1 SM PDF
1 SM PDF
Hiryanto
Hiryanto
Pendidikan Luar Sekolah FIP UNY
hiryanto@uny.ac.id
(golden age). Pada dimensi ini dewasa lebih kebutuhan belajarnya (Freire, 1973; dan
ditujukan pada kematangan seorang individu. Milton dkk, 1985). Lebih lanjut, Lovell
Anderson dalam Psychology of Development mengatakan bahwa: Adulthood is the time
and personal Adjustment (1951), when basic skills and abilities were so rapidly
meyimpulkan tujuh ciri kematangan bagi acquired in childhood are consolidated and
seorang individu yaitu: 1) Kematangan exploited to the full and many new skills and
individu dapat dilihat dari minatnya yang competencies learned. There can be many
selalu berorientasi pada tugas-tugas yang factors influencing the way in which an adult
dilakukan atau dikerjakannya, serta tidak approaches a new learning experience. Some
mengarah pada perasaan-perasaan diri sendiri related to the characteristics of the
atau untuk kepentingan pribadi (tidak pada learners and range from personality and
diri dan atau ego). 2) Tujuan-tujuan yang cognitive styles to individual differences
dikembangkan dalam konsep dirinya jelas in age, experience, motivations and self-
dan selalu memiliki kebiasaan kerja yang perception. Other relate to social context
efisien. 3) Kemampuan dalam within which learning takes place and to the
mengendalikan perasaan pribadi dalam ways in which any formal teaching is
pengertian selalu dapat mempertimbangkan planned and carried out and evaluated
pribadinya dalam bergaul dengan orang lian. (Lovelly, 1980:1)
4) Memiliki pandangan yang obyektif dalam
Secara fundamental, karakteristik
setiap keputusan yang diambilnya. 5) Siap
kedewasaan atau kematangan seorang
menerima kritik atau saran untuk peningkatan
individu yang paling mendasar terletak pada
diri. 6 ) Bertanggung jawab atas segala usaha-
tanggung jawabnya. Ketika individu sudah
usaha yang dilakukan. 7) Secara realitas
mulai memiliki kemampuan memikul
selalu dapat menyesuaikan diri dalam situasi-
tanggung jawab, dimana ia sanggup
situasi baru. Kematangan seorang individu
menghadapi kehidupannya sendiri dan
dapat pula menjadi patokan bagi kedewasaan
mengarahkan diri sendiri. Jika mereka
secara sosial, hal ini dapat dicermati dari
menghadapi situasi baru tidak memiliki bekal
kesiapannya dalam menerima
kemampuan maupun keterampilan diri (skills
tanggungjawab, mengerjakan dan
of directed inquiry), maka ia akan merasa
menyelesaikan tugas-tugas peribadi dan
sulit dalam mengambil inisiatif terutama
sosialnya terutama untuk memenuhi
dalam memiliki tanggung jawab belajarnya.
- 70
Hiryanto
Tidak sedikit individu yang telah memiliki Dalam dimensi sebagai peserta didik
latar belakang pendidikan tinggi (universitas, (murid, warga relajar) andragogi, dewasa
perguruan tinggi, sekolah tinggi) tidak siap dalam banyak hal memiliki beberapa
menerima tanggung jawab lebih lanjut dari keunggulan-keunggulan. Dari segi konsep
hasil belajarnya. Sehingga individu-individu diri, mereka memiliki kematangan
tersebut menjadi penganggur, mengalami psikologis; bertanggung jawab, memiliki
kecemasan, frustasi, dan kegagalan. Bersikap hasrat dan motivasi kuat untuk belajar dan
pasif menghadapi dunia kesehariannya dan mampu mengarahkan dirinya. Mereka dapat
tidak berdaya atau berani dalam menghadapi belajar dan mempelajari sesuatu dalam skala
masa depan. Kematangan dalam kondisi yang lebih luas dan memilih strategi belajar
dewasa-matang, dapat ditandai oleh yang lebih baik, lebih efektif dan lebih terarah
kemampuan memenuhi kebutuhannya, dan mampu mengarahkan diri (self directing).
memanfaatkan pengalamannya dan Dari pengalaman belajar, peserta didik
mengidentifikasi kesediaan belajar. Ketika dewasa memiliki setumpuk pengalaman
kemampuan belajar seputar masalah sebagai resource persons and total life
kehidupannya menjadi meningkat, maka impressions dalam kaitannya dengan orang
sikap ketergantungan kepada orang lain akan lain. Mereka dapat menjadi sumber dan bahan
semakin berkurang. Orang dewasa yang belajar yang kaya, terutama dalam
memiliki konsep diri matang dapat memikul mendukung belajar kelompok serta belajar
tanggung jawab kehidupan, menyadari bersama dengan ahli-ahli. Sistem
dimana posisi dirinya pada saat itu dan tahu pembelajaran pada peserta didik dewasa
akan kemana tujuan hidupnya. Disamping itu dapat diarahkan ke dalam berbagai bentuk
pula mereka cakap dalam mengambil kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhannya
keputusan dan mampu berpartisipasi di dan kebutuhan sumber serta bahan belajar,
masyarakat dan akan mampu mengarahkan seperti pada: kelompok diskusi, bermain
dirinya, memilih dan menetapkan pekerjaan peran, simulasi, pelatihan, (group discusion,
yang relevan. Orang dewasa yang betul-betul team designing, role playing, simulations,
matang secara psikologis tidak akan skill practice sessions) (Inggalls, 1973,
menghindar atau lari dari masalah yang Knowless, 1977 dan Unesco, 1988)
dihadapi (Knowless, 1986:55). Dari segi kesiapan belajar, orang
dewasa memandang bahwa “all living is
- 71
Hiryanto
learning. Learning is not only preparation for lebih dimungkinkan terlibat dalam self
living the very essence of living, the very initiated education atau self directed
essence of living it self”. Setiap peserta didik education, ketimbang dalam self directed
memiliki pola kesiapan yang berbeda dengan learning. Proses dan aktivitasnya
warga lainnya terutama dalam hal kekuatan dideskripsikan sebagai self directed learning
motivasi (inner motivations) seperti: needs atau self directed education atau self
for esteem (self esteem), urge to grow, the teaching, learning projects or major learning
satisfaction for accomplishment, the need to efforts (Brookfield, 1986:47) Dari perspektif
know something specific and curiosity to waktu dan orientasi belajar, orang dewasa
learn”. Pada umumnya orang dewasa mereka memandang belajar itu sebagai suatu proses
memiliki kemampuan membaca, menulis dan pemahaman dan penemuan masalah serta
menghitung dan menguasai kemampuan pemecahan masalah (problem finding and
verbal dan kecakapan mengambil keputusan problem solving), baik berhubungan dengan
yang relevan dengan kebutuhan pribadi dan masalah kekinian maupun masalah
tuntutan sosialnya. Mereka merancang dan kehidupan di masa depan. Orang dewasa
menetapkan minat dan kebutuhan belajarnya, lebih mengacu pada tugas atau masalah
mendiagnosis kebutuhannya sesuai tuntutan kehidupan (task or problem oriented).
hidupnya dan lain-lainnya. Pembelajaran Sehingga orang dewasa akan belajar
dapat bertindak sebagai nara sumber, mengorganisir pengalaman hidupnya.
pengarah, pembimbing, pemberi fasilitas, (Knowless, 1977, Unesco, 1988, Kamil,
atau teman belajar (resource person, guide, 2001, Saraka, 2001)
helper, facilitator or partner for the Berdasarkan kondisi-kondisi itu dan
learners) (Inggalls, 1973, Knowless, 1977, konsepsi andragogi, istilah pendidikan orang
Unesco, 1988, Saraka, 2001) dewasa dapat diartikan sebagai Pendidikan
Secara alamiah, orang dewasa yang ditujukan untuk peserta didik yang telah
memiliki kemampuan menetapkan tujuan dewasa atau berumur 18 tahun ke atas atau
belajar, mengalokasi sumber belajar, telah menikah dan memiliki kematangan, dan
merancang strategi belajar dan mengevaluasi untuk memenuhi tuntutan tugas tertentu
kemajuan terhadap pencapain tujua relajar dalam kehidupanya. Derkenwald dan
secara mandiri. Lebih jauh Tough Merriam mengungkapkan pengertian
menyatakan bahwa: Peserta didik dewasa pendidikan orang dewasa adalah “is a process
- 72
Hiryanto
where by person whose major social roles perbedaan antara kegiatan belajar anak-anak
characteristic of adult status undertake dengan orang dewasa, hal tersebut karena
systematic and sustained orang dewasa memiliki: 1) Konsep diri (The
learning activities for the purpose of bringing self-concept), 2) Pengalaman hidup (The role
about chnges in knowledge, attitudes, values, of the learner’s experience); 3) Kesiapan
or skliss”. Pendidikan orang dewasa adalah belajar (Readiness to learn); 4) Orientasi
suatu proses belajar yang sistematis dan belajar (Orientasion to learning); 5)
berkelanjutan pada orang yang berstatus Kebutuhan pengetahuan (The need to know);
dewasa dengan tujuan untuk mencapai dan 6) Motivasi (Motivation).
perubahan pada pengetahuan, sikap, nilai dan Pendapat-pendapat itu sejalan dengan
keterampilan. Kondisi-kondisi yang dapat beberapa definisi yang dikembangkan para
ditimbulkan dari definisi itu adalah: 1) Orang ahli diantaranya adalah: Definisi yang
dewasa termotivasi untuk belajar sesuai diungkapkan oleh Morgan, Barton et al
dengan kebutuhan dan minat mereka; 2) (1976) bahwa, pendidikan orang dewasa
Orientasi belajar bagi orang dewasa adalah adalah suatu aktifitas pendidikan yang
berpusat pada kehidupan; 3) Pengalaman dilakukan oleh orang dewasa dalam
sebagai sumber kekayaan untuk belajar orang kehidupan sehari-hari yang hanya
dewasa; 4) Orang dewasa mengharapkan menggunakan sebagian waktu dan tenaganya
berhubungan sendiri dengan kebutuhan yang untuk mendapatkan tambahan intelektual.
tepat; 5) Perbedaan individual di antara Sejalan dengan definisi itu, Reevers, Fansler,
perorangan berkembang sesuai dengan dan Houle menyatakan bahwa, pendidikan
umurnya. orang dewasa adalah upaya yang dilakukan
Knowles (1976) melanjutkan oleh individu dalam rangka pengembangan
pemahamnan C. Linderman, mengungkapkan diri, dimana dilakukan dengan tanpa paksaan
bahwa kondisi orang dewasa dalam belajar (legal).(Suprijanto, 2007:13). UNESCO lebih
berbeda dengan anak-anak. Kalaulah pada tajam mendifinisikan pendidikan orang
anak-anak digunakan istilah “padagogy” dewasa sebagai suatu proses pendidikan yang
sehingga diartikan dengan “the art and terorganisir baik isi, metode dan
science of teaching children” atau ilmu dan tingkatannya, baik formal maupun
seni mengajar anak-anak. Menurut nonformal, yang melanjutkan maupun
pandangannya, mengapa sampai terjadi menggantikan pendidikan di sekolah,
- 73
Hiryanto
melaksanakan tugas-tugas kehidupan nyata jalur pembelajaran dan proses untuk pelajar,
dan (d) membutuhkan keterlibatan diri dalam yang melakukan negosiasi belajar dan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi menentukan apa yang akan dipelajari dan
pembelajaran. bagaimana hal itu akan dipelajari (Hase &
Berdasarkan paparan di atas, dapat Kenyon, 2000; Eberle, 2009).
disimpulkan bahwa terjadinya perbedaan
Sebuah konsep kunci dalam
antara pedagogi dengan andragogi, lebih
heutagogy adalah bahwa dari putaran ganda
dikarenakan perbedaan sasaran, pedagogi
pembelajaran dan refleksi diri (Argyris &
sasarannya anak-anak dan andragogi lebih
Schon, 1996, seperti dikutip dalam Hase &
pada orang dewasa yang telah memiliki
Kenyon, 2000). Dalam putaran ganda
kematangan fungsi biologis, sosial dan
pembelajaran, peserta didik
psikologisnya
mempertimbangkan masalah dan tindakan
yang dihasilkan dan hasil, selain
Heutagogy ( Self-Determined Learning)
merefleksikan proses pemecahan masalah
Heutagogy (berdasarkan Yunani dan bagaimana hal itu mempengaruhi
untuk "diri") didefinisikan oleh Hase dan keyakinan dan tindakan pelajar itu sendiri
Kenyon pada tahun 2000 sebagai studi
Heutagogy sebagai Perpanjangan
pembelajaran yang ditentukan sendiri
Andragogi
(mandiri). Heutagogy menerapkan
pendekatan holistik untuk mengembangkan Pendekatan heutagogical dapat dilihat
kemampuan peserta didik, dengan belajar sebagai perkembangan dari pedagogi ke
sebagai proses aktif dan proaktif, dan peserta andragogi untuk heutagogy, dengan peserta
didik melayani sebagai "agen utama dalam didik juga maju dalam kedewasaan dan
pembelajaran mereka sendiri, yang terjadi otonomi (Canning, 2010 ). Peserta didik lebih
sebagai akibat dari pengalaman pribadi" dewasa membutuhkan lebih sedikit kontrol
(Hase & Kenyon, 2007, hal. 112). Seperti dari instruktur dan tentu saja struktur dan
dalam pendekatan andragogik, Instruktur dapat lebih mandiri dalam belajar mereka,
atau pendidik pada heutagogy juga sementara peserta didik kurang matang
memfasilitasi proses pembelajaran dengan membutuhkan lebih banyak bimbingan
memberikan bimbingan dan sumber daya, instruktur dan kursus perancah (prasyarat)
tetapi sepenuhnya pemilihan kepemilikan
- 75
Hiryanto
(Canning & Callan, 2010; Kenyon & Hase, menetapkan program pembelajaran,
2010). merancang dan mengembangkan peta belajar,
Dengan dasar dari andragogy, dari kurikulum untuk penilaian (Hase, 2009).
heutagogy lebih lanjut memperluas Heutagogy menekankan pengembangan
pendekatan andragogical dan dapat dipahami kemampuan selain kompetensi (andragogy).
sebagai sebuah kontinum andragogy (Tabel Tabel 1 memberikan gambaran tentang sifat-
1). Dalam andragogy, kurikulum, pertanyaan, sifat yang membantu menunjukkan cara di
diskusi, dan penilaian dirancang oleh mana heutagogy dibangun berdasarkan dan
instruktur sesuai dengan kebutuhan peserta meluas andragogy.
didik; sedangkan pada heutagogy, pelajar
Tabel 1. Heutagogy sebagai Continuum dari Andragogi
Linear design and learning approach ► Non-linier design and learning approach
Getting Student to learn (content) ► Getting student to understand how they lear
(process)
belajar dan hasil dari itu membuat guru dapat didik sendiri yang menentukan apa dan
bekerja lebih lanjut tentang cara pengajaran bagaimana belajar itu dilakukan. Heutagogi
dan hasil yang diperoleh (Sudarwan Danim, merupakan suatu studi tentang pembelajaran
(2010: 144). Sementara konsep Andragogi yang ditentukan secara mandiri oleh
sebagaimana dikemukakan oleh Malcolm pembelajar, dapat pula dilihat sebagai suatu
Knowles dalam Sharan B Marriam (2001 : 4) perkembangan alamiah dari metodologi
merupakan label baru atau teknologi baru dari pendidikan sebelumnya terutama dari
belajar orang dewasa, yang konsep ini di pengembangan kemampuan dan mungkin
Eropa didefinisikan sebagai seni atau ilmu menyediakan pendekatan optimal untuk
membantu orang dewasa belajar. belajar di abad dua puluh satu.
Dengan demikian dapat dikatakan Hubungan Pedagogi, Andragogi dan
bahwa dengan adanya perubahan dalam Heutagogi, menurut Mezirow, dalam Lisa
masyarakat yang sangat pesat atau dikenal Marie Blaschke (2012), dilihat dari
dengan era ledakan informasi, maka kematangan dan autonomi serta peran dari
diperlukan adanya sebuah pendekatan pendidik, dapat digambarkan dengan
pendidikan dalam belajar dimana peserta menggunakan pyramid sebagai berikut
- 66
Hiryanto
Level 3
Heutagogi
Realisasi
Instructur
Learner control and
maturity Level 2 Andragogi course
and structuring
autonomy (cultivation) required (+)
required (-)
Level 1 Pedagogi
Engagement
Gambar 2: Kemajuan pedagogi ke andragogi kemudian heutagogi menurut Canning, 2010 p. 63)
Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan maka peran instruktur serta materi yang
bahwa hubungan antara pedagogi, andragogi terstruktur semakin berkurang, dan
maupun heutagogi, dapat dilihat dari tingkat sebaliknya semakin muda (anak-anak)
kematangan peserta didik serta syarat dengan pendekatan pedagogi, maka peran
kemandirian belajar, bahwa semakin instruktur dan materi yang terstruktur
bertambah umur maka akan matang dan semakin dominan.
bertambah kemandirian belajarnya,
sementara dilihat dari peran pendidik atau
instruktur, maka semakin bertambah usia
- 66
Hiryanto
Lisa Marie Blaschke (2012), Heutagogy and Suharto Edi, 2014. Membangun Masyarakat.
Lifelong Learning: A Review of Memberdayakan Rakyat.
Heutagogical Practice and Self- Kajian Strategis Pembangunan
Ditermined Learning. The Kesejahteraan Sosial dan
International Review of Pekerjaan Sosial.Bandung:
Research open and distance Refika Aditama
Learning. Vol 13. No.1 Januari
2012 Sudarwan Danim. 2010. Pedagogi,
Andragogi dan Heutagogi.
Muhammad Ali, dkk. 2007. Ilmu dan Bandung; Penerbit Alfabeta
Aplikasi Pendidikan. Bandung:
Pedagogiana Press. Tilaar, Jimmy Ph Paat dan Lody Paat. 2011.
Pedagogik Kritis.
Sharan B Merriam (editor). 2001. The New Perkembangan, Substansi dan
Uptade on Adult Learning Perkembangannya di
Theory. San Francisco. Jossey Indonesia. Jakarta: Penerbit
Bass. Rineka Cipta.