Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia ekonomi pada saat ini semakin pesat, hal ini dapat

dilihat dari banyaknya pelaku bisnis yang baru. Perubahan yang cepat

berdampak pada situasi ketidakpastian yang berpengaruh terhadap

perusahaan.

Persaingan bisnis yang ketat seperti saat ini membuat pelaku bisnis

selalu berusaha untuk mempertahankan usahanya dan bersaing untuk mencapai

tujuan yang diharapkan. Banyak strategi yang dilakukan pelaku bisnis agar

usaha yang dijalankan tetap bertahan ditengah-tengah persaingan yang ada,

suatu usaha didirikan dan dikelola untuk menghasilkan suatu produk baik

berupa barang maupun jasa.1

Islam merupakan agama yang di turunkan oleh Allah SWT kemuka

bumi untuk menjadi rahmatanlilalamin (rahmat bagi seluruh alam), Islam tidak

hanya sekedar mengatur masalah ibadah seorang hamba kepada Tuhannya,

tetapi juga mampu menjawab berbagai macam bentuk tantangan pada setiap

zaman, termasuk persoalan ekonomi, yang di kenal pada saat ini adalah

ekonomi islam. Ekonomi Islam di pandang sebagai sebuah Gerakan baru yang

1
Tria Anggraini, Skripsi: Analisis Perbandingan Strategi Pemasaran Online Dan Offline Pada
Toko Alea Pasar Tradisional Modern (PTM) Kota Bengkulu Ditinjau Dari Ekonomi Islam,
(Bengkulu: IAIN Bengkulu, 2017), 1

1
menjadi retorsi di sertai dengan isi dekonstruktif atas kegagalan sistem

ekonomi dunia yang dominan selama ini.2

Dalam kajian, ekonomi dibagi menjadi ekonomi mikro serta

ekonomi makro. Ekonomi mikro mempelajari suatu perilaku tiap individu

dalam melakukan setiap unit ekonomi. Yang dapat berperan sebagai

konsumen, pekerja, investor, pemilik tanah maupun perilaku sebuah industri.

Ekonomi mikro Islam dalam pembahasan didasarkan pada teori. Teori

dibangun untuk menerangkan fenomena yang terjadi dalam suatu waktu

dengan menggunakan hukum yang tidak bertentangan dengan syariah. Dengan

tujuan untuk mendapatkan keyakinan yang kuat tentang teori ekonomi Islam

yang relevan dan dapat diterapkan di dunia nyata.3

Kegiatan yang menunjang dari sebuah perekonomian adalah

produksi, distribusi dan konsumsi menjadi sebuah mata rantai yang saling

terhubung. Menurut ilmu ekonomi pengertian produksi adalah kegiatan

menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai kegunaan

atau manfaat suatu barang.4 Konsep produksi secara umum dimana konsumen

menyukai produk yang tersedia di mana saja dengan harga yang terjangkau.

Maka pada saat seperti ini, perusahaan praktis berkonsentrasi pada masalah

produksi. Produksi ditingkatkan terus menerus dan di edarkan dengan jalur

distribusi yang banyak.

Islam telah menganjurkan kaum muslimin untuk membentuk strategi

ekonomi sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh al qur’an. Suatu
2
Muhammad, prinsip-prinsi pekonomi islam,(Yogyakarta:graha ilmu,2007), 1
3
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), 5
4
Eko Supriyatno, Ekonomi Mikro Perspektif Islam, (Yogyakarta: Sukses Offset, 2008), 154

2
peningkatan kesejahteraan produksi yang dihasilkan oleh alam guna untuk

pemanfaatan bukan semata-mata untuk mengejar target usaha untuk

mengeskploitasi alam. Dimana target seperti ini masuk dalam kerangka

religius seperti yang tertulis pada surat al maidah ayat 87 yang berbunyi :

ُّ ِ‫ت َما اَ َح َّل ال ٰلّهُ لَ ُك ْم َواَل َت ْعتَ ُد ْو ۗااِ َّن ال ٰلّهَ اَل حُي‬
‫ب الْ ُم ْعتَ ِديْ َن‬ ِ ‫ٰياَُّيها الَّ ِذين اٰمُنوا اَل حُت ِّرموا طَيِّٰب‬
ُْ َ ْ َ َ ْ َ

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang

baik yang telah Allah halalkan bagikamu, dan janganlah kamu melampaui

batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui

batas”.5

Ayat diatas mempunyai makna yaitu kita sebagai kaum muslimin di

perbolehkan memanfaatkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhannya

dan tidak boleh mengeksploitasinya. Larangan mengeksploitasi sumber daya

alam ini merupakan cara Al qur’an menjelaskan tentang sistem produksi islam

secara umum. Dalam memproduksi suatu barang harus ada upaya untuk

menciptakan maslahah, dimana mencari keuntungan melalui produksi tidak

dilarang selama sesuai dengan syariat. Keuntungan yang dicari bukanlah

mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dengan menetapkan keuntungan

diatas normal. Seorang produsen Muslim berupaya mencari keuntungan yang

5
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: PT.
Kumudasmoro Grafindo Semarang, 1994), 176

3
memberikan kemaslahatan tidak hanya bagi dirinya sendiri, namun juga bagi

konsumen.6

Maslahah sendiri terbagi menjadi dua komponen yaitu manfaat dan

berkah.7 Dalam konteks produsen yang berorientasi kepada keuntungan maka

manfaat ini dapat berupa keuntungan material. Sedangkan berkah tidak datang

dengan sendirinya melainkan seorang Muslim mencari dan harus

mengupayakan sehingga akan timbul kebaikan yang di berikan Allah SWT

kepada kita.

Pada prinsipnya produksi Islam mengutamakan keberkahan sehingga

apa bila produsen menjalankan bisnisnya menerapkan prinsip dan nilai syariat

Islam sehingga produsen tidak akan mau memproduksi barang atau jasa yang

bertentangan dengan prinsip syariat yang tidak memberikan kemaslahatan

bagi umat. Karena dalam memproduksi suatu barang tidak hanya untuk

memperoleh keuntungan duniawi semata, namun memperoleh keuntungan

secara esensial yang akhirnya akan membawa kebaikan yang ada di sisi Allah

SWT.

Produksi barang-barang kebutuhan dasar secara khusus dipandang

sebagai kewajiban social (fard al kifayah). Jika sekelompok orang sudah

berkeecimpung dalam produksi barang-barang tersebut dalam jumlah yang

sudah memenuhi kebutuhan masyarakat, maka kewajiban seluruh masyarakat

sudah terpenuhi. Namun, jika tidak ada seorang pun yang melibatkan diri

6
Ani Juloqiah,Skripsi: Implementasi Sistem Produksi Secara Islam Pada Makanan&Minuman Di
Umkm Karya Bakti Makanan & Minuman Rembang, (Semarang: UIN Walisongo semarang,
2015), 1.
7
M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani, 2000), 18.

4
dalam kegiatan tersebut atau jika jumlahnya tidak memenuhi atau tidak

mencukupi, maka semua orang akan di mintai pertanggung jawabannya di

akhirat. Pada pokoknya negara harus bertanggung jawab dalam menjamin

bahwa kebutuhan barang-barang pokok di produksi dalam jumlah yang

cukup.8

Tak dapat dipungkiri bahwa di Indonesia sudah menjadi negara yang

peduli dengan lingkungan sekitar. Seperti halnya Perkembangan Usaha Mikro

Kecil Menegah (UMKM) menjadi salah satu contoh aktifitas ekonomi yang

dapat dirasakan oleh masyarakat. Pemerintah sekarang ini juga memberikan

antusias dalam memberikan penghargaan kepada setiap UMKM yang dapat

mengolah produk yang tidak ada nilainya menjadi bermanfaat.

UMKM atau Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan kegiatan

ekonomi yang di lakukan oleh perorangan maupun badan dalam skala mikro

kecil dan menengah ,Dilansir dari situs Bappenas, di Indonesia UMKM

memiliki kontribusi atau peranan cukup besar, yaitu: Perluasan kesempatan

kerja dan penyerapan tenaga kerja, Pembentukan Produk Domestik Bruto

(PDB), Penyediaan jaring pengaman terutama bagi masyarakat berpendapatan

rendah untuk menjalankan kegiatan ekonomi produktif.9

Peranan UMKM dalam mendukung ketahanan ekonomi nasional tidak

perlu diragukan lagi. Di tengah limbungnya industri dan usaha-usaha besar

ketika krisis ekonomi, para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah masih

dapat bertahan. Resistensi UMKM terhadap krisis ekonomi global mampu


8
Adiwarman A. Karim, Ekonomi mikro Islami, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2007), 128
9
https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/20/120000469/peran-umkm-dalam-perekonomian-
indonesia/, Peran UMKM dalam perekonoian Indonesia, di akses pada 9 Maret 2020.

5
menjadi perisai penyedia lapangan kerja di masa-masa yang sulit serta

melapangkan jalan bagi usaha-usaha yang berskala lebih besar untuk pulih dari

keterpurukan. Secara berkelanjutan, UMKM berperan strategis sebagai garda

terdepan untuk menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).10

Di Kabupaten Tulungagung sendiri UMKM merupakan salah satu

penyerap tenaga kerja terbanyak, menurut data BPS Kabupaten Tulungagung

setidaknya ada 4541 UMKM yang terdaftar per maret 2020, yang di dominasi

oleh UMKM yang berbasis pemanfaatan sumber daya alam, hal ini

menunjukan bahwa segmen UMKM terutama di wilayah Kabupaten

Tulungagung tumbuh dengan ritme yang terus menanjak.11

Untuk pangsa pasarnya di Kabupaten Tulungagung merupakan basis

dari UMKM jenis kerajinan tangan mulai dari marmer yang merupakan

ikoniknya Tulungagung sampai produsen peralatan masak dan kebersihan.

UKM Bintang Jaya Wates merupakan salah satu UKM di Kabupaten

Tulungagung yang beralamatkan di Jalan Wates No.18 Dusun Duwet Desa

Wates Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung Provinsi Jawatimur

dengan pimpinan Ibu Martini, UKM Bintang Jaya Wates sendiri merupakan

hasil binaan dari Dinas Perindustrian dan Dinas Koperasi dan UMKM

Kabupaten Tulungagung mempunyai beberapa produk peralatan kebersihan

atau benatu dengan produk unggulannya yaitu sapu taman lidi yang merupakan

10
https://www.jurnal.id/id/blog/penyelamat-krisis-1998-ukm-diharapkan-terjang-krisis-karena-
korona/, Penyelamat Krisis 1998, UKM Diharapkan Terjang Krisis Karena Corona, di akses pada
30 Juni 2020.
11
https://disperindag.tulungagung.go.id/data-ikm-ta.html, Data UMKM yang terdaftar di
disperindag kabupaten tulungagung, di akses pada 9 Maret 2020.

6
hasil pengolahan dari lidi kelapa dan kayu sebagai tangkainya yang sudah

sangat mulai langka keberadaannya.12

Dalam produksi untuk meraih keuntungan merupakan hal yang wajar

namun demikian tidak juga melanggar hak yang didapat oleh konsumen. Jika

pemikiran konvensional masih melekat dalam produksi maka yang di inginkan

hanya sebatas keuntungan yang diperoleh didunia. Bagaimana mengeluarkan

biaya yang minimum untuk menghasilkan laba yang maksimum. Ini hanyalah

ukuran keberhasilan dalam bentuk materi, namun dalam pandangan Islam

dalam produksi harus menerapkan keberkahan yang keuntungan itu dapat

dirasakan didunia maupun diakhirat.

Dengan adanya asumsi ini mendorong peneliti untuk meneliti kajian

lebih dalam mengenai sistem ekonomi islam, sehingga peneliti tergugah untuk

mengangkat judul PENERAPAN SISTEM PRODUKSI SECARA ISLAMI

PADA PRODUK SAPU TAMAN LIDI UKM BINTANG JAYA WATES

KECAMATAN SUMBERGEMPOL.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tertulis diatas penulis memberikan

informasi tentang masalah yang akan di gunakan sebagai bahan penelitian :

1. Banyaknya jumlah UMKM yang memanfaatkan sumber daya alam

sebagai bahan bakunya

12
Wawancara dengan Martini, tanggal 20 Juni 2020 di Kantor Bintang Jaya Wates Kecamatan
Sumbergempol Tulungagung.

7
2. Adanya upaya eksploitasi alam guna untuk meningkatkan produksi

dan meningkatkan profit

3. Minimnya kepedulian pengusaha yang mayoritas Muslim untuk

memanfaatkan sumber daya alam sesuai syari’at Islam.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sistem produksi pada produk sapu taman di UKM BINTANG

JAYA WATES Kecamatan Sumbergempol ?

2. Bagaimana penerapan sistem produksi yang benar menurut Islam ?

D. Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin dicapai peneliti dari penelitian ini adalah : Untuk

mengetahui proses produksi pada produk sapu taman di UKM Bintang Jaya

Wates Kecamatan Sumbergempol.

E. Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Secara praktis

Dengan adanya penelitian ini dapat memperluas pemahaman dan

pengetahuan dalam bidang ekonomi Islam khususnya pada proses

produksi secara Islami. Serta proses produksi di Ukm Bintang Jaya Wates

Kecamatan Sumbergempol secara lebih mendalam.

8
2. Secara ilmiah

Untuk menambah wawasan dan pemahaman mengenai proses

produksi secara Islami dalam menjalankan produksi pada UKM

Bintang Jaya Wates Kecamatan Sumbergempol. Sehingga diharapkan

mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu

ekonomi. Serta dapat dijadikan referensi penelitian untuk topik-topik yang

berkaitan

3. Bagi masyarakat

Manfaat yang dapat diambil bagi pelaku bisnis adalah dapat

mengimplementasikan proses produksi secara Islami dalam menjalankan

produksi, sehingga pelaku produksi tidak hanya memperoleh keuntungan di

dunia tetapi juga memperoleh keuntungan di akhirat kelak.

9
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. UMKM

a. Pengertian UMKM

Di Indonesia, definisi UMKM diatur dalam Undang-Undang

Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM. 13 Pasal 1 dari

Undang-Undang tersebut, dinyatakan bahwa Usaha mikro adalah usaha

produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang

memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

tersebut.14 Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang

buka merupakan anak perusahan atau bukan anak cabang yang dimiliki,

dikuasai atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung, dari

usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tersebut.15

Sedangkan usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif yang

berdiri sendiri yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang

bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak


13
Tulus T.H. Tambunan, UMKM di Indonesia, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2009), 16
14
Ibid, 17
15
Ibid, 18

10
langsung, dari usaha mikro, usah kecil atau usaha besar yangmemenuhi

kriteria usaha mikro sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

tersebut.16

Di dalam Undang-Undang tersebut, kriteria yang digunakan untuk

mendefinisikan UMKM seperti yang tercantum dalam Pasal 6 adalah

nilai kekayaan bersih atau nilai aset tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan. Dengan kriteria sebagai

berikut:

1) Usaha mikro adalah unit usaha yang memiliki aset paling

banyak Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha dengan hasil penjualan

tahunan paling besar Rp.300.000.000 (tiga ratus juta rupiah).

2) Usaha kecil dengan nilai aset lebih dari Rp.50.000.000 (lima

puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp.500.000.000(lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha memiliki hasil penjualan tahunan

lebih dari Rp.300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) hingga

maksimum Rp.2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta

rupiah).

3) Usaha menengah adalah perusahaan dengan milai kekayaan

bersih lebih dari Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah) hingga

paling banyak Rp.10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) hasil

penjualan tahunan di atas Rp.2.500,0000.000 (dua milyar lima


16
Tulus T.H. Tambunan, UMKM di Indonesia…, 19

11
ratus juta rupiah) sampai paling tinggi Rp.50.000.000.000 (lima

puluh milyar rupiah).17

Selain menggunakan nilai moneter sebagai kriteria, sejumlah

lembaga pemerintahan seperti Departemen Perindustrian dan Badan

Pusat Statistik (BPS), selama ini juga menggunakan jumlah pekerja

sebagai ukuran untuk membedakan skala usaha antara usaha mikro,

usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar. Misalnya menurut Badan

Puat Statistik (BPS), usaha mikro adalah unit usaha dengan jumlah

pekerja tetap hingga 4 orang, usaha kecil antara 5 sampai 19 pekerja, dan

usaha menengah dari 20 sampai dengan 99 orang. Perusahaan-

perusahaan dengan jumlah pekerja di atas 99 orang masuk dalam

kategori usaha besar.

Usaha mikro kecil dan menengah merupakan pemain utama dalam

kegiatan ekonomi di Indonesia. Masa depan pembangunan terletak pada

kemampuan usaha mikro kecil dan menengah untuk berkembang

mandiri. Kontribusi usaha mikro kecil dan menengah paada GDP di

Indonesia tahun 1999 sekitar 60%, dengan rincian 42% merupakan

kontribusi usaha kecil dan mikro, serta 18% merupakan usaha menengah.

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sangat

penting dan strategis dalam mengantisipasi perekonomian kedepan

terutama dalam memperkuat struktur perekonomian nasional. Adanya

krisis perekonomian nasional seperti sekarang ini sangat mempengaruhi

stabilitas nasional, ekonomi dan politik yang imbasnya berdampak pada


17
Undang-Undang Nomor. 20 tahun 2008, Tentang UMKM, Bab IV pasal 6.

12
kegiatan-kegiatan usaha besar yang semakin terpuruk, sementara UMKM

serta koperasi relatif masih dapat mempertahankan kegiatan usahanya.

Secara umum, tujuan atau sasaran yang ingin dicapai adalah

terwujudnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang tangguh

dan mandiri yang memiliki daya saing tinggi dan berperan utama dalam

produksi dan distribusi kebutuhan pokok, bahan baku, serta dalam

permodalan untuk menghadapi persaingan bebas.

UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha di semua sektor

ekonomi. Pada prinsipnya, pembedaan antara Usaha Mikro (UMI), Usaha

Kecil (UK), Usaha Menengah (UM), dan Usaha Besar (UB) umumnya

didasarkan pada nilai aset awal (tidak termasuk tanah dan bangunan),

omset rata-rata per tahun, atau jumlah pekerja tetap. Namun definisi

UMKM berdasarkan tiga alat ukur ini berbeda menurut negara. Karena

itu, memang sulit membandingkan pentingnya atau peran UMKM antar

negara.18

Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah

yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling

banyak Rp200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan

usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun

1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang

berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan

18
Tulus T.H. Tambunan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia: Isu-Isu Penting,
(Jakarta: LP3ES,2012), 11

13
kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari

persaingan usaha yang tidak sehat.

Beberapa keunggulan UKM terhadap usaha besar antara lain adalah

sebagai berikut :

1) Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam

pengembangan produk.

2) Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil.

3) Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau

penyerapannya terhadap tenaga kerja.

4) Fleksibelitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap

kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibanding dengan

perusahaan besar yang pada umumnya birokrasi.

5) Terdapatnya dinamisme manajerial dan peran kewirausahaan.19

b. Peranan UMKM

Diakui, bahwa Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

memainkan peran penting di dalam pembangunan dan pertumbuhan

ekonomi, tidak hanya di Negara Sedang Berkembang (NSB), tetapi juga

di Negara Maju (NM). Di negara maju, UMKM sangat penting, tidak

hanya kelompok usaha tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja

dibandingkan usaha besar (UB), seperti halnya di negara sedang

berkembang, tetapi juga kontribusinya terhadap pembentukan atau

19
Tiktik Sartika Partomo dan Abd. Rachman Soejoedono, Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan
Koperasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), 13

14
pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) paling besar dibandingkan

kontribusi dari usaha besar.20

c. Landasan Hukum UMKM

Adapun landasan hukum usaha kecil menengah diantaranya:

1) Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1995 tentang

usaha kecil. Dalam undang-undang ini tujuan pemberdayaan usaha

kecil sesuai pasal 4 yaitu:

a) Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kecil

menjadi usaha tangguh dan mandiri serta dapat berkembang

menjadi usaha menengah.

b) Meningkatkan peranan usaha kecil dalam pembentukan

produk nasional, perluasan kesempatan kerja dan berusaha,

meningkatkan ekspor, serta peningkatan dan pemerataan

pendapatan untuk mewujudkan dirinya sebagai tulang

punggung serta memperkukuh struktur perekonomian

nasional.

2) PP (Peraturan Pemerintah) No. 32 Tahun 1998 tentang pembinaan

dan pengembangan usaha kecil. Dalam undang-undang ini

pembinaan dan pengembangan usaha kecil sesuai pasal 5 dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut :

a) Identifikasi potensi dan masalah yang dihadapi oleh usaha

kecil.

20
Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil …, 1

15
b) Penyiapan program pembinaan dan pengembangan sesuai

potensi dan masalah yang dihadapi oleh usaha kecil.

c) Pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan.

d) Pemantauan dan pengendalian pelaksanaan program

pembinaan dan pengembangan bagi usaha kecil.

3) Keppres (Keputusan Presiden) No. 99 Tahun 1998 tentang

bidang/jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dan

bidang/jenis usaha yang terbuka untuk usaha menengah atau usaha

besar dengan syarat kemitraan. Sesuai keputusan Presiden yang

terdapat pada pasal 1 bahwa yang dimaksud dengan:

a) Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala

kecil dan memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang No. 9 tentang Usaha Kecil.

b) Bidang/jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil

adalah bidang/jenis usaha yang secara mayoritas merupakan

kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah

dari persaingan usaha yang tidak sehat.

c) Kemitraan adalah kerja sama antara usaha kecil dengan

usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan

dan pengembangan oleh usaha menengah atau usha besar

dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling

memperkuat dan saling menguntungkan.

16
d) Inpres (Intruksi Presiden) No. 10 Tahun 1999 tentang

pemberdayaan usaha menengah. Para menteri dan menteri

negara, seluruh pimpinan lembaga pemerintah non

departemen, Gubernur serta Bupati/ Walikota, sesuai dengan

ruang lingkup tugas, kewenangan dan tanggung jawab

masing-masing secara bersama-sama atau secara sendiri-

sendiri, melaksanakan pemberdayaan usaha menengah yang

meliputi bidang- bidang diantaranya pembiayaan, pemasaran,

teknologi, sumber daya manusia, perizinan, dan menyusun

skala prioritas dalam pemberdayaan usaha menengah,

terutama yang berkaitan dengan pengembangan ekspor,

penyerapan tenaga kerja, serta pemenuhan kebutuhan pokok.

4) Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang

Usaha Mikro Kecil Menengah.

Adapun tujuan pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan

menengah sesuai pasal 5 yaitu:

a) Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang

seimbang, berkembang, dan berkeadilan;

b) Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha

mikro kecil, dan menengah menjadi usaha yang tangguh

dan mandiri; dan

c) Meningkatkan peran Usaha Mikro Kecil,

Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan

17
lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan

ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.21

5) Al- Qur’an

Dasar hukum mengenai perindustrian dijelaskan dalam

Al- Qur’an, Allah menciptakan unsur-unsur tertentu untuk

digunakan oleh manusia dalam menghasilkan sesuatu yang

bermanfaat. Sebagaimana dalam surat Al-Hadid ayat 25 berikut:

ۖ ‫َّاس بِالْ ِق ْس ِط‬


ُ ‫وم الن‬
ِ ِ
َ ‫اب َوالْم َيزا َن لَي ُق‬
ِ ِ ِ
َ َ‫لََق ْد أ َْر َس ْلنَا ُر ُسلَنَا بالَْبِّينَات َوأَْنَزلْنَا َم َع ُه ُم الْكت‬

ِ ِ ‫وأَْنزلْنا احْل ِديد فِ ِيه بأْس ش ِدي ٌد ومنافِع لِلن‬


ُ ‫َّاس َولَي ْعلَ َم اللَّهُ َم ْن َيْن‬
ُ‫صُرهُ َو ُر ُسلَه‬ ُ ََ َ َ ٌ َ َ َ َ َ َ

ِ ‫بِالْغَْي‬
ٌّ ‫ب ۚ إِ َّن اللَّهَ قَ ِو‬
‫ي َع ِز ٌيز‬

Artinya:

“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami


dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan
bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia
dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang
padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi
manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya
Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-

21
Yepi Sartika, Skripsi: Peranan Home Industry Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga
Perspektif Ekonomi Islam Studi di Home Industry Kerupuk Lia Jaya Bengkulu Tengah, (Bengkulu:
IAIN Bengkulu, 2017), 23-25

18
rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah
Maha Kuat lagi Maha Perkasa”22
2. Teori Produksi Konvensional

a. Pengertian Produksi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia produksi adalah proses

mengeluarkan hasil atau penghasilan.23 Produksi yaitu meciptakan

manfaat atas sesuatu benda. Secara terminologi, kata produksi berarti

menciptakan dan menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Dalam

bahasa Arab, arti produksi adalah al-intaj dari akar al-nataja yang berarti

mewujudkan atau mengadakan sesuatu. Kegunaan suatu barang

akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari semula.

Secara umum, produksi adalah penciptaan guna (utility) yang berarti

kemampuan suatu barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhan

manusiawi tertentu.24

Kegiatan produksi dalam perspektif ekonomi Islam terkait dengan

manusia dan eksistensinya dalam aktivitas ekonomi, produksi merupakan

kegiatan menciptakan kekayaan dengan pemanfaatan sumber daya oleh

Manusia.25 Dan teori produksi konvensional, produksi adalah kegiatan

menghasilkan barang dan jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh

konsumen. Kegiatan produksi dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai

kegiatan yang menciptakan manfaat (utility) baik di masa kini maupun di

22
https://tafsirq.com/57-al-hadid/ayat-25/, Surat Al-Hadid Ayat 25, di akses pada 29 Juni 2020
23
http://kbbi.web.id>Produksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, di akses pada 29
Juni 2020
24
Idri, Hadist Ekonomi, (Jakarta: Prenada Media, 2015), 61
25
Muhammad Turmudi, Produksi Dalam Perspektif Islam, ISLAMADINA : Jurnal Pemikiran
Islam, Volume 18, No. 1, Maret 2017.

19
masa datang. Para ahli ekonom mendefinisikan produksi sebagai

“menghasilkan kekayaan melalui eksploitasi manusia terhadap sumber-

sumber kekayaan lingkungan”

b. Sistem Produksi

Secara umum produksi diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses

yang menstranformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran

(output). Dalam pengertian yang bersifat umum ini penggunaannya

cukup luas, sehingga mencakup keluaran (output) yang berupa barang

atau jasa. Dalam arti sempit, pengertian produksi hanya dimaksud

sebagai kegiatan yang menghsilkan barang, baik barang jadi maupun

barang setengah jadi, bahan industri dan suku cadang atau spare parts

dan komponen. Hasil produksinya dapat berupa barang-barang konsumsi

maupun barang-barang industri. Sistem produksi adalah suatu rangkaian

dari beberapa elemen yang saling berhubungan dan saling menunjang

antara satu dengan yang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Dengan demikian yang dimaksud dengan sistem produksi adalah

merupakan suatu gabungan dari beberapa unit atau elemen yang saling

berhubungan dan saling menunjang untuk melaksanakan proses produksi

dalam suatu perusahaan tertentu.26

Menurut definisi di atas produksi meliputi semua aktivitas dan

tidak hanya mencakup pengertian yang sangat luas, produksi meliputi

semua aktivitas dan tidak hanya mencakup pembuatan barang-barang


26
Achkana Maksuwah, Thesis: Menentukan Ukuran Pemesanan Gabungan Dengan Joint
Economic Lot Size (Jels) Untuk Meminimalkan Total Biaya Gabungan Pada Pemasok, Produsen
Dan Pembeli, (Gresik: UM Gresik, 2015), 7

20
yang dapat dilihat dengan menggunakan faktor produksi. Faktor produksi

yang dimaksud adalah berbagai macam input yang digunakan untuk

melakukan proses produksi. Faktor-faktor produksi tersebut dapat

diklasifikasi menjadi faktor produksi tenaga kerja, teknologi, modal, dan

bahan baku.27 Faktor produksi tersebut dikombinasikan dalam jumlah dan

kualitas tertentu. Aktivitas yang terjadi di dalam proses produksi yang

meliputi perubahan-perubahan bentuk, tempat dan waktu penggunaan

hasil-hasil produksi.

c. Faktor-faktor Produksi

Secara garis besar, faktor-faktor produksi dapat diklasifikasikan

menjadi dua jenis, yaitu faktor manusia dan faktor non-manusia. Yang

termasuk faktor manusia adalah tenaga kerja atau buruh dan

wirausahawan, sementara faktor non-manusia adalah sumber daya alam,

modal (capital), mesin, alat-alat, dan input-input fisik lainnya.28 Menurut

Aulia Tasman dan M. Havidz Aima ada beberapa indikator pengukuran

yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi kinerja produksi yaitu

kuantitas penggunaan input produksi, seperti tenaga kerja, modal,

teknologi, dan bahan baku.29 Secara umum faktor-faktor dalam produksi

adalah:

27
Aulia Tasman dan M. Havidz Aima, Ekonomi Manajerial Dengan Pendekatan
Matematis, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014), 67
28
Idri, Hadist Ekonomi…, 80
29
Tasman dan Aima, Ekonomi Manajerial Dengan… , 67

21
1) Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu

melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa

baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk

masyarakat.30 Tenaga kerja atau manusia dibeli dan dijual seperti

faktor-faktor produksi dan barang lainnya. Kualitas dan

kuantitas produksi sangat ditentukan oleh tenaga kerja.

2) Bahan Baku

Bahan baku adalah persediaan yang dibeli oleh

perusahaan untuk diproses menjadi barang setengah jadi dan

akhirnya barang jadi atau produk akhir dari perusahaan.31

Bahan baku terbagi menjadi dua macam, adakalanya

bahan baku tersebut merupakan sesuatu yang harus didapat

ataupun dihasilkan oleh alam, tanpa ada penggantinya. Ada juga

yang memang dari alam akan tetapi, bisa dicari bahan lain untuk

mengganti bahan yang telah ada.32

3) Modal

Modal adalah segala sesuatu yang bisa dilihat, disentuh

dan digunakan untuk menunjang kegiatan operasional

30
Undang undang Nomor. 13 tahun 2003, Tentang Ketenagakerjaan, Bab I pasal 1 ayat 2
31
Fahmi Yusniaji dan Erni Widajanti, Analisis Penentuan Persediaan Bahan Baku Kedelai Yang
Optimal Dengan Menggunakan Metode Stockhastic Pada Pt. Lombok Gandaria, EDUKASI:
Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan, Volume 13, Nomor 2, Oktober 2013.
32
Nurriyani Syafitri, Skripsi: Proses Produksi Tempe Ditinjau Dari Ekonomi Islam (Studi
Komperatif Home Industry Bapak Ba’i Dan Bapak Randat Di Desa Bukit Peninjauan 1
Kecamatan Sukaraja), (Bengkulu, IAIN Bengkulu, 2019), 28

22
perusahaan.33 Sedangkan modal dalam literatur fiqh disebut

“Ra’sul Mal” menunjuk pada pengertian uang dan barang.

Istilah modal yang merunjuk pada semua harta kekayaan yang

dimiliki yang dapat dinilai dengan uang.34 Barang dan modal

(bersama-sama dengan tenaga kerja dan tanah) merupakan yang

digunakan untuk tujuan menghasilkan barang dan jasa agar

proses produksi menjadi lebih efisien.

4) Teknologi

Teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan sains

untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan

manusia. Penempatan teknologi sebagai faktor produksi dapat

menciptakan kemaslahatan karena terciptanya efesiensi dalam

kegiatan produksi.35

3. Ekonomi Islam

a. Pengertian Ekonomi Islam

Menurut bahasa, kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu

Oikos berarti keluarga atau rumah tangga sedangkan Nomos berarti

peraturan rumah tangga. Ekonomi didefinisikan dengan pengetahuan

tentang aturan yang berkaitan dengan produksi, distribusi dan

33
Fitriyati Is, Kamaliah dan Gusnardi, Pengaruh Modal Fisik, Modal Finansial, Dan Modal
Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan, EDUKASI: Jurnal Ekonomi, Volume 22, Nomor 3,
September 2014.
34
Ahmad Subagyo, Kamus Istilah Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009),
339
35
Ly Fairuzah Aisyah, Skripsi: Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Usaha Bisnis Busana Muslim
(Studi Kasus Pada CV. Azka Syahrani Collection), (Banten: UIN Syarif Hidayatullah, 2011), 44

23
mengkonsumsinya. Ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai kajian

tentang prilaku manusia dalam pemanfaatan sumber-sumber produksi.36

Dalam kehidupan sehari-hari, ekonomi sangat diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari, oleh karenanya ekonomi merupakan salah satu

ilmu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Selain itu, ekonomi

sebagai alat untuk mengukur tingkat kemajuan dalam suatu negara,

apakah keadaan ekonomi yang baik atau semakin memburuk.37

Menurut Abdul Mannan, dalam buku Eko Suprayetno yang

berjudul Ekonomi Islam menyatakan bahwa Ekonomi Islam (syariah)

merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah ekonomi-

ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam. Beberapa ahli

mendefinisikan ekonomi syariah sebagai suatu ilmu yang mempelajari

perilaku manusia dalam kerangka syariah Islam. Definisi lain

merumuskan bahwa ekonomi syariah adalah ilmu yang memelajari

perilaku seseorang muslim dalam suatu masyarakat Islam yang dibingkai

dengan syariah Islam.38

Menurut Dawam Raharjo, dalam buku M. Nur Rianto Al Arif

yang berjudul Pengantar Ekonomi Syariah menyatakan bahwa istilah

Ekonomi Islam ada tiga kemungkinan pemaknaan berikut.

1) Ekonomi Islam adalah ilmu ekonomi yang berdasarkan nilai

atau ajaran Islam.

36
Suhrawadi K. Lubis dan Farid Wajdi, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika,
2014), 14
37
Eko Suprayitno, Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), 4
38
Ibid, 16

24
2) Ekonomi Islam adalah suatu sistem. Sistem menyangkut

pengaturan, yaitu pengaturan kegiatan ekonomi dalam masyarakat

atau negara berdasarkan cara atau metode tertentu.

3) Ekonomi Islam dalam pengertian perekonomian umat Islam.39

Ekonomi yang dicanangkan oleh islam, tidak hanya

menginginkan kebahagiaan dan kesejahteraan manusia secara lahiriyah,

tapi sekaligus batiniyah karena manusia mempunyai dua usnsur yang

tidak dapat di pisahkan yakni jasmani dan rohani. Itulah sebabnya tauhid

mempunyai peranan utama dalam system ekonomi islam. Oleh karena itu

system ekonomi islam dapat merangkum semua nilai yang baik dlam

kapitalisme maupun marximisme, dan sebaliknya ia menolak dengan

tegas nilai-nilai yang tidsk cocok dengan harkat dan martabat manusia di

system itu. 40

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

ekonomi Islam adalah suatu ilmu pengetahuan yang memperlajari ilmu

ekonomi berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang sesuai dengan Al-

Qur’an dan hadist untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat.

b. Dasar Hukum Ekonomi Islam

1) Al-Qur’an

Al-qur’an adalah sumber pengetahuan al-qur’an sekaligus

sumber hukum yang memberi inspirasi pengetahuan segala aspek

39
Nur Rianto Al arif, Pengantar Ekonomi Syariah, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), 19
40
Nashrudin Baidan dan Erwati Aziz, Etika Islam Dalam Berbisnis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2014), 169

25
kehidupan, sebagaimana firman Allah, dalam surah al –Baqarah

ayat 2 :

ِ ِ ِ ِ ‫ك الْ ِكتَاب اَل ري‬ ِ


‫ني‬
َ ‫ب ۛ فيه ۛ ُه ًدى ل ْل ُمتَّق‬
َ َْ ُ َ ‫ٰذَل‬

Artinya:

“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya;

petunjuk bagi mereka yang bertakwa”41

2) Al-Sunnah

Al-sunnah atau sunah Rasulullah Saw, yang berarti cara,

kebiasaan yang merujuk pada perbuatan (fi‟il), ucapan pada

prinsipnya merupakan sumber hukum yang berisi tentang

penjelas terhadap apa yang disampaikan dalam al-qur’an, dan

beberapa aturan yang lain yang memang belum diatur oleh Al-

qur’an. Penjelasan Al-sunnah sebagi sumber hukum termuat

dalam beberapa firman:

a) Q.S An-Nisa' Ayat 59

‫ول َوأُويِل اأْل َْم ِر ِمْن ُك ْم ۖ فَِإ ْن‬ ِ ‫َطيعوا اللَّه وأ‬
ِ ِ َّ
َ ‫الر ُس‬
َّ ‫َطيعُوا‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الذ‬
َ َ ُ ‫ين َآمنُوا أ‬

‫ول إِ ْن ُكْنتُ ْم ُت ْؤ ِمنُو َن بِاللَّ ِه َوالَْي ْوِم‬


ِ ‫الرس‬ ِ ِ ٍ
ُ َّ ‫َتنَ َاز ْعتُ ْم يِف َش ْيء َفُر ُّدوهُ إىَل اللَّه َو‬

ِ
‫َح َس ُن تَأْ ِوياًل‬ َ ‫اآْل ِخ ِر ۚ َٰذل‬
ْ ‫ك َخْيٌر َوأ‬

Artinya:
41
https://tafsirq.com/2-al-baqarah /, Surat Al-Baqarah Ayat 2, di akses pada 29 Juni 2020

26
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.”42
b) Q.S Ali Imron Ayat 32

ِ ُّ ِ‫ول ۖ فَِإ ْن َتولَّوا فَِإ َّن اللَّه اَل حُي‬ ِ ‫قُل أ‬


َ ‫ب الْ َكاف ِر‬
‫ين‬ َ َْ َّ ‫َطيعُوا اللَّهَ َو‬
َ ‫الر ُس‬ ْ

Artinya:

“Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika

kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang-orang kafir".”43

c. Tujuan Ekonomi Islam

Segala peraturan yang diturunkan Allah Swt dalam sistem Islam

yang mengarah pada tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan

serta menghapuskan kejahatan, kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh

ciptaannya. Demikian pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah

membantu manusia kemenangan di dunia dan di akhirat.

Tujuan Ekonomi Islam berdasarkan konsep dasar agama Islam,

yaitu seperti tauhid dan berdasarkan rujukan pada Al-qur’an dan Sunnah

adalah :

42
https://tafsirq.com/4-an-nisa/, Surat An-Nisa' Ayat 59, di akses pada 29 Juni 2020
43
https://tafsirq.com/3-ali-imran/, Surat Ali 'Imran Ayat 32, di akses pada 29 Juni 2020

27
1) Pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang papan, sandang,

pangan kesehatan dan pendidikan untuk setiap lapisan

masyarakat.

2) Memastikan kesamaan kesempatan bagi semua orang

3) Mencegah terjadi pemusatan kekayaan dan

meminimalkan ketimpangan dana distribusi pendapatan dan

kekayaan di masyarakat.

4) Memastikan untuk setiap orang kebebasan untuk mematuhi

nilai-nilai moral.

5) Memastikan stabilitas dan juga pertumbuhan ekonomi.44

4. Produksi Dalam Islam

a. Pengertian Produksi dalam Islam

Dalam ekonomi Islam, produksi juga merupakan bagian

terpenting dari aktivitas ekonomi bahkan dapat dikatakan sebagai salah

satu dari rukun ekonomi di samping konsumsi, distribusi, infak, zakat,

nafkah, dan sedekah. Oleh karena itu, produksi juga mencakup aspek

tujuan kegiatan menghasilkan output serta karakter-karakter yang

melekat pada proses dan hasilnya.45 Hal ini dikarenakan produksi adalah

kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang kemudian

manfaatnya dirasakan oleh konsumen.

44
Risanda Alirastra Budiantoro Dkk, Sistem Ekonomi (Islam) dan Pelarangan Riba dalam
Perspektif Historis, EDUKASI: Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, Volume 4, Nomor 1, Maret
2018.
45
Muhammad Turmudi, Produksi Dalam…,

28
Produksi mempunyai peranan penting dalam menentukan taraf

hidup manusia dan kemakmuran suatu bangsa. Al-Qur’an telah

meletakkan landasan yang sangat kuat terhadap produksi. Dalam Al-

Qur’an banyak dicontohkan bagaimana umat Islam diperintahkan untuk

bekerja keras dalam mencari penghidupan agar mereka dapat

melangsungkan kehidupannya dengan lebih baik, seperti Q.S Al-

Qashash Ayat 73:

‫ضلِ ِه َولَ َعلَّ ُك ْم‬ ِ


ْ َ‫َّه َار لِتَ ْس ُكنُوا فِ ِيه َولتَْبَتغُوا ِم ْن ف‬ ِِ ِ
َ ‫َوم ْن َرمْح َته َج َع َل لَ ُك ُم اللَّْي َل َوالن‬

‫تَ ْش ُكُرو َن‬

Artinya:

“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan

siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu

mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu

bersyukur kepada-Nya”46

Kata-kata ibtaghu pada ayat ini bermakna keinginan, kehendak

yang sungguh-sungguh untuk mendapatkan sesuatu yang menunjukan

usaha yang tak terbatas. Sedangkan fadl (karunia) berarti perbaikan

ekonomi yang menjadikan kehidupan manusia secara ekonomis

mendapatkan kelebihan dan kebahagiaan.47 Ayat ini menunjukkan bahwa

mementingkan kegiatan produksi merupakan prinsip yang mendasar

46
https://tafsirq.com/28-al-qasas/, Surat Al-Qasas Ayat 73, di akses pada 29 Juni 2020
47
Nurriyani Syafitri, Skripsi: Proses Produksi…, 34

29
dalam ekonomi Islam. Kegiatan produksi yang dilandasi keadilan dan

kemaslahatan bagi seluruh manusia di muka bumi ini.

Produksi dalam perspektif Islam tidak hanya berorientasi untuk

memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyaknya, meskipun mencari

keuntungan tidak dilarang. Dalam ekonomi Islam, tujuan utama produksi

adalah untuk kemaslahatan individu dan masyarakat secara berimbang.

Bagi Islam memproduksi sesuatu bukanlah sekedar untuk dikonsumsi

sendiri atau dijual di pasar, tetapi lebih jauh menekankan bahwa setiap

kegiatan produksi harus pula mewujudkan fungsi sosial. 48 Dalam Q.S al-

Hadid ayat 7, Allah berfirman:

‫ين َآمنُوا ِمْن ُك ْم َوأَْن َف ُقوا هَلُ ْم‬ ِ َّ ِ ِ ‫ِآمنوا بِاللَّ ِه ورسولِِه وأَنِْف ُقوا مِم َّا جعلَ ُكم مستخلَ ِف‬
َ ‫ني فيه ۖ فَالذ‬
َ ْ َْ ُ ْ َ َ َ ُ ََ ُ

ٌ‫َجٌر َكبِري‬
ْ‫أ‬

Artinya:

“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan

nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu

menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan

menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang

besar.”49

Beberapa ekonom Muslim turut pula mendefinisikan mengenai

produksi dalam perspektif Islam sebagaimana dikemukakan oleh Tim

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) dalam


48
Idri, Hadist Ekonomi…,62-63
49
https://tafsirq.com/57-al-hadid/ayat-7, Surat Al-Hadid Ayat 7, di akses pada 29 Juni 2020

30
bukunya Ekonomi Islam, menjelaskan sebagai berikut yaitu sebagai

berikut:

1) Kahf (1992) mendefinisikan kegiatan produksi dalam perspektif

Islam sebagai usaha untuk memperbaiki tidak hanya kondisi

fisik material, tetapi juga moralitas, sebagai sarana untuk

mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam agama,

yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat.

2) Siddiqi (1992) mendefinisikan kegiatan produksi sebagai

penyediaan barang dan jasa dengan memerhatikan nilai keadilan

dan kemanfaatan (maslahah) bagi masyarakat. Dalam

pandangannya, selama produsen telah bertindak adil dan

membawa kebajikan bagi masyarakat, ia telah bertindak Islami.

3) Muhammad Rawwas Qalahji memberikan padanan kata

“produksi” dalam bahasa Arab dengan kata al-intaj, yang secara

harfiah dimaknai dengan ijadu sil‟atin (mewujudkan atau

mengadakan sesuatu) atau khidmatu mu‟ayyanatin bi istikhdami

muzayyajin min „anashir al-intaj dhamina itharu zamanin

muhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut

adanya bantuan penggabungan unsur-unsur produksi, yang

terbingkai dalam waktu yang terbatas).50

4) Manna (1992) menekankan pentingnya motif altruisme

(altruism) bagi produsen yang Islami sehingga ia menyikapi

50
Mukhlis Bin Abdul Azis dan Didi Suardi, Pengantar Ekonomi Islam, (Surabaya: Jakad Media
Publishing, 2020, 90

31
dengan hal-hal konsep Pareto Optimality dan Given Demand

Hypothesis yang banyak dijadikan sebagai konsep dasar

produksi dalam ekonomi konvensional.

5) Rahman (1995) menekankan pentingnya keadilan dan

kemerataan produksi (distribusi produksi secara merata).

6) Ul Haq (1996) menyatakan bahwa tujuan dari produksi adalah

memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang merupakan fardlu

kifayah, yaitu kebutuhan yang bagi banyak orang

pemenuhannya bersifat wajib.51

Dari berbagai definisi diatas jadi dapat difahami bahwa produksi

dalam Islam adalah suatu usaha untuk menghasilkan dan menambah nilai

guna dari suatu barang baik dari segi fisik maupun dari sisi moralitasnya,

sebgaimana sarana untuk mencapai tujuan hiduf manusia sesuai dengan

ajaran agama Islam.

b. Prinsip-prinsip Produksi dalam Islam

1) Prinsip Tauhid

Merupakan fondasi ajaran Islam. Dengan tauhid, manusia

menyaksikan bahwa tiada sesuatupun yang layak disembah selain

Allah, dan tidak ada pemilik langit, bumi dan isinya selain dari Allah

karena Allah adalah pencipta alam semesta dan isinya sekaligus

pemiliknya, termasuk pemilik manusia dan seluruh sumber daya yang

51
Tim Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2015), 230-231

32
ada. Manusia hanya diberi amanah untuk memiliki untuk sementara

waktu sebagai ujian bagi mereka.52

Ekonomi Islam adalah ekonomi yang berlandaskan

ketuhanan. Dimana prinsip ketuhanan menjadikan seoarang muslim

tidak akan mengambil barang yang bukan miliknya dan tidak akan

mengambil harta yang bukan haknya. Berdasarkan prinsip ini Allah

telah menetapkan batas, aturan dan hukum atas aktivitas produksi

yang dilakukan manusia, menegaskan kewajiban mereka kepada Allah

SWT, kepada manusia, dan alam semesta.

2) Prinsip Kemanusiaan (Al-Insaniyyah)

Dalam kegiatan produksi, prinsip kemanusiaan

diimplementasikan secara luas, dimana semua manusia mempunyai

hak untuk mengaktualisasikan kemampuan produktifnya untuk

meningkatkan kapasitas kesejahteraannya.

3) Prinsip Keadilan (Al-Adl)

Allah memerintahkan manusia untuk berbuat adil dan baik.

Islam mendefinisikan adil sebagai tidak menzalimi manusia dan tidak

dizalimi. Prinsip ini menegaskan bahwa berlaku adil dengan siapa pun

akan meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas hidup

manusia. Prinsip ini merupakan implementasi hubungan sesama

manusia berdasarkan keyakinan pada Allah. Karena manusia

diciptakan berdsarkan hak, kewajiban, dan tanggung jawab maka

52
Muhammad Turmudi, Produksi Dalam…, 40

33
prinsip keadilan mengupayakan keadilan dalam semua konteks

kehidupan.53

Salah satu bentuk implementasi prinsip keadilan dalam

kegiatan produksi bermakna menegakkan hak, kewajiban dan

tanggung jawab manusia sesuai kapasitas masing-masing, dalam hal

ini mendistribusikan harta kekayaan (zakat), mengoptimalkan

penyediaan tenaga kerja, memperhatikan hak-hak tenaga kerja , dan

menetapkan harga produksi yang sesuai dengan kemampuan

konsumen.

Maksud dari prinsip ini bahwa pelaku ekonomi tidak

dibolehkan untuk mengejar keuntungan pribadi karena dapat

merugikan orang lain.

4) Prinsip Kebajikan (Al-Maslahah)

Prinsip ini menegaskan bahwa manusia harus melakukan

sebanyak mungkin kebajikan dalam hidupnya yang memiliki

implikasi pola hubungan vertikal dan horizontal. Pada dimensi

vertikal, menggambarkan kebajikan atas perintah Allah SWT dan

setiap kebajikan akan mendapat balasan. Sedangkan dimensi

horizontal kebajikan yang dilakukan kepada sesama manusia dan

lingkungan alamnya

5) Prinsip Kebebasan (Al-Khuriyyah) dan Tanggung Jawab (Al-

Mas’uliyah)

53
Muhammad Turmudi, Produksi Dalam…, 41

34
Manusia mempunyai suatu kebebasan untuk berbuat suatu

keputusan ekonomis yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan

hidupnya. Karena dengan kebebasan itu manusia dapat

mengoptimalkan potensinya dengan melakukan inovasi-inovasi dalam

kegiatan ekonomi. Sedangkan tanggung jawab merupakan

konsekuensi logis dari sebuah kebebasan.

Dalam pandangan Islam tanggung jawab manusia tidak sebatas

tanggung jawab individu dan sosial, tetapi yang lebih penting lagi

adalah tanggung jawab dihadapan Allah SWT. Maka dari itu

kebebasan adalah suatu amanah dari Allah yang harus di

implementasikan manusia dalam aktivitas kehidupannya54

c. Tujuan dan Motivasi dalam Islam

Dalam ekonomi konvensional, tujuan produksi secara makro

adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mencapai

kemakmuran nasional suatu negara. Secara mikro, tujuan produksi

meliputi, menjaga kesinambungan usaha perusahaan dengan jalan

meningkatkan proses produksi secara terus-menerus, meningkatkan

keuntungan perusahaan dengan cara meminimumkan biaya produksi,

meningkatkan jumlah dan mutu produksi, memperoleh kepuasan dari

kegiatan produksi, dan memenuhi kebutuhan dan kepuasan dari produsen

dan konsumen.

Sedangkan produksi dalam Islam adalah untuk memenuhi segala

bentuk kebutuhan manusia. Dengan terpenuhinya kebutuhan manusia ini


54
Muhammad Turmudi, Produksi Dalam…, 43

35
diharapkan bisa tercipta kemslahatan atau kesejahteraan baik bagi

individu maupun kolektif. Produksi tidak hanya dimaksudkan untuk

mencukupi kebutuhan individu saja akan tetapi juga harus dapat

memenuhi kebutuhan umat Islam pada umumnya.55

Ada beberapa hal yang mendukung motivasi produksi dalam Islam:

1) Anjuran Islam untuk melakukan proses produksi relasinya

dengan ibadah.

Islam mendorong dan menganjurkan proses

produksi mengingat pentingnya kedudukan produksi dalam

menghasilkan sumber-sumber kekayaan dalam rangka

mencukupi kebutuhan masyarakat. Hal ini setidaknya

didasarkan pada firman Allah Q.S. Al-Mulk Ayat 15:

ۖ ‫ض ذَلُواًل فَ ْام ُشوا يِف َمنَاكِبِ َها َو ُكلُوا ِم ْن ِر ْزقِ ِه‬ ِ


َ ‫ُه َو الَّذي َج َع َل لَ ُك ُم اأْل َْر‬

‫ور‬ ُ ‫َوإِلَْي ِه الن‬


ُ ‫ُّش‬

Artinya:

“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu,

maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah

sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu

(kembali setelah) dibangkitkan.”56

2) Menegakkan fungsi sebagai duta Allah (Khalifah) di

bumi dan
55
Idri, Hadist Ekonomi…, 73-74
56
https://tafsirq.com/67-al-mulk/, Surat Al-Mulk Ayat 15, di akses pada 29 Juni 2020

36
semangat bekerja sama antar manusia. Dunia ini, pada

hakikatnya adalah milik Allah, kepemilikan sejati ada

ditangannya, dan kepemilikan manusia hanyalah pinjaman

belaka. Manusia diperkenankan untuk mempergunakan

fasilitas di alam ciptaan Allah ini dengan investasi dan bekerja.

Allah telah mewakilkan kepada manusia untuk

mempergunakan layaknya seorang duta. Hal ini sesuai dengan

firman Allah dalam QS Al-Baqarah Ayat 30:

‫ض َخلِي َفةً ۖ قَالُوا أَجَتْ َع ُل فِ َيها َم ْن‬ ِ ‫ك لِْلماَل ئِ َك ِة إِيِّن ج‬


ِ ‫اع ٌل يِف اأْل َْر‬ َ
ِ
َ َ ُّ‫َوإ ْذ قَ َال َرب‬

ِ ‫حِب‬ ِ ِ
‫ك ۖ قَ َال إِيِّن أ َْعلَ ُم‬
َ َ‫ِّس ل‬
ُ ‫ِّماءَ َوحَنْ ُن نُ َسبِّ ُح َ ْمد َك َونُ َقد‬ ُ ‫يُ ْف ِس ُد ف َيها َويَ ْسف‬
َ ‫ك الد‬

‫َما اَل َت ْعلَ ُمو َن‬

Artinya:

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para


Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".”57
3) Keyakinan bahwa Allah menciptakan dunia ini untuk

dimakmurkan dan diambil manfaatnya.

57
https://tafsirq.com/2-al-baqarah /, Surat Al-Baqarah Ayat 30, di akses pada 29 Juni 2020

37
Manusia tidak mempunyai kekuasaan untuk

menciptakan dan tidak memiliki daya untuk membuat.

Namun Allah SWT telah menundukkan bumi untuk

membantu manusia. Allah melengkapi manusia dengan

potensi penglihatan, pendengaran, dan kemampuan berpikir

yang dapat membantu mereka untuk mengambil kemanfaatan

di muka bumi ini. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Allah

SWT dalam Q.S Lukman Ayat 20:

ِ ‫السماو‬
ِ ‫ات َو َما يِف اأْل َْر‬
‫َسبَ َغ َعلَْي ُك ْم‬
ْ ‫ض َوأ‬ َ َ َّ ‫َن اللَّهَ َس َّخَر لَ ُك ْم َما يِف‬
َّ ‫أَمَلْ َتَر ْوا أ‬

‫َّاس َم ْن جُيَ ِاد ُل يِف اللَّ ِه بِغَرْيِ ِع ْل ٍم َواَل ُه ًدى َواَل‬


ِ ‫اطنَةً ۗ َو ِم َن الن‬ ِ
ِ ‫اهر ًة وب‬ ِ
َ َ َ َ‫ن َع َمهُ ظ‬

‫اب ُمنِ ٍري‬


ٍ َ‫كِت‬

Artinya:

“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah


menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan
apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-
Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang
membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan
atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.”58
5. Produk Sapu Taman Lidi

Sapu taman lidi adalah salah satu produk terlaris dari UKM Bintang

Jaya Wates Kecamatan Sumbergempol, terbuat dari beberapa komponen

yaitu: lidi kelapa, gagang kayu dan plastik lakop. Lidi kelapa sendiri

58
https://tafsirq.com/31-luqman/, Surat Luqman Ayat 20, di akses pada 29 Juni 2020

38
merupakan salah satu bagian dari pohon kelapa yang kurang memiliki nilai

ekonomis.59

Sapu taman merupakan jenis produk peningkatan nilai (value) dari

lidi kelapa, masyarakat Kabupaten Tulungagung bagian selatan biasa

menjual lidi secara konvensional dengan harga yang sangat murah bahkan

ketika musim panen kelapa, banyak daun kelapa yang terbuang dan lidinya

tersebut tidak laku untuk di jual. Kurangnya pengetahuan masyarakat terkait

peningkatan nilai jual pada sapu lidi menjadi sapu taman yang lebih

memiliki nilai jual tinggi membuat masyarakat memilih membuang lidi

ketika musim panen kelapa tiba.

F. Penelitian terdahulu

1. Penelitian LyFairuzah Aisyah yang berjudul Tinjauan Ekonomi Islam

Terhadap Usaha Bisnis Busana Muslim (Studi Kasus Pada CV. Azka

Syahrani Collection).60 Penelitian ini membahas tentang konsep ekonomi

Islam dalam produksi, konsep ekonomi dalam distribusi serta konsep

ekonomi Islam dalam manajemen keuangan. Dimana perusahaan sudah

menerapkan nilai-nilai yang berbasis syariah. Produk yang diperjual-

belikan merupakan produk anjuran sunnah Nabi SAW yaitu busana

tertutup. Perusahaan memberikan fasilitas akan kesejahteraan tenaga

kerjanya diantaranya pemberian gaji yang sesuai, pemberian jaminan

asuransi, pelatihan dan training untuk meningkatkan keahlian karyawan.


59
Fahirah F Dkk, Pemanfaatan Lidi Daun Kelapa Dalam Meningkatkan Penghasilan Ibu-Ibu
Buruh Tani Kelapa, Prosiding Seminar Hasil Pengabdian, April 2018
60
Ly Fairuzah Aisyah, Skripsi: Tinjauan Ekonomi Islam…, 73

39
2. Penelitian Septian Pin Hadi Susanto yang berjudul Pengaruh

Pengendalian Produksi Terhadap Kegagalan Produk Kursi Rotan Pada

CV.Mutiara Rotan Kab.Cirebon.61 Hasil penelitian didapat, ternyata

dengan melakukan pengendalian produksi yang diterapkan di CV.

Mutiara Rotan terjadi penurunan tingkat kegagalan yang dihasilkan selama

kurun waktu tiga tahun yaitu dari tahun 2005 – 2007. Pada tahun 2005

terjadi kegagalan sebesar 4,4%, pada tahun 2006 terjadi kegagalan

sebesar 3,2%, pada tahun 2007 sebesar 1,5%.Hambatan-hambatan yang

dihadapi perusahaan yaitu adanya pemborosan bahan baku akibat

kegagalan produk, sehingga terjadi penambahan biaya produksi.

Usaha-usaha yang dilakukan CV. Mutiara Rotan dalam menghadapi

hambatan yaitu menerapkan dan meningkatkan pengendalian produksi

guna meminimalkan tingkat kegagalan/kecacatan produk yang

dihasilkan.

3. Penelitian Ani Juloqiah yang berjudul Implementasi Sistem Produksi

Secara Islam Pada Makanan & Minuman Di Umkm Karya Bakti Makanan

& Minuman Rembang.62 Penelitian ini membahas tentang konsep produksi

secara islam. Dimana perussahan sudah menerapkan konsep produksi mulai

dari kualitas spiritual karyawan, bahan baku sampai pengambilan

keuntungan sudah sesuai dengan syariat islam namun dari segi permodalan

61
Septian Pin Hadi Susanto, Skripsi: “Pengaruh Pengendalian Produksi Terhadap Kegagalan
Produk Kursi Rotan Pada CV. Mutiara Rotan Kab. Cirebon”, (Bandung: Universitas Pasundan,
2008), 96
62
Ani Juloqiah,Skripsi: Implementasi Sistem Produksi…82

40
masih belum sesuai dengan islam karena masih mengunakan bank

konvensional.

4. Jurnal penelitian Fahrudin Sukarno yang berjudul “Etika Produksi

Perspektif Ekonomi Islam”.63 Penelitian ini membahas tentang produksi

Islam berangkat dari status manusia sebagai ‘adb dan kalifah fi al-ardh.

Seperti halnya pandangan umum Al-Qur’an tentang kegiatan produksi

dapat diidentifikasi melalui beberapa konteks antara lain, status manusia

sebagai hamba Allah dengan kewajiban beribadah kepada-Nya serta

memakmurkan bumi. Status manusia sebagai wakil Allah SWT yang

memiliki derajat, kemampuan, dan keahlian serta kewajibannya untuk

saling tolong menolong dan bekerjasama serta berlaku adil. Kewajiban

manusia untuk bekerja dalam memenuhi kebutuhan hidup dan

mengaktualisasi kemampuannya. Kewajiban manusia mengelola dan

mengambil manfaat dari sumberdaya alam yang telah disediakan Allah

SWT. Landasan moral yang terpatri dalam diri manusia. Kewajiban

mendistribusikan harta kekayaan bagi kemaslahatan masyarakat.

Setelah membaca skripsi dan jurnal di atas sebagai bahan relevasi dari

skripsi yang peneliti akan tulis. Sehingga menemukan garis besar, perbedaan

penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah titik pembahasan

yang telah dibatasi untuk mengetahui proses produksi sapu taman lidi UKM

Bintang Jaya Wates Kecamatan Sumbergempol.

63
Fahrudin Sukarno, Skripsi: “Etika Produksi Perspektif Ekonomi Islam”, Jurnal al-Infaq, Bogor,
Perpustakaan Ibnu Khaldun Bogor, 2010, 31

41
G. Kerangka Berfikir

Gambar 1. Kerangka Berfikir

SISTEM
PRODUKSI

TENAGA
BAHAN BAKU MODAL TEKNOLOGI
KERJA

SYARI'AT
ISLAM

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), artinya

data-data yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini adalah fakta di lapangan

yang berkaitan langsung dengan objek penelitianya itu UKM Bintang Jaya

Wates. Metode yang digunakan dalam penelitian ini deskriptif kualitatif.

42
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang di maksudkan untuk menyelidiki

keadaan, kondisi, atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya

dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.64 Penelitian deskriptif bertujuan

menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik bidang

tertentu.65

Sedangkan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek yang alamiah.66 Sehingga hasil data tidak diolah secara statistic

melainkan diolah secara induktif, selanjutnya dikembangkan pola hubungan

tertentu.67 Dalam penelitian ini meneliti tentang penerapan sistem produksi

secara islami pada produk sapu taman lidi UKM Bintang Jaya Wates.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian

ialah dengan jalan mempertimbangkan teori subtantif dan dengan mempelajari

serta mendalami fokus serta rumusan masalah penelitian. Untuk itu pergilah

dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan

kenyataan yang ada di lapangan.68

Lokasi yang peneliti maksud disini adaalah UKM Bintang Jaya Wates

yang berlokasi di Rt 01 Rw 02 Dusun Nglegok Desa Wates Kecamatan


64
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Cet. ke-14, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), 3
65
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian Cet. ke-III, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), 7
66
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D),
Cet. ke-10 (Bandung: Alfabeta, 2010), 15
67
Ibid, 335
68
Moleong J. Lexy, Metodologi Penelitian kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008),
125

43
Sumbergempol Kabupaten Tulungagung. Peneliti menggunakan penelitian ini

karena keadaan lokasi mudah di jangkau juga untuk memperloeh data-data

yang sesuai, menjawab persoalan dan fenomena yang terjadi sesuai dengan

pokok fokus permasalahan yang di ajukan.

Peneliti melakukan penelitian ini dimulai pada 28 Febuari 2020 sampai

18 Juni 2020.

C. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam hal ini sangatlah penting dan utama, hal ini

seperti yang dikatakan Moleong bahwa dalam penelitian kualitatif kehadiran

peneliti sendiri atau bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data

utama.69

Sesuai dengan penelitian kualitatif, kehadiran peneliti di lapangan

adalah sangat penting dan diperlukan secara optimal. Peneliti merupakan

instrumen kunci utama dalam mengungkapkan makna dan sekaligus sebagai

alat pengumpul data. Karena itu peneliti juga harus terlibat dalam kehidupan

orang-orang yang diteliti sampai pada tingkat keterbukaan antara kedua belah

pihak. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti terjun langsung ke lapangan

untuk mengamati dan mengumpulkan data yang dibutuhkan. Adapun data-data

yang dibutuhkan dalam peneltian ini adalah data-data mengenai proses

produksi yang dilakukan oleh UKM Bintang Jaya Wates.

D. Prosedur Pengumpulan Data


69
Ibid, 87

44
Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data primer

untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat

penting diperoleh dalam metode ilmiah, karena pada umumnya data yang

dikumpulkan digunakan, kecuali untuk penelitian eksploratif, untuk menguji

Hipotesa yang telah dirumuskan. Data yang dikumpulkan harus cukup valid

untuk digunakan.70

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dapat

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, serta instrument

pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti

dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi

sistematis dan lebih mudah.71

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan. Perlu dijelaskan bahwa pengumpulan data

dapat dikerjakan berdasarkan pengalaman. Secara metodologis dikenal

beberapa macam tehnik pengumpulan data, diantaranya. :

1. Observasi (Pengamatan)

Observasi merupakan suatu proses pengamatan yang komplek,

dimana peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap objek

penelitian. Observasi merupakan alat pengumpul data, yakni dengan

melihat dan mendengarkan.72 Observasi yang peneliti lakukan adalah

observasi partisipasi aktif, artinya peneliti ikut melakukan apa yang

70
Ahnah Tanzeh, Metode Penelitian Praktis, (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004), 28
71
Ridwan, Statistika Untuk Lembaga dan Instansi Pemerintah/Swasta, (Bandung: Alfabeta, 2004),
137
72
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1992), 66.

45
dilakukan oleh narasumber tetapi belum sepenuhnya.73 Dalam hal ini,

peneliti melakukan pengamatan secara langsung serta ikut terjun di

lapangan dan mencatat kejadian-kejadian yang berkaitan dengan

penerapan sistem produksi secara Islami pada produk sapu taman lidi

UKM Bintang Jaya Wates.

2. Interview (Wawancara)

Wawancara digunakan untuk mengetahui hal-hal yang lebih

mendalam.74 Dalam wawancara terjadi proses Tanya jawab dengan

narasumber untuk tukar informasi dan ide sehingga informasi dapat

akurat. Peneliti melakukan wawancara dengan narasumber yaitu

pimpinan serta sebagian karyawan UKM Bintang Jaya Wates. Metode

wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

semi terstruktur (semi structure interview) dimana dalam

pelaksanaanya lebih bebas, dimana pihak wawancara diminta

pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu

mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh

informan.75

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data

kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang

dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.76

73
Sugiyono, Metode penelitian…, 312.
74
Ibid, 317.
75
Sugiyono, Metode penelitian…, 320
76
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2012), 143

46
Bentuk dokumentasi ada dua antara lain dokumen pribadi dan

dokumen resmi. Dalam hal ini yang termasuk ke dalam dokumen

pribadi catatan biografi pemililk UKM Bintang Jaya Wates.

Sedangkan yang termasuk dokumen resmi internal antara lain aturan

produksi UKM Bintang Jaya Wates, pengumuman, hasil notulen

rapat. Dokumen eksternal dapat berupa bahan-bahan informasi yang

dihasilkan oleh lembaga sosial seperti majalah, Koran, dan lain

sebagainya.

E. Sumber Data

Sumber data merupakan bagaimana cara untuk memperoleh data.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber data primer dan sumber

data sekunder.

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

objek penelitian.77 Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui

wawancara dengan pimpinan UKM Bintang Jaya Wates dan karyawan

yang menjalankan produksi, di samping peneliti juga melakukan

observasi (pengamatan) di lokasi penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah tulisan ilmiah, penelitian atau buku-

buku yang mendukung tema penelitian. Berkaitan dengan hal itu pada

77
Ibid, 225

47
bagian ini jenis data bersumber dari data tertulis. 78 Data sekunder

sendiri data yang tidak dapat diperoleh langsung oleh peneliti tetapi

diperoleh dari pihak lain misalnya dokumen laporan, buku, artikel

dan majalah ilmiah yang terkait dengan materi peneliti.

F. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan proses penyusunan data secara sistematis

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi serta

membuat kesimpulan agar dapat dipahami dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain.79 Untuk menganalisis data yang telah

diperoleh dari hasil wawancara maupun observasi, peneliti menggunakan

metode deskriptif analisis, yaitu cara penulisan dengan mengutamakan

pengamatan terhadap gejala, peristiwa dan kondisi aktual yang terjadi sesuai

fakta dilapangan. Setelah itu data dirangkum, memilih hal-hal yang pokok

serta memfokuskan pada hal-hal yang penting. Langkah berikutnya data

dianalisis dan ditarik kesimpulan. Penggambaran metode yang dipakai dalam

penelitian ini adalah:

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan

transformasi data yang muncul dari catatan-catatan tertulis

dilapangan. Sebagaimana kita ketahui, reduksi data, berlangsung

78
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian…, 112
79
Sugiono, Metode…, Cet. Ke-19, h. 244.

48
secara terus-menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif

berlangsung. Sebenarnya sebelum data benar- benar terkumpul.

Selama pengumpulan data berlangsung terjadilah tahapan reduksi

selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema,

memberikan gugus-gugus, membuat partisi, dan menulis memo).

Reduksi data/proses transformasi ini berlanjut terus sesudah

penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.

2. Penyajian Data

Penyajian data maksudnya sebagai suatu rangkaian informasi

tersusun yang memberikan kemungkinan adanya kesimpulan dan

pengambilan tindakan.

3. Data Verification (verifikasi data)

Merupakan pemeriksaan kembali data-data awal

pengumpulan data, sehingga data yang telah diperoleh dianalisis

secara kualitatif untuk ditarik kesimpulan.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan

harus memenuhi:

1. Mendemontrasikan nilai yang benar,

49
2. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan,

3. Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang

konsistensi dan prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan

keputusan-keputusannya.80

Agar data-data yang diperoleh dari tempat penelitian dan para informan

memperoleh keabsahan maka peneliti menggunakan teknik :

1. Prolonged Engagement

Prolonged engagement artinya bahwa peneliti harus berada di

tempat penelitian yang cukup lama, dengan tujuan agar dapat

menumbuhkan kepercayaan dan kesan yang baik dari subyek yang

diteliti, agar memahami atau mengetahui atau mengalami sendiri

kompleksitas situasi dan agar dapat menghindarkan distorsi akibat

kehadiran peneliti di lapangan.

Sebelum melakukan penelitian secara formal terlebih dahulu

peneliti menyerahkan surat permohonan penelitian kepada pimpinan

UKM Bintang Jaya Wates. Hal ini dimaksudkan agar dalam

melakukan penelitian mendapat tanggapan yang baik mulai dari awal

sampai akhir penelitian selesai.

2. Peer Debriefing

Teknik dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara

atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-

rekan atau kolega (bukan peserta atau partisipan yang mengetahui


80
Lexy J. Moeleong. Metodologi Penelitian..., 320-321

50
kondisi lapangan yang di teliti). Teknik ini mengandung beberapa

maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data.

a. Untuk membuat agar penelti tetap mempertahankan sikap

terbuka dan kejujuran.

b. Diskusi dengan rekan atau kolega ini memberikan suatu

kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan

menguji hipotesis kerja yang muncul dari pemikiran peneliti.81

Pada proses pengambilan data, mulai dari awal proses

penelitian hingga pengolahannya, peneliti tidak sendirian akan tetapi

kadang-kadang ditemani oleh orang lain yang bisa diajak bersama-

sama untuk membahas data yang telah dikumpulkan. Proses ini juga

dipandang sebagai pembahasan yang sangat bermanfaat untuk

membandingkan hasil-hasil yang telah peneliti kumpulkan dengan

hasil yang orang lain dapatkan, karena bukan mustahil penemuan yang

didapatkan bisa juga mengalami perbedaan yang pada akhirnya akan

bisa saling melengkapi.

3. Triangulation

Triangulation atau melihat sesuatu dari berbagai sudut, artinya

bahwa verifikasi dari penemuan dengan menggunakan berbagai

sumber informasi dan berbagai motode pengumpulan data. Adapun

triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya:

a. Membandingkan apa yang dikatakan secara pribadi.

81
Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian..., 332-333

51
b. Membandingkan data hasil wawancara dengan isi

dokumen yang terkait.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang

situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang

waktu.

d. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dari

berbagai pendapat dan pandangan orang lain.

Perbandingan ini akan memperjelas peneliti atas latar atas

alasan-alasan terjadinya perbedaan pandangan tersebut, juga

dimaksudkan sebagai usaha menemukan kesamaan pandangan.

4. Refencycal Adequacy Check

Refencycal Adequacy Check dimaksudkan agar data yang

diperoleh di lapangan dapat diperiksa dengan rekaman berupa foto-

foto maupun kaset pada saat analisis data. Dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara rekaman wawancara, dan mengambil foto-foto

mengenai bentuk kegiatan dan peristiwa di tempat penelitian. Hal ini

dilakukan agar temuan penelitian cukup mantap untuk ditarik

kesimpulan.

52
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Tinjauan Umum Obyek Penelitian

a. Sejarah UKM Bintang Jaya Wates

UKM bintang jaya wates merupakan perkumpulan usaha

yang berbasis produsen peralatan kebersihan. Perkumpulan ini di

rintis dari tahun 1996 dengan nama bintang jaya namun memiliki

paten nama pada tahun 2001 yaitu bintang jaya wates dan pada

tahun 2020 ini sedang mengajukan untuk mengubah perkumpulan

menjadi perseroan terbatas (PT) Noblestar Indonesia, saat ini

perkumpulan ini sudah` mengelola, memproduksi, memasarkan,

dan mendistribusikan produknya sendiri.

Perkumpulan ini berlokasi di Rt 01 Rw 02 Dusun Nduwet

Desa Wates Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung,

dan bertempat produksi di Dusun Ngelgok Desa Wates Kecamatan

Sumbergempol Kabupaten Tulungagung, dan pemasaran

mencangkup seluruh Indonesia sampai ekspor ke sebagian negara

asia diantaranya brunei, india dan Malaysia.82

Perjalanan usahanya di mulai pada tahun 1996 oleh Ibu

Martini yang menjadi sales sapu taman dan keset mutiara untuk

kebutuhan pasar Tulungagung dan sekitarnya saja, tak puas dengan


82
Dokumen UKM bintang jaya wates.

53
itu beliau di bantu suaminya yaitu Bapak Imam mulai

memproduksi sendiri keset mutiara dan sapu taman tanpa

menggunakan jasa karyawan. Melihat pangsa pasar sangat bagus

kala itu, pada tahun yang sama beliau mulai merekrut 4 karyawan

untuk sektor produksi dan untuk pemasaran masih di pegang beliau

langsung. Puncaknya pada awal tahun 1997 beliau mulai menjajaki

pasar luar jawa, mendapat feedback yang bagus beliau kewalahan

untuk memenuhi pesanan dari konsumen dan tepat pada waktu itu

terjadi krisis tahun 1998 dimana hampir seluruh perusahaan besar

tumbang karena runtuhnya sektor perbankan, karena pada saat itu

perusahaan besar banyak bekerja sama dengan bank, sedangkan

usaha kecil di desa pada waktu itu sangat susah untuk mengakses

kerja sama dengan bank, jadi modal beliau merupakan hasil dari

tabungan pribadi.

Salah satu imbas dari krisis 1998 adalah PHK (Pemutusan

Hubungan Kerja) masal, masyarakat di desa waktu itu rata-rata

adalah buruh harian lepas industri gula merah rumahan, banyak

warga sekitar kecamatan sumbergempol khususnya yang menjadi

mitra perusahaan besar gula merah dari Surabaya, karena

tumbangnya perusahaan gula merah tersebut berdampak pula

dengan industri rumahan warga jadi banyak masyarakat yang

kehilangan pekerjaannya, namun berbeda dengan yang di alami ibu

martini yang mulai kewalahan dengan pesanan keset dan sapu

54
taman karena kekurangan karyawan, jadi beliau merekrut beberapa

karyawan yang menjadi korban PHK tersebut, total ada sekitar 30

orang yang menjadi karyawan Ibu Martini, total sampai tahun 2020

ini jumlah karyawan Ibu Martini sekitar 200 orang yang tersebar di

seluruh Kabupaten Tulungagung.

b. Legalitas Usaha

Perijinan yang merupakan persyaratan formal bagi pelaksanaan

suatu usaha yang dimiliki UKM bintang jaya wates, antara lain :83

1) Akta Pendirian Perusahaan : Nomor : 143, 12 April 2001.

2) Pengesahan Pendirian oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia

: Nomor : AHU-08761.40.10.2001 tertanggal 24 April 2001.

3) NPWP PT. : Nomor : 03.335.775.6.607.000

4) SIUP : Nomor : 503.3 / 2021 / 601 / 2001.

c. Struktur Usaha

UKM bintang jaya wates di pimpin oleh seorang manajer dan

memiliki beberapa staf utama dan membawahi beberapa karyawan

produksi masing-masing produk.

Gambar 2. Struktur Organisasi UKM Bintang Jaya Wates

Martini
(MANAJER)
83
Ibid.

Rica Nur Aprilya M Ali Shodiq 55 Imam Syafi'i Fredi Dwi P Agus
(Staf Administrasi) (Staf Keuangan) (Staf Pemasaran) (Bag Desain (Staf Produksi)
Produk)
Bag Produksi Bag Produksi
Keset Mutiara Sapu Taman

d. Visi dan Misi UKM Bintang Jaya Wates

Visi UKM Bintang Jaya Wates adalah menjadi perusahaan

multinasional yang berbasis syariah

Misi UKM Bintang Jaya Wates adalah menghasilkan produk

yang inovatif dan berkualitas dengan memberdayakan masyarakat.

e. Produk

Selain menjadi produsen keset mutiara dan sapu taman, UKM

Bintang Jaya Wates juga menjadi distributor peralatan kebersihan dan

peralatan masak lainnya, diantaranya adalah:

1) Mop / kain pel

2) Sapu ijuk

3) Kemoceng

4) Parut kelapa

5) Hanger baju

6) Serok

7) Sutil

8) Panggangan ikan, dll

Produk-produk tersebut merupakan beberapa produksi dari

mitra UKM Bintang Jaya Wates

56
f. Pelaksanaan produksi sapu taman di Ukm Bintang Jaya Wates

Fokus penelitian ada pada bagian ini, peneliti tertarik terhadap

proses produksi sapu taman pada Ukm Bintang Jaya Wates,

bagaimana system produksi berjalan agar menghasilkan produk

yang berkualitas. Peneliti mengumpulkan data dari beberapa

informan yaitu Ibu Martini pemilik sekaligus manajer dari Ukm

Bintang Jaya Wates Mas Fredi selaku bagian desain produk

dan Mas Agus Selaku Staf Bagian Bahan baku dan Produksi.

Berikut hasil wawancara dengan Ibu Martini:

“produksi kami berjalan karena pada rangkaian sistem produksi

yang meliputi: modal, tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi

ada bagian penanggung jawab sendiri-sendiri. Contohnya pada

bagian bahan baku dan tenaga kerja merupakan tanggung

jawab dari Mas Agus, bagian teknologi adalah Mas Fredy dan

saya sendiri sebagai penanggung jawab masalah modal. Jadi

kami tidak asal produksi saja melainkan di bagi masing-masing

peran agar bisa maksimal dalam menjalankan produksi”

Berdasarkan keterangan dari Ibu Martini tersebut bisa di

simpulkan bahwa dalam memproduksi ada beberapa karyawan

yang ikut bertanggung jawab dalam berhasil atau tidaknya

system produksi berjalan. Untuk Spesifiknya peneliti juga

mewawancarai Mas Agus Selaku Bag Produksi yang juga

57
menjadi penanggung jawab bagian tenaga kerja dan bahan baku

berikut hasil wawancara dengan Mas Agus:

“betul sekali, saya yang bertanggung jawab terhadap

ketersediaannya bahan baku dan manajemen karyawan. Untuk

bahan baku sapu taman terdiri dari sapu lidi kelapa,gagang

kayu dan plastic lakop, untuk sapu lidi saya langsung masuk ke

beberapa desa yaitu Desa Kedungdowo, Desa Tanggung

Gunung dan Desa Joho di Kecamatan Kalidawir untuk

mengumpulkan sapu lidi dari para pengumpul sapu lidi desa,

biasanya saya ambil setiap seminggu sekali untuk memenuhi

stock bahan baku, untuk gagang kayu kami membeli dari

daerah Sidoarjo yang merupakan pengrajin kayu dowel dan

untuk plastic lakop kami produksi sendiri sehingga

kuantitasnya bisa kami sesuaikan sehingga tidak bergantung

pada produksi orang lain”

Berdasarkan wawancara tersebut bahan baku dari sapu taman

ada 3 jenis yaitu sapu lidi, gagang kayu, dan plastic lakop, dari

ketiga bahan tersebut hanya plastic lakop yang di produksi

sendiri oleh Ukm Bintang Jaya Wates dan sisanya menegepul

di beberapa desa dan mengambil dari pabrik sidoarjo.

Mas Agus juga mengungkapkan:

“untuk karyawan saya juga yang handle mas, total ada 200

karyawan produksi yang terbagi menjadi 20 karyawan di

58
tempat usaha atau storeman dan karyawan yang mengerjakan

pekerjaannya di rumah masing-masing atau homebase. Untuk

produk sapu taman memiliki sekitar 25 orang yaitu 3 di tempat

usaha dan 22 orang di rumah yang saya handle, disini

karyawan bertugas untuk memotong lidi, merakit ke dalam

plastik lakop dan finishing, untuk karyawan yang berada di

rumah bertugas untuk memotong lidi dan merakitnya ke dalam

plastic lakop dan karyawan di tempat usaha mempunyai tugas

memberi gagang kayu dan proses perapian dan pengecekan

kualitas”

Berdasarkan keterangan Mas Agus tersebut bisa simpulkan

bahwa total karyawan di Ukm Bintang Jaya Wates adalah 200

orang yang terbagi menjadi 2 jenis yaitu karyawan yang di

tempat usaha dan karyawan yang mengerjakan pekerjaannya di

rumah atau biasa di sebut storeman untuk karyawan yang di

tempat usaha dan homebase yang di kerjakan di rumah.

Mengenai system pembayaran hak atau gaji menurut Mas Agus

sebagai berikut:

“untuk pembayaran gaji, kami menggunakan 2 sistem yaitu

harian dan borongan, system harian di gunakan untuk para

karyawan storeman dan system borongan untuk homebase.

Untuk besaran gaji yaitu Rp. 50.000 + makan 1x untuk

59
karyawan storeman dan Rp. 200.000 / 100 pcs sapu untuk

homebase”

Berdasarkan penuturan dari Mas Agus tersebut, ada 2 skema

pemberian hak atau gaji kepada para karyawan di Ukm Bintang

Jaya Wates yaitu:

1) Harian untuk karyawan storeman, senilai Rp. 50.000/Hari +

makan 1x

2) Borongan untuk karyawan homebase, senilai Rp.

200.000/100 pcs sapu jadi

Mas Agus juga menambahkan sebagai berikut:

“untuk jam kerja, para karyawan masuk pukul 08.00 WIB dan

Istirahat sholat dhuhur pada pukul 12.00 WIB sampai dengan

pukul 13.00 WIB dan pulang pukul 15.00 WIB”

Berdasarkan uraian dari mas agus tersebut dapat di artikan jam

kerja pada Ukm Bintang Jaya Wates adalah berangkat pada

pukul 08.00 WIB dan pulang pada pukul 15.00 WIB, memiliki

jam istirahat 1 jam pada pukul 12.00 WIB sampai pukul 13.00

WIB yang biasa di gunakan para karyawan untuk sholat dan

makan.

Peneliti juga mewawancari salah satu staf bagian desain produk

yaitu Mas Fredy mengenai teknologi apa saja yang di gunakan

untuk meningkatkan kualitas dari produk sapu taman ini,

sebagai berikut:

60
“ada beberapa bahan kimia yang kita gunakan untuk

pembuatan sapu lidi ini yaitu carbamate dan H2O2 atau

hydrogen peroksida, carbamate di gunakan untuk

mengawetkan gagang sapu dari serangan rayap dan menambah

kuat kayu tersebut dan H2O2 di gunakan untuk memutihkan

lidi agar terllihat cantik dan bersih”

Berdasarkan penuturan dari Mas Fredy tersebut dalam proses

produksi sapu taman juga menggunakan teknologi yaitu

penggunaan bahan kimia ramah lingkungan yaitu carbamate

sebagai pelapis gagang sekaligus anti rayap agar gagang kayu

tersebut awet di gunakan dan penggunaan H2O2 atau Hidrogen

Peroksida sebagai pewarna atau pemutih sapu lidi agar terlihat

bersih dan menambah nilai jual

2. Deskripsi variable yang di teliti

3. Hasil penelitian data di lapangan

B. Pembahasan

61

Anda mungkin juga menyukai