jeki
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia
Dipersembahkan oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran PB IDI
dan Perkumpulan Ilmuwan Bioetika dan Humaniora
vol. 3 no. 1
Februari 2019
ISSN 2598-179X (cetak)
ISSN 2598-053X (online)
Editor Yunizaf
Agus Purwadianto Rianto Setiabudi
Prijo Sidipratomo Agus Purwadianto
Anna Rozaliyani Frans Santosa
Manajer Jurnal Prijo Sidipratomo
Pukovisa Prawiroharjo Broto Wasisto
Editor Kopi Julitasari Sundoro
Peter Pratama Anna Rozaliyani
Tata Letak Bachtiar Husein
Hansel Tengara Widjaja Pukovisa Prawiroharjo
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin Penerbit. Artikel dapat diunduh
di http://ilmiah.id/jeki. Bila membutuhkan salinan, silakan menghubungi contact@ilmiah.id.
Daftar Isi
Layanan Telemedis di Indonesia: Keniscayaan, Risiko, dan Batasan Etika .....................................1
Konflik Kepentingan dalam Profesi Dokter ...................................................................................11
Sikap Etik Dokter Terhadap Pelayanan Kesehatan Tradisional .....................................................17
Dokter Mogok Kerja: Sebuah Tinjauan Etika............................................................................. ...23
Mengubah Norma dan Tradisi Etik Kedokteran Luhur Indonesia ke Norma Hukum,
Apakah Layak Dilakukan?...............................................................................................................29
Etika Melayani Pasien Muslim pada Stadium Terminal............................................................ ....33
Prawiroharjo P, Pratama P, Librianty N. Layanan Telemedis di Indonesia: Keniscayaan, Risiko, dan ISSN 2598-179X (cetak)
Batasan Etika. JEKI. 2019;3(1):1–9. doi: 10.26880/jeki.v3i1.27. ISSN 2598-053X (online)
Abstract Telemedicine provides opportunities for doctors and patients to interact remotely. Telemedicine
between doctors and doctors has long developed in the form of consultations, and nowadays telesurgery
and teleradiology are on promising development. Meanwhile doctor-patient telemedicine is growing
together with the internet, yet must consider the limitations of physicians professional beliefs on
patients’ clinical conditions, doctors and patients’ expectations from telemedicine, and aspects of
information privacy. Telemedicine provides opportunities to conduct distance-free medical practices,
but should never replace doctor-patient face-to-face interactions. Telemedicine as part of technological
advance is indeed disruptive, therefore regulations are needed to ensure the development of telemedicine
in accordance with the aims and noble values of medical ethics based on the Medical Ethics Code
(KODEKI) and the Physician’s Pledge. The government, the Indonesian Medical Association, and the
Medical Ethics Council of Honor should support and oversee the development of telemedicine, and
cooperate in auditing and evaluating all telemedical services in Indonesia.
Telemedis, berasal dari kata “tele-“ yang medis dari jarak yang terpisah (tidak bertatap
berarti “jarak jauh”, dan “medis” yang berarti muka)”.1 Fasilitas komunikasi yang digunakan
“bersifat kedokteran”. Secara keseluruhan, bermacam-macam, dapat berupa telepon,
layanan telemedis berarti “layanan yang panggilan video (video call), situs internet, atau
menggunakan fasilitas komunikasi elektronik alat canggih lainnya. Perlu diperhatikan bahwa
untuk memberikan pelayanan atau dukungan layanan telemedis berbeda namun sangat
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 1 Feb 2019 1
Layanan Telemedis di Indonesia: Keniscayaan, Risiko, dan Batasan Etika
pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter radiologis ke sentra lain untuk diinterpretasi
umum tersebut. oleh dokter spesialis radiologi di tempat tersebut.
Layanan telemedis jenis ini umumnya Teknik ini sangat membantu pelayanan medis
tidak memiliki masalah etis selama diatur secara mengingat jumlah spesialis radiologi yang sangat
jelas peranan dan tanggung jawab masing- terbatas.1 Contohnya adalah Teleradiology
masing pihak, pengaturan tarif/renumerasi, Solutions, sebuah klinik asal India yang
serta kejelasan informasi yang diberikan kepada menerima pekerjaan teleradiologi dari Amerika
pasien. Pada umumnya, dokter yang bertatap Serikat, akibat kurangnya radiologis Amerika
muka tersebut tetap bertanggung jawab atas yang aktif di malam hari (yang berarti siang
pelayanan yang sedang terjadi dan menjadi hari di India). Bukan hanya praktis secara zona
dokter penanggung jawab pasien setidaknya pada waktu, klinik ini juga menawarkan biaya jasa
saat itu. Jika diperlukan pengalihan tanggung yang lebih murah 35% dibandingkan dengan
jawab kepada dokter yang dikonsulkan, hal ini radiologis asal Amerika. Tentunya, setiap dokter
dapat diatur baik melalui peraturan instansi/ yang menerima teleradiologi tersebut harus
RS atau kesepakatan antara kedua dokter. terkualifikasi dan tersertifikasi di Amerika
Pengaturan tarif/renumerasi masing-masing Serikat.8
pihak dapat diatur oleh peraturan instansi/
RS atau menggunakan jasa penyedia layanan Layanan Telemedis dengan Maksud Konsultasi
telemedis dengan mengedepankan asas keadilan antara Dokter dan Pasien
dan proporsional. Informed consent juga perlu Dalam layanan telemedis jenis ini, terjadi
diperhatikan karena melibatkan pihak ketiga interaksi jarak jauh antara dokter dan pasien.
di luar interaksi klasik dokter-pasien, terutama Salah satu contoh klasik adalah layanan
jika dokter yang dikonsulkan bukan merupakan emergensi seperti layanan 911 di Amerika
staf dari instansi yang sama karena umumnya di Serikat, di mana setiap orang dengan akses
luar klausul general consent yang biasa dilakukan. telepon dapat menghubungi nomor 911 ketika
Catatan lainnya untuk layanan telemedis ada kegawatdaruratan termasuk dalam bidang
jenis ini adalah, hendaknya tidak disalahgunakan medis.9 Layanan telemedis berpotensi untuk
dengan pemberian delegasi yang tidak memberikan pelayanan triage medis yang cepat,
bertanggung jawab, ketika dokter yang bertatap mudah, dan murah, yang dapat mengarahkan
muka sebenarnya bermaksud mengalihkan pasien gawat darurat ke rumah sakit terdekat,
perawatan kepada yang dikonsulkan karena memanggilkan ambulans, atau sekadar merujuk
pasien memerlukan tindakan yang di luar pasien ke spesialis yang tepat berdasarkan
kompetensinya, namun malah diminta gejalanya.
melakukan tindakan tersebut oleh dokter yang Contoh klasik lainnya adalah layanan
dikonsulkan.7 Hal ini dapat dikecualikan ketika penanggulangan depresi yang bermaksud
pasien secara praktis tidak mungkin dirujuk mencegah bunuh diri, yang juga ada di Amerika
ke lokasi dokter dengan kompetensi terkait, Serikat dan beberapa negara maju namun
misalnya karena di daerah terpencil atau belum ada di Indonesia.10
kondisi pasien tidak memungkinkan untuk Di era modern ini, semakin bermunculan
transportasi. program tertentu yang menawarkan konsultasi
masalah kesehatan melalui internet atau aplikasi
Layanan Telemedis dengan Maksud Ekspertise ponsel. Jenis inilah yang banyak berkembang di
Seperti halnya konsultasi antara dokter dunia termasuk Indonesia.
dengan spesialis, layanan telemedis dapat Walaupun dimulai dengan tujuan dan
digunakan untuk memperoleh ekspertise atas maksud yang baik, namun layanan telemedis
pemeriksaan penunjang tertentu dari ahli jenis ini rentan dengan masalah etik, antara
atau spesialis terkait. Salah satu yang paling lain keyakinan profesional dokter terhadap
sering digunakan adalah teleradiologi, yakni informasi kondisi pasien yang didapatkan
penggunaan teknologi untuk mengirim data terbatas, perbedaan harapan dokter dan pasien,
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 1 Feb 2019 3
Layanan Telemedis di Indonesia: Keniscayaan, Risiko, dan Batasan Etika
obat berbahaya tanpa pemeriksaan adekuat ini memberikan saran medis semata dan tidak
terlebih dahulu.12 bertujuan menggantikan interaksi dokter-pasien
Dalam konteks layanan konsultasi yang sesungguhnya. Hal ini kiranya perlu jelas
telemedis digunakan oleh pasien atau ditekankan dalam tiap pemberian saran, dan
keluarganya untuk kepentingan menggali opini tidak semata tertimbun di balik persetujuan
kedua/pembanding pada situasi pasien sedang pengguna yang terdiri atas puluhan paragraf.
dalam perawatan di suatu RS, maka dokter yang Sayangnya, kadang ada yang kurang
dihubungi melalui wahana telemedis tersebut memahami tujuan mulia dari layanan-layanan
harus mempertimbangkan bahwa modalitas demikian. Misalnya dokter yang menganggap
informasi yang didapatkan dirinya sejatinya bahwa layanan telemedis merupakan ruang
asimetris (tidak seimbang) dibandingkan praktik pribadinya, memberikan saran
keutuhan informasi yang didapatkan sejawat tatalaksana seolah telah memeriksa sendiri
yang sedang merawatnya. Secara umum, dokter pasien tersebut, misalnya menganjurkan
yang dihubungi melalui wahana telemedis pada konsumsi antibiotik atau obat-obatan berisiko
konteks ini perlu mengarahkan pasien dan tinggi. Padahal informasi yang dimilikinya
atau keluarganya untuk menanyakan hal-hal sangat terbatas. Hal ini harus selalu diingat
tersebut ke dokter atau tim dokter yang sedang dan dicegah oleh pihak penyelenggara melalui
merawatnya. edukasi rutin kepada dokter-dokter stafnya.
Dokter telemedis juga perlu mengingat Dokter yang berkiprah dalam dunia
bahwa mungkin saja pasien atau keluarga yang telemedis harus sangat berhati-hati dalam
mengkonsulkannya merahasiakan bahwa ia memberikan saran medisnya sebagaimana
sebenarnya dalam perawatan (seperti kasus di dalam praktik dunia nyata. Jangan sampai saran
atas) dengan maksud membandingkan opini ini bersifat keliru (hoax), mengiklankan produk
sang dokter telemedis dengan dokter yang tertentu, atau bahkan mengiklankan dirinya
merawat. Oleh karena itu, dokter telemedis sendiri secara berlebihan.13 Dokter tersebut juga
perlu sangat berhati-hati dan mengingat harus memperhatikan kemungkinan bahwa
asimetrisme informasi yang dimilikinya, serta sarannya tersebut digunakan pembaca untuk
menjauhkan diri dari perkataan dan pendapat mendiagnosis dirinya sendiri, atau bahkan
yang mendiskreditkan sejawatnya. dijadikan “senjata” bagi pasien tertentu untuk
Dalam konteks dokter telemedis menyerang sejawat lainnya seperti halnya dalam
menangkap bahwa kondisi klinis pasien cybermedicine.3
yang dikonsulkan kepadanya mengarah ke
penyakit yang memerlukan pertolongan Konfidensialitas dan Kerahasiaan Informasi
gawat darurat, maka penyelamatan nyawa/ Dokter bertanggung jawab untuk
kecacatan pada konteks kegawatdaruratan memberikan pelayanan medis yang maksimal
perlu diutamakan bahkan diunggulkan secara bagi pasiennya, dan untuk itu ia berhak
prioritas dibandingkan aturan-aturan yang dan bertanggung jawab memperoleh semua
ada. Dokter dapat memanfaatkan wahana informasi yang menunjang tanggung
telemedis ini sebaik-baiknya untuk memberi jawabnya itu. Pelayanan kedokteran tidak
saran terbaik mengenai pertolongan pertama akan maksimal bila ada informasi berkaitan
kegawatdaruratan sambil menganjurkan agar yang tidak ditanyakan dokter, atau sebaliknya
pasien segera dibawa ke RS terdekat. dirahasiakan oleh sang pasien. KODEKI
pasal 16 menjelaskan bahwa, “Setiap dokter
wajib merahasiakan segala sesuatu yang
Perbedaan Harapan Dokter-Pasien diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan
Layanan-layanan telemedis yang bereputasi juga setelah pasien itu meninggal dunia.”6
baik dibuat dengan sistem yang didesain Dalam setting dokter tatap muka dengan pasien,
dengan memperhatikan keterbatasan seperti hanya ada 4 pihak yang mungkin mengetahui
yang dimaksud di atas. Umumnya pelayanan informasi yang mungkin bersifat sangat rahasia
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 1 Feb 2019 5
Layanan Telemedis di Indonesia: Keniscayaan, Risiko, dan Batasan Etika
itu: dokter, perawat dan staf medis, pasien yang memiliki akses ke instrumen telemedis
sendiri, dan pendamping pasien (yang disetujui tanpa persetujuan (misalnya, teman atau kekasih
pasien untuk ikut mendengarkan). Selain itu, yang mengetahui kata kunci pelayanan) adalah
informasi tersebut juga mungkin tertulis dalam di luar kemampuan dan tanggung jawab pihak
rekam medis. Namun dalam setting telemedis, penyelenggara. Pasien harus selalu diingatkan
ada beberapa pihak lain yang dapat mengetahui bahwa datanya dapat bocor dari sisi klien. Hal-hal
informasi tersebut tanpa sepengetahuan dokter yang dapat dilakukan pasien untuk mencegah
dan pasien, misalnya penyedia layanan internet, hal ini antara lain dengan pembaharuan sistem
penyedia layanan server perantara, staf lain dari berkala, memasang program antivirus dan
layanan telemedis (termasuk dokter dan teknisi), firewall yang terpercaya, merahasiakan kata
para peretas (hacker), dan bahkan orang-orang kunci pelayanan, dan sebagainya.
lain yang memiliki akses ke instrumen (misalnya Kemungkinan masalah konfidensialitas
komputer, laptop, atau ponsel) yang digunakan lain adalah seperti pada layanan telemedis
pasien untuk layanan telemedis. antara dokter dan dokter, yakni orang asing
Tiap penyedia layanan internet dan yang mencuri dengar percakapan telepon
penyedia layanan server umumnya berjanji telemedis atau kebetulan mencuri lihat dari
akan menjaga kerahasiaan dan tidak akan belakang pasien saat berkonsultasi melalui fitur
menyadap data yang digunakan kliennya. chatting/forum. Perbedaannya, staf dan dokter
Apalagi, mengingat data yang mereka layani telemedis adalah tenaga berpengalaman yang
berukuran sangat besar, mungkin mencapai telah diwanti-wanti mengenai konfidensialitas
jutaan gigabyte per detik, agaknya mustahil pasien, bahkan bagi dokter tercantum dalam
mereka mampu menyadap data yang spesifik KODEKI, sementara pasien adalah orang awam
pasien secara kebetulan, belum lagi penjagaan yang mungkin kurang memperhatikan hal ini.
melalui metode enkripsi yang digunakan Selain itu, orang-orang yang tidak bertanggung
penyelenggara layanan telemedis. Selain itu, jawab tersebut akan segera tahu siapa pasien
hal ini mudah dicegah dengan menggunakan yang dimaksud dalam konsultasi tersebut,
penyedia layanan internet dan penyedia layanan yakni tentunya orang yang mereka curi lihat/
server yang telah dikenal memiliki reputasi yang dengar. Pasien harus selalu berusaha mencegah
baik; mereka akan berusaha sepenuhnya untuk kemungkinan tersebut, misalnya dengan hanya
menjaga kerahasiaan ini karena pelanggaran berkonsultasi di tempat tertutup dan pribadi.
dapat berakibat tuntutan hukum dan hilangnya
kepercayaan publik. Risiko Layanan Telemedis
Demikian pula tiap layanan telemedis Layanan telemedis mengundang berbagai
umumnya memiliki protokol dan persetujuan topik yang berpotensi menjadi masalah etik, yang
konfidensialitas yang menjanjikan keamanan relevan dengan pelaksanaannya di Indonesia
dan kerahasiaan data khususnya dari antara lain masalah privasi dan konfidensialitas
penyalahgunaan internal. Beberapa layanan pasien, serta berubahnya interaksi tatap muka
telemedik mempublikasikan jawaban atas dokter-pasien.1,14–16
pertanyaan kesehatan umum di situsnya; tentunya Peretasan keamanan konfidensialitas
mereka harus sangat berhati-hati memilah mana data pasien termasuk data teks, audio, dan
jawaban yang boleh dipublikasikan dan mana visual/video adalah salah satu risiko utama
yang tidak, serta harus selalu menyembunyikan sistem telemedis. Hal ini sangat perlu untuk
identitas pasien termasuk inisial namanya diperhatikan, lebih-lebih bila ada data-data
(identitas minimal seperti jenis kelamin dan sensitif pasien yang akan sangat merugikan
usia masih diperbolehkan). Masalah lain yang jika terpublikasi, seperti riwayat penyakit
mungkin muncul dapat dicegah dengan hanya menular seksual dan gangguan jiwa. Hendaknya
menggunakan situs-situs yang memiliki reputasi keamanan data yang bersifat konfidensial ini
baik. dijaga semaksimal mungkin, misalnya dengan
Namun, masalah peretas dan orang-orang memastikan dokter yang dikonsulkan berada di
6 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 1 Feb 2019
Prawiroharjo P, Pratama P, dan Librianty N
tempat yang dapat menjaga kerahasiaan (seperti perkembangan layanan telemedis untuk dapat
dalam ruangan pribadi) bila menggunakan dirasakan manfaatnya secara luas, namun tanpa
telepon, untuk mencegah orang yang mencuri melupakan nilai-nilai luhur profesi kedokteran.
dengar. Atau bila dilakukan dengan aplikasi Layanan telemedis hendaknya dikembangkan
chatting melalui ponsel pintar, hendaknya bukan untuk merusak, melainkan memperkuat
menggunakan aplikasi yang bereputasi baik nilai-nilai luhur etika kedokteran berdasarkan
dalam hal konfidensialitas dan mencegah orang KODEKI dan Sumpah Dokter.
yang mencuri lihat. Dengan demikian, IDI dan MKEK
Data di Amerika Serikat mencatat 1.138 perlu mulai memperhatikan layanan-layanan
kasus penerobosan data dalam tahun 2009– telemedis yang makin menjamur, karena
2017 yang melibatkan 164 juta pasien, dengan sesungguhnya praktik-praktik ini memberikan
rincian 22,2 juta pasien merupakan akibat kasus saran medis layaknya praktik dokter biasa, dan
pencurian perangkat, 20,3 juta pasien akibat hingga saat ini belum dikendalikan peraturan
akses ilegal, 133,8 juta pasien akibat peretasan, apapun; dokter telemedis tidak memerlukan
5,7 juta pasien akibat data hilang, dan 700 SIP, dan layanannya pun tidak memerlukan
ribu pasien akibat pembuangan data yang tidak izin. Argumen bahwa dokter telemedis tidak
tepat. Padahal, Amerika Serikat mempunyai perlu regulasi karena tidak memberikan obat
Health Insurance Portability and Accountability tidaklah sepenuhnya tepat, karena tata laksana
Act (HIPAA) yang dicetuskan oleh Departemen non-medikamentosa, termasuk saran-saran
Kesehatan dan Layanan Masyarakat Amerika medis yang diberikan, masih termasuk domain
Serikat untuk meregulasi keamanan data kedokteran. Bahkan sesungguhnya praktik
kesehatan rakyatnya.17 kedokteran sudah dimulai sejak dilakukannya
Sementara itu, layanan telemedis juga anamnesis, di mana pasien membuka informasi
menyebabkan perubahan interaksi tatap muka tentang dirinya dan kondisi medisnya kepada
klasik dokter dan pasien. Secara positif, interaksi dokter.
ini berarti pasien dapat menjangkau dokternya IDI/MKEK bekerja sama dengan
dengan lebih mudah, cepat, murah, dan sering. pemerintah perlu mendata dan mengaudit
Pasien dapat terus mengkonsultasikan keadaan semua layanan semacam ini, baik dari segi
kesehataannya dengan dokter. Secara negatif, protokol pelayanan maupun teknis internet,
keyakinan profesional dokter terhadap kondisi demi menjamin kualitas pelayanan kesehatan
klinis pasien sangat terbatas seperti yang dan konfidensialitas pasien. Kemudian IDI/
diuraikan di atas. MKEK dapat memberikan saran perbaikan
Perubahan interaksi ini juga menyebabkan untuk pelayanan yang terbukti kurang atau
ketidakjelasan bila muncul kasus malpraktik, bahkan mengadvokasi penutupan layanan yang
karena layanan telemedis tidak didata oleh bandel. Dokter dan pelayanan telemedis perlu
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) maupun didaftarkan secara terpusat, misalnya dengan
pemerintah, demikian juga dokter-dokternya pemberian izin praktik telemedis khusus yang
yang tidak memiliki SIP untuk pelayanan diatur dalam regulasi negara. MKEK juga perlu
tersebut. menerbitkan fatwa etik yang sesuai sebagai
batasan etik umum bagi dokter-dokter yang
Peran Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan menjalankan layanan telemedis. IDI dan MKEK
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) hendaknya tegas kepada pelayanan-pelayanan
dalam Layanan Telemedis telemedis yang ditemukan mulai menyimpang,
Pada dasarnya KODEKI dan peraturan- dan memastikan agar interaksi jarak jauh ini
peraturan yang belaku dapat menjadi inspirasi tidak menggeser keluhuran interaksi dokter-
untuk mengarahkan perkembangan layanan pasien.
telemedis sebagai wahana penghubung
antardokter maupun dokter dengan pasien. Peran Pemerintah Dalam Layanan Telemedis
IDI dan MKEK hendaknya dapat mengarahkan Sistem telemedis sesungguhnya berpotensi
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 1 Feb 2019 7
Layanan Telemedis di Indonesia: Keniscayaan, Risiko, dan Batasan Etika
besar bagi pemerintah Republik Indonesia diharapkan dapat mendukung dan mengawal
dalam menjangkau kesehatan rakyatnya yang perkembangan layanan telemedis ini ke arah
berjumlah sangat besar. Misalnya adalah yang baik dan saling bekerja sama dalam audit
dengan penggunaan layanan telemedis dan evaluasi layanan-layanan telemedis di
oleh dokter keluarga atau Puskesmas untuk Indonesia.
memonitor kesehatan masyarakat setempat dan
memberikan edukasi kesehatan. KONFLIK KEPENTINGAN
Sistem telemedis yang dikembangkan
dengan baik akan mengatasi ketimpangan Tidak ada konflik kepentingan; penulis
jumlah dokter di kota besar dan daerah tidak mempunyai konflik kepentingan terhadap
terpencil, khususnya spesialis-spesialis tertentu. bisnis telemedis yang ada di Indonesia.
Layanan telemedis ini dapat berupa komunikasi
telemedis dokter-dokter maupun dokter-pasien. REFERENSI
Sayangnya hingga kini, layanan telemedis
dokter-pasien yang berkembang di Indonesia 1. Institute of Medicine. Telemedicine: A
adalah berupa layanan forum atau chatting dan guide to assessing telecommunications in
berbasis forum atau aplikasi ponsel, sehingga healthcare. Field MJ, editor. Washington,
menyulitkan masyarakat di daerah terpencil D.C.: National Academies Press; 1996. 288
yang belum atau kurang terjangkau internet p.
dan tidak memiliki ponsel pintar yang mampu
2. Eysenbach G, Sa ER, Diepgen TL. Shopping
mengoperasikan aplikasi-aplikasi tersebut.
around the internet today and tomorrow:
Akibatnya, layanan telemedis yang awalnya
Towards the millennium of cybermedicine.
dimaksudkan untuk mengatasi batasan jarak
BMJ. 1999 Nov 13;319(7220):1294–
dan geografis justru dibatasi lagi oleh jarak.
1294. https://doi.org/10.1136/
Alternatifnya adalah dengan membangun
bmj.319.7220.1294.
sistem telemedis berbasis pemerintah yang
menggunakan media telepon, misalnya 3. Santosa F, Purwadianto A, Sidipratomo P,
digabungkan dengan layanan darurat lainnya Pratama P, Prawiroharjo P. Sikap etis dokter
menyerupai 911 di negara maju, karena jaringan terhadap pasien yang “mendiagnosis” diri
telepon lebih menjangkau daerah terpencil sendiri menggunakan informasi Internet
dibandingkan internet. Alternatif lainnya dapat pada era cyber medicine. J Etik Ked Ind. 2018
dirundingkan dengan IDI sebagai organisasi Jun 12;2(2):53. https://doi.org/10.26880/
profesi kedokteran setelah melihat dan menilai jeki.v2i2.16.
fasilitas dan infrastruktur lokal.
4. Choi PJ, Oskouian RJ, Tubbs RS. Telesurgery:
Past, present, and future. Cureus. 2018 May
KESIMPULAN 31; https://doi.org/10.7759/cureus.2716.
Layanan telemedis memberikan 5. Xu S, Perez M, Yang K, Perrenot C, Felblinger
kesempatan untuk menyelenggarakan praktik J, Hubert J. Determination of the latency
kedokteran yang terbebas dari batasan jarak, effects on surgical performance and the
namun hendaknya tidak diarahkan untuk acceptable latency levels in telesurgery using
menggantikan interaksi tatap muka dokter- the dV-Trainer® simulator. Surg Endosc.
pasien. Layanan telemedis sebagai bagian dari 2014 Sep 27;28(9):2569–76. https://doi.
kemajuan teknologi memang bersifat disruptif, org/10.1007/s00464-014-3504-z.
oleh karena itu diperlukan regulasi untuk
6. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran
memastikan perkembangan layanan telemedis
Indonesia. Kode etik kedokteran tahun
sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai luhur
2012. Jakarta; 2012.
etika kedokteran berdasarkan KODEKI dan
Sumpah Dokter. Pemerintah, IDI, dan MKEK
8 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 1 Feb 2019
Prawiroharjo P, Pratama P, dan Librianty N
7. Prawiroharjo P, Mulyana RM, Sidipratomo 16. Stanberry B. Legal and ethical aspects
P, Purwadianto A. Benarkah Dokter of telemedicine. J Telemed Telecare.
Spesialis yang Tugas Jaga Pasti Melakukan 2006 Jun 24;12(4):166–75. https://doi.
Pelanggaran Etik Jika Sekedar Menjawab org/10.1258/135763306777488825.
Konsul per Telepon untuk Pertolongan
17. Jiang J (Xuefeng), Bai G. Evaluation of causes
Kegawatdaruratan? J Etik Ked Ind. 2018
of protected health information breaches.
Mar 19;2(1):31. https://doi.org/10.26880/
JAMA Intern Med. 2018 Nov 19; https://doi.
jeki.v2i1.13.
org/10.1001/jamainternmed.2018.5295.
8. Chandran K. Teleradiology paves way for
remote medicine [Internet]. 2008 [disitasi
2019 Jan 12]. Diunduh dari: https://
www.reuters.com/article/us-teleradiology-
india/teleradiology-paves-way-for-remote-
medicine-idUSTRE49E01920081015
9. Federal Communications Commission. 911
and E911 services [Internet]. 2018 [disitasi
2019 Jan 11]. Diunduh dari: https://www.
fcc.gov/general/9-1-1-and-e9-1-1-services
10. National Suicide Prevention Lifeline
[Internet]. 2005 [disitasi 2019
Jan 12]. Diunduh dari: https://
suicidepreventionlifeline.org/
11. Walker HK, Hall WD, Hurst JW, editors.
Clinical methods: The history, physical, and
laboratory examinations. 3rd ed. Boston:
Butterworths; 1990.
12. Kline JA. Hageseth v. Superior Court, 150
Cal. App. 4th 1399 (Cal. Ct. App. 2007),
California Court of Appeal. California;
2007.
13. Prawiroharjo P, Meilia PDI. Dokter beriklan:
Sebuah tinjauan menurut Kode Etik
Kedokteran Indonesia (KODEKI) tahun
2012. J Etik Ked Ind. 2017 Oct 11;1(1):13.
https://doi.org/10.26880/jeki.v1i1.4.
14. Moghbeli F, Langarizadeh M,
Ali A. Application of ethics for
providing telemedicine services and
information technology. Med Arch.
2017;71(5):351. https://doi.org/10.5455/
medarh.2017.71.351-355.
15. Kaplan B, Litewka S. Ethical challenges of
telemedicine and telehealth. Cambridge Q
Healthc Ethics. 2008 Oct 26;17(04). https://
doi.org/10.1017/S0963180108080535.
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 1 Feb 2019 9
Setiabudy R, Sundoro J. Konflik Kepentingan dalam Profesi Dokter. JEKI. 2019;3(1):11–5. doi: 10.26880/ ISSN 2598-179X (cetak)
jeki.v3i1.28. ISSN 2598-053X (online)
2
Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
3
The Indonesian Technical Advisory Group on Immunization Communicable Disease Control (ITAGI CDC)
Abstract Like the other professionals, doctors are frequently exposed to the problem of conflict of
interest (COI) in their daily job. There are ample of ethical violation examples done by the doctors
related to this issue. Some of them are conducted intentionally, but some are not because these violations
are so commonly done that it they are no longer recognized as ethical violations. In the Indonesian
Ethical Codes (KODEKI) at least there are two articles giving guidelines related to the issues of COI.
To avoid the negative impact of COI there are some preventive measures to be executed, which
include total avoidance, disclosure, recusal, and seeking assistance of an independent body.
Dampak Negatif dari Konflik Kepentingan oleh tugas sehari-hari, kegiatan ini biasanya
Adanya KK sebenarnya belum berarti telah diselenggarakan di luar kota. Seluruh
terjadi suatu pelanggaran atau tindak pidana, anggota perhimpunan ini akan masuk ke
namun KK itu terletak amat dekat dengan dalam KK bila mereka mendapat bantuan
perbuatan tidak terpuji sehingga dewasa ini tiket pesawat, biaya hotel, makan, wisata,
di negara-negara maju KK dianggap sebagai suvenir, dll. Sponsor biasanya berminat
masalah serius yang harus dihindari. Dua tahun memberi dana untuk kegiatan seperti
yang lalu seorang dokter (yang juga dosen) yang ini karena mereka berharap agar obatnya
bekerja di suatu Fakultas Kedokteran negeri masuk dalam tatalaksana penyakit terkait.
ternama di Jakarta ditugaskan institusinya Praktik ini akan menjadi yang lebih buruk
mengurusi program pendidikan mahasiswa di lagi ialah ketika dokter mau menggunakan
suatu fakultas kedokteran di Papua. Semuanya draft guideline yang disusun oleh industri
ini adalah dalam rangka program pengampuan. farmasi yang mensponsori pertemuan itu
Ketika menjalankan tugasnya di Papua itu, 2. Seorang dokter berkewajiban untuk memilih
dosen itu saling jatuh cinta dengan salah satu obat yang efektif, aman, bermutu, dan
mahasiswinya. Untuk mengambil hati, dosen itu terjangkau untuk kepentingan pasiennya
membocorkan soal-soal ujian kepada pacarnya (primary interest). Namun karena menerima
itu. Perbuatan yang tidak terpuji ini kemudian hadiah dari industri farmasi, pilihan obat
terungkap dan berakhir dengan pencopotan untuk pasiennya akhirnya didasarkan
tugas dosen yang bersangkutan karena ia telah kepada pabrik farmasi yang paling banyak
gagal menjalankan tugas profesionalnya sebagai memberi hadiah atau komisi. Praktik yang
dosen. Contoh ini terjadi akibat adanya konflik lebih buruk lagi terjadi bila bukan pabrik
kepentingan. farmasi yang menawarkan hadiah, tapi
Contoh lain menyangkut promosi suatu dokternya yang menekan industri farmasi
obat golongan bifosfonat untuk mengatasi agar memberi hadiah.
osteoporosis di suatu RS besar di wilayah Yang juga sangat meresahkan dari segi
Tangerang. Dalam promosi itu dijanjikan etika kedokteran ialah ketika seorang dokter
bahwa setiap dokter yang meresepkan suatu ikut dalam kegiatan multi-level marketing
obat golongan bifosfonat sampai mencapai (MLM) dalam praktiknya, maka ia akan
target tertentu akan dapat ikut wisata gratis memengaruhi pasien menggunakan produk
ke Thailand. Dampaknya luar biasa karena suplemen makanan dll. yang harganya mahal
pemberian resep produk bifosfonat tersebut namun khasiat dan keamanannya tidak jelas
lalu melonjak hebat dalam waktu dua bulan, demi mendapatkan bonus lebih banyak.
padahal kasus osteoporosis tidak bertambah. Bila dokter tersebut ikut MLM untuk
Persediaan obat itu di apotek RS habis dalam dirinya sendiri tentu tidak ada masalah
waktu hanya beberapa hari sehingga harus etika, namun ketika ia mengikut-sertakan
segera dipesan lagi. Namun ketika wisata pasiennya, maka ia melakukan perbuatan
sudah selesai, banyak obat itu mengendap di tidak terpuji akibat terjadinya KK.
apotek menjadi dead stock karena tidak ada lagi 3. Dokter yang bekerja di institusi pendidikan
dokter yang meresepkannya. Fenomena ini sering kali diminta menyajikan ceramah
jelas menunjukkan bahwa lonjakan frekuensi ilmiah mengenai pengobatan penyakit
pemberian resep yang terjadi selama 2 bulan itu tertentu. Sebagai seorang ilmuwan ia
terjadi sebagai akibat KK. mempunyai kewajiban primer untuk
berbicara secara objektif. Namun ketika ia
Beberapa Contoh KK pada Profesi Dokter sudah menerima speaker fee dalam jumlah
1. Berbagai perhimpunan profesi sering harus besar, atau berbagai macam hadiah lainnya
menyusun konsensus atau guideline, atau dari sponsor, maka materi yang disajikan
clinical pathway mengenai penatalaksanaan dalam presentasinya menjadi berat sebelah.
penyakit tertentu. Agar tidak terganggu Ia terlalu banyak memuji produk yang dibuat
12 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 1 Feb 2019
Setiabudy R dan Sundoro J
oleh sponsor, mengecilkan efek samping, melakukan disclosure mengenai ada tidaknya
atau sengaja menghapus bagian tertentu masalah KK. Selain itu materi ceramah itu
yang bisa mengurangi merugikan penjualan dirasakan kurang objektif karena seluruh
produk sponsornya. Praktik yang lebih materi presentasinya hanya mengutarakan
buruk lagi ialah bila slides presentasinya pun segi positif dari penyedap masakan tersebut.
dibuatkan oleh sponsor. Nama dagang yang Tidak ada disinggung mengenai dampak
seharusnya tidak boleh muncul dalam suatu negatif potensial yang mungkin timbul.
presentasi ilmiah ternyata muncul berkali- Seyogyanya dari seorang dokter diharapkan
kali. lahir informasi yang objektif, informatif,
4. Dokter sangat dipercaya oleh masyarakat. dan mampu menambah pengetahuan bagi
Kata-katanya dianggap sebagai kebenaran pendengarnya. Penceramah harus dapat
yang tidak perlu disangsikan lagi. Karena itu memberikan informasi secara berimbang.
seorang dokter yang ikut kegiatan promosi Namun, ini hanyalah contoh kecil dari
akibat dibayar oleh sponsor menimbulkan demikian banyaknya informasi bias yang
keprihatinan yang mendalam. Dewasa ini muncul demikian banyak di berbagai acara
kita masih bisa melihat dokter yang ikut ilmiah yang disponsori industri farmasi.
dalam siaran di radio maupun televisi yang Sering sekali terjadi semua slides yang
mempromosikan kalung kesehatan, sabun disampaikan oleh penceramah dibuatkan
mandi, air mineral, suplemen makanan, oleh sponsor. Penceramah asing yang
dan lain-lain. Keprihatinan ini makin didatangkan sponsor dari luar negeri pun
mendalam ketika ia muncul dengan jas juga sering kali tidak berbicara objektif.
dokter, stetoskop, dll. Terkadang ia tidak Mereka biasanya tidak menyampaikan data
menggunakan atribut dokter namun dalam dan fakta yang bisa mengurangi potensi
percakapan ia dipanggil dengan sebutan penjualan produk terkait. Sering juga mereka
“dokter”. tidak menyampaikan masalah disclosure
5. Di dalam organisasi IDI, ada beberapa mengenai KK. Dalam suatu penelitian yang
dokter yang menyandang gelar sarjana dilakukan oleh Cherla et al,3 dilaporkan
hukum. Banyak di antara mereka sangat bahwa dalam laporan penelitian yang punya
dihormati oleh para dokter karena mau masalah KK, peneliti sering melaporkan
mendedikasikan pengetahuan mereka hasil yang menguntungkan produk sponsor.
untuk menolong teman sejawat yang sedang 7. Amat sering terjadi ketika suatu RS akan
terjerat kasus hukum. Namun di wilayah merayakan ulang tahun, direkturnya
DKI pernah terjadi kasus di mana beberapa (biasanya seorang dokter) mencari dana
dokter dituduh polisi melakukan perbuatan dengan menghubungi berapa industri
melawan hukum, kemudian seorang dokter farmasi. Pabrik yang mau menyumbang
tertentu yang bergelar sarjana hukum tidak untuk acara ulang tahun itu diberi balas
membantu sebagaimana layaknya yang jasa oleh direktur dengan memasukkan
diharapkan dari seorang petugas IDI. Ia produk obat-obat sponsor ke dalam daftar
malah menggiring para dokter yang sedang formularium RS yang bersangkutan.
ketakutan itu ke kantor law firm yang Walaupun tidak untuk kepentingan
ternyata adalah miliknya sendiri. Di sana pribadinya, praktik seperti ini amat tidak
dokter-dokter itu ditakut-takutinya dan etis karena mencari uang dengan masuk
dijanjikan akan dibela di pengadilan bila ke masalah KK. Sangat disayangkan bahwa
mau membayar biaya ratusan juta rupiah. praktik ini dilakukan secara rutin tiap
6. Dalam suatu sesi ilmiah di Muktamar IDI tahun. Direkturnya pun tidak merasakan
ke-30 yang berlangsung di Samarinda bulan ada sesuatu yang salah dalam tindakan
Oktober 2018, ada seorang dokter yang itu. Padahal dalam Peraturan Menteri
memberi ceramah mengenai suatu penyedap Kesehatan No. 14 Tahun 2014 telah
makanan. Dalam ceramah itu ia tidak disebutkan bahwa pemberian uang, barang,
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 1 Feb 2019 13
Konflik Kepentingan dalam Profesi Dokter
rabat, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket Maka dalam hal ini ia wajib menolak tugas
perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan itu dengan menjelaskan alasannya.
wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas 2. Disclosure (pengungkapan)
lainnya yang berhubungan dengan jabatan Mekanisme ini digunakan bila
atau kewenangan tidak dibenarkan karena mekanisme pertama di atas tidak dapat
sudah termasuk tindak gratifikasi.4-5 diterapkan. Misalnya, seorang dokter
diminta memberi ceramah dalam suatu acara
Apa yang Digariskan oleh KODEKI?6 ilmiah mengenai suatu masalah medis yang
Pasal 2: menjadi bidang keahliannya. Acara ilmiah
“Seorang dokter harus senantiasa berupaya itu disponsori oleh suatu pabrik farmasi
melaksanakan profesinya sesuai dengan yang pernah mensponsori penceramah
standar profesi tertinggi”. Pasal ini itu menghadiri suatu acara ilmiah di luar
menjelaskan bahwa standar profesi tertinggi negeri. Dalam kasus ini ia tentu tidak
harus diterapkan dalam pelayanan bagi perlu menggunakan mekanisme removal.
pasien dan ini tidak boleh di-downgrade Cukup bila ia menggunakan mekanisme
akibat dokter yang bersangkutan mau disclosure dengan menjelaskan dalam slide
menerima hadiah yang tidak wajar. presentasinya, detail bantuan apa saja yang
Pasal 3: pernah diterimanya dari pabrik obat terkait.
“Dalam melakukan pekerjaan Bila paparannya objektif, penghargaan
kedokterannya, seorang dokter tidak orang terhadapnya tidak akan berkurang
boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang sedikitpun.
mengakibatkan hilangnya kebebasan dan 3. Recusal (abstain)
kemandirian profesi”. Senada dengan Ada kondisi tertentu di mana seseorang
Pasal 2 tersebut di atas, pasal ini dengan tidak bisa menarik diri dari kewajiban
jelas menjelaskan bahwa profesionalisme yang sudah melekat padanya (biasanya
seorang dokter tidak boleh dicederai oleh dalam kaitan tugas struktural). Maka ia
faktor eksternal yang memberi keuntungan ketika menghadapi masalah KK, ia bisa
material bagi dokter yang bersangkutan atau menggunakan mekanisme abstain ini.
kerabatnya. Sebagai contoh seorang dokter ditunjuk
menjadi penanggung jawab renovasi rumah
Bagaimana Mengurangi Dampak Negatif sakit. Dari lima perusahaan yang ikut tender,
Konflik Kepentingan?7 salah satunya ialah perusahaan yang dimiliki
1. Removal (penghindaran total) keluarganya. Maka dalam hal ini ia bisa
Mekanisme ini adalah yang terbaik dan tetap menjadi ketua tim terebut tapi sama
tersering digunakan orang yang menghadapi sekali tidak ikut memutuskan perusahaan
masalah KK. Misalnya, seorang dokter mana yang dipilih sebagai pemenang tender.
anggota MKEK di IDI yang diikutsertakan Tugas ini diserahkan kepada anggota lain
menangani kasus dugaan pelanggaran etika dalam tim yang tidak punya KK.
yang dilakukan oleh seorang dokter yang 4. Penggunaan pihak ketiga
kebetulan adalah adiknya sendiri. Maka Ketika seorang dokter harus membuat
dalam kasus ini amat terpuji bila ia menolak keputusan yang di mana terdapat
ikut dalam divisi kemahkamahan untuk kemungkinan besar dapat terjadi KK
kasus tersebut. Dalam hal ini tentu ia harus yang melibatkan bukan lagi individu, tapi
menjelaskan alasan penolakannya itu. tim secara keseluruhan maka sebaiknya
Contoh lain ialah bila ada seorang dokter digunakan pihak ketiga. Sebagai contoh, di
yang menjadi dosen dan pada suatu saat ia suatu rumah sakit dibentuk tim menyusun
diminta menjadi anggota tim penyusun soal formularium. Untuk ini dibentuk suatu
ujian. Anaknya kebetulan adalah mahasiswa tim. Ketika harus menentukan pilihan
yang akan ikut menempuh ujian tersebut. untuk obat anti diabetes, mereka melihat
14 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 1 Feb 2019
Setiabudy R dan Sundoro J
KONFLIK KEPENTINGAN
Kata Kunci Abstrak Pelayanan kesehatan tradisional adalah salah satu ciri
etika, herbal, jamu, kedokteran, budaya dan kearifan lokal Indonesia. Pada saat ini, sebanyak
tradisional 69.6% orang Indonesia menggunakan pelayanan kesehatan
Korespondensi tradisional, baik berupa ramuan maupun keterampilan. Dalam
contact@ilmiah.id sistem kesehatan di Indonesia, pelayanan kesehatan tradisional
Publikasi sudah diakui dengan disahkannya undang-undang/peraturan
© 2019 JEKI/ilmiah.id
dan pohon keilmuan Sistem Kesehatan Tradisional Indonesia
DOI
(SISKESTRAINDO). Tenaga medis dan tenaga kesehatan
10.26880/jeki.v3i1.29
tradisional sudah selayaknya bekerja secara sinergis dalam
Tanggal masuk: 20 Oktober 2018 pelayanan kesehatan, sehingga dibutuhkan panduan mengenai
Tanggal ditelaah: 12 Januari 2019 sikap etik sebagai seorang tenaga medis. Pelayanan kesehatan
Tanggal diterima: 18 Januari 2019 tradisional yang murah, mudah, dan mujarab harus didukung
Tanggal publikasi: 25 Februari 2019 karena memiliki manfaat besar bagi masyarakat. Di sisi lain,
pelayanan kesehatan tradisional yang tidak memenuhi syarat-
syarat tersebut, terlebih memberikan dampak buruk pada pasien,
harus ditolak dengan tegas metode, klaim, dan prakteknya.
saintifikasi jamu sesuai dengan Peraturan biokultural sesuai dan memandang manusia
Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 20103 dan sebagai BPPSK dibandingkan dengan
disahkannya pohon keilmuan Sistem Kesehatan pengobatan konvensional.5 Relevansi saling
Tradisional Indonesia (SISKESTRAINDO),4 memengaruhi pendekatan biomedik dan
serta ditunjuknya beberapa rumah sakit untuk biokultural akan semakin dijumpai pada
melakukan pelayanan kesehatan tradisional. penanggulangan penyakit tidak menular yang
Pemerintah juga telah menugaskan direktorat hanya akan terkontrol secara efektif dan efisien
pelayanan kesehatan tradisional di Kementrian melalui pengubahan perilaku hidup bersih dan
Kesehatan untuk mengembangkan dan sehat. Hal ini untuk menanggulangi penyakit
menata pelayanan kesehatan sebagai bagian tidak menular yang menurut RISKESDAS akan
dari sistem kesehatan nasional. Pelayanan semakin banyak dijumpai karena bersumber
kesehatan tradisional meliputi pelayanan jenis dari perilaku manusia.
keterampilan, ramuan, dan kombinasinya. Di beberapa negara seperti Cina dan
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 103 India, pelayanan kesehatan tradisional
Tahun 2014,5 pemerintah berupaya pula untuk telah didampingkan dengan pelayanan
melindungi pelayanan kesehatan tradisional kesehatan konvensional dan sama-sama diakui
yang terbukti secara ilmiah menyehatkan keberadaannya serta dapat menjadi pilihan
masyaratkan dan secara bertahap disinergikan dari masyarakat.1 Dalam pelayanan kesehatan
dengan budaya dan kearifan lokal yang berguna. tradisional integrasi, untuk menjaga sisi sehat
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar klien, dokter dan tenaga kesehatan tradisional
(RISKESDAS) tahun 2013, pengguna pelayanan sebaiknya bekerja sama sesuai dengan
kesehatan tradisional dalam rumah tangga keilmuannya masing-masing. Apabila suatu
di Indonesia mencapai 69.6% dengan 77.8% saat seorang klien menjadi sakit, maka demi
menggunakan keterampilan tanpa alat dan keselamatan pasien, orientasi sisi sakit lebih
49% menggunakan ramuan.6 RISKESDAS diprioritaskan dan seharusnya ditangani oleh
2018 menunjukkan 98.5% pelayanan kesehatan dokter. Dalam keadaan pasien masih sehat atau
dilakukan oleh penyehat tradisional, sedangkan memiliki penyakit yang terkontrol dan tidak
2.7% dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam keadaan gawat darurat, maka dokter dan
tradisional.7 tenaga kesehatan tradisional dapat bekerja sama
di fasilitas pelayanan kesehatan.
Peran Pelayanan Kesehatan Tradisional Secara sederhana, kontinuum pelayanan
Peran pelayanan kesehatan tradisional kesehatan tradisional empirik, komplementer,
ditujukan kepada klien/pasien sebagai manusia integrasi dan pelayanan kesehatan konvensional
yang terdiri dari dua sisi, yakni sisi sehat dan sisi dapat ditunjukkan seperti gambar 1.
sakit. Hal ini sejalan dengan pengertian manusia
sebagai makhluk biopsikospiritososiokultural
(BPSSK). Seperti namanya, sisi sehat (klien)
adalah keadaan tubuh terbaik yang mungkin
dicapai secara jasmani, kejiwaan dan sosial sesuai
dengan pengertian WHO akan sehat.8 Sisi sakit
(pasien) adalah saat seseorang memiliki sebuah
sakit/penyakit tertentu yang menimbulkan
penderitaan akibat penurunan produktifitas, Gambar 1. Diagram pembagian peran pada
kecacatan, atau bahkan kematian. Pelayanan kedua sisi.
sisi sehat dan sisi sakit perlu dilakukan
bersama-sama untuk mencapai definisi sehat Jenis-jenis Pelayanan Kesehatan Tradisional
menurut WHO, dan terdiri atas pendekatan Tenaga kesehatan tradisional dapat
biomedik dan biokultural. Pelayanan kesehatan dibagi menjadi 3 jenis, yakni tenaga kesehatan
tradisional lebih menekankan pendekatan tradisional empiris, komplementer, dan
integrasi. Tenaga kesehatan tradisional sesuatu yang objektif (ditentukan oleh pemberi
empiris didefinisikan sebagai tenaga kesehatan pelayanan terpisah dari persepsi pasien).
tradisional yang ilmunya terbukti secara empiris, Perkembangan mutakhirnya mengarah ke
meliputi keterampilan dan/atau ramuan. 4P medicine (personalized, preventive, predictive,
Tenaga kesehatan tradisional empiris disebut dan participatory) yang ingin menjelaskan
sebagai penyehat tradisional. Tenaga kesehatan bahwa patologis objektif akan berinteraksi
tradisional komplementer adalah tenaga dengan subjektifitas pasien. Ini sejalan
kesehatan tradisional yang menggunakan ilmu dengan konsep manusia sebagai BPSSK yang
biokultural dan biomedis, serta manfaat dan dianut oleh pelayanan kesehatan tradisional.
keamanannya terbukti secara ilmiah. Tenaga Secara epistemologis cara pembuktian ilmiah
kesehatan tradisional komplementer dapat konvensional menggunakan epidemiologi,
menggunakan moda teknik manual, terapi uji klinik, dan luaran klinis yang bertumpu
energi, terapi olah pikir, atau ramuan dari pada ukuran objektif, yang akan dilengkapi
tanaman, hewan, mineral, maupun sarian dengan pembuktian secara kuantitatif dan
khas Indonesia dengan tujuan meningkatkan kualitatif berupa studi kasus, studi observasi
indeks kebugaran. Tenaga kesehatan tradisional klinis, penggunaan luaran klinis yang bersifat
komplementer merupakan tenaga kesehatan objektif. Dengan 4P, subjektivitas (patient
yang memperoleh ilmu dan keterampilannya reported outcome) dan kualitas hidup pasien akan
melalui pendidikan tinggi di bidang kesehatan menjadi penilaian bersama. Secara aksiologis,
paling rendah Diploma 3 yang saat ini sudah cara memakai ilmu kedokteran konvensional
diakui kewenangan praktiknya melalui mengedepankan modalitas intervensi sebagai
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun piranti penyembuhan yang lebih banyak
2018 tentang Penyelenggaraan Pelayanan berguna untuk penyakit akut dan gawat
Kesehatan Tradisional Komplementer.9 darurat. Sedangkan, pendekatan tradisional
Pelayanan kesehatan tradisional integrasi lebih mengedepankan interaksi utuh penuh
adalah kombinasi dari tenaga kesehatan selaku kepercayaan (dyadic) antara penyembuh dan
penanggung jawab dengan tenaga kesehatan pasien dengan penguatan sisi sehatnya agar
komplementer. Pelayanan kesehatan tradisional terjadi keseimbangan dan bahkan mengatasi sisi
integrasi harus diselenggarakan di fasilitas sakit pasien.4
pelayanan kesehatan.5 Pemerintah saat ini Pelayanan kedokteran dengan konsep
berupaya untuk membuka pendidikan tinggi evidence-based medicine pada dasarnya lebih
kesehatan tradisional Indonesia berbasis mengutamakan produk/standar yang diakui
akademik profesional setingkat Sarjana 1 dan melalui hasil-hasil penelitian, sehingga seringkali
kelak lebih tinggi. terjadi produk/standar mengonstruksi pemberi
layanan dan pasien sekaligus. Sedangkan,
Kesamaan Konsep Filosofis pada pelayanan kesehatan tradisional produk
Perkembangan ilmu kedokteran di didesain berdasarkan kebutuhan bersama
Indonesia saat ini dapat ditilik berdasarkan antara penyehat/tenaga kesehatan tradisional
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang dengan klien sesuai kepentingan terbaik klien.4
Pendidikan Kedokteran10 yang membagi
ilmu kedokteran ke dalam empat pilar yaitu Sikap Dokter Terhadap Pelayanan Kesehatan
biomedik, klinis, kesehatan masyarakat, dan Tradisional
bioetika humaniora kesehatan. Kesamaan ilmu Dokter seharusnya memiliki pikiran positif
kedokteran konvensional dengan kesehatan dalam bekerja bersama dengan para tenaga
tradisional akan mencakup keempat pilar kesehatan tradisional untuk mempertahankan
tersebut, namun titik persamaannya lebih sisi sehat seorang klien. Upaya ini sebenarnya
banyak di bioetika dan humaniora kesehatan. selaras dengan tujuan preventif dan promotif
Secara ontologis paradigma konvensional seorang dokter dalam masyarakat. Selain itu,
mendefinisikan keadaan patologis sebagai dokter seharusnya memahami bahwa pelayanan
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 1 Feb 2019 19
Sikap Etik Dokter Terhadap Pelayanan Kesehatan Tradisional
tidak murah, tidak mudah, atau mengklaim pelayanan kesehatan tradisional tersebut,
kompetensi yang dimiliki oleh praktik dengan cara mendukung saintifikasi dan bila
kedokteran. Contoh dari kasus ini antara terbukti efektif mendorong pemakaiannya
lain menawarkan paket-paket pengobatan dan memasukkannya ke dalam indikasi
tradisional berbayar di muka, praktik medis serta bila perlu masuk ke dalam JKN.
multilevel marketing yang tidak jelas khasiatnya, 10. Apabila suatu pelayanan kesehatan
ataupun meminta tarif dengan harga yang tradisional mudah, murah, dan mujarab,
eksploitatif sehingga dapat menimbulkan terutama pelayanan kesehatan tradisional
kerugian ekonomi pasien. Dalam hal ini, yang menggunakan metode-metode yang
seorang dokter harus menolak dengan khas Indonesia dengan memanfaatkan
tegas klaim, metode, dan praktik pelayanan sumber daya alam Indonesia sehingga
kesehatan tradisional tersebut. memiliki kekhususan tersendiri. Dokter
7. Apabila suatu pelayanan kesehatan harus menerima dan mendukung pelayanan
tradisional tidak sesuai dengan perizinan kesehatan tradisional tersebut karena selain
yang dimiliki sesuai dengan Peraturan bermanfaat tetapi juga memiliki nilai jati
Pemerintah (PP) nomor 103 tahun 2014 diri, ekonomi, sosial, budaya, sebagaimana
tentang Pelayanan Kesehatan Nasional. sudah dicanangkan pemerintah dalam
Penyehat tradisional yang hanya melakukan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017
klaim atas promotif dan preventif harus tentang Pemajuan Budaya.13
memiliki Surat Terdaftar Penyehat 11. Seorang dokter harus menghormati pilihan
Tradisional (STPT). Tenaga kesehatan pasien apabila memang ingin menggunakan
tradisional yang melakukan klaim kuratif obat-obatan yang tergolong /jenis pelayanan
harus memiliki Surat Tanda Registrasi yang tergolong dalam obat tradisional
Tenaga Kesehatan Tradisional (STPTKT) dengan cara yang bijak dan tidak mencela
dan Surat Izin Praktik Tenaga Kesehatan teman sejawat yang memang mendalami dan
Tradisional (SIPTKT). Hal ini sama seperti dengan menggunakan pendekatan ekletik
seorang dokter harus memiliki Surat Tanda holistik untuk kepentingan terbaik pasien,
Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktek mengembangkan kesehatan tradisional
(SIP) sebelum dapat melakukan praktek dengan etikat baik untuk memajukan
kedokteran. Dalam hal ini, seorang dokter bangsa, mencegah ketergantungan obat
harus menolak dengan tegas klaim, metode, ataupun alat kesehatan dari luar negeri serta
dan praktik pelayanan kesehatan tradisional untuk kepentingan promotif dan preventif.
yang tidak berizin tersebut.5,10 12. Seorang dokter terdorong untuk
8. Apabila suatu pelayanan kesehatan mensupervisi sesama tenaga kesehatan
tradisional melakukan klaim yang khususnya tenaga kesehatan tradisional
berlebihan, belum diterima oleh masyarakat dalam interkolaborasi mengusung
kedokteran dan/atau kesehatan karena paradigma sehat (gerakan masyarakat
manfaat dan keamanannya diragukan atau sehat, Perilaku Hidup Bersih Sehat, dan
belum terbukti. Dalam hal ini, seorang mengentaskan kemiskinan) sebagai sumber
dokter harus menolak dengan tegas klaim, dari rendahnya derajat/status kesehatan
metode, dan praktik pelayanan kesehatan masyarakat.
tradisional tersebut.12 Dokter dan pelayanan kesehatan tradisional
9. Apabila suatu pelayanan kesehatan sebaiknya bekerja sama dengan membuat sebuah
tradisional melakukan klaim kuratif secara tempat terlokalisir atau kordinasi secara regional
biokultural terhadap penyakit yang tidak agar dapat memudahkan proses supervisi,
berbahaya, tidak darurat, dan tidak ada edukasi, konsultasi, dan penelitian. Proses
baku emas pengobatannya, contohnya supervisi artinya praktik pelayanan kesehatan
masuk angin dan panas dalam, dalam hal ini tradisional harus dalam batas yang sesuai dengan
seorang dokter berlapang dada menerima kemampuannya, tidak melakukan klaim-klaim
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 1 Feb 2019 21
Sikap Etik Dokter Terhadap Pelayanan Kesehatan Tradisional
atau tindakan yang tidak sesuai kompetensi sesuai Pengembangan Pelayanan Kesehatan. 2017;
perizinannya. Proses edukasi artinya dilakukan 1(1): 17-31.
pelatihan agar praktik pelayanan kesehatan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun
tradisional semakin terstandardisasi, tidak
2014 tentang Pelayanan Kesehatan
membahayakan, serta para tenaga kesehatannya
Tradisional.
dapat mengidentifikasi kemungkinan adanya
penyakit yang berada pada ranah konvensional. 6. Badan Penelitian dan Pengembangan
Proses konsultasi artinya tenaga kesehatan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riset
tradisional dapat berkonsultasi dengan dokter kesehatan dasar 2013.
dengan mudah ketika menemukan suatu kasus
7. Badan Penelitian dan Pengembangan
yang rancu. Proses penelitian adalah proses
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riset
saintifikasi suatu metode pelayanan kesehatan
kesehatan dasar 2018.
tradisional sehingga nantinya dapat dibuktikan
secara evidence-based medicine. 8. Constitution of the World Health
Organization 1946.
KESIMPULAN 9. International Bioethics Committee. Report
of the IBC on traditional medicine systems
Pengobatan konvensional dan tradisional
and their ethical implications. Paris:
harus bekerja secara sinergis dan sesuai
UNESCO; 2013.
porsinya dengan memperhatikan kondisi dari
klien atau pasien. Dokter harus menyadari 10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
kalau pengobatan tradisional adalah salah 15 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan
satu kekayaan budaya dan berpotensi secara Pelayanan Kesehatan Tradisional
ekonomi. Dokter juga selayaknya dapat Komplementer
membuat keputusan apakah suatu pengobatan
11. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2013
tradisional adalah etis atau tidak dengan kaidah-
tentang Pendidikan Kedokteran.
kaidah yang sesuai. Bentuk kerjasama yang
dapat dilakukan antara seorang dokter dengan 12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
pengobat tradisional antara lain dalam hal Indonesia Nomor 1787/MENKES/PER/
supervisi, edukasi, konsultasi, dan penelitian. XII/2010 tentang Iklan dan Publikasi
Pelayanan Kesehatan.
KONFLIK KEPENTINGAN 13. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017
tentang Pemajuan Budaya.
Tidak ada konflik kepentingan.
REFERENSI
Kata Kunci Abstrak Mogok kerja kerja adalah tindakan pekerja secara bersama-
demo, dokter, etika, mogok kerja sama menghentikan atau memperlambat pekerjaan sebagai akibat
Korespondensi gagalnya perundingan atas tuntutan atau pelaksanaan hak
contact@ilmiah.id normatif. Namun, profesi dokter dan tenaga kesehatan lainnya
Publikasi merupakan profesi yang luhur, yang memiliki kewajiban moral yang
© 2019 JEKI/ilmiah.id lebih “tinggi”. Paradigma populer di masyarakat adalah “Dokter
DOI tidak boleh mogok melayani pasien karena menyangkut jiwa
10.26880/jeki.v3i1.30
manusia”. Aksi dokter mogok sesungguhnya melanggar berbagai
Tanggal masuk: 31 Oktober 2018 prinsip dan hukum, termasuk kode etik dan sumpah Dokter.
Tanggal ditelaah: 13 Januari 2019 Kepentingan pasien (dan masyarakat) semestinya didahulukan
Tanggal diterima: 20 Januari 2019 dibandingkan kepentingan pribadi atau golongan. Selaku kaum
Tanggal publikasi: 25 Februari 2019 intelektual, dokter seharusnya merasa memiliki bargaining power
yang cukup sehingga tidak perlu mengambil jalan mogok kerja
untuk menyampaikan aspirasinya. Jika, dan hanya jika, semua
strategi musyawarah telah dilaksanakan dan gagal, maka mogok
kerja mungkin dapat dipertimbangkan dengan ketentuan semua
kasus gawat darurat tetap harus ditangani, mogok kerja bertujuan
untuk memperjuangkan kepentingan pasien (bukan kepentingan
pribadi atau golongan) sebagai tujuan akhirnya, dan semua dokter
yang berpartisipasi yakin secara moral bahwa memang tidak ada
jalan lain untuk memperjuangkan kepentingan pasien tersebut.
Abstract Job strike is an action where workers jointly stopping or slowing down works as a result
of failed negotiations over demands or implementation of normative rights. However, the profession
of doctors and health workers are noble professions, with “higher” moral obligations. The popular
paradigm in the community is “Doctors should not strike to serve patients because it involves human
life”. When doctors go on a strike, it actually violates various principles and laws, including the code
of ethics and the Doctor’s Pledge. The interests of patients (and society) should take precedence over
personal or group interests. As intellectuals, doctors should acknowledge that they have sufficient
bargaining power so they do not need a strike to convey their aspirations. If, and only if, all mediatory
strategies have been implemented and failed, then a strike may be considered provided that all
emergency cases must be taken care of, the strike aims to fight for patients’ interests (not personal or
group interests) as ultimate goal, and all doctors who participate are morally convinced that there is no
other way to fight for the patients’ interests.
Mogok kerja adalah tindakan pekerja sebagai wujud dari hak atas kebebasan berserikat
secara bersama-sama menghentikan atau dan perlindungan atas hak berorganisasi. Pada
memperlambat pekerjaan sebagai akibat gagalnya tataran global, mogok sebagai hak tercantum
perundingan atas tuntutan atau pelaksanaan pada pasal 23 ayat (4) Universal Declaration
hak normatif. Mogok kerja diakui sebagai salah of Human Rights yang menjamin hak setiap
satu hak dasar pekerja/ buruh secara universal, orang untuk membentuk dan menjadi anggota
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 1 Feb 2019 23
Dokter Mogok Kerja: Sebuah Tinjauan Etika
standar prosedur operasional serta kebutuhan kebebasan teknis profesi berdasar kompetensi
medis pasien, melakukan pertolongan darurat masing-masing, (b) kepada teman sejawat dan
atas dasar perikemanusiaan, kecuali jika lingkungan kerja (accountability), dan (c) kepada
ia yakin ada orang lain yang bertugas dan klien/pasien sebagai pihak ketiga (liability).
mampu melakukannya, serta menambah ilmu Profesionalisme dihasilkan dari tanggung
pengetahuan dan mengikuti perkembangan jawab moral sepenuhnya, adanya kasih sayang
ilmu kedokteran atau kedokteran gigi.5 dan penghormatan hak asasi manusia karena
pasien merupakan wujud insan bermartabat.
Tinjauan Etik Pernyataan ini menyiratkan bahwa aksi mogok
Dokter terikat oleh lafal sumpah dokter, di kerja adalah bentuk penentangan terhadap
mana penulis mencermati dalam kaitan mogok pasal ini, maka dokter akan berurusan dengan
kerja dokter ini ada beberapa poin sumpah MKEK.2,4,8
dokter yang dilanggar:4,8 Pada pasal 10 pada KODEKI tahun 2012
1. Bahwa dokter akan membaktikan hidupnya tentang penghormatan hak-hak pasien dan
guna kepentingan perikemanusian, Artinya sejawat, pasal tersebut menyatakan bahwa dalam
bahwa tindakan dokter haruslah untuk melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib
kepentingan perikemanusian; senantiasa menghormati hak-hak pasien, teman
2. Bahwa dokter akan menjalankan tugas sejawatnya, dan tenaga kesehatan lainnya, serta
dengan cara terhormat dan bersusila, artinya wajib menjaga kepercayaan pasien. Melalui
seorang dokter yang meninggalkan tugasnya penjelasannya, pasal ini mewajibkan seorang
menjadi seseorang dokter yang hilang atau dokter untuk menjalankan praktik profesi
berkurang sifat terhormat dan bersusilanya; yang mengedepankan adanya panggilan nurani
3. Bahwa dokter itu wajib memelihara dengan menolong pasien sebagai manusia yang tengah
sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur menderita sebagai kewajiban tertinggi dokter
profesi kedokteran, artinya bahwa apapun sebagai pengabdi profesi. Penghormatan hak-
perilaku dokter haruslah menjaga martabat hak pasien dan teman sejawat yang merupakan
bahwa profesi dokter ini adalah profesi yang bagian dari kewajiban dokter akan menjaga
luhur; dan kepercayaan pasien, agar dapat mempercepat
4. Bahwa dokter senantiasa mengutamakan kesembuhannya. Pernyataan ini menyiratkan
kesehatan pasien, dengan memperhatikan juga bahwa aksi mogok kerja dokter adalah
kepentingan masyarakat, artinya bahwa bentuk penentangan terhadap pasal ini, di
serangkaian tindakan pelayanan kedokteran mana menghormati hak-hak pasien adalah
harus mengutamakan pasien dan masyarakat sebagai kewajiban tertinggi seorang dokter.8
secara umum.
Pernyataan ini diperkuat oleh Kewajiban Situasi Global
Umum Dokter dan Kewajiban Dokter Terhadap Peristiwa mogok kerja (strike) oleh dokter,
Pasien. Pada pasal 8 pada KODEKI Tahun dan tenaga kesehatan secara umum, tidak hanya
2012 tentang profesionalisme, pasal tersebut terjadi di Indonesia dan bukan merupakan
menyatakan bahwa dalam setiap praktik fenomena baru. Berbagai kondisi kerja,
medisnya seorang dokter wajib memberikan sistem kesehatan, sistem pembiayaan layanan
pelayanan secara berkompeten dengan kesehatan, atau pun situasi sosial-politik di
kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, berbagai negara pernah menyebabkan kalangan
disertai rasa kasih sayang (compassion) dan dokter melakukan mogok kerja, misalnya di
penghormatan atas martabat manusia. Melalui Inggris, Amerika, Kanada, India, Pakistan,
penjelasannya, pasal ini mewajibkan seorang dan lain-lain.9 Pandangan para ahli tentang
dokter untuk menjalankan praktik profesi aspek etika dan hukum mogoknya dokter dan
yang bertanggung jawab dan bermutu. Ada 3 tenaga kesehatan pun berbeda-beda. Namun,
tanggung jawab profesi yakni: (a) kepada diri secara umum pendapat yang dominan adalah
sendiri (responsibility) dalam rangka menjalankan sebagai berikut:10–12 Profesi dokter, dan tenaga
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 1 Feb 2019 25
Dokter Mogok Kerja: Sebuah Tinjauan Etika
kesehatan lainnya, merupakan profesi yang telah dilaksanakan dan gagal, maka mogok
luhur, yang memiliki kewajiban moral yang lebih kerja mungkin dapat dipertimbangkan dengan
“tinggi”. Kepentingan pasien (dan masyarakat) ketentuan sebagai berikut:11
merupakan kepentingan yang overriding, yaitu 1. Semua kasus gawat darurat tetap harus
yang semestinya didahulukan dibandingkan ditangani,
kepentingan pribadi atau golongan. Sekalipun 2. Mogok kerja bertujuan untuk
dirancang agar tidak mengganggu pelayanan memperjuangkan kepentingan pasien
(misalnya, hanya menolak kasus elektif/non- (bukan kepentingan pribadi atau golongan)
gawat darurat) tetap ada kepentingan pasien sebagai tujuan akhirnya, dan
yang dikorbankan. Padahal, profesi dokter 3. Semua dokter yang berpartisipasi dalam
memiliki “kontrak kinerja” dengan pasien mogok kerja yakin secara moral bahwa
berupa clinical privilege. Dengan demikian, memang tidak ada jalan lain untuk
mogok kerja bukanlah bentuk respons yang memperjuangkan kepentingan pasien
dapat dibenarkan terhadap suatu masalah, dan tersebut.
justru dapat mengubah dokter yang seharusnya Dengan kemampuan leadership dan
bersifat beneficent menjadi dokter yang maleficent. manajerial yang dimilikinya, dokter semestinya
mencari alternatif strategi yang lebih kreatif,
Tindakan Alternatif etis, dan elok. untuk mencapai win-win solution
Strategi mogok kerja pada umumnya untuk semua pihak.
terpaksa diambil dalam situasi di mana terdapat
ketimpangan yang jauh antara sang pemberi KESIMPULAN
kerja (employer) dengan sang pekerja (employee/
labourer). Dalam situasi tersebut, pekerja tidak Munculnya fenomena dokter melakukan
memiliki bargaining power yang cukup untuk mogok kerja dengan berbagai alasan perlu
membuat pemberi kerja mendengarkan dan disikapi karena kasusnya menunjukkan tren
memenuhi permintaannya. Dengan melakukan peningkatan dan berpotensi mencederai
mogok kerja, pekerja berharap dapat martabat dan tradisi luhur profesi kedokteran.
memberikan tekanan kepada pemberi kerja Dokter seyogyanya kembali mengingat sumpah
dengan “mengorbankan” kepentingan pihak dokter dan berpedoman kepada Kode Etik
ketiga, yang diharapkan turut menekan pemberi Kedokteran Indonesia (KODEKI). Aksi mogok
kerja. Dalam profesi kedokteran, yang terpaksa kerja yang dilakukan oleh dokter sendiri-sendiri
dikorbankan adalah kepentingan pasien selaku atau bersama-sama adalah bentuk pelanggaran
pihak ketiga yang “tak berdosa”, dan yang Etika Kedokteran. Tidak ada pemenang dari aksi
notabene merupakan pemberi clinical privilege, mogok kerja, yang ada hanya kemarahan, rasa
sehingga menimbulkan dilema etik.13 Selain itu, tidak simpati, dan pengorbanan kepentingan.
dapat timbul kemarahan dan kekecewaan dari Majelis Kehomatan Etika Kedokteran (MKEK)
pihak pasien, dan masyarakat secara umum, perlu menerbitkan fatwa/pernyataan sikap
karena merasa dirugikan sehingga justru terkait aksi dokter mogok kerja ini untuk
tidak simpati dengan aspirasi yang hendak menjaga martabat dan tradisi luhur profesi
disampaikan oleh dokter melalui aksi mogok kedokteran.
kerja.
Selaku kaum intelektual, dokter seharusnya KONFLIK KEPENTINGAN
merasa memiliki bargaining power yang cukup
sehingga tidak perlu mengambil jalan mogok Tidak ada konflik kepentingan.
kerja untuk menyampaikan aspirasinya. Jalan
yang dapat ditempuh dapat berupa dialog,
musyawarah, mediasi, atau arbitrasi, baik secara
personal maupun antar lembaga terkait. Jika,
dan hanya jika, semua strategi musyawarah
26 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 1 Feb 2019
Yusri A dan Meilia PDI
REFERENSI
1. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 232/MEN/2003
tentang Akibat Hukum Mogok Kerja yang
Tidak Sah. 2003.
2. Hanafiah MJ. Etika Kedokteran dan
Hukum Kesehatan. 5th ed. Jakarta: EGC;
2016.
3. Farianto W. Hak Mogok Kerja dalam
Perspektif Yuridis dan Sosiologis. J Huk Ius
Quia Iustum. 2014;21(4):632–54.
4. Dewi AI. Etika dan Hukum Kesehatan.
Yogyakarta: Pustaka Book Publisher; 2008.
5. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran. 2004.
6. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 Amandemen IV.
2002.
7. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia
Nomor 4 Tahun 2011 tentang Disiplin
Profesional Dokter dan Dokter Gigi. 2011.
8. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia.
Kode etik kedokteran Indonesia. Jakarta;
2012.
9. Davies M. Is it ethical for doctors to strike?
BMJ. 2015;351:h5597.
10. Baelz P. The right to strike by the caring
professions. J Med Ethics. 1977;3:150.
11. Toynbee M, Al-Diwani AAJ, Clacey J,
Broome MR. Should junior doctors strike?
J Med Ethics. 2016;42(3):167–70. https://
doi.org/10.1136/medethics-2015-103310.
12. Park JJ, Murray SA. Should doctors strike? J
Med Ethics. 2014;40(5):341–2. https://doi.
org/10.1136/medethics-2013-101397.
13. Glick SM. Physicians’ strikes - a rejoinder. J
Med Ethics. 1985;11:196–7.
2
Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
3
Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta
4
Ikatan Konsultan Kesehatan Indonesia (Ikkesindo)
Abstract Indonesian medical profession has established noble tradition of medical ethics which has been
well carried out in terms of detailed development and fair enforcement in professional organization,
namely the Medical Ethics Council of Honor (MKEK). On the other hand, Indonesia is a state of law.
There are ideas to standardize all norms and traditions into laws, including the tradition of medical
ethics. However, when ethical traditions are converted into legal norms, their violations will have
different consequences, from merely behavioral guidance into law penalties. On the other side, this
standardization into law should be accompanied by governmental efforts to grant and guarantee the
rights to fulfill said obligations. These considerations have to be kept in mind, in efforts to change
tradition of medical ethics into legal norms.
Kedokteran adalah salah satu profesi tertua Tradisi etik kedokteran luhur ini secara
di Indonesia yang memiliki solidaritas yang umum dipraktikkan dengan baik di Indonesia.
tangguh serta tradisi etik kedokteran luhur yang Mulai dari Sumpah Dokter yang kini terus
kaya. Solidaritas dan tradisi yang berurat akar mengalami penyempurnaan, disarikan nilai-
inilah yang mengantarkan dokter di Indonesia nilai luhur profesi dalam Kode Etik Kedokteran
meraih penghormatan di tengah masyarakat. Indonesia, mulai dari kajian-kajian bioetika,
Penghormatan ini misalnya diselaraskan dalam etika kedokteran, dan sebagainya.1,2 Jika tradisi
bentuk sapaan “Dok”, yang cukup khusus dan ini secara individual tidak dilaksanakan, maka
jarang ditemukan penghormatan semacam ini tidak ada sanksi hukuman yang sifatnya pidana
oleh masyarakat kepada profesi lainnya. kurungan atau denda, yang ada adalah sanksi
etika dengan sebagian besar bentuknya adalah
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 1 Feb 2019 29
Mengubah Norma dan Tradisi Etik Kedokteran Luhur Indonesia
ke Norma Hukum, Apakah Layak Dilakukan?
ringan, mendidik, dan membina perilaku.3,4 status aturan umum menjadi hukum melalui
Tradisi penjagaan nilai-nilai luhur proses legislasi di DPR sangat perlu untuk
profesi kedokteran juga bergerak dinamis diketahui oleh dokter yang mewakili organisasi
merespon segala perilaku manusia terhadap profesi kedokteran dan mengikuti proses legislasi
dokter di dalamnya misal: etika dokter yang perubahan aturan masyarakat menjadi produk
menggunakan media sosial,5 beriklan,6 hukum. Pada saat diundangkan, harus sudah
kampanye politik,7 dan perilaku-perilaku disiapkan mekanisme penyeimbang sehingga
lainnya yang terus berkembang. Tradisi ini juga tidak selalu menambah beban kewajiban
bergerak dinamis merespon perkembangan dokter. Hal itu terkait dengan kewajiban dokter
fenomena situasional yang dijumpai dalam untuk taat sehingga tidak terjadi pelanggaran.
keseharian praktik kedokteran,8,9 perkembangan Oleh karena itu, negara perlu memberikan
bioteknologi yang semakin pesat, ataupun fasilitas penyelenggaraan dengan sebaik-baiknya
merespon perkembangan dinamika hukum untuk mempertahankan dan meningkatkan
dan perundangan10 agar tetap menjaga profesi profesionalisme dari dokter.
dengan baik. Negara juga memiliki visi untuk
Upaya menjaga tradisi profesi kedokteran meningkatkan kualitas dokter dan karenanya
luhur ini juga dilakukan dengan pendekatan telah menerbitkan aturan hukum terkait
kelembagaan melalui organisasi profesi hal itu sebagai Undang-Undang Republik
kedokteran. Organisasi profesi melayani Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang
dengan tulus mendidik serta membina teman Praktik Kedokteran,11 antara lain “melakukan
sejawat yang mendapatkan sanksi etika melalui pembinaan bersama terhadap dokter dan dokter
proses yang adil di kemahkamahan etik yang gigi mengenai pelaksanaan etika profesi yang
diselenggarakan oleh MKEK di berbagai ditetapkan organisasi profesi dan melakukan
tingkatan pusat hingga cabang kepengurusan pencatatan terhadap dokter dan dokter gigi
Ikatan Dokter Indonesia (IDI).4 Demikian yang dikenakan sanksi oleh organisasi profesi
gambaran singkat mekanisme penegakkan etik atau perangkatnya karena melanggar ketentuan
yang berlangsung secara internal pada profesi etika profesi”.
kedokteran di Indonesia. Dibandingkan dengan mandat negara
Namun di sisi lain, Indonesia adalah negara kepada guru dalam UU Nomor 14 Tahun 2005
hukum dan menganut sistem legislasi hukum. pasal 20 poin b,12 negara memiliki visi untuk
Legislator dan pemerintah juga memiliki target meningkatkan kualitas guru dengan mewajibkan
kinerja, dan salah satunya adalah membuat mereka untuk meningkatkan kompetensinya.
aturan hukum. Karena Indonesia adalah negara Dengan segala hormat pada profesi guru, namun
hukum, maka sebagian berpendapat sebaiknya realita yang ada secara kuantitatif saat aturan
seluruh aturan-aturan yang ada di masyarakat dibuat, tradisi meningkatkan kompetensi di
itu dapat dibakukan. kalangan guru secara berkala masih sangat
Pandangan di atas tepat dalam konteks jarang. Namun aturan itu tetap dibuat dan
bahwa hukum penting menyerap aspirasi implikasinya memiliki sifat memaksa kepada
dari norma-norma atau nilai-nilai yang ada guru-guru seluruh Indonesia. Dalam hal ini,
di masyarakat, termasuk kalangan profesi negara dinilai cukup adil memiliki sifat memaksa
kedokteran. Norma yang menjadi tradisi di karena di sisi lain, penganggaran untuk kegiatan
masyarakat akan berubah sifatnya setelah ini diamanatkan pula di UUD 1945 pasal 31
dibakukan menjadi aturan hukum. Dengan ayat 4 yang menyatakan anggaran pendidikan
demikian, sanksinya berubah menjadi kewajiban negara minimal 20 persen,13 bersama dengan
mengatasnamakan negara yang jika dilanggar peraturan-peraturan lainnya. Jika fasilitasi oleh
akan dikenai sanksi hukum pidana/perdata/ negara sudah diberikan, maka faktornya relatif
administrasi. lebih banyak tinggal kemauan guru untuk
Perubahan ini berdampak sangat besar bagi meningkatkan kompetensi dirinya sekaligus
dokter anggota IDI. Pertimbangan perubahan menaati hukum yang ada di Indonesia.
30 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 1 Feb 2019
Prawiroharjo P, Sidipratomo P, dan Wasisto B
Perbedaan konteks dengan profesi guru segala kondisi yang mungkin pada seorang
saat aturan akan dibuat adalah tradisi etika dokter untuk menaati norma hukum itu, dan
kedokteran bagi dokter untuk terus dapat bijaklah untuk memberikan catatan-catatan
meningkatkan kompetensinya pasca lulus — pengecualian yang juga diundangkan bersama-
sesuai dengan Kode Etik Kedokteran pasal 21 sama dengan norma hukum yang dibangun.
— melalui serangkaian progam Pengembangan Sertakanlah pembebanan kewajiban yang
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (P2KB) imbang pada pihak lain selain dokter sehingga
yang tanpa pembiayaan dari negara,2 relatif lebih penyelenggaraan kewajiban tersebut memang
baik dan mayoritas dokter menjalankan tradisi lebih banyak hanya bersandar pada itikad
luhur itu dengan baik dan penuh tanggung dokter, dan bukan ditentukan oleh kesulitan
jawab profesional agar kualitas pelayanan finansial, prosedural, dan pengorbanan lain
kedokterannya terpelihara dengan baik. yang tidak kecil untuk hal yang dapat dibuat
Perbedaan yang mencolok dan menjadi menjadi lebih mudah.
masalah adalah bersamaan dengan aturan itu
dibuat, sudah selayaknya negara mengupayakan KESIMPULAN
dengan memfasilitasi memasukkan pembiayaan
kegiatan ini ke dalam rancangan APBN (baik Tradisi luhur etika kedokteran Indonesia
dokter pemerintah maupun swasta). Alasan perlu terus dijaga, dilestarikan, dan bergerak
yang sempat mengemuka adalah karena ini dinamis merespon berbagai perkembangan
sudah tradisi di kedokteran, dan hukum hanya perilaku, keilmuan, penerapan keilmuan,
memformalkan tradisi yang sudah ada dan dan perkembangan situasi lainnya. Dalam
berjalan dengan baik. Seorang dokter yang tidak upaya menjadikan tradisi luhur ini menjadi
menjalankan P2KB dengan baik, katakanlah norma hukum resmi, perlu secara bijaksana
karena kesulitan finansial atau karena berbakti ditimbang implikasinya yang menjadikan
di pelosok negeri yang terpencil sehingga dokter sebagai subjek hukum norma tersebut
diharapkan sisi akomodasi dan transportasi akan dapat dijatuhi hukuman pidana,
dianggarkan di dalamnya. perdata, maupun administrasi. Perlu pula
Bila norma etika kedokteran diubah mempertimbangkan berbagai situasi yang
seluruhnya menjadi norma hukum maka dapat dialami dokter Indonesia sebagai subjek
akan terjadi peralihan besar dari mekanisme hukum, termasuk mempertimbangkan situasi
pengambilan keputusan dan eksekusinya yang dokter yang mengabdi di daerah terpencil
semula internal oleh sejawat sendiri melalui dengan segala keterbatasannya. Penting juga
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) mempertimbangkan kehadiran negara meminta
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan berbagai kewajiban untuk dilaksanakan dokter dalam
tingkatan serta organ-organ lain yang sesuai konstruksi norma hukum dengan membuat
seperti Biro Hukum Pembinaan dan Pembelaan hukum dan perundangan di satu sisi, agar selaras
Anggota (BHP2A), berubah menjadi tanggung dengan kehadiran negara dalam mengupayakan
jawab dan wewenang aparat hukum. advokasi untuk membantu dokter mampu
Perbandingan antara dua kasus di atas melaksanakan kewajibannya dengan baik dalam
semoga menjadi catatan pertimbangan bagi ukuran profesionalisme yang setinggi mungkin.
setiap dokter yang kelak akan dimintakan
pendapat atau bahkan ikut dalam bagian KONFLIK KEPENTINGAN
pengambil keputusan dalam proses legislasi,
agar tidak menyederhanakan masalah dan Tidak ada konflik kepentingan.
tergesa-gesa bahwa suatu tradisi etik kedokteran
luhur yang berjalan dengan baik di kalangan
profesi kedokteran dapat dengan mudah
diubah menjadi norma hukum. Saat mengubah
menjadi norma hukum, maka imajinasikanlah
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 1 Feb 2019 31
Mengubah Norma dan Tradisi Etik Kedokteran Luhur Indonesia
ke Norma Hukum, Apakah Layak Dilakukan?
doi.org/10.26880/jeki.v1i1.6.
REFERENSI
10.
Soetedjo, Soendoro J, Prawiroharjo P.
1. Purwadianto A, Wasisto B, Sjamsuhidajat
Tinjauan etika: Dokter sebagai eksekutor
R. Penerapan revisi sumpah dokter terbaru
hukuman pidana yang menyebabkan
oleh World Medical Association (WMA)
kematian, kecacatan, atau gangguan
di Indonesia. J Etik Ked Ind. 2018 Mar
kesehatan. JEKI. 2017;1(1):19–23. https://
19;2(1):7. https://doi.org/10.26880/jeki.
doi.org/10.26880/jeki.v1i1.5.
v2i1.9.
11.
Undang-Undang Republik Indonesia
2. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia.
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kode etik kedokteran Indonesia. Jakarta;
Kedokteran. 2004.
2012.
12.
Undang-Undang Republik Indonesia
3. Rozaliyani A, Meilia PDI, Librianty N.
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Prinsip penetapan sanksi bagi pelanggaran
Dosen. 2005.
etik kedokteran. J Etik Ked Ind. 2018 Mar
19;2(1):19. https://doi.org/10.26880/jeki. 13.
Undang-Undang Dasar Negara Republik
v2i1.11. Indonesia Tahun 1945 Amandemen IV.
2002.
4. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan
Dokter Indonesia. Pedoman organisasi
dan tatalaksana Majelis Kehormatan Etik
Kedokteran. 2018.
5. Prawiroharjo P, Librianty N. Tinjauan etika
penggunaan media sosial oleh dokter. J Etik
Ked Ind. 2017 Oct 11;1(1):31. https://doi.
org/10.26880/jeki.v1i1.7.
6. Prawiroharjo P, Meilia PDI. Dokter beriklan:
Sebuah tinjauan menurut Kode Etik
Kedokteran Indonesia (KODEKI) tahun
2012. J Etik Ked Ind. 2017 Oct 11;1(1):13–7.
https://doi.org/10.26880/jeki.v1i1.4.
7. Prawiroharjo P, Rozaliyani A, Purwadianto
A. Menjaga etika kedokteran pada masa
tahun politik. J Etik Ked Ind. 2018 Mar
19;2(1):23. https://doi.org/10.26880/jeki.
v2i1.12.
8. Prawiroharjo P, Mulyana RM, Sidipratomo
P, Purwadianto A. Benarkah dokter
spesialis yang tugas jaga pasti melakukan
pelanggaran etik jika sekedar menjawab
konsul per telepon untuk pertolongan
kegawatdaruratan? J Etik Ked Ind. 2018 Mar
19;2(1):31. https://doi.org/10.26880/jeki.
v2i1.13.
9. Baharuddin M, Lefrandt R, Santosa F.
Tinjauan etik regulasi jam kerja dokter di
Indonesia. JEKI. 2017;1(1):25–9. https://
32 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 1 Feb 2019
Digdowirogo HS, Setyanto DB, Prawiroharjo P. Etika Melayani Pasien Muslim pada Stadium Terminal. ISSN 2598-179X (cetak)
JEKI. 2019;3(1):33–7. doi: 10.26880/jeki.v3i1.32. ISSN 2598-053X (online)
Kata Kunci Abstrak Semua orang pasti akan mati. Bagi muslim, mati dalam
etika, Islam, kematian, Muslim, talkin, keadaan Islam adalah tujuan terpenting akhir hidup karena hal itu
terminal diperintahkan oleh Allah SWT dalam Al-Quran. Sakaratul maut
Korespondensi merupakan saat kritis peralihan dari kehidupan ke kematian. Saat
pukovisa@ui.ac.id tersebut sangat penting bagi pasien muslim dan keluarganya. Bila
Publikasi pada saat terakhir kehidupan, seseorang mengucapkan kalimat
© 2019 JEKI/ilmiah.id
tauhid ‘Laailahailallah’ maka terbuka peluang masuk surga.
DOI
Mengucapkan kalimat tauhid saat sakaratul maut bukan hal yang
10.26880/jeki.v3i1.32
mudah. Untuk itu perlu dibimbing dan dituntun oleh keluarga
Tanggal masuk: 15 Januari 2019 pasien stadium terminal, suatu upaya yang disebut talkin.
Tanggal ditelaah: 16 Januari 2019 Rumah Sakit sebagai penyedia layanan kesehatan paripurna,
Tanggal diterima: 11 Februari 2019 perlu memberikan fasilitas dan kemudahan kepada pasien
Tanggal publikasi: 25 Februari 2019 stadium terminal dan keluarganya untuk melakukan talkin sesuai
kepercayaannya tersebut. Adanya perhatian pihak rumah sakit
terhadap hal itu akan meningkatkan kepuasan dan kepercayaan
pasien
Abstract Every human being will face death eventually. For moslems, having that final moment in
Islamic faith is the essential purpose as it is mentioned by Allah SWT in Al-Quran. Sakaratul maut
or final moment before passing away is the critical moment from life to death for moslem patients and
their family. Within that final moment, if a moslem praised Allah SWT with tauhid, ‘Laailahaillallah’,
it is possible for him/her to reach heaven in afterlife. Nevertheless, praise tauhid during that defining
moment is difficult. Guidance by family members is compulsory, and the effort is called ‘talkin’. Hospital
as a provider of comprehensive medical service needs to provide facilities to help families in guiding or
performing talkin, to increase trust and satisfaction of patients and families.
Masuk rumah sakit baik untuk berobat Sepanjang kehidupan manusia di dunia,
jalan apalagi untuk rawat inap pada umumnya ada 3 titik penting yang sangat bermakna yaitu
tidak dikehendaki oleh siapapun. Meskipun kelahiran, pernikahan dan kematian. Yang
semua pasien berkeinginan untuk pulang dalam kedua, tidak semua orang mengalaminya,
keadaan sembuh, tetapi tidak ada rumah sakit namun yang pertama dan ketiga semua orang
maupun dokter yang berani memberi jaminan pasti mengalaminya.
kesembuhan kepada pasiennya. Kalau tidak QS 03. Ali Imran 185. “Tiap-tiap yang berjiwa
sembuh berarti pulang dengan meninggalkan akan merasakan mati . …”
gejala sisa (sequelle) atau yang paling tidak QS 21. Al-Anbiya 35.“Tiap yang berjiwa akan
dikehendaki dan ditakuti adalah pulang mati. merasakan mati. Kami akan menguji kamu
Padahal sudah diketahui bahwa semua orang dengan keburukan dan kebaikan sebagai
pasti akan mati. Selanjutnya kajian akan dikupas cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya
sesuai dengan agama Islam. kepada Kamilah kamu dikembalikan.”
QS 29. Al-Ankabut 57. “Setiap yang bernyawa
akan merasakan mati. Kemudian hanya
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 1 Feb 2019 33
Etika Melayani Pasien Muslim pada Stadium Terminal
kepada Kami kamu akan dikembalikan.“1 memerlukan pelayanan dan perlakukan sama.
Kelahiran umumnya disambut dengan Setiap pasien memiliki hak untuk didampingi
senyum, tawa dan rasa bahagia oleh orang di keluarganya dalam keadaan kritis dan menjalankan
sekitarnya. Sebaliknya kematian biasanya akan ibadah sesuai agama dan keyakinan yang
mengundang rasa sedih dan tangis bagi yang dianutnya selama pasien lain tidak terganggu.
ditinggalkan. Bagi seorang muslim, kematian Menurut Kode Etik Kedokteran Indonesia
merupakan titik yang sangat penting yang akan dan Sumpah Dokter,4 keyakinan pasien harus
menentukan nasibnya dalam kehidupan sesudah dihormati, ditaati dan difasilitasi. Ini salah
kematian. Akhir hidup yang baik (husnul satu hak pasien, yang pada saat-saat kritis,
khotimah) akan memberinya kesempatan pasien dan keluarganya tentu memiliki intens
untuk masuk surga, sedang akhir hidup yang berkomunikasi dengan Tuhan. Pada umumnya
buruk (su’ul khotimah) akan menghilangkan rumah sakit sudah menyediakan fasilitas untuk
kesempatan masuk surga. Islam mewajibkankan kebutuhan ibadah, misalnya mushola atau
seorang manusia dalam keadaan Islam pada saat masjid, dan ulama, yang tahu dan mampu
kematiannya. melayani jiwa pasien.
QS 03. Ali-Imran 102. “Hai orang-orang Rumah sakit membagi ruang rawat inap
yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sesuai fasilitas ruangnya. Pasien di ruang Very
dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya, dan Important Pasien (VIP) boleh ditunggu keluarga
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan di dalam ruang selama 24 jam sehari, dan boleh
dalam keadaan beragama Islam.“ 1 menerima kunjungan setiap waktu. Mereka
Manusia dapat menemui kematian di yang dirawat di kelas non-VIP, boleh ditunggu
mana saja, dengan cara apa saja. Salah satu yang keluarganya, meskipun ada perbedaan berapa
sering menjadi tempat kematian adalah rumah orang penunggu dibolehkan di antara rumah
sakit, pada pasien dengan stadium terminal sakit. Rumah sakit memberi ijin keluarga
oleh berbagai penyakit. Proses peralihan dari tinggal di dalam kamar pasien, tetapi ada
kehidupan ke kematian adalah sakaratul maut, rumah sakit yang menyediakan tempat terpisah
yang menjadi satu titik waktu yang sangat untuk penunggu. Pada prinsipnya pasien
penting bagi seorang muslim. dan keluarganya menginginkan kemudahan
komunikasi antar mereka, dan pihak rumah
Pelayanan rumah sakit sakit berkewajiban memfasilitasinya.
Rumah Sakit adalah tempat memberi Bila pasien mengalami perburukan
pelayanan kesehatan secara perorangan keadaan yang dinilai masih reversibel, maka
(individual).2 Pelayanan perorangan ini perlu dipindah ke ruang rawat intensif (Intensive
membuat bentuk pelayanan yang diberikan bisa Care Unit - ICU) yang peraturannya lebih ketat.
berbeda antara satu pasien dengan pasien yang Pintu masuk ruang ICU selalu ditutup dan
lain (tailor made). Oleh karena itu sumber daya dijaga oleh petugas Satpam (Satuan Pengaman)
– baik sumber daya manusia (SDM) maupun rumah sakit. Jadwal kunjungan diberlakukan
fasilitas pendukungnya – harus dibekali dengan lebih ketat. Pada keadaan seperti ini,
wawasan dan tingkat perhatian yang memadai timbul perbedaan kepentingan. Keluarga dan
dengan pelayanan perorangan tersebut. pasien lebih kuat keinginannya untuk dekat, di
Beragam-ragam penyakit memerlukan pula lain pihak dokter dan perawat membutuhkan
beragam-ragam spesialisasi dokter, perawat, suasana dan keadaan yang lebih mendukung
penunjang medis dan lain-lain. perbedaan kelas untuk mengelola pasien dalam keadaan kritis,
rumah sakit (A, B, C atau D) dan jenis rumah misalnya untuk mencegah infeksi nosokomial
sakit (umum atau khusus) akan berbeda pula karena sebagian kasus yang dirawat dipandang
sumber dayanya.3 Tetapi ada aspek yang sama di sebagai populasi pasien yang rentan mengalami
manapun pasien dirawat dan dengan penyakit infeksi nosokomial tersebut. Selain itu sebagai
beragam. Salah satu yang perlu diperhatikan ruangan tempat merawat pasien dengan
adalah agama dan keyakinan pasien yang penyakit kritis, membutuhkan suasana yang
34 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 1 Feb 2019
Digdowirogo HS, Setyanto DB, dan Prawiroharjo P
lapang, sehingga jika terjadi kegawatan maka Musa: ”Wahai Musa, seandainya langit yang
kelapangan ruang dapat memadai bagi staf tujuh serta seluruh penghuninya, selain Aku,
medis untuk melakukan pertolongan. Pada dan ketujuh bumi diletakkan dalam satu sisi
keadaan demikian, perlu komunikasi dua arah timbangan, niscaya kalimat laa ilaaha illallah
yang baik antara dokter dengan keluarga pasien. lebih berat timbangannya. (HR Ibnu Hibban
Bila keluarga diberi penjelasan yang adekuat, dan Al-Hakim)1
pada umumnya keluarga akan mengerti dan Pasien dalam keadaan sakaratul maut
mematuhi peraturan rumah sakit. perlu dituntun untuk mengucapkan kalimat
tauhid, yang disebut talkin.5 Talkin adalah
Alasan Keluarga Ingin Bersama Pasien Saat proses/upaya mengingatkan kepada seeorang
Kritis yang sedang menghadapi sakaratul maut, untuk
“Sesungguhnya Allah masih menerima mengucapkan laa ilaaha illallah (cukup satu
taubat seseorang selagi belum terdengar kali) menjelang dicabutnya nyawa. Temuan-
dengkurnya (menjelang mati).”(HR. At- temuan neuroscience telah membuktikan bahwa
Tirmidzi).3 Maksudnya, nyawanya belum sampai pasien yang sudah berada di stadium terminal,
tenggorok, saat orang itu melihat kesudahan bahkan pasien yang sudah hilang kesadarannya
hidupnya, apakah mendapat rahmat atau dapat dirangsang melalui stimulus suara dari
kehinaan. Hal ini yang perlu diketahui oleh luar. Dalam keadaan medis tertentu, beberapa
semua pihak yang terlibat pelayanan rumah jalur kesadaran dan beberapa bagian otak masih
sakit. Pasien dan keluarganya menginginkan utuh dan masih memiliki beberapa fungsi, di
pulang dari rumah sakit dalam keadaan sembuh antaranya menangkap stimulasi suara.6 Keadaan
dengan kualitas hidup kembali seperti semula. itu antara lain saat hilang kesadaran, selama
Namun seberapapun majunya ilmu kedokteran anestesi umum dan stadium terminal, hingga
dan para dokternya, serta seberapapun lengkap terapi paliatif. Pada keadaan demikian, stimulasi
dan baiknya fasilitas suatu rumah sakit, semua pendengaran dengan talkin dapat dilakukan.
ada keterbatasannya. Tidak terhindarkan pasti Salah satu anggota keluarga membisikkan
ada pasien yang meninggal di rumah sakit. Bagi kalimat tauhid ke telinga pasien secara berulang,
umat Islam semua berkeinginan wafat dalam sampai terdengar pasien mengucapkannya.
keadaan Islam. Kebutuhan menjalankan syariat Waktu yang dibutuhkan sangat bervariasi,
agama di akhir kehidupan seorang pasien perlu beberapa menit sampai mungkin lebih dari
dipahami oleh pengelola rumah sakit, sehingga satu jam. Kalau sudah diucapkan, maka tugas
dapat memberikan fasilitas yang memadai. keluarga sudah selesai, dan berdoa untuk
mengiringi kematian saudaranya.
Sakaratul Maut Menurut Prawiroharjo P, talkin sebaiknya
Mati dalam keadaan Islam sangat difasilitasi pada beberapa situasi klinis sebagai
diinginkan oleh semua Muslim. Kualitas berikut:7
keimanan ditentukan oleh bagaimana seseorang 1. Hilang kesadaran, yang dibuktikan dengan
saat meninggal. Kesempatan terakhir menjelang tidak adanya respons stimulus visual, verbal
kematian, masih ada satu peluang emas yang dan stimulus nyeri. Hilang kesadaran bisa
bisa menjamin seseorang bisa diterima Allah di akibat lesi intrakranial atau oleh gangguan
surga. “Tuntunlah orang yang hendak meninggal metabolisme atau akibat keadaan toksik.
dunia di antara kalian supaya mengucapkan 2. Emergensi kode biru. Wawasan medis
kalimat La ilaha illalah“ (HR Muslim).1 Kalimat Emergensi Kode Biru perlu meliputi sampai
laa ilaaha illalahu (kalimat tauhid) adalah kunci ke akhir kehidupan. Bagi dokter dan tenaga
kebahagiaan abadi bagi seseorang yang sedang kesehatan muslim pelayanan emergensi
mengalami sakaratul maut. Nabi Muhammad tidak cukup hanya aspek medis saja, tetapi
SAW bersabda: ”Tidaklah ucapan itu, kecuali juga harus mencakup aspek spiritual dan
pasti masuk surga“ (HR. Al-Bukhari).1 agama pasien. Layanan talkin merupakan
Allah SWT berfirman kepada nabi respons rumah sakit yang dilakukan dalam
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 1 Feb 2019 35
Etika Melayani Pasien Muslim pada Stadium Terminal
mengamankan kehidupan spiritual pasien. Sakit pasal 32 ayat (l) menyatakan bahwa setiap
Oleh karena itu talkin perlu dimasukkan pasien mempunyai hak didampingi keluarganya
ke dalam standar prosedur operasional dalam keadaan kritis; pada ayat (m) dikatakan
Emergensi Kode Biru. bahwa pasien mempunyai hak menjalankan
3. Zona merah di Instalasi/Unit Gawat Darurat. ibadah sesuai agama atau kepercayaannya yang
Layanan emergensi dapat dibagi menjadi dianutnya selama hal itu tidak mengganggu
tiga warna zona: hijau, kuning, dan merah. pasien lainnya.Sesuai dengan UU No 44 tahun
Zona hijau diperuntukkan bagi pasien 2009 pasal 29, menjadi kewajiban rumah sakit
yang memiliki emergensi paling ringan dan untuk memberi informasi kepada keluarga
tidak mendesaknya. Zona merah bagi yang pasien bila keadaan pasien sudah masuk ke
pasien dengan keadaan yang mengancam stadium terminal dan memberi kesempatan dan
kehidupan sehingga memerlukan observasi mengatur ruang untuk pelayanan akhir hidup.8
dan intervensi intensif. Sedangkan zona Dalam menyikapi adanya kebutuhan
kuning, bagi pasien yang keadaannya berada tersebut rumah sakit dengan persetujuan
di antara pasien yang di zona hijau dan zona keluarga pasien dapat memberi kebijakan
merah. Layanan talkin perlu diberikan sebagai berikut :
kepada pasien dalam zona merah. 1. Pasien tetap berada di tempat perawatannya,
4. Selama anestesi umum. Pasien dalam cukup disediakan satu kursi untuk satu
anestesi umum perlu untuk ditalkin orang anggota keluarga secara bergantian
karena selama dalam anestesi umum menuntun talkin.
pasien tidak bisa beribadah. Penelitian 2. Jika keadaan memungkinkan dan ada
membuktikan bahwa pasien dalam anestesi fasilitas, pasien dipindahkan ke ruang
umum dapat mendengar dan mampu terpisah.
memberikan respons kognitif jika stimulasi 3. Kadang keluarga pasien ingin membawa
dilakukan berulang-ulang, meskipun tidak pulang pasien yang dalam keadaan kritis.
memberikan respons verbal. Mereka menginginkan pasien meninggal di
5. Akhir hidup pada perawatan paliatif. Di rumah. Masalah muncul jika pasien masih
beberapa negara, perawatan paliatif pada menggunakan peralatan medis yang tidak
akhir hidup pasien dilakukan di nursing home dapat diberikan di rumah. Dalam keadaan
atau home care yang ditunjang oleh kunjungan demikian, perlu dibicarakan dengan
dan koordinasi dengan tim medis. Negara keluarga pasien.
lain menyelenggarakan pelayanan di Upaya menuntun talkin ini bisa
rumah sakit karena keterbatasan sumber berlangsung dalam beberapa menit, tetapi bisa
daya untuk melakukan di luar rumah sakit. juga lebih dari satu jam. Proses selesai setelah
Talkin perlu dimasukkan ke dalam protokol pasien mengucapkan kalimat tauhid satu kali.
pelayanan ini. Sesudah itu anggota keluarga tetap menunggu
sambil berdoa, dan menyaksikan pasien
Kewajiban Rumah Sakit meninggal serta menerima kepastian dari dokter
Dokter dan perawat memiliki kewajiban tentang meninggalnya pasien.
memantau perjalanan penyakit pasien. Untuk Proses ini merupakan titik kulminasi
pasien di ruang rawat inap, biasanya keluarga tertinggi kepuasan keluarga pasien yang
dapat mengetahui kondisi terminal atau meninggal. Artinya keluarga telah berhasil
perburukan kondisi pasien ke arah terminal, dan menutup hidup saudaranya dengan penutup
biasanya keluarga pasien melaporkan kondisi kalimat tauhid, yang merupakan jaminan
tersebut ke perawat atau tim jaga. Bagi mereka diterimanya yang meninggal masuk surga. Bagi
yang di rawat di ruang ICU menjadi kewajiban rumah sakit, pemberian fasilitas saat stadium
dokter dan perawat memberi informasi kepada terminal pasien, menjadi bahan pemasaran
keluarga, saat masuk fase terminal. positif bagi masyarakat muslim. Selanjutnya
UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah keluarga pasien mengikuti peraturan rumah
36 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 1 Feb 2019
Digdowirogo HS, Setyanto DB, dan Prawiroharjo P
KONFLIK KEPENTINGAN
REFERENSI