Kelompok 3 Atresia Retardasi Mental Kep A&d
Kelompok 3 Atresia Retardasi Mental Kep A&d
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Semester 5
Makalah ini berisi teori-teori mengenai atresia retradasi mental dan asuhan keperawatan
atresia retradasi mental. Oleh sebab itu kami mengucapkan banyak terimakasih atas segala
kontribusinya dalam penyusunan makalah ini.
Meski disususn secara maksimal, namun penulis sebagai manusia biasaynya menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membantu penyusunan makalah ini.
Demikian apa yang penulis sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari
makalh ini. Atas kritik dan sarannya penulis menyampaikan terimakasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
a. Umum ............................................................................................................................. 2
b. Khusus ............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Angka kejadian pada retardasi mental ini cukup banyak terutama dinegara yang sedang
berkembang dann merupakan dilema atau penyebab kecemasan keluarga, masyarakat, dan
negara. Diperkirakan kejadian retardasi mental berat dinegara yang sedang berkembang
sekitar 0,3 % dari seluruh populasi dan hampir 3% mempunyai IQ di bawah 70. Sebagai
sumber daya tentunya mereka tidak bisa dimanfaatkan karena 0,1% dari kelompok anak ini
memerlukan perawatan, bimbingan, serta pengawasan sepanjang hidupnya (swaiman dalam
Tumbang Anak, Soetjiningsih, 1995)
Masalah retardasi mental ini terkait dengan semua belah pihak terutama keluarga atau
orang tuanya. Keluarga merupakan tempat tumbuh kembang seorang individu, maka
keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh kualitas dari individu yang terbentuk dari
norma yang dianut dalam keluarga sebagai patokanberperilaku setiap hari. Lingkungan
keluarga secara langsung berpengaruh dalam mendidik seorang anak karena pada saat lahir
dan untuk masa berikutnya yang cukup panjang anak memerlukan bantuan dari keluarga dan
orang laim untuk melangsungkan hidupnya. Keluarga yang mempunyai anak yang cacat akan
memberikan suatu perlindungan yang berlebihan pada anaknya sehingga anak mendapatkan
pengalaman yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Semakin bertambahnya umur anak retardasi mental maka para orang tua harus
mengadakan penyesuaian terutama dalam pemenuhan kebutuhan anak tersebut sehari-
harinya. Agar nantinya mereka tidak mempunyai ketergantungan yang berkepanjangan
sehingga akan menimbulkan permasalahan seperti isolasi soasial yang tidak menyenangkan.
Peran keluarga secara optimal diharapkan dapat memandirikan anak retardasi mental dalam
hal memenuhi kebutuhan dirinya sendiri.
Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang
menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan
masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal (Muttaqin, 2008)
Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi
Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0.3% dari
seluruh populasi dan hamper 3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia
tentunya mereka tidak bias dimanfaatkan karena 0.1% dari anak-anak ini memerlukan
perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya.(Swaiman KF, 1989).
American Assosiation on Mental Retardation (AAMR) mengungkapkan bahwa
Retardasi mental yaitu : Kelemahan/ketidakmampuan kognitif muncul pada masa kanak-
kanak (sebelum 18 tahun) ditandai dengan fase kecerdasan dibawah normal ( IQ 70-75 atau
kurang), dan disertai keterbatasan lain. Berikut ini adalah klasifikasi retardasi mental yang
ditunjukkan dengan bagan (Dr.wiguna & ika, 2005)
1
Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga
dan masyarakat.Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih
merupakan masalah yang tidak kecil.
b. Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan yang berkaitan dengan “Materi Atresia Retardasi Mental
dan Asuhan Keperawatan Atresia Retardasi Mental Pada Anak” pada mahasiswa yang
lain, yaitu :
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian retardasi mental
b. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi retardasi mental
c. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi retardasi mental
d. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi retardasi mental
e. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis retardasi mental
f. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang retardasi mental
g. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksaan medis retardasi mental
h. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi retardasi mental
i. Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan retardasi mental
Mengetahui yang dimaksud retardasi mental, penyebab dari retardasi mental, mengenal
macam-macam pembagian mengenai retardasi mental, gejala yang mucul pada retardasi
mental, penegakkan diagnosis nya dan prognosis pada retardasi mental serta
penatalaksanaan yang diberikan pada retardasi mental
3
BAB II
TINJAUN TEORI
2.2 Etiologi
Adanya disfungsi otak merupakan dasar dariretardasi mental.Untuk menetahui adanya
retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan laboratorium.Penyebab
dari retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa
faktor yang potensial berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan
oleh Taft LT (1983) dan Shonkoff JP (1992) di bawah ini :
Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental
1. Non – organik
a. Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
b. Faktor sosiokultural
c. Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
d. Penelantaran anak
2. Organik
a. Faktor Prakonsepsi
Abnormalitas single gen (penyakit- penyakit metabolik)
Kelainan kromosom
b. Faktor Pranatal
Gangguan pertumbuhan otak trimester I, II, dan III
Kelainan kromosom (trisomi, mosaik, dll)
Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV
Ibu malnutrisi
Disfunsi plasenta
Kelainan kongenital dari otak (idiopatik)
Zat-zat teratogen (alkohol, kokain,logam berat, dll)
4
Ibu : diabetes melitus, PKU (phenylketonuria)
Toksemia gravidarum
3. Faktor Perinatal
Prematur
Asfiksia neonatorum
Trauma lahir : perdarahan intra kranial
Meningitis
Kelainan metabolik : hipoglikemia, hiperbilirubinemia
4. Faktor Post natal
Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
Gangguan metabolik/hipoglikemia
Malnutrisi
CVA ( Cerebrovascular accident)
Infeksi
Anoksia, misalnya tenggelam
Kebanyakan anak yang menderita retardasi mental ini berasal dari golongan sosial
ekonomi rendah, akibat kurangnya stimulasi dari lingkungannya sehingga secara bertahap
menurunkan IQ yang bersamaan dengan terjadinya maturasi.Demikian pula pada keadaan
sosial ekonomi yang rendah dapat sebagai penyebab organik dari retardasi mental, misalnya
keracunan logam berat yamg subklinik dalam jangka waktu yang lama dapat mempengaruhi
kemampuan kognitif, ternyata lebih banyak anak-anak dikota dari golongan sosial ekonomi
rendah.
2.3 Klasifikasi
Rentang IQ bukanlah satu-satunya dasar bagi penegakan diagnosis, kelemahan dalam
perilaku adaptif juga merupakan kriteria retardasi mental. Beberapa orang yang termasuk
dalam kelompok retardasi ringan berdasarkan IQ mungkin tidak mengalami kelemahan
perilaku adaptif sehingga tidak akan dianggap sebagai orang-orang yang mengalami retardasi
mental. Pada kenyataanya, kriteria IQ biasanya diterapkan hanya setelah kelemahan dalam
perilaku adaptif diidentifikasi. Berikut ini merupakan ringkasan karakteristik orang-orang
yang masuk dalam masing-masing level retardasi mental (Robinson & Robinson, 1976)
1. Retardasi Mental Ringan (IQ 50-55 hingga 68-70).
Sekitar 85 persendari mereka yang memiliki IQ kurang dari 70 diklasifikasikandalam
kelompok retardasi mental ringan.Mereka tidak selalu dapat dibedakan dari anak-anak
normal sebelum mulai bersekolah. Di usia remaja akhir biasanya mereka dapat
mempelajari keterampilan akademik yang kurang lebih sama dengan level kelas 6. Ketika
dewasa mereka mampu melakukan pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan atau
di balai karya di rumah penampungan, meskipun mereka mungkin membutuhkan bantuan
dalam masalah sosial dan keuangan.Mereka bisa menikah dan mempunyai anak.
5
2. Retardasi Mental Sedang (IQ 35-40 hingga 50-55)
Sekitar 10 persen darimereka yang memiliki IQ kurang dari 70 diklasifikasikan dalam
kelompokretardasi mental sedang. Kerusakan otak dan berbagai patologi lain sering
terjadi.oranng-orang yang mengalami retardasi mental sedang dapat memiliki kelemahan
fisik dan disfungsi neurologis yang menghambat keterampilan motorik yang normal,
seperti memegang dan mewarnai di dalam garis, dan keterampilan motorik kasar, seperti
berlari dan memanjat. Mereka mampu, dengan banyak bimbingan dan latihan, berpergian
sendiri di daerah lokal yang tidk asing bagi mereka.Banyak yang tinggal di institusi
penampungan, namun sebagian besar hidup bergantung bersama keluarga atau dalam
rumah-rumah bersama yang disupervisi.
3. Retardasi Mental Berat (IQ 20-25 hingga 35-40)
Di antara mereka yang memiliki IQ kurang dari 70, sekitar 3 sampai 4 persen masuk
dalam kelompok retardasi mental parah.Orang-orang tersebut umumnya memiliki
abnormalitas fisik sejak lahir dan keterbatasan dalam pengendalian sensori
motor.Sebagian besar dimasukkan dalam institusi penampungan dan membutuhkan
bantuan dan supervisi terus-menerus. Orang dewasa yang mengalami retardasi mental
parah dapat berperilaku ramah, namun biasanya hanya dapat berkomunikasi secara
singkat di level yang sangat konkret. Mereka hanya dapat melakukan sedikit aktivitas
secara mandiri dan sering kali terlihat lesu karena kerusakan otak mereka yang parah
menjadikan mereka relatif pasif dan kondisi kehidupan mereka hanya memberikan sedikit
stimulasi.mereka mampu melakukan pekerjaan yang sangat sederhana dengan supervisi
terus-menerus.
4. Retardasi Mental Sangat Berat (IQ di bawah 20-25)
Hanya 1 hingga 2 persen dari mereka yang mengalami retardasi mental yang masukdalam
kelompok retardasi mental sangat berat, yang membutuhkan supervisi total dan sering
kali harus diasuh sepanjang hidup mereka. Sebagian besar memiliki abnormalitas fisik
berat serta kerusakan neurologis dan tidak dapat berjalan sendiri kemana pun.Tingkat
kematian dimasa kanak-kanak pada orang-orang yang mengalami retardasi mental sangat
berat sangat tinggi.
2.4 Patofisiologi
Istilah retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari.
Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada
masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah
normal (IQ 70 sampai 75 atau kurang) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada
sedikitnya dua area fungsi adaptif: berbicara dan berbahasa, keterampilan merawat diri,
kerumahtanggaan, keterampilan social, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan
diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, bersantai, dan bekerja (American
Association on Mental Retardation [AAMR] 1992). Definisi yang lebih baru tentang
6
ratardasi mental ini menggunakan pendekatan fungsional, bukan terminologi yang dulu
mejelaskan tingkat retardasi mental dengan ringan, sedang, berat, dan sangat berat.
Penyebab retardasi mental dapat digolongkan menjadi penyebab prenatal, perinatal, dan
pascanatal.Penyabab prenatal termasuk penyakit kromosom (trisomi 21 [Sindrom Down],
Findrom fragile-X) gangguan sindrom (distrbabofi otot Duchenne, neurofibromatosis [tipe
1]), dan gangguan metabolism sejak lahir (fenilketonuria).Penyebab perinatal dapat
digolongkan menjadi yang berhubungan dengan masalah intrauterine seperti abrupsio
plasenta, diabetes maternal, dan kelahiran premature serta kondisi neonatal termasuk
meningitis dan perdarahan intracranial. Penyebab pascanatal mencakup kondisi-kondisi yang
terjadi karena cedera kepala, infeksi, dan gangguan degeneratif dan demielinisdasi (AAMR,
1992). Sindrom Fragile-X, Sindrom Down, dan sindrom alcohol fetal merupakan sepertiga
individu-individu yang menderita retardasi mental. Munculnya masalah-masalah, seperti
paralisis serebral, deficit sensoris, gangguan psikiatrik, dan kejang berhubungan dengan
retardasi mental yang lebih berat.Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa
kanak-kanak. Prognosis jangka panjang pada akhirnya ditentukan olrh seberapa jauh individu
tersebut dapat berfungsi mandiri dalam masyarakat (mis: bekerja, hidup mandiri,
keterampilan social).
2.9 Pencegahan
Terjadinya retardasi mental dapat dicegah. Pencegahan retardasi mental dapat dibedakan
menjadi dua: pencegahan primer dan pencegahan sekunder.
1. Pencegahan Primer
Usaha pencegahan primer terhadap terjadinya retardasi mental dapat dilakukan dengan:
a. pendidikan kesehatan pada masyarakat,
b. perbaikan keadaan sosial-ekonomi,
c. konseling genetik,
d. Tindakan kedokteran, antara lain:
perawatan prenatal dengan baik,
pertolongan persalinan yang baik, dan
pencegahan kehamilan usia sangat muda dan terlalu tua.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder terhadap terjadinya retardasi mental dapat dilakukan dengan
diagnosis dan pengobatan dini peradangan otak dan gangguan lainnya.
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
An. D umur 6 tahun dibawa ibunya ke rumah sakit karena terdapat banyak luka sayatan di
tangannya. Ibu B mengatakan anaknya sering bersikap aneh misalnya sering melukai diri sendiri
dan sering mengancam jiwa orang lain. Ibu B mengatakan anaknya sering menolak ketika diajak
bermain oleh teman – temannya. Ibu B mengatakan An. D belum bisa menulis, membaca dan
melakukan aktivitasnya sendiri.
Saat dilakukan pengkajian terdapat banyak luka sayatan di tangan An. D. saat diajak
berinteraksi, respon An. D sangat lambat dan jawaban An. D juga menyimpang dari pertanyaan
yang diberikan oleh perawat. Ketika diamati tubuh An. D terlihat kurus, kecil, tidak seperti anak
umur 6 tahun pada umumnya. Saat diberikan mainan oleh perawat An. D terlihat kurang
berminat.
Saat dilakukan pemeriksaan TTV didapatkan hasil :
TD : 110/80 mmHg
RR : 32 x / menit
S : 36,5 o C
N : 110x/menit
A. PENGKAJIAN
1. Biodata Pasien
Nama klien : An. D
Umur : 6 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Status pernikahan : Belum menikah
Alamat : Jl. Raya Kliwon
Penanggung jawab
Nama : Ibu B
Umur : 50 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
10
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status pernikahan : Menikah
Alamat : Jl. Raya Kliwon
Hub. dengan klien : Ibu Klien
2. Keluhan Utama :
Klien mengalami banyak perdarahan di tangannya
Riwayat Kesehatan:
a. Riwayat penyakit sekarang :
klien mengatakan anaknya mengalami perdarahan karna sayatan di tangannnya
b. Riwayat penyakit dahulu :
Penyakit yang Pernah dialami : klien pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian
antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari
saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.klien juga
mengatakan tidak ada alergi makanan atau obat dan baru melakukan imunisasi pada
umur 5 tahun
c. Riwayat Penyakit keluarga
Bapaknya mengatakan kalau neneknya pernah mengalami penyakit Diabetes Millitus.
h. Eliminasi urin
Sebelum dibawa ke rumah sakit anak N bisa BAK 5x sehari dengan konsistensi
warna urin kuning bening. Setelah dibawa ke rumah sakit anak N bisa BAK 3x sehari
dengan konsistensi warna urin kuning pekat.klien juga tidak terpasang kateter.
i. Sensori persepsi dan kognitif
Setelah dilakukan pengkajian ternyata klien mengalami gangguan retardasi mental
yang di tandai dengan sulitnya di ajak berinteraksi dengan orang lain dan menolak
jika di ajak bermain.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan pasien saat ini adalah lemas,gelisah dan rewel dengan tanda-tanda vital :
S :36,5 C
N :110/80 mmHg
RR :32x/menit
1) Kepala
Kulit kepala klien normal,bersih, tidak ada lesi dan benjolan. Rambut hitam dan
kering. Wajah klien tampak pucat dan meringis. Mata bengkak dan merah. Bibir
klien kering.
2) Leher
Leher An.A tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran
tonsil dan tidak ada masalah pada tenggorokan.
3) Dada
Normal
4) Abdomen
Peristaltik usus normal 5-35x/menit.
5) Genetalia
Genetalia klien normal tidak ada lesi tidak ada cairan yang keluar dari vagina.
6) Rectum
Rektum klien normal,tidak ada luka.
12
7) Ekstermitas
Kekuatan tangan klien lemah dan sangat sakit ketika di gerakkan.
5. Psiko-Sosio-Budaya- Spiritual
a. Psikologis
Klien terlihat cemas,gelisah,dan rewel menahan sakit
b. Sosial
Ibu B mengatakan anaknya sering tidak nyambung ketika di ajak bicara,menolak jika
di ajak bermain,dan menyimpang dari pertanyaan yang di berikan perawat
c. Budaya
Dalam kesehariannya klien berbahasa Jawa
d. Spiritual
An.A beragama Islam
B. ANALISA DATA
Data Fokus Etiologi Masalah
Ds : Saat diajak berinteraksi, Inteligensia yang rendah Gangguan penyesuaian
respon An D sangat lambat individu
dan jawaban An. D juga
menyimpang.
Do : Ketika perawat
menyuruh An. D berhitung,
An A tidak bisa.
Ds : Ibu B mengatakan Gangguan proses pikir Hambatan interaksi sosial
anaknnya malu untuk
bertemu teman-teman
sebayanya.
Do : Saat diajak berinteraksi,
respon An D sangat lambat
dan jawaban An. D juga
menyimpang.
Ds : Ibu B mengatakan Keterlambatan dalam Isolasi sosial
anaknnya malu untuk menyelesaikan tugas
bertemu teman-teman perkembangan
sebayanya.
Do : An D terlihat kurang
berminat untuk diajak bicara.
13
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan penyesuaian individu berhubungan dengan Intelegensi yang rendah.
2. Hambatan interaksi social berhubungan dengan Gangguan proses pikir.
3. Isolasi sosial berhubungan dengan Keterlambatan dalam menyelesaikan tugas
perkembangan.
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
14
menyelesaikan tugas jam maka isolasi sosial belum tingkat fungs ifisik,kognitif
perkembangan. teratasi dengan kriteria hasil: dan perilaku.
1. Belum bisa berkomunikasi 2. Ciptakan lingkungan yang
dengan orang lain. aman bagi pasien.
2. 2. Belum bisa beradaptasi 3. Batasi pengunjung yang ingin
dengan lingkungan bertemu dengan pasien.
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Tanggal Jam Implementasi Evaluasi
1. 05-12-2020 08.00 1. Membantu pasien untuk mengidentifikasi S : Keluarga mengatakan ada
berbagai peran dalam kehidupan. perubahan yang signifikan
2. Membantu pasien untuk mengidentifikasi pada anaknya.
peran yang biasa dalam keluarga. O : Klien terlihat mulai cepat
3. Membantu pasien untuk mengidentifikasi untuk menyesuaikan diri.
strategi positif untuk perubahan peran. A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2. 05-12-2020 10.00 1. Mengidentifikasi kebutuhan keamanan S : Keluarga mengatakan
pasien, berdasarkan tingkat fungsi klien ada perubahan.
fisik,kognitif dan perilaku. O : Klien terlihat mulai
2. Menciptakan lingkungan yang aman bagi terlihat perubahan berubah.
pasien. A : Masalah Teratasi
3. Membatasi pengunjung yang ingin bertemu P : Intervensi dihentikan.
dengan pasien.
3. 05-12-2020 13.00 1. Mendorong pasien untuk mengungkapkan S : Keluarga mengatakan
perasaan yang berhubungan dengan anaknya mulai bisa
masalah pribadinya. berinteraksi dengan
2. Mengidentifikasi suatu keterampilan lingkungannya.
sosial tertentu yangakan menjadi focus O : Klien terlihat mau
dari pelatihan. berinteraksi dengan
3. Memberikan penkes kepada keluarga untuk lingkungan.
melatih klien supaya keterampilan A : Masalah teratasi
sosialnya semakin berkembang. P : Intervensi dihentikan
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Retardasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan fungsi mental atau kesehatan
mental yang disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi
kejiwaan terhadap stimulus eksteren dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan
fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan mental.
Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap individu / manusia karena adanya faktor-
faktor dari dalam maupun dari luar, gejala yang ditimbulkan pada penderita retardasi mental
umumnya rasa cemas, takut, halusinasi serta delusi yang besar.
Masalah retardasi mental ini terkait dengan semua belah pihak terutama keluarga atau
orang tuanya. Keluarga merupakan tempat tumbuh kembang seorang individu, maka
keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh kualitas dari individu yang terbentuk dari
norma yang dianut dalam keluarga sebagai patokanberperilaku setiap hari. Lingkungan
keluarga secara langsung berpengaruh dalam mendidik seorang anak karena pada saat lahir
dan untuk masa berikutnya yang cukup panjang anak memerlukan bantuan dari keluarga dan
orang laim untuk melangsungkan hidupnya. Keluarga yang mempunyai anak yang cacat akan
memberikan suatu perlindungan yang berlebihan pada anaknya sehingga anak mendapatkan
pengalaman yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.
4.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit-penyakit dalam
keperawatan anak salah satunya pada retardasi mental dan juga meningkatkan
kemampuan dalam membuat asuhan keperawatan yang baik dan benar.
2. Bagi Perawat
Diharapkan bagi perawat agar dapat meningakatkan ketrampilan dalam memberikan
asuhan keperawtan serta pengetahuan sehingga dapat memberikan asuhan keperawtan
yang optimal khususnya pada anak yang menderita retardasi mental dan perawat mampu
menjadi edukator yang baik bagi pasien dan keluarganya
16
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarapan. Jakarta:
Salemba Merdeka.
Sumarwati, made, dkk. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. EGC:
Buku Kedokteran.
Newman, Dorlan. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorlan Edisi 2008. Jakarta: EGC.
Mooihead,soe dkk. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi 4. Mas By Eiseuiere:
LISA.
McCloskey, Joanne, dkk. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC) edisi 4. Mosby
Elsevien: LISA.
17