Anda di halaman 1dari 25

SURA

AT PERJJANJIAN
N PEMBO
ORONGA
AN PEKERJAAN
(SPPP))
Nomor : 014/SPKKS-B
BJS/VIII/2019

sa tanggal Dua pulu


Pada hari ini Selas uh bulan Agustus
A ta
ahun Dua ribu semb
bilan belas
s
(20 – 08
8 – 2019) kami yang bertandatangan di baw
wah ini :

I. Ir. ST. Nursia


ah : Dalam kapasitasn nya sebagaai Direktuur Utama
PT. BAATHARA JA AYA SARTIIKA berked dudukan di
Jl. Perintis Kemerrdekaan No
o. 36. Kota
a Makassar
Sulawessi Selatan, (untuk selanjutnyya disebut
“Pihakk Pertama””).

II. Ir. Taqdir Sy


yawir : Dalam kapasitasnya sebaga ai Direktu ur Utama
PT. HA ARMUJI BANGUN LAKSMAN NA. yang
berkeduudukan di Gedung
G Pe
embina Gra aha Blok 2
Ruang 116 l. D.I Panjaitan No. 45 RT T, 017/006
Rawa Bunga atineg gara Jakarta Timur daalam hal ini
bertinda
ak untuk dan
d atas nama
n PT. HARMUJI
BANGU UN LAKSM MANA yan ng merupakan suatu
Perseroaan Terbatas yang diddirikan dan dijalankan
berdasarkan Akta Notaris
N Annee Djoenardii SH, MBA.,
Nomor : 31 tangg gal 13 Aprril 2016, Notaris di
Jakarta dengan Nomor NP PWP : 1.823.696.9-
002.0000 (untuk selanjutnyya disebutt “Pihak
Kedua””)

belah pihakk sepakat untuk mela


Kedua b aksanakan sebagian pekerjaan
p pada Pem
mbangunan n
an Irigasi DI. Tingall Kiri [1 KEG],
Jaringa K untukk itu kedua
a belah piha
ak menyepakati untukk
menandaatangani be
ersama berd
dasarkan :

1. at Penawarran Pihak Kedua No


Sura omor : 011/B/PENAW 2019 Tanggal 22 Juli
WARAN/VII/2
2019
9.

2. Klarrifikasi dan Negosiasi Harga


H Perta
ama yang te
elah disepa
akati antara
a Pihak Pe
ertama dan
n
Piha ak Kedua tanggal
t 26 Juli 2019.

3. Klarrifikasi dan Negosiasi Harga Kedu ua yang te


elah disepakkati antara Pihak Pertama dan
n
Piha ak Kedua tanggal
t 29 Juli 2019.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Para Pihak sepakat mengadakan perjanjian yang
mengikat dan menyetujui untuk menandatangani Surat Perjanjian Pemborongan Pekerjaan
(SPPP) pada pada Pembangunan Jaringan Irigasi DI. Tingal Kiri [1 KEG], yang
selanjutnya disebut “Perjanjian”. Pihak Kedua wajib menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
syarat-syarat dan ketentuan yang ditetapkan dalam perjanjian. Syarat-syarat dan ketentuan
yang diatur dalam pasal-pasal Perjanjian sebagai berikut :

PASAL 1
MAKSUD DAN TUJUAN

Pihak Pertama memberikan tugas yaitu Pekerjaan kepada Pihak Kedua, dan Pihak Kedua
menerima tugas tersebut serta mengikatkan diri untuk melaksanakan sebagian Pekerjaan pada
pada Pembangunan Jaringan Irigasi DI. Tingal Kiri [1 KEG].

PASAL 2
HUBUNGAN PERJANJIAN UTAMA

1. Pihak Kedua dianggap dan harus mengetahui isi perjanjian pekerjaan yang dimaksud
(kecuali harga pekerjaan dan dokumen klarifikasi) serta menguasai sepenuhnya semua
persyaratan-persyaratan dalam Perjanjian Utama yang terkait dengan Perjanjian ini.

2. Biaya pengadaan dokumen tersebut di ayat (1) ditanggung oleh Pihak Kedua.

3. Pihak Kedua bertanggung jawab terhadap setiap pelanggaran atau kegagalan/kelalaian


yang dilakukannya terhadap Perjanjian ini, sehingga mengakibatkan Pihak Pertama
melanggar Perjanjian Utama.

PASAL 3
HIRARKI DOKUMEN PERJANJIAN

1. Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Perjanjian ini harus dilaksanakan sesuai dan tidak
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang menjadi satu kesatuan dengan Perjanjian
ini terdiri dari dokumen-dokumen yang berdasar hirarki disusun sebagai berikut :
1. Addendum Kontrak (jika ada)
2. Surat Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Subkontraktor
3. Surat Perintah Kerja
4. Rincian Harga Satuan
5. Berita Acara Klarifikasi dan Negosiasi Harga
6. Penawaran Harga Pihak Kedua
7. Data Pekerjaan:
a. Spesifikasi Teknis
b. Gambar.
2. Semua dokumen sebagaimana disebut pada Ayat 1 Pasal ini merupakan lampiran dari
Perjanjian ini dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan setiap dokumen
harus ditafsirkan sedemikian sehingga satu dengan yang lain sejalan dan menunjang.
Apabila terjadi perbedaan penafsiran, maka penyelesaiannya harus tunduk pada ketentuan-
ketentuan dokumen yang urutan paling tinggi menurut hirarki sebagaimana Ayat 1 Pasal ini.

PASAL 4
KEWAJIBAN DAN TANGGUNGJAWAB PIHAK PERTAMA

1. Pihak Pertama wajib mengkoordinir dan memberikan pengarahan kepada para pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan Perjanjian Utama, termasuk Pihak Kedua.

2. Pihak Pertama wajib menyampaikan spesifikasi teknis atau gambar dasar yang diperlukan
untuk pelaksanaan Pekerjaan.

3. Pihak Pertama wajib menunjukan dan menyerahkan Lokasi Pekerjaan kepada Pihak
Kedua untuk pelaksanaan Pekerjaan.

4. Pihak Pertama berhak untuk memberi perintah atau instruksi termasuk Perubahan
Pekerjaan sehubungan dengan pelaksanaan Pekerjaan secara tertulis kepada Pihak Kedua.

5. Pihak Pertama wajib melaksanakan pembayaran kepada Pihak Kedua sebagaimana


diatur dalam Perjanjian ini, kecuali Pasal 16 ayat 7 Perjanjian ini.

6. Apabila dipandang perlu, Pihak Pertama dapat membantu mendatangkan bahan, tenaga
dan alat, atau melaksanakan sebagian pekerjaan atas persetujuan Pihak Kedua. Semua
biaya yang timbul menjadi tanggungjawab Pihak Kedua yang dilakukan dengan cara
melakukan pemotongan langsung terhadap tagihan pembayaran Pihak Kedua.

PASAL 5
KEWAJIBAN DAN TANGGUNGJAWAB PIHAK KEDUA

1. Pihak Kedua wajib melaksanakan Pekerjaan meliputi Lingkup Pekerjaan yang tercantum
dalam Pasal 7 Perjanjian ini.

2. Pihak Kedua wajib mengadakan dan menyediakan semua perangkat pelaksanaan


Pekerjaan, meliputi rencana pelaksanaan Pekerjaan yang terdiri dari:

2.1 Metode Konstruksi;


2.2 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;
2.3 Jadwal Pengadaan Bahan, Peralatan, Tenaga Kerja;
2.4 Struktur Organisasi
3. Pihak Kedua wajib membuat gambar kerja (shop drawing), gambar terlaksana (as built
drawing) yang disetujui serta ditentukan oleh Pihak Pertama dan/atau Konsultan
Pengawas berikut penggandaannya sesuai yang disyaratkan.

4. Pihak Kedua wajib untuk membuat metode pelaksanaan, yang disetujui serta ditentukan
oleh Pihak Pertama dan Konsultan Pengawas/Pengguna Jasa.

5. Pihak Kedua harus mengerti, mempelajari sekaligus memeriksa dengan seksama Lokasi
Proyek dan Lokasi Pekerjaan, serta telah pula memperhitungkan resiko-resiko yang akan
muncul ke dalam Harga Pekerjaan.

6. Pihak Kedua wajib melaksanakan dan menyelesaikan Pekerjaan maupun perintah atau
instruksi yang diberikan Pihak Pertama, serta bertanggungjawab terhadap kebenaran dan
kesempurnaan hasil Pekerjaan sehingga memuaskan Pihak Pertama dan Konsultan
Pengawas/Pengguna Jasa.

7. Pihak Kedua wajib memelihara jalan akses kerja dilokasi pekerjaan sesuai dengan lingkup
pekerjaan yang disetujui serta ditentukan oleh Pihak Pertama dan/atau Konsultan
Pengawas.

8. Pihak Kedua wajib dan bertanggungjawab atas keamanan dan kesempurnaan seluruh
peralatan, perlengkapan, bahan/material yang akan atau sudah diadakan/didatangkan untuk
pelaksanaan Pekerjaan termasuk factory visit apabila dibutuhkan.

9. Pihak Kedua wajib membantu Pihak Pertama apabila timbul perselisihan dengan
Konsultan Pengawas/Pemilik Proyek yang berkaitan dengan pelaksanaan Perjanjian
Utama, baik itu disegi teknis maupun administrasi.

10. Pihak Kedua bertanggungjawab terhadap setiap kerugian yang dialami oleh Pihak
Pertama akibat kelalaian Pihak Kedua khusus dalam Pekerjaan ini serta membebaskan
Pihak Pertama dari setiap denda, tuntutan kerugian atau tuntutan dari pihak lain/pihak
ketiga berikut tagihan-tagihan atau pengeluaran ongkos atau biaya lainnya serta tindakan-
tindakan hukum lainnya sebagai akibat dari pelanggaran atau kelalaiannya dalam memenuhi
setiap kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian ini.

11. Pihak Kedua bertanggungjawab terhadap stock bahan/material di Lokasi Pekerjaan sesuai
dengan kebutuhan Pekerjaan serta bertanggungjawab terhadap jumlah volume Pekerjaan
sesuai dengan gambar pelaksanaan.

12. Pihak Kedua harus melaksanakan dan menyelesaikan Pekerjaan sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan dalam Perjanjian ini serta harus siap bekerja lembur pada malam hari atau
pada hari-hari libur resmi apabila diperlukan untuk percepatan pelaksanaan Pekerjaan.
Namun apabila Pihak Kedua akan melakukan perubahan jadwal pelaksanaan Pekerjaan,
maka sebelumnya Pihak Kedua dalam waktu 3x24 jam harus memberitahukan secara
tertulis tentang permohonan perubahan tersebut berikut alasan-alasannya kepada Pihak
Pertama untuk mendapatkan persetujuan.

13. Pihak Kedua bertanggungjawab atas segala kerusakan-kerusakan pekerjaan lain yang
diakibatkan oleh Pekerjaan Pihak Kedua dengan segala biaya yang timbul dan
diakibatkannya, sepenuhnya menjadi beban Pihak Kedua.

14. Pihak Kedua wajib dan bertanggungjawab untuk menyediakan atau mengadakan
keamanan dan harus menjaga kebersihan Lokasi Proyek khususnya Lokasi Pekerjaan selama
pelaksanaan Pekerjaan berlangsung sampai dengan selesainya Masa Pemeliharaan, dan
harus mengeluarkan semua kotoran/sampah atau reruntuhan/puing-puing yang timbul
sebagai akibat pelaksanaan Pekerjaan, dengan ketentuan segala biaya atau ongkos yang
dikeluarkan menjadi beban dan resiko seluruhnya oleh Pihak Kedua.

15. Pihak Kedua wajib dan bertanggungjawab untuk mengadakan dan menyelenggarakan
program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 dan
dan Peraturan Menteri PU No. 02/PRT/M/2018 dan peraturan lainnya yang berlaku sesuai PW
K3LM dan PW PAM dengan segala perlengkapan dan peralatannya, serta harus menunjuk
personil K3LMP yang tidak merangkap tugas yang lain dan diberi wewenang untuk
bertanggungjawab dan dalam organisasi menginduk ke dalam unit sistem K3LMP Pihak
Pertama.

16. Pihak Kedua wajib membuat dan menyerahkan kepada Pihak Pertama laporan secara
tertulis mengenai pelaksanaan Pekerjaan baik itu laporan harian, mingguan maupun bulanan
berikut dokumentasi pelaksanaan Pekerjaan dalam bentuk/format serta jumlah yang
ditentukan oleh Pihak Pertama, dan semua biaya/ongkos yang dikeluarkan menjadi beban
Pihak Kedua.

17. Pihak Kedua wajib menunjuk seorang Site Manager yang bertanggung jawab dan setiap
saat berada di lapangan.

PASAL 6
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA, LINGKUNGAN, MUTU DAN PENGAMANAN
(K3LMP)

Dalam melaksanakan pekerjaan pengadaan ini Pihak Kedua harus menjalankan Prosedur
Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Lingkungan, Mutu dan Pengamanan (K3LMP) sesuai Standar
OHSAS 18001 dan ISO 14001 sebagai berikut :

1. Pihak Kedua wajib dan bertanggung jawab untuk mengadakan dan menyelenggarakan
Program Kesehatan, Keselamatan Kerja, Lingkungan, Mutu dan Pengamanan (K3LMP)
sesuai dengan UU Nomor 1 Tahun 1970 dan SKB Menteri Tenaga Kerja Nomor :
KEP.174/MEN/86 dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 104/KPTS/1986 dengan segala
perlengkapan dan peralatannya.
2. Pihak Kedua wajib melakukan koordinasi kerja dengan para pekerja dari pihak lain/pihak
ketiga yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan Perjanjian Utama dan bertanggung jawab
atas koordinasi dimaksud.

3. Pihak Kedua wajib menerapkan metode dan Standard Operating Procedure (SOP)
keamanan yang berlaku pada Pihak Pertama dan para pekerjanya harus mematuhi secara
Konsisten agar tidak mengalami kecelakaan kerja yang mengakibatkan adanya korban jiwa.
Apabila terjadi kecelakaan kerja karena kelalaian Pihak Kedua, maka Pihak kedua wajib
menanggung semua beban dan risiko akibat kelalaiannya.

4. Pihak Kedua wajib mencegah dan mengurangi jumlah kecelakaan kerja maupun penyakit
yang timbul akibat ditempat kerja, dengan cara melalui training dan membekali seluruh
pekerja dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan menempatkan para pekerja di
tempat kerja yang sehat dan nyaman.

5. Pihak Kedua wajib menyediakan sarana pertolongan pertama pada kecelakaan.

6. Pihak Kedua wajib menangani keluhan bidang K3LMP dan memenuhi keluhan maksimal
2 x 24 jam.

7. Pihak Kedua dalam melaksanakan pekerjaannya wajib mencegah polusi, meningkatkan


efisiensi kerja, efisiensi penggunaan dan merawat sumber daya alam serta mengutamakan
produk yang ramah lingkungan.

8. Pihak Kedua wajib menjaga dan mengamankan material, peralatan beserta


perlengkapannya dari kerusakan atau kehilangan dan lain-lain dengan berkoordinasi bersama
Pihak Pertama tentang pengamanan barang-barang tersebut.

9. Pihak Kedua wajib membuat dan menyerahkan Laporan secara Tertulis kepada Pihak
Pertama mengenai pelaksanaan pekerjaan dalam bentuk/format serta jumlah yang
ditentukan oleh Pihak Pertama dan semua biaya/ongkos yang dikeluarkan menjadi beban
Pihak Kedua.

PASAL 7
LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Perjanjian ini meliputi :


1. Pengadaan dan penyediaan material utama, peralatan utama dan peralatan bantu lainnya
yang memadai berikut perangkat kerja lainnya sesuai dengan kebutuhan sebagai penunjang
pelaksanaan pekerjaan dilapangan, yang harus memenuhi standar persyaratan mutu sesuai
dengan spesifikasi teknis dan telah mendapatkan persetujuan dari Pihak Pertama dan
Konsultan Pengawas/ Pengguna Jasa;

2. Mobilisasi/demobilisasi peralatan dan tenaga kerja;


3. Pelaksanaan sebagian Pekerjaan yaitu disepakati (item pekerjaan sesuai Rekapitulasi
Kuantitas dan Harga terlampir).

4. Penanganan Proses mutu secara berkelanjutan baik pada saat penerimaan material,
penumpukan (stock), maupun pada saat pemasangan material.

5. Penyediaan pimpinan pelaksana/tenaga ahli berikut tenaga kerja yang sesuai dengan
kebutuhan pelaksnaan pekerjaan.

6. Memelihara hasil pekerjaan dan kebersihan Lokasi Pekerjaan, selama masa pelaksanaan dan
pemeliharaan pekerjaan.
PASAL 8
SYARAT PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pihak Kedua harus melaksanakan Pekerjaan berdasarkan dokumen-dokumen, lampiran dan


ketentuan persyaratan sebagai berikut :

1. Perjanjian ini berikut segala perubahannya atau addendum (jika ada).

2. Gambar, persyaratan/spesifikasi teknis Pekerjaan dan ketentuan-ketentuan dari Pihak


Pertama atau Konsultan Pengawas/Pengguna Jasa.

3. Time Schedule/Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan yang mengacu pada Master schedule yang
telah dibuat, disetujui dan ditetapkan oleh Konsultan Pengawas/Pengguna Jasa.

4. Persyaratan khusus untuk pelaksanaan Pekerjaan sejenis dari instansi yang berwenang.

5. Metode pelaksanaan atau urutan/tahapan pelaksanaan pekerjaan yang telah disetujui dan
ditetapkan oleh Pihak Pertama dan/atau Konsultan Pengawas/Pengguna Jasa.

6. Peraturan Perundangan Daerah dan perizinan dari instansi terkait.

7. Peraturan Ketenagakerjaan dan Keselamatan Kerja yang berlaku (UU No.1 tahun 1970
tentang K3).

8. Kebijakan Keselamatan & Kesehatan Kerja, Lingkungan, Mutu dan Pengamanan (K3LMP) PT.
Bathara Jaya Sartika. yang tertuang di dalam rencana K3LMP yang telah ditetapkan oleh
Kepala Proyek selaku wakil Pihak Pertama di lapangan sebagaimana terlampir.

9. Mengikuti Prosedur Pengendalian Mutu / Peraturan ISO 9001 yang diterapkan oleh Pihak
Pertama.

10. Petunjuk dan/atau perintah tertulis yang diberikan oleh Pihak Pertama atau wakilnya.
11. Mengikuti program Jamsostek/BPJS untuk para pekerjanya.

PASAL 9
PENGALIHAN PEKERJAAN

Pihak Kedua tidak dapat mengalihkan sebagian atau seluruh Pekerjaan atau manfaat/
kepentingan dalam Perjanjian ini kepada pihak lain/pihak ketiga tanpa ijin tertulis terlebih dahulu
dari Pihak Pertama, namun apabila ijin dimaksud diberikan, maka Pihak Kedua tidak akan
terbebas dari semua tanggungjawab dan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini.

PASAL 10
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN DAN PENYELESAIAN PEKERJAAN

1. Jangka Waktu Pelaksanaan selama 120 (seratus dua puluh) Hari Kalender, yang
dimulai sejak tanggal 20 Agustus 2019 dan berakhir pada tanggal 20 Desember 2019,
dilaksanakan berdasarkan Time Schedule yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.

2. Jangka waktu sebagaimana tersebut dalam ayat 1 Pasal ini tidak dapat diubah, kecuali
disebabkan terjadinya Force Majeure/Keadaan Memaksa sebagaimana tersebut dalam Pasal
30 Perjanjian ini akan dinyatakan dalam Addendum.

3. Apabila terjadi keterlambatan dalam penyelesaian Pekerjaan sebagaimana telah ditetapkan


dalam ayat 1 Pasal ini yang disebabkan oleh suatu hal di luar kewajiban dan tanggungjawab
Pihak Kedua, maka Pihak Pertama akan memberikan perpanjangan waktu berdasarkan
permohonan tertulis serta bukti-bukti yang diajukan Pihak Kedua dengan ketentuan
permohonan tersebut paling lambat harus diserahkan kepada Pihak Pertama 14 (empat
belas) hari sebelum tanggal selesainya pelaksanaan Pekerjaan sebagaimana tersebut
dalam ayat 1 Pasal ini.

4. Perpanjangan waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 Pasal ini akan dinyatakan dalam
Addendum.

5. Pihak Pertama secara sepihak berhak untuk melakukan penundaan pelaksanaan


Pekerjaan, baik itu pada saat akan dimulainya Pekerjaan atau pada saat sedang
berlangsungnya Pekerjaan, dengan terlebih dahulu Pihak Pertama melakukan
pemberitahuan tertulis kepada Pihak Kedua.

PASAL 11
PENGENDALIAN PEKERJAAN

1. Pemeriksaan terhadap kemajuan Pekerjaan untuk mengendalikan pelaksanaan Pekerjaan


akan dilakukan bersama-sama oleh Pihak Pertama dan Pihak Kedua secara periodik
mingguan dan bulanan.
2. Dalam hal Pihak Kedua membuat suatu gambar kerja lanjutan yang mungkin diperlukan
untuk pelaksanaan Pekerjaan, maka Pihak Kedua harus mengkoordinasikannya dengan
Pihak Pertama.

3. Untuk menjaga kestabilan pelaksanaan Pekerjaan, maka Pihak Kedua harus mengkoordinir
pekerjanya dengan para pekerja dari pihak lain/pihak ketiga yang terlibat dalam
pelaksanaan pekerjaan Perjanjian Utama, terutama untuk penggunaan fasilitas lapangan,
bahan dan peralatan serta urutan pekerjaan.

4. Pihak Kedua harus mengijinkan Pihak Pertama/wakilnya dan/atau Konsultan Pengawas/


wakilnya untuk melakukan pemeriksaan pelaksanaan Pekerjaan, termasuk memeriksa
ketempat pembuatan/fabrikasi atau penyimpanan baik didalam maupun diluar Lokasi
Proyek.

5. Pihak Pertama berhak mengendalikan / mengontrol pelaksanaan pekerjaan Pihak Kedua


agar sesuai dengan Skedul dan mutu/spesifikasi yang telah ditetapkan.

6. Apabila Pihak Kedua dinilai tidak memenuhi ayat 5 Pasal ini, maka Pihak Pertama
berhak mengeluarkan Surat Peringatan Pertama, dilanjutkan Surat Peringatan Kedua.
Apabila masih mengabaikan surat peringatan diatas, maka akan dilanjutkan ke Pasal 32.

PASAL 12
KETERLAMBATAN PEKERJAAN

Keterlambatan pekerjaan adalah realisasi Progres lebih kecil dari pada rencana progres.
1. Jika keterlambatan pekerjaan lebih besar atau sama dengan 5% (lima perseratus), pada
periode bulanan dan/atau mingguan maka dilakukan :
1.1 Rapat khusus Show Cause Meeting (SCM), minimal dihadiri : Pihak Kedua –
Penandatanganan kontrak, kepala proyek, kepala lapangan, pelaksana K3L. Pihak
Pertama : Project Manager, Site Operational Manager, Site QHSE Manager.
1.2 Rapat dilakukan pada kantor proyek Pihak Pertama.
1.3 Rapat dengan tujuan untuk membahas dan menetapkan rencana perbaikan atau
rencana jadwal yang harus dipenuhi periode kedepannya, agar tidak mengganggu
keterlambatan proyek secara keseluruhan.
1.4 Rencana perbaikan dibuat untuk mengejar keterlambatan pekerjaan dengan didukung
sumber daya yang memadai sehingga penyelesaian pekerjaan dapat dicapai sesuai
rencana awal.

2. Jika keterlambatan pekerjaan lebih besar atau sama dengan 10% (sepuluh perseratus),
pada periode bulanan dan/mingguan maka dilakukan :
2.1 Rapat khusus Show Cause Meeting (SCM), minimal dihadiri : Pihak Kedua –
Penandatanganan kontrak, kepala proyek, kepala lapangan, pelaksana K3L. Pihak
Pertama : Project Manager, Site Operational Manager, Site QHSE Manager.
2.2 Rapat dilakukan pada kantor proyek atau pada kantor pusat Pihak Pertama.
2.3 Rapat dengan tujuan untuk membahas dan menetapkan rencana perbaikan atau
rencana jadwal yang harus dipenuhi periode kedepannya, agar tidak mengganggu
keterlambatan proyek secara keseluruhan.
2.4 Rencana perbaikan dibuat untuk mengejar keterlambatan pekerjaan dengan didukung
sumber daya yang memadai sehingga penyelesaian pekerjaan dapat dicapai sesuai
rencana awal.

3. Dengan tetap memperhatikan ketentuan diatas, Pihak Pertama dapat menahan


pembayaran sebesar 1%R (satu permil) perhari maksimal sampai dengan 5% (lima
perseratus) dari Harga Pekerjaan jika keterlambatan lebih besar atau sama dengan 10%
(sepuluh perseratus) berdasarkan ayat 2 pasal ini dengan cara dipotongkan dari Sertifikat
Pembayaran dengan ketentuan sebagai berikut :
3.1 Akan dikembalikan setelah kategori keterlambatan tersebut dianggap telah terlewati/
selesai;
3.2 Menjadi denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan apabila Perjanjian diputus oleh
Pihak Pertama karena sebab kondisi keterlambatan pekerjaan melebihi jangka
waktu sesuai pasal 10 ayat (1).
3.3 Jumlah denda keterlambatan adalah sebesar 1%R (satu permil) dari Harga Pekerjaan
per hari keterlambatan dengan maksimal denda keterlambatan adalah 5% (lima
perseratus) dari Harga Pekerjaan;

PASAL 13
HARGA PEKERJAAN

1. Uraian pekerjaan dan prakiraan volume yang harus dilaksanakan oleh Pihak Kedua dengan
rincian sebagai berikut :
HARGA JUMLAH
No URAIAN SAT VOLUME SATUAN HARGA
(Rp.) (Rp.)
I PEK.PERSIAPAN
1 Mobilisasi Ls 1,00 156.000.000,00 156.000.000,00
II NORMALISASISUNGAI
1 GalianTanah(Mekanik) m3 4.456,77 17.085,00 76.143.915,45
III PEKERJAANPERKUATANTEBING
1 GalianTanah(Mekanik) m3 3.308,64 17.085,00 56.528.114,40
2 TimbunanKembali m3 5.490,74 53.079,00 291.442.988,46
3 TimbunanTanahSetempat m3 2.577,78 34.452,00 88.809.676,56
4 PekerjaanBekisting m2 17.962,96 87.755,00 1.576.339.554,80
5 PekerjaanBetonCyclopK.175 m3 21.308,64 895.414,00 19.080.054.576,96
6 PasanganBatudenganMortar m3 42.703,40 439.143,00 18.752.901.178,57
7 PemasanganDrainHole2" m' 4.494,49 49.143,00 220.872.722,07
Jumlah 40.299.092.727,27
PPN10% 4.029.909.272,73
GrandTotal 44.329.002.000,00
Terbilang : Empat puluh empat milyar tiga ratus dua puluh sembilan juta dua ribu
rupiah
2. Harga satuan pekerjaan tersebut dalam ayat 1 Pasal ini bersifat tetap (Fixed Unit Price) dan
tidak ada eskalasi dikemudian hari.

3. Harga pekerjaan sudah termasuk penyediaan seluruh peralatan yang sesuai spesifikasi teknis
yang disyaratkan untuk mendukung pekerjaan dan harus ada di workshop Pihak Kedua
sesuai dengan pekerjaannya.

4. Volume pekerjaan dalam Surat Perjanjian ini adalah volume bersifat tidak tetap, dapat
bertambah dan berkurang sesuai dengan kebutuhan di lapangan yang akan disesuaikan
selama pelaksanaan.

5. Perhitungan volume akhir sesuai dengan data perhitungan yang diperiksa dan dihitung
bersama antara Pihak Pertama dan Pihak Kedua serta volume pekerjaan tersebut
diterima/disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa (Owner).

6. Harga Pekerjaan sebagaimana tersebut pada ayat 1 Pasal ini sudah termasuk:
a. Mobilisasi dan De-Mobilisasi alat dan tenaga kerja;
b. Biaya Administrasi Pengurusan Pajak, PPN dan PPh;
c. Pajak atau perijinan yang menyangkut alat kerja (SIO dan SILO);
d. Pajak yang terkait Material dan izin izin penambangan (IUP)
e. Bunga dan Biaya Adminitrasi pengurusan SCF sebesar 4,30%
f. Pajak atau retribusi daerah lainnya;
g. Asuransi CAR;
h. Asuransi Tenaga Kerja (Jamsostek / BPJS);
i. Pengadaan material utama, peralatan utama dan peralatan bantu lainnya;
j. Pengadaan listrik, air kerja dan Bahan Bakar Minyak (BBM) Industri untuk mendukung
pekerjaan;
k. Upah tenaga kerja dan lembur untuk Pekerjaan Tanah;
l. Risiko, overhead dan ongkos/biaya lain yang dikeluarkan oleh Pihak Kedua;
m. Peralatan dan perlengkapan K3LP;
n. Biaya inspeksi, kunjungan pabrik dan test (jika diperlukan);
o. Kebersihan dan pemeliharaan lingkungan;
p. Pembuatan Laporan Harian, Mingguan, Bulanan dan dokumentasi lengkap (dokumentasi
pelaksanaan kondisi 0% (nol persen), 50% (lima puluh persen) dan 100% (seratus
persen));
q. Perbaikan/maintenance pada jalan akses;

PASAL 14
KENAIKAN HARGA

Harga Pekerjaan bersifat tetap. Pihak Kedua bertanggungjawab terhadap semua kenaikan
harga bahan/material, alat dan perlengkapan, upah tenaga kerja, bahan bakar, pajak-pajak dan
bea-bea, nilai tukar mata uang Rupiah terhadap valuta asing yang dapat terjadi selama
berlangsungnya Perjanjian ini, termasuk semua kenaikan harga yang mempengaruhi Harga
Pekerjaan selama Perjanjian berlangsung dan tidak ada penyesuaian harga dikemudian hari.

PASAL 15
JAMINAN PELAKSANAAN

1. Untuk menjamin pelaksanaan Pekerjaan, dalam waktu tidak lebih dari 7 (tujuh) hari
kalender setelah diterbitkannya Surat Perintah Kerja (SPK) Sub Pelaksana Konstruksi dari
Pihak Pertama kepada Pihak Kedua, maka Pihak Kedua wajib menyerahkan Jaminan
Pelaksanaan kepada Pihak Pertama berupa Bank Garansi yang bersifat Unconditional
dan Irrevocable, diterbitkan oleh Bank Nasional/Pemerintah yang disetujui oleh
Pihak Pertama sebesar 5% (Lima persen) dari Nilai Surat Perjanjian ini termasuk
PPN 10% (Sepuluh persen).

2. Jaminan Pelaksanaan tersebut dalam Pasal 15 ayat 1 berlaku sampai dengan 30 (tiga
puluh) hari kalender setelah berakhirnya waktu pelaksanaan sesuai Surat Perjanjian ini
dan setelah Berita Acara Serah Terima Pertama ditandatangani oleh kedua belah Pihak.

3. Apabila jangka waktu Jaminan Pelaksanaan habis masa berlakunya sebelum Serah Terima
Pertama dilaksanakan sebagaimana tersebut dalam ayat 2 Pasal ini, maka Pihak Kedua
wajib memperpanjang masa berlakunya Jaminan Pelaksanaan tersebut serta harus menjamin
tidak adanya waktu senggang (gap) diantaranya.

4. Pihak Pertama berhak untuk mencairkan jaminan pelaksanaan tersebut dalam ayat 1 Pasal
ini, apabila:
4.1. Pihak Kedua tidak melaksanakan Pekerjaan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari
kalender berturut-turut terhitung sejak tanggal ditandatanganinya Surat Perjanjian ini
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 10 ayat 1 Perjanjian ini;
4.2. Pihak Kedua menarik/mengundurkan diri atau tidak sanggup melaksanakan Pekerjaan
atau mengalihkan sebagian atau seluruh Pekerjaan kepada pihak lain/ Pihak Ketiga;
4.3. Pihak Kedua berdasarkan penilaian Pihak Pertama nyata-nyata tidak
sanggup/mampu untuk menyelesaikan Pekerjaan;
4.4 Pihak Kedua telah dikenakan ganti kerugian atas keterlambatan Pekerjaan sampai
jumlah maksimum sebagaimana ditentukan dalam Pasal 22 ayat 1 Perjanjian ini.

PASAL 16
SYARAT DAN CARA PEMBAYARAN

1. Pembayaran dilaksanakan dengan sistem Supply Chain Financing (SCF) dengan


ketentuan sebagai berikut :

a. Tanpa Uang Muka


b. Pembayaran Pihak Pertama kepada Pihak Kedua dilaksanakan berdasarkan
progres/prestasi pekerjaan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak dan disetujui
secara tertulis serta diterima dengan baik oleh konsultan MK dan pengguna Jasa (Owner)
dengan melampirkan Berita Acara Prestasi Pekerjaan (BAPP) dan Berita Acara
Pembayaran (BAP) dipotong Retensi 5% (lima persen) yang proporsional terhadap
progress pekerjaan.

2. Pihak kedua harus menyerahkan kuitansi tagihan berikut dokumen dan lampiran lainya
dengan lengkap dan benar, yang terdiri dari:
a. Kwitansi ragigan rangkap 4 (empat)
b. Faktur Pajak (e-faktur);
c. Berita Acara Prestasi Pekerjaan (BAPP);
d. Berita Acara Pembayaran (BAP);
e. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
f. Surat Pengukuhan Pengusaha Kena pajak (SPPKP);
g. Surat Kuota Nomor Faktur Pajak;
h. Sertifikat Badan Usaha Pelaksana Jasa Kontruksi (SBUPJK) yang diterbitkan Lembaga
Pengembangan Jasa Kontruksi (LPJK) yang masih berlaku;
i. Berkas kelengkapan pembayaran fasilitas SCF;
j. Copy surat Perjanjian ini;

3. Bunga dan Biaya Administrasi pengurusan SCF sebesar 4,30% (empat koma tiga puluh
perseratus) ditanggung Pihak Kedua.

4. Pembayaran ditransfer ke rekening Pihak Kedua yaitu :


Nama Bank Bank Mandiri Bank Negara Indonesia Bank Republik Indonesia
No. Rekening 1670026112010
Pt.Harmuji Bangun
Atas Nama
Laksamana

5. Pembayaran dengan fassilitas Supply Chain Financing (SCF) dilaksanakan melalui Pihak
Pertama dan Pihak Kedua wajib membuka rekening penerimaan pembayaran tersebut
sesuai persyaratan yang ditetapkan oleh bank Pihak Pertama

6. Pengembalian retensi 5% (lima persen) dilaksanakan setelah Berita Acara Serah Terima
Kedua diterbitkan.

7. Pihak Pertama berhak menahan atau menunda pembayaran baik seluruh atau sebagian
dari jumlah yang ditagih oleh Pihak Kedua, apabila:
7.1. Kualitas atau kuantitas Material dan Pekerjaan yang dimaksudkan dalam Berita Acara
menyimpang dari kebenaran, meskipun Berita Acara tersebut sebelumnya telah
diperiksa dan disetujui Pihak Pertama dan Konsultan Pengawas/Pengguna Jasa,
atau;

7.2. Kualitas atau kuantitas yang tercantum dalam Berita Acara tidak disetujui sepenuhnya
oleh Pengguna Jasa sebagai akibat kelalaian/ kegagalan Pihak Kedua, atau;

7.3. Timbul perselisihan antara Pihak Kedua dengan Pihak Pertama atau Pihak
Pertama dengan Pengguna Jasa, yang mempersoalkan pengukuran, kualitas atau hal
lain yang tercantum dalam Berita Acara dimaksud.
7.4. Setiap penahanan pembayaran akan dibayar setelah penyebab dari penahanan itu
diselesaikan.
PASAL 17
PERUBAHAN PEKERJAAN

1. Pihak Pertama berhak untuk melakukan Perubahan Pekerjaan serta berwenang


memerintahkan Pihak Kedua untuk melaksanakan Perubahan Pekerjaan dan Pihak Kedua
harus segera melaksanakan perintah Perubahan Pekerjaan yang manapun dari ketentuan
berikut ini, dengan tanpa harus menunggu selesainya perhitungan Perubahan Pekerjaan
dimaksud:
1.1. Menambah atau mengurangi kuantitas atau kualitas Pekerjaan yang tercakup dalam
Perjanjian ini,
1.2. Meniadakan suatu bagian atau tahapan dari Pekerjaan,
1.3. Mengubah tinggi permukaan/level, garis, letak dan ukuran bagian Pekerjaan,
1.4. Melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan untuk penyelesaianPekerjaan diluar
Lingkup Pekerjaan.
2. Pihak Kedua tidak berhak melaksanakan Perubahan Pekerjaan tanpa adanya perintah atau
persetujuan tertulis Pihak Pertama.

3. Perhitungan biaya untuk pekerjaan tambah/kurang berdasarkan harga satuan yang telah
ditetapkan dalam Perjanjian ini, apabila harga satuan dimaksud belum terdapat dalam
Perjanjian ini maka harga satuan yang dipergunakan adalah harga satuan yang wajar
berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

4. Adanya perubahan pekerjaan tidak dapat dijadikan alasan untuk merubah jangka waktu
pelaksanaan, kecuali atas persetujuan tertulis dari Pihak Pertama.

5. Perubahan Pekerjaan sebagaimana tersebut dalam Pasal ini, akan dituangkan dalam
Addendum.
PASAL 18
BAHAN DAN PERALATAN

1. Pihak Kedua bertanggung jawab untuk menyediakan seluruh peralatan utama dan
peralatan bantu dalam jumlah yang cukup dan kondisi siap pakai selama masa pelaksanaan
dan Masa Pemeliharaan Pekerjaan.

2. Pihak Kedua harus menyerahkan contoh bahan/material kepada Pihak Pertama untuk
mendapat persetujuan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan pekerjaan atau sebelum bahan/
material dimaksud terpasang

3. Setiap kedatangan atau pengeluaran atau pemindahan peralatan dari luar atau dalam Lokasi
Proyek atau Lokasi Pekerjaan, terlebih dahulu harus memberitahukan dan mendapatkan
persetujuan tertulis dari Pihak Pertama.
4. Apabila kualitas atau kuantitas peralatan tidak memenuhi standar, persyaratan atau
spesifikasi teknis yang telah ditentukan dalam Perjanjian ini, maka Pihak Pertama berhak
untuk menolaknya, dan atas penolakan tersebut Pihak Kedua harus dengan segera
mengeluarkan dari Lokasi Proyek dan menggantinya dengan peralatan yang telah
ditentukan atau ditetapkan.

5. Batas waktu pengeluaran tidak lebih dari 1x24 jam terhitung sejak ditolaknya bahan/material
atau peralatan tersebut. Apabila Pihak Kedua tidak melaksanakan kewajibannya dimaksud
dalam ayat 4, maka Pihak Pertama dapat melaksanakan kewajiban dimaksud, dengan segala
biaya dan resiko atas kerugian yang timbul menjadi beban dan tanggung jawab Pihak Kedua,
dan Pihak Pertama berhak melakukan pemotongan langsung terhadap pembayaran.

PASAL 19
PEMILIKAN BAHAN DAN PERALATAN

1. Semua peralatan baik itu peralatan utama maupun peralatan bantu yang diadakan oleh
Pihak Kedua untuk maksud pelaksanaan Pekerjaan, yang dibawa atau akan dibawa ke
Lokasi Proyek harus dianggap sebagai milik Pihak Pertama.

2. Apabila pelaksanaan Pekerjaan telah selesai dan telah dilakukan Serah Terima Pertama yang
dinyatakan dalam suatu Berita Acara Serah Terima Pertama, maka semua peralatan yang
merupakan perangkat utama atau bantu dalam pelaksanaan Pekerjaan (kecuali perangkat
yang diperlukan untuk pelaksanaan Masa Pemeliharaan) dianggap telah menjadi milik Pihak
Kedua, dan harus segera dikeluarkan oleh Pihak Kedua dari Lokasi Proyek sesuai dengan
jangka waktu yang ditentukan oleh Pihak Pertama.

3. Apabila Pihak Kedua dalam Jangka Waktu yang telah ditentukan tidak dapat melaksanakan
kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 pasal ini, maka Pihak Pertama berhak
untuk mengeluarkannya dan/atau menjualnya, dan hasil dari penjualan tersebut (jika ada)
setelah dikurangi beban biaya dan ongkos-ongkos sehubungan dengan penjualan tersebut
akan diserahkan kepada Pihak Kedua.

4. Namun apabila hasil dari penjualan sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 Pasal ini kurang
dari pada ongkos yang dikeluarkannya, maka Pihak Pertama berhak untuk melakukan
pengurangan atau pemotongan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 36 Perjanjian ini.

5. Pihak Pertama dan/atau Konsultan Pengawas/Pengguna Jasa tidak bertanggungjawab


terhadap segala kerusakan atau kehilangan atas peralatan dari Pihak Kedua.
PASAL 20
PIMPINAN PELAKSANA ATAU TENAGA AHLI

1. Pihak Kedua harus menunjuk dan menempatkan wakilnya sebagai pimpinan pelaksana
atau tenaga ahli yang mempunyai keahlian yang cukup sesuai dengan bidangnya dan
berpengalaman, serta memiliki wewenang atau kuasa penuh dalam mewakili Pihak Kedua,
baik dalam menerima atau memberikan keputusan sehubungan dengan pelaksanaan
Pekerjaan.

2. Pimpinan pelaksana atau tenaga ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 Pasal ini harus
selalu berada di Lokasi Pekerjaan pada saat Pekerjaan berlangsung.

3. Pimpinan pelaksana atau tenaga ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 Pasal ini harus
mendapat persetujuan dari Pihak Pertama dan apabila berdasarkan penilaian Pihak
Pertama, pimpinan pelaksana atau tenaga ahli dimaksud dianggap tidak memenuhi
persyaratan maka Pihak Pertama berhak memerintahkan Pihak Kedua untuk mengganti
pimpinan pelaksana atau tenaga ahlinya dengan yang memenuhi persyaratan dalam waktu
tidak lebih dari 3 x 24 jam sejak tanggal perintah penggantian tersebut diterbitkan.

PASAL 21
TENAGA KERJA DAN UPAH

1. Pihak Kedua harus mengadakan atau menyediakan dan mengerahkan tenaga kerjanya
yang cukup, baik jumlah, keahlian maupun ketrampilannya.

2. Pihak Kedua harus mengikuti peraturan hari dan jam kerja sesuai prosedur Pihak
Pertama, Untuk pelaksanaan kerja yang dilakukan dimalam hari, maka akan diatur kerja
dengan system “Shift” (giliran) dan tetap mengacu kepada undang-undang ketenagakerjaan
No.13 Tahun 2003.

3. Pihak kedua bertanggung-jawab dalam pemberian Upah Minimum Regional (UMR)


setempat, sesuai ketentuan ketenagakerjaan yang berlaku di daerah setempat atau lokasi
pekerjaan dilaksanakan.

4. Pihak Kedua bertanggung jawab terhadap semua biaya dan upah tenaga kerjanya dalam
rangka pelaksanaanPekerjaan, termasuk biaya dan upah untuk kerja lembur.

5. Pihak Kedua mengadakan kantor lapangan dan tempat tinggal / mess bagi karyawannya
diluar lokasi proyek dan pengamanan sendiri.

6. Pihak Kedua harus mengadakan atau menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) untuk
seluruh karyawan ataupun pekerjanya sesuai dengan ketentuan SMK3LMP.
7. Pihak Kedua bertanggung-jawab penuh terhadap segala kerugian yang dialami oleh Pihak
Pertama sebagai akibat dari perbuatan orang-orang yang dipekerjakannya.

PASAL 22
SANKSI DAN DENDA

1. Apabila Pihak Kedua tidak dapat menyelesaikan Pekerjaan sesuai jangka waktu
penyelesaian Pekerjaan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 10 Perjanjian ini, maka
untuk setiap hari keterlambatan Pihak Kedua akan dikenakan denda keterlambatan
sebesar 1‰ (satu perseribu) dari Harga Pekerjaan dengan batas maksimum sebesar 5%
(lima persen) dari Harga Pekerjaan.

2. Jika Pihak Kedua lalai / melanggar dalam melaksanakan instruksi dari Pihak Pertama,
dimana instruksi tersebut sudah dikeluarkan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan
interval minimal 1 (satu) hari untuk setiap surat peringatan, Pihak Kedua tidak
melaksanakan instruksi tersebut tanpa sesuatu alasan yag tidak dapat diterima, maka
Pihak Kedua akan dikenakan denda kelalaian sebesar Rp. 2.500.000,- (Dua Juta Lima
Ratus Ribu Rupiah) untuk setiap kelalaian per hari.

3. Pelaksanaan pembayaran ganti rugi dan denda kelalaian tersebut dalam ayat 1 dan 2 Pasal
ini akan dilakukan dengan cara pemotongan langsung atas tagihan Pihak Kedua,
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 36 Perjanjian ini.

4. Pihak Kedua dibebaskan dari denda keterlambatan apabila keterlambatan penyelesaian


pekerjaan disebabkan oleh terjadinya keadaan memaksa/force majeure.

PASAL 23
ASURANSI

1. Semua biaya dan ongkos yang dikeluarkan oleh Pihak Pertama dalam rangka menutup
atau mengadakan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) atau Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Ketenaga Kerjaan untuk kepentingan Pihak Kedua dalam rangka
pelaksanaan Pekerjaan sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian Utama dan peraturan yang
berlaku, akan menjadi beban dan tanggungjawab Pihak Kedua secara proporsional yang
pelaksanaannya dengan cara melakukan pemotongan langsung terhadap pembayaran
pertama Prestasi Pekerjaan yang dibayarkan Pihak Pertama.

2. Pihak Kedua harus mengasuransikan semua peralatan atau kendaraan bermotor termasuk
alat berat yang digunakan untuk pelaksanaan Pekerjaan berikut dengan tenaga operatornya
serta pertanggungan terhadap pihak ketiga atas cidera badan dan kerusakan harta bendanya
termasuk menanggung biaya deductible bilamana terjadi Klaim.

3. Apabila Pihak Kedua lalai atau gagal untuk menutup atau mengadakan asuransi
sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 Pasal ini, maka Pihak Pertama akan menutup atau
mengadakan asuransi dimaksud, dan terhadap semua biaya atau ongkos yang dikeluarkan
tersebut dianggap sebagai hutang yang harus dibayar oleh Pihak Kedua kepada Pihak
Pertama, dan Pihak Pertama berhak untuk melakukan pemotongan atau pengurangan
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 36 Perjanjian ini.

4. Apabila terjadi kecelakaan atau peristiwa yang dapat mengakibatkan klaim berdasarkan
asuransi, maka untuk proses dan kelancaran klaim tersebut Pihak Kedua dalam waktu 1 x
24 jam harus memberitahukannya kepada Pihak Pertama.

PASAL 24
SERAH TERIMA PERTAMA

1. Apabila seluruh Pekerjaan telah selesai 100% (seratus persen) dan terpasang serta berfungsi
dengan baik sebagaimana tersebut dalam Pasal 10 ayat 1 Perjanjian ini, maka Pihak
Pertama dan Konsultan Pengawas/Pengguna Jasa akan mengadakan pemeriksaan berikut
pengujian akhir (testing dan commisioning) terhadap hasil Pekerjaan tersebut.

2. Setelah hasil pengujian sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 Pasal ini dinyatakan lulus,
Pihak Pertama akan menerbitkan Berita Acara Serah Terima Pertama yang ditandatangani
oleh Pihak Pertama dan Pihak Kedua. Dengan diterbitkannya Berita Acara tersebut, maka
Masa Pemeliharaan Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Perjanjian ini mulai berlaku.

PASAL 25
MASA PEMELIHARAAN PEKERJAAN

1. Jangka waktu Masa Pemeliharaan Pekerjaan dalam Perjanjian ini adalah selama 365 (tiga
ratus enam puluh lima) Hari Kalender terhitung sejak tanggal ditandatanganinya Berita
Acara Serah Terima Pertama (BAST-1).

2. Selama jangka waktu Masa Pemeliharaan Pekerjaan sebagaimana tersebut dalam ayat 1
Pasal ini, Pihak Kedua wajib melaksanakan semua kewajibannya sebagaimana ditetapkan
dalam Perjanjian ini dan semua biaya atau ongkos yang dikeluarkan selama melaksanakan
kewajibannya tersebut menjadi beban dan tanggungjawab Pihak Kedua.

3. Apabila Pihak Kedua lalai atau gagal atau tidak melaksanakan atau tidak memenuhi
kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Perjanjian ini, atau berdasarkan penilaian
Pihak Pertama, Pihak Kedua tidak dapat melaksanakan atau menyelesaikan
kewajibannya dalam Masa Pemeliharaan, maka Pihak Pertama berhak melakukan atau
menunjuk pihak lain untuk melaksanakan kewajiban yang dilalaikan atau tidak dipenuhi oleh
Pihak Kedua dengan ketentuan semua biaya atau ongkos yang dikeluarkan oleh Pihak
Pertama menjadi beban dan tanggung jawab Pihak Kedua dengan cara melakukan
pemotongan atau pengurangan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 36 Perjanjian ini.
PASAL 26
SERAH TERIMA KEDUA

Apabila jangka waktu Masa Pemeliharaan Pekerjaan berakhir, maka Pihak Pertama akan
menerbitkan Berita Acara Serah Terima Kedua dengan ketentuan setelah Konsultan
Pengawas/Pemilik Proyek telah menerbitkan berita acara akhir untuk Pihak Pertama.

PASAL 27
GANTI KERUGIAN

1. Pada dasarnya Pihak Pertama tidak memberikan ganti rugi apapun kepada Pihak Kedua
atas hal-hal sebagai berikut:
a. Kerusakan/kehilangan peralatan terkait pelaksanaan pekerjaan Pihak Kedua;
b. Kehilangan material dilapangan;
c. Adanya demonstrasi/protes dari warga masyarakat atau pihak lain diluar pihak-pihak
yang termasuk dalam Perjanjian ini terkait dengan pelaksanaan pekerjaan Pihak
Kedua;
d. Delay/tertundanya pelaksanaan pekerjaan selama dalam pembahasan
demonstrasi/protes tersebut;
e. Dan hal-hal lain terkait pelaksanaan pekerjaan Pihak Kedua.

2. Apabila Pihak Kedua merusakan/menghilangkan sengaja atau tidak sengaja Peralatan milik
Pihak Pertama yang dipinjamkan kepada Pihak Kedua, wajib mengganti sebesar 100%
(seratus persen) harga peralatan yang dirusakan/dihilangkan tersebut.

3. Pelaksanaan pembayaran ganti rugi tersebut dalam ayat 2 Pasal ini akan dilakukan dengan
cara sebagaimana ditentukan dalam Pasal 36 Perjanjian ini.

4. Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 Pasal ini tidak berlaku apabila keterlambatan
dimaksud disebabkan oleh keadaan memaksa/force majeure.

PASAL 28
RISIKO

1. Apabila dalam jangka waktu pelaksanaan pekerjaan terjadi kemacetan-kemacetan yang


diakibatkan tidak masuknya atau tidak tersedianya alat-alat karena semata-mata kesalahan
Pihak Kedua, maka segala risiko akibat kemacetan pekerjaaan tersebut menjadi tanggung
jawab Pihak Kedua.

2. Pihak Kedua membebaskan Pihak Pertama dari segala tuntutan para tenaga kerja dan
Pihak Ketiga termasuk lembaga-lembaga lainyang terkait dengan pelaksanaan Perjanjian
ini baik didalam maupun di luar Pengadilan.
3. Bilamana selama Pihak Kedua melaksanakan pekerjaan ini menimbulkan kerugianbagi
Pihak Ketiga, dan atau biaya-biaya yang terkait dengan pengamanan proyek (Preman, LSM,
wartawan dan lain-lain) maka biaya dan kerugian sepenuhnya ditanggung oleh Pihak
Kedua.
PASAL 29
PENGAMBILALIHAN PEKERJAAN

1. Pihak Kedua harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang telah
disepakati bersama.

2. Pihak Pertama akan memberikan Peringatan tertulis kepada Pihak Kedua apabila terjadi
keterlambatan pelaksanaan pekerjaan dan selanjutnya Pihak Kedua harus melaksanakan
upaya-upaya percepatan pelaksanaan pekerjaan.

3. Pihak Pertama berhak mengambil alih sebagian atau keseluruhan pekerjaan apabila Pihak
Kedua tidak menunjukkan upaya-upaya percepatan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu 7
(tujuh) hari terhitung sejak Surat Peringatan diterbitkan.

4. Apabila terjadi pengambilalihan sebagian atau keseluruhan pekerjaan oleh Pihak Pertama,
maka seluruh biaya yang dikeluarkan oleh Pihak Pertama atas pengambilalihan tersebut
menjadi beban Pihak Kedua dan akan dipotongkan langsung pada tagihan.

PASAL 30
KEADAAN MEMAKSA / FORCE MAJEURE

1. Keadaan memaksa/force majeure ialah suatu keadaan atau hal-hal yang terjadi diluar
kemampuan dan kekuasaan Pihak Kedua dan/atau Pihak Pertama ataupun oleh pihak
lain yang profesional seperti: banjir, gempa bumi, gunung meletus, angin topan, tanah
longsor, kebakaran atau bencana alam lainnya, peperangan, pemberontakan, huru-hara
umum yang bersifat memaksa dan mempunyai akibat langsung terhadap jangka waktu
penyelesaian Pekerjaan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 10 ayat 1 Perjanjian ini serta
dapat disetujui oleh Pihak Pertama.

2. Apabila keadaan memaksa/force majeure tersebut dalam ayat 1 Pasal ini terjadi, maka
Pihak Kedua harus memberitahukan secara tertulis kepada Pihak Pertama tidak lebih dari
1 x 24 jam terhitung sejak terjadinya keadaan memaksa tersebut dengan disertai bukti-bukti
yang sah sebagai pendukung.

3. Sehubungan dengan pemberitahuan tersebut dalam ayat 2 Pasal ini, maka secara tertulis
Pihak Pertama akan menyetujui atau menolak terhadap terjadinya keadaan
memaksa/force majeure dalam jangka waktu 7x24 jam terhitung sejak diterimanya
pemberitahuan tersebut atau menyesuaikan dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
Keputusan Pemerintah Republik Indonesia (Instansi pemerintah yang terkait)
4. Pihak Pertama pada dasarnya hanya mempertimbangkan penambahan terhadap jangka
waktu penyelesaian Pekerjaan sebagai akibat terjadinya keadaan memaksa/force majeure
dengan ketentuan penambahan waktu yang diberikan tersebut tidak melebihi perpanjangan
waktu yang didapat Pihak Pertama dari Konsultan Pengawas/Pemilik Proyek.

PASAL 31
BERAKHIRNYA PERJANJIAN UTAMA

Perjanjian ini bersifat accessoir (ekor) dari Perjanjian Utama, maka dengan berakhirnya
Perjanjian Utama demi hukum Perjanjian ini juga berakhir. Demikian pula apabila Pemilik
Proyek melakukan pembatalan atau pengakhiran Perjanjian Utama kepada Pihak Pertama,
maka demi hukum Perjanjian ini juga dianggap berakhir yang dengan tanpa ada hak atau
klaim terhadap kerugian atau pengeluaran biaya lainnya dari Pihak Kedua, namun demikian
Pihak Kedua tetap berhak terhadap pembayaran dari Pihak Pertama atas jumlah uang yang
sebanding dengan nilai Pekerjaan yang telah dilaksanakan.

PASAL 32
PENGHENTIAN SEMENTARA/PENUNDAAN DAN
PENGAKHIRAN PERJANJIAN OLEH PIHAK PERTAMA

1. Pihak Pertama berhak melakukan penghentian sementara/penundaan atas pelaksanaan


pekerjaan apabila terjadi penyimpangan dan/atau kecurangan dalam pelaksanaan Perjanjian
yang mengakibatkan kerugian bagi Pihak Pertama sesuai peraturan Menteri BUMN Nomor :
PER-19/MBU/2012 tanggal 27 Desember 2012 tentang pedoman penundaan transaksi bisnis
yang terindikasi penyimpangan dan/atau kecurangan.

2. Pihak Pertama berhak secara sepihak untuk melakukan pengakhiran atau pembatalan
Perjanjian ini dengan terlebih dahulu melakukan pemberitahuan secara tertulis kepada
Pihak Kedua, apabila:
2.1. Pihak Kedua dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender sejak Perjanjian ini ditandatangani
tidak melaksanakan Pekerjaan,

2.2. Pihak Kedua gagal atau lalai dalam melaksanakan Pekerjaan sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan dalam Perjanjian ini atau gagal/lalai memenuhi persyaratan atau
perintah yang ditetapkan oleh Pihak Pertama atau Konsultan Pengawas sehubungan
dengan pelaksanaan Pekerjaan,

2.3. Pihak Kedua gagal atau lalai dalam memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pihak
Pertama atau peraturan perundang-undangan yang berlaku sehubungan dengan
pelaksanaan pencegahan kecelakaan dalam pelaksanaan Pekerjaan,

2.4. Pihak Kedua telah mengalihkan sebagian atau seluruh Pekerjaan kepada pihak lain
tanpa persetujuan tertulis dari Pihak Pertama,
2.5. Pihak Kedua diharuskan membayar sanksi dan denda sampai jumlah maksimum
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 22 ayat 1 namun pekerjaan tetap tidak dapat
diselesaikan,
2.6. Pihak Kedua berdasarkan penilaian Pihak Pertama nyata-nyata tidak dapat
melaksanakan atau menyelesaikan Pekerjaan,

2.7. Pihak Kedua dinyatakan bangkrut/pailit atau surat ijin usahanya dicabut atau
dinyatakan tidak berlaku lagi oleh instansi yang berwenang,

2.8. Konsultan Pengawas/Pemilik Proyek melakukan penundaan terhadap pelaksanaan


pekerjaan sebagaimana ditetapkan dalam Perjanjian Utama.

3. Berdasarkan surat pengakhiran atau pembatalan Perjanjian sebagaimana dimaksud dalam


ayat 1 Pasal ini, maka Pihak Kedua harus menyerahkan kepada Pihak Pertama semua
arsip gambar Pekerjaan baik yang sudah, sedang atau belum dilaksanakan berikut
perhitungan-perhitungan dan keterangan-keterangan yang berkaitan dengan Pekerjaan, oleh
karenanya Pihak Pertama berhak untuk:
3.1. Melanjutkan pelaksanaan atau memperbaiki Pekerjaan yang dilaksanakan Pihak Kedua
dengan menggunakan seluruh atau sebagian bahan/material yang diadakan oleh Pihak
Kedua atau semua peralatan/perlengkapan baik yang disewa atau dimiliki oleh Pihak
Kedua yang akan atau telah diadakan dan berada di Lokasi Proyek atau Lokasi
Pekerjaan, dan/atau

3.2. Menunjuk pihak lain untuk melanjutkan, menyelesaikan dan memelihara Pekerjaan,
dan/atau

3.3. Menerima dan meminta kembali atau menuntut langsung terhadap semua kerugian
yang dialami, berikut biaya/ongkos yang dikeluarkannya kepada Pihak Kedua dengan
cara melakukan pengurangan atau pemotongan sebagaimana ditentukan dalam Pasal
36 Perjanjian, dan/atau

3.4. Mencairkan Jaminan Pelaksanaan/ mencairkan biaya penangguhan yang disebutkan


pada Pasal 15 ayat 4.

4. Pihak Pertama akan melaksanakan pembayaran kepada Pihak Kedua atas sejumlah nilai
Prestasi Pekerjaan yang telah dilaksanakan. Perhitungan terhadap nilai Prestasi Pekerjaan
tersebut akan dilakukan oleh kedua belah pihak yang kemudian dinyatakan dalam suatu
berita acara yang ditandatangani oleh kedua belah pihak.

5. Sehubungan dengan terjadinya pengakhiran/pembatalan Perjanjian ini sebagaimana tersebut


dalam ayat 1 Pasal ini, PIHAK PERTAMA berhak baik atas kemauannya sendiri atau atas
permintaan Konsultan Pengawas/Pemilik Proyek untuk menggunakan semua peralatan baik
yang disewa atau yang dimiliki PIHAK KEDUA yang berada di Lokasi Proyek atau Lokasi
Pekerjaan.
PASAL 33
PENGABAIAN PERATURAN

Sehubungan dengan pelaksanaan pengakhiran Perjanjian sebagaimana dimaksud Pasal 31 dan


Pasal 32 Perjanjian ini, Pihak Pertama dan Pihak Kedua sepakat dan setuju untuk
mengabaikan atau mengenyampingkan atau tidak mematuhi/menggunakan ketentuan yang
diatur dalam Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

PASAL 34
KEPATUHAN PADA PERATURAN YANG BERLAKU

Kecuali yang ditentukan dalam Pasal 33 Perjanjian ini, Pihak Kedua harus mematuhi dan
tunduk pada peraturan atau perundang-undangan yang berlaku sehubungan dengan
pelaksanaan Perjanjian ini, termasuk peraturan atau perundang-undangan yang mengatur
tenaga kerja atau yang berkaitan dengan pencegahan terjadinya kecelakaan.

PASAL 35
PAJAK, CUKAI DAN PUNGUTAN

1. Pihak Kedua atas biayanya sendiri bertanggungjawab terhadap semua biaya atau ongkos
yang dikeluarkan untuk pajak, cukai dan pungutan lainnya yang menjadi kewajibannya
sehubungan dengan pelaksanaan Perjanjian ini.
2. Pajak – pajak lain di luar PPN yang bertalian dengan Surat Perjanjian ini, menjadi tanggung
jawab Pihak Kedua dan segera dilunasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
PASAL 36
PENGURANGAN TERHADAP TAGIHAN

Pihak Pertama berhak untuk melakukan pengurangan atau pemotongan secara langsung
terhadap sejumlah uang yang sudah dan/atau akan menjadi hak Pihak Kedua termasuk retensi
dan jaminan yang telah diserahkannya, sebesar atau sejumlah uang yang berdasarkan
Perjanjian ini merupakan kewajiban dan tanggungjawab Pihak Kedua, termasuk semua
kerugian atau kehilangan atau apapun yang berkaitan dengan pelaksanaan Pekerjaan, baik
selama pelaksanaan Pekerjaan berlangsung atau pada saat pengakhiran/pembatalan
Perjanjian ini.

PASAL 37
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

1. Apabila timbul sengketa atau perselisihan antara Pihak Pertama dengan Pihak Kedua
sehubungan dengan pelaksanaan Perjanjian ini, maka kedua belah pihak setuju untuk
menyelesaikannya secara musyawarah dan hasil yang dicapai dari musyawarah tersebut
akan dinyatakan dalam suatu pernyataan tertulis yang secara hukum bersifat mengikat dan
harus ditanda-tangani oleh kedua belah pihak.
2. Apabila perselisihan tersebut tidak dapat diselesaikan secara musyawarah dalam waktu 14
(empat belas) hari, maka kedua belah pihak sepakat menyerahkan penyelesaian perselisihan
tersebut kepada suatu badan arbitrase.
3. Badan arbitrase yang disepakati dan ditunjuk untuk menyelesaikan perselisihan tersebut
adalah Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) yang berkedudukan di Gedung Wahana
Graha Lt. 1 dan 2, Jalan Mampang Prapatan Nomor 2, Duren Tiga, Pancoran, Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12760 dan semua proses penyelesaian perselisihan
tersebut berdasarkan prosedur dan peraturan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI)
yang berlaku.
4. Setiap keputusan atau ketetapan yang dihasilkan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI)
secara hukum bersifat mengikat baik untuk tingkat pertama dan terakhir, serta tidak dapat
dilakukan banding ataupun kasasi.

5. Selama perselisihan tersebut masih dalam proses penyelesaian, baik saat diselesaikan secara
musyawarah ataupun badan arbitrase, maka Pihak Kedua tidak diperkenankan untuk
menunda atau menghentikan pelaksanaan Pekerjaan sebagaimana ditetapkan dalam
Perjanjian ini, kecuali jika ada persetujuan tertulis dari Pihak Pertama.

PASAL 38
HUKUM YANG BERLAKU

Hukum yang berlaku sehubungan dengan pelaksanaan Perjanjian ini adalah hukum Negara
Republik Indonesia.
PASAL 39
PEMBERITAHUAN DAN KORESPONDENSI

1. Pihak Kedua wajib untuk memberitahukan secara berkala kepada Pihak Pertama semua
keterangan atau informasi atau perhitungan yang diperlukan dalam pelaksanaan Pekerjaan
secara tertulis demi berhasilnya pelaksanaan Pekerjaan, termasuk perubahan atau
modifikasi metode pelaksanaan Pekerjaan yang dilakukan oleh Pihak Kedua.

2. Korespondensi diantara Para Pihak ditujukan ke alamat berikut :


2.1. Pihak Pertama
PT. BATHARA JAYA SARTIKA.
Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan No. 36. Kota Makassar Sulawesi Selatan
U.P. : Ir. ST. Nursiah
Telp. : (0411) 586955
Fax. : (0411) 586956
Email : batharajayasartika@yahoo.com

2.2. Pihak Kedua


PT. HARMUJI BANGUN LAKSAMANA
Alamat : Gedung Pembina Graha Blok 2 Ruang 116
Jl. D.I Panjaitan No.
N 45 Rt, 017/006
0 Raw
wa Bunga Jatinegara
J
Jakarta a Timur
U.P. : Ir. Taqqdir Syawir
Telp. : 021- 8 856 6191
Fax. : 021- 8 856 6191
Email : harmu ujibangunlakksamana@
@gmail.com

3. Dala
am hal Pihak
P Keddua mene erima perintah/instrukksi langsu
ung dari Konsultan n
Penngawas/Pe engguna Jasa
J sehubbungan denngan pelakksanaan Peekerjaan, m
maka Pihakk
Keddua wajib untuk segera membe eritahukan terlebih dahulu kepa
ada Pihak Pertama,,
mun apabila Pihak Ked
nam dua lalai ata
au tidak me
elaksanakan
n kewajiban
n tersebut m
maka semua
a
akib
bat yang tim
mbul menjad
di tanggunggjawab Pihaak Kedua.

PASAL 40
4
KETE
ENTUAN PE
ENUTUP

1. Sega
ala sesuatu yang belum diatur dalam
d Perja anjian ini dan dipand dang perlu oleh Para a
Piha
ak untuk diilakukan peerubahan-pe erubahan akan diatur dalam perjjanjian tambahan atau u
Adde
endum/Ama andemen ya ang merupa akan bagian yang tidak k terpisahkan dari Perjanjian ini.
2. Peng
ggunaan jud dul dan isttilah di dala
am Perjan njian ini ha ukan untuk membantu
anya dituju u
pemaahaman isi dari Perjannjian ini.
3. Perjanjian ini dibuat da an hanya dapat
d diintterpretasika
an berdasarrkan hukum m Republikk
Indonesia.

Para Pihak
P sepa
akat dan mengakui
m Perjanjian
P n ini berikut lampiran-lampirann
nya adalah
h
merupakkan satu kessatuan yang
g tidak terp n mengikat kedua bela
pisahkan dan ah pihak.

buat dalam rangkap 2 (dua) asli yang ditan


Perjanjian ini dib ndatangani di atas ma
aterai yang
g
cukup oleh
o kedua belah pihhak dan mempunyai
m kekuatan hukum yan ng sama serta
s dapatt
dipergun
nakan sebaggaimana me
estinya.

PIHA
AK PERTAM
MA, PIHAK KEDUA,
K
P BATHA
PT. ARA JAYA SARTIKA
S PT. HARM
MUJI BANG
GUN LAKSA
AMANA

Ir. ST.
S Nursiaah Ir. Taqdir Syawir
Dire
ektur Utam
ma Direktur Utama

Anda mungkin juga menyukai