Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR

MIKROSKOP

STENLEY CHRISTNOVANTZ

1813511060

KELOMPOK 09

Kelas B

GUSTI AYU MADE INDRAYANTI

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2018

1
I. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum tentang mikroskop adalah diantaranya sebagai
berikut :
1. Untuk mengenal komponen dan cara penggunaannya,
2. Untuk melatih keterampilan dan menggunakan mikroskop.
II. Dasar Teori
II.1. Mikroskop
Pada zaman milenial, setiap sekolah yang mengambil jurusan IPA
sudah tidak asing lagi yang bernama mikroskop. Mikroskop merupakan alat
yang membantu para peneliti untuk melihat objek yang tidak dapat dilihat
secara kasatmata, contohnya : sel, darah, dll. Namun, secara ilmiah
mikroskop merupakan alat utama yang digunakan untuk mengamati suatu
penelitian karena dipergunakan untuk mempelajari struktur dan benda-benda
kecil (Respati, 2008).
Tentu dalam setiap penemuan memiliki arti, begitu juga dengan
mikroskop yang berasal dari yunani (micros = kecil dan scopein = melihat)
sehingga dapat diartikan bahwa mikroskop adalah alat yang digunakan untuk
untuk melihat objek yang terlalu kecil atau berukuran berkisar 200 nm untuk
dilihat dengan kasatmata (Furgonita, 2007).
Penemuan mikroskop tidak ditemukan secara tiba-tiba, tetapi ada
beberapa orang-orang terlibat dalam penemuan mikroskop, yaitu Hans
Janssen dan Zacharius Janssen yan merupakan seorang ayah dan anak yang
pertama kali menemukan mikroskop (Syamsa, 2000).
Ada berspekulasi yang lain bahwa mikroskop ditemukan oleh Antonoie
Van Leewounhook (Campbell, 2010).
Seiring perkembangan banyak pendapat siapakah ayah mikroskop.
Untuk saat ini belum dapat ditetapkan karena belum ada pernyataan yang
tepat dan banyak pendapat bahwa sebelum Hans Janssen dan Zacharius
Janssen ada yang menemukan mikroskop (Gary, 2012).

2
Dengan mengiktui perkembangan sejarah, mikrosop sudah berkembang
pesat dan sudah banyak inovasi-inovasi baru untuk meningkatkan
penggunaan mikroskop. Mikroskop dibedakan berdasarkan kebutuhan
cahaya, yaitu : mikroskop cahaya/optik, dan mikroskop elektron.
II.1.1. Mikroskop Cahaya / Optik
Sesuai dengan namanya mikroskop ini akan membutuhkan
cahaya untuk melakukan suatu penelitian. Mikroskop cahaya memiliki
jantung, yaitu cahaya matahari dan cahaya lampu yang akan
dipantulkan ke dalam cermin sehingga akan dipantulkan ke diafragma
dan kondensor di mana cahaya itu akan disimpan. Mikroskop ini
memiliki fungsi yang sederhana dengan memiliki perbesaran maksimal
100 x, mengamati objek tanpa sentuhan warna, dan matahari sebagai
sumber (Bima, 2005).
Berhubungan dengan cahaya bahwa memiliki panjang
gelombang 4000 angstroms dalam ukuran kecil. Namun, cahaya ini
akan menurunkan kualitas resdusi benda sehingga jika cahaya yang
diterima terlalu panjang maka resdusi jadi kurang (Muslim, 2006).
II.1.2. Mikroskop Elektron
Mikroskop elektron juga merupakan energi yang membutuhkan
cahaya agar mikroskop dapat dijalankan. Namun, dengan megetahui
nama mikroskop ini adalah mikroskop elektron maka mikroskop ini
juga menggunakan cahaya dan juga elektron. Elektron yang
dipancarkan tidak dibiarkan saja, melainkan diberikan sejumlah magnet
agar mendapat perbesaran bayangan sebesar 1.000.000 x (Oktaviano,
2009).
Mikroskop elektron merupakan mikroskop yang cocok untuk
meneliti material yang berukuran kurang dari 200 nm dan 100 nm
karena saat itulah akan memperlihatkan hasil bayangan objek yang
lebih detail terkait dengan material yang diuji. Berdasarkan pernyataan
diatas mikroskop elektron terbagi menjadi 5 jenis : Transmisi
Mikroskop Elektron (MTE), Scannning Mikroskop Elektron (SME),
Reflection Mikroskop Elektron (RME), Mikroskop Pemindai

3
Lingkungan Elektron (ESEM), dan Mikroskop Pemindahan Elektron
(MPE) yang tentunya jenis-jenis memliki keahlian di bidang masing-
masing tertentu saja (Yusa, 2009).
Dalam kehidupan zaman ilmu yang tinggi, mikroskop sudah
sering dipakai sebagai kebutuhan. Begitu juga dengan mikroskop
elektron yang sudah masuk kalangan masyarakat dengan brand yang
sangat terkenal di negara-negara yang ingin atau sedang maju. Ada 2
jenis yang dipergunakan, yaitu:
1. Tranmisi Mikroskop Elektron (TME) - Mikroskop ini
mempunyai prinsip menembakkan elektron ke lapisan-lapisan tipis
sempel di mana informasi akan terdeteksi dari analisa sifat tumbukan.
2. Scanning Mikroskop Elektron (SME) - Hampir sama
secara keseluruhan bahwa prinsip yang mengandalkan scan suatu benda
yang artinya benda yang diamati akan diubah menjadi gambar. Hasil
dari gambar itu mirip dengan kualitas pewarnaan dan ketajaman TV
(Television).

Secara keseluruhan mikroskop elektron memiliki senapan


elektron yaitu sumber filamen yang dipercepat oleh suatu pelat anoda
dan akan memancarkan berkas elektron untuk mengiluminasikan
cuplikan gambar dan mikroskop ini tidak dapat meneliti material yang
kurang dari 100nm. Bisa diteliti dengan ukuran makro, tetapi hasil
dengan resolusi dan pewarnaan sangat minim dan ketajaman suatu
bidang material kurang.

4
III. Prosedur dan Percobaan
III.1. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat praktikum mikroskop berlangsung pada
hari Selasa, 24 Oktober 20108, pukul 16.40 s.d. selesai, bertempat di
Laboratorium Ilmu Kelautan.

III.2. Alat dan Bahan


III.2.1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum mikroskop
adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Alat-Alat Praktikum

No Nama Alat Jumlah Fungsi


1 Mikroskop Melihat objek yang berukuran kecil tanpa
1 buah
Cahaya/Optik kasatmata
2 Alat Tulis 1 buah Menuliskan dan menggambar suatu hasil yang
diinginkan
3 Buku Gambar 1 buah Tempat untuk menggambar

III.2.2.Bahan
Dalam praktikum mikroskop, tidak ada bahan yang
digunakan

III.3. Cara Kerja


Adapun cara kerja yang diterapkan dalam praktikum mikroskop
adalah sebagai berikut
1. Membawa dan Memindahkan Mikroskop :
a) Dipersiapkan kedua tangan untuk mengangkat mikroskop,
b) Dipegang lengan mikroskop oleh tangan kanan,
c) Dipegang kaki mikroskop oleh tangan kiri,
d) Diangkat mikroskop secara bersamaan,
e) Mikroskop yang sudah diangkat harus disejajarkan dengan dada,
f) Jika mikroskop ingin diturunkan, lakukan secara perlahan dan
diletakkan di alas yang datar, dan

5
g) Jika ingin memindahkan, sama seperti cara di atas, tetapi
diangkat dan dipindahkan secara hati-hati. Lalu diletakkan di
tempat datar.
2. Menggunakan Mikroskop :
a) Pastikan mikroskop sudah dihidupkan,
b) Tabung mikroskop diputar dengan arah berlawanan,
c) Meja preparat diturunkan dengan menggunakan makrometer
agar mempunyai jarak antara meja preparat dengan lensa
objektif,
d) Digunakan lensa objektif yang memiliki perbebsaran 4x
sebelum memulai penelitian,
e) Jika sudah, Dinyalakan lampu mikroskop dengan ditekannya
tombol on pada sakelar, dan
f) Diatur cahaya yang dipancarkan seminimal mungkin agar sesuai
dengan objek penelitian.

6
IV. Hasil Pengamatan

Gambar 1. Mikroskop
Keterangan :

1. Kaki
2. Lengan
9. Lensa okuler
3. Sumber cahaya
10. Lensa objektif
4. Kondensor
11. Penjepit
5. Diafragma
12. Makrometer dan mikrometer
6. Meja preparat
13. Sakelar
7. Tabung mikroskop
14. Pengatur cahaya
8. Revolver
15. Pengatur preparat
16. Pengatur tabung

7
V. Pembahasan
Mikroskop adalah suatu alat yang memberikan bantuan melihat ukuran yang
kurang dari 200 nm pada suatu materi. Bisa diketahui bahwa mikroskop ini sangat
bermandat untuk mengembangkan ilmu biologi, fisika, kimia, dll. Berawal dari
pembuatan mikroskop yang ditemukan oleh Hans Janssen dan Zacharius Janssen
yang mampu mengubah perilaku kehidupan manusia sampai Antonie Van
Leewuohook yang mengembangkan mikroskop lebih baik hingga saat ini
mikroskop itu selalu dipakai yang diberi nama dengan mikroskop optik/cahaya.
Seiring perkembangan zaman, berbagai pendapat bermunculan mengenai siapakah
ayah mikroskop. Berbagai argumen yang diterima belum dapat dipetakan
sehingga belum ada kepastian pernyataan itu.
Mikroskop terbagi menjadi 2 jenis berdasarkan ketajaman benda dan cahaya,
yaitu mikroskop cahaya/optik yang termasuk dalam keduanya yang bersifat
standar, 2 dimensi, bergantung cahaya, mikroskop stereo yang berdasarkan
ketajaman pada hasil bayangan yang diamati, dan mikroskop elektron yang
berdasarkan pada kebutuhan cahaya dan kebutuhan elektron yang terutama.
Secara umum, berbagai mikroskop memiliki bagian-bagian dan fungsi-fungsi
yang sama. Mikroskop adalah awal mengenal benda kecil dan mikroskop cahaya
adalah mikroskop standar. Adapun bagian-bagian beserta fungsinya adalah
sebagai berikut :

8
Tabel 2. Nama Bagian Mikroskop

No Nama Bagian Fungsi


1 Kaki Untuk menopang dan menegakkan badan
mikroskop
2 Lengan Untuk memegang tubuh mikroskop saat
dipindahkan
3 Sumber cahaya Untuk memberikan cahaya kepada mikroskop
4 Kondensor Tersusun lensa gabung untuk mengumpukan
sinar
5 Diafragma Mengatur cahaya masuk dan mengatur iris
6 Meja Preparat Tempat meletakkan preparat
7 Tabung Mikroskop Penghubung lensa okuler dan lensa objektif
8 Revolver Memindahkan lensa objektif dengan memutar
sampai berbunyi ‘klik’
9 Lensa Okuler Melihat hasil bayangan objek dari lensa
objektif
10 Lensa Objektif Melihat hasil perbesaran objek )4x, 10x, 40x,
100x)
11 Penjepit Menjepit objek glass dan cover glass
12 Makrometer dan Menaikkan dan menurunkan meja preparatagar
Mikrometer ada jarak meja denga lensa objektif
13 Sakelar Menyalakan dan mematikan arus listrik
14 Pengatur Cahaya Mengatur cahaya agar tidak terlalu terang dan
gelap
15 Pengatur Preparat Memajukan, memundurkan dan memindahkan
preparat
16 Pengatur Tabung Untuk membukan dan mengunci tabung
mikroskop agar tidak berputar

VI. Kesimpulan
Adapun hasil praktikum mikroskop yang diperoleh sehingga dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Ada 16 bagian yang terdapat pada mikroskop di mana seluruh bagiannya
memiliki fungsi yang berbeda, tetapi saling adanya ketergantungan. Dimulai

9
dari lensa okuler sebagai penghubung dengan mata kita, dan tidak lupa ada
lensa objektif yang membantu kita untuk melihat objek lebih dekat
ditambahkan adanya revolver yang membantu kita jika ingin melihat objek
lebih besar dengan memutarkan lensa objektif. Mikroskop juga memiliki kaki
dan lengan yang sangat membantu badan mikroskop agar tetap berdiri kokoh
dan tegak. Mikroskop dan cahaya tidak akan berjalan baik sehingga
dibutuhkan sumber cahaya agar menerangkan preparat, dan dibantu juga
dengan adanya diafragma dan kondensosr yang membantu kita mengatur
cahaya. Adanya meja preparat berperan aktif agar dapat meletakkan preparat
dan dibantu dengan pengatur preparat agar preparat dapat sesuai dengan
menaikkan, menurunkan, kiri, dan kanan. Sebagai tambahan ada sakelar
menentukan arus listrik, pengatur cahaya yang mengatur cahaya dan pengatur
tabung untuk mengunci agar tabung mikroskop tidak berputar.
2. Mikroskop tentu memiliki tata cara penggunaan mikroskop sehingga dapat
melatih keterampilan terhadap mikroskop. Dimulai dari bagaimana cara
membawa dan memindahkan mikroskop. Dengan mengandalkan kedua
tangan mampu mengangkat mikroskop di mana tangan kanan memegang
lengan dan tangan kiri memegang kaki mikroskop. Untuk memindahkan
menggunakan cara yang sama seperti di atas. Satu hal lagi yang perlu
diketahui adalah bagaimana menggunakan awal menggunakan mikroskop
yang benar. Dimulai dari tabung mikroskop diputar ke arah berlawanan
dengan memutarkan pengatur tabung agar dapat diputar. Lalu, gunakan lensa
objektif dengan perbesaran 4x dan putarkan makrometer agar ada jarak
dengan meja dan lensa objektif. Nyalakan lampu agar mikroskop dapat
digunakan

DAFTAR PUSTAKA

Ardisamita, M. Syamsa. 2000. Pengolahan Citra Digital dan Analisa Kuantitatif


Dalam Karakteriassi Citra.

Campbell, A . Neil, dkk. 2010. Biologi Edisi 8 Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

10
C. S William and O. A Becklund. 1989. Introduction to Optical Transfer
Function.

Frugonita, Deswati. 2008. IPA Biologi untuk kelas VII. Quadra.

Laughlin, Gary. J. 2012. The Microscope – Volume 60, Fourth Quarter 2012.

Muslim, dkk. 2006. Konsep Dasar Fisika. Bandung.

Oktaviana, T. D Aptika. 2009. Teknologi Penginderaan Mikroskopi. Surakarta.

Respati, S. M. B. 2008. Macam-macam Mikroskop dan Cara Penggunaan.


Semarang.

Wiaya, Agus. 2008. Biologi VII. Jakarta : Grasindo.

Yusa, dkk. 2009. IPA (Biologi,Kimia,Fisika). Jakarta : Grafindo Media

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR

PENGENALAN OEGANISASI

SEL PROKARIORIK DAN EUKARIOTIK

11
STENLEY CHRISTNOVANTZ

1813511060

KELOMPOK 09

KELAS B

SHELIYA DESMITA Br. BANGUN

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2018

I. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pengenalan organisasi sel prokariotik dan
eukariotik adalah sebagai berikut :
1. Untuk menentukan sel hewan dan tumbuhan

12
2. Untuk menentukan apakah suatu sel prokariotik dan eukariotik didasarkan
atas struktur
3. Untuk mengenal bagian-bagian dari Hydrilla verticillata beserta fungsinya
II. Dasar Teori
II.1. Sel
Biologi, kimia dan fisika adalah hal mendasar dipahami. Kimia
mempunyai atom sebagai landasan fundamental, fisika mempunyai vektor
sebagai landasan fundamental, dan biologi juga mempunyai sel sebagai
landasan fundamental. Atom memiliki ukuran yang kecil begitu juga sel
mempunyai ukuran kecil yang tidak dapat diciptakan dan dipecah. Oleh
karena itu, sel merupakan hal mendasar dan hidup (Campbell, 2010). Sel
termasuk dalam pembelajaran sitology yang berkaitan dengan berbagai
kehidupan (Suryani, 2004).
Robert Hooke (1665) adalah seorang peneliti yang menemukan sel pada
jaringan gabus. Robert Hooke menggunakan mikroskop sebagai alat bantu,
tetapi Antonie Van Leewohoek (1974) menyempurnakan hasilnya lewat
pengamatan Robert Hooke dengan menvisualisasikan hasil sehingga struktur
sel lebih terlihat (Campbell, 2016).
Secara umum, ada 2 tipe sel berdasarkan ukurannya, yaitu : sel
prokariotik dan eukariotik. Banyak perbedaan dari kedua jenis tersebut
diantaranya adalah struktur sel, metabolisme, letak DNA, dll. Tetapi,
perbedaan utamanya adalah adanya membran inti sel pada 2 jenis sel.
Berdasarkan ukuran, sel prokariorik sebesar 0.1-0.5µm dan eukariotik sebesar
10-100µm (Santoso,2016). Sel sama seperti balon yang terisi angin jika
dibiarkan akan mengempis dan sama seperti sel akan menjadi kecil dan pada
saat itu tingkatan kehidupan sangat kecil. Jadi, berbanding lurus ukuran dan
kehidupan (Tamura, 2004).

II.1.1. Sel Eukariotik


Sel eukariotik merupakan sel yang berganda atau disebut sebagai
multiseluler. Sel ini termasuk papling kompleks karena organel yang
terdapat pada sel eukariotik sangatlah banyak (Campbell, 2010). Sel ini

13
memiliki ukuran yang lebih besar dari sel prokariotik sebesar 10-100µm
dan sel ini memiliki inti sejati yang menjadikan perbandingan
(Widyastuti, 2012). Secara garis besar, sel eukariotik bisa diketahui asal-
usul yang berasal dari sel prokariotik. Seperti halnya nenek moyang,
sitoskeleton akan diidentifikasi dalam prokariotik. Adanya perbandingan
20% tubulin, 15%, dan 12% aktin agar didentifikasi bisa didapat dari
prokariotik (Amos, 2004).
II.1.1.1. Hydrilla verticillata
Hydrilla verticillata adalah bagian dari keluarga
Hydrocharitaceae yang merupakan tumbuhan hidrofit
berpembuluh. Hydrilla verticilata disamakan dengan tanaman
invasive karena punya kemampuan beradaptasi dan berkompetisi
lebih agresif. Daun bewarna hijau, bergerigi, dan terdapat 4-8
helai daun yang tersusun (Gettys dan Enice, 2015).
Hydrilla verticillata merupakan bagian dari ekosistem
danau sebagai sumber daya baik dan buruk. Hydrilla verticillata
bisa ditemukan di daerah danau dan Hydrilla verticillata bersifat
masih banyak (Tanor, 2004). Hydrilla verticillata memiliki
dinding sell, kloroplas, dan sitoplasma (Campbell, 2010). Berikut
klasifikasi Hydrilla verticillata :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Hydrocharitales
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Hydrilla
Spesies : Hydrilla verticillata
(Steenis dan Kroseman, 1957)
II.1.1.2. Epitel
Epitel adalah kumpulan sel yang menjadi jaringan
dengan fungsi melapisi dan menutup permukaan, seperti kulit,
rongga mulut, dll. Berdasarkan bentuk dan susunan, kumpulan sel

14
epitel yang menjadi jaringan epitel dibedakan menjadi beberapa
bentuk, yaitu : 1) Epitel pipih berlapis tunggal, 2) Epitel pipih
berlapis banyak, 3) Epitel kubus berlapis tunggal, 4) Epitel kubus
berlapis banyak, 5) Epitel silindris berlapis tunggal, 6) Epitel
silindris berlapis banyak, 7) Epitel silindris berlapis banyak semu,
8) Epitel transisional (Haryono, 2009).

II.1.1.3. Protista
Protista sudah ditemukan dan dibagi menjadi 2 jenis oleh
Robert Hooke dan Antonie Van Leeuwenhoek, yaitu : protisata
tingkat tinggi bersifat uniseluler dan protista tingkat rendah
bersifat prokariotik. Saat ini protista dibedakan menjadi 3, yaitu:
protista tumbuhan, protista hewan, dan protista jamur (Budyatmi,
2017).
II.1.2. Sel Prokariotik
Sel prokariotik merupakan sel yang tidak memiliki membran inti
dan ukuran sangat kecil daripada sel eukariotik 0.1-0.5µm. Berdasarkan
perbandingan yang dapat dilihat mikroskop bahwa sel prokariotik
bersifat uniseluler dan struktur sederhana (Pornobasuki, 2011).
Struktur umum sel prokariotik yang ada pada sel, yaitu : dinding
sel, membran sel, mesosom, sitoplasma, ribosom, materi DNA dan RNA.
Sel prokariotik terdapat pada bakteri, archaebakteri yang merupakan
bakteri purba, dll. Tidak semua uniseluler adalah sel prokariotik sehingga
untuk mendapat ciri khas menjadi penentu antara sel prokariotik dan sel
eukariotik ( Novel, 2012)
Secara umum, sel prokariotik terdiri dari beberapa bagian adalah
sebagai berikut : 1) Dinding sel yang berfungsi sebagai pelindung sel, 2)
Sitoplasma yang berfungsi sebagai cairan yang ada dalam membran
plasma, 3) Nukleoid yang berfungsi sebagai tempat kumpul kromosom
dan tempat proses sel, 4) Ribosom yang berfungsi sebagai tempat
fotosintesis, 5) Flagella yang berfungsi sebagai alat gerak, 6)
Mitokondria yang berfungsi sebagai respirasi sel (Tortora, 2010).

15
III. Metodologi
III.1. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum pengenalan
organisasi sel prokariotik dan eukariotik pada hari Rabu, 31 Oktober 2018,

16
berlangsung pada pukul 15.00 s.d. selesai yang bertempat di Laboratorium
Ilmu Kelautan.
III.2. Alat dan Bahan
III.2.1.Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut :
Tabel 1. Alat-Alat Praktikum

No Nama Alat Jumlah FUNGSI


1 Mikroskop 1 buah Untuk mengamati objek
2 Cover glass 1 buah Untuk menutupi objek dalam objek glass
3 Objek glass 1 buah Untuk meletakkan objek yang diteliti
4 Pipet tetes 1 buah Untuk mengambil aquades
5 Scalpel 1 buah Untuk memotong sampel
6 Alat Tulis 1 buah Untuk menulis hasil objek
7 penggaris 1 buah Untuk membuat garis tepi
8 Buku gambar 1 buah Untuk tempat menggambar objek
9 Tabung helas 1 buah Untuk tempat aquades
10. Pinset 1 buah Untuk mengambil objek kecil

III.2.2.Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut :
Tabel 1. Bahan-Bahan Praktikum

No Nama Alat Jumlah Fungsi


1 Hydrilla 1 helai Untuk mengetahui struktur
verticillata

17
2 Air kolam 1 tetes Untuk mengetahui jenis sel
menetap
3 Aquades 1 tetes Untuk zat terlarut pada preparat
4 Sel Epitel 1 potong Untuk mengambil aquades
5 Tissue 1 helai Untuk membersihkan kaca
preparat
III.3. Cara Kerja
III.3.1.Percobaan I (air kolam)
Adapun cara kerja pada percobaan I adalah sebagai berikut :
1. Disiapkan mikroskop, pipet tetes, dan kaca preparat
2. Diambil air kolam sebanyak 1 tets dan 1 tetes aquades ke
dalam objek glass
3. Ditutup objek glass dengan cover glass. Amati hasilnya
4. Digambar hasil di buku gambar dan keterangannya.
III.3.2.Percobaan II (Hydrilla verticillata)
Adapun cara kerja pada percobaan II adalah sebagai berikut :
1. Disiapkan mikroskop, pipet tetes, dan kaca preparat
2. Diletakkan 1 helai daun dan diambil 1 tetes aquades ke dalam
objek glas
3. Ditutup objek glass dengan cover glass.
4. Diletakkan obejk glass di meja preparat. Amati hasilnya
5. Digambar hasil di buku gambar dan keterangannya

III.3.3.Percobaan III (sel epitel)


Adapun cara kerja pada percobaan III adalah sebagai berikut :
1. Disiapkan mikroskop, pipet tetes, kaca preparat, scalpel, dan
pinset
2. Diambil sel epitel menggunakan scalpel
3. Diambil 1 tetes aquades pada epitel
4. Ditutup dengan cover glass dan diletakkan di meja mikroskop
5. Amati hasilnya
6. Digambar di buku gambar dan keterangannya sebagai hasil
pengamatan.

18
IV. Hasil Pengamatan
IV.1. Gambar dan Bagian Percobaan I (Air kolam)

Gambar 1. Euglena sp.


Keterangan :

19
1. Flagella, alat gerak
2. Stigma, sebagai penghubung flagel
3. Nukelus, mengontrol aktivitas sel
4. Kloroplas, sebagai penghasil energi
5. Vakuola, memompa air keluar
6. Pelikel, sebagai pelindung tubuh
IV.2. Gambar dan Bagian Percobaan II (Hydrilla verticilata)

Gambar 2. Hydrilla verticillata


Keterangan :
1. Nukleus, mengontrol aktivitas sel
2. Sitoplasma, tempat terjadi reaksi kimia
3. Dinding sel, melindungi sel

IV.3. Gambar dan Bagian Percobaan III (Sel Epitel)

Gambar 3. Sel Epitel


Keterangan :
1. Sel epitel

20
V. Pembahasan
V.1.Percobaan I
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap air kolam terdapat kehidupan
suatu organisme sel eukariotik, yaitu : Euglena sp. yang merupakan bagian
dari protozoa. Terlihat jelas teradapat 6 bagian yang ditemukan diantaranya :
1)Flagella, alat gerak,2) Stigma, sebagai penghubung flagel,3) Nukelus,
mengontrol aktivitas sel, 4) Kloroplas, sebagai penghasil energi, 5)Vakuola,
memompa air keluar, 6) Pelikel, sebagai pelindung tubuh agar tidak berubah
bentuk
V.2.Percobaan II
Hydrilla verticillata merupakan bagian dari ekosistem danau.
Berdasarkan penelitian ditemukan adanya 3 bagian yang terdapat dalam
Hydrilla verticillata, diantaranya : 1) Dinding sel, 2) Nukleus, 3) Sitoplasma.

21
Hal ini serupa menurut Campbell (2010). Meskipun tidak ditemukan
kloroplas, tetapi bisa dinyatakan adanya kloroplas karena sudah ada 3 bagian
dan 1 bagian utama yang menyatakan hal tersebut dan itu adalah nukleus.
Namun, tidak terlihat aliran sitoplasma dalam gerak kloroplas sehingga tidak
bisa menentukan protista atau monera.
V.3.Percobaan III
Sel epitel pada rongga mulut adalah pengamatan yang belum mampu
mendapat bagian-bagian yang terlihat. Penyebabnya dikarenakan adanya
kurang tetes safranin 1 % sehingga sulit untuk menvisualisasikan hasil
pengamatan yang lebih jelas.

VI. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil pengamatan I dan II dapat menentukan bagian-bagian
selnya. Namun, untuk percobaan III belum mampu untuk menentukan
bagian-bagian sel hewan karena kurangnya tetes safranin 1% untuk
menvisualisasikan lebih jelas.
2. Sel prokariotik dan sel eukariotik bisa dibedakan dengan membran inti
sel. Dalam sel prokariotik tidak mempunyai membran inti sel dan sebagai
gantinya mempunyai kapsul sebagai pelindung yang merupakan ciri khas
dari prokariotik, contoh : bakteri.
3. Hydrilla verticillata adalah sel tumbuhan yang masih dapat ditemukan di
daerah danau. Berdasarkan pengamatan, terdapat 3 bagian yang
ditemukan dalam Hydrilla verticillata adalah sebagai berikut : 1)

22
Nukleus yang berfungsi sebagai tempat mengatur aktivitas keseluruhan
sel, 2) Sitoplasma yang berfungsi tempat terjadinya proses reaksi kimia,
3) Dinding sel yang merupakan pelindung dari ancaman luar.

DAFTAR PUSTAKA

Amos, A. Linda. 2004. Structural/Functional Homology between the Bacterial


and Eucaryotic Cytoskeletons

Campbell, A. Neil. 2010. Biologi Edisi 8 jilid 1. Jakarta : Erlangga

Campbell, A. Neil. 2016. Campbell Biology 11th Edition

Gettys, Ly. A dan Stephen F. Enice. 2015. Hyrilla : Floridas’s Most Submersed
Weed Gaimesville. Florida

K. Tamura, dkk. 2004. Effect of Micro/MNano Particle Size on Cell Function


and Morphology. Jepang

23
Norris, V. I. C. 2009. The Eukaryotic Cell Originated in The Intergration and
Redistribution of Hyperstructures from Communities of Prokaryotic Cell
Based on Molecular Complementarity.

Rudyatmi, Ely, dkk. 2017. Bab 5 Protista Monera dan Alga.

Santoso. 2016. Biologi Molekuler Sel. Salemba Teknika

Steenis dan Kroseman. 1957. Flora Malesiana. Belanda

Suryani, Yani. 2004. Biologi Sel dan Molekuler. Yogyakarta

Tanor, M. N. 2004. Hydrilla verticillata Sebagai Sumber Hara pada Sistem


Budidaya Kacang Tanah Eugena.

Tortora, E. J. 2010. Microbiology : An Introduction 10th ed. San Fransisco

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR

SEL TUMBUHAN DAN HEWAN

24
STENLEY CHRISTNOVANTZ

1813511060

KELOMPOK 09

KELAS B

KADEK ANDIKA WIRA PRAYOGA

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2018

I. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum sel tumbuhan dan hewan adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengenal bagian dan fungsi dari Enhalus acoroides dan Sardinella
lemuru
2. Untuk mengamati dan melihat perbedaan sel tumbuhan dan hewan
3. Untuk mengenal dan mengamati organel sebagai pelindung sel pada sel
tumbuhan dan hewan
II. Dasar Teori
II.1. Sel Tumbuhan
Sel adalah hal paling mendasar dalam siklus kehidupan seluruh
kehidupan organisme. Setiap organisme pasti memiliki sel dan memiliki ciri

25
khas masing-masing. Oleh karena itu, sel merupakan kumpulan material
terkecil (Campbell, 2010). Banyak jenis beragam sel. Tidak hanya satu,
melainkan ada beberapa jenis sel yang terbagi. Namun , ada beberapa jenis
sel yang dapat dilihat kasatmata secara mudah, yatu sel hewan dan sel
tumbuhan (Campbell, 2016).
Sel tumbuhan merupakan salah satu sel yang memiliki ukuran sel yang
besar. Rata-rata ukuran sel tumbuhan lebih kecil, tetapi lebih besar daripada
sel hewan. Bentuk sel tumbuhan adalah tetap karena sel tumbuhan
mempunyai dinding sel yang tersusun dari beberapa unsur, yaitu : selulosa,
kitin, asam amino, dan karbohidrat. Fungsi dari dinding sel sebagai
pelindung sel (George, 2006). Selain itu dinding sel memiliki senyawa
karbohidrat, protein, dan aromatik. Senyawa tersebut sangat penting guna
dalam pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman yang tepat. Ada 90%
komponen karbohidrat dari dinding primer di mana ini merupakan hal yang
sangat penting (Mohnen, 2009).
II.1.1. Enhalus acoroides
Enhalus acoroides adalah tumbuhan hidup di daerah air. Bisa
dikatakan bahwa nama lain dari jenis ini adalah lamun. Lamun adalah
kelompok biji tertutup (angiospermae) dan berkeping satu atau disebut
juga tunggal yang mampu hidup secara permanen di bawah permukaan
laut. Enhalus acoroides adalah satu-satunya tumbuhan yang bisa
berbunga dengan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati yang berada
di permukaan laut. Lamun bisa hidup di salinitas yang cukup tinggi.
Beberapa ahli mendefinisikan bahwa tumbuhan ini adalah tumbuhan
berbunga, hidup di air, berdaun, bertimpang, berpembuluh, dan mampu
berkembang biak dalam bentuk biji dan tunas (Pipit Fitriana, 2007).
Enhalus acoroides bukan merupakan hidup seorang diri saja.
Mereka sudah tersebar di seluruh dunia yang terbagi menjadi 50 spesies
dalam 12 genera. Posidoniceae, Cymodoceaceae, Zosteraceae, dan
Hydrocharitaceaceae alah beberapa klasifikasi ke dalam 4 famili (Kuo
dan den Hartog, 2006). Untuk di Indonesia, tumbuhan ini menggunakan
nama family Hydrocharitaceae. Ekosistem Enhalus acoroides sangatlah

26
berbeda, rantai makanan tersusun dari tingkat-tingkatan trofik yang
terdiri dari proses dan pengangkuran detritus organik dari ekosistemnya
sendiri. Disamping dari epifit, alga makrobentos, fitoplankton, dan
tanaman darat yang merupakan tambahan bahwa sumber makanan atau
bahan organik berasal dari produk lamun itu sendiri (K. Romimohtaro
dan Sri Juwana, 2009)
Berdasarkan pernyataan di atas bahwa Enhalus acoroides adalah
tumbuhan hidup di wilayah Indonesia. Enhalus acoroides memiliki
ciri-ciri yang membedakan dari yang lain, yaitu : 1) Daun yang pipih, 2)
Jumlah daun berkisar 2-5 helai, 3) Berbentuk pita panjang, 4) Panjang
daun berkisar 30-150 cm dan lebar berkisar 13-17 mm. secara umum,
tumbuhan ini tumbuhan yang memiliki bunga jantan dan bunga betina
yang memiliki perbedaan, yaitu : bertangkai pendek lurus untuk bunga
jantan dan bertangkai panjang melekuk-lekuk untuk bunga betina.
Enhalus acoroides juga memiliki buah yang terbilang besar dan
akarnya cukup panjang sekitar 13 cm (Soedharma et al., 2007).

Berikut adalah klasifikasi dari Enhalus acoroides yang


merupakan tumbuhan dari Indonesia:
Kingdom : Plantae
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Spesies : Enhalus acoroides
(Den Hartog, 1970)
II.2. Sel Hewan

27
Sel hewan sebanding dengan sel tumbuhan, tetapi ukurannya tidak
sebanding dengan sel tumbuhan. Ukuran yang lebih kecil daripada sel
tumbuhan yang menjadi perbandingan utama. Contohnya adalah sel telur
katak yang memiliki diameter 1 mm. bentuk sel relatif tidak tetap dan bisa
sewaktu-waktu berubah. Meskipun bentuk sel bisa berubah, tetapi ada
batasannya karena perubahan suatu bentuk akan mampu tumbuh besar
sehingga sel hewan memiliki pembatas sebagai pencegah (Setiadi,2007)
II.2.1. Sardinella lemuru
Sardinella lemuru merupakan hewan yang hidup di perairan
Selat Bali. Sardinella lemuru bisa disebut juga sebagai ikan lemuru atau
ikan sarden. Ikan ini memiliki kadar omega-3 yang cukup tinggi
(Hendro, 2011). Ikan ini hanya ada di Selat Bali saja. Berdasarkan data
pendaratan ikan sarden di PPP selama 10 tahun terakhir bawha puncak
produksi pada tahun 2006 dan 2007 cukup besar, yakni sebesar 50.000
ton (Susilo, 2015). Namun, banyaknya jumlah ini tidak menjadi
komoditas karena masih ada kualitas yang lebih baik daripada ikan ini
untuk mata pencaharian para nelayan (Hendro, 2011).
Selat Bali merupakan letak yang strategis. Secara oseanografi
perairan Indonesia, Selat Bali dipengaruhi siklus musim, yaitu musim
timur dan musim barat. Hal ini menjadikan selat bali merupakan
upwelling bahwa wilayah tersebut memiliki sumber makanan yang
banyak untuk perikanan dan keberlangsungan larva, juvenile, dan ikan
dewasa (Hendiarti et al., 2004 : Hendiarti et al., 2005).
Berikut adalah klasifikasi dari Sardinella lemuru yang
merupakan ikan dari Indonesia :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Clupeiformes
Famili : Clupeidae
Genus : Sardinella
Spesies : Sardinella lemuru

28
(Bleeker,1853)

III. Metodologi
III.1. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum sel tumbuhan
dan hewan pada hari Rabu, 7 November 2018, berlangsung pada pukul
15.00 s.d. selesai, dan bertempat di Laboratorium Ilmu Kelautan.
III.2. Alat dan Bahan
III.2.1.Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut :
Tabel 1. Alat-Alat Praktikum

NO Nama Alat Jumlah Fungsi

29
1 Mikroskop 1 buah Untuk melihat objek tidak kasatmata
2 Cover glass 1 buah Untuk menutup objek di object glass
3 Object glass 1 buah Untuk meletakkan preparat
4 Pipet tetes 1 buah Untuk mengambil preparat
5 Scalpel 1 buah Untuk memotong preparat
6 Pinset 1 buah Untuk mengambil potongan objek
7 Gelas ukur 1 buah Untuk tempat aquades
Untuk menggambar hasil pengamatan
8 Buku gambar 1 buah
sebagai media
9 Alat tulis 1 buah Untuk menuliskan hasil pengamatan
Untuk menggaris garis tepi pada buku
10 Penggaris 1 buah
gambar
11 Nampan 1 buah Untuk meletakkan objek
12 tissue 1 buah Untuk membersihkan kaca preparat

III.2.2.Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Bahan-Bahan Praktikum

No Nama Bahan Jumlah Fungsi


Sardinella
1 1 buah Untuk pengamatan objek 2
lemuru
Enhalus
2 1 buah Untuk pengamatan objek 1
acoroides
3 Aquades 2 tetes Untuk zat pelarut
III.3. Cara Kerja
III.3.1.Enhalus acoroides
Adapun cara kerja atau langkah kerja dalam
pengamatan Enhalus acoroides adalah sebagai berikut:

30
1. Disipakan dan Enhalus acoroides, preparat kaca,
dan mikroskop,
2. Diambil sehelai daun Enhalus acoroides yang akan
diiris,
3. Diiris dan tersebut menggunakan scalpel hingga
tipis,
4. Diletakkan hasil irisan ke dalam kaca preparat,
5. Diteteskan aquades ke dalam preparat,
6. Ditutup menggunakan cover glass dan buang
gelembuang air yang berada dalam tutupan cover
glass,
7. Diamati hasil sel tumbuhan di bawah mikroskop,
8. Digambar hasil pengamatan dan keterangan di buku
gambar.

III.3.2.Sardinella lemuru
Adapun cara kerja atau langkah kerja dalam pengamatan
Sardinella lemuru adalah sebagai berikut:
1. Disiapkan Sardinella lemuru, preparat kaca, dan
mikroskop,
2. Diambil epidermis Sardinella lemuru menggunakan
scalpel
3. Diangkat kulit atau epidermis menggunakan pinset,
4. Diletakkan di nampan epidermis Sardinella lemuru,
5. Diiris epidermis menjadi tipis,
6. Diambil epidermis yang tipis menggunakan pinset,
7. Diletakkan ke dalam kaca preparat,
8. Diteteskan aquades ke dalam epidermis Sardinella lemuru,

31
9. Ditutup menggunakan cover glass dan buang gelembung
air yang berada di tutupan cover glass
10. Diamati hasil pengamatan di bawah mikroskop,
11. Digambar hasil pengamatan dan keterangan di buku
gambar.

IV. Hasil Pengamatan


IV.1. Enhalus acoroides

Gambar 1. Enhalus acoroides

Keterangan :

1. Dinding sel, sebagai pelindung sel,

32
2. Nukleus, sebagai pengatur aktivitas sel,
3. Sitoplasma, cairan dalam sel sebagai tempat proses reaksi kimia,
tempat ribosom berada, pembuatan RNA, dan organel-organel di
dalamnya,

IV.2. Sardinella lemuru

Gambar 2. Sardinella lemuru

Keterangan :

1. Membran sel, sebagai reseptor lingkungan luar,.


2. Daging sel, Gumpalan atau kumpulan sel.

33
V. Pembahasan
V.1. Enhalus acoroides
Enhalus acoroides adalah jenis tumbuhan yang hidup di perairan.
Berdasarkan hasil pengamatan di bawah mikroskop ditemukan 3 bagian
yang terlihat di Enhalus acoroides. Adanya dinding sel sebagai pelindung,
nukelus sebagai pengatur aktivitas sel, dan sitoplasma sebagai tempat
reaksi kimia menjadikan pembahasan yang sama seperti yang dikatakan
oleh George (2006). Hal ini mampu membuktikan bahwa Enhalus
acoroides termasuk dalam sel tumbuhan karena sel hewan tidak mempuyai
dinding sel.
Dalam hasil pengamatan, struktur sel hamper sama dengan sel
tumbuhan lain, yaitu Hydrilla verticillata yang memiliki 3 bagian yang
terlihat, yaitu : dinding sel, nukleus, dan sitoplasma.
V.2.Sardinella lemuru
Sardinella lemuru merupakan ikan yang terdapat di Selat Bali.
Menuru Hendiarti et al., ikan ini bisa mencapai ke selat Bali dikarenakan
memiliki sumber makanan yang banyak untuk perikanan. Melalui hasil

34
pengamatan pada Sardinella lemuru terdapat 1 bagian utama yang menjadi
perbandingan terhadap sel tumbuhan. Membran sel merupakan bagian
yang teramati di bawah mikorskop. Hasil pengamatan ini membuktikan
bahwa hanya sel hewan yang memiliki membran sel. Dengan kata lain
hanyak sel hewan yang memiliki sel epitel daripada sel tumbuhan.
Berdasarkan pernyataan dari George (2005) bahwa sel tumbuhan
berbentuk tetap sedangkan sel hewan tidak karena ada tidaknya dinding
sel. Lapisan ini hanya dimiliki oleh sel hewan yang bersifat pelindung,
sebagai pencegah sehingga bentuk sel hewan tidak tetap yang berdasarkan
menurut Setiadi (2007).
Dalam hasil pengamatan, perbedaan sel tumbuhan dan sel hewan
terdapat pada lapisan pelindung dari setiap sel.

VI. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum sel tumbuhan dan hewan
adalah sebagai berikut :
1. Dalam praktikum ini mendapat pengamatan yang baik sehingga melihat
bagian-bagian pada Enhalus acoroides dan Sardinella lemuru. Bagian-
bagian pada Enhalus acoroides terlihat adanya dinding sel yang
berfungsi sebagai pelindung sel, nuklus yag berfungsi sebagai tempat
pengatur aktivitas sel, dan sitoplasma yang merupakan cairan dalam sel
yang berfungsi sebagai tempat respirasi, reaksi kimia, dan organel-
organel yang berada di sel. Begitu juga terhadap Sardinella lemuru
terdapat 1 bagian, yaitu membran sel sebagai pelindung terluar sel.
2. Berdasarkan pengamatan sel tumbuhan dan hewan terdapat perbedaan
yang jelas pada kedua sel ini bahwa sel tumbuhan memiliki dinding sel,
tetapi sel hewan tidak mempunyai dinding sel.
3. Dalam praktikum ini terdapat 1 bagian pada setiap jenis sel, yaitu dinding
sel untuk sel tumbuhan dan membran sel untuk sel hewan.

35
DAFTAR PUSTAKA

Bleeker, P. 1853. Atlas khthyologique. Batavia : Lange & Co.

Campbell, A. Neil, dkk. 2010. Biologi Edisi 8 Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Campbell, A. Neil, dkk. 2016. Campbell Biology 11th Edition.

Den Hartog, C. 1970. The Sea-Grasses of The World. Amsterdam.

George. 2016. Biologi Edisi Kedua. Jakrta : Erlangga.

Hendiarti, N., Siegel, H., Ohde, T.. 2004. Investigation of Different Coastal
Processes in Indonesia Waters Using.

Hendiarti, N., Suarso, Aldrian, E., Amri, Andriastuti, R., Sachoemar, S. I.,
Wahyono, I. B. 2005. Seasonal Variation of Pelagic Fish Catch Around
Java.

36
Kuo, D., Caffal, Kerry Hosmer. 2009. The Structue, Funcion and Biosyathesis.
Jakarta : Ganera Exact.

Pipit, Fitriana. 2007. Hewan Laut : Buku Pengayaan Seri Flora dan Fauna.
Jakarta : Djambata.

Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Soedharma et al., 2007. Beberapa Aspek Pertumbuhan Lamun/Enhalus


acoroides (Linn. F) Royle di Pulau Barang Lampu Makassar.

Sucilo, Eko. 2015. Variabilitas Faktor Lingkungan Pada Habitat Ikan Lemuru
di Selat Bali Menggunakan Data Satelit Oseanografi dan Permukaan.

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR

FOTOSINTESIS

STENLEY CHRISTNOVANTZ

37
1813511060

KELOMPOK 09

KELAS B

MARIA LAURENSYELEN W.B.R

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2018

I. Tujuan
Adapun dari praktikum mengenai fotosintesis adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses reaksi terang dan reaksi gelap,
2. Untuk mengenail perbedaan reaksi terang dan reaksi gelap.
II. Dasar Teori
2.1. Fotosintesis
Fotosintesis merupakan hal yang dimiliki oleh beberapa jenis saja
yang tentunya memiliki banyak kegunaan, baik untuk indibivu maupun
ekosistem. Fotosintesis adalah proses untuk memproduksi gula
(karbohidrat) pada tumbuhan, beberapa bakteri dan organisme non-seluler
(seperti jamur, protozoa) dengan menggunaka energy matahari yang melalui
sel-sel yang berespirasi energi tersebut akan dikonversi ke dalam bentuk
ATP sehingga dapat digunakan oleh seluruh organisme (Utomo, 2007).
Fotosintesis hal yang sangat penting dan tentunya fotosintesis
memiliki wadah untuk melakukan prosesnya yang disebut sebagai kloroplas.
Kloroplas adalah tempat untuk melakukan fotosintesis. Hampir seluruh

38
tumbuhan memiliki kloroplas. Secara rinci, daun adalah tempat utama untuk
melakukan fotosintesis secara terlihat (Luciana, 2017).
Dalam keadaan fotosintesis ini akan menghasilkan suatu senyawa di
mana karbondioksida yang ada di sekitar yang ditambahkan air akan
menghasilkan bahan organik dan oksigen yang sangat penting. Berikut
adalah reaksi yang dapat ditulis sebagai berikut : 6H2O + 6CO2
C6H12O6 + 6O2 (Utomo, 2007). Dalam hal ini dapat diketahui bahwa
tumbuhan mampu memproduksi makanannya sendiri dari senyawa H 2O dan
CO2 menjadi senyawa yang menguntungkan dan tumbuhan ini bersifat
autotrof yang tidak semua makhluk hidup melakukan pembuatan makanan
sendiri, seperti : hewan dan manusia. Hasil reaksi di atas tidak bisa berlanjut
jika tidak mempunyai klorofil karena fungsi dari klorofil ini akan
menangkap cahaya matahari sehingga terjadilah proses reaksi di atas
tersebut (Handoko dan Fajariyanti, 2013).

Melakukan proses fotosintesis sama halnya dengan kehidupan


makhluk hidup yang memiliki ciri khas tersendiri. Hal itu dikarenakan ada
beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya ciri khas tersebut dan sama
halnya dengan proses fotosintesis. Menurut Noviyanti (2005) ada faktor
utama yang menentukan laju proses fotosintesis adalah sebagai berikut : 1).
Intensitas cahaya yang merupakan laju fotosintesis maksimum ketika hanya
cahaya, 2). Konsentrasi karbondioksida yang di mana semakin banyak
karbondioksida di udara, semakin banyak jumlah bahan yang dapat
digunakan tumbuhan untuk melaksanakan fotosintesis, 3). Suhu yang di
mana enzim-enzim bekerja dalam proses ini hanya dapat bekerja pada suhu
optimalnya. Umumnya laju ini meningkat seiring dengan meningkatnya
suhu hingga batas toleransi enzim, 4). Kadar air yang di mana jika
kekurangan air menyebabkan stomata menutup, menghambat penyerapan
karbondioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis, 5). Kadar fotosintat
(hasil fotosintesis) yang di mana kadar ini seperti karbohidrat berkurang,
laju fotosintesis akan mati. Bila kadar fotosintat bertambah atau sampai
jenuh, laju fotosintesis akan berkurang, dan 6). Tahap pertumbuhan di mana

39
laju fotosintesis jauh lebih tinggi daripada tumbuhan yang sedang
dibandingkan dengan dewasa karena tumbuhan berkecambah perlu banyak
energi dan makanan untuk tumbuh.
Jika intensitas cahaya atas konsentrasi CO2 menjadi faktor pembatas
fotosintesis, maka suhu tidak akan mempengaruhi fotosintesis atau sangat
sedikit sekali mempengaruhi karena reaksi fotokimia tidak peka terhadap
suhu (Q10 = 0,1) dan difusi mempunyai Q 10 = 1,5. Laju fotosintesis bersifat
tanggap terhadap suhu jika cahaya bukan merupakan faktor pematas reaksi
selanjutnya, yaitu reaksi enizmati, kenaikan suhu akan mempengaruhi laju
dan keseluruhan proses fotosintesis. selain faktor-faktor luar seperti suhu,
intensitas cahaya dan CO2 yang mempengaruhi fotosintesis. Faktor dalam
juga penting mempengaruhi. faktor ini adalah konsentrasi klorofil, deficit
air, dna konsentrasi enzim (Lakitan,2011).
Fotosintesis akan selalu melakukan evolusi sehingga adanya
tumbuhan yang dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : C 3, C4, dan CAM yang dapat
diamati sebagai variasi dalam fotosintesis fase II atau reaksi fiksasi CO 2.
dari ketiga jenis tumbuhan memiliki kemampuan yang berbeda di mana
tumbuhan CAM lebih cepat pada siang hari yang panas dengan tingkat
cahaya yang tinggi dan malam hari yang dingin dan tanah yang kering
seperti di gurun. Dalam fiksasi CO2 pada beberapa tumbuhan CAM dapat
beralih ke C3 setelah hujan turun karena stomata terbuka lebih lama pada
pagi hari (Campbell et al., 2006)
Fotosintesis memiliki dua tahap berbeda di mana ada yang
membutuhkan cahaya dinamakan reaksi terang dan tidak memerlukan
cahaya matahari dinamakan reaksi gelap. reaksi terang terjadi di awal dan
diteruskan oleh reaksi gelap di mana reaksi terang akan mengasilkan ATP
dan mereduksi CO2 dilakukan di reaksi gelap (Handolo, 2013).
2.2. Hydrilla verticillata
Hydrilla verticillata merupakan tumbuhan monokotil yang hidup di
wilayah perairan. Hydrilla verticillata termasuk ke dalam ordo Alismatales
atau disebut sebagai Helobiae yang di mana jenis ini termasuk dalam
Angiospermae(Mulyani, 2006) . Alismatales adalah tumbuhan air yang

40
kebanyakan mempuyai sisik-sisik dalam ketiaknya dan merupakan bunga
banci atau berkelamin tunggal, aktinomorf, tanpa tenda bunga, benang sari
1-∞, bakal buah 1 atau banyak, jika banyak masih tersusun dalam suatu
spiral, biasanya apokarp. Seringkali sinkarp dengan 1-∞ bakal biji,
menumpang atay tenggelam denga tangkai dan kepala putik yang bebas satu
sama lain. buahnya buah kendaga dengan banyak biji atau keras dengan 1
buah biji saja. Biji dengan lembaga yang besar atau sedikit saja endosperm
(Tjitrososoepomo, 2005).
Hydrilla verticillata adalah bagian dari keluarga Hydrochartiaceae di
mana tumbuhan bersifat hidrofit berpembuluh. Hydrilla verticillata sering
kali dianggap sebagai tanaman invasive karena adaptasi dan kompetisi
sangat agresif dalam ekosistemnya. di mana ada Hydrilla verticillata tentu
ada daun yang bewarna hijau dna bergerigi, jumlah daun sebanyak 4-8 helai
yang tersusun dalam lingkungan lingkaran dan jumlah daun itu terdapat
disetiap tumbuhan tunas (Gettys dan Enloe, 2015).
Berikut merupakan klasifikasi dari Hydrilla verticillata adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Hydrocharitales
Famili : Hydricharitaceae
Genus : Hydrilla
Spesies : Hydrilla verticillata
( Steenis dan Kroseman, 1957)

41
III. Metodologi
3.1. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum fotosintesis
pada hari Minggu, 18 November 2018, berlangsung pada pukul 09.00 –
11.00 WITA yang bertempat di Halaman Fakultas Kelautan dan Perikanan,
Universitas Udayana, Bukit Jimbaran.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum fotosintesis
sebagai berikut :
Tabel 1. Alat-Alat Praktikum

No Nama Alat Jumlah Fungsi


1 Gelas Beaker 2 buah Untuk wadah praktikum
2 Tabung Reaksi 2 buah Untuk penutup corong kaca
3 Corong Kaca 2 buah Untuk menutup Hydrilla verticillata
4 Kawat Tembaga Secukup Untuk menyangga corong kaca
nya
5 Buku Gambar 1 buah Untuk menggambar hasil pengamatan
6 Penggaris 1 buah Untuk menggaris tepi buku gambar

42
7 Stopwatch 1 buah Untuk menghitung waktu
8 Alat Tulis 1 buah Untuk menulis hasil pengamatan
9 Kamera 1 buah Untuk dokumentasi hasil pengamatan
3.2.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum fotosintesis
sebagai berikut :
Tabel 2. Bahan-Bahan Praktikum

No Nama Bahan Jumlah Fungsi


1 Hydrilla secukupnya Sebagai media pengamatan
verticillata
2 Air timba secukupnya Sebagai bantuan media
pengamatan

3.3. Cara Kerja


3.3.1. Dengan Cahaya
Adapun cara kerja dengan bantuan cahaya dalam praktikum
fotosintesis adalah sebagai berikut :
1. Disiapkan gelas beaker, corong kaca, tabung reaksi,
Hydrilla verticillata,
2. Diisi gelas beaker dengan air timba,
3. Disiapkkan Hydrilla verticillata ke dalam gelas beaker,
4. Disiapkan kawat tembaga untuk dikatikan ke gelas beaker
dan corong kaca,
5. Digabungkan corong kaca dan tabung reaksi,
6. Dimasukkan ke dalam gelas beaker,
7. Diusahakan Hydrilla verticillata berada dalam corong kaca
8. Diletakkan di bawah sinar matahari,
9. Dicatat proses yang terjadi setiap 5 menit sampai 30 menit
menggunakan stopwatch
10. Didokumentasikan hasil praktikum setelah percobaan
berakhir.
3.3.2. Tanpa Cahaya

43
Adapun cara kerja tanpa cahaya dalam praktikum fotosintesis
adalah sebagai berikut :
1. Disiapkan gelas beaker, corong kaca, tabung reaksi,
Hydrilla verticillata,
2. Diisi gelas beaker dengan air timba,
3. Disiapkkan Hydrilla verticillata ke dalam gelas beaker,
4. Disiapkan kawat tembaga untuk dikaitkan ke gelas beaker
dan corong kaca,
5. Digabungkan corong kaca dan tabung reaksi,
6. Dimasukkan ke dalam gelas beaker,
7. Diusahakan Hydrilla verticillata berada dalam corong kaca
8. Diletakkan di bawah pohon sejuk,
9. Dicatat proses yang terjadi setiap 5 meniit sampai 30 menit
menggunakan stopwatch
10. Didokumentasikan hasil praktikum setelah percobaan
berakhir.

44
IV. Hasil Pengamatan
4.1. Dengan Cahaya

Gambar 1. Dengan Cahaya

Tabel 3. Jumlah Gelebung Dengan Cahaya

Meni Jumlah Kegunaan/ keterangan


t Gelembung
5 4 Gelembung Terdapat 4 gelembung di tabung reaksi

45
10 4 Gelembung Terdapat 4 gelembung di tabung reaksi
15 3 Gelembung Terdapat 3 gelembung di tabung reaksi
20 3 Gelembung Terdapat 3 gelembung di tabung reaksi
25 3 Gelembung Terdapat 3 gelembung di tabung reaksi
30 3 Gelembung Terdapat 3 gelembung di tabung reaksi

4.2. Tanpa Cahaya

Gambar 2. Tanpa Cahaya

Tabel 4. Jumlah Gelembung Tanpa Cahaya

46
Menit Jumlah Kegunaan/Keterangan
Gelembung
5 1 Gelembung Terdapat 1 gelembung di tabung reaksi
10 0 Gelembung Terdapat 0 gelembung di tabung reaksi
15 0 Gelembung Terdapat 0 gelembung di tabung reaksi
20 0 Gelembung Terdapat 0 gelembung di tabung reaksi
25 0 Gelembung Terdapat 0 gelembung di tabung reaksi
30 0 Gelembung Terdapat 0 gelembung di tabung reaksi

V. Pembahasan
5.1. Dengan Cahaya
Fotosintesis merupakan proses pembuatan makanan dan pembuatan
makanan tidak langsung terbentu. salah satu proses adalah reaksi terang.
reaksi ini hanya dapat terjadi di bawah sinar matahari. melalui hasil
oengamatan terdapat sekurang-kurangnya 3 gelembung yang ditemukan di
dalam tabung reaksi setiap 5 menit hingga menit ke-30 dihentikan. hal ini
membuktikan gelembung yang diciptakan merupakan haisl dari proses
fotosintesis yang disebut sebagai ATP di mana sumber energi untuk
makhluk hidup. Hal ini terbukti terhadap pernyataan Handoko (2013) bahwa
reaksi terang akan menghasilkan ATP.
5.2. Tanpa Cahaya
Fotosintesis tidak bekerja pada siang hari saja, melainkan bisa terjadi
pada malam hari. itu terjadi karena tidak semua tumbuhan membutuhkan
sinar matahari. melalui hasil pengamatan yang terjadi di bawah pohon dapat
menghasilkan hanya 1 gelembung di menit awal, tetapi 5 menit seterusnya
tidak terdapat gelembnug pada tabung reaksi. hal ini membuktikan bahwa
reaksi gelap tidak melakukan pembuatan ATP, tetapi mereduksi CO 2 yang
didapat dari sisa proses reaksi terang. Hal ini terbukti dari pernyataan
Handoko (2013) bahwa reaksi gelap akan mereduksikan CO2.

47
VI. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dalam praktikum fotosintesis adalah
sebagai berikut :
1. Melalui hasil pengamatan, terdapat 2 reaksi, yaitu reaksi terang dan
reaksi gelap. reaksi terang bisa terlihat dari hasil gelembung yang tampak
pada tabung reaksi selama 30 menit. Sementara, reaksi gelap hanya
mampu menghasilkan 1 gelembung yang terlihat dalam tabung reaksi.
2. Melalui hasil pengamatan, perbedaan tampak terlihat secara umum
bahwa jumlah dari gelembungyang dihasilkan pada reaksi terang bisa
menghasilkan ATP atau sumber energi baru. Sedangkan, reaksi gelap
tidak mampu melakukannya. secara hasil pada reaksi gelap terdapat
fungsi yang tidak dapat dilakukan di reaksi gelap ke reaksi terang, yaitu
mereduksi CO2 karena reaksi gelap hanya mampu mereduksi, bukan
untuk menghasilkan gelembung atau ATP

48
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A et al.. 2016. Biology Concepts & Connections.

Gettys, Lyn A. dan Stephen F. Enice. 2015. Hydrilla : Florida’s Most Submersed
Weed Gainesoille. University of Florida

Handoko, Pabib, Fajariyanti Yunie. 2013. Pengaruh Spektrum Cahaya Tampak


Terkena Laju Fotosintesis. Kediri.

Lakitan, Benyamin. 2011. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Grafindo


Persada

Luciana, Nur Asri. 2017. Analisis Miskonsepsi Siswa dengan Menggunakan


Bagian Dikotomi Konsep pada Mata Pelajaran IPA Biologi Materi
Fotosintesis Siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Bandar Lampung. Lampung.

Mulyani, S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : Kanisius

Noviyanti, Rintis. 2005. Kamus Biologi Bergambar. Jakarta : Erlangga

Steenis dan Kroseman. 1957. Flora malesiana. Netherland. Woltres-Nordhaff

Tjitrosoepomo, G. 2007. Taksonomi TUmbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta :


Gajah Mada University.

Utomo, Budi. 2007. Fotosintesis pada Tumbuhan. [ Karya Ilmiah]. Universitas


Sumatera Utara. Medan

49
\

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR

EKOSISTEM

STENLEY CHRISTNOVANTZ

1813511060

KELOMPOK 09

KELAS B

50
MARIA LAURENSYELEN W.B.R

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2018

I. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum mengenai ekosistem adalah sebagai berikut :
1. untuk mengetahui jenis-jenis lamun yang berada di Pantai Samuh
2. untuk mengetahui ciri-ciri dari setiap lamun yang ditemukan
II. Dasar Teori
II.1.Ekosistem
Ekosistem adalah sistem di alam, di mana di dalamnya terjadi hubungan
timbal balik antara organisme dengan organisme lain, serta kondisi lingkungan.
Ekosistem pada umumnya tidak bergantung pada ukuran, melainkan terhadap
komponen di dalamnya. Ekosistem yang lengkap terdiri dari komponen biotik
dan abiotik. Berdasarkan sistem energinya, ekosistem dibedakan menjadi 2,
yaitu ekosistem terbuka dan ekosistem tertutup. berdasarkan habitat, ekosistem
dibedakan menjadi 2, yaitu ekosistem daratan dan ekosistem perairan (Joko
Waluyo, 2013).
Konsep ekosistem merupakan konsep yang sangat luas dalam pantau
pemikiran ekologi yang penekanannya pada hubungan ketergantungan yang
membentuk beberapa satuan dari komponen. Dalam ekosistem terdapat
makhluk hidup dan lingkungannya. Makhluk hidup terdiri dari tumbuhan,
hewan, organisme kecil, dan manusia. Sedangkan, lingkungan terdiri dari satu

51
kesatuan dengan semua benda, daya, keadaan yang saling memberikan
pengaruh satu sama lain (Darmojo, 2010).
Ekosistem yang lengkap memiliki komponen biotik dan abiotik.
komponen biotik merupakan komponen makhluk hidup. komponen ini terdiri
dari makhluk hidup baik yang menyendiri maupun dari spesies yang
berkelompok. Dengan demikian, komponen-komponen biotik adalah berbagai
jenis mikroorganisme, jamur, ganggang laut, lumut, dan manusia (Diah
Aryulina, 2004). Sedangkan, komponen abiotik adalah komponen yang bukan
merupakan makhluk hidup. Komponen abiotik terdiri dari suhu, cahaya, air,
mineral, tekanan air, kelembapan air, dan tanah yang berada di alam (Diah
Aryulina, 2004).
Sistem ekosistem ini meliputi dari semua al yang terjadi dalam alam ini.
Bermula dari suhu yang berpengaruh pada organisme tertentu, tekanan yang
berpengaruh pada organisme tertentu hingga cahaya yan bisa dipakai oleh
organisme tertentu saja. Dapat disimpulkan bahwa komponen abiotik dan
biotik memiliki konsep ekosistem yang saling ketergantungan (Hutagalung,
2010).
II.2.Ekosistem Lamun
Ekosistem lamun bisa disebut juga sebagai padang lamun yang merupakan
ekosistem laut dangkal yang didominasi oleh vegeteasi lamun. Ekosistem
lamun merupakan ekosistem yang sangat penting karena ekosistem ini menjadi
habitat biota laut dan sumber makanan laut untuk biota laut (Poedjirahajoe et
al., 2013)
Ekosistem lamun memiliki agihan yang sangat luas karena dapat dijumpai
di perairan tropis dan sub tropis di mana kedua perairan ini memiliki tipe
berbeda di setiap biota laut (Batchiar, 2007). Ekosistem lamun juga
mempunyai fungsi yang sama seperti hutan di mana mampu mengurangi
karbondioksida (CO2) (Rustam et al., 2013).
II.2.1. Jenis Lamun
Adapun beberapa jenis lamun yang memiliki fungsi sebagai tempat
tinggal dan sumber makanan biota laut adalah sebagai berikut :
II.2.1.1. Cymodocea rantundata

52
Jenis lamun ini memiliki daun rata dan panjang dengan
lebar berkisar 2-4mm, panjang 7-15cm, dan daunnya berkilau serta
bersifat keras (Vibol et al., 2010)
Berikut adalah klasifikasi dari Cymodocea ratundata
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Antophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Halobiae
Famili : Potamogetonaceae
Genus : Cymodoceae
Spesies : Cymodocea ratundata
(Nyabaren, 1998)
II.2.1.2. Cymodocea serrulata
Jenis lamun ini merupakan salah satu jenis lamun yang
memiliki ukuran sedang, tetapi lebih besar daripada Cymodocea
rantundata. Jenis lamun ini memiliki daun yang datar, lurus dengan
lebar berkisar 5-9mm, panjang 6-15cm dan ujung daunnya
berbentuk gergaji. Jenis lamun ini bisa hidup di pasir berlumpur
dan pasir fragmen karang mati (Vibol et al., 2010).
Berikut adalah klasifikasi dari Cymodocea serrulata
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Halobiae
Famili : Potamogetonaceae
Genus : Cymodoceae
Spesies : Cymodocea serrulata
(Philip and Menez, 1988)
II.2.1.3. Enhalus acoroides

53
Jenis ini merupakan jenis yang memiliki daun yang paling
panjang dan jenis ini menjadi jenis yang terbesar dengan panjang
daun berkisar 30-150 cm, lebar 1.25-1.75cm dan tebal, dan daun ini
bersifat rata. Dasar batangnya ditutupi oleh akar kecil panjang
hitam. Jenis ini berhabitat di pasir substrat (Vibol et al., 2010).
Berikut adalah klasifikasi dari Enhalus acoroides sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Halobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Spesies : Enhalus acoroides
II.2.1.4. Halodule pinifolia
(Den Hartog, 1970)
Jenis ini merupakan jenis yang memiliki daun kecil
dengan panjang 20-25 cm, dan lebar 0,25-1mm. Umumnya helaian
daun tumbuh dari akar utama dan kemudian membelah menjadi
dua bagian di sisi lain. Jenis ini berhabitat di pasir substrat dan
memiliki bunga dan buah (Vibol et al., 2010)
Berikut adalah klasifikasi dari Halodule pinifolia sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Antophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Halobiae
Famili : Cymodoceae
Genus : Halodule
Spesies : Halodule pinifolia
(Den Hartog, 1970)
II.2.1.5. Halophila spinulosa

54
Jenis ini merupakan jenis yang memiliki struktur daun
yang berpasangan dan sejajar dalam satu tegakkan. setiap daunnya
bergerigi pada pinggiran daun (Waycott et al., 2004).
Berikut adalah klasifikasi dari Halophila spinulosa
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Antophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Halobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Halophila
Spesies : Halophila spinulosa
(Den Hartog, 1970)

II.2.1.6. Halophila ovalis


Jenis ini merupakan jenis yang memiliki daun yang
berbentuk dengan panjang berkisar 5-20mm. Daun ini memiliki 12
helai dan jenis ini kecil, akarnya halus. Jenis ini bisa bertumbuh di
substrat yang berbeda (Vibol et al., 2010)
Berikut adalah klasifikasi dari Halophila ovalis sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Antophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Halobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Halophila
Spesies : Halophila ovalis
(Philip dan Menez, 1988)
II.2.1.7. Syringodium isoetilfolium

55
Jenis ini merupakan jenis yang memiliki daun yang mirip
dengan daun bawang dari segi bentuknya dengan diameter 1-2mm.
Panjang daun jenis ini memiliki ujung daun berkisar 7-30cm dan
tajam runcing. Terdapat dua hingga tiga helaian daun di setiap
cabang. Spesies ini tumbuh di substrat berlumpur (Vibol et al.,
2010).
Berikut adalah klasifikasi dari jenis lamun Syringodium
isoetilfolium sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Antophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Halobiae
Famili : Potamogetonaceae
Genus : Syringodium
Spesies : Syringodium isoetilfolium
(Philip dan Menez, 1988)
II.2.2. Algae
Algae atau disebut alga merupakan tumbuhan bersel banyak yang
tidka memiliki sistem vascular serta tidak memiliki daun yang sejati. Alga
menjadi produsen primer dalam ekosistem perairan (Sulistijono, 2009).
Fitoplankton menjadi salah satu angota dari divisi Cholorophyta (alga
hijau). Alga juga masuk ke dalam kingdom Protista yang mirip tumbuhan.
Struktur berupa talus, mempunyai klorofil sehingga mampu berfotosintesis
(Marianingsih, 2013).
Alga merupakan salah jenis biota yang tidak dapat dibedakan dari
daun, akar, dan batang yang sejati sehingga hal ini alga termasuk dalam
kingdom Protista mirip tumbuhan. Banyaknya macam-macam alga
sehingga dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu : mikroalga, dan
makroalga (Suartika,2007).
II.3.Invertebrata
Invertebrata merupakan hewan yang tidak memiliki tulang belakang atau
tidak bertulnag belakang di mana menjadi salah satu taksa dengan tingkat

56
keanekaragaman ang tinggi di dunia. Invertebrata tersebar di seluruh dunia
dengan berbagai macam bariasi, tetapi belum semua ditemukan terutama di
wilaya perairan (Giri,2017).
Menurut Giri (2017) mengatakan bahwa menemukan spesies baru
invertebrata sebanyak 23 jenis yang tersebar di Indonesia dan penemuan ini
hanya mencangkup 10% total spesies yang ada. Ada Paranaxia keesingi,
Milionella moia, Triloculina kawea, Eviota punyit, dll. Jumlah invertebrata
berkisar 6.000 jenis di wilayah perairan saja.

III. Metodologi
III.1. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ekosistem pada hari
Minggu, 18 November 2018, berlangsung pada pukul 15.00-18.30 WITA yang
bertempat di Pantai Samuh, Nusa Dua, Bali.
III.2. Alat dan Bahan
III.2.1.Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ekosistem sebagai
berikut
Tabel 1. Alat-Alat Praktikum

No Nama Alat Jumlah Fungsi


1 Alat Dasar 1 set Untuk membantu proses penyelaman
Selam
2 Papan Jalan 1 buah Untuk alat menulis
3 Kamera 1 buah Untuk dokumentasi hasil
4 Alat Tulis 1 buah Menuliskan dan menggambar suatu hasil yang
diinginkan

57
III.2.2.Bahan
Dalam praktikum ekosistem, tidak ada bahan yang digunakan.
III.3. Cara Kerja
III.3.1.Pengamatan Langsung
Adapun cara kerja dilakukan secara pengamatan langsung sebagai
berikut :
1. Disiapkan alar dasar selam,
2. Dipakai alat dasar selam,
3. Dilakukan penyelaman untuk mencari jenis-jenis lamun,
4. Diambil jenis lamun tersebut dan diambil biota laut yang
ditemukan,
5. Difoto hasil penangkapan,
6. Dicatat dan dicari ciri-ciri dari hasil pengamatan.

IV. Hasil Pengamatan


IV.1. Enhalus acoroides

Gambar 1.4 Enhalus acoroides

Keterangan :
1. Daun
2. Pelindung Daun
3. Akar Serabut Gelap

58
4. Akar Tunggang
5. Ujung Daun

V. Pembahasan
V.1.Enhalus acoroides
Enhalus acoroides merupakan salah satu jenis spesies ditemukan di Pantai
Samuh, Nusa Dua, Bali. Jenis ini terlihat lebih dominan daripada jenis-jenis
lain sangat terlihat saat melakukan pengamatan langsung. Secara pengamatan
langsung, Enhalus acoroides memiliki sifat yang sama atau hampir mirip
dengan sifat tumbuhan di darat, yaitu bersifat kasar saat dipegang daripada
jenis-jenis lamun lainnya. Saat melakukan pengamatan, satu hal yang akan
terlihat terlebih dahulu adalah panjang daun karena panjang daun jenis ini
dapat dilihat secara kasatmata tanpa perlu bantuan alat. Dengan menggunakan
penggaris, panjang daun ini sebesar 20 cm. Panjang daun tersebut tidak
termasuk ke dalam akar karena saat mengambil jenis ini dilakukan pemotongan
agar tidak merusak ekosistemnya. Setelah itu, rhizome jenis ini ditutupi oleh
akar yang berwarna hitam yang sangat lebat di sekitar rhizoma. Untuk akarnya,
Enhalus acoroides menggunakan jenis akar tunggang. Namun untuk struktur
daun masih belum didefinisikan sebab ada 2 jenis yang terdapat dalam stuktur

59
daun, yaitu : sejajar dan kotak-kotak pecah. Hal ini belum dapat karang atau
memberi pernyataan bahwa struktur daun bersifat sejajar atau kotak-kotak.

VI. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ekosistem adalah sebagai
berikut :
1. Dalam praktikum ini, ditemukan 1 jenis lamun yang terdapat di Pantai
Samuh,yaitu Enhalus acoroides. Enhalus acoroides dapat ditemukan
dengan mudah dan jenis ini termasuk dalam dominan daripada jenis lain,
2. Dalam praktikum ini, Enhalus acoroides merupakan 1 jenis lamun yang
dominan. Enhalus acoroides sangat berbeda karena ciri-ciri yang khas
daripada jenis lain, yaitu : Daun yang sangat panjang, sejajar, batang
ditutupi oleh serabut akar hitam, tebal, dan jenis ini termasuk jenis yang
paling besar daripada jenis lain

60
DAFTAR PUSTAKA

Batchiar, A. 2007. Penelitian Sumber Daya Hayati Laut (Alga) Sebagai Biotarget
Industri. [Makalah]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Padjajaran. Jatinangor

Darmojo, H. 2010. Buku Materi Pokok Alamiah Dasar. Jakarta

Den Hartog, C. 1970. The Seagrass of The World. Amsterdam

Diah, Ayurlina. 2004. Biologi 1. Jakarta : Erlangga

Hutagalung, R. A. 2010. Ekologi Dasar. Jakarta : Erlangga

I Nyoman Giri Putra. 2017. Sedikitnya 23 Spesies Baru Ikan dan Invertebrata
Ditemukan di Laut Indonesia pada Tahun 2016. Bali.

61
Philip, R. C dan E. G., Menez. 1988. Seagrass in Smithsonian Contribution to
The Marine Science No.34. Washington DC

Podjirahajoe et al.. 2013. Tutupan Lamun dan Kondisi Ekosistem di Kawasan


Pesisir Madasanger, Jilinga, dan Maluk Kabupaten Sumbawa Barat.
Yogyakarta

Rustam et al.. 2013. Peran Laut Jawa dan Teluk Banten Sebagai Pelepas
dan/atau Penyerap CO2.

Suastika. 2007. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Raha Pulau Muna. Pusat
Riset Oseanografi. Jakarta : LIPI

Sulisetijono. 2009. Mikrobiologi Air Tawar dan Laut. Jakarta

Vibol et al.. 2010. Seagrass Diversity and Distribution in Coastal Area of Kampot
Province. Cambodia.

Waluyo, Joko. 2013. Petunjuk Praktikum Biologi Umum. Jember University

Yuliasta, A, Elly, L. R, Winayhyu, P. A, Marianingsih, Jani, Andi, S. 2013. Studi


Pendahuluan Mengenai Keanekaragaman Mikroalga di Pusat
Konservasi Gajah, Taman Nasional Way Kambas.Prosiding Semirata
FMIPA University Lampung.

62

Anda mungkin juga menyukai