohon-pohon di taman tersebut digantungkan daun dan bunga-bungaan dari sutra.
Kaisar Yangdi melanjutkan pembangunan terusan yang telah dimulai oleh Kaisar Sui Wendi yang
menghubungkan utara dan selatan, mulai dari lembah Sungai Yangzi hingga mencapai daerah Beijing
sekarang. Terusan sepanjang kurang lebih 2000 km tersebut dapat dikatakan merupakan salah satu
mahakarya Bangsa Tionghoa, karena dibangun sekitar 12 abad lebih dahulu dibandingkan dengan
pembangungan Terusan Suez oleh bangsa Barat. Kejatuhan Yangdi dipercepat oleh usahanya yang

gagal untuk menaklukkan Korea, dimana hal tersebut sangat menghabiskan sumber daya negara.
Pada masa akhir pemerintahannya Sungai Huanghe meluap yang mengakibatkan penderitaan di
kalangan rakyat. Kerusuhan terjadi di mana-mana. Li Yuan seorang tokoh militer dari Utara
menaklukkan ibu kota Changan dan Yangdipun melarikan diri ke selatan, di mana ia dicekik sampai
mati oleh putera seorang menteri yang pernah dipermalukannya. Li Yuan kemudian mengangkat cucu
Yangdi sebagai Kaisar Gongdi (617-618) dan ia sendiri menjadi walinya, tetapi setahun kemudian
diturunkannya dari tahta dan ia sendiri mengangkat dirinya sebagai kaisar dengan gelar Tang Gaozong
(618 V 626). Dengan demikian berakhirlah Dinasti Sui dan masa kekuasaan Dinasti Tangpun
mulailah.
Wilayah
Setelah mengalahkan negeri Chu, kemudian Liu Bang menggabungkan negeri-negeri lain di Cina dan
mendirikan dinasti Han. 8 Dinasti Sui (581 V 618)
Tiongkok baru dapat bersatu kembali di bawah pemerintahan Dinasti Sui (581-618) yang didirikan oleh
Yang Jian dengan gelarnya Sui Wendi (581-604). Beliau merupakan seorang raja berkemampuan
tinggi, yang sanggup memulihkan perdamaian setelah masa kacau selama ratusan tahun. Untuk
membantunya dalam memerintah ia juga menunjuk menteri-menteri yang pandai serta berusaha untuk
meningkatkan pertanian. Pengganti Yang Jian, Kaisar Sui Yangdi (604 V 617) sayangnya bukan
kaisar yang cakap dan lebih mementingkan bermewah- mewah ketimbang mengurus masalah
kenegaraan. Dengan mengabaikan protes para menterinya, Yangdi memerintahkan pembangungan
ibu kota kedua, Luoyang. Dua juta pekerja telah diperintahkan untuk membangun istana megah serta
danau buatan di kota tersebut lengkap dengan tamannya yang memiliki luas 155 km2. Kala musim
dingin tiba, pada pohon-pohon di taman tersebut digantungkan daun dan bunga-bungaan dari sutra.
Kaisar Yangdi melanjutkan pembangunan terusan yang telah dimulai oleh Kaisar Sui Wendi yang
menghubungkan utara dan selatan, mulai dari lembah Sungai Yangzi hingga mencapai daerah Beijing
sekarang. Terusan sepanjang kurang lebih 2000 km tersebut dapat dikatakan merupakan salah satu
mahakarya Bangsa Tionghoa, karena dibangun sekitar 12 abad lebih dahulu dibandingkan dengan
pembangungan Terusan Suez oleh bangsa Barat. Kejatuhan Yangdi dipercepat oleh usahanya yang
gagal untuk menaklukkan Korea, dimana hal tersebut sangat menghabiskan sumber daya negara.
Pada masa akhir pemerintahannya Sungai Huanghe meluap yang mengakibatkan penderitaan di
kalangan rakyat. Kerusuhan terjadi di mana-mana. Li Yuan seorang tokoh militer dari Utara
menaklukkan ibu kota Changan dan Yangdipun melarikan diri ke selatan, di mana ia dicekik sampai
mati oleh putera seorang menteri yang pernah dipermalukannya. Li Yuan kemudian mengangkat cucu
Yangdi sebagai Kaisar Gongdi (617-618) dan ia sendiri menjadi walinya, tetapi setahun kemudian
diturunkannya dari tahta dan ia sendiri mengangkat dirinya sebagai kaisar dengan gelar Tang Gaozong
(618 V 626). Dengan demikian berakhirlah Dinasti Sui dan masa kekuasaan Dinasti Tangpun
mulailah.
Struktur Pemerintahan
Pada awalnya, Liu Bang (kaisar Gao) membagi negara menjadi beberapa negara bagian feodal
dengan maksud untuk memuaskan para pemimpin negeri yang bergabung dengannya saat perang

Chu-Han, walaupun dia berencana akan menyingkirkan mereka setelah Liu Bang menggabungkan
dan mengkonsolidir pasukannya menjadi kekuatan penuh.
Sosial Budaya dan Agama
Pada masa dinasti Han, ajaran Konfusius dan Taoisme berkembang pesat.
Hubungan Luar Negeri
Dinasti Han melakukan perdagangan dan meluaskan budayanya ke negara Korea, Mongolia, Vietnam,
dan Asia Tengah.
Tokoh-tokoh Terkenal
Liu Bang = pendiri dinasti Han dan kaisar pertama dinasti Han Barat Liu Xiu = seorang anggota
kerajaan Liu yang berhasil menggulingkan dinasti Xin, dan mendirikan kembali dinasti Han (atau yang
dikenal dengan Han Timur)
Wang Mang = pemberontak yang pada akhirnya berhasil menggulingkan pemerintahan dinasti Han
Barat, karena menganggap keluarga kerajaan Liu sudah tidak mempunyai kuasa mandat langit lagi.
Suku Han
(Hanzi sederhana: ; Hanzi tradisional: ; hanyu pinyin: hanzu) adalah sebuah suku
mayoritas di Tiongkok. Suku ini mendapat namanya dari Dinasti Han dan telah mempunyai sejarah
yang panjang sejak 2200 tahun yang lalu. Han digunakan untuk menyebut bangsa Tiongkok sejak
lama karena kejayaan Dinasti Han tersebut, yang memerintah Tiongkok selama 400 tahun lebih,
meletakkan banyak dasar bagi perkembangan kebudayaan, identitas kebangsaan dan nasionalisme,
ekonomi dan politik.
Suku Han merupakan suku terbesar di dunia; 19 persen dari penduduk dunia dan 91 persen penduduk
RRC berasal dari suku ini

Dinasti Xin
Dinasti Xin (Hanzi: , hanyu pinyin: Xin Chao) (8 23) adalah sebuah dinasti berumur pendek di
dalam Dinasti Han. Dinasti Xin ini adalah sebuah dinasti yang menandai berakhirnya Dinasti Han Barat
dan dilanjutkan dengan Dinasti Han Timur.
Dinasti ini didirikan oleh Wang Mang (Hanzi: ) (45 SM 23), seorang pejabat Dinasti Han yang
merebut legitimasi kekuasaan dari Keluarga Liu dan kemudian mendeklarasikan sebuah dinasti baru.

Zaman Tiga Negara


Zaman Tiga Negara atau juga dikenal dengan nama Samkok (Hanzi sederhana: ; Hanzi
TIGA NEGARA
Negara

Cao Wei

Dong Wu

Shu Han

Ibu kota

Luoyang

Jianye

Chengdu

Kaisar
Kaisar pendiri
Kaisar terakhir

5 kaisar
Cao Pi
Cao Huan

4 kaisar
Sun Quan
Sun Hao

2 kaisar
Liu Bei
Liu Chan

Berdiri

220

222

221

Runtuh

265

280

263

tradisional: , hanyu pinyin: sanguo shidai, bahasa Inggris: Three Kingdoms Era) (220 280)
adalah sebuah zaman di penghujung Dinasti Han di mana Cina terpecah menjadi tiga negara yang
saling bermusuhan.
Di dalam sejarah Cina biasanya hanya boleh ada kaisar tunggal yang dianggap menjalankan mandat
langit untuk berkuasa, namun di zaman ini karena tidak ada satupun negara yang dapat menaklukkan
negara lainnya untuk mempersatukan Cina, maka muncullah tiga negara dengan kaisar masingmasing. Cina akhirnya dipersatukan oleh keluarga Sima yang merebut kekuasaan dari negara Wei dan
menaklukkan Wu serta mendirikan Dinasti Jin.
Kronologi sejarah
Penghujung Dinasti Han
Dinasti Han mengalami kemerosotan sejak tahun 100 karena kaisar-kaisar penguasa yang tidak cakap
memerintah dan pembusukan di dalam birokrasi pemerintahan. Beberapa pemberontakan petani
pecah sebagai bentuk ketidakpuasan rakyat terhadap kekaisaran. Namun ketidakmampuan kaisar
lebih parah dipergunakan oleh para kasim untuk mengkonsolidasikan kekuasaan di tangan mereka.
Penghujung Dinasti Han memang adalah sebuah masa yang didominasi oleh pemerintahan kasim.

Pembagian administrasi (prefektur) di penghujung Dinasti Han

Sejak Kaisar Hedi, kaisar-kaisar selanjutnya naik tahta pada masa kanak-kanak. Ini menyebabkan
tidak ada pemerintahan yang stabil dan kuat karena pemerintahan dijalankan oleh kasim-kasim dan
keluarga kaisar lainnya yang kemudian melakukan kudeta untuk menyingkirkan kaisar yang tengah
beranjak dewasa guna melanggengkan kekuasaan mereka. Ini menyebabkan lingkaran setan yang
kemudian makin memurukkan situasi Dinasti Han. Pada penghujung dinasti Han muncul
pemberontakan selendang kuning atau yang lebih dikenal dengan pemberontakan serban kuning,
yang dipimpin oleh Zhang Jiao beserta antek-anteknya mereka menduduki wilayah Yu Zhou, Xu Zhou,
Yan Zhou. Tepatnya dulu menduduki kota-kota Ping Yuan, Wan, Xu Chang, Ye, Xiao Pei, Shou Chun.
Untuk menumpas pemberontakan yang muncul maka pemerintah dinasti Han menobatkan He Jin
sebagai Jendral besar sekaligus perdana menteri. Selama kurang lebih 8 tahun, He jin masih tidak
dapat menumpas pemberontakan.
Kelaliman Perdana Menteri Dong Zhuo
Pada tahun 189, sesaat setelah Kaisar Lingdi mangkat, para menteri kemudian merencanakan untuk
membunuh Jenderal He Jin, paman dari anak Kaisar Lingdi, Liu Bian. Ini dimaksudkan untuk
mencegah He Jin mendudukkan Liu Bian sebagai kaisar pewaris tahta. Rencana ini diketahui oleh He
Jin yang kemudian segera melantik Liu Bian sebagai pewaris tahta dengan gelar Shaodi pada April
189. Selain itu, He Jin juga memerintahkan Dong Zhuo untuk kembali ke ibu kota Luoyang untuk
menghabisi para menteri serta kasim yang ingin merebut kekuasaan itu. Sebelum Dong Zhuo sampai,
He Jin sudah dibunuh dahulu oleh para menteri di dalam istana.
Yuan Shao kemudian mengambil inisiatif menyerang istana dan memerintahkan pembunuhan
sebagian menteri dan kasim yang dituduh berkomplot merebut kekuasaan kekaisaran. Namun, menteri
lainnya menyandera Kaisar Shaodi dan adiknya Liu Xie ke luar istana. Dong Zhuo mengambil
kesempatan ini untuk memusnahkan kompolotan menteri tadi dan menyelamatkan kaisar. Dengan
kaisar di bawah pengaturannya, Dong Zhuo kemudian memulai kelalimannya.
Dong Zhuo mulai menyiapkan strateginya untuk mengontrol kekuasaan kekaisaran di Cina dengan
membatasi wewenang kekuasaan Kaisar Shaodi. Ia lalu menghasut Lu Bu untuk membunuh ayah
angkatnya, Ding Yuan dan merebut seluruh kekuatan militernya untuk memperkuat diri sendiri. Yuan
Shao juga diusir olehnya dari Luoyang. Ia membatasi wewenang para menteri dan memusatkan
kekuasaan di tangannya, setelah itu, Kaisar Shaodi diturunkan dari tahta untuk kemudian digantikan
oleh adiknya Liu Xie yang menjadi kaisar dengan gelar Xiandi pada September 189. Sejarahwan
beranggapan bahwa momentum ini adalah awal Zaman Tiga Negara.
Yuan Shao kemudian menghimbau para jenderal penguasa daerah untuk melawan kelaliman Dong
Zhuo. Usahanya membawa hasil 11 batalyon militer beraliansi untuk melakukan agresi ke Luoyang
guna menumbangkan rezim Dong Zhuo. Yuan Shao memimpin aliansi yang kemudian dinamakan
sebagai Tentara Pintu Timur. Dong Zhuo merasa takut dan membunuh bekas kaisar Shaodi,
membumi-hanguskan dan merampok penduduk Luoyang, menyandera Kaisar Xiandi dan
memindahkan ibu kota ke Changan.
Dalam pelariannya, Dong Zhuo diserang oleh Cao Cao dan Sun Jian yang tergabung dalam Tentara
Pintu Timur, namun sayang karena ada kecemburuan di dalam aliansi menyebabkan tidak ada
bantuan dari jenderal lainnya yang tidak ingin melihat keberhasilan mereka berdua. Aliansi ini
kemudian bubar dan Dong Zhuo meneruskan kelalimannya di Changan.

Akhirnya, pada tahun 192, menteri istana bernama Wang Yun bersama Lu Bu menghabisi nyawa
Dong Zhuo di Changan. Ini mengakibatkan bawahan Dong Zhuo, Li Jue menyerang istana dan
membunuh Wang Yun serta mengusir Lu Bu. Li Jue melanjutkan kelaliman pemerintahan Dong Zhuo.
Berkuasanya raja-raja perang
Setelah Dong Zhuo berhasil dijatuhkan, Dinasti Han makin melemah karena kehilangan kewibawaan
kekaisaran. Melemahnya kekuasaan istana menyebabkan para gubernur dan penguasa daerah
memperkuat diri sendiri dan menjadi raja kecil di wilayah mereka. Ini menyebabkan munculnya rivalitas
antar raja-raja perang satu wilayah dengan wilayah lainnya. Raja perang yang terkenal dan kuat pada
masa ini adalah :

Yuan Shao, menguasai Prefektur Ji di utara Sungai Kuning.

Cao Cao, menguasai Chenliu dan kemudian Xuchang.

Yuan Shu, menguasai daerah Huainan dan mengangkat diri sebagai kaisar karena mempunyai
stempel kekaisaran di tangannya.
Sun Jian, menguasai Changsha.
Dong Zhuo, gubernur Prefektur Liang, namun kemudian merebut ibu kota Luoyang dan
memindahkannya ke Changan, Prefektur Sili.

Liu Biao, menguasai Prefektur Jing.

Liu Zhang, menguasai Prefektur Yi.

Zhang Lu, menguasai Hanzhong.

Ma Teng, menguasai Prefektur Liang.

Gongsun Zan, menguasai Semenanjung Liaodong.


Peperangan Guandu dan penyatuan utara

Peta wilayah pengaruh Yuan Shao (merah) dan Cao Cao (biru) pada tahun 195
Di antara mereka, kekuatan Cao Cao dan Yuan Shao berkembang paling pesat dan menyebabkan
peperangan di antara mereka tidak dapat dihindari. Cao Cao pada tahun 197 menaklukkan Yuan Shu,
lalu Lu Bu pada tahun 198 serta Liu Bei setahun selanjutnya. Tahun 200, Yuan Shao memulai
ekspansi wilayah ke selatan, namun berhasil dipukul mundur oleh Cao Cao. Yuan Shao kemudian
memutuskan untuk memimpin sendiri kampanye militer ke selatan dan berpangkalan di Yangwu. Cao
Cao juga mundur ke Guandu untuk melakukan kampanye defensif. Di sini, kekuatan di antara mereka
berimbang selama setengah tahun sampai akhirnya Cao Cao melakukan serangan mendadak dan

memusnahkan seluruh persediaan logistik Yuan Shao. Yuan Shao kemudian mundur karena moral
prajurit yang rendah setelah kekalahan yang menentukan itu. Ini adalah peperangan Guandu yang
terkenal itu.
Setelah kekalahannya di Guandu, Yuan Shao beberapa kali mencoba melakukan serangan kepada
Cao Cao namun gagal. Tahun 202, Yuan Shao meninggal, menyebabkan perebutan kekuasaan antara
putranya, Yuan Tan dan Yuan Shang. Cao Cao mengambil kesempatan ini untuk menaklukkan Yuan
Shang dan membunuh Yuan Tan. Yuan Shang kemudian mencari perlindungan kepada suku Wuhuan
di utara yang mendukung Yuan Shao. Atas nasihat Guo Jia, Cao Cao menyerang Wuhuan dan
membunuh pemimpinnya. Yuan Shang dalam pelariannya mencari perlindungan kemudian dibunuh
oleh Gongsun Kang yang takut diserang Cao Cao bila memberikan suaka kepada Yuan Shang.
Tahun 207, Cao Cao secara resmi mempersatukan wilayah utara Cina dan merencanakan ekspansi ke
wilayah selatan.
Kampanye militer ke selatan dan peperangan Chibi

Karakter Chibi di Tebing Merah di tepi Sungai Panjang


Tahun 208, Cao Cao melakukan kampanye militer ke selatan tepatnya ke Prefektur Jingzhou yang
saat itu dikuasai oleh Liu Biao. Liu Biao meninggal sebelum Cao Cao tiba. Liu Zong, anak Liu Biao
yang menggantikan ayahnya menyerah kepada Cao Cao. Liu Bei yang saat itu berlindung kepada Liu
Biao melarikan diri ke Jiangling, namun berhasil dipukul mundur lebih lanjut ke Xiakou.
Sun Quan mengutus penasihatnya Lu Su mengunjungi Liu Bei menanyakan keadaannya. Zhuge Liang
kemudian mewakili Liu Bei mengajukan penawaran aliansi kepada Sun Quan. Aliansi Sun-Liu
terbentuk untuk menahan serangan Cao Cao. Zhou Yu dan Cheng Pu memimpin tentara Sun dan
berhasil memukul mundur tentara Cao Cao dengan strategi api. Peperangan berlokasi di daerah Chibi
dan terkenal sebagai pertempuran Chibi.
Liu Bei menduduki Prefektur Yizhou
Cao Cao yang kalah perang kemudian mengalihkan perhatian ke wilayah barat. Cao Cao menyerang
Hanzhong yang dikuasai Zhang Lu. Penguasa di Xiliang kemudian melakukan perlawanan pada tahun
211 karena takut menjadi target Cao Cao selanjutnya. Ma Chao yang memimpin perlawanan ini
dikalahkan Cao Cao dan mengasingkan diri. Setelah tahun 215, Cao Cao telah berhasil menguasai
seluruh wilayah utara dan barat Cina.

Kemenangan aliansi Sun-Liu membuahkan perpecahan di antara mereka. Mereka mulai


memperebutkan Jingzhou yang ditinggalkan Cao Cao. Perebutan ini dimenangkan oleh Sun Quan,
yang melakukan serangan militer ke selatan Jingzhou di bawah pimpinan Zhou Yu. Zhou Yu
berencana melanjutkan ekspansi militer ke Prefektur Yizhou yang dikuasai Liu Zhang, namun ia
meninggal dalam perjalanan. Lu Su yang menggantikannya menghentikan rencana ini dan
meminjamkan Jingzhou kepada Liu Bei untuk pangkalan militer sementara untuk menahan
kemungkinan serangan Cao Cao.
Saat ini, Liu Zhang mengundang Liu Bei untuk membantu Yizhou melawan kemungkinan ekspansi
Cao Cao bila berhasil menduduki Hanzhong. Liu Bei berangkat menuju Yizhou meninggalkan Guan Yu
menjaga Jingzhou. Perseteruan Liu Bei dan Liu Zhang pecah pada tahun 212, Liu Bei lalu menduduki
Chengdu dan memaksa Liu Zhang menyerahkan kekuasaan Yizhou kepadanya.
Tiga negara terbentuk

Peta 3 negara pada tahun 262 M


Tahun 216, Cao Cao mengangkat diri sebagai Raja Wei. Setahun kemudian, Liu Bei menyerang
Hanzhong yang saat itu dikuasai Cao Cao. Pengkhianatan dari dalam dan kampanye militer Sun Quan
di wilayah tengah menyebabkan Cao Cao terpaksa harus mundur dari Hanzhong. Liu Bei juga
mengangkat diri menjadi Raja Hanzhong pada tahun 219.
Tahun yang sama, Guan Yu memimpin pasukan menyerang Cao Cao, namun Lu Meng melakukan
serangan dari belakang secara mendadak ke Jingzhou. Guan Yu berhasil ditangkap dan dibunuh oleh
Lu Meng. Tahun 220, Cao Cao meninggal dunia dan digantikan oleh putranya Cao Pi. Cao Pi
memaksa Kaisar Xiandi menyerahkan tahta kekaisaran lalu mendirikan Negara Wei dan bertahta
dengan gelar Wendi. Setahun kemudian, Liu Bei yang mendukung kelanjutan Dinasti Han mengangkat
diri sebagai kaisar dengan gelar Zhaoliedi.
Sun Quan menyatakan tunduk kepada Wei dan diangkat sebagai Raja Wu oleh Cao Pi. Tahun 221
juga, Liu Bei menyerang Sun Quan dengan tujuan membalaskan dendam Guan Yu, namun berhasil
dipukul mundur oleh Lu Xun dan meninggal pada tahun 223. Liu Chan kemudian menggantikan sang
ayah menjadi kaisar dengan gelar Xiaohuaidi. Sepeninggal Liu Bei, Sun Quan kembali bersekutu

dengan Liu Chan untuk menahan pengaruh Cao Cao. Tiga negara resmi berdiri dan tidak akan ada
satupun negara dapat menaklukkan negara lainnya selama kurun waktu 40 tahun.
Runtuhnya negara Shu Han
Sepeninggal Liu Bei, negara Shu Han melakukan ekspansi wilayah ke timur laut Shu. tepatnya kota
Chang An yang dipimpin oleh Cao Hong dan Sima Yi sebagai penasihatnya. Ini dilakukan untuk
mengurangi kemungkinan diserang dari belakang saat pelaksanaan gerakan ofensif terhadap Wei di
utara. Setelah wilayah di belakang ( maksudnya daerah di Nan Man, yang dikuasai suku bar-bar)
berhasil ditenangkan, Shu Han melakukan 5 kali penyerangan ke utara di bawah pimpinan Zhuge
Liang dalam kurun tahun 227 sampai 234, mulai dari Tian Shui sampai Wu Zhang dan yang berhasil
dikuasai Shu Han hanya Tian Shui saja.
Zhuge Liang meninggal pada peperangan di tanah Wu Zhang atau dikenal dengan peperangan Wu
Zhang Plains, dimana Zhuge Liang sebenarnya menggunakan Ba Zhen Du sebagai ilmu sihir tingkat
tingginya, namun oleh Wei Yan, perwira Shu Han digagalkannya akibat pengaruh dari Sima Yi. tahun
234 lalu digantikan oleh Jiang Wei yang meneruskan ekspedisi ke utara, namun tidak menghasilkan
kemenangan yang mutlak. Liu Chan yang tidak cakap memimpin mempercayakan jalannya
pemerintahan kepada menteri kesayangannya Huang Hao. Jiang Wei yang mengajukan mosi tidak
percaya kepadanya, malah dituduh berkhianat kepada negara. Ini menyebabkan Wei kemudian
berhasil mematahkan pertahanan Hanzhong dan menyerang sampai ke Chengdu, ibu kota Shu Han.
Liu Chan menyerahkan diri kepada Wei dan negara Shu Han resmi runtuh pada tahun 263.
Berdirinya Dinasti Jin
Tahun 265, menteri negara Wei, Sima Yan merebut kekuasaan dari keluarga Cao dan mendirikan
negara Jin, beribu kota di Luoyang. Ia bertahta dengan gelar Kaisar Wudi. Jin kemudian
merencanakan penaklukan negara Wu yang saat itu sedang kacau sepeninggal Sun Quan pada tahun
251. Tahun 279, penyerangan Wu dilancarkan dan Jin berhasil menaklukkan Wu tanpa perlawanan
berarti karena moral prajurit yang rendah. Sebab utama kekalahan Wu adalah pemerintahan lalim dari
kaisar Sun Hao.
Tahun 280, Cina dengan resmi dipersatukan di bawah Dinasti Jin yang kerap disebut sebagai Jin Barat
oleh sejarahwan. Dinasti ini akan berkuasa sampai tahun 420 sebelum Cina kembali terpecah-pecah
karena lemahnya kekaisaran dan serangan suku-suku barbar dari utara.
Sastra

Kata pembukaan novel Kisah Tiga Negara; Seluruh kekuatan di dunia, bersatu untuk bercerai dan
bercerai untuk bersatu kembali
Zaman ini punya popularitas lebih di masyarakat luas karena Luo Guanzhong, seorang sastrawan
Dinasti Ming menuliskannya sebagai latar belakang roman sejarah Kisah Tiga Negara ( ).
Selain itu, ada pula sastra sejarah resmi Catatan Sejarah Tiga Negara ( ) karya Chen Shou,
seorang sejarahwan Dinasti Jin.
Tokoh-tokoh berdasarkan negara
Penghujung Dinasti Han

Dong Zhuo, perdana menteri lalim

Yuan Shao, bangsawan dari utara, kemudian dikalahkan Cao Cao

Liu Biao, bangsawan dari Jingzhou

Gongsun Zan, jenderal Han di perbatasan timur laut

Lu Bu, jenderal bengis, membunuh 2 ayah angkatnya

Ma Teng, penguasa Liangzhou

Kaisar Xiandi, kaisar terakhir Dinasti Han


Cao Wei

Cao Cao,pemimpin negara Wei, raja perang, mempersatukan utara Cina

Cao Pi, anak dari Cao Cao, pemimpin pengganti negara Wei

Cao Rui, cucu dari Cao Cao, pemimpin pengganti Cao Pi

Cao Ren, paman dari Cao Pi

Cao Ang, anak dari Cao Cao

Sima Yi, penasihat militer dan ahli strategi

Guo Jia, penasihat militer, mati muda

Xun Yu, penasihat militer

Xun You, penasihat militer, saudara Xun Yu

Cheng Yu, penasihat militer

Jia Xu, penasihat militer

Xu Shu, penasihat militer

Chen Qun, penasihat militer

Xiahou Dun, jenderal perang

Xiahou Yuan, abang dari Xiahou Dun, terkenal akan panahnya

Zhang Liao, jenderal perang

Zhang He, jenderal perang

Dian Wei, pengawal pribadi Cao Cao

Xu Chu, pengawal Cao Cao, pengganti Dian Wei

Zhuge Dan, saudara sepupu Zhuge Liang, tetapi bekerja pada Wei

Sima Zhao, anak dari Sima Yi

Hao Zhao, jendral perang

Xu Huang, jendral perang


Dong Wu

Sun Jian, raja perang, penguasa Changsha

Sun Ce, anak Sun Jian, peletak dasar negara Wu

Sun Quan, kaisar pertama negara Wu

Sun Shang Xiang, anak Sun Jian

Zhou Yu, penasihat militer, mati muda

Zhuge Jin, penasihat militer

Lu Su, penasihat dan pengganti posisi Zhou Yu

Lu Meng, jendral perang

Lu Xun, jenderal perang

Huang Gai, jenderal perang

Gan Ning, jenderal perang

Taishi Ci, jenderal perang

Zhou Tai, jendral perang

Xu Sheng, jendral perang

Zhang Zhao, menteri

Zhang Hong, menteri

Han Ze, menteri

Gu Yong, menteri

Bu Zhi, menteri
Shu Han

Liu Bei, bangsawan berdarah biru, ingin meneruskan Dinasti Han

Zhuge Liang, penasihat militer

Pang Tong, penasihat militer

Jiang Wei, jenderal perang

Guan Yu, dikenal juga sebagai Guan Gong, adik angkat Liu Bei

Zhang Fei, adik angkat Liu Bei

Zhao Yun, jenderal perang

Huang Zhong, jenderal perang

Ma Chao, jenderal perang

Fei Wei, menteri

Jiang Wan, menteri

Dong Yun, menteri

Ma Liang, menteri
Populasi
Populasi di zaman ini dapat dirujuk kepada catatan sejarah oleh Chen Shou yang memperkirakan
sekitar 8.640.000 jiwa hidup di dalam wilayah ketiga negara. Di antaranya 4.400.000 jiwa tinggal di
dalam wilayah Wei, Wu dan Shu masing-masing berpopulasi 2.300.000 dan 1.940.000. [1] Wei pada
dasarnya ditakdirkan untuk menjadi yang terkuat karena memiliki prasyarat yang lebih daripada kedua
negara lainnya seperti penguasaan ibu kota negara sebagai pusat kegiatan politik dan ekonomi.
Dinasti Jin
Dinasti Jin (Hanzi : , hanyu pinyin : Jin Chao) (265 420) adalah dinasti yang mempersatukan
Cina setelah terpecah menjadi tiga negara pada Zaman Tiga Negara pasca Dinasti Han. Dinasti Jin
bercikal bakal dari Negara Cao Wei yang kemudian dikudeta oleh keluarga Sima dari keluarga Cao.
Keluarga Sima awalnya tunduk kepada dinasti Wei, tetapi pengaruh marga dan kekuasaan tumbuh
sangat besar setelah insiden di kuburan Gaoping pada 249. Pada 265, Sima Yan memaksa kaisar Cao
Huan Wei untuk turun takhta kepadanya, berakhirlah dinasti Wei dan mulai dinasti Jin (sebagai Kaisar
Wu). Dia bernama dinasti setelah keadaan Jin dari Periode Musim Semi dan Gugur yang pernah
menguasai daerah rumah keluarga Simas Wen di Henei (sekarang Daerah Wen, Henan). Pada 280,
Jin Wu menaklukkan Timur dan China yang bersatu, tetapi konflik internal, korupsi, dan kekacauan
politik dinasti cepat melemah, dan unifikasi hanya berlangsung sepuluh tahun. Setelah munculnya
kaisar Jin kedua, Kaisar Hui, pangeran berbagai kekaisaran berusaha merebut kekuasaan dalam
Perang menghancurkan Delapan Pangeran. Pemberontakan Wu Hu diikuti, di mana sejumlah besar
pengungsi melarikan diri ke selatan, sementara utara dihuni oleh berbagai suku nomaden. Hal ini
menandai berakhirnya Dinasti Jin Barat di tahun 316 ketika dewan Jin diungsikan ke wilayah selatan
Sungai Huai, dan awal dari Jin Timur dan periode 16 Negara.
Zaman Enam Belas Negara
Zaman Enam Belas Negara (Hanzi: , hanyu pinyin: wuhu shiliuguo) (304 469) sering
juga disebut sebagai Zaman Lima Negara Barbarian dan Enam Belas Negara adalah sebuah
zaman di mana Cina terpecah belah ke dalam 16 negara kecil-kecil yang masing-masing mengklaim
sebagai penerus Dinasti Jin sebelumnya. Lima negara barbar adalah suku-suku asing yang

sebelumnya tidak termasuk dan diperhitungkan sebagai entitas nasional Cina sehingga disebut
sebagai negara barbarian.
Dinasti Utara dan Selatan
Dinasti Utara dan Selatan (Hanzi: , hanyu pinyin: Nanbei Chao) (420 589) adalah sebuah
masa di mana Cina terpecah menjadi dua dinasti yang berseteru di utara dan di selatan. Dinasti
Selatan adalah penerus Dinasti Jin yang terdesak ke selatan pada penghujungnya, sedangkan Dinasti
Utara adalah Wei Utara yang berhasil mempersatukan enam belas negara kecil-kecil di utara Cina
(lihat Zaman Enam Belas Negara).
Dinasti Sui
Dinasti Sui (Hanzi: , hanyu pinyin: Sui Chao) (581 618) adalah sebuah dinasti yang menjadi
peletak dasar bagi kejayaan Dinasti Tang sesudahnya. Dinasti ini mempersatukan Cina yang terpecah
belah pada Zaman Enam Belas Negara sebelumnya. Terusan besar dibangun pada masa dinasti ini.
Dinasti ini cukup pendek karena hanya 2 kaisar yang benar-benar memerintah. Kaisar-kaisar
berikutnya hanyalah kaisar boneka yang dipasang oleh para jenderal dan penguasa militer sebelum
akhirnya mereka sendiri mendirikan dinastinya sendiri. Li Yuan, sepupu Yang Guang, kaisar dinasti Sui
yang kedua, merebut kekuasaan dan mendirikan dinasti Tang.
Masa transisi Sui-Tang (Hanzi: , Sui mo Tang chu) adalah masa peralihan dari Dinasti Sui
ke Dinasti Tang yang penuh konflik dan pertumpahan darah. Pada masa itu, Cina terpecah-pecah atas
beberapa negara independen yang berumur pendek, negara-negara ini dipimpin oleh para mantan
pejabat dan pemimpin militer Sui dan para pemimpin pemberontakan petani. Salah satu mantan
jenderal Sui bernama Li Yuan akhirnya berhasil mempersatukan kembali Cina dan mendirikan Dinasti
Tang, ia menjadi kaisar pertamanya dengan gelar Kaisar Tang Gaozu. Periode ini berawal dari tahun
613 ketika Kaisar Yang dari Sui melakukan kampanye militer melawan Kerajaan Goguryeo, Korea.
Perang yang gagal ini berujung tragedi bagi Cina, banyak pasukan yang dikirim ke Korea tidak pernah
kembali yang selanjutnya berakibat desersi di tubuh militer dan pemberontakan dari rakyat yang
direkrut paksa untuk dikirim dalam kampanye berikutnya. Periode ini baru berakhir tahun 628 dengan
dikalahkannya Kerajaan Liang, rezim separatis terakhir pimpinan Liang Shidu oleh Kaisar Tang
Taizong (Li Shimin), putra Li Yuan dan kaisar kedua Tang.
Invasi Cina atas Goguryeo dan awal pemberontakan
Hingga tahun 611, Cina di bawah Dinasti Sui telah menikmati masa damai dan makmur sejak Kaisar
Wen dari Sui mengalahkan Dinasti Chen (598) dan mempersatukan negara. Selama beberapa dekade
tidak ada perang besar selain konflik perbatasan dengan Kerajaan Goguryeo dan suku Tujue Timur
(Turki) yang menjadi negara protektorat Sui sejak kepemimpinan Qimin Khan, Ashina Rangan, serta
sebuah konflik internal antara Yang Guang (yang kelak menjadi Kaisar Yang dari Sui tahun 604)
dengan Yang Liang, Pangeran Han. Pada tahun 610, Raja Yeongyang (Gao Yuan) menolak memberi
penghormatan pada Kaisar Yang, hal ini membuat Kaisar Yang murka dan menyusun rencana untuk
menyerang Goguryeo. Baik kaisar maupun rakyat Cina yakin kampanye militer ini akan berjalan mulus.
Namun perang itu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Sumber daya manusia dan kebutuhan perang,
seperti makanan, bahan-bahan untuk membangun armada dan alat-alat perang dikirim ke basis

operasi di pos militer Zhuo (sekarang Beijing). Hal ini menyebabkan kekacauan peredaran hasil
pertanian karena sebagian besar dipakai untuk berperang, kelaparan melanda berbagai wilayah
terutama di bagian utara Cina. Mereka yang dipilih untuk mengirim persediaan logistik ke pos militer
Zhuo banyak yang meninggal dalam perjalanan. Pada tahun 611, orang-orang yang direkrut paksa itu
mulai berani memberontak, pemberontakan petani meletus dibawah pimpinan Wang Bo dan Liu
Badao. Saat itu kaisar belum menganggap serius pemberontakan-pemberontakan itu, ia hanya
mengerahkan milisi lokal bentukan pemerintah, namun mereka tidak becus menangani
pemberontakan yang dari hari ke hari semakin bertumbuh.
Tanpa memedulikan penderitaan rakyat, Kaisar tetap mengirimkan ekspedisi militer pertamanya ke
Goguryeo tahun 612 dengan pasukan berjumlah sekitar satu juta orang. Pasukan besar itu
menyeberangi Sungai Liao dan memasuki perbatasan Goguryeo. Kaisar sendiri secara pribadi
memimpin pasukannya mengepung kota Liaodong (sekarang Liaoyang, Liaoning), sementara itu ia
mengirimkan Jenderal Yuwen Shu dan Yu Zhongwen memimpin sisa pasukannya memasuki wilayah
Goguryeo menuju ke ibukotanya, Pyongyang. Disana mereka bergabung dengan armada yang
dipimpin oleh Jenderal Lai Huer. Namun Kaisar Yang tidak pernah bisa merebut Liaodong, Yuwen dan
Yu sebelum mencapai Pyongyang sudah dihadang oleh Jenderal Eulji Mundeok dari Goguryeo,
mereka kalah dalam Perang Salsu hingga terpaksa harus mundur dengan meninggalkan banyak
korban di pihaknya. Musim gugur tahun itu, kaisar terpaksa membatalkan kampanye militer itu dan
mundur. Dalam perang ini Cina berhasil memperoleh sedikit daerah namun dengan korban jiwa
sebesar kurang lebih 300.000 orang.
Tahun 613, Kaisar Yang kembali mengirimkan kampanye militer kedua ke Korea, padahal
pemberontakan petani di dalam negeri semakin banyak dan serius. Sekali lagi ia memimpin
pasukannya ke Liaodong untuk mengepung kota itu kedua kalinya, sementara itu Yuwen Shu dan
Yang Yichen diperintahkan untuk menyerbu Pyongyang. Namun ketika kaisar sedang di Liaodong,
Jenderal Yang Xuangan, yang bertugas mengatur lalu-lintas perbekalan di dekat ibukota timur,
Luoyang, memberontak, ia memimpin pasukannya menyerbu Luoyang. Mendengar kabar ini, kaisar
terpaksa menarik mundur pasukannya dari Liaodong. Yuwen Shu dan Qutu Tong diperintahkan untuk
menyelamatkan Luoyang. Keduanya bergabung dengan Fan Zigai dan Wei Wensheng yang masingmasing adalah komandan tertinggi penjaga kota Luoyang dan ibukota barat Changan (sekarang Xian,
Shaanxi). Pemberontakan ini pada akhirnya berhasil ditumpas, Yang bunuh diri dalam pelariannya,
keluarga dan pengikutnya dihukum mati dengan kejam, namun pemberontakan demi pemberontakan
terus meletus di berbagai daerah menentang kesewenang-wenangan sang kaisar.
Namun demikian, Kaisar Yang malah kembali mengirim pasukan ke Korea untuk ketiga kalinya tahun
614. Ketika Jenderal Lai Huer tiba di Sungai Liao, Goguryeo menyerah, sebagai tanda penyerahan itu
mereka menyerahkan Husi Zheng, salah seorang pengikut Yang yang kabur ke Goguryeo. Kaisar pun
membatalkan kampanye militernya, namun ketika ia kembali menuntut penghormatan pada dirinya,
Raja Yeong-yang mengabaikan tuntutan itu sehingga Kaisar Yang berencana untuk mengirim
ekspedisi ke-empat, namun hal ini tidak pernah terlaksana. Pada musim gugur 615, ketika kaisar
mengunjungi Yanmen (sekarang Xinzhou, Shanxi), putra Qimin Khan yang telah menggantikannya,
Shibi Khan, Ashina Duojishi, yang tidak senang dengan tindakan Kaisar Yang yang melemahkan
sukunya dengan taktik adu domba, melakukan serangan dadakan terhadap Yanmen dan mengepung
kota itu. Pasukan Sui yang sebagian besar masih setia pada kaisar segera menuju ke Yanmen untuk
membebaskan kota itu. Kaisar menjanjikan hadiah besar bagi mereka yang menolongnya. Namun
setelah mereka berhasil menghalau musuh, kaisar malah mengingkari janjinya sehingga menimbulkan
kekesalan di kalangan militer.

Pecahnya Kekaisaran Sui


Karena semakin meluasnya pemberontakan petani di wilayah utara Cina, Kaisar Yang tidak kembali ke
Changan maupun Luoyang. Bersama keluarganya ia mengungsi ke Jiangdu (sekarang Yangzhou,
Jiangsu) pada musim gugur 616. Dengan mengungsinya kaisar dari Luoyang ke Jiangdu, kaum
pemberontak di sekitarnya berkoalisi di bawah pimpinan Li Mi, mantan ahli strategi Yang Xuangan,
yang dianggap calon kaisar masa depan oleh sebagian besar pemimpin pemberontak utara. Namun
Li, tidak pernah berhasil mencaplok Luoyang ataupun mengklaim gelar kekaisaran bagi dirinya.
Sementara itu, Jenderal Yang Yichen sedang berjuang mati-matian memadamkan pemberontakan di
utara Sungai Kuning dan ia berhasil meraih banyak kemenangan gemilang. Namun sayangnya, Kaisar
Yang dan perdana menterinya, Yu Shiji malah iri dengan prestasi dan jasa-jasa Yang. Sehingga Yang
dipanggil pulang dengan dalih untuk menerima promosi, namun yang didapat adalah penonaktifan
dirinya. Yang meninggal tak lama kemudian dalam kesedihan. Dengan tidak adanya jenderal yang
mampu, aktivitas pemberontak di utara Sungai Kuning semakin merajarela dan tak terkendali,
pemimpin terkuat di wilayah itu adalah Dou Jiande.
Hingga tahun 617, sejumlah pemimpin pemberontak baik pemberontak petani maupun mantan
jenderal Sui, telah menguasai wilayah yang cukup signifikan, antara lain:

Du Fuwei, pemberontak petani, menguasai wilayah selatan Anhui

Gao Kaidao, pemberontak petani, menguasai hampir seluruh wilayah utara Hebei

Liang Shidu, pemberontak petani, menguasai wilayah tengah Mongolia Dalam dan mengangkat
dirinya sebagai Kaisar Liang
Li Gui, mantan pejabat Sui, menguasai wilayah tengah dan barat Gansu dan mengangkat diri
sebagai Pangeran Liang.
Li Yuan, mantan pejabat Sui dan sepupu kaisar, menguasai wilayah tengah Shanxi dan
belakangan mengangkat cucu kaisar Yang You, Pangeran Dai, sebagai kaisar di Changan.
Lin Shihong, pemberontak petani, menguasai Jiangxi dan Guangdong, serta mengangkat diri
sebagai Kaisar Chu.
Liu Wuzhou, pemberontak petani, menguasai wilayah utara Shanxi dan mengangkat diri
sebagai Dingyang Khan.
Luo Yi, mantan jenderal Sui, menguasai wilayah Beijing.

Xiao Xi, mantan pejabat Sui dan cucu Kaisar Xuan dari Liang Barat, menguasai Hubei, Hunan,
dan Guangxi, mengangkat diri sebagai Kaisar Liang.

Xue Ju, pemberontak petani, menguasai wilayah timur Gansu dan barat Shaanxi, mengangkat
diri sebagai Pangeran Penakluk Qin Barat.

Zhu Can, mantan pejabat Sui, mengacau bersama pasukannya di wilayah selatan Henan dan
tenggara Shaanxi, mengangkat diri sebagai Pangeran Jialuolou dan kemudian Kaisar Chu.
Beberapa pemimpin pemberontak tersebut, termasuk Li Yuan, Liu Wuzhou, Gao Kaidao, Liang Shidu,
dan Dou Jiande pernah menyatakan menyerah dan menerima bantuan militer dari Tujue Timur. Tahun
617, Li Yuan mencaplok Changan dan mengangkat cucu kaisar, Yang You sebagai Kaisar Gong dan
menjadikan Kaisar Yang sebagai mantan kaisar ( Taishang Huang), sementara Li sendiri
menjadi wali dengan gelar Pangeran Tang. Deklarasi ini tidak diakui oleh sebagian besar wilayah Sui
yang masih menganggap Kaisar Yang sebagai kaisar yang sah.

Kematian Kaisar Yang, runtuhnya Sui dan berdirinya Tang


Kaisar Yang merasa dirinya aman-aman saja dibawah perlindungan pasukan elit Xiaoguo di Jiangdu,
padahal keadaan negara saat itu sudah semakin gawat. Ia tidak terlalu peduli untuk menangani
pemberontakan dan hanya mengirim Jenderal Wang Shichong ke Luoyang untuk mempertahankan
kota itu dari serbuan pasukan Li Mi. Kaisar bahkan tidak berniat untuk kembali ke utara dan
bermaksud memindahkan ibukota ke Danyang (sekarang Nanjing, Jiangsu), di wilayah selatan Sungai
Yangtze. Namun anggota pasukan Xiaoguo yang sebagian besar berasal dari utara dan
mengkhawatirkan keluarga mereka disana, mulai melakukan desersi, mereka yang tertangkap dikenai
hukuman berat. Keresahan melanda tubuh pasukan elit itu sehingga para perwiranya berkomplot
untuk melakukan kudeta, mereka mendukung Yuwen Huaji, Adipati Xu (putra Yuwen Shu) sebagai
pemimpin kudeta. Musim semi 618, mereka melaksanakan rencana itu dan membunuh Kaisar Yang.
Kemudian Yuwen mengangkat keponakan Kaisar Yang, Yang Hao, Pangeran Qin sebagai kaisar
boneka, dan ia sendiri sebagai walinya. Ia lalu bertolak dari Jiangdu ke utara bersama pasukan
Xiaoguo untuk memerangi pemberontak.
Kabar kematian kaisar segera menyebar ke seantero wilayah Cina. Di Changan, Li Yuan
meresponnya dengan menuntut Kaisar Gong menyerahkan tahta padanya, ia mendirikan dinasti baru,
Dinasti Tang, dengan dirinya sebagai kaisar pertama. Sementara di Luoyang, tujuh orang pejabat
terkemuka mengangkat cucu lain Kaisar Yang, Yang Tong, Pangeran Yue, sebagai kaisar dan ia diakui
sebagai kaisar yang sah oleh sebagian besar pos militer yang masih setia pada Sui. Li Mi yang
posisinya terjepit antara pemerintah Sui di Luoyang dan pasukan Yuwen yang sedang menuju utara,
untuk sementara menjalin persekutuan dengan pemerintah di Luoyang dan mengakui Yang Tong
sebagai pemimpin yang sah. Setelah Li mengalahkan Yuwen, Wang Shichong yang menentang
persekutuan itu, mengambil alih kekuasaan dan menjadi wali atas Yang Tong, dengan demikian
persekutuan dengan Li Mi putus. Pada akhir tahun itu, Wang melakukan serangan dadakan terhadap
Li, Li yang kalah terpaksa melarikan diri ke wilayah Tang. Tahun berikutnya ia mencoba berontak dan
dikalahkan pemerintah Tang, lalu dihukum mati.
Di tempat lain, Xue Ju telah wafat pada awal 618 dan digantikan oleh putranya, Xue Rengao. Li
Shimin, Pangeran Qin, putra Li Yuan, mengalahkan dan membunuh Xue, seluruh wilayah
kekuasaannya pun dianeksasi oleh Tang. Pada saat yang sama, Dou Jiande mengkonsolidasikan
wilayahnya di utara Sungai Kuning, ia mengalahkan dan menghukum mati Yuwen yang telah meracuni
Yang Hao dan mengangkat dirinya sebagai Kaisar Xu, namun Dou tidak pernah berhasil mengalahkan
Luo Yi. Luo sendiri akhirnya menyerah pada pemerintah Tang. Sementara Zhu Can menghadapi
perlawanan sengit dari rakyat yang membenci kekejamannya, ia mempertimbangkan antara menyerah
pada Yang Tong di Luoyang atau pada Dinasti Tang, dan akhirnya ia memilih pilihan pertama. Pada
musim panas 619, Wang menggulingkan Yang Tong dan mendirikan dinastinya sendiri, Dinasti Zheng,
dengan dirinya sebagai kaisar.
Penyatuan kembali dibawah Tang
Sementara di Gansu, Li Gui dikudeta oleh bawahannya, An Xinggui dan diserahkan pada Tang. Tang
sendiri sedang menghadapi ancaman dari front lain, dimana Liu Wuzhou melakukan ekspansi ke
selatan dan merebut sebagian besar wilayah Shanxi yang adalah milik Tang sehingga ibukota Tang,
Changan terancam. Di wilayah bawah Sungai Yangtze, yang juga bergolak sejak kematian Kaisar
Yang, terjadi perebutan kekuasaan tiga tokoh penting disana. Mereka adalah: Shen Faxing, mantan
pejabat Sui, yang mengangkat diri Pangeran Liang dan menguasai sebagian besar wilayah selatan
Sungai Yangtze; Li Zitong, pemimpin pemberontak, yang menguasai Jiangdu dan sekitarnya dan

mengangkat diri sebagai Kaisar Wu; dan Du Fuwei, yang menyerah pada Tang dan menerima gelar
Pangeran Wu.
Pada akhir 619, Li Shimin melakukan serangan balasan terhadap Liu Wuzhou. Pada musim panas
620, ia berhasil mengalahkan Liu. Liu kabur ke wilayah Tujue Timur dan wilayahnya jatuh ke tangan
pemerintah Tang. Setelah mengalahkan Liu, Li mengalihkan sasarannya ke Kerajaan Zheng pimpinan
Wang Shichong. Ia memimpin pasukannya ke ibukota Zheng, Luoyang dan mengepungnya, banyak
kota-kota Zheng menyerah pada Tang sehingga Wang terpaksa meminta bantuan pada Kerajaan Xia
pimpinan Dou Jiande. Dou yang walaupun secara pribadi tidak menyukai Wang, berpikir, bila Tang
berhasil mengalahkan Wang, wilayahnya akan terancam dan menjadi sasaran berikutnya. Maka, Dou
memimpin pasukannya ke Luoyang untuk membebaskan kota itu. Pada saat yang sama, Du Fuwei
(yang telah berganti marga menjadi Li atas anugerah Kaisar Gaozu) berhasil mengalahkan Li Zitong
yang baru mengalahkan Shen Faxing dan memaksanya bunuh diri. Li mencaplok bekas wilayah Shen
sementara bekas wilayahnya sendiri dicaplok oleh Li Fuwei dibawah panji Dinasti Tang.
Musim gugur 621, Li Shimin menahan pasukan Dou yang menuju ke Luoyang di Terusan Hulao untuk
mencegah mereka bergabung dengan pasukan Zheng. Dalam Pertempuran Hulao, Li mengalahkan
Dou dan menangkapnya. Dengan tidak adanya bala bantuan, Wang terpaksa menyatakan menyerah.
Kaisar Gaozu menjatuhkan hukuman mati terhadap Dou dan hukuman pengasingan terhadap Wang,
namun ketika dalam penahanan untuk menanti dikirim ke tempat pengasingan ia dibunuh oleh Dugu
Xiude, yang menaruh dendam padanya karena ayahnya dibunuh Wang. Wilayah Wang dan Dou
dianeksasi Tang, namun pada akhir tahun itu bekas wilayah Dou berontak dibawah pimpinan Liu Heita,
seorang jenderal Dou yang mengangkat dirinya sebagai Pangeran Handong. Pemberontakan ini diikuti
oleh Xu Yuanlang, pemimpin pemberontak dari Shandong yang pernah menyerah pada Zheng dan
Tang, ia mengangkat dirinya sebagai Pangeran Lu.
Pada tahun itu juga, Jenderal Li Xiaogong, Pangeran Zhao, sepupu Kaisar Gaozu, menyerang
Kerajaan Liang pimpinan Xiao Xi, ia mengepung ibukota Liang, Jiangling (sekarang Jingzhou, Hubei).
Xiao yang berhasil dikelabuhi siasat Jenderal Li Jing, tidak menyadari bahwa bala bantuan sedang
mendekat, menyerah dan sebagian besar wilayahnya jatuh ke tangan Tang dan sebagian lainnya pada
Lin Shihong. Pada saat hampir bersamaan, Li Fuwei berhasil mengalahkan Li Zitong dan memaksanya
menyerah, wilayahnya pun dikuasai oleh pemerintah Tang.
Musim semi 622, Li Shimin berhasil mengalahkan Liu Heita dan memaksanya kabur ke wilayah Tujue.
Namun Liu kembali ke Cina akhir tahun itu dengan bala bantuan dari Tujue dan berhasil merebut
kembali bekas wilayah Xia. Musim dingin tahun itu, Liu kembali menerima kekalahan, kali ini dari
kakak Li Shimin, putra mahkota Li Jiancheng. Pada musim gugur 623, Liu yang dalam pelarian,
dikhianati oleh bawahannya, Zhuge Dewei, yang meringkus dan menyerahkannya pada Li Jiancheng
yang lalu menghukum mati Liu. Dengan kematian Liu, Xu Yuanlang yang telah berkali-kali dikalahkan
pasukan Tang, kabur dan akhirnya dibunuh dalam pelariannya. Lin Shihong meninggal pada tahun
622, sepeninggalnya kerajaannya tercerai-berai dan satu-persatu wilayahnya menyerah pada Tang.
Maka hingga saat itu rezim separatis yang tersisa tinggal Liang Shidu dan Gao Kaidao, sebagian
besar Cina telah dipersatukan di bawah Dinasti Tang.
Musim gugur 623, salah satu letnan Li Fuwei bernama Fu Gongshi memberontak di Danyang, ia
mengangkat diri sebagai Kaisar Song dan menguasai daerah bekas kekuasaan Li. Tahun berikutnya ia
dikalahkan dan dibunuh oleh Li Xiaogong dan wilayahnya kembali dikuasai Tang. Sementara itu Gao
dikudeta oleh bawahannya, Zhang Jinshu, dan melakukan bunuh diri. Kerajaan Yan yang didirikannya

juga dianeksasi oleh Tang. Liang Shidu yang aman dalam perlindungan Tujue Timur terus bertahan
dari Tang yang sering mengalami gangguan dari serbuan suku barbar itu.
Tahun 626, terjadi Kudeta di Gerbang Xuanwu yang merupakan puncak perselisihan antara Li Shimin
dengan kakaknya, Li Jiancheng. Li Shimin membunuh Li Jiancheng dan adiknya, Li Yuanji yang
mendukung kakaknya, lalu memaksa ayahnya mengangkatnya sebagai pewaris tahta. Setelah
ayahnya mengundurkan diri bulan berikutnya, Li naik tahta sebagai Kaisar Tang Taizong. Kini situasi
mulai berbalik, Tujue Timur dilanda konflik internal karena perselisihan antara Jiali Khan, Ashina Duobi
(adik Ashina Duojishi) dan Tuli Khan, Ashina Shibobi (putra Ashina Duojishi). Mereka kini tidak
sanggup lagi melindungi Liang Shidu dari serbuan Tang yang mengepungnya. Liang Luoren, sepupu
Liang, membunuhnya dan menyerahkan diri pada Tang. Seluruh Cina kini telah dipersatukan oleh
Dinasti Tang. Pada masa pemerintahan Taizong pula Cina mencapai masa keemasannya, tentaranya
ditempatkan di perbatasan membuat gentar bangsa-bangsa barbar, budaya dan ekonomi berkembang
pesat sehingga menarik bangsa-bangsa lain untuk membuka hubungan diplomatik dan belajar dari
Cina.
Dinasti Tang
Dinasti Tang (Hanzi: , hanyu pinyin: Tang Chao) (618 907) adalah satu dari tiga dinasti yang
paling berpengaruh di Cina sepanjang sejarahnya.
Dinasti Tang menggantikan Dinasti Sui yang berumur pendek, didirikan oleh keluarga Li. Li Yuan (
) mendirikan dinasti ini pada tahun 618 dan menetapkan Changan sebagai ibukota dinasti ini. Di
tengah masa kejayaan dinasti ini, ada masa 15 tahun di mana Kaisar Wu Zetian memaklumatkan
Dinasti Zhou kedua. Kaisar Wu Zetian merupakan kaisar wanita satu-satunya di dalam sejarah
kekaisaran Cina.
Nama Tang sendiri berasal dari nama kuno daerah Jin () yang sekarang menunjuk kepada provinsi
Shanxi.
Berdirinya Dinasti Tang
Penghujung Dinasti Sui, Kaisar Yang yang lalim dan usaha agresi ke Koguryo gagal untuk ketiga
kalinya menyebabkan pemberontakan berkobar di seluruh negeri.
Tahun 617, penguasa Taiyuan (sekarang Taiyuan, Shanxi), Li Yuan melancarkan pemberontakan dan
pada bulan November tahun itu pula, Li Yuan berhasil merebut ibukota Sui, Daxing. Ia kemudian
mengangkat Yang You sebagai kaisar dengan gelar Kaisar Gong dari Sui dan mengangkat diri sebagai
perdana menteri. Sesaat kemudian ia memaklumkan dirinya sebagai Pangeran Tang.
Kaisar Yang terbunuh di Jiangdu pada bulan Maret 618. 2 bulan kemudian, Li Yuan memaksa Kaisar
Gong turun tahta dan menyerahkan kekuasaan kepadanya. Li Yuan kemudian mendirikan Dinasti Tang
dan mengangkat diri sebagai kaisar dengan gelar Kaisar Tang Gaozu. Ibukota Tang ditetapkan di
Daxing, yang kemudian diganti namanya menjadi Changan.

Saat iu, Kaisar Gaozu memiliki 4 putra dewasa, Li Jiancheng, Li Shimin, Li Xuanba dan Li Yuanji. Li
Jiancheng sebagai anak sulung ditunjuk sebagai putra mahkota, Li Shimin diangkat sebagai Pangeran
Qin, Li Xuanba mati muda sedangkan Li Yuanji digelari sebagai Pangeran Qi.
Setelah berdirinya Dinasti Tang, Kaisar Gaozu memerintahkan putranya Li Jiancheng, Li Shimin dan
putrinya, Putri Pingyang untuk menaklukkan Cina utara yang waktu itu masih dikuasai oleh para
pemimpin pemberontak dan suku-suku barbar.
Pemerintahan Zhenguan
Setelah Dinasti Tang berhasil menaklukkan para pemimpin pemberontak pasca runtuhnya Sui dan
suku-suku barbar di utara Cina, persaingan dan perseteruan antara Li Jiancheng dan Li Shimin
mencuat ke permukaan. Pada tahun 626, pecah insiden Gerbang Xuanwu yang dimana Li Jiancheng
dan Li Yuanji dibunuh oleh Li Shimin. Li Yuan kemudian turun tahta dan bertindak sebagai Taishang
Huang (mantan kaisar).
Zaman Lima Dinasti dan Sepuluh Negara
(Hanzi: atau , hanyu pinyin: Wudai Shiguo) (907 960) adalah sebuah zaman di
mana Cina terpecah-pecah menjadi lima dinasti yang sambung menyambung dan sepuluh negara
kecil-kecil lainnya. Zaman ini merupakan penghujung Dinasti Tang dan awal dari Dinasti Song.
Dinasti Liao
Dinasti Liao (Hanzi: atau , hanyu pinyin: Liao Chao) (916 1125) adalah sebuah dinasti
yang didirikan oleh bangsa Khitan (Hanzi: , hanyu pinyin: Qidan), sebuah bangsa minoritas di
sebelah utara Cina tepatnya di Manchuria yang sekarang.
Dinasti Song
Dinasti Song (Hanzi: , hanyu pinyin: song chao) adalah salah satu dinasti yang memerintah di
Cina antara tahun 960 sampai dengan tahun 1279 sebelum Cina diinvasi oleh bangsa Mongol. Dinasti
ini menggantikan periode Lima Dinasti dan Sepuluh Negara dan setelah kejatuhannya digantikan oleh
Dinasti Yuan. Dinasti ini merupakan pemerintahan pertama di dunia yang mencetak uang kertas dan
merupakan dinasti Cina pertama yang mendirikan angkatan laut. Dalam periode pemerintahan dinasti
ini pula, untuk pertama kalinya bubuk mesiu digunakan dalam peperangan dan kompas digunakan
untuk menentukan arah utara.
Dinasti Song dibagi ke dalam dua periode berbeda, Song Utara dan Song Selatan. Semasa
periode Song Utara (bahasa Tionghoa: , 9601127), ibukota Song terletak di kota Bianjing
(sekarang Kaifeng) dan dinasti ini mengontrol kebanyakan daerah Cina dalam (daerah suku Han
bermayoritas). Song Selatan(bahasa Tionghoa: , 11271279) merujuk pada periode setelah
dinasti Song kehilangan kontrol atas Cina Utara yang direbut oleh Dinasti Jin. Pada masa periode ini,
pemerintahan Song mundur ke selatan Sungai Yangtze dan mendirikan ibukota di Linan (sekarang

Hangzhou). Walaupun Dinasti Song telah kehilangan kontrol atas daerah asal kelahiran kebudayaan
Cina yang berpusat di sekitar Sungai Kuning, ekonomi Dinasti Song tidaklah jatuh karena 60 persen
populasi Cina berada di daerah kekuasaan Song Selatan dan mayoritas daerah kekuasaannya
merupakan tanah pertanian yang produktif. [1] Dinasti Song Selatan meningkatkan kekuatan angkatan
lautnya untuk mempertahankan daerah maritim dinasti Song. Untuk mendesak Jin dan bangsa
Mongol, dinasti Song mengembangkan teknologi militer yang menggunakan bubuk mesiu. Pada tahun
1234, Dinasti Jin ditaklukkan oleh bangsa Mongol. Mngke Khan, Khan ke-empat kekaisaran Mongol,
meninggal pada tahun 1259 dalam penyerangan ke sebuah kota di Chongqing. Saudara lelakinya,
Kublai Khan kemudian dinyatakan sebagai Khan yang baru, walaupun klaim ini hanya diakui oleh
sebagian bangsa Mongol di bagian Barat. Pada tahun 1271, Kubilai Khan dinyatakan sebagai Kaisar
Cina.[2]Setelah peperangan sporadis selama dua dasawarsa, tentara Kubilai Khan berhasil
menaklukkan dinasti Song pada tahun 1279. Cina kemudian disatukan kembali di bawah Dinasti Yuan
(12711368).[3]
Populasi Cina meningkat dua kali lipat semasa abad ke-10 dan ke-11. Pertumbuhan ini didukung oleh
perluasan kultivasi padi di Cina tengah dan selatan, penggunaan bibit beras cepat panen dari Asia
selatan dan tenggara, dan surplus produksi bahan pangan. [1][4] Sensus Dinasti Song Utara mencatat
populasi sekitar 50 juta. Angka ini menyamai populasi Cina pada saat Dinasti Han dan Dinasti Tang.
Data ini diperoleh dari sumber catatan Dua Puluh Empat Sejarah (bahasa Tionghoa: ).
Namun, diperkirakan bahwa Dinasti Song Utara berpopulasi sekitar 100 juta jiwa. [5] Pertumbuhan
populasi yang dramatis ini memacu revolusi ekonomi Cina pramodern. Populasi yang meningkat ini
merupakan salah satu penyebab lepasnya secara perlahan peranan pemerintah pusat dalam
mengatur ekonomi pasar. Populasi yang besar ini juga meningkatkan pentingnya peranan para
bangsawan rendah dalam menjalankan administrasi pemerintahan tingkat bawah.
Kehidupan sosial semasa Dinasti Song cukup vibran. Elit-elit sosial saling berkumpul untuk
memamerkan dan memperdagangkan karya-karya seni berharga, masyarakat saling berkumpul dalam
festival-festival publik dan klub-klub privat, dan di kota-kota terdapat daerah perempatan hiburan yang
semarak. Penyebaran ilmu dan literatur didorong oleh penemuan teknik percetakan blok kayu yang
telah ada dan penemuan percetakan bergerak pada abad ke-11. Teknologi, sains, filsafat, matematika,
dan ilmu teknik pra-modern berkembang dengan pesat pada masa Dinasti Song. Walaupun institusi
seperti ujian pegawai sipil telah ada sejak masa Dinasti Sui, institusi ini menjadi lebih menonjol pada
periode Song. Hal inilah yang menjadi faktor utama bergesernya elit bangsawan menjadi elit birokrat.
Sejarah
Song Utara
Kaisar Song Taizu (memerintah 960976) menyatukan Cina dengan menaklukkan berbagai daerahdaerah kekuasaan semasa pemerintahannya danb mengakhiri pergolakan periode Lima Dinasti dan
Sepuluh Negara. Di Kaifeng, ia mendirikan pemerintahan pusat yang kuat. Ia menjaga stabilitas
administrasi negara dengan mempromosikan sistem ujian pegawai sipil dalam menunjuk pejabatpejabat birokrat. Selain itu, ia juga memulai berbagai proyek-proyek yang bertujuan menjamin efisiensi
komunikasi di seluruh kerajaan. Salah satu proyek tersebut adalah pembuatan peta tiap-tiap provinsi
dan kota-kota kerajaan secara mendetail dan kesemuannya dikumpulkan menjadi satu atlas yang

besar.[6] Ia juga mendorong inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mendukung berbagai
karya-karya ilmiah seperti pembuatan menara jam astronomi yang dibuat oleh insinyur Zhang Sixun. [7]

Kaisar Song Taizu (memerintah 960976) dalam sebuah lukisan potret istana
Kerajaan Song memiliki hubungan diplomatik dengan kerajaan Chola di India, Fatimid di Mesir,
Sriwijaya, dan kerajaan-kerjaan mitra dagang lainnya. [8][9][10][11]. Dari awal sejak didirikannya oleh Taizu,
Dinasti Song secara bergantian terlibat dalam peperangan dan hubungan diplomasi dengan bangsa
Khitan dari Dinasti Liao di Timur Laut dan bangsa Tangut dari Dinasti Xia Barat di Barat Laut. Dinasti
Song menggunakan kekuatan militer dalam usahanya menumpas Dinasti Liao dan merebut
kembali Enam belas Prefektur, daerah kekuasaan Khitan yang dianggap sebagai bagian dari Cina.
[12]
Namun, tentara Song berhasil didesak oleh tentara Liao yang terlibat dalam kampanye perang
agresif selama bertahun-tahun di daerah utara Song. Hal ini berhenti pada tahun 1005 dengan
ditandatanganinya perjanjian Shanyuan. Bangsa Cina kemudian dipaksa membayar upeti kepada
bangsa Khitan, walaupun pembayaran upeti ini tidak memberikan dampak yang besar bagi ekonomi
Song karena bangsa Khitan sangat bergantung pada impor barang dari Dinasti Song. [13] Dinasti Song
berhasil memenangkan beberapa peperangan dengan bangsa Tangut pada awal abad ke-11.
Kemenangan ini mencapai puncaknya di bawah arahan Jenderal Shen Kuo (10311095), yang juga
seorang cendekiawan dan negarawan. [14] Namun, operasi militer ini pada akhirnya gagal oleh karena
salah seorang rival Shen tidak mematuhi perintah langsung dan daerah yang berhasil direbut dari Xia
Barat pada akhirnya lepas.[15] Terdapat pula perang yang signifikan melawan Dinasti L dari Vietnam
dari tahun 1075 sampai dengan tahun 1077 dikarenakan sengketa wilayah perbatasan dan diputusnya
hubungan dagang dengan keajaan i Vit.[16] Setelah tentara L berhasil memberikan kerusakan
parah dalam serangannya di Guangxi, komandan Song Guo Kui (10221088) kemudian membalas
dengan menyerang balik sampai sejauh Thng Long (sekarang Hanoi).[17] Oleh karena kerugian besar
yang ditanggung oleh kedua belah pihak, Komandan L Thng Kit (10191105) kemudian
menawarkan perjanjian damai dan mengijinkan kedua belah pihak mundur dari peperangan. Daerahdaerah yang berhasil direbut oleh Song dan L kemudian dikembalikan ke pihak masing-masing
bersama dengan para tahanan perang pada tahun 1082. [18]

Sebuah bantal yang berasal dari Dinasti Song Utara abad ke-12
Selama abad ke-11, persaingan politik yang sengit kemudian memecah belah anggota-anggota istana
kerajaan oleh karena perbedaan pendekatan, pendapat, dan kebijakan para menteri pejabat dalam
menangani ekonomi dan masyarakat Song yang kompleks. Kanselir Fan Zhongyan (9891052) yang
merupakan seorang idealis, mendapatkan pukulan politik yang besar ketika ia berusaha melakukan
reformasi dalam memperbaiki sistem perekrutan pejebat, meningkatkan gaji para pegawai rendah, dan
menginisiasi program sponsor yang mengijinkan masyarakat luas mendapatkan pendidikan. [19] Setelah
Fan dipaksa turun dari jabatannya, Wang Anshi (10211086) menjadi kanselir baru istana. Dengan
dukungan Kaisar Shenzong (10671085), Wang Anshi mengkritik habis-habisan sistem pendidikan
dan birokrasi negara. Untuk menyelesaikan apa yang ia lihat sebagai korupsi dan kelalaian negara,
Wang mengimplementasikan sejumlah reformasi yang disebut sebagai Kebijakan Baru. Reformasi ini
meliputi reformasi pajak tanah, pendirian monopoli pemerintah, dukungan terhadap milisi-milisi lokal,
dan pembuatan standar baru dalam ujian kerajaan. [20] Reformasi ini menimbulkan perpecahan politik
dalam istana kerajaan. Kelompok Kebijakan Baru Wang Anshi ditentang oleh golongan Konservatif
yang dipimpin oleh sejarahwan dan Kanselir Sima Guang (10191086). [21] Seketika salah satu
golongan menjadi mayoritas dalam kementerian istana, para pejabat saingan akan diturunkan
jabatannya secara paksa dan diasingkan ke tempat-tempat terpencil di kerajaan. [20] Salah satu korban
persaingan politik yang terkenal ini adalah negawaran dan penyair Su Shi (10371101). Ia
dipenjarakan dan pada akhirnya diasingkan oleh karena mengkritik kebijakan reformasi Wang. [20]
Manakala politik istana Song terpecah dan terfokus pada masalah internal, peristiwa besar yang terjadi
di Kerajaan Liao pada akhirnya mendapatkan perhatian Kerajaan Song. Bangsa Jurchen yang
merupakan suku taklukkan Kerajaan Liao memberontak dan mendirikan kerajaan mereka sendiri,
yakni Jin Dynasty (11151234). [22] Pejabat Song Tong Guan (10541126) menganjurkan Kaisar
Huizong (11001125) membentuk aliansi dengan bangsa Jurchen dan melakukan operasi militer
bersama untuk menaklukkan Dinasti Liao pada tahun 1125. Namun, buruknya prestasi dan lemahnya
kekuatan militer tentara Song terlihat oleh bangsa Jurchen dan dengan segera mereka keluar dari
aliansi dengan Song. Bangsa Jurchen kemudian menyerang daerah Song pada tahun 1125 dan 1127.
Pada penyerangan tahun 1127, bangsa Jurchen bukan hanya dapat merebut ibukota Song di Kaifeng,
namun juga menawan Kaisar Huizong yang telah mengundurkan diri, penggantinya Qinzong, dan
kebanyakan anggota istana.[22] Kejadian ini terjadi pada tahun Jinkang (bahasa Tionghoa: ) dan
dikenal sebagai peristiwa Penghinaan Jinkang (bahasa Tionghoa: ). Tentara Song yang
tersisa kemudian bergabung di bawah perintah Kaisar Gaozong (11271162) yang mengangkat dirinya
sebagai Kaisar. Dinasti Song kemudian mundur ke selatan Sungai Yangtze dan mendirikan ibukota
baru di Linan (sekarang Hangzhou). Penaklukan Cina utara oleh bangsa Jurchen dan berpindahnya

ibukota dari Kaifeng ke Linan merupakan garis pemisah Dinasti Song Utara dengan Dinasti Song
Selatan.

Patung pahatan Guan Yin dari Dinasti Liao, Provinsi Shanxi, Cina, (9071125)
Song Selatan

Song Selatan pada tahun 1142


Walaupun telah melemah dan didesak ke selatan, Dinasti Song Selatan berhasil meningkatkan
ekonomi dan mempertahankan eksistensinya melawan Dinasti Jin. Dinasti Song Selatan memiliki
perwira-perwira militer seperti Yue Fei dan Han Shizhong. Pemerintah Song juga mensponsori proyekproyek besar seperti pembuatan kapal, perbaikan pelabuhan, pembangunan menara api dan gudang
pelabuhan untuk mendukung perdagangan maritim luar negeri dan pelabuhan laut internasional
seperti Quanzhou, Guangzhou, dan Xiamen, yang menyokong aktivitas perdagangan Cina. [23][24]
[25]
Untuk melindungi dan mendukung kapal-kapal yang melayari Laut Cina Timur dan Laut Kuning
(menuju Korea dan Jepang), Asia Tenggara, Samudera Hindia, dan Laut Merah, adalah perlu untuk
mendirikan angkatan laut resmi.[26] Dinasti Song oleh karenanya mendirikan angkatan laut permanen
pertama Cina pada tahun 1132,[25] dengan markas besarnya di Dinghai. [27] Dengan adanya angkatan

laut permanen, Kerajaan Song menjadi siap untuk menghadapi tentara laut Jin di Sungai Yangtze
pada tahun 1161, pada Pertempuran Tangdao dan Pertempuran Caishi. Dalam pertempuran ini,
angkatan laut Song menggunakan kapal perang yang diperlengkapi trebuchet untuk melemparkan
bom mesiu.[27] Walaupun armada Jin terdiri dari 70.000 orang dalam 600 kapal perang, sedangkan
tentara Song hanya terdiri dari 3.000 orang dalam 120 kapal perang, [28]tentara Dinasti Song berhasil
memenangkan kedua pertempuran ini oleh karena daya rusak bom yang kuat dan serangan cepat
kapal berdayung roda.[29] Sejak saat itu, kekuatan angkatan laut sangat ditekankan. Satu abad
setelahnya, angkatan laut Song telah meningkat drastis mencapai 52,000 tentara laut. [27]Pemerintah
Song menyita sebagian tanah yang dimiliki oleh para bangsawan untuk meningkatkan pemasukan
yang digunakan untuk membiayai proyek ini. Hal ini kemudian menyebabkan ketidakpuasan dan
hilangnya kesetiaan para tokoh-tokoh terkemuka dalam masyarakat Song. Namun hal ini tidak
menghentikan persiapan defensif Song. [30][31][32] Permasalahan finansial juga diperparah oleh
banyaknya orang kaya yang menggunakan koneksi pemerintahan untuk mendapatkan status bebas
pajak.[33]

Patung Bodhisattva yang sedang duduk dari Dinasti Jin (11151234)


Walaupun Dinasti Song berhasil menahan serang Jin, ancaman besar lainnya muncul di daerah utara
Dinasti Jin. Bangsa Mongol yang dipimpin oleh Jenghis Khan (memerintah 12061227) pada awalnya
menyerang Dinasti Jin pada tahun 1205 dan 1209 dalam serangan mendadak di sepanjang
perbatasannya. Pada tahun 1211, tentara Mongol dalam skala besar dikerahkan untuk menginvasi Jin.
[34]
Dinasti Jin kemudian dipaksa untuk tunduk dan membayar upeti kepara bangsa Mongol sebagai
negara taklukan (vassal). Ketika Jin memindahkan ibukotanya secara tiba-tiba dari Beijing ke Kaifeng,
bangsa Mongol melihatnya sebagai pemberontakan. [35] Di bawah kepemimpinan gedei Khan
(memerintah 12291241), Dinasti Jin dan Dinasti Xia Barat ditaklukkan oleh tentara Mongol. [35]
[36]
Bangsa Mongol juga menginvasi Korea, Khalifah Abbasiyah di Timur Tengah, dan Kievan Rus di
Rusia. Pernah suatu kali bangsa Mongol beraliansi dengan Song, namun aliansi ini pecah setelah
Song merebut kembali ibukota terdahulu Kaifeng, Luoyang dan Changan pada saat keruntuhan
Dinasti Jin. Pemimpin Mongol Mngke Khan memimpin sebuah operasi militer melawan Song pada
tahun 1259, namun meninggal pada tanggal 11 Agustus semasa pertempuran di Chongqing.
[37]
Kematian Mngke dan berlarut-larutnya krisis kepemimpinan membuat Hulagu Khan menarik
mundur sebagian besar tentara Mongol dari Timur Tengah. Walaupun Hulagu beraliansi dengan Kublai

Khan, tentaranya tidak dapat membantu serangan melawan Song oleh karena adanya perang
dengan Ulus Jochi.[38]
Kubilai terus melakukan serangan terhadap Song dan berhasil mendapatkan daerah pangkalan di tepi
sungai selatan Yangtze.[39] Kubilai telah bersiap-siap untuk menyerang Ezhou, namun perang saudara
dengan saudaranya Ariq Bke (saingannya dalam merebut takhta Khan Mongol) memaksa Kubilai
memindahkan sebagian besar tentaranya kembali ke utara. Tanpa keberadaan Kubilai, tentara Song
diperintahkan oleh Kanselir Jia Sidao untuk melakukan serangan dan berhasil memaksa mundur
tentara Mongol ke tepi sungai utara Yangtze. [40] Terdapat sedikit bentrokan di perbatasan sampai
dengan tahun 1265, ketika Kubilai memenangkan pertempuran di Sichuan. [41] Dari tahun 1268 sampai
dengan 1273, Kubilai memblokade Sungai Yangtze dan menggempur Xiangyang. Penggempuran ini
merupakan halangan terakhirnya dalam menginvasi daerah lembah aliran Sungai Yangtze. [41] Kublai
secara resmi mendeklarasikan berdirinya Dinasti Yuan pada tahun 1271. Pada tahun 1275, 300.000
tentara Song di bawah Kanselir Jia Sidao dikalahkan oleh Jenderal Bayan. [42] Pada tahun 1276,
kebanyakan daerah kekuasaan Song telah direbut oleh tentara Yuan. [36] Pada pertempuran Yamen di
Delta Sungai Mutiara pada tahun 1279, tentara Yuan yang dipimpin oleh Jenderal Zhang Hongfan
pada akhirnya berhasil mengakhiri perlawanan Song. Penguasa terakhir Song, Kaisar Song Bing,
yang masih berumur 11 tahun melakukan bunuh diri bersama-sama dengan pejabat Lu Xiufu (
)[43] dan 800 anggota kerajaan. Di bawah perintah Kubilai, keluarga kerajaan terdahulu Song
dibiarkan hidup dan Kaisar Song Gongdi yang sebelumnya telah digulingkan diturunkan statusnya
menjadi bangsawan Ying (Ying Guogong ), namun pada akhirnya ia diasingkan ke Tibet dan
menjadi pertapa.[44]
Masyarakat dan kebudayaan

Sebuah lukisan abad ke-12 yang memperlihatkan cabang pohon bunga melati. Gaya lukisan seperti ini
sangat populer pada periode Dinasti Song Selatan
Zaman pemerintahan Dinasti Song merupakan periode organisasi sosial dan administrasi yang maju
dan rumit. Beberapa kota terbesar di dunia pada saat itu berada di Cina, dengan Kaifeng dan
Hangzhou berpenduduk lebih dari satu juta jiwa. [1][45] Masyarakat menikmati berbagai hiburan di kotakota dan bergabung ke dalam berbagai klub-klub sosial. Selain itu, terdapat pula banyak sekolah dan
kuil yang memberikan pelayanan pendidikan dan keagamaan. [1] Pemerintah Song mendukung

bermacam-macam program kesejahteraan sosial, meliputi pendirian rumah pensiunan, klinik umum,
dan pemakaman bagi orang miskin.[1] Dinasti Song juga memiliki layanan pos di seluruh negeri yang
meniru model Dinasti Han. Sistem pelayanan pos ini memperlancar komunikasi di seluruh kerajaan. [46]
Walaupun wanita berstatus lebih rendah daripada pria (sesuai dengan etika Konfusius), mereka
menikmati banyak hak-hak sosial dan hukum, dan memegang kekuasaan yang besar di rumah dan di
bisnis usaha kecil mereka sendiri. Seiring dengan semakin sejahteranya masyarakat Song, para orang
tua pengantin perempuan memberikan mas kawin yang semakin besar pula untuk perkawinannya, dan
secara alami para wanita mendapatkan banyak hak-hak hukum baru dalam kepemilikan tanah dan
harta keluarga.[47] Para wanita juga memiliki status yang setara dengan para pria dalam hal mewarisi
harta keluarga[48] Terdapat banyak wanita-wanita terdidik yang terkenal dari Dinasti Song, dan
merupakan hal yang umum bagi para wanita untuk mendidik anak laki-lakinya. [49][50] Sebagai
contohnya, ibu seorang jenderal, diplomat, ilmuwan, dan negarawan Shen Kuo mengajari Shen Kuo
dasar-dasar strategi perang.[50] Terdapat pula penulis dan penyair wanita yang terkenal seperti Li
Qingzhao (10841151).[47]

Sebuah kaligrafi karya Huang Tingjian (10451105)


Pada periode Dinasti Song, agama memiliki peranan yang penting terhadap kehidupan sehari-hari
masyarakat Cina dan literatur-literatur bertopik spiritual sangatlah populer. [51] Dewa-dewi Taoisme,
Buddhisme, dan Kepercayaan tradisional Tionghoa, beserta roh-roh leluhur disembah dengan
memberikan sesajian. Tansen Sen menyatakan bahwa lebih banyak Bhikkhu dari India yang
berkunjung ke Cina semasa Dinasti Song daripada semasa Dinasti Tang (618907). [52] Dengan
banyaknya pendatang asing yang berkunjung ke Cina untuk berdagang ataupun berimigrasi tinggal di
sana, berbagai agama-agama asing juga masuk ke Cina. Bangsa-bangsa asing yang ada di Cina
pada saat itu meliputi bangsa Timur Tengah yang beragama muslim, Yahudi Kaifeng, dan bangsa
Persia yang beragama Maniisme.[53][54]
Masyarakat Song terlibat dalam kehidupan rumah tangga dan sosial yang vibran dan menikmati
berbagai jenis festival publik seperti festival Lampion dan festival Qingming. Terdapat perempatanperempatan hiburan di kota-kota besar yang menyediakan hiburan sepanjang malam. Terdapat pula
dalang boneka, pemain akrobat, aktor teater, penelan pedang, penjinak ular, pendongeng, penyanyi
dan pemusik, pelacur, dan tempat-tempat untuk berelaksasi seperti rumah teh, restoran, dan
perjamuan besar.[1][55][56] Masyarakat berpartisipasi dalam klub-klub sosial dalam jumlah yang besar,
mliputi klub minum teh, klub makanan eksotik, klub kolektor barang seni dan antik, klub pecinta kuda,
klub penyair, dan klub musik. [1] Drama teater juga sangat populer dikalangan elit dan masyarakat
umum, walaupun bahasa yang dituturkan oleh aktor di panggung adalah bahasa Cina klasik dan
bukanlah bahasa Cina sehari-hari.[57][58] Empat teater drama terbesar di Kaifeng dapat menampung

hingga beberapa ribu penonton per teater. [59] Terdapat pula permainan catur igo dan xiangqi yang
dimainkan di rumah untuk melewatkan waktu senggang.
Ujian pegawai negeri sipil dan Shenshi ()

Sebuah lukisan Cina abad ke-11


Semasa periode Dinasti Song, terdapat perhatian dan tekanan yang lebih luas terhadap sistem
perekrutan pegawai sipil yang didasarkan pada ujian kerajaan. Hal ini bertujuan untuk menyeleksi
orang-orang yang paling pantas dalam pemerintahan. Sistem pegawai sipil ini dilembagakan dalam
skala kecil semasa Dinasti Sui dan Tang, namun memasuki periode Song, sistem ini menjadi satusatunya cara pengangkatan para pejabat dalam pemerintahan. [60] Meluasnya teknologi percetakan
membantu penyeberaluasan ajaran-ajaran Konfusius dan mendidik lebih banyak kandidat ujian yang
memenuhi syarat.[61] Hal ini dapat terlihat pada jumlah peserta ujian yang meningkat dari 30.000
peserta pada awal abad ke-11 menjadi 400.000 peserta pada akhir abad ke-13 setiap tahunnya.
[61]
Sistem ujian pegawai sipil ini mengijinkan meritokrasi, mobilitas sosial, dan kesetaraan yang lebih
luas.[62] Berdasarkan statistik Dinasti Song, Edward A. Kracke, Sud Yoshiyuki, dan Ho Ping-ti
mendukung hipotesis bahwa tidak ada jaminan seseorang akan mendapatkan kedudukan jabatan
yang setara dengan orang tuanya hanya karena ia merupakan anak, cucu, ataupun cicit dari salah
seorang pejabat di kerajaanya.[62][63][64] Robert Hartwell dan Robert P. Hymes mengkritik model hipotesis
ini dengan menyatakan bahwa model ini terlalu menekankan pada peran keluarga inti manakala
mengabaikan peranan keluarga jauh dan realitas demografi Song pada saat itu, yakni bahwa terdapat
sejumlah besar pria pada tiap-tiap generasi yang tidak memiliki anak lelaki yang bertahan hidup. [63]
[64]
Banyak pula masyarakat yang merasa terampas haknya oleh apa yang mereka pandang sebagai
sistem birokrasi yang memfavoritkan masyarakat kelas pemilik tanah yang dapat membiayai
pendidikan dengan mudah.[62] Salah satu kritik terhadap sistem ini datang dari seorang pejabat dan
penyair yang terkenal Su Shi. Namun, Su sendiri pun merupakan produk sistem tersebut, seiring
dengan berubahnya identitas, kebiasaan, dan perilaku para pejabat yang menjadi kurang aristokratik

dan menjadi lebih birokratik pada transisi periode Tang ke Song. [65] Pada awal berdirinya dinasti,
jabatan-jabatan pemerintahan secara disproporsional dipegang oleh dua kelompok elit sosial, yaitu
kelompok elit yang memiliki hubungan dengan Kaisar dan kelompok elit profesional yang menggunkan
status klan, koneksi keluarga, dan perkawinan untuk mengamankan posisi jabatan. [66] Pada akhir abad
ke-11, kedua kelompok elit tersebut perlahan-lahan menghilang dan digantikan oleh berbagai keluarga
Shenshi ().[67]
Oleh karena pertumbuhan populasi Cina yang meningkat drastis dan jumlah pengangkatan pejabat
yang terbatas (sekitar 20.000 pejabat aktif semasa periode Song), golongan Shenshi ( )
mengambil alih tugas-tugas pemerintahan pada tingkat terbawah. [68] Selain para pejabat yang diangkat
oleh pemerintah, yang menjadi anggota golongan sosial elit ini adalah para kandidat ujian, para
peserta ujian yang telah lulus tapi belum diangkat, para pengajar, dan pejabat-pejabat yang telah
pensiun.[69] Orang-orang yang terpelajar ini mengawasi urusan-urusan daerah lokal dan mensponsori
fasilitas-fasilitas yang diperlukan oleh komunitas lokal yang diawasi; Hakim-hakim lokal yang diutus
oleh pemerintah ke suatu daerah juga bergantung pada kerjasama dengan beberapa ataupun banyak
kalangan elit shenshi daerah tersebut.[68] Sebagai contohnya, pemerintah Song -kecuali pada masa
pemerintahan Kaisar Song Huizong- menyisihkan sedikit sekali pendapatan negara untuk membiayai
sekolah-sekolah tingkat prefektur ( -zhou) dan kabupaten ( -xian). Pembiayaan sekolah-sekolah
tersebut didapatkan dari pembiayaan privat. [70] Terbatasnya peranan pejabat-pejabat pemerintahan ini
berbeda dengan peran pejabat pada periode awal Dinasti Tang (618907), di mana pemerintah secara
ketat meregulasi pasar dan pemerintahan daerah. Pada zaman Dinasti Song, pemerintah melepaskan
peranannya dalam meregulasi perdagangan dan sebaliknya bergantung pada anggota shenshiuntuk
mengerjakan tugas-tugas yang diperlukan dalam komunitas lokal.
Di bawah ini adalah daftar kaisar-kaisar yang pernah memerintah pada masa Dinasti Song (960-1279).
Para kaisar Dinasti Song bermarga Zhao ( ).Pada tahun 1127, Dinasti Song kehilangan sebagian
wilayahnya di utara akibat invasi suku Nuzhen (nenek moyang suku Manchu) yang saat itu mendirikan
Dinasti Jin. Sejak itu ibukotanya berpindah ke Linan, Hangzhou. Dinasti ini terus berdiri hingga invasi
Mongol tahun 1279. Kaisar terakhir yaitu Kaisar Bing dari Song melakukan bunuh diri bersama
keluarga kerajaan dan sejumlah menteri, dengan demikian berakhirlah riwayat Dinasti Song. Dalam
sejarah Dinasti Song dibagi dua yaitu Song Utara (sebelum invasi Nuzhen) dan Song Selatan (setelah
ibukota pindah ke Linan hingga invasi Mongol)
Xia Barat Jin Yuan
Xia Barat (Hanzi: , hanyu pinyin: Xi Xia) (1038 1227) adalah sebuah negara yang didirikan oleh
suku asing di sebelah barat Cina, kira-kira di wilayah Ningxia, Republik Rakyat Cina yang sekarang.
Dinasti Jin (Hanzi: , hanyu pinyin: Jin Chao) (1115 1234; sering juga disebut negara Jin) adalah
sebuah negara yang didirikan oleh suku Nuzhen di utara Cina. Suku ini merupakan cikal bakal dari
suku Manchu yang kemudian mendirikan Dinasti Qing.
Dinasti Yuan (Hanzi: , hanyu pinyin: yuan chao) (1271 1368) adalah satu dari dua dinasti asing
di Cina (yang lainnya adalah dinasti Qing). Dinasti asing berarti dinasti yang bukan didirikan oleh orang

Han karena di zaman dulu, Han adalah satu-satunya yang dianggap mewakili entitas China. Dinasti ini
didirikan oleh Kublai Khan, cucu dari Jenghiz Khan yang mendirikan kekaisaran terbesar dalam
sejarah dunia.
Walaupun Kublai Khan secara de-facto adalah pendiri Dinasti Yuan, namun ia menempatkan
kakeknya, Jenghiz Khan sebagai kaisar pertama Dinasti Yuan.
Kaisar
- 12601294 Kublai Khan
- 13331370 Ukhaatu Khan
Dinasti Ming
Dinasti Ming (Hanzi: , hanyu pinyin: ming chao) (1368 1644) adalah dinasti satu dari dua
dinasti yang didirikan oleh pemberontakan petani sepanjang sejarah Cina. Dinasti ini adalah dinasti
bangsa Han yang terakhir memerintah setelah Dinasti Song. Pada tahun 1368 Zhu Yuanzhang
berhasil mengusir bangsa Mongol kembali ke utara dan menghancurkan Dinasti Yuan yang mereka
dirikan. Ia mendirikan dinasti Ming (; D Mng Gu), dengan ibukotanya di Yingtian (sekarang
Nanjing) sebelum putranya, Zhu Di, yang menjadi kaisar ke-3 memindahkan ibukota ke Shuntian
(sekarang Beijing). Yingtian kemudian berganti nama menjadi Nanjing (ibukota selatan).
Awal Dinasti Ming ditandai dengan masa-masa ketenangan dan kemakmuran di bawah Kaisar
Hongwu, Zhu Yuanzhang. Kaisar Hongwu melakukan reformasi pada sistem pemerintahan dan
birokrasi dengan membentuk organ birokrasi baru yang saling mengimbangi untuk mencegah
munculnya lembaga pemerintah yang mempunyai wewenang terlalu besar. Ia juga melalukan
pembangunan ekonomi, menghentikan segala ekspedisi militer untuk memberi rakyat waktu dan
ketenangan untuk melakukan tanggung jawab mereka di bidang masing-masing. Kebijakan ini berhasil
ditandai dengan peningkatan jumlah populasi sampai dengan 10.650.000 kepala keluarga atau
65.000.000 jiwa pada tahun 1393.
Di penghujung Dinasti Ming, pemberontakan marak di seluruh negara dan pada puncaknya, Beijing
jatuh ke tangan pemberontak yang dipimpin oleh Li Zicheng. Kekalahan ini menyebabkan Chongzhen
menggantung diri di bukit di belakang Kota Terlarang. Li yang bersengketa dengan Wu Sangui
menangkapi keluarganya di Beijing menyebabkan Wu memutuskan untuk menyerah kepada suku
Manchu yang kemudian menaklukkan Li Zicheng dan menguasai Beijing pada tahun 1644.
Setelah Beijing dikuasai oleh suku Manchu, mereke kemudian mendirikan Dinasti Qing yang menandai
runtuhnya Dinasti Ming. Sisa-sisa kekuatan yang setia kepada Dinasti Ming kemudian mengungsi ke
selatan Cina dan meneruskan perlawanan secara terpisah. Dalam sejarah, kekuatan ini dikenal
sebagai Ming Selatan. Ming Selatan kemudian berhasil dihancurkan oleh Kaisar Kangxi pada tahun
1683.
Kronologi sejarah
Awal berdiri

Penghujung Dinasti Yuan


Dinasti Yuan adalah dinasti yang didirikan oleh bangsa Mongol yang dianggap sebagai bangsa asing
oleh suku Han. Diskriminasi kekaisaran terhadap suku Han yang mayoritas sangat kentara dengan
pembagian kasta yang didasarkan atas etnisitas. Suku Han dialokasikan di dua kasta terendah pada
zaman tersebut.
Penghujung Dinasti Yuan juga ditandai dengan pemerintahan yang korup, pajak dan inflasi yang tinggi.
Hal ini diperparah dengan tingkah laku bangsawan Mongol yang sewenang-wenang. Kekaisaran
kemudian mengganti mata uang yang telah beredar sejak zaman Kublai Khan dengan mata uang
baru. Mata uang baru ini kemudian dicetak dalam jumlah besar sehingga menyebabkan hiperinflasi.
Perekonomian ambruk dan bencana kelaparan merebak di mana-mana.
Tahun 1351, Sungai Kuning meluap menyebabkan banjir besar. Bencana ini memperparah kondisi
perekonomian yang telah sangat kacau. Kekaisaran kemudian memerintahkan seluruh ratusan ribu
petani dan tentara untuk memperbaiki bendungan Sungau Kuning. Kerja paksa ini menyebabkan
ketidakpuasan rakyat mencapai puncaknya.
Pemberontakan petani
Hiperinflasi dan ketidakpuasan atas kerja paksa menanggulangi bencana banjir Sungai Kuning
menyebabkan pecahnya pemberontakan petani secara massal. Pemberontakan ini dikenal dengan
Pemberontakan Serban Merah yang meletus pada bulan Mei 1351.
Tahun berikutnya, Guo Zixing memimpin pemberontakan dan berhasil menguasai wilayah Haozhou
(sekarang Kabupaten Fengyang, Anhui). Pada saat ini, Zhu Yuanzhang ikut berpartisipasi dan berjasa
dalam beberapa pertempuran. Jasa Zhu kemudian menarik perhatian Guo yang akhirnya menikahkan
putri angkatnya kepada Zhu. Setelahnya, Zhu kemudian meninggalkan Haozhou dan memperkuat diri
sendiri. Tahun 1356, dengan kekuatannya sendiri, ia berhasil menaklukkan Jiqing (sekarang Nanjing,
Jiangsu) dan mengganti nama menjadi Yingtian. Yingtian inilah yang kemudian menjadi ibukota yang
baru setelah Dinasti Ming berdiri.
Berdirinya Dinasti Ming
Zhu Yuanzhang kemudian memutuskan untuk berbasis di Yingtian untuk memusatkan kekuatan demi
mempersatukan daratan Cina. Pada awalnya, situasi Zhu di wilayah Yingtian sangat tidak strategi buat
mengumpulkan kekuatan dalam waktu singkat. Kemudian ia menerima nasihat Zhu Sheng untuk
memperkuat pertahanan dan memusatkan perhatian pada perbaikan logistik dan tidak terlalu gegabah
untuk mengangkat diri sendiri menjadi raja.
Kebijakan ini menyebabkan Zhu dapat memperkuat dirinya dalam waktu singkat. Ia kemudian
menyerang kekuatan pemberontak lainnya, Chen Youliang pada tahun 1360. Ia kemudian berhasil
memukul mundur pasukan Chen ke Jiangzhou, wilayah pesisir sebelah timur Yingtian. Dalam waktu
tiga tahun, Zhu berhasil menghancurkan kekuatan Chen.

Tahun 1367, Zhu berhasil menaklukkan Zhang Shicheng, pemberontak lainnya dan menguasai
Pingjiang (sekarang Suzhou, Jiangsu). Dalam tahun yang sama, Zhu juga menghancurkan kekuatan
Fang Guozhen yang pada saat itu menguasai wilayah pesisir Zhejiang. Setelah keberhasilan ini, Zhu
Yuanzhang mengangkat diri sebagai kaisar pada tahun 1368, memulai sejarah Dinasti Ming selama
300 tahun ke depan. Ia menetapkan Hongwu sebagai tahun pemerintahan sehingga ia dikenal juga
sebagai Kaisar Hongwu.
Di tahun itu juga, Kaisar Hongwu melakukan ekspedisi ke utara untuk mempersatukan Cina.
Kekaisaran Yuan yang saat itu telah melemah tidak dapat menghambat tentara Ming yang saat itu
bermoral tinggi karena kemenangan demi kemenangan. Ibukota Yuan, Dadu berhasil dikuasai dan
dibumi-hanguskan atas perintah Kaisar Hongwu. Suku Mongol kemudian berhasil diusir kembali ke
padang rumput Mongol.
Setelah berhasil menghancurkan Dinasti Yuan, Kaisar Hongwu menaklukan pemberontak Ming
Yuzhen di Sichuan pada tahun 1371. Sepuluh tahun kemudian, hancurnya kekuatan Raja Liang dari
Dinasti Yuan di Yunnan mengukuhkan penyatuan Cina daratan di bawah Dinasti Ming.
Masa kejayaan awal (1368-1436)
Pemerintahan Hongwu
Setelah berhasil mendirikan Dinasti Ming, Kaisar Hongwu melaksanakan kebijakan untuk
menenangkan rakyat. Di antaranya dengan mengembalikan gerak roda perekonomian, melakukan
reformasi birokrasi Dinasti Yuan, meringankan pajak dan beban petani dan menghukum berat para
pejabat yang korup. Masa ini dikenal sebagai pemerintahan Hongwu dalam sejarah.
Kaisar Hongwu juga merupakan kaisar yang penuh kecurigaan terhadap para menterinya. Ia takut
pejabat kekaisaran menyalahgunakan wewenang dan kekuasaan mereka untuk kepentingan diri
sendiri yang pada akhirnya dapat mengancam dan membahayakan kekuasaannya. Dalam pada itu, ia
terkenal sebagai kaisar yang kerap menjatuhkan hukuman kepada para menterinya.
Pada menteri terkenal yang dibunuh antara lain adalah Liau Yongzhong, Zhu Liangxiang, Li
Wenzhong, Hu Weiyong, Lan Yu dan Chen Ning.
Pada akhirnya, hampir seluruh pejabat kekaisaran yang berjasa dalam pendirian Dinasti Ming kecuali
Tang He dihukum mati oleh Kaisar Hongwu. Setelah ini, Kaisar Hongwu juga membentuk badan
intelijen yang selanjutnya makin mengukuhkan kekuasaan absolut di tangannya.
Insiden Jingnan
Insiden Jingnan adalah peristiwa kudeta berdarah karena perebutan tahta kekaisaran antara Kaisar
Jianwen dan Raja Yan, Zhu Di yang selanjutnya menjadi Kaisar Yongle. Kaisar Jianwen, Zhu Yunwen
adalah cucu tertua dari Zhu Yuanzhang. Zhu Yunwen sendiri adalah anak dari Zhu Biao, anak sulung
Zhu yang mati muda sebelum sempat naik tahta.
Tahun 1398, Kaisar Hongwu wafat dan digantikan oleh Kaisar Jianwen. Kaisar Jianwen atas nasihat
menterinya, Qi Tai melakukan pembersihan lawan-lawan politiknya yang masing-masing memiliki

kekuatan sendiri di seluruh negeri. Lawan politik yang dimaksud adalah para raja yang sebenarnya
masih merupakan pamannya sendiri, anak dari mendiang Kaisar Hongwu.
Lima raja berhasil diturunkan dari tahta dan menjalani hukuman sebagai rakyat biasa. Raja Yan, Zhu
Di adalah anak keempat dari Kaisar Hongwu, mempunyai kekuatan paling besar kemudian melakukan
kudeta saat mendengar bahwa kekuatannya akan menjadi target pembersihan selanjutnya oleh Kaisar
Jianwen.
Zhu Di akhirnya melakukan penyerangan ke ibukota Nanjing pada tahun 1399 atas saran dari
penasihatnya Yao Guangxiao. Perang saudara pecah antara Kaisar Jianwen dan Zhu Di, namun
akhirnya berhasil dimenangkan oleh Zhu Di pada tahun 1402. Kaisar Jianwen hilang dan tidak
diketahui nasibnya setelah insiden berdarah ini.
Zhu Di lalu naik tahta dengan gelar Chengzu, menetapkan era pemerintahan sebagai Yongle sehingga
dikenal juga sebagai Kaisar Yongle.
Era kejayaan Yongle
Di masa pemerintahan Kaisar Yongle, Ming mengalami masa kejayaan awal. Ekspedisi militer
dilakukan oleh Kaisar Yongle untuk mempertahankan kejayaan ini. Annam (sekarang Vietnam) berhasil
ditaklukkan dan kemudian menjadi protektorat Ming. Kaisar Yongle juga memimpin ekspedisi ke utara
untuk memukul mundur bangsa Mongol ke Asia Tengah demi mencegah ancaman dari mereka.
Tahun 1405, Kaisar Yongle juga memerintahkan Zheng He untuk memimpin ekspedisi maritim ke
lautan selatan. Tujuh kali ekspedisi melayari lautan sampai ke Madagaskar.
Pada tahun 1406, istana kekaisaran dibangun di Beiping (sekarang Beijing) dan menggunakan Beiping
sebagai basis untuk melakukan ekspedisi ke Mongolia. Sampai pada tahun 1422, pembangunan dan
perkembangan Beiping sangat pesat dan Kaisar Yongle kemudian menitahkan untuk memindahkan
ibukota dari Nanjing ke Beiping. Beiping kemudian berganti nama menjadi Beijing.
Masa pemerintahan Yongle ditandai dengan kedamaian dan kemajuan yang pesat di seluruh negeri.
Dalam catatan sejarah, masa ini dikenal sebagai era kejayaan Yongle (). Namun, di balik
masa kejayaan ini, Kaisar Yongle bukanlah seorang kaisar yang pengasih. Hukuman yang dijatuhkan
kepada lawan politik dan oposisi tidak berkurang, ditandai dengan peristiwa penjatuhan hukuman mati
sepuluh kerabat kepada Fang Xiaoru. Ini merupakan peristiwa satu-satunya di dalam sejarah Cina
yang biasanya hanya membunuh sampai sembilan kerabat.
Kaisar Yongle wafat pada tahun 1424 dan digantikan oleh anaknya, Zhu Gaochi.
Pemerintahan Renxuan
Setelah Kaisar Yongle wafat pada tahun 1424, anak sulungnya Zhu Gaochi naik tahta
menggantikannya sebagai kaisar. Era pemerintahan diganti menjadi Hongxi. Malangnya, ia meninggal
tahun berikutnya dalam usia 48 tahun.

Walau era pemerintahannya sangat pendek, namun Kaisar Hongxi melakukan banyak keputusan yang
penting di antaranya menghentikan ekspedisi maritim Zheng He dan ekspedisi militer. Ia juga
mempromosikan produksi rakyat demi perkembangan ekonomi, mengampuni banyak tawanan politik,
meringankan hukuman penjara dan melakukan penghematan di banyak bidang.
Setelah Kaisar Hongxi mangkat, anaknya Zhu Zhanji meneruskan tahta kekaisaran dan kebijakan
yang ditinggalkan sang ayah. Ia bertahta sebagai Kaisar Xuande dan terkenal akan kemahirannya
dalam seni lukis. Beberapa lukisannya menjadi lukisan ternama dalam sejarah Cina.
Di tahun 1431, Kaisar Xuande merasakan bahwa pengiriman upeti dari negara-negara protektorat
Ming menyusut. Oleh karenanya, ia memerintahkan Zheng He untuk mempersiapkan ekspedisi
maritim ketujuh. Ekspedisi ini menjadi ekspedisi terakhir bagi Zheng He karena ia kemudian meninggal
di Guli, sebuah kota di pesisir India.
Masa pemerintahan Kaisar Xuande diwarnai dengan campur tangan kasim dalam keputusan
kekaisaran yang dilarang sejak masa pemerintahan Kaisar Hongwu. Kaisar Xuande juga dijuluki
sebagai kaisar jangkrikkarena ia sangat gemar memelihara dan berlaga jangkrik. Hal ini menyebabkan
para menteri dan kasim di istana berlomba-lomba untuk memberikan hadiah jangkrik kepada sang
kaisar.
Walaupun ada berbagai kekurangan di atas, namun di masa ini rakyat Ming mengalami kehidupan
yang relatif aman dan tenteram. Era ini dikenal sebagai pemerintahan Renxuan () diambil
dari gelar kedua kaisar yang memerintah, Renzong dan Xuanzong.
Era pertengahan (1436-1573)
Invasi Mongol
Pada tahun 1435, Zhu Qizhen naik tahta dengan gelar Yingzong dan era tahun Zhengtong. Kaisar
Zhengtong adalah satu-satunya kaisar dinasti Ming yang memerintah dengan dua era pemerintahan,
Zhengtong dan Tianshun setelah restorasi tahta kekaisaran.
Masa pemerintahan Kaisar Zhengtong diwarnai dengan penyalahgunaan wewenang oleh kasim
ternama, Wang Zhen. Wang adalah seorang guru kekaisaran yang kemudian dikebiri untuk menjadi
kasim di dalam istana. Wang secara terang-terangan melanggar peraturan Kaisar Hongwu bahwa
kasim tidak diperbolehkan untuk mencampuri urusan kenegaraan. Selama kurun waktu tujuh tahun
dengan latar belakang sebagai kasim kesayangan kaisar, tindak-tanduknya yang korup semakin
merajalela.
Seiring dengan ini, kekuatan suku Oirat di Asia Tengah makin meningkat. Pada tahun 1449, Esen
Khan dari Oirat menginvasi Beijing. Wang Zhen lalu memaksa Kaisar Zhengtong untuk memimpin
langsung 500.000 tentara keluar dari Beijing untuk menahan serangan Mongol. Karena pasukan ini
tidak terlatih dan juga bermoral rendah menyebabkan garis depan dapat dikalahkan oleh pasukan
Mongol.

Mendengar kekalahan ini, Wang Zhen lalu takut untuk meneruskan pertempuran melawan Mongol dan
memerintahkan seluruh pasukan untuk mundur. Kuatir kampung halamannya akan luluh lantak setelah
dilewati pasukan Ming, ia mengambil rute jalan yang lebih jauh sehingga menyebabkan pasukan Oirat
berhasil mengejar pasukan Ming sesampai Kastil Tumu.
Dalam pertempuran di kastil Tumu ini, Kaisar Zhengtong berhasil ditawan oleh Esen Khan, sedangkan
Wang tewas dalam pertempuran. Dalam beberapa catatan sejarah tidak resmi, dikatakan bahwa Wang
tewas karena dibunuh oleh jenderal Fan Zhong, pengawal kekaisaran yang tidak puas akan tindak
tanduk Wang. Namun kebenaran peristiwa ini tidak diakui oleh sejarah resmi kekaisaran. Peristiwa ini
dikenal sebagai Insiden Tumu dalam catatan sejarah.
Setelah kabar bahwa insiden ini sampai ke Beijing, menteri-menteri kuatir akan keselamatan mereka
bila Beijing jatuh ke tangan Oirat mengusulkan untuk memindahkan ibukota ke Nanjing dan
menyerahkan Beijing. Namun usulan ini ditolak oleh salah seorang menteri, Yu Qian yang kemudian
menyarankan supaya adik dari Kaisar Zhengtong, Zhu Qiyu untuk meneruskan tahta kekaisaran demi
kelanjutan dinasti. Zhu kemudian naik tahta dengan gelar Daizong dan era pemerintahan Jingtai.
Esen Khan sampai ke Beijing namun tidak berhasil menguasai Beijing karena pertahanan kota yang
relatif kuat karena strategi pertahanan Yu Qian. Yu Qian kemudian memimpin pasukan Ming keluar
Beijing dan memukul mundur pasukan Oirat. Esen Khan kemudian mundur bersama pasukannya
dengan membawa Kaisar Zhengtong sebagai tawanan.
Yu Qian tidak menghiraukan tawaran damai dari Esen Khan sebagai tebusan atas Kaisar Zhengtong,
namun menyusun strategi pertahanan yang lebih kuat dan selanjutnya mengusir pasukan Oirat lebih
jauh ke utara. Esen Khan memperlakukan Kaisar Zhengtong dengan baik dan kemudian
melepaskannya setelah merasa bahwa tidak ada gunanya lagi menawan sang kaisar pada tahun
1450.
Restorasi Kaisar Zhengtong
Kaisar Zhengtong yang dilepaskan oleh Esen Khan kemudian pulang ke Beijing. Malangnya,
kepulangannya ini tidak disambut gembira oleh Kaisar Jingtai, sang adik yang bertahta
menggantikannya selama menjadi tawanan.
Walaupun atas saran para menteri, Kaisar Jingtai memberikan gelar Maha Kaisar, namun ia tidak
keluar menyambut Kaisar Zhengtong di gerbang kota, malah menjatuhkannya sebagai tahanan rumah
di Istana Selatan. Lebih jauh, Zhu Jianshen yang sebelumnya adalah putra mahkota dicabut gelarnya
dan digantikan oleh anak Kaisar Jingtai, Zhu Jianji yang tak lama kemudian meninggal karena sakit.
Sepeninggal Zhu Jianji, Kaisar Jingtai yang tidak mempunyai putra lainnya tidak juga mengembalikan
kedudukan Zhu Jianshen sebagai putra mahkota. Pada tahun 1457, Kaisar Jingtai sakit parah dan
beberapa menteri merencanakan kudeta untuk merestorasi Yingzong sebagai kaisar. Kudeta ini
menyebabkan beberapa menteri yang setia kepada Jingtai dijatuh hukuman mati, di antaranya Yu
Qian.

Kaisar Jingtai kemudian diturunkan kedudukannya menjadi raja dan meninggal sebulan kemudian.
Sebaliknya, Yingzong bertahta kembali sebagai kaisar dengan era tahun Tianshun.
Kaisar
- 1368-1398

Kaisar Hongwu

- 1627-1644

Kaisar Chongzhen

Dinasti Qing
Dinasti Qing (Hanzi: , hanyu pinyin: Qng Chao) (1644 1911), dikenal juga sebagai Dinasti
Manchu dan adalah satu dari dua dinasti asing yang memerintah di Cina setelah dinasti Yuan Mongol
dan juga adalah dinasti yang terakhir di Cina. Asing dalam arti adalah sebuah dinasti pemerintahan
non-Han yang dianggap sebagai entitas Cina di zaman dulu. Dinasti ini didirikan oleh orang Manchuria
dari klan Aisin Gioro (Hanyu Pinyin: Aixinjueluo), kemudian mengadopsi tata cara pemerintahan dinasti
sebelumnya serta meleburkan diri ke dalam entitas Cina itu sendiri.
Sejarah
Pembentukan Negara Jin
Setelah melepaskan diri dari pengaruh Dinasti Ming yang kian melemah, Aisin Gioro Nurhachi (Pinyin:
Aixnjulu Nrhch /) menyatukan clan-clan suku
Jurchen (sebutan sebelum diubah menjadi Manchu) dan mendirikan dinasti Jin akhir (Hou Jin) pada
tahun 1609 di yang sekarang adalah wilayah timur laut Cina. Nurhachi menjadi Kaisar dan Khan dari
Negara Jin sampai ia meninggal setelah terluka dalam peperangan dengan dinasti Ming yang dipimpin
jendral Yuan Chonghuan. Anaknya yang ke-empat Huangtaiji naik tahta menjadi Khan agung negara
Jin yang baru (setelah diisukan menyingkirkan saudara2nya yang layak menjadi kandidat Khan).
Huangtaiji mengubah nama negaranya dari Jin (secara harfiah berarti emas) menjadi Qing (secara
harfiah artinya murni) sehingga naman negaranya Kekaisaran Qing Agung (Hanzi: /
; Pinyin: dqng digu) dan juga nama bangsanya dari Jurchen menjadi Manchu. Ia meninggal
sebelum bangsa Manchu benar-benar menguasai seluruh Cina. Anaknya yang ke-sembilan,
Aixinjueluo Fulin naik tahta menjadi Kaisar negara Qing raya dengan gelar Kaisar Shunzhi sementara
pamannya Pangeran Rui,Duoergun sebagai Wali Negara karena kaisar masih berumur 4 tahun saat
itu, bersama-sama dengan Jierhalang.
Jatuhnya dinasti Ming

Bendera Qing Raya pada tahun 1888


Keadaan negara Ming saat itu kacau balau terutama setelah gerombolan pemberontak yang dipimpin
Li Zicheng berhasil memasuki dan merebut ibukota, Beijing. Kaisar dinasti Ming yang terakhir,
Chongzhen bunuh diri dengan gantung diri setelah membunuh seluruh keluarga kerajaan untuk
menghindari tertangkap oleh para pemberontak. Dinasti Ming pun secara resmi berakhir. Li Zicheng
mendirikan dinasti Shun dengan Xian sebagai ibukota. Wu Sangui, jendral dinasti Ming yang menjaga
gerbang Shanhai menolak bergabung dengan Li Zicheng dan meminta bantuan bangsa Manchu di
bawah pimpinan pangeran wali Duoergun. Kesempatan ini diambil oleh pasukan-pasukan delapan
bendera dinasti Qing untuk mengambil alih Beijing dan bergerak ke selatan. Jendral Wu Sangui
membuka gerbang tembok besar dan pasukan delapan bendera dinasti Qing berhasil merebut Beijing
dari Li Zicheng. Pada tahun 1644 pangeran Duoergun menyatakan dinasti Qing dengan kaisarnya
Shunzhi menjadi pengganti dan pewaris dinasti Ming dan mandat langit telah beralih dari dinasti Ming
kepada dinasti Qing. Dengan bantuan jendral-jendral dinasti Ming yang membelot ke dinasti Qing
seperti Wu Sangui, Hong Chengchou, Kong Youde, Shang Kexi, Shi Lang dan lain-lain, pasukan
delapan bendera bangsa Manchu bergerak ke selatan menghabisi sisa-sisa dinasti Ming yang
mendirikan tahta baru di selatan (dinasti Ming selatan). Baru pada tahun 1664 dinasti Qing benarbenar telah mengambil alih seluruh daratan Cina. Di bawah pemerintahan Kaisar Kangxi, pulau Taiwan
akhirnya berhasil direbut dari sisa pasukan yang setia kepada dinasti Ming pada tahun 1683.
Dinasti Qing terkenal dengan kebijakannya yang tidak populer di kalangan bangsa Han dengan
memaksa mereka menuruti cara berpakaian dan gaya rambut bangsa Manchu. Gaya rambut bangsa
Manchu yang mencukur rambut bagian depan dan mengepang rambut bagian belakang dianggap
penghinaan oleh bangsa Han, yang menganggap rambut adalah turunan yang didapatkan dari leluhur.
Di zaman tersebut, bagi orang Han yang tidak mematuhi peraturan ini akan menghadapi hukuman
penggal. Satu istilah yang populer di zaman tersebut adalah ingin kepala, potong rambut; ingin
rambut, potong kepala. Di bidang pemerintahan, dinasti Qing mengadopsi cara-cara dari dinasti Ming
terutama anutan Konghucu. Walaupun pada awalnya pembauran antara bangsa Han dan Man
dilarang demi untuk mempertahankan budaya dan ciri bangsa Manchu, pada akhir abad ke 19 bangsa
Manchu sudah sangat membaur dengan bangsa Han dan kehilangan banyak identitas mereka,
contohnya bahasa Manchu yang lama kelamaan digantikan hampir sepenuhnya dengan bahasa
Mandarin, bahkan dalam lingkungan keluarga kerajaan.
Masa Keemasan
Dinasti Qing mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Kaisar Kangxi (memerintah 1662 1722),
Yongzheng (1723 1735) dan Qianlong (1735 1796).

Pada tahun 1661 kaisar Shunzhi meninggal pada usia 24 tahun dan digantikan oleh putra
keempatnya, Aixinjueluo Xuanyue sebagai Kaisar Kangxi. Pada masa awal pemerintahannya, Kaisar
Kangxi dibantu oleh 4 Mentri Wali dan dibina oleh neneknya, Ibusuri Xiaozhuang. Pada tahun 1669,
Kaisar Kangxi berhasil menggagalkan rencana salah satu Mentri Walinya, Aobai yang ingin
memberontak. Ia juga berhasil meredam Pemberontakan Tiga Raja Muda (salah satunya adalah Wu
Sangui, yang diberi wilayah dan gelar pangeran karena jasanya) dan pemberontakan suku-suku dari
Mongolia. Taiwan yang dikuasai keluarga Zheng yang setia pada dinasti Ming, berhasil dikuasai pada
tahun 1683. Perjanjian perbatasan dengan Rusia juga dibuat tahun 1689.
Sepeninggal Kaisar Kangxi pada tahun 1722, putranya yang keempat pangeran Yong (terlahir
Aixinjueluo Yinzhen) naik tahta sebagai Yongzheng. Pemerintahannya diwarnai dengan sengketa
antara pangeran, yang merasa naiknya Kaisar Yongzheng adalah rekayasa. Kaisar Yongzheng dikenal
sebagai kaisar yang pekerja keras. Pada masa pemerintahannya ekonomi negara Qing menguat.
Pangeran Bao (Aixinjueluo Hongli) menggantikan ayahnya dengan era Qianlong pada tahun 1735.
Pada masa pemerintahannya wilayah Qing Raya diperluas oleh kesuksesan Kampanye-kampanye
Militernya yang dikenal sebagai Sepuluh Kampanye Besar. Sayangnya masa-masa akhir
pemerintahannya tercemar oleh praktek korupsi oleh para pejabat, salah satunya oleh menteri
kesayangannya Heshen. Demi menunjukkan baktinya pada kakeknya kaisar Kangxi, kaisar Qianlong
turun tahta sebelum lamanya memerintah menyamai kaisar Kangxi dan menyerahkan tahta pada
putranya yang kelimabelas Pangeran Jia (Aixinjueluo Yongyan). Pangeran Jia menjadi Kaisar Jiaqing
dan ia sendiri menjadi kaisar emeritus (Taishanghuang) tetapi tetap memegang kendali pemerintahan
sampai meninggal. Sepeninggal ayahnya, Kaisar Jiaqing kemudian mengeksekusi Heshen dengan
tuduhan korupsi dan menyita kekayaannya.
Korupsi yang mulai merajalela dalam pemerintahan pada masa akhir kaisar Qianlong, menandakan
mulai melemahnya dinasti Qing.
Dinasti Qing pada awalnya bernama Dinasti Jin Akhir. Berdiri pada tahun 1616 oleh Nuerhachi,
pemimpin suku Manchu dari klan Aisin-Gioro. Tahun 1636, Huang Taiji mengganti nama dinastinya
menjadi Qing, nama yang terus dipakai hingga keruntuhannya tahun 1912. Secara resmi, Dinasti Qing
menggantikan Dinasti Ming tahun 1644 ketika masa pemerintahan Kaisar Shunzhi. Maka, secara
politis Kaisar Shunzhi adalah kaisar pertama dari dinasti ini yang menguasai seluruh daratan Tiongkok.
Dinasti ini mempunyai 12 kaisar bila dihitung dari Nuerhachi, 10 orang terakhir yang berkuasa setelah
suku Manchu menduduki daratan Tiongkok. Dinasti Qing digulingkan dalam Revolusi Xinhai tahun
1911, namun kaisar terakhir belum secara resmi turun tahta hingga terbentuknya Republik Tiongkok
pada awal 1912 dan dia tetap memegang gelarnya hingga tahun 1924.

Anda mungkin juga menyukai