Anda di halaman 1dari 8

JKK, Tahun 2017, Vol 6(2), halaman 70-77 ISSN 2303-1077

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS


KULIT BIJI PINANG SIRIH (Areca catechu L.)

Revina Petrina1*, Andi Hairil Alimuddin1, Harlia1


1
Progam Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,
Jln. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi 78124, Pontianak
*email: revina.petrina@gmail.com

ABSTRAK
Tanaman pinang sirih (Areca catechu Linn) telah digunakan secara tradisional dalam bidang
pengobatan. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan pengujian potensi antioksidan dan
toksisitas dari ekstrak kulit biji pinang sirih (Areca catechu L.). Aktivitas antioksidan diuji dengan
metode DPPH dengan reagen 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil. Pengujian toksisitas dilakukan dengan
metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Aktivitas antioksidan dinyatakan dengan nilai IC50.
nilai IC50 ekstrak kental kulit biji pinang sirih sebesar 30,39 ppm, fraksi metanol 29,42 ppm,
fraksi etil asetat 45,11 ppm, dan fraksi n-heksana 17,85 ppm. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa ekstrak dan semua fraksi mempunyai sifat antioksidan yang kuat. Aktivitas yang paling
kuat ditunjukkan pada fraksi n-heksana. Efek toksistas dinyatakan dengan nilai LC50. Nilai LC50
ekstrak kental metanol kulit biji pinang sirih sebesar 7,695 ppm, fraksi metanol 5,481 ppm, fraksi
etil asetat 6,323 ppm, dan fraksi n-heksana 5,727 ppm. Fraksi metanol menunjukkan tingkat
toksisitas yang lebih tinggi dibandingkan ekstrak kental metanol, fraksi etil asetat dan fraksi n-
heksana. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa ekstrak kulit biji pinang sirih (Areca catechu
L.) mengandung senyawa yang memiliki potensi sebagai antioksidan dan sitotoksik.

Kata Kunci: antiokisdan, Areca catechu Linn, BSLT, DPPH, toksisitas

PENDAHULUAN Yaki untuk diuji aktivitas antioksidan dan


toksisitas.
Pinang merupakan tanaman yang
Metode ekstraksi yang dilakukan dalam
banyak manfaatnya bagi kesehatan.
penelitan ini adalah metode sokletasi
Kandungan kimia dari biji pinang adalah
menggunakan pelarut metanol. Ekstrak
karbohidrat, lemak, polifenol termasuk
metanol yang diperoleh kemudian
flavonoid dan tanin, alkaloid, dan mineral
difraksinasi dengan metanol, etil asetat, dan
(Jaiswal, dkk., 2011). Biji buah pinang juga
n-heksana. kemudian dilanjutkan dengan
berpotensi untuk dikembangkan sebagai
pengujian antioksidan dan toksisitas.
agen sitotoksik yang dapat dikombinasikan
Penentuan aktivitas antioksidan
dengan agen kemoterapi sehingga mampu
menggunakan metode 1,1-difenil-2-
meningkatkan sensitivitas sel kanker.
pikrihidrazil (DPPH). Penentuan efek
Tumbuhan pinang berpotensi anti kanker
toksisitas pada ekstrak kasar dan fraksi
karena memiliki efek antimutagenik dan
menggunakan uji Brine Shrimp Lethality
antioksidan (Meiyanto, 2008).
Test (BSLT).
Penelitian aktivitas antioksidan tanaman
pinang sudah pernah dilakukan oleh
METODE PENELITIAN
Mamonto, dkk., (2014) dengan judul
“Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Biji Buah Alat dan Bahan
Pinang Yaki (Areca vestiaria Giseke) yang Alat yang digunakan pada penelitian ini
Diekstraksi Secara Soklet”. Hasil dari meliputi alat – alat gelas, blender, alat
penelitian tersebut disimpulkan bahwa kulit soklet, oven, timbangan analitik merk
biji pinang yaki memiliki potensi sebagai Ohaus, desikator, kertas saring, pompa
antioksidan. Penelitian ini menggunakan udara, spektrofotometer Uv–Vis merk
kulit biji buah pinang sirih yang didasari oleh Genesys 6, dan rotary evaporator merk
pendekatan kemotaksonomi dengan pinang Heidolph.

70
JKK, Tahun 2017, Vol 6(2), halaman 70-77 ISSN 2303-1077

Bahan utama yang digunakan adalah c. Uji fenolik


kulit biji buah pinang sirih yang diperoleh Identifikasi senyawa fenolik dilakukan
dari Kabupaten Sekadau, sedangkan bahan dengan mereaksikan sampel dengan
lainnya yaitu air laut, anhidrida asetat, asam reagen FeCl3 yang akan membentuk larutan
askorbat (vitamin C), asam klorida pekat hijau kehitaman.
(HCl), asam sulfat (H2SO4) pekat, besi
klorida (FeCl3.6H2O) 5%, DMSO 0,1 %, etil d. Uji triterpenoid
asetat, metanol, n-heksana, reagen DPPH, Identifikasi triterpenoid pada sampel uji
telur Artemia salina Leach, dan tween 80. dengan menambahkan asetat anhidrida
pekat dan asam sulfat pekat yang akan
Prosedur Kerja membentuk warna coklat kehitaman.
Preparasi sampel
Sampel pinang sirih diambil dan dicuci, Uji antioksidan
lalu dipisahkan antara kulit buah, kulit biji Metode uji aktivitas antioksidan yang
dan biji. Kemudian, diambil bagian kulit biji digunakan dalam penelitian Maro, dkk.,
pinang sebagai bahan utama. Selanjutnya, 2015 dengan sedikit modifikasi. Sebanyak 5
dikering anginkan selama 4 hari. Sampel mg sampel, kemudian dilarutkan dalam 5
yang kering dihaluskan dengan mL dengan metanol pro analisis (1000
menggunakan blender hingga berbentuk ppm), larutan ini merupakan larutan induk.
serbuk. Sebanyak 10, 20, 30, 40, dan 50 µL larutan
induk dipipet dan dimasukkan ke dalam
Ekstraksi sampel tabung reaksi yang telah ditara 5 mL untuk
Sampel kulit pinang sirih yang telah mendapatkan konsentrasi sampel 2, 4, 6, 8,
dihaluskan sebanyak 23 gram diekstraksi dan 10 µg/mL. Ke dalam masing – masing
secara sokletasi dengan pelarut methanol tabung ditambahkan 2 mL larutan DPPH
sebanyak 400 mL. Proses ekstraksi 0,2 mM dan ditambahkan dengan metanol
dilakukan 2,5 jam hingga pelarut yang pro analisis hingga total volume menjadi 5
terdapat di dalam labu tidak berwarna. Hasil mL. Larutan uji dihomogenkan dan seluruh
ekstrak dievaporasi pada suhu 500C sampai bagian tabung reaksi ditutup dengan
diperoleh ekstrak metanol. aluminium foil.
Randemen ekstrak kulit biji buah pinang Larutan ini selanjutnya diukur
sirih dihitungan dengan mengunakan rumus absorbansinya pada ʎmaks 518 nm.
berikut : Perlakuan yang sama juga dilakukan pada
blanko dan kontrol positif vitamin C. Data
hasil pengukuran absorbansi dianalisa
persentase aktivitas antioksidannya
menggunakan persamaan berikut:
Uji fitokimia
Uji fitokimia dilakukan secara kualitatif
dengan tujuan untuk mengidentifikasi
metabolit sekunder. Golongan metabolit
sekunder yang akan diuji yaitu flavonoid, Uji toksisitas
alkaloid, fenolik, dan triterpenoid. Uji toksisitas dengan metode BSLT
a. Uji flavonoid mengacu pada penelitian Ningdyah, dkk.,
Identifikasi flavonoid dilakukan dengan 2015 dengan sedikit modifikasi. Sebanyak
menambahkan serbuk Mg dan HCl pekat. 10 larva udang dalam 10 µL air laut
Hasil positif akan membentuk larutan dimasukkan ke dalam vial uji. Kemudian
berwarna merah ceri. ditambahkan 4865 µL (untuk konsentrasi
2,5 ppm); 4740 µL (untuk konsentrasi 5
b. Uji alkaloid ppm); 4615 µL (untuk konsentrasi 7,5 ppm)
Identifikasi senyawa alkaloid dengan air laut dalam masing-masing vial uji, untuk
menambahkan reagen mayer. Jika terdapat setiap konsentrasi dilakukan 3 kali
senyawa alkaloid akan membentuk mengulangan. Larutan blanko dilakukan
endapan pada larutan. dengan perlakuan yang sama tanpa
penambahan larutan sampel pada vial uji.
Pengamatan dilakukan setelah 24 jam

71
JKK, Tahun 2017, Vol 6(2), halaman 70-77 ISSN 2303-1077

dengan menghitung jumlah larva yang metanol dilakukan melalui penentuan


masih hidup dan yang sudah mati, secara alikuot dengan mengambil 15 mL
kemudian dihitung % mortalitasnya (jika dari 150 mL ekstrak kental kulit biji pinang
larva pada blanko ada yang mati) sirih, lalu dipekatkan sehingga diperoleh
menggunakan persamaan berikut: massa ekstrak metanol kulit biji pinang sirih
sebanyak 3,1200 gram (31,2 gram massa
total ekstrak kental metanol). Proses partisi
dilakukan dengan cara mengambil
sebanyak 135 mL ekstrak metanol untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN dipartisi dengan tiga pelarut secara
berurutan yaitu metanol diperoleh massa
Preparasi sampel keringnya sebanyak 15,2285 gram, etil
Sampel yang digunakan pada penelitian asetat 10,6634 gram, dan n–heksana
ini adalah kulit biji pinang sirih yang berasal sebanyak 1,9986 gram. Randemen sampel
dari kabupaten Sekadau provinsi yang diperoleh sebesar 5,22% dari
Kalimantan Barat. Berdasarkan hasil 597,4841 gram sampel kering kulit biji
determinasi dari laboratorium Biologi FMIPA pinang.
Universitas Tanjungpura nomor
012/A/LB/FMIPA/UNTAN/2017 bahwa Metabolit Sekunder
sampel pinang yang merupakan bahan Uji metabolit sekunder dilakukan
utama pada penelitian tergolong famili beberapa uji yaitu uji fitokimia dan uji
Arecaceae dan spesies Areca catechu L. menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT).
Berat kering kulit biji pinang sirih yang telah Hasil uji metabolit sekunder dicantumkan
dihaluskan sebanyak 597, 4841 gram. pada Tabel 1. Uji fitokimia yang dilakukan
meliputi uji flavonoid, uji alkaloid dengan
Ekstraksi Sampel reagen mayer, uji fenolik, dan uji
Metode ekstraksi yang digunakan triterpenoid. Hasil positif semua uji senyawa
dalam mengekstraksi kulit biji pinang sirih dalam analisis fitokimia adalah ekstrak
adalah metode sokletasi dengan metanol, fraksi metanol, fraksi etil asetat,
menggunakan metanol sebagai pelarut. sedangkan pada fraksi n-heksana
Hasil ekstraksi dipekatkan dengan menunjukkan hasil positif hanya pada uji
menggunakan rotary evaporator sehingga senyawa alkaloid, fenolik, dan triterpenoid
dihasilkan 150 mL ekstrak kental kulit biji (lihat Tabel 1).
pinang sirih. Penentuan berat ekstrak kental

Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia untuk Penentuan Kandungan Golongan Senyawa Metabolit
Sekunder dalam Kulit Buah Pinang Sirih

Berat Uji Metabolit Sekunder


Sampel Sampel
(gram) Flavonoid Alkaloid (mayer) Fenolik Triterpenoid

Ekstrak metanol 31,2 + + + +


Fraksi metanol 15,2285 + + + +
Fraksi etil asetat 10,6634 + + + +
Fraksi n-heksana 1,9986 +* + + +
keterangan : +* merupakan hasil uji menggunakan analisis kromatografi lapis tipis

Senyawa flavonoid dalam fraksi n- MgCl2 tidak dapat mengikat gugus OH dan
heksana pada uji fitokimia tidak tidak membentuk senyawa kompleks yang
teridentifikasi. Hal ini dikarenakan adanya ditandai dengan larutan berwarna merah.
gugus OH yang termetilasi atau terikat Oleh sebab itu, dilakukan pengujian kembali
dengan glikosida sehingga ion Mg+ dari pada fraksi n-heksana dengan

72
JKK, Tahun 2017, Vol 6(2), halaman 70-77 ISSN 2303-1077

menggunakan analisis kromatografi lapis gugus OH pada flavonoid yang termetilasi


tipis (KLT). atau terikat dengan glikosida tidak akan
Pengujian dilakukan pada fraksi n- berpengaruh dalam mengidentifikasi
heksana dengan analisis kromatografi lapis senyawa flavonoid. Fase diam yang
tipis (KLT) yang bertujuan untuk digunakan adalah plat TLC silika gel 60 F 254
memastikan kandungan senyawa flavonoid dan fase geraknya n-heksana dan etil
dalam sampel. Hasil dari analisis KLT ini asetat. Penelitian ini dilakukan dengan
diidentifikasi dengan menggunakan lampu beberapa perbandingan dari eluen n-
Uv pada panjang gelombang 254 nm dan heksana:etil asetat yaitu (1:1), (8:2) dan
366 nm. Lampu Uv akan mengidentifikasi (9:1). Tujuan dari perbandingan ini untuk
kerangka dasar pada suatu senyawa dalam menurunkan nilai Rf. Hasil dari analisis KLT
hal ini adalah senyawa flavonoid, sehingga dapat dilihat pada Gambar 1.

(a) (b) (c)

Gambar 1. Hasil KLT yang Disinari Lampu UV Kiri (254 nm) dan Kanan (366 nm) dengan
Perbandingan n-Heksana:EtOAC (a) 1:1, (b) 8:2, (c) 9:1

Hasil uji ini dapat disimpulkan bahwa Reaksi yang terjadi pada uji flavonoid
semakin banyak perbandingan pelarut n- ditunjukkan dalam Gambar 2.
heksana daripada etil asetat maka spot 2+ -
noda semakin turun dan menandakan Mg + 2HCl MgCl2
bahwa senyawa bersifat polar. Hasil uji KLT OH O Mg
O
pada perbandingan 9:1 menunjukkan OH
B
terdapat 4 noda menggunakan penampak HO O HO O
+ 2HCl

noda lampu UV pada panjang gelombang MgCl 2 + A


HO HO

254 nm. Sedangkan, pada panjang O O

gelombang 366 nm terdapat satu noda


berwarna biru yang menunjukkan adanya Gambar 2. Reaksi Uji Flavonoid
senyawa flavonoid pada fraksi n-heksana (Marliana, 2012)
(Markham, 1988).
Uji flavonoid dilakukan dengan Uji alkaloid dilakukan dengan reagen
menambahkan serbuk Mg dan HCl pada mayer, ekstrak yang positif alkaloid akan
sampel. Reaksi reduksi antara Mg dan HCl membentuk endapan putih. Hal ini dapat
pekat membentuk MgCl2. Molekul MgCl2 terjadi karena alkaloid mengandung atom
bereaksi dengan gugus OH pada cincin B nitrogen yang memiliki PEB (Pasangan
membentuk senyawa khelat dan Elektron Bebas) yang dapat digunakan
membentuk senyawa kompleks berwarna untuk membentuk ikatan kovalen koordinat
merah. Pembentukan khelat lebih mudah dengan ion logam sehingga terbentuk
terjadi pada cincin B dikarenakan gugus OH endapan. Endapan yang terbentuk
lebih mudah melepaskan Hidrogen menunjukkan adanya senyawa alkaloid
dibandingkan gugus OH pada cincin A. Hal pada sampel uji. Reaksi yang terjadi pada
ini disebabkan adanya cincin piran yang uji alkaloid dengan reagen Mayer
terbentuk pada jembatan C3, yang memiliki ditunjukkan dalam Gambar 3.
gugus karbonil sehingga dapat terjadinya
resonasi pada kedua cincin yang
menyebabkan gugus OH pada cincin A
lebih stabil dibandingkan pada cincin B.

73
JKK, Tahun 2017, Vol 6(2), halaman 70-77 ISSN 2303-1077

dilepaskan oleh senyawa antioksidan dari


HgCl 2 + 2KI HgI 2 + 2KCl
sampel sehingga membentuk senyawa 1,1-
HgI 2 + 2KI K2 [HgI 4] (dengan KI berlebih) difenil-2-pikrilhidrazin(DPPH-H). Mekanisme
kalium tetraiodomerkurat(II) reaksi metode DPPH dicantumkan pada
Gambar 5.

+ K2 [HgI 4] + K [HgI 4]- N N


+
N
.. N N* + RH NH + R*

K O 2N NO 2 O 2N NO 2
kalium - alkaloid
(endapan)

NO 2 NO 2

DPPH - H (kuning)
Gambar 3. Reaksi Uji Alkaloid dengan DPPH (ungu)

Reagen Mayer (Marliana,


dkk., 2005) Gambar 4. Mekanisme Reaksi Metode
DPPH
Uji fenolik atau polifenol dilakukan
dengan mereaksikan sampel uji dengan eruba an warna D H uga
FeCl3 yang akan membentuk senyawa disebabkan ole atom yang memiliki
kompleks antara logam Fe dan fenolik elektron tidak berpasangan menyebabkan
(tanin) sehingga terbentuk warna kuning - ter adinya transisi n- . Keadaan dasar
hijau. Senyawa polifenol memiliki ciri khas pada transisi ini lebih bersifat polar
yaitu cincin aromatis yang mengandung dibandingkan keadaan terekstraksi.
satu atau dua gugus hidroksil. Pada atom Perubahan intensitas warna ini memberikan
oksigen (O) pada tanin/polifenol mampu perubahan absorbansi pada panjang
mendonorkan pasangan elektron bebasnya gelombang maksimum DPPH, dimana
ke Fe3+ yang memiliki orbital “d” kosong semakin besar konsentrasi sampel, maka
membentuk ikatan kovalen koordinat semakin kecil absorbansinya.
sehingga terbentuk senyawa kompleks Pengukuran aktivitas antioksidan
(Harborne, 1987). dilakukan dengan instrumen
Uji triterpenoid dilakukan dengan spektrofotometer Uv – Vis pada panjang
penambahan asam kuat yaitu anhidrida gelombang 518 nm. Nilai aktivitas
asetat dan asam sulfat pekat sehingga antioksidan akan dinyatakan dengan nilai
senyawa triterpenoid mengalami dehidrasi IC50 (Inhibitory concentration), yaitu besar
dan membentuk garam yang menghasilkan konsentrasi senyawa uji yang dapat
warna coklat kehitaman pada sampel uji. meredam radikal bebas sebanyak 50%.
Semakin kecil nilai IC50 maka aktivitas
Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode peredam radikal bebas semakin tinggi
DPPH (Molyneux, 2004). Hasil perhitungan
Adanya aktivitas antioksidan ditunjukkan aktivitas antioksidan ditunjukkan dalam
dengan perubahan intensitas warna ungu Tabel 2.
pada DPPH sesuai dengan konsentrasi
larutan sampel. Penelitian ini dilakukan Tabel 2. Hasil Perhitungan IC50 dari
variasi konsentrasi pada larutan sampel dan Sampel Uji
larutan standar Vitamin C yaitu 2, 4, 6, 8, Jenis Sampel Nilai IC50 (ppm)
dan 10 µg/mL. Selanjutnya, ditambahkan 2 Ekstrak metanol 30,39
mL larutan DPPH 0,02 mM dan metanol p.a Fraksi metanol 29,42
hingga volume menjadi 5 mL. Kemudian Fraksi etil asetat 45,11
larutan dihomogenkan, lalu diinkubasi Fraksi n-heksana 17,85
selama 30 menit untuk mengoptimalkan Vitamin C 4,86
reaksi. Selama proses tersebut berlangsung
terjadi perubahan warna pada larutan yaitu Kemampuan aktivitas antioksidan
dari warna larutan ungu pekat menjadi dipengaruhi oleh jumlah dan posisi gugus
larutan kuning. Hal ini menunjukkan bahwa hidroksil dalam suatu senyawa bioaktif.
adanya reaksi peredam radikal bebas dari Senyawa yang mengandung gugus –OH
DPPH dengan atom hidrogen yang yang dalam pemecahan heterolitiknya akan

74
JKK, Tahun 2017, Vol 6(2), halaman 70-77 ISSN 2303-1077

menghasilkan O- dan H+. Gugus hidroksil ini dengan Mg/HCl. Secara umum, struktur
melepaskan ion hidrogen yang akan senyawa flavonon memiliki sedikit gugus
bereaksi dengan radikal bebas DPPH hidroksil dan pada cincin C flavonon tidak
sehingga dapat meredam radikal bebas memiliki ikatan ganda pada ikatan 2-3
dari DPPH sehingga membentuk 1,1-difenil- gugus 4-okso, sehingga kemungkinan
2-dipikrilhidrazin (DPPH-H). Oleh sebab itu, besar untuk menstabilkan struktur
semakin banyak gugus OH dalam suatu senyawanya yang kehilangan elektron dari
senyawa bioaktif maka kemampuannya proses donor hidrogen tidak terjadi (Burda
dalam meredam radikal bebas akan dan Oleszek, 2001). Hal inilah yang
semakin tinggi. Adapun senyawa yang menyebabkan senyawa flavonon memiliki
berperan sebagai antioksidan adalah potensi aktivitas antioksidan yang lemah.
fenolik, flavonoid, alkaloid dan triterpenoid.
Senyawa fenolik merupakan senyawa B
O
yang memiliki sejumlah gugus hidroksil. A C
Selain itu, fenol berperan sebagai
antioksidan (Hart, 2003). Aktivitas O
antioksidan sangat dipengaruhi dengan
struktur rantai samping dan juga subtitusi Gambar 6. Struktur Senyawa Flavonon
pada cincin aromatiknya.
Flavonoid merupakan senyawa fenolik Suatu senyawa yang memiliki aktivitas
berpotensi sebagai antiokisdan karena antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 < 50
dapat mentransfer atom hidrogen ke ppm, antioksidan kuat jika IC50 50 – 100
senyawa radikal bebas dengan ppm, antioksidan sedang jika IC50 100 – 150
menghentikan tahap awal reaksi. Akibatnya, ppm, dan antioksidan lemah jika nilai IC50
flavonoid menghambat peroksidasi lipid, 151 – 200 ppm (Blois, 1958). Vitamin C
dan menekan kerusakan jaringan oleh pada uji aktivitas antioksidan berperan
radikal bebas. sebagai kontrol positif.
O H
Senyawa aktif pada vitamin C yaitu
O
OH OH asam askrobat yang bersifat peredam
+ R* + RH radikal bebas yang sangat baik. Vitamin C
dapat langsung menangkap radikal bebas
oksigen, baik dengan atau tanpa katalisator
O O
O H O
enzim. Reaksinya terhadap senyawa
+ oksigen reaktif lebih cepat dibandingkan
R* + RH
dengan komponen lainnya.
Berdasarkan hasil data sampel pada
O O
O O
Tabel 2 menunjukkan bahwa kemampuan
senyawa pada vitamin C, ekstrak kasar dan
semua fraksi dalam meredam radikal bebas
sangat kuat. Hal ini dapat dikatakan bahwa
kemampuan aktivitas antioksidan pada
Gambar 5. Mekanisme Reaksi Senyawa vitamin C setara dengan sampel uji yaitu
Flavonoid Terhadap Radikal pada ekstrak maupun fraksi, sehingga
Bebas dapat disimpulkan bahwa pada ekstrak
kental maupun fraksi dari kulit biji pinang
Hasil uji fitokimia penelitian ini pada sirih dapat menjadi sumber bahan alami
ekstrak kental maupun fraksi memiliki yang memiliki sifat antioksidan yang sangat
senyawa flavonoid, akan tetapi tinggi.
kemampuannya dalam meredam radikal
bebas berbeda. Faktor yang melemah Uji Toksisitas dengan Metode Brine
aktivitas antioksidan dalam ekstrak kasar, Shrimp Lethality Test (BSLT)
fraksi metanol dan fraksi etil asetat pada Pengujian toksisitas dilakukan dengan
flavonoid diduga tergolong senyawa metode BSLT. Bahan uji yang
flavonon. Hal ini diperkuat oleh Harbone menggunakan larva udang Artemia salina.
(1987), bahwa senyawa flavonon memiliki Larva udang ini digunakan sebagai hewan
ciri khas berwarna merah kuat bila direaksi uji dikarenakan Artemia salina merupakan

75
JKK, Tahun 2017, Vol 6(2), halaman 70-77 ISSN 2303-1077

hewan memiliki sensitivitas yang tinggi, flavonoid berikatan dengan protein integral
dimana larva udang memiliki membran kulit membran sel. Hal ini menyebabkan
yang tipis, sehingga kematian suatu larva terbendungnya transport aktif Na+-K+.
akibat efek sitotoksik dari senyawa bioaktif Transport aktif yang berhenti menyebabkan
dapat dianalogikan dengan kematian pemasukan ion Na+ yang tidak terkendali ke
sebuah sel dalam organisme (Fenton, dalam sel, hal ini menyebabkan pecahnya
2002). Selain itu, menurut Panjaitan (2011), membran sel sehingga mengakibatkan
Artemia salina memiliki beberapa kesamaan kematian pada larva Artemia salina.
dengan mamalia, misalnya pada tipe DNA – Menurut Meyer, dkk (1982), jika ekstrak
dependent RNA polymerase Artemia salina atau fraksi senyawa yang memiliki harga
serupa dengan mamalia dan organisme LC50 > 0 – 30 ppm berpotensi sebagai
yang memiliki ouabaine sensitive Na+ dan antikanker dan antioksidan, LC50 > 30 – 200
K+ dependent ATPase, sehingga senyawa ppm berpotensi sebagai antibakteri,
maupun ekstrak yang terdapat aktivitas sedangkan LC50 > 200 – 1000 ppm
pada sistem tersebut dapat terdeteksi. berpotensi sebagai pestisida (Meyer, dkk.,
Kematian Artemia salina Leach dihitung 1982). Hasil pada Tabel 3. dapat
ketika proses inkubasi selama 24 jam, disimpulkan bahwa ekstrak kental maupun
setelah pemberian sejumlah larutan uji fraksi dari sampel sangat berpotensi
pada media hidup. Tingkat toksisitas suatu sebagai antikanker. Hal ini menunjukkan
senyawa dapat diketahui dengan bahwa distribusi senyawa bioaktif yang
menghitung jumlah kematian larva dengan bersifat toksik pada saat partisi ekstrak
parameter Lethal Concentrastion 50 (LC50). kental berlangsung tersebar juga pada
Hasil perhitungan tingkat toksisitas fraksi metanol, etil asetat, dan n-heksana,
ditunjukkan dalam Tabel 3. hal ini juga diperkuat dengan hasil uji
metabolit sekunder dengan melalui uji
Tabel 3. Hasil Perhitungan LC50 dari fitokimia dan analisis kromatografi lapis tipis
Sampel Uji (KLT), yang mana senyawa flavonoid dan
Jenis Sampel Nilai LC50 (ppm) senyawa lainnya yaitu fenolik, alkaloid dan
triterpenoid terdapat ekstrak maupun fraksi.
Ekstrak metanol 7,695
Fraksi metanol 5,481 SIMPULAN
Fraksi etil asetat 6,323
Fraksi n-heksana 5,727 Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. kemampuan aktivitas antioksidan pada
Mekanisme kematian larva bermula saat
kulit biji pinang sirih dipengaruhi oleh
senyawa bioaktif pada ekstrak masuk ke
senyawa metabolit sekunder yang
dalam mulut, lalu masuk ke saluran
berperan aktif didalamnya, yaitu
pencernaan melalui membran sel, dan saat
senyawa flavonoid, alkaloid, fenolik,
proses itu berlangsung terjadi deformasi
dan terpenoid. Aktivitas antioksidan
atau perubahan bentuk sel enterosit dalam
paling kuat terdapat pada fraksi n-
lumen pada jaringan usus larva yang
heksana sebesar 17,85 ppm, fraksi
diakibatkan keberadaan senyawa bioaktif
metanol 29,42 ppm, ekstrak metanol
yang mengganggu alat pencernaannya
30,399 ppm dan fraksi etil asetat 45,11
sehingga larva mengalami keracunan atau
ppm.
stomach poisoning (Sirinthipaporn, dkk.,
2. Kemampuan toksisitas pada uji BSLT
2016). Hal ini menyebabkan terjadinya
diperoleh nilai LC50 tertinggi pada fraksi
gangguan pada indra perasa pada larva
metanol 5,481 ppm, fraksi n-heksana
sehingga larva tidak mampu mengenali
5,727 ppm, fraksi etil asetat 6,323 ppm
makanannya. Akibatnya larva mangalami
dan ekstrak metanol 7,695 ppm.
kelaparan dan mati.
Potensi toksisitas akut pada sampel uji
DAFTAR PUSTAKA
dipengaruhi oleh kandungan metabolit
sekunder yang dimiliki oleh sampel uji Ningdyah, A.W., Alimuddin, A.H., Jayuska,
tersebut. Menurut Scheuer (1994), adanya A., 2015, Uji Toksisitas Dengan
flavonoid pada sampel uji dalam lingkungan Metode BSLT (Brine Shrimp Lethality
sel, menyebabkan gugus –OH pada Test) Terhadap Hasil Fraksinasi

76
JKK, Tahun 2017, Vol 6(2), halaman 70-77 ISSN 2303-1077

Ekstrak Kulit Buah Tampoi Maro, JP., Alimuddin, A.H., Harlia, 2015,
(Baccaurea macrocarpa), Jurnal Aktivitas Antioksidan Hasil
Kimia Khatulistiwa, 4(1): 75-83. Kromatografi Vakum Cair Fraksi
Blois, M.S., 1958, Antioxidant Determination Metanol Kulit Batang Ceria
by The Use of A Stable Free Radical, (Baccaurea hookeri), Jurnal Kimia
Journal Nature, 181:1199 – 1200. Khatulistiwa, 4(4): 35-40.
Burda dan Oleszek, W., 2001, Antioxidant Meiyanto, E., 2008, Ekstrak Etanolik Biji
and Antiradical Activities of Flavonoid, Buah Pinang (Areca cathecu Linn)
Journal Agric Food Chem, 49(6):2779. Mampu Menghambat Poliferasi dan
Fenton, J., 2002, Toxicologi: A Case Memacu Apoptosis Sel MCF–7,
Oriental Approach, ORC Pr, Boca Majalah Farmasi Indonesia, 19(1):12-
Raton. 19.
Harbone, J.B., 1987, Metode Fitokimia: Meyer, B.N., N.R. Feerigni., J.E. Putnam.,
Penuntun Cara Modern Menganalisis L.B. Jacobson., D.E. Nicholas., J.L.
Tumbuhan, Terjemahan oleh Kosasih McLaughlin, 1982, Brine Shrimp: A
Padmawinata K. dan Soediro, L., Convenient General Bioassay For
Edisi 2, ITB, Bandung. Active Plants Constituents, Planta
Hart, H., 2003, Kimia Organik, Erlangga, Medica 45:31-34.
Jakarta. Mokoginta, E.P., Runtuwene, M.R.J.,
Jaiswal, P., Kumar, P., Singh, V.K., Singh, Wehantown, F., 2013, Pengaruh
D.K, 2011, Areca catechu L: A Metode Ekstraksi Terhadap Aktivitas
valuable herbal medicine againts Penangkal Radikal Bebas Ekstrak
different health problems, Res J Med Metanol Kulit Biji Pinang Yaki (Areca
Plant, 5(2):145-52. Vestiaria Giseke), Jurnal Ilmia
Kikuzaki, H., Hisamoto, M., Hirose, K., Farmasi-UNSRAT, 2(4) ISSN 2302-
Akiyama, K., Taniguchi, H., 2002, 2493.
Antioxidant Properties of Ferulic Acid Molyneux, P., 2004, The Use of The Stable
and Its Related Compounds, J. Agric. Free Radical Diphenylpicryl -
Food Chem, 50:2161-2168. hydrazyl (DPPH) for Estimating
Mamonto, I.S., M.R. Runtuwene., F. Antioxidant Activity, Songklanakarin,
Wehantouw, 2014, Aktivitas Journal Science Technology, 26(2):
Antioksidan Ekstrak Kulit Biji Buah 211-21.
Pinang Yaki (Areca Vestiaria Giseke), Panjaitan, R.B., 2011, Uji Toksisitas Akut
Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSTRAT, Ekstrak Kulit Batang Pulasari (Alyxiae
3(3):263-272 ISSN 2302-2493. cortex) dengan Metode Brine Shrimp
Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Lethality Test (BSLT), Universitas
Flavonoid, Terjemahan oleh Kosasih Sanata Dharma Fakultas Farmasi.
Padmawinata K., ITB, Bandung. Yogyakarta.
Marliana, E., 2012, Aktivitas Antioksidan Sirinthipaporn, A., Karnitta, J., Wannee, J.,
Ekstrak Etanol Daun Andong 2016, Artemia salina Lethality and
(Cordyline fruticosa [L] A. Cheval), Histopathological Studies of Siam
Jurnal Mulawarman Scientifie, 2(1) Weed (Chromoleana odorata),
ISSN 1412-498X. Journal of Natural Remedies, DOI:
Marliana, S.D., Suryanti, V., Suyono, 2005, 10.18311/Jnr/2016/7035.
Skrining Fitokimia dan Analisis Xing, Z., Jiao, W., Zhuang, H., Wen-Li, M.,
Kromatografi Lapis Tipis Komponen Hao-Fu, D., 2010, Antioxidant and
Kimia Buah Labu Siam (Sechium Cytotoxic Phenolic Compounds of
edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Areca Nut (Areca catechu), Journal
Etanol, Jurnal Biofarmasi, 3(1):26-31 Chem Res Chin Univ, 26 (1):161-64.
ISSN: 1693-2242.

77

Anda mungkin juga menyukai