Anda di halaman 1dari 441

Halaman Sampul

KATA SAMBUTAN

Ungkapan puji dan syukur tidak bosan-bosannya kami ucapkan kehadirat


Allah Swt., atas curahan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya sehingga Jurnal Ilmiah
Ready Star (Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of
Life) edisi Oktober 2019 Politeknik Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan terbit di
akhir Oktober 2019 sebagaimana yang telah direncanakan. Edisi kali ini adalah Edisi
ke 2 dimana pada tahun sebelumnya telah diselenggarakan Ready Star yang ke 1.
Amanat Pemerintah dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan
Peraturan Pemerintah republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen,
disbutkan bahwa dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasika, pengembangan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Dalam melaksanakan tugas Tridarma Perguruan Tinggi, Ready Star menjadi


salah satu wadah berbagi dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ready Star harus terus menerus digiatkan dan dikembangkan kualitasnya baik dari
segi kualitas ilmu maupun dari segi kuantitas tulisan yang di–publish di setiap
terbitannya. Publikasi ini berkenaan dengan kegiatan seminar yang berkolaborasi 6
Perguruan Tinggi yang ada di Sumatera Utara yaitu Politeknik Teknologi Kimia
Industri, Universitas Medan Area, Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel, Akademi
Teknik Indonesia Cut Meutia, Akademi Teknologi Industri Immanuel, dan Institut
Teknologi & Bisnis Sumatera Utara.

Apresiasi yang tinggi diberikan kepada semua pihak yang berkontribusi dalam
penulisan karya ilmiah ini mulai dari panitia dengan jerih payahnya juga reviewer
yang selalu mengawal dan menjaga kualitas karya ilmiah dan juga kepada dosen –
dosen yang dengan giat berbagi keilmuannya semoga ke depan Ready Star dapat
konsisten berkiprah.

Medan, Oktober 2019


Direktur
Politeknik Teknologi Kimia Industri

Ir. H. Mansyur, M.Si.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat dan berkah-Nya kami dapat menerbitkan jurnal
Ready Star (Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of
Life) ke 2 pada Volume 2 Nomor 1 Periode Oktober 2019 yang telah mengacu pada
aturan-aturan penulisan jurnal yang diterbitkan oleh Politeknik Teknologi Kimia
Industri Medan.

Ready Star (Regional Development Industry & Health Science, Technology


and Art of Life) merupakan media publikasi sekaligus tempat untuk saling berbagi
karya ilmiah yang di terbitkan secara cetak dan Online. Pada edisi ini terdiri dari 61
artikel yang merupakan hasil penelitian yang berasal dari kalangan Dosen dan
Mahasiswa.

Kami segenap keluarga besar Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan


mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para penulis, reviewer,
editor serta semua pihakyang terkait dalam penerbitan jurnal ini. Semoga jurnal ini
dapat memberikan manfaat yang baik bagi segenap civitas akademika dan kami tetap
menggu karya brilian anda dalam terbitan berikutnya.

Pimpinan Redaksi,

Ir. H. Mansyur, M.Si.

ii Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
READY STAR
Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art Of Life

DEWAN REDAKSI

PENANGGUNG JAWAB
Ir. H. Mansyur, M.Si.

PEMIMPIN REDAKSI
Ir. H. Mansyur, M.Si

REDAKSI AHLI
Ir. Suhelmi, MM.
Ir. Rosmiati, M.Si.
Abdul Azis Rahmansyah, MT.

EDITOR
Abdul Azis Rahmansyah, MT.

ALAMAT REDAKSI
Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan
Jln. Medan Tenggara VII Medan – Sumatera Utara
Telp : 061 7867810
Email : info@ptki.ac.id
Website : http://ptki.ac.id/jurnal

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life iii
MITRA BESTARI

Prof. Dr. Dadan Ramdan, M.Sc.

Prof. Ilmi Abdullah

Dr. Irwanto, ST., MT.

Dr. Ir. Janter Napitupulu, MT.

Dr. Elvri Melliaty Sitinjak, MT.

Dr. Ali Musri, SE., M.Si.

Dr. Erwin Pardede, M.Si.

Dr. Golfrid Gultom, MT.

iv Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA SAMBUTAN i
KATA PENGANTAR ii
DEWAN REDAKSI iii
MITRA BESTARI iv
DAFTAR ISI v

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Okra (Abelmoschus 1–5


esculentus L. Moench) Dengan Metode DPPH (,1- difenil-2-
pikrilhidrazil) dan Metode ABTS
(,2-azinobis-(3-Ethylbenzothiazoline-6-Sulfonic Acid)
Hendri Faisal

Uji Kualitas Minyak Goreng Bekas Pakai Dengan Penentuan 6 – 10


Bilangan Asam, Bilangan Peroksida Dan Kadar Air
Jenny Tarigan, Dimas Frananta Simatupang

Evaluasi Kinerja Heat Exchanger Dengan Metode Fouling Faktor 11 – 15


Di Laboratorium Satuan Operasi Ptki Medan
Mariani Sebayang

Perhitungan Neraca Massa Pada Proses Pengambilan Minyak Pada 16 – 24


Unit Decanter Di PT. Perusahaan Perkebunan & Dagang Indah
Pontjan Perbaungan
Darni Paranita, Jenny, Darry Christine S. Purba, Martua Raja Rangkuti

Pemanfaatan Palm Oil Mill Effluent (POME) Sebagai Alternatif 25 – 29


Energi Terbarukan Di Salah Satu Perusahaan Kelapa Sawit
Sumatera Utara
Meutia Mirnandaulia, Irwan Rachmiadji, Gira Exadius

Perhitungan Neraca Massa Pada Proses Bleaching Crude Palm Oil 30 - 36


Di Plant Refinery II PT Smart, Tbk Belawan
Mariani Sebayang, Yunianto, Ruliyati Purba

Biodiesel Dari Sawit Dengan Katalis Kalsinasi Cangkang Kerang 37 – 43


Darah
Pratiwi Putri Lestari

Optimasi Konsentrasi NaHSO3 Dan Ukuran Kulit Pinang Tua Pada 44 – 50


Pembuatan Surfaktan Natrium Lignosulfat (NaLS)
Sukmawati

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life v
Pembuatan Film Layak Makan Pelapis Pancake Durian Dari Pati 51 – 57
Biji Durian (Durio Zibethinus L.) Dengan Penambahan Minyak
Peppermint Sebagai Antimikroba
Tengku Rachmi Hidayani, Emil Salim P. Siregar, Winny Iftari, Trisna
Yuniarti, Irfan Rusmar

Perhitungan Neraca Massa Pada Proses Pemurnian Crude Palm 58 – 63


Kernel Oil(CPKO) Menjadi Refined Bleached Degummed Palm
Kernel Oil (RBDPKO) Pada Unit Refinery Di PT. Pacific Medan
Industri
Maulidna, Agustin Nurya Savitri, Darry Christin Silowaty Purba, Ratna
Kristina Tarigan, Eva Nopiyanti Pohan

Aplikasi Peta Kendali Dalam Pengendalian Kualitas Crude Palm Oil 64 – 69


(CPO)
Oksya Hikmawan, New Vita Mey Destty Marbun, Mustakim, Rika
Silvany, Hari Indrawan

Penurunan Kadar Tss Pada Limbah Cair Tahu Menggunakan 70 – 73


Rumput Vetiver (Vetiveria zizanioides L)
Dedy Sofyanto Simanjuntak

Pemanfaatan Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Arang Aktif Dalam 74 – 78


Adsorbsi Minyak Goreng Bekas
Donda, Meriahni Silalahi, Yosua Franscisco

Pemanfaatan Ekstrak Daun Babadotan (Ageratum conyzoides L) 79 – 84


sebagai Pestisida Nabati dalam Pengendalian Hama Ulat Api
(Setothosea asigna) pada Tanaman Kelapa Sawit
Harmileni, Hady Pranoto, Sari Anggraini, Gimelliya Saragih

Perhitungan Perolehan Crude Palm Oil (CPO) Pada Proses 85 – 89


Pemurnian Di Stasiun Klarifikasi Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN
II Pagar Merbau
Maulidna, Tri Mawarni

Pembuatan Biopelet Dari Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit 90 – 95


(TKKS) Sebagai Bahan Bakar Terbarukan
Miftahul Falah, Novia Nelza

Optimalisasi Penurunan Bod Menggunakan Bakteri Mesofilik 96 – 102


Untuk Land Application Di Unit Pengolahan Limbah Cair Pabrik
Kelapa Sawit
Gimelliya Saragih , Mhd. Ikhwannuddin Al Hakim, Sakinah Eprilia,
Sugiah

vi Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
PENGARUH KOSENTRASI NaOH PADA KARAKTERISASI α- 103 – 108
SELULOSA DARI PELEPAH KELAPA SAWIT
Nelson Silitonga, Nurliana Tarigan, Gimelliya Saragih
Pengaruh Penambahan Engine Conditioner Terhadap Knocking 109 – 116
Motor Bensin 4 Langkah Berkapasitas 1500 CC Dengan Teknologi
ECCS
Enzo W. B Siahaan, T. Hasballah, Isindo Miduk Purba

Analisa Pengembangan Variasi Bahan Papan Komposit Berbahan 117 – 121


dasar Tandan Kosong Kelapa Sawit Diperkuat Polyurethane
Terhadap Pengujian Tekan
Herry Darmadi, Safitri

Pengembangan Bahan Kampas Rem Tromol (Drum Brake Pad) 122 – 129
Sepeda Motor Berbahan Dasar Komposit Cangkang Dan Serat
Buah Kelapa Sawit Dengan Poliuretan Sebagai Pengikat
Warman, Herry Darmadi, Abdillah, Safitri

Analisa Kualitatif Kandungan Senyawa Metamfetamin Dalam 130 – 134


Rambut Pengguna Sabu-Sabu Dengan Metode Ekstraksi Fase
Padat (SPE) Menggunakan Adsorben Zeolit Serulla
Nur Asyiah Dalimunthe, Zul Alfian, Basuki Wijosentono, Eddyanto
Pembuatan Edible Film Pati Sukun (Artocarpus Altilis) 135 – 142
Termodifikasi Dari Proses Asetilasi Menggunakan Asetat Anhidrat
Putri Rizky

PERANCANGAN PENGENDALI DAN PEMANTAU SUHU 143 – 156


RUANGAN MELALUI KOMPUTER
Muhammad Adam S

IMPLEMENTASI PLC SEBAGAI FLOW COMPUTER RAPAT 157 – 166


MASSA UAP JENUH (SATURATED STEAM DENSITY) DENGAN
PENDEKATAN METODE REGRESI LINIER TERBAGI
Dedy A.P., M. Fitra, Suwarno

Implementasi Pengiriman Data Sensor Suhu Ke Database Pada 167 – 172


Sistem Heating - Holding Pemanas Bertingkat Untuk VCO
Golfrid Gultom, Manan Ginting, Irwansyah, Abdul Azis Rahmansyah,
Dejoi Situngkir

Pengaruh Dinamis Load Terhadap Plat Holder Pada Unit Hold 173 – 178
Wrapping
Nurlianna Tarigan, Anna Angela Sitinjak, Maike

Rele Diferensial Sebagai Proteksi Pada Transformator Daya Pada 179 – 186
Gardu Induk
Elvy Sahnur Nasution, Faisal Irsan Pasaribu, Yusniati, Muhammad
Arfianda

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life vii
Sumber Bahan Bakar Dari Limbah Padat Pada Pembangkit Listrik Di 187 – 193
Pabrik Kelapa Sawit
Arnawan Hasibuan, Muzamir Isa, Widyana Verawaty Siregar, I Made
Ari Nrartha

Estimasi Potensi Kerugian Berdasarkan Kehilangan Minyak 194 – 200


(Losses) Pada Proses Pengolahan Crude Palm Oil (CPO) Di PKS
Sumatera Indonesia
Irfan Rusmar, Irwan Rachmiadji, Sri Lestari

Perhitungan Kebutuhan Bahan Bakar Cangkang Sawit Dan 201 – 206


Tongkol Jagung Pada Unit Thermal Oil Heater Di PT Shamrock
Manufacturing Corpora
Rosmiati, Donda, Adil Barus, M. Fachrydzi

Pengaruh Motivasi Terhadap Efisiensi Kerja Pegawai Di Dinas 207 – 211


Sumber Daya Air Cipta Karya Dan Tata Ruang Provinsi Sumatera
Utara
Ratna Sari Dewi

Penentuan Peleting Durabilty Index Pada Pakan Pellet Ayam Broiler 212 – 216
Rosmiati

Sistem Informasi Inventori Pengelolaan Persediaan Bahan 217 – 223


Praktikum Pada Politeknik ATK Yogyakarta Berbasis Web
Midarto Dwi Wibowo , Zagita Marna Putra

Penerapan Customer Relationship Management Pada Sistem 224 – 234


Informasi Penjualan (Studi Kasus Lavaz Kopi Kisaran)
Norenta Sitohang

Aplikasi Dalam Simulasi Penjualan Dengan Menggunakan Metode 235 – 239


Monte Carlo
Radiyan Rahim, Raja Nasrul Fuad

Perancangan Data Flow Diagram Untuk Sistem Informasi Sekolah 240 – 246
(Studi Kasus Pada SMP Plus Terpadu)
Fithrie Soufitri

Penggunaan Artificial Neural Network (Ann) Untuk Memodelkan 247 – 255


Volume Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Di Indonesia
Trisna Yuniarti, Irfan Rusmar, Tengku Rachmi Hidayani, Meutia
Mirnandaulia

Modifikasi Metode Affine Ciphers Pada Kriptografi Klasik 256 – 261


Aripin Rambe

viii Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
Analisis Karakteristik Listrik Arus Searah dan Arus Bolak-Balik 262 – 266
Samuel Gideon, Koko Pratama Saragih

Meningkatkan Ekonomi Kaum Lemah Berbasis Pengelolaan Zakat 267 – 271


Pada Lembaga Amil Zakat Swadaya Ummah Pekanbaru
Suhendi

Pengaruh Fasilitas Harga Dan Citra Perusahaan Terhadap 272 – 277


Kepuasan Konsumen
Yuanita

Pengaruh Harga, Promosi Dan Kualitas Barang Terhadap 278 – 291


Keputusan Pembelian Pada PT Bangun Makmur
Anto Tulim

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Struktur Kepemilikan Dan 292 – 299


Return On Investment Terhadap Prediksi Kebangkrutan Pada
Perusahaan Perdagangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Irna Triannur Lubis

Preferensi Konsumen Terhadap Kategori Produk Yang Dijual 300 – 304


Secara Daring Dan Luring
Winda Wardhani

Pengaruh Risiko Kredit, Financing To Deposit Ratio (FDR) Dan 305 – 311
Suku Bunga Bi Rate Terhadap Kecukupan Modal Pada
Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Etty Harya Ningsi

Pengaruh Fundamental Terhadap Pertumbuhan Modal Sendiri 312 – 320


Pada Perusahaan LQ-45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Irma Herliza Rizki

Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional Dan 321 – 329


Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan
Consumer Goods Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2013-2015
Mela Novita Rizki

Pengaruh Bauran Pemasaran Jasa Dalam Meningkatkan Loyalitas 330 – 336


Pelanggan Pengguna Jasa Pada CV. Biru Utama Medan
Selvi Aristantya

Pemenuhan Kebutuhan Tertinggi Esteem Needs dan Self 337 – 343


Actualization serta Tipe Kepemimpinan terhadap Produktivitas
Kerja Karyawan
New Vita Mey Destty Marbun, Poltak Evencus Hutajulu, Annaba Sari
Siregar

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life ix
Peran Manajemen Dalam Pengelolaan Perkembangan Anggota 344 - 348
Pada Koperasi Bumi Melayu Pekanbaru
Slamet Widodo

Peran Bpbd Terhadap Penaggulangan Bencana Alam Di Kabupaten 349 – 353


Pakpak Bharat
Nurul Dalimunte

Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Dan Nkp Terhadap 354 – 367
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kacang PANJANG (Vigna
sinensis L.)
Rahmaniah Harahap, Eri Samah

Pengaruh Pemberian Pupuk Top G-2 Dan Pupuk Kandang Ayam 368 – 374
Terhadap Pertumbuhan Serta Produksi Tanaman Cabai (Capsicum
annuum L)
Muhammad Riansyah Harahap, Ida Zulfida

Respon Pertumbuhan Tanaman Bayam Hijau (Amaranthus SP.) 375 – 388


Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Pemberian Urine
Sapi
Septian Putra, Eri samah

Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Beristri Lebih Dari 389 – 393


Satu (Poligami) Bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Zetria Erma

Penerapan Algoritma K-Means Untuk Menentukan Bahan 394 – 403


Bangunan Laris (Studi Kasus Pada UD. Toko Bangunan YD
Indarung)
Baginda Harahap

Pengaruh Parkir Badan Jalan Terhadap Kinerja Ruas Jalan Studi 404 – 411
Kasus Jalan Wahidin Depan Sekolah Wiyata Darma
Sheila Hani, Rini, Suburjaya Waruwu

Tradisi Khitanan (Rekontruksi Pengetahuan Dari Praktik Khitan 412 – 417


Pada Pria Non Muslim Di Kota Medan)
Dewantara Bangun, Lister Berutu

Pentingnya Pengembangan Ilmu Pengetahuan Di Era Industri 4.0 418 – 422


Lambok Manurung

Pemanfaatan Sedimen Tanah Sungai Bahorok Akibat Dari 423 – 428


Perluasan Volume Di Kawasan Bukit Lawang
Yunita Pane, Suhelmi

x Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Okra (Abelmoschus esculentus L.


Moench) Dengan Metode DPPH (1,1- difenil-2-pikrilhidrazil) dan Metode ABTS
(2,2-azinobis-(3-Ethylbenzothiazoline-6-Sulfonic Acid)

Hendri Faisal

Program Studi Farmasi Institut Kesehatan Helvetia


email : hendri_faisal2002@yahoo.co.id

ABSTRAK
Aktifitas radikal bebas yang berlebihan pada tubuh manusia dapat ditandai dari keadaan
patologis seperti: penyakit pembuluh jantung, komplikasi pre-natal, arthritis, katarak, parkinson,
alzheimer, dan penyakit penuaan. Salah satu cara pencegahan pembentukan radikal bebas adalah
dengan menggunakan nutrisi yang dapat berperan sebagai antiradikal bebas atau sebagai
antioksidan. Anti oksidan alami terdapat dalam buah-buahan dan sayuran yang merupakan anti
radikal bebas yang efektif dan dianggap tidak beracun jika dibandingkan dengan anti oksidan
sintesis. Sayuran berdaun hijau memberikan sejumlah besar karoten, asam askorbat, dan mikro
yang memainkan peran penting dalam metabolisme nutrisi dan memperlambat penyakit
degeneratif, salah satunya adalah tanaman okra Abelmoschus esculentus L.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol
buah okra dengan metode DPPH dan metode ABTS
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ekstraksi maserasi dengan pelarut
etanol 70% untuk memperoleh ekstrak buah okra. Metode uji aktivitas antioksidan dilakukan
dengan metode DPPH (1,1–diphenyl-2-picrylhydrazi) dengan mengukur serapan campuran
ekstrak sampel dan DPPH secara spektrofotometri UV-Visible pada panjang gelombang 520 nm
dan dengan metode ABTS ((2,2-azinobis-(3-Ethylbenzothiazoline-6-Sulfonic Acid) dengan
mengukur serapan campuran ekstrak sampel dan ABTS secara spektrofotometri UV-Visible
pada panjang gelombang 734 nm.
Hasil pengukuran ekstrak etanol buah okra dengan metode DPPH memiliki aktivitas antioksidan
dengan kategori sangat kuat, dengan nilai IC50 27,15 ppm sedangkan hasil pengukuran aktivitas
antioksidan ekstrak etanol buah okra dengan metode ABTS memiliki aktivitas antioksidan
dengan kategori juga sangat kuat dengan nilai nilai IC50 24,50 ppm.
Kata kunci : Antioksidan, DPPH, ABTS, Abelmoschus esculentus (L.)Moench.

1. PENDAHULUAN
Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif, senyawa yang memiliki
elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas adalah atom, molekul atau senyawa yang dapat berdiri
sendiri yang mempunyai elektron tidak berpasangan, oleh karena itu bersifat sangat reaktif dan tidak
stabil. Elektron yang tidak berpasangan selalu berusaha untuk mencari pasangan baru, sehingga mudah
bereaksi dengan zat lain (protein, lemak maupun DNA) dalam tubuh. Radikal bebas lebih berbahaya
dibandingkan dengan senyawa oksidan non radikal karena tingginya reaktivitas senyawa radikal bebas
yang mengakibatkan terbentuknya senyawa radikal baru. Bila senyawa radikal baru bertemu dengan
molekul lain, akan terbentuk radikal baru lagi sehingga akan terjadi reaksi berantai (chain reactions).
Reaksi seperti ini akan berhenti apabila reaktivitasnya diredam (quenched ) oleh senyawa yang bersifat
antioksidan [1][2].
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat memperlambat proses oksidasi dari radikal bebas.
Mekanisme kerja senyawa antioksidan salah satunya yaitu dengan cara menodonorkan atom hidrogen
atau proton kepada senyawa radikal sehingga dapat melengkapi kekurangan elektron yang dibutuhkan
oleh radikal bebas dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas. Hal ini
menjadikan senyawa radikal lebih stabil [3][4].
Antioksidan alami dapat diperoleh dari buah dan sayuran yang mengandung senyawa antioksidan.
Senyawa yang terkandung dalam tumbuhan yang memiliki aktivitas antioksidan adalah vitamin C, E, A,
karotenoid, polifenol, asam fenolat, flavonoid, tanin, dan lignan, salah satunya adalah tanaman okra
(Abelmoschus esculentus L.) [5].
Buah okra (Abelmoschus esculentus L.) atau yang dikenal dengan Ladies Finger merupakan
tanaman tropis yang sudah lazim dikonsumsi masyarakat. Okra dikenal sebagai tanaman multi guna

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 1
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

karena hampir semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan. Buah muda okra mengandung protein, lemak,
karbohidrat dan kalori[6].
Metode yang dapat digunakan untuk menguji adanya aktivitas antioksidan adalah metode DPPH dan
metode ABTS. Metode DPPH (1,1- difenil-2-pikrilhidrazil) mengukur daya peredaman sampel (ekstrak)
terhadap radikal bebas DPPH. DPPH akan bereaksi dengan atom hidrogen dari senyawa peredaman
radikal bebas membentuk DPPH yang lebih stabil. Senyawa peredaman radikal bebas yang bereaksi
dengan DPPH akan menjadi radikal baru yang lebih stabil atau senyawa bukan radikal[7].
Metode peredaman radikal bebas 2,2-azinobis-3-Ethylbenzothiazoline-6-Sulfonic Acid (ABTS)
merupakan metode pengujian untuk mengukur jumlah radikal bebas yang memiliki sensitivitas yang
cukup tinggi, kelebihan ABTS dibandingkan dengan metode lain yaitu pengujiannya yang sederhana,
efektif, cepat, dan mudah diulang[8].
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan aktivitas antioksidan ekstrak
etanol buah okra dengan metode DPPH dan ABTS.

2. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium untuk mengetahui aktivitas
antioksidan ekstrak etanol buah okra dengan berbagai konsentrasi yaitu 10, 20, 40, 60 dan 80 µg/mL.
Kemudian dilakukan pengujian aktivitas antioksidan dengan metode pemerangkapan radikal bebas (1,1-
diphenyl-2-picrylhydrazyl) (DPPH) dan 2,2-Azinobis(3-ethylbenzothiazoline)-6-sulfonicacid (ABTS)
menggunakan Spektrofotometri UV-Visible.
2.1. Ekstraksi
Serbuk kering simplisia buah okra direndam dengan etanol 70% sebanyak 7,5 bagian dari berat
sampel selama 5 hari sambil sekali-sekali diaduk, kemudian diamkan selama 24 jam. Pisahkan maserat
dengan cara penyaringan. Ulangi proses penyarian sekurang-kurangnya satu kali jenis pelarut yang sama
dan jumlah volume pelarut sebanyak setengah kali jumlah volume pelarut pada penyarian pertama.
Kumpulkan semua maserat, kemudian uapkan dengan penguap rotary evaporator hingga diperoleh
ekstrak kental[9]
2.2. Pengujian Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
Prosedur pengujian dilakukan berdasarkan metode Burits and Bucar[10]. 1 ml larutan ekstrak etanol
buah okra ( 10,20,40,60 dan 80 µg/mL) dicampur dengan 1 ml larutan DPPH 40 µg/mL.Campuran
diinkubasi pada ruang gelap selama 30 menit, kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
520 nm dengan spektrofotometer uv-visible. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali dengan vitamin C
sebagai pembanding. Nilai persentase peredaman yang diwakili oleh nilai IC 50 dihitung dengan rumus
sebagai berikut :

Dimana : A Blanko = Absorbansi tidak mengandung sampel


A Ekstrak = Absorbansi Ekstrak
2.3. Pengujian Aktivitas Antioksidan dengan Metode ABTS
Prosedur pengujian dilakukan berdasarkan metode Emad A. Shalaby[11]. Larutan ABTS dibuat
dengan mencampurkan 5 ml larutan stok ABTS 7 mM dan 5 ml larutan kalium persulfat 2,45 mM,
campuran diinkubasi selama 12- 16 jam. Larutan ABTS ditambahkan etanol 70% sampai diperoleh nilai
absorbansi 0,7 ± 0,02 pada panjang gelombang 734 nm.0,1 ml larutan ekstrak etanol buah okra (
10,20,40,60 dan 80 µg/mL) dicampur dengan 0,9 ml larutan ABTS. Campuran diinkubasi pada ruang
gelap selama 6 menit, kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 734 nm dengan
spektrofotometer uv-visible. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali dengan vitamin C sebagai
pembanding. Nilai persentase peredaman yang diwakili oleh nilai IC50 dihitung dengan rumus sebagai
berikut :

Dimana : A Blanko = Absorbansi tidak mengandung sampel


A Ekstrak = Absorbansi Ekstrak

2 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

2.4. Analisis Data


Hasil perhitungan % peredaman dimasukkan ke dalam persamaan regresi dengan konsentrasi
ekstrak (µg/mL) sebagai absis (sumbu x) dan nilai % inhibisi antioksidan sebagai ordinatnya (sumbu y).
Nilai IC50 dihitung pada saat nilai % peredaman sebesar 50% dengan menggunakan persamaan: y = ax +
b.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Hasil pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH
Ekstrak etanol buah okra memiliki aktivitas antioksidan yang diperoleh dari hasil pengukuran
absorbansi DPPH pada menit ke-60 dengan penambahan larutan uji pada konsentrasi 10 ppm, 20 ppm, 40
ppm, 60 ppm dan 80 ppm. Kemampuan ekstrak etanol buah okra untuk menangkap radikal bebas DPPH
merupakan bukti bahwa sampel uji tersebut memiliki aktivitas antioksidan yang dapat dibuktikan dengan
adanya penurunan absorbansi DPPH. Keberadaan antioksidan dalam ekstrak etanol buah okra akan
menetralisasi radikal DPPH dengan memberikan elektron kepada DPPH, menghasilkan perubahan warna
dari ungu menjadi kuning atau intensitas warna ungu larutan jadi berkurang[12]. Pada penetapan aktivitas
antioksidan digunakan parameter IC50 yaitu konsentrasi sampel yang dibutuhkan untuk menangkap
radikal DPPH sebanyak 50% dimana semakin kecil nilai IC50 maka aktivitas antioksidan semakin
kuat[4]. Hasil aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah okra dapat dilihat pada tabel 1, dengan vitamin C
sebagai pembanding.

Tabel 1. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah okra dan vitamin C dengan metode DPPH
No Sampel Konsentasi % peredaman Nilai IC50
10 57,04
20 59,12
1 Ekstrak Etanol Buah Okra 40 66,77 27,15 ppm
60 73,11
80 76,28
10 83,35
20 85,84
2 Vitamin C 40 85,8 3,38 ppm
60 90,32
80 91,15

Tabel 1 menunjukkan aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah okra memiliki aktivitas antioksidan
sangat kuat dengan nilai 27,15 ppm dimana nilainya lebih kecil jika dibandingkan dengan aktivitas
antioksidan vitamin C.
3.2. Hasil pengujian aktivitas antioksidan dengan metode ABTS
Pengujian aktivitas antioksidan dengan metode ABTS berdasarkan kemampuan senyawa
antioksidan untuk menstabilkan senyawa radikal bebas dengan mendonorkan radikal proton. Kemampuan
ekstrak etanol buah okra dalam menstabilkan senyawa radikal bebas dapat dilihat dari perubahan warna
larutan uji biru kehijauan menjadi warna tidak berwarna atau berkurangnya intensitas warna. Hasil
aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah okra dapat dilihat pada tabel 2, dengan vitamin C sebagai
pembanding.

Tabel 2. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah okra dan vitamin C dengan metode ABTS
No Sampel Konsentasi % peredaman Nilai IC50
10 58,25
1 Ekstrak Etanol Buah Okra 24,50 ppm
20 63,56

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 3
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

40 69,79
60 77,55
80 81,63
10 32,9
20 46,24
2 Vitamin C 40 80,89 28,35 ppm
60 90,69
80 91,90

Tabel 2 menunjukkan hasil pengujian aktivitas antioksidan dengan metode ABTS, dimana ekstrak
etanol buah okra memiliki nilai IC50 sebesar 24,50 ppm yang nilainya hampir sama dengan nilai IC50
vitamic C sebagai pembanding. Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika memiliki
nilai IC50 kurang dari 50 ppm[4][13]. Berdasarkan nilai IC50 yang diperoleh dari ekstrak etanol buah okra
dengan metode DPPH dan ABTS maka aktivitas antioksidan buah okra memiliki kategori sangat kuat.
Nilai IC50 ini berbanding terbalik dengan aktivitas antioksidan, semakin tinggi aktivitas antioksidannya,
maka nilai IC50 semakin rendah[12]. Kekuatan aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah okra dikarenakan
adanya kandungan senyawa golongan polifenol dan flavonoid yang tinggi. Semakin tinggi kandungan
total polifenol dan flavonoid dalam suatu ekstrak tumbuhan, maka aktivitas antioksidannya semakin
tinggi.[1]

4. KESIMPULAN
Ekstrak etanol buah okra memiliki aktivitas antioksidan kuat dimana dengan metode DPPH
didapatkan nilai IC50 sebesar 27,15 ppm dan dengan metode ABTS didapatkan nilai IC 50 sebesar 24,50
ppm.

Ucapan Terima Kasih


Penulis ucapkan terima kasih kepada DP2M Dikti yang telah mendanai penelitian ini melalui hibah
penelitian dosen pemula (PDP) tahun 2019

Daftar Pustaka
[1] K. Sayuti and R. Yenrina, “Antioksidan alami dan sintetik,” Padang. Univ. Adalas, 2015.
[2] N. W. O. A. C. Dewi, N. M. Puspawati, I. M. D. Swantara, I. A. R. A. Asih, and W. S. Rita,
“Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid Ekstrak Etanol Biji Terong Belanda (Solanum
betaceum, syn) dalam Menghambat Reaksi Peroksidasi Lemak pada Plasma Darah Tikus
Wistar,” Cakra Kim. (Indonesian E-Journal Appl. Chem., vol. 2, no. 1, p. 9, 2014.
[3] W. D. Fitriana, S. Fatmawati, and T. Ersam, “Uji aktivitas antioksidan terhadap DPPH dan ABTS
dari fraksi-fraksi daun kelor (Moringa oleifera),” Simp. Nas. Inov. dan Pembelajaran Sains.
Bandung, pp. 657–660, 2015.
[4] F. Setiawan, O. Yunita, and A. Kurniawan, “Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kayu
Secang (Caesalpinia sappan) Menggunakan Metode DPPH, ABTS, dan FRAP,” Media Pharm.
Indones., vol. 2, no. 2, pp. 82–89, 2018.
[5] P.-G. Pietta, “Flavonoids as antioxidants,” J. Nat. Prod., vol. 63, no. 7, pp. 1035–1042, 2000.
[6] B. P. T. Pertanian, “Budidaya okra dan kelor didalam pot,” Balai Besar Pengkaj. dan Pengemb.
Teknol. Pertan. Badan Penelit. dan Pengemb. Pertanian. Jakarta, 2016.
[7] P. A. Z. Hasibuan, “Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Etanol Daun Okra (Abelmoschus
Esculentus Moench.),” 2017.
[8] D. Serlahwaty and A. N. Sevian, “Uji Aktivitas AntiOksidan Ekstrak Etanol 96% Kombinasi
Buah Strawberry Dan Tomat Dengan Metode ABTS,” in Proceeding of Mulawarman
Pharmaceuticals Conferences, 2016, vol. 3, pp. 322–330.

4 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

[9] K. K. R. Indonesia, “Suplemen III Farmakope Herbal Indonesia,” Ed. I, Kementrian Kesehat. RI,
Jakarta, 2013.
[10] M. Burits and F. Bucar, “Antioxidant activity of Nigella sativa essential oil,” Phyther. Res., vol.
14, no. 5, pp. 323–328, 2000.
[11] E. A. Shalaby and S. M. M. Shanab, “Comparison of DPPH and ABTS assays for determining
antioxidant potential of water and methanol extracts of Spirulina platensis,” 2013.
[12] P. Molyneux, “The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicryhydrazyl (DPPH). For
Estimating Antioxidant Activity. Songklanakarin,” J. Sci. Technol. 26 211, vol. 219, 2003.
[13] M. S. Blois, “Antioxidant determinations by the use of a stable free radical,” Nature, vol. 181, no.
4617, p. 1199, 1958.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 5
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

UJI KUALITAS MINYAK GORENG BEKAS PAKAI DENGAN


PENENTUAN BILANGAN ASAM, BILANGAN PEROKSIDA DAN
KADAR AIR

Jenny Tarigan1, Dimas Frananta Simatupang2

1,2
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan

ABSTRAK

Minyak goreng bekas pakai atau sering disebut dengan minyak jelantah merupakan minyak
goreng dengan pemakaian berulang yang banyak dipakai pada pedagang lokal untuk menghemat
biaya pengeluaran tetapi berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi secara terus menerus.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kualitas minyak goreng bekas pakai dengan penentuan
bilangan asam menggunakan metode titrasi basa, bilangan peroksida menggunakan metode
iodometri dan kadar air menggunakan metode gravimetri. Sampel minyak goreng bekas pakai
berwarna coklat diperoleh dari pedagang lokal dengan minyak standar menggunakan minyak
dari kemasan baru. Pengujian minyak dilakukan dengan triplo dengan rujukan pada SNI
3741:2013 untuk syarat mutu minyak goreng. Hasil pengujian minyak goreng bekas pakai
terhadap bilangan asam, bilangan peroksida dan kadar air berturut-turut 1,067±0.081 mg KOH/g,
46,93±0.067 mek O2/kg dan 0,777±0.025 %b/b dan tidak memenuhi standar mutu minyak
goreng.
Kata kunci: minyak goreng bekas pakai, bilangan asam, bilangan peroksida, kadar air, titrasi

PENDAHULUAN
Kualitas minyak goreng yang telah menurun ditandai dengan pecahnya trigliserida menjadi
komponen volatil dan non volatil yang larut dalam minyak, dan akan mempengaruhi bau dan cita rasa
makanan yang digoreng dalam minyak tersebut (Yates and Caldwell, 1992). Selama penggorengan,
minyak akan meng-alami oksidasi menjadi senyawa antara peroksida yang tidak stabil (Blumenthal,
1986; Choe & Min, 2007). Selain itu, kadar air yang ada pada bahan akan meng-hidrolisis minyak goreng
menghasilkan asam lemak bebas (Budiyanto 1986; Kataren, 1986; Winarno, 1997). Penggorengan lebih
lanjut akan merubah sebagian peroksida dan asam lemak bebas dengan rantai karbon yang pendek
menjadi berbagai senyawa Volatile Decomposition Products (VDP), sedangkan beberapa senyawa
peroksida yang lain bereaksi mengalami reaksi menjadi senyawa kon-jugasi dan polimer atau menjadi
senyawa Non Volatile Decomposition Products (NVDP) (Blumenthal, 1986; Budiyanto, 1986).
Terbentuknya VDP dan NVDP selama penggorengan menyebabkan terja-dinya perubahan fisik dan
kimia pada minyak goreng dan makanan gorengan (Choe & Min, 2007). Senyawa VDP meru-pakan
komponen yang mudah menguap sehingga komponen ini berpengaruh terha-dap titik asap minyak
goreng. Sementara itu NVDP komponen non-volatile yang mengandung senyawa konjugasi akan tetap
berada dalam minyak goring.
Minyak goreng yang berulang kali atau yang lebih dikenal dengan minyak jelantah adalah minyak
limbah yang berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak
samin dan sebagainya yang merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya,
dapat digunakan lagi untuk keperluan lainnya, akan tetapi ditinjau dari komposisi kimianya, minyak
jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses
penggorengan (Ketaren, 2005).
Penggunaan minyak goreng secara kontinyu dan berulang-ulang pada suhu tinggi (160-180°C)
disertai adanya kontak dengan udara dan air pada proses penggorengan akan mengakibatkan terjadinya
reaksi degradasi yang komplek dalam minyak dan menghasilkan berbagai senyawa hasil reaksi. Minyak
goreng juga mengalami perubahan warna dari kuning menjadi gelap. Reaksi degradasi ini menurunkan
kualitas minyak dan akhirnya minyak tidak dapat dipakai lagi dan harus dibuang. Produk reaksi degradasi
yang terdapat dalam minyak ini juga akan menurunkan kualitas bahan pangan yang digoreng dan
menimbulkan pengaruh buruk bagi kesehatan (Yustinah, 2011).

6 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Minyak merupakan bahan cair dikarenakan rendahya kandungan asam lemak jenuh dan tingginya
kandungan asam lemak yang tidak jenuh, yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap diantara atom-
atom karbonnya, sehingga mempunyai titik lebur yang rendah (Winarno, 1995). Minyak nabati pada
umumnya sebagian besar mengandung asam palmitat, asam sterat, asam oleat, dan asam linoleat, kecuali
minyak kelapa dan minyak kelapa sawit yang banyak mengandung asam lemak-jenuh rantai sedang (C8–
C14) (Almatsier, 2009).
Sebagian besar lemak dan minyak dalam alam terdiri dari atas 98-99% trigliserida. Trigliserida
adalah ester gliserol, suatu alkohol trihidrat dan asam lemak yang tepatnya disebut triasilgliserol. Bila
ketiga asam lemak di dalam asam trigliserida adalah asam lemak yang sama dinamakan trigliserida
sederhana; bila berbeda dinamakan trigliserida campuran. Contoh trigliserida sederhana adalah lemak
tristerin (Almatseir, 2009).
Reaksi oksidasi disebabkan oleh otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak.
Otooksidasi dimulai dengan pembentkan radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
dapat mempercepat reaksi, seperti cahaya, panas, peroksida lemak atau hiperoksida, logam-logam berat
seperti Cu, Fe, Co, Mn, dan logam porfirin (Winarno, 1995). Proses ketengikan yaitu jika lemak
bersentuhan dengan udara untuk jangka waktu lama yang menyebabkan terjadi perubahan. Proses
ketengikan terjadi jika oksigen terikat pada ikatan rangkap dan membentuk peroksida aktif, senyawa ini
sangat reaktif dan dapat membentuk hidroperoksida yang bersifat sangat tidak stabil dan mudah pecah
menjadi senyawa dengan rantai karbon yang lebih pendek berupa asam-asam lemak, aldehida-aldehida
dan keton yang bersifat volatill yang mudah menguap, menimbulkan bau tengik pada lemak dan potensial
bersifat toksik. Reaksi ini terjadi perlahan pada suhu menggoreng normal dan di percepat oleh adanya
besi dan tembaga yang biasa ada di dalam makanan (Almatsier, 2009).
Banyak penelitian yang menyatakan bahwa minyak goreng bekas tidak baik untuk dikonsumsi lagi
karena akan berdampak pada kesehatan manusia. Pemanfaatan minyak goreng bekas secara baik dan
benar akan memberikan dampak positif bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Terjadinya pengurangan
pencemaran lingkungan akan berakibat pada peningkatan kualitas hidup manusia. Berdasarkan hal di atas
perlu dilakukan penelitian mengenai karakteristik minyak goreng bekas agar diketahui kualitas minyak
goreng bekas tersebut sehingga pemanfaatannya tidak untuk dikonsumsi lagi melainkan diolah menjadi
produk-produk non pangan seperti halnya biodiesel, sabun cair dan lilin.
Penelitian ini mengacu pada SNI minyak goreng sawit tahun 2013 seperti terlihat pada Tabel 1.
Dengan diketahui karakteristik dari minyak goreng bekas tersebut selanjutnya bisa dikelola menjadi
produk-produk turunannya dengan pemberian perlakuan pendahuluan yang tepat terhadap minyak goreng
bekas. Sehingga minyak goreng bekas bisa dimanfaatkan dengan tepat dan mampu memberikan nilai
ekonomis.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Laboratorium Oleokimia, Politeknik Teknologi Kimia Industri, Medan.
Bahan yang digunakan adalah minyak goreng bekas.
Uji kualitas yang akan dilakukan pada ketiga macam minyak goreng tersebut meliputi penetapan
bilangan peroksida, bilangan asam, kadar asam lemak bebas serta penetapan kadar air. Masing-masing
penetapan dilakukan
Alat dan Bahan
Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Neraca Digital, Penangas air, Buret,
Alat- alat gelas, dan bahan yang digunakan yaitu Minyak goreng bekas pakai, Kloroform, Asam asetat
glasial, KI Jenuh, Akuades, Amilum 1%, Na2S2O3, NaOH, KOH, dan Indikator pp.
Prosedur Kerja
Penetapan Bilangan Peroksida
Minyak goreng sebanyak 5,00±0,05 g ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer
250 ml bertutup. Selanjutnya, ke dalam labu ditambahkan 12 ml kloroform dan 18 ml asam asetat glasial.
Larutan digoyang-goyangkan sampai bahan terlarut semua.
Setelah semua bahan tercampur, ditambahkan 0,5 ml larutan jenuh KI. Selama 1 menit campuran
larutan didiamkan sambil tetap digoyang, selanjutnya ditambahkan 30 ml akuades. Berikutnya, ke dalam
campuran larutan ditambahkan 0,5 ml amilum 1% dan segera dititrasi dengan Na 2S2O3 0,1000 N hingga
larutan berubah warna dari biru sampai dengan warna biru mulai menghilang. Penetapan dilakukan
dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Bilangan peroksida dinyatakan dalam mg-equivalen peroksida
dalam setiap 100 g sampel.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 7
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas


Minyak goreng diaduk rata dan diusahakan dalam keadaan cair agar mudah diambil. Sampel
ditimbang sebanyak 28,2 ± 0,2 g dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml. Ke dalam sampel
ditambahkan 50 ml alkohol netral panas dan 2 ml indikator fenolftalein (PP) lalu segera dititrasi
menggunakan NaOH 0,100 N sampai terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah jambu
yang tidak hilang selama 30 detik. Asam lemak bebas dinyatakan dalam persen Asam lemak bebas
(ALB) yang dihitung menggunakan persamaan berikut:

Bilangan asam adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menetralkan 1 gram sampel.
Bilangan Asam dihitung dari nilai % asam lemak bebas menggunakan persamaan:

Penetapan Kadar Air


Cawan porselen yang bersih dipanaskan dalam oven dengan suhu 105°C selama 30 menit, kemudian
didinginkan dalam desikator, lalu ditimbang hingga diperoleh bobot konstan cawan kosong-kering.
Sampel minyak goreng ditimbang sebanyak 2 g dalam cawan tersebut, kemudian dipanaskan dalam oven
bersuhu 105°C selama 4 jam. Sampel didinginkan dalam desikator selama lebih kurang 15 menit dan
ditimbang kembali. Pengeringan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan (selisih penimbangan
berturut-turut kurang dari 0,2 mg). Pengurangan berat merupakan banyaknya air dalam minyak.
Penetapan kadar air dilakukan dalam ulangan tiga kali.

Keterangan: X : Cawan ada minyak


Y : Cawan kering
Z : sampel basah

Analisis kualitas minyak secara kimiawi dilakukan dengan menguji bilangan peroksida, bilangan
asam serta kadar asam lemak bebas. Beberapa studi menyebutkan dikeringkan dalam oven bersuhu 100–
105°C.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penentuan bilangan asam menggunakan dua jenis sampel yang berbeda yaitu minyak goreng bekas
pakai yang berwarna cokelat keruh dan minyak goreng kemasan yang diperoleh dari swalayan yang
berwarna kuning jernih. Kedua minyak ini telah dibandingkan nilai mutunya berdasarkan penentuan
bilangan asam menggunakan metode titrasi alkali NaOH/KOH sebanyak tiga kali pengulangan. Hasil
kadar ALB dan bilangan asam pada minyak goreng bekas pakai dan minyak goreng kemasan baru
ditunjukkan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Berdasarkan kedua tabel menunjukkan bahwa sampel minyak goreng bekas pakai tidak memenuhi
syarat kelayakan untuk pemakaian atau dikonsumsi karena nilai persen asam lemak bebas dan bilangan
asamnya tidak memenuhi standar mutu minyak goreng. Sebagai perbandingan, minyak goreng kemasan
baru digunakan dan hasil uji menunjukkan bahwa minyak goreng kemasan baru memenuhi standar mutu
minyak goreng yaitu untuk % asam lemak bebas maksimum 0,274 dan bilangan asam maksimum 0,6.
Minyak dengan kualitas tinggi memiliki asam lemak bebas rendah atau bilangan asam rendah.
Trigliserida, karena adanya air, terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak bebas. Tingginya bilangan
asam ini artinya setara dengan tinggi pula kadar asam lemak bebasnya. Trigliserida yang terkandung di
dalam sudah banyak yang terurai menjadi asam lemak bebasnya akibat reaksi hidrolisa. Hal ini bisa
terjadi pada proses pemanasan minyak pada suhu tinggi dan berulang-ulang (Suroso, 2013).

8 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA) adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisa
lemak. Kadar asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit, biasanya hanya dibawah 1%. Lemak dengan
kadar asam lemak bebas lebih besar dari 1%, jika dicicipi akan terasa pada permukaan lidah dan tidak
berbau tengik. Pengaruh kadar asam lemak bebas yang tinggi terhadap mutu produksi minyak akan dapat
menimbulkan ketengikan pada minyak dan meningkatnya kadar kolestrol dalam minyak.
Penentuan bilangan peroksida juga menggunakan dua jenis sampel yang sama dengan penentuan
bilangan asam dan dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan. Hasil bilangan peroksida pada minyak
goreng bekas pakai dan minyak goreng kemasan baru ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 1. Kadar asam lemak bebas sampel minyak goreng bekas pakai dan minyak goreng kemasan baru
Kadar Asam Lemak Bebas (%ALB)
Pengulangan Minyak goreng Minyak kemasan
SNI 3741:2013
bekas pakai baru
1 0,448 0,025
2 0,494 0,027
Maks. 0,274
3 0,521 0,03
Rata-rata 0,488 0,223

Tabel 2. Bilangan asam sampel minyak goreng bekas pakai dan minyak goreng kemasan baru
Bilangan asam (mg KOH/g)
Pengulangan Minyak goreng Minyak kemasan
SNI 3741:2013
bekas pakai baru
1 0,98 0,055
2 1,08 0,059
Maks. 0,6
3 1,14 0,066
Rata-rata 1,067 0,060

Tabel 3. Bilangan peroksida minyak goreng bekas pakai dan minyak goreng kemasan baru
Bilangan peroksida (mg O2/100 g)
Pengulangan Minyak goreng Minyak kemasan
SNI 3741:2013
bekas pakai baru
1 4,98 1,05
2 4,89 0,98
Maks. 1
3 5,02 0,89
Rata-rata 4,963 0,973

Tabel 4. Kadar air minyak goreng bekas pakai dan minyak goreng kemasan baru
Kadar air (% b/b)
Pengulangan Minyak goreng Minyak kemasan
SNI 3741:2013
bekas pakai baru
1 0,8 0,11
2 0,78 0,098
Maks. 0,15
3 0,75 0,095
Rata-rata 0,777 0,101
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa sampel minyak goreng bekas pakai tidak memenuhi syarat
kelayakan untuk pemakaian atau dikonsumsi karena nilai bilangan peroksida tidak memenuhi standar
mutu minyak goreng. Sebagai perbandingan, minyak goreng kemasan baru digunakan dan hasil uji
menunjukkan bahwa minyak goreng kemasan baru memenuhi standar mutu minyak goreng yaitu untuk
bilangan peroksida maksimum 1 mg O2/100 g. Proses oksidasi minyak berpengaruh terhadap mutu
produk makanan yang dihasilkan. Kerusakan minyak dikarenakan adanya reaksi yang melibatkan oksigen
yang dikenal dengan ketengikan.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 9
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Uji analisa mutu minyak selanjutnya adalah menentukan kadar air yang terkandung pada dua jenis
sampel yang sama dengan penentuan bilangan asam dan bilangan peroksida. Penentukan kadar air ini
juga dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan. Hasil penentuan kadar air dapat dilihat pada Tabel 4.
Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan bahwa sampel minyak goreng bekas pakai tidak memenuhi
syarat kelayakan untuk pemakaian atau dikonsumsi karena nilai kadar air tidak memenuhi standar mutu
minyak goreng. Sebagai perbandingan, minyak goreng kemasan baru digunakan dan hasil uji
menunjukkan bahwa minyak goreng kemasan baru memenuhi standar mutu minyak goreng yaitu untuk
kadar air maksimum 0,15 % b/b.
saat pertama proses oksidasi, akan terbentuk senyawa peroksida yang merupakan senyawa labil dan
mudah bereaksi lebih lanjut. Selanjutnya terbentuk senyawa keton dan aldehid yang menyebabkan bau
dan cita rasa tengik pada minyak sehingga menjadi pertanda minyak telah rusak.

KESIMPULAN
Sampel minyak goreng bekas pakai telah berhasil dilakukan pengujian terhadap mutu/kualitasnya
berdasarkan standar mutu minyak goreng SNI 3741:2013. Penelitian ini menggunakan perbandingan dua
sampel minyak goreng yaitu minyak goreng kemasan baru yang diperoleh dari mini market dan minyak
goreng bekas pakai yang diperoleh dari pedagang lokal sekitaran lingkungan PTKI Medan. Kedua sampel
ini diberi perlakuan yang sama yaitu diuji dengan penentuan bilangan asam, bilangan peroksida dan kadar
airnya. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan (triplo). Menurut standar mutu minyak
goreng SNI 3741:2013, nilai maksimum bilangan asam, bilangan peroksida dan kadar air berturut-turut
sebesar 0,6 mg KOH/g, 1 mek O2/kg dan 0,15 %b/b Hasil pengujian menunjukkan bahwa minyak goreng
bekas pakai tidak memenuhi standar mutu minyak goreng SNI 3741:2013 dikarenakan bilangan asam,
bilangan peroksida dan kadar airnya melebihi batas maksimum yaitu berturut-turut sebesar 1,067±0.081
mg KOH/g, 46,93±0.067 mek O2/kg dan 0,777±0.025 %b/b sedangkan sampel minyak goreng kemasan
baru memenuhi standar mutu yaitu berturut-turut sebesar 0,06 mg KOH/g, 0,973 mek O 2/kg dan 0,101
%b/b. Minyak goreng bekas pakai ini sudah tidak layak untuk digunakan kembali ataupun dikonsumsi
karena akan berdampak negatif bagi kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal 50-74.
Blumenthal, M.M. 1996. Frying Technology. Di dalam: Bailey’s Industrial Oil and Fat Technology;
Edible Oil and Fat Product: Product and Application Technology (4th ed., Vol 3). Wiley-
Interscience Publication. New York.
Choe, E and D.B. Min. 2007. Chemitry of Deep-Fat Frying oils. Journal of Food Science. Institute of
Food Technologiests. 72(5): 1 – 10
Gunawan, Mudji TMA, Rahayu A. Analisis pangan: Penentuan angka peroksida dan asam lemak bebas
pada minyak kedelai dengan variasi menggoreng. Jurnal Sains dan Kimia Aplikasi 2003; 6(3): 1-
6
Ketaren. 1986. “Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan”, Edisi 1, Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.
Ketaren, S. 2005. Pengantar Teknologi; Minyak dan Lemak Pangan Jakarta, UI-Press
NW, Tri Dewanti W, Kuntanti. Studi tingkat kerusakan dan keamanan pangan minyak goreng bekas
(Kajian dari perbedaan jenis minyak goreng dan bahan pangan yang digoreng). Laporan
Penelitian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang; 2001
Siti A. Bilangan peroksida minyak goreng curah dan sifat organoleptik tempe pada pengulangan
penggorengan. Jurnal Pangan dan Gizi 2010; 1(1): 7-14.
Suroso, A.S. 2013. Kualitas Minyak Goreng Habis Pakai Ditinjau dari Bilangan Peroksida, Bilangan
Asam dan Kadar Air. Jurnal Kefarmasian Indonesia. 3(2):77-88
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Yustinah. 2011. Adsorbsi Minyak Goreng Bekas Menggunakan Arang Aktif dari Sabut Kelapa. Prosiding
Seminar Nasional Teknik Kimia. Yogyakarta
Zahra SL, Dwiloka B, Mulyani S. Pengaruh penggunaan minyak goreng berulang terhadap perubahan
nilai gizi dan mutu hedonik pada ayam goreng. Animal Agricultural Journal 2013; 2(1): 253-260.

10 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

EVALUASI KINERJA HEAT EXCHANGER DENGAN METODE


FOULING FAKTOR DI LABORATORIUM SATUAN OPERASI
PTKI MEDAN

Mariani Sebayang

Program Studi Teknik Kimia PTKI Medan


marianisebayang@ptki.ac.id

ABSTRAK
Penukar kalor adalah suatu alat untuk memindahkan panas dari suatu fluida ke fluida yang lain.
Salah satu tipe dari alat penukar kalor yang banyak dipakai adalah alat penukar kalor jenis Shell
and Tube. Kelayakan salah satu alat penukar kalor yang ada di laboratorium satuan operasi jenis
ini telah dianalisis untuk mengetahui besarnya nilai koefisien transfer panas secara menyeluruh
dan factor pengotoran .Dari hasil evaluasi nilai data pengoperasian dan telah dilakukan
perhitungan untuk memperoleh nilai fouling factor (Rd) dari alat ,diperoleh nilai Rd, alat adalah
0,0003 Jam ft20F/ Btu dan nilai Rd yang diizinkan adalah 0,003 Jam ft 20F/ Btu .dari nilai Rd
yang diperoleh menyatakan bahwa alat penukar panas sudah layak untuk dibersihkan untuk
memperoleh kinerja Heat Exchngger yang lebih efektif.
Kata kunci : alat penukar kalor, shell and tube, fouling factor.

PENDAHULUAN
Unit penukar kalor adalah suatu alat untuk memindahkan panas dari suatu fluida ke fluida yang lain
atau dimana terjadinya perpindahan panas dari suatu fluida yang mempunyai tempratur yang lebih tinggi
ke fluida yang tempraturnya lebih rendah,baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagian besar
dari industri-industri yang berkaitan dengan pemprosesan selalu menggunakan alat ini, sehingga alat
penukar kalor ini mempunyai peran yang penting dalam suatu proses produksi atau operasi. Salah satu
tipe dari alat penukar kalor yang banyak dipakai adalah Shell and Tube Heat Exchanger. Alat ini terdiri
dari sebuah shell silindris di bagian luar dan sejumlah tube (tube bundle) di bagian dalam, dimana
temperatur fluida di dalam tube bundle berbeda dengan di luar tube (di dalam shell) sehingga terjadi
perpindahan panas antara aliran fluida didalam tube dan di luar tube. Adapun daerah yang berhubungan
dengan bagian dalam tube disebut dengan tube side dan yang di luar dari tube disebut shell side.
Pemilihan yang tepat suatu alat penukar kalor akan menghemat biaya operasional harian dan
perawatan. Bila alat penukar kalor dalam keadaan baru, maka permukaan logam dari pipa-pipa pemanas
masih dalam keadaan bersih setelah alat beroperasi beberapa lama maka terbentuklah lapisan kotoran
atau kerak pada permukaan pipa tersebut. Tebal tipisnya lapisan kotoran tergantung dari fluidanya.
Adanya lapisan tersebut akan mengurangi koefisien perpindahan panasnya. Harga koefisien perpindahan
panas untuk suatu alat penukar kalor selalu mengalami perubahan selama pemakaian. Batas terakhir alat
dapat berfungsi sesuai dengan perencanaan adalah saat harga koefisien perpindahan panas mencapai
harga minimum. Heat exchanger yang digunakan adalah tipe shell and tube , dimana shell dilalui oleh
fluida dingin (air dingin ) sedangkan tube dilalui oleh fluida panas (air panas ). Terbentuknya kerak ,
korosi ,kebocoran maupun friction pada dinding alat shell maupun tube dapat menyebabkan terjadinya
penurunan kinerja , nilai koefisien secara menyeluruh sudah menuju nilai minimum .Penurunan kinerja
ini ini dapat dilihat dari parameter – parameter seperti dirt factor (Rd ) dan pressure drop ang tinggi.,
dimana nilai yang dihasilkan sudah melebihi dari harga yang diijinkan .Berdasarkan pada pertimbangan
nilai diatas maka unjuk kerja alat penukar panas dapat dievaluasi secara periodic.
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengevaluasi unjuk kerja heat exchangger di laboratorium satuan
operasi jenis shell and tube yang terkait dengan Log Mean Temperature Different, temperatur kalorik,
luas daerah aliran, kecepatan aliran massa ,bilangan Reynold, faktor perpindahan panas, bilangan Prandtl,
koeffisien perpindahan panas, temperatur dinding tube, rasio viskositas, koeffisien perpindahan panas
terkoreksi, clean overall heat transfer coefficient, overall heat transfer coefficient design, faktor
pengotoran dan pressure drop.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 11
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Manfaat yang diperoleh dengan mengetahui unjuk kerja dari alat ini adalah untuk mengetahui apakah alat
heat exchanger ini perlu dibersihkan atau tidak , agar lebih effisien dalam mentransfer panas dan apakah
alat tersebut diatas masih aman untuk dioperasikan atau tidak.
Perpindahan panas
Perpindhan panas adalah proses pertukaran panas yang terjadi antara benda panas dan benda
dingin.Ada tiga cara perpindahan panas yaitu konduksi , konveksi dan radiasi .
Perpindahan panas konduksi adalah perpindahan panas antar molekul melalui bidang padat homogen
persegi mupun silinder dimana mekanisme perpindahan panasnya terjadi rambatan proses dari suatu
benda yang bersuhu tinggi ke benda yng bersuhu rendahsecara kontak langsung.Prpindahan panas
konduksi dapat berlangsung pada zat padat ,cair dan gas .Besarnya nilai perpindahan panas berdasarkan
rumus Fourier adalah :
Q = …………… (1)
Perpindahan panas konveksi adalah perpindahan secara aliran yaitu perpindahan panas yang terjadi
dari suatu benda ke benda lain melalui bidang batas persegi homogeny maupun silider yang homogen.
Perpindahan panas konveksi ini terbagi dua yaitu konveksi alami dan konveksi paksa dimana konveksi
alami adalah perpindahan secara alamiah yang berlangsung melalui benda padai cair maupun gas.
Besarnya nilai perpindahan secara alami menurut Fourier adalah
Q = hA
Konveksi paksa yaitu perpindahan panas konveksi yang berlangsung dengan bantuan tenaga lain ,
misalnya kipas angin , alat pengering rambut ,kue,pakain danlain sebagainya.
Perpindahan panas radiasi adalah perpindahan panas dari suatu benda ke benda lain dengan bantuan
gelombang elekto magnetic dimana tenaga ini akan diubah menjadi panas jika tenaganya diserap oleh
benda lain . Besarnya panas yang dipancarkan menurut Hukum Steven Boltzman dapat digunakan rumus
sebagai berikut :
Q = cA 4
……………… (3)
Khusus untuk benda hitam sempurna menurut Hukum Steven Boltzman :
Q = A T4 ……………………… (4)

METODE PENELITIAN
Bahan /Alat – Heat Exchanger (HE )
Heat Exchanger yang digunakan adalah tipe shell and tube dimana air dingin mengalir melalui shell
dan air panas mengalir melalui tube dengan arah berlawanan arah (counter flow ) secara horizontal,
sehingga sepanjang shell dan tube terjadi pertukaran kalor antar air panas dan air dingin.

Gambar.1. Heat Exchangger di Laboratorium Satuan Operasi

12 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

ANALISA PERHITUNGAN
Metode penelitian didasarkan pada perhitungan :
Neraca panas
Untuk mengetahui besarnya panas panas yang di transfer suhu fluda tinggi ke suhu fluida rendah pada
HE dapat dihitung dengan menggunakan rumus .
Q = mh . Cp . Δ T ………………………(5)
LMTD (Log Mean Tempratur Different )
Nilai LMTD dapat ditung dengan menggunakan rumus :
LMTD=Δth -Δ tc/ln … (6)

Temperatur caloric
Yaitu tempratur yang sesuai dengan masing-masing stream.Tempratur kalorik dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
1. Untuk fluida panas
Tc=T2+Fc(T1-T2 ) ………………..(7)
2. Untuk fluida dingin
Tc = t1+ Fc(t2-t1 ) ……………………..(8)
Reynold Number ( NRe )
Bilangan Reynold dapat ditung dengan menggunakan rumus :
-Untuk fluida dingin : Res = …. (9)

-Untuk fluida panas : Ret = … (10)

Faktor dimensi untuk HE (JH)


Faktor dimensi dapat diperoleh dari figure 28 Kern untuk fluida dingin dan figure 24 Kern ,dengan
terlebih dahulu menghitung harga Res untuk fluidadingin dan nilai mengetahui Ret untu fluida panas.
Bilangan Prandtl (Pr )
Bilangan Prandtl dapat dihitung dengan mmpergunakan rumus sebagai berikut:
Pr = ……………….. (11)
Harga Cp dan K dapat dilihat dari table buku pengoperasin HE dari refrensi prosedur HE JICA.
Koefisien perpindahan panas
Koefisien perpindahan panas dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
= JH x …………..(12)

Tempratur pada dinding tube


Tempratur pada dinding tube dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

tw = tc + ( Tc - tc ) ….. (13)

= ..(14) Koefisien perpindahan panas terkoreksi


Koefisien perpindahan panas terkoreksi dapat dihitung dengan menggunakan rumus
-Pada tube side ,
hi = t x JH x Pr1/3 ……. (15)
-Pada dinding tube

hio = ….(16)

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 13
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

-Pada dinding shell side


1/3 …. .
ho = Pr (17)

Koefisien clean overall


Koefisien clean overall adalah hantaran perpindahan panas pada HE pada saat HE dalam keadaan bersih.
Koefisien clean overall dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Ud = ……… (18)

Fouling factor / dirty factor (Rd)


Fouling factor / dirty factor (Rd) adalah hambatan perpindahan panas karena adanya endapan-endapan
didalam HE, nilai Rd ini dipengaruhi oleh beberapa hal anatara lain : jenis fluida , tempratur ,jenis
material tube dan shell dan kecepatan aliran serta lamanya operasi.

Rd = …………….(19)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data spesifikasi Heat exchanger (HE)

Tabel 1.Data Spesifikasi HE


Uraian Shell Tube
Notasi Satuan Dimensi Notasi Satuan Dimensi

Diameter luar ODs mm 34 ODT mm 19


Diameter dalam IDs mm 26 IDT mm 17
Jumlah baffel N unit 2 unit
Jumlah pass n unit 4 unit
Jenis fluida Air dingin Air panas
Panjang tube L mm 1000
Jumlah tube Nt unit 2

Data kondisi operasi HE

Tabel 2. Data kondisi operasi HE


Uraian Satuan Shell Tube
Notasi Dimensi Notasi Dimensi
Flow rate Liter/jam Ws 300 Wt 90
0
Suhu masuk C t1 31 T1 66
0
Suhu keluar C t2 36 T2 54
Beda suhu 0
C Δt 5 ΔT 10
Density Kg/Liter ρ 0, 9947 ρ 0,9832

Hasil perhitungan

Tabel 3. Hasil perhitungan


No Uraian Satuan Tube Shell
1 Neraca panas Kcal/jam 1239,4809 1191,2464
0
2 LMTD C 26,81
3 Flow area M2 2,27x10-4 7,3x10-4
4 Kecepatan massa Kcal / jam m2 0F 203193,5902 60777,8775
5 Viscositas kinematic M2/detik 0,0075x10-4 0,0048 x10-4
6 Bilangan Reynold 3834,519 3000,6

14 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

8 Koefisien heat exchanger Kcal/m2jam0C 203,193 607,77


9 Coefisien clean overall Btu/ft2jam 0F 274,7285
10 Coefisien design Btu/ft2jam 0F 90-300 200-500
11 Dirt factor koreksi Jam ft2 0 F /Btu 0,0003

12 Dirt factor pembanding Jam ft2 0 F /Btu 0,003

Pembahasan
Dari hasil perhitungan panas yang diterima oleh air dingin adalah 1191,2464 Kcal/jam sedangkan panas
yang dilepas oleh air panas adalah 1239,4809 Kcal/jam jadi ada perpindahan panas ke lingkungan sebesar
48,2345 Kcal/jam.Koefisien perpindahan panas pada pada shell lebih tinggi dari pada koefisien
perpindahan panas pada tube,sehingga pada shell lebih cepat proses transfer panasnya.sedang tube lebih
lambat sehingga memungkinkan terjadinya perpindahan panas ke lingkungan. Coefisien clean overall
sebesar 274,7285 Btu/jam ft2 0F dan Coefisien design adalah (90-300) Btu/ft2jam 0F. Hal ini
menunjukkan bahwa hantaran perpindahan panas dalam keadaan bersih sudah mendekati nilai maximal
dari nilai Coefisien design ,ini menunjukkan bahwa sudah ada kotoran atau endapan yang terbentuk . Dari
hasil perhitungan diperoleh nilai dirt factor sebesar 0,0003 Jam ft2 0 F /Btu dan nilai dirt factor
pembanding sebesar 0,003 Jam ft2 0 F /Btu , dari nilai dirt factor dapat dilihat bahwa nilai dirt factor
koreksi lebih rendah dari dirt factor yang diijinkan dengan demikian Heat exchanger nasih dalam keadan
baik dan layak operasi.

KESIMPULAN
Dari analisa dan perhitungan diatas dapat diambil kesimpulan ssbagai berikut :

o Heat Exchangger adalah salah satu alat penukar panas yang efektif.
o Dari hasil perhitungan terlihat bahwa panas yang diberikan oleh air panas tidak semuanya diterima
oleh air dingin.
o Heat Exchangger masih dalam kondisi masih layak pakai ditinjau dari nilai dirt factor dimana nilai
dirt factor masih lebih kecil dari dirt factor yang diizinkan yaitu sebesar 0,0003 Jam ft2 0 F /Btu
sedangkan nilai dirt factor yang diizinkan sebesar 0,003 Jam ft2 0 F /Btu.

SARAN
1. Termokoupel yang digunakan pada Tube dan Shell harus selalu diperhatikan .
2. Isolasi untuk shell harus diperhatikan agar panas yang loses kelingkungan dapat diatasi.
3. Perlu dilakukan penganalisaan ataupun mengevaluasi alat penukar panas dalam waktu periodic .

DAFTAR PUSTAKA
Bambang Setyoko,(2008), “ Evaluasi Kinerja Heat Exchangger dengan metode fouling factor”, Jurnal
TEKNIK-Vol 29 No.2 tahun 2008.
Kern,D.Q.,(1950), “ Proses Heat Transfer “,Mc Graw –Hill.Book Co.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 15
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Perhitungan Neraca Massa Pada Proses Pengambilan Minyak Pada


Unit Decanter Di PT. Perusahaan Perkebunan & Dagang Indah
Pontjan Perbaungan

1
Darni Paranita, 2Jenny, 3Darry Christine S. Purba, 4Martua Raja Rangkuti

1,2,3,4
Program Studi Teknik Kimia, Politeknik Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan
1
darnipur12@ptki.ac.i, 2jenny@ptki.ac.id

ABSTRAK
PT. Perusahaan Perkebunan & Dagang Indah Pontjan Perbaungan merupakan Pabrik kelapa
sawit yang mengelola buah kelapa sawit milik perusahaan dengan produksi Crude palm oil
(CPO) 45 ton per hari. Pada proses pemurnian CPO sludge yang dihasilkan ditampung di sludge
tank, Sludge ini masih mengandung minyak dan harus diolah kembali di unit decanter untuk
mendapatkan minyak yang terbawa pada sludge tersebut yang dapat menyebabkan kerugian
komersil. Pengolahan sludge pada decanter berdasarkan prinsip sentrifugasi menghasilkan tiga
keluaran, light phase, heavy phase dan solid phase. Pada penelitian ini dikaji persentase
perolehan minyak yang dipisahkan dari sludge dan kadar pengotor dari minyak tersebut serta
kehilangan minyak yang terdapat pada heavy phase dan solid phase dengan perhitungan neraca
massa. Hasil perhitungan menunjukkan persen perolehan minyak yang berhasil dipisahkan dari
sludge adalah 69,0614% dengan kadar pengotor, solid 0,7366% dan air sebesar 3,2%.
Kehilangan minyak pada heavy phase adalah 0,7333% dan pada solid phase 2,4966%. Jumlah
minyak yang terbawa pada heavy phase dan solid phase tersebut masih memenuhi standar mutu
yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu untuk heavy phase 1,5% dan solid phase 3%
Kata kunci : Decanter, Neraca Massa, Light Phase, Heavy Phase, Solid Phase

ABSTRACT

PT. Indah Pontjan Perbaungan Plantation & Trading Company is a palm oil mill that manages
the company's palm oil fruit with 45 tons of Crude palm oil (CPO) per day. In the process of
refining CPO the resulting sludge is accommodated in a sludge tank, this sludge still contains oil
and must be reprocessed in a decanter unit to get oil carried on the sludge which can cause
commercial losses. Sludge processing in the decanter based on the principle of centrifugation
produces three outputs, light phase, heavy phase and solid phase. In this final project, the
percentage of oil recovery separated from the sludge and the impurity content of the oil and the
loss of oil contained in the heavy phase and solid phase are calculated by mass balance
calculation. The calculation results show the percentage of oil acquisition that has been
successfully separated from the sludge is 69.0614% with impurities, solid 0.7366% and water at
3.2%. Oil loss in heavy phase is 0.7333% and in solid phase is 2.4966%. The amount of oil
carried in the heavy phase and solid phase still meets the quality standards set by the company,
namely for the heavy phase of 1.5% and the solid phase of 3%
Keywords: Decanter, Materials Balance, Light Phase, Heavy Phase, Solid Phase

PENDAHULUAN
PT. Perusahaan Perkebunan & Dagang Indah Pontjan merupakan pabrik kelapa sawit yang berlokasi
di Deli Muda, Perbaungan. Pabrik kelapa sawit ini mengelola tandan buah segar (TBS) dengan kapasitas
pengolahan TBS 45 ton/jam. Pengolahan minyak kelapa sawit merupakan proses secara mekanis dan
fisika untuk memperoleh minyak dari buah kelapa sawit dan kernel melalui proses perebusan, pemipilan,
pelumatan, pengempaan, pemisahan, pengeringan dan penimbunan (Pardamean, 2008). Proses
pengempaan menghasilkan minyak kasar dengan kadar 50% minyak, 42% Air dan 8% zat padat (Pahan,

16 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

2006). Zat padat tersebut antara lain terdiri dari serat, pasir dan pecahan biji sawit. Oleh karena itu
minyak tersebut masih perlu dimurnikan lagi lagi di stasiun klarifikasi (Sibuea, 2014).
Stasiun pemurnian merupakan tahap terakhir pengolahan minyak yang bertujuan untuk melakukan
pemurnian minyak kelapa sawit dari bahan pengotor seperti padatan (solid) dan air, agar diperoleh
minyak dengan kualitas sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak. Dalam minyak
kasar terdapat beberapa fase yang sulit dipisahkan dengan satu cara, oleh sebab itu proses pemisahannya
dilakukan dengan beberapa tahapan seperti filtrasi, pengendapan, sentrifugasi, penguapan dan sebagainya
(Chrestella, 2012). Lumpur (Sludge) yang merupakan buangan dari proses pemurnian masih mengandung
minyak 4,5-6% sehingga harus diolah kembali untuk mendapatkan minyak tersebut (Sibuea, 2014).
Proses pengutipan minyak dari sludge tersebut dilakukan di unit decanter dengan melakukan pemisahan
berdasarkan berat jenis dan sentrifugasi. Metode sentrifugasi merupakan proses pemusingan minyak
kasar yang menyebabkan bagian yang lebih berat akan terlempar sehingga terpisah antara minyak dan
bahan-bahan pengotor tersebut. Sludge yang diolah di decanter dipisahkan menjadi tiga bagian, yaitu
light phase, solid phase dan heavy phase. Light phase merupakan fase cairan dengan kandungan minyak
cukup tinggi oleh karena itu fase ini harus dikembalikan lagi ke Continuous Settling Tank (CST). Solid
phase merupakan padatan dengan kadar minyak maksimum 3%. Solid yang dihasilkan ini selanjutnya
diaplikasikan ke kebun sebagai pupuk. Heavy phase merupakan fase cairan dengan sedikit kandungan
minyak, fase ini dikirim ke sludge separator untuk kembali dilakukan proses pengambilan minyak
(Pahan, 2006).
Neraca massa adalah suatu perhitungan yang tepat dari bahan yang masuk, yang terakumulasi dan
yang keluar dalam waktu tertentu. Pernyataan tersebut sesuai dengan hukum kekekalan massa yakni
massa tak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Prinsip umum neraca massa adalah jumlah massa yang
masuk sama dengan jumlah massa yang keluar (Wuryanti, 2016). Perhitungan neraca massa pada unit
decanter bertujuan untuk mengetahui persentase perolehan minyak pada proses pengolahan sludge di
decanter dan kadar pengotor yang terbawa pada minyak tersebut serta kehilangan minyak pada solid
phase dan heavy phase. Besar kecilnya kehilangan minyak dalam proses pengolahan dipabrik akan
menentukan tinggi rendahnya rendemen minyak yang dihasilkan. Diharapkan minyak yang ikut terbuang
sesuai dengan standar perusahaan, pada solid maksimum 3% dan pada air maksimum 1,5%.

TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui persentase perolehan minyak pada proses pengolahan sludge di unit decanter.
2. Mengetahui kadar pengotor (solid dan air) pada light phase.
3. Mengetahui banyaknya kehilangan minyak pada heavy phase dan solid phase di unit decanter.

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di PT. Perusahaan Perkebunan & Dagang Indah Pontjan, Deli Muda,
Perbaungan, kabupaten Deli Serdang, provinsi Sumatera Utara. Penelitian dilakukan di lapangan dan di
Laboratorium PT. Perusahaan Perkebunan & Dagang Indah Pontjan.

B. Waktu
Penelitian ini di Kerjakan di PT. Perusahaan Perkebunan & Dagang Indah Pontjan dimulai pada
tanggal 07 Januari 2019 dan berakhir pada tanggal 07 Maret 2019.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 17
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

C. Diagram Alir Penelitian

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

PENGUMPULAN DATA
A. Materi
Adapun peralatan dan bahan yang digunakan yaitu unit decanter three phase, Botol tempat sampel,
Keranjang tempat botol, Gayung besi, Wadah plastik. Dan Peralatan analisa kadar minyak, solid dan air.
Yaitu Cawan porselin, Hot plate, Kondensor Centrifuge Tube Glass, Oven, Centrifuge, Desikator, Vacum
Pump, Neraca analitik, Crusible Glass, Kapas, Thimbel, Soxhlet, Labu ekstraksi , Penjepit. Dan bahan
yang digunakan yaitu Sludge (Umpan Decanter), N-heksana,Sludge (Umpan Decanter), Water phase,
Solid phase, Oil Phase, Iso Hexane.

B. Metoda
1. Prosedur Untuk Mendapatkan Data Kondisi Proses Dan Sampel Yang Akan Dianalisa
Mengamati dan mempelajari secara langsung proses pengolahan sludge di decanter yang ada di PT.
Perusahaan dan Dagang Indah Pontjan. Melakukan tinjauan langsung pada proses pemurnian minyak
pada decanter di stasiun klarifikasi. Melakukan pengambilan data pada alat decanter dengan mengamati
secara langsung yang terdapat dilapangan. Pengambilan data laju sludge masuk, kecepatan putaran bowl
dan temperatur dari DCS (Distributed Control System). Laju keluaran heavy phase dan keluaran light
phase diketahui dengan proses penimbangan. Melakukan pembahasan serta diskusi dengan pembimbing
lapangan.

2. Prosedur Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 11.00 WIB selama tiga hari berturut-turut yaitu pada
tanggal 25,26 dan 27 Februari 2019. Sampel sludge masuk diambil dengan menggunakan gayung besi
pada sludge tank kemudian di masukkan kedalam botol kaca. Sampel light phase diambil dengan
membuka kran aliran light phase dari decanter menuju ke CST (Continuous Settling Tank), Sampel
tersebut dimasukkan kedalam botol kaca. Sampel solid phase diambil dengan menggunakan sekop besi di
solid hopper dan dimasukkan kedalam wadah plastik. Seluruh sampel kemudian dibawa ke laboratorium
lossess PT. Perusahaan Perkebunan dan Dagang Indah Pontjan.

3. Prosedur Analisa Komposisi Bahan Olahan Masuk Dengan Sentrifuge


Sampel sludge (umpan decanter) dari botol sampel dimasukkan kedalam beaker glass lalu dituang
ke dua buah centifuge tube glass masing-masing sampai volume 10 ml. (V1) Air dituang kedalam dua
buah centrifuge tube glass yang lain sampai volume 10 ml. Centrifuge tube glass yang berisi sampel
sludge dan air tersebut dimasukkan kedalam alat centrifuge secara bersilangan. Sampel sludge tersebut di
sentrifuge selama 3 menit sampai terjadi pemisahan. Setelah tiga menit diamati volume masing-masing
komposisi berdasarkan skala garis pada centrifuge tube glass (V2, V3, V4). Kadar masing-masing bahan
yang terdapat pada solid phase (minyak, solid dan air) dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut.

18 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Kadar Minyak x 100%

Kadar Solid x 100%

Kadar Air x 100%

Keterangan :
V1 = Volume Centrifuge tube glass
V2 = Volume minyak
V3 = Volume solid
V4 = Volume air

4. Prosedur Analisa Kadar Air pada Solid Phase


Cawan porselin kosong ditimbang dan dicatat beratnya (W 1). Sampel Solid phase yang telah diambil
dimasukkan pada cawan porselin lalu ditimbang masing-masing sebanyak 20 gram (W2). Sampel solid
phase tersebut kemudian dikeringkan pada oven pada suhu 105 oC selama 4 jam. Setelah selesai,
kemudian sampel solid phase tersebut didinginkan pada desikator selama 15 menit. Sampel solid phase
yang telah kering ditimbang kembali lalu dicatat beratnya (W3). Kadar air pada solid phase dapat
diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan :
W1 = Berat cawan kosong
W2 = Berat sampel solid phase sebelum dikeringkan
W3 = Berat sampel solid phase setelah dikeringkan

5. Prosedur Analisa Kadar Minyak Pada Solid Phase


Labu ekstraksi kosong ditimbang lalu dicatat hasil penimbangannya (W 4). Sampel solid phase yang
telah dikeringkan dari hasil analisa kadar air dimasukkan kedalam thimble lalu ditutupi dengan kapas.
Thimble berisi sampel solid phase dimasukkan kedalam soxhlet dan dihubungkan dengan labu ekstraksi.
Labu ekstraksi diisi dengan pelarut n-heksana sebanyak 250 ml, kemudian dihubungkan dengan
kondensor dan diletakkan diatas hot plate. Sampel solid phase diekstraksi dengan temperature 60 oC
selama 4 jam atau sampai warna n-heksana kembali bening. Setelah ekstraksi selesai, larutan n-heksana
dipisahkan dengan cara penyulingan sampai tertinggal hanya minyak saja didalam labu tersebut. Labu
ekstraksi didinginkan pada desikator selama 15 menit.
Labu ekstraksi ditimbang untuk mengetahui kadar dari minyak tersebut (W 5) Kadar minyak dapat
diketahui dengan membandingkan minyak yang dihasilkan dari proses ekstraksi dengan berat sampel
solid phase sebelum dikeringkan.

Keterangan :
W2 = Berat sampel solid phase sebelum dikeringkan
W4 = Berat labu kosong
W5 = Berat labu kosong dan minyak
6. Prosedur Analisa Kadar Air Pada Light Phase
Sampel light phase ditimbang 5 gram (W7). kedalam cawan porselin yang sudah ditimbang berat
kosongnya (W6). Sampel light phase yang telah ditimbang dimasukkan kedalam oven pada suhu 105 oC
selama 40 menit. Setelah 30 menit sampel light phase tersebut didinginkan kedalam desikator selama 15
menit lalu ditimbang kembali dengan teliti sampai diketahui berat susutnya (W8). Persentase air pada
light phase dapat diketahui menggunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan :
W6 = Berat cawan kosong

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 19
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

W7 = Berat sampel solid phase sebelum dikeringkan


W8 = Berat sampel solid phase setelah dikeringkan

7. Prosedur Analisa Kadar Padatan Pada Light Phase


Kertas saring diletakkan pada Crusible glass dan tempatkan di dalam Gooch Crusible adapter dan
hubungkan dengan filtering flask. Selang dari vacuum pump dipastikan tersambung ke filtering flask
kemudian dihiidupkan vacuum pump. Kertas saring dalam crusible glass dibilas dengan menggunakan
botol semprot yang berisi Iso Hexane. Vacuum pump dimatikan kemudian diambil kertas saring tersebut
dengan menggunakan pinset, diletakkan dalam cawan porselin. Kertas saring yang didalam cawan
porselin tersebut dikeringkan di oven dengan temperatur 105 oC selama 15 menit.
Setelah 15 menit kertas saring tersebut didinginkan dalam desikator selama 15 menit, kemudian
ditimbang kertas saring dengan neraca analitik (W 9). Sampel light phase ditimbang 5 gram kedalam
erlenmeyer (W10). Crusible glass yang berisi kertas saring (yang sudah ditimbang tadi) diletakkan diatas
filtering flask dan dihidupkan vacuum pump. Sampel light phase disaring dengan menuang kebagian
tengah kertas saring. Sampel light phase yang tersisa didalam erlenmeyer dibilas dengan menggunakan
botol semprot yang berisi Iso Hexane sampai bersih dan dibilas kembali kertas saring dengan menuang
Iso Hexane lakukan sampai kertas saring bersih.
Vacuum pump dimatikan lalu dengan menggunakan pinset diambil kertas saring tersebut
ditempatkan dalam cawan porselin.
Kertas saring yang didalam cawan porselin tersebut dikeringkan kedalam oven dengan temperatur
105oC selama satu jam. Setelah satu jam, didinginkan kertas saring tersebut kedalam desikator selama 15
menit dan ditimbang berat kertas saring tersebut dengan neraca analitik (W 11). Persentase solid pada light
phase dapat diketahui menggunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan :
W9 = Berat kertas saring
W10 = Berat sampel light phase
W11 = Berat kertas saring dan sisa tak larut

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data Hasil analisa pada keluaran decanter

Keterangan :
M = Minyak
S = Solid
A = Air

A. Perhitungan Neraca Massa


Sludge yang masuk ke decanter akan dipisahkan menjadi tiga bagian. Fase minyak, fase padatan
dan fase air. fase air yang belum diketahui komposisinya akan dihitung dengan prinsip neraca massa,
dimana massa yang masuk sama dengan massa yang keluar. Berikut ini adalah perhitungan neraca massa
untuk sludge masuk data pertama.

20 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 2 Fase pembagian dari sludge

Keterangan :
F1 = Laju Sludge Masuk
F2 = Laju Keluaran Fase Minyak
F3 = Laju Keluaran Fase Padatan
F4 = Laju Keluaran Fase Air
WMinyak = Komponen Minyak
Wsolid = Komponen padatan
WAir = Komponen Air

1. Neraca Massa Total

2. Neraca Massa Komponen


a. Neraca Massa Komponen Minyak
Menghitung kadar minyak yang terdapat pada heavy phase, dimana jumlah minyak yang masuk
sama dengan jumlah minyak yang keluar.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 21
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

b. Neraca Massa Komponen Solid


Menghitung kadar solid yang terdapat pada heavy phase, dimana jumlah solid yang masuk sama
dengan jumlah solid yang keluar.

c. Neraca Massa Komponen Air


Menghitung kadar air yang terdapat pada heavy phase, dimana jumlah air yang masuk sama dengan
jumlah air yang keluar.

Dari hasil perhitungan diketahui komposisi heavy phase pada tanggal 25 Februari 2019 adalah
minyak sebesar 0,88% kemudian solid sebesar 23,70% dan air sebesar 75,41%.
Dari hasil perhitungan diketahui komposisi heavy phase pada tanggal 25 Februari 2019 adalah
minyak sebesar 0,88% kemudian solid sebesar 23,70% dan air sebesar 75,41%. Berikut ini adalah
kesetimbangan massa masuk dan keluar pada decanter.

22 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

B. Pembahasan
Minyak sawit kasar yang dihasilkan dari proses pengempaan masih mengandung bahan pengotor.
Oleh karena itu, minyak sawit kasar ini perlu dimurnikan di continuous settling tank sehingga akan
terpisah antara minyak dengan sludge. Minyak akan di kirim ke oil tank sementara sludge akan di proses
di decanter. Proses pengolahan sludge di decanter menghasilkan tiga output yaitu light phase, solid
phase dan heavy phase. Light phase akan dikirim kembali ke continiuous settling tank, solid phase akan
dikirim ke lapangan untuk dijadikan pupuk dan heavy phase akan dikirim ke sludge separator untuk
kembali dilakukan proses pengambilan minyak. Sebelum dikirim ke decanter, sludge akan di alirkan ke
sludge tank sebagai tempat penyimpanan sementara dan untuk menaikkan temperatur sludge hingga 95
o
C agar proses pemisahan di decanter lebih mudah.
Proses pemisahan minyak dari sludge pada decanter ini terjadi dengan prinsip gaya sentrifugal
dimana padatan (solid) yang memiliki berat jenis yang lebih besar akan bergerak ke dinding dan didorong
ulir ke bawah pangkal dan keluar melalui bushing. Kemudian minyak dan air yang memiliki berat jenis
lebih kecil dari solid akan bergerak berlawanan arah, dimana minyak yang berat jenisnya lebih kecil dari
air akan bergerak menuju poros dan keluar melalui wear plate light phase.
Pada proses pengolahan di decanter sebaiknya diperhatikan temperatur alat, jumlah sludge masuk,
kecepatan putaran bowl dan lain sebagainya agar proses pengolahan minyak dari sludge dapat maksimal
yakni kehilangan minyak pada heavy phase dan solid phase menjadi lebih kecil dan minyak yang
dihasilkan memiliki kadar pengotor yang kecil. Kehilangan minyak dapat menyebabkan kerugian, selain
itu apabila terjadi kehilangan minyak yang tidak sesuai dengan standar pada keluaran heavy phase akan
menyebabkan tidak terjadinya proses bakterisasi karena minyak yang terlalu banyak akan berpengaruh
terhadap kinerja bakteri di pengolahan air limbah. Minyak yang terlalu banyak berpengaruh terhadap
makanan bakteri, dan bakteri tersebut akan kelebihan makanan. Sementara pada solid phase apabila
minyak melebihi standar akan menyebabkan susahnya pengeringan bahan solid tersebut untuk dibuat
menjadi pupuk dan juga berpengaruh terhadap kualitas pupuk yang di hasilkan. Sehingga perlu
diperhatikan agar kehilangan minyak tidak melebihi standar mutu yang telah ditetapkan perusahaan.
Persentase minyak yang diperoleh dari pengolahan sludge di decanter pada tanggal 25,26 dan 27 Februari
2019 berdasarkan jumlah umpan yang masuk adalah sebesar 69,0614% dengan kadar pengotor solid
% dan air 3,2%.
Kehilangan minyak pada solid phase adalah % dan pada heavy phase %. Jumlah
minyak yang terbawa pada solid phase dan heavy phase tersebut masih memenuhi standar mutu pabrik
yaitu untuk solid phase 3% dan untuk heavy phase 1,5%. Untuk mengurangi banyaknya kehilangan
minyak dan mengurangi kadar pengotor pada light phase maka proses pemurnian pada decanter harus
dilakukan dengan efektif. Jumlah sludge yang masuk tidak boleh melebihi kapasitas decanter. Jika
berlebih maka proses pemisahan tidak sempurna sehingga persentase kehilangan minyak semakin besar.
Jika nozzle rusak harus segera diganti dan dilakukan pencucian rutin setiap hari agar tidak ada sisa-sisa
sludge yang masih menempel di dalam decanter sehingga mempengaruhi proses pemisahan. Kemudian
temperatur sludge (95 oC) harus tetap dijaga dengan begitu kadar kehilangan minyak dan kadar pengotor
pada light phase dapat diminimalkan dan pengambilan minyak dapat dimaksimalkan dengan baik.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 23
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

KESIMPULAN
Berdasarakan hasil dari perhitungan analisa data praktek kerja lapangan maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Persentase perolehan minyak pada pengolahan sludge di decanter adalah 69,0614%
2. Jumlah pengotor pada minyak (light phase) di decanter adalah solid sebesar % dan air
sebesar 3,2%
3. Kehilangan minyak yang terdapat pada keluaran heavy phase adalah % dan kehilangan
minyak pada solid phase adalah %. Dimana kehilangan minyak tersebut masih sesuai dengan
standar mutu perusahaan, yaitu untuk kehilangan minyak di heavy phase tidak lebih dari 1,5% dan
kehilangan minyak pada solid phase tidak lebih dari 3%.

SARAN
1. Untuk menghasilkan % kesetimbangan yang sama antara bahan yang masuk dengan bahan yang
keluar diharapkan agar melakukan pembersihan secara berkala pada alat Decanter dan melakukan
perawatan yang rutin terhadap alat-alat agar kerja dari Decanter sesuai dengan apa yang diharapkan.
2. Diharapkan agar melakukan pengujian secara laboratorium di heavy phase supaya bisa dibandingkan
hasil pengujian laboratorium dengan perhitungan secara neraca massa.

DAFTAR PUSTAKA
Ayustaningwarno, Fitriyono, 2012. Proses Pengolahan Dan Aplikasi Minyak Sawit Merah Pada Industri
Pangan. Semarang : Universitas Diponegoro.
Chrestella, 2012, Pengaruh Umpan Minyak Dan Umpan Olahan Terhadap Kadar Kehilangan Minyak
Kelapa Sawit (Losses) Pada Unit Decanter Di PT. Multimas Nabati Asahan. Medan : Universitas
Sumatera Utara.
Julia, Hilda, 2009. Analisis Konsistensi Mutu Dan Rendemen CPO Di Pabrik Kelapa Sawit Tamiang PT.
Padang Palma Permai. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Ketaren, S, 1996. Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta : Universitas Indonesia
Naibaho, P, 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan : Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Pahan, Iyung, 2006. Panduan Kelapa Sawit. Jakarta : Penerbit Swadaya.
Pardamean, Maruli, 2008. Panduan Lengkap Pengolahan Kebun Dan Pabrik Kelapa Sawit. Jakarta : PT.
Agromedia Pustaka.
Pasaribu, Nurhida, 2004. Minyak Buah Kelapa Sawit. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Rantawi, Azhar Basyir, 2017. Pemanfaatan Basculator Dalam Operasional Decanter Untuk menghitung
Tonase Oil In Heavy Phase Di Pabrik Kelapa Sawit. Bekasi : Politeknik Kelapa Sawit Citra
Widya Edukasi.
Sibuea, Posman, 2014. Minyak Kelapa Sawit. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Sugiharto, Ribut, Dkk. 2016. Tinjauan Neraca Massa Pada Proses Pengomposan Tandan Kosong Kelapa
Sawit Dengan Penambahan Air Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Bandar Lampung : Universitas
Lampung.
Wahyudi, Joto, Dkk. 2012. Analisis Oil Losses Pada Fiber Dan Broken Nut Di Unit Screw Press Dengan
Variasi Tekanan. Yogyakarta : Instiper.
Wuryanti, Sri, 2016. Neraca Massa Dan Energi. Bandung : Politeknik Negri Bandung.

24 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PEMANFAATAN PALM OIL MILL EFFLUENT (POME) SEBAGAI


ALTERNATIF ENERGI TERBARUKAN DI SALAH SATU
PERUSAHAAN KELAPA SAWIT SUMATERA UTARA

Meutia Mirnandaulia1, Irwan Rachmiadji2, Gira Exadius3

Politeknik Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan


meutiamir23@ptki.ac.id & mutmir23@gmail.com

ABSTRAK
Pabrik Kelapa sawit di indonesia khususnya di sumatera semakin berkembang pesat. Hal ini
sejalan dengan limbah yang dihasilkan oleh kelapa sawit yaitu Palm Oil Mill Effluent (POME)
semakin meningkat. POME merupakan limbah yang mempunyai potensi yang dapat diubah
menjadi sumber energi alternatif yaitu energi listrik. Penelitian ini dilakukan dengan
mengumpulkan data sekunder dari perusahaan dan memperkirakan gas metana dan energy listrik
yang dihasilkan berdasarkan data olah produksi TBS dengan varibel kadar COD minimum dan
COD maksimum. Dari penelitian ini didapat nilai COD loading yang dihasilkan dari energi
limbah cair kelapa sawit sebagai alternatif pembangkit listrik di PKS dengan menggunakan COD
minimum dan maksimum diperoleh nilai sebesar 240.034,40 kg COD/tahun sampai dengan
360.051,60 kg COD/tahun. Produksi CH4 yang dihasilkan dari energi limbah cair kelapa sawit
sebagai alternatif pembangkit listrik menggunakan COD minimum dan maksimum sebesar
75.610,834 Nm3 CH4/tahun sampai dengan 113.416,25 Nm3 CH4/tahun. Potensi energi listrik
yang dihasilkan dari energi limbah cair kelapa sawit sebagai alternatif pembangkit listrik
menggunakan COD minimum dan maksimum sebesar 287.321,192 kWh/tahun dan 430.981,75
kWh/tahun.
Kata kunci : POME, energi, listik, PKS

ABSTRACT
Palm oil mills in Indonesia, especially in Sumatra are growing rapidly. This is in line with the
waste generated by palm oil, the Palm Oil Mill Effluent (POME) which is increasing. POME is a
waste that has the potential that can be converted into alternative energy sources, namely
electricity. This research was conducted by collecting secondary data from the company and
estimating methane gas and electric energy generated based on the data processing of FFB with
minimum COD and maximum COD variables. From this research, the value of COD loading
generated from palm oil liquid waste as an alternative power plant in PKS using minimum and
maximum COD obtained a value of 240,034.40 kg COD / year up to 360,051.60 kg COD/year.
CH4 production generated from palm oil liquid waste energy as an alternative power plant uses
a minimum and maximum COD of 75,610,834 Nm3 CH4/ year up to 113,416.25 Nm3 CH4/year.
The potential of electricity generated from palm oil liquid waste as an alternative power plant
uses a minimum and maximum COD of 287,321,192 kWh/year and 430,981.75 kW /year.
Keyword: POME, energy, electricity, POM

PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu Negara penghasil Crude Palm Oil (CPO) terbesar di dunia. Tingginya
produksi CPO Indonesia sejalan dengan peningkatan produksi kelapa sawit Indonesia yang setiap
tahunnya mengalami peningkatan. Produksi CPO yang tinggi menyebabkan produksi limbah yang
dihasilkan juga mengalami peningkatan dalam jumlah besar. Limbah yang dihasilkan pabrik kelapa sawit
terdiri dari limbah padat dan limbah cair [1].
Limbah kelapa sawit adalah sisa-sisa hasil tanaman kelapa sawit yang tidak termasuk dalam produk
utama atau merupakan hasil ikutan dari proses pengolahan kelapa sawit baik berupa limbah padat
maupun limbah cair. Limbah industri kelapa sawit digolongkan dalam tiga jenis yaitu limbah padat,

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 25
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

limbah cair, dan limbah gas [4]. Limbah padat industri kelapa sawit adalah tandan kosong sawit (TKS),
cangkang dan serabut kelapa sawit termasuk juga limbah padat hasil pengolahan kelapa sawit. Limbah
padat mempunyai ciri khas pada komposisinya [5]. Limbah cair berasal dari kondensat, stasiun
klarifikasi, dan dari hidrosilikon. Hasil dari limbah cair tersebut berupa lumpur primer dan lumpur
sekunder. Limbah padat mempunyai ciri khas pada komposisinya. Limbah cair berasal dari kondensat,
stasiun klarifikasi, dan dari hidrosilikon. Hasil dari limbah cair tersebut berupa lumpur primer dan lumpur
sekunder. Sedangkan, limbah gas dari hasil pengolahan kelapa sawit berasal dari cerobong dan uap air
buangan pabrik kelapa sawit[6]. Berbagai jenis limbah tersebut memiliki jumlah dan kesinambungan
pasok relatif teratur di lokasi tidak terpencar. Selain itu masih terdapat batang kelapa sawit yang tersedia
setiap 20-25 tahun sekali. Manfaat luas dapat diperoleh dari pengolahan bermacam limbah pabrik kelapa
sawit tersebut[3]. Secara garis besar manfaat tersebut dibagi menjadi dua kelompok pemanfaatan dalam
bentuk energi dan nonenergi [2].
Energi merupakan kebutuhan dasar manusia, yang terus meningkat sejalan dengan tingkat
kehidupan manusia. Salah satu potensi perkebunan yang cukup besar didapatkan dari Pabrik Kelapa
Sawit (PKS), yang mengolah Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO),
adalah limbah biomassa dengan jumlah yang cukup besar dalam bentuk limbah organik berupa tandan
kosong kelapa sawit (Tankos), cangkang dan sabut, serta limbah cair (Palm Oil Mill Effluent/POME).
POME memiliki potensi energi yang tinggi, namun pada umumnya belum dimanfaatkan secara optimal.
POME adalah limbah yang dihasilkan pada industri kelapa sawit terdiri dari limbah padat, cair, dan gas
(Tuty, 2016) [3]. POME diurai di kolam limbah dibiarkan membusuk secara alami. Proses pembusukan
biomassa ini akan menghasilkan biogas dengan kandungan utama (62%) gas methana (CH4). Gas ini
muncul akibat dari proses perombakan senyawa-senyawa organik secara anaerobic [7].
POME merupakan material kompleks dan mempunyai komposisi yang berbeda tergantung pada
proses pengolahan Kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO). Umumnya POME terdiri dari molekul
organic dengan konsentrasi yang sangat tinggi seperti asam lemak bebas, protein, karbohidrat, senyawa
nitrogen, dan lemak (termasuk triasilgliserol) dan mineral. POME adalah limbah komplek yang mana
tidak beracun tetapi dapat meningkatkan senyawa organic dan dapat menyebabkan pencemaran ekstrim.
Karakteristik dari POME tergantung pada proses produksi dan bahan baku yang digunakan. Ketika pabrik
dengan teknologi yang maju dapat memproses 150 MT tandan buah segar per jam dan menghasilkan
POME dengan COD serendah 16 g O2/ml, pabrik yang tidak memiliki teknologi yang maju mampu
memproses 2,5MT dan memperoleh POME dengan COD setinggi 100 O 2/ml. Dalam tahapan produksi
kelapa sawit, tetapi POME yang dihasilkan selama 3 tahapan yaitu pada perebusan (sterilization), setelah
pemisahan kernel dari daging buah kelapa sawit dan setelah klarifikasi [11]. POME yang dihasilkan
sesuai dengan jumlah proses produksi pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) seperti pada tabel 1.

Tabel 1. TBS Olah Tahun 2018


No. Bulan Jumlah Produksi (Kg)
1 Januari 1.004.655
2 Februari 7.141.870
3 Maret 10.283.710
4 April 10.940.090
5 Mei 11.566.000
6 Juni 11.096.500
7 Juli 13.211.160
8 Agustus 10.497.590
9 September 12.632.410
10 Oktober 11.603.100
11 November 9.598.380
12 Desember 10.441.790
13 Rata-rata 10.001.437,9
14 Total 120.017.255

Tabel 1. merupakan data TBS olah yang dihasilkan oleh PKS rata-rata TBS olah untuk tahun 2018
sebesar 10.001.437,9 Ton. Total produksi TBS olah pada tahun tersebut sebesar 120.017.255 Ton.
Biasanya pengolahan POME merupakan investasi yang tidak menguntungkan, dan bukan
pengolahan yang efisien oleh karena itu masih dapt mengkontaminasi lingkungan dan badan air. POME
biasanya diolah dengan cara koagulasi dan flokulasi. Secara ekonomi pengolahan POME lebih ramah
lingkungan menggunakan proses biologi yang akan menghasilkan polimer, gas metana (CH 4) dan
produksi biohidrogen dan juga biodiesel sintesis. Reaksi perubahan POME menjadi gas metana melalui
tahapan hidrolisis atau penghilangan air menjadi gula-gula amino dan asam lemak bebas, setelah proses

26 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

hidrolisis terjadi tahapan asidogenesis yaitu perubahan gula-gula amino menjadi alkohol dan asam
organik, kemudian tahapan selanjutnya asetogenesis yaitu reaksi yang menghasilkan asam asetat,
hydrogen, dan CO2. Dan reaksi metanogenesis yaitu reaksi pembentukan gas Metana (CH 4) dan CO2.[11]

Gambar 1. Reaksi Pembentukan Gas Metana dari POME [11]

Berdasarkan Buku Panduan Konversi POME Menjadi Biogas (2015), kandungan energi metana
yaitu sebesar 35,7 MJ/m3, jika dikonversi ke listrik menjadi 10 kWh/m3 dan asumsi efisiensi kelistrikan
sebesar 38%, sehingga potensi energi listrik [8,9]. Kebutuhan energi listrik yang terus meningkat
sementara sumber daya alam akan bahan bakar semakin menipis, sehingga konversi POME menjadi
energi listrik diharapkan menjadi sumber energy alternative terbarukan [10].

METODE
Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif secara deskriptif. Analisa data
dilakukan dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul. Sebelum
dilakukan analisis data, tahapan yang harus dilakukan adalah pengolahan data. Data yang diolah adalah
data TBS olah yang diambil pada tahun 2018. Pengolahan data dilakukan dengan tahapan dengan
pengumpulan data sekunder dengan mereview data dan buku laporan tahunan pihak perusahaan yang
berhubungan dengan data yang diperlukan yaitu debit POME, Perhitungan aliran Palm Oil Mill Effluent
(POME), perhitungan Chemical Oxygen Demand (COD) Loading, menghitung produkssi CH4 dan
Potensi energi listrik [11].

HASIL
Pengambikan data berdasarkan data sekunder yang diambil dari PKS berdasarkan data olah TBS
pada tahun 2018 dari bulan Januari sampai bulan Desember yang dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 2. Data Olah TBS pada PKS tahun 2018

Pengolahan TBS (Tandan Buah Segar) Kelapa Sawit rata-rata meningkat dapat dilihat pada gambar
2. Pada bulan Januari, Agustus dan November terjadi penurunan produksi sehingga POME yang
dihasilkan pada bulan tersebut terjadi penurunan. POME yang dihasilkan berbanding lurus dengan

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 27
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

jalannya produksi pada PKS. Data produksi TBS olah tahun 2018 yang di PKS Sumatera menjadi acuan
dan data sekunder pada penelitian ini. Data debit TBS olah merupakan data yang diambil pada tahun
2018. Perhitungan aliran POME dilakukan berdasarkan pernyataan Marolop (2017), bahwa 1 ton TBS
menghasilkan 0,6 m3 POME, maka aliran POME yang terjadi adalah 72.010,35 m3/tahun. Setelah
mendapatkan hasil aliran POME maka dapat dihitung COD loading. Menurut Irvan (2012) kadar
Chemical Oxygen Demand (COD) minimum sebesar 40.000 mg/L dan maksimum sebesar 60.000 mg/L.
Oleh karena itu, perhitungan dilakukan dengan menggunakan kadar COD minimum dan COD maksimum
guna mendapatkan nilai COD loading. COD loading menggunakan kadar COD minimum menghasilkan
2.880.414 kg COD/tahun sedangkan dengan menggunakan kadar COD maksimum dihasilkan 4.320.621
kg COD/tahun.
Konversi POME menjadi biogas berdasarkan efisiensi COD removal (COD eff) diasumsikan sebesar
90% dan rasio konversi CH4 terhadap COD sebesar 0,35 Nm3 CH4/ kg COD (Buku Panduan Konversi
POME, 2015). Produksi gas metana (CH4) dapat dihitung berdasarkan COD minimum dan COD
maksimum. Untuk konversi biogas (CH4) dengan kadar COD minimum menghasilkan 907.330,41 Nm3
CH4/tahun sedangkan konversi biogas (CH 4) dengan kadar maksimum diperkirakan menghasilkan biogas
1.360.995,615 Nm3 CH4/tahun. Berdasarkan Buku Panduan Konversi POME Menjadi Biogas (2015),
kandungan energi metana yaitu sebesar 35,7 MJ/m3, jika dikonversi ke listrik menjadi 10 kWh/m3 dan
asumsi efisiensi kelistrikan sebesar 38%. Potensi energi Listrik adalah suatu sumber daya yang dapat
diolah dan dikembangkan menjadi energi listrik sehingga potensi energi listrik dapat dihitung
berdasarkan kadar COD minimum dan Kadar COD maksimum. Kadar COD minimum menghasilkan
pontensi energi listrik 34.478.555,58 kWh/tahun dan potensi energi listrik yang dihasilkan variable kadar
COD maksimum adalah 51.717.833,37 kWh/tahun.

Gambar 3. Pengaruh COD Minimum dan Maksimum terhadap COD Loading, Biogas
dan Potensi Listrik.

Pengaruh COD minimum dan COD maksimum berpengaruh terhadap konversi gas metana (CH 4)
dan konversi listrik seperti pada gambar 3. Palm Mill Oil Effluent (POME) yang mengandung COD
minimum akan menghasilkan biogas yang lebih rendah dibandingkan dengan COD yang dihasilkan oleh
COD dengan kadar maksimum, hal ini sebanding dengan mikroba yang menghasilkan gas metana akan
lebih mendapatkan banyak nutrisi dari POME yang mempunyai kadar COD yang tinggi. Begitu juga
halnya dengan potensi listrik bila gas metana semakin tinngi maka listrik yang dihasilkan juga akan
semakin meningkat.

SIMPULAN
Nilai COD loading yang dihasilkan dari energi limbah cair kelapa sawit sebagai alternatif
pembangkit listrik di PKS dengan menggunakan COD minimum dan maksimum diperoleh nilai sebesar
240.034,40 kg COD/tahun sampai dengan 360.051,60 kg COD/tahun. Produksi CH 4 yang dihasilkan dari
energi limbah cair kelapa sawit sebagai alternatif pembangkit listrik menggunakan COD minimum dan
maksimum sebesar 75.610,834 Nm3 CH4/tahun sampai dengan 113.416,25 Nm3 CH4/tahun. Potensi
energi listrik yang dihasilkan dari energi limbah cair kelapa sawit sebagai alternatif pembangkit listrik
menggunakan COD minimum dan maksimum sebesar 287.321,192 kWh/tahun dan 430.981,75
kWh/tahun.

28 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

DAFTAR PUSTAKA
[1] Alkusma, Yulian. 2016 “Pengembangan Potensi Energi Alternatif Dengan Pemanfaatan Limbah
Cair Kelapa Sawit Sebagai Sumber Energi Baru Terbarukan Di Kabupaten Kotawaringin Timur”.
Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol 14, No. 2.
[2] Budiarto, Rachmawan. 2015. “Potensi Energi Limbah Pabrik Kelapa Sawit”. Jurnal Teknik, Vol
02, No. 04.
[3] Eka, Nanda. 2016. “Studi Potensi Energi Baru Terbarukan Untuk Mengatasi Defisit Pasokan
Tenaga Listrik Di Daerah Sumatera Utara”. Jurnal Singuda Ensikom. Vol 14, No. 38.
[4] Hendrawan, Yusuf. 2012. “Peran Keteknikan Pertanian Dalam Mendukung Ketahanan Pangan
Dan Energi Yang Berwawasan Lingkungan”. Seminar Nasional PERTETA, Vol 2, ISBN: 978-
602-17199-0-9
[5] Kholiq, Imam. 2015. “Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Energi Terbarukan Untuk
Mendukung Subtitusi BBM”. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional, Vol 19, No. 02.
[6] Nazlie, Alan. 2015. “Studi Potensi Pembangkit Listrik Listrik Tenaga Sampah Di Kota
Banjarmasin”. Tidak Diterbitkan. Palangkaraya: Universitas Palangkaraya.
[7] Padil. 2006. “Potensi Limbah Padat Sawit Sebagai Sumber Energi Alternatif”. Tidak Diterbitkan.
Pekanbaru : Universitas Riau.
[8] Parinduri, Luthfi. 2018. “Analisa Pemanfaatan POME Untuk Sumber Pembangkit Listrik Tenaga
Biogas Di Pabrik Kelapa Sawit”. Jurnal Teknologi Elektro, Vol 03, No 03.
[9] Partha, Cokorde. 2010. “Penggunaan Sampah Organik Sebagai Pembangkit Listrik Di TPA
Suwung - Denpasar”. Jurnal Teknologi Elektro, Vol 09, No 02.
[10] Supit, Marshall. 2015. “Pemanfaatan Sekam Padi Sebagai Energi Alternatif Untuk
Membangkitkan Energi Listrik, Jurnal Teknologi Elektro dan Komputer, Vol 04, No 04.
[11] Alessandro N. Garritano, Marianan de Oliveira Faber, Livian R.V De. Sa, Viridiana S, Ferreira-
leitao. 2018. “Palm Oil mil effluent (POME) as raw material for biohydrogrn and methane
production via dark fermentation, Jurnal Renewable And Suistanable Energy Reviews, Vol
92,676-684.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 29
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PERHITUNGAN NERACA MASSA PADA PROSES BLEACHING


CRUDE PALM OIL DI PLANT REFINERY II PT SMART, Tbk
BELAWAN

Mariani Sebayang1, Yunianto2, Ruliyati Purba3

1,2,3
Teknik Kimia Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan
1
marianisebayang@ptki.ac.id

ABSTRAK
Crude Palm Oil (CPO) merupakan minyak kasar yang diperoleh dengan cara mengekstraksi
daging buah sawit dan masih mengandung pengotor terlarut dan tidak larut dalam minyak.
Proses pemurnian minyak sawit yaitu merubah minyak sawit kasar menjadi kualitas minyak
makan secara efisien dengan membuang pengotor yang tidak diinginkan sampai pada tingkat
yang dapat diterima. Perhitungan neraca massa pada proses bleaching bertujuan untuk
mengetahui jumlah laju bahan yang masuk dan bahan yang keluar dan mengetahui kadar oil
losses di spent earth pada proses bleaching. Dengan menggunakan perhitungan neraca massa
diperoleh massa bahan yang masuk yaitu CPO sebesar 19000 Kg/jam, H3PO4 85% sebesar
9,5 Kg/jam, bleaching earth sebesar 114 Kg/jam dan massa bahan yang keluar yaitu DBPO
sebesar 18967,90 Kg/jam dan spent earth sebesar 155,60 Kg/jam.
Kata Kunci: CPO, bleaching, neraca massa, pemurnian minyak

PENDAHULUAN
CPO merupakan minyak kasar yang diperoleh dengan cara mengekstraksi daging buah sawit dan
masih mengandung pengotoran terlarut dan tidak larut dalam minyak. Pengotor yang dikenal dengan
sebutan gum atau getah ini terdiri dari fosfatida, protein, hidrokarbon, karbohidrat, air, logam berat, asam
lemak bebas (FFA), pigmen dan senyawa lainnya (Ristianingsih, 2011).
Tujuan pemurnian minyak sawit yaitu mengubah minyak sawit kasar menjadi kualitas minyak
makan secara efisien dengan membuang pengotor yang tidak diinginkan sampai pada tingkat yang dapat
diterima. Hal ini berarti juga bahwa kerugian pada komponen yang diinginkan diusahakan tetap minimal.
Secara umum, jalur pemurnian minyak sawit sama. Ada dua jalur yang dapat diambil untuk mengolah
minyak sawit kasar menjadi minyak goreng, yaitu melalui pemurnian berbasis kimia dan pemurnian
secara fisik. Perbedaan kedua metode ini secara mendasar terletak pada cara penghilangan asam-asam
lemak dari minyak (Pahan, 2006).
Proses pemurnian minyak kasar yaitu degumming dan bleaching. Pemisahan gum merupakan suatu
proses pemisahan getah atau lendir yang terdiri dari fosfolipida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin,
tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas di dalam minyak. Pemucatan adalah suatu tahap pemurnian
minyak untuk menyerap zat-zat warna yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan dapat dilakukan
dengan mencampur minyak dengan sejumlah kecil adsorben, seperti tanah serap (filter earth), lempung
aktif (activated clay), dan arang aktif, atau dapat juga menggunakan bahan kimia (Arita, 2008).
PT. SMART, Tbk Belawan merupakan suatu pabrik pengolahan minyak sawit kasar (CPO) yang
menghasilkan RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) melalui proses refinery. Refinery
merupakan proses pemurnian atau penjernihan, proses ini menggunakan bantuan phosporic acid dan
bleaching earth. Proses refinery terdiri dari degumming, bleaching, filtrasi dan deodorisasi. Hasil dari
proses degumming dan bleaching yaitu DBPO yang kemudian akan disaring dengan menggunakan filter
untuk memisahkan spent earth yang berasal dari sisa bleaching earth kemudian selanjutnya pada tahap
deodorisasi dilakukan pemisahan Free Faty Acid (FFA) (PT. Smart, Tbk, 2018).
Neraca massa adalah suatu perhitungan yang tepat dari semua bahan-bahan yang masuk, yang
terakumulasi dan yang keluar dalam waktu tertentu. Untuk mengetahui keefektifan suatu alat dalam suatu
kegiatan proses dapat dihitung dengan menggunakan neraca massa, baik tidaknya proses tersebut, serta
untuk mengetahui jumlah bahan-bahan yang diumpankan telah terkonversi menjadi produk dengan
jumlah sesuai dengan yang diharapkan ataupun sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh pabrik.

30 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam suatu proses pengolahan dibutuhkan kesetimbangan
massa antara laju komponen yang masuk dan laju komponen yang keluar dari prosesnya (Syahputra,
2018).

METODE PENELITIAN
Tempat dan waktu penelitian
Tempat Penelitian atau Praktek Kerja Lapangan dilakukan di Refinery II PT. SMART, Tbk. Jalan
Belmera Baru III, Belawan II, Belawan, Medan. Waktu penelitian di mulai 01 Juli 2018 dan waktu
penelitian berakhir 31 Juli 2018.
Alat
Alat yang digunakan di lapangan adalah Storage Tank adalah Near Infrared Spectroscopy (NIRS)
serta kuvet.
Bahan
Bahan yang digunakan adalah Crude Palm Oil (CPO).
Metode Kerja
Mengumpulkan data-data yaitu flow rate, dosing H3PO4, bleacheding earth, temperature dan
tekanan diperoleh dari unit ruang kendali data logsheet dan di lapangan
Menganalisis kadar FFA dan air dari sampel CPO menggunakan alat Near Infrared Spectroscopy
(NIRS), sampel dimasukkan kedalam kuvet, kuvet yang berisi sampel di masukkan kedalam alat NIRS, isi
data pada komputer dan klik mesure, tunggu hasil analisis keluar.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisa Hasil
a. Perhitungan Neraca Massa pada Degumming
1. Neraca Massa Total
Laju Alir Masuk
= Laju Alir Keluar

F1 + F2 = F3
19000 Kg/jam + 9,5 Kg/jam = F3
F3 = 19009,5 Kg/jam

2. Neraca Komponen
Komponen Masuk = Komponen Keluar
1) Minyak
F1 . w11 = F3 . w31
19000 Kg/jam . 0,9523 = 19009,5 Kg/jam . w31
w31 = 0,951824 x 100%
w31 = 95,1824%
2) FFA
F1 . w12 = F3 . w32
19000 Kg/jam . 0,0453 = 19009,5 Kg/jam . w32
w32 = 0,045277 x 100%
w32 = 4,5277%
3) Air
F1 . w13 + F2 . w23 = F3 . w33
( 19000 Kg/jam . 0,0024 ) + ( 9,5 Kg/jam . 0,15 ) =
19009,5 Kg/jam . w33
45,6 Kg/jam + 1,425 Kg/jam = 19009,5 Kg/jam . w33
w33 = 0,002474 x 100%
w33 = 0,2474%
4) H3PO4
F2 . w24 = F3 . w34
9,5 Kg/jam . 0,85 = 19009,5 Kg/jam . w34

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 31
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

w34 = 0,000425 x 100%


w34 = 0,0425%

Tabel 1. Neraca Massa Proses Degumming

b. Perhitungan Neraca Massa pada Bleaching


1. Neraca Total
Laju Alir Masuk = Laju Alir Keluar
F3 + F4 = F7
19009,5 Kg/jam + 114 Kg/jam = F7
F7 = 19123,5 Kg/jam

F5 = F6
648 Kg/jam . 1 = F6
F6 = 648 Kg/jam

2. Neraca Komponen
Komponen Masuk = Komponen Keluar
1) Minyak
F3 . w31 = F7 . w71
19009,5 Kg/jam . 0,951824 = 19123,5 Kg/jam . w71
w71 = 0,951824 × 100
w71 = 94,6150%
1) FFA
F3 . w32 = F7 . w72
19009,5 Kg/jam . 0,045277 = 19123,5 Kg/jam . w72
w72 = 0,045007× 100%
w72 = 4,5007%
2) Air
F3 . w33 = F7 . w73
19009,5 Kg/jam . 0,002474 = 19123,5 Kg/jam . w73
w72 = 0,002459 × 100%
w72 = 0,2459%

3) H3PO4
F3 . w34 = F7 . w74
19009,5 Kg/jam . 0,000425 = 19123,5 Kg/jam . w74
w72 = 0,000422 × 100%
w72 = 0,0422%
4) Bleaching Earth
F4 . w45 = F7 . w75

32 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

114 Kg/jam . 1 = 19123,5 Kg/jam . w72


w72 = 0,005961 × 100%
w72 = 0,5961%
5) Steam Keluar
F5 = F6
F5 = 648 Kg/jam

Tabel 2. Neraca Massa Proses Bleaching

c. Perhitungan Neraca Massa pada Filtration


Diperoleh data hasil analisa oil content pada laboratorium sebagai berikut:
w71 = 18,39%
w72 = 0,06%
w73 = 3,10%
Jumlah Oil content = 21,55%
1. Neraca Massa Total
Laju Alir Masuk = Laju Alir Keluar
F7 = F8 + F9
19123,5 Kg/jam = F8 + F9
F8 + F9 = 19123,5 Kg/jam
F8 = 19123,5 Kg/jam – F9 …………… (1)
2. Neraca Komponen
Komponen Masuk = Komponen Keluar
1) Minyak
F7 . w71 = F8 . w81 + F9 . w91
19123,5 Kg/jam . 0,946150 = F8 . 0,1839 + F9 . w91
18093,6995 Kg/jam = 0,1839 F8 + F9 . w91 …………… (2)
2) FFA
F7 . w72 = F8 . w82 + F9 . w91
19123,5 Kg/jam . 0,045007
= F7 . 0,0006 + F9 . w91
860,6914 Kg/jam = 0,0006 F8 + F9 . w91 …………… (3)
3) Air
F7 . w73 = F8 . w83 + F9 . w93
19123,5 Kg/jam . 0,002459 = 0,0310 F8 + F9 . w93
47,0247 Kg/jam = 0,03100 F8 + F9 . w93 …………… (4)
4) Asam Fosfat
F7 . w74 = F8 . w84
19123,5 Kg/jam . 0,000422
= F8 . w84
8,0701 Kg/jam
= F8 . w84.…………… (5)
5) Bleaching Earth
F7 . w75 = F8 . w85
19123,5 Kg/jam . 0,005961
= F8 . w85

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 33
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

113,9952 Kg/jam
= F8 . w85 …………… (6
Pada Filtration H3PO4 dan Bleaching earth tersaring seluruhnya.
H3PO4 F8 . w84
= F7 . w74
F8 . w84 = 19123,5 Kg/jam . 0,000422
F8 . w84 = 8,0701 Kg/jam
BE F8 . w85 = F7 . w75
8 8
F . w 5 = 19123,5 Kg/jam . 0,005961
F8 . w85 = 113,9952 Kg/jam
Menghitung nilai F8
F8 = (F8 . w84) + (F8 . w85) + (w81+ w82+ w83) F8
F8 = 8,0701 Kg/jam + 113,9952 Kg/jam + (0,1839 + 0,0006 + 0,0310) F 8
F8 = 122,0653 Kg/jam + 0,2155 F8
F8 – 0,2155 F8 = 122,0653 Kg/jam
0,7845 F8 = 122,0653 Kg/jam
F8 =
F8 = 155,60 Kg/jam
Menghitung nilai F9 dengan mensubsitusikan nilai F8 ke persamaan (1)
F8 = 19123,5 Kg/jam – F9
155,60 Kg/jam =
19123,5 Kg/jam – F9
F9 = 19123,5 Kg/jam –
155,60 Kg/jam
F9 = 18967,90 Kg/jam
Menghitung Neraca Komponen Pada Masing-Masing Jalur
1) Minyak
F7 . w71 = F8 . w81 + F9 . w91
9123,5 Kg/jam . 0,946150 = 0,1839 F8 + F9 . w91
18093,6995 Kg/jam = 0,1839 . 155,60 Kg/jam + 18967,90 Kg/jam . w 91
18093,6995 Kg/jam = 28,6148 Kg/jam + 18967,90 Kg/jam . w91
W 91 =

W91 = 0,952403 x 100%


W91 = 95,2403%
2) FFA
F7 . w72 = F8 . w82 + F9 . w92
19123,5 Kg/jam . 0,045007 = 0,0006 F8 + F9 . w92
860,6914 Kg/jam = 0,0006 . 155,60 Kg/jam + 18967,90 Kg/jam . w 92
860,6914 Kg/jam = 0,09336 Kg/jam + 18967,90 Kg/jam . w92
w92 =

w92 = 0,045371 x 100%


w92 = 4,5371%
3) Air
F7 . w73 = F8 . w83 + F9 . w93
19123,5 Kg/jam . 0,002459 = 0,0310 F8 + F9 . w93
47,0247 Kg/jam = 0,0310 . 155,60 Kg/jam + 18967,90 Kg/jam . w 93
47,0247 Kg/jam = 4,8236 Kg/jam + 18967,90 Kg/jam . w93
w93 =

w93 = 0,002225 x 100%


w93 = 0,2225%
4) Asam Fosfat
F7 . w74 = F8 . w84
19123,5 Kg/jam . 0,000422 = 155,60 . w84
8,0701 Kg/jam = 155,60 Kg/jam . w84
w74 = 0,051864 x 100%
w74 = 5,1864%

34 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

5) Bleaching Earth
F7 . w75 = F8 . w85
19123,5 Kg/jam . 0,005961 = 155,60 . w85
113,9952 Kg/jam = 155,60 Kg/jam . w85
w75 = 0,732617 x 100%
w75 = 73,2617%

Tabel 3. Neraca Massa Proses Niagara Filter

Perhitungan Oil Losses di Spent Earth pada Proses Bleaching


Untuk mengetahui kehilangan minyak (oil losses) pada unit bleaching section di refinery plant
dapat dihitung dengan data dari hasil analisa perhitungan Neraca Massa Pada Proses Bleaching, diperoleh
data sebagai berikut.
Total kehilangan minyak pada spent earth = 28,6148 Kg/jam
Jumlah material CPO = 19000 Kg/jam
Sehingga dapat dihitung kehilangan minyak (oil losses) pada proses pemurnian CPO di unit
bleaching section sebagai berikut.
% Oil Losses = x 100 = 0,1506%
Jadi, kadar oil losses di spent earth pada pemurnian CPO di proses bleaching sebesar 0,1506%.

PEMBAHASAN
Crude Palm Oil (CPO) merupakan minyak kasar yang diperoleh dengan cara ekstraksi daging
buah sawit dan biasanya masih mengandung kotoran terlarut dan tidak terlarut dalam minyak. CPO
merupakan bahan utama dalam proses refinery. Proses pemurnian minyak kelapa sawit adalah proses
merubah crude palm oil (CPO) sebagai bahan baku utama menjadi minyak goreng, dengan
menghilangkan pengotor dalam minyak sehingga menghasilkan kualitas produk sesuai spesifikasi. Dalam
permunian CPO terdapat beberapa tahapan proses yaitu preheating, degumming, bleaching, filtration dan
deodorized. Proses pemurnian diawali dengan proses preheating dimana CPO yang disimpan pada tangki
penyimpanan di pompakan ke strainer yang berfungsi untuk menyaring impurites yang terikut dengan
CPO kemudian di alirkan ke plate heat exchanger yang bertujuan untuk menaikan temperature CPO.
Selanjutnya proses terpenting dalam pemurnian yaitu degumming dan bleaching. Proses degumming
bertujuan untuk mengikat gum (getah) berupa fosfatida dan komponen logam dengan penambahan
Phosphoric Acid (PA) dengan dosis 0,05% kemudian dilanjutkan dengan proses bleaching. Proses
bleaching atau pemucatan bertujuan untuk menghilangkan zat-zat warna yang tidak diinginkan dari CPO
dengan penambahan absorben Bleaching Earth (BE) jenis bentonit dengan dosis 0,6%. Pemisahan PA
dan BE pada proses filtration dengan menggunakan steam. Produk yang dihasilkan dari proses bleaching
adalah Bleached Palm Oil (BPO).
Data yang diperoleh dari peraktek kerja lapangan pada dengan perbedaan kadar FFA dan air. Hari senin,
selasa dan rabu mengalami peningkatan kadar FFA dan air, yang berdampak pada penurunan jumlah total
produk akhir yaitu BPO. Pada proses filtration terdapat dua produk keluaran yaitu BPO dan spent earth.
Spent earth yang yang dihasilkan memiliki standart oil content yaitu maximal 24%. Standart yang

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 35
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

digunakan untuk menurunkan resiko kerugian pada proses yaitu minyak ikut terbuang dengan spent
earth.
Berdasarkan perhitungan neraca massa yang telah dilakukan pada proses bleaching CPO di PT.
Smart, Tbk dengan bahan baku CPO yang masuk sebesar 19000 Kg/jam, H3PO4 85% sebesar 9,5
Kg/jam, bleaching earth sebesar 114 Kg/jam dan massa bahan yang keluar yaitu DBPO sebesar
18967,90 Kg/jam dan spent earth sebesar 155,60 Kg/jam. Kadar oil losses di spent earth pada pemurnian
CPO pada proses bleaching sebesar 0,1506% dengan total minyak yang terikut pada spent earth
28,6148 Kg/jam.

KESIMPULAN
Dari hasil analisa data dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan dari perhitungan
neraca massa pada proses bleaching dengan kapasitas olah bahan baku 19000 Kg/jam diperoleh bahan
masuk yaitu CPO sebesar 19000 Kg/jam, H3PO4 85% sebesar 9,5 Kg/jam, bleaching earth sebesar
114 Kg/jam dan massa bahan yang keluar DBPO sebesar 18967,90 Kg/jam dan spent earth sebesar
155,60 Kg/jam, dengan bahan baku CPO sebesar 19000 Kg/jam yang masuk pada proses bleaching
diperoleh kadar oil losses di spent earth sebesar 0,1506% dengan total minyak yang terikut pada spent
earth 28,6148 Kg/jam.

SARAN
Penggunaan jumlah dosis H3PO4, PH dan jumlah dosis Bleaching Earth serta Steam Blowing di
Niagara Filter pada proses bleaching crude palm oil (CPO) harus diperhatikan untuk menghindari losses
di spent earth.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2018. Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. SMART, Tbk. Belawan: PT. SMART, Tbk.
Ardiana, Ida dan Sri Handayani. 2017. Analisis Persediaan Bleaching Eart Melalui Pendekatan
Recorder Point (ROP) di PT X Lampung. Bandar Lampung: Politeknik Negeri Lampung.
Arita, Susila. dkk. 2009. Pengaruh Penambahan Asam Pada Proses Pemurnian Minyak Jarak Pagar
Kasar. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Ayustaningwarno, Fitriyono. 2012. Proses Pengolahan dan Aplikasi Minyak Sawit Merah Pada Industri
Pangan. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hadiguna, Ampuh Rika dan Machfud. 2008. Model Perencanaan Produksi Pada Rantai Pasok Crude
Palm Oil Dengan Mempertimbangkan Preferensi Pengambil Keputusan. Padang: Fakultas
Teknik, Jurusan Teknik Industri, Universitas Andalas.
Harahap, Diko Mahar. 2017. Perhitungan Oil Content Pada Spent Earth Dengan Variasi Waktu Steam
Blowing Unit Niagara Filter PT. SMART, Tbk. Tidak diterbitkan. Medan: Politeknik Teknologi
Kimia Industri.
Haryanti, Anik dan Nur Hidayat. 2017. Analisis Penambahan Bentonit Pada Proses Pemucatan Minyak
Goreng Superworm (Zophobas morio). Malang: Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Universitas Brawijaya.
Herlina, Netti, dan Hendra S. Ginting. 2002. Lemak dan Minyak. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Heryani, Hesty dan Agung Nugroho. 2017. CCP dan CP Pada Proses
Pengolahan CPO dan CPKO. Sleman: Deepublish.
Himmelblau, David M. 1996. Basic Principles and Calculation in Chemical Engineering. New Jersey:
Prantice Hall, Inc.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press.
May, C.Y. 1994. Palm Oil Carotenoids Food and Nutrition. Bulletin 15(2): 130- 136.

36 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

BIODIESEL DARI SAWIT DENGAN KATALIS KALSINASI


CANGKANG KERANG DARAH

Pratiwi Putri Lestari

Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Medan


Email: pratiwiputri@itm.ac.id

ABSTRAK
Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang terdiri atas ester alkil dan asam-asam
lemak, yang terbuat dari minyak nabati. Memanfaatkan cangkang kerang darah sebagai katalis
dari buah segar kelapa sawit serta penentukan berat katalis optimum pada pembuatan biodiesel.
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kelapa sawit, cangkang kerang darah,
Metanol, NaOH, Aquadest, Phenolphtalein, Etanol, n-heksan, dan KOH. Alat-alat yang
digunakan adalah maggnetic stirer, batang pengaduk, oven, Beaker glas, erlenmeyer 250 ml,
viskosimeter oswald, piknometer 25 ml, stopwatch, thermometer, pipet tetes, cawan, desikator,
gelas ukur, hot plate stirrer, statif, klem,corong kaca, labu leher tiga, kondensor refluks, karet
penghisap, furnace, gas chromatography, X-Ray Difraction, buret. Prinsip penelitian ini yaitu
dengan menggunakan metode transesterifikasi in situ. Hasil penelitian menunjukan bahwa berat
katalis dan berat NaOH berpengaruh pada karakteristik biodiesel yang dihasilkan. Semakin
banyak katalis yang ditambahkan maka karakteristik biodiesel yang dihasilkan semakin
menurun. Penelitian ini menunjukan bahwa penambahan NaOH berpengaruh terhadap
karakteristik biodiesel yang dihasilkan. Hasil optimum yang diperoleh pada saat transesterifikasi
in situ terjadi pada penambahan NaOH 2 gram dengan berat katalis 1 gram. Presentase hasil
karakteristik biodiesel yang optimum yaitu pada penambahan NaOH 2 gram diperolehdensitas
masing-masing untuk berat katalis 1 gram, dan 1,2 gram yaitu 0,876 gr/ml, dan 0,864 gr/ml
dan nilai viskositas 1,2921 dan cp, 0,9519cp.
Kata kunci : sawit, kalsinasi cangkang kerang darah, biodiesel, transesterifikasi in situ

ABSTRACT
Biodiesel is an alternative fuel consisting of alkyl esters and fatty acids, which are made from
vegetable oils. Utilizing blood shells as a catalyst from fresh fruit of palm oil and determining
the optimum catalyst weight in the manufacture of biodiesel. The materials used in this study are
palm oil, blood shells, Methanol, NaOH, Aquadest, Phenolphtalein, Ethanol, n-hexane, and
KOH. The tools used are maggnetic stirer, stirring rod, oven, beaker glass, 250 ml erlenmeyer,
oswald viscosimeter, 25 ml pycnometer, stopwatch, thermometer, dropper, saucer, desiccator,
measuring cup, hot plate stirrer, stative, clamp, clamp, glass funnel, three neck flask, reflux
condenser, suction rubber, furnace, gas chromatography, X-Ray Difraction, burette. The
principle of this research is to use in situ transesterification method. The results showed that the
weight of the catalyst and the weight of NaOH affected the characteristics of the biodiesel
produced. The more catalysts added, the characteristics of biodiesel produced decreases. This
study shows that the addition of NaOH affects the characteristics of the biodiesel produced.
Optimum results obtained during in situ transesterification occur with the addition of 2 gram
NaOH with a weight of 1 gram catalyst. The optimum percentage results of biodiesel
characteristics, namely the addition of 2 grams of NaOH obtained for each weight of catalyst 1
gram, and 1.2 grams of 0.876 gr / ml, and 0.864 gr / ml and the viscosity value of 1.2921 and cp,
0.9519cp .
Keywords: palm oil, calcination of blood shells, biodiesel, in situ transesterification

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 37
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PENDAHULUAN
Biodiesel didefinisikan sebagai campuran ester monoalkil dari asam lemak rantai panjang yang
dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Fatty Acid Methyl Ester (FAME) berasal dari bahan baku
yang dapat diperbaharui seperti minyak nabati atau lemak hewani [1][2]. Dibandingkan dengan minyak
fosil, biodiesel mempunyai beberapa keuntungan diantaranya dapat diperbaharui, mudah diurai oleh alam
(biodegradable), menghasilkan emisi lebih rendah, tidak mengandung racun dan bebas sulfur.
Penggunaan biodiesel dapat memecahkan dua krisis yaitu krisis bahan bakar dan kerusakan lingkungan
[3].
Biodiesel dihasilkan dengan mereaksikan minyak tanaman dengan alkohol menggunakan zat basa
sebagai katalis pada suhu dan komposisi tertentu, sehingga akan menghasilkan dua zat yang disebut
dengan alkil ester dan gliserol. Proses reaksi diatas biasa disebut dengan proses “transesterifikasi”.
Produk metil/etil yang dihasilkan perlu dimurnikan untuk mendapatkan biodiesel yang bersih. Sedangkan
hasil samping yang berupa gliserin dapat dimanfaatkan dalam pembuatan sabun [4].
Saat ini, hampir 80% kebutuhan energi dunia dipenuhi oleh bahan bakar fosil, padahal penggunaan
bahan bakar fosil bisa mengakibatkan pemanasan global. Menurut [5] biodiesel merupakan salah satu
bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan karena biodiesel dapat mengurangi emisi gas karbon
monoksida (CO) sekitar 50%, gas karbon dioksida (CO2) sekitar 78,45%, dan bebas kandungan sulfur.
Selama ini kebanyakan katalis yang digunakan untuk pembuatan biodiesel adalah katalis homogen,
namun katalis homogen ini memiliki beberapa kekurangan yaitu, sulit dipisahkan dari produk karena
katalis ini larut dalam biodiesel dan larut sempurna di dalam gliserol, yang menyebabkan korosi pada
mesin dan juga mencemari lingkungan. Beberapa usaha telah dilakukan untuk mengurangi dampak
negatif dari katalis homogen diantaranya menggunakan katalis heterogen dalam pembuatan biodiesel.
Oleh karena itu, perlu di kembangkan katalis heterogen untuk pembuatan biodiesel sehingga dapat
menghasilkan biodiesel yang lebih ramah lingkungan dan dapat digunakan kembali, seperti katalis
heterogen antara CaO dan ZnO yang telah dilakukan oleh [6] dengan bahan baku biji Pepaya dan [7]
dengan bahan baku biji alpukat.
Kerang darah merupakan salah satu jenis kerang yang bernilai ekonomis tinggi dan harganya
terjangkau masyarakat yang diduga mengandung mineral seperti tembaga (Cu), besi (Fe), Seng (Zn), dan
selenium (Se) yang berfungsi sebagai antioksidan dalam sistem pertahanan tubuh terhadap reaksi oksidasi
radikal bebas [8]. Pada penelitian ini cangkang kerang darah dapat digunakan sebagai alternatif sumber
katalis CaO yang kemudian diaplikasikan pada reaksi transesterifikasi in situ [9].
Kalsinasi berasal dari bahasa latin yaitu calcinare yang artinya membakar kapur.Proses kalsinasi
yang paling umum adalah diaplikasikan untuk dekomposisi kalisium karbonat (batu kapur,CaCO3)
menjadi kalsium oksida (kapur bakar,CaO) dan gas karbondioksida atau CO 2. Produk dari kalsinasi
biasanya disebut dengan “kalsin” yaitu mineral yang telah mengalami proses pemanasan proses kalsinasi
dilakukan dalam sebuah tungku atau reaktor yang disebut dengan kiln atau calciners dengan beragam
desain, seperti tungku poros, rotari kiln, tungku perapian ganda,dan reaktor fluidized bed. Normalnya
proses kalsinasi dilakukan dibawah temperatur leleh (melting point)dari bahan produk [9].
Transesterifikasi in situ merupakan suatu metode baru yang sedang dikembangkan oleh banyak
peneliti yang bertujuan untuk memperpendek proses produksi biodiesel. Pada proses transesterifikasi in
situ, proses ekstraksi minyak dan reaksi transesterifikasi minyak menjadi biodiesel terjadi secara simultan
dalam satu kali proses. Transesterifikasi insitu merupakan penyederhanaan dari proses konvensional
dengan menghilangkan proses ekstraksi minyak, degumming dan esterifikasi sehingga proses produksi
biodiesel dapat diperpendek [9][10]. Pada proses ini, ekstraksi minyak, esterifikasi dan transesterifikasi
dilakukan dalam satu langkah dengan alkohol berfungsi sebagai pelarut ekstraksi sekaligus sebagai
reagent selama proses transesterfikasi in situ berlangsung. Hal ini menyebabkan konsumsi alkohol
dengan jumlah yang lebih tinggi dibandingkan proses konvensional. Beberapa penelitian transesterifikasi
in situ telah dilakukan menggunakan jumlah metanol yang berbeda-beda berkisar antara 100:1 hingga
1400:1 [10].
Transesterifikasi in situ minyak biji pepaya didapatkan konsentrasi metil ester 77,68% pada suhu
reaksi 600C, waktu reaksi 120 menit, kecepatan pengadukan 600 rpm dan ratio bahan:methanol = 20 g :
400 ml [11]. Jika dilihat dari penelitian transesterifikasi in situ diatas, maka kekurangan dari metode
transesterifikasi in situ adalah dibutuhkan suhu reaksi yang relatif masih tinggi (40-600C), waktu reaksi
relatif lama (120 menit sampai 8 jam), pengadukan yang relatif cepat (600-800 rpm) dan ratio
bahan:methanol yang tinggi. Hal ini disebabkan karena kelarutan minyak dalam metanol yang sangat
rendah.

38 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

METODE
Variabel dan Kondisi Proses
a. Bahan baku yang digunakan
1. Bahan dasar katalis : Cangkang kerang darah
2. Bahan baku biodiesel : kelapa sawit
b. Variabel Proses
1. Variabel tetap proses
kelapa sawit: 20 gr; Kecepatan pengadukan: 600 rpm; Waktu reaksi: 3 jam; Volume
Metanol: 300 ml; Suhu kalsinasi: 950 0 C; Normalitas NaOH: 1 gram dan 2 gram
2. Variabel berubah proses
Berat katalis : 1 gram; 1,2 gram; dan 1,4 gram
3. Parameter Analisa
Analisa Katalis: Analisa X-Ray Difraction
Analisa Metil Ester: Analisa kadar metil ester, Penentuan Asam Lemak
Bebas,Penentuan Viskositas, Penentuan Densitas
c. Metode yang digunakan: Metode Transesterifikasi in situ .
Mulai

Menyiapkan bahan baku cangkang


kerang darah

Membersihkan cangkang kerang darah, lau di oven


selama 5 jam untuk menghilangkan kandungan air
di dalam cangkang

Menghancurkan cangkang kerang menjadi ukuran


yang lebih kecil, kemudian mengkalsinasinya pada
suhu 950°C selama 3 jam

Apakah terbentuk
CaO ?

Analisa X-Ray Difraction

Selesai

Gambar 1. Flowchart Prosedur Kalsinasi Cangkang Kerang Darah

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 39
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Mulai

Metanol, Katalis dan


NaOH dicampur dan 20 gram buah sawit
dipanaskan

Diumpan kedalam labu leher tiga

Proses pereaksian dilakukan selama 3 jam pada


suhu 60-65°C

Hasil Reaksi dipisahkan

Tidak
Apakah terbentuk
Metil Ester ?
Ya

Hasil didestilasi pada suhu 60-65°C selama 3 jam

Analisa Metil Ester

Selesai

Gambar 2. Flowchart Transesterifikasi in situ

HASIL

Tabel 1.Analisa Bahan Baku Kelapa Sawit


No Analisa Hasil
1 Asam Lemak Bebas 3,84 %
2 Densitas 0,916 gr/ml
Dari hasil penelitian awal, kadar FFA Crude Palm Oil yang didapatkan yakni sebesar 3,84 .
Reaksi transesterifikasi in situ berlangsung ideal pada kondisi kadar ALB 3 s/d 5 % [11]. Densitas
merupakan parameter pengujian yang menunjukan nilai massa jenis minyak yang terkandung di dalam
sawit. Pada penelitian yang kami lakukan diperoleh massa jenis 0,916 gr/ml. Nilai ini masuk dalam
standart nilai densitas Crude palm oil (CPO) yaitu kisaran angka 0,85 - 0,94 gr/ml [12].
Pada pembuatan biodiesel ini digunakan katalis CaO yang diperoleh dari hasil kalsinasi cangkang
kerang darah. Untuk mendapatkan CaO ini, maka cangkang kerang darah di Furnace atau dikalsinasi
pada suhu 950°C sehingga CaCO3 yang terkandung di dalam cangkang kerang darah terkonversi menjadi
CaO. Untuk mengetahui potensinya, maka dilakuakan pengaplikasian langsung pada pembuatan biodiesel
secara transesterifikasi in situ, dimana untuk mengetahui kerja optimumnya dilakukan variasi berat
katalis 1 gram dan 1,2 gram.

40 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Pengaruh Berat Katalis Dengan Penambahan NaOH 1 gram Terhadap Densitas Biodisel

Gambar 3. Grafik hubungan berat katalis dan NaOH terhadap densitas biodiesel

Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar densitas biodisel telah memenuhi SNI-04-7182-
2006 yaitu 0,85 gr/ml-0,89 gr/ml. Hasil penelitian ini menunjukan nilai densitas mengalami penurunan
nilai disetiap penambahan NaOH dengan berat yang berbeda. Dimana pada penambahan NaOH 1 (satu)
gram nilai densitas mengalami penurunan dari 0,808 gr/ml-0,756 gr/ml, hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan, semakin banyak katalis yang ditambahkan maka nilai densitas semakin menurun dan
menunjukan nilai konversi asam lemak menjadi ester tidak sempurna [9].
Kemudian pada penambahan NaOH 2 gram nilai densitas mengalami penurunan dari 0,876 gr/ml
hingga 0,864 gr/ml, hal ini sesuai dengan teori, semakin banyak katalis yang digunakan menyebabkan
nilai densitas semakin menurun, sehingga pembentukan metil ester tidak sempurna [9].
Dari perbandingan penambahan jumlah NaOH diatas dapat disimpulkan, nilai densitas biodisel yang
sesuai dengan SNI -04-7182-2006 adalah pada penambahan NaOH 2 gram dengan kisaran nilai 0,864-
0,876 gr/ml.

Pengaruh Berat Katalis Dengan Penambahan NaOH Terhadap Viskositas Biodiesel

Gambar 4. Grafik hubungan berat katalis dan NaOH terhadap viskositas biodiesel

Pada gambar 4 terlihat nilai viskositas mengalami penurunan dan juga kenaikan nilai. Pada saat
penambahan NaOH 1 gram terhadap berat katalis 1 gram hingga 1,2 gram nilai viskositas mengalami
kenaikan yaitu 1,205747 cp sampai dengan 0,951927 cp, hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
semakin tinggi konsentrasi katalis, maka viskositasnya cendrung menurun. Karena semakin banyak
persen katalis yang diberikan akan semakin cepat pula terpecahnya trigliserida menjadi metil ester [13].

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 41
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Hasil Analisa XRD Proses Kalsinasi Cangkang Kerang Darah

Tabel 2.Hasil Analisa XRD Proses Kalsinasi Cangkang Kerang Darah


No. 2θ D FWHM Intensity Integrated
1 18,2056 4,86896 0,20460 312 9187
2 28,8695 3,09013 0,36310 137 2758
3 29,5822 3,01729 0,32100 146 2533
4 34,2740 2,61422 0,48090 529 15466
5 36,1150 2,48507 0,27000 21 320
6 39,5566 2,27642 0,31330 26 490
7 43,2866 2,08851 0,30670 24 452
8 46,6600 1,94507 0,36000 24 743
9 7,3453 1,91850 0,67730 178 5985
10 48,6250 1,87096 0,43000 28 752
11 50,9644 1,79043 0,39970 206 4746
12 54,5000 1,68234 0,45600 97 2522
13 59,5266 1,47969 0,41330 17 433
14 62,7425 1,44418 0,42500 60 1545
15 64,4683 1,44418 0,68330 38 1452

Tabel 3. Hasil Analisa Produk Biodisel ( Metil Ester )


Berat NaOH Berat Katalis Densitas Viskositas Kadar Methyl
(gr) (gr) (gr/ml) Palmitat
(%)
1 0,808 1,2057 28,86
1 1,2 0,808 1,2044 26,10
1 0,876 1,2921 18,61
2 1,2 0,864 0,9519 28,57
Analisa Hasil Kalsinasi Cangkang Kerang Darah Menggunakan X-Ray Difraction

Gambar 5. analisa XRD katalis cangkang kerang darah (gambar diperbesar)

42 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 4. Puncak Grafik Tertinggi


No Peak no Peaks 2 theta (deg) Integrated Int
1 4 34,2740 15.466
2 1 18,2056 9.187
3 11 50,9644 4.746

Hasil karakterisasi XRD sampel ditunjukan pada gambar 5. berupa grafik peak to peak, Dari hasil
karakterisasi XRD dilakukan analisa kuantitatif dengan cara pencocokan (search match) spektrum hasil
karakterisasi JCPDS (Joint Committee On Powder Difraction Standart) yang berguna untuk mengetahui
senyawa apa saja yang terkandung dalam sampel hasil kalsinasi cangkang kerang darah pada suhu 950°C
(identifikasi fasa).
Berdasarkan pada Gambar 5. dapat dilihat puncak-puncak dari senyawa yang terkadung, dimana
diperoleh 3 puncak tertinggi yang mendominasi yaitu Cromium Silikat (Cr 3Si), Kalsium Hidroksida
(Ca(OH)2), dan Timbal Sulfid(PbS), dengan nilai integrasi masing-masing 15.466, 9.187, dan 4.746 pada
diffraktogram dengan pengukuran 2θ dan rentang pemindaian 7,0200 – 70,0000 (deg).

SIMPULAN
Cangkang kerang darah dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan katalis CaO. Konversi
maksimum reaksi terjadi pada penambahan NaOH 2 gram pada berat katalis 1 gramDari hasil penelitian
ini dapat disimpulakan karakteristik optimum pembuatan biodiesel dari sawit dengan katalis hasil
kalsinasi cangkang kerang darah secara transesterifikasi in situ diperoleh densitas (ρ) =0,876 g/ml, dan
viskositas (µ)=1,2921 cp.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Demirbas, A, “Progress And Recent Trends In Biodiesel Fuels,” Energy Conversion and
Management vol.50,pp:14–34.2009.
[2] Awad S Hanna, “Concrete Formwork System”, Madison : University of Wisconsin. 1998.
[3] A.A.Refaat,”Different Techniques For The Production Of Biodiesel From Waste Vegetable Oil,”
IRSEN, CEERS, IAU, Int. J. Environ. Sci. Tech., 7 (1), Page:183-213, Winter .2010.
[4] Susilo,”Pembuatan Sabun Transfaran Aromaterapi Minyak Atsiri Akar Wangi (chrysopogon
zizanioides), FMIPA Universitas Pakuan, Bogor, 2006.
[5] Sri Risnoyatiningsih,”Biodiesel From Avocado seeds By Transesterification Process.” Jurnal
Teknik Kimia : Vol.5, No.1, September. 2010.
[6] Pratiwi,dkk,”Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Biji Pepaya Dengan Proses Transesterifikasi.”
JKSP (Jurnal Kimia Saintek dan Pendidikan), Vol.2,no.2.Agustus.2018.
[7] Pratiwi, “Pengaruh Nanokatalis ZnO/CaO Terhadap Biodiesel Dari Minyak Biji Alpukat,” JKSP
(Jurnal Kimia Saintek dan Pendidikan), Vol.2,no.1.Juni.2018.
[8] Nurjanah, Z., dan Kustiyariyah, “Kandungan Mineral dan Proksimat Kerang Darah (Anadara
granosa) yang diambil dari Kabupaten Boalemo,Gorontalo”, Buletin Teknologi Hasil Perikanan.
Vol. 8. Hal: 15-24. 2005.
[9] Susila Arita,dkk, “Pembuatan Katalis Heterogen Dari Cangkang Kerang Darah (anandara
granosa) Dan Diaplikasikan Pada Reaksi Transesterifikasi Dari Crude Palm Oil”. Fakultas
Teknik, Universitas Sriwijaya,2014.
[10] Samuel DO dan Dairo UO, “A Critical review of In-situ Transesterification Process For Biodiesel
Production”, Pac J Sci Tech. 13 (2): 72-79.2012.
[11] Daryono, E.D. “Biodiesel dari Minyak Biji Pepaya dengan Transesterifikasi In Situ”, Jurnal
Teknik Kimia. Vol. 8, No. 1.2013.
[12] SNI 01-2901-2006 Standar Nasional Indonesia - 01-2901-2006 minyak kelapa sawit (Crude palm
oil) ICS 67.200.10 Badan Standardisasi Nasional.
[13] Prihandana, Rama. Dkk. “Menghasilkan biodiesel Murah : Mengatasi Polusi dan Kelangkaan
BBM. Jakarta. Agromedia Pustaka. 2006.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 43
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

OPTIMASI KONSENTRASI NaHSO3 DAN UKURAN KULIT


PINANG TUA PADA PEMBUATAN SURFAKTAN NATRIUM
LIGNOSULFAT (NaLS)

SUKMAWATI

Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Medan


Email: sukmawati@itm.ac.id

ABSTRAK
Surfaktan adalah zat yang ditambahkan pada cairan untuk meningkatkan sifat penyebaran atau
pembasahan dengan menurunkan tegangan muka, dan dapat digunakan sebagai emulsifier,
corrosion inhibition, defoaming, detergency, emuliency, dan lain-lain. Penelitian ini
memanfaatkan kulit pinang sebagai bahan baku pembuatan surfaktan natrium lignosulfonat
(NaLS) karena memiiki kandungan lignin sebesar 13-26%. Tujuan dari penelitian ini untuk
menentukan ukuran kulit pinang dan konsentrasi larutan pemasak NaHSO 3, serta menentukan
kualitas dari surfaktan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan reaktor labu leher tiga
dengan variasi ukuran kulit pinang (100, 120, 150, 200) mesh dan konsentrasi larutan pemasak
NaHSO3 (35, 45, 55, dan 65%) pada waktu perebusan 60 menit, suhu 115 oC, pH 4, dan
kecepatan pengadukan 80 rpm. Dari hasil penelitian didapatkan surfaktan natrium lignosulfonat
paling tinggi dengan karakteristik yang sesuai standar surfaktan alkyl benzene sulfonate yang
dijual dipasaran pada komposisi ukuran kulit pinang 200 mesh dan konsentrasi larutan NaHSO3
65% dengan kriteria sebagai berikut; Berbau sulfur dan agak asam, warna kuning, pH 5, dan
larut sempurna dalam air. Semakin kecil ukuran kulit pinang dan semkin tinggi konsentrasi
larutan NaHSO3, maka semakin besar pula kadar natrium lignosulfonat yang didapat.
Berdasarkan analisa dengan spektrofotometer didapat kadar surfaktan natrium lignosulfonat yang
maksimum, yaitu 0,5988 ppm, dengan absorbansi 0,551 nm.
Kata Kunci: kulit pinang, lignin, sulfonasi, surfaktan natrium lignosulfonat

ABSTRACT
Surfactant is a substance that is added to a liquid to improve its spread or wetting properties by
reducing face tension, and can be used as an emulsifier, corrosion inhibition, defoaming,
detergency, emuliency, and others. This research utilizes areca nut skin as raw material for
making surfactant sodium lignosulfonate (NaLS) because it has a lignin content of 13-26%. The
purpose of this study was to determine the size of the areca nut skin and the concentration of the
NaHSO3 cooking solution, and to determine the quality of the surfactants. This research was
carried out by using a three neck pumpkin reactor with various sizes of areca nut skin (100, 120,
150, 200) mesh and the concentration of NaHSO3 cooking solution (35, 45, 55, and 65%) at
boiling time 60 minutes, temperature 115 0C, pH 4, and the stirring speed is 80 rpm. The results
showed that the highest sodium lignosulfonate surfactant with characteristics that match the
standard surfactant alkyl benzene sulfonate sold in the market at a composition of 200 mesh
areca nut skin size and concentration of 65% NaHSO3 solution with the following criteria; It
smells of sulfur and is somewhat acidic, yellow in color, pH 5, and dissolves completely in water.
The smaller the size of areca nut skin and the higher the concentration of NaHSO3 solution, the
greater the sodium lignosulfonate level obtained. Based on the analysis with a
spectrophotometer, the maximum level of sodium lignosulfonate surfactant was 0.5988 ppm, with
an absorbance of 0.551 nm.
Keyword: betel nut, lignin, sulfonation, surfactant sodium lignosulfonate

44 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PENDAHULUAN
Surfaktan (surface active agent) atau zat aktif permukaan, adalah senyawa kimia yang terdapat pada
konsentrasi rendah dalam suatu sistem, mempunyai sifat teradsorpsi pada permukaan antarmuka pada
sistem tersebut. Dapat digunakan sebagai emulsifier, corrosion inhibition, defoaming, detergency,
emuliency, dan lain-lain.Tanaman pinang (Areca catechu L.) adalah salah satu jenis palma yang tersebar
luas di wilayah Indonesia, baik secara individu maupun populasi, dan umumnya ditanam sebagai tanaman
pagar atau pembatas. Pinang terdapat merata di seluruh Indonesia antara lain di Sumatera, Jawa, Bali,
Nusa Tenggara, Maluku, dan Sulawesi. Biasanya tumbuh bagus atau subur di daerah pantai sampai pada
ketinggian ± 700 m dpl. Kulit pinang menyumbang sekitar 60–80% dari total berat buah pinang. Kulit
pinang mengandung selulosa dengan variasi porsi hemiselulosa (35,0–64,8%), lignin (13,0–26,0%),
pectin dan protopektin [1]. Lignin merupakan komponen makromolekul kayu ketiga yang berikatan
secara kovalen dengan selulosa dan hemiselulosa. Struktur molekul lignin sangat berbeda bila
dibandingkan dengan polisakarida, karena terdiri atas sistem aromatik yang tersusun atas unit-unit fenil
propana. Lignin ada di dalam dinding sel maupun di daerah antar sel (lamela tengah) dan menyebabkan
kayu menjadi keras dan kaku sehingga mampu menahan tekanan mekanis yang besar. Selama
perkembangan sel, lignin dimasukkan sebagai komponen terakhir dalam dinding sel, menembus di antara
fibril-fibril sehingga memperkuat dinding sel. p-hidroksinamil alkohol, p-koumaril alkohol, koniferil
alkohol dan sinapil alkohol merupakan senyawa induk (prekursor) primer dan prekursor tersebut
merupakan unit pembentuk lignin [2].

Gambar 1. (1) p-koumaril alkohol, (2) koniferil alkohol, (3) sinapil alcohol

Penggolongan Surfaktan
Surfaktan dapat digolongkan menjadi empat golongan berdasarkan muatan surfaktan, yaitu:
1. Surfaktan anionik
2. Surfaktan kationik
3. Surfaktan non ionik
4. Surfaktan amfoter
Natrium lignosulfonat (NaLS) termasuk jenis surfaktan anionik karena memiliki gugus sulfonat dan
garamnya (-NaSO3) yang merupakan gugus hidrofilik (suka air) serta gugus hidrokarbon yang merupakan
gugus hidrofobik. Menurut ASTM Standard C 494-79, natrium lignosulfonat (NaLS) adalah bahan
tambahan kimia termasuk jenis water reducing admixture (WRA) atau plasticizer yang memiliki
kemampuan sebagai bahan pendispersi (dispersant) pada berbagai sistem dispersi partikel (pasta semen
dan gipsum).

Gambar 2. Struktur senyawa Natrium Lignosulfonat

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 45
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

METODE
Prosedur Penelitian
Memberikan perlakuan awal pada kulit pinang yaitu penghalusan,melakukan pengayakan untuk
mengambil serbuknya yang lolos ayakan berdasarkan ukurannya,selanjutnya mereaksikan berdasarkan
ukuran serbuk kulit pinang 100 Mesh, 120 Mesh, 150 Mesh, 200 Mesh sebanyak 3 gram dengan larutan
Natrium Bisulfit 6 gram dalam 240 ml Aquadest dengan konsentrasi 35%, 45%, 55%, dan 65%, pH
diatur 4 menggunakan asam sulfat pekat, kemudian merebusnya pada suhu 115 0C selama 60 menit
dalam reaktor labu leher tiga,mengulangi langkah diatas untuk setiap variabel. Menyaring larutan hasil
reaksi sehingga didapatkan residu dan filtrat, setelah itu menganalisis filtrat yang mengandung
lignosulfonat dengan metode spektrofotometri UV-Visible.
Persiapan Sampel
Mengukur sampel sebanyak 100 ml dan memasukkan sampel kedalam corong pisah 250
ml,menambahkan 3-5 tetes indikator pp dan larutan NaOH 1 N tetes demi tetes kedalam sampel sampai
timbul warna merah muda, kemudian menghilangkan warna tersebut dengan menggunakan H2SO4 1 N
tetes demi tetes,menambahkan larutan metilen biru sebanyak 25 ml, jika warna biru menghilang atau
menjadi pucat sekali selama ekstraksi dengan menggunakan CHCl3, berarti kadar sulfonat tinggi sekali,
maka larutan sampel harus diganti kemudian menyiapkan sampel baru,menambahkan 10 ml CHCl 3,
mengocok kuat-kuat larutan tersebut selama 30 detik sambil membuka tutup corong pisah
sesekali,membiarkan terjadi pemisahan fase, menggoyangkan perlahan-lahan, menambahkan sedikit
alkohol bila terbentuk emulsi, setelah itu mengeluarkan lapisan bawah yang mengandung CHCl 3 dan
menampungnya dalam corong pisah yang lain,mengulangi ektraksi seperti pada langkah kedua dan ketiga
sebanyak dua kali,menambahkan 50ml aquadest kedalam larutan ekstrak klorofom gabungan dan
mengocoknya kuat-kuat selama 30 detik,membiarkan sampai terjadi pemisahan fase dan
menggoyangkannya perlahan-lahan kemudian mengeluarkan lapisan bawah dan memasukkannya
kedalam labu ukur,menambahkan klorofom kedalam larutan tersebut hingga tepat pada tanda tera,mkur
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 580 nm dan catat serapannya.
Pembuatan Kurva Kalibrasi
Mengoptimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk pemakaian alat.Memipet larutan
baku masing-masing 100 ml kedalam corong pisah 250 ml. Menambahkan larutan metilen biru sebanyak
25 ml. Menambahkan 10 ml CHCl3, mengocoknya kuat-kuat selama 30 detik dan membuka tutup corong
sesekali. Membiarkan hingga terjadi pemisahan fase, menggoyang-goyangkan corong perlahan-lahan dan
menambahkan sedikit alkohol bila terjadi pembentukan emulsi, lalu mengeluarkan lapisan bawah dan
menampungnya dalam corong pemisah yang lain. Memasukkan larutan ekstrak kedalam labu ukur 100
ml dan menambahkan klorofom tepat pada tanda tera.Ukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 620 nm dan catat serapannya
Uji Kelarutan Dalam Air
Memipet 5 ml larutan natrium lignosulfonat dengan menggunakan pipet ukur dan dimasukan ke
dalam gelas ukur 100 ml,menambahkan aquadest mulai dari 10 mL sampai 50 ml,mengamati apakah
larutan natrium lignosulfonat dapat larut dalam aquadest.
Kerja Densitas
Menimbang berat piknometer kosong.Menimbang berat piknometer berisi NaLS. Menghitung
massa sampel Natrium Lignosulfonat (NaLS) dengan cara (Berat pikno berisi sampel - berat pikno
kosong).Menghitung densitas dengan persamaan;
=
Keterangan;
= densitas
m = massa
v = volume piknometer

46 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

HASIL

Tabel 1. Pengaruh Ukuran Partikel Kulit Pinang dan Konstrasi NaHSO3 terhadap kadar Surfaktan NaLS
Konstrasi Larutan Ukuran Partikel Kulit Kadar Surfaktan NaLS
Pemasak NaHSO3 (%) Pinang (Mesh) (ppm)
100 0,4473
35% 120 0,4523
150 0,4691
200 0,4832
100 0,4865
45% 120 0,4866
150 0,4905
200 0,492
100 0,4997
55% 120 0,5051
150 0,5149
200 0,5171
100 0,5182
65% 120 0,5421
150 0,577
200 0,5988

Tabel 2. Karakteristik Larutan Lignosulfonat


Karakteristik
Konsentrasi Ukuran Kulit
NaHSO3 (%) Pinang (Mesh) Density Volume
Warna
(gr/ml) (mL)
100 Kuning 8,8 110
120 Kuning 8,9 112
35
150 Kuning 9,1 114
200 Kuning 9,3 115
100 Kuning 9,5 115
120 Kuning 9,7 120
45
150 Kuning 9,8 123
200 Kuning 9,8 130
100 Kuning 10,7 133
120 Kuning 10,8 135
55
150 Kuning 10,8 140
200 Kuning 11,1 144
100 Kuning 11,1 145
120 Kuning 11,2 146
65
150 Kuning 11,4 150
200 Kuning 13 153

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 47
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Pengaruh Ukuran Kulit Pinang Terhadap Kadar Surfaktan Natrium Lignosulfonat (NaLS)

Gambar 3. Grafik Pengaruh Ukuran Kulit Pinang Terhadapa Kadar Surfaktan Natrium Lignosulfonat
(NaLS)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa ukuran kulit pinang yang
maksimum pada pembuatan surfaktan natrium lignosulfonat adalah 200 mesh dengan konstrasi larutan
pemasak 65% yang ditunjukkan pada kurva berwarna biru dimana kadar surfaktan natrium lignosulfonat
paling tinggi didapat sebesar 0,5988 ppm.
Kadar Surfaktan natrium lignosulfonat terus mengalami kenaikan hingga pada perbandingan
konsentrasi 65%. Hal tersebut terjadi karena lignin bersulfonasi menjadi senyawa surfaktan natrium
lignosulfonat.
Hal ini sesuai denga teori yang menyatakan ukuran partkel yang lebih kecil menyebabkan luas
permukaan kontak menjadi lebih besar, dimana luas permukaan yang besar ini mengakibatkan
perpindahan masa/difusi ion menjadi semakin banyak, sehingga kadar lignosulfonat yang dihasilkan juga
lebih besar. Hal ini disebabkan jika semakin kecil ukuran kulit pinang dan semakin tinggi konsentrasi
NaHSO3 maka akan mempercepat laju reaksi untuk mensulfonasi lignin pada kulit pinang, sehingga
semakin banyak lignin yangn bereaksi dengan NaHSO3 yang membentukan surfaktan natrium
lignosulfonat (NaLS) [3].
Pembentukan surfaktan (lignosulfonat) terjadi melalui rekasi sulfonasi molekul lignin dengan
bisulfit [4].
HSO-3 + lignin-OH lignin –SO3- + H2O
Pengaruh Konsentrasi NaHSO3 Terhadap Absorbansi Surfantan Natrium Lignosulfonat (NaLS)

Gambar 4. Grafik Pengaruh Konsentrasi NaHSO3 Terhadap Absorbansi


Surfantan Natrium Lignosulfonat (NaLS)

Berdasarkan gambar grafik pengaruh konsentrasi NaHSO3 terhadap absorbansi surfaktan natrium
lignosulfonat dapat dilihat pada grafik berwarna hijau dimana semakin tinggi konsentrasi NaHSO 3 dan
semakin kecil ukuran kulit pinang, maka absorbansi surfaktan natrium lignosulfonat paling tinggi sebesar
0,5510 nm.

48 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Hal ini sesuai dengan teori hokum Lamber-Beer, dimana konsentrasi bebanding lurus dengan
absorbansi. Artinya konstrasi semakin tinggi maka absorbansi yang dihasilkan semakin tinggi, begitupun
sebaliknya konsentrasi semakin rendah absorbansi yag dihasilkan juga semakin rendah.
Pengaruh Konsentrasi NaHSO3 Terhadap Densitas Surfaktan Natrium Lignosulfonat (NaLS)

Gambar 5. Grafik Pengaruh Konsentrasi NaHSO3 Terhadap Densitas Surfaktan


Natrium Lignosulfonat (NaLS)

Berdasarkan gambar grafik pengaruh konsentrasi terhadap densitas surfaktan natrium lignosulfonat
dapat dilihat pada grafik berwarna biru bahwa semakin tinggi kinsentrasi larutan NaHSO 3 dan semakin
kecil ukuran kulit pinang , maka densitas surfaktan natrium lignosulfonat yang dihasilkan akan semakin
tinggi. Pada perbandingan ukuran kulit pinang 200 mesh dengan konsentrasi larutan NaHSO 3 65%.
Densitas surfaktan natrium lignosulfonat paling tinggi sebesar 1,3 gr/mL.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan jika semakin tinggi konsentrasi NaHSO 3 dan semakin
kecil ukuran kulit pinang yang direaksikan maka konsentrasi lignin dalam larutan juga semakin banyak
untuk membentuk kadar surfaktan natrium lignosulfonat (NaLS). Jika kadar surfaktan natrium
lignosulfonat semakin besar maka nilai densitas juga semakin meningkat.
Karakteristik Surfaktan Natrium Lignosulfonat (NaLS) yang dihasilkan dari Kulit Pinang
Dibandingkann dengan Karakteristik Surfaktan yang Terbuat Secara Sintetis Alkyl Benzene Sulfonate
(ABS). Hasil dari karakteristik surfaktan natriium lignosulfonat dapat dilihat pada Tabel.3 dibawah ini:

Tabel 3. Karakteristik Surfaktan Natrium Lignosulfonat (NaLS)


Karakteristik Lignosulfonat (NaLS) Surfaktan sintesis (ABS)
Berbau Sulfur dan agak Berbau Sulfur dan agak
Bau
asam asam
Warna Kuning keruh Colat kehitaman
pH 5 5
Kelarutan dalam air Larut Sempurna Larut Sempurna

1. Bau
Hasil analisa karakteristik bau larutan natrium lignosulfonat hasil sulfonasi menunjukkan adanya bau
yang agak asam dan sedikit berbau sulfur, dimana bau ini disebabkan oleh adanya pengaruh
penambahan asam sulfat yang menyebabkan larutan berbau agak asam dan karena adanya
penambahan gugus SO-3 yang menyebabkan adanya bau belerang, sehingga bau ini dapat dijadikan
indikasi adanya kandungan surfaktan di dalam larutan hasil sulfonasi tersebut, sebab larutan standar
surfaktan anionik yang menjadi pembanding dalam penelitian ini juga memiliki bau yang sama
dengan larutan surfaktan hasil sulfonisasi.
2. Warna
Karakteristik warna juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses terbentuknya
lignosulfonat (surfaktan). Berdasarkan hasil analisa warna dari larutan lignosulfonat hasil sulfonasi
dapat diketahui bahwa warna larutan tersebut adalah kuning kecoklatan dan coklat kehitaman. Hal ini
menunjukkan adanya perubahan warna larutan yang semula bening menjadi kuning kecoklatan dan
ada juga yang berwarna kehitaman. Perubahan warna tersebut menunjukkan adanya penambahan
gugus SO-3 pada struktur lignosulfonat berupa ikatan rangkap.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 49
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

3. pH
Pada proses pembuatan surfaktan pH merupakan salah faktor yang dapat mempengaruhi proses
terbentuknya surfaktan (lignosulfonat). Pada proses pembuatan surfaktan pH yang diperlukan agar
proses pembuatan surfaktan dapat berjalan baik yakni pada pH 4, karena pada kondisi pH tersebut
lignin akan bereaksi dengan natrium bisulfit yang akan membentuk lignosulfonat melalui proses
sulfonasi. Dari hasil analisis karakteristik pH surfaktan yang dihasilkan baik dari sabut kelapa maupun
yang dibuat secara sintetis memiliki pH 5 atau pH asam.
4. Kelarutan dalam air
Hasil analisa menunjukkan bahwa surfaktan hasil penelitian mampu larut dengan sempurna di dalam
air, sama dengan larutan surfaktan sintesis yang digunakan sebagai surfaktan pembanding.
5. Kelebihan dari surfaktan natrium lignosulfonat (NaLS) dibanding surfaktan sintesis alkyl benzene
sulfonate (ABS)
Biosurfaktan natrium lignosulfonat (NaLS) mempunyai sifat fisik yang mirip seperti surfaktan
sintetis alkyl benzene sulfonate, akan tetapi biosurfaktan lebih rendah tingkat toksisitasnya, mudah
terurai secara biologi, lebih efektif pada suhu, pH dan kadar garam yang berlebihan, dan lebih mudah
disintesis sehingga tidak terlalu merusak perairan seperti sungai dan lingkungan sekitar. Disamping itu,
sifat aktif permukaan yang dimilikinya berbeda dengan surfaktan yang disintesis secara kimia.
Biosurfaktan mempunyai banyak struktur. Sebagian besar adalah lemak, yang memiliki ciri struktur
surfaktan amfifil. Bagian lipofil dari lemak hampir selalu gugus hidrokarbon dari satu atau lebih asam
lemak jenuh atau tak jenuh dan mengandung struktur siklik atau gugus hidroksi. Sebagian besar
biosurfaktan bermuatan netral atau negatif. Pada biosurfaktan anionik, muatan itu disebabkan oleh
karboksilat dan fosfat atau kelompok sulfat. Sedangkan ABS sangat tidak menguntungkan karena
ternyata sangat lambat terurai oleh bakteri pengurai disebabkan adanya rantai bercabang pada
strukturnya. Dengan tidak terurainya secara biologi deterjen ABS, lambat laun perairan yang
terkontaminasi oleh ABS akan dipenuhi oleh busa [5]. Deterjen ini lolos lewat instalasi pengolahan
limbah tanpa berubah, sehingga menyebabkan sungai berbusa, dan bahkan menyebabkan air PAM juga
berbusa.

SIMPULAN
Semakin kecil ukuran partikel sabut kelapa, maka kadar surfaktan yang dihasilkan semakin tinggi.
Kadar surfaktan paling tinggi sebesar 0,5988 ppm dengan ukuran sabut kelapa 200 mesh. Semakin tinggi
konsentrasi larutan pemasak NaHSO3 maka kadar lignosulfonat yang dihasilkan juga semakin tinggi.
Kadar surfaktan paling tinggi dengan nilai absorbansi 0,5510 nm dengan konsentrasi larutan pemasak
NaHSO3 65%. Pada perbandingan ukuran kulit pinang 200 mesh dengan konsentrasi larutan NaHSO 3
65% didapat densitas surfaktan natrium lignosulfonat paling tinggi sebesar 1,3 gr/mL. Surfaktan natrium
lignosulfonat (NaLS) dari sabut kelapa memiliki karakteristik yang hampir sama dengan standar
Surfaktan Sintetis alkyl benzene sulfonate (ABS) yang dijual dipasaran (SNI-M-45-1990-0 balai riset dan
standarisasi industri: Palembang). Dengan kriteria sebagai berikut:Berbau sulfur dan agak asam, Warna
kecoklatan, pH 4, Larut sempurna dalam air.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Rajan, A., Kurup, G.J., Abraham, TE, “Biosoftening Of Arecanut fiber For Value Added
Product”, Elsevier B.V. Bioactive Polymer Engineering Section,India,2005.
[2] Heradewi, "Isolasi Lignin Dari Lindi Hitam Proses Pemasakan Organosolv Serat Tandan Kosong
Kelapa Sawit (TKKS)”. Skripsi. F, Teknologi Pertanian –IPB, Bogor,2007.
[3] Hendra dan Putra, “Optimasi Konsentrasi NaHSO3 dan Ukuran Sabut Kelapa Pada Pembuatan
Surfaktan Natrium Lignosulfonat (NaLS)”,ITM, Medan,2017.
[4] Trivita, anna, furi,”Pengaruh perbedaan ukuran partikel dari ampas tebu dan Konsentrasi natrium
bisulfit(NaHSO3) pada pembuatan surfaktan”Bogor,2009.
[5] Achmad, R,” Kimia Lingkungan”, Edisi 1,Yogyakarta, Andi Offset, hlm. 15-16, 2004.

50 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Pembuatan Film Layak Makan Pelapis Pancake Durian Dari Pati Biji
Durian (Durio Zibethinus L.) Dengan Penambahan Minyak
Peppermint Sebagai Antimikroba

Tengku Rachmi Hidayani1, Emil Salim P. Siregar2, Winny Iftari3, Trisna Yuniarti4, Irfan Rusmar5

1,2,3,4,5
Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan, Jurusan Agribisnis Kelapa Sawit
1
rachmihidayani@ptki.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu film layak makan yang dilapiskan ke makanan
pancake durian, dengan harapan dapat mempertahankan tekstur, mempertahankan rasa dan
aroma dari pancake durian dan memperpanjang masa simpan. Film layak makan sebagai pelapis
pancake durian dibuat dengan mencampurkan plastisizer sorbitol, dengan bahan pengisi pati dari
biji durian dan ekstrak minyak peppermint sebagai zat antimikroba. Proses pemisahan pati biji
durian dilakukan dengan pengendapan dengan air. Pembuatan film layak makan dibuat dengan
berbagai komposisi massa dengan dilarutkan dalam 100 mL air yaitu perbandingan antara
sorbitol, pati biji durian dan ekstrak minyak peppermint adalah 2:3:0; 2:3:1; 2:3:2 (%) (b/v). Dari
masing-masing variabel tersebut dibuat film layak makan yaitu dalam bentuk lembaran untuk
pancake durian. Dari hasil karakterisasi yang dilakukan, diperoleh kondisi optimum yaitu film
layak makan dari sorbitol, pati biji durian dan ekstrak minyak peppermint dengan perbandingan
2:3:1 (%) (b/v) memiliki sifat yang paling baik dimana masa simpannya pada suhu ruang
meningkat menjadi 48 jam, dengan titik lebur 58 oC dan titik terdekomposisi pada 309,9oC,
dengan persen residu karbon sebesar 12,2%. Hal ini diperkuat dengan hasil SEM yang
menunjukan sifat permukaan yang homogen dan foto patahan yang rata, serta interaksi kimia
antara gugus fungsi yang terlihat melalui uji FT-IR.
Kata kunci : pancake durian, edibel film, durian, biji durian

ABSTRACT
This study aims to make a film worthy of eating coated with durian pancake food, with the hope
of maintaining texture, preserving the taste and aroma of durian pancakes and extending the
shelf life. Food-worthy film as a durian pancake coating is made by mixing sorbitol plasticizers,
with starch fillers from durian seeds and peppermint oil extract as antimicrobial agents. The
process of regulating durian seed starch is carried out by precipitation with air. Making film
suitable for food made with various mass compositions by dissolving in 100 mL of air suitable
between sorbitol, durian seed starch and peppermint oil extract is 2: 3: 0; 2: 3: 1; 2: 3: 2 (%) (w
/ v). From each of these variables, a decent film is made, in the form of sheets for durian
pancakes. From the results of the characterization, optimal conditions were obtained, which was
a suitable film to eat from sorbitol, durian seed starch and peppermint oil extract, reaching 2: 3:
1 (%) (w / v) to 48 hours, with a melting point of 58oC and a decomposition point at 309.9oC,
with a carbon residual percentage of 12.2%. This is reinforced by SEM results that show
homogeneous surface properties and even photo fractures, as well as chemical interactions
between functional groups seen through FT-IR.
Key Words: Pancake Durian, Edible Film, Durian, Durian Seeds

PENDAHULUAN
Industri kecil makanan pancake durian didaerah Sumatera Utara merupakan salah satu sumber
penghasilan bagi penduduk daerah Sumatera Utara. Pancake durian adalah makanan ringan berupa puree
daging durian dan vla atau krim kocok yang dibalut dengan kulit crepes atau dadar gulung. Panganan ini
pertama kali dipelopori oleh pedagang-pedagang kue rumahan di Kota Medan, dan lambat laun tersebar
di kota-kota lain di Indonesia, seperti Jambi, Semarang, Jakarta, dan lain-lain

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 51
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 1. Pancake Durian

Karena kekhasannya, pancake durian merupakan salah satu oleh-oleh khas dari Sumatera Utara.
Pancake durian yang merupakan menjadi khas kota Medan didistribusikan ke berbagai kota di Indonesia
bahkan mancanegara. Pancake durian yang dipasarkan biasanya dikemas dengan kotak plastik sebagai
kemasan primer kemudian dibungkus dengan stereofoam berisi es sebagai kemasan sekunder.
Permasalahan yang dihadapi industi kecil makanan pancake durian adalah masa simpan yang sangat
rendah dan harus menggunakan pendingin karena durian tinggi mengandung gula sehingga mudah
terbentuk gas dan menjadi asam.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan suatu cara untuk memperpanjang masa
simpan dan mempertahankan tekstur, aroma dan rasa dari pancake durian. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan membuat suatu kemasan primer berupa film layak makan (edible film).
Menurut definisinya, Plastik Layak Makan merupakan lapisan tipis yang dapat dimakan dan
ditempatkan di atas atau di antara komponen makanan. Dalam produk pangan, lapisan tipis ini berfungsi
untuk penghambat perpindahan uap air, menghambat pertukaran gas, mencegah kehilangan aroma,
mencegah perpindahan lemak, meningkatkan karakteristik fisik, dan sebagai pembawa zat aditif tanpa
mempengaruhi produk pangan tersebut [1].
Setiani [2] telah melakukan penelitian pembuatan edibel film dengan mencampurkan pati dari
sukun, kitosan sebagai penguat sifat mekanik dan sorbitol sebagai plastisizer dengan Hasil karakterisasi
edibel film menunjukkan, dengan bertambahnya kitosan maka kuat tarik dan ketahanan air cenderung
meningkat. Nirwana [3] telah melakukan penelitian pembuatan film layak makan dari protein whey
dengan penambahan ekstrak herba meniran sebagai antibakteri. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil
film layak makan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba dengan adanya herba meniran, namun
karena ketersediaan meniran dan whey protein yang terbatas, dibutuhkan suatu bahan lain yang
ketersediaannya lebih banyak. Yeyen [4] telah melakukan pengembangan teknologi pengemas ramah
lingkungan untuk pangan dan benih dengan menggunakan pati dari umbi-umbian dengan penambahan
ekstrak lengkuas, daun sirih dan minyak kayu manis sebagai zat antimikroba. Diperoleh hasil
karakteristik film layak makan yang dapat digunakan untuk melapisi pangan dan benih dengan
penggunaan sorbitol sebanyak 3% dan penambahan komposisi pati sebanyak 2%. Amaliya [5] melakukan
pembuatan film layak makan berbahan dasar pati jagung dengan bahan antibakteri berupa kunyit putih,
kandungan kimia kunyit putih adalah senyawa fenol yang menghasilkan film layak makan dengan hasil
terbaik pada penambahan konsentrasi pati 3% dan filtrat kunyit putih 1%.
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka peneliti ingin melakukan suatu film layak makan dengan
menggunakan pati biji durian sebagai pengisi, sorbitol sebagai plastisizer dan minyak peppermint sebagai
antimikroba. Pemilihan pati biji durian karena biji durian memiliki kadar pati yang tinggi (43,6%) dan
pemanfaatannya sebagai limbah belum optimal. Sorbitol digunakan Sebagai plastisizer karena
dibandingkan dengan gliserol, sorbitol merupakan plastisizer yang lebih efektif yaitu memiliki kelebihan
untuk mengurangi ikatan hidrogen internal pada ikatan intermolekuler sehingga baik untuk menghambat
penguapan air dari produk. Sorbitol dapat larut dalam tiap-tiap rantai polimer sehingga akan
mempermudah gerakan molekul polimer, sifat permeabilitas O2 yang lebih rendah, tersedia dalam jumlah
yang banyak, harganya murah, dan bersifat non toksik [6]. Peppermint dikenal sebagai salah satu zat
antimikroba dan antioksidan. Peppermint dikenal dengan kandungan antibakteri dan antivirus yang
dimilikinya dengan cara membantu mengontrol pertumbuhan virus, jamur dan ragi, serta ketersediaannya
yang mudah didapat. Pembuatan film layak makan dibuat dengan berbagai komposisi massa dengan
dilarutkan dalam 100 mL air yaitu perbandingan antara sorbitol, pati biji durian dan ekstrak minyak
peppermint adalah 2:3:0; 2:3:0,5; 2:3:1; 2:3:1,5; 2:3:2 (%) (b/v). Dari masing-masing variabel tersebut
dibuat film layak makan yaitu dalam bentuk lembaran untuk pancake durian. Film layak makan dalam
bentuk lembaran dikarakterisasi dengan uji masa simpan, uji DTA dan TGA, uji SEM, uji FTIR.

METODE
Isolasi Pati Dari Biji Durian
Proses yang dilakukan dalam pembuatan pati dari biji durian ini memiliki beberapa tahap, awalnya
biji durian dikupas hingga terbuang kulit arinya kemudian dibersihkan dengan air hingga bersih. Biji

52 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

durian bersih kemudian dipotong kecil– kecil yang bertujuan untuk mempercepat dalam proses
pengeringan, dan direndam air kapur selama 1 jam. Biji durian rendaman air kapur ditiriskan dan dicuci
air bersih kemudian dikeringkan dengan bantuan terik sinar matahari. Biji durian kering, ditumbuk
hingga halus, kemudian direndam dengan akuadest selama satu malam, kemudian disaring antara air dan
ampas biji durian. Filtratnya didiamkan selama satu malam sampai pati dari biji durian mengendap.
Dipisahkan endapan pati biji durian yang basah kemudian dikeringkan pati biji durian pada sinar
matahari selama satu minggu, dan diayak dengan ayakan 140 mesh. Pati biji durian yang diperoleh,
dikaraterisasi dengan uji FTIR dan uji DTA.
Pembuatan Film Layak Makan
Film layak makan berbasis volume suspense 100 mL,ditambahkan dengan pati biji durian, dan
antimikroba berupa minyak peppermint dan sorbitol sebagai plastisi dalam perbandingan tertentu.
Larutan dengan komposisi massa tertentu dilarutkan dengan akuadest. Pati biji durian dilarutkan dengan
akuadest dan diaduk selama 20 menit pada suhu ruang dengan kecepatan 90 RPM. Dipanaskan cairan
yang membentuk suspense kedalam hotplate stirrer sampai membentuk gelatin. Setelah terjadi gelatinasi,
kemudian ditambahkan sorbitol, diaduk selama 15 menit. Didinginkan sampai suhu 50 oC sambil
dimasukkan minyak peppermint, diaduk hingga homogen. Larutan film layak makan digunakan dengan
dua metode yaitu dengan dicetak dalam bentuk lembaran dengan metode menuangkan pada plat kaca, dan
pelapisan ke pancake durian dengan cara pencelupan pancake durian kedalam larutan film. Dikeringkan
pada suhu 50oC selama 4 jam dan pengeringan pada suhu ruang selama 1 hari [7]. Perbandingan variasi
komposisi massa dalam pembuatan film layak makan dari pati biji durian dan minyak peppermint pada
dalam tabel 1.

Tabel 1.Perbandingan Komposisi Variasi Massa Film Layak Makan

Sorbitol Pati dari biji durian Minyak peppermint


No (%) (%) (%)

1 2 3 0

2 2 3 1

3 2 2
3

HASIL

Gambar 2. Plastik Layak Makan yang Dihasilkan

Karakterisasi Plastik Layak Makan yang Dihasilkan


Tahap satu dari karakterisasi plastik layak makan yang dihasilkan adalah melihat pengaruh masa
simpan pancake durian setelah dilapisi dengan edible film

Tabel 2. Perbandingan Masa SImpang Pancake Durian Sebelum dan Sesudah


Pelapisan dengan Plastik Layak Makan
No. Perbandingan Komposisi Edibel yang dilapiskan Masa Simpan (Jam)
kepada pancake durian
1 Pancake durian tanpa edible film 14 Jam
2 Pancake durian dan edible (3:2:0) 30 Jam
3 Pancake durian dan edible (3:2:1) 48 Jam

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 53
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

4 Pancake durian dan edible (3:2:2) 45 Jam

Penyimpanan pancake durian dilakukan pada ruang ber-AC dengan suhu ruang dijaga pada keadaan
24oC dengan penyimpanan dalam wadah plastik . Dapat dilihat waktu penyimpanan pancake durian
meningkat seiring dengan penggunaan Plastik Layak Makan yang dihasilkan. Penambahan minyak
peppermint akan menambah masa simpan dengan kondisi optimum 3:2:1 dengan tolak ukur adanya
jamur yang tumbuh dengan penglihatan visual. Penambahan peppermint yang terlalu banyak akan
mengakibatkan kelunakan pada tekstur pancake durian sehingga masa simpan justru cenderung menurun.
Analisa Sifat Morfologi dengan Uji SEM
Hasil dari analisis SEM dapat memberikan informasi tentang bentuk dan perubahan permukaan dari
suatu bahan yang diuji. Pada prinsipnya bila terjadi perubahan pada suatu bahan misalnya patahan,
lekukan, dan perubahan struktur maka bahan tersebut cenderung mengalami perubahan energi. Energi
yang berubah tersebut dapat dipancarkan, dipantulkan, dan diserap serta diubah menjadi gelombang
elektron yang dapat di tangkap dan dibaca hasilnya pada foto SEM. Gambar berikut adalah foto hasil
SEM patahan dari plastik biodegradabel yang dihasilkan.

Gambar 3. Hasil Foto SEM Plastik Layak Makan Perbandingan 3:2:0

Gambar 4. Hasil Foto SEM Plastik Layak Makan Perbandingan 3:2:1

Gambar 5. Hasil Foto SEM Plastik Layak Makan Perbandingan 3:2:2

Dapat dilihat dari foto SEM Plastik Layak Makan yang dihasilkan dengan 5000 kali perbesaran
bahwa perbedaan hasil foto SEM antar perbandingan Plastik Layak Makan yang dihasilkan tidak begitu
signifikan. Hal ini dikarenakan metode pencampuran yang sama sehingga semua Plastik Layak Makan
yang dihasilkan memiliki permukaan yang rata. Yang menjadi pembeda antara ketiga Plastik Layak
Makan yang dihasilkan adalah ukuran partikel terpisah, yang dalam hal ini pati biji durian, terlihat dalam
ukuran paling kecl dan merata pada Plastik Layak Makan dengan perbandingan 3:2:1 dimana rata-rata
ukuran partikel adalah 200 nm.

54 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Analisa Gugus Fungsi dengan Uji FT-IR


Hasil FT-IR Pati Biji Durian
Hasil FT-IR pati biji durian yang dihasilkan dibandingkan dengan hasil FT-IR pati komersil yang
ada di pasaran

Gambar 6. FT-IR Pati Standard Komersil

Gambar 7. FT-IR Pati Biji Durian Hasil Pemisahan dengan Metode Ekstraksi

Tabel 3. Tabel Bilangan Gelombang FT-IR Pati Biji Durian

Dapat dilihat bahwa pati biji durian yang dihasilkan memiliki karakteristik sama seperti pati standar
komersil yang dapat dilihat pada bilangan gelombang 673cm-1.

Hasil FT-IR Plastik Layak Makan

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 55
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 8. Hasil FT-IR Film Layak Makan

Dapat dilihat dari gambar 9 bahwa hasil bilangan gelombang FT-IR dari edibel film yang dihasilkan
memiliki bilangan gelombang yang khas untuk film yaitu pada bilangan gelombang 709,8 cm-1.

Analisa Sifat Thermal dengan Uji TGA dan DTA


Analisa ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat komponen campuran plastik biodegradabel yang
dihasilkan. Analisa sifat termal dapat memberikan informasi-informasi tentang perubahan fisik plastik
biodegradabel, misalnya titik-leleh dan penguapan, terjadinya proses kimia yang mencakup polimerisasi,
degradasi, dan dekomposisi. Dari hasil Analisa DTA dan TGA terhadap plastik layak makan yang
dihasilkan pada perbandingan sorbitol:pati biji durian:minyak peppermint 3:2:1 didapatkan hasil titik
lebur 58oC dan titik terdekomposisi pada 309,9oC, dengan persen residu karbon sebesar 12,2%.

KESIMPULAN
Plastik layak makan dapat dihasilkan dengan mencampurkan sorbitol, pati biji durian dan minyak
peppermint sebagai antimikorba, yang diaplikasikan kepada pancake durian, yang bertujuan untuk
memperpanjang masa simpan tanpa merubah cita rasa. Pencampuran dilakukan dengan internal mixer
pada kecepatan 90 RPM dan pati biji durian didapatkan dengan metode ekstraksi Kondisi optimum
penggunaan minyak peppermint sebagai zat antimikroba diperoleh pada komposisi 3:2:1 dengan masa
simpang 48 jam. Kondisi optimum yaitu film layak makan dari sorbitol, pati biji durian dan ekstrak
minyak peppermint dengan perbandingan 2:3:1 (%) (b/v) memiliki sifat yang paling baik dimana masa
simpannya pada suhu ruang meningkat menjadi 48 jam, dengan titik lebur 58 oC dan titik terdekomposisi
pada 309,9oC, dengan persen residu karbon sebesar 12,2%. Hal ini diperkuat dengan hasil SEM yang
menunjukan sifat permukaan yang homogen dan foto patahan yang rata, serta interaksi kimia antara
gugus fungsi yang terlihat melalui uji FT-IR

DAFTAR PUSTAKA
[1] Quintavalla, S dan Vicini, L . Antimicrobial Food Packaging in Meat Industry. Meat Science.
62(2002) 373-380
[2] Setiani, W. 2013. Preparasi Dan Karakterisasi Edible Film Dari Poliblend Pati Sukun-Kitosan.
Valensi Vol. 3 No. 2, November 2013 (100-109)
[3] Nirwana,Dian.2013. Film Layak Makan Protein Whey dengan Ekstrak Herba Meniran (Phyllanthus
niruri L.) Sebagai Antibakteri. Tesis. Universitas Sumatera Utara, Medan

56 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

[4] Yeyen,P.W. 2013. Kajian Pengembangan Teknologi Pengemas Ramah Lingkungan Untuk Pangan
dan Benih Berbahan Dasar Umbi-Umbian Lokal DIY Ketahanan Pangan. Balai Besar Pengkajian
dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP). BPTP Yogyakarta
[5] Amaliya,R.R. 2014. Karakterisasi Edibel Film dari Pati Jagung dengan Penambahan Filtrat Kunyit
Putih sebagai Antibakteri. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.2 No.3 p.43-53
[6] Augusti, K.T. l977. Hypocolesterolemic Effect of Garlic (Allium sativum). 211-214. Linn. Indian. J.
Axp. Biol. l5: 489-490
[7] Napierata, D.M.2006. Water Vapor Transmission Properties Of Wheat Starch-Sorbitol Film.
Department of Physic, University of Agriculture : Poznan

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 57
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Perhitungan Neraca Massa Pada Proses Pemurnian Crude Palm


Kernel Oil(CPKO) Menjadi Refined Bleached Degummed Palm Kernel
Oil (RBDPKO) Pada Unit Refinery Di PT. Pacific Medan Industri

Maulidna1, Agustin Nurya Savitri2, Darry Christin Silowaty Purba3, Ratna Kristina Tarigan4,
Eva Nopiyanti Pohan5

1, 2, 3, 4, 5
Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan
1
maulidna@ptki.ac.id, 2agustin@ptki.ac.id, 3darrypurba41@ptki.ac.id, 4ratnakristina@ptki.ac.id

ABSTRAK
Refinery adalah proses pemurnian minyak untuk membuang pengotor yang tidak diinginkan
sampai pada tingkat yang dapat diterima. Di unit refinery terdiri dari berbagai tahapan proses
yaitu degumming, bleaching, filtrasi, dan deodorisasi. Baku minyak yang akan dimurnikan
berupa Crude Palm Kernel Oil (CPKO) yang berasal dari proses ekstraksi mekanis, di mana
hasil dari proses pemurnian CPKO yaitu berupa Refined Bleached Degummed Palm Kernel Oil
(RBDPKO). Karya ilmiah ini bertujuan untuk mengevaluasi kesetimbangan massa bahan yang
masuk dan keluar dari proses pemurnian CPKO guna mengetahui jumlah minyak yang hilang
(oil losses) dan persentase yield value yang diperoleh serta membandingkan hasil perhitungan
dengan standar pabrik yang telah ditetapkan. Metode perhitungan menggunakan metode neraca
massa pada masing-masing tahapan proses. Karya ilmiah ini menunjukkan bahwa laju alir CPKO
masuk sebesar 227,14 ton/hari, H3PO4 85% masuk sebesar 0,127 ton/hari, dan bleaching earth
masuk sebesar 1,363 ton/hari. Sedangkan laju alir RBDPKO keluar sebesar 217,918 ton/hari,
PKFAD keluar sebesar 8,45 ton/hari, spent earth keluar sebesar 1,902 ton/hari, dan uap air
keluar sebesar 0,360 ton/hari. Jumlah minyak yang hilang (oil losses) sebesar 2,6158 ton/hari
atau 1,19%. Hal ini melebihi standar pabrik dimana total losses minyak maksimal 0,44%. Jumlah
minyak RBDPKO yang dihasilkan (yield value) sebesar 217,918 ton/hari dengan persentase
sebesar 95,94%. Hal ini masih belum memenuhi target standar pabrik sebesar 97%.
Kata kunci : evaluasi, neraca massa, oil losses, yield value, refinery

PENDAHULUAN
Neraca massa adalah suatu perhitungan yang tepat dari semua bahan-bahan yang masuk, yang
terakumulasi dan yang keluar pada suatu sistem dalam waktu tertentu. Pernyataan tersebut sesuai dengan
hukum kekekalan massa yakni: suatua zat atau materi tak dapat diciptakan atau dimusnahkan
(Himmelblau, 1996). Neraca massa pada proses pemurnian Crude Palm Kernel Oil (CPKO) merupakan
perhitungan yang tepat dari semua bahan-bahan yang masuk, yang terakumulasi dan yang keluar pada
masing-masing peralatan proses dalam waktu tertentu. Basis perhitungan neraca massa pada proses
pemurnian CPKO ini ada tiga yaitu neraca massa keseluruhan (overall), neraca massa total dan neraca
massa komponen.
Crude Palm Kernel Oil (CPKO) merupakan minyak inti sawit kasar yang diperoleh dengan cara
ekstraksi inti buah sawit secara mekanis dan biasanya masih mengandung kotoran terlarut dan tidak
terlarut dalam minyak. Pengotor ini harus dihilangkan karena dapat mempengaruhi kualitasnya. Pengotor
yang dikenal dengan sebutan gum atau lendir ini terdiri dari fosfatida, protein, hidrokarbon, karbohidrat,
air, logam berat, asam lemak bebas (FFA), tokoferol, pigmen dan senyawa pengotor lainnya. Adanya
pengotor pada minyak akan berpengaruh terhadap penampilan fisik minyak, rasa, bau dan waktu simpan
dari minyak. Keberadaan pengotor ini akan menyebabkan minyak menjadi rusak karena masa simpan
minyak menjadi lebih pendek. (Zufarov dkk, 2008).
Refinery merupakan proses pemurnian atau penjernihan, dalam hal ini untuk memurnikan CPKO.
Pada proses refinery di PT. Pacific Medan Industri terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap pengolahan
awal, terdiri dari degumming, yaitu proses pemisahan getah (gum).
Proses degumming bertujuan untuk mengikat gum berupa fosfatida dan komponen logam dengan
penambahan H3PO4 85% sehingga menghasilkan Degummed Palm Kernel Oil (DPKO). Pada proses

58 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

degumming, penambahan H3PO4 berlebih menyebabkan minyak ikut terhidrolisis dan tidak dapat di
adsorp oleh bleaching earth lagi. Sehingga dapat menyebabkan kehilangan minyak (oli losses) lebih
besar pada tahap selanjutnya.
Bleaching yaitu proses pemucatan yang dilakukan untuk menghilangkan impuritis-impuritis pada
minyak inti sawit. Proses bleaching bertujuan untuk menghilangkan pigmen warna (karoten) dari CPKO
dengan penambahan adsorben Bleaching Earth (BE). Untuk menghasilkan warna DBPKO yang lebih
rendah, maka BE yang ditambahkan harus lebih banyak, namun hal itu akan mempengaruhi laju DBPKO
yang diperoleh pada proses penyaringan di niagara filter menyebabkan banyak minyak yang terikut pada
spent earth.
Tahap yang kedua adalah tahap penyaringan (filtration section), proses filtrasi bertujuan untuk
menyaring bleaching earth yang telah bercampur dengan minyak umpan menggunakan Pressure Leaf
Filter (PLF). Pada proses filtrasi, sebagian minyak akan ikut menempel di filter bersama spent earth.
Untuk mengurangi oil losses pada spent earth maka perlu dilakukan drying yang bertujuan untuk
mengeringkan spent earth dan memisahkan minyak dari spent earth tersebut. Pada spent earth terdapat
oil content (minyak yang terikut pada spent earth) yang akan dianalisa di laboratorium. Standar pabrik
untuk oil content yaitu maksimal 23%. Pada tahap ini terjadi kehilangan minyak (oil losses) yang cukup
besar. Standar pabrik untuk total oil losses pada proses refinery sebesar 0,44%. Keluaran dari filtrasi
dinamakan Bleached Degummed Palm Kernel Oil (DBPKO) hasil filtrasi.
Tahap yang terakhir adalah tahap deodorisasi (deodoration section), yaitu tahap ini bertujuan untuk
menghilangkan impuritis berupa bau dengan cara cara menguapkan komponen- komponen volatilnya
berupa Free Fatty Acid (FFA) dengan prinsip distilasi berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Hasil keluaran dari alat deodorizer berupa produk Refined Bleached Degummed Palm Kernel Oil
(RBDPKO). Target ataupun standar pabrik untuk yield value minyak pada proses refinery sebesar 97%.
Perhitungan neraca massa digunakan untuk mendapatkan kesetimbangan massa input dan output
dari proses pemurnian CPKO, agar diperoleh ketimbangan dalam melaksanakan kegiatan dalam proses
produksi. Perhitungan kesetimbangan massa berdasarkan laju alir bahan dan produk yang dihasilkan pada
masing-masing tahapan proses. Dalam hal ini akan dilakukan perhitungan neraca massa pada proses
refinery CPKO berdasarkan laju massa komponen minyak, FFA dan air. Fokus kajian neraca massa pada
ketiga komponen tersebut karena jumlah kompenen yang relatif lebih banyak dan ketersediaan data yang
tersedia di pabrik. Perhitungan neraca massa dilakukan untuk mengetahui jumlah minyak yang
terakumulasi di alat pada setiap tahapan proses pemurnian CPKO.
Perhitungan neraca massa diperlukan untuk mengetahui kesetimbangan antara umpan yang masuk
dengan produk yang keluar pada masing – masing tahapan proses. Apabila laju umpan masuk sama
dengan laju produk yang keluar maka dapat dikatakan proses telah berjalan dengan seimbangan
(balance). Namun apabila sebaliknya, maka perlu dilakukan evaluasi lagi pada kinerja peralatan proses
agar diperoleh hasil yang optimal dalam proses refinery di pabrik PT. Pacific Medan Industri . Pemakaian
H3PO4 pada tangki degumming dan bleaching earth pada tangki bleacher serta pemisahan asam lemak
rantai pendek pada alat deodorizer menjadi latar belakang masalah perhitungan komponen yang terbuang
dari minyak.

METODE
1.1. Alat-alat
Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat kaca, neraca analitik, hot plate, labu ekstraksi, Moisture
Karl Fischer Reagent
1.2. Bahan-bahan
Crude Palm Kernel Oil (CPKO), Refined Bleached Degummed Palm Kernel Oil (RBDPKO),
NaOH, Isopropil Alkohol , n-hexane , reagent fischer
2.3. Prosedur
1) Analisa FFA (Free Fatty Acid)
Analisa FFA dilakukan untuk mengetahui kadar asam lemak bebas yang terkandung didalam
material maupun produk. Sampel RBDPKO ditimbang sebanyak 20 gram dan 2 sampai 3 gram untuk
sampel CPKO dengan menggunakan erlenmeyer pada neraca digital, serta 0,3-0,5 gr untuk sampel
PKFAD. Larutan IPA (Isopropil Alkohol) sebanyak 20 ml ditambahkan ke dalamnya, kemudian
erlenmeyer yang berisi campuran sampel dan larutan IPA di atas diletakkan di atas hot plate dan
didiamkan selama 5 menit. Setelah 5 menit, indikator PP ditambahkan sebanyak 3 sampai 4 tetes.
Kemudian sampel dititrasi dengan larutan NaOH 0.02 N untuk sampel CPKO, RBDPKO, sampai tercapai
warna titik akhir titrasi yaitu warna merah muda, dan larutan NaOH 0.1 N untuk sampel PKFAD sampai
tercapai warna titik akhir titrasi yaitu warna merah.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 59
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

2) Analisa Moisture Karl Fischer Reagent


Analisa moisture dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang sebenarnya pada sample lemak
dan minyak dengan titrasi menggunakan reagent fischer yang mana memberikan reaksi menurut
banyaknya air. Dengan prosedur sebagai berikut : tombol stop/power ditekan untuk menyalakan alat dan
bila ingin mematikan alat ditekan tombol stop selama beberapa detik lalu ditekan off untuk memulai
analisa. Tombol OK ditekan untuk konfirmasi. Tombol start ditekan hingga sampai muncul “conditiong
OK” . Tombol start ditekan. Sampel diinjeksikan segera 1sampai 2 gram. Sample ditimbang pada neraca
analitik. Tombol OK ditekan kemudian ditekan tombol numlock pada keyboard dan input berat sample
yang diinjeksikan. Tombol numlock dan tombol enter ditekan. Tombol start ditekan untuk mulai
melakukan titrasi. Hasil yang tertera di display alat dicatat.
3) Analisa Oil Content
Analisa oil content dilakukan untuk mengetahui minyak yang terkandung dalam spent earth pada
kondisi tertentu yang dinyatakan sebagai persen berat dari spent earth. Sampel ditimbang sebanyak 20 gr
ke dalam ekstraksi timbal. Labu ekstraksi yang telah dipanaskan sampai didapatkan berat yang konstan
ditimbang. Larutan n-hexane dimasukkan 100 ml kedalam labu ekstraksi. Ekstraksi dengan 100 ml
pelarut selama 6 jam. Ekstraksi timbel dipindahkan dari peralatan ekstraksi dan dikeringkan sampai
residu yang tertinggal. Ekstrak dikeringkan pada tekanan atmosfer dan dipanaskan pada suhu 103+3
didalam oven selama 2 jam dan didinginkan dalam desikator selama 30 menit sampai didapat berat
konstan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Refinery adalah proses pemurnian minyak untuk menghilangkan rasa, bau yang tidak enak, warna
yang tidak menarik dan memperpanjang masa simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan
sebagai bahan mentah dalam industri. Pemurnian minyak inti sawit (CPKO) merupakan proses
membuang pengotor yang tidak diinginkan sampai pada tingkat yang dapat diterima. Hal ini berarti juga
bahwa kerugian pada komponen yang diinginkan diusahakan tetap minimal.
Komponen penyusun Crude Palm Kernel Oil (CPKO) terdiri dari trigliserida dan nontrigliserida.
Komponen notrigliserida merupakan komponen yang menyebabkan rasa, aroma, dan warna yang kurang
baik pada minyak inti sawit. Komponen notrigliserida ini adalah asam lemak bebas atau Free Fatty Acid
(FFA), Air, karotenoid, tokoferol, tokotrienol, sterol, dan fosfatida dan berbagai komponen trace element
yang lain yang jumlahnya mikro atau dalam jumlah sedikit.
Free Fatty Acid atau asam lemak bebas adalah suatu asam yang dibebaskan pada proses hidrolisa
lemak/minyak oleh enzim. Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit
sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas mengakibatkan rendemen minyak turun. Air adalah
komponen yang keberadaannya dalam minyak sangat tidak diinginkan karena akan menghidrolisis
minyak dan akan menghasilkan asam-asam lemak bebas yang menyebabkan bau tengik pada minyak.
Perhitungan neraca massa pada proses refinery di PT. Pacific Medan Industri, berdasarkan pada laju
alir bahan dan produk yang dihasilkan pada masing-masing tahapan proses pemurnian CPKO. Pada

60 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

proses refinery ini terdiri dari berbagai tahapan proses lagi yaitu degumming, bleaching, filtrasi, dan
deodorisasi.
Pada proses degumming, umpan minyak CPKO sebanyak 227,14 ton/hari yang sebelumnya
dialirkan dari tank farm melewati preheating masuk ke tangki degumming lalu ditambahakan H3PO4 85%
sebanyak 0,056%.
Dari hasil analisa laboratorim pada material CPKO diperoleh %FFA sebesar 2,80% dan %Air
sebesar 0,189% sehingga kadar minyak dalam material sebesar 97,011%. Jumlah H 3PO4 85% yang
digunakan sebanyak 0,127 ton/hari. Hasil keluaran proses degumming berupa DPKO dengan laju
227,267 ton/hari. Kadar minyak setelah keluar dari proses degumming sebesar 96,96%, kadar FFA
sebesar 2,798%, kadar air sebesar 0,197%, dan kadar H 3PO4 sebesar 0,047%. Selanjutnya DPKO masuk
ketahap bleaching.
Pada proses bleaching, umpan minyak DPKO sebanyak 227,267 ton/hari dengan kadar yang telah
disebutkan diatas. Penambahan bleaching earth sebanyak 0,6% yaitu 1,363 ton/hari. Pada proses ini
terjadi pemanasan pada temperatur 100-120 °C untuk menguapkan air yang terkandung dalam minyak
dengan system vacum. Minyak keluaran dari proses bleaching disebut dengan DBPKO. Laju DBPKO
tidak dapat diketahui karna laju uap air yang keluar tidak diukur lajunya oleh pihak pabrik. Jadi untuk
menghitung kesetimbangan massa pada tahap ini maka dihitung terlebih dahulu kesetimbangan massa
pada proses deodorisasi.
Pada tahap deodorisasi, Umpan BDPKO hasil filtrasi masuk lalu terjadi proses pemisahan
berdasarkan perbedaan titik didih antara asam-asam lemak rantai pendek dengan minyak, dimana asam
lemak akan menguap dan ditarik dengan sistem vacum daris setiap tray-tray pada alat deodorizer. Dari
hasil analisa laboratorium pada produk RBDPKO diperoleh kadar FFA sebesar 0,055% dan kadar air
sebesar 0,029%. Sehingga kadar minyak pada RBDPKO sebesar 99,916%. Laju RBDPKO keluar sebesar
217,918 ton/hari. Kadar FFA pada PKFAD sebesar 74,01% dan kadar air sebesar 0,121%, sehingga kadar
minyak pada PKFAD sebesar 25,869%. Berdasarkan data pada tabel 4.4. yaitu %Oil content sebesar
22,66% maka dapat diketahui laju alir spent earth sebesar 1,902 ton/hari.
Laju PKFAD dapat diketahui dengan menghitung neraca komponen overall dari minyak sehingga
diperoleh laju PKFAD yaitu 8,45 ton/hari. Kemudian dapat dihitung kesetimbangan massa pada alat
deodorizer sehingga diperoleh laju BDPKO hasil filtrasi sebesar 226,368 ton/hari dengan kadar minyak
sebesar 97,15%, kadar FFA sebesar 2,80%, dan kadar air 0,032%. Setelah diketahui laju BDPKO hasil
filtrasi maka dapat dihitung kesetimbangan massa pada proses filtasi.
Pada proses filtrasi, laju DBPKO keluar sebesar 226,368 ton/hari, dengan laju spent earth sebesar
1,902 ton/hari. Laju H3PO4 85% dan BE yang masuk ke tangki bleacher sama dengan yang keluar pada
filtrasi maka dapat dihitung kesetimbangan massa pada tahap ini sehingga diperoleh Laju DBPKO yang
masuk ke filtrasi atau yang keluar dari tangki bleacher sebesar 228,27 ton/hari, dengan kadar minyak
sebesar 96,53%, kadar FFA sebesar 2,78%, kadar air sebesar 0,032%, kadar H 3PO4 sebesar 0,047%, dan
kadar BE sebesar 0,597%. Kemudian setelah diketahui data keluaran proses bleaching maka dapat
diketahui laju air yang menguap sebesar 0,360 ton/hari.
Dari perhitungan keseluruhan neraca massa pada proses refinery terdapat minyak yang hilang atau
oil losses. Kehilangan minyak terdapat pada dua alat proses yaitu pada filtrasi dan deodorisasi.
Kehilangan minyak terbesar terdapat pada alat proses deodorisasi yaitu 2,186 ton/hari atau 1,19% dan
diikuti pada alat proses filtasi sebesar 0,430 ton/hari. Persentasi total oil losses sebesar 1,19%. Kadar oil
content atau minyak yang terikut pada spent earth sebesar 22,66% yaitu sesuai dengan standar pabrik
maksimal 23%.
Jumlah minyak RBDPKO yang dihasilkan dari proses pemurnian CPKO sebesar 217,918 ton/hari,
dengan yield value sebesar 95,94%. Hal ini masih belum memenuhi target standar pabrik sebesar 97%.

KESIMPULAN
1. Kesetimbangan massa pada masing-masing tahapan proses pemurnian CPKO adalah setimbang
(balance).
a. Dimana pada proses degumming, laju CPKO masuk sebesar 227,14 ton/hari dan laju H3PO4 85%
masuk sebesar 0,127 ton/hari. Sedangkan laju DPKO keluar sebesar 227,267 ton/hari.
b. Pada proses bleaching, laju DPKO masuk sebesar 227,267 ton/hari dan laju bleaching earth
masuk sebesar 1,363 ton/day. Sedangkan laju uap air keluar sebesar 0,360 ton/hari dan laju
DBPKO keluar sebesar 228,27 ton/day.
c. Pada proses filtrasi, laju DPKO masuk sebesar 228,27 ton/hari. Sedangkan laju DBPKO hasil
filtrasi keluar sebesar 226,368 ton/hari dan laju spent earth keluar sebesar 1,902 ton/hari.
d. Pada proses deodorisasi, laju alir DBPKO hasil filtrasi masuk sebesar 226,368 ton/hari.
Sedangkan laju PKFAD keluar sebesar 8,45 ton/hari dan laju RBDPKO keluar sebesar 217,918
ton/hari.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 61
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

2. Jumlah minyak yang hilang (oil losses) pada saat proses pemurnian Crude Palm Kernel Oil (CPKO)
sebesar 2,6158 ton/hari atau 1,19%.
3. Persentasi produk yang dihasilkan atau yield value pada proses pemurnian CPKO menjadi RBDPKO
sebesar 95,94%.
4. Total oil losses pada proses pemurnian CPKO sebesar 1,19%, hal ini melebihi standar pabrik dimana
total oil losses maksimal 0,44%. Jumlah minyak RBDPKO yang dihasilkan dari proses pemurnian
CPKO sebesar 217,918 ton/hari, maka diperoleh yield value sebesar 95,94%. Hal ini masih belum
memenuhi target standar pabrik sebesar 97%.

DAFTAR PUSTAKA
Emma, Zaidar. 2003.” Studi Minyak Sawit Mentah yang Terdapat pada Limbah Padat sebagai Akibat
Proses Pemucatan”. Medan: Jurusan Kimia FMIPA USU.
Berger, K.G. and Noraini. 2005.”Formulation of Zero-Trans Fatty Acid Shortening and Margarine and
Other Food Fats With Product of Palm Oil”. Journal of America oils chemist society.
Dijkstra, A. J. and Opstal, M.V., (1987), “Process for Producing Degummed Vegetable Oils and Gums of
High Phospholipidic Acid Content”. U.S. Patent 4.698.185.
Djatmiko B, Wijaya P. 1985. Teknologi Minyak dan Lemak. Bogor: Agroindustri Press, Fateta, IPB.
Fauzi, Yan. 2012. Kelapa Sawit Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan
Pemasaran. Jakarta : Penebar Swadaya.
Hamilton, R.J., dan A. Bhatti, 1984. “Fats and Oil. Chemistry and Technology”.
Apl.Sci.Publ. Ltd. London.
Harold McGee. 2004. “On Food And Cooking: The Science and Lore of The Kitchen”. Scriber.
Herlinda, 2003. “Mempelajari Analisis Mutu Minyak Inti Sawit (PKO) dalam Proses Pengolahan Minyak
Inti Sawit Di PT. Sinar Jaya Inti Mulya Kodya Metro”. Bandar Lampung: Fakultas Pertanian
UNILA.
Hilditch, T. P dan P.N William. 1964. “The Chemical Constitution of Natural Fats”. Chapman and Hall.
London.
Himmelblau, David M. 1996. Basic Principles and Calculation in Chemical Engineering. New Jersey:
Prantice Hall, Inc.
http://tanimedia.blogspot.com/2013/01/morfologi-buah-kelapa-sawit.html, diakses 15 Mei 2018
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta : Universitas Indonesia (UI
Press).
Levenspiel, Octave. 1972. Chemical Reaction Engineering. New York: Departement Of Chemical
Engineering Oregon State University.
Liang, T. 2009. “Seluk Beluk Kelapa Sawit, Produk dan Standarisasi”. Ketapang: PT. Harapan sawit
Lestari.
Lubis, A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Medan: Pusat Penelitian Kelapa
Sawit.
Madya, M.N.A. and Aziz, M.M.K. 2006.” Process Design in Degumming and Bleaching of Palm Oil,
Centre of Lipids Engineering and Applied Research (CLEAR)”. Vote No.74198. Malaysia:
Universiti Teknologi Malaysia.
Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Muhilal. 1991. “Minyak Sawit Suatu Produk Nabati Untuk Penanggulangan Acherosclerosis dan
Penundaan Proses Penuaan”. Jakarta: Prosiding Seminar 59 Nilai tambah Kelapa Sawit Untuk
Meningkatkan Derajat Kesehatan.
Murhadi dan A.S. Zuidar. 2009. Penganekaragaman Bahan Tambahan Pangan (BTP) Berbasis Minyak
Inti Sawit. Laporan Usul Penelitian HB Tahun ke II. Lembaga Penelitian Unila. Bandar
Lampung.

62 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Naibaho, M. Ponten.1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan : Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Norrizah et al. 2014. “Physicochemical Properties Of Palm Oil And Palm Kernel Oil Blend Fractions
After Interesterification”.Malaysia: Faculty Of Applied Science, University Teknologi MARA
Selangor.
O’Brien RD. 2004. Fats and Oils: Formulating and Processing for Applications. Ed ke-2. Florida: CRC
Press. hlm 76-86.
Pahan, I . 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta : Penebar Swadaya.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 63
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

APLIKASI PETA KENDALI DALAM PENGENDALIAN


KUALITAS CRUDE PALM OIL (CPO)

Oksya Hikmawan1, New Vita Mey Destty Marbun2, Mustakim3, Rika Silvany4, Hari Indrawan5

1,2,3,4
Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan
1
oksya1110@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini membahas aplikasi peta kendali guna mengontrol hasil produksi CPO pada salah
satu Pabrik Kelapa Sawit milik negara yang terdapat di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui terkendali atau tidaknya mutu CPO. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan salah satu metode Seven Tools, yaitu Peta Kendali X dan R.
Parameter yang digunakan sebagai pengukuran adalah asam lemak bebas (ALB) dan kadar air
pada produksi CPO. Kualitas CPO dikatakan terkendali apabila nilai parameter mutu berada
diantara batas kendali atas dan batas kendali bawah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih
ada nilai parameter mutu yang belum terkendali. Hasil peta kendali X memperlihatkan pada
parameter mutu asam lemak bebas terdapat lima data keluar dari batas kendali dengan batas
kendali atas (BKA) sebesar 4,61% dan batas kendali bawah (BKB) sebesar 3,76%, sedangkan
pada peta kendali R memperlihatkan dua data keluar dari batas kendali dengan nilai BKA=
1,72% dan BKB= 0%. Pada peta kendali X untuk parameter mutu kadar air berada dalam batas
kendali dengan nilai BKA = 0,28% dan BKB= 0,141%, sedangkan pada peta kendali R terdapat
dua data yang diluar batas kendali dengan nilai BKA=0,288% dan BKB=0%.
Kata Kunci : Peta Kendali, ALB, kadar air, CPO, Kelapa Sawit

ABSTRACT
This study discusses the application of control charts to control CPO production in one of the
state-owned Palm Oil Mills located in Asahan Regency, North Sumatra. The purpose of this
study was to determine CPO quality control. The study was conducted using one of the Seven
Tools methods, namely X and R control chart. The parameters used to measure are free fatty
acids (ALB) and water content in CPO production. CPO quality is called control if the value of
the quality parameter is between the upper control limit and the lower control limit. The results
show that there are still uncontrolled the quality parameter values. The X Bar control chart
shows that in the free fatty acid quality parameters there are five data out of the control limit
with the upper control limit (BKA) of 4.61% and the lower control limit (BKB) of 3.76%, while
the R control chart shows two data out of control limit with the value of BKA = 1.72% and BKB
= 0%. In the X bar control chart for the parameters of water content quality is within the control
limit with the value of BKA = 0.28% and BKB = 0.141%, while on the R control chart there are
two data that are out of control with the value of BKA = 0.288% and BKB = 0% .
Keywords: Control Chart, ALB, Water Content, CPO, Palm Oil

PENDAHULUAN
Negara Indonesia dan Malaysia menghasilkan sekitar 85-90% dari total produksi minyak kelapa
sawit dunia. Pada saat ini, Indonesia adalah produsen dan eksportir minyak kelapa sawit terbesar di
seluruh dunia[1]. Pada kondisi jangka panjang, permintaan dunia akan minyak sawit menunjukan
kecenderungan meningkat sejalan dengan jumlah populasi dunia yang bertumbuh dan karenanya
meningkatkan konsumsi produk-produk dengan bahan baku minyak kelapa sawit. Sekarang ini, seiring
dengan persaingan bisnis yang semakin ketat dan banyaknya konsumen cerdas membuat produsen
minyak kelapa sawit berlomba-lomba untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan sesuai
dengan keinginan konsumen. Oleh karena itu, minyak kelapa sawit yang dihasilkan tersebut haruslah
didukung dengan standar mutu yang ditetapkan oleh SNI. Dengan mutu yang baik, produk akan lebih

64 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

mudah diterima konsumen yang pada umumnya merupakan industri hilir pengolahan minyak kelapa
sawit dengan harga yang sesuai dan mampu bersaing dengan minyak nabati jenis lainnya[2].
Pengendalian mutu merupakan taktik dan strategi perusahaan dalam persaingan global dengan
produk perusahaan lain. Kualitas menjadi faktor dasar keputusan konsumen dalam memilih produk. Bila
konsumen merasa produk tertentu jauh lebih baik kualitasnya dari produk pesaing, maka konsumen
memutuskan akan membeli produk tersebut. Oleh karena itu perusahaan harus menerapkan pengendalian
mutu dalam memproduksi suatu produk. Pengendalian mutu adalah pengukuran kinerja suatu produk,
membandingkan dengan standar dan spesifikasi produk, serta melakukan tindakan koreksi apabila
terdapat penyimpangan [3]. Adanya pengendalian mutu pada perusahaan dapat mengontrol mutu dari
pada minyak kelapa sawit yang diproduksi dan melakukan koreksi apabila mutu yang dihasilkan kurang
baik.
Dalam konsep pengendalian kualitas, metode statistical procees control (SPC) dapat digunakan
sebagai metode yang efektif. Statistical procees control adalah proses yang digunakan untuk memantau
berbagai berbagai standar dengan melakukan pengukuran dan tindakan korektif selagi produk atau jasa
sedang berada dalam proses produksi [4]. Adapun alat-alat statistik yang digunakan dalam metode seven
tools untuk pengendalian kualitas, adalah: Check Sheet, Scatter Diagram, Fishbone Diagram, Pareto
Chart, Flow Chart, Histogram, Control Chart [5]. Peta kendali adalah diagram tren dengan penambahan
batas kontrol atas dan bawah yang dihitung secara statistik yang digambarkan di atas dan di bawah garis
rata-rata proses. Tujuan penggunaan peta kendali adalah untuk menunjukkan tren agar sistem dapat
dikendalikan kembali [6]. Peta kendali adalah alat yang paling canggih secara teknis dari kontrol kualitas
statistik. Ketika grafik digunakan dengan benar, maka dapat berfungsi untuk meningkatkan efektivitas
ekonomi suatu proses.
Semua proses akan menghasilkan variasi yang mana didapatkan karena kesalahan inbuilt dalam
desain sistem, perbedaan yang selalu ada dalam proses disebut variasi penyebab umum atau juga variasi
karena sebab yang biasanya tidak ada dalam proses tetapi disebabkan oleh karyawan atau oleh keadaan
atau peristiwa yang tidak biasa disebut variasi sebab khusus[7]. Proses stabil adalah proses yang hanya
menunjukkan variasi umum, atau variasi yang dihasilkan dari keterbatasan sistem yang melekat. Proses
yang stabil adalah persyaratan dasar dalam upaya peningkatan proses. Salah satu metode yang paling
umum digunakan untuk mencapai tujuan ini adalah peta kendali mutu. Tujuan utama menggunakan peta
kendali adalah untuk memantau, mengontrol, dan meningkatkan kinerja proses dari waktu ke waktu
dengan mempelajari variasi dan sumbernya.
Salah satu metode SPC Peta kendali paling efektif ketika digunakan untuk proses berulang yang
penting bagi suatu organisasi dan untuk mana data dapat diperoleh. Ada dua kategori diagram kontrol:
diagram kontrol variabel dan diagram kontrol atribut. Diagram kontrol variabel digunakan ketika
pengukuran bersifat kuantitatif. Dua jenis diagram kontrol variabel dikenal dengan X bar-R chart dan X
bar-S chart. Peta kendali X-bar dan R-bar adalah seperangkat diagram kontrol untuk data variabel dengan
data yang kuantitatif dan kontinu dalam pengukuran, seperti dimensi atau waktu yang diukur. Bagan X-
bar dan R terdiri dari dua bagan, keduanya dengan sumbu horizontal yang sama menunjukkan jumlah
sampel. Sumbu vertikal pada bagan atas menggambarkan rata-rata sampel (batang-X) untuk serangkaian
lot atau sampel subkelompok. Bagan ini memiliki garis tengah diwakili oleh bar X-bar serta batas kontrol
yang terdiri dari batas atas (UCL) dan batas bawah (LCL) [6].
Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh PKS milik negara di Desa Orika, Kecamatan Pulu Rakyat,
Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara adalah pengendalian mutu CPO. Pelaksanaan pengendalian
mengacu pada standar mutu CPO yang ditetapkan oleh pembeli/pelanggan. Pemerintah sendiri melalui
BSN telah menetapkan standarisasi mutu CPO yang dimuat dalam SNI-01-2901-2006 yang terdapat pada
Tabel 1[8].

Tabel 1. Standar Nasional Mutu Kelapa Sawit


No Karakteristik Batasan
1 Kadar Asam Lemak Bebas(%) < 5,00
2 Kadar air (%) < 0,50
3 Kadar Kotoran(%) < 0,50

Melihat pentingnya parameter mutu yang dihasilkan terhadap persepsi dan kepercayaan konsumen
dalam membeli serta memakai CPO sebagai bahan baku industri hilir maupun industri energi alternatif.
Maka seyogyanya perusahaan menjaga dan mengendalikan mutu guna memelihara dan menjaga
kepercayaan konsumen untuk tetap loyal. Parameter mutu minyak kelapa sawit terdiri dari kadar asam
lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran. Kadar asam lemak bebas dan kadar air perlu diperhatikan
karena kadar air yang tinggi dapat mengakibatkan asam lemak bebas pun menjadi tinggi. Asam lemak
bebas yang tinggi akan mengakibatkan biaya yang diperlukan dalam proses pemucatan menjadi

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 65
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

meningkat. Selain itu, pada perdagangan internasional, kadar ALB yang di produksi di atas 5% akan
diberi denda, sedangkan jika kadar ALB yang di produksi di bawah 5% maka akan mendapat premi [1].
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah parameter mutu CPO, yaitu kadar asam lemak
bebas dan kadar air telah sesuai dengan standar yang telah diberlakukan dengan cara memantau,
mengontrol, dan meningkatkan kinerja proses dari waktu ke waktu dengan mempelajari variasi dan
sumbernya menggunakan peta kendali X dan R sehingga akan diketahui apakah parameter mutu pada
proses produksi CPO telah terkendali.

METODE
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah penggunaan alat statistik pengendalian
mutu, yaitu peta kendali X dan R. Pertimbangan dalam penggunaan metode ini berkaitan dengan biaya
dan waktu sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi mutu CPO secara cepat.
Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder didapatkan
dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) milik negara yang terletak Kab. Asahan, Sumatera Utara tanggal
dengan menggunakan pengukuran kadar asam lemak bebas dan kadar air dan 30 data.

Pengolahan Data
Data hasil rekapituasi kadar ALB dan air dilakukan pengolahan lebih lanjut dengan menggunakan
metode Peta Kendali X dan R dengan bantuan software excel. Perhitungan dilakukan dengan rumus
sebagai berikut.

HASIL
Tahapan pengolahan data yang dilakukan adalah dengan merekapitulasi data kemudian dilakukan
analisis menggunakan diagram peta kendali untuk melihat hasil dari penelitian yang dilakukan. Berikut
adalah hasil pengolahan data
Peta Kendali Kadar Asam Lemak Bebas
Hasil pengumpulan data dilakukan pengolahan dengan melakukan perhitungan untuk mencari nilai
X dan R yang selanjutnya akan digunakan pada peta kendali. Peta kendali ini adalah grafik yang
digunakan untuk mengkaji perubahan proses dari waktu ke waktu dimana terdapat garis batas dan
garis-garis itu disebut garis kendali. Terdapat tiga macam garis kendali yaitu : batas kendali atas,
garis pusat dan batas kendali bawah. Garis-garis kendali itu ditulis sebagai UCL, CL dan LCL
dengan urutan yang sama dan didapatkan grafik peta kendali X dan R. Tabel 2 merupakan hasil
perhitungan untuk peta kendali X dari pengukuran kadar asam lemak bebas.

Tabel 2. Hasil Perhitungan untuk Peta Kendali X Kadar Asam Lemak Bebas
Kadar Asam Lemak Bebas
Data X rata-rata R
1 2 3 4 5 6
1 3.82 3.78 3.73 3.86 3.56 4.76 3.92 0.13
2 3.87 3.77 4.03 3.8 4.32 3.44 3.87 0.23
3 5.33 5.18 4.57 4.35 4.21 3.77 4.57 1.12
4 4.86 4.81 4.7 4.65 4.66 3.87 4.59 0.2
5 3.68 3.6 3.86 3.56 4.23 4.7 3.94 0.26
6 4.11 4.07 5.62 5.25 4.32 4.6 4.66 1.51
7 3.88 3.76 3.8 2.87 3.01 3.36 3.45 1.01
8 4.56 4.73 4.36 4.4 4.21 4.3 4.43 0.52
9 3.54 3.45 3.41 4.87 3.33 3.98 3.76 0.13
10 4.48 4.22 4.45 3.7 3.81 4.12 4.13 0.78
11 4.67 4.6 4.71 4.28 4.18 4.13 4.43 0.58
12 4.92 4.75 4.4 4.21 4.27 4.18 4.46 0.74
13 4.92 5.19 5.16 4.42 4.18 3.81 4.61 1.38
14 4.4 4.57 4.36 4.28 4.18 4.14 4.32 0.43
15 4.23 4.19 4.17 5.02 4.3 4.63 4.42 0.85
16 5.21 5.18 4.7 4.41 4.33 4.17 4.67 1.04
17 3.56 4.21 4.56 3.87 4.45 3.2 3.98 1.36
18 3.96 4.02 4.1 3.7 3.32 3.97 3.85 0.78
19 4.03 4.17 4.11 3.86 3.74 3.8 3.95 0.43
20 3.62 3.25 3.65 3.76 4.67 4.87 3.97 0.4
21 4.17 4.18 3.65 3.7 3.58 3.61 3.82 0.57
22 4.27 4.18 4.22 4.42 5.01 3.21 4.22 1.21
23 3.67 4.32 5.32 5.2 4.5 3.45 4.41 1.87
24 3.78 4.46 3.67 4.78 4.01 4.12 4.14 1.11
25 3.33 3.54 4.51 3.89 4.21 4.42 3.98 1.18
26 3.67 4.45 3.76 3.98 4.12 4.67 4.11 1
27 4.67 4.1 4.15 3.24 3.46 3.79 3.90 1.43
28 4.57 5.21 5.02 4.98 5.34 4.76 4.98 0.77
29 4.12 4.32 3.45 3.56 4.17 4.08 3.95 0.87
30 4.67 5.26 3.45 3.33 4.57 3.28 4.09 1.98

66 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Dari Tabel 2. dapat diketahui batas atas dan batas bawah untuk peta kendali X dengan
perhitungan sebagai berikut:
BKAx = X + A2. R
= 4,18 + 0,483 . 0,86 = 4,61

BKBx = X - A2. R
= 4,18 - 0,483 . 0,86= 3,76

Gambar 1. Peta kendali X pada kadar asam lemak bebas


Sumber : Hasil pengolahan Data

Dari peta kendali X yang terdapat pada Gambar 1. diketahui ada lima data yang out of control.
Kelima data tersebut adalah data ke 6, 7, 13, 16 dan 28. Hal ini mengindikasikan bahwa hasil
pengukuran kadar asam lemak bebas pada proses produksi CPO masih ada yang diluar standar yang
ditetapkan. Dengan cara yang sama maka hasil pengolahan data didapatkan perrhitungan untuk peta
kendali R yang terdapat pada Tabel 3.Berdasarkan data tersebut juga dapat diketahui batas atas dan
batas bawah untuk peta kendali R dengan perhitungan sebagai berikut:
BKAr = D4. R
= 2,004 . 0,86 = 1,72
BKBr = D3. R
= 0 . 0,86 =0

Gambar 2. Peta kendali R pada Kadar Asam Lemak Bebas

Peta kendali R kadar asam lemak bebas yang diperlihatkan pada Gambar 2. menunjukkan bahwa
ada dua data yang out of control yaitu pada data ke 23 dan 30 dengan batas kendali atas adalah 1,72
sedangkan batas kendali bawah adalah 0.

Peta kendali X dan R kadar air


Berdasarkan hasil pengolahan data untuk kadar air yang terdapat pada Tabel 3, maka didapatkan
perhitungan untuk batas atas dan batas bawah peta kendali X sebagai berikut:

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 67
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

BKAx = X + A2. R
= 0,211 + 0,483 . 0,144 = 0,28

BKBx = X - A2. R
= 0,211 - 0,483 . 0,144 = 0,141

dengan cara yang sama didapatkan perhitungan untuk peta kendali R, yaitu sebagai berikut:
BKAr = D4. R
= 2,004 . 0,144
= 0,288

BKBr = D3. R
= 0 . 0,144
=0

Tabel 3. Hasil Perhitungan untuk Peta Kendali R


Kadar air
Data X bar R
1 2 3 4 5 6
1 0.317 0.2 0.18 0.188 0.191 0.21 0.214 0.137
2 0.296 0.217 0.183 0.176 0.176 0.134 0.197 0.162
3 0.225 0.21 0.181 0.176 0.188 0.181 0.194 0.049
4 0.189 0.172 0.165 0.181 0.154 0.276 0.190 0.122
5 0.219 0.206 0.184 0.191 0.188 0.178 0.194 0.041
6 0.201 0.198 0.544 0.193 0.188 0.184 0.251 0.36
7 0.18 0.178 0.177 0.181 0.185 0.298 0.200 0.121
8 0.387 0.298 0.198 0.188 0.184 0.191 0.241 0.203
9 0.396 0.224 0.19 0.245 0.171 0.198 0.237 0.225
10 0.18 0.191 0.184 0.398 0.204 0.199 0.226 0.218
11 0.19 0.185 0.172 0.183 0.184 0.187 0.184 0.018
12 0.218 0.154 0.218 0.191 0.178 0.183 0.190 0.064
13 0.194 0.2 0.204 0.203 0.196 0.188 0.198 0.016
14 0.399 0.149 0.164 0.178 0.188 0.183 0.210 0.25
15 0.271 0.222 0.193 0.19 0.178 0.201 0.209 0.093
16 0.266 0.241 0.208 0.183 0.188 0.19 0.213 0.083
17 0.261 0.163 0.194 0.188 0.211 0.231 0.208 0.098
18 0.2 0.18 0.186 0.183 0.23 0.217 0.199 0.05
19 0.198 0.218 0.194 0.188 0.201 0.191 0.198 0.03
20 0.207 0.193 0.363 0.254 0.243 0.188 0.241 0.175
21 0.206 0.197 0.193 0.177 0.218 0.174 0.194 0.044
22 0.226 0.182 0.276 0.176 0.236 0.352 0.241 0.176
23 0.536 0.191 0.226 0.186 0.188 0.178 0.251 0.358
24 0.167 0.178 0.278 0.191 0.221 0.145 0.197 0.133
25 0.289 0.267 0.179 0.167 0.15 0.103 0.193 0.186
26 0.245 0.332 0.217 0.167 0.222 0.135 0.220 0.197
27 0.343 0.245 0.178 0.189 0.188 0.165 0.218 0.178
28 0.105 0.24 0.19 0.113 0.178 0.189 0.169 0.135
29 0.398 0.21 0.2 0.301 0.189 0.191 0.248 0.209
30 0.188 0.17 0.341 0.278 0.15 0.167 0.216 0.191

Hasil perhitungan batas atas dan batas bawah selanjutnya dibuat peta kendali X dan R seperti
yang terdapat pada Gambar 3 dan Gambar 4.

Gambar 3. Peta Kendali X kadar air


Sumber : Hasil Pengolahan Data

68 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Berdasarkan grafik peta kendali X untuk kadar air yang terdapat pada Gambar 3 didapatkan
bahwa data hasil pemeriksaan kadar air tidak ada data yang berada di luar batas kendali, seluruh
data masih dalam batas kontrol. Berbeda pada peta kendali R yang terdapat pada Gambar 4
diketahui bahwa masih terdapat data yang out of control yaitu pada data ke 6 dan 23 dengan kendali
atas adalah 0,288 sedangkan batas kendali bawah adalah 0. Masih terdapatnya data yang keluar dari
batas kendali pada peta kendali R kadar air di karenakan variasi mutu yang dihasilkan oleh pabrik
cenderung berubah-ubah secara drastis. Hal ini menandakan proses produksi yang dilakukan untuk
mencapai standar parameter mutu tidak konsisten.

Gambar 4. Peta kendali R kadar air

SIMPULAN
Dari hasil analisis secara statistik menggunakan peta kendali X dan R diketahui tingkat pencapaian
standar yang diharapkan oleh perusahaan masih ada yang belum tercapai. Dimana hasil pemeriksaan
sampel syarat mutu kadar air dan kadar asam lemak bebas masih ada di luar batas kendali. Jumlah data
yang diluar batas kendali untuk kadar ALB pada peta kendali X sebanyak 7 data dan pada peta kendali R
terdapat 2 data. Hasil aplikasi penggunaan peta kendali X dan R memperlihatkan bahwa variasi mutu
kadar ALB dan kadar air yang dihasilkan produk CPO belum konsisten. Pada penelitian selanjutnya
diharapkan dapat menggunakan analisis statistik menggunakan alat seven tools lainnya, agar hasil analisis
lebih mendalam dan diketahui faktor penyebab terjadinya mutu kadar ALB dan kadar air di luar standar.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Indonesia Invesment."Negara Penghasil Dan Pengekspor Minyak Kelapa Sawit Mentah Terbesar
Di Dunia". Jakarta.2017.
[2] A.H. Muhammad." Analisis Konsensi Mutu dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) Di
Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumanto PTPN I Nangro Aceh Darusalam". Medan :
Sumatera Utara.2009.
[3] B. Lubis dan Habib. dkk."Aplikasi Statistical Quality Control Dalam Pengendalian Mutu Minyak
Kelapa Sawit Di PKS Pagar Merbau PTPN II Sumatera Utara". Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.2013.
[4] R. Kencana."Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Dengan
Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP Nusantara IV PKS Adolina". Medan:
Sumatera Utara.2009.
[5] D.Devani dan Marwiji."Analisis Kehilangan Minyak Pada Crude Palm Oil (CPO) Dengan
Menggunakan Metode Statistical Process Control". Pekanbaru: UIN Sultan Syarif Kasim Vol 13,
No.1, Juni 2014.
[6] M.D. Burlikowska."Using Control Chart X-R in Monitoring a Chosen Production Process. Vol.
49". Silesian University of Technology. Poland.2011.
[7] S. Shah, P. Shridhar, and D. Gohil."Control Chart: A Statistical Process Control Tool In
Pharmacy".Department of Pharmaceutical Technology, Pioneer Pharmacy Degree College,
Vadodara, Gujarat, India.2010.
[8] Badan Standarisasi Nasional."Minyak Kelapa Sawit".BSNI: Jakarta. 2016.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 69
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PENURUNAN KADAR TSS PADA LIMBAH CAIR TAHU


MENGGUNAKAN RUMPUT VETIVER (Vetiveria zizanioides L)

Dedy Sofyanto Simanjuntak

Dosen Prodi Teknik Kimia Akademi Teknik Indonesia Cut Meutia


Jalan Veteran No. 17 A-B-C Medan Marelan
Email : bo3nk84@gmail.com

ABSTRAK
Tingkat produksi limbah yang relatif tinggi pada industri tahu berpotensi mencemari lingkungan
dengan karakteristik mengandung bahan organik yang cukup tinggi, sementara tingkat sumber
daya manusia yang terlibat pada industri tahu umumnya bertaraf pendidikan rendah sehingga
belum banyak melakukan pengolahan limbah. Rumput vetiver (Vetiveria zizanioides L) telah
diuji kemampuannya dalam meningkatkan mutu limbah cair tahu. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh rumput vetiver terhadap TSS (Total Suspended Solid) dan warna air
limbah tahu. Percobaan dilakukan dengan sistem hidroponik pada konsentrasi limbah 100%
(K1), 75% (K2), 50% (K3) dan 25% (K4). Rumput vetiver ditanam pada platform dan diletakkan
mengambang di atas permukaan limbah cair selama 27 hari perlakuan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rumput vetiver mampu munurunkan kadar TSS dan meningkatkan
kejernihan warna pada air limbah.
Kata kunci : fitoremediasi, total suspended solid, derajat keasaman, rumput vetiver (Vetiveria
zizanioides L), sistem hidroponik.

PENDAHULUAN
Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari jumlah kandungan bahan
pencemar di dalam limbah. Kandungan pencemar di dalam limbah terdiri dari berbagai parameter.
Semakin kecil jumlah parameter dan semakin kecil konsentrasinya, menunjukkan semakin kecilnya
peluang untuk terjadinya pencemaran lingkungan (Kristanto, 2002).
Untuk limbah industri tahu dan tempe ada dua hal yang perlu diperhatikan yakni karakteristik fisika
dan kimia. Karakteristik fisika meliputi padatan total, suhu, warna dan bau. Limbah cair industri tahu
mengandung zat-zat organik yaitu protein 40% - 60 %, karbohidrat 25%–50%, lemak 10% dan padatan
tersuspensi lainnya yang di alam dapat mengalami perubahan fisika, kimia dan hayati yang akan
menghasilkan zat toksik atau menciptakan media tumbuh bagi mikroorganisme patogen.
Padatan tersuspensi sangat berhubungan erat dengan tingkat kekeruhan air, semakin tinggi
kandungan bahan tersuspensi tersebut, maka air akan semakin keruh (Metcalf dan Eddy, 2003). Derajat
keasaman (pH). Air limbah industri tahu sifatnya cenderung asam, pada keadaan asam ini akan terlepas
zat-zat yang mudah menguap. Hal ini mengakibatkan limbah cair industri tahu mengeluarkan bau busuk
(Fatha, 2007).
Fitoremediasi merupakan salah satu teknologi yang efektif dalam pengolahan limbah cair.
Pengetahuan tentang teknik fitoremediasi meliputi cara yang dilakukan, bergantung kepada sifat alami
kimia dan kandungan dari zat pencemar serta karakteristik tumbuhan itu sendiri (Favas et al., 2014).
Truong dan Hart (2001) melaporkan beberapa karakteristik khusus dari Vetiver Grass yang sesuai
untuk penanganan limbah antara lain : 1) batang keras dan tegak yang dapat berdiri untuk arus kecepatan
tinggi ; 2) pertumbuhan akar tebal dan tumbuh secara vertikal sehingga dapat mencegah terjadinya
drainase serta efektif menjebak sedimen halus dan kasar ; 3) sangat toleran terhadap kondisi iklim,
keasaman tinggi dan alkalinitas, serta toleran terhadap peningkatan logam berat seperti arsenik, kadmium,
tembaga, kromium, merkuri, nikel, selenium dan zinc. Jenis tumbuhan rumput vetiver (Vetiveria
zizanioides L) dapat dilihat pada Gambar 1.

70 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 1. Rumput vetiver ( Vetiveria zizanioides L)

METODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tumbuhan vetiver grass (Vetiveria zizanioides L),
dan limbah cair tahu yang ditampung dari saluran pipa pembuangan limbah selama proses produksi
berlangsung dari pabrik pembuatan tahu Binjai, Sumatera Utara. Alat yang dipergunakan terdiri dari
lembar Styrofoam, wadah plastik persegi panjang (45L) dengan ukuran 50x30x30 cm yang dipergunakan
sebagai wadah pada tahap aklimatisasi dan wadah plastik persegi panjang (36L) dengan ukuran 30x30x40
cm yang dipergunakan sebagai bak perlakuan.
Sebelum diberi perlakuan telah diketahui karakter dari limbah cair tahu tersebut. Karakteristik
limbah cair tahu tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Kualitas limbah cair tahu sebelum perlakuan


Taraf Perlakuan Baku Mutu
No. Parameter
K1 K2 K3 K4 Limbah *)
1. BOD (mg/L) 1920 1440 950 500 150
2. COD (mg/L) 6750 5050 3370 1695 300
3. TSS (mg/L) 4250 3176 2122 1083 200
4. pH 3,47 3,50 3,57 3,83 6-9
Keterangan : *) Lampiran XVIII Permen LH No. 05 tahun 2014
K1 = Konsentrasi limbah 100%
K2 = Konsentrasi limbah 75%
K3 = Konsentrasi limbah 50%
K4 = Konsentrasi limbah 25%

Berdasarkan Tabel 1. limbah cari tahu yang digunakan memiliki kadar BOD, COD, TSS dan pH
melebihi baku mutu air limbah yang ditetapkan pemerintah dan tidak layak untuk dibuang langsung ke
lingkungan. Dengan demikian limbah perlu diberi perlakuan sebelum dibuang ke lingkungan perairan.
Pada penelitian ini limbah cair diberi perlakuan rumput vetiver dengan taraf perlakuan pengenceran
konsentrasi limbah.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Total Suspended Solid (TSS)
Menurut Kristanto (2002) padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air,
tidak terlarut dan terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen,
misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme dan sebagainya. Padatan
tersuspensi suatu sampel air adalah jumlah bobot bahan yang tersuspensi dalam suatu volume air tertentu,
biasanya dinyatakan dalam miligram per liter atau ppm. Hasil pengamatan yang diperoleh menunjukkan
bahwa terjadi penurunan kadar TSS pada seluruh taraf perlakuan. Persentase penurunan kadar TSS
tertinggi pada akhir periode perlakuan selama 27 hari diperoleh pada taraf perlakuan K4, berbeda sangat
nyata terhadap taraf perlakuan K1, K2 dan K3 (Tabel 4.7. dan Lampiran 6).

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 71
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 2. Rerata TSS limbah cair tahu sebelum dan setelah perlakuan dengan rumput vetiver
pada taraf perlakuan konsentrasi limbah selama 27 hari
Kadar TSS (mg/L) Penurunan Persentase
No. Taraf Perlakuan Kadar TSS Penurunan
Sebelum Setelah (mg/L) (%)
1. K1 4250,00 1571,67 2678,33 63,02a
2. K2 3176,00 1021,67 2154,33 67,83b
3. K3 2122,00 167,67 1954,33 92,10c
4. K4 1083,00 57,00 1026,00 94,74d
Keterangan : Perlakuan yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda sangat nyata

Data pada Tabel 2. menunjukkan bahwa rumput vetiver mampu menurunkan kadar TSS limbah cair
tahu. Hal ini disebabkan karena terjadinya proses penyerapan oleh tanaman, dekomposisi bahan organik
terlarut dan mengendapnya hasil dekomposisi bahan organik. Penurunan nilai TSS juga disebabkan
karena tanaman vetiver memiliki akar serabut yang dapat menjadi tempat menempelnya koloid yang
melayang di air. Semakin tinggi biomassa tanaman, semakin banyak akar serabutnya, maka semakin
banyak koloid yang menempel di akar-akar tersebut. Material tersuspensi mempunyai efek yang kurang
baik terhadap kualitas badan air karena dapat menyebabkan menurunkan kejernihan air dan dapat
mempengaruhi kemampuan ikan untuk melihat dan menangkap makanan serta menghalangi sinar
matahari masuk ke dalam air. TSS berhubungan erat dengan kekeruhan air. Semakin tinggi nilai TSS, air
akan semakin keruh. Hal ini dapat mengakibatkan terhalangnya sinar matahari yang akan masuk ke
dalam air, sehingga fotosintesis akan terganggu dan berdampak pada turunnya kadar oksigen terlarut.
Selain itu padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi cahaya atau sinar ke dalam air sehingga
mempengaruhi oksigen dan fotosintesis (Fardiaz, 2000).
Persentase penurunan kadar TSS limbah cair tahu tertinggi diperoleh pada taraf perlakuan K4 yaitu
sebesar 94,74% dengan nilai kadar TSS sisa sebesar 57 mg/L dan sudah memenuhi baku mutu yang
ditetapkan pemerintah untuk dibuang ke lingkungan. Sedangkan persentase penurunan kadar TSS
terendah diperoleh pada taraf perlakuan K1 yaitu sebesar 63,02% dengan nilai kadar TSS sisa sebesar
1571,67 mg/L belum memenuhi baku mutu limbah cair tahu yang ditetapkan pemerintah. Hasil tersebut
lebih baik jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya, sebagaimana yang dilaporkan oleh
Muhajir (2013) bahwa pada sistem Constructed wetland dengan metode Subsurface, tanaman cattail
(Thypa Angustifolia) dengan berat 4 kg yang diperlakukan pada konsentrasi TSS awal sebesar 667 mg/L
mampu menurunkan kadar TSS limbah cair tahu sebesar 90,2%.
Warna air limbah
Material tersuspensi mempunyai efek yang kurang baik terhadap kualitas badan air karena dapat
menyebabkan penurunan kejernihan air dan dapat mempengaruhi kemampuan ikan untuk melihat dan
menangkap makanan serta menghalangi sinar matahari masuk ke dalam air. TSS berhubungan erat
dengan kekeruhan air. Semakin tinggi nilai TSS, air akan semakin keruh (Fardiaz, 2000). Perubahan
warna air limbah pada masing-masing perlakuan rumput vetiver menunjukkan adanya reaksi penyerapan.
Gambar 4.1. memperlihatkan terjadinya perubahan warna pada air limbah. Warna air limbah yang
sebelumnya bewarna kuning keruh berubah menjadi bening kemerahan. Warna kemerahan pada air
limbah mungkin dipengaruhi oleh kinerja akar rumput vetiver pada air limbah. Perubahan warna air
limbah terbaik terjadi pada taraf perlakuan K4 dimana warna air limbah terlihat lebih jernih dibandingkan
dengan taraf perlakuan K1, K2 dan K3. Perubahan warna air limbah juga dipengaruhi oleh penurunan
kadar TSS air limbah dimana perubahan warna air limbah berbanding lurus terhadap penurunan kadar
TSS air limbah.

72 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

K1 K2 K3 K4 Air

K1 K2 K3 K4 Air

Gambar 2. Warna limbah cair tahu sebelum (atas) dan setelah (bawah) perlakuan selama 27 hari
pada masing-masing taraf perlakuan

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan : 1). Rumput vetiver mampu
menurunkan kadar TSS (Total Suspended Solid) dalam limbah cair tahu; 2). Rumput vetiver mampu
meningkatkan kejernihan limbah cair tahu.

DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz. 2000. Polusi Air dan Udara, Edisi Ke-7. Kanisius, Yogyakarta.
Fatha, A. 2007. Pemanfaatan zeolit aktif untuk menurunkan BOD dan COD limbah cair tahu. Skripsi.
Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Favas, P.J., Pratas, J., Varun, M., D’Souza, R. and Paul, M.S. 2014. Phytoremediation of soils
contaminated with metals and metalloids at mining areas: Potential of Native Flora.
Environmental Risk Assessment of Soil Contamination, (17): 485-517.
Kristanto, P. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
MetCalf and Eddy. 2003. Wastewater Engineering : Treatment, Disposal and Reuse, 4 th ed., McGraw
Hill Book Co., New York.
Truong, P.N. and Hart, B. 2001. Vetiver system for wastewater treatment. Pacific Rim Vetiver Network
Technical Bulletin. No. 2.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 73
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PEMANFAATAN CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI


ARANG AKTIF DALAM ADSORBSI MINYAK GORENG BEKAS

Donda, Meriahni Silalahi, Yosua Franscisco

Politeknik Teknologi Kimia Industri


donda@ptki.ac.id

ABSTRAK
Cangkang Kelapa Sawit merupakan limbah yang dihasilkan dari pengolahan industry minyak
kelapa sawit yang pemanfaataannya belum dilakukan secara maksimal. Kualias dari arang aktif
tergantung pada proses karbonisasi dan proses aktivasinya. Dalam hal ini peneliti menggunakan
bahan activator ammonium Klorida (NH4Cl) dan ZnCl2 dengan beberapa konsentrasi dan
temperature aktivasi yang bervariasi yaitu 400OC, 500OC, 600OC dan 700OC.Dari hasil analisa
semakin besar konsentrasi bahan activator NH4CL, maka bilangan Peroksida dengan activator
NH4Cl akan berkurang pada temperatur 600 OC dengan konsentrasi NH4Cl 6% =0,30 ppm,
NH4Cl 8 % sebesar 0,094 ppm , sedangkan pada temperature 700 OC untuk konsentrasi NH4Cl
8% = 0,092 ppm dan pada konsentrasi NH4Cl 8% = 0,129. Pemakaian activator ZnCL 2 semakin
besar temperature aktivasi maka terjadi kenaikan bilangan peroksida dimana temperature 600
O
C konsentrasi ZnCl2 6% =0,23 ppm, sedangkan ZnCl 2 8% = 0,25 ppm, pada tempertur
aktivasi 700 OC konsentrasi ZnCl2 6% = 0,22 pppm dan ZnCl2 8% = 0,29 ppm, hal ini
dikarenakan terjadinya oksidasi asam lemak pada minyak. Semakin tinggi temperatur aktivasi
dan konsetrasi activator maka kadar Asam lemak bebas akan semakin meningkat, pada
temperature 600 OC, NH4Cl 6% Asam lemak bebas = 0,34% , sedangkan NH4Cl 8% = 0,52%,
sedangkan pada temperaur 700 oC, NH4Cl 6% =0,90% dan NH4Cl 8% =0,86%, Penggunaan
bahan activator ZnCl2 meningkatkan kadar asam lemak bebas yaitu pada temperature aktivasi
600 OC, ZnCl2 6% = 0,77% dan ZnCl2 8% =0,99% pada temperature aktivasi 700OC ZnCl2 6%
= 2,29 % dan ZnCl2 8% = 2,47 % terjadi kerusakan pada minyak.
Kata kunci : Arang aktif, Amonium klorida, Zinc klorida, bahan activator, bilangan peroksida
Asam lemak bebas

I. PENDAHULUAN
Industri kelapa sawit memiliki prospek yang cerah untuk masa depan , dari hasil pengamatan
dilapangan setiap 1ton tandan buah segar diperoleh 21-23% minyak CPO dan 5% kernel (cangkang
sawit), pemanfaatan cangkang kelapa sawit masih terbatas penggunaannya seperti untuk bahan bakar,
karbon aktif, asap cair, fenol, serta briket arang. Cangkang sawit merupakan produk samping limbah
padat dari pengolahan kelapa sawit ,abu cangkang kelapa sawit memiliki kandungan utama SiO 2
(Hutahaean , 2007) . Dalam upaya pemanfaatan cangkang sawit yang kurang efektif dapat menghasilkan
residu yang tidak termanfaatkan serta mengakibatkan dampak yang kurang menguntungkan perlu
dilakukan langkah untuk memanfaatkan limbah ini menjadi bahan yang bernilai ekonomis yang lebih
tinggi .Salah satu industri yang belakangan yang perlu dilirik adalah industri pembuatan karbon aktif
yang digunakan sebagai bahan alternatif berupa bahan adsorpsi yang dapat digunakan dalam industry
makanan minuman, yang juga dapat digunakan sebagai bahan adsopsi pada limbah industri..Cangkang
sawit merupakan limbah industri organik yang dapat diuraikan namun karena tektur dari bahan tersebut
yang cukup membutuhkan waktu yang cukup lama untuk penguraiannya secara alami. Arang aktif
adalah karbon yang sudah diaktifkan sehingga pori-porinya terbuka yang mengakibatkan daya serapnya
lebih besar dari arang biasa. Arang aktif merupakan karbon amorf yang sebahagian terdiri dari karbon
bebasyang mempunyai permukaan dalam (internal surface) sehingga mempunyai kemampuan daya serap
(adsorption) yang baik. Produksi arang aktif di Indonesia masih belum mencukupi keperluan dalam
negeri, untuk arang aktif dengan kualitas tertentu Indonesia masih mengimport sebanyak 2.000 ton
/tahum (R.Sudrajat dan Salim S, 1994). Arang aktif adalah karbon yang tak berb3ntuk yang diolah secara
khusus untuk menghasilkan luas permukaan yang sangat luas, permukaan sangat besar berkisar antara
300-2000 m3/gram. Luas permukaan yang besar dari struktur karbon aktif dari suatu karbon aktif yang

74 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

membuat struktur karbon aktif memberikan kemampuan aktif untuk menyerap (adsorp) berupa gas-gas
maupun uap-uap dan juga dapat mengurangi zat-zat yang terdapat dalam suatu liquida (Kirk
Othmer,1992).
Dalam pemrosesan buah kelapa sawit menjadi ekstrak minyak sawit,menghasilkan limbah padat
yang sangat banyak dalam bentuk serat, cangkang dan tandan buah kosong, dimana untuk setiap 100 ton
tandan buah segar yang diproses, akan di dapat lebih kurang 20 ton cangkang, 7 ton serat dan 25 ton
tandan kosong. Untuk membantu pembuangan limbah dan pemulihan energi,cangkang dan serat ini
digunakan lagi sebagai bahan bakar untuk menghasilkan uap pada penggilingan minyak sawit, setelah
pembakaran dalam ketel uap,akan dihasilkan 5% abu (oil palm ashes) dengan ukuran butiran yang halus .
Abu hasil pembakaran ini biasanya dibuang dekat pabrik sebagai limbah padat dan tidak dimanfaatkan.
Jika unsur silika (SiO2) ditambahkan dengan campuran beton, maka unsur silika tersebut akan bereaksi
dengan kapur bebas Ca(OH)2yang merupakan unsur lemah dalam beton menjadi gel CSH baru. Gel CSH
merupakan unsur utama yang mempengaruhi kekuatan pasta semen dan kekuatan beton.Cangkang sawit (
Palm Kernel Shell ) pada umumnya tidak digunakan dalam industri konstruksi namun untuk mengurangi
biaya bahan bangunan konvensional dapat digunakan untuk masa ke depan dimana cangkang sawit
merupakan produk limbah pertanian yang jumlahnya besar pada daerah tropis. Cangkang sawit dapat
digunakan dalam pembuatan produksi beton ringan bermutu tinggi karena cangkang kelapa sawit
mengandung unsur kimia seperti tabel dibawah ini.

Tabel 1. Unsur kimia abu pada cangkang kelapa sawit


Unsur Kimia Persentase ( % )

Silikon Dioksida ( SiO2 ) 58,02


Aluminium Oksida ( Al2 O3 ) 8,70
Besi Oksida ( Fe2 O3 ) 2,60
Kalsium Oksida ( CaO ) 12,65
Magnesium Oksida ( MgO) 4,23
Hutahaean, 2007
Dari hasil penelitian terhadap densitas, workability, kuat tekan, serta pengukuran daya serap air
pada kondisi kuat tekan selama 28 hari, tanpa penambahan bubuk kapur dengan menggantikan cangkang
sawit dalam bentuk nano partikel menghasilkan kekuatan tekan 43-48 MPa dan kepadatan kering sekitar
1870-1990 kg/m3, serta penyerapan air dari beton merupakan kisaran beton yang baik (Payam Shafigh,
2010)
Proses karrbonisasi ada beberapa tahap ;
1. Pada temperature 100-120 OC terjadi penguapan air sampai 270 OC, terjadi peruraian sellulosa,
jikadestilat mengandung asam organic dan methanol. Asam Asetat terbentuk temperature 270 OC.
2. Pada temperaur 270-310 OC reaksi eksotermik terjadi peruraian selulosamenjadi larutan piroligant.
3. Pada temperature 310-500 OC terjadi peruraian lignin, sehingga lebih banyak dihasilkan tar, larutan
pirogan menurun,gas CO2 menurun, gas CO, CH4 dan H2 meninggkat.
4. Pada temperature 500-1000 OC adalah tahap pemurnian arang atau kadar karbon ( R.
Sudrajat,1994).
Proses aktivasi adalah perubahan secara fisik luas permukaan dari karbon aktif meningkat tajam
dikarenakan adanya penghilangan yang tajam dari senyawa tar dan sisa senyawa penggaraman
(Shereve,1997). Daya serap karbon akan semakin meningkat disebabkan dengan meningkatkan
konsentrasi daribahanaktivator yang diberikan, hal ini akn member pengaruh terhadap pengikatan
senyawa/ zat tar yang akan keluar dari mikro pori-pori dari karrbon aktif, sehingga permukaan karbon
aktif tersebut semakin kuat dan luas yang menyebabkan semakin besar pula daya serap karbon
aktiftersebut (Tutik M dan Faizah H, 2001). Suhu karbonisasi sangat mempengruhi terhadap arang aktif
sebab semakin tinggi suhu maka arang yang dihasilkan akan semakin berkurang, namun hasil dari cairan
dan gas akan meningkat, oleh karena semakin banyak zat-zat yang terurai dan teruapkan. Waktu
perendaman bahan dengan activator sangat mempengaruhi, tergantung bahan yang digunakan. Beberapa
penelitian yang telah dilakukan Sekam padi dengan bahan activator NaCl pada majalah kuli, karet dan
plastic 2003 (24 jam) , tempurung kelapa dengan bahan activator ZnCl 2 selama 24 jam (Tutik M dan
Faizah H. 2001), sedang dengan H3PO4. perendaman selam 12-24 jam (R.Sudrajat dkk, 1994).
Konsentrasi activator sangat mempengaruhi dimana semakin tinggi konsentrasi dari bahan kimia maka
semakin kuat pengaruh dari bahan tersebut terhadap pengikatan senyawa tar dan karbonisasi untuk keluar
melelui pori-pori permukaan semakin porousyyang semakin meningkat daya adsorpsi karbon aktif
tersebut.
Minyak goreng sulit dipisahkan dalam kehidupan masyarakat. Makanan yang digoreng akan lebih lezat
dan gurih ,walaupun tanpa penanbahan bumbu yang bermacam-macam. Dalam proses penggorengan

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 75
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

minyak goreng berperan dalam media untuk perpindahan panas yang cepat dan merata untuk permukaan
yang digoreng (Maskan,2003).Pada proses penggorengan minyak mengalami proses degradasi yang
disebabkan udara, panas dan air sehingga akan mengalami reaksi oksidasi . Reakksi oksida juga juga
dapat terjadi selama masa penyimpanan. Produk reaksi oksidasi minyak seperti peroksida, radikal bebas,
aldehide keton, hidroperoksida, polimer dan oksidized monomer dan beberapa produk oksidasi minyak
yang lain yang dapat mempengaruhi keadaan buruk bagi kesehatan (Paul dan Mital,1997). Upaya yang
dapat dilakukan untuk menghasilkan bahan pangan yang berkualitasserta pertimbangan dari segi ekonomi
dengan memacu pihak peneliti untuk pemurnien minyak goreng bekas agar dapat digunakan kembali
tanpa mengurangi kwalitas bahan. Pemurnian minyak goreng bekas merupakan pemisahan produk reaksi
degradasi dari minyak. Salah satu cara adalah dengan menggunakan adberben, dimana pemurnian
minyak goreng bekas dengan adsorben mmerupakan proses yang sangat sederhana( Maskan,2003).

II. METODE PENELITIAN


- Bahan Yang Digunakan ; Pada penelitian ini sampel Cangkang Kelapa Sawit diperoleh dari PKS
PTPN II ,Larutan Iodium 0,1 N, Natrium Thisulfat 0,1N, Bahan Aktivator NH 4Cl. ZnCl2,
Indikator Amylum, Aquadest, Kertas Saring Whatman, larutan I2,KI jenuh, Etanol,Indikator PP,
Chloroform, Asam Acetat Glacial, NaOH, K2Cr2O7, aquqdest.
- Alat Yang Digunakan; Magnetik Stirer, Beeker glass, Erlemeyer, Corong, Stopwatch, Buret dan
Statif, Pipet volume 25 ml, pipet volume 5 ml, Neraca analitik, Furnace, Cawan porselin, ayakan
80 dan 100 mesh
Cara Kerja:
1. Preparasi bahan sampel
a. Sebanyak 1kg cangkang sawit dikakar dengan temperature 300 OC dalam wadah kaleng
roti hingga terjadi arang dari cangkang sawit, kemudian didinginkan.
b. Sampel cangkang yang telah menjadi arang ditumbuk dengan menggunakan lumpang besi
kemudian diblender hingga halus.
c. Diayak dengan menggunakan ayakan 80 mesh dan 100 mesh, sampel yang digunakan
ukuran 100 mesh.
2. Pembuatan bahan activator dan larutan Iodium dan larutan Natrium Thiosulfat
a. Dibuat larutan activator NH4Cl dengan konsentrasi 2 %, 4%, 6%, 8%, dan 10% sebanyak
1000 ml
b. Ditimbang sebanyak 12,7050 gram Iodium larutkan dalam 1000 ml
c. Ditimbang sebayak 12,8012 gram Na2S2O3 dan distandarisasi dengan K2Cr2O7 dan
ditentukan normalitas dari larutanNa2S2O3
d. Larutan Iodium.distandarisasi dengan larutan Na2S2O3 yang telah diketahui
Normalitasnya.
3. Mengaktivasi arang cangkang sawit
a. Ditimbang kedalam kaca arloji masing masing sebanyak 10 gram arang cangkang kelapa
sawit masukkan kedalam beeker glass 300 ml kemudiian ditambahkan bahan activator
NH4Cl, ZnCl2 sebanyak 100 ml diagitasi selama 1 jam kemudian didiamkam selama1 jam
b. Dilakukan hal yang sama untuk bahan activator 2%, 4%, 6%, 8% dan 10%
c. Seelanjutnya disaring dengan kertas saring whatman, endapan masukkan kedalam crucible
dan diaktivasi pada Furnace
d. Diaktivasi dengan temperature, 400 OC, 500 OC, 600 OC dan 700 OC selama 2 jam.
e. Didinginkan kemudian dinetralisir degan aqudest dan dikeringkan.
f. Karbon Aktif dapat digunakan untuk analisa Bilangan peroksida dan Asam Lemak Bebas
4. Perlakuan Adsorpsi Minyak Jelantah
a. Ditimbang sampel cangkang sawit hasl aktvasi sebanyak 1 gram, kemudian masukkan
minyak bekas (jelantah) sebanyak 30 ml kedalam beeker glass
b. Diagitasi menggunakan magnetic stirrer selama 30 menit, diamkan selama 24 jam.
c. Disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman
d. Selanjutnya Mnya hasil adsorpsii dianalisa bilangan peroksida dan asam lemak bebanya.

5. Analisa Bilangan Peroksida


a. Ditimbang sebanyak 5 gram Minyak jelantah hasil adsorpsi kedalam erlemeyer bertutup.
b. Kemudian kedalam erlemeyer yang berisi sampel tersebut ditambahkan larutan Asam
Asetat Glasial sebanyak 18 ml dan larutan khlorofom sebanyak 12 ml (3 : 2), kemudian
dihomogenkan dengan cara menggoyang erlemeyer
c. Kemudian kedalam erlemeyer ditambahkan larutan KI jenuh sebanyak 0,5 ml.

76 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

d. Ditambahkan aquqdest panas sebanyak 30 ml, selanjutnya menghomogenkan dengan cara


menggoyang erlemeyer
e. Kemudian dititrasi dengan larutan Natrium Thiosulfat hingga warna kuning hamper hilang
f. Selanjutnya ditambahkan indicator amilum sebanyak 2 ml sampai terbentuk warna biru.
g. Kemudian kembali dititrasi dilanjutkan hingga warna biru hilang, catat volume titrasi
BiIlangan Peroksida =
6. Analisa Asam Lemak Bebas (FFA)
a. Ditimbaang sampel sebanyak 2 gram minyak jelantah kedalam erlemeyer dengan
menggunakan neraca analitik
b. Ditambahkan sebanyak 25 ml larutan etanol netral panaskan pada penangas airn
c. Ditambahkan indicator Phenolptalein sebanyak 2-3 tetes , ditirasi dengan larutan yang
Normalitasnya NaOH 0,0846 N, titik akhir titrasi menjadi merah jambu muda.
d. Dicatat volume hasil titrasi.
% Asam Lemak Bebas (FFA) =

III. HASIL PENGAMATAN


Perhitungan Bilangan Peroksida Dari minyak jelantah:
Bilangan Peroksida (ppm) =

=
= 0,29 ppm

Tabel 2. Data Hasil Perhitungan Bilangan Peroksida Dengan Aktivator NH4CL


Berat
Vol,ume
V0lume Cangkang Berat
Hasil Bilangan
minyak Konsnetrasi Temperatur Saawit Sampel Normalitas
Titrasi peroksida
Jelantah NH4Cl (%) aktivasi(DC) Hasil Minyak Na2S2O3 (N)
Na2S2O3( (ppm)
(ml) Aktivasi (gr)
ml)
(gr)
30 6 600 1,5346 5,1583 0,85 0,0988 0,310
30 8 600 1,3524 5,4650 0,65 0,0988 0,094
30 10 600 1,4524 5,3965 0,60 0,0988S 0,087
30 6 700 1,5037 5,1819 0,60 0,0988 0,092
30 8 700 1,0521 5,5103 0,90 0,0988 0,129
30 10 700 1,0030 5,5158 1,05 0,0988 0,150

Tabel 3. Data Hasil Perhitungan Bilangan Peroksida Dengan Aktivator ZnCl2


Temperatur Berat Cangkang Berat Sampel Volume Bilangan
Konsentrasi Normalitas
Aktivasi Sawit Hasil Minyak Hasil Hasil Titrasi Peroksida
ZnCl2 (%) O Na2S2O3(N1)
( C) Aktivasi (gram) Aktivasi (gram) Na2S2O3 (ml) (ppm)
6 600 1,0149 5,3157 1,60 0,0988 0,23
8 600 1,0798 5,5713 1,80 0,0988 0,25
10 600 1,0030 5,5019 1,80 0,0988 0,26
2 700 1,0078 5,0357 1,40 0,0988 0,20
6 700 1,1090 5,1076 1,45 0,0988 0,22
8 700 1,1009 5,1749 1,90 0,0988 0,29

Tabel 4. Data Hasil Perhitungan Asam Lemak Bebas (FFA) Dengan Aktivator NH4Cl
Berat
Temperatur Cangkang Berat Sampel Volume
Konsentrasi Normalitas Asam lemak
Aktivaasi Sawit Hasil Minyak Hasil Hasil Titrasi
NH4Cl (%) NaOH(N) Bebas (%)
(OC) Aktivasi Aktivasi (gram) NaOH (ml)
(gram)
6 600 1,5346 2,5150 0,40 0,0846 0,34
8 600 1,3524 2,5078 0,60 0,0846 0,52

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 77
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

6 700 1,5037 2,5098 1,05 0,0846 0,90


8 700 1,0521 2,5033 1,00 0,0846 0,86
10 700 1,0030 2,1214 2,50 0,0846 2,50

Perhitungan Kadar Asam Lemak Bebas (FFA) Minyak jelantah Sebelum Adsorpsi
FFA Minyak Jelantah = x100%

= x 100%
= 1,08 %

Tabel 5. Data Hasil Perhitungan Asam Lemak Bebas (FFA) Dengan Aktivator ZnCl 2
Konsentrasi Temperatur Berat Berat Sampel Volume Normalitas Asam
ZnCl2 (%) Aktivasi (OC) Cangkang Minyak Hasil Hasil Titrasi NaOH(N) lemak
Sawit Hasil Aktivasi (gram) NaOH (ml) Bebas (%)
Aktivasi (gram)
6 600 1,1049 2,5073 0,90 0,0846 0,77
8 600 1,0521 2,5033 1,15 0,0846 0,99
2 700 1,0078 2,5145 2,75 0,0846 2,28
6 700 1,1090 2,5018 2,45 0,0846 2,12
8 700 1,1009 2,5068 2,65 0,0846 2,29
10 700 1,0940 2,4049 2,72 0,0846 2,47

IV.KESIMPULAN
Dari hasil peneltian dapat disimpulkan bahwa:
1. Semakin besar konsentrasi bahan activatorNH4CL, maka bilangan Peroksida dengan activator
NH4Cl akan berkurang pada temperatur 600 OC dengan konsentrasi NH4Cl 6% =0,30 ppm,
NH4Cl 8 % sebesar 0,094 ppm , sedangkan pada temperature 700 OC untuk konsentrasi 8% =
0,092 ppm dan pada konsentrasi NH4Cl 8% = 0,129.
2. Pada pemakaian activator ZnCL2 semakin besar temperature aktivasi maka terjadi kenaikan
bilangan peroksida dimana temperature 600 OC konsentrasi ZnCl2 6% =0,23 ppm, sedangkan
ZnCl2 8% = 0,25 ppm, pada Tempertur aktivasi 700 OC konsentrasi ZnCl 2 6% =0,22 pppm dan
ZnCl2 8% = 0,29 ppm, hal ini dikarenakan terjadinya iksidasi asam lemak pada minyak.
3. Semakin tinggi temperatur aktivasi dan konsetrasi activator maka kadar Asam lemak bebas akan
semakin meningkat, pada temperature 600 OC, NH4Cl 6% =0,34% sedangkan NhH4Cl 8%
=0,52%, sedangkan pada temperaur 700 oC, NH4Cl 6% =0,90% dan NH4Cl 8% =0,86%
4. Penggunaan bahan activator ZnCl2 meningkatkan kadar asam lemak bebas yaitu pada
temperature aktivasi 6 00 OC, ZnCl2 6& = 0,77% dan ZnCl2 8% =0,99% pada temperature
aktivasi 700OC ZnCl2 6% = 2,29 % dan ZnCl2 8% =2,47% terjadi kerusakan pada minyak.

DAFTAR PUSTAKA
Hutahean , 2007, Hasil Uji Komposisi Unsur Kimia Dari Abu Cangkang Kelapa Sawit.
Kirk Othmer, 1992, Encyclopedia Of Chemical Tecnology 2 nd Edition Vol 4, John Wily and Sons
Maskan, 2003, Journal Of Argiculture And Food Chemistry
Payam Shafigh,Mohd Zamin Jumaat, Hilmi Mahmud, 2010, Oil Palm Shell As A Lightweight
Aggregate For Production High Strength Lightweight Concrete.
Paul dan Mital ,1997, Change In Quqlity Characteristics Different deep Friying Fats During And
Regeneration Potensial Of Differet Adsorbent In Wasted Frying Oils.
R. Sudrajat dan Salim S, 1994, Petunjuk Pembuatan Arang Aktif, Badan Peneliti dan Pengembangan
Kehutanan.
Shreve, R,N, 1977, Chemical Process Industries, Mc Grow Hill Kogasha
Tutik M dan Faizah H, 2001, Aktifasi Arang Tempurung Kelapa Secara Kimia Dengan larutan ZnCl 2,
KCl dan HNO3, Jurusan Teknik Kimia UUPN, Yogjakarta.

78 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Pemanfaatan Ekstrak Daun Babadotan (Ageratum conyzoides L)


sebagai Pestisida Nabati dalam Pengendalian Hama Ulat Api
(Setothosea asigna) pada Tanaman Kelapa Sawit

Harmileni1, Hady Pranoto2, Sari Anggraini3, Gimelliya Saragih4

1,4
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Teknologi Kimia Industri, Medan
2,3
Jurusan Agroteknologi, Universitas Prima Indonesia, Medan
1
Email : harmileni16@gmail.com

ABSTRAK
Salah satu kendala penting dalam budidaya tanaman kelapa sawit adalah adanya serangan hama
ulat pemakan daun yaitu hama ulat api (Setothosea asigna v. Eecke) yang dapat menyebabkan
kerusakan berat serta sangat merugikan perkebunan kelapa sawit baik pada tanaman muda
maupun tanaman tua. Pengendalian hama ulat api yang paling banyak di perkebunan kelapa
sawit adalah menggunakan pestisida kimia sintetik dengan bahan aktif deltametrin, sipermetrin
dan bahan aktif yang lainnya, dimana penggunaan secara terus menerus dapat menimbukan
berbagai efek negatif. Tujuan penelitian ini adalah memanfaatkan ekstrak daun babadotan
sebagai pestisida nabati dalam mengendalikan hama ulat api (Setothosea asigna v. Eecke). Daun
babadotan diekstrak menggunakan pelarut etanol 96% dengan cara maserasi dan dilanjutkan
dengan penguapan pelarut menggunakan rotary evaporator. Crude ekstrak yang didapatkan
kemudian diencerkan menjadi beberapa variasi konsentrasi yaitu 10%, 20%, 30%, 40%, 50%
dan 60%. Dalam penelitian ini digunakan metode kontak yaitu penyemprotan ekstrak secara
langsung ke tubuh ulat api dengan menggunakan deltametrin sebagai pembanding. Hasil
penelitian menunjukkan waktu kematian ulat api berturut-turut dari konsentrasi 10%, 20%, 30%,
40%, 50% dan 60% adalah 2.895,8 menit; 2.365,4 menit; 1.762,2 menit; 1.058,7 menit; 111,9
menit; dan 69,3 menit. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak daun babadotan
berpotensi sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama ulat api.
Kata kunci : Ageratum conyzoides L, Setothosea asigna, kelapa sawit, pestisida nabati

ABSTRACT

One important obstacle in the cultivation of oil palm is the presence of lead-eating caterpillar
pests, namely fire caterpillar pests (Setothosea asigna v.Eecke) which can cause severe damage
and very detrimental to oil palm plantations both on young and old plants. The most common
caterpillar pest control in oil palm plantations is using synthetic chemical pesticides with active
ingredients deltamethrin, sipermetrin and other active composition, where continuous use can
cause various negative effect. The purpose of this study was to utilize babadotan leaves extract
as a botanical pesticide in controlling caterpillar fire pests (Setothosea asigna v. Eecke).
Babadotan leaves were extracted using 96% ethanol by maceration and evaporated using rotary
evaporator. Crude extract obtained was diluted into a number of concentrations namely 10%,
20%, 30%, 40%, 50% and 60%. In this study, the contact method was used by spraying the
extract directly into the body of the caterpillar using deltamethrin as a comparison. The result
showed the death time of fire caterpillars successively from concentrations of 10%, 20%, 30%,
40%, 50% and 60% was 2895,8 minutes; 2365,4 minutes; 1762,2 minutes; 10587,7 minutes;
111,9 minutes and 69,3 minutes. The result shows that babadotan leaves extract has potential as
a biopesticide to control fire caterpillar pests
Key words :Ageratum conyzoides L, Setothosea asigna, oil palm, botanical pesticide

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 79
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PENDAHULUAN
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan dan
utama di Indonesia. Dalam dua dekade terakhir, kelapa sawit merupakan komoditi andalan negara
Indonesia terutama dalam bidang ekspor dan sekaligus sebagai komoditi yang sangat diharapkan dalam
peningkatan pendapatan petani perkebunan. Permasalahan penting yang terdapat pada perkebunan kelapa
sawit saat ini adalah adanya serangan hama ulat pemakan daun. Salah satu ulat pemakan daun kelapa
sawit adalah ulat api (Setothosea asigna V. Eecke). Untuk daerah tertentu, ulat api sudah menjadi
endemik sehingga sangat sulit dikendalikan. Meskipun tidak mematikan tanaman, hama ulat api ini
sangat merugikan secara ekonomi. Hama ulat api memakan daun sehingga mengakibatkan terganggunya
proses fotosintesis yang dapat menurunkan produktivitas kelapa sawit [1]. Dalam pengendalian
organisme tanaman pengganggu, petani umumnya menggunakan pestisida kimia. Pestisida digunakan
secara luas dalam banyak sektor pertanian untuk mencegah atau mengurangi kerugian akibat hama
tanaman, bahkan dapat meningkatkan hasil pertanian. Pestisida dapat dipertimbangkan sebagai
pengendali hama tanaman yang efisien dan ekonomis. Tetapi efek samping pestisida dan penggunaan
yang berlebihan berpotensi menimbulkan masalah kesehatan pada manusia terutama petani [2]. Untuk
mengatasi masalah tersebut, maka pengendalian hama ulat api dapat dilakukan dengan memanfaatkan
bahan aktif nabati. Salah satu tanaman yang dapat dijadikan sebagai pestisida nabati yaitu babadotan
(Ageratum conyzoides L.) merupakan gulma yang mudah ditemukan di sawah, kebun, pekarangan rumah
dan pinggir jalan. Meskipun dianggap sebagai tumbuhan pengganggu, ternyata babadotan mempunyai
manfaat digunakan sebagai pestisida nabati yang ramah lingkungan. Kandungan bahan aktif dalam
Ageratum conyzoides L terutama pada bagian daun adalah alkaloid, saponin, flavonoid. Bagian daun
mempunyai sifat bioaktifitas sebagai insektisida, antinematoda, antibakterial dan dapat digunakan sebagai
penghambat perkembangan organisme [3]. Dari penelitian Sultan [4], melakukan pengujian gulma
bandotan untuk mengendalikan hama kutu kuya pada tanaman timun. Dari penelitian tersebut, didapatkan
bahwa ekstrak babadotan dengan konsentrasi 9% dapat menekan hama untuk makan daun dengan berat
yang dimakan hanya 2,9 gram, jauh lebih sedikit dibandingkan dengan konsentrasi 3% dan 6%. Dapat
disimpulkan juga bahwa daun babadotan dapat bersifat sebagai penolak hama untuk merusak tanaman.
Penelitian Mayta [5], juga melaporkan bahwa ekstrak daun gulma babadotan dapat menurunkan
kemampuan perkecambahan dan pertumbuhan serta meningkatkan persentase kerusakan pada anakan
gulma P. conjugatum. Konsentrasi ekstrak daun 20% merupakan konsentrasi optimum yang dapat
menghambat perkecambahan, pertumbuhan serta meningkatkan persentase kerusakan anakan gulma P.
conjugatum berturut-turut sebesar 80,5 %, 63,15 % dan 17,72 %. Berdasarkan beberapa landasan
pemikiran diatas, maka dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan ekstrak daun babadotan sebagai
pestisida nabati dalam pengendalian hama ulat api (Setothosea asigna v. Eecke) pada tanaman kelapa
sawit.

METODE
Ekstraksi Daun Babadotan
Daun babadotan segar yang diambil dari pinggir jalan dan tepi parit di daerah Percut Sei Tuan
dikering anginkan selama 10 hari, setelah itu dihaluskan hingga menjadi bubuk daun. Sebanyak 70 gram
bubuk daun babadotan dimaserasi dengan menggunakan etanol 96%. Hasil filtrat yang diperoleh dari
maserasi dilakukan pemekatan dengan rotary evaporator untuk memisahkan pelarut pada fitrat sehingga
didapatkan ekstrak pekat/crude extract. Crude ekstrak disimpan dalam suhu kamar (± 25 °C).
Variasi konsentrasi ekstrak daun babadotan
Crude ekstrak yang telah didapatkan dari hasil rotary evaporator diencerkan dengan menggunakan
aquades dan terdapat beberapa variasi konsentrasi yaitu 10%, 20%, 30%,40%, 50% dan 60%. Pembuatan
larutan menggunakan labu ukur 25 mL dan pipet mikro untuk mengambil crude ekstrak. Untuk
pembuatan larutan dapat menggunakan rumus pengenceran
(V1 x M1 = V2 x M2).
Uji Insektisida
Hama ulat api sebanyak 105 ekor dibagi menjadi 7 kelompok dan pengulangan pengujian dilakukan
sebanyak 3 kali ulangan per konsentrasi. Pengujian dilakukan di lapangan dengan cara meletakkan ulat
api 5 ekor per pokok pada bibit kelapa sawit berumur 8-9 bulan. Setelah itu, hama ulat api dibiarkan
selama 8 hari di lapangan agar hama ulat api dapat menyesuaikan diri dari lingkungan sekitar. Kelompok
I sebagai pembanding disemprot dengan insektisida decis (Deltametrin) 4 ml/l, kelompok II disemprot

80 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

dengan ekstrak babadotan 10%, kelompok III disemprot dengan ekstrak babadotan 20%, kelompok IV
disemprot dengan ekstrak babadotan 30%, kelompok V disemprot dengan ekstrak babadotan 40%, dan
kelompok VI disemprotkan dengan ekstrak babadotan 50%, kelompok VII disemprotkan dengan ekstrak
babadotan 60%, Setelah dilakukan penyemprotan lalu diamati tingkat kematian hama dengan menghitung
lamanya waktu kematian tiap-tiap perlakuan. Pengulangan pengujian dilakukan sebanyak 3 kali ulangan
per konsentrasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Preparasi Sampel
Bubuk daun babadotan dimaserasi sebanyak tiga kali sehingga didapatkan filtrat sebanyak ±6 liter.
Filtrat hasil maserasi kemudian di rotary evaporator untuk memisahkan senyawa aktif yang terkandung
di dalam daun babadotan dengan pelarut etanol, hasil dari rotary evaporator didapat crude ekstrak
sebanyak 400 ml yang berwarna hijau pekat. Hasil rotary evaporator tersebut di hotplate stirer untuk
menguapkan pelarut etanol yang masih tersisa sehingga didapatkan crude ekstrak sebanyak 220 ml. Hasil
ekstraksi daun babadotan ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1. Crude ekstrak daun babadotan

Maserasi merupakan teknik yang digunakan dalam pembuatan anggur dan telah diadopsi dan
digunakan secara luas dalam penelitian tanaman obat. Maserasi melibatkan perendaman tanaman
(biasanya berupa bubuk) dalam suatu container tertutup dengan pelarut dan dibiarkan pada kondisi suhu
kamar pada waktu tertentu minimal 3 hari dan dapat diikuti dengan agitasi. Setelah 3 hari, campuran
disaring. Teknik ini bertujuan untuk menghancurkan dinding sel untuk mengeluarkan senyawa fitokimia
terlarut [6].
Hasil Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR)
Analisis Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) dilakukan untuk mengetahui gugus
fungsi crude ekstrak dari ekstrak daun babadotan yang diperoleh dari hasil rotary evaporator. Hasil
Fourier Transform Infrared (FTIR) ditunjukkan pada gambar 2.

1,0

0,9

C-H
Transmittance (%)

0,8 C-H
C=C
0,7

0,6
O-H
0,5

0,4
C-O
4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500

Wavenumber cm-1

Gambar 2. Hasil Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR)

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 81
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Berdasarkan hasil uji FTIR diatas telah didapatkan bahwa pada daerah 1014-1111 cm-1 merupakan
puncak spektrum C-O (eter). Pada daerah 1407-1450 cm-1 dan 2837-2949 cm-1 menunjukkan senyawa C-
H (Alkana). Pada daerah 1643-1680 cm-1 terdapat C=C (Alkena). Dan pada daerah 3345-5600 cm-1
terdapat O-H (alkohol). Menurut hasil Fourier Transform Infra Red Spectroscopy (FTIR) dengan melihat
seluruh spektrum yang tajam dan streching seluruh struktur senyawa kimia yang diperoleh maka crude
ekstrak daun babadotan mengandung senyawa kimia precocene beserta senyawa kimia yang lainnya.
Hasil Uji Insektisida
Pada pengujian insektisida, hama ulat api (Setothosea asignav. Eecke) yang berada di bibit kelapa
sawit sebanyak 5 ekor setiap ulangan pada instar 2 sampai instar 5 disemprot menggunakan insektisida
kimia “Deltametrin”. Setelah disemprot hama ulat api langsung merespon ditandai dengan ulat api
langsung mengerut sehingga tidak dapat bertahan di daun dan tidak membutuhkan waktu lama ulat api
mulai berjatuhan perlahan. Pada menit ke-2 ulat sudah mulai jatuh, pada menit ke-3 atau 165 detik ulat
pertama sudah mati dan kematian ulat seluruhnya mencapai 4.058 detik atau kurang lebih 1 jam 8 menit.
Keadaan ulat mati dengan kulit keriput, perut menggelembung dan mengeluarkan kotoran. Foto ulat api
yang diperlakukan dengan deltametrin ditunjukkan pada gambar 3.

Gambar 3. Uji insektisida dengan Deltametrin

Deltametrin merupakan salah satu insektisida piretroid yang masih banyak digunakan di Indonesia.
Aplikasi penggunaan insektisida piretroid secara terus menerus dapat menyebabkan polusi insektisida
pada lingkungan. Polusi ini dapat menghambat perkembangan populasi serangga melalui gangguan
system syaraf. Konsentrasi atau dosis subletal insektisida dapat menyebabkan mortalitas atau perubahan
biologi dan perilaku serangga melalui gangguan system syaraf [7].
Pada pengujian uji insektisida dengan menggunakan ekstrak daun babadotan dengan variasi 10%,
20%, 30%, 40%, 50% dan 60%. Pergerakan ulat mulai melambat dan berhenti beraktivitas selanjutnya
ulat berjatuhan dimulai pada detik ke 19 untuk konsentrasi 60%, menit ke 2 untuk konsentrasi 50%,
menit ke 9 untuk konsentrasi 40%, menit ke 32 untuk konsentrasi 30%, menit ke 34 untuk konsentrasi
20% dan menit ke 34 untuk konsentrasi 10%. Ulat pertama paling cepat mati adalah pada menit ke 39
dengan konsentrasi 60%. Ulat mati dengan perut menggelembung, mengeluarkan kotoran, lalu tubuh
menyusut, dan warna berubah menjadi pucat.
Foto ulat api menggunakan ekstrak daun babadotan ditunjukkan pada gambar 4.

Gambar 4. Uji Crude ekstrak Babadotan 40%

82 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Waktu kematian ulat api dengan variasi konsentrasi ekstrak daun babadotan ditunjukkan pada tabel
1.

Tabel 1. Rataan waktu kematian hama ulat api


Perlakuan Rataan waktu kematian ulat api (menit)
B0 30,25
B1 2895,8
B2 2365,4
B3 1762,2
B4 1058,7
B5 111,9
B6 69,3
Keterangan : B0 = insektisida Deltametrin, B1 = ekstrak daun babadotan konsentrasi 10%, B2 =
ekstrak daun babadotan konsentrasi 20%, B3 = ekstrak daun babadotan konsentrasi 30%, B4 =
ekstrak daun babadotan konsentrasi 40%, B5 = ekstrak daun babadotan konsentrasi 50%, B6 =
ekstrak daun babadotan konsentrasi 60%.

Berdasarkan tabel diatas, waktu rataan kematian ulat api yang paling cepat menggunakan ekstrak
daun babadotan konsentrasi 60% dengan waktu kematian 69,3 menit dan waktu yang paling lama adalah
2895,8 menit pada konsentrasi 10%. Secara grafik, rataan waktu kematian hama ulat api ditunjukkan
pada gambar 5.

Gambar 5 . Grafik waktu kematian ulat api

Wulandari et al (2015) melaporkan bahwa ekstrak daun babadotan dengan fraksi metanol efektif
dalam menghambat pertumbuhan dan sporulasi Colletotrichum capsici secara in vitro, walaupun fraksi
ekstrak daun babadotan dengan pelarut metanol keefektivannya lebih rendah dibandingkan dengan
fungisida sintetik propineb 70% [8]. Lumowa (2011) dalam penelitiannya mengenai efektivitas ekstrak
babadotan (ageratum conyzoides L) terhadap tingkat kematian larva spodoptera litura F melaporkan
bahwa pada perlakuan konsentrasi ekstrak babadotan 5% mortalitas larva 30%, perlakuan konsentrasi
10% menghasilkan mortalitas sebanyak 70%, sedangkan pada konsentrasi 20% mortalitas larva uji
mencapai 100%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak babadotan dapat digunakan sebagai
insektisida botani untuk mengendalikan larva S. litura. Pada dosis perlakuan 20% dapat menyebabkan
tingkat mortalitas sebesar 100% dengan waktu lebih kecil dari 1 jam. Gejala pada sampel larva uji yang
mati setelah perlakuan adalah tubuh larva uji mengecil pada bagian abdomennya dan mengeluarkan bau
yang tidak sedap [9]. Dari penelitian lain juga menunjukkan bahwa perasan daun babadotan (Ageratum
conyzoides L) dapat digunakan sebagai bahan penolak nyamuk Aedes aegypti. Data daya proteksi
diperoleh dari pengamatan setiap 10 detik dengan pengulangan 10 kali pada setiap jamnya selama 3 jam.
Hasil dari pengamatan yang dilakukan secara organoleptik telah menunjukkan bahwa tangan uji yang
diolesi perasan daun babadotan (Ageratum conyzoides L) dengan konsentrasi 100% dapat menolak
nyamuk lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi 20% dan 60%. Dari penelitian tersebut terlihat
bahwa perasan daun babadotan juga dapat digunakan sebagai penolak nyamuk [10].

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 83
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun babadotan efektif sebagai pestisida nabati
dalam pengendalian hama ulat api (Setothosea asigna). Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk
melakukan pemurnian senyawa dan mengisolasi bahan aktif dari daun babadotan serta pengujian
toksisitas dan efektivitas ekstrak terhadap hama yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

[1] M. Sinaga, S. Oemry, and Lisnawita, “Efektivitas Beberapa Teknik Pengendalian Setothosea
asigna pada Fase Vegetatif Kelapa Sawit di Rumah Kaca,” J. Online Agroekoteknologi, vol. 3,
no. 2, pp. 634–641, 2015.
[2] G. Saragih, B. R. Fernandez, Yunianto, and Harmileni, “Pembuatan Biopestisida dari Ekstrak
Daun Sirsak (Annona muricata) Untuk Pengendalian Hama Ulat Api (Setothosea asigna
V.Eecke) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq),” J. Biosains, vol. 5, no. 1, pp. 8–
13, 2019.
[3] D. Astriani, “Pemanfaatan Gulma Babadotan dan Tembelekan dalam Pengendalian Sitophillus
SPP. pada Benih Jagung,” J. AgriSains, vol. 1, no. 1, pp. 56–67, 2010.
[4] Sultan, Patang, and S. Yanto, “Pemanfaatan Gulma Babadotan Menjadi Pestisida Nabati untuk
Pengendalian Hama Kutu Kuya pada Tanaman Timun,” J. Pendidik. Teknol. Pertan., vol. 2, pp.
77–85, 2016.
[5] M. N. Isda, S. Fatonah, and R. Fitri, “Potensi Ekstrak Daun Gulma Babadotan (Ageratum
conyzoides L.) Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Paspalum conjugatum Berg,” Al-
Kauniyah J. Biol., vol. 6, no. 2, pp. 120–125, 2013.
[6] N. N. Azwanida, “Medicinal & Aromatic Plants A Review on the Extraction Methods Use in
Medicinal Plants , Principle , Strength and Limitation,” Med. Aromat. Plants, vol. 4, no. 3, pp. 2–
6, 2015.
[7] A. Meilin, Y. A. Trisyono, E. Martono, and D. Buchori, “Pengaruh insektisida deltametrin
terhadap perilaku orientasi parasitoid Anagrus nilaparvatae ( Pang et Wang ) ( Hymenoptera :
Mymaridae ),” J. Entomol. Indones., vol. 12, no. 3, pp. 129–138, 2015.
[8] S. Wulandari and T. N. Aeny, “Pengaruh Fraksi Ekstrak Daun Babadotan (Ageratum conyzoides)
terhadap Pertumbuhan dan Sporulasi Colletotrichum capsici Secara In Vitro,” J.Agrotek Trop.,
vol. 3, no. 2, pp. 226–230, 2015.
[9] S. V. V. Lumowa, “Efektivitas Ekstrak Babadotab (Ageratum conyzoides L.) Terhadap Tingkat
Kematian Larva Spodoptera litura F.,” Eugenia, vol. 17, no. 3, pp. 186–192, 2011.
[10] W. Indrasari, H. Rudijanto, and I. Wardono, “Pengaruh Perasan Daun Babadotan (Ageratum
conyzoides) sebagai Releppent Terhadap Daya Hinggap Nyamuk Aedes aegypti di Loka Litbang
P2B2 Ciamis Tahun 2015,” Keslingmas, vol. 263, pp. 224–297, 2015.

84 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Perhitungan Perolehan Crude Palm Oil (CPO) Pada Proses Pemurnian


Di Stasiun Klarifikasi Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN II Pagar
Merbau

Maulidna1, Tri Mawarni2

1,2
Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan
1
maulidna@ptki.ac.id

ABSTRAK

Minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) adalah minyak nabati edible yang didapat dari
mesocrap buah pohon kelapa sawit. Minyak sawit secara alami berwarna merah karena
kandungan β-karoten yang tinggi. Kelapa sawit harus mengalami beberapa tahap pengolahan
untuk menghasilkan minyak kelapa sawit (CPO). Minyak hasil pengepresan daging buah kelapa
sawit dialirkan ke stasiun klarifikasi. Kemudian minyak tersebut dipanaskan untuk mengurangi
kadar air, kemudian dimasukkan ke dalam pengering vacum sehingga kadar airnya berkurang.
Kotoran-kotoran yang terdapat dalam minyak dipisahkan dengan sistem pengendapan (settling)
dan pemusingan. Hasil minyak sawit mentah (CPO) disimpan dalam tangki-tangki penyimpanan
sebelum didistribusikan ke industri pengolahan minyak sawit. Neraca massa merupakan
penerapan hukum kekentalan massa terhadap suatu proses yang menyebutkan bahwa jumlah total
massa adalah kekal, tidak dapat dimusnahkan ataupun diciptakan. Dari proses pemurnian ini
maka diketahui laju alir minyak kasar yang masuk ke stasiun klarifikasi adalah sebesar
8334,2836 Kg/jam dengan persentase minyak 40,37%. Maka Crude Palm Oil (CPO) yang
diperoleh pada stasiun klarifikasi yang terdapat pada storage tank adalah sebesar 6961,1935
Kg/Jam dengan persentase minyak 95,61%. Dari hasil perolehan Crude Palm Oil (CPO) pada
proses pemurnian didapat persen rendemen sebesar 23,25% dan persen kehilangan minyak yang
terjadi pada stasiun klarifikasi sebesar 0,1379% untuk setiap jamnya.
Kata kunci : Crude Oil Tank (CPO) Stasiun Klarifikasi, neraca massa, persen rendemen, persen
kehilangan minyak

PENDAHULUAN
Minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) adalah minyak nabati edible yang didapat dari
mesocrap buah pohon kelapa sawit. Minyak sawit secara alami berwarna merah karena kandungan β-
karoten yang tinggi. Kelapa sawit harus mengalami beberapa tahap pengolahan untuk menghasilkan
minyak kelapa sawit (CPO). Minyak hasil pengepresan daging buah kelapa sawit dialirkan ke stasiun
klarifikasi. Kemudian minyak tersebut dipanaskan untuk mengurangi kadar air, kemudian dimasukkan
kedalam pengering vacum sehingga kadar airnya berkurang. Kotoran-kotoran yang terdapat dalam
minyak dipisaahkan dengan sistem pengendapan (settling) dan pemusingan. Hasil minyak sawit mentah
(CPO) disimpan dalam tangki-tangki penyimpanan sebelum didistribusikan ke industri pengolahan
minyak sawit. (Ferlyana, 2014)
Minyak sawit juga memiliki keunggulan dalam hal susunan dan nilai gizi yang terkandung di
dalamnya. Kadar sterol dalam minyak sawit relatif rendah dibandingkan minyak nabati lainnya. Dalam
CPO, kadar sterol berkisar 360-620 ppm dengan kadar kolesterol sekitar 10 ppm atau sebesar 0,001%
dalam CPO. Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh karna itu, syarat
mutu harus menjadian perhatian utama dalam perdagangannya. Istilah mutu minyak sawit dapat
dibedakan menjadi dua arti. Pertama, benar-benar murni, mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan
dengan menilai sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur angka penyabunan, bilangan yodium, bilangan
peroksida. Untuk bilangan yodium maksimal 51%, bilangan peroksida maksimal 5,0%.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 85
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

METODE
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Sampel minyak CPO pada alat crude oil tank, vertical continuous tank, oil tank dan vacum dryer,
N-heksan 98%
Metoda digunakan untuk memperoleh data-data yang diperlukan. Metoda kerja yang dilakukan
selama praktek kerja lapangan, terkait dengan proses pemurnian minyak kelapa sawit pada stasiun
klarifikasi di alat crude oil tank, vertical continuous tank, oil tank dan vacum dryer. Untuk memperoleh
data-data yang diperlukan pada proses pengolahan tandan buah segar adalah sebagai berikut:
a. Prosedur Pengambilan Data Kondisi Operasi pada Stasiun Klarifikasi
Minyak kasar yang berasal dari stasiun kempa mengandung sekitar 30% minyak, dan 70% kotoran.
Kemudian minyak masuk ke stasiun klarifikasi untuk menjadi crude palm oil (CPO). Hal ini bertujuan
untuk menghilangkan kadar air didalamnya sampai dengan 0,2%, agar kualitas crude palm oil (CPO) itu
baik. Dengan cara tersebut maka minyak harus dilakukan proses pemurnian. Dimana pada stasiun ini
temperatur setiap alat harus dijaga.
b. Analisa kadar air pada minyak sawit di stasiun klarifikasi
Cawan porselin ditimbang dan dicatat beratnya. Sampel ditimbang di neraca analitik sebanyak 20-
25 gram untuk cairan dan 10-15 gram untuk padatan. Cawan porselin yang berisi sampel dikeringkan di
dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105-110oC. Setelah dikeringkan, sampel kemudian di dinginkan
dalam desikator selama ± 30 menit kemudian ditimbang untuk mengetahui kadar airnya.
c. Analisa Kadar Minyak Pada Minyak Sawit Di Stasiun Klarifikasi
Kertas saring thimble kosong ditimbang dan dicatat beratnya kemudian sampel kering dimasukkan
ke dalam kertas saring thimble dan dimasukkan ke dalam soklet ekstraksi. Gelas labu ekstraksi kosong
ditimbang beratnya. N-Heksana sebanyak ± 200 ml dimasukkan ke dalam labu Destilasi. Ekstraksi
dilakukan selama ± 2 jam, sampai sampel di kertas saring thimble benar-benar jernih. Setelah ekstraksi
kemudian minyak dipanaskan dalam oven pada suhu 60-80 oC selama 1 jam agar kandungan N- Heksana
menguap. Kemudian kertas saring thimble dimasukkan ke dalam desikator selama ± 30 menit. Kertas
saring thimble yang berisi padatan ditimbang dengan neraca analitik untuk mengetahui kadar Non Oil
Solid (NOS) dan minyak.
d. Analisa Kadar Ffa Pada Minyak Sawit Di Stasiun Klarifikasi
Erlemeyer ditimbang dan dicatat beratnya. Sampel ditimbang di neraca analitik sebanyak 2 gram.
Erlemeyer yang berisi sampel ditambahkan N-Heksan 15 ml dan Alkohol 10 ml kemudian indikator PP
ditambahkan sebanyak 2-3 tetes. Kemudian sampel dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai titik
akhir titrasi terjadi. Kemudian catat volume titrasi yang terpakai. Rumus menghitung Kadar FFA.
pengendalian mutu dengan kadar asam lemak bebas 2,5-3,5%, kadar air 0,10-0,15%, dan kadar kotoran
0,015-0,020%. Sedangkan pemerintah sendiri melalui BSN telah menetapkan pengendalian mutu CPO
yang dimuat dalam SNI -01 -2901 -2006 yaitu dengan kadar asam lemak bebas <5,00%, kadar air
<0,50%, dan kadar kotoran <0,50%.
Kelapa sawit yang diolah termasuk dalam varietas dura dan tenera berasal dari perkebunan PT.
Perkebunan Nusantara II. Hasil samping berupa serat, cangkang, dan serat tandan kosong digunakan
untuk bahan bakar boiler. PT. Perkebunan Nusantara II PKS Pagar Merbau memiliki kapasitas olah 30
ton TBS/jam.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam suatu proses pengolahan dibutuhkan kesetimbangan
massa antar laju komponen yang masuk dan laju komponen yang keluar dari setiap prosesnya, serta besar
kecilnya kehilangan minyak didalam proses pengolahan dipabrik akan menentukan tinggi rendahnya
rendemen minyak yang dihasilkan.

86 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada pabrik kelapa sawit, proses pemurnian dilakukan di stasiun klarifikasi pemurnian minyak).
Suatu proses pemurnian minyak menjadi CPO ialah bertujuan untuk menghilangkan kadar air didalamnya
sampai dengan 0,2%, agar kualitas dari CPO itu baik. Proses pemisahan minyak dari air dan kotoran
merupakan pekerjaan yang menentukan kualitas dari hasil pengolahaan dan pemisahan minyak dilakukan
secara berulang-ulang karena setiap mesin atau peralatan mempunyai kemampuan yang terbatas. Proses
ini bertujuan untuk memperoleh minyak sebanyak-banyaaknya dan menghasilkan CPO dengan kadar
asam lemak bebas, kadar air, dan kotoran yang sesuai dengan standart. (Rahmat Pohan, 2009).
Neraca massa merupakan penerapan hukum kekekalan massa terhadap suatu proses yang
menyebutkan bahwa jumlah total massa adalah kekal, tidak dapat dimusnahkan ataupun diciptakan.
Kesetimbangan massa untuk sebuah proses dapat dibuat dengan menentukan sistem serta batas dari
sistem tersebut. (Siti, 2013).
Perhitungan Neraca Massa pada Crude Oil Tank (COT)
Screen Oil yang masukakan ke Crude Oil Tank (COT) sebesar Kg/Jam dari kapasitas olahan 30000
Kg/Jam maka persentase laju Crude Palm Oil (CPO) yang masuk ke stasiun klarifikasi sebesar 27,78%
dari hasil olahan setiap jamnya. Massa minyak yang keluar dari COT adalah sebesar 7886,9633 Kg/jam
dengan persentase minyak dengan persentase minyak 42,63% (3362,2125 Kg/Jam) dari hasil olahan
setiap jamnya. Dari hasil perhitungan neraca massa didapatkan massa endapan adalah 447,3203 Kg/Jam.
Perhitungan Neraca Massa pada Vertical Continous Tank (VCT)
Umpan VCT adalah sebesar 7886,9633 Kg/Jam dimana akan dipisahkan antara minyak (overflow
VCT) dan Sludge (underflow VCT) dimana massa minyak (overflow VCT) adalah sebesar 7015,038
Kg/Jam. Dan massa sludge (underflow VCT) sebesar 9443,962 Kg/jam dengan persentase minyak 8,98%
(848,0677 Kg/Jam) yang akan dikutip kembali dengan menggunakan sludge separator dari hasil
perhitungan neraca massa di peroleh massa light phase (Reclamend tank) sebesar 8572,0367 Kg/Jam
dengan persentase minyak sebesar 48,49% (4156,5806 Kg/Jam).
Perhitungan Neraca Massa pada Oil Tank
Minyak yang masuk ke oil tank sebesar 7015,038 Kg/Jam dengan persentase minyak sebesar
95,115% (6672,3534 Kg/Jam) dan clear oil yang dihasilkan sebesar 6977,038 Kg/Jam dengan persentase
minyak sebesar 95,60% (7179,1188 Kg/Jam). Endapan yang dihasilkan sebesar 38 Kg/Jam dengan
persentase minyak yang terikut sebesar 6,0660% (2,30508 Kg/Jam).

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 87
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :.
1. Dari hasil perhitungan neraca massa yang dilakukan maka dapat diperoleh Crude Palm Oil (CPO)
sebesar 6961,1935 Kg/jam dengan persentase minyak 95,61% (6655,5971 Kg/Jam).
2. Dari hasil perhitungan neraca massa yang dilakukan maka dapat diperoleh Crude Palm Oil (CPO )
sebesar 6961,1935 Kg/Jam rendemen minyak yang diperoleh sebesar 23,25% dari olahan.
3. Dengan bahan baku yang akan diolah sebesar 30000 Kg/Jam dan Crude Palm Oil (CPO) yang akan
dialirkan ke statiun klarifikasi sebesar 8334,2836 Kg/Jam dengan persentase minyak 40,37%
(3364,50289 Kg/Jam) dan kehilangan minyak sebesar 0,1379%.

DAFTAR PUSTAKA
Ayoola A.A, Anawe P.A.L, & Amaraibi R.J. 2016. Comparison of The Properties of Palm Oil and Palm
Kernel Oil biodiesel in Relation to The Degree of Unsaturation of Their Oil Feedstocks. Nigeria :
Covenant University.
Damanik, Cikita Dewi. 2018. Penentuan Kadar Kotoran pada Minyak Produksi Crude Palm Oil (CPO) di
Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Aek Nabara Selatan. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Estiati, Teti, dkk. 2010. Ekstraksi dan Fraksinasi Fosfolipid dari Limbah Pengolahan Minyak Sawit.
Malang: Universitas Brawijaya
Fauzi, Y, dkk. 2014. Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya.
Febri Y. 2015. Efisiensi Produksi CPO (Crude Palm Oil) Di PT. Agrao Masang Perkasa Plantation Unit
Palm Oil Mill Kabupaten Agam. Payakumbuh : Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.
Gustone, F. D. and padley, F. B., Eds. (1997) Lipid Tecnologies and Applications. Marcel Dekker Inc.,
New York, 834.
Godin, V. J. and Spensley, P. C. (1971). Oils and Oil Seeds Tropical Products Institute., London,.
Hadi, M.M. 2014. Teknik Berkebun Kelapa sawit. Edisi Petama. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Adicita
Karya Nusa.
Himmelbau, David M.1996. Basic Principles and Calculation in Chemical Enginneering. New Jersey.:
Prantice Hall Inc.
Jenifer, Ferlyana . 2014. Pengaruh Tingkat Pemberian Aasam Sulfat (H2SO4) Terhadap Mutu CPO
(Crude Palm Oil) Yang Dihasilkan Melalui Proses Pemurnian Degumming.: Universitas Andalas.
Ketaren, S.1986. Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Menendez, T. 1998. The Result of Oil palm Thinning Experiment in West New Britain. Kaula Lumpur :
Journal of Applied Ecology.
Naibaho, M. P. 2016. Teknologi Pengolahan kelapa sawit. Medan : Pusat Penelitian Kelapa sawit.
Naibaho,W. 2012. Upaya Peningkatan Mutu CPO Melalui Analisis Kebutuhan Uap di Area Stasiun
Klarifikasi PKS 20 Ton/jam. Langkat : PT. PN IV Kwala sawit.
Nazarudin, dkk.1992. Pengembangan Minyak Biji Karet di Indonesia. Surabaya. Indonesian Press.
Pahan, I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Cetakkan ke XII. Jakarta: Penebar Swadaya.
Pantariz, T.P.V. 1994. Standart For Fats and Oils. Westport : AVI Publishing Company.
Pohan, Rahmat. 2019. Pemurnian Minyak Kelapa Sawit Kasar, Medan : Politeknik Negeri Medan.
Putra, Ardian. 2012 Perhitungan Neraca Massa Dengan Menggunakan Dua Iodine Value di Fraksinasi
Pada Proses Pengolahan RBDPO di PT. Smart, Tbk, Belawan. Tidak Terbitkan, Medan :
Politeknik Teknologi kimia Industri.
Ramadhani, Siti. 2013. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pemurnian CPO pada Jalur Overflow
CST (Continious Settling Tank) di Stasiun Klarifikasi PT. Multimas asahan, Kuala Tanjung.
Tidak Terbitkan, Medan : Politeknik Teknologi kimia Industri.
Sibuea, P. 2014. Minyak Kelapa Sawit. Jakarta : Penerbit Erlangga.

88 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Suandi, A. 2016. Analisa Pengolahan Kelapa Sawit Dengan Kapasitas 30 ton/jam di PT. BIO Nusantara
Teknologi. Bengkulu : Universtas Bengkulu.
Suheri, E. 2012. Penentuan Kadar Kotoran pada CPO (Crude Palm Oil) Dengan Metode Gravimetri di
PTPN VI Unit Usaha Adolina. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 89
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PEMBUATAN BIOPELET DARI LIMBAH TANDAN KOSONG


KELAPA SAWIT (TKKS) SEBAGAI BAHAN BAKAR
TERBARUKAN

Miftahul Falah1, Novia Nelza2

1,2
Politeknik Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan
1
Program Studi Agribisnis Kelapa Sawit
2
Program Studi Teknik Kimia

ABSTRAK
Limbah industri kelapa sawit di Indonesia semakin meningkat akibat semakin luas lahan
perkebunan kelapa sawit dan produksi kelapa sawit di Indonesia yang semakin meningkat. Pada
tahun 2017 luas perkebunan kelapa sawit sebesar 16 juta hektar dan produksi kelapa sawit yang
dihasilkan sebesar 38,17 juta ton. Limbah padat industri kelapa sawit yang berupa tandan kosong
kelapa sawit (TKKS) memiliki jumlah yang cukup banyak. Jumlah tandan kosong kelapa sawit
sekitar 23% dari total tandan buah segar. Salah satu pemanfaatan limbah tandan kosong kelapa
sawit (TKKS) dengan menjadikannya sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan yaitu
biopelet. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari sortasi bahan baku,
pengeringan, pemotongan atau pencacahan, penggilingan atau pengecilan ukuran atau
penggilingan, pemisahan debu dan pengayakan, pembuatan pelet, pendinginan, pengepakan, uji
standar pelet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas biopelet dengan konsentrasi amilum
50% dengan TKKS 20 mess dengan komposisi 60 gram TKKS dan 40 ml amilium 50%
diperoleh kadar air yaitu 8,75%, kadar abu 8,73%, kadar zat terbang 75,46%, nilai kalor 4151,67
kal/g, kerapatan 1,5 g/cm3 dan kadar karbon terikat 20,60%. Setelah dibandingkan dengan SNI
sebagian campuran tidak memenuhi SNI dikarenakan beberapa faktor yaitu, konsentrasi perekat, jenis
perekat, tingkat kehalusan bahan, komposisi campuran antara bahan dan perekat.
Kata kunci : Biopelet, TKKS, Kelapa Sawit

PENDAHULUAN
Bahan bakar merupakan sumber energi untuk mendukung aktivitas rumah tangga dan industri.
Masyarakat sering menggunakan bahan bakar fosil, yaitu bahan bakar minyak, batu bara, dan gas.
Permintaan energi yang semakin meningkat mengakibatkan persediaan bahan bakar fosil menurun,
sehingga bahan bakar fosil mengalami peningkatan harga. Masalah krisis energi ini perlu diselesaikan
dengan memproduksi bahan bakar yang mampu menggantikan bahan bakar fosil dari bahan yang banyak
tersedia di alam, murah, dan dapat diperbaharui. Bahan bakar alternatif tersebut salah satunya adalah
biomassa. Potensi energi biomassa di Indonesia sebesar 50.000 MW yang bersumber dari berbagai
limbah biomassa pertanian (Prihandana dan Hendroko, 2007). Limbah industri kelapa sawit merupakan
salah satu limbah biomassa pertanian yang terdiri dari limbah cair, limbah gas, dan limbah padat.
Limbah industri kelapa sawit di Indonesia semakin meningkat akibat semakin luas lahan
perkebunan kelapa sawit dan produksi kelapa sawit di Indonesia yang semakin meningkat. Pada tahun
2017 luas perkebunan kelapa sawit sebesar 16 juta hektar (Direktorat Jendral Perkebunan, 2018) dan
produksi kelapa sawit yang dihasilkan sebesar 38,17 juta ton (Kementerian Pertanian RI 2018). Limbah
padat industri kelapa sawit yang berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) memiliki jumlah yang
cukup banyak. Menurut Syukri (2014) jumlah tandan kosong kelapa sawit sekitar 23% dari total tandan
buah segar. Tandan kosong kelapa sawit mengandung 36,81% selulosa, 27,01% hemiselulosa, dan
15,07% lignin (Novitri dan Nova, 2010).
Sejauh ini pemanfaatan limbah padat kelapa sawit untuk menghasilkan energi baru terbatas sebagai
bahan bakar padat pada ketel (boiler). Khusus untuk limbah tandan kosong kelapa sawit, pemanfaatan
sebagai bahan bakar padat boiler mempunyai konstrain/penghambat yaitu pada tingginya kandungan air
(moisture) 60% dan polusi yang dihasilkan (Surjosatyo dan Vidian, 2004). Limbah tandan kosong sawit
sejauh ini tidak digunakan sebagai sumber energi, sehingga permasalahan yang kemudian timbul adalah
melimpahnya jumlah limbah yang tertimbun pada kawasan di sekitar industri-industri pengolahan kelapa

90 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

sawit tersebut (Surjosatyo dan Vidian, 2004). Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi
permasalahan ini, di antaranya adalah dengan mengirimkan kembali tumpukan limbah tersebut ke areal
perkebunan dan menggunakannya sebagai mulsa dan pupuk alami. Ada pula yang kemudian
membakarnya di areal terbuka tanpa mendapatkan manfaat lain yang mungkin jauh lebih berharga.
Menurut Yamada et al. (2005) pembakaran secara langsung dan tanpa pengolahan akan
menyebabkan timbulnya gangguan pernafasan karena adanya karbon monoksida, sulfur dioksida (SO 2),
dan endapan partikulat, sehingga perlu teknologi baru untuk mengolah limbah tersebut menjadi bahan
bakar yang ramah lingkungan dan menghasilkan nilai tambah yang tinggi. Salah satunya dengan
pembuatan biopelet. Biopelet adalah salah satu bentuk energi biomassa yang diproduksi pertama kali di
Swedia pada tahun 80-an (Obernberger dan Thek, 2004). Biopelet merupakan bahan bakar padat berbasis
biomassa yang berbentuk tabung padat atau pelet. Proses yang digunakan adalah pengempaan dengan
suhu dan tekanan tinggi, sehingga membentuk produk yang seragam (Yang et al. 2005). Bahan bakar
pelet ini berdiameter antara 3-12 mm dengan panjang antara 6-25 mm (Ramsay, 1982). Biopelet memiliki
keunggulan yaitu dapat meningkatkan nilai kalor yang dihasilkan dari proses pembakaran, serta ukuran
dan keseragaman biopelet dapat memudahkan proses transportasi dari satu tempat ke tempat lainnya
(Battacharya, 1998).
Kualitas biopelet tidak hanya ditentukan dari nilai kalornya tetapi juga ditentukan dari nilai daya
tahan biopelet saat menahan tekanan dari luar sehingga memudahkan proses transportasi dan
penyimpanan. Dengan demikian, pemanfaatan TKKS sebagai bahan baku energi biomassa akan
memberikan nilai tambah bagi industri kelapa sawit. Tidak hanya itu, pemanfaatan TKKS sebagai bahan
baku biopelet juga akan sangat strategis di dalam menyediakan energi alternatif yang ramah lingkungan,
terutama jika dikaitkan pada upaya dari daerah dan negara ini untuk berperan aktif dalam mengurangi
pemanasan global dan perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi dari bahan bakar fosil.
Biomassa
Biomassa merupakan sumber daya energi terbarukan yang berasal dari berbagai sumber,
seperti dari residu/produk samping perkebunan, pertanian, maupun sisa kegiatan kehutanan dan bahan-
bahan organik lain yang terdapat di alam. Dengan mengekspos biomassa dapat dikonversi ke biofuel
(Abellon, 2009). Menurut EL Bassam dan Maegard (2004), pada umumnya biomassa yang digunakan
sebagai bahan bakar adalah biomassa yang memiliki nilai ekonomis rendah atau merupakan hasil
ekstraksi produk primer. Sedangkan menurut Prihandana dan Hendroko (2007), Indonesia mempunyai
potensi energi biomassa sebesar 50.000 MW yang bersumber dari berbagai limbah biomassa pertanian,
seperti : produk samping kelapa sawit, penggilingan padi, pabrik gula aren, produk samping jarak pagar,
pabrik tembakau, pabrik gula, kakao, dan limbah pertanian lainnya.
Biomassa merupakan sumber energi terbarukan dan tumbuh sebagai tanaman. Sumber-sumber
biomassa adalah sebagai berikut (Kong, 2010):
1. Sisa-sisa hasil pertanian, seperti ampas tebu, batang dan serat jagung.
2. Sisa-sisa hutan, misalnya serbuk gergaji industri pengolahan kayu.
3. Sampah perkotaan, misalnya kertas-kertas bekas dan dedaunan kering.
4. Lumpur sisa pulp.
5. Sumber-sumber masa depan, seperti tanaman energi yang khusus ditanam.
6. Jenis tanaman lain yang tidak mengandung pati maupun gula yang dipakai untuk memproduksi
bioetanol.

Potensi energi biomassa sebesar 50,000 MW antara lain bersumber dari produk samping hasil
pengolahan beberapa tanaman perkebunan dan pertanian, seperti kelapa sawit, penggilingan padi, kayu,
plywood, pabrik gula, kakao, dan lain-lain. Saat ini, jumlah energi biomassa yang telah dimanfaatkan
hanya sebesar 302 MW dari total potensi energi biomassa yang ada atau setera dengan 0,604%. Biomassa
merupakan salah satu potensi sumber energi terbarukan saat ini.
Biopelet
Biomassa pellet merupakan bahan bakar hijau terbarukan dan padat, dalam arti pellet adalah sumber
energi karbon netral. Karbon dikonsumsi selama siklus kehidupan perpohonan, dan kemudian dilepas
lagi, efeknya adalah kenaikan nol tingkat karbon dioksida dalam atmosfer. Oleh karena itu hasil
pembakaran biomassa pellet ini dapat membantu mengatasi perubahan iklim. Penanganannya dalam
proses pembakaran lebih mudah dan bersih, sehingga sangat menarik digunakan.
Biopelet adalah bahan bakar biomassa berbentuk pelet yang memiliki keseragaman ukuran, bentuk,
kelembapan, densitas, dan kandungan energi (Abelloncleanenergy, 2009). Pada proses pembuatan
biopelet, biomassa diumpankan ke dalam pellet mill yang memiliki dies dengan ukuran diameter 6-8 mm
dan panjang 10-12 mm (Mani et al. 2006). Fantozzi dan Buratti (2009) menyatakan bahwa terdapat 6

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 91
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

tahapan proses pembuatan biopelet, yaitu: perlakuan pendahuluan bahan baku (pre-treatment),
pengeringan (drying), pengecilan ukuran (size reduction), pencetakan biopelet (pelletization),
pendinginan (cooling), dan silage. Residu hutan, sisa penggergajian, sisa tanaman pertanian, dan energy
crops dapat didensifikasi menjadi pelet. Proses peletisasi dapat meningkatkan kerapatan spesifik
biomassa lebih dari 1000 kg/m3 (Lehtikangas 2001 dan Mani et al. 2004).
Terkait dengan sumber biomassa, selain memiliki kawasan hutan yang luas dan beragam, hasil
pertanian yang melimpah, negara ini juga dikenal sebagai penghasil utama kelapa sawit setelah Malaysia.
Saat ini industri kelapa sawit menjadi sangat penting di dunia, tidak hanya sebagai bahan utama penghasil
minyak goreng, namun penggunaannya juga sudah berkembang hingga menjadi salah satu penghara
dalam industri biodiesel.

TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Memanfatkan dan mengembangkan potensi limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebagai
bahan bakar terbarukan.
2. Mengetahui nilai kalor biopelet dari limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebagai bahan bakar
terbarukan.

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia dan Laboratorium Materials
Test Politeknik Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan

B. Waktu
Penelitian pembuatan biopelet dan pengujiannya dilakukan di Laboratorium Material Test PTKI
Medan dan Laboratorium Operasi Teknik Kimia PTKI Medan. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua)
bulan, yaitu dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2019.

C. Diagram Alir Penelitian

PENGUMPULAN DATA
A. Materi
Adapun Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pemotong atau pencacah TKKS
(chaff cutter), mixer, mesin penyerbuk/hammer mill, alat penyaring 80 mesh, alat pencetak biopelet

92 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

(pelletizer), mesin tekan, gasifier (down draft), termometer, wadah stainless steel, furnace, gelas ukur,
timbangan digital, oven, caliper dan bomb calorimeter.
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah padat tandan kosong kelapa sawit
(TKKS) yang merupakan hasil samping dari hasil pengolahan minyak sawit kasar atau Crude Palam Oil
(CPO). TKKS diperoleh dari Pabrik Kelapa Sawit Adolina, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara,
sedangkan bahan perekat alami yang digunakan adalah berupa tepung tapioka yang diperoleh dari pasar
lokal dengan merk dagang Rose Brand.

B. Metoda
1. Prosedur Kerja Pencacahan
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) di ambil dari pabrik kelapa sawit, tandan kosong kelapa sawit
tersebut di keringkan di terik matahari. Kemudian tandan kosong kelapa sawit tersebut di cacah
menggunakan parang sampai ukuran menjadi kecil. Selanjutnya tandan kosong kelapa sawit yang ukuran
kecil itu di perkecil lagi menggunakan mesin pencacah otomatis. Tandan kosong kelapa sawit yang telah
tercacah kemudian di ayak atau di saring menggunakan mess 6, 10, dan 20.

2. Prosedur Pembuatan Amilum 20% Sebagai Perekat

Alat dan bahan disiapkan, amilum ditimbang dalam beaker glass sebanyak 20 gram. Aquadest
ditambahkan sampai volume beaker glass 100 ml. Campuran tersebut diaduk hingga tercampur
semuanya. Kemudian campuran tersebut dipanaskan pada suhu 40C, hingga campuran mulai
mengental. Selanjutnya campuran tersebut di dinginkan. Lakukan prosedur yang sama untuk membuat
30%, 40%, dan 50%.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Karakteristik Fisik Biopelet
- Kadar Air (%) Biopelet
Rerata kadar air tertinggi adalah 8,75% pada perlakuan biopelet yang memiliki ukuran serbuk yang
berbeda, biopelet yang dihasilkan semuanya memenuhi standar SNI 8021 : 2014, yaitu nilai kadar air
di bawah 12%. Berdasarkan hasil analisis keragaman kadar air biopelet tandan kosong kelapa sawit
diketahui bahwa perlakuan jenis perekat dan ukuran serbuk serta interaksi keduanya tidak berpengaruh
nyata terhadap kadar air. Nilai kadar air cenderung menurun dengan semakin halusnya ukuran serbuk,
faktor perekat juga berperan penting dalam peningkatan kadar air biopelet. Adapun kandungan kadar
air tepung tapioka sebesar 9,84%
- Kadar Abu (%) Biopelet
Kadar abu biopelet tandan kosong kelapa sawit memiliki rerata tertinggi 8,73%. rerata kadar abu tidak
memenuhi standar SNI 8021 : 2014 yang mensyaratkan maksimal 1,5%. Berdasarkan hasil analisis
keragaman diketahui perlakuan jenis perekat, ukuran serbuk, serta interaksi antara dua faktor tersebut
tidak berpengaruh nyata terhadap kadar abu biopelet. Berdasarkan hasil penelitian ini, kadar abu yang
dihasilkan cukup tinggi dikarenakan bahan baku yang digunakan.
- Kadar Zat Terbang (%) Biopelet
Hasil penelitian kadar zat terbang biopelet tandan kosong kelapa sawit memiliki nilai rerata tertinggi
75,46% Nilai rerata kadar zat terbang biopelet memenuhi standar SNI 8021 : 2014 yang mensyaratkan
nilai kadar zat terbang maksimal 80%. Berdasarkan hasil analisis keragaman jenis perekat, ukuran serbuk,
serta interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap kadar zat terbang biopelet. Penelitian ini
menggunakan tandan kosong kelapa sawit yang tidak mengalami proses karbonisasi sehingga zat
terbang yang dihasilkan relatif tinggi dan menghasilkan asap yang cukup banyak.
- Kerapatan (g/cm3)
Kerapatan menunjukkan perbandingan massa dan volume bahan bakar padat. Kerapatan berpengaruh
terhadap kualitas bahan bakar padat, karena kerapatan yang tinggi dapat meningkatkan nilai kalor bahan
bakar padat. Besar dan kecilnya kerapatan bahan bakar padat dipengaruhi oleh tekanan kempa, ukuran
dan kehomogenan penyusun bahan bakar padat itu sendiri. Adapun kerapatan yang diperoleh dari
penelitian ini yaitu 1,5 g/cm3.
- Nilai Kalor (kal/g) Biopelet
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rerata kalor tertinggi (4151,67 kal/g) yaitu pada campuran
amilum 50% dimana komposisi nya yaitu 60 TKKS dicampur dengan 40 ml amilum 50% Hasil
penelitian menunjukkan bahwa nilai kalor biopelet tandan kosong kelapa sawit sebagian besar
memenuhi standar SNI 8021 : 2014 yang mensyaratkan minimal 4000 kal/g, Nilai kalor biopelet tandan
kosong kelapa sawit sebagian kecil tidak memenuhi standar SNI 8021 : 2014 antara lain pada yaitu

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 93
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

karena campuran dimana konsentrasi perekat terlalu cair dan TKKS masih kurang halus. Hasil analisi
keragaman menunjukkan bahwa jenis perekat dan ukuran serbuk serta interaksinya berpengaruh sangat
nyata terhadap nilai kalor biopelet yang dihasilkan.
- Kadar Karbon Terikat (%) Biopelet
Hasil penelitian menunjukkan kadar karbon terikat biopelet tandan kosong kelapa sawit memiliki nilai
rerata tertinggi 20,60% Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar karbon terikat biopelet tandan kelapa
sawit memenuhi standar SNI 8021 : 2014 yang mensyaratkan nilai minimum 14% tetapi tidak semua
biopelet hasil penelitian yang memenuhi standar karena ada yang nilainya lebih dari 14%. Berdasarkan
hasil analisis keragaman, diketahui bahwa jenis perekat dan ukuran serbuk serta interaksinya tidak
berpengaruh nyata terhadap nilai kadar karbon terikat biopelet.
Pembahasan
Bahan bakar merupakan sumber energi untuk mendukung aktivitas rumah tangga dan industri.
Masyarakat sering menggunakan bahan bakar fosil, yaitu bahan bakar minyak, batu bara, dan gas.
Permintaan energi yang semakin meningkat mengakibatkan persediaan bahan bakar fosil menurun,
sehingga bahan bakar fosil mengalami peningkatan harga. Limbah padat industri kelapa sawit yang
berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) memiliki jumlah yang cukup banyak. Biopelet adalah bahan
bakar biomassa berbentuk pelet yang memiliki keseragaman ukuran, bentuk, kelembapan, densitas, dan
kandungan energi. Pada proses pembuatan biopelet, biomassa diumpankan ke dalam pellet mill yang
memiliki dies dengan ukuran diameter 6-8 mm dan panjang 10-12 mm.
Hasil penelitian yang telah dilakukan untuk membuat biopelet dan di uji beberapa parameter mutu
uji yaitu kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, kadar kalor, kerapatan dan kadar karbon terikat
didapatkan hasil yaitu yang memenuhi kriteria berdasarkan SNI 8021 : 2014 yaitu pada campuran amilum
50% dengan mess 20 dimana komposisi nya yaitu 60 gram TKKS dengan 40 ml amilum 50%. Dimana kadar
air nya didapatkan 8,75%, kadar abu 8,73, kadar zat terbang 75,46%, kadar kalor nya 4151,67 kal/g, kerapatan
1,5 g/cm3 dan kadar karbon terikat 20,60%.
Sebagian campuran tidak memenuhi SNI dikarenakan beberapa faktor yaitu, konsentrasi perekat, jenis
perekat, tingkat kehalusan bahan, komposisi campuran antara bahan dan perekat. Konsentrasi perekat disini
yaitu tingkat kemurnian perekat itu sendiri, jenis perekat juga mempengaruhi hasil yang diperoleh yaitu dari
tekstur perekatnya, tingkat kehalusan bahan disini didasarkan pada mess yang digunakan, dimana mess yang
digunakan pada penelitian ini yaitu mess 6, mess 10, dan mess 20, diantara mess yang digunakan yang
memenuhi kriteria sesuai dengan standar yang ditetapkan yang paling memenuhi yaitu mess 20.

KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemanfaatan dan pengembangan limbah tandan kosong kelapa sawit yaitu dengan mengolah tandan
kosong kelapa sawit menjadi biopelet dimana biopelet ini diolah dengan mencampurkan dengan
perekat amilum berbagai konsentrasi dan berbagai varian campuran antara tandan kososng kelapa
sawit dengan amilum.
2. Biopelet yang diolah dari campuran limbah tandan kosong kelapa sawit dengan campuran perekat
amilum mempunyai nilai kalor 4151,67 kal/g.

SARAN
Pada penelitian selanjutnya harap ditambahkan jenis perekat, jenis bahan untuk pembuatan biopelet
supaya mendapatkan hasil yang bervariasi dan mendapatkan hasil yang lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA
Adapa P, Tabil L, Schoenau G. 2009. Compression Characteristics of Selected Ground Agricultural
Biomass. Agricultural Engineering International: the CIGR Ejournal. Manuscript 1347. Vol. XI.
American Society for Testing and Materials. 2002. ASTM. Standard Coal and Coke D 5. Philadelphia.
Amirta, R. 2010. Potential Utilization of Tropical Lignocellulosic Biomass for Biofuels- bioenergy
Production in East Kalimantan. Proceeding of JSPS Exchange Program for East Asian Young
Researchers: "Fostering Program of Leading Young Scientists toward the Establishment of
Humanosphere Science in East Asia", Shigaraki, Kyoto, Japan.
Basu P. 2010. Biomass Gasification and Pyrolysis, Practical Desaign and Theory. (US): Academic Pr.
Bhattacharya SC. 1998. Appropriate Biomass Energy Technologies: Issues and Problems. Invited Paper

94 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

for Seminar on Renewable Energy Sources for Rural Areas, Nadi, Fiji, 20-25 July, 1998.
[DirJenBun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2018. Luas Perkebunan Kelapa Sawit 2018. Departemen
Pertanian.
Eka Nuryanto. 2000. Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit sebagai sumber bahan kimia. Warta
PPKS 2000 8(3): 137-144.
Fauzi, Y. Widyastuti, Y.E. dan Satyawibawa, I. 2002. Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha
dan Pemasaran Kelapa Sawit Seri Agribisnis. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Fuwape JA, Akindele SO. 1997. Biomass yield and energy value of some fast growing multi purpose
trees in Nigeria. Biomass Energy 12(2): 101-106.
Goenadi, A.; S. Hadi dan M. Firman. 2006. Prospek Industri Minyak Sawit di Indonesia, Jakarta. 37 h.
Hahn B. 2004. Existing Guidelines and Quality Assurance for Fuel Pellets. Austria: Umbera.
Hansen MT, Jein AR, Hayes S, Bateman P. 2009. English Handbook for Wood Pellet Combustion.
Intelligent Energi for Europe.
Haygreen JG, Bowyer JL. 1986. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar. Hadikusumo SA.
Penerjemah; Prawirohatmodjo S. Editor. Yogyakarta(ID): UGM Press. Terjemahan dari : Forest
Product and Wood Science, an Introduction.
Hendra D, Pari G. 2000. Penyempurnaan Teknologi Pengolahan Arang. Laporan Hasil Penelitian Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutan, Bogor.
Liew, WH, Hassim, MH, Ng, DKS. (2014). Review of Evolution, Technology and Sustainability
Assessments of Biofuel Production, Journal of Cleaner Production, 2014, Vol 17: 11-29.
Mulyana R. (2014). New, Renewable Energy and Energy Conservation (Nreec): Existing Program &
Breakthrough Policies Toward Achieving National Energy Policy Target. Makalah disajikan
dalam The 3rd Indonesia EBTKEConEx, JCC, Jakarta 4 Juni 2014.
Pelheat, Biomass pellet production guide, (2010) (diakses pada 27 April 2016 dari
http://www.PelHeat.com).
Prasad S, Gupta N, Kumar A (2012). Biofuels from biomass: a sustainable alternative to energy and
environment. Biochemical and Cellular Archives, 2012; 12(2): 255-260.
Soerawidjaja, T.H. (2010). Peran Bioenergi Dan Arah-Arah Utama Litbangrapnya di Indonesia. Makalah
disajikan dalam Lokakarya Gasifikasi Biomassa, ITB, Bandung 2010.
Sukandarrumidi. 2004. Batu Bara dan Gambut. Gadjah Mada Univ. Press, Yogyakarta.
Surjosatyo, A. dan F. Vidian. 2004. Studi Co-gasifikasi Tandan Kosong dan Tempurung Kelapa Sawit
Menggunakan Gasifier Aliran ke Bawah. Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan
Proses, Jakarta. Hal 13-27.
Yuniarti, Theo YP, Faizal Y, Arhamsyah. 2011. Briket arang dari serbuk gergajian kayu meranti dan
arang kayu galam. J. Riset Industri Hasil Hutan 3(2): 37-42.
Zamirza F. 2009. Pembuatan biopelet dari bungkil jarak (Jatropa curcas L.) dengan Penambahan sludge
dan perekat tapioka [Skipsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 95
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

OPTIMALISASI PENURUNAN BOD MENGGUNAKAN BAKTERI


MESOFILIK UNTUK LAND APPLICATION DI UNIT
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT

Gimelliya Saragih 1, Mhd. Ikhwannuddin Al Hakim2, Sakinah Eprilia2, Sugiah2

1
Program Studi Teknik Kimia, Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan, Jl. Medan Tenggara VII,
Medan 20228, Indonesia
2
Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan, Jl. Medan Tenggara
VII, Medan 20228, Indonesia
Corresponding author: gimelliya@ptki.ac.id

ABSTRAK
Proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO)
menghasilkan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS). Limbah tersebut memiliki kandungan
Biological Oxygen Demand (BOD) yang cukup tinggi rata-rata 25.000 ppm sehingga diperlukan
adanya penanganan khusus sebelum digunakan untuk land application. Sistem pengolahan
limbah cair kelapa sawit di industri adalah dengan proses biodegradasi menggunakan bakteri
Mesofilik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi optimum dan pengaruh
penambahan kotoran sapi terhadap penurunan BOD limbah cair. Metodologi yang digunakan
meliputi pre-treatment sampel, menghitung jumlah bakteri, dan penurunan kadar BOD dengan
memvariasikan kotoran sapi yaitu tanpa perlakuan (penambahan kotoran sapi); 25 g; 50 g; 75 g;
dan 100 g terhadap 450 ml LCPKS. Pengujian nilai BOD mengacu pada SNI-06-2503-1991.
Hasil dari analisis BOD tanpa perlakuan dan penambahan kotoran sapi sebanyak 25 g; 50 g; 75
g; dan 100 g terjadi penurunan dari 22.732 ppm menjadi masing-masing sebesar 18.918 ppm;
11.366 ppm; 4.739 ppm; dan 763 ppm. Dari data tersebut diperoleh berat kotoran sapi optimum
sebesar 4.739 ppm yang telah sesuai standar Menteri Lingkungan Hidup No.29 tahun 2003.
Kata Kunci: Biological Oxygen Demand (BOD), Mesofilik, land application.

1.PENDAHULUAN
Sektor industri minyak kelapa sawit Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, hal ini
terlihat dari total luas areal perkebunan kelapa sawit yang terus bertambah yaitu 7,0 juta hektar pada 2008
meningkat menjadi 7,3 juta hektar pada 2009. Produksi minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) terus
mengalami peningkatan setiap tahunya hal ini dapat dilihat dengan semakin berkembangnya pabrik
industri kelapa sawit di Indonesia.
TBS yang diolah akan menghasilkan minyak sawit, inti sawit, cangkang, serat dan tandan kosong
kelapa sawit. Hasil samping dari pengolahan industri Pabrik Kelapa Sawit (PKS) adanya limbah padat
dan limbah cair. Limbah padat yang dihasilkan di antaranya serat (fibre), cangkang, dan tandan kosong.
Sementara limbah cair yang dihasilkan mengandung Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical
Oxygen Demand (COD), dan beberapa logam berat yang cukup tinggi.
Untuk mengolah satu ton TBS dihasilkan limbah cair sebesar 0,6-0,8 ton. Umumnya Limbah Cair
Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) berwarna kecoklatan, bersuhu tinggi, mengandung padatan tersuspensi
berupa koloid dan residu minyak serta kandungan BOD yang cukup tinggi sebesar 25.000 ppm. Oleh
sebab itu perlu dilakukan penanganan khusus untuk menurunkan kandungan BOD pada LCPKS hingga
memenuhi standar Menteri Lingkungan Hidup No.29 Tahun 2003.
Salah satu cara untuk dapat mengurangi tingkat pencemaran air adalah dengan cara biologis
menggunakan mikroorganisme atau yang dikenal dengan istilah biodegradasi. Biodegradasi terjadi karena
bakteri dapat melakukan metabolisme zat organik melalui sistem enzim untuk menghasilkan karbon
dioksida, air, dan energi. Energi digunakan untuk sintesis, motilitas, dan respirasi (Husin dalam Paramita,
2012). Penambahan bakteri selulotik dan lipolitik juga dapat menurunkan kadar TSS limbah cair berkisar
5,84-75% (Gimelliya, dkk. 2016)
Senyawa organik yang terdapat dalam limbah seperti protein, karbohidrat dan lemak dimanfaatkan
oleh mikroorganisme sebagai sumber nutrisi untuk menghasilkan energi (Gowner dalam Paramita, 2012).

96 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Mikroorganisme yang dapat menguraikan senyawa organik dapat diperoleh dari berbagai sumber, salah
satunya didapatkan dari kotoran sapi yaitu berupa bakteri jenis mesofilik. Bakteri ini mampu hidup pada
temperatur 25-40oC dan pada derajat keasaman 6-7.
Pengolahan LCPKS pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dapat dilakukan dengan metode
biologis. Penggunaan kotoran sapi dipilih sebagai komponen yang digunakan dalam upaya mendegradasi
kandungan BOD. Kotoran tersebut diperoleh dari hewan sapi ternak milik masyarakat di areal sekitar
pabrik.
Berdasarkan kendala tersebut, maka penulis tertarik untuk membahasnya dan hasil dari pembahasan
masalah ini dituangkan dalam bentuk penelitian dengan judul :
“Optimalisasi Penurunan BOD Menggunakan Bakteri Mesofilik Untuk Land Application Di Unit
Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit”

2.METODE PENELITIAN
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini sendok, neraca digital, botol kaca, ember plastik,
colony counter, autoklaf, neraca analitik, jarum ose, cawan petri, pipet tetes, gelas piala, gelas ukur,
tabung reaksi, shaker, saringan, maghnetic stirer,
2.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kotoran sapi, limbah cair kelapa sawit
(Outlet Cooling Pond), aquadest, pepton, KH2PO4, Lactosa, Sukrosa, eosin, methylene blue.

2.3 Prosedur Penelitian


2.3.1 pre-treatment sampel
Limbah cair kelapa sawit diambil sebanyak 3 liter dari kolam Outlet Cooling Pond, selanjutnya
temperatur sampel diukur menggunakan termometer dengan rentang suhu 25-400C (suhu Mesofilik). pH
sampel diukur berada pada pH 6,5-7,5.
2.3.2 Pembuatan Media EMB (Eosin Methylene Blue)
Komposisinya terdiri dari pepton 10 gram, kalium fosfat (KH2PO4) 2,0 gram, laktosa 5 gram, sukrosa 5
gram, eosin 0,4 gram dan methylene blue 0,07 gram. Komposisi EMB tersebut dilarutkan dalam 1000 ml
aquadest dan di panaskan hingga mendidih, kemudian dituangkan kedalam cawan petri sebanyak 10 – 15
ml. Medium disterilkan kedalam autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit. (Aminollah, 2016).

2.3.3 Perhitungan Jumlah Bakteri (Metode Total Plate Count/ TPC)


1. Kotoran sapi diambil, ditimbang dan dimasukan kedalam beaker glass sebanyak 25 gram.
Kemudian kotoran sapi diencerkan dengan penambahan aquades sebanyak 25 mL (1:1 terhadap
kotoran sapi) dan disaring menggunakan saringan.
2. Sampel diambil sebanyak 1 mL dari sampel yang telah diencerkan dengan aquades sebelumnya
dan dimasukan kedalam tabung reaksi yang telah berisi aquades sebanyak 9 mL. Hal ini disebut
dengan 1 kali pengenceran (10-1). Kemudian dilakukan hingga tiga kali pengenceran (10 -3).
Kemudian diinokulasikan opada media selektif EMB (Eosin Methylene Blue) secara Spread
plate kedalam cawan petri.
3. Kemudian diinkubasi pada temperatur 37oC selama 2 x 24 jam.
4. Kemudian koloni yang telah tumbuh pada media EMB dihitung dengan menggunakan colony
counter.
5. Langkah 1 – 4 diulangi dengan mengganti berat kotoran sapi menjadi 50 gram, 75 gram dan 100
gram.

Rumus perhitungan jumlah sel (CFU/ml)

Jlh Sel Bakteri (CFU/mL) = Jumlah Koloni x

Keterangan :
n : Banyaknya pengenceran sampel. Tiap pengenceran dilakukan sebanyak 3 kali.

2.3.4 Penurunan Kadar BOD Pada Tahapan Mixing Proses


1. Kotoran sapi dengan 5 variasi berat yang telah diketahui jumlah bakteri ditambahkan kedalam
masing-masing beaker glass yang telah berisi 450 mL sampel limbah cair kelapa sawit dan ditutup
rapat dengan menggunakan plastik wraping.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 97
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

2. Kemudian masing-masing campuran tersebut dihomogenkan menggunakan shaker hingga homogen


dan didiamkan selam 5 x 24 jam.
3. Setelah selesai maka dilanjutkan dengan memisahkan sampel yang telah ditreatment untuk dilakukan
pengujian BOD.

3. HASIL PENELITIAN
3.1 Data Konsentrasi BOD
Tabel 3.1 Data Pengamatan BOD Sampel
BKS Volume LCKS Retention Time BOD
No
( gram ) ( mL ) ( Jam ) (ppm)
1. 0 0 22732
2. 25 18918
3. 50 450 11366
120
4. 75 4739
5. 100 763

3..2 Data Jumlah Koloni


Tabel 3.2. Data Pengamatan Jumlah Koloni dalam Cawan Petri

BKS : VA (1:1) Temp. Inkubasi Waktu Inkubasi


No. Jumlah Koloni
(gram) (oC) (Jam)

1. 0 0
2. 25 2
3. 50 37 48 5
4. 75 6
5. 100 11
Keterangan:
BKS : Berat Kotoran Sapi (gram)
VA : Volume Aquadest (mL)

3.3 Perhitungan Efisiensi Penurunan BOD

Keterangan:
BODawal : Nilai BOD (mg/L)
BODn : Nilai BOD Ke-n yang ingin dicari
a. Untuk BKS 25 gram

b. Untuk BKS 50 gram

c. Untuk BKS 75 gram

d. Untuk BKS 100 gram

98 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 3.3. Tabel Efisiensi Penurunan BOD


No BKS BOD Efisiensi
( gram ) (ppm) (%)
1. 0 22732 -
2. 25 18918 16,78
3. 50 11366 50
4. 75 4739 79,15
5. 100 763 96,64

3.4 Perhitungan Jumlah Sel Bakteri/mL dari Data Jumlah Koloni


Tabel 4.4. Data Jumlah Koloni
BKS : VA (1:1) Jumlah Koloni
No
(gram/mL) (Unit)
1. 0 0
2. 25 2
3. 50 5
4. 75 6
5. 100 11

Untuk mengetahui jumlah sel bakteri dalam setiap variasi berat kotoran sapi dapat digunakan data di
atas. Dengan menggunakan rumus di bawah, yaitu:

Keterangan:
n : Banyaknya pengenceran sampel. Tiap pengenceran dilakukan sebanyak 3 kali

a. Untuk BKS 25 gram

b. Untuk BKS 50 gram

c. Untuk BKS 75 gram

d. Untuk BKS 100 gram

3.5 Pembahasan
3.5.1 Pengaruh Jumlah Sel Bakteri Terhadap %Efisiensi Penurunan BOD
Sumber utama penghasil bakteri jenis mesofilik adalah kotoran sapi. Pertambahan berat kotoran sapi
akan berbanding lurus dengan pertambahan jumlah bakterinya. Berikut adalah grafik pengaruh jumlah
bakteri terhadap %Efisiensi penurunan BOD:

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 99
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 3.1 Grafik Jumlah Sel Bakteri (CFU/mL)-Vs-%Efisiensi

Berdasarkan gambar 3.1 dapat diketahui bahwa setelah adanya interaksi antar jumlah bakteri yang
terkandung dalam kotoran sapi maka nilai efisiensi penurunan BOD dari perlakuan tersebut juga akan
meningkat. %Efisiensi penurunan BOD terbesar terjadi saat jumlah sel bakteri 11.000 CFU/mL dengan
nilai efisiensi penurunan mencapai 96,64%.
Hal ini disebabkan karena tersedianya bakteri dalam jumlah yang banyak. Untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya di dalam LCKS, bakteri tersebut memanfaatkan senyawa-senyawa organik yang
tersedia dalam air limbah seperti protein, karbohidrat dan lemak sebagai sumber nutrisi untuk
menghasilkan energi. Banyaknya senyawa-senyawa organik yang terkandung dalam LCKS akan
mengganggu penetrasi cahaya matahari yang masuk ke dalam air, sehingga akan menghambat proses
fotosintesis mikroorganisme.
Dalam aktivitasnya bakteri tersebut selain memerlukan senyawa organik sebagai sumber nutrisi
utama juga memerlukan sejumlah oksigen terlarut untuk merobak/mengoksidasi bahan-bahan organik
yang terdapat dalam LCKS. Timbulnya gelembung-gelembung udara pada sampel yang ditreatment
menunjukan bahwasanya sejumlah bakteri sedang melakukan aktivitas. Selain daripada timbulnya
gelembung-gelembung udara, aktivitas bakteri juga dapat diketahui dari bau yang ditimbulkan. Bau-bau
tersebut bersumber dari senyawa-senyawa gas yang dihasilkan seperti H2S dan NH3 yang menimbulkan
bau busuk pada saat berlangsungnya aktivitas bakteri.
Hasil gambar 3.1 atas juga membuktikan bahwasanya terdapat pengaruh yang kuat dengan nilai
korelasi (r) = 0,9934 antara jumlah bakteri dalam kotoran sapi terhadap efisiensi penurunan BOD.

3.5.2 Penentuan Berat Optimum Kotoran Sapi


Sumber utama penghasil bakteri jenis mesofilik adalah kotoran sapi. Pertambahan berat kotoran
sapi akan berbanding lurus dengan pertambahan jumlah bakterinya. Berikut adalah grafik pengaruh
jumlah bakteri terhadap %Efisiensi penurunan BOD:

Gambar 3.2. Grafik Jumlah Sel Bakteri (CFU/mL)-Vs-%Efisiensi

100 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Berdasarkan gambar 2.14 dapat diketahui bahwa setelah adanya interaksi antar jumlah bakteri yang
terkandung dalam kotoran sapi maka nilai efisiensi penurunan BOD dari perlakuan tersebut juga akan
meningkat. %Efisiensi penurunan BOD terbesar terjadi saat jumlah sel bakteri 11.000 CFU/mL dengan
nilai efisiensi penurunan mencapai 96,64%.
Hal ini disebabkan karena tersedianya bakteri dalam jumlah yang banyak. Untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya di dalam LCKS, bakteri tersebut memanfaatkan senyawa-senyawa organik yang
tersedia dalam air limbah seperti protein, karbohidrat dan lemak sebagai sumber nutrisi untuk
menghasilkan energi. Banyaknya senyawa-senyawa organik yang terkandung dalam LCKS akan
mengganggu penetrasi cahaya matahari yang masuk ke dalam air, sehingga akan menghambat proses
fotosintesis mikroorganisme.
Dalam aktivitasnya bakteri tersebut selain memerlukan senyawa organik sebagai sumber nutrisi
utama juga memerlukan sejumlah oksigen terlarut untuk merobak/mengoksidasi bahan-bahan organik
yang terdapat dalam LCKS. Timbulnya gelembung-gelembung udara pada sampel yang ditreatment
menunjukan bahwasanya sejumlah bakteri sedang melakukan aktivitas. Selain daripada timbulnya
gelembung-gelembung udara, aktivitas bakteri juga dapat diketahui dari bau yang ditimbulkan. Bau-bau
tersebut bersumber dari senyawa-senyawa gas yang dihasilkan seperti H2S dan NH3 yang menimbulkan
bau busuk pada saat berlangsungnya aktivitas bakteri.
Hasil gambar 2.14 atas juga membuktikan bahwasanya terdapat pengaruh yang kuat dengan nilai
korelasi (r) = 0,9934 antara jumlah bakteri dalam kotoran sapi terhadap efisiensi penurunan BOD.

4. KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai optimalisasi penurunan BOD menggunakan bakteri mesofilik
untuk land application, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bakteri jenis Mesofilik yang terkandung pada kotoran sapi terbukti berpengaruh nyata untuk
mendegradasi kandungan BOD serta memiliki hubungan berbanding lurus terhadap %Efisiensi
penurunan BOD. Dengan nilai korelasi (r) = 0,9934.
2. Berat optimum kotoran sapi yang digunakan untuk mendegradasi kandungan BOD dalam 450
mL LCKS sebesar 75 gram, dengan konsentrasi BOD yang didapat adalah 4.739 ppm.
Kandungan BOD tersebut telah sesuai dengan standar Menteri Lingkungan Hidup No.29
Tahun 2003 tentang aplikasi limbah cair kelapa sawit ke lahan (land application).
4.2. Saran
Saran untuk kelanjutan penelitian ini adalah penentuan variabel berat kotoran sapi yang diteliti
dimulai dari 75 gram – 100 gram dengan interval 5 dan volume LCKS 450 mL, untuk mengetahui titik
jenuh dari kemampuan bakteri untuk mendegradasi kandungan organik dalam limbah cair kelapa sawit.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Adrianto, dkk. 2011. “Penyisihan Kandungan Padatan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit dengan
Bioreaktor Hibrid Anaerob Bermedia Cangkang Sawit”. Makalah Disajikan dalam Seminar
Nasional Teknik Kimia, Yogyakarta, 22 Februari 2011.
Aminah, Tika Sri. 2011. “Potensi Hasil Samping Produksi Biogas dari Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
dengan Penambahan Aktivator Kotoran Sapi Potong Sebagai Pupuk Organik”. Repositori IPB.
Bogor: Program Sarjana IPB Bogor.
Aminollah. 2016. “Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Pathogen Escherichia coli dan Salmonella sp. Pada
Kotoran Kelelawar Di Gua Pongangan Gresik dan Gudang Gula Bojonegoro Jawa timur”. ADLN
Perpustakaan Universitas Airlangga. Surabaya: Program Sarjana UNAIR Surabaya.
Anggraeni, M, D. 2012. “Uji Disinfeksi Bakteri Escherichia Coli Menggunakan Kavitasi Water Jet”.
Universitas Indonesia. Depok: Program Sarjana UI Depok.
Djaja, Willyan, dkk. 2003. “Pengaruh Imbangan Kotoran Sapi Perah dan Serbuk Gergaji terhadap
Kualitas Kompos”. Laporan Penelitian UNPAD. Bandung: Fakultas Peternakan UNPAD
Bandung.
Muhajir, M, S. 2013. “Penurunan Limbah Cair BOD dan COD pada Industri Tahu Menggunakan
Tanaman Cattail (Typha Angustifolia) dengan Sistem Constructed Wetland”. UNS. Semarang:
Program Sarjana UNS Semarang.
Nurhasanah. 2009. “Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik
Kelapa Sawit, Pabrik Karet Dan Domestik”. Repositori USU. Medan: Program Diploma USU

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 101
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Medan.
Paramita, P, dkk. 2012. “Biodegradasi Limbah Organik Pasar dengan Menggunakan Mikroorganisme
Alami Tangki Septik”. Jurnal Sains dan Seni ITS volume 1, E: 23.
Pratiwi, Dian. 2013. “Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Sungai Bahaur
Estate, Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan Tengah”. Repositori IPB. Bogor: Program Sarjana
IPB Bogor.
Saragih, Gimelliya, dkk. 2016. “Pengujian Aktivitas Bakteri Selulitik Dan Bakteri Lipolitik Dalam Upaya
Penurunan Kadar TSS Limbah Cair Kelapa Sawit”. Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional
Kimia dan Pendidikan Kimia, Unimed dan USU, Medan, 30 dan 31 Mei 2016.
Sari, Febrina Rantifa, dkk. 2013. “Perbandingan Limbah dan Lumpur Aktif terhadap Pengaruh Sistem
Aerasi pada Pengolahan Limbah CPO”. Jurnal Konversi Volume 2, Nomor (1).
Syahputra, Irfan, 2015. “Efisiens Sistem Ponding dan Lumpur Aktif Untuk Menurunkan Kadar BOD di
PT. Bakrie Sumatera Plantation”. Tidak diterbitkan. Medan: Program Diploma PTKI Medan.
Togatorop, Rusmey. 2009. “Korelasi antara Biological Oxygen Demand (BOD) Limbah Cair Pabrik
Kelapa Sawit Terhadap pH, Total Suspended Solid (TSS), Alkaliniti dan Minyak/ Lemak”.
Repositori USU. Medan: Program Pascasarjana USU Medan.

102 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PENGARUH KOSENTRASI NaOH PADA KARAKTERISASI α-


SELULOSA DARI PELEPAH KELAPA SAWIT

Nelson Silitonga1, Nurliana Tarigan1 , Gimelliya Saragih1

1
Program Studi Teknik Mekanika Industri, Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan, Jl. Medan
Tenggara VII, Medan 20228, Indonesia
Corresponding author: nelsonsilitonga@ptki.ac.id

ABSTRAK
Analisa kimia terhadap pelepah sawit menunjukkan bahwa terdapat komponen selulosa,
hemiselulosa, dan lignin yang memperlihatkan bahwa pelepah sawit berpeluang untuk diolah
lebih lanjut menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai ekonomis. Empat tahapan yang
dilakukan dalam proses isolasi α-selulosa dari pelepah kelapa sawit yaitu hidrolisis, delignifikasi,
pulping dan bleaching. Rendemen dan kadar α-selulosa tertinggi yang didapat dari proses ini
pada penggunaan variasi NaOH 2% rendemen sebesar 28,93% dan kadar α-Selulosa
diperoleh sebesar 90,23%. Karakterisasi α-selulosa menggunakan FTIR dan DSC. Analisa
spektroskopi FTIR menunjukan bahwa α-Selulosa memberikan spektrum yang menggambarkan
struktur sellulosa dan tidak ada perbedaan yang signifikan dengan variasi penggunaan larutan
pemasak NaOH hal ini ditandai dengan tidak adanya perubahan pita serapan. Karakterisasi α-
Selulosa menggunakan DSC menunjukan bahwa bahan α-Selulosa dapat digunakan dibawah
temperatur degredasinya yaitu dibawah temperatur 370 0C .
Kata Kunci : Pelepah kelapa sawit, isolasi α-selulosa, FTIR, DSC

1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara eksportir produk kelapa sawit dan turunannya terbesar setelah
Malaysia yaitu hingga mencapai 32,64% terhadap ekspor dunia. Provinsi Riau tercatat sebagai wilayah
yang memiliki perkebunan sawit terluas di Indonesia yaitu 1,61 juta hektar [Litbang Deptan, 2014].
Dengan luas perkebunan sawit tersebut, maka limbah pelepah sawit yang dihasilkan sebesar 10,14 juta
ton. Akan tetapi, limbah pelepah sawit belum dimanfaatkan secara optimal. Pelepah sawit hanya
dimanfaatkan menjadi pakan ternak dan pupuk kompos. Analisa kimia terhadap pelepah sawit
menunjukkan bahwa terdapat komponen selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang memperlihatkan bahwa
pelepah sawit berpeluang untuk diolah lebih lanjut menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai
ekonomis. Menurut Padil dkk [2011], pelepah sawit mengandung Selulosa -α (34,89%), Hemiselulosa
(27,14%), dan Lignin (19,87%).
Salah satu kandungan kimia pelepah kelapa sawit yang menarik untuk diteliti adalah selulosa.
Selulosa merupakan senyawa polimer yang memiliki rumus kimia (C6H10O5)n yang digunakan tumbuhan
sebagai polisarida struktural. Polimer selulosa ini terdiri dari ratusan hingga puluhan ribu ikatan β(1→4)
unit D-glukosa. Susunan linear dari ikatan β-glukosa dalam selulosa menghadirkan distribusi gugus –OH
pada setiap rantai terluar. Akibatnya selulosa bersifat kaku dan polimer berserabut, hal ini ideal untuk
penyusun dinding sel tumbuhan (Fessenden, 1986).
Dalam beberapa penelitian, selulosa telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Novia
(2011) menggunakan potensi selulosa dari tandan kosong kelapa sawit (TKS) menjadi energi terbarukan
yaitu bioetanol. Marbun (2012) menggunakan selulosa yang dikombinasikan dengan ZnO dalam
pembuatan bioplastik yang memiliki sifat mudah didegradasi. Selain itu, Saputra (2012) mengembangkan
selulosa dari TKS dalam sintesis komposit polianilina-selulosa yang bersifat semikonduktor.
Dalam penelitian Harianto (2012) selulosa dimanfaatkan dalam pembuatan nitroselulosa yang dapat
digunakan dalam pembuatan propelan atau bahan bakar roket. Gaol, et al (2013) memanfaatkan selulosa
TKS dalam pembuatan selulosa asetat. Aulia (2013) mengkonversikan selulosa TKS menjadi nanokristal
selulosa. Selain itu, selulosa dari TKS dapat dikonversikan menjadi karboksimetilselulosa (CMC) yang
digunakan dalam bidang farmasi maupun bidang kecantikan (Nahrowi, 2015). Pembuatan plastik
Biodegradable berbahan dasar Nano α-selulosa dari TKS (Benny, 2018)

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 103
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Dalam penelitian ini akan dilakukan proses delignifikasi pelepah kelapa sawit dengan NaOH 2 %
sebagai variabel kontrol dan memvariasikan konsentrasi NaOH menjadi NaOH 4%,dan NaOH 6%
sebagai variabel bebas. Selulosa yang diperoleh akan diukur kadar α-selulosa, lignin, dan hemiselulosa.
Untuk mengetahui karakterisasi selulosa diukur menggunakan FTIR (Fourier-Transform Infrared
Spectroscopy), dan DSC (Differential Scanning Calorimetry).

2.METODE PENELITIAN
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini meliputi gelas beker, erlenmeyer, corong pemisah,
pipet tetes, gelas ukur, oven, refluks, derigen, ember, kain penyaring, kertas saring, indikator universal,
botol gelap, alumunium foil, neraca analitik, pengaduk, pembakar bunsen, magnetic stirer,desikator,
kertas saring whatman nomer 2, lemari asam, statif, buret, FT-IR (Fourer Transform Infra Red) dan DSC
(Differential Scanning Calorimetry).
2.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelepah kelapa sawit, larutan NaOH,
larutan H2SO4, H2O2, NaOCl, Na2SO3, NaNO2, larutan kalium dikromat, indikator ferroin, larutan ferro
ammonium sulfat, dan aquades.

2.3 Prosedur Penelitian


2.3.1 Preparasi Sampel
Sampel berasal dari Kebun milik Politeknik Teknologi Kimia Industri medan. Langkah pertama,
mencuci sampel dengan air bersih dan menjemurnya di bawah sinar matahari selama satu hari.
Selanjutnya, membelah pelepah kelapa sawit yang setengah kering menjadi empat dan menjemurnya
kembali di bawah sinar matahari selama satu hari agar kadar airnya berkurang. Kemudian memotong
tandan sawit menjadi berukuran sekitar 2 cm tahap terakhir adalah memblender sampel hingga diperoleh
serbuk halus.

2.3.2 Isolasi α-Selulosa dari Pelepah Kelapa Sawit


75 gram serat TKS dilarutkan ke dalam satu liter HNO3 3,5 % dan ditambahkan 10 mg NaNO2. .
Campuran sampel dipanaskan diatas hot plate pada suhu 90 0C selama dua jam. Selanjutnya, campuran
disaring dan dicuci sampai didapatkan ampas dengan filtrat netral. Ampas direfluk dengan campuran
NaOH 2 % dan Na2SO3 2 % perbandingan (1:1) yang berjumlah 750 ml pada suhu 50 0C selama dua jam.
Kemudian campuran disaring dan dicuci hingga didapat ampas dengan filtrat netral. Tahap berikutnya
proses pemutihan yang dilakukan dengan melarutkan ampas sampel ke dalam 250 ml NaOCl 1,75 %
pada temperatur mendidih selama 30 menit. Kemudian campuran disaring dan dicuci sampai 27 filtrat
dari ampas sampel netral . Pemurnian α-selulosa dilakukan dengan cara sampel dilarutkan ke dalam 500
ml NaOH 17,5 % pada suhu 800C selama 30 menit. Selanjutnya campuran disaring dan dicuci sampai
filtrat ampas netral.. Tahap akhir, sampel dilarutkan ke dalam larutan H 2O2 10 % selama satu jam.
Sampel yang didapatkan disaring dan dicuci sampai filtrat ampas netral. Kemudian ampas (pulp) yang
didapat dioven pada suhu 60 0C hingga diperoleh bobot konstan. Pulp kemudian disimpan dalam
desikator (Patraini, 2014). Pada penelitian ini, α-selulosa dibuat dari pelepah kelapa sawit melalui proses
delignifikasi dengan memvariasi konsentrasi NaOH 2 %, 4 %, dan 6%.

2.3.3 Penentuan Kadar α-Selulosa Menggunakan Metode Uji SNI 0444:2009


Penentuan kadar α-selulosa dilakukan dengan cara sampel ditimbang sebanyak 1,5 gr. Selanjunya
sampel dimasukkan ke gelas piala dan ditambahkan 75 ml larutan NaOH 17,5 %, sebelumnya NaOH
disesuaikan pada suhu 25oC sambil mencatat waktu pada saat larutan NaOH ditambahkan. Setelah itu,
sampel diaduk menggunakan stirer perlahan sampai terdispersi sempurna. Hati-hati dalam proses
pengadukan untuk menghindari terjadinya gelembung udara dalam suspensi pulp selama proses
pengadukan.
Pengaduk dicuci menggunakan 25 ml larutan NaOH 17,5% diatas gelas piala yang mengandung
sampel sehingga volume mencapai 100 ml. Selanjutnya suspensi pulp diaduk menggunakan batang
pengaduk dan dimasak dalam air dengan suhu 50o C sampai waktu 30 menit dari awal perhitungan waktu.
Campuran yang 28 diperoleh didiamkan pada suhu ruang, kemudian ditambah dengan aquades 100 ml.
Campuran diaduk menggunakan batang pengaduk dan dimasak pada suhu 50 o C selama 30 menit
sehingga total waktu pada proses ini 60 menit. Suspensi yang didapatkan, selanjutnya diaduk dan disaring
sehingga didapatkan filtrat.
10 ml sampai 20 ml filtrat pertama dibuang, kemudian sisa filtrat diisihkan untuk analisis kadar α-
selulosanya. Selanjutnya filtrat dipipet sebanyak 10 ml dan ditambah 7 ml larutan kalium dikromat 0,5 N

104 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

ke dalam labu 250 ml. Sampel ditambah secara hati-hati 50 ml asam sulfat pekat dengan menggoyang
labu dalam lemari asam. Campuran dibiarkan tetap panas selama 15 menit dan dipanaskan pada suhu
125oC sampai 135oC lalu ditambahkan 50 ml aquades dan didinginkan pada suhu ruangan.
Langkah selanjutnya sampel ditambah 2 tetes sampai 4 tetes indikator ferroin, kemudian dititrasi
dengan larutan ferro ammonium sulfat 0,1 N sampai berwarna ungu. Terakhir blanko dibuat dengan
perlakuan sama seperti persiapan sampel namun tidak dimasukkan sampel. Kemudian fitrat tanpa sampel
ini diberi perlakuan sama seperti penambahan kalium kromat dan lainnya, kemudian dititrasi
menggunakan larutan ferro ammonium sulfat 0,1 N. Hasil analisis dibandingkan antara sampel NaOH
2%, NaOH 4 %, NaOH 6 %, NaOH 8%, sehingga dapat ditentukan keadaan yang paling optimum
menggunakan rumus berikut:

Dimana:
X = selulosa alfa (%);
V1 = volume titrasi blanko (ml);
V2 = volume titrasi filtrat pulp (ml);
N = normalitas larutan ferro ammonium sulfat;
A = volume filtrat pulp yang dianalisa (ml);
W = berat kering oven contoh uji pulp (g).

2.3.4. Analisis FT-IR


Analisis α-selulosa menggunakan FT-IR dilakukan dengan cara 0,2 mg selulosa dicampur dengan 2
mg KBr dan dibentuk menjadi pellet. Pellet dari sampel kemudian dimasukkan ke instrumen FT-IR
dengan λ 4000-400 cm-1 .

2.3.5 Analisa Differential scanning calorimeter (DSC)


Analisai thermal menggunakan Differential scanning calorimeter (Shimadzu). Analisis ini
dilakukan untuk mengukur energi yang diserap atau diemisikan oleh sampel yang memberikan
pengukuran kalorimetri dan energi transisi pada temperatur tertentu.

3. HASIL PENELITIAN
3.1 Preparasi Sampel
Pelepah kelapa sawit diperoleh dari perkebunan Politeknik Teknologi Kimia Industri medan.
Langkah pertama, mencuci sampel dengan air bersih dan menjemurnya di bawah sinar matahari selama
satu hari. Selanjutnya, membelah pelepah kelapa sawit yang setengah kering menjadi empat dan
menjemurnya kembali di bawah sinar matahari selama satu hari agar kadar airnya berkurang. Kemudian
memotong tandan sawit menjadi berukuran sekitar 2 cm tahap terakhir adalah memblender sampel hingga
diperoleh serbuk (serat) halus. Serat halus inilah yang selanjutnya digunakan sebagai bahan baku Isolasi
α-Selulosa dari pelepah kelapa Sawit

3.2 Isolasi α-Selulosa dari Pelepah Kelapa Sawit


α-Selulosa diperoleh dari beberapa tahap yaitu preparasi, hidrolisis, delignifikasi, pulping dan
bleaching, tahapan diatas bertujuan untuk menghilangkan kadar lignin pada serat pelepah kelapa sawit.
Rendemen hasil isolasi α-selulosa dari pelepah kelapa sawit dengan penggunaan larutan pemasak NaOH
2% sebesar 15,53%, larutan pemasak NaOH 4% sebesar 23,99% dan larutan pemasak NaOH 6% sebesar
28,93%. Semakin tinggi kosentrasi NaOH yang digunakan maka semakin tinggi rendemen α-selulosa
yang didapatkan disebabkan karena semakin banyak kosentrasi NaOH yang digunakan maka semakin
besar kemampuan NaOH untuk mengikat lignin yang ada pada serat pelepah kelapa sawit karena NaOH
berfungsi memisahkan lignin dari selulosa. Karakterisasi dari hasil isolasi α-selulosa dari pelepah kelapa
sawit berwarna putih dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 105
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 3.1 α-Selulosa Dari Pelepah Kelapa Sawit

3.3 Penentuan Kadar α-Selulosa Menggunakan Metode Uji SNI 0444:2009


Hasil Penentuan kadar α-selulosa dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini:

Tabel 3.1 Hasil kadar α-selulosa dari serat pelepah kelapa sawit
Penggunaan NaOH Kadar α-selulosa
(%) (%)
2 90,23
4 85,61
6 79,40

Penurunan kadar selulosa dikarenakan komponen hemiselulosa dan lignin pada serat pelepah sawit
telah terhidrolisis menjadi glukosa yang larut dalam proses pencucian dengan menggunakan air.
Pecahnya komponen hemiselulosa dan lignin menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti glukosa yang
larut dalam air dapat berpengaruh terhadap produksi selulosa yang dihasilkan. Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Widodo et al. 2013; Hutomo 2012; Lisin et al. 2015) yang
menyatakan bahwa konsentrasi NaOH dan lama waktu blaching berpengaruh pada hasil rendemen
selulosa yang dihasilkan. Penggunaan NaOH dengan konsentrasi yang lebih tinggi akan menyebabkan
degradasi terhadap selulosa, sehingga menyebabkan turunnya kadar selulosa yang diperoleh pada hasil
ekstraksi.

3.4. Analisis FTIR


Spektrofotometer FTIR digunakan untuk mengindentifikasi keberadaan gugus fungsi
berdasarkan ikatan yang terdapat dalam satu senyawa. Dimana, perbedaan gugus fungsi suatu senyawa
akan memberikan pola serapan spesifik dengan spektrum yang berbeda satu dengan yang lainya
(Dachriyanus, 2004)

a
Transmittance (%)

4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500


-1
Bilangan gelombang (cm )

Gambar 3.2 Spektra FTIR dari (a) α-Selulosa Menggunakan NaOH 2%, (b) α-Selulosa Menggunakan
NaOH 4% dan (c) α-Selulosa Menggunakan NaOH 6%

106 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Berdasarkan gambar 3.2 diatas, dengan jelas bahwa spektra FTIR α-Selulosa Menggunakan
NaOH 2%, α-Selulosa Menggunakan NaOH 4% dan α-Selulosa Menggunakan NaOH 6% tidak ada
perbedaan yang signifikan, hal ini ditandai dengan tidak adanya perubahan pita serapan. Untuk hasil
analisa Spektrum FTIR selulosa dabat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini:

Tabel 4.2 Hasil Analisa Spektrum FTIR α-Selulosa


Bilangan Gerlombang Gugus
No Jenis Senyawa
(cm -1) Fungsi
1 3000 – 3600 O –H Asam Karboksilat
2 2850 – 2960 C –H Alkana
3 1500 – 1600 C=C Cincin Aromatik
4 1340 – 1470 C–H Alkana
5 1050 – 1300 C–O Asam Karboksilat

Hasil analisa spektroskopi FTIR menunjukan bahwa α-Selulosa memberikan spektrum yang
menggambarkan struktur sellulosa.

3.5 Analisis Differential Scanning Calorimetry DSC


Differential Scanning Calorimetry (DSC) merupakan suatu teknik analis sifat termal bahan dimana
perubahan material diukur sebagai fungsi temperatur. DSC digunakan untuk mempelajari sifat termal dan
perubahan fasa akibat perubahan dalam bentuk kalorimetri dari suatu material. Analisa DSC telah
dilakukan terhadap sampel α-Selulosa yang dapat dilihat pada gambar 3.3

a
b
35 c

30

25

20
mW

15

10

-5

0 100 200 300 400 500


0
Temperatur C

Gambar 3.3 Grafik Hasil Analisa DSC (a) α-Selulosa Menggunakan NaOH 2%, (b) α-Selulosa
Menggunakan NaOH 4% dan (c) α-Selulosa Menggunakan NaOH 6%

Pada Grafik 3.3 menunjukkan perubahan reaksi endotermis maupun reaksi eksotermis dari α-
Selulosa dengan variasi penggunaan larutan pemasak NaOH. Pada temperatur diantara 74 -810C
menujukkan suhu reaksi endotermis (menyerap kalor), pada temperatur 3700C menunjukkan suhu reaksi
eksotermis, yang menyatakan bahan sudah terdegradasi (rusak), ini berarti bahan α-Selulosa dapat
digunakan dibawah temperatur degrdasinya yaitu dibawah temperatur 370 0C .

4. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarikkesimpulan sebagai berikut:
1. Isolasi α-Selulosa dari pelepah kelapa sawit telah berhasil dilakukan dan menghasilkan rendemen
dan kadar α-Selulosa tertinggi diperoleh pada variasi kosentrasi NaOH 2% dengan rendemen
28,93% dan kadar α-Selulosa diperoleh sebesar 90,23%.
2. Karakterisasi α-Selulosa menggunakan FTIR menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan
dengan variasi penggunaan larutan pemasak NaOH hal ini ditandai dengan tidak adanya perubahan
pita serapan. Hasil analisa spektroskopi FTIR menunjukan bahwa α-Selulosa memberikan spektrum
yang menggambarkan struktur sellulosa. Karakterisasi α-Selulosa menggunakan DSC menunjukan
bahwa bahan α-Selulosa dapat digunakan dibawah temperatur degredasinya yaitu dibawah
temperatur 370 0C .

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 107
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

DAFTAR PUSTAKA
Aulia, Fenny., Marpongahtum., dan Saharman Gea. 2013. Studi Penyediaan Nanokristal Selulosa dari
Tandan Kosong Sawit (TKS). Jurnal Saintia Kimia. 1(2) 2013.
Benny Rio Fernandez, Yunianto dan Gimelliya Saragih. 2018 Pembuatan Plastik Biodegradable
Berbahan Dasar Nano Α-Selulosa Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKS). Jurnal Warta PTKI
Dachriyanus, 2004, Analisa Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi, Padang: Andalas university
Press.
Ditjen Perkebunan, 2014. Pertumbuhan Aral Kelapa Sawit Meningkat.
http:/ditjen.pertanian.go.id/setditjenbun/. Diakses pada tanggal 29 April 2015 pukul 16.48 WIB.
Fessenden, Ralph J., Fessenden, Joan S. 1986. Kimia Organik Jilid II. Erlangga. Jakarta.
Gaol, M Roganda, L Lumban., Roganda Sitorus., Yanthi S., Indra Surya., dan Renita Manurung., 2013.
Pembuatan Selulosa Asetat dari α-Selulosa Tandan Kosong Kelapa Sawit. Jurnal Teknik Kimia
USU. 2(3) 2013.
Harianto, F., Padil., Yelmida. 2012. Pembuatan Nitroselulosa dari Selulosa-α Pelepah Sawit Hasil
Pemurnian Dengan Enzim Xylanase Asam Penitrasi.J. Fakultas Teknik Universitas Riau. Pekan
Baru.
Hutomo, et al, 2012. Ekstraksi Selulosa Dari Pod Husk Kakao Menggunakan Sodium Cellulose
Extraction from Cacao Pod Husk Using Sodium Hydroxide. , 32(3), pp.223–229
Ibrahim, S.F. 2011. Thermal Analysis and Characterization of Some Cellulosic Fabrics Dyed by a New
Natural Dye and Mordanted whith Different Mordants. International Journal of Chemistry. 3(2)
2011.
Janes, R. L. 1996. The Chemistry of Wood and Fibers. New York: Mc Graw Hill Book Co & Mc Donald
(ed). Pulp and Paper Manufacture, vol 1
Joseph, T., Wanna, E., Jannine Powell. 1993. Thermal Decomposition of Cotton Cellulose Treated with
Selected Salts. Thermochimica Acta. 22, pp 257-263.
Lisin, N. et al., 2015.Hydrolysis of Cellulose from Cocoa Pod Husk Using Sulfuric Acid. , 3(4), pp.482–
490
Marbun, Eldo S. 2012. Sintesis Bioplastik dari Pati Ubi Jalar Menggunakan Penguat Logam ZnO dan
Penguat Alami Selulosai (Skripsi). Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Depok.
Padil., A. Yelminda., dan Masfika Candra. 2011. Optimasi Hidrolisis Tandan Kosong Sawit dengan
Ekstrak Abu TKS Menggunakan Rancangan Percobaan Response Surface Methode. Jurnal Sains
dan Teknologi. 10(1), pp 42-46, 2011.
Saputra, Eko., Berlian Sitorus., dan Harlia. 2012. Sintesis Komposit Pilianilin Selulosa Menggunakan
Matriks Selulosa dari Tandan Kosong Sawit. JKK ISSN 2303-1077. 2(1) pp 58-64.
Widodo, L.U. et al., 2013. Pemisahan AlphaSelulosa Dari Limbah batang Ubi kayu Menggunakan
Larutan Natrium Hidroksida. Jurnal Teknik Kimia, 7(2), pp.43–47.
Zhao H., Kwak JH., Zhang ZC., Brown HM., Arey BW., dan Holladay JE. 2007. Studying Cellulose
Fiber Structure by SEM, XRD, NMR, and Acid Hydrolysis. Carbohydr Polym. 68, pp 235–241

108 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Pengaruh Penambahan Engine Conditioner Terhadap Knocking Motor


Bensin 4 Langkah Berkapasitas 1500 CC Dengan Teknologi ECCS

Enzo W. B Siahaan1), T. Hasballah2), Isindo Miduk Purba3)

Fakultas Teknik, Prodi Teknik Mesin, Universitas Darma Agung, Medan, Indonesia
Email : enzo.battra84@gmail.com1); teukuhasballah@yahoo.co.id2); isindo@yahoo.com3)

ABSTRAK
Pada motor bensin, nilai kompresi pada setiap silinder mempengaruhi performa mesin. Nilai
kompresi silinder yang diluar dari spesifikasi mesin tersebut akan menyebabkan penurunan daya
dari mesin tersebut. Akibat dari kompresi naik melebihi standart maka akan terjadi knocking
pada mesin yang menyebabkan pembakaran pada mesin tidak sempurna. Ketidak sempurnaan
pembakaran menyebabkan ketukan pada dinding silinder mesin, secara otomatis sensor
membaca terjadinya knocking/ketukan pada mesin, kemudian ECM dengan teknologi ECCS
memberi sinyal untuk menurunkan ign timing untuk menurunkan ign timing pembakaran. Akibat
dari penurunan ign timing pembakaran maka performa mesin juga akan pasti menurun dan mesin
akan kekurangan tenaga. Untuk mencegah hal itu terjadi perlu dilakukan penambahan engine
conditioner 500 ml disetiap silinder. Penambahan engine conditioner 500 ml dapat membuang
sisa karbon pada ruang bakar dan silinder head agar kompresi mesin kembali pada standart
kompresi sesuai ketentuan pabrik. Dengan terbuangnya sisa karbon di ruang bakar dan silinder
head maka pembakaran akan normal dan ign timing akan kembali ke pembakaran standart sesuai
dengan ketentuan pabrik. Ign timing idle standart pada rpm idle adalah : 5 – 7 derajat.
Kata Kunci : Knocking, Engine Conditioner, Compresion , Ign Timing

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Knocking adalah gejala bahan bakar menyala sebelum busi memercikkan api, akibatnya piston
seperti dipukul keras oleh ledakan ruang bakar tersebut, kejadian ini dinamakan detonasi/knocking. Pada
motor bakar, unjuk kerja mesin sangat dipengaruhi oleh fenomenapembakaran didalam mesin itu sendiri.
Semakin sempurna proses pembakaran di setiap kondisi kerja mesin pada mesin tersebut, semakin
tinggilah prestasi mesin yang dihasilkan. Ketika mesin itu terjadi ngelitik atau knocking maka mesin
tersebut telah melepaskan beberapa polusi yang berbahaya ke udara bebas yang terdiri dari Nitrogen
oxide (Nox) mentah dan Hydrocarbon (HC) yang tidak terbakar sempurna didalam mesin.
Beberapa hal yang menentukan kesempurnaan pembakaran adalah perbandingan kompresi
mesin(Compression Ratio), Ketepatan waktu pembakaran, perbandingan campuran udara dan bahan
bakar serta homogenitas campuran. Kesalahan penggunaan bahan bakar bisa menyebabkan fenomena
knocking yang selanjutnya akan memperpendek usia komponen-komponen mesin itu sendiri.
Knocking akan terjadi bila rasio kompresi melebihi batas standart kompresi. Ketika kompresi lebih
tinggi dari nilai yang ditentukan, kemungkinan bahwa karbon sisa pembakaran terdapat di ruang bakar
dan kepala silinder. Apabila terjadi knocking maka sensor akan membaca terjadinya knocking/ ketukan
pada silinder dan mengirimkannya ke ECM, secara otomatis ECM akan menurunkan Ign Timing
pengapian pada mesin untuk mengurangi terjadinya knocking.
Engine Conditioner yaitu cairan kimia untuk membersihkan ruang bakar mesin, cairan ini juga bisa
mengurangi tumpukan kerak di piston atau klep tanpa harus membongkar mesin. Manfaat dari engine
conditioner waktu yang sangat singkat dan efisien karena hanya dengan menyemprotkan di ruang bakar
mesin melalu lubang spark plug dan didiamkan selama kurang lebih satu jam untuk merontokan kotoran
dalam mesin, kotoran akan keluar melalui lubang gas buang.
Seiring dengan berkembangnya kemajuan dan teknologi terutama dibidang otomotif sendiri sangat
pesat khususnya pada mesin mobil dengan berkembangnya teknologi di dunia otomotif setiap sistem pada
mesin mengalami perubahan bentuk dan cara kerja yang berbeda. Pada mobil dengan teknologi (ECCS)
Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 109
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

terjadinya knocking atau sering disebut banting klep tidak memerlukan penyetelan klep karena pada
mobil dengan teknologi ECCS camshaft journal langsung mendorong valve lifter dan valve maka valve
terbuka.
1.2. Batasan Masalah
Batasan masalah yang diambil dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Perbandingan kompresi mesin sebelum dan sesudah penambahan engine conditioner 500 ml.
2. Perbandingan ign timing sebelum dan sesudah penambahan engine conditioner 500 ml.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan dalam hal ini memiliki tujuan antara lain :
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penambahan engine conditioner 500 ml terhadap
kompresi mesin.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penambahan engine conditioner 500 ml terhadap ign
timing pengapian.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk memperoleh informasi tentang pengaruh penambahana engine
conditioner 500 ml terhadap knocking yang terjadi pada mobil dengan teknologi ECCS serta penyelesaian
masalahnya.

2. LANDASAN TEORITIS
2.1. Defenisi Engine Bensin
Mesin bensin atau mesin Otto diciptakan oleh Nikolaus August Otto yang berkebangsaan Jerman
pada tahun 1876. Mesin bensin adalah sebuah tipe mesin pembakaran dalam menggunakan nyala busi
untuk proses pembakaran, dirancang untuk menggunakan bahan bakar bensin atau sejenisnya. Mesin
bensin berbeda dengan mesin diesel dalam metode pencampuran bahan bakar dengan udara, dan mesin
besin selalu menggunakan penyalaan busi untuk proses pembakaran. Pada mesin diesel, hanya udara
yang dikompresikan dalam ruang bakar dengan sendirinya udara tersebut terpanaskan, bahan bakar
disuntik ke dalam ruang bakar dan ahir langkah kompres untuk bercampur dengan udara yang sangat
panas, pada saat kombinasi antara jumlah udara, jumlah bahan bakar dan temperatur dalam kondisi tepat
maka campuran udara dan bahan bakar tersebut akan terbakar dengan sendirinya.
2.2. Cara Kerja Engine 4 Langkah

Gambar 1. Mesin 4 Langkah

2.3. Rasio Kompresi


Rasio kompresi antara volume diatas piston saat piston di bottom dead center dengan volume diatas
piston saat piston berada di top dead center. Volume diatas piston berad di top dead center disebut
dengan volume ruang bakar. Sehingga volume diatas piston saat piston di bottom dead center sama
dengan piston displacement ditambah dengan volume ruang bakar.

2.4. Air Fail Rutio


Nilai campuran bahan bakar yang diperlukan untuk pembakaran disebut dengan air-fuel ratio
(perbandingan campuran) dan dinyatakan dengan persentase berat.

110 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Untuk menyelesaikan pembakaran 1 gram (0.04 oz) bensin, secara teoritis diperlukan 14,7 gram
(0.518 oz) udara. Air fuel ratio pada keadaan itu disebut dengan air fuel ratio ideal.
2.5. Camshaft
Camsahaft sebuah poros yang memiliki beberapa kelompok camshaft yang urut sesuai dengan
urutan valve tiap silinder, dan digerakkan oleh crankshaft melalui timing cahain. Gerakan putar
camsahaft yang dirubah dari gerak bolak-balik, diteruskan ke roker arm untuk menekan valve sehingga
terbuka melawam tegangan valve spring.
2.6. Katup (Valve)
Katup berfungsi untuk membuka dan menutup saluran hisap dan saluran buang. Tiap silinder
dilengkapi dengan dua katup masing – masing adalah katup masuk dan katup buang. Kontruksi katup
terdiri dari kepala katub (valve head) dan batang katup (valve stem).
2.7. ECCS (Electronic Concentrated Engine Control Sytem)
ECCS engine adalah sebuah kemajuan pesat dalam tujuan untuk mengurangi emisi gas buang.
Pengontrol ECCS engine adalah dengan melakukan pengontrolan awal pada control module yang
disesuaikan dengan nilai control yang paling tepat dalam kondisi pengemudi sebelumnya. Hal tersebut
mendeteksi keadaan mesin dengan sensor – sensor dan meilih nilai dengan input sinyal dari sensor.
Sensor tersebut juga mengirimkan autput signal ke aktuator dan kontrol kontrolnya.
2.8. Engine Conditioner 500 ml
Engine Conditioner yaitu cairan kimia untuk membersihkan ruang bakar mesin, cairan ini juga bisa
mengurangi tumpukan kerak di piston atau klep tanpa harus membongkar mesin. Manfaat dari engine
condioner waktu yang sangat singkat dan efisien karena hanya dengan menyemprotkan di ruang bakar
mesin melalu lubang spark plug dan didiamkan selama kurang lebih satu jam untuk merontokan kotoran
dalam mesin, kotoran akan keluar melalui lubang gas buang.
2.9. Knocking
Knocking adalah proses pembakaran pada mesin yang tidak tepat pada waktunya, sehingga proses
pembakaran tidak sempurna. Berarti bahwa sebelum pembakaran selesai setelah busi menyala, campuran
bahan bakar terkompresikan dan menyala secara spontan terbakar dengan cepat dibawah tekakan dan
temperatur tinggi. Akibatnya gelombang tekanan memukul dinding silinder atau piston head dan
menghasilkan suara pukulan logam. Jika knocking terjadi dengan cepat, tekanan dan temperatur akan naik
dengan cepat maka akan menimbulkan bahaya pada piston head, gasket, valve.
2.10. Sistem Pengapian ECCS
Sistem pengapian adalah salah satu sistem terpenting dalam motor bensin, yang berfungsi
menimbulkan bunga api dengan menggunakan coil pengapian dan kemudian didistribusikan ke busi
untuk membakar campuran bahan bakar dan udara yang telah di kompresikan dalam setiap silinder.
Sistem pengapian pada ECCS sangat berbeda dengan sistem pengapian konvensional, sistem pengapian
konvensional masih menggunakan distributor dan platina. Sistem ini memiliki kekurangan saat
digunakan pada kecepatan tinggi, terjadi penurunan tegangan pada saat kecepatan tinggi dikarenakan
platina bergetar. Sedangkan pada teknologi ECCS tidak lagi memgunakan platina dan distributor, pada
teknologi ini menggunakan komponen sensor yang berguna untuk mendeteksi posisi katup agar
pengapian lebih baik dan efisien.

3. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Analisa
Lokasi penelitian dilakukan di Plant Showroom NISSAN DATSUN Jendral Gatot Subroto Medan
Petisah Tengah di mulai tanggal 09 Juli 2019 s/d 31 Juli 2019.
3.2. Bahan dan Alat
1. Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah satu unit mobil Nissan Grand
Livina tahun 2012 dan engine conditioner 500 ml. Dimana Spesifikasi mobil yang diperoleh
dari showroom Nissan Datsun Medan yang berada di Jendral Gatot Subroto dapat dilihat pada
tabel 1.
Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 111
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 1. Spesifikasi Mobil Nissan Grand Livina


No Keterangan Limit
1. Seri mesin HR15DE
2. Tipe Mesin 4 – Cyl, 16 valve, CVTC
3. Isi silinder 1498 cc
4. Kompresi 13.8 ( BAR )
5. Diameter Langkah 78.0 x 78.4
6. Daya Maxsimum 109/5000
7. Torsi Maxsimum 14.6/4000
8. Sistem Bahan Bakar ECCS (Electronic Concentrated Control Sytem)
9. Kapasitas Tangki 52,4 L
10. Steering Rack and Pinion EPS (Electronic Power Steering)
11. Ign timing rpm 700 Approximately 60 BTDC (Before Top Dead Center)
12. Ign timing rpm 1500 Approximately 400 BTDC (Before Top Dead Center)
13. Ign timing rpm 2000 Approximately 370 BTDC (Before Top Dead Cente)
14. Ign timing rpm 2500 Approximately 380 BTDC (Before Top Dead Center)
15. Ign timing rpm 3000 Approximately 390 BTDC (Before Top Dead Center)

2. Peralatan yang digunakan


Peralatan yang digunakan untuk pengujian ini adalah sebagai berikut :
a. Consult 3 Plus
b. Compression Tester
c. Vehicle Interface
d. Kunci Pendukung, seperti : kunci busi, kunci set socket dan kunci – kunci yang mendukung
untuk melakukan pembukaan komponen komponen dalam penambahan engine conditioner
3.3. Metode Penelitian
Adapun metode yang dilakukan penulis pada penelitian adalah eksprimental. Dimana untuk
penambahan engine conditioner 500 ml terhadap mesin. Kemudian engine conditioner 500 ml
disemprotkan disetiap silinder, ditunggu selama 1 Jam agar kerak hasil pembakaran bercampur dengan
engine conditioner 500 ml tersebut. Kerak yang berada diruang bakar tidak mengeras lagi dan mudah
dikeluarkan melalui lubang busi melalui proses penyedotan. Hal ini dilakukan berkali – kali untuk
memastikan kerak hasil pembakaran bersih di ruang bakar. Kemudian dilakukan test kompresi dengan
compression tester, satu demi satu silinder dan dicatat hasilnya lalu bandingkan dengan spesifikasi atau
standart mesin.
3.4. Variabel Penelitian
Variabel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah variabel terikat (engine conditioner 500 ml,
kompresi tiap silinder (Bar), dan Ign timing (o BTDC )), sedangkan variabel bebas (putaran mesin)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
Adapun hasil dalam penelitian ini yang didapat dari hasil pengukuran adalah sebagai berikut :
1. Pengujian Compression Tester Sebelum dan Sesudah Penambahan Engine Conditioner 500
ml.
Mesin akan mengalami kenaikan tekanan kompresi yang mengakibatkan pembakaran tidak
sempurna pada mesin, sehingga kinerja mesin akan berkurang. Pengujian kompresi dilakukan
pada mesin yaitu :
a. Pengujian Kompresi Sebelum Penambahan Engine Conditioner 500 ml
Setelah dilakukan pengujian kompresi tersebut dapat dilihat dari hasil pada tabel berikut :
Standart compresion pressure : 13,8 bar

112 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 2. Hasil Pengujian Kompresi Sebelum dilakukan Penambahan Engine Conditioner 500 ml
Tekanan Kompresi Sebelum
No Silinder Engine Conditioner (ml)
Penambahan Engine Conditioner 500 ml (Bar)
1. 0 14,6
2. 0 14,7
3. 0 14,6
4. 0 14,8

Gambar 2. Grafik Kompresi Sebelum Penambahan Engine Conditioner 500 ml

b. Pengujian Kompresi Sesudah Penambahan Engine Conditioner 500 ml


Setelah melakukan penambahan engine conditioner pada tiap silinder mesin maka tekanan
kompresi mesin kembali ke standart pabrik sesuai dengan service manual book. Pengujian
kompresi setelah dilakukan penambahan engine conditioner 500 ml.
Standart compresion pressure : 13,8 bar

Tabel 3. Hasil Pengujian Kompresi Sesudah dilakukan Penambahan Engine Conditioner


Tekanan Kompresi Sesudah
No Silinder Engine Conditioner (ml)
Penambahan Engine Conditioner 500 ml (Bar)
1. 500 13,8
2. 500 13,9
3. 500 13,8
4. 500 13,9

Gambar 3. Grafik Kompresi Sesudah Penambahan Engine Conditioner 500 ml

2. Pengujian Ign Timing Sebelum dan Sesudah Penambahan Engine Conditioner 500 ml.
a. Hasil Pengujian Ign Timing Sebelum Penambahan Engine Conditioner 500 ml
Timing Ign mesin akan turun otomatis disebabkan pembakaran tidak sempurna, respon
koreksi dari knock sensor menyebabkan ECM menurunkan timing pembakaran karena
sedang terjadi knocking (banting klep).

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 113
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 4. Hasil Pengujian Ign Timing Sebelum Penambahan Engine Conditioner 500 ml
RPM Ign Timing (O BTDC)
700 -2 o BTDC
1500 35 o BTDC
2000 32 o BTDC
2500 34 o BTDC
3000 33 o BTDC

Gambar 4. Grafik Pengujian Ign Timing Sebelum Penambahan Engine Conditioner 500 ml

b. Hasil Pengujian Ign Timing Sebelum Penambahan Engine Conditioner 500 ml


Timing Ign akan kembali normal setelah penambahan engine conditioner pada setiap silinder.
Hal itu menyebabkan pembakaran kembali sempurna, tidak terjadi lagi pembakran tidak
sempurna (knocking). ECM akan membaca dari sensor knock untuk memastikan tidak ada
lagi ketukan agar timing pengapin kembali normal dan performa mesin normal.

Tabel 5. Hasil pengujian Ign timing sesudah penambahan engine conditioner 500 ml
RPM Ign Timing (O BTDC)
700 6 o BTDC
1500 40 o BTDC
2000 37 o BTDC
2500 38 o BTDC
3000 39 o BTDC

Gambar 5. Grafik Pengujian Ign Timing Sesudah Penambahan Engine Conditioner 500 ml

4.2. Pembahasan
1. Dari hasil pengujian compresion tester sebelum dan setelah penambahan engine conditioner
maka dapat di ambil pembahasan sebagai berikut :
a. Pada tabel pengujian compression tester sebelum penambahan engine conditioner 500 ml
menghasilkan tekanan kompresi tidak sesuai ketentuan service manual book. Tekanan
kompresi yang dihasilkan tidak sesuai dengan spesifikasi mesin. Silinder satu 14.6 bar,
silinder dua 14.7 bar, silinder tiga 14.6 bar, dan silinder empat 14.8 bar pada keadaan ini nilai
kompresi mesin terlalu tinggi menyebabkan tekanan pada ruang bakar semakin tinggi dan

114 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

temperatur ruang bakar juga semakin tinggi. Dalam hal ini pembakaran di ruang bakar akan
tidak sempurna disebabkan terjadinya penyalaan api pembakaran sebelum busi memercikan
bunga api. Fenomena ini disebut knocking ( banting klep ) menyebabkan performa mesin
menurun.
b. Pada tabel yang kedua pengujian compression tester setelah dilakukan penambahan engine
conditioner 500 ml disetiap silinder. Maka deposit karbon atau kerak sisa pembakaran akan
terbuang dari ruang bakar dan silinder head menyebabkan nilai tekanan kompresi akan
kembali normal sesuai dengan spesifikasi manual book Nissan. Silinder satu 13.8 bar,
silinder dua 13.9 bar, silinder tiga 13.8 bar, silinder empat 13.9 bar. Tekanan kompresi
normal pada mesin nissan Grand Livina agar performa mesin kembali standart.

2. Dari hasil pengujian Ign Timing sebelum dan setelah penambahan engine conditioner maka
dapat di ambil pembahasan sebagai berikut :
a. Pada tabel pengujian Ign timing menggunakan alat CONSULT 3 plus sebelum dilakukan
penambahan engine conditioner 500 ml. Ign timing cenderung lebih rendah dari sesudah
dilakukan penambahan engine conditioner 500 ml. Hal ini disebabkan karena terjadinya
pembakaran yang tidak sempurna (knocking ). Knocking pada mesin dibaca oleh sensor
knocking kemudian di teruskan ke ECM mobil agar ECM akan megirim sinyal untuk
penurunan Ign timing agar knocking dapat dikurangi pada mesin. Maka Ign timing pada
rpm 700 di -2 BTDC, rpm 1500 di 35 BTDC, rpm 2000 di 35 BTDC, rpm 2500 di 34 BTDC,
rpm 3000 di 33 BTDC. Dengan menurunnya Ign timing pada mesin makan performa mesin
akan menurun.
b. Pada tabel pengujian Ign timing menggunakan alat consult 3 plus sesudah dilakukan
penambahan engine conditioner 500 ml. Ign timing akan kembali ke posisi normal Ign
Timing setelah dilakukan penambahan engine conditioner 500 ml. Hal ini disebabkan karena
kerak karbon pada ruang bakar sudah habis terbuang dan pembakaran kembali sempurna.
Ketika pembakaran pada mesin tidak terjadi knocking hal tersebut dibaca oleh sensor
knocking kemudian di teruskan ke ECM mobil agar ECM akan mengirim sinyal untuk
normal Ign timing agar pembakaran normal pada mesin. Maka Ign timing pada rpm 700 di 6
BTDC, rpm 1500 di 40 BTDC, rpm 2000 di 37 BTDC, rpm 38 di 34 BTDC, rpm 3000 di 39
BTDC. Dengan naiknya Ign timing pada mesin maka performa mesin akan normal kembali.

5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
1. Setelah dilakukan percobaan kompresi tersebut maka dapat dilihat pada tabel bahwa pada
kompresi dapat mempengaruhi pembakaran pada mesin. Performa mesin akan berkurang oleh
karena pembakaran tidak sempurna disebabkan knocking (banting klep). Terjadinya knocking
disebabkan oleh penumpukan kerak karbon hasil pembakaran mesin yang membara dan
membakar bahan bakar dan udara di ruang bakar sebelum busi memercikan bunga api ke ruang
bakar. Tekanan kompresi yang sesuai dengan standart mesin akan mengembalikan pembakaran
pada mesin kembali normal. Secara teoritis, semakin tinggi rasio kompresi, semakin baik
efesiensi termal. Namun , knocking akan terjadi jika rasio kompresi melebihi batas tertentu.
Ketika tekanan kompresi lebih tinggi dari nilai standar, ada kemungkinan bahwa karbon sisa
pembakaran terdapat pada ruang bakar dan silinder head. Dengan penambahan engine
conditioner 500 ml untuk membuang kerak karbon hasil pembakaran pada ruang bakar. Maka
tekanan kompresi akan kembali ke standar mesin dan gejala knocking (banting klep) akan
hilang dari mesin tersebut.
2. Dilakukan percobaan Ign Timing tersebut maka dapat dilihat pada tabel bahwa pada Ign timing
dapat mempengaruhi pembakaran pada mesin. Ign Timing akan otomatis menurun karena
pembakaran pada mesin tidak sempurna. Semakin turun Ign Timing maka performa mesin akan
semakin turun juga. Ini disebabkan oleh knocking (banting klep) sensor akan membaca apabila
terjadi ketukan pada mesin dan mengirimkannya ke ECM agar Ign timing diturunkan untuk
mengurangi knocking. Dampak dari penurunan Ign Timing adalah tenaga mesin otomatis
berkurang karena timing permbakaran diperlambat pada mesin. Hal tersebut akan berdampak
pada performa mesin kedepannya. Dengan penambahan engine conditioner 500 ml pada mesin
maka kemungkinan terjadinya knocking akan kecil dan Ign Timing akan bekerja sesuai
ketentuan pabrik agar mesin kembali normal.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 115
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

5.2. Saran
1. Agar memperoleh performa mesin yang baik serta kemampuan yang optimal diharapan kepada
pemilik kendaraan melakukan penambahan engine conditioner 500 ml setiap terjadinya mesin
knocking.
2. Dalam melakukan perbaikan dan pembongkaran agar tidak memperbaiki kendaraan di
sembarangan tempat.
3. Diharapkan setiap pengguna kendaraan sebelum terjadi mesin knocking, penggendara rutin
melakukan pembersihan mesin dengan engine conditioner 500 ml.

6. DAFTAR PUSTAKA

[1] Kurniawan, H. (2010). Thermodinamika Siklus Otto. Jakarta : Yudistira.p-v : 21


[2] PT. Nissan Motor Indonesia , (2010) After Seles N-Step 1 Tahap 1. Jakarta.
[3] PT. Nissan Motor Indonesia , (2010) After Seles N-Step 1 Tahap 2 Module, Jakarta.
[4] PT. Nissan Motor Indonesia , (2007) Service Manual Book, Jakarta.

116 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Analisa Pengembangan Variasi Bahan Papan Komposit Berbahan


dasar Tandan Kosong Kelapa Sawit Diperkuat Polyurethane Terhadap
Pengujian Tekan

Herry Darmadi1, Safitri2

1
Fungsional Dosen di PTKI Medan,
2
Fungsional PLP PTKI Medan
1
Herry.darmadi@ptki.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai tekan statik dengan variasi campuran antara serat
tandan kosong kelapa sawit dengan Polyurethane. Komposisi pembentuk material bahan papan
komposit yaitu 30%, 40% dan 50% serat tandan kosong kelapa sawit dan 70%, 60% dan 50%
polyuretan. Dari pengujian tekan untuk setiap komposisi dengan alat servopulser adalah
komposisi 30%:70% sebesar 6.54 MPa, komposisi 40%:60% sebesar 22,91 MPa dan komposisi
50%:50% sebesar 17,37 MPa. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan
bahwa bahan serat tandan kosong kelapa sawit dengan pengikat poliuretan ditinjau dari nilai
tekan bisa digunakan sebagai bahan alternatif papan komposit pada komposisi 40%:60%.
Kata Kunci: serat tandan kosong kelapa sawit, poliuretan, komposit.

PENDAHULUAN
Pemanfaatan kayu yang berlebihan merupakan salah satu penyebab dari sekian banyak faktor yang
memicu laju kerusakan hutan sehingga industri kehutanan akan kekurangan atau akan mengalami krisis
bahan baku akibat semakin menipisnya persediaan bahan baku dari sumbernya yaitu hutan. Pada tahun
2006 produksi kayu Indonesia sebesar 21,7 juta m3 (Dephut, 2006), padahal menurut Walhi (2004),
setiap tahun industri kayu Indonesia memerlukan 100 juta m3 kayu. Dengan demikian terjadi defisit
sekitar 78 juta m3. Kekurangan pasokan yang sangat besar tersebut perlu segera diantisipasi karena akan
membahayakan kelestarian hutan dan kelanjutan industri perkayuan di Indonesia. Kini diperkirakan
tutupan hutan Indonesia tinggal sekitar 98 juta hektar, dan paling sedikit setengahnya diyakini sudah
mengalami degradasi akibat kegiatan manusia, mulai dari perladangan berpindah sampai pembukaan
lahan perkebunan dan lahan hutan industri (HTI). Upaya untuk memperbaiki kondisi hutan Indonesia
terus dilakukan, seperti yang dilakukan pemerintah melalui program GNRHL (Gerakan Nasional
Rehabilitasi Hutan dan Lahan) atau yang lebih popular dengan sebutan GERHAN. Selain itu juga muncul
ide-ide untuk melakukan efisiensi terhadap pemanfaatan kayu solid, yaitu dengan mencari alternatif
melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengolahan kayu dan bahan berlignoselulosa
lainnya baik kayu maupun non kayu, salah satunya adalah pengembangan teknologi papan komposit.

MATERI DAN METODA


Pengujian Tekan Statik
Pengujian tekan statik aksial dilakukan untuk menghasilkan karakteristik mekanik material berupa
tegangan, regangan dan modulus elastisitas. Spesimen uji berdasarkan diciptakan menggunakan cetakan
standar ASTM D1621–00 [32]. Yang akan dianalisa pada pengujian tekan statik aksial ini spesimen uji
tekan statik aksial. Kekuatan tekan statik diperoleh dari pengujian tekan. Pengujian tekan menghasilkan
kurva beban terhadap pertambahan panjang Setelah beban dibagi dengan luas penampang spesimen yang
patah dan pertambahan panjang dibagi dengan panjang mula-mula maka diperoleh kurva tegangan
terhadap regangan. Pengujian tekan dilakukan di mesin uji servopulser dan mesinnya diperlihatkan pada
gambar 1.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 117
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 1. Mesin uji tekan statik dan uji tarik

Keterangan gambar:
1. Load Scale.
2. Tiang Penyangga
3. Pompa Hidrolik
4. Alat Tekan (Chuck)
5. Alas Spesimen.
6. Spesimen Kubus.
7. Tuas pemberian beban
8. CPU

Bahan yang digunakan:


 NaOH
 Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit
 isosianat
 Poliol

Alat yang digunakan:


 Timbangan
 Wadah pencampur
 Sendok
 Breaker glass
 Cetakan

METODE PENELITIAN
Persiapan serat tandan kosong kelapa sawit
Proses pembuatan serat Tandan Kosong Kelapa Sawit dikerjakan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Pembersihan Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan menggunakan air bersih untuk menghilangkan
kotoran besar yang menempel, seperti pasir, tanah, dll
2. Tandan Kosong Kelapa Sawit direndam dalam air dan larutan NaOH 1M 1% dengan perbandingan
selama lebih kurang 1 hari untuk mengikat lemak yang masih tersisa pada permukaannya.
3. Tandan Kosong Kelapa Sawit dikeringkan dengan menggunkan sebuah alat pengering. Tujuan
proses ini ialah untuk menurunkan kadar air yang terkandung sehingga kondisi Tandan Kosong
Kelapa Sawit cukup kering untuk diolah menjadi serat.
4. Tandan Kosong Kelapa Sawit dicacah menggunakan gunting serat sehingga menjadi serat yang
berukuran 1 cm – 5 cm.
5. Selanjutnya serat hasil pencacahan Tandan Kosong Kelapa Sawit tersebut dihaluskan dengan
menggunakan mesin penggiling hingga menjadi serat halus dengan ukuran berkisar 0,1 mm s.d. 0,8
mm.

118 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Set – up alat pengujian


Adapun Set-up alat pengujian tekan statik adalah sebagai berikut:
 Timbang berat benda uji lalu letakkan pada bagian tengah alat penekan/alas compressor
machine.
 Aktifkan power supply dan pastikan arus listrik terhubung dengan baik.
 Tekan tombol On pada controller untuk menghidupkan mesin uji.
 Setting load value dan stroke value sampai menunjukkan nilai 0.
 Operasikan tuas pompa sampai benda uji mengalami kegagalan dengan mengatur beban tekan
yang diberikan secara perlahan pada spesimen uji.
 Simpan data hasil pengujian selanjutnya diolah melalui Excell. Percobaan diulang untuk setiap
spesimen uji.
Set-up alat uji pada mesin servopulser pada pengujian tekan statik diperlihatkan pada gambar 3.

Gambar 3. Set – up Alat Uji

HASIL DAN PEMBAHASAN


Komposisi yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga variasi yaitu 30:70 yaitu 30%
Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit, dan 70% poliuretan, 40:60 yaitu 40% Serat Tandan Kosong Kelapa
Sawit dan 60% poliuretan, 50% Tandan Kosong Kelapa Sawit dan 50% poliuretan. Adapun gambar
spesimen dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 4. Spesimen bahan uji 30:70

Gambar 5. Spesimen bahan uji 40:60

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 119
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 6. Spesimen bahan 50:50

Hasil Pengujian Tekan Statik


Adapun hasil pengujian tekan statik bahan 30:70 dapat dilihat pada tabel dan gambar sebagai
berikut.

Tabel 1. Tabel hasil pengujian 30:70


Jenis Spesimen Nomor Strain (mm/mm) Stress Maksimum (MPa)
1 0.296675702 6.542782031
2 0.373703802 3.428335375
Serat : PU ( 30:70 )
3 0.320298843 3.272943244
4 0.504154711 4.591321019

Gambar 7. Grafik pengujian 30:70

Adapun hasil pengujian tekan statik bahan 40:60 dapat dilihat pada tabel dan gambar sebagai
berikut.

Tabel 2. Tabel hasil pengujian 40:60


Jenis Spesimen Nomor Strain (mm/mm) Stress Maksimum (MPa)
1 0.324610296 3.669966378
2 0.515491598 22.91889238
Serat : PU ( 40:60 )
3 0.406373609 16.8776402
4 0.713674438 21.2761371

Gambar 8. Grafik pengujian 60:40

120 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Adapun hasil pengujian tekan statik bahan 50:50 dapat dilihat pada tabel dan gambar sebagai
berikut.

Tabel 3. Tabel hasil pengujian 50:50


Jenis Spesimen Nomor Strain (mm/mm) Stress Maksimum (MPa)
1 0.527683333 6.100814748
2 0.527529167 8.225238661
Serat : PU ( 50:50 )
3 1.13835 11.65348192
4 0.631491667 17.37914676

Gambar 9. Grafik pengujian 50:50

KESIMPULAN
Hasil pengujian tekan untuk bahan 30:70 memiliki nilai tekan maksimum 6,54 MPa dan hasil
pengujian tekan untuk bahan 40:60 memiliki nilai tekan maksimum 22,91 MPa sedangkan hasil
pengujian tekan untuk bahan 50:50 memiliki nilai tekan maksimum 17,37 MPa

DAFTAR PUSTAKA
[1] Syam, B., Basuki WS, Samsul R, dan Zulfikar. 2013. Pengembangan Bahan Komposit Busa Polimer
(Polymeric Foam Composite) Diperkuat Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) untuk
Pembuatan Berbagai Produk Industri Transportasi dan Olah Raga Laporan Penelitian Penprinas
MP3EI. Medan.
[2] Irwansyah , and Bustami Syam, 2013. Penyelidikan Perilaku Mekanik Concrete Foam Dicampur
Serat TKKS Akibat Beban Statik,
[3] F.E. Gunawan, 2009. Mechanical Properties of Oil Palm Empty Fruit Bunch Fiber,
[4] Sutikno. 2008. Pengaruh komposisi serbuk tempurung kelapa terhadap sifat sifat fisik dan mekanik
bahan gesek non asbes untuk aplikasi kampas rem sepeda motor. Semarang: Professional, Jurnal
Ilmiah Popular dan Teknologi Terapan, vol.6 No. 2, hal. 893-904
[5] Wijoyo, Sugianto dan Pramono. 2011. Pengaruh Perlakukan Permukaan Serat Nanas
(Ananascomosus L. Merr) Terhadap Kekuatan Tarik dan Kemampuan Rekat Sebagai Bahan
Komposit. Jurnal Mekanika Volume 9 Nomor 2 Hal. 270.
[6] Darmadi, Herry. 2019. Analisis Variasi Tandan Kosong Kelapa Sawit Diperkuat Polyurethane
Sebagai Bahan Alternatif Pembuatan Papan Komposit Terhadap Pengujian Tekan. Warta
Teknologi Industri Vol XXXVIII Hal 48.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 121
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PENGEMBANGAN BAHAN KAMPAS REM TROMOL (DRUM


BRAKE PAD) SEPEDA MOTOR BERBAHAN DASAR KOMPOSIT
CANGKANG DAN SERAT BUAH KELAPA SAWIT DENGAN
POLIURETAN SEBAGAI PENGIKAT

Warman1, Herry Darmadi1, Abdillah1, Safitri2

1
Program Studi Teknik Mekanika Industri, Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan, Jl. Medan
Tenggara VII, Medan 20228, Indonesia
2
PLP Jurusan Teknik Mekanika Industri, Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan, Jl. Medan
Tenggara VII, Medan 20228, Indonesia
Corresponding author: warman@ptki.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat mekanik berupa kekuatan lentur, kekerasan,
koefisien keausan dan sifat thermal bahan kampas rem tromol sepeda motor berbahan dasar
cangkang dan serat buah kelapa sawit, aluminium dan poliuretan serta mendapatkan formula
paling baik antara cangkang dan serat buah kelapa sawit, aluminium dengan poliuretan yang
digunakan dalam pembuatan bahan kampas rem tromol sepeda motor dengan menggunakan
metoda cetak tuang (casting) kemudian dilakukan kompaksi dengan memberikan tekanan.
Komposisi pembentuk material bahan kampas rem tromol sepeda motor yaitu 50%, 60%, 70%
cangkang dan serat buah kelapa sawit, aluminium dan 50%, 40%, 30% poliuretan. Ukuran serat
buah kelapa sawit adalah mesh 100. Dari hasil penelitian diperoleh kekuatan lentur tertinggi
16,753 Mpa (170.8331 kg/cm2) dengan komposisi 70% cangkang dan serat buah kelapa sawit,
aluminium dan 30% dan kekerasan maksimum 69.3333 HRB, koefisien keausan terendah
2,8498.10-6, masa jenis 1,5326 gr/cm3 dan ketahanan terhadap kenaikan temperatur 3350C s/d
395oC pada komposisi 70% cangkang dan serat buah kelapa sawit, aluminium dan 30%
poliuretan. Jika dibandingkan dengan persyaratan kampas rem SAE J661, Bahan kampas rem
teromol dengan komposisi cangkang dan serat buah kelapa sawit, aluminium dan 30%
poliuretan ini memenuhi persyaratan dan layak untuk dipakai.

Kata Kunci: Kampas rem tromol, serat buah kelapa sawit, aluminium, poliuretan, komposit.

1. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi otomotif dari waktu ke waktu merupakan hal yang harus di hadapi. Bahan
yang dibutuhkan untuk teknologi tersebut juga harus terus di inovasi dari bahan yang sulit didapat di
alam menjadi mudah didapat, seperti material komposit. Sehingga terciptalah suatu teknologi yang murah
dan ramah lingkungan. Dalam perkembangan teknologi komposit mengalami kemajuan yang sangat pesat
ini dikarenakan keistimewaan sifat yang renewable atau terbarukan dan juga rasio kekuatan terhadap
berat yang tinggi kekakuan, ketahanan terhadap korosi dan lain-lain, sehingga mengurangi konsumsi
bahan kimia maupun gangguan lingkungan hidup [1].
Salah satu teknologi otomotif yang sangat berkembang pesat di Indonesia adalah sepeda motor,
dengan penjualan setiap tahunnya terus meningkat.
Sepeda motor merupakan hasil perkembangan teknologi yang membutuhkan banyak komponen dan
jenis material. Komponennya meliputi komponen mesin, komponen casis, dan komponen kelistrikan.
Komponen mesin meliputi piston, blok silinder poros engkol dan lain-lain. Komponen casis meliputi
rem, kopling suspensi, sistim kemudi, roda dan ban dan lain-lain. Sedangkan komponen kelistrikan
meliputi lampu, aruslistrik , dinamo,baterai dan lain-lain.
Dari komponen di atas komponen yang paling sering diganti dan sangat penting diperhatikan guna
menjaga keselamatan baik oleh perancang teknologi kendaraan maupun pengemudi yang menggunakan
kendaraan adalah rem. Hal yang diperhatikan biasanya kekuatan pencekapan kampas rem dan tebal
kampas rem dengan menginjak pedal rem. Kampas rem adalah salah satu bagian terpenting dari sistem
pengereman [2]. Kekuatan pencekaman kampas rem sangat bergantung pada bahan kampas rem tersebut.

122 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Bahan untuk kampas rem yang dijual dipasaran yaitu asbestos, steel fiber, selulosa, rock wool, grafit dan
kevlar (otomotifnet.com). Dari bahan kampas rem yang beredar menimbulkan kekhawatiran karena
partikel-partikelnya yang berbahaya [3]. Penggunaan seperti asbestos dapat menyebabkan penyakit
kanker [4]. Sedangkan bahan-bahan yang lain makin lama akan makin langka di alam sehingga perlu di
cari alternatif lain sebagai bahan gesek untuk kampas rem. Selain itu bahan yang dari pabrikan biasanya
dalam waktu dekat daya gesek terhadap tromol akan menurun walaupun tebal kampas rem masih dalam
toleransi sesuai dengan petunjuk pabrikan sehingga pengguna dengan keadaan terpaksa akan
menggantinya. Untuk mengatasi hal tersebut dikembangkan berbagai jenis bahan kampas rem.
Di Indonesia banyak sekali limbah logam dan limbah organik yang dapat dijadikan bahan baku
sebagai bahan gesek kampas rem. Bahan gesek kampas rem yang sudah pernah diteliti diantaranya serat
bambu, tempurung kelapa dan masih banyak jenis lainnya yang bersifat alami dari tanaman digunakan
sebagai bahan pengisi pada komposit bahan gesek.
Dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk meneliti bahan kampas rem yang terbuat dari Serabut
(fiber) buah kelapa sawit, aluminium dan poliuretan sebagai pengikatnya. Serabut (fiber) buah kelapa
sawit sebagai limbah padat pada pabrik pengolah kelapa sawit yang belum dimanfaatkan secara
maksimal. Provinsi Sumatera Utara tercatat sebagai wilayah yang memiliki perkebunan sawit terluas
kedua di Indonesia yaitu 1.396.273 hektar [Data statistik perkebunan indonesia, 2014 menurut
DIRJEN Perkebunan]. Karena prinsip kerja rem merupakan merubah energi kinetik menjadi energi
panas maka dibutuhkan suatu bahan yang baik dalam menyerap panas yaitu aluminium. Selain itu dengan
penambahan logam 10% hingga 20%, karakteristik seperti penyerapan air, porositas dan kekerasan
meningkat secara umum [29]. Aluminium logam yang sangat banyak ditemukan dibumi dan dalam
penggunaannya tidak berbahaya untuk kesehatan. Cangkang dan serat (fiber) buah kelapa sawit banyak
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari terutama pada pabrik pengolahan kelapa sawit yang selama ini
umumnya dijadikan sebagai bahan bahan bakar boiler. Tapi dalam penelitian ini akan dicoba digunakan
sebagai bahan dasar dalam membuatan kampas rem tromol sepeda motor, sehingga diharapkan dapat
menambah kekuatan lentur dari kampas rem.

2. METODE PENELITIAN
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
Adapun peralatan yang digunakan pada penelitian ini meliputi pisau, gunting, blender, ayakan 50
dan 100 mesh, pengaduk, presto (wadah untuk merendam fiber dan cangkang buah kelapa sawit),
pengaduk, cetakan, alat tekan, neraca listrik, rockwell hardness, gelas ukur, tensile testng machine, alat
uji ke ausan, Differential Scanning Calori metri (DSC)

2.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Serat (fiber buah kelapa sawit), cangkang
buah kelapa sawit, natrium hidroksida (NaOH 10%), aluminium powder, resin polyurethane a-b ,
pelumas wax, poliol Isosianat dan aquades.

2.2 Prosedur Penelitian


2.2.1 Persiapan Bahan Fiber Dan Cangkang Buah Kelapa Sawit
Serat atau fiber buah kelapa sawit direndam dalam fresto dengan larutan NaOH 10% sambil
dipanaskan pada temperatur 650C sambil diaduk selama 30 menit untuk melarutkan minyak yang masih
terkandung pada fiber buah kelapa sawit, pengerjaan dilanjutkan dengan proses pencucian dengan air
dingin sampai bersih, kemudian dikering dibawah sinar mata hari. Stelah kering, fiber digunting
sepanjang 1 sampai 2 mm.
Dengan cara yang sama juga dilakukan pada cangkang buah kelapa sawit, setelah kering
dihancurkan dan kemudian dihaluskan dengan memakai blender dan diayak dengan menggunakan ayakan
100 mesh, Material yang diambil adalah material yang lolos dari mesh 100.

2.2.2 Menyiapkan Campuran Atau Adonan Untuk Dicetak.


Pada pembuatan bahan kampas rem tromol sepeda motor ini bahan dikelompokkan atas 2 bagian.
Yang pertama disebut sebagai filler (penguat) yang terdiri dari fiber buah kelapa sawit, cangkang buah
kelapa sawit dan aluminium. Yang kedua disebut sebagai bahan matrik (pengikat) yang terdi dari

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 123
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Polyisocianate dan Polyol compound dengan perbandingan 2 : 1. Adonan disiapkan untuk 3 variasi
komposisi seperti tabel 2.1. berikut:

Tabel 2.1 komposisi adonan bahan kampas rem tromol sepeda motor
Filler Matrik
Filler :
Serat Total
No Matrik Cangkang Aluminium Polyisosianat Poliol
(fiber) (gr)
(%) (gr) (gr) (gr) (gr)
(gr)
50 : 50 9 2 9 13,3 6,7 40
1
60 : 40 10,8 2,4 10,8 10,7 5,3 40
2
70 : 30 12,6 2,8 12,6 8 4 40
3

2.2.3 Mencetak bahan kampas rem teromol sepeda motor


Cangkang, serat buah kelapa sawit dan aluminium yang telah ditimbang seperti yang tertera pada
tabel 2.1. tersebut diatas dimasukkan kedalam suatu mangkok plastik dan diaduk sampai homogen dan
kemudian ditambahkan dengan polyisocianate dan diaduk lagi sampai homogen, lalu ditambahkan
dengan polyol dan diaduk sampai rata dengan cepat dan dimasukkan kedalam cetakan yang sudah
disiapkan, ditutup dan ditekan sampai tekanan 3 ton dan ditahan selama 30 menit. Dikeluarkan dari
cetakan, biarkan sampai dingin. Untuk mengeluarkan kemungkinan ada udara yang terperangkap selama
proses pencetakan dapat dilakukan dengan cara memanaskan dalam furnace selama 2 jam pada
temperatur 1750C. Bahan kampas rem teromol sepeda motor siap untuk diuji.

2.3 Karakterisasi
2.3.1 Pengujian kekerasan
Pengujian dilakukan dengan memakai alat Rockwell hardness tester (HRB) pada beban 100 kg dan
penetrator steel boll, setiap permukaan bahan diuji sebanyak 15 kali dan sebagai nilai kekerasan diambil
nilai rata-rata dari pengukuran tersebut.

2.3.2 Pengujian Lentur (Bending)


Kekuatan (strength), menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa menyebabkan
bahan menjadi patah. Kekuatan ini ada beberapa macam, tergantung pada jenis beban yang bekerja atau
mengenainya. Contoh kekuatan lengkung. Material yang lentur (tidak kaku) adalah material yang dapat
mengalami regangan bila diberi tegangan atau beban tertentu. Kelenturan (ductility) Merupakan sifat
mekanik bahan yang menunjukkan derajat deformasi plastis yang terjadi sebelum suatu bahan putus atau
patah. Untuk mengetahui kekuatan lentur suatu material dapat dilakukan dengan pengujian lentur
terhadap material tersebut. Kekuatan lentur atau kekuatan lengkung adalah tegangan lentur terbesar yang
dapat diterima akibat pembebanan luar tanpa mengalami deformasi yang besar atau kegagalan. Besar
kekuatan lentur tergantung pada jenis material dan pembebanan. Kekuatan lentur pada sisi bagian atas
sama nilai dengan kekuatan lentur pada sisi bagian bawah.

Gambar 2.1 Pembebanan lentur terhadap bahan uji

Pengukuran tegangan yang terjadi pada spesimen uji dapat dilakukan melalui perhitungan berikut:

σ = Tegangan normal (MPa)


M = Momen lentur dipenampang melintang yang ditinjau.
c = Jarak dari sumbu netral ke elemen yang ditinjau

124 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

I = Momen inersia penampang

2.3.3 Pengujian keausan sebagai akibat gesekan


Dalam pengujian ini alat yang digunakan adalahhasil modifikasi Polish machine dengan kecepatan
putar 230 rpm, bahan uji ditempatkan diatas piringan yang berputar, diatas permukaan bahan uji
ditempatkan pin baja yang runcing dan diberi beban 1kg. Keausan yang terjadi pada pengujian ini adalah
Keausan Abrasif (Abrasive wear).
Koefisien keausan dapat dihitung dengan rumus :
V
Kd 
FN . S
Kd = koefisien keausan
V = volume material yang hilang (mm3)
FN = beban Normal (N)
S = jarak (mm)

Volume keausan dapat dihitung dengan mengunakan rumus:


m1 - m 2
V

V = volume keausan (mm3)
m1 = berat awal (gr)
m2 = berat setelah pengujian (gr)
ρ = masa jenis material (gr/mm3)

2.3.4. Pengujian masa jenis


Pengujian masa jenis dapat dilakukan dengan menimbang bahan kampas rem teromol dari cangkang
dan fiber buaha kelapa sawit, aluminium dan polyuretan dan menambahkan kedalam gelas ukur yang
sudah berisi air dan biarkan sampai tidak ada lagi gelembung udara yang muncul ke permukaan air.
Perbedaan volume air setelah ditambahkan bahan kampas rem dengan volume sebelumnya dinyatakan
sebagai volume bahan kampas rem yang diuji. Sehingga masa jenis bahan kampas rem dapat dihitung
dengan rumus:
V2  V1

m
ρ= masa jenis (gr/mm3)
V1= volume air awal
V2 = volume air tambah volume bahan kampas rem
m = berat bahan kampas rem

2.3.5 Pengujian Sifat Thermal


Pengujian sifat thermal adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui ketahanan bahan
kampas rem dari cangkang dan fiber buah kelapa sawit, aluminium polyuretan terhadap perubahan
temperatur seerta perilaku dari bahan kampas dari sewaktu mengalami perubahan. Pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan alat Differential scanning calorimetry (DSC), model DSC-Plus, made in
Shimadzu- Japan. Pengujian dilakukan sampai temperatur 500 0C. Dari pengujian dengan DSC diperoleh
temperatur degredasi dari bahan kampas rem, sehingga dapat diketahui batas temperatur pemakaian
bahan kampas rem teromol sepeda motor dari bahan cangkang, fiber buah kelapa sawit, aluminium dan
polyuretan.

3. HASIL PENELITIAN
3.1. Hasil uji kekerasan
Kekerasan HRB yang disyaratkan pada Standar kampas rem SAE J661 adalah 68 – 105. Dari hasil
pengujian kekerasan HRB dari bahan kampas rem teromol sepeda motor dari bahan filler (fiber dan
cangkang buah kelapa sawit dan aluminium) dengan polyuretan sebagai matrik(pengikat) pada komposisi
70% : 30% diperoleh 69.3333. Angka ini memenuhi persyaratan SAE J661. Hasil uji kekerasan dapat
dilihat pada grafik dibawah ini:

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 125
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 3.1 Grafik hubungan Kekerasan Rockwell B dengan komposisi


bahan kampas rem (50:50, 60:40, 70:30)

3.2. Hasil uji Lentur (Bending)


Kekuatan lentur yang disyaratkan pada Standar kampas rem SAE J661 adalah 480 – 1500 N/cm2
atau (4,8 – 15) MPa. Dari hasil pengujian kekuatan lentur dari bahan kampas rem teromol sepeda motor
dari bahan filler (fiber dan cangkang buah kelapa sawit dan aluminium) dengan polyuretan sebagai
matrik (pengikat) pada komposisi 60% ; 40% dan 70% : 30% memenuhi persyaratan SAE J661. Hasil uji
lentur (bending) dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Gambar 3..2. Grafik hubungan Stress Vs Strain dengan komposisi bahan


kampas rem (50:50, 60:40, 70:30)

3.3. Pengujian Masa Jenis


Hasil pengujian masa jenis dapat disusun kedalam suatu tabel seperti tabel 3.1 dibawah ini:

Tabel 3.1 Hasil uji masa jenis dari bahan kampas rem teromol sepeda motor dari serat dan cangkang
buah kelapa sawit, aluminium dan polyuretan

No. komposisi V1 (mL) V2 (ml) V1 – V2 (ml) Masa (gr) Masa Jenis


(gr/cm3)
1 50 50 62 12 16,2680 1,3556
2 60 50 62 12 18,2145 1,5178
3 70 50 62 12 18,3915 1,5326

Masa jenis yang disyaratkan pada Standar kampas rem SAE J661 adalah 1,5 – 2,4 gr/cm3. Dari
hasil pengujian masa jenis dari bahan kampas rem teromol sepeda motor dari bahan filler (fiber dan
cangkang buah kelapa sawit dan aluminium) dengan polyuretan sebagai matrik(pengikat) pada komposisi
60% ;40% dan 70% : 30% diperoleh masa jenis 1,5178 gr/cm3 dan 1,5326 gr/cm3 ,. Angka ini memenuhi
persyaratan SAE J661.

126 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

3.4. Hasil uji keausan

Gambar 3..2. Gambar spesimen uji keausan

Beban gesekan : I kgf = 1000 gr =9.80665 N


d = Diameter bekas gesekan = 43,60 mm
Putaran Disc = 230 rpm
Waktu penggesekan 5 menit

keliling bekas gesekan = πd =3,14 x 43,60 mm =136,904 mm


Jarak bekas gesekan permenit = 230 x πd = 230 x 136,904 mm = 31487,92 mm
Jarak bekas gesekan selama 5 menit = 5 x 31487,92 mm = 157439,60 mm = S
V
Kd 
FN . S
FN . S = 9.80665 N x 157439,60 mm = 1543955,0533 N mm

3.5 Hasil Pengujian DSC.


Untuk hasil uji DSC pada masing – masing perlakuan sampel dapat dilihat pada grafik 4.3 dibawah
ini:

Gambar 4.3. Grafik pengujian DSC dengan komposisi bahan


kampas rem (50%:50%, 60%:40% dan 70%:30%)

Berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pada Standarkampas rem SAE J661tentang perubahan
material kampas rem dengan laju temperature yaitu 250 0C. Sedangkan bahan kampas rem teromol sepeda
motor dari bahan filler (fiber dan cangkang buah kelapa sawit dan aluminium) dengan polyuretan sebagai
matrik(pengikat) dapat bertahan sampai temperatur pada komposisi 50% : 50% (342,18 s/d 386,70 0C),
60% ;40% (324,25 s/d 367,45 0C) dan 70% : 30% (335,04 s/d 395,03 0C)

4. KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai pembuatan bahan kampas rem tromol (drum brake
pad) sepeda motor berbahan dasar komposit cangkang dan serat buah kelapa sawit dengan poliuretan
sebagai pengikat dapat disimpulkan sebagai berikut:

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 127
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

1. Dari hasil penelitian diperoleh kekuatan lentur tertinggi 16,753 Mpa (170.8331 kg/cm2) dengan
komposisi 70% cangkang dan serat buah kelapa sawit, aluminium dan 30% dan kekerasan
maksimum 69.3333 HRB,
2. koefisien keausan terendah 2,8498.10-6, masa jenis 1,5326 gr/cm3 dan ketahanan terhadap
kenaikan temperatur 3350C s/d 395oC pada komposisi 70% cangkang dan serat buah kelapa
sawit, aluminium dan 30% poliuretan. Jika dibandingkan dengan persyaratan kampas rem SAE
J661, Bahan kampas rem teromol dengan komposisi cangkang dan serat buah kelapa sawit,
aluminium dan 30% poliuretan ini memenuhi persyaratan dan layak untuk dipakai

4.2 Saran
Penelitian diatas penulis menyarankan untuk dilanjutkan untuk pengaplikasian material tersebut
keaplikasian terapan pada pembuatan perangkat sepeda motor. Disamping itu juga masih perlu dilakukan
pengujian sifat kekuatan dan keausan kampas rem apabila telah digunakan keperangkat sepeda motor

DAFTAR PUSTAKA

[1] Pratama. 2011. Analisa sifat mekanik komposit bahan Kampas rem dengan penguat fly ash
Batubara. Makassar : Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

[2] Abhik, Rathod et al. Evaluation of Properties for Al-SiC Reinforced Metal Matriks Coposite for
Brake Pads. Sci. Procedia Engineering 97 (2014) 941-950. doi: 10.1016/j. proeng.2014.12.370

[3] Aigbodion. V.S et al. 2010. Development of Asbestos-Free Brake Pad Using Bagasse.
Tribology in industry, Volume 32, No. 1. Hal. 12

[4] Sutikno. 2008. Pengaruh komposisi serbuk tempurung kelapa terhadap sifat sifat fisik dan
mekanik bahan gesek non asbes untuk aplikasi kampas rem sepeda motor. Semarang:
Professional, Jurnal Ilmiah Popular dan Teknologi Terapan, vol.6 No. 2, hal. 893-904

[5] Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara. Data komoditi hasil pertanian tahun 2014.
(http://202.52.59.52/dinastph//semua-download.html. Diakses tanggal 20 September 2017.
Pukul 21.00 WIB

[6] Chwala, K.K. 1987. Composite Material. First Ed.Berlin : Springer-Verlag New York Inc.

[7] Andri, Porwanto.Johar, Lizda. 2003. Karakteristik Komposit Berpenguat Serat Bambu dan
Serat Gelas Sebagai Alternatif Bahan Baku Industri. Surabaya: Jurusan Teknik Fisika ITS.

[8] Callister, Jr. William. D. 2007. Material Science And Engineering An Introduction. United
State of America: Quebeecor Versailles.

[9] Jones, P.M.1975. Mechanics Of Compositte Materials Institute Of Tecnology, Southem


Methodist University, Mc Graw-Hil, Dallas.

[10] Hashim. J. 2003. Pemprosesan Bahan. Cetak Ratu Sdn: Johor Bahru.

[11] Purboputro, Pramuko Ilmu. 2014. Pengembangan Ketahanan Keausan pada Bahan Kampas
Rem Sepeda Motor dari Komposit Bonggol Jagung. Jurnal Media Mesin Vol.15 No. 1. Januari
2014. ISSN 1411-4348.

[12] Arif. 2012. Material Kampas rem. Diambil dari : http://rpmbrake.com/articles/material-


kampas-rem. ( 03 Agustus 2016).

[13] Purboputro, Pramuko Ilmu. 2012. Pengembangan Kampas Rem Sepeda Motor dari Komposit
Serat Bambu, Fiber Glass, Serbuk Aluminium dengan Pengikat Resin Polyester Terhadap
Ketahanan Aus dan Karakteristik Pengeremannya. Yogyakarta: Prosiding Seminar Nasional
Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III. (3 November 2012).

[14] Monic. 2013. Manfaat Kulit Kemiri.http://www.dunia.org/artikel/fakta unik/manfaat-kulit-

128 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

kemiri.html. Diakses pada 01 Agustus 2016 pukul 20.00 WIB

[15] Supriadi, Harnowo. 2012. Pemanfaatan Partikel Tempurung Kemiri Sebagai Bahan Penguat
Pada Komposit Resin Poliester. Jurnal Mechanical. Volume 3. Nomor 1. Maret 2012 Hal. 1

[16] Wikipedia. Sifat-sifat aluminium. https://id.wikipedia.org/wiki/Aluminium. Diakses tanggal 20


Juni 2017, Pukul 23.35 WIB

[17] Isranuri, Ikhwansyah et al. 2012. Analisa Pengaruh Beban Terhadap Laju Keausan Al-Si
Alloy dengan Metode Pin on Disk Test. Jurnal Dinamis, Volume II, No. 10. Januari
2012. ISSN 0216-7492

[18] R., Rochman et al. 2010. Karaktetrisasi Sifat Mekanik Dan Pembentukan Fasa Presipitat Pada
Aluminium Alloy 2024–T81 Akibat Perlakuan Penuaan. Jurnal Mekanika Volume 8 Nomor 2,
Maret 2010.

[19] Doraiswarmy et al. (1993).Pineapple Leaf Fibres. Textile Progress Vol. 24 Number 1, Textile
Institute.

[20] Kirby. 1963. Vegetable Fibres. London : Leonard Hill.

[21] Warman, Kajian Karakteristik Absorpsi Suara Material Peredam Suara Dari Serat Batang
Pinang Raja Dengan Menggunakan Polyuretan dan Gypsum Sebagai Matrik, USU, Tesis, 2016

[22] Sukamto. 2012. Analisis Keausan Kampas Rem Pada Sepeda Motor. Yogyakarta: Jurnal
Teknik vol. 2 no. 1, April 2012. ISSN 2088 – 3676

[23] ASTM G99-04 Standard Test Method for Wear Testing with a Pin-on Disk Apparatus.
Philadelphia, PA : American Society for Testing and Materials

[24] Pratama. 2011. Analisa Sifat Mekanik Komposit Bahan Kampas Rem Dengan Penguat Fly Ash
Batubara.Makassar: Universitas Hasanuddin

[25] Manickam, Chinnappan et al. 2015. Mechanical and Wear Behaviors of Untreated and Alkali
Tread Roselle Fiber-reinforced Vinyl Ester Composite. Journal of Engg. Research Vol. 3 No.
(3) September 2015 pp. 97-109

[26] Wijoyo, Sugianto dan Pramono. 2011. Pengaruh Perlakukan Permukaan Serat Nanas (Ananas
comosus L. Merr) Terhadap Kekuatan Tarik dan Kemampuan Rekat Sebagai Bahan Komposit.
Jurnal Mekanika Volume 9 Nomor 2 Hal. 270

[27] Xin, Xu at al. 2006. Friction Properties of Sisal Fibre Reinforced Resin Brake Composites.Sci.
Wear 262 (2007)736-741. Doi:10.1016/j. wear.2006.08.010

[28] Mukesh Kumar, Jayashree Bijwe. 2010. Role of different metallic fillers in non-asbestos
organic (NAO) friction composites for controlling sensitivity of coefficient of friction to load
and speed. Tribology International 43 (2010)965-974. doi:10.1016/j.triboint.2009.12.062

[29] ISO 15484. Road vehicles — Brake lining friction materials — Product definition and quality
assurance. First edition 2008-08-01

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 129
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Analisa Kualitatif Kandungan Senyawa Metamfetamin Dalam Rambut


Pengguna Sabu-Sabu Dengan Metode Ekstraksi Fase Padat (SPE)
Menggunakan Adsorben Zeolit Serulla

1,2
Nur Asyiah Dalimunthe, 3 Zul Alfian, 4Basuki Wijosentono, 5Eddyanto

1
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Kimia Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Sumatera Utara, Medan
2
Staff Pengajar Departemen Teknik Kimia, Akademi Teknik Indonesia CutMeutia, Medan
3,4
Guru Besar, Staff Pengajar Departemen Kimia Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sumatera Utara, Medan
5
Lektor Kepala Bidang Kimia Polimer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Medan
Email: 1: nurasyiah_d@yahoo.com
2
: zulalfian16@yahoo.com

ABSTRAK
Jenis narkoba yang paling banyak digunakan oleh pecandu yang mendapatkan pelayanan terapi
dan rehabilitasi adalah sabu – sabu (metamfetamin). Analisis dari senyawa narkotika
menggunakan sampel rambut memiliki peranan yang sangat penting terhadap penyalahgunaan
narkotika karena pemeriksaan dapat dilakukan setelah 27 jam setelah digunakan oleh
pengguna.Telah dilakukan penelitian tentang Analisa Kualitatif Kandungan Senyawa
Metamfetamin Dalam Rambut Pengguna Sabu-Sabu Dengan Metode Ekstraksi Fase Padat (SPE)
Menggunakan Adsorben Zeolit. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dari rambut
pengguna sabu-sabu sebanyak 4 (empat) sampel rambut. Sampel rambut yang telah dipreparasi
selanjutnya disonikasi selama 30 (tigapuluh) menit dengan variasi perbandingan sistem pelarut
yaitu etilasetat:metanol:amonia dan etilasetat:metanol:amonia. Filtrat hasil sonikasi kemudian
dilakukan metode ekstraksi fase padat (SPE) menggunakan adsorben zeolit serulla dan ekstrak
yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan pereaksi Marquist
yang menghasilkan warna orange kecoklatan samgat jelas pada sistem pelarut
etilasetat:metanol:amonia.

Kata Kunci : Metamfetamin, Rambut, Adsorben, SPE, Reagen Marquish, Zeolit Sarulla

PENDAHULUAN
Perhatian pada masalah pemakaian dan peredaran narkotika yang semakin meningkat bahkan untuk
Indonesia sendiri peredaran nya berasal dari negara Singapura, Brunai Darusalam, dan China. Dibuktikan
dari banyak kasus yang dilaporkan media. Narkoba ialah singkatan narkotika, psikotropika dan bahan
adiktif berbahaya lainnya dan peredarannya dilarang sebab bersifat ilegal di Indonesia sesuai Undang-
Undang no.35 tahun 2009 tentang narkoba (Widayati,2008).
Metamfetamin merupakan psikotropika golongan 2 yang merupakan obat stimulan yang dapat
mempengaruhi dengan kuat sistem saraf pusat yang menimbulkan efek adiksi bila dikonsumsi. Menurut
data terakhir dari Badan Narkotika Nasional (BNN) Tahun 2012, jenis narkoba yang paling banyak
digunakan oleh pecandu yang mendapatkan pelayanan terapi dan rehabilitasi adalah sabu – sabu /
Metamfetamin ( 4.697 orang ), selanjutnya secara berurutan adalah jenis ganja (4.175 orang), heroin (3.
455 orang), ekstasi (1.536 orang) dan opiat (736 orang). Berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional
(BNN) tahun 2015 diperoleh bahwa sampai dengan Januari 2015 pengguna narkotika mencapai
5.800.000 jiwa dengan 2.320.000 jiwa pengguna sabu – sabu. Di Sumatera Utara tercatat 288.226 Jiwa
pengguna dengan 115.290 pengguna sabu – sabu. Di kalangan pelajar sendiri tercatat 104.269 jiwa
dengan 87.800 adalah pengguna sabu – sabu (Syamsudin, 2015). Metamfetamin (C10H15N), memiliki
berat molekul 149,23, merupakan suatu stimulan saraf pusat. Metamfetmin umumnya tersedia dalam
bentuk garam HCl dan disebut speed, meth, ice. Dikenal pula dengan nama “crank dan
crystal”.(Mehling, 2007).

130 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Jumlah kasus penyalahgunaan obat terlarang di Indonesia dalam lima tahun terakhir paling
didominasi oleh metamfetamin, dimana jumlah kasusnya meningkat lebih dari 1000 kasus per tahun.
Penyalahgunaan Metamfetamin melibatkan jumlah tersangka sebanyak 55619 orang dalam kurun waktu
lima tahun. Pengguna obat terlarang di Indonesia didominasi oleh laki – laki dibanding perempuan, dan
memiliki latar pendidikan sekolah menengah atas ( SMA ). Yang mengejutkan justru pengguna obat
terlarang paling banyak dalam rentang usia lebih dari 29. ( Badan Narkotika Nasional, 2011 ).
Monitoring senyawa obat dalam tubuh dapat dilakukan melalui cairan tubuh seperti urin, keringat,
saliva dan darah. Rambut dalam berbagai kasus kriminal digunakan untuk mengetahui kecocokan
deoxyribonucleic acid (DNA) namun rambut juga dapat digunakan sebagai pilihan dalam melakukan
analisis senyawa obat didalam tubuh. Kelebihan penggunaan spesimen rambut dibandingkan urin dan
darah untuk menganalisis obat adalah rambut memiliki informasi keberadaan obat yang lebih lama
dengan rentang waktu minggu hingga bulan dibandingkan pada urin atau darah yang hanya mendeteksi
dengan kisaran waktu beberapa jam hingga beberapa hari (Kintz, 2000). Han et al. (2012) menggunakan
spesimen rambut dengan panjang rambut yang berbeda yakni 0-3 cm, 3-6 cm, 6-9 cm, 9-12 cm untuk
menganalisis Tetrahydrocanabinol (THC). Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa konsentrasi rata-
rata THC pada panjang 0-3 cm lebih besar dibandingkan 9-12 cm.
Sonikasi merupakan salah satu metode ekstraksi cair-cair yang memanfaatkan gelombang ultrasonik
dengan frekuensi 42 kHz yang dapat mempercepat waktu kontakantara sampel dan pelarut meskipun
pada suhu ruang. Hal ini menyebabkan proses perpindahan massa senyawa bioaktif dari dalam sampel
rambut ke pelarut menjadi lebih cepat. Sonikasi mengandalkan energi gelombang yang menyebabkan
proses kavitasi, yaitu proses pembentukan gelumbung-gelembung kecil akibat adanya transmisi
gelombang ultrasonik untuk membantu difusi pelarut kedalam dinding sel tanaman. (Ashley, 2001).
Metode ekstraksi sonikasi juga efisien dan mempersingkat waktu ekstraksi.(Melecchi, 2006). Karena
sabu-sabu berada di dalam rambut yang masuk melalui peredaran darah menuju folikel disertai bersama
protein dan lemak untuk memisahkannya digunakan sonikasi. Pelarut yang digunakan pada tahap
sonikasi menentukan jumlah Metamfetamin yang terkandung. Setelah disonikasi kemudian hasilnya
dimasukkan kedalam ekstraksi fase padat yang diikuti dengan tes kualitatif menggunakan reagen
marquish. ( Clarke,1986 ).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara kualitatif senyawa Metamfetamin dari rambut
pengguna sabu-sabu menggunakan metode Ekstraksi Cair-Cair (sonikasi) dengan menggunakan pengaruh
sistem pelarut yang optimum dan metode Estraksi Fase Padat (SPE) menggunakan zeolit sebagai fase
padat lalu membandingkan kecerahan warna hasil eksatraksi yang dihasilkan dengan menggunakan
reagen marquish.

BAHAN DAN METODE


Bahan Penelitian.
Rambut pengguna sabu-sabu (Rehabilitasi Datuk Etam), Kloroform, Etil Asetat, Metanol, Asam
Asetat Glasial, Aseton, Amonia, Formaldehida 37%, Asam Sulfat Pekat, Aquadest, Tanah Diatomae,
Zeolit Serulla, Diklorometan, Buffer posfat, Isopropanol, HCl 1%, Formaldehid 37 %, H 2SO4, Etil Asetat,
Amonium Hidroksida.

Metode.
Pembuatan Pereaksi Marquis.
Pereaksi Marquist terdiri dari dua pereaksi, pereaksi pertama dibuat dengan mencampurkan sebanyak 8-
10 tetes formaldehida 37% kedalam asam asetat glasial dan pereaksi kedua adalah asam sulfat pekat.

Preparasi Rambut.
Sebanyak 30-40 mg rambut pengguna Metamfetamin dihaluskan dengan menggunakan alu dan lumpang.
Kemudian dicuci dengan menggunakan metanol sebanyak 3 kali masing-masing selama 5 menit.

Sonikasi.
Ddisonikasi dengan menggunakan sistem pelarut yaitu etiasetat:metanol:amonia dan
kloroform:metanol:asam asetat dengan perbandingan 2:1 pada suhu kamar selama 30 menit. Selanjutnya
disonikasi kembali dengan kloroform selama 5 menit. Diekstraksi cair-cair dengan menggunakan
metanol. Didinginkan pada suhu ruangan. Disaring dengan menggunakan kertas saring. Diidentifikasi
filtrat dengan menggunakan pereaksi Marquist. Diamati perubahan warna yang terjadi.

Ekstraksi Fase Padat (SPE).


Dimasukkan membran pada bagian dasar kolom, diisi kolom dengan menggunakan zeolit, dan campuran
keduanya serulla, sebanyak 100 mg, dikondisikan kolom dengan menggunakan 4 mL metanol,

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 131
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

dinetralkan dengan 4 mL larutan bufer posfat, dimasukkan analit hasil sonikasi kedalam kolom secara
langsung, ditambahkan diklorometan:isopropanol sebanyak 4ml untuk menghilangkan kontaminan dalam
sampel, dielusi analit dengan menggunakan etil asetat: amonium hidroksida ditampung hasil ekstraksi
dan eluent yang diperoleh kemudian diidentifikasi dengan menggunakan Reagen Marquis.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian.
Hasil uji dengan metode ekstraksi fase padat (SPE) diperoleh dari hasil analisa berdsarkan pelarut
yang digunakan pada proses sonikasi

Tabel 1. Hasil analisis kualitatif Metamfetamin pada fase padat (SPE) dari analit sonikasi berdasarkan
perbandingan pelarut
Nama Sampel Marquish Test
Analisa Kualitatif Analit SPE Berdsarkan Perbandingan Pelarut Sonikasi
Etil Asetat:Metanol:Amonia Kloroform:Metanol:Asam Asetat
Hari Ke: Hari Ke:
0- 60 90 120 0-20 60 90 120
20
Metamfetamin Standar +++ +++ +++ +++ ++ ++ ++ ++
Rambut Pengguna 1 +++ +++ +++ +++ ++ ++ ++ ++
Rambut Pengguna 2 +++ +++ +++ +++ ++ ++ ++ ++
Rambut Pengguna 3 +++ +++ +++ +++ ++ ++ ++ ++
Rambut Pengguna 4 +++ +++ +++ +++ ++ ++ ++ ++

Keterangan:
+++ : warna kuning kecoklatan sangat jelas
++ : warna kuning kecoklatan cukup jelas
+ : warna kuning kecoklatan pudar

Uji kualitatif senyawa Metamfetamin dari rambut pengguna sabu-sabu dengan menggunakan reagen
marquish pada hasil ekstraksi fase padat dengan menggunakan variasi adsorben dari sampel rambut
pengguna sabu-sabu adalah seperti pada gambar 1 berikut:

Gambar 4.1 : Hasil uji kualitatif dengan menggunakan reagen marquish

Pembahasan.
Analisis dari senyawaan narkotika menggunakan sampel rambut memiliki peranan yang sangat
penting dalam bidang toksikologi forensik terhadap riwayat penyalahgunaan narkotika. Sampel rambut
yang diambil adalah rambut yang terdapat pada bagian belakang kepala dan yang dekat dengan kulit
kepala.Alasan utama pemilihan rambut sebagai sampel adalah karena rambut memiliki kemampuan untuk

132 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

menyerap zat-zat eksogen dan zat-zat tersebut akan tetap tidak berubah selama beberapa tahun serta
penarikan sampel dan pengangkutannya yang mudah. Obat-obatan, dalam hal ini metamfetamin, dapat
terdeteksi beberapa bulan setelah konsumsi terakhir, karena obat-obatan tersebut memasuki akar rambut
melalui kapiler dan akan tertanam di batang rambut. Karena tertanam di batang rambut, diperlukan
perlakuan khusus untuk.dapat mengeluarkannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sonikasi. Getaran yang dihasilkan dapat mempercepat waktu kontak antara sampel dengan pelarut
meskipun pada suhu ruang. Hal ini menyebabkan proses perpindahan senyawa Metamfetamin dari dalam
rambut ke pelarut menjadi lebih cepat. Pelarut yang digunakan dalam tahap sonikasi adalah
etilasetat:metanol:amonia dan kloroform:metanol:asam asetat. Pemilihan pelarut didasari oleh prinsip like
dissolve like dimana senyawa yang bersifat polar akan larut pada pelarut polar dan senyawa yang bersifat
non polar akan larut pada pelarut non polar. Metamfetamin merupakan senyawa yang bersifat polar maka
Metamfetamin akan larut pada pelarut polar. Setelah disonikasi maka filtrat hasil sonikasi di ekstraksi
dengan menggunakan metanol. Tujuannya adalah untuk menarik senyawa Metamfetamin yang sudah
keluar dari rambut. Setelah didapat ekstrak pekat yang mengandung metamfetamin, maka dilakukan uji
kualitatif dengan menggunakan pereaksi marquis yang akan menghasilkan warna kuning kecoklatan. Dari
hasil uji kualitatif dengan 2 (dua) perbandingan sistem pelarut, maka warna yang dihasilkan memiliki
intensitas yang berbeda. Hasil yang baik ditunjukkan pada sistem pelarut Etil Asetat:Metanol:Amonia.
Ekstraksi fase padat disebut juga sorben ekstraksi adalah proses eksraksi yang melibatkan fasa padat
dan fasa cair. Pada proses ekstraksi ini fasa padat lebih berperan untuk berinteraksi dengan zat yang
diekstraksi dari pada fase cairnya yang bertindak sebagai pelarut dari zat yang diekstraksi. Ekstraksi
dilakukan dengan mengalirkan larutan lewat fasa padat sebagai pengisi kolom. Sebagai fasa padat dipilih
senyawa yang memiliki sisi aktif pada permukaan sehingga akan berinteraksi dengan zat terlarut yang
diinginkan yakni senyawa metamfetaminnya yang dikenal dengan isolat. Silika yang terdapat pada
permukaan adsorben akan mengadakan interaksi dengan gugus amin pada senyawa Metamfetamin dan
dengan perlakuan aktivasi pada adsorben mengakibatkan penyerapan pada permukaan adsorben semakin
maksimal terjadi.
Pemanfaatan molekul silika sebagai penyusun adsorben dari zeolit serulla yang teraktivasi sebagai
penyerap dalam kolom ekstraksi fasa padat untuk proses adsorbsi senyawa metamfetamin. Dilakukan
aktivasi pada zeolit serulla untuk memperbesar penyerapan dengan memaksimalkan luas permukaannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kandungan silika yang terdapat pada adsorben zeolit
serulla sebanyak 60,16% dimana warna kuning kecoklatan menandakan bahwa positif terdapat senyawa
metamfetamin, memberikan hasil berupa warna kuning kecoklatan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari hasil penelitian yang telah dilakukan
bahwa sistem pelarut yang baik digunakan menarik senyawa Metamfetamin dari rambut pengguna sabu-
sabu ketika proses sonikasi adalah Etil Asetat:Metanol:Amonia.

DAFTAR PUSTAKA
Abdi, 2004, Detection of Morphine in Opioid Abusers Hair by GC/MS, DARU Journal, Volume 12 No. 2
Hal. 71 – 75.
Arnold, W, 1987, Radioimmunological Hair Analysis for Narcotics and Substitutes, Journal Clin. Chem.
Clin. Biochem, Vol 25 Hal 753 –757.
Badan Narkotika Nasional, 2010, Jurnal Data Pencegahan Penyalahgunaan Pemberantasan Peredaran
Gelap Narkoba (P4GN).
Badan Narkotika Nasional Indonesia, 2011. Data tindak pidana Narkoba tahun 2007-2011.
Baumgartner A., 1979, Radioimmunoassay of Hair for Determining Opiate – Abuse Histories, The
Journal of Nuclear Medicine, Hal. 748 – 752.
Butar – Butar Darwin, 2013, Jurnal data pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkoba tahun 2012, Edisi tahun 2013, Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia.
Citra Manela, 2015, Pemilihan, Penyimpanan dan Stabilitas Sampel Toksikologi Pada Korban
Penyalahgunaan Narkoba, Jurnal Kesehatan Andalas.
Clarke,1969. Analysis of Drugs and Poisons in pharmaceuticals, body fluids and postmortem
material.USA:Pharmaceutical Press.
Delmifiana, B, 2013, Pengaruh Sonikasi terhadap Struktur dan Morfologi non partikel magnetic yang

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 133
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

disintesis dengan Metode Kopresipitasi, Jurnal Fisika Unand, Vol. 2, No. 3, 186-189.
Giorgi SN, Meeker JE, 1995, A 5 year stability study of common illicit drugs in blood. Journal Analysis
Toxicology, 19(6): 392-398.
Haller, D.L. 2010, Hair Analysis Versus Conventional Methods of Drug Testing in
Substance Abusers Seeking Organ Transpantation, American Journal of Transplantation, Vol
10, Hal. 1305 – 1311.
Harrison, R., 2014, A Review of Methodology for Testing hair for Cocaine, Journal of Forensic
Investigation, Vol 2, Hal. 01 – 08.
Hegstd, S, et. al., 2008, Drug Screening of Hair br Liquid Chromatography- Tandem Mass Spectrometry,
Journal of Analytical Toxicology, Vol. 32 Hal. 364 – 372.
Khajuria, H., 2013, Detection of D9-Tetrahydrocannabinol (THC) in Hair Using GC-MS, Egyption
Journal of Forensics (2014) 4, 17 – 20.
Komang Ari Gunapria Darmapatni, A.A. Bawa Putra, Ni K. Ariati dan Ni M. Suaniti, 2014, Analisis
Senyawa Parasetamol (Acetaminophen) Pada Urin dan Rambut Menggunakan Kromotografi Gas
– Spektometri Massa (GC-MS), Jurnal Kimia 8 (2), Juli 2014, ISSN 1907-9850.
Made Agus Gelgel Wirasuta, 2008, Analisis Toksikologi Forensik dan Interpretasi Temuan Analisis,
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2008; 1(1):47-55 Asosiasi Forensik
Indonesia, Diterbitkan di Jakarta.
Mehling, R., 2007. Methamphetamine, The Straight Facts, Chelsea House, New York, NY 10001.
Moore, C., 2006. Disposition of Hydrocodone in Hair, Journal of Analytical Toxicology, Vol. 30 Hal.
353 – 359.
National Drugs Campaign, 2007. Narkoba: Fakta Sesungguhnya, Australian Goverment, Departement of
Health and Agieng.
Partington,J,R., 1961 .General And Inorganic Chemistry.Third Edition, New York :Magmilland
And LTD
Perry, 1 999. Adsorption And Ion Exchange Chemical Engineers, Handbook, John Wiley And Sons:New
York
Republik Indonesia, 149 (2) Hal. 199 – 207, Dalam dasar menimbang Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, poin c.
Samosir, M., 2002. Penentuan Kapasitas Tukar Kation dari Beberapa Jenis Zeolit AlamSerulla dengan
Mempelajari Suhu Aktivasi, Medan, Universi

Y. Makino, Y. Urano, T. Nagano, 2002, Impurity Profiling of Ephedrines in Methamphetamine by High-


Performance Liquid Chromatography, J. Of Chrom. A., 947, 151-154, Science Direct, Elsevier.

134 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Pembuatan Edible Film Pati Sukun (Artocarpus Altilis) Termodifikasi


Dari Proses Asetilasi Menggunakan Asetat Anhidrat

Putri Rizky

Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan


Putririzky51@yahoo.com

ABSTRAK
Edible film pati asetat diperoleh dari hasil modifikasi pati yang diisolasi dari buah sukun
(Artocarpus altilis) segar melalui asetilasi dengan asetat anhidrat. Pembuatan pati asetat
termodifikasi melalui reaksi esterifikasi antara pati sukun dengan asetat anhidrat melalui
kondisi reaksi pada variasi pH yaitu 6, 7, 8 dan 9 menggunakan NaOH untuk menghasilkan pati
natrium sebagai hasil antara. Hasil modifikasi kemudian dilakukan penetuan gugus fungsi
dengan spektrofotometer FT-IR dan dihitung derajat substitusinya menggunakan metode titrasi.
Terbentuknya pati asetat pada masing masing hasil variasi pH reaksi didukung oleh spektrum
FT-IR dengan munculnya puncak gugus fungsi C=O ester pada daerah bilangan gelombang
1600-1800 cm-1. Hasil pengukuran nilai derajat substitusi dilakukan pada pati asetat dengan
kondisi asetilasi pH 6, 7, 8 dan 9 berturut-turut nilai yaitu 0,5255; 0,7165; 1,0501; 0,3220.
Derajat substitusi yang paling tinggi diperoleh pada pati asetat hasil modifikasi pH 8. Edible film
dibuat dari pati sukun dan pati asetat pH 8 menggunakan gliserol sebagai plasticizer. Edible film
pati sukun dan pati asetat pH 8 yang diperoleh karakteristiknya sebagai berikut: nilai kuat tarik =
2,1 MPa dan 11,2 MPa. Nilai persen keregangan = 6,17 % dan 8,50 %. Nilai WVTR = 0,1243
Kgm-2jam-1 dan 0,1130 Kgm-2jam-1. Nilai derajat mengembang (% Swelling) = 85,84 % dan
66,10 %. Hasil analisa SEM edible film pati sukun lebih halus permukaan nya sedangkan pati
asetat permukaan ny kasar atau tidak homogen.
Kata Kunci: Pati sukun, asetat anhidrat, pati asetat, edible film

ABSTRACT
Edible starch acetate films obtained from breadfruit starch modified with acetic anhydride.
Manufacture of modified starch acetate by the esterification reaction between starch breadfruit
(Artocarpus altilis) with acetic anhydride in the variation of pH is 6, 7, 8 and 9. The results were
then tested modifications of functional groups by FT-IR and calculated the degree of
substitution. The formation of starch acetate is supported by FT-IR spectra with peak emergence
of functional groups C=O ester at pH 6, 7, 8 and 9 respectively at wave number 1635.64 cm -1,
1651.07 cm-1, 1635.64 cm-1 and 1635.64 cm-1.The results of measurements performed on the
degree of substitution of starch acetate pH 6, 7, 8 and 9 respectively the degree of substitution is
0.5255; 0.7165; 1.0501; 0.3220. The highest degree of substitution obtained on modified starch
acetate pH 8. Edible films made from breadfruit starch and starch acetate pH 8 using glycerol as
a plasticizer. Edible films breadfruit starch and starch acetate pH 8 obtained characteristics as
follows: the value of tensile strength 2.1 MPa and 11.2 MPa. Value percent tenseness 6.17% and
8.50%. WVTR 0.1243 Kgm-2h-1 and 0.1130 Kgm-2h-1. Value degrees expands (% Swelling)
85.84% and 66.10%. The results of SEM analysis of the edible film more refined starch
breadfruit its surface while starch acetate or homogeneous rough surface.
Keywords : Breadfruit starch, Acetic anhydride, starch acetate, edible film

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 135
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PENDAHULUAN
Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas karena
faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas tersebut dapat dipercepat
dengan adanya oksigen, air, cahaya, dan temperatur. Salah satu cara untuk mencegah atau memperlambat
fenomena tersebut adalah dengan pengemasan yang tepat. Pengemas merupakan bahan yang sangat
diperlukan untuk mempertahankan kualitas suatu bahan pangan agar tetap baik, karena apabila suatu
bahan pangan dibiarkan terbuka dan terinfeksi dengan lingkungan seperti adanya kontak dengan oksigen
maka bahan pangan tersebut akan cepat rusak, sehingga dapat menurunkan kualitas dan umur simpan dari
bahan pangan tersebut. Umumnya jenis pengemas yang sering digunakan adalah plastik. Plastik
merupakan bahan pengemas yang dapat mencemari lingkungan karena mempunyai karakter yang
nonbiodegradable, selain itu plastik dapat mencemari bahan pangan yang dikemas karena adanya zat-zat
tertentu yang berpotensi karsinogen yang dapat berpindah ke dalam bahan pangan yang dikemas [1].
Untuk mendapatkan bahan pengemas yang memiliki karakter biodegradable kuat dan elastis sangat perlu
dikembangkan untuk diteliti. Oleh karena itu pada saat ini dibutuhkan penelitian mengenai bahan
pengemas yang dapat diuraikan (biodegradable) [2].
Edible film merupakan bahan kemasan yang ramah lingkungan karena sifatnya yang biodegradable
dan dapat dimakan sehingga tidak mencemari lingkungan. Walaupun tidak dimaksudkan untuk
menggantikan secara total kemasan dari bahan sintetik, akan tetapi keunggulan dari edible film yaitu
dapat dimakan, biokompatibilitas, tidak beracun, tidak menyebabkan polusi, memiliki sifat sebagai
penghambat transfer massa (uap air, oksigen dan zat terlarut) dan harganya murah. Komponen utama
penyusun edible film ada tiga kelompok yaitu hidrokoloid, lemak dan komposit. Salah satu bahan utama
yang digunakan dalam pembuatan edible film ini yaitu pati yang termasuk kelompok hidrokoloid, yang
merupakan bahan yang mudah didapat, harganya murah, serta jenisnya beragam di Indonesia [3].
Pati adalah salah satu sumber bahan makanan yang paling penting. Pati terdapat dalam biji-bijian,
umbi-umbian, dan buah dari tanaman hijau yang berbentuk butiran kecil (granula). Penggunaan pati
sebagai bahan baku industri sangat luas diantaranya pada industri makanan, tekstil, kosmetik, dan kertas
[4].
Salah satu sumber pati yang mudah tumbuh di daerah tropis adalah sukun (Artocarpus altilis).
Tanaman sukun tumbuh dari dataran rendah hingga dataran tinggi 700 m di atas permukaan laut, dengan
suhu antara 21 – 33 °C, dan curah hujan 1500 – 2500 mm/tahun. Pati yang diperoleh dari sukun
menghasilkan 18,5 g/100 g dengan kemurnian 98,86 % dan kandungan amilosa 27,68 % dan amilopektin
72,32 % [5].
Modifikasi sifat pati dan teknik pengolahan pati sudah berkembang saat ini, pati alami dapat
dimodifikasi sehingga mempunyai sifat-sifat yang lebih baik. Modifikasi disini dimaksudkan sebagai
perubahan struktur molekul yang dapat dilakukan secara kimia, fisik maupun enzimatis. Dewasa ini
metode yang banyak digunakan untuk memodifikasi pati adalah modifikasi menggunakan asam
(asetilasi), enzim, oksidasi dan ikatan silang. Setiap metode modifikasi tersebut menghasilkan pati
termodifikasi dengan sifat yang berbeda-beda [6].
Modifikasi secara asetilasi berkerja dengan adanya distribusi gugus asetil yang menggantikan gugus
–OH (hidrolsil). Modifikasi dengan asetilasi menghasilkan produk dengan swelling power, solubility dan
viskositas yang lebih tinggi. Selain itu proses modifikasi dengan asetilasi membutuhkan biaya yang lebih
rendah, sehingga lebih menguntungkan apabila digunakan pada industri pangan [7].
Yuliasih [8] telah menggunakan pati sagu termodifikasi sebagai bahan starch-based plastics untuk
mendapatkan edible film yang mempunyai sifat hidrofobik dan kompatibel dengan pelastik sintetik.
Dengan melakukan variasi suhu 30, 35, 40 dan 45 oC dan waktu 15, 30, 45, 60, 90, 105, dan 120 menit.
Kondisi proses asetilasi yang digunakan untuk membuat edible film adalah pada suhu 40 oC dan lama
waktu 75 menit.
Arianti [7] telah melakukan modifikasi cassava starch dengan proses asetilasi asam asetat untuk
menghasilkan produk pangan yang memiliki peningkatan swelling power dan peningkatan persen
solubility dengan melakukan variasi waktu dari 30, 60, 90, 120 menit dan pH 6, 7, 8, 9. Kondisi reaksi
asetilasi yang menghasilkan starch asetat paling baik adalah pada waktu 90 menit pH 8 dan suhu 45 oC.
Dengan hasil swelling power 16,90 dan persen solubility 34,50 %.
Pudjiastuti [9] telah melakukan pembuatan plastik layak santap (edible plastic) dari tapioka
termodifikasi yang menghasilkan edible film ketebalan 41,72 MPa, nilai kuat tarik antara 27,01 Kgf/cm2
- 217,7 Kgf/cm2, kemuluran antara 2,55% - 62,89 % dan laju transmisi uap air antara 590,37 g/m2/24
jam sampai dengan 824,25 g/m2/24 jam.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk membuat edible film dari pati sukun
(Artocarpus altilis) termodifikasi dari proses asetilasi menggunakan asetat anhidrat. Selanjutnya edible
film yang terbentuk dilakukan uji daya serap air (Swelling), uji persen asetil dan derajat substitusi, uji

136 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

mekanik, analisa struktur kimia menggunakan spektroskopi fourier transform infra-red (FTIR), analisa
morfologi menggunakan scanning electron microscopy (SEM), analisa water vapour transmission rate
(WVTR).

METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah pati sukun, NaOH, HCl, KOH, gliserol, KCl, indikator fenolftalein.
Alat yang digunakan Neraca analitik, alat-alat gelas, termometer, hot plate stirrer, Uji tarik dilakukan
menggunakan alat uji tarik, analisis morfologi permukaan menggunakan alat Scanning Electron
Microscope (SEM) .
Prosedur Penelitian
Isolasi Pati dari Sukun
Buah sukun yang kulitnya sudah menguning dikupas dan dihilangkan tangkai buahnya, kemudian
dicuci hingga bersih sampai tidak bergetah. Buah sukun dipotong-potong hingga kecil, kemudian
dicampur dengan akuades kemudian diblender hingga halus dan selanjutnya diperas dan disaring
menggunakan kain kasa untuk mendapatkan ekstrak pati bersama air. Ekstrak pati dibiarkan selama 24
jam sampai pati mengendap dan dipisahkan dari airnya melalui proses dekanter. Pati yang diperoleh
dikeringkan dalam oven pada temperatur 45 oC selama 24 jam. Pati kasar yang diperoleh digiling dan
diayak kemudian ditimbang dan disimpan dalam desikator. Pati sukun yang diperoleh setelah dilakukan
pengujian dengan larutan iodine memberikan warna biru dilanjutkan analisis dengan menggunakan
Spektrokopi FT-IR dan penentuan derajat mengembang (Swelling Power).

Pembuatan Pati Asetat


Kedalam gelas Beaker yang sudah berisi 80 ml aquades dimasukan 75 g pati sukun. pH larutan
diatur sesuai variabel yang ditentukan (pH 6, 7, 8, dan 9) menggunakan NaOH 0,3 M disertai pengadukan
selama 20 menit. Setelah itu diaduk dan ditambahkan 4,7 ml asetat anhidrat dalam larutan tersebut dan
dipanaskan hingga suhu 45 oC selama 60 menit. Kemudian larutan difiltrasi dengan kertas saring dan
endapan yang tertinggal dicuci dengan aquades. Endapan dikeringkan dalam oven pada suhu 50 oC dan
pati asetat yang dihasilkan dihaluskan dan dikeringkan kembali pada suhu 50 oC selama 1 jam,
selanjutnya dimasukkan kedalam desikator kemudian ditimbang. Pati asetat yang diperoleh dianalisis
dengan menggunakan Spektokopi FT-IR dan derajat substitusi mengikuti metode titrasi. Pati asetat
dengan derajat substitusi (derajat asetilasi) yang terbaik digunakan dalam pembuatan edible film.

Penentuan Persen Asetil dan Derajat Substitusi


Ditimbang sebanyak 1 g pati asetat lalu dilarutkan ke dalam 50 ml etanol pada suhu 50 oC selama 30
menit. kemudian didinginkan pada suhu ruangan, ditambahkan 40 ml KOH 0,5 M dan didiamkan selama
15 menit pada suhu ruangan. Kemudian dititrasi dengan HCl 0,5 M dengan menggunakan indikator
fenolftalein hingga terjadi perubahan warna dari merah rose menjadi bening.

Penetuan Derajat Mengembang (Swelling Power)


Sampel pati ditimbang sebanyak 2-3 gram kemudian letakkan pada cawan kering yang telah
diketahui beratnya, kemudian disimpan dalam desikator yang di dalamnya sudah diberi larutan KCl jenuh
dan diamati pertambahan berat sampel dengan ditimbang selama kurun waktu 6, 12, 24 48, 72 jam.

Pembuatan Edible Film Pati Asetat


Pembuatan edible film digunakan pati asetat yang derajat substitusi terbaik yaitu perlakuan pada
kondisi aseyilasi pH = 8. Sebanyak 5 g pati asetat di masukkan ke dalam gelas Beaker yang telah diisi
dengan 100 mL akuades, ditambah 1 ml gliserol. Diaduk hingga homogen. Dipanaskan diatas hotplate
pada suhu ±50 oC hingga bercampur menjadi cairan kental. Campuran dituang ke plat akrilik dan
diratakan. Dikeringkan didalam oven pada suhu ±40 oC selama 48 jam. Kemudian dilepas film dari plat
akrilik, lalu dilakukan analisa kuat tarik, keregangan, ketebalan, WVTR, SEM, % Swelling.

Uji WVTR (Laju Tansmisi Uap Air)


Pengukuran berdasarkan gaya gravimetri. Permeasi sel digunakan dari bahan plastik yang
mengandung 25 g silica gel. Pada permukaan sel dilubangi dengan diameter 1,3 cm. Film ditempelkan
pada lubang permeasi sel. Sel ditempatkan pada desikator yang mengandung air suling. Sel ditimbang
setiap 1 jam sekali selama 8 jam. Kemudian dihitung slope dari pertambahan berat silika terhadap waktu
dengan persamaan garis regresi.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 137
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Uji Sifat mengembang ( %Swelling)


Edible film dipotong dengan ukuran 2 cm x 2 cm. Kemudian ditimbang masing-masing berat edible
film. Kemudian dimasukkan kedalam Beaker glass yang masing-masingnya berisi 40 ml aquadest.
Dibiarkan selama 2 hari dan dilihat perubahan dari edible film. Kemudian diangkat dan ditimbang dalam
keadaan basah.

Analisa SEM (Scanning Electron Microscopy)


Sampel diletakkan pada sel holder dengan perkat ganda. Sampel dimasukkan kedalam Scanning
Electron Miscroscopy (SEM), lalu gambar permukaan diamati dan dilakukan perbesaran sesuai yang
diinginkan. Selanjutnya dilakukan pemotretan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pati Sukun
Pati yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil isolasi pati yang diperoleh dari buah sukun
(Artocarpus altilis) dimana dari sebanyak 10 kg buah sukun yang digunakan diperoleh sebanyak 680 g
(6,8%) pati sukun. Uji kualitatif dari larutan pati menggunakan pereaksi larutan iodine memberikan
larutan warna biru. Dari spektrum hasil analisis spektroskopi FT-IR, pati hasil isolasi memberikan
spektrum dengan puncak-puncak vibrasi pada daerah bilangan gelombang 3387cm-1 gugus –OH; 2931
cm-1 gugus C-H stretching; 1157,29 cm-1 gugus C-O-C dari eter (Gambar. 1).

Gambar 1. Spektrum FT-IR Pati Sukun


Pembuatan Pati Asetat
Pati asetat merupakan hasil reaksi esterifikasi antara pati dan asam asetat anhidrat dengan bantuan
larutan NaOH untuk mengaktifkan gugus hidroksil. Variasi yang dilakukan pada penelitian ini dalah
variasi pH yaitu 6, 7, 8 dan 9. Pati asetat yang diperoleh berbentuk serbuk putih, dimana pati asetat dari
variasi pH 6, 7, 8 dan 9 hasil sintesis berturut-turut 65,78 g, 60,20 g, 60,95 g, dan 65,31 g.

138 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 2 Grafik Perbandingan FT-IR Pati Sukun dan Pati Asetat Variasi pH 6,7, 8 dan 9.

Terbentuknya pati asetat ditunjukkan pada hasil analisa FT-IR dari variasi pH meter. Ditandai
dengan munculnya puncak vibrasi pada daerah 1600-1800 cm-1 yang menunjukkan daerah C=O (ester).
Pada puncak vibrasi terbentuk 2 puncak di rentang bilangan gelombang 1600-1800 cm-1, yang
menandakan hanya 1 gugus karboksilat yang menjadi gugus ester.
Persen Asetil dan Derajat Substitusi
Uji kadar asetil dan derajat subtitusi digunakan untuk mengetahui berapa banyak gugus asetil yang
tersubstitusi ke dalam pati sukun yang sudah di modifikasi secara esterifikasi. Derajat substitusi
menyatakan banyaknya gugus asetil yang mensubstitusi gugus OH- pada pati sukun. Hasil penentuan DS
dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Penentuan Persen Asetil dan Derajat Substitusi Pati Asetat
Ph Persen Asetil DS
6 12,2765 0,5255
7 16,039 0,7165
8 21,9085 1,0501
9 7,8905 0,3220

Pada penelitian ini hasil DS yang diperoleh berkisar antara 0,5255 – 1,0501 (Tabel 1). Dimana DS
tertinggi yaitu 1,0501 berasal dari pati asetat dengan kondisi reaksi pH=8. Pada pembuatan pati asetat
apabila pH yang digunakan terlalu asam akan menyebabkan dekarboksilasi ketika terjadinya raeksi, dan
apabila pH yang digunakan terlalu basa maka akan menyebabkan reaksi hidrolisis ester atau saponifikasi
dari pati asetat disebabkan reaksinya reversible.
Penentuan Derajat Mengembang (Swelling power)
Derajat mengembang (swelling power) untuk Pati Sukun dan Pati Asetat Ph 8 yang memiliki derajat
subtitusi paling tinggi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil PenentuanSwelling power Pati Sukun dan Pati Asetat pH 8


W absorpsi(%)
Waktu (jam)
Pati Sukun Pati Asetat pH 8
6 0,6122 0,5678
12 1,7173 1,1955
24 3,7682 2,8942
48 5,1869 3,8706
72 7,9944 4,7972

Dilihat dari tabel 2 menjelaskan bahwa swelling power pada pati asetat mengalami penurunan
dibandingkan dengan pati sukun, hal ini disebabkan karena semakin banyak terbentuk asetil dengan

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 139
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

molekul amilosa di dalam granula pati, semakin menyebabkan pembengkakan menjadi terbatas. Hal ini
juga dipengaruhi oleh adanya rongga pada pati asetat yang dibentuk oleh ester, sehingga molekul air akan
terikat pada rongga tersebut.
Pembuatan Edible Film
Diperoleh edible film yang berbentuk lapisan tipis yang kemudian di uji kuat tarik, ketebalan,
kemuluran, WVTR, swelling dan SEM yaitu:
Uji Mekanik Edible Film Pati Sukun dan Pati Asetat pH=8
Hasil Uji Kekuatan Tarik, Kemuluran dan Ketebalan Edible film dari variasi pati sukun dan pati
asetat pH 8 dengan plasticizer gliserol ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai Kuat Tarik; Kemuluran; dan Ketebalan Edible film Pati Sukun dan Pati Asetat pH 8
No Parameter Pati Sukun Pati Asetat pH 8
1 Kuat Tarik (MPa) 2,1 11,2
2 Keregangan % 6,17 8,50
3 Ketebalan (mm) 0,11 0,14

Dilihat dari tabel 3. menunjukkan hasil analisis didapatkan hasil kuat tarik dari pati sukun dan pati
asetat pH=8 yaitu 2,1 MPa dan 11,2 Mpa. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa edible film pati asetat
pH 8 lebih kuat. Hal ini dikarenakan adanya muatan gugus asetil dalam pati, bahwa fraksi pati asetat
memiliki sifat lebih elastis dibandingkan dengan pati sukun.
Hasil uji keregangan edible film pati sukun dihasilkan persen keregangan 6,17 % sedangkan pati
asetat pH 8 dihasilkan keregangan 8,50 %. Hal ini dapat disimpulkan semakin kuat suatu film maka
semakin kuat juga persen keregangan karena film yang kuat tidak mudah putus ketika terjadi tarikan [8].
Hasil dari pengukuran ketebalan edible film pati sukun sebesar 0,11 mm sedangkan ketebalan edible
film pati asetat pH 8 sebesar 0,14 mm. Hal ini dikarenakan banyaknya padatan terlarut dan luas
permukaan wadah. Nilai ketebalan yang berbeda disebabkan oleh banyaknya padatan terlarut yang
merupakan komponen penyusun.
Analisis WVTR (Water Vapour Transmission Rate) Edible Film Pati Sukun dan Pati Asetat pH=8
Tabel 4. Hasil nilai WVTR dapat dilihat pada Tabel 4.
No Sampel WVTR (Kg/m2/jam)
1 Pati sukun 0,1243
2 Pati Asetat pH 8 0,1130

Dari data dapat dilihat bahwa edible film pati asetat pH 8 mempunyai nilai WVTR rendah sehingga
terbaik untuk digunakan sebagai bahan pengemas karena mampu mengurangi jumlah uap air yang
melewati film.

Pengukuran Derajat Mengembang (% Swelling) Edible Film Pati Sukun dan Pati Asetat pH=8
Tabel 5. Hasil Swelling Edible Film Pati Sukun dan Pati Asetat pH=8
No Sampel % Swelling
1 Edible Film Pati sukun 85,84
2 Edible Film Pati Asetat pH 8 66,10

Pada data diatas pati asetat pH 8 terbaik yang memiliki ketahanan terhadapa air dan nilai derajat
mengembang terendah yaitu 66,10 %. Hal ini disebabkan karena semakin banyak pengikatan gugus asetil
oleh molekul amilosa pada pati sehingga menyebabkan pembengkakan menjadi terbatas. Sedangkan pati
sukun memiliki nilai derajat mengembang terbesar dan dikatakan kurang tahan terhadap air, karena
kecendrungan pati yang lebih banyak memiliki gugus hidroksil OH- sehingga lebih banyak menyerap air.

Analisa SEM (Scanning Electron Microscopy) Edible Film Pati sukun dan Pati Asetat pH 8
Pengujian SEM dilakukan terhadap edible film pati sukun dan pati asetat pH 8 dapat dilihat pada
Gambar 3 dan 4.

140 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 3. Hasil SEM Edible Film Pati Sukun

Gambar 4. Hasil SEM Edible Film Pati Asetat pH 8

Analisis SEM dilakukan untuk melihat morfologi dari senyawa hasil modifikasi pati yang diperoleh.
Dalam penelitian ini uji SEM dilakukan untuk edible film pati sukun dan pati asetat yaitu analisa SEM
edible film pati sukun lebih halus permukaannya dibandingkan pati asetat pH 8.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
Kondisi operasi yang menghasilkan pati asetat paling tinggi derajat substitusinya sebesar 1,0501
pada pH 8 dengan suhu 45 oC selama 60 menit. Karakteristik Edible Film yang diperoleh dari pati
asetat pH 8 diperoleh memiliki nilai kuat tarik, kemuluran dan ketebalan lebih besar dari edible film
pati sukun. Nilai WVTR dan swelling edible film pati asetat pH 8 lebih rendah dari edible film pati
sukun. Hasil analisa SEM edible film pati sukun lebih halus permukaannya dibandingkan edible
film pati asetat pH 8.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Khusnul, D.H. 2006, Karakteristik Fisik dan Kimia Edible Film Pati Jagung Yang diinkorporasi
dengan Perasan Temu Hitam, Jurnal Pangan dan Agro Industri vol.1p.90-100) FTP Universitas
Brawijaya Malang.
[2] Wahyu, M.K. 2009. Pemanfaatan Pati Singkong Sebagai Bahan Baku Edible Film. Bandung:
Universitas Padjadjaran.
[3] Setiani, W, Sudiarti, T dan Rahmidar, L. 2013. Preparasi dan Karakterisasi Edible Film dari Poliblend
Pati Sukun-Kitosan. Bandung: Jurusan Kimia.Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati
Bandung.
[4] Sembiring, D.K. 2011. Sintesis Pati Asetat Melalui Proses Asetilasi Pati Buah Sukun (Artocorpus
altilis) dengan Asetat Anhidrat Menggunakan Katalis Asam Sulfat. Medan: USU.
[5] Rincom, A.M., Fanny, C.P., 2004, Physicochemical Properties of Venezuelan Breadfruit (Artocarpus
) 62 EKSAKTA Vol. 13 No. 1-2 Agustus 2013 altilis) Starch, Archivos Latinoamericanos De

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 141
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Nutricion.
[6] Koswara, Sutrisno. 2006. Teknologi Modifikasi Pati. Ebookpangan.Com.
[7] Artiani, Pungky dan Yohanita, Ratna. 2009. Modifikasi Cassava Starch Dengan Proses Acetylasi
Asam Asetat Untuk Produk Pangan. Semarang: Universitas Diponegoro.
[8] Yuliasih, indah dan Indah, C.T., 2014. Pati Sagu Termodifikasi Sebagai Bahan Starch-Based Plastics.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
[9] Pudjiastuti, Wiwik dan Supeni. 2014. Plastik Layak Santap (Edible Plastik) Dari Tapioka
Termodifikasi. Jakarta: Balai Besar Kimia dan Kemasan.

142 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PERANCANGAN PENGENDALI DAN PEMANTAU SUHU


RUANGAN MELALUI KOMPUTER

Muhammad Adam S

Fakultas Teknik, Prodi Teknik Elektro


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
adam.pelangi@yahoo.co.id
mhdadam74@gmail.com

ABSTRACT
Controlling and monitoring room temperature is not effective to done manually in a building
consists of many rooms. The aim of this research is to design room temperature controller and
monitor via computer using Arduino Uno microcontroller module and LM35DZ as temperature
sensor which is installed in every room. Sensor data result is saved in MYSQL local database.
Controlling and monitoring room temperature can be done through web browser by accessing
the PHP interface page. The result showed that the room temperature can be displayed on web
browser. The fan can turn on or off automatically according to the specified temperature range.
Keywords : Temperature Controller, Temperature Monitor

PENDAHULUAN
Suhu ruangan memiliki pengaruh yang besar terhadap tubuh manusia maupun benda di dalam
ruangan tersebut. Bagi manusia, suhu ruangan yang tidak sesuai akan menyebabkan ketidaknyamanan
bahkan dapat berdampak pada kesehatan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri, suhu ruangan yang sesuai berkisar antara 18 – 28 °C [1]. Suhu ruangan juga
berpengaruh terhadap benda atau peralatan di dalam ruangan tersebut, seperti pada ruang server, tempat
penyimpanan daging, ruang jenazah di rumah sakit, dan lain-lain.
Pemantauan dan pengendalian suhu ruangan merupakan hal yang sangat penting. Penelitian
mengenai pemantauan dan pengendalian suhu ruangan telah dilakukan oleh D. Prihatmoko. Penelitian
tersebut menghasilkan sebuah prototipe sistem kontrol suhu satu ruangan, dilengkapi dengan LCD
sebagai penampil data suhu ruangan, tanpa fasilitas penyimpanan data suhu ruangan yang telah diukur
[2].
Oleh karena itu, pada penelitian ini dirancang alat untuk melakukan pengukuran dan pengendalian
suhu delapan ruangan. Data hasil pengukuran disimpan pada database dan ditampilkan melalui komputer.
Penetapan batas suhu ruangan juga dapat dilakukan melalui komputer.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah merancang suatu alat pemantau dan pengendali suhu untuk delapan
ruangan melalui komputer.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sistem yang dirancang dapat memberikan kemudahan dalam
memantau dan mengendalikan suhu ruangan karena dapat dilakukan melalui komputer untuk delapan
ruangan sekaligus.

TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Kendali
Sistem kendali adalah kumpulan dari komponen-komponen yang bekerja secara bersama-sama di
bawah perintah dari kecerdasan beberapa mesin [3].

1. Sistem Kendali Lingkar Terbuka (Open Loop)

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 143
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Sistem kendali lingkar terbuka adalah suatu sistem yang keluarannya tidak mempunyai pengaruh
terhadap aksi kendali. Artinya, keluaran sistem kendali tidak dapat digunakan sebagai umpan balik
(no feedback) dalam masukan dan ketepatan hasil bergantung pada kalibrasi [3].

2. Sistem Kendali Lingkar Tertutup (Close Loop)


Sistem kendali lingkar tertutup adalah sistem kendali yang keluarannya mempunyai pengaruh
langsung pada aksi pengendalian dan juga merupakan sistem kendali berumpan balik (feedback) dari
hasil keluaran menuju ke masukan setelah dikurangkan dengan nilai set point-nya [3].
Sensor
Sensor adalah sebuah perangkat yang menerima rangsangan dan memberikan respon dengan sinyal
kelistrikan. Kegunaan dari sensor adalah untuk merespon beberapa masukan sifat fisis dan mengubahnya
ke dalam sinyal listrik [4, 5].
1. Sensor Suhu
Suhu dapat didefinisikan sebagai derajat panas atau dingin yang spesifik sebagai acuan pada skala
tertentu. Suhu juga dapat didefinisikan sebagai jumlah energi panas dalam suatu objek atau sistem.
Energi panas secara langsung berhubungan dengan energi molekuler (getaran, gesekan, dan osilasi
partikel dalam molekul), semakin tinggi energi panas, semakin besar energi molekulernya [5].
Sensor suhu mendeteksi perubahan parameter fisik seperti resistansi atau tegangan keluaran yang
sesuai dengan perubahan suhu. Ada dua jenis dasar penginderaan suhu yaitu,
a. Penginderaan suhu contact mengharuskan sensor berada dalam kontak fisik langsung dengan
media atau objek yang dirasakan. Ini dapat digunakan untuk memantau suhu padatan, cairan,
atau gas pada rentang suhu yang sangat luas [5].
b. Pengukuran non-contact menafsirkan energi radiasi dari sumber panas dalam bentuk energi yang
dipancarkan di bagian inframerah dari spektrum elektromagnetik. Metode ini dapat digunakan
untuk memantau padatan dan cairan non reflektif namun tidak efektif dengan gas karena
transparansi alaminya [5].
2. Sensor Suhu IC LM35
Sensor suhu IC LM35 merupakan chip IC produksi National Semiconductor yang berfungsi untuk
mengetahui temperatur suatu objek atau ruangan dalam bentuk besaran elektrik, atau dapat juga
didefinisikan sebagai komponen elektronika yang berfungsi untuk mengubah perubahan temperatur
yang diterima dalam perubahan besaran elektrik. Sensor suhu IC LM35 dapat mengubah perubahan
temperatur menjadi perubahan tegangan pada bagian outputnya. Sensor suhu IC LM35
membutuhkan sumber tegangan DC +5 volt dan konsumsi arus DC sebesar 60 µA dalam beroperasi
[6].

Gambar 1. IC LM35 [6]

Karakteristik sensor suhu IC LM35 adalah,


a. Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu 10 mVolt/ºC,
sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius.
b. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5ºC pada suhu 25 ºC
c. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 ºC sampai +150 ºC. Bekerja pada
tegangan 4 sampai 30 volt.
d. Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 µA.
e. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1 ºC pada udara
diam.
f. Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA.
g. Memiliki ketidak-linieran hanya sekitar ± ¼ ºC [6].
Sensor suhu IC LM35 memiliki keakuratan tinggi dan mudah dalam perancangan jika dibandingkan
dengan sensor suhu yang lain, sensor suhu LM35 juga mempunyai keluaran impedansi yang rendah
dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian kontrol

144 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

khusus serta tidak memerlukan pengaturan tambahan. Tegangan ideal yang keluar dari LM35 akan
naik sebesar 10 mV setiap 1 °C [7].

............................. (1)
Relay
Relay adalah sebuah alat yang menggunakan gaya elektromagnetik untuk menutup (atau membuka)
kontak switch, atau dengan kata lain, sebuah saklar bertenaga listrik [3]. Simbol skematik relay secara
umum ditunjukkan pada Gambar 2. Diagram relay sederhana ditunjukkan pada Gambar 3, terdiri dari
komponen-komponen yaitu,
a. Armarture merupakan tuas logam yang bisa naik turun. Tuas akan turun jika tertarik oleh magnet
ferromagnetik (elektromagnetik) dan akan kembali naik jika sifat kemagnetan ferromagnetik sudah
hilang.
b. Spring (pegas) berfungsi sebagai penarik tuas. Ketika sifat kemagnetan ferromagnetik hilang, maka
spring berfungsi untuk menarik tuas ke atas.
c. Shading Coil berfungsi untuk pengaman arus AC dari listrik PLN yang tersambung dari C (Contact).
d. NC Contact (Normally Close Contact) merupakan kontak yang secara default terhubung dengan
kontak sumber (kontak inti, C) ketika posisi OFF.
e. NO Contact (Normally Open Contact) merupakan kontak yang akan terhubung dengan kontak
sumber (kontak inti, C) ketika posisi ON.
f. Electromagnet merupakan kabel lilitan yang membelit logam ferromagnetik. Komponen ini
berfungsi sebagai magnet buatan yang sifatnya sementara, yaitu menjadi logam magnet ketika lilitan
dialiri arus listrik, dan menjadi logam biasa ketika arus listrik diputus [3].

Gambar 2. Simbol Skematik Relay [3]

Gambar 3. Diagram Relay Sederhana [3]

Multiplekser
Multipleksing adalah teknik untuk meneruskan atau mengirimkan banyak sinyal melalui satu
medium [8]. Multiplekser yang digunakan pada penelitian ini adalah IC CD4051. IC CD4051 terdiri dari
8 pin input. Konfigurasi pin IC CD4051 ditunjukkan pada Gambar 4.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 145
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 4. Konfigurasi Pin IC CD4051 [9]

IC ini memiliki 3 Select Pin yaitu A, B, dan C. Ketiga pin ini akan dihubungkan ke mikrokontroler.
Setiap pin merepresentasikan sebuah nilai (A=1, B=2, C=4) yang akan diproses IC CD4051 bila pin-pin
tersebut diberi logika HIGH. Contoh,
a. Jika A diberi logika LOW, sedangkan B dan C diberi logika HIGH, maka channel input 6 akan
terpilih. (0+2+4 = 6)
b. Jika A dan C diberi logika HIGH, sedangkan B diberi logika LOW, maka channel input 5 akan
terpilih. (1+0+4 = 5)
Tabel kebenaran dari IC CD4051 diperlihatkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Tabel Kebenaran IC CD4051


Input States “On”
C B A Channels
0 0 0 0
0 0 1 1
0 1 0 2
0 1 1 3
1 0 0 4
1 0 1 5
1 1 0 6
1 1 1 7

Arduino Uno
Mikrokontroler adalah rangkaian terintegrasi yang mencakup semua bagian utama komputer pada
umumnya yaitu prosesor, memori, periferal, beserta input dan output. Prosesor merupakan otak, bagian
dimana semua keputusan diambil dan dapat diperhitungkan. Memori merupakan tempat dimana inti-inti
program dan unsur-unsur dari pengguna berjalan [8].
Arduino Uno merupakan sebuah modul mikrokontroler yang menggunakan ATmega328. Arduino
Uno mencakup semua yang dibutuhkan mikrokontroler untuk dapat bekerja. Arduino Uno dapat
dihubungkan ke sebuah komputer dengan sebuah kabel USB atau menyuplainya dengan sebuah adaptor
AC ke DC atau menggunakan baterai sebagai sumber tegangannya. ATmega328 pada Arduino Uno hadir
dengan sebuah bootloader sehingga meng-upload kode baru ke ATmega328 tidak memerlukan perangkat
tambahan [10].

146 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 5. Arduino Uno [11]

Spesifikasi dari Arduino Uno ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Spesifikasi Arduino Uno


Microcontroller ATmega328P
Operating Voltage 5V
Input Voltage 7-12V
(recommended)
Input Voltage (limit) 6-20V
Digital I/O Pins 14 (of which 6 provide PWM output)
PWM Digital I/O Pins 6
Analog Input Pins 6
DC Current per I/O Pin 20 mA
DC Current for 3.3V Pin 50 mA
Flash Memory 32 KB (ATmega328P) of which 0.5 KB used
by bootloader
SRAM 2 KB (ATmega328P)
EEPROM 1 KB (ATmega328P)
Clock Speed 16 MHz
LED_BUILTIN 13
Length 68.6 mm
Width 53.4 mm
Weight 25

Bagian-bagian Arduino Uno terdiri dari:


1. Prosesor
Pengendali dari Arduino Uno adalah Atmel AVR ATmega 328. Perangkat ini pada dasarnya adalah
komputer pada sebuah chip, yang berisi Central Processing Unit (CPU), memori, array, clock, dan
periferal dalam satu paket. Perhatikan Gambar 6.

Gambar 6. Blok Diagram Sederhana ATmega328 [12]

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 147
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Chip ATmega328 dikembangkan dari prosesor Arduino yang asli, ATmega8. Chip ini berisi lebih
banyak memori dan kemampuan periferal yang lebih banyak dari pendahulunya saat menggunakan
lebih sedikit daya. Prosesor ATmega328 dapat beroperasi dari jangkauan tegangan sumber yang luas,
dari 1,8V sampai 5,5V. Hal ini membuatnya sangat sesuai untuk aplikasi dengan daya baterai. Pada
tegangan terendah, prosesor memiliki clock rate maksimal 4MHz. Dengan menaikkan suplai
tegangan hingga mencapai 2,7V, clock rate dapat ditingkatkan menjadi 10 MHz. Untuk beroperasi
pada clock rate maksimum 20MHz, chip membutuhkan setidaknya 4,5V. Board I/O Arduino
menyediakan 5V untuk chip ATmega328, sehingga dapat bekerja dengan berbagai kecepatan,
maksimum 20 MHz [12].
2. Serial Port
Serial port berguna untuk komunikasi. Dalam tahap pengembangan proyek Arduino, komunikasi
yang dimaksud adalah antara Arduino dan PC, dimana dilakukan penulisan, kompilasi, dan
pengunggahan sketch ke board. Dalam tahap aplikasi proyek, ketika Arduino menjalankan tugasnya,
serial port dapat terus berkomunikasi dengan PC, jika itu merupakan bagian dari rencana atau
mungkin berkomunikasi dengan perangkat serial lainnya. Penggunaan serial port ini bersifat
opsional pada tahap aplikasi, dapat pula tanpa adanya komunikasi sama sekali. Pada kasus tersebut,
pin penerima (RX) dan pengirim (TX) dapat digunakan sebagai jalur input/output (I/O) pada
umumnya [12].
3. Power Supply
Rangkaian catu daya pada Arduino tidak benar-benar memberikan daya pada Arduino, melainkan
hanya sebagai penghubung, pengatur, dan penyaring tegangan dari catu daya eksternal. Rangkaian
ini memilih tegangan tertinggi yang tersedia dan menggunakan sumber tegangan tersebut untuk
mensuplai rangkaian lain yang tersisa pada board [12].
Ada beberapa cara untuk memberikan daya ke Arduino. Cara yang paling sederhana adalah
menggunakan catu daya dengan kabel USB, yaitu melalui komputer. USB standar dapat menyuplai
arus 500mA dan tegangan 5V. Bila Arduino tidak terhubung ke PC melalui kabel USB, tegangan 5V
teregulasi dapat disuplai melalui pin konektor berlabel 5V dan GND [12].
Untuk tegangan suplai yang tidak teregulasi, tersedia jack power berbentuk bulat dan berukuran 2,1
mm dengan tegangan masukan 7V hingga 12V. Masukan dari jack ini langsung terhubung ke
regulator 5V. Secara teoritis, tegangan input dapat melebihi 20V, tapi kemungkinan chip regulator
akan mendapat panas berlebih dan dapat merusak PCB. Salah satu fitur yang sangat bagus dari
Arduino adalah dapat menghubungkan banyak catu daya yang berbeda sekaligus. Arduino memiliki
rangkaian yang dapat memilih tegangan terbesar yang tersedia untuk diteruskan ke regulator
tegangan [12].
Arduino Uno juga memiliki regulator 3,3V yang terpasang. Arus yang dihasilkan oleh regulator 3,3V
adalah 50mA [12].
4. Pin Konektor
Arduino menyediakan empat set konektor agar lebih mudah untuk dihubungkan ke rangkaian
tambahan.Di tepi atas board berisi pin konektor digital, input referensi analog dan koneksi ground
tambahan. Pin USART TX dan RX juga termasuk di antaranya. Di tepi bawah board terdapat
konektor daya dan pin analog. Konektor daya menyediakan koneksi ke tegangan suplai utama (Vin,
5V, 3V3, dan GND) disertai dengan pin RESET mikrokontroler. Konektor analog menyediakan 6
pin analog yang dapat digunakan pula sebagai jalur I/O digital bila diperlukan [12].

Gambar 7. Pin Konektor Arduino Uno [12]

148 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

5. Pemrograman
Untuk mulai menulis program, dibutuhkan Arduino IDE. Arduino IDE adalah perangkat lunak yang
ditulis dengan menggunakan bahasa Java dan dirancang khusus untuk melakukan pemrograman
segala jenis board Arduino. Arduino IDE terdiri dari: Editor Program, Compiler dan Uploader. Ada
beberapa menu pilihan pada IDE Arduino yang mempunyai fungsi yaitu,
a. Verify, memeriksa kesalahan penulisan kode dan melakukan kompilasi kode.
b. Upload, upload kode ke board/mikrokontroler.
c. Serial Monitor, membuka serial port monitor untuk melihat feedback/umpan balik dari board
[11].
Program Arduino menggunakan sebuah kode program khusus yang mirip dengan struktur bahasa C.
Struktur setiap program Arduino (biasa disebut sketch) mempunyai dua buah fungsi yang harus ada
yaitu void setup( ) { } dan void loop( ) { }. Pada fungsi yang disebutkan pertama, dilakukan
inisialisasi pin-pin Arduino yang digunakan. Fungsi yang kedua berisi program inti yang akan
dikerjakan secara berulang-ulang [11].
Beberapa fungsi yang umumnya digunakan dalam permrograman Arduino adalah,
a. pinMode (pin, mode)
Digunakan untuk menetapkan mode dari suatu pin. Pin yang dapat digunakan adalah dari 0-19
(pin analog 0-5 adalah 14-19). Mode yang bisadigunakan adalah INPUT atau OUTPUT.
b. digitalWrite(pin, value)
Ketika sebuah pin ditetapkan sebagai OUTPUT, pin tersebut dapat dijadikan HIGH (ditarik
menjadi 5 volt) atau LOW (diturunkan menjadi ground).
c. digitalRead(pin)
Ketika sebuah pin ditetapkan sebagai INPUT maka anda dapat menggunakan kode ini untuk
mendapatkan nilai pin tersebut apakah HIGH (ditarik menjadi 5 volt) atau LOW (diturunkan
menjadi ground).
d. analogWrite(pin, value)
Beberapa pin pada Arduino mendukung PWM (pulse width modulation) yaitu pin 3, 5, 6, 9, 10,
11. Ini dapat merubah pin hidup (on) atau mati (off) dengan sangat cepat sehingga membuatnya
dapat berfungsi layaknya keluaran analog. Value (nilai) pada format kode tersebut adalah angka
antara 0 ( 0% duty cycle ~ 0V) dan 255 (100% duty cycle ~ 5V).
e. analogRead(pin)
Ketika pin analog ditetapkan sebagai INPUT anda dapat membaca keluaran voltase-nya.
Keluarannya berupa angka antara 0 (untuk 0 volt) dan 1024 (untuk 5 volt) [11].
Ethernet Shield
Ethernet Shield menambah kemampuan Arduino board agar terhubung ke jaringan komputer.
Ethernet shield berbasiskan chip Ethernet Wiznet W5100. Ethernet library digunakan dalam menulis
program agar Arduino board dapat terhubung ke jaringan dengan menggunakan Arduino ethernet shield
[13].
Pada ethernet shield terdapat sebuah slot micro-SD, yang dapat digunakan untuk menyimpan file
yang dapat diakses melalui jaringan. Onboard micro-SD card reader diakses dengan menggunakan SD
library [13].
Arduino board berkomunikasi dengan W5100 dan SD card menggunakan bus SPI (Serial
Peripheral Interface). Komunikasi ini diatur oleh library SPI.h dan Ethernet.h. Bus SPI menggunakan
pin digital 11, 12 dan 13 pada Arduino Uno. Pin digital 10 digunakan untuk memilih W5100 dan pin
digital 4 digunakan untuk memilih SD card. Pin-pin yang sudah disebutkan sebelumnya tidak dapat
digunakan untuk input/output umum ketika kita menggunakan Ethernet Shield [13].
Karena W5100 dan SD card berbagi bus SPI, hanya salah satu yang dapat aktif pada satu waktu.
Jika kita menggunakan kedua perangkat dalam program kita, hal ini akan diatasi oleh library yang sesuai.
Jika kita tidak menggunakan salah satu perangkat dalam program kita, kiranya kita perlu secara eksplisit
men-deselect-nya. Untuk melakukan hal ini pada SD card, set pin 4 sebagai output dan menuliskan logika
tinggi padanya, sedangkan untuk W5100 yang digunakan adalah pin 10 [13].
Ethernet Shield terdiri dari sejumlah LED yang berisi informasi yaitu,
1. PWR, mengindikasikan bahwa board dan shield telah menerima daya.
2. LINK, mengindikasikan keberadaan link jaringan dan berkedip ketika shield mengirim atau
menerima data.
3. FULLD, mengindikasikan bahwa koneksi jaringan adalah full duplex.
4. 100M, mengindikasikan keberadaan koneksi jaringan 100 Mb/s.
5. RX, berkedip ketika shield menerima data.
6. TX, berkedip ketika shield mengirim data.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 149
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

7. COLL, berkedip ketika bentrokan jaringan terjadi [13].

Gambar 8. Ethernet Shield W5100 [13]

Jaringan
Jaringan adalah sekumpulan perangkat-perangkat yang saling terhubung untuk berbagi data seperti
komputer, printer, atau perangkat lainnya yang dapat mengirim dan menerima data [14].
1. Kabel Jaringan
Terdapat tiga macam kabel jaringan yang tersedia, yaitu twisted pair, fiber optic, dan kabel coaxial.
Pada penelitian ini kabel yang digunakanadalah twisted pair. Kabel twisted pair terbagi menjadi dua
jenis, yaitu shielded twisted pair dan unshielded twisted pair.
Shielded Twisted Pair atau STP adalah kabel pasangan berpilin yang memiliki perlindungan dari
logam untuk melindungi kabel dari interferensi elektromagnetik luar. Terdapat pembungkus
tambahan untuk tiap pasangan kabel. Kabel STP juga digunakan untuk jaringan data, digunakan pada
jaringan Token-Ring IBM. Pembungkusnya dapat memberikan proteksi yang lebih baik terhadap
interferensi EMI. Pada kabel STP, di dalamnya terdapat satu lapisan pelindung kabel internal
sehingga melindungi data yang ditransmisikan dari interferensi/gangguan. STP (Shielded Twisted
Pair), selain dililitkan, juga punya proteksi terhadap induksi atau interferensi sinyal dari luar kabel
berupa lapisan kertas alumunium foil, sebelum pembungkus luar [15].
Kabel UTP adalah jenis kabel yang terbuat dari bahan penghantar tembaga, memiliki isolasi dari
plastik dan terbungkus oleh bahan isolasi yang mampu melindungi dari api dan kerusakan fisik.
Kabel UTP terdiri dari empat pasang inti kabel yang saling berbelit yang masing-masing pasang
memiliki kode warna berbeda. Kabel UTP tidak memiliki pelindung dari interferensi
elektromagnetik, namun jenis kabel ini banyak digunakan karena harga yang relatif murah dan
fungsinya yang memang sudah sesuai dengan standar yang diharapkan [15].
Kabel UTP terbagi ke dalam beberapa kategori yaitu,
1. Category 1. Tipe ini biasanya mendukung frekuensi di bawah 1 MHz, digunakan untuk jaringan
telepon dan untuk penggunaan transmisi suara analog.
2. Category 2. Tipe ini mendukung frekuensi hingga 4 MHz.
3. Category 3. Tipe ini mendukung frekuensi sampai dengan 16 MHz.
4. Category 4. Tipe ini mendukung frekuensi sampai dengan 20 MHz.
5. Category 5. Tipe ini mendukung transmisi sampai dengan 100 MHz.
6. Category 5e ("Enhanced Cat 5"). Tipe ini adalah standar baru yang menggantikan standar
category 5. Seperti category 5, category 5e ini mendukung frekuensi yang sama dengan
category 5, namun memiliki performa yang lebih baik.
7. Category 6. Tipe ini mendukung frekuensi sampai dengan 200 MHz [15].
2. Alamat IP
Alamat IP adalah pengenal numerik yang diberikan ke setiap mesin pada jaringan IP. Alamat IP
menunjuk lokasi spesifik dari perangkat pada jaringan. Alamat IP terdiri dari informasi 32 bit yang
dibagi ke dalam 4 bagian, setiap bagian terdiri dari 8 bit. Alamat IP dapat ditulis dalam bilangan
desimal, biner maupun heksadesimal [16].
HTML (HyperText Markup Language)
HTML merupakan kependekan dari HyperText Markup Language. HTML adalah bahasa web yang
diunduh dan ditampilkan ketika mengakses halaman web melalui web browser [17].

150 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

XAMPP
XAMPP merupakan perangkat lunak bebas, yang mendukung banyak sistem operasi. XAMPP
merupakan kompilasi dari beberapa program. XAMPP juga adalah software web server apache yang di
dalamnya tertanam server MySQL dan didukung dengan bahasa pemrograman PHP untuk membuat
website yang dinamis. Di dalam XAMPP, berkas-berkas yang akan dijalankan seperti : PHP, HTML dan
script lain disimpan pada folder htdoc. Untuk mengelola basis data MySQL yang ada di komputer
menggunakan phpMyAdmin.
1. PHP
PHP adalah bahasa scripting yang dirancang khusus untuk membantu pengembangan aplikasi web
dinamis. Perangkat lunak PHP bekerja dengan web server, yang merupakan perangkat lunak yang
mengirim halaman web ke dunia [17].
Ketika browser diarahkan ke berkas HTML dengan ekstensi .html atau .htm, web server akan
menampilkan halaman web yang dideskripsikan tag HTML pada berkas. Ketika browser diarahkan
ke berkas PHP, web server akan memindai berkas dalam mode HTML dan mengirimnya ke browser
tanpa pemrosesan. Pemindaian akan diteruskan hingga menemukan tag pembuka PHP. Ketika tag
pembuka PHP ditemukan, web server akan menyerahkan pemrosesan ke modul PHP. Web server
kemudian mengasumsikan semua pernyataan adalah pernyataan PHP dan menggunakan modul PHP
untuk mengeksekusi pernyataan PHP. Jika ada output dari PHP, server akan memberikan output ke
browser. Web server berlanjut dalam mode PHP. Ketika tag penutup PHP ditemukan, web server
akan kembali ke mode HTML dan melakukan pemindaian kembali [17].
Skrip PHP diawali dengan tag (<?) dan diakhiri dengan tag (?>).PHP akan melakukan pemrosesan
terhadap semua pernyataan di antara kedua tag tersebut. Setiap baris perintah / statement harus
diakhiri dengan menggunakan tanda titik koma (;) [17].
2. MySQL
MySql merupakan database server yang paling sering digunakan dalam pemrograman PHP. MySQL
digunakan untuk menyimpan data di dalam database dan memanipulasi data-data yang diperlukan.
Manipulasi data tersebut berupa menambah, mengubah, dan menghapus data yang berada dalam
database [17].
SQL merupakan singkatan dari Structured Query Language. SQL atau juga sering disebut sebagai
query merupakan suatu bahasa (language) yang digunakan untuk mengakses database. SQL
sebagian besar menggunakan bahasa inggris. Pernyataan-pernyataan yang umumnya digunakan pada
SQL untuk membuat database antara lain: pernyataan untuk membuat database baru, menghapus
database, membuat tabel, menghapus tabel, dan mengubah struktur database.
3. Hubungan PHP dan MySQL
PHP dan MySQL bekerja secara bersama-sama. PHP membuat koneksi dengan server MySQL dan
mengirimkan pesan SQL melalui koneksi. ServerMySQL menafsirkan pesan SQL, mengikuti
instruksi dan mengirimkan pesan balasan yang menyatakan statusnya atau melaporkan kesalahan bila
tidak dapat memahami instruksi yang diberikan [17].

METODE PENELITIAN
Konsep Rancangan
Langkah awal dalam perancangan alat adalah menentukan konsep dari rancangan alat yang akan
dibuat. Gambar 9 adalah blok diagram yang menggambarkan konsep dasar dari alat yang akan dirancang.

Gambar 9. Blok Diagram Konsep Rancangan

Alat yang akan dirancang terdiri dari dua proses kerja. Proses yang pertama adalah memantau suhu
ruangan. Sensor suhu akan mendeteksi suhu ruangan dan mengirimkannya ke modul mikrokontroler
dalam bentuk sinyal analog. Selanjutnya sinyal analog tersebut akan diproses di dalam mikrokontroler

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 151
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

dan diubah ke dalam besaran suhu. Besaran suhu yang diperoleh dikirim ke komputer untuk disimpan di
dalam database lokal.
Modul mikrokontroler terhubung ke komputer dengan menggunakan modul ethernet melalui kabel
UTP cat5e bertipe cross-over. Komputer bertindak sebagai server yang menyimpan semua data-data
berkaitan dengan suhu ruangan, sedangkan modul mikrokontroler bertindak sebagai klien. Untuk
mengirimkan data suhu, modul mikrokontroler sebagai klien akan melakukan http request kepada
komputer sebagai server untuk mengakses file PHP. File PHP ini berperan untuk terhubung ke database
server dan mengirimkan data suhu. Data suhu dapat dilihat melalui web browser dengan mengakses
halaman web yang telah dibuat khusus untuk menampilkan data suhu ruangan.
Proses yang kedua adalah mengendalikan suhu ruangan. Pengendalian suhu ruangan dilakukan
dengan memberikan input berupa suhu ruangan standar melalui web browser. Selanjutnya, suhu ruangan
yang terdeteksi akan dibandingkan dengan suhu ruangan standar. Jika suhu ruangan yang terdeteksi lebih
tinggi dari suhu ruangan standar, maka status pendingin adalah menyala. Sebaliknya, jika suhu ruangan
yang terdeteksi lebih rendah dari suhu ruangan standar, maka status pendingin adalahmati. Hasil
perbandingan suhu menghasilkan umpan balik untuk mengendalikan pendingin. Hal ini menunjukkan
bahwa sistem kendali yang dirancang adalah sistem kendali lingkar tertutup (close loop).

Gambar 10. Diagram Sistem Kendali Suhu Ruangan

Status pendingin yang telah diperoleh akan tersimpan di database server. Untuk memperoleh status
pendingin, modul mikrokontroler akan melakukan http request kepada server setiap kurun waktu tertentu.
Request dilakukan untuk mengakses file PHP yang bertugas mengambil status pendingin dari database.
Status pendingin akan diperoleh melalui respon yang diberikan oleh server. Kemudian modul
mikrokontroler akan menyalakan dan mematikan relay sesuai dengan status yang diperoleh.
Perancangan Perangkat Keras (Hardware)
Dalam penelitian ini, komponen dan modul-modul yang digunakan adalah,
1. Sensor suhu menggunakan IC LM35DZ
2. Analog multiplekser menggunakan IC CD4051
3. Modul Arduino Uno
4. Modul Ethernet Shield W5100
5. Modul Relay 8 channel
Modul-modul di atas dihubungkan sesuai dengan blok diagram pada Gambar 11.

Gambar 11. Blok Diagram Rangkaian Modul


Perhitungan Sensor Suhu LM35DZ
Mikrokontroler merupakan alat yang didalamnya memiliki memori terbatas. Sehingga
mikrokontroler juga memiliki kemampuan mencacah yang terbatas juga. Input analog pada Arduino
merupakan cacahan dari 0 hingga 1023. Artinya, 0 berarti 0 volt, dan 1023 berarti 5 volt karena tegangan
referensi yangdigunakan adalah 5 volt. Dengan demikian, Arduino memiliki kemampuan mencacah
hingga 1023. Artinya, setiap cacahan akan memiliki nilai 5/1023 V.

152 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tegangan ideal yang keluar dari LM35 mempunyai perbandingan 100 °C setara dengan 1 Volt. Jadi,
nilai temperatur adalah

.................................. (2)

Perancangan Perangkat Lunak (Software)


1. Perancangan User Interface
Perancangan antarmuka menggunakan skrip PHP sehingga dapat diakses melalui web browser.
Rancangan antarmuka ini berfungsi untuk menampilkan data suhu 8 (delapan) ruangan, beserta
status kipas pada setiap ruangan dalam bentuk tabel. Selain itu, juga berfungsi untuk menginput suhu
ruangan standar yang diinginkan pengguna dalam pengendalian suhu ruangan. Tampilan user
interface pemantau dan pengendali suhu ruangan dapat dilihat pada Gambar 12.

DATA SUHU RUANGAN


SUHU SUHU YANG
NAMA
RUANGAN DIINGINKAN TOMBOL
RUANGAN
(°C) (°C)
1.1 22,75 30

1.2 22,07 30

1.3 23,10 30

1.4 20,70 30

2.1 21,29 30

2.2 22,02 30

2.3 22,46 30

2.4 22,27 30

Gambar 12. Rancangan User Interface

2. Perancangan Program Akses Database


Pada alat yang akan dirancang ini, Arduino harus dapat mengirim data suhu ke database server dan
mengambil data status pendingin dari database server. Agar Arduino dapat terhubung ke database,
maka perlu dibuat skrip PHP untuk mengakses database. Terdapat 2 skrip PHP yang dibuat untuk
mengakses database diantaranya:
a. koneksi.php
Skrip ini berguna untuk memulai koneksi dengan database MySQL.update.php
Skrip ini berguna untuk mengirim data suhu dari Arduino dan memperbaharui data suhu pada
database. Skrip ini juga berguna untuk mengambil data status pendingin pada database.

3. Perancangan Program Kendali


Program kendali yang akan dirancang adalah program Arduino untuk terhubung ke web server dan
mengendalikan sensor suhu beserta modul relay. Dalam perancangannya, program kendali terbagi
menjadi beberapa bagian yaitu, program koneksi ethernet shield ke server, program analog
multiplekser, program sensor suhu, program untuk mengirim data suhu ke database server, program
untuk mengambil data status pendingin dari database server, dan program kendali relay.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 153
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengujian Koneksi Ethernet Shield
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah Ethernet Shield telah terhubung ke komputer.
Pengujian dilakukan melalui command prompt dengan melakukan ping terhadap ip address Ethernet
Shield yang sebelumnya telah dideklarasikan pada program Arduino yaitu 192.168.1.177. Hasil pengujian
dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Hasil Pengujian Ethernet Shield

Hasil pengujian menunjukkan bahwa Ethernet Shield telah memberikan respon ke komputer. Hal ini
menunjukkan bahwa Ethernet Shield telah dapat bekerja dengan baik.
Pengujian Analog Multiplekser
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah analog multiplekser dapat mengirimkan sinyal
analog dari delapan sensor suhu ke satu pin analog Arduino secara bergantian. Pengujian dilakukan
dengan memberikan bit-bit melalui Arduino Uno kepada analog multiplekser sesuai dengan Tabel 1.
Analog multiplekser akan memilih satu dari delapan sinyal sesuai dengan bit-bit yang diterima,
untukditeruskan ke Arduino. Hasil pengujian multiplekser ditampilkan pada serial monitor Arduino
ditunjukkan pada Gambar 14.

Gambar 14. Hasil Pengujian Analog Multiplekser

Hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa Arduino telah mengirimkan bit-bit ke analog
multiplekser dan sinyal berhasil diteruskan ke Arduino. Selanjutnya Arduino melakukan pemrosesan
sinyal yang diterima dan ditampilkan ke serial monitor dalam besaran suhu.
Pengujian LM35
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah LM35 dapat memberikan hasil pengukuran suhu
yang sesuai. Pengujian dilakukan dengan melakukan pengukuran suhu setiap ruangan dengan termometer
terkalibrasi dan membandingkan dengan hasil pengukuran sensor suhu. Berikut ini merupakan data hasil
pengukuran dengan termometer dan sensor suhu LM35.

154 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 3. Tabel Pengujian Sensor Suhu LM35


Nama Sensor Suhu Thermometer
Ruangan (°C) (°C)
Ruang 1.1 31,06 30
Ruang 1.2 30,42 30
Ruang 1.3 30,81 30
Ruang 1.4 30,79 30
Ruang 2.1 30,92 30
Ruang 2.2 31,24 30
Ruang 2.3 30,54 30
Ruang 2.4 31,00 30

Hasil pengujian menunjukkan bahwa hasil pengukuran sensor suhu mendekati hasil pengukuran
dengan termometer terkalibrasi. Hal ini menunjukkan sensor suhu telah bekerja dengan baik.

Hasil Pengujian
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah alat dapat bekerja sesuai dengan yang
diharapkan. Pengujian dilakukan dengan memberikan panas ke setiap ruangan hingga suhu ruangan lebih
tinggi dari suhu yang diinginkan. Selanjutnya, dilakukan pengamatan terhadap kondisi relay dan kipas.
Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Tabel Hasil Pengujian


Nama Suhu Suhu yang
Status Kipas
Ruangan Ruangan Diinginkan
Ruang 1.1 31,27 35 Tidak Menyala
Ruang 1.2 44,12 33 Menyala
Ruang 1.3 39,66 37 Menyala
Ruang 1.4 30,70 36 Tidak Menyala
Ruang 2.1 32,08 35 Tidak Menyala
Ruang 2.2 47,53 33 Menyala
Ruang 2.3 53,68 33 Menyala
Ruang 2.4 31,85 37 Tidak Menyala

Dari hasil pengujian pada Tabel 4, kipas pada ruang 1.1, 1.4, 2.1, dan 2.4 tidak menyala karena suhu
ruangan lebih rendah dari suhu yang diinginkan. Sedangkan, kipas pada ruang 1.2, 1.3, 2.2, 2.3 menyala
karena suhu ruangan lebih tinggi dari suhu yang diinginkan. Hal ini menunjukkan alat telah bekerja
dengan baik dan sesuai yang diharapkan.

KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alat yang dirancang dapat melakukan pemantauan dan
pengendalian suhu delapan ruangan melalui komputer. Pendeteksi suhu ruangan dan relay untuk
mengendalikan pendingin terhubung ke komputer pada jaringan lokal. Data hasil sensor dan status
pendingin disimpan pada database di komputer setiap satu detik. Pemantauan dan pengendalian suhu
ruangan dapat dilakukan melalui web browser dengan mengakses halaman antarmuka yang telah dibuat.

SARAN
Beberapa saran untuk pengembangan pada penelitian selanjutnya adalah,
1. Pemantauan dan pengendalian suhu ruangan dapat dikembangkan sehingga dapat dilakukan melalui
jarak jauh secara wireless (tanpa kabel).
2. Data suhu dan status relay dapat disimpan pada cloud sehingga pemantauan dan pengendalian suhu
ruangan dapat dilakukan dimana saja melalui jaringan internet.
3. Mengembangkan teknik penggunaan multiplekser terhadap keterbatasan pin arduino agar dapat
memantau suhu 64 ruangan.
4. Menggunakan Logika Fuzzy dalam pengendalian suhu ruangan untuk meningkatkan efisiensi daya
listrik.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 155
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

DAFTAR PUSTAKA
[1] Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/ 2002 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Jakarta: Kemenkes RI.
[2] D. Prihatmoko, “Perancangan dan Implementasi Pengontrol Suhu Ruangan Berbasis
Mikrokontroller Arduino Uno,” Jurnal SIMETRIS Volume 7 Nomor 1, ISSN: 2252-4983, pp. 117,
2016.
[3] C. T. Kilian, Modern Control Technology: Components and Systems, Delmar Thomson Learning,
2000.
[4] J. Fraden, Handbook of Modern Sensors Physics, Design and Applications, California: Springer,
2010.
[5] J. Wilson, Sensor Technology Handbook, Oxford: Newnes, 2005
[6] National Semiconductor, LM35 Precision Centigrade Temperature Sensors, 2000.
[7] S. I. Langi, J. O. Wuwung, A. S. M. Lumenta, “Kipas Angin Otomatis dengan Menggunakan Sensor
Suhu,” E-Journal Teknik Elektro dan Komputer, ISSN: 2301-8402, pp. 45, 2014.
[8] J. Bayle, C Programming for Arduino, Birmingham: Packt Publishing, 2013.
[9] Texas Instrument, CD405xB CMOS Single 8-Channel Analog Multiplexer/ Demultiplexer With
Logic-Level Conversion.
[10] M. Ichwan, M. G. Husada, M. I. Ar Rasyid, “Pembangunan Prototipe Sistem Pengendalian
Peralatan Listrik pada Platform Android,” Jurnal Informatika, vol. 4, no. 1, pp. 16, 2013.
[11] S. J. Sokop, D. J. Mamahit, Sherwin R.U.A, “Trainer Periferal Antarmuka Berbasis Mikrokontroler
Arduino Uno,” E-Journal Teknik Elektro dan Komputer, vol. 5, no. 3, pp. 15-16, 2016.
[12] D. Wheat, Arduino Internals, New York: Apress, 2011
[13] Arduino. Arduino Ethernet Shield V1. https://www.arduino.cc/en/Main/ Arduino EthernetShieldV1.
12 Juni 2017.
[14] B. A. Forouzan, Data Communications and Networking, New York: McGraw-Hill, 2007.
[15] D. Barnett, D. Groth, J. McBee, Cabling: The Complete Guide to Network Wiring, San Fransisco :
Sybex, 2004.
[16] T. Lammle, CCNA : Cisco Certified Network Associate, San Fransisco: Sybex, 2004.
[17] S. Suehring, J. Valade, PHP, MySQL, JavaScript & HTML5 All in One for Dummies, New Jersey:
Wiley, 2013.

156 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

IMPLEMENTASI PLC SEBAGAI FLOW COMPUTER RAPAT


MASSA UAP JENUH (SATURATED STEAM DENSITY) DENGAN
PENDEKATAN METODE REGRESI LINIER TERBAGI

Dedy A.P.1, M. Fitra2, Suwarno3

1,2,3
Magister Teknik Elektro, Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara)
Email : 1dedy.aputra@yahoo.com

ABSTRAK
Dalam menunjang peningkatan kualitas produksi, industri harus didukung oleh sistem proses
yang handal. Sistem pengukuran yang handal juga termasuk dalam satu sistem yang diharapkan
keandalannya. Khusus untuk pengukuran dan kalkulasi aliran uap jenuh yang banyak dilakukan
di industri dalam kaitannya untuk pengendalian biaya produksi, juga harus bisa menunjukkan
hasil yang akurat. Saat ini PLC sudah mengambil peran penting dalam dunia industri, selain
sebagai sistem kendali, PLC juga dapat digunakan untuk melakukan kalkulasi sebuah formula
yang diprogramkan ke dalam memorinya. Penelitian ini bertujuan untuk menggunakan PLC
sebagai flow computer untuk menghitung rapat massa uap jenuh dengan mengadopsi metode
regresi linier yang dibagi ke dalam “n” rentang nilai untuk meningkatkan akurasinya dengan
parameter yang dijadikan input adalah tekanan uap itu sendiri. Dari hasil percobaan didapat nilai
error yang cukup kecil untuk metode ini, yaitu sebesar 0,2% untuk regresi 5 segmen, 0,050%
untuk regresi 10 segmen dan 0,046% untuk regresi 15 segmen sedangkan jika regresi tidak
dibagi ke dalam rentang “n” maka error yang didapat adalah sebesar 0,9%.
Kata kunci : Rapat massa uap, flow computer, Regresi linier, PLC

ABSTRACT
In supporting of production quality improvement, industry must be supported by reliable process
system. Reliable measurement system also included in one system which is expected realibility.
Specially for saturated steam flow measurement and calculation which is mostly done in the
industry in relation to control production cost, should also be able to show accurate results. Now
PLC has taken an important role in industry, beside as a control system, PLC also can be used
to calculation a formula. This paper aims to use PLC as flow computer to calculate saturated
steam density by adopting linear regression method which is divided into “n” section to increase
the accuration with pressure as a input parameter. The results show a relatively small error
value around 0,2% for 5 segmnet regression, 0,050% for 10 regression segment and 0,046% for
15 segment regression if we compare with standart linear regression method, where the value
around 0,9%.
Keyword: Steam Density, flow computer, linier regression, PLC

PENDAHULUAN
Saat ini dunia industri sangat ketat dalam hal persaingan kualitas produk untuk mendongkrak
penjualannya. Agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas baik, sebuah proses produksi harus
didukung penuh oleh sebuah sistem proses yang handal. Salah satu komponen dari sistem tersebut adalah
sistem pengukuran.
Pengukuran aliran uap banyak dilakukan dalam hampir setiap jenis industri, dikarenakan salah satu
sumber energi yang digunakan adalah energi panas dari uap. Sedangkan untuk alat ukur aliran ini sangat
banyak jenisnya, salah satunya adalah jenis vortex. Secara umum vortex flowmeter hanya dapat
menampilkan nilai dari besaran aliran dalam bentuk volume yang dikonversi dari frequency vortex.
Untuk mendapatkan nilai dari besaran dalam bentuk massa maka diperlukan suatu alat yang dipakai
untuk menghitung nilai density (rapat massa) yang biasanya alat tersebut dinamakan sebagai flow
computer.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 157
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Untuk menghitung nilai besaran aliran massa dapat digunakan persamaan umum berikut :

M = V x ρ .................................................................................... (1)

Dimana :
M : Aliran Massa (kG/jam)
V : Aliran Volume (m3/jam)
ρ : Rapat Massa (kG/m3)

Nilai ρ (rapat massa) sendiri dalam sistem uap jenuh (Saturated steam) memiliki hubungan yang
linier dengan nilai tekanan uap. . Akurasi perhitungan rapat massa sangat mempengaruhi akurasi dari
nilai aliran massa, sehingga kecil besarnya nilai error tersebut menjadi tolak ukur dari error nilai aliran
massa uap. Pada flow computer umumnya nilai density tersimpan dalam bentuk tabel di memori-nya.
Berbeda dengan PLC yang dapat melakukan kalkulasi matematis dengan memasukkan program ke dalam
memorinya, flow computer biasanya lebih akurat dengan sistem tabel dibandingkan dengan kalkulasi
PLC. Akurasi kalkulasi rapat massa pada PLC dapat ditingkatkan dengan memperbaiki metode
perhitungan yang akan diprogramkan sehingga diperlukan suatu metode yang sesuai untuk kebutuhan
tersebut. Di Industri pemakaian PLC sebagai flow computer lebih disukai karena terkait dengan efisiensi
biaya, dimana kalkulasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan PLC proses yang sudah terpasang.
Penggunaan metode regresi linier telah digunakan dalam banyak tulisan yang bertujuan untuk
menentukan hubungan antara dua nilai atau parameter. Regresi linier juga banyak diadopsi untuk mem-
formulasi-kan beberapa masalah menjadi bentuk perhitungan, sehingga dapat difungsikan untuk
melakukan peramalan atau prediksi suatu nilai kedepannya.
Penggunakan regresi linier untuk melakukan peramalan penjualan BBM dimasa yang akan datang
untuk menghindari kerugian akibat kelebihan stok saat terjadi perubahan harga BBM tinggi ke rendah
telah dilakukan oleh Hotantao dkk[1]. Intan diantari dkk menggunakan regresi linier untuk menanggulangi
kelebihan dan kekurangan stok kendaraan di Anugrah Utama Motor [2]. Metode regresi linier berganda
digunakan oleh Jamner R. Lawendatu dkk untuk menganalisis pendapatan petani pala di Kabupaten
Kepulauan Sangihe – Sulawesi Utara[3]. Sedangkan untuk prediksi kebutuhan daya listrik untuk provinsi
lampung sampai tahun 2030 menggunakan regresi linier telah dilakukan oleh M. Syafruddin dkk[4].
Pada penulisan paper ini akan coba ditawarkan sebuah metode perhitungan rapat massa dengan
tingkat akurasi yang jauh lebih baik melalui pendekatan metode regresi linier yang di adopsi ke dalam
PLC sebagai alternatif dari fungsi flow computer yang saat ini banyak dipakai di industri.

METODE
Langkah Penelitian.
Langkah – langkah yang diterapkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Berdasarkan
gambar tersebut, mengumpulkan data awal hubungan antara rapat massa dan tekanan dari sumber yang
kredibel merupakan hal yang penting untuk dilakukan, kemudian dengan data tersebut kita bagi menjadi
beberapa segmen ke dalam “n” bagian untuk meningkatkan akurasinya dan menghitung nilai regresi
masing – masing segmen, dimana dalam hal ini ditentukan n = 5, 10 dan 15. Formula dari masing –
masing rentang ini kemudian dimasukkan ke dalam program PLC sebagai formula untuk menghitung
rapat massa uap. Kemudian dilakukan evaluasi error antara data rapat massa awal dari sumber referensi
dengan data rapat massa formula dan menentukan persentase error-nya.

158 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Start

Collect Data
Rapat Massa
Steam range 0 –
15 Barg

Bagi ke dalam “N”


untuk
meningkatkan
akurasi

Hitung Nilai
Regresi masing –
masing Rentang

Masukkan formula
regresi sebagai
formula Flow
Computer di PLC

Jalnkan Program
dan Hitung error

Stop

Gambar 1. Flow Chart Langkah Penelitian.

Peralatan Penelitian.
Pada penelitian ini peralatan yang akan difungsikan sebagai flow computer adalah PLC Nano –
Micro Versamax IC200UDR005 dengan spesifikasi power : 100 ~ 240 VAC dan I/O : 16 DC Input +
12 Output serta memory PLC 8 MB.

Gambar 2. PLC Versamax Nano/Micro.

Data Penelitian.
Data yang dipakai pada penelitian ini diambil dari nilai rapat massa berdasarkan tekanan uap jenuh
dari database Steam properties dengan rentang nilai tekanan uap dari 0 – 15 Barg seperti yang
ditampilkan dalam Tabel 1.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 159
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 1. Rapat massa berbasis tekanan uap (spiraxsarco, 2017)[5].


Density Density Density Density Density
Pressure Pressure Pressure Pressure Pressure
of Steam of Steam of Steam of Steam of Steam
(barg) (barg) (barg) (barg) (barg)
(kg/m³) (kg/m³) (kg/m³) (kg/m³) (kg/m³)
0.0 0.598 3.1 2.220 6.1 3.722 9.1 5.200 12.1 6.669
0.1 0.653 3.2 2.271 6.2 3.771 9.2 5.249 12.2 6.718
0.2 0.707 3.3 2.321 6.3 3.821 9.3 5.298 12.3 6.767
0.3 0.762 3.4 2.372 6.4 3.870 9.4 5.347 12.4 6.816
0.4 0.816 3.5 2.422 6.5 3.920 9.5 5.396 12.5 6.865
0.5 0.870 3.6 2.473 6.6 3.969 9.6 5.445 12.6 6.914
0.6 0.923 3.7 2.523 6.7 4.019 9.7 5.494 12.7 6.963
0.7 0.977 3.8 2.574 6.8 4.068 9.8 5.543 12.8 7.012
0.8 1.030 3.9 2.624 6.9 4.117 9.9 5.592 12.9 7.060
0.9 1.083 4.0 2.674 7.0 4.167 10.0 5.641 13.0 7.109
1.0 1.136 4.1 2.725 7.1 4.216 10.1 5.690 13.1 7.158
1.1 1.189 4.2 2.775 7.2 4.265 10.2 5.739 13.2 7.207
1.2 1.241 4.3 2.825 7.3 4.315 10.3 5.788 13.3 7.256
1.3 1.294 4.4 2.875 7.4 4.364 10.4 5.837 13.4 7.305
1.4 1.346 4.5 2.925 7.5 4.413 10.5 5.886 13.5 7.354
1.5 1.398 4.6 2.975 7.6 4.463 10.6 5.935 13.6 7.403
1.6 1.450 4.7 3.025 7.7 4.512 10.7 5.984 13.7 7.452
1.7 1.502 4.8 3.075 7.8 4.561 10.8 6.033 13.8 7.501
1.8 1.554 4.9 3.125 7.9 4.610 10.9 6.082 13.9 7.549
1.9 1.606 5.0 3.175 8.0 4.660 11.0 6.131 14.0 7.598
2.0 1.657 5.1 3.225 8.1 4.709 11.1 6.180 14.1 7.647
2.1 1.709 5.2 3.275 8.2 4.758 11.2 6.229 14.2 7.696
2.2 1.760 5.3 3.324 8.3 4.807 11.3 6.278 14.3 7.745
2.3 1.812 5.4 3.374 8.4 4.856 11.4 6.327 14.4 7.794
2.4 1.863 5.5 3.424 8.5 4.905 11.5 6.376 14.5 7.843
2.5 1.914 5.6 3.474 8.6 4.955 11.6 6.425 14.6 7.892
2.6 1.965 5.7 3.523 8.7 5.004 11.7 6.474 14.7 7.941
2.7 2.016 5.8 3.573 8.8 5.053 11.8 6.522 14.8 7.990
2.8 2.067 5.9 3.623 8.9 5.102 11.9 6.571 14.9 8.039
2.9 2.118 6.0 3.672 9.0 5.151 12.0 6.620 15.0 8.087
3.0 2.169

Linieritas data pada Tabel 1 dapat dilihat dalam bentuk diagram pencar pada Gambar 3. Pengolahan
data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Ms. Excel untuk agar dilihat persamaan regresi
linier-nya.

160 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 3. Grafik rapat massa vs tekanan uap.

Dari pengolahan data tersebut didapatkan nilai regresi sebagai berikut:

y = 0,496x + 0,671 ...................................................................... (2)

Parameter nilai di atas dalam penelitian ini akan diubah menjadi Persamaan (3).

ρ = 0,496 . P + 0,671 ................................................................... (3)

Dimana :
ρ : Rapat Massa (kG/m3)
P : Tekanan Uap (Barg)

Persamaan (3) di atas dapat diselesaikan dalam operasi PLC. Agar dapat menyelesaikan persamaan
tersebut, model persamaan di atas diubah menjadi dalam bentuk ladder diagram. Model ladder diagram
untuk Persamaan (3) dapat ditunjukkan pada Gambar 4.

MUL_ ADD_
REAL REAL

P IN1 Q ρ1 ρ1 IN1 Q ρ

0,496 IN2 0,671 IN2

Gambar 4. Lader diagram untuk persaman rapat massa uap.

HASIL
Nilai regresi linier biasa yang sudah didapatkan pada Persamaan (3) dapat dimasukkan langsung ke
dalam PLC, namun hasil perhitungan rapat massa uap dengan perhitungan ini masih kurang akurat. Hasil
perhitungan error rata-rata yang didapatkan dengan metode ini adalah 0,9% dimana nilai error ini masih
cukup besar. Pada penelitian ini, nilai error yang diharapkan adalah < 0,1%, untuk itu perlu dilakukan
sebuah pendekatan lain agar akurasi perhitungan rapat massa uap dapat ditingkatkan. Pendekatan yang
akan dilakukan adalah dengan membagi regresi kedalam beberapa segmen. Pembagian ini diharapkan
dapat meningkatkan akurasi perhitungan.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 161
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Pembagian regresi akan dilakukan dengan membagi segmen regresi kedalam 5, 10 dan 15 segmen
untuk dilihat nilai error rata-ratanya sehingga dapat dipilh metode yang paling kecil nilai errornya.
Gambar 5 di bawah menunjukkan grafik untuk pembagian regresi ke dalam 5 segmen, pada gambar
tersebut akan didapatkan 5 persamaan regresi sebagai berikut:

y1 = 0,522x + 0,608 .................................................................... (4)


y2 = 0,500x + 0,670 .................................................................... (5)
y3 = 0,492x + 0,716 .................................................................... (6)
y4 = 0,489x + 0,744 .................................................................... (7)
y5 = 0,489x + 0,752 .................................................................... (8)

Gambar 5. Grafik rapat massa vs tekanan uap dengan regresi 5 segmen.

Pembagian regresi linier 5 segmen dapat memberikan nilai akurasi yang lebih baik daripada model
regresi biasa, dimana dengan metode ini nilai error yang dihasilkan adalah 0,2%. Nilai yang didapatkan
dengan metode ini masih kurang dari standar nilai error yang ditetapkan di awal, untuk itu segmentasi
regresi linier akan dilanjutkan lagi ke n = 10 dan seterusnya dengan harapan nilai error dapat diperbaiki
dan mencapai < 0,1%.
Gambar 6 di bawah menunjukkan grafik untuk pembagian regresi ke dalam 10 segmen, pada
gambar tersebut akan didapatkan 10 persamaan regresi sebagai berikut:

y1 = 0,533x + 0,601 .................................................................... (9)


y2 = 0,513x + 0,630 .................................................................. (10)
y3 = 0,504x + 0,659 .................................................................. (11)
y4 = 0,498x + 0,686 .................................................................. (12)
y5 = 0,494x + 0,709 .................................................................. (15)
y6 = 0,492x + 0,727 .................................................................. (16)
y7 = 0,490x + 0,740 .................................................................. (17)
y8 = 0,489x + 0,749 .................................................................. (18)
y9 = 0,489x + 0,753 .................................................................. (19)
y10 = 0,489x + 0,752 ................................................................ (20)

162 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 6. Grafik rapat massa vs tekanan uap dengan regresi 10 segmen.

Regresi linier 10 segmen dapat memberikan nlai error rata-rata sebesar 0,050%. Nilai ini sudah
memenuhi target <0,1% yang ditetapkan sebelumnya. Penurunan nilai error rata-rata dari 5 segmen ke 10
segmen adalah sebesar 0,15% dan terlihat signifikan. Untuk melihat signifikansi nilai error, selanjutnya
segmentasi akan dilanjutkan ke segmen 15.
Regresi linier 15 segmen pada Gambar 7 di bawah menunjukkan 15 persamaan sebagai berikut:

y1 = 0,538x + 0,599 .................................................................. (21)


y2 = 0,521x + 0,617 .................................................................. (22)
y3 = 0,511x + 0,636 .................................................................. (23)
y4 = 0,505x + 0,655 .................................................................. (24)
y5 = 0,500x + 0,673 .................................................................. (25)
y6 = 0,497x + 0,690 .................................................................. (26)
y7 = 0,495x + 0,705 .................................................................. (27)
y8 = 0,483x + 0,718 .................................................................. (28)
y9 = 0,491x + 0,729 .................................................................. (29)
y10 = 0,490x + 0,738 ................................................................ (30)
y11 = 0,490x + 0,745 ................................................................ (31)
y12 = 0,489x + 0,750 ................................................................ (32)
y13 = 0,489x + 0,753 ................................................................ (33)
y14 = 0,489x + 0,753 ................................................................ (34)
y15 = 0,489x + 0,751 ................................................................ (35)

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 163
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 7. Grafik rapat massa vs tekanan uap dengan regresi 15 segmen.

Regresi linier 15 segmen dapat memberikan nlai error rata-rata sebesar 0,046%. Nilai ini juga sudah
memenuhi target <0,1% yang telah ditetapkan. Penurunan nilai error rata-rata dari 10 segmen ke 15
segmen adalah sebesar 0,004% dan terlihat tidak terlalu signifikan.
Tabel 2 menunjukkan perbandingan nilai error dari masing-masing metode yang sudah dibahas
pada penulisan paper ini.

Tabel 2. Tabel perbandingan nilai error dari masing-masing metode.


Rentang
Rentang % Error
No Metode pembagian
Tekanan Rata-rata
"n"
1 Regresi linier biasa 1 0 - 15 Barg 0.9%
2 Regresi linier terbagi 5 0 - 15 Barg 0.2%
3 Regresi linier terbagi 10 0 - 15 Barg 0.050%
4 Regresi linier terbagi 15 0 - 15 Barg 0.046%

Gambar 8 menunjukkan perbandingan nilai error dari masing-masing metode segmentasi dan juga
dengan metode regresi linier langsung. Terlihat nilai error tanpa segmentasi lebih besar dibanding
dengan metode lainnya. Nilai error pada metode regresi dengan 5 segmentasi menunjukkan nlai yang
lebih kecil dari metode tanpa segmentasi, namun nilainya masih >0,1%. Nilai error pada metode regresi
dengan 10 dan 15 segmentasi sudah mencapai nilai masing-masing 0,050% dan 0,046% sehingga kedua
metode ini cukup baik untuk digunakan dalam pemograman PLC karena nilai error yang <0,1%. Untuk
mendapatkan optimasi memori pemograman yang maksimal, direkomendasikan untuk menggunakan
formula dari metode regresi dengan 10 segmen. Hal ini dikarenakan jumlah baris ladder diagram dan
register PLC yang akan digunakan 30% lebih kecil bila dibandingkan dengan formula dari metode regresi
15 segmen.

164 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 8. Perbandingan nilai error 3 segmentasi dan tanpa segmentasi.

SIMPULAN
1. Penggunaan PLC cukup baik dalam melakukan flow komputasi dimana formula yang diprogramkan
ke dalam memori PLC harus terlebih dahulu diubah ke dalam bahasa pemograman PLC.
2. Akurasi perhitungan rapat massa uap (steam density) sangat ditentukan oleh metode perhitungan yang
dimasukkan ke dalam memori PLC. Metode regresi dengan pembagian segmentasi dapat memberi
peningkatan akurasi pada perhitungan steam density.
3. Direkomendasikan untuk menggunakan metode regresi dengan 10 segmen untuk mendapatkan hasil
perhitungan yang optimal.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 165
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

DAFTAR PUSTAKA
[1] Hotanto, T. R.; Kartika, L.G.S.; Sugiartha, I. G. R. A. 2015. Sistem Peramalan Penjualan BBM
dengan Metode Regresi Linier Sederhana Berbasis Web (Aplikasi Kasus SPBU 54.801.38). Journal
of JOSINFO : Jurnal Online Sistem Informasi, Vol 1. No. 1. Hal. -.
[2] Intan Diantari, P. N.; Kartika, N. L. A.; Dewi, N. A. N. 2015. Sistem Peramalan Pengadaan
Kendaraan Pada Anugrah Utama Motor dengan Metode Regresi Linier. Journal of JOSINFO :
Jurnal Online Sistem Informasi, Vol.1 No. 1. Hal. -.
[3] Lawendatu, J. R.; Kekenusa, J. S.; Hatidja, D. 2014. Regresi Linier Berganda Untuk Menganalisis
Pendapatan Petani Pala. Journal of De Cartesian, Vol 3. No 1. 66-72.
[4] Syafruddin, M.; Lukmanul, H.; Dikpride, D. 2014. Metode Regresi Linier untuk Prediksi Kebutuhan
Energi Listrik Jangka Panjang (Studi Kasus Provinsi Lampung). Journal of JITET : Jurnal
Informatika dan Teknik Elektro Terapan, Vol 1, No. 2. Hal.-.
[5] Spirax Sarco. (2017, October 25). Retrieved 0ctober 25, 2017, from Spirax Sarco.

166 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Implementasi Pengiriman Data Sensor Suhu Ke Database Pada Sistem


Heating - Holding Pemanas Bertingkat Untuk VCO

Golfrid Gultom1, Manan Ginting2, Irwansyah3, Abdul Azis Rahmansyah4, Dejoi Situngkir5

1,2,3,4,5
Politeknik Teknologi Kimia Industri
Email : golfridg@ptki.ac.id, 2mangan.ginting@ptki.ac.id,
1
3
irwansyah@ptki.ac.id, 4azis@ptki.ac.id, 5dejoi@ptki.ac.id

ABSTRAK
Minyak kelapa murni (VCO) dapat diperoleh dengan beberapa cara salah satunya dengan metode
pemanas bertingkat. Saat melakukan penelitian tentang pemanas bertingkat (Holding – heating)
diperlukan informasi data yang akurat yang dapat dijadikan acuan sehingga dapat dimanfaatkan
di industri sebagai bahan observasi kembali dalam peningkatan produk kedepannya. Data
tersebut dapat disimpan dalam database melalui jaringan internet (internet of things). Dengan
memanfaatkan arduino data tersebut dapat dikirim secara realtime. Tetapi dalam melakukan
komunikasi antara arduino dan database perlu beberapa pertimbangan baik untuk menekan
harga maupun pengefektifan pengiriman data agar tidak terjadi lost data. Dalam penelitian ini di
desain dua model komunikasi yaitu dengan bantunan software java dan ethernet shield untuk
dibandingkan dalam pengiriman data. Hasil dari penelitian ini dengan metode pengiriman data
menggunakan ethernet shield lebih baik dari pada menggunakan program bantuan java hal ini
dapat dilihat pada penelitian ini dengan program java terdapat 5 kali lost komunikasi selama
kurang lebih 2 jam 30 menit pengoperasian alat. Hal ini dipengaruhi karena perubahan arus pada
saat heater beralih dari on ke off atau sebaliknya.
Kata kunci : Komunikasi jaringan, internet of things, pemanas bertingkat, database, arduino

ABSTRACT
Virgin Coconut Oil (VCO) can be obtained in a number of ways, one of which is the multilevel
heating method. When conducting research on multilevel heating (Holding - heating), accurate
data information is needed that can be used as a reference so that it can be used in industry as a
material for re-observation in the future improvement of products. The data can be stored in a
database through the internet network (internet of things). By using Arduino the data can be sent
in realtime. But in conducting communication between Arduino and the database, several
considerations need to be made to reduce the price and the effectiveness of data transmission to
avoid lost data. In this research, two communication models are designed, namely Java software
and Ethernet shield to compare data transmission. The results of this study with the method of
sending data using the Ethernet Shield is better than using the Java assistance program. This
can be seen in this study with the Java program, there were 5 lost communications for
approximately 2 hours 30 minutes of operating the device. This is influenced by changes in
current when the heater switches from on to off or vice versa.
Keywords: Network communication, internet of things, multilevel heating, database, arduino

PENDAHULUAN
Istilah Internet of things (IoT) menjadi bahan kajian yang menarik di era saat ini. IoT
menggambarkan setiap alat elektronik yang berada di sekitar kita dapat di hubung satu sama lainnya
sehingga dapat terbentuk komunikasi yang kompleks. IoT itu sendiri memiliki tujuan untuk
mempermudah manusia dan juga memberikan fasilitas yang memudahkan pengguna untuk mengamati
segala fenomena yang ada disekitarnya [1]. Sehingga dengan IoT manusia akan lebih mudah untuk
memantau segala aktivitas dari jarak jauh. IoT jika dijabarkan lebih spesifik terdapat teknologi
pengontrolan maupun monitoring. Teknologi pengontrolan yang terkoneksi dengan IoT dapat
dikembangkan untuk menunjang target pemerintah saat ini yaitu membangun Making Indonesia 4.0 [2].

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 167
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Keberadaan Arduino memberi kontribusi terhadap perkembangan itu. Bahasa pemrograman arduino lebih
mudah dipahami dan dapat digunakan oleh siapa saja karena termasuk perangkat yang bersifat open
source. Sehingga manipulasi teknologi dapat dilakukan untuk memperoleh hal-hal yang dibutuhkan
seperti sensor pembacaan suhu, jarak dan lain-lain[3], [4].
Di dunia industri khususnya industri minyak kelapa telah banyak upaya-upaya yang dilakukan agar
diperoleh kualitas minyak kelapa murni yang mengandung asam lemak jenuh yang unik seperti dengan
metode pengasaman, melalui cara pemanasan bertingkat dan penguapan dengan gelombang mikro[5].
Dengan model pemanasan bertingkat informasi waktu tunggu Holding dan heating menjadi hal yang
menarik untuk dibahas dan dihubungankan ke era 4.0 saat ini. Penggunaan arduino dan sensor lainnya
dapat menjadi solusi dengan menggunakan penyimpanan seperti memory card sehingga data dapat
disimpan dan digunakan kembali[6]. Hal ini juga akan menjadi problem jika data suhu yang ada banyak
dari beberapa sensor atau berfluktuasi pada waktu-waktu tertentu sehingga akuisisi data menjadi salah
satu solusi untuk mengatasi data tersebut. Sehingga dalam penelitian ini membahas model komunikasi
antara sensor dan database sehingga rekaman sensor suhu pada pemanas bertingkat dapat tersimpan dan
dikelola lebih lanjut jika dibutuhkan.

KAJIAN TEORI
Arduino[7]
Arduino Uno merupakan salah satu Arduino yang murah, mudah didapat, dan sering digunakan.
Arduino Uno ini dibekali dengan mikrokontroler ATMEGA328P dan versi terakhir yang dibuat adalah
versi R3. Modul ini sudah dilengkapi dengan berbagai hal yang dibutuhkan untuk mendukung
mikrokontroler untuk bekerja. ATMega328P yang sudah terbentuk modul Arduino uno seperti terlihat
pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Arduino Uno R3[7]

ATMega328 adalah mikrokontroller keluaran dari atmel yang mempunyai arsitektur RISC (Reduce
Instruction Set Computer) dimana setiap proses eksekusi data lebih cepat dari pada arsitektur CISC
(Completed Instruction Set Computer). Arduino Uno R3 memiliki 14 pin digital I/O (dimana 6 pin dapat
digunakan sebagai Output PWM), 6 pin analog input, 2x3 pin ICSP (untuk memprogram Arduino dengan
software lain), dan kabel USB. Untuk menghidupkannya cukup dengan menghubungkan kabel USB ke
komputer atau menggunakan adaptor 5 VDC.
Sensor Suhu Termocouple[8]
MAX6675 dibentuk dari kompensasi cold-junction yang outputnya didigitalisasi dari sinyal
termokopel tipe-K. data output memiliki resolusi 12-bit dan mendukung komunikasi SPI mikrokontroller
secara umum. Data dapat dibaca dengan mengkonversi hasil pembacaan 12-bit data.
Fitur :
- Konversi digital langsung dari output termokopel tipe-K
- Kompensasi cold-junction
- Komunikasi kompatibel dengan protocol SPI
- Open thermocouple detection

168 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Fungsi dari termokopel adalah untuk mengetahui perbedaan temperature di bagian ujung dari dua
bagian metal yang berbeda dan disatukan. Termokopel tipe hot junction dapat mengukur mulai dari 0 oC
sampai +1023,75oC. MAX6675 memiliki bagian ujung cold end yang hanya dapat mengukur -20oC
sampai +85oC. Pada saat bagian cold end MAX6675 mengalami fluktuasi suhu maka MAX6675 akan
tetap dapat mengukur secara akurat perbedaan temperature pada bagian yang lain. MAX6675 dapat
melakukan koreksi atas perubahan pada temperature ambient dengan kompensasi cold-junction. Device
mengkonversi temperature ambient yang terjadi ke bentuk tegangan menggunakan sensor temperature
diode. Untuk dapat melakukan pengukuran actual, MAX6675 mengukur tegangan dari output termokopel
dan tegangan dari sensing diode.
Heater[9]
Heater adalah elemen pemanas air yang terbentuk dari kawat ataupun pita bertahanan listrik tinggi
(Resistance Wire). Biasanya bahan yang digunakan adalah nikelin yang dialiri arus listrik pada kedua
ujungnya dan dilapisi oleh isolator listrik yang mampu meneruskan panas dengan baik. Kemudian panas
yang dihasilkan oleh heater akan mengkonduksi air.
Mysql[10]
MySQL adalah sebuah basis data yang mengandung satu atau jumlah tabel. Di mana tabel tersebut
mengandung sejumlah baris yang dapat diberi nilai dengan tipe-tipe tertentu. Dalam bahasa yang
sederhana, database adalah sekumpulan data yang terstruktur. Database adalah tempat untuk menyimpan
dan mengelola data dengan tipe tertentu. Kata “relasional” berarti data yang disimpan di dataset dikelola
sebagai tabel seperti layaknya excel tetapi database dapat disimpan secara online. Setiap tabel saling
terkait. Jika software tidak mendukung model data relasional, maka yang dipanggil hanyalah DBMS.

METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan
produk dengan tahapan mencari potensi masalah, mengumpulkan informasi, mendesain produk dan
melakukan validasi desain.
Model sistem yang dibangun ada 2 yaitu :
1. Komunikasi dengan program aplikasi java
2. Komunikasi dengan ethernet Shield.

Database
Sensor Suhu Daring

Arduino
Monitoring Online
cairan
PC
Java Program
Jaringan
Heater Internet

Gambar 2. Model rancangan sistem komunikasi dengan program aplikasi java

Database
Sensor Suhu Daring

Arduino
Monitoring Online
cairan
Ethernet
Shield
Jaringan
Heater Internet

Gambar 3. Model rancangan sistem komunikasi dengan Ethernet Shield.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 169
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Dari gambar 2 dan 3 arduino akan membaca data suhu yang ada di dalam penampungan selanjutnya
akan dikirim ke dalam database Online sehingga datanya dapat diakses secara Online dan realtime.
Untuk model sistem komunikasi dengan program aplikasi java data dari arduino akan di olah lagi oleh
program java sehingga data tersebut dapat diteruskan ke database melalui koneksi internet pada
komputer tersebut. Sedangkan dengan komunikasi ethernet shield data dari arduino langsung dikirim
melalui jaringan internet ke database melalui Peng-Alamatan IP Address.
Sensor suhu yang digunakan adalah tipe termocouple max6675 yang digunakan untuk membaca
suhu cairan pada tabung penampungan. Data suhu akan di proses oleh arduino untuk di kelola jika suhu
tidak mencapai target maka heater akan di aktifkan dan saat itu juga data akan dikirim ke database.
Heater akan mati jika target yang di set pada arduino telah tercapai. Pada gambar 2 data di teruskan
melalui komunikasi serial yang ada di arduino yang terhubung dengan komputer/PC data tersebut akan
dikelola kembali oleh java untuk di teruskan ke database. Sehingga data dapat tampil di client baik
smartphone maupun komputer. Sedangkan pada gambar 3 data suhu yang dibaca oleh arduino langsung
dikirim melalui ethernet shield ke database. Untuk menangkap data yang dikirim oleh arduino digunakan
bantuan website yang dibangun menggunakan PHP-MySQL sehingga data tersebut secara continu
tersimpan di database.

HASIL
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan pengiriman data dengan kedua metode yaitu
memanfaatkan ethernet shield dan menggunakan program bantuan di komputer seperti java sebagai
penerjemah data dari arduino sehingga dapat disimpan di database.

C B

D E

F
Gambar 4. Hasil rancangan hardware

Keterangan abjad yang tertera pada gambar 4 sebagai berikut, huruf A adalah posisi LCD untuk
menampilkan hasil pengukuran suhu pada tabung pemanas, B adalah arduino uno yang bertingkat dengan
ethenet Shield sebagai unit proses data serta penghubung komunikasi dengan dengan internet, C adalah
Port untuk jaringan ke internet, D adalah relay yang mengatur status heater apakah heater on atau for, E
adalah sensor suhu termocouple max6675, dan F adalah tabung yang berisi air sebagai tempat pemanas
yang dipasang heater pada bagian dasar dari tabung tersebut
1. Pengujian dengan aplikasi java
Pengujian dilakukan pada tanggal 20 bulan 6 tahun 2019 dari jam 09.08 sampai jam 11.37. Dari
hasil pengujian terdapat beberapa data yang drop seperti pada menit ke 09.45, 10.16, 10 50, 10.58,
dan 11.27 seperti yang terlihat pada gambar 4. Data tersebut menandakan bahwa terjadi komunikasi
lost sehingga data dari arduino tidak terkirim. Untuk lanjutkan pengujian hardware arduino harus
di reset terlebih dahulu. Dropnya komunikasi juga tidak dapat diprediksi hal ini terjadi karena

170 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

modul arduino jika menggunakan modul tambahan seperti heater akan ikut terpengaruh oleh
lonjakan arus dari perubahan setiap temperatur heater.

Gambar 5. Hasil pengujian komunikasi dengan program aplikasi java

Gambar 6. Hasil pengujian komunikasi dengan program aplikasi java tetapi


fungsi heater di nonaktifkan

Dari gambar 6 terlihat bahwa data lebih stabil dari gambar 5 hal ini terjadi karena fungsi heater
di nonaktifkan sehingga proses pemanasan tidak berlangsung. Data yang ditampilkan diatas
adalah data yang di generate oleh arduino untuk menguji komunikasi data dari arduino ke
database.

2. Pengujian dengan Ethernet Shield


Jika dibandingkan dengan data hasil pengujian dengan aplikasi java data hasil pengujian ethernet
shield lebih stabil tanpa ada riak-data hal ini terjadi karena data dari arduino langsung dikirim ke
database hingga tidak terjadi delay data seperti yang terjadi pada pengujian dengan program java.
Gambar 7 memperlihatkan data pengujian untuk komunikasi dengan ethenet Shield arduino pada
tanggal 09 September 2019 mulai pukul 08.55 sampai 10.31. Data temperatur terhitung mulai suhu
37 derajat sampai dengan 60 derajat. Tidak terdapat masalah koneksi arduino dengan database pada
pengujian ini.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 171
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 7. Hasil pengujian komunikasi dengan Ethernet Shield.

SIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk membangun sistem penyimpanan data
diperlukan tempat penyimpanan yang baik dan komunikasi jaringan yang baik juga untuk memperoleh
data akuisisi yang akurat. Dari penelitian ini terlihat bahwa dengan menggunakan komunikasi antara
sensor arduino ke database dengan ethernet shield lebih baik dari pada komunikasi dengan menggunakan
bantuan program yang ada di PC. Selain itu model komunikasi dengan ethernet shield lebih murah jika
dibandingkan dengan model komunikasi dengan program bantuan java karena membutuhkan bantuan
PC/laptop sebagai perantara pengiriman data.

DAFTAR PUSTAKA
[1] R. Noviansyah, N. Aziiz, M. Hannats, H. Ichsan, and I. Arwani, “Implementasi Pengiriman Data
Sensor LM35 untuk Perbandingan Waktu Insert pada Basis Data MySQL dan MongoDB,” J.
Pengemb. Teknol. Inf. dan Ilmu Komput. Univ. Brawijaya, vol. 1, no. 6, pp. 466–475, 2017.
[2] K. Perindustrian, “Making Indonesia,” Making Indonesia, 2019. [Online]. Available:
https://kemenperin.go.id/artikel/18967/Making-Indonesia-4.0:-Strategi-RI-Masuki-Revolusi-
Industri-Ke-4.
[3] Noviardi, “Aplikasi Kominikasi Serial Arduino Uno R3 Pada Pengontrolan Dengan
Menggunakan Visual Studio 2012 Dan Sql Server 2008,” Jte-Itp, vol. 5, no. 1, pp. 57–64, 2016.
[4] B. Arsada, “Aplikasi Sensor Ultrasonik Untuk Deteksi Posisi Jarak Pada Ruang Menggunakan
Arduino Uno,” J. Tek. Elektro, vol. 6, no. 2, pp. 1–8, 2017.
[5] Tri Wardani, “UPAYA PENINGKATAN KUALITAS MINYAK KELAPA YANG DIBUAT
DARI Cocos nucifera L DENGAN BERBAGAI METODE KIMIAWI DAN FISIK,” Simp. Nas.
Teknol. Terap. (SNTT)3 2015, vol. 3, no. 1, pp. 35–40, 2015.
[6] U. Usman, U. Muhammad, and N. R. Wibowo, “Rancang Bangun Pyranometer Berbasis
Mikrokontroler,” Patria Artha Technol. J., vol. 2, no. 2, pp. 139–144, 2018.
[7] Junaidi and Y. D. Prabowo, Project Sistem Kendali Elektronik. 2018.
[8] U. Manual, “Manual MAX6675 K-Type Thermocouple Temperature Sensor MAX6675 K-Type
Thermocouple Temperature Sensor User Manual Manual MAX6675 K-Type Thermocouple
Temperature Sensor,” Indo Ware, 2014.
[9] E. J. W. SAPUTRO, “Aplikasi Saklar Otomatis Unuk Pengendali Suhu Air Berbasis
Mikrokontroler,” 2016.
[10] A. Firman, H. F. Wowor, and X. Najoan, “Sistem Informasi Perpustakaan Online Berbasis Web,”
E-journal Tek. Elektro dan Komput., vol. 5, no. 2, pp. 29–36, 2016.
UCAPAN TERIMA KASIH, kami sampaikan kepada Kementrian Perindustrian, Politeknik Teknologi
Kimia Industri Medan atas bantuan hibah dana penelitian melalui LPPM Politeknik Teknologi
Kimia Industri medan.

172 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PENGARUH DINAMIS LOAD TERHADAP PLAT HOLDER PADA


UNIT HOLD WRAPPING

Nurlianna Tarigan1, Anna Angela Sitinjak2, Maike3

Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan


e-mail: tnurlianna@yahoo.com

ABSTRAK
Objek penelitian penulis tuangkan adalah baut pengikat plat holder pada unit hold 1 (hold
wrapping). Untuk membungkus tumukan kertas menjadi per-ream kertas ukuran folio-size,
mesin ini mengandalkan beberapa komponen mesin yaitu hold 1(Hold wrapping), hold 2, dan
hold 3. Hold wrapping adalah unit atau mesin atau alat yang digunakan untuk melipat
pembungkus kertas yang ada di bagian belakang proses pembungkus kertas, Tujuan observasi ini
adalah untuk mempelajari pengaruh beban dinamis terhadap baut pada plat holder dan
menghitung tegangan tarik pada plat holder. Berdasarkan hasil pembahasan diperoleh bahwa
semakin besar tekanan yang diberikan air regulator maka semakin besar pula tegangan geser dan
tegangan tarik yang dihasilkan.
Kata kunci : hold wrapping, baut, tegangan tarik, tegangan geser

ABSTRACT
The object of this paperiis the plate holder fastening bolts on the unit of hold 1 (hold wrapping).
To wrap a stack of paper into re-sized folio-size paper, this machine relies on several machine
components, namely hold 1 (hold wrapping), hold 2, and hold 3. Hold wrapping is a unit or
machine or device used to fold paper wrapping that is on the back of paper wrapping process,
The purpose of this observation is to study the effect of dynamic loads on the bolt on the plate
holder and calculate the tensile stress on the plate holder. Based on the results of the discussion
it was found that the greater the pressure applied by the regulator water, the greater the shear
stress and tensile stress produced.
Keywords: bolt, tensile stress, shear stress

PENDAHULUAN
Mesin folio-size wrapping merupakan salah satu mesin yang digunakan dalam proses produksi
kertas ukuran folio, fungsi mesin ini adalah untuk membungkus kertas per-ream yang dihasilkan folio-
size Sheeter. Pada suatu perusahaan yang memprodukai kertas terdapat 4 unit mesin folio-size wrapping.
Sama dengan mesin folio-size sheeter. Untuk membungkus tumpukan kertas menjadi per-ream kertas
ukuran folio-size, mesin ini mengandalkan beberapa komponen mesin yaitu : Inffed conveyor, Lifter unit,
Plate guide, Pincer unit, Conveyor 1, Cutting cycle, Lateral glue, Conveyor 2, Conveyor 3, Hold 1(Hold
Wrapping), Hold 2, Hold 3, Vacuum slide, Swing roller, Conveyor 4, Tucker & Mobil tucker, Glueing,
Plate press, Upper belt & Lower belt, Coneyor 5, Stacker, Discharge conveyor. Pada mesin folio size
wrapping, proses pembungkusan dibagi menjadi 3 proses yakni proses penyusunan kertas berdasarkan
ukurannya, proses pembungkusan kertas, dan proses pengeleman dan pelabelan produk.
Dalam proses pembungkusan pada unit wrapping tersebut terdapat satu konstruksi mesin yang
sering mengalami masalah yaitu hold 1 (hold wrapping). Hold wrapping merupakan komponen mesin
yang terdapat pada mesin folio-size wrapping, alat ini bekerja dengan memanfaatkan tekanan pneumatik
ada pun beberapa komponen ataupun elemen pada hold wrapping yaitu: Sillinder/aktuator , Camp, Plat
support dan Plat holder.
Sillinder/aktuator ini berfungsi untuk mengerakkan plat berdasarkan tekanan pneumatik yang
diberikan. Camp ini berfungsi untuk mengangkat plat support. Plat support ini berfungsi untuk sebagai
dudukan baut dan aktuator. Plat holder ini berfungsi untuk menekan produk. Tabung silinder/ aktuator
yang digunakan merupakan jenis double acting dimana tekanan kerja maksimum adalah 6 bar. Hold

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 173
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

wrapping menggunakan tiga tabung silinder menggerakkan camp. Plat holder tersebut untuk menekan
produk agar produk dapat dilipat untuk proses berikutnya.
Perpatahan merupakan pecahnya benda padat menjadi dua atau lebih bagian karena tegangan
dimana gaya bekerja satu arah secara bertahap mulai dari deformasi untuk menghasilkan tumpukan
dislokasi, permulaan retak, penjalaran retak dan akhimya patah [1].
Pada alat hold wrapping ini sering terjadi masalah pada baut pengikat antara plate support dan plat
holder. Baut pengikat ini sering patah selama proses pembungkusan berjalan. Terjadinya patahan baut
pada hold wrapping itu terjadi karena hentakan yang keras pada saat hold ingin turun ke posisi semula
atau dikarenakan adanya ream jam (ream nyangkut). Ream jam terjadi apabila susunan reamnya tidak
rapi dan tidak lurus saat masuk ke conveyor 3 ini yang mengakibatkan ream jam (ream nyangkut).
Hentakan keras tersebut terjadi karena hold bergerak akibat tekanan pneumatik pada aktuator dan
menahan kertas. Hentakan keras pada plate holder ini menyebabkan terjadinya tegangan bengkok pada
baut pengikat antara plate holder dan plat support. Terjadinya hentakan secara terus menurus dan
berulang-ulang selama proses pembungkusan menyebabkan baut menjadi patah.
Faktor lain yang menyebabkan baut pengikat plate holder lebih cepat mengalami kerusakan
disebabkan beban yang diterima oleh baut akibat hentakan keras saat menahan kertas berubah-ubah.
Perubahan beban yang diterima oleh baut pengikat ini terjadi karena tekanan pneumatik yang diterima
oleh aktuator tidak stabil. Beban yang berubah-ubah yang diterima oleh baut ini menyebabkan tegangan
bengkok yang diterima juga mengalami perubahan. Variasi tegangan bengkok yang diterima oleh baut
menyebabkan ketahanan baut berkurang sehingga baut menjadi lebih cepat patah.
Walaupun baut tampak kecil tetapi sangat bermanfaat terutama dalam suatu produksi, sehingga
beberapa peneliti telah meneliti yang berhubungan dengan baut seperti Febriyanti [2] menunjukkan
bahwa permasalahan pada sistem pelumasan berupa penurunan supply lubricating oil merupakan
penyebab utama terjadinya kerusakan baut connecting rod cylinder pada mesin diesel. Penelitian lain
menyatakan penggunaan baut pada sistem sambungan dengan ring khusus beralur adalah memberikan
pretensioning dengan arah tegak lurus pelat sambungan. Pretensioning tersebut merupakan komponen
kunci terjadinya mekanisme kerja pada sistem sambungan baru tersebut. Semakin besar gaya
pretensioning yang dapat diberikan, akan meningkatkan kekuatan sebelum terjadinya slip, meskipun kuat
ultimate pada suatu kondisi pretensioning tertentu, tidak memberikan peningkatan yang signifikan [3].
Sifat bahan dalam yang mendapatkan pembebanan yang bergetar atau berosilasi berbeda dari
perilaku bahan dibawah beban statis. Beban dinamis adalah beban yang diberikan secara teratur dan terus
menerus dalam rentang waktu tertentu. Beban dinamis dalam waktu lama akan mengakibatkan kelelahan
bahan[4].
Karena itu baut dan mur pada suatu ilmu permesinan sangatlah dibutuhkan. Baik sebagai pengikat
juga sebagai penggerak. akan dilihat bagaimana pengaruh beban dinamis terhadap plat holder pada unit
hold wrapping.

METODE
Suatu penelitian tidak lepas dari metode dalam menyelesaikan masalah pada penelitian. Metode
penelitian ini termasuk pada kajian literatur yang mana mempelajari beberapa buku atau jurnal yang
kemudian diaplikasikan pada data yang diperoleh dari observasi.

HASIL
Penelitian ini menggunakan spesifikasi alat sebagai berikut:
- Folio-Size Wrapping
Merk : Will Pemco Biolematik
Mechanical speed/min : Up to 17 reams per minute
Ream width : 420 mm / 16” (min) – 1000 mm / 39”
Ream length : 420 mm / 16” (min) – 1400 mm / 55” (max)
Ream thickness : 15 mm / 0.6” (min) – 80 mm / 3 (max)
Ream weight : 6 kg (min) – 60 kg (max)
Sealing method : Hot melt glue
Working height level : 2,650 mm / 104”
Ream stack height – : 1,800 mm / 70” discharge incl. pallet
Machine weight : 6,000 kg (wrapper only)
- Silinder pneumatic Tipe CDG1FA40-115
Magnet internal = (D) Magnet internal
Bantal = (A) Bantalan udara
Diameter dalam tabung = 40 mm

174 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Diameter batang piston = 14 mm


Jenis sekrup port = (-) Rc
Stroke = 115 mm
Ulir ujung batang = (-) Ulir jantan ujung batang
Jabara = (-) Tidak Jabala
Braket ayun = tidak berlaku
Braket ujung batang = (-) Tanpa braket
Sakelar otomatis = M9B
Panjang kawat timah = (L) 3 mm
Beralih otomatis simbol tambahan = (S) 1 pc.
Dibuat sesuai pesanan spesifikasi = (-) Tidak ada
- Baut M6 x 40 mm Countersunk Head Hexagon Socket Drive Screw
Jumlah baut : 12 baut
Plat holder merupakan bagian untuk menekan produk.Plat holder digerakkan oleh silinder
pneumatic kerja ganda sehingga gaya yang dialami oleh plat holder dapat dihitung dengan persamaan
berikut:
a) Pada langkah maju

Diameter dari piston pada silinder pneumatik adalah 40 mm berdasarkan spesifikasi aktuator.
p merupakan tekanan kerja silinder pneumatik yakni 6 bar.
Sehingga gaya yang terjadi pada langkah maju dapat dihitung.

Karena pada plat holder terdapat dua silinder pneumatik maka F yang berkerja pada plat holder
dikali dua sebagai berikut:

x2

b) Pada langkah mundur

Diameter dari piston pada silinder pneumatik adalah 40 mm berdasarkan spesifikasi aktuator.
diameter dari batang piston pneumatic adalah 14 mm.
P merupakan tekanan kerja silinder pneumatik yakni 6 bar.
Sehingga gaya yang terjadi pada langkah maju dapat dihitung :

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 175
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Karena pada plat holder terdapat dua silinder pneumatik maka F yang berkerja pada plat holder
dikali dua sebagai berikut:

x2

Untuk tekanan kerja yang berbeda pada silinder pneumatik. Hasil perhitungan gaya yang terjadi
pada plat holder dapat didedikasikan sebagai berikut :
Tabel 1. Gaya pada Langkah Maju dan Mundur
No P( bar ) F pada langkah maju ( kg) F pada langkah mundur ( kg)
1 3 76,88 67,46
2 4 102,52 89,96
3 5 128,16 112,46
4 6 153,8 134,94

Berdasarkan hasil perhitungan dengan data tekanan maka dapat diperoleh gaya yang terjadi pada
plat holder seperti yang ditunjukkan pada tabel 1.
Menghitung Tegangan Geser dan Effisiensi Sambungan pada Baut Pengikat pada Plat Holder
a) Tegangan Geser
Untuk menghitung tegangan geser yang terjadi pada baut pengikat pada plat holder pada langkah
maju dapat digunakan persamaan berikut:

P merupakan gaya yang diberikan oleh silinder pneumatik


n merupakan jumlah baut.
d merupakan diameter baut.
Setelah diperoleh tekanan dan diameter baut maka tegangan geser yang terjadi pada baut dapat
dihitung sebagai berikut :

Berdasarkan hasil perhitungan dengan data tekanan,jumlah baut dan diameter baut maka dapat
diperoleh tegangan geser yang terjadi pada baut pengikat ke plat holder dapat didedikasikan seperti table
2. berikut:

Tabel 2. Tegangan Geser


No P(Bar) N F(Kg) d(cm)
(Kg/cm2)
1 3 22 76.88 0.7 9.08
2 4 22 102.52 0.7 12.11
3 5 22 128.16 0.7 15.14
4 6 22 153.8 0.7 18.094

Berdasarkan hasil perhitungan dengan data tekanan, diameter baut, dan jumlah baut maka dapat
diperoleh tegangan geser yang terjadi pada plat holder seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.
b) Effisiensi Sambungan
Untuk menghitung effisiensi sambungan yang terjadi pada baut pengikat ke plat holder dapat
digunakan persamaan berikut:

b merupakan lebar plat holder.

176 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

n merupakan umlah baut.


d merupakan diameter baut.
t merupakan tebal plat holder.
Setelah diperoleh nilai di atas maka effisiensi sambungan yang terjadi pada baut pengikat ke plat
holder dapat dihitung sebagai berikut :

Berdasarkan hasil perhitungan dengan data diameter baut,jumlah baut, tebal plat dan lebar plat maka
dapat diperoleh effisiensi sambungan yang terjadi pada baut pengikat ke plat holder.
Menghitung Tegangan Tarik Baut Pengikat pada Plat Holder
Untuk menghitung tegangan tarik maka dapat digunakan rumus sebagai berikut:

P merupakan gaya yang menyebabkan terjadinya tegangan tarik. Nilai A merupakan Luas
permukaan dari baut yang menerima tegangan tarik. Nilai A dapat dihitung sebagai berikut:

P diambil dari nilai gaya yang terjadi pada langkah mundur yang dapat diperoleh pada perhitungan
bagian 1.

Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh tegangan tarik yang terjadi pada baut pengikat ke
plat holder dapat didedikasikan seperti tabel 3.

Tabel 3. Tegangan Tarik


No A (mm2) P (N) (kg/cm2)
1 17.88 661.284 377.39
2 17.88 881.71 503.19
3 17.88 1102.14 628.98
4 17.88 1322.57 754.78

Berdasarkan hasil perhitungan dengan data tekanan dan luas permukaan baut maka dapat diperoleh
tegangan tarik yang terjadi pada plat holder seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.
Berdasarkan properties of grade 10.9 bolt (ISO), maka diperoleh kemudian
dikonversikan ke

Maka diperoleh tegangan patah pada baut yaitu 10612,2 .

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 177
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

SIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan yaitu semakin besar tekanan yang
diberikan air regulator maka semakin besar pula tegangan geser dan tegangan tarik yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil perhitungan dari data observasi diperoleh tegangan baut pengikat pada plat holder
yaitu : . Tegangan yang terjadi ini masih berada dibawah tegangan tarik patah

yaitu : sehingga baut dinyatakan aman pada saat kerja mesin. Untuk penelitian

selanjutnya diharapkan menggunakan data dari beberapa mesin yang digunakan sehingga dapat dilihat
tegangan maksimum ketika beban dinamis.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Avner, Sillney H., Introduction to Physical Metallurgy. Second Edition, 1974, New York, Mc Graw
Hill Kogakusha, Ltd.
[2] Febriyanti, Eka. 2010. Analisa Kerusakan Connecting Rod Pada Mesin Diesel Kendaraan
Bermotor. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, Volume 12, Nomor(3): 214-219.
[3] Dewobroto, Wiryanto,. 2012. Pengaruh Pemakaian Baut Mutu Tinggi dan Baut Biasa Terhadap
Kinerja Sistem Sambungan dengan Ring Khusus Berahur. Jurnal Teknik Sipil. Volume 10,
Nomor(2).
[4] Irawan, Agustinus Purna., 2009. Diktat Elemen Mesin. Universitas Tarumanagara. Jakarta.

178 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

RELE DIFERENSIAL SEBAGAI PROTEKSI PADA


TRANSFORMATOR DAYA PADA GARDU INDUK

Elvy Sahnur Nasution1, Faisal Irsan Pasaribu2, Yusniati3, Muhammad Arfianda4

1)
Program Studi Teknik Elektro, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Indonesia
2)
Program Studi Teknik Elektro, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Indonesia
3)
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Islam Sumatera Utara, Indonesia
4)
Program Studi Teknik Elektro, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Indonesia

ABSTRAK
Pada transformator daya salah satu pengaman yang terpasang adalah rele diferensial. Rele
diferensial merupakan rele pengaman pada sebuah transformator yang mampu bekerja seketika
tanpa berkoordinasi dengan rele di sekitarnya, sehingga waktu kerja rele diferensial dapat dibuat
secepat mungkin. Sistem proteksi yang baik didukung oleh setting yang bagus pada rele
diferensial untuk menghindari kegagalan proteksi dan meningkatkan kualitas operasional sistem
transmisi. Dalam paper ini membahas penggunaan transformator daya pada GI Paya Pasir. Rasio
CT yang dipasang pada transformator di sisi tegangan primer 150 kV adalah 300:1 A dan pada
sisi tegangan sekunder 20 kV adalah 2000:5 A. Hasil tersebut diambil dengan pertimbangan
hasil perhitungan arus rating yaitu sebesar 254,034 A pada sisi tegangan primer 150 kV dan
1905,256 A pada sisi tegangan sekunder 20 kV. Arus setting yang didapat dari hasil perhitungan
yaitu 0,3 A dan diharapkan dengan setting tersebut sistem proteksi transformator dapat bekerja
dengan optimal.
Kata kunci : Transformator daya, proteksi, rele diferensial

1. PENDAHULUAN
Transformator merupakan komponen utama dalam penyaluran energi listrik pada sebuah sistem
kelistrikan, energi listrik disalurkan ke konsumen melalui sistem tenaga listrik. Sistem tenaga listrik
terdiri dari beberapa bagian sistem yaitu Pembangkitan, Transmisi dan Distribusi. Jarak antara
pembangkit listrik dan beban terletak sangat jauh sehingga membutuhkan transformator daya untuk
menaikkan dan menurunkan tegangan agar rugi–rugi yang dihasilkan selama proses penyaluran tenaga
listrik dapat diminimalisir. Dalam pengoperasian transformator sering terjadi gangguan yang dapat
menghambat kinerja dari transformator, sehingga dibutuhkan pengaman dan pengaturan proteksi yang
stabil untuk menjaga kelancaran operasional pada suatu sistem.
Proteksi adalah suatu bentuk perlindungan terhadap peralatan listrik yang berguna menghindari
kerusakan peralatan dan juga agar stabilitas penyaluran tenaga listrik tetap terjaga. Bagian dari sistem
proteksi adalah trafo arus atau trafo tegangan, pengawatan, dan sumber AC/DC. Trafo arus terbagi
menjadi dua fungsi yaitu sebagai pengukuran dan proteksi. Salah satu rele yang digunakan yaitu rele
diferensial yang merupakan pengaman utama transformator yang bekerja tanpa koordinasi dengan rele
yang lain (Subari, Kusumastuti, & Yuniarto, 2015).
Sistem proteksi harus dapat bekerja untuk memutus arus gangguan yang muncul pada sistem
dengan cepat dan selektif. Adanya sistem proteksi tersebut berfungsi untuk melindungi peralatan dari
kerusakan akibat adanya arus gangguan. Selain itu, sistem proteksi juga berfungsi untuk membatasi
dampak gangguan sehingga kontinuitas suplai daya ke beban tetap optimal (Distribusi, Rahman,
Pujiantara, Wahyudi, & Busbar, 2014).
Pengaman yang terdapat pada tranformator daya lebih banyak dibandingkan dengan tranformator
distribusi dengan daya kecil. Berbagai proteksi terpasang pada trafo daya seperti Over Curent Relay,
Relay Buchollz, Restricted Earth Fault, Rele Diferensial dan sebagainya. Pada transformator daya salah
satu pengaman yang terpasang adalah rele diferensial. Rele diferential merupakan pengaman utama pada
transformator, rele diferensial mengamankan peralatan dari gangguan yang terjadi di dalam
transformator.
Rele Diferensial adalah suatu rele yang bekerja bila ada perbedaan vektor dari dua besaran listrik
atau lebih yang melebihi besaran yang telah ditentukan (Manson Russel, 2004).

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 179
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Transformator Daya
Transformator daya merupakan suatu alat listrik statis, yang dipergunakan untuk memindahkan daya
dari satu rangkaian ke rangkaian lain, dengan mengubah tegangan, tanpa mengubah frekuensi. Dalam
bentuknya yang paling sederhana transformator terdiri atas kumparan dan satu induktansi mutual.
Kumparan primer adalah yang menerima daya, dan kumparan sekunder tersambung pada beban. Kedua
kumparan dibelit pada suatu inti yang terdiri atas material magnetik berlaminasi.
Landasan fisik transformator adalah induktansi mutual (timbal balik) antara kedua rangkaian yang
dibutuhkan oleh suatu fluks magnetik bersama yang melewati suatu jalur dengan reluktansi rendah.
Kedua kumparan memiliki induktansi mutual yang tinggi. Jika suatu kumparan disambungkan pada suatu
sumber tegangan bolak balik, suatu fluks bolak balik terjadi di dalam inti berlaminasi, yang sebagian
besar akan mengait pada kumparan lainnya, dan di dalamnya akan terinduksi suatu gaya gerak listrik
(ggl).

Gambar 2.1 Elektromagnetik Pada Trafo

2.2 Rele Proteksi


Rele proteksi adalah susunan peralatan yang direncanakan untuk dapat merasakan atau mengukur
adanya gangguan atau mulai merasakan adanya ketidak normalan pada peralatan atau bagian sistem
tenaga listrik dan secara otomatis memberi perintah untuk membuka pemutus tenaga untuk memisahkan
peralatan atau bagian dari sistem yang terganggu dan memberi isyarat berupa lampu atau bel. Rele
proteksi dapat merasakan atau melihat adanya gangguan pada peralatan yang diamankan dengan
mengukur atau membandingkan besaran-besaran yang diterimanya, misalnya arus, tegangan, daya, sudut
rase, frekuensi, impedansi dan sebagainya, dengan besaran yang telah ditentukan, kemudian mengambil
keputusan untuk seketika ataupun dengan perlambatan waktu membuka pemutus tenaga. Pemutus tenaga
umumnya dipasang pada generator, transformator daya, saluran transmisi, saluran distribusi dan
sebagainya supaya dapat dipisahkan sedemikian rupa sehingga sistem lainnya tetap dapat beroperasi
secara normal.
Rele dapat bekerja apabila mendapatkan sinyal-sinyal input yang melebihi dari setting rele tersebut.
Besaran ukur yang dipakai untuk sinyal input yaitu berupa arus, tegangan, impedansi, daya, arah daya,
pemanasan, pembentukan gas, frekuensi, gelombang eksplosi dan sebagainya. Rele dikatakan kerja
(operasi), apabila kontak-kontak dari rele tersebut bergerak membuka dan menutup dari kondisi awalnya.
Apabila rele mendapat satu atau beberapa sinyal input sehingga dicapai suatu harga pick-up tertentu,
maka rele kerja dengan menutup kontak-kontaknya. Maka rele akan tertutup sehingga tripping coil akan
bekerja untuk memutuskan beban.

Gambar 2.2 Prinsip Kerja Rele Proteksi

2.3 Rele Diferensial


Prinsip kerja rele diferensal ini adalah dengan cara membandingkan dua besaran arus pada sisi
primer dan arus pada sisi sekunder pada trasformator arus (CT) serta arus yang masuk ke rele.

180 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Kerja rele diferensial ini dibantu oleh dua buah trasformator arus (CT) dimana dalam keadaan
normal, trasformator arus yang pertama dan trasformator yang kedua dibuat suatu ratio sedemikian rupa,
sehingga arus pada kedua trasformator arus tersebut sama besar.
Adapun prinsip kerja rele diferensial ini terjadi dalam tiga keadaan, yaitu dalam keadaan normal,
keadaan gangguan diluar daerah proteksi dan gangguan didalam daerah proteksi.
1. Rele diferensial pada keadaan normal
Dalam keadaan normal, arus mengalir melalui peralatan / inslatasi listrik yang diproteksi yaitu
transformator daya, dan arus-arus tranformator arus, yaitu I1 dan I2 bersirkulasi melalui “path” IA. Jika
rele diferensial dipasang antara terminal 1 dan terminal 2, maka dalam kondisi normal tidak akan ada arus
yang mengalir melaluinya.

Gambar 2.3 Rele Diferensial Dalam Keadaan Normal

2. Rele diferensial pada gangguan di luar daerah proteksi


Bila dalam keadaan gangguan diluar dari transformator daya yang diproteksi (external fault), maka
arus yang mengalir akan bertambah besar, akan tetapi sirkulasi akan tetap sama dengan pada kondisi
normal dengan demikian rele diferensial tidak akan bekerja.

Gambar 2.4 Gangguan di luar daerah proteksi

3. Rele diferensial pada gangguan di dalam daerah proteksi


Jika gangguan terjadi didalam proteksinya pada transformator daya yang diproteksi (internal fault),
maka arah sirkulasi arus disalah satu sisi akan terbalik, menyebabkan “keseimbangan” pada kondisi
normal terganggu, akibatnya arus Id akan mengalir melalui rele diferensial dari terminal 1 menuju ke
terminal 2 maka terjadi selisih arus didalam rele, selanjutnya rele tersebut akan mengoperasikan CB
untuk memutus.

Gambar 2.5 Gangguan di dalam daerah proteksi

Untuk menentukan besaranya nilai arus diferensial, arus restrain (penahan), slope dan arus setting
pada rele diferensial menggunakan persamaan sebagai berikut :

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 181
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Dimana :
Id = Arus diferensial
Ir = Arus restrain (penahan)
Isetting = Arus setting pada rele
diferensial
Slope = Batas ambang kemampuankumparan penahan

3. METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi yang digunakan sebagai objek penelitian adalah Unit Layanan Dan Transmisi Gardu Induk
Paya Pasir.
Data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Data Transformator Daya


Data Transformator Daya
Merk/ Tipe PAUWELS
No. Serial 3011150 093
Pabrik Indonesia
Kapasitas Trafo 60 MVA
Tegangan Sisi Primer 150 kV
Tegangan Sisi Sekunder 20 kV
Frekuensi 50 Hz
Impedansi 13, 70 %
Sambungan YNyn0 (d)
Tahun Buatan 2016
Tahun Operasional 2017
Minyak IEC 60076
Pendingin ONAN/ ONAF

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

182 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


4.1 Perhitungan Matematis
Perhitungan matematis adalah perhitungan untuk menentukan rasio CT pada trafo daya, dengan
menggunakan perhitungan arus nominal dan arus rating. Selanjutnya menghitung error mismatch,
menghitung arus diferensial, menghitung arus restrain, menghitung arus slope, dan arus setting rele
diferensial.

4.1.1 Perhitungan Nilai Rasio CT


Untuk menghitung rasio CT, terlebih dahulu menghitung arus rating. Arus rating berfungsi sebagai
batas pemilihan rasio CT. In atau arus nominal merupakan arus yang mengalir pada masing-masing
jaringan (tegangan tinggi dan tegangan rendah).
 Arus nominal pada sisi tegangan primer 150 kV :

 Arus nominal pada sisi tegangan sekunder 20 kV :

 Arus rating di sisi tegangan primer 150 kV :

 Arus rating di sisi tegangan sekunder 20 kV :

Hasil dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa arus nominal yang menuju ke trafo daya di sisi
tegangan primer 150 kV adalah 230,940 A sedangkan di sisi tegangan sekunder 20 kV adalah 1732,051
A.
Perhitungan arus rating pada trafo daya di atas juga dapat diketahui di sisi tegangan primer 150 kV
adalah 254,034 A sedangkan pada sisi tegangan sekunder 20 kV adalah 1905,256 A. Sesuai dengan
perhitungan tersebut, maka rasio CT yang terpasang pada sisi tegangan primer 150 kV adalah 300:1 A
serta pada sisi tegangan sekunder 20 kV adalah 2000:5 A. Berdasarkan uraian tersebut maka bila arus
yang mengalir pada sisi tegangan primer sebesar 300 A di CT akan terbaca 1 A. Rasio CT yang dipilih
300 A dan 2000 A sebab pada Gardu Induk Paya Pasir menggunakan nilai tersebut dan rasio itu juga ada
di pasaran.

4.1.2 Perhitungan Error Mismatch


Menghitung besarnya arus mismatch yaitu dengan cara membandingkan rasio CT ideal dengan CT
yang ada di pasaran, dengan ketentuan error tidak boleh melebihi 5% dari rasio CT yang dipilih.
 Error mismatch di sisi tegangan tinggi 150 kV :

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 183
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

 Error mismatch di sisi tegangan rendah 20 kV :

Hasil dari perhitungan yang telah dilakukan, maka diperoleh nilai CT1 ideal sebesar 266,6 A dan
error mismatch sebesar 0,886 %. Error mismatch pada CT2 sebesar 1,125 % dengan hasil perhitungan
CT ideal sebesar 2.250 A. Demikian didapatkan nilai selisih antara trafo arus terpasang dan trafo arus
ideal sebesar 33,4 A pada sisi tegangan tinggi dan 250 A pada sisi tegangan rendah.

4.1.3 Perhitungan Nilai Arus Sekunder CT


Arus sekunder CT merupakan arus yang di keluarkan CT.
 Arus sekunder
 CT sisi tegangan tinggi 150 kV :

 Arus sekunder CT sisi tegangan rendah 20 kV :

4.1.4 Perhitungan Nilai Arus Diferensial


Arus diferensial yaitu arus selisih antara arus sekunder CT sisi tegangan tinggi terhadap arus
sekunder CT sisi tegangan rendah.

Hasil dari perhitungan mendapatkan nilai selisih antara Isekunder CT sisi tegangan tinggi dan sisi
tegangan rendah adalah 0,1162 A. Nilai tersebut yang menjadi pembanding dengan arus setting rele
diferensial.

4.1.5 Perhitungan Nilai Arus Restrain (Penahan)


Arus restrain diperoleh dengan cara menjumlahkan arus sekunder CT1 dan CT2 kemudian dibagi 2.

Hasil dari perhitungan diatas maka didapat nilai arus restrain 0,8279 A.

184 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

4.1.6 Perhitungan Percent Slope (setting kecuraman)


Untuk mengetahui slope didapatkan dari arus diferensial di bagi dengan arus restrain. Dari Slope 1
dapat diketahui arus diferensial dan arus restrain saat kondisi normal dan untuk memastikan rele dapat
bekerja saat ada gangguan internal dengan arus gangguan kecil. Untuk slope 2 dapat berguna agar rele
tidak bekerja saat terjadi gangguan eksternal dengan arus gangguan besar sekalipun.
 Menghitung slope 1 :

 Menentukan slope 2 :

Hasil yang didapat dari perhitungan yaitu slope 1 sebesar 14% dan slope 2 sebesar 28%.

4.1.7 Perhitungan Nilai Arus Setting (Iset)


Arus setting didapat dengan mengalikan antara slope dan arus restrain. Arus setting inilah yang
nanti akan dibandingkan dengan arus diferensial.

Hasil perhitungan nilaiarus setting di atas adalah 0,1159 A, tetapi pada setting rele diferensial dibuat
0,3 A.

4.1.8 Perhitungan Gangguan Pada Transformator Daya


Sebagai contoh kasus pada gardu induk paya pasir pernah terjadi gangguan hubung singkat dengan
arus gangguan sebesar 36380 A dan 31545 A di sisi 20 kV yang menyebabkan rele diferensial bekerja.
Adapun perhitungan arus gangguannya sebagai berikut :
a. Arus gangguan di sisi tegangan 20 kV sebesar 36380 A :

Arus gangguan di sisi tegangan rendah 20 kV adalah 36380 A dan menghasilkan arus sekunder di
CT2 sebesar 21,00 A serta arus diferensial sebesar 20,231 A, oleh karena itu rele diferensial akan aktif
dan memerintahkan PMT agar trip sebab arus diferensial melebihi arus setting rele.

b. Arus gangguan disisi tegangan 20 kV sebesar 31545 A :

Arus gangguan di sisi tegangan rendah 20 kV adalah 31545 A dan menghasilkan arus sekunder di
CT2 sebesar 18,21 A serta arus diferensial sebesar 17,441 A, oleh karena itu rele diferensial akan aktif
dan memerintahkan PMT agar trip sebab arus diferensial melebihi arus setting rele.

c. Gangguan hubung singkat yang dapat menyebabkan Id menjadi 0,3 A :

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 185
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Pada saat Id sebesar 0,3 A maka arus maksimal yang mengalir pada sisi tegangan rendah sebesar
1850 A, artinya batas arus yang diperbolehkan mengalir pada sisi tegangan rendah adalah 1850 A. Rele
diferensial akan bekerja jika arus yang mengalir melebihi 1850 A.

5. KESIMPULAN
1. Prinsip kerja rele diferensial adalah membandingkan vektor arus I1 (arus sisi primer) dan I2 (arus
sisi sekunder). Pada waktu tidak terjadi gangguan/ keadaan normal atau gangguan berada diluar
daerah pengaman I1 dan I2 sama atau mempunyai perbandingan serta sudut fasa tertentu, dalam hal
ini rele tidak bekerja. Pada waktu terjadi gangguan di daerah pengaman I1 dan I2 tidak sama
perbandingan serta sudut fasanya berubah dari keadaan normal disisi rele akan bekerja. Rele
diferensial ini bekerja berdasarkan hukum arus kirchhoff 1 (Kirchhoff current law 1) yang berbunyi
“arus yang masuk pada suatu titik sama dengan arus yang keluar pada titik tersebut”.
2. Hasil perhitungan arus setting adalah 0,1159 A, tetapi pada setting rele diferensial dibuat 0,3 A.
Maka dari itu rele diferensial akan bekerja apabila nilai arus diferensial melebihi arus setting dan
sebaliknya.

DAFTAR PUSTAKA
Bien, L. E., & Helna, D. (2007). Studi Penyetelan Relai Diferensial Pada Transformator PT Chevron
Pacific Indonesia, 6, 41–68.
Di, K. V, & Induk, G. (2012). Setting Relai Differensial Pada Transformator Daya.
Distribusi, S., Rahman, W. I., Pujiantara, M., Wahyudi, R., & Busbar, A. (2014). Setting Rele Diferensial
Bus, 2(1), 1–6.
Dwi, I. M., Jaya, C., Arjana, I. G. D., Maharta, A. A. G., Studi, P., Elektro, T., … Udayana, U. (2018).
STUDI KOORDINASI KERJA RELE DIFERENSIAL DAN RELE RESTRICTED EARTH
FAULT SETELAH UPRATING PADA TRANSFORMATOR II DI GI KAPAL, 5(1), 49–54.
Generator, U. I., Ketenger, P., Indonesia, P. T., & Ubp, P. (2010). Analisis Kerja Rele Overall
Differential pada Generator Unit I PLTA Ketenger PT Indonesia Power UBP Mrica Overall
Differential Relay Work Analysis to, 6(2).
ISTIMAROH, A. (2013). Penentuan Setting Rele Arus Lebih Generator dan Rele Diferensial
Transformator Unit 4 PLTA Cirata II. Reka Elkomika, 1(2), 131–141.
Nakhoda, Y. I., Krismanto, A. U., & Usmanto, M. (2017). Analisa Koordinasi Rele Pengaman
Transformator Pada Sistem Jaringan Kelistrikan di PLTD Buntok, 1(September), 39–46.
Subari, A., Kusumastuti, D. H., & Yuniarto. (2015). Setting Relay Differensial Pada Gardu Induk
Kaliwungu Guna Menghindari Kegagalan Proteksi. Transmisi, 3.
Suralaya, D. I. P. (2017). ANALISA PROTEKSI DIFFERENSIAL PADA GENERATOR, 9(1), 84–92.
Syukriyadin, S., & Nakhrisya, C. R. (2011). Analisis Proteksi Relay Differensial Terhadap Gangguan
Internal dan Ekternal Transformator Menggunakan PSCAD / EMTDC, 9(3).
Bonggas L. 2012. Peralatan Tegangan Tinggi. Erlangga.
Hazairin. 2004. Dasar-dasar sistem proteksi tenaga listrik. UNSRI.
Ir. Kadir Abdul. 1998. Transmisi Tenaga Listrik. Universitas Indonesia.
PT. PLN (Persero). Buku Petunjuk Transformator Tenaga.

186 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

SUMBER BAHAN BAKAR DARI LIMBAH PADAT PADA


PEMBANGKIT LISTRIK DI PABRIK KELAPA SAWIT

Arnawan Hasibuan1, Muzamir Isa2, Widyana Verawaty Siregar3, I Made Ari Nrartha4

1,2
School of Electrical System Engineering, University Malaysia Perlis, Malaysia
1)
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Malikussaleh, Indonesia
2)
School of Electrical System Engineering, University Malaysia Perlis, Malaysia
3)
Jurusan Manajemen, Universitas Malikussaleh, Indonesia
4)
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Mataram, Indonesia

ABSTRAK
Dalam paper ini memaparkan bagaimana limbah padat (cangkang dan serat) pada pabrik kelapa
sawit dapat digunakan untuk sumber energi sebagai bahan bakar pada pembangkit listrik. Potensi
jumlah bahan bakar (cangkang dan serat) 12.480 Kg/jam dan kebutuhan bahan bakar boiler
sebesar 10.804,26 Kg/jam. Dari kapasitas turbin-generator sebesar 1592 kW yang dimanfaatkan
untuk keperluan proses minyak sawit dalam pabrik sebesar 1.326,92 kWh. Dari kajian ini
menyimpulkan bahwa limbah padat dari pabrik kelapa sawit jika dimanfaatkan sebagai bahan
bakar pembangkit listrik tenaga uap dapat memenuhi kebutuhan energi listrik pada barik itu.
Kelebihan bahan bakar yang tersedia sebesar 1675,74 kg/jam dapat juga dimanfaatkan untuk
kebutuhan energi listrik di luar kebutuhan pengolahan kelapa sawit, misalnya untuk menyikapi
kurangnya pasokan daya listrik untuk masyarakat daripada PLN, juga dapat dipasarkan untuk
dijual pada pihak lain yang memerlukannya seperti untuk pupuk dan lain sebagainya
Kata kunci : Limbah padat, Bahan Bakar, Pembangkit Listrik Tenaga Uap

I. PENDAHULUAN
Pemanfaatan limbah padat yang berasal dari hasil proses industri minyak sawit sebagai bahan bakar
sagat baik demi memenuhi kebutuhan energi listrik pada pabrik kelapa sawit (PKS). Pemanfaatannya
dijadikan bahan bakar pada boiler untuk menghasilkan energi uap untuk penggerak turbin-generator
sebagai pembangkit listrik.
Salah satu PKS swasta yang melaksanakan proses industri minyak sawit yaitu PT Asam Jawa yang
berada di Desa Pangarungan Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu Selatan Sumatera Utara.
Pada (PKS) PT. Asam Jawa ini mengolah bahan baku kelapa sawit menjadi minyak mentah sawit
(CPO). Untuk mengolah kelapa sawit tersebut menggunakan boiler sebagai pembangkit listrik tenaga uap
(turbin-generator).Dalam proses pengolahan kelapa sawit dibutuhkan daya listrik sebesar 641,14 kW/jam
sedangkan daya yang dihasilkan oleh setiap turbin uap tidak selamanya mencukupi dalam pengolahan
kelapa sawit dikarenakan produksi uap dari boiler tidak stabil (kurang). Kekurangan daya tersebut
disuplai dari genset.
Dalam paper ini akan memaparkan berapa konsumsi energi listrik pada proses pengolahan kelapa
sawit pada sebuah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan berapa besar potensi energi yang dapat dihasilkan dari
limbah padat dari pengolahan kelapa sawit sebagai bahan bakar pada pembangkit tenaga listrik pada PKS
PT. Asam Jawa.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Limbah Padat Kelapa Sawit
Dari sisa pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak mentah kelapa sawit curd palm oil (CPO)
diperoleh limbah yang memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar. Limbah yang
dimaksud adalah limbah padat yang termasuk dalam kategori biomassa. Energi biomassa limbah padat
kelapa sawit merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang dapat menjawab kebutuhan energi

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 187
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

alternatif. Limbah kelapa sawit ini memiliki kandungan kalori adalah cangkang memiliki nilai kalori
3890 kkal/kg, serabut 2309 kkal/kg, dan tankos (tandan kosong) 2250 kkal/kg.
Persentasi dari hasil pengolahan kelapa sawit di PT. Asam Jawa dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Persentasi penfolahan minyak sawit

Dari gambar 1 dapat kita ketahui bahwa persentasi untuk limbah padat cangkang 6,4 %, serabut 14,4
%, dan tankos (tandan kosong) 21 %.
2.2 Ketel Uap (Boiler) Pada Pabrik Kelapa Sawit
Dalam pabrik kelapa sawit ketel uap (Boiler) merupakan jantung dari sebuah pabrik kelapa sawit.
Dimana, ketel uap ini lah yang menjadi sumber tenaga dan sumber uap yang akan dipakai untuk
mengolah kelapa sawit. Ketel uap merupakan suatu alat konversi energi yang merubah air menjadi uap
dengan cara pemanasan dan panas yang dibutuhkan air untuk penguapan diperoleh dari pembakaran
bahan bakar pada ruang bakar ketel uap.

Gambar 2. Boiler dan ketel uap jenis pipa api

Sebagian besar ketel uap yang digunakan pada pabrik kelapa sawit adalah ketel uap yang
menghasilkan uap superheated, dimana uap ini digunakan pertama kali untuk memutar turbin sebagai
pembangkit tenaga listrik kemudian sisa uap dari pembangkit yang disebut kondensat digunakan sebagai
pemanasan TBS pada sterilizer.
Menurut jenisnya ketel uap terbagi menjadi 2 bagian yaitu, ketel pipa air dan ketel pipa api. Ketel
yang digunakan pada pabrik kelapa sawit PT. Asam Jawa adalah adalah ketel pipa api, maksudnya adalah
api berada didalam pipa memanskan air yang berada diluar pipa.
2.3 Proses Konversi Energi Limbah Padat Kelapa Sawit
Untuk memperoleh energi listrik terdapat tahapan-tahapan dari sumber bahan bakar menjadi energi
listrik. Dari Gambar 2 terlihat bahwa cangkang dan serabut dimasukkan ke dalam ruang bakar digunakan
sebagai bahan bakar untuk memanaskan ketel uap sehingga menghasilkan uap yang betekanan tingggi.
Ketel uap yang digunakan dalam proses pembakaran limbah ini adalah tipe khusus yang
menggunakan sistem grate. Berbeda dengan bahan bakar lain yang tidak menggunakan sistem grate.
Cangkang dan serabut ini dalam penggunaannya menggunakan 25% cangkang dan serabut 75%, hal ini
dikarenakan spesifikasi boiler.
Bila penggunaannya tidak sesuai maka akan merusak grate-nya. Setelah dari pembakaran cangkang
dan serabut akan memanaskan air sehingga menghasilkan uap. Uap yang bertekanan tinggi dari boiler (20

188 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

kg/cm2 280 C0) mengalir melalui nozzle yang sekalius mengurangi tekanan uap sampai menjadi
bertekanan (19 kg/cm2 260 C0) diatur dengan efisiensi 85%. Poros turbin berputar dengan kecepatan
yang cukup tinggi direduksi kecepatan putarnya oleh reduction gear yang dipasang antara turbin dan
generator sehingga diperoleh sinkronissi kecepatan anatara turbin dan generator. Dan karena generator
berputar maka akan menimbulkan medan magnet listrik sehingga akan membangkitkan tenaga listrik.

Gambar 3. Proses konversi limbah padat menjadi energi listrik dan energi uap panas (kalor)

2.4 Energi Listrik


Energi merupakan hal yang terpenting dalam suatu industri, termasuk industri pertanian. Dalam
kegiatan usaha industri diperlukan input produksi pada tiap-tiap tahapan proses. Energi yang sering
digunakan dalam bidang industri adalah energi listrik. Hal ini dikarenakan energi listrik memilki
keunggulan sebagai seperti mudah memindahkannya, mudah dalam instalasinya, mudah
menggunakannya, mudah dalam pengaturannya.
Secara umum energi listrik didekati dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

P  E fm  PF  3600
EL  (1)
M
Dimana :
EL = Energi Listrik (kJ/kg)
P = Daya peralatan/motor (kW) Efm = Faktor Efisiensi (%)
PF = Faktor Daya (%)
M = Kapasitas produksi (kg/jam)

Sedangkan untuk menghitung daya listrik (fasa tiga) digunakan rumus:

P  3  V  I  cos  (2)
Dimana:
P = Daya listrik (kW)
V = Tegangan (volt)
I = Arus (ampere) Cos φ = Faktor daya

III. METODOLOGI
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan melakukan pengumpulan data-data dari
lapangan dan analisis data untuk mendapatkan kesimpulan.

3.1 Metode Pengumpulan Data


Dalam peaksanaan penelitian ini, dilakukan pengumpulan data lapangan dalam bentuk survey.
Data lapangan berupa data produksi pabrik PKS PT. Asam Jawa berupa data produksi rata-rata berupa
persentasi hasil produksi dan neraca bahan diambil untuk melihat jumlah limbah yang dihasilkan
khususnya data limbah padat biomassa yaitu tandan kosong, cangkang dan serabut.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 189
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 1. Spesifikasi Mesin Pembangkit Tenaga Listrik

3.2 Metode Analisis Data


Dari data kuantitatif yang dihasilkan dari data kinerja pabrik, selanjutnya dianalisisi secara
kuantitatif untuk mendapatkan nilai potensi energi listrik yang dapat dibangkitkan dari limbah biomassa
yang dihasilkan oleh PKS.
Analisis yang dilakukan adalah analisis ketersediaan bahan bakar untuk pembangkit listrik dari
biomassa. Analisis kedua adalah analisis potensi energi yang dihasilkan dari limbah biomassa.
Selanjutnya dengan menggunakan data hasil analisis ketersediaan bahan bakar, dilakukan analisis
potensi energi yang dapat dibangkitkan dengan bahan bakar yang tersedia dari dua pabrik kelapa sawit.

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


4.1 Analisis Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar
PKS PT. Asam Jawa mempunyai kapasitas pengolahan pabrik sebesar 60 ton TBS/jam yang terdiri
dari dua line. Bahan bakar yang dihasilkan dari limbah padat kelapa sawit (LPKS) berupa cangkang,
serabut, dan tankos (tandan kosong). Namun yang dimanfaatkan menjadi bahan bakar boiler hanya
cangkang dan serabut.
Untuk mengetahui jumlah potensi limbah padat kelapa sawit (LPKS) menjadi bahan bakar
boiler pada PLTU di PKS diuraikan perhitungan sebagai berikut:

1. Perhitungan ketersediaan bahan bakar cangkang


Produksi = 30.000 Kg TBS/jam x 6,4 %
= 1.920 Kg/jam
Untuk 2 line maka produksi ketersediaan bahan bakar cangkang menjadi 3.840 Kg/jam

2. Perhitungan ketersediaan bahan bakar serabut


Produksi = 30.000 Kg TBS/jam x 14,4 %
= 4.320 Kg/jam
Untuk 2 line maka produksi ketersediaan bahan bakar cangkang menjadi 8640 Kg/jam

Maka, total ketersediaan bahan bahan bakar cangkang dan serabut adalah :

Biomassa = Cangkang + Serabut


= 3.840 Kg/jam + 8.640 Kg/jam
= 12.480 Kg/jam

Dari perhitungan di atas dapat dikatakan jumlah bahwa potensi produksi limbah padat kelapa sawit
cukup besar. Dengan kapasitas olah pabrik 60 ton (30.000 kg TBS/jam) dihasilkan limbah padat kelapa
sawit (LPKS) cangkang sebesar 3840 kg/jam dan serabut sebesar 8640 kg/jam. Maka, total ketersediaan
bahan bahan bakar cangkang dan serabut sebesar 12480 kg/jam.
Kebutuhan bahan bakar boiler dapat dihitung sebagai berikut:

Diketahui :
Kapasitas uap boiler (Mu) = 45.000 kg Uap/jam
Efesiensi teknis boiler (%) = 85 %
Nilai kalor cangkang (NK) = 3890 kkal/kg

190 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Nilai kalor serabut (NK) = 2309 kkal/kg


∆ Entalpi = 620,87 kkal/kg

Perhitungan :
a. Komposisi antara cangkang dan serabut dalam 1 kg bahan umpan boiler yaitu 25 % : 75 % atau 1 :
3. Maka nilai kalor bahan bakar umpan yaitu :
= (0,25 x 3890) + (0,75 x 2309)
= 2704,25 kkal/kg

b. Kebutuhan bahan bakar boiler:

Mu  Entalphy
Gbb 
NK  
40.000  620,87
Gbb 
2704,25  0,85
= 10.804,26 kg/jam

Dengan komposisi yaitu:


 Cangkang = 0,25 x 10.804,26 kg/jam
= 2701,065 kg/jam
 Serabut = 0,75 x 10.804,26 kg/jam
= 8103,195 kg/jam

c. Sisa bahan bakar (ketersediaan – kebutuhan)


 Sisa bahan bakar = 12.480 - 10.804,26
= 1675,74 kg/jam
- Cangkang
= 3.840 – 2701,065 kg/jam
= 1.138,935 kg/jam
- Serabut
= 8.640 - 8103,195 kg/jam
= 536,805 kg/jam

Perbedaan jumlah kebutuhan bahan bakar boiler dengan bahan bakar yang dihasilkan
mengakibatkan adanya sisa bahan bakar cangkang dan serabut. Dan ini bisa dimanfaatkan untuk
kebutuhan energi lainnya seperti misalnya dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di luar
PKS itu sendiri.
4.2 Analisis Kebutuhan Energi Listrik Pada Proses Pengolahan Kelapa Sawit
Pengamatan untuk menganalisis kebutuhan energi listrik pada proses pengolahan kelapa sawit pada
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dilakukan dengan melihat atau membaca pada alat ukur yang terpasang pada
panel utama di stasiun kamar mesin. Beberapa alat ukut yang diamati seperti nilai arus listrik, tegangan
listrik, dan cos φ.
Perhitungan daya listrik terukur pada panel listrik utama adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan daya listrik terukur pada kegiatan pengolahan TBS :
a. Stasiun penerimaan buah & perebusan
P  3  V  I  cos 
P  3  380  162  0,8
= 85,3 kW
Dikalikan 2 unit = 170,6 kW
b. Stasiun penebahan
P  3  380  88  0,8
= 46,34 kW
Dikalikan 2 unit = 92,68 kW

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 191
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

c. Stasiun pengempaan
P  3  380  240  0,8
= 126,37 kW
Dikalikan 2 unit = 252,74 kW
d. Stasiun pemurnian minyak
P  3  380  238  0,8
= 125,32 kW
Dikalikan 2 unit = 250,64 kW
e. Stasiun pengolahan biji
P  3  380  230  0,8
= 121,11 kW
Dikalikan 2 unit = 242,22 kW
2. Perhitungan daya listrik terukur pada kegiatan sarana pendukung
a. Penyediaan Energi
P  3  380  200  0,8
= 105,31 kW
Dikalikan 2 unit = 210,62 kW
b. Penyediaan air
P  3  380  102  0,8
= 53,71 kW
Dikalikan 2 unit = 107,42 kW

Hasil perhitungan daya listrik terukur pada panel listrik utama dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 2. Persentase kebutuhan energi listrik terhadap jumlah kegiatan pada stasiun
kegiatan proses pengolahan kelapa sawit

Dari pengamatan dan perhitungan di atas dapat kita ketahui bahwa kebutuhan daya listrik pada
proses pengolahan kelapa sawit (PKS) di PT. Asam Jawa sudah terpenuhi (cukup). Sedangkan kebutuhan
daya listrik di luar pengolahan kelapa sawit dapat dikatakan juga terpenuhi, sesuai dengan kebutuhan
listrik di luar pengolahan kelapa sawit untuk pabrik berkapasitas 60 ton TBS/jam.

V. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan, perhitungan dan analisis terhadap pemanfaatan limbah padat pada penyedian
energi listrik pada pabrik kelapa sawit PT. Asam Jawa yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pemanfaatkan LPKS berupa ampas serabut (fiber) & cangkang (shell) sebagai bahan bakar pada
stasiun boiler sehingga menghasilkan uap guna pembangkitan tenaga listrik untuk menggerakkan
mesin-mesin pabrik pada proses pengolahan kelapa sawit. Sedangkan potensi jumlah bahan bakar
yang dihasilkan dari LPKS dengan kapasitas pabrik 60 ton TBS/jam sebesar 12.480 kg/jam, dan
kebutuhan bahan bakar boiler yang digunakan sebesar 10.804,26 kg/jam, maka kelebihan bahan bakar

192 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

cangkang dan serabut sebesar 1675,74 kg/jam.


2. Total output daya listrik dari turbin uap sebesar 1592 kW, sedangkan kebutuhan energi listrik sebesar
1326,92 kWh, ini artinya bahwa kebutuhan energi listrik pada proses pengolahan kelapa sawit sudah
terpenuhi (cukup).
3. Kelebihan bahan bakar yang tersedia dalam perhitungan yaitu sebesar 1675,74 kg/jam dapat juga
dimanfaatkan untuk kebutuhan energi listrik di luar kebutuhan pengolahan kelapa sawit, misalnya
untuk menyikapi kurangnya pasokan daya listrik untuk masyarakat daripada PLN, dan juga dapat
dipasarkan untuk dijual pada pihak lain yang memerlukannya seperti untuk pupuk dan lain
sebagainya.

REFERENSI
[1] Arifin, Zainul. 2015. Buku Pintar Pabrik Kelapa Sawit. https://pakinyo46.files.wordpres
s.com/2012/09/buku-pintar.pdf
[2] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Kelapa Sawit
2013 – 2015. Jakarta.
[3] Ditjen PPHP. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Subdit Pengelolaan
Lingkungan, Direktorat Pengolahan hasil Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta.
[4] Dokumen Intern PT. Perkebunan Nusantara (Persero). 2009. Buku Panduan Pedoman
Operasional Pengolahan Kelapa Sawit (Bagian Pengolahan). Medan, Sumatera Utara.
[5] Emmoy, Ivan. 2013. Kelistrikan Pabrik Kelapa Sawit. https://ivanemmoy.wordpress.co
m/2013/11/29/kelistrikan- kelapa-sawit/
[6] Loekito, Henry. 2002. Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Kelapa sawit. Jurnal Teknologi
Lingkungan, Vol. 3, No. 3.
[7] Marsudi, Djiteng. 2005. Pembangkitan Energi Listrik. Erlangga. Jakarta.
[8] Sekretariat Jendral Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit.
Departemen Perindustrian. Jakarta Selatan.
[9] Sunarwan, Bambang dan Riyadi Juhana. 2013. Pemanfaatan Limbah Sawit Untuk Bahan Bakar
Energi Baru Dan Terbarukan (EBT) (Studi Kasus: Limbah Produksi Sawit Daerah
Kabupaten Boven Digonel Papua). Jurnal Tekno Insentif Kopwil 4, Volume 7, No. ISSN: 1907-
4964, halaman 1 s.d. 14.
[10] Suyitno. 2011. Pembangkit Energi Listrik. Rineke Cipta. Jakarta.
[11] . 2012. Ketel Uap Boiler Di Pabrik Kelapa Sawit. http://belajarsawit.blogspot.com/2012/12/ketel-
uap-boiler-di- pabrik-kelapa-sawit.html.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 193
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Estimasi Potensi Kerugian Berdasarkan Kehilangan Minyak (Losses)


Pada Proses Pengolahan Crude Palm Oil (CPO) Di PKS Sumatera
Indonesia

Irfan Rusmar1, Irwan Rachmiadji2, Sri Lestari3

Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan


irfanrusmar19@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di laboratorium PKS Sumatera Indonesia. Tujuannya adalah untuk
mengetahui oil losses dari beberapa stasiun pengolahan crude palm oil (CPO) serta
mengestimasi potensi kerugian yang diakibatkan losses yang terjadi. Perhitungan kehilangan
minyak (oil losses) menggunakan metode ekstraksi soxhlet untuk mendapatkan persentase
minyak yang hilang. Persentase minyak tersebut dikonversikan kembali menjadi potensi
kerugian yang dialami perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa rata-rata losses
pada setiap stasiun tidak melewati batas norma yang telah ditetapkan oleh pabrik. Akan tetapi,
ada beberapa hari terjadi losses yang melebihi batas norma. Potensi kerugian pada losses di air
kondensat sebesar Rp.168.700/bulan dan emphty bunch press sebesar Rp.13.642/bulan.
Kata kunci : Kehilangan, stasiun, biaya, estimasi, ekstraksi

ABSTRACT
This study was conducted in the laboratory of PKS Sumatera Indonesia. The purposes are to find
out oil losses from several process of crude palm oil in every station and to estimate potential
losses caused by the oil losses. The calculation that used in this study was the percentage oil
losses formula after the data analyzed by using the soxhlet extraction method to get the
percentage of lost oil. The percentage of the oil is converted back into a potential loss
experienced by the company. The results showed that the average losses at each station did not
exceed the norm limits set by the factory. However, there were several days of losses that
exceeded the norm. The potential loss in losses in condensate water is Rp. 168.700 / month and
empty bunch press is Rp. 13.642 / month.
Keywords: losses, station, cost, estimation, extraction

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Indonesia adalah eksportir
terbesar kelapa sawit dengan potensi ekonomi yang sangat besar. Seiring dengan meningkatnya
kebutuhan CPO dunia, maka sebagai negara penghasil sawit terbesar, diharapkan Indonesia mampu
bersaing di bidang industri nasional[1]. Seiring dengan meningkatnya kebutuhuan kelapa sawit dan
persaingan perkebunan yang ada di dunia, maka Indonesia diharapkan mampu bersaing di industri
Internasional[2].
Jefri Saragih dari Sawit Watch dalam penelitian Masykur (2013) mencatat bahwa sumbangan kelapa
sawit kepada APBN mencapai 9,11 miliar dollar. Pada tahun 2010 Indonesia mengekspor CPO dengan
angka 23 juta ton. Selain Indonesia, negara lain yang menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia
antara lain adalah Malaysia, Thailand, Nigeria, dan Colombia. Persaingan yang ketat membuat Indonesia
harus lebih memperhatikan perihal kualitas produk dan keefektifan serta efisiensi pengolahan dalam
proses produksi kelapa sawit [3].
Proses pengolahan kelapa sawit untuk menghasilkan Crude Palm Oil (CPO) dimulai dari
penanganan bahan baku atau tandan buah segar (TBS) pada saat pemanenan hingga sampai pabrik yang
selanjutnya melalui serangkaian tahapan pengolahan [4].
Tabel 1 menyajikan data ekspor minyak kelapa sawit menurut negara tujuan utama dari tahun 2000
hingga tahun 2015 yang didapatkan dari dataBPS tahun 2017. Data ini memperlihatkan terjadinya
peningkatan volume ekspor CPO setiap tahunnya.

194 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 1. Ekspor Minyak Kelapa Sawit Menurut Negara Tujuan Utama, 2000-2015 (BPS, 2017)
Negara Tujuan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Berat Bersih (Ribu Ton)


Tiongkok1) - - 482.8 800.4 1,083.8 1,354.6 1,758.6 1,441.1 1,766.9 2,645.4 2,174.4 2,032.8 2,842.1 2,343.4 2,357.3 3,629.6
Singapura - - 371.5 339.2 396.6 467.1 631.6 624.5 600.9 659.9 696.8 737.2 952.1 844.0 789.1 782.0
Malaysia - - 405.0 367.7 572.8 621.4 660.5 382.7 745.5 1,195.7 1,489.7 1,532.6 1,412.3 514.3 566.1 1,200.1
India 1,639.1 1,519.8 1,766.6 2,274.3 2,761.6 2,558.3 2,482.0 3,305.7 4,789.7 5,496.3 5,290.9 4,980.0 5,253.8 5,634.1 4,867.8 5,737.7
Pakistan 15.1 96.4 269.4 287.2 537.3 850.2 835.0 788.1 409.7 214.6 90.3 279.2 749.1 1,080.3 1,814.8 2,318.4
Bangladesh - - 220.9 222.3 260.9 412.7 466.0 520.2 506.8 800.5 771.2 804.9 743.5 655.4 1,043.3 1,132.0
Sri Lanka - - 13.1 12.0 40.6 308.7 445.0 246.6 48.4 5.8 12.7 25.4 10.8 29.4 38.9 50.0
Mesir - - 85.4 77.2 78.4 151.3 476.2 408.5 495.9 497.2 488.7 790.7 494.1 735.5 1,010.3 1,137.8
Belanda 593.6 699.9 997.7 580.7 799.6 1,101.1 1,212.2 829.3 1,295.9 1,364.3 1,197.3 873.0 1,358.3 1,361.4 1,218.9 1,213.7
Jerman 145.6 205.7 200.7 184.4 247.2 340.4 365.5 504.9 404.8 461.5 379.3 263.6 219.5 283.1 186.5 229.3
Italia 28.9 60.6 - - - - - - - - - - - - - -
Kenya 3.5 0.0 - - - - - - - - - - - - - -
Amerika Serikat 21.1 2.4 - - - - - - - - - - - - - -
Kanada 1.7 0.0 - - - - - - - - - - - - - -
Inggris 11.8 2.4 - - - - - - - - - - - - - -
Jepang 10.2 9.4 - - - - - - - - - - - - - -
Lainnya 1,639.4 2,306.6 1,520.6 1,241.0 1,882.8 2,210.4 2,768.3 2,823.8 3,226.2 3,488.0 3,700.6 4,116.8 4,809.4 7,097.1 8,999.4 9,037.0
Jumlah 4,110.0 4,903.2 6,333.7 6,386.4 8,661.6 10,376.2 12,100.9 11,875.4 14,290.7 16,829.2 16,291.9 16,436.2 18,845.0 20,578.0 22,892.4 26,467.6

Proses pengolahan TBS menjadi Minyak Kelapa Sawit (MKS) dan Inti Kelapa Sawit (IKS) terbagi
menjadi dua, yaitu stasiun utama dan stasiun pendukung. Stasiun utama berfungsi sebagai penerimaan
buah (fruit reception), rebusan (sterilizer), pemipilan (stripper), pencacahan (digester), pengempaan
(presser), pemurnian (clarifier), dan pemisahan biji dan kernel. sementara, stasiun pendukung berfungsi
sebagai pembangkit tenaga (power), laboratorium (laboratory), pengolahan air (water treatment),
penimbunan produk (bulking), dan bengkel (workshop) [5]. Dalam proses pengolahan, perusahaan selalu
berupaya untuk mengoptimalkan jumlah rendemen CPO dan Palm Kernel Oil (PKO)[6]
Salah satu sistem manajemen yang diterapkan untuk mendapatkan jumlah rendemen yang optimal
adalah menekan terjadinya kehilangan minyak (oil losses) pada CPO dan PKO selama proses produksi.
Losses minyak sangat dipengaruhi oleh proses pengolahan dimulai dari perebusan sampai klarifikasi.
Proses pengolahan minyak kelapa sawit tidak terlepas dari oil losses. Oil losses yang terjadi diantaranya
di kondensat sterilizer, tandan kosong, ampas dan di stasiun klarifikasi. Bagi perusahaan, kehilangan
minyak yang melebihi norma yang telah ditetapkan akan memberikan dampak kerugian, oleh sebab itu
sangat penting bagi suatu perusahaan mengetahui estimasi potensi kerugian dari kehilangan minyak
tersebut, ini dikarenakan dengan mengetahui estimasi potensi kerugian maka perusahaan dapat
mengetahui angka potensi kerugian dengan jelas sehingga diharapkan dapat mengontrol angka potensi
kerugian.
PT. PP. London Sumatera Indonesia, Tbk. merupakan perusahaan di bidang perkebunan dan pabrik
kelapa sawit yang didirikan pada tahun 1927. Salah satu PKS Sumatera Indonesia memproduksi TBS
hingga menjadi CPO dan Palm Kernel (PK). PKS Sumatera Indonesia, memiliki kapasitas olah sebesar
30 ton/jam. Tandan buah segar (TBS) yang dihasilkan berasal dari divisi Gunung Melayu dan divisi Sei
Rumbia. Divisi Gunung Melayu memiliki 7 kebun dan Divisi Sei Rumbia memiliki 5 kebun.

Tabel 2. Norma Losses CPO (PKS Sumatera Utara, 2019)


No Parameter Standar Losses Terhadap Contoh (%)
1 Press Cake < 4,20
2 Kondensat Sterilizer <2
3 Dilution Crude Oil (DCO) 45
4 Empty Bunch Before Press <4
5 Empty Bunch Press <2
6 Empty Bunch Liquor < 7,5
7 Sludge <1

PKS Sumatera Utara. memiliki norma losses CPO yang menjadi aturan batas kehilangan minyak.
Kehilangan minyak pada proses pengolahan TBS menjadi CPO dapat diketahui dengan melakukan
metode ekstraksi sokhlet, akan tetapi pihak perusahaan belum pernah melakukan perhitungan potensi
kerugian pada setiap stasiun pengolahan TBS menjadi CPO tersebut. Norma losses di PKS Sumatera
Utara dapat di lihat pada Tabel 2.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 195
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

METODE
Sampel yang digunakan terdiri dari dua jenis yaitu sampel padatan dan cairan. Untuk sampel
padatan berupa press cake, Empty Bunch Before Press, Empty Bunch press ditimbang sebanyak 10 gram,
sedangkan untuk cairan berupa Kondensat, DCO, Sludge, Liquor ditimbang sebanyak ± 20 gram.
(Sampel padatan dikeringkan dalam oven ± 105ºC selama 3 jam, kemudian dimasukkan ke dalan
desikator 15 menit, sampel yang telah kering dimasukkan ke dalam extraction soxhlet dengan pelarut n-
hexane dengan suhu 70oC, setelah extrasi selesai n-hexane dipisahkan dengan minyak, kemudian minyak
ditimbang dengan neraca analitik. Perlakuan yang sama untuk sampel cairan.
Untuk mencari potensi kerugian (losses) yaitu dengan menghitung kadar minyak yang terdapat pada
setiap proses yang dibandingkan dengan norma standar pabrik. Kerugian biaya dapat dihitung dengan
mengkalikan oil losses netto dengan harga jual CPO.

HASIL
Tabel 3 Rata-rata TBS yang diolah selama pengambilan sampel adalah 385.610 kg/ bulan dengan
rata-rata harga jual CPO sebesar Rp 6.631 / bulan.

Tabel 3. Data TBS Olah (PKS Sumatera Utara, 2019)


TBS Olah Harga Jual CPO TBS Olah Harga Jual CPO
Tanggal Tanggal
(Kg) (Rupiah) (Kg) (Rupiah)
1-Feb 319260 6,725 20-Feb 414180 6,725
2-Feb 519340 6,725 21-Feb 480200 6,725
4-Feb 473010 6,725 22-Feb 355260 6,725
6-Feb 350670 6,725 23-Feb 533070 6,725
25-Feb 295600 6,725
7-Feb 434940 6,725
26-Feb 345990 6,725
8-Feb 386570 6,725
27-Feb 298450 6,725
9-Feb 444080 6,725
28-Feb 323570 6,725
11-Feb 390780 6,725
1-Mar 297780 6,325
12-Feb 409260 6,725 2-Mar 303840 6,325
13-Feb 428870 6,725 4-Mar 317930 6,325
14-Feb 359440 6,725 5-Mar 308090 6,325
15-Feb 417230 6,725 6-Mar 332780 6,325
16-Feb 459410 6,725 9-Mar 602990 6,325
18-Feb 288510 6,725 11-Mar 311740 6,325
19-Feb 365460 6,725 Rata-rata 385610 6631.7

Perhitungan Persentase Kehilangan Minyak (Oil Losses)


Data pengujian yang telah didapatkan selanjutnya dihitung menggunakan rumus untuk mengetahui
berat sampel dan persentase kehilangan minyak (oil losses). Sampel pertama pada air condensate dapat
dihitung losses dengan menghitung kadar minyak dari air kondesat yaitu minyak yang terdapat pada air
kondesat sebanyak 0,4731 grdibagi dengan jumlah sampel sebanyak 20,2463 gr didapat kadar minyak
(losses) sebesar 2,3367%.
Hasil perhitungan dengan cara yang sama seperti di atas maka didapatkan hasil persentase oil losses
untuk sampel lainnya. Rekapitulasi hasil perhitungan kadar minyak memperlihatkan nilai rata- rata kadar
minyak dalam sampel selama tiga puluh hari pada sampel press cake adalah 3,7210 %, pada sampel DCO
adalah 35.4985 %, pada sampel kondensat adalah 1,5933 %, pada sampel sludge centrifuge adalah 0,8384
%, pada sampel emphty bunch before press adalah 3,5233 %, pada sampel emphty bunch press adalah
1,3557 %, dan pada sampel emphty bunch liquor adalah 5,8122 %. Rekapitulasi persentase oil losses
untuk semua stasiun dapat dilihat pada Tabel 4. berikut :

196 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Kadar Minyak (%)


Kadar Minyak Dalam Sampel (Losses )
Tanggal Emphty Bunch Emphty Bunch Emphty Bunch
Press cake DCO Kondensat Sludge Centrifuge
Before Press Press Liquor
1-Feb 3.6385 37.9216 2.3367 0.7702 3.4592 1.3788 5.2232
2-Feb 3.8066 27.7831 1.1018 0.8504 3.6449 2.2962 6.6254
4-Feb 3.5936 36.8500 0.9977 0.8084 3.4493 1.3785 5.0101
6-Feb 4.0146 37.3700 1.0997 0.7915 3.5489 1.4969 5.2498
7-Feb 3.8294 36.0521 1.1089 0.7978 3.6279 1.5778 5.3013
8-Feb 3.7097 35.9824 0.7367 0.8243 3.6535 1.1996 6.2259
9-Feb 3.6348 31.8285 1.3699 0.8330 3.3836 1.1252 6.1084
11-Feb 3.8520 38.4366 1.3266 0.8790 3.2525 1.1631 5.5812
12-Feb 3.8620 34.4944 1.0639 0.8472 3.4881 1.4527 5.2197
13-Feb 3.8185 34.4501 3.04621 0.8346 3.4408 1.4323 5.2413
14-Feb 3.8769 34.7921 1.6118 0.8813 3.4493 1.3785 5.0101
15-Feb 3.9010 38.2592 1.3341 0.8483 3.4100 1.1476 6.4950
16-Feb 3.7404 35.0438 6.9525 0.8531 3.6279 1.5778 5.3013
18-Feb 3.7348 32.6485 0.7620 0.8223 3.5037 1.1462 6.6328
19-Feb 3.8345 35.0203 1.1190 0.8782 3.6706 1.2655 5.9749
20-Feb 3.3242 37.4401 2.3449 0.8264 3.4140 1.5128 5.1785
21-Feb 3.5699 29.8868 0.7398 0.8922 3.4299 1.2782 5.0600
22-Feb 3.8580 36.0421 1.6117 0.8553 3.5476 1.3995 5.0602
23-Feb 3.6721 32.5816 0.7217 0.8778 3.5930 1.1911 6.6782
25-Feb 3.8018 38.4308 1.3925 0.8655 3.5296 1.3606 5.0394
26-Feb 3.6701 31.9285 1.2707 0.9071 3.5654 1.1037 6.3004
27-Feb 3.6248 38.4898 1.3590 0.8563 3.5712 1.1659 6.6089
28-Feb 3.7379 38.4679 1.6259 0.8057 3.6771 1.4331 6.6089
1-Mar 3.6979 38.3060 1.4688 0.8268 3.5246 1.1835 6.6238
2-Mar 3.7361 36.8501 1.8479 0.7712 3.7040 1.1823 6.8424
4-Mar 3.6288 38.2590 0.5306 0.8072 3.7429 1.2239 6.6639
5-Mar 3.4804 37.7945 2.3503 0.7961 3.1419 1.1261 5.6294
6-Mar 3.8137 34.6965 1.5240 0.8597 3.5576 1.4705 4.9430
9-Mar 3.5171 34.1961 1.5734 0.8470 3.4854 1.5880 6.7703
11-Mar 3.6514 34.6515 1.4706 0.8393 3.6044 1.4360 5.1584
Rata-rata 3.7210 35.4985 1.5933 0.8384 3.5233 1.3557 5.8122
Sumber : Pengolahan Data (2019)
Grafik Persentase Kehilangan Minyak (Oil Losses)
Persentase kehilangan minyak (oil losses) pada grafik berikut menunjukkan persentase kehilangan
minyak di press cake pada tanggal 01 Februari 2019 sampai dengan 11 Maret 2019. Batas norma
kehilangan minyak yang telah ditetapkan untuk press cake adalah < 4,20 %. Persentase kehilangan
minyak di press cake pada tiga puluh hari data menunjukkan tidak ada yang melewati batas norma losses,
hal ini dapat dilihat dari Gambar 1.

Gambar 1. Persentase Kehilangan Minyak di Press Cake (Pengolahan Data,2019)

Gambar 2. memperlihatkan persentase kehilangan minyak di DCO pada tanggal 01 Februari 2019
sampai dengan 11 Maret 2019. Batas norma kehilangan minyak yang telah ditetapkan untuk DCO adalah
45 %. Persentase kehilangan minyak di DCO pada tiga puluh hari data menunjukkan tidak ada yang
melewati batas norma losses.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 197
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 2. Persentase Kehilangan Minyak di DCO (Pengolahan Data, 2019)

Gambar 3. memperlihatkan persentase kehilangan minyak di kondensat pada tanggal 01 Februari


2019 sampai dengan 11 Maret 2019. Batas norma kehilangan minyak yang telah ditetapkan untuk
kondensat adalah < 2 %. Persentase kehilangan minyak di kondensat pada tiga puluh hari data
menunjukkan bahwa terdapat lima hari data yang melewati batas norma, yaitu pada tanggal 01 Februari
2019, 13 Februari 2019, 16 Februari 2019, 20 Februari 2019 dan 05 Maret 2019. Pada tanggal 16
Februari dapat dilihat bahwa kadar losses pada air kondensat sangat tinggi, penyebab losses yang tinggi
ada beberapa faktor yaitu tekanan dan waktu perebusan.

Gambar 3. Persentase Kehilangan Minyak di Kondensat (Pengolahan Data, 2019)

Gambar 4. memperlihatkan persentase kehilangan minyak di sludge centrifuge pada tanggal 01


Februari 2019 sampai dengan 11 Maret 2019. Batas norma kehilangan minyak yang telah ditetapkan
untuk sludge centrifuge adalah < 1 %. Persentase kehilangan minyak di sludge centrifuge pada tiga puluh
hari data menunjukkan tidak ada yang melewati batas norma losses.

Gambar 4. Persentase Kehilangan Minyak di Sludge Centrifuge (Pengolahan Data, 2019)

Gambar 5. memperlihatkan persentase kehilangan minyak di emphty bunch before press pada
tanggal 01 Februari 2019 sampai dengan 11 Maret 2019. Batas norma kehilangan minyak yang telah
ditetapkan untuk emphty bunch before press adalah < 4 %. Persentase kehilangan minyak di emphty
bunch before press pada tiga puluh hari data menunjukkan tidak ada yang melewati batas norma losses.

198 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Emphty Bunch Before Press (<4 %)


4.2

3.5

Losses (%)
2.8

2.1

1.4

0.7

0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Data

Gambar 5. Persentase Kehilangan Minyak di Emphty Bunch Before Press (Pengolahan Data, 2019)

Gambar 6. memperlihatkan persentase kehilangan minyak di emphty bunch press pada tanggal 01
Februari 2019 sampai dengan 11 Maret 2019. Batas norma kehilangan minyak yang telah ditetapkan
untuk emphty bunch press adalah < 2 %. Persentase kehilangan minyak di emphty bunch press pada tiga
puluh hari data menunjukkan bahwa terdapat satu hari data yang melewati batas norma, yaitu pada
tanggal 02 Februari 2019.

Gambar 6. Persentase Kehilangan Minyak di Emphty Bunch Press (Pengolahan, 2019)

Gambar 7. memperlihatkan persentase kehilangan minyak di emphty bunch liquor pada tanggal 01
Februari 2019 sampai dengan 11 Maret 2019. Batas norma kehilangan minyak yang telah ditetapkan
untuk emphty bunch liquor adalah < 7,5 %. Persentase kehilangan minyak di emphty bunch liquor pada
tiga puluh hari data menunjukkan tidak ada yang melewati batas norma losses.

Gambar 7. Persentase Kehilangan Minyak di Emphty Bunch Liquor (Pengolahan Data, 2019)

SIMPULAN
Persentase rata-rata kehilangan minyak pada proses pengolahan TBS menjadi CPO di PT. PP
London Sumatera Indonesia, Tbk. Gunung Melayu POM selama 30 hari adalah pada press cake sebesar
3,7210 %, pada DCO sebesar 35,4985 %, pada kondensat sebesar 1,5933 %, pada sludge centriduge

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 199
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

sebesar 0,8384 , pada emphty bunch before press sebesar 3,5233 %, pada emphty bunch press sebesar
1,3557 % dan pada emphty bunch liquor sebesar 5,8122 %. Kehilangan minyakpada proses pengolahan
TBS menjadi CPO di PT PT. PP. London Sumatera Indonesia, Tbk. Gunung Melayu POM sudah
memenuhi standar bila dilihat dari rata-rata losses setiap sampelnya, hanya terdapat beberapa sampel
pada hari tertentu yang mengalami losses melebihi batas norma yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Potensi kerugian dalam rupiah akibat kehilangan minyak pada proses pengolahan TBS menjadi CPO di
PT. PP. London Sumatera Indonesia, Tbk. Gunung Melayu POM yaitu dihitung pada sampel-sampel
yang melewati batas norma diantaranya yaitu pada sampel kondensat pada tanggal 01 Februari 2019
dengan oil losses 4,3527 % potensi kerugiannya Rp. 29.272. Sampel kondensat pada tanggal 13 Februari
2019 dengan oil losses 17,9785 % potensi kerugiannya Rp.120.905. Sampel kondensat pada tanggal 16
Februari 2019 dengan oil losses 93,2338 % potensi kerugiannya Rp.626.997. Sampel kondensat pada
tanggal 20 Februari 2019 dengan oil losses 5,7752 % potensi kerugiannya Rp.38.838. Sampel kondensat
pada tanggal 05 Maret 2019 dengan oil losses 4,3457 % potensi kerugiannya Rp. 27.487. Sampel emphty
bunch press padatanggal 02 februari 2019 dengan Oil losses 2,0285 % potensi kerugiannya Rp.13.642.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Masykur. 2013. Pengembangan Industri Kelapa Sawit Sebagai Penghasil Energi Bahan Bakar
Alternatif Dan Mengurangi Pemanasan Global (Studi di Riau Sebagai Pengahasil Kelapa Sawit
Terbesar di Indonesia). Malang : Universitas Kanjuruan.
[2] Wahyudi, Joto, dkk. 2012. Analisis Oil Losses Pada Fiber Dan Broken Nut Di Unit Screw Press
Dengan Variasi Tekanan. Yogyakarta : INSTIPER.
[3] Ermawati, Tuti & Yeni Saptia. 2013. Kinerja Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia. Jakarta Pusat :
Pusat Penelitan Ekonomi LIPI.
[4] Soraya, Noni. 2013. Mengenal Produk Pangan Dari Minyak Sawit. Bogor : IPB Press.
[5] Pahan, Iyung. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Depok : Penebar Swadaya.
[6] Devani, Vera & Marwiji. 2014. Analisis Kehilangan Minyak Pada Crude Palm Oil (CPO) Dengan
Menggunakan Metode Statistical Process Control. Pekanbaru : UIN Sultan Syarif Kasim.

200 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Perhitungan Kebutuhan Bahan Bakar Cangkang Sawit Dan Tongkol


Jagung Pada Unit Thermal Oil Heater Di PT Shamrock Manufacturing
Corpora

Rosmiati1, Donda2, Adil Barus3, M. Fachrydzi4

1,2,3,4
Politeknik Teknologi Kimia Industri
1
metty@ptki.ac.id, 2donda@ptki.ac.id

ABSTRAK
Industri pabrik sarung tangan PT. Shamrock Manufacturing Corpora menggunakan cangkang
kelapa sawit dan tongkol jagung sebagai bahan bakar pada unit Thermal oil heater untuk
memperoleh panas yang digunakan dalam proses pengeringan (Drying). Nilai kalor bahan bakar
dihitung dengan mengetauhi komposisi tiap-tiap bahan bakar dengan menggunakan persamaan-
persamaan yang ada dari literatur, perhitungan konsumsi bahan bakar, dan effisiensi dari bahan
bakar terhadap thermal oil heater. Tongkol jagung yang merupakan limbah biomassa ternyata
memiliki nilai kalor tinggi atau (high heating value/HHV) sebesar 4533,7176 Kkal/Kg dan nilai
kalor rendah atau (Low heating value/LHV) sebesar 4130,4055 Kkal/Kg. Sehingga merupakan
sumber energi baru yang terbarukan untuk di optimalkan pemanfaatannya. Cangkang kelapa
sawit memiliki nilai kalor tinggi atau (high heating value/HHV) sebesar 3457,4232 Kkal/kg dan
nilai kalor rendah atau (Low heating value/LHV) sebesar 3378,3733 Kkal/Kg. Nilai kalor yang
terkandung dari pencampuran bahan bakar cangkang kelapa sawit dan tongkol jagung dengan
perbandingan 3 : 1 yaitu nilai kalor tinggi atau (high heating value/HHV) yaitu sebesar
3642,9276 Kkal/Kg dan nilai kalor rendah atau (low heating value/LHV) sebesar
3239,0448Kkal/Kg. Jumlah bahan bakar yang dibutuhkan untuk mendapatkan tekanan proses
sebesar 1,5 bar dengan suhu 250 oC dengan volume thermal fluid 10.500 l/jam adalah cangkang
sawit sebesar 972,9581 Kg bahan bakar/jam dan tongkol jagung sebesar 324,3193 Kg bahan
bakar/jam. Pemanfaatan energi dari limbah biomassa ini, sangat diperlukan oleh industri-industri
yang suplai energi nya bergantung kepada batu bara dan BBM (bahan bakar minyak).
Kata kunci : Thermal oil heater, Tongkol jagung, Cangkang kelapa sawit, (High heating
value/HHV), (Low heating value/LHV)

1. PENDAHULUAN
PT.Shamrock Manufacturing Corpora adalah salah satu perusahaan atau pabrik pengolahan lateks
menjadi sarung tangan karet. Bahan baku diperoleh dari luar yang sudah memiliki kualitas yang bagus
dan siap untuk diolah. Oleh karena itu kelancaran proses pengolahan sangat tergantung pada kondisi
peralatan yang digunakan, dimana pabrik ini menggunakan mesin dryring sebagai alat pengering sarung
tangan guna memenuhi kebutuhan pada proses pengolahannya. Dimana mesin dryring menggunakan
bahan pemanas yaitu panas yang berasal dari Thermal oil heater. Thermal oil heater adalah mesin
pengahasil panas dan lebih berfungsi sebagai penghantar panas dengan mempergunakan thermal fluid
(media oil) dalam pipa yang dirancang spiral di dalam tabung pemanas yang di desain sedemikian rupa
yang kemudian dipanaskan api yang bersumber dari burner dengan bahan bakar tertentu. Temperatur
yang dihasilkan oleh thermal oil heater ini bisa mencapai lebih dari 300oC. (Muhammad Afdillah, 2010).
Bahan bakar yang digunakan di PT.Shamrock Manufacturing Corpora adalah cangkang kelapa sawit
dan tongkol jagung dengan perbandingan 3 : 1. Cangkang merupakan limbah dihasilkan dari
pemerosesan kernel inti sawit dengan bentuk seperti tempurung kelapa, mempunyai kalor 3500 kkal/kg –
4100 kkal/kg. Pada bahan bakar cangkang kelapa sawit ini terdapat berbagai unsur kimia antara lain:
Karbon 51,14%, Hidrogen 3,36%, Nitrogen 1,6%, Oksigen 43,3%, Abu 0,5% dan Kadar Air 7,5 %.
Tongkol jagung merupakan limbah pertanian yang jumlahnya terus meningkat. Tongkol jagung selain
sifatnya sebagai limbah juga memiliki nilai kalor yang tinggi yaitu sebesar 3500 – 4500 kkal/kg.
Komposisi elemnter tongkol jagung, yaitu: Karbon = 48,22%, Hidrogen = 6,2%, Nitrogen = 1,57%,

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 201
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Oksigen = 42,94 , Sulfur = 0,13 %, Abu 4,3 %, dan Kadar Air 6,2 %. Tongkol jagung memiliki hidrogen
yang cukup tinggi sehingga dapat dipakai untuk membantu proses pembakaran cangkang kelapa sawit
Dalam bentuk arang (Charcoal), efektifitas penggunaan energi tongkol jagung dapat ditingkatkan
(Effendi dan Sulistiati, 1991). Proses pembentukan arang ( Karbonisasi ) menggunakan prinsip dasar
proses pirolisa cepat/karbonisasi cepat, dimana terjadi proses pembakaran pada suhu berkisar 150 – 900 o
C dengan udara sangat terbatas. Jumlah bahan bakar yang dibutuhkan untuk menghasilkan panas sesuai
kebutuhan pengeringan harus konstan. Dengan demikian Thermal fluid (mineral oil) dapat dipakai secara
tidak berlebihan dan menghindari kekurangan pemasukan themal fluid (mineral oil) sehingga proses
dapat berjalan dengan baik dan dapat menunjang kelancaran proses produksi. (Antonio, 2011). Dengan
demikian, mengingat begitu pentingnya panas dari thermal oil heater pada proses produksi, sehingga
digunakan alat untuk menghasilkan panas yang tinggi pada pabrik sarung tangan . Thermal oil heater
merupakan suatu alat yang berfungsi untuk memanaskan oli atau dapat disebut juga sebagai peralatan
pemanas oli. Thermal oil heater terdiri dari beberapa bagian diantaranya, burner untuk memanaskan oil,
blower yang berfungsi untuk menyuplai udara dari luar dan pipa untuk mengalirkan fluida oil. Thermal
oil atau thermal fluid digunakan untuk membawa energi pada aplikasi pemanasan, industri processing
dan juga pendinginan mesin - mesin industri. Thermal oil paling sesuai digunakan pada aplikasi bersuhu
tinggi di mana kondisi operasi paling optimal berada di antara 150ºC sampai 350ºC.

2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN


Praktek kerja ini dilaksanakan di PT. Shamrock Manufacturing Corpora terletak di pasar 4 Jalan
Raya Medan, Kab Deli Serdang, Sumatera Utara. Praktek kerja ini dilaksanakan mulai tanggal 01 Juni
2018 S/d 31 Agustus 2018.

3. PENGUMPULAN DATA DAN SPESIFIKASI ALAT


Metode ini merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan di tempat penelitian / melakukan
kegiatan penelitian dilapangan.
Cara pengumpulan data ini ada dua yaitu :
a) Metode Wawancara
Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan wawancara atau tanya jawab secara langsung
dengan karyawan atau mandor lapangan tentang parameter dari Thermal Oil Heater serta kinerja dari
pada Thermal Oil Heater.
b) Metode Observasi
Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung dilapangan terhadap objek
yang akan diteliti.
Spesifikasi Alat
Thermal Oil Heater yang digunakan pada PT. Shamrock Manufacturing Corpora adalah jenis
vertical execution dengan spesifikasi sebagai berikut :
Data Spesifikasi Ketel Uap
Merek : Blaze
Tipe : VTO (with burners)
Tekanan Maksimal : 2 Bar
Tekanan Kerja : 1,5 Bar
Laju Thermal Fluid : 10.000 Kg/jam
Effisiensi : 85 %
Temp. Thermal Fluid : 250 0C
Thermal Fluid : Hot/MieralOil
Bahan Bakar :
-Cangkang :75 %
- Tongkol Jagung : 25%
Serial No. : 1078
Year Built : 1999

202 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Tabel 3. Data Operasi Unit Thermal Oil Heater

Tabel 4. Komposisi Bahan Bakar Cangkang Kelapa Sawit dan Tongkol Jagung

Analisa Data
Perhitungan Nilai Kalor Bahan Bakar Cangkang Kelapa Sawit
a. Perhitungan nilai kalor tinggi (High Heating Value/HHV)
HHV = 33950C+144200(H2- )+9400S[Kj/Kg]

HHV = 33.950(51,14%)+144.200(3,36% - )+9400(0) [Kj/Kg]

HHV = 17.362,03+144.200(0,0336 - )+9400(0) Kj/Kg


HHV = 17.362,03+144200(0,0336-0,0541)+0 Kj/Kg
HHV = 17.362,03+ (-2956,1)+0 Kj/Kg
HHV = 14.405,93 Kj/Kg
HHV = 14.405,93 Kj/Kg x 0,24 Kkal/Kg
HHV = 3457,4232 Kkal/Kg

b. Perhitungan nilai kalor rendah (Low Heating Value/LHV)


LHV = HHV-2411(M+9H2) [Kj/Kg]
LHV = 14.405,93 Kj/Kg-2411(7,5%+93,36%) Kj/Kg
LHV = 14.405,93 Kj/Kg-2411(0,075+0,3024) Kj/Kg
LHV = 14.405,93 Kj/Kg-2411(0,3774) Kj/Kg
LHV = 13.496,02 Kj/Kg
LHV = 13.496,02 Kj/Kg x 0,24 Kkal/Kg
LHV = 3239,0448 Kkal/Kg
Perhitungan Nilai Kalor Bahan Bakar Tongkol Jagung
a. Perhitungan nilai kalor tinggi (High Heating Value/HHV)
HHV = 33950C+144200(H2- )+9400S[Kj/Kg]

HHV = 33.950(48,22%)+144.200(6,2% - )+9400(0,13) Kj/Kg


HHV = 16.370,69+144.200(0,062-0,053)+1222 Kj/Kg

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 203
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

HHV = 16.370,69+144200(0,009)+1222 Kj/Kg


HHV = 16.370,69+1297,8+1222 Kj/Kg
HHV = 18.890,49 Kj/Kg
HHV = 18.890,49 Kj/Kg x 0,24 Kkal/Kg
HHV = 4533,7176 Kkal/Kg
b. Perhitungan nilai kalor rendah (Low Heating Value/LHV)
LHV = HHV-2411(M+9H2) [Kj/Kg]
LHV = 18.890,49 Kj/Kg-2411(0,139%+9(6,2%) Kj/Kg
LHV = 18.890,49 Kj/Kg-2411(0,139+0,0558) Kj/Kg
LHV = 18.890,49 Kj/Kg-2411(0,697) Kj/Kg
LHV = 17.210,023 Kj/Kg
LHV = 17.210,023 Kj/Kg x 0,24 Kkal/Kg
LHV = 4130,4055 Kkal/Kg
Perhitungan Perbandingan dan Komposisi Bahan Bakar Cangkang dan Tongkol Jagung
Untuk memperoleh pembakaran sempurna komponen utama yang terkandung dalam bahan bakar
seperti unsur karbon, hidrogen, dan campuran lainnya mudah terbakar dengan oksigen dari udara untuk
menghasilkan panas. Dalam proses pembakaran komponen ini terbakar menjadi karbondioksida dan uap
air. Perbandingan campuran bahan bakar yang digunakan untuk cangkang dan tongkol jagung adalah 3:1,
yaitu cangkang kelapa sawit 75% dan tongkol jagung 25% maka komposisi bahan dalam 1 Kg bahan
bakar setelah dicampur adalah:

C : 0,75(51,14%) + 0,25(48,22%) = 50,35% = 0,5035 Kg


H2 : 0,75(3,36%) + 0,25(6,2%)= 4,07% = 0,0407 Kg
O2 : 0,75(43,3%) + 0,25(42,94%) = 43,21% = 0,4321 Kg
N2 : 0,75(1,65%) + 0,25(1,75%) = 1,67% = 0,0167 Kg
S : 0,75(0%) + 0,25(0,13%) = 0,03% = 0,0003 Kg
Ash: 0,75(0,5%) + 0,25(4,3) = 1,45% = 0,0145 Kg +
Total =100% = 1000 Kg. = 1,0000 Kg
Perhitungan Kalor Bahan Bakar Cangkang Kelapa Sawit dan Tongkol Jagung (Kalor Campuran)
a. Perhitungan nilai kalor tinggi (High Heating Value/HHV)
HHV = 33950C+144200(H2- )+9400S[Kj/Kg]

HHV = 33.950(50,35%)+144.200(4,07% - )+9400(0,03%) Kj/Kg


HHV = 17.095,5225+144.200(0,047-0,0540)+3,0555 Kj/Kg
HHV = 17.095,5255+(-1919,6625)+3,0555 Kj/Kg
HHV = 15.178,8650 Kj/Kg
HHV = 15.178,8650 Kj/Kg x 0,24 Kkal/Kg
HHV = 3642,9276 Kkal/Kg
b.Perhitungan nilai kalor rendah (Low Heating Value/LHV)
LHV = HHV-2411(M+9H2) [Kj/Kg]
LHV = 15.178,8650 Kj/Kg-2411(9,09%+9(4,07%) Kj/Kg
LHV = 18.890,49 Kj/Kg-2411(0,0909+0,3663) Kj/Kg
LHV = 18.890,49 Kj/Kg- 1102,3092 Kj/Kg
LHV = 14.076,5558 Kj/Kg
LHV = 14.076,5558 Kj/Kg x 0,24 Kkal/Kg
LHV = 3378,3733 Kkal/Kg
Perhitungan Kalor Yang Dibutuhkan Thermal Fluid (untuk Data
Q = m.CpThermal Fluid.ΔT
Q = 10.479 Kg/jam x 1,58 Kj/KgoK x (523-298) oK
Q = 17.290,35 Kj/oK Jam x 225oK
Q = 3.725.284,50 Kkal/jam
Perhitungan Kebutuhan Bahan Bakar Berdasarkan Rumus Effisiensi Thermal Oil Heater Secara
Langsung

ղ = x 100%

204 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

85% =
0,85 =
0,85 mbb x 3378,3733 Kkal/Kg = 3.725.284,50 Kkal/jam
2871,6173 Kkal/kg mbb =3.725.284,50 Kkal/jam
Mbb = 1297,2775 Kg/jam Cangkang kelapa sawit yang dibutuhkan = 75 % x 1297,2775 Kg/jam=
972,9581 Kg/jam
Tongkol jagung yang dibutuhkan = 25 % x 1297,2775 Kg/jam=324,3193 Kg/jam.
Jadi jumlah bahan bakar yang dibutuhkan untuk mendapatkan tekanan proses sebesar 1,5 bar
dengan suhu 250oC, volume thermal fluid untuk data 1 (10.500 l/jam) adalah cangkang sawit sebesar
972,9581 Kg bahan bakar/jam dan tongkol sebesar 324,3193 Kg bahan bakar/jam.
Pembahasan
Thermal Oil Heater adalah alat pemanas yang dapat digunakan sebagai sumber tenaga panas
dengan mempergunakan thermal fluid sebagai media penghantar panas. Pada pabrik PT. Shamrock
Manufacturing Corpora Thermal fluid yang digunakan adalah thermal fluid jenis mineral oil yang berasal
dari potongan pelumas yang diolah lebih lanjut dan dipilih visikositas dan stabilitasnya sesuai dengan
kondisi operasinya. Bahan bakar merupakan bagian penting dari perangkat proses, bahan bakar adalah
suatu material yang dapat menghasilkan energi panas melalui proses pembakaran. Proses pembakaran
pada dasarnya adalah proses oksidasi bahan bakar dengan oksigen dari udara.
Perbandingan bahan bakar yang digunakan oleh PT. Shamrock Manufacturing Corpora untuk
memperoleh panas pada unit thermal oil heater yaitu, cangkang kelapa sawit dan tongkol jagung sebesar
3 : 1 dimana dari hasil analisa perhitungan yang dilakukan dibutuhkan cangkang kelapa sawit sebesar
972,9581 Kg dan tongkol jagung sebesar 324,3193 Kg untuk menghasilkan panas sebesar 3.725.284,50
Kkal/jam. Dimana nilai kalor tinggi atau HHV dari cangkang kelapa sawit sebesar 3457,4232 dan nilai
kalor rendah LHV sebesar 3239,0448 Kkal/Kg, sedangkan tongkol jagung memiliki nilai kalor tinggi atau
HHV sebesar 4533,7176 Kkal/Kg dan nilai kalor rendah atau LHV sebesar 4130,4055 Kkal/kg.
Sementara pada saat terjadi pencampuran bahan bakar antara cangkang kelapa sawit dan tongkol jagung
dengan perbandingan 3 : 1 diperoleh nilai kalor tinggi atau HHV sebesar 3642,9276 Kkal/Kg dan nilai
kalor rendah atau LHV sebesar 3378,3733 Kkal/Kg. Dari perhitungan yang dilakukan dapat diketauhi
nilai kalor dari tongkol jagung dapat meningkatkan nilai kalor dari pada cangkang kelapa sawit, sehingga
diperoleh nilai kalor tinggi dan nilai kalor rendah yang lebih tinggi untuk bahan bakar campuran
cangkang kelapa sawit dan tongkol jagung dengan perbandingan 3 : 1 pada unit thermal oil heater.

5. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan dan perhitungan analisa data praktek kerja lapangan maka
penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai kalor yang terkandung dari pencampuran bahan bakar cangkang kelapa sawit dan tongkol
jagung dengan perbandingan 3:1 yaitu nilai kalor tinggi atau (High Heating Value/HHV) yaitu
sebesar 3.642,9276 Kkal/Kg dan nilai kalor rendah (Low Heating Value/LHV) yaitu sebesar
3.378,3733 Kkal/Kg.
2. Jumlah bahan bakar yang dibutuhkan untuk menghasilkan panas sebesar 3.725.284,50 Kkal/jam
yaitu cangkang kelapa sawit sebesar 972,9581 Kg dan tongkol jagung sebesar 324,3193 Kg.
Saran
Menurut penulis pengaturan suhu outlet yang mencapai 250 – 300 oC pada hermal oil heater di PT.
Shamrock Manufacturing Corpora seharusnya digunakan thermal fluid jenis synthetic oil mengingat
kesetabilan dalam pemanasan dan titik didih yang lebih tinggi dari pada thermal fluid jenis mineral oil
yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA
Afdillah Muhammad. 2010. Studi Perbandingan Thermal Oil Heater Sebagai Alat Penghasil Panas.
Surabaya. Institute Teknologi Surabaya.
Agung putu susastriawan, A. 2011. Perpindahan Panas & massa: konduksi. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada.
Akbar, T, dkk. 2013. Seleksi Projeni Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg) dari hasil

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 205
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

persilangan tahun 2001-2003 sebagai penghasil lateks dan kayu. Medan: Universitas Sumatera
Utara.
Antonio. 2011. Thermal Oil Guide. Surabaya: Alpha Omega Proses Heating & Cooling.
Buwche, Frederick J. 2006. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.
Cheman, Y.B. 1999. Composition and Thermal Profile of mineral Oil and Its Products. Malaysia :
University Putra Malaysia.
Hasibuan Harry Christian, Napitupulu Farel H.. 2013. Analisa Pemakaian Bahan Bakar Dengan
Melakukan Pengujian Nilai Kalor Terhadap Performansi Ketel Uap Tipe Pipa Air Dengan
Kapasitas Uap 60 Ton/Jam. Medan: Departemen Teknik mesin Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara
Jose Carlos Oliveira Santos. 2006. Specific Heat capacity Of some Mineral, Synthetic And Semi-
Synthetic Automotive Lubricant Oils After Themal Degradation. India: Chemical Technology
An Indian Jurnal.
Kern, Donald. Q. 1950. Proses Heat Transfer. New York: Mc Graw-Hi Book Company
Manurung, dkk. 2004. Kajian Konsektual Thermal Dan Panas. Jakarta: Lembaga Penerbit UI
Maynard, L.A, J.K. Loosli, H.F. Hintz dan R.E Warner. 2009. Animal Nutrition edisi 7. New Dehli: Tata
McGraw Hill Publishing.
Muin A. Syamsir. 1988. Pesawat-Pesawat Konversi Energi I Edisi pertama. Jakarta: CV. Rajawali
Rachmawan, Obin. 2001. Modul Keahlian Teknologi Hasil Pertanian Penanganan Susu Segar. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
Rowell, Roger. M. 2012. Handbook Of Wood Chemistry and Wood Composite. United States Of
America: CRC Press.
Simatupang, Fajar Fransiskus. 2013. Maintenance Hot Oil Boiler Kapasitas 1865000 kcal/h di PT.
Yudhistira Energy Group: Fakultas Teknik Mesin, Universitas Sumatera Utara.
Singer, R. 1991. Komponen-Komponen Bahan Bakar Dan Proses Pembakaran. Jakarta: Gelora
Wijacksana.
Untoro Budi Surono. 2010. Peningkatan Kualitas Pembakaran Biomassa Limbah Tongkol Jagung sebagai
Bahan Bakar Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Pembriketan.Yogyakarta: Fakultas
Teknik Universitas Janabadra.
Widiyanto, A. 2011. Kualitas Papan Partikel Kayu Karet (Hevea Brasilensis Muell. Arg) dan Bambu Tali
dengan Perekat Likuida Kayu. Ciamis: Balai Penelitian Teknologi Agroforestry.
Https://id.m.wikipedia.org/wiki/2017/perpindahan_panas.

206 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP EFISIENSI KERJA


PEGAWAI DI DINAS SUMBER DAYA AIR CIPTA KARYA DAN
TATA RUANG PROVINSI SUMATERA UTARA

Ratna Sari Dewi

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia


Email : rsari9695@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan pada kantor Dinas Sumber Daya Air Cipta Karyapun penelitian in Dan
Tata Ruang Provinsi Sumatera Utara yang beralamat di jalan Sakti Lubis. Adapun populasi
penelitian ini adalah seluruh pegawai Dinas Sumber Daya Air Cipta Karya dan Tata Ruang
Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 250 orang. Apabila subjeknya kurang dari seratus dapat
diambil semua sebagai sampel penelitian sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi,
selanjutnya apabila subjeknya lebih dari seratus dapat diambil 10-15% atau 20-25% dari jumlah
populasi. Maka jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 50 orang atau 20% dari jumlah
populasi.Untuk mengetahui tingkat signifikan pengaruh motivasi terhadap efesiensi kerja
pegawai dilakukan uji hipotesa terhadap r dengan langkah – langkah Ho: p≠0 ,H1 : p≠1, 1).
Menentukan taraf nyata a = 5% 2). Menentukan uji statistik uji r tabel dengan n = 50. Diketahui
bahwa berdasarkan pengoahan data hasil r tabel product moment dengan n = 50 dan taraf
kepercayaan 95% atau kesalahan 5% adalah 0,279 dengan r hitung 0,778 > r tabel 0,279. Dengan
demikian hipotesis yang diajukan dapat diterima yang diajukan dapat diterima, yaitu dengan
adanya motivasi dapat meningkatkan efesiensi kerja pegawai di Dinas Sumber Daya Air Cipta
Karya dan Tata Ruang Provinsi Sumatera Utara.
Kata Kunci : Pengaruh motivasi, efesiensi kerja pegawai

ABSTRACT
This research was conducted at the office of the Cipta Karya Water Resources Office and the
research in Spatial Planning of North Sumatra Province, located at Jalan Sakti Lubis. The
population of this study is all employees of the Cipta Karya and Spatial Water Resources Office
of North Sumatra Province, totaling 250 people. If the subjects are less than one hundred, all of
them can be taken as research samples so that the research is population research, then if the
subjects are more than one hundred, they can be taken 10-15% or 20-25% of the total
population. Then the number of samples in this study amounted to 50 people or 20% of the total
population. To find out the significant level of influence of motivation on employee work
efficiency, a hypothesis test on r is performed with the steps Ho: p ≠ 0, H1: p ≠ 1, 1). Determine
the real level of a = 5% 2). Determine the test statistic r test table with n = 50. It is known that
based on processing the results of the r product moment table with n = 50 and the level of
confidence of 95% or 5% error is 0.279 with r count 0.778> r table 0.279. Thus the hypothesis
proposed can be accepted that the proposal can be accepted, namely the existence of motivation
can improve the work efficiency of employees in the Office of Water Resources Cipta Karya and
Spatial Planning of North Sumatra Province.
Keywords: Influence of motivation, employee work efficiency

PENDAHULUAN
Sumber daya manusia dalam sebuah organisasi merupakan penentu atau komponen utama dalam
keefektifan kegiatan dalam mencapai keberhasilan yang efesien. Organisasi dalam mencapai tujuannya,
faktor yang paling penting adalah sumber daya manusia. Karena sebaik apapun sebuah organisasi,
sebanyak apapun sarana prasarana yang dimiliki, tanpa adanya peranan dari sumber daya manusia untuk

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 207
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

mengelolanya semua itu tidak akan berjalan dengan baik, karena sumber daya manusia yang berperan
sebagai motor penggerak bagi kehidupan organisasi. Manusialah yang mengatur dan mengelola saran
prasarana yang ada dalam organisasi. Sumber daya manusia memiliki andil besar dalam menentukan
maju atau berkembangnya suatu organisasi.
Produktivitas organisasi akan efesien apabila pegawai termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya.
Motivasi merupakan proses psikologi yang membangkkitkan dan mengarahkan prilaku pegawai pada
pencapaian tujuan atau goal direction behavior, pegawai yang termotivasi akan menjalankan tugas
dengan baik untuk mencapai tujuan mereka, dan tujuan organisasi.
(Sondang,2015;287), bahwa dengan motivasi yang tepat para karyawan akan terdorong untuk
berbuat semaksimal mungkin dalam melaksanakan tugasnya karena yakin bahwa dengan keberhasilan
organisasi mencapai tujuan dan sasarannya kepentingan – kepentingan pribadi anggota organisasi
tersebut akan ikut terpelihara juga. Oleh karena itu bagian pengelolaan sumber daya manusia mutlak
perlu memahami motivasi dalam usahanya untuk memelihara hubungan yang harmonis dengan seluruh
anggota organisasinya. Kepuasan kerja pegawai yang telah termotivasi untuk bekerja yang nantinya akan
membantu mereka dalam mencapai produktivitas kerja yang efesien.Efesiensi kerja merupakan suatu
prinsip dasar untuk melakukan setiap kegiatan suatu organisasi dengan tujuan untuk dapat memperoleh
hasil yang dikehendaki dengan usaha yang seminimal mungkin sesuai dengan standar yang ada. Dimana
usaha yang seminimal mungkin dikaitkan dalam hubunganyya dengan pemakaian tenaga jasmani,
pikiran,waktu,ruang,benda dan uang.Efesiensi kerja biasanya berkenaan hubungan antara produkyang
dihasilkan,kelayakan,ketaatan atas peraturan yang berlaku. Menurut Sedarmayanti,(2001), efesiensi kerja
adalah perbandingan terbaik antara suatu pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh
pekerjaan tersebut sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam hal mutu maupun hasilnya yang meliputi
pemakaian waktu yang optimal dan kualitas acara kerja yang maksimal.
Dalam hal ini pemerintah sebagai organisasi publik bekerja untuk melayani dan memenuhi kebutuhan
masyarakat pada umumnya sesuai dengan aturan dan kebijakan publik. Salah satu faktor utama untuk
meningkatkan kinerja Aparat Sipil Negara adalah dengan meningkatkan motivasi kerja pegawai.
Motivasi merupakan dorongan yang ada untuk menjalankan tugas dengan baik, giat dan jujur
sebagaimana seharusnya. Dengan motivasi kerja yang tepat Aparat Sipil Negara akan mudah
menciptakan suasana kerja yang nyaman serta penuh tanggung jawab dalam mencapai hasil kerja yang
efesien.
Dalam kaitannya terhadap dinas Sumber Daya Air Cipta Karya Dan Tata Ruang Provinsi Sumatera
Utara tentu merupakan sebuah organisasi yang memiliki sumber daya manusia yang erat dengan berbagai
tugas dan tanggung jawab yang besar, mengingat motivasi merupakan hal yang sangaat mempengaruhi
pegawai dalam menjalankan tugas beserta tanggungjawab dalam mencapai tujuan organisasi.

METODE
Metode yang digunakan adalah analisis data yaitu :
1.Metode deskriptif yaitu digunakan untuk mengumpulkan,mengkrarifikasikan dan menggambarkan data
– data sehingga dapat memberikan gambaran umum yang dijadikan sebagai sampel penelitian.
2.Metode deduktif yaitu suatu penarikan kesimpulan yang bertitik tolsk dari prinsip – prinsip dimana
kebenaran telah diterima secara umum, serta membandingkan fakta yang ada dengan praktek sebagai
kesimpulan khusus sehingga diperoleh gambaran penyimpangan maupun penyesuaian antara keduanya.
Untuk mengetahui hubungan antara motivasi kerja (variabel X) terhadap efesiensi kerja (variabel Y),
digunakan metode analisis korelasi product moment.
n Σ xy – ( Σx) (Σy)
rxy =
{nΣx2 – (Σx)2} { nΣy2 – (Σy)2}

Keterangan :
n = Sampel
X = Motivasi Kerja
Y = Efesiensi Kerja
xy = Product moment variabel x dan y
rxy = Koefesien dankorelasi antara variabel x dan y
Untuk mengetahui tingkat signifikan motivasi kerja terhadap efesiensi kerja dilakukan uji hipotesa
terhadap r dengan langkah – langkah sebagai berikut :
1.Menentukan hipotesa
Ho : p ≠ O
H1 : p ≠ O

208 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Ho = Motivasi kerja tidak memiliki pengaruh terhadap efesiensi kerja pegawai di Dinas Sumber Daya
Air Cipta Karya dan Tata Ruaang Provinsi Sumatera Utara
H1 = Motivasi kerja memiliki pengaruh terhadap efisiensi kerja pegawai di Dinas Sumber Daya Air
Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Sumatera Utara.
2. Menentukan Taraf nyata α = 5%
3.Menentukan uji statistik uji t : n = 27

r n-2
Dengan rumus : t=
1 – r2
Dimana untuk menguji hipotesa, maka harga nilai t hitung dikonsultasikan dengan harga t tabel
dengan ketentuan apabila r hitung lebih tau sama dengan r tabel maka hipotesa yang diajukan (H1)
diterima.

HASIL
Untuk melihat adanya hubungan/korelasi antar variabel bebas (X) motivasi terhadap variabel terikat
(Y) efisiensi kerja pegawai, makaakan dilakukan pengujian dengan menggunakan analisa data korelasi
product moment sebagai berikut :

Tabel 1. Tabulasi Data Variabel (X) Motivasi Dan Variabel (Y) Efisiensi Kerja Pegawai
No X Y X² Y² XY
1 75 74 5625 5476 5550
2 75 75 5625 5625 5625
3 75 73 5625 5329 5475
4 72 75 5184 5625 5400
5 71 75 5041 5625 5325
6 75 75 5625 5625 5625
7 74 74 5476 5476 5476
8 75 73 5625 5329 5475
9 75 75 5625 5625 5625
10 75 75 5625 5625 5625
11 74 75 5476 5625 5550
12 70 57 4900 3249 3990
13 74 75 5476 5625 5550
14 75 75 5625 5625 5625
15 71 61 5041 3721 4331
16 75 75 5625 5625 5625
17 72 75 5184 5625 5400
18 75 75 5625 5625 5625
19 72 75 5184 5625 5400
20 75 75 5625 5625 5625
21 75 75 5625 5625 5625
22 70 55 4900 3025 3850
23 75 75 5625 5625 5625
24 72 60 5184 3600 4320
25 75 75 5625 5625 5625
26 75 75 5625 5625 5625
27 75 73 5625 5329 5475
28 72 67 5184 4489 4824
29 75 75 5625 5625 5625
30 71 57 5041 3249 4047
31 75 75 5625 5625 5625
32 72 59 5184 3481 4248
33 75 75 5625 565 5625
34 75 74 5625 5476 5550
35 71 65 5041 4225 4615
36 75 75 5625 5625 5625
37 75 75 5625 5625 5625

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 209
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

38 70 57 4900 3249 3990


39 75 75 5625 5625 5625
40 75 74 5625 5476 5550
41 71 57 5041 3249 4047
42 72 59 5184 3481 4248
43 71 75 5041 5625 5325
44 75 75 5625 5625 5625
45 75 75 5625 5625 5625
46 75 75 5625 5625 5625
47 75 75 5625 5625 5625
48 75 75 5625 5625 5625
49 75 55 5184 3025 3960
50 72 75 5625 5625 5625
Jumlah 3684 3549 271596 254309 261971

Σx = 3684, Σy = 3549, Σx2 = 271596, Σ = 254309


Σxy = 261971, N= 50
N.ΣXY – (ΣX)(ΣY)
Rxy =
{ N.ΣX2 – (ΣX)2} {N.ΣY2 – (ΣY)2}

50,261971 – (3684)(3549)
rxy =
{ 50.271596 – (3684)2}{50.254309 – (3549)2}

13098550 - 13074516
rxy =
(13579800 – 13571856)(12715450 – 12595401)

24034
rxy =
(7944)(120049)

24034
rxy =
953669256

24034
rxy =
30881.53
rxy = 0.7782
rxy = 0.78

Untuk melihat tingkat kategori interprestasi koefesien korelasi dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :

Tabel 2. Tingkat Kategori Interprestasi Koefisien Korelasi


Interval Koefesien Tingkat Hubungan
0.1 – 0.33 Lemah
0.34 – 0.66 Sedang
0.67 – 0.99 Kuat
- Sempurna

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat korelasi antara motivasi (variabel X) dengan
efisiensi kerja (variabel Y) berada pada tingkat yang kuat yaitu 0.78 atau berada dianatara 0.66 – 0.99.
Untuk mengetahui signifikan nilai atau tidak maka perlu diuji signifikannya dengan menggunakan r tabel.
Dalam r tabel untuk n – 50 dan taraf kesalahan 5% maka r tabel senilai 0,279 sedangkan untuk nilai r
hitung 0.778. Ketentuan bila r hitung lebih kecil dari r tabel (rb < rt) maka Ho diterima dan Ha ditolak.

210 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tetapi sebaliknya bila r hitung lebih besar dari r tabel (rb > rt) maka Ha diterima.. Dengan demikian hasil
perhitungan korelasi 0.778 itu signifikan.
Selanjutnya untuk mengetahui besarnya persentase motivasi (variabel X) dalam meningkatkan efsiensi
kerja pegawai (variabel Y) digunakan rumus determinasi sebagai berikut :
D = (rxy)2 x 100%
D = (0.78)2 x 100%
D = 0.61 x 100%
D = 61%
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat dinyatakan bahwa besarnya persentase pengaruh
motivasi terhadap efosoensi kerja pegawai di Dinas Sumber Daya Air Cipta Karya dan Tata Ruang
Provinsi Sumatera Utara adalah 61% sementara 39% sisanya dipengaruhi oleh faktor efisiensi kerja
lainnya.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :
1.Motivasi kerja di Dinas Sumber Daya Air Cipta Karya dan tata ruang Provinsi Sumatera Utara
mempengaruhi efisiensi kerja pegawai dengan persentase 61%, hal itu membuktikan bahwa efisiensi
kerja pegawai cukup baik dalam mencapai hasil pekerjaannya.
2. Faktor motivasi yang paling berpengaruh terhadap efisensi kerja pegawai di Dinas Sumber Daya Air
Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Sumatera Utara yitu pemberian tunjangan kepada pegawai.

DAFTAR PUSTAKA
Adair,Jhon.2007.Pemimpin Yang Berpusat Pada Tindakan. Binarupa Aksara.Jakarta.
Anaroga,Pandji.2003. Psikologi Kepemimpinan.PT. Rineka Cipta.Jakarta.
Arikunto,Suharsimi.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi 2010). PT.Rineka
Cipta.Jakarta.
Dubrin,Andrew J.2005. Leadership : The Complete Ideal’s Guide. Prenada Media. Jakarta.
Hasibuan,Melayu.2003. Manajemen Dasar, Pengertian Dan Masalah. Gunung Agung, Jakarta.
Kartono,Kartini.2016. Pemimpin Dan Kepemimpinan : Apakah Kepemimpinan Abnormal itu. Rajawali
Pers.Jakarta.
Mangkunegara,Anwar P.2008. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT.Remaja Rosdakarya.
Mathias,Robert L.Dan Jackson.2006. Manajemen Sumber Daya Manusia.Salemba Empat.Jakarta.
Rivai,Veithzal.2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan: Dari Teori ke Praktik.
PT.Raja Grafindo Persada.Jakarta.
Sedarmayanti.2001. Dasar – dasar Pengetahuan Manajemen dan Perkantoran. Bandung.Mandar Maju.
Sedarmawati.2009. Tata Kerja Dan Produktifitas Kerja. Mandar Maju.Bandung.
Slamet,Achmad.2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Unnes Press.Semarang.
Siagian,Sondang,P.2015. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara.Jakarta.
Siagian,Sondang,P.2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara.Jakarta.
Sugiyono.2016. Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif Dan R & D. Alfabeta..Bandung.
Sutrisno.Edy.2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Prenanda Media Group.Jakarta.
Thoha,Miftah.2004. Perilaku Organisasi:Konsep Dasar Dan Aplikasiny. Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 211
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PENENTUAN PELETING DURABILTY INDEX PADA PAKAN


PELLET AYAM BROILER

Rosmiati

Politeknik Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan


metty@ptki.ac.id

ABSTRAK
Pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Pakan yang baik mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh ternak dan memiliki
jumlah yang harus seimbang. Proses pembuatan pakan ternak ini mengelola bahan utama dan
bahan tambahan yang terdiri dari jagung, air, bungkil kedelai, Corn Glutamat Meal (CGM),
tepung batu, garam, vitamin, serta Palm Olein (PO). Pada proses pembuatan pakan ayam broiler,
semua bahan tersebut dicampur pada alar mixer. Pada proses pencampuran tersebut, adanya
penambahan PO bertujuan untuk memperoleh tekstur pakan pellet yang baik. Sehingga
dibutuhkan neraca massa untuk mengetahui kesetimbangan massa yang terjadi pada proses
mixing. Berdasarkan perhitungan neraca massa, diperoleh jumlah bahan masuk sebesar 3996
kg/jam dan jumlah bahan keluar sebesar 3996 kg/jam. Dan rata-rata nilai persentase PO yang
ditambahkan adalah sebesar 3,212%. Pakan yang baik juga ditentukan oleh nilai persentase
Pelleting Durability Index (PDI) yang sesuai dengan range. Sesuai perhitungan diperoleh rata-
rata nilai persentase PDI adalah 89,5%
Kata kunci : pakan, Palm Olein (PO), Pelleting Durability Index (PDI)

PENDAHULUAN
Pakan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kualitas suatu usaha peternakan. Dan
juga pakan merupakan segala sesuatu yang dapat dimakan, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya,
diabsorbsi dan bermanfaat bagi ternak. Pakan yang baik mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh
ternak, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral yang jumlahnya harus seimbang. Fungsi
pakan menjadi sangat penting dalam memelihara kesehatan, daya tahan tubuh, dan pertumbuhan bagi
ternak sehingga ternak tumbuh sesuai yang diinginkan (Dwi Nopriani, 2006:30).
Proses produksi pakan ternak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok dari ternak yang diresep
dari bahan-bahan pakan yang sesuai dengan formula yang ditentukan untuk menyuplai nutrisi dari ternak.
Pemberian pakan bertujuan untuk menjamin petumbuhan berat badan dan produksi daging ternak,
salah satunya adalah pada ayam broiler. Pakan ternak ayam broiler dibedakan menjadi dua macam yaitu
ransum untuk periode starter dan periode finisher. Ransum adalah sejumlah bahan pakan atau campuran
beberapa bahan pakan yang digunakan untuk ternak dalam sehari. Ransum ayam broiler harus
mengandung energi yang cukup untuk membantu reaksi-reaksi metabolik, menyokong pertumbuhan dan
mempertahankan suhu tubuh. Selain itu ayam membutuhkan protein yang seimbang, pospor, kalsium,
lemak, mineral serta vitamin yang sangat penting artinya selama masa permulaan hidupnya. Ransum
dibuat dari beberapa bahan baku makanan dari berbagai sumber, yang disusun dengan cara-cara tertentu
yaitu dengan resep formula yang sesuai dengan kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh ayam broiler
tersebut (Suhubdy,1998:20).
Ada tiga macam bentuk fisik pakan, yaitu bentuk tepung komplit, bentuk butiran, dan bentuk
butiran pecah.
Bentuk Tepung Komplit Bentuk ini merupakan bentuk ransum yang umum terlihat. Bahan yang
dipilih menjadi ransum digiling halus kemudian dicampur menjadi satu. Penghalusan itu bagaikan tepung
sehingga diistilahkan “tepung”. Sedangkan yang dimaksudkan dengan “komplit” adalah ransum yang
mengandung segala unsur gizi yang dibutuhkan ayam, termasuk vitamin dan mineral tambahan,
antibiotika pencegah penyakit, dan obat pencegah coccidiosis. Ransum yang demikian itu berhak
mendapatkan sebagai ransum tepung komplit.

212 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Bentuk Butiran atau “Pellet” Bentuk ini merupakan perkembangan dari bentuk tepung komplit.
Pellet memiliki ukuran partikel yang besar atau kasar, sehingga lebih muda untuk menanganinya dan
pada umumnya termasuk dalam salah satu tipe, yaitu tipe pellet kasar atau pellet halus. Alasan
dibentuknya bentuk butiran adalah untuk mengurangi pemborosan pakan, karena pada bentuk tepung
komplit pasti banyak bagian yang tertumpah. Bentuk butiran berasal dari bentuk tepung komplit.
Kemudian diproses kembali dengan prinsip pemberian uap dengan panas tertentu lalu ransum yang
menjadi lunak tadi dicetak berbentuk butiran. Salah satu kelemahan dari ransum berbentuk butiran
komplit ini adalah semakin besar kemungkinan terjadinya kanibalisme atau saling patuk antar ayam.
Kelemahan kedua adalah butiran ini kurang cocok untuk anak ayam broiler. Sedangkan keuntungan
membuat pakan pellet ini salah satunya adalah mengurangi jumlah pakan yang terbuang (Rasyaf 2004 :
97).
Faktor–faktor yang mempengaruhi kualitas pelet antara lain:
Pati, bila dipanaskan dengan air akan mengalami gelatinisasi dan ini berfungsi sebagai perekat,
sehingga mempengaruhi kekuatan pelet. Serat, berfungsi sebagai kerangka pelet. Minyak berfungsi
sebagai bahan yang mempermudah pembentukan pelet. Kadar air bahan baku. Ukuran partikel dan suhu
sebelum penekanan.
Bentuk Butiran Pecah atau “crumble”. Bentuk ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari bentuk
pellet. Asal mulanya juga sama, yaitu dari bentuk tepung komplit kemudian diubah menjadi butiran
pecah. Bentuk ini banyak digunakan untuk ayam broiler dan untuk semua umur. Bentuk butiran pecah
menghasilkan ayam dengan berat badan lebih besar daripada bentuk tepung komplit karena setiap partikel
butiran itu sudah mengandung semua unsur gizi yang dibutuhkan (Rasyaf, 2004 : 98).
Minyak merupakan sumber energi yang tinggi kandungan energi metabolismenya sebesar 8.600
kkal/kg. Keberadaan minyak, selain penyuplai sumber energi, juga dibutuhkan untuk mempermudah
proses pembuatan pakan karena dapat mempermudah keluarnya pakan saat melewati saringan mesin
pembuatan pakan, juga dapat meningkatkan kualitas produk pakan terutama pakan berbentuk pellet dan
crumble.
Minyak mengandung lemak yang dapat meningkatkan kemampuan ayam dalam mengonsumsi
pakan dalam waktu tertentu (palatabilitas) dan memberikan tambahan kalori akibat menurunnya laju
pencernaan ayam broiler. Pada ayam broiler, indeks pakan terbaik akan tercapai bila susunan pakan
mengandung energi metabolis sekurang-kurangnya 2.800 – 3400 kcal/kg (Mulyantini 2011 : 101).
Bahan baku yang telah melalui penggilingan dan pengayakan kemudian akan dimasukkan ke dalam
alat mixer menggunakan screw. Pencampuran bahan baku ini dilakukan dengan menambahkan bahan
tambahan lainnya. Bahan baku utama yang digunakan biasanya adalah jagung. Sedangkan bahan
tambahan lainnya misalnya seperti bungkil kedelai, tepung batu, dan juga bahan baku tambahan lainnya.
Dan bahan tambahan lain yang digunakan adalah seperti vitamin, yang berfungsi untuk mineral dan
vitamin pada ayam broiler nantinya. Disamping itu digunakan juga bahan baku tambahan lainnya, yaitu
Palm Olein, penambahan dilakukan dengan penyemprotan Palm Olein di dalam mixer. Fungsi dari Palm
Olein yang ditambahkan adalah sebagai sumber energi bagian pakan ternak. Palm Olein juga berfungsi
sebagai pemberi warna pada pakan pellet dan juga sebagai penambah wangi pada pakan pellet. Palm
Olein yang digunakan pada produksi pakan pellet ayam broiler ini sudah tergantung dengan resep yang
telah ditentukan dalam formula pakan ternak oleh formulator. Kisaran Palm Olein yang digunakan dalam
pembuatan pakan pellet ayam broiler ini adalah kurang lebih 3% dalam setiap kali produksi pakan pellet
ayam broiler (Retnani, 2011 : 14).

METODE PENELITIAN
Adapun peralatan yang digunakan dalam percobaan atau Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan
penulis dalam menyusun Karya Akhir ini yaitu :
Timbangan, Kegunaan: untuk menimbang Palm Olein (PO) yang dibutuhkan untuk setiap
pembuatan pakan pellet ayam broiler. Mixer, Kegunaan: mencampurkan bahan baku dan bahan
tambahan. Mesin Houlmen, Kegunaan: menentukan Pelleting Durability Index (PDI).
Metode kerja adalah cara kerja yang digunakan untuk memperoleh data-data yang diperlukan.
Untuk mendapatkan data dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: (1) Mempelajari dan mengamati
secara umum proses mixing pada proses produksi pembuatan pakan pellet, penentuan PDI pada pakan
pellet dan melalukan pengenalan terhadap keseluruhan alat yang dimulai dari bahan baku hingga
diperoleh produk pakan pellet ayam broiler. (2) Melakukan pengamatan langsung kelapangan dan
orientasi pabrik guna memperoleh informasi dan data-data yang diperlukan mulai dari awal hingga akhir
proses pembuatan pakan pellet ayam broiler. (3) Mencari pokok permasalahan yang terdapat di unit
mixer pada pembuatan pakan pellet ayam broiler dengan penambahan PO (Palm Olein) serta
pengaruhnya terhadap PDI (Pelleting Durability Index). (4) Mempelajari teori ilmiah yang berkaitan
dengan proses mixing dan Pelleting Durability Index serta melakukan diskusi dengan berbagai pihak di

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 213
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

pabrik. (5) Mengumpulkan data-data berupa banyaknya PO dan PDI (Pelleting Durability Index) selama
beberapa kali proses produksi pellet yang berkaitan dengan pembahasan masalah yang menyangkut
proses penambahan PO dan pengaruhnya terhadap Pelleting Durability Index. (6) Melakukan
pembahasan permasalahan serta menyusun karya akhir berdasarkan hasil kerja praktek.
Rumus menentukan banyaknya Palm Olein :
Total Massa Masuk = Total Massa Keluar

F1 + F 2 + F 3 = F 4

Keterangan :
F1 = bahan utama (kg)

F2 = bahan tambahan (kg)

F3 = palm olein (kg)

F4 = pakan mentah (kg)

Prosedur penentuan PDI adalah sebagai berikut:

1. Pellet diambil sebanyak 200 gram, lalu dimasukkan ke dalam mesin Houlmen dan diproses selama
30 detik dengan tekanan angin sebesar 60 bar.
2. Setelah proses selesai, pellet ditimbang untuk ditentukan PDI nya.

Rumus menentukan Pelleting Durability Index :

Berat pallet setelah diuji


PDI = x 100%
Berat Pallet sebelum diuji

Keterangan :
PDI = nilai Pelleting Durability Index (%)
Berat pellet setelah diuji (gram)
Berat pellet sebelum diuji (gram)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Proses mixing merupakan salah satu proses penting pada proses pembuatan pakan pellet ayam
broiler. Pada proses tersebut dilakukan pencampuran bahan utama, bahan tambahan serta Palm Olein.
Penambahan Palm Olein ( PO) pada proses
tersebut bertujuan untuk mendapatkan tekstur pellet yang baik. Standart produksi Palm Olein (PO) pada
proses pembuatan pakan pellet ayam broiler range kurang lebih 3% - 3,3%.
Jika dilihat dari hasil perhitungan nilai persentase Palm Olein (PO) yang ditambahkan adalah
3,128%; 3,160%; 3,210%; 3,255%; dan 3,340 %. Sedangkan untuk nilai persentase PO pada produk
adalah 3,110%; 3,150%; 3,200%; 3,250%; dan 3,330%. Oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan nilai persentase Palm Olein (PO) yang diperoleh untuk data 1 sampai data 4 adalah sesuai
dengan range, sedangkan untuk data 5 penambahan PO pada produk tidak sesuai dengan range.

214 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Grafik 4.1. Grafik % Palm Olein pada Produk –VS- % PDI

Pada hasil penelitian Pelleting Durability Index (PDI), nilai % PDI berturut-turut 88%; 89%;
89,5%; 90%; dan 91%. Standart produksi nilai persentase PDI di PT. Indojaya Agrinusa Tanjung
Morawa Medan ada pada range 85% - 90%. Sesuai pada Grafik 4.1. Grafik % Palm Olein pada
Produk –VS- % PDI, nilai % PDI yang diperoleh untuk data 1 sampai data 4 sesuai dengan standart
produksi perusahaan. Dan untuk data 5 nilai persentase PDI sudah tidak sesuai dengan standart
produksi perusahaan lagi.
Dalam rentang persentase PDI 88% - 90% dan persentase Palm Olein (PO) pada produk 3,110% -
3,250% maka akan dihasilkan pakan yang baik dengan kriteria berwarna coklat, tidak terlalu keras, dan
struktur pellet yang baik.
Untuk data ke-5 dengan persentase PO dalam produk 3,330% diperoleh nilai persentase PDI lebih
besar dari 90%. Dari perolehan nilai tersebut maka akan dihasilkan pellet yang terlalu lunak, lengket dan
tekstur pakan yang kurang bagus.

KESIMPULAN
Berdasarkan yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan antara lain: Berdasarkan perhitungan
yang diperoleh nilai persentase Palm Olein yang dibutuhkan adalah 3,128%; 3,160%; 3,210%; dan
3,255%, maka nilai rata-rata % Palm Olein yang dibutuhkan pada pembuatan pakan pellet ayam broiler
adalah 3,188%. Berdasarkan perhitungan yang diperoleh nilai persentase Pelleting Durability Index (PDI)
adalah 88%; 89%; 89,5%; dan 90%, maka nilai rata-rata % Pelleting Durability Index (PDI) pada
pembuatan pakan pellet ayam broiler adalah 89,5%.

DAFTAR PUSTAKA
Dwi, Irene. 2016. Pengaruh Temperature Dalam Press Mill Terhadap Pelleting Durability Index
(PDI) Pada Proses Pelleting Untuk Pakan Ternak Di PT. Indojaya Agrinusa Medan. Tidak
diterbitkan. Medan : Politeknik Teknologi Kimia Industri
Himmelblau, David M. 1996. Basic Principles And Calculation in Chemical Engineering. New Jersey:
Prantice Hall, Inc.
Indriani, 2002. Penentuan Kadar Protein dan Kadar Lemak pada Proses Pembuatan Pakan Ternak
Ayam broiler. Medan : Politeknik teknologi Kimia industri
Jaelani, Achmad, dkk. 2016. Pengaruh Tumpukan Dan Lama Masa Simpan Pakan Pellet Terhadap
Kualitas Fisik. Banjarmasin : Universitas Islam Kalimantan MAB
Katsir, Ibnu. 2002. Nutrisi Ayam Broiler. Bogor : IPB
Mulyantini. 2011. Produksi Ternak Unggas. Bogor : PT. Penerbit IPB
Nopriani, Dwi. 2006. Pengaruh Substitusi Jagung dengan Sorgum dan Menir Sebagai Sumber
Pati Terhadap Kualitas Fisik Pellet Pakan Broiler Finisher. Bogor: IPB
Prayogi, Heni Setyo. 2012. Pengaruh Penggunaan Minyak Kelapa Dalam Ransum Terhadap
Konsumsi Pakan. Malang: Universitas Brawijaya

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 215
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Rahmadani, Wulandari, dkk. 2015. Laporan Kuliah Kerja Praktek PT. Indojaya Agrinusa Japfa Comfeed
Indonesia Unit Medan. Tidak Diterbitkan. Padang : Akademi Teknologi Industri Padang
Ramadhani, Siti. 2013. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pemurnian CPO pada Jalur Overflow
CST (Continous Settling Tank) di Stasiun Klarifikasi PT. Multimas Asahan, Kuala Tanjung.
Tidak di Terbitkan,
Rasyaf, Muhammad. 2007. Beternak Ayam Pedaging. Jakarta: Penebar Swadaya
Retnani, Yuli. 2011. Proses Produksi Pakan Ternak. Bogor: Ghalia Indonesia
Samadi, Budi. 2010. Sukses Beternak Ayam Ras Pedaging Dan Petelur. Jakarta: Pustaka Mina
Salim, Emil. 2013. 45 Hari Siap Panen Ayam Kampong Super.Yogyakarta : Lily Publisher
Sonhaji, Aang. 2003. Usaha pemeliharaan ayam kampung pedaging dan petelur. Jakarta : Penebar
Swadaya

216 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Sistem Informasi Inventori Pengelolaan Persediaan Bahan Praktikum


Pada Politeknik ATK Yogyakarta Berbasis Web

Midarto Dwi Wibowo 1, Zagita Marna Putra2

1
Politeknik ATK Yogyakarta , Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
2
Program Studi Teknik Elektro Universitas Fajar Makassar Sulawesi Selatan
midarto@kemenperin.go.id; midarto.dw@gmail.com
zagitanank@gmail.com

ABSTRAK
Dengan sistem yang ditawarkan jurnal ini, pengelolaan persediaan bahan praktikum, oleh
petugas laboratorium dan proses monitoring stok opname persediaan bahan praktikum, verifikasi
kebutuhan bahan praktikum oleh petugas gudang dapat dilakukan secara digital. Petugas
laboratorium mendata secara manual kebutuhan bahan praktik, pencatatan pemakaian bahan
praktik, peminjaman bahan, pengajuan pengambilan bahan ke gudang bahan. Petugas gudang
belum bisa secara cepat dan akurat untuk memverifikasi pengajuan bahan yang diajukan oleh
petugas laboratorium. Ketersediaan bahan praktik yang dimiliki oleh laboratorium belum
terpantau secara real time. Sistem pengelolaan inventori persediaan ini menggunakan bahasa
pemrograman PHP dan database mysql. Penerapan sistem pengelolaan inventori persediaan
bahan laboratorium secara online dapat memudahkan petugas gudang untuk memonitor
ketersediaan barang di gudang persediaan dan di laboratorium, serta pengelolaan persediaan
bahan praktik di laboratorium dapat dilakukan secara digital.
Kata kunci : sistem informasi, inventori, digital

ABSTRACT
This paper proposes the implementation of digital system for the management of practice
material inventory by laboratory personnel, the process of monitoring the inventory of practice
material inventory, and the verification of practice material requirements by warehouse officers.
Formerly, laboratory staffs record manually the need for practice materials, the use of practice
materials, material borrowing, and submission of material request to warehouse. The warehouse
staff has not been able to quickly and accurately verify the material submission requested by the
laboratory staff. The availability of practice materials owned by the laboratory has not been
monitored in real time. This inventory management system uses the PHP programming language
and mysql database. The implementation of online laboratory inventory management system can
facilitate warehouse officers to monitor the availability of goods in the inventory warehouse and
in the laboratory, as well as management of practice material inventory in the laboratory can be
done digitally.
Keyword: information system, inventory, digital

PENDAHULUAN
Sistem pencatatan inventori persediaan bahan praktikum di Politeknik ATK Yogyakarta masih
dilakukan secara manual. Pencatatan dilakukan dengan menggunakan buku bahan persediaan di
laboratorium kemudian menuliskan kembali dengan aplikasi Microsoft excel untuk melakukan pelaporan
secara berkala. Demikian halnya yang terjadi di bagian Gudang bahan praktikum di Politeknik ATK
Yogyakarta masih dilakukan secara manual. Pada level gudang pencatatan transaksi keluar masuk barang
dari Gudang ke labotarium juga diinputkan pada aplikasi persediaan untuk keperluan pelaporan bahan
persediaan di laporan Keuangan pemerintah. Aplikasi persediaan barang hanya sebatas untuk mencatat
barang yang dibeli dan di catat dipergunakan oleh laboratorium, belum bisa mendeteksi secara akurat dan
serta merta data bahan persediaan praktikum di setiap laboratorium pun di Gudang bahan. Untuk
mengetahui jumlah stok persediaan bahan praktikum di suatu laboratorium dan kondisi terkini di Gudang
bahan diperlukan waktu yang lama.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 217
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Untuk membuat pengelolaan bahan praktikum di Gudang bahan dan laboratorium menjadi lebih
cepat dan akurat maka diperlukan penggunakan perangkat computer atau mobile device lainnya seperti
smartphone, tablet dan perangkat sejenis lainnya. Dengan semakin berkembang pesatnya teknologi
penggunakan perangkat computer dan mobile device lainnya sangat memungkinkan. Kecepatan dan
keakuratan data pencatatan bahan praktikum di laboratorium dan Gudang diperlukan karena kebutuhan
akan pengambilan keputusan dari pimpinan untuk menentukan pengadaan bahan praktikum dengan
jumlah yang sesuai kebutuhan dan mengantisipasi kelambatan pada proses pengadaan bahan praktikum
dikarenakan terdapat beberapa bahan kimia untuk praktikum yang proses pengadaannya diperlukan
waktu yang cukup lama.
Website adalah sebagai media informasi yang sangat efektif karena bisa digunakan kapanpun dan di
manapun[1]. Perkembangan versi HTML dan PHP menyesuaikan perkembangan teknologi dan
perkembangan terkini adalah sebuah website sekarang di buat dengan campuran berbagai fasilitas
pengembangan website yaitu HTML5, PHP, CSS, Javascript[2]. Framework CodeIgniter untuk
menghasilkan framework yang dapat digunakan untuk mempercepat pembuatan sistem website
dibandingkan dengan pembuatan sistem website secara manual[3]. Sistem inventori keluar masuk barang
adalah kegiatan yang terdiri dari data masuknya barang, data retur serta data persediaan barang yang
melaporkan seluruh transaksi keluar masuk barang dari perhari sampai perbulan[4]. Unified Modelling
Language (UML) adalah sebuah “bahasa” yang telah menjadi standar dalam industri untuk masalah
visualiasi, merancang dan mendokumentasikan sistem piranti lunak[5].

METODE
Metode yang digunakan dalam pengembangan sistem informasi inventori pengelolaan bahan
praktikum pada laboratorium berbasis web di Politeknik ATK Yogyakarta adalah metode waterfall.
Dalam pembangunan suatu sistem yang baik diperlukan pendekatan secara sistematis dan berurutan
itulah mengapa digunakan metode waterfall. menyatakan bahwa waterfall merupakan proses desain
berurutan, sering digunakan untuk proses mengembangkan perangkat lunak, kemajuannya dipandang
terus mengalir ke bawah (seperti air terjun) melalui tahapan meliputi analisis kebutuhan, perancangan
sistem, implementasi, pengujian, penerapan sistem dan pembuatan naskah publikasi[6]. Metode waterfall
yang digunakan ditunjukan pada gambar 1.

Gambar 1. Metode waterfall

Pengumpulan data untuk mengetahui analisis kebutuhan terhadap sistem yang akan dibangun
dilakukan dengan cara wawancara langsung kepada user yaitu operator di bagian administrasi gudang
persediaan dan administrasi laboratorium pada Politeknik ATK Yogyakarta. Agar mudah dalam
membangun sistem informasi inventori diperlukan desain perancangan dengan diagram Unified
Modelling Language (UML) yang terdiri dari use case diagram. Seperti terlihat pada Gambar 2. aktor
yang terlibat pada sistem informasi yang akan dibangun digambarkan oleh use case diagram.

218 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 2. Use Case Diagram

Berdasarkan yang terlihat pada Gambar 2 dapat diberikan penjelasan bahwasanya terdapat 3 aktor
dalam sistem informasi inventori persediaan bahan laboratorium pada Politeknik ATK Yogyakarta yaitu
user admin, user gudang dan user lab. Yang bertindak sebagai user admin adalah manajemen, yang
menjadi user gudang adalah petugas gudang dan petugas di laboratorium yang diberikan tanggung jawab
sebagai user lab. Yang membedakan dari ketiga aktor adalah kewenangan dalam sistem. Setelah login
dengan menggunakan user dan password setiap level, maka akan berperan sesuai level user yang
disepakati pada saat analisis kebutuhan sistem.

HASIL
Berikut adalah tampilan hasil dari sistem informasi inventori pengelolaan persediaan bahan
praktikum pada politeknik ATK Yogyakarta. Fitur-fitur pada sistem informasi memudahkan user yang
terkait pada pengelolaan inventori persediaan barang yaitu pencatatan transaksi keluar masuk bahan
persediaan, monitoring ketersediaan bahan praktikum.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 219
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tampilan Form Login


Pada saat pertama kali mengakses sistem harus melalui form login terlebih dahulu. Setiap level user
memasukan username dan password yang dimiliki secara benar sebelum masuk ke sistem. Tampilan form
login dapat dilihat seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Tampilan form login

Tampilan Menu Utama


Pada menu utama terdapat fitur-fitur sesuai dengan level user yang ada pada sistem. Level user
admin, user gudang dan user laboratorium memiliki tugas dan kewenangan yang berbeda beda, Tampilan
menu utama pada level user admin seperti terlihat pada Gambar 4. Tampilan menu utama level user
gudang seperti terlihat pada Gambar 5. Tampilan utama level user laboratorium seperti terlihat pada
Gambar 6.

Gambar 4. Tampilan menu utama admin

Gambar 5. Tampilan menu utama gudang

220 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 6. Tampilan menu utama user lab

Tampilan Transaksi Pada level Admin


Pada level user admin memiliki tugas dan kewenangan yang lebih dibanding level user gudang dan
level user laboratorium. Pada user level admin dapat mengelola akun pengguna sistem informasi,
mengetahui aktivitas log user seperti terlihat pada Gambar 7, memonitor stok ketersediaan di gudang
persediaan dan laboratorium seperti terlihat pada Gambar 8, serta mengelola master barang persediaan
seperti terlihat pada Gambar 9.

Gambar 7. Tampilan aktifitas log user

Gambar 8. Tampilan monitor ketersediaan barang

Gambar 9. Tampilan master barang

Tampilan transaksi masuk dan keluar pada level gudang dan laboratorium
Pada level user gudang dan laboratorium mempunyai tugas untuk mengelola persediaan barang
praktikum di Politeknik ATK Yogyakarta. Transaksi masuk di level user laboratorium akan menjadi
transaksi keluar di level user gudang. Tampilan transaksi masuk di level user laboratorium menggunakan

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 221
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

menu bon barang seperti terlihat pada Gambar 10. Tampilan transaksi keluar di level user gudang seperti
terlihat pada Gambar 11.

Gambar 10. Tampilan bon barang

Gambar 11. Tampilan barang keluar

Pengujian sistem
Pengujian dilakukan dengan metode Black box, pengujian difokuskan pada fungsionalitas dari
sistem. Dengan pengujian Black box berusaha dicari kelemahan kelemahan sistem seperti ketidaksesuaian
fitur, kesalahan tampilan, kesalahan database, dan kesalahan lainnya agar tidak terdapat celah dalam
sistem setelah sistem di jalankan. Hasil pengujian Black box seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil pengujian Black box pada halaman admin, gudang, laboratorium
No Modul Tes Hasil Yang diharapkan Kesimpulan
1 Login Memasukan user dan Tampil halaman utama valid
password yang benar
Memasukan user dan Login gagal dan kembali valid
password yang salah ke halaman login
2 Menu Melakukan User berhasil valid
pengelolaan tambah,kurang, edit ditambah,dihapus, diedit
pengguna pengguna
3 Pengelolaan Menambah, Barang berhasil bertambah, valid
Master barang menghapus,mengedit berkurang, diedit
barang
4 Laporan Barang Mengecek transaksi Dapat mengetahui laporan valid
keluar masuk barang posisi stok barang di
Gudang, laboratorium
5 Transaksi Bon Mengecek transaksi Dapat melakukan transaksi valid
tambah barang tambah barang di level
laboratorium dan transaksi
kurang di level gudang

222 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

6 Transaksi Stok Mengetahui stok opname Dapat melihat stok opname valid
Opname barang barang Gudang
7 Transaksi satuan Membuat , menghapus, Satuan barang berhasil valid
barang mengedit satuan barang dibuat, dihapus,diedit
8 Transaksi jenis Membuat , menghapus, Jenis barang berhasil valid
barang mengedit jenis barang dibuat, dihapus,diedit

SIMPULAN
Simpulan dari uraian dan pembahasan “Sistem Informasi Inventori Pengelolaan Persediaan Bahan
Praktikum Pada Politeknik ATK Yogyakarta Berbasis Web” adalah sebagai berikut : pengujian Black box
menunjukan hasil sesuai dengan perancangan yang dibuat, semua fitur-fitur dapat berjalan dengan baik,
pengelolaan transaksi barang persediaan bahan praktikum, pelaporan periode bulanan, triwulan, semester,
tahunan dapat dilakukan secara cepat dan akurat. Pihak manajemen dapat memonitoring persediaan
barang di Gudang dan laboratorium sehingga dapat memutuskan kapan melakukan pengadaan bahan
praktikum secara tepat. Pengembangan dari sistem ini adalah bagaimana agar kebutuhan penggunaan
bahan praktikum setiap praktikan dapat diketahui secara tepat.

DAFTAR PUSTAKA
[1] V. C. Hasan, “Perancangan Sistem Informasi Inventori Darah Berbasis Web pada Palang
Merah Indonesia Cabang Bantul,” Journal Speed – Sentra Penelitian Engineering dan
Edukasi , 35 - 41. 2016.
[2] A. S. Heru Supriyono , “I Penerapan Teknologi Web Sekolah Bagi SMP dan SMA
Muhammadiyah Kartasura". 39 - 52. 2016.
[3] 1. M. Noviyanto, “Pemanfaatan Google Maps Api Untuk Pembangunan Sistem Informasi
Manajemen Bantuan Logistik Pasca Bencana Alam Berbasis Mobile Web,” Jurnal Sarjana
Teknik Informatika , 162 - 171. 2013.
[4] R. A. Wibowo, “Sistem Informasi Persediaan Keluar Masuk Barang pada Inside Distro Jakarta,”
Journal Speed – Sentra Penelitian Engineering dan Edukasi, 19 - 24. 2009.
[5] Meilan Anastasia Maharani, “Analisa dan Perancangan Sistem Informasi dengan Codeigniter dan
Laravel, ” Penerbit Lokomedia.. 2018.
[6] A. S. Upadhyay, “Waterfall vs Prototype : Comparative Study of SDLC, ” Imperial Journal Of
Interdiciplinary Research (IJIR), 1012 - 1015. 2016.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 223
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PENERAPAN CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT PADA


SISTEM INFORMASI PENJUALAN (STUDI KASUS LAVAZ KOPI
KISARAN)

Norenta Sitohang

Program Studi Sistem Informasi, STMIK ROYAL Kisaran


Jl. Prof H.M Yamin No.173 Kisaran, Sumatera Utara 21222
E-mail : sitohangnorenta@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengelola data penjualan makanan dan minuman secara online
dan meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan pada Lavaz Kopi Kisaran menggunakan
metode Customer Relationship Management (CRM). Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif. Aplikasi dibangun menggunakan bahasa pemrograman
PHP dan database Mysql. Hasil implementasi penerapan metode Customer Relationship
Management pada Lavaz Kopi Kisaran memberikan kemudahan bagi pelanggan untuk
mendapatkan informasi produk terbaru, melakukan pemesanan produk secara cepat. Selain itu
dengan adanya fasilitas FAQ atau LiveChat, pelanggan dapat menyampaikan pertanyaan, kritik
serta saran dan memperoleh jawaban langsung dari admin atau customer service.
Kata Kunci: Pelayanan, Lavaz Kopi Kisaran, Customer Relationship Management (CRM)

ABSTRACT
The Purposeof this research to manage food andbeverage salesdata online and improve
customer servise on Lavaz Kopi Kisaran using Customer Relationship Management (CRM)
method. Research method used is a qualitative method. Application built programming language
and database mysql. The result of the implementation of the application Customer Relationship
Management (CRM) method on Lavaz Kopi Kisaran providing convenience for customers to get
the latest product information, order product quickly. Other than that tih the facilities FAQ or
LiveChat, customers can submit ask, criticisms and suggestions and obtain answer diercty from
the admin or customer service.
Keyword: service, Lavaz Kopi Kisaran, Customer Relationship Management (CRM)

PENDAHULUAN
Customer Relationship Management (CRM) merupakan integrasi antara teknologi informasi dan
pemasaran, dimana dengan memanfaatkan CRM, perusahaan akan mengetahui apa yang diharapkan dan
diperlukan pelanggan, sehingga akan tercipta ikatan emosional yang mampu menciptakan hubungan
bisnis yang erat dan terbuka serta komunikasi dua arah diantara perusahaan dan para pelanggan. (Amin
dan A, Vol.8, No.2, 2014)
Penerapan Customer Relationship Management (CRM), diharapkan mampu membuat pelanggan
menjadi setia kepada perusahaan sehingga hubungan yang terjadi tidak hanya hubungan antara penjual
dan pembeli, tetapi lebih mengarah kepada suatu hubungan mitra. Perusahaan menjadi lebih
memahami apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh pelanggan sehingga pelanggan tidak akan
berpaling kepada pesaing. Dapat dibayangkan, seberapa besar keuntungan yang dilepaskan begitu saja
jika kita tidak memperdulikan kepuasan pelanggan.
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh (Bony Yosua Setyaleksana, dkk) yang berjudul Pengaruh
Customer Relationship Management (CRM) Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan hasilnya
adalah CRM terbukti mampu meningkatkan kepuasan pelanggan yang merupakan faktor penting untuk
menciptakan loyalitas pelanggan.

224 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Sistem informasi penjualan dapat diartikan sebagai suatu pembuatan pernyataan penjualan, kegiatan
akan dijelaskan melalui prosedur-prosedur yang meliputi urutan kegiatan sejak diterimanya pesanan dari
pembeli, pengecekan barang ada atau tidak ada dan diteruskan dengan pengiriman barang yang disertai
dengan pembuatan faktur dan mengadakan pencatatan atas penjualan yang berlaku. Umumnya saat ini
sistem informasi penjualan yang digunakan sudah berbasis website (Yessi Hartiwi, 2017)
Hal tersebut yang kemudian mendasari pembuatan aplikasi CRM pada Lavaz Kopi yang berlokasi
di jalan Kartini No.01, Kisaran. Saat ini promosi dan pengolahan data penjualan makanan dan minuman
yang dilakukan oleh Lavaz Kopi masih secara konvensional, belum menggunakan sistem penjualan
secara online dimana pelanggan harus datang untuk melihat menu-menu yang tersedia dan melakukan
pembelian. Data penjualan masih dicatat dan direkap secara manual, dan sistem pelayanan terhadap
pelanggan pada Lavaz Kopi perlu diperbaiki supaya dapat bersaing dengan kompetitor lainnya yang
sejenis.
Oleh karena itu dibutuhkan sebuah sistem yang mendukung proses penjualan dan pelayanan
terhadap pelanggan menggunakan metode Customer Relationship Management (CRM), yang dapat
diakses secara online. Di dalam aplikasi yang akan dibangun terdapat pendaftaran pelanggan dan fitur
live chat yang berfungsi untuk membantu m dalam memberikan kritik, saran, maupun pertanyaan yang
berkenaan dengan Lavaz Kopi. Konsumen juga dapat mengetahui promo-promo penjualan dan
penawaran menarik lainnya. Melalui aplikasi ini Lavaz Kopi dapat menjaga hubungan baik dengan
pelanggan, mendapatkan pelanggan baru dan memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pelanggan.
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut: bagaimana
merancang sistem informasi penjualan pada Lavaz Kopi Kisaran Berbasis Web dan bagaimana penerapan
metode Customer Relationship Management (CRM) dalam sistem informasi penjualan dan pelayanan
terhadap pelanggan pada Lavaz Kopi Kisaran.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang sistem informasi penjualan pada Lavaz
Kopi Kisaran berbasis web dan menerapkan metode Customer Relationship Management (CRM) dalam
sistem informasi penjualan dan pelayanan terhadap pelanggan pada Lavaz Kopi.
Manfaat yang dapat diperoleh bagi pelanggan yaitu mempermudah dalam memperoleh informasi
produk terbaru, dapat melakukan pemesanan dan berinteraksi menyampaikan kritik, saran dan pertanyaan
pada Lavaz Kopi Kisaran. Sedangkan bagi Lavaz Kopi Kisaran dengan adanya customer relationship
management (CRM) akan mempermudah dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan dan
membantu dalam pengelolaan dan penyimpanan data penjualan maupun data pelanggan.

METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis dengan pendekatan terstuktur (Structured
Approach) yang lengkap dengan alat (tools) dan teknik yang dibutuhkan dalam sistem sehingga hasil
analisis dari sistem yang dikembangkan menghasilkan sistem yang strukturnya dapat didefinisikan
dengan baik dan jelas. Adapun kerangka kerja penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Analisis Sistem

Perancangan Sistem

Implementasi Sistem

Evaluasi Sistem
Gambar 1. Kerangka Kerja Penelitian

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 225
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Adapun uraian kerangka kerja penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan pencarian landasan-landasan teori yang diperoleh dari berbagai sumber
untuk melengkapi konsep dan teori, sehingga memiliki landasan dan keilmuan yang baik dan sesuai.
2. Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan proses pengumpulan data dengan metode wawancara dan observasi untuk
melakukan pengamatan dan analisa terhadap proses transaksi penjualan dan pelayanan yang sedang
berjalan pada Lavaz Kopi Kisaran sehingga mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan.
3. Analisis Sistem
Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah pada sistem yang sedang berjalan. Dengan demikian,
diharapkan dapat menemukan permasalahan yang terjadi dan mencari solusi dari permasalahan
tersebut.
4. Perancangan Sistem
Dalam perancangan sistem dilakukan perancangan model, perancangan input dan perancangan
output
5. Implementasi Sistem
Pada tahap ini yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Instal program yang sudah dibuat.
b. Membuat password untuk administrator atau user.
c. Login dengan user (password) masing-masing.
d. Sistem siap digunakan.
6. Evaluasi Sistem
Sistem dan software yang dirancang selesai dibangun maka perlu dilakukan pengujian apakan bisa
berjalan sesuai dengan yang dirancang dan sesuai dengan tujuan.

HASIL
Penerapan metode Customer Relationship Management (CRM) dalam sistem informasi penjualan
makanan dan minuman Pada Lavaz Kopi Kisaran, untuk mendukung terwujudnya suatu sistem yang
dapat membantu proses pemasaran agar dapat bersaing di dunia bisnis. Aliran sistem dengan menerapkan
CRM dapat dilihat pada gambar berikut:
a. Konsumen melihat daftar menu pada halaman utama.
b. Jika konsumen ingin membeli beberapa produk makanan dan minuman pada Lavaz Kopi Kisaran,
maka konsumen harus mengorder produk dengan memilih detail produk dan beli.
c. Konsumen daftar sebagai member untuk mengorder makanan dan minuman yang diinginkan,
d. Setelah selesai mendaftar kemudian member melakukan login untuk melihat data order-an di form
order-an.
e. Kemudian member melakukan konfirmasi pembayaran.
f. Admin melihat data orderan .
g. Bagian admin merubah status bayar yang telah dikonfirmasi member.
h. Kemudian admin membuat laporan data orderan menjadi dua rangkap untuk disimpan ke database
dan untuk diberikan ke karyawan.
i. Admin membuat kwitansi yang akan diarsip dan diberikan kepada karyawan.
j. Kemudian Karyawan mengambil barang yang diorder dan memberikan tanda terima barang yang
akan dikirim beserta kwitansi sebagai bukti pelunasan produk.
k. Admin merubah status order menjadi lunas dan mencetak laporan penjulan untuk di serahkan kepada
pemilik sebagai laporan.
l. Untuk member yang ingin memberikan pertanyaan dapat langsung chat ke kotak dialog yang sudah
disediakan dan admin dapat langsung menanggapi melalui FAQ.

226 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Konsumen Member Admin Karyawan Pemilik

Lihat + Cetak Data Laporan Data


Daftar Produk Orderan Orderan Yg akan
Login Member
dikirim

Laporan Data
Orderan
Pilih Detail Produk Packing
& Beli Barang
Data Orderan
Member
Ubah Status
Bayar
Form Daftar
Member Barang +Kwitansi

Laporan Data
Konfirmasi Orderan Yg akan
Pembayaran dikirim
Daftar Member
Membuat
tanda terima
pengiriman brg
Merubah Status
menjadi lunas
Data Member

Tanda Terima
Tanda Terima
Pengiriman
DB Pengiriman

Mencetak Kwitansi
dan Laporan
Penjualan

Kwitansi

Laporan
Laporan Penjualan
Penjualan

Tanda Terima
Pengiriman

Barang + Kwitansi

Pertanyaan Pertanyaan
Member di FAQ Member di FAQ

Membuat
Tanggapan
Member di FAQ

Tanggapan di Tanggapan di
FAQ FAQ

Gambar 2. Aliran Sistem Informasi dengan Menerapkan Metode CRM

Perancangan aplikasi penerapan CRM pada Cafe Lavaz Kisaran menggunakan diagram UML
(unified modeling language).

1. Use Case Diagram


Berikut adalah gambar Usecase Diagram penerapan CRM dalam sistem informasi penjualan pada
Lavaz Kopi Kisaran.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 227
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Validasi

Mengelola Status
Mengelola Kategori Lihat Login

Login

Tambah

Hapus Edit

Admin Melihat Kategori


Produk

Mengelola Produk Lihat

Membeli Produk
Tambah
Member

Hapus Edit Melihat Data


Pembelian

Lihat Konfirmasi
Mengelola Member
Pembayaran

Tambah

Mengisi FAQ
Konsumen
Hapus Edit

Mengelola Order Lihat

Tambah

Hapus Edit

Mengelola Kota Lihat

Tambah

Hapus Edit

Mengelola FAQ Lihat

Tambah

Edit
Menanggapi FAQ Hapus

Mencetak Laporan

Gambar 3. Use Case Diagram Penerapan CRM Pada Lavaz Kopi Kisaran

2. Class Diagram
Class diagram adalah diagram yang menggambarkan struktur sistem dari segi pendefinisian kelas-
kelas yang akan dibuat untuk membangun sistem. Kelas memiliki 3 bagian utama yaitu attribute,
operation, dan name.

Gambar 4. Class Diagram Penerapan CRM Pada Lavaz Kopi Kisaran

Antarmuka aplikasi ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu antarmuka user dan antarmuka admin.
Antarmuka user terdiri atas beberapa menu pilihan antara lain menu home, profil, cara pembelian, semua
produk, faq dan login. Sedangkan pada antarmuka admin terdiri dari home, ganti passsword, profil toko
online, kategori produk, produk, order, cara pembelian, FAQ atau LiveChat, laporan dan logout.

228 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

1. Halaman Login
Halaman login merupakan halaman untuk klarisifikasi hak admin untuk masuk ke dalam
pengolahan sistem. Admin yang mempunyai username dan password yang sah berhak untuk masuk ke
dalam sistem melalui halaman login, berikut tampilan halaman login:

Gambar 5. Tampilan Login

2. Halaman Home
Halaman home merupakan halaman awal aplikasi penerapan CRM pada Lavaz Kopi, berikut
tampilan halaman Halaman home:

Gambar 6. Tampilan Halaman Home

3. Halaman Cara Pembelian


Halaman cara pembelian merupakan halaman yang berisikan informasi mengenai cara pembelian di
website Lavaz Kopi Kisaran. Berikut tampilan halaman cara pembelian:

Gambar 7. Tampilan Halaman Cara Pembelian

4. Halaman Semua Produk


Halaman semua produk merupakan halaman yang berisikan daftar produk-produk yang ada di
website Cafe Lavaz Kisaran Desa Petatal. Berikut tampilan halaman semua produk:

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 229
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 8. Tampilan Halaman Semua Produk

5. Halaman Daftar Dan Login Member


Saat calon pembeli sudah selesai berbelanja, maka akan masuk ke form pendaftaran member dan
login ketika selesai mendaftar. Berikut tampilan halaman daftar dan login member:

Gambar 9. Tampilan Halaman Daftar

Gambar 10. Tampilan Daftar Member

6. Halaman Data Order & Detail Order


Setelah member berhasil login, maka akan tampil form data order dan detail order, berikut adalah
halaman data order:

230 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 11. Tampilan Halaman Data Order

7. Halaman Home Admin


Halaman home admin merupakan halaman awal yang dijumpai setelah admin login untuk memasuki
halaman admin di website Lavaz Kopi Kisaran.

Gambar 12. Tampilan Halaman Home Admin

8. Halaman Kategori Produk


Halaman kategori produk merupakan halaman untuk admin mengolah data kategori produk, berikut
tampilan halaman kategori produk:

Gambar 13. Tampilan Halaman Kategori Produk

9. Halaman Produk
Halaman produk merupakan halaman untuk admin mengolah data produk, berikut tampilan halaman
produk:

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 231
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 14. Tampilan Halaman Produk

10. Halaman Order


Halaman order merupakan halaman untuk mengolah data order, berikut tampilan halaman order:

Gambar 15. Tampilan Halaman Order

11. Halaman Detail Order


Halaman detail order merupakan halaman untuk admin menampilkan data data order dengan
lengkap dan untuk merubah status order, berikut tampilan halaman detail order:

Gambar 16. Tampilan Halaman Detail Order

232 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

12. Halaman Output Laporan Order


Halaman output laporan order merupakan halaman yang berisi data order dengan status order baru
dengan format pdf, berikut tampilan halaman output laporan order:

Gambar 17. Tampilan Output Laporan Order

13. Halaman LiveChat


Halaman LiveChat merupakan halaman untuk admin menampilkan dan mengolah data LiveChat,
seperti memberikan pertanyaan seputar produk oleh kosumen kepada Cafe Lavaz Kisaran, berikut
tampilan halaman Live Chat:

Gambar 18. Tampilan Halaman LiveChat

22. Halaman Laporan


Halaman laporan merupakan halaman untuk admin mencetak laporan perhari atau perperiode dalam
bentuk pdf, berikut tampilan halaman laporan:

Gambar 19. Tampilan Halaman Laporan

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 233
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

SIMPULAN
Berdasarkan implementasi dan pengujian yang telah dilakukan selama membuat sistem ini, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan metode Customer Relationship Management (CRM) dalam sistem informasi penjualan
pada Lavaz Kopi Kisaran dapat memberikan informasi dengan cepat tentang produk terbaru, diskon
dan penawaran lainnya serta memberikan fasilitas LiveChat bagi pelanggan.
2. Hasil implementasi Customer Relationship Management (CRM) dalam sistem informasi penjualan
pada Lavaz Kopi Kisaran dapat memberikan kemudahan bagi pelanggan untuk melakukan
pemesanan produk secara online. Selain itu dengan adanya fasilitas FAQ atau Live Chat, pelanggan
dapat dengan mudah mengajukan pertanyaan tentang produk dan memperoleh jawaban langsung
dari admin atau customer service.

DAFTAR PUSTAKA
Alfarisi, S. (2018). “Sistem Informasi Penjadwalan Kegiatan Belajar Mengajar Pada MI AL-FALAH
Berbasis Android”, h.794-799 (Online).
Amin, A. H. I., & A, K. (2014). “Aplikasi Customer Relationship Management (CRM) Di Cv. Matahari
Digital Printing Semarang”, Vol.8, No.2, h.49-65 (Online).
Aprianti, W., & Maliha, U. (2016). “Sistem Informasi Kepadatan Penduduk Keluarahan atau Desa Studi
Kasus pada Kecamatan Bati-bati Kabupaten Tanah Laut”, Vol.2, No.1, h.21-28 (Online).
Asiseh, F., Kertahadi, & Riyadi. (2013). “Penerapan Sistem Informasi Customer Relationship
Management(CRM) Dalam Upaya Meningkatkan Pelayanan (Studi Pada Pt Pln (Persero) Unit
Pelayanan Dan Jaringan (Upj Dinoyo)”, Vol.1, No.2, h.220-230 (Online).
Carissa, O. A., Fauzi, A., & Kumadji, S. (2014). “Penerapan Customer Relationship Management (CRM)
Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Loyalitas Pelanggan (Studi Kasus Pada Bandung Sport Distro
Malang)”, Vol.15, No.1, h.1-11 (Online).
Gautama, I., & Sheila. (2011). “Analisis Perancangan Customer Relationship Management (CRM
Berbasis Web pada PT.ASP Jakarta”, Vol.2, No.1, h.100-114 (Online).
Iriandini, P. A., Yulianto, E., & Mawardi, K. M. (2015). “Pengaruh Customer Relationship Management
(CRM) Terhadap Kepuasaan Pelanggan dan loyalitas Pelanggan (Survey Pada Pelanggan
PT.Gemilang Libra Logistics)”, Vol.23, No.2, h.1-8 (Online).
Kholil, I. (2017). “Customer Relationship Management (CRM)Berbasis Web untuk meningkatkan daya
saing Toko Online”, Vol.13, No.1, h.43-48 (Online).
Mallu, S. (2015). “Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Karyawan Kontrak Menjadi Karyawan Tetap
Menggunakan Metode TOPSIS” Vol.1, No.2, h.36-42 (Online).
Susanti, M. (2016). “Perancangan Sistem Informasi Akademik Berbasis Web pada SMK Pasar Minggu
Jakarta”, Vol.3, No.1, h.91-99 (Online).
Rahmawati, N., & Mulyono, H. (2016). “Analisis dan Perancnagan Sistem Informasi Pemasaran Berbasis
Web pada Toko Billy”, Vol.1, No.2, h.104-116 (Online).

234 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

APLIKASI DALAM SIMULASI PENJUALAN DENGAN


MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO

Radiyan Rahim1, Raja Nasrul Fuad2

1,2
Prodi Sistem Komputer, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Pembangunan Panca Budi, Medan,
Indonesia
1
r4diy4n@gmail.com , 2rajanasrulfuad@dosen.pancabudi.ac.id

ABSTRAK
Simulasi dapat membantu menyelesaikan permasalahan sehari-hari seperti permasalahan yang
ada pada toko grosir mardenis,dengan aplikasi simulasi dapat Memperkirakan jumlah penjualan
merupakan hal yang sangat penting bagi pedagang grosiran. Apabila pihak toko dapat
memprediksi jumlah penjualan, maka biaya pengadaan dan penyimpanan barang dapat
diminimalkan. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk memperkirakan jumlah
penjualan adalah dengan menggunakan cara simulasi. Penelitian ini menggunakan metode Monte
Carlo dalam mengelola data dan menganalisa persediaan barang atau menentukan jumlah barang
yang akan terjual pada periode berikutnya di toko Mardenis dengan sampling dari proses
bilangan acak (Additive Random Number). Pengolahan data menggunakan empat sample data
berdasarkan data history.
Kata kunci : Simulasi, Montecarlo, Aplikasi

ABSTRACT
Simulation can help solve everyday problems such as problems that exist in mardenis grocery
stores, with simulation applications can estimate the number of sales is very important for
wholesalers. If the store can predict the number of sales, then the cost of procurement and
storage of goods can be minimized. One approach that can be taken to estimate the number of
sales is to use a simulation method. This study uses the Monte Carlo method in managing data
and analyzing inventory or determining the number of items to be sold in the next period at the
Mardenis store by sampling from the random number process (Additive Random Number). Data
processing uses four sample data based on history data
Keyword: Simulation, Montecarlo, Application

1. PENDAHULUAN
Banyak cara yang dapat dilakukan pelaku bisnis untuk membuat bisnis tersebut mendapatkan
keuntungan atau profit. Penjualan berkaitan dengan keinginan konsumen akan suatu barang dan jasa yang
diminta pada suatu harga dan waktu tertentu. Memprediksi jumlah penjualan merupakan hal yang sangat
penting bagi setiap pedagang grosiran. Apabila pedagang dapat memprediksi jumlah penjualan, maka
biaya pengadaan dan penyimpanan barang dapat diminimalkan. Salah satu pendekatan yang dapat
dilakukan untuk memperkirakan jumlah penjualan adalah dengan menggunakan cara simulasi.
Simulasi Monte Carlo merupakan simulasi sampling berbasis komputer yang bekerja melakukan
percobaan-percobaan yang berulang kali dari data yang telah ada. Sehingga dari percobaan berulang kali
tersebut akan menghasilkan suatu pola yang diharapkan dapat digunakan untuk mengelola persediaan
barang. Simulasi juga dapat diartikan sebagai implementasi dari sesuatu yang nyata kedalam mesin
komputer, sehingga sistem komputer dapat menirukan dan menyerupai sesuatu yang nyata tersebut (Siti
Hazanah Harahap dan Nurjayadi, 2016).1
Metode Monte Carlo menghendaki pengembangan simulasi secara sistematis dengan
menggunakan Random Number. Metode ini cukup sederhana di dalam menguraikan atau menyelesaikan
berbagai persoalan, termasuk di dalam menggunakan program-programnya. Metode Monte Carlo dapat
mengetahui jumlah rata-rata permintaan barang dan membantu menentukan jumlah persentasi penjualan
produk di toko tersebut sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam membuat strategi untuk
penjualan lebih efektif.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 235
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

2. METODE

2.1 Rekayasa Perangkat Lunak


Rekayasa perangkat lunak (software engineering) merupakan pembangunan dengan menggunakan
prinsip atau konsep rekayasa dengan tujuan menghasikan perangkat lunak yang bernilai ekonomi dengan
dipercaya dan bekerja secara efisien menggunakan mesin. (Rekayasa Perangkat Lunak, Rosa A.S,
M.Shalahudin, 2013,).2
Perangkat lunak banyak dibuat dan pada akhinya tidak digunakan karena tidak memenuhi
kebutuhan pelanggan atau bahkan karena masalah non-teknis seperti keenganan pemakai perangkat lunak
(user) untuk mengubah cara kerja dari manual ke otomatis, atau ketidakmampuan user menggunakan
komputer. Oleh karena itu, rekayasa perangkat lunak dibutuhkan agar perangkat lunak yang dibuat tidak
hanya menjadi perangkat lunak yang tidak terpakai. (Rekayasa Perangkat Lunak, Rosa A.S,
M.Shalahudin, 2013, ).2

2.2 Model dan Simulasi


Simulasi adalah proses implementasi model menjadi program komputer (software) atau rangkaian
elektronik dan mengeksekusi software tersebut sedemikian rupa sehingga perilakunya menirukan atau
menyerupai sistem nyata (realitas) tertentu untuk tujuan mempelajari perilaku (behaviour) sistem,
pelatihan (training) atau permainan (game) yang melibatkan sistem nyata. Proses merancang model dari
suatu sistem yang sebenarnya, mengadakan percobaan-percobaan terhadap model tersebut dan
mengevaluasi hasil percobaan tersebut. Fasilitas yang disimulasikan disebut sistem Asumsi/pendekatan,
baik logis maupun matematik , disebut tentang bagaimana sistem bekerja. Asumsi-asumsi tersebut
membentuk suatu model dari sistem (Pemodelan dan Simulasi Sistem Teori, Aplikasi Dan Contoh
Program Dalam Bahasa C, Bambang Sridadi, 2009, ).3

2.3 Metode Monte Carlo


Metode Monte Carlo merupakan metode analisis numerik yang melibatkan pengambilan sampel
eksperimen bilangan acak. Salah satu model simulasi yang paling popular pada pengendalian persediaan
adalah simulasi Monte Carlo. Model simulasi Monte Carlo merupakan bentuk simulasi probabilistik
dimana solusi dari suatu masalah diberikan berdasarkan proses randomisasi (acak). Proses acak ini
melibatkan suatu distribusi probabilitas dari variabel-variabel data yang dikumpulkan berdasarkan data
masa lalu maupun distribusi probabilitas teoritis. Bilangan acak digunakan untuk menjelaskan kejadian
acak setiap waktu dari variabel acak dan secara berurutan mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi
dalam proses simulasi (Khairun Nizar, 2016).4
Penggunaan metode Monte Carlo memerlukan sejumlah besar bilangan acak, dan hal tersebut
semakin mudah dengan perkembangan pembangkit bilangan acak, yang jauh lebih cepat dan praktis
dibanding dengan metode sebelumnya. Adapun model deterministik parametik dapat dilihat pada Gambar
2.1 di bawah ini :

Model y1
x2x1
f(x) y2
x3

Gambar 2.1 Model Deterministik Parametik

Simulasi monte carlo adalah suatu metode untuk mengevaluasi secara berulang suatu model
deterministik menggunakan himpunan bilangan acak sebagai masukan. Metode ini sering digunakan bila
model adalah kompleks, non linier, atau melibatkan banyak parameter tertentu yang saling berhubungan.
Adapun model perambatan ketentuan stokastik dapat dilihat pada Gambar 2.2 di bawah ini :

Gambar 2.2 Perambatan Ketentuan Stokastik

236 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

1. X = Himpunan pariabel masukan


2. Y = Himpunan pariabel keluaran

Di dalam simulasi persediaan, order produk, waktu permintaan dan jumlah produk permintaan
serta proses pengiriman bersifat probabilistik (tidak pasti). Jadi membutuhkan fungsi distribusi
probabilistik untuk mengenali perilaku setiap variabelnya. Dengan distribusi probabilistik tersebut
seseorang dapat menentukan berbagai kebutuhan yang di perlukan. (Khairun Nizar Nasution, 2016) 4
Langkah Penyelesaian :
1. Terlebih dahulu dibuat Imperical Data distribusinya, yaitu : fungsi Probobilitas Distribusi Frekuensi
PDF = f / j
Gambar 2.3 Rumus PDF

Dimana :
PDF = Probobilitas Distribusi Frekuensi
f = Frekuensi
j = Jumlah
2. Distribusi permintaan tersebut diubah dalam bentuk fungsi Commulative Distribusi Frekuensi,
3. Setiap permintaan tersebut, diberi angka penunjuk batasan (Tag/Label number), disusun berdasarkan
Commulative Distribusi Frekuensi distribusi permintaan.
4. Lakukan penarikan random number, dengan salah satu bentuk Random Number Generation (RNG),
yaitu dengan menggunakan metode Linear Congruent Method (LCM)

2.4 PHP
PHP merupakan aplikasi perangkat lunak opensource, dimana kepanjangan dari PHP adalah
Hypertext Preprocessor yang diatur dalam aturan general purpose licences (GPL). Pemograman PHP
merupakan pemograman yang sangat cocok dikembangkan di lingkungan web karena bisa diletakkan
pada script HTML ataupun sebaliknya. PHP tergolong sebagai program web dinamis karena mampu
menghasilkan website yang bisa diubah secara terus menerus hasilnya atau kontennya tanpa harus masuk
ke dalam coding. Hal tersebut bergantung pada permintaan terkini. Secara umum, pembuatan database
sangat erat hubungannya untuk pembuatan web dinamis, sebagai tempat untuk sumber data yang akan
ditampilkan.

2.5 MySQL
MySQL merupakan software yang tergolong sebagai DBMS (Database Management System)
yang bersifat Open Source. Open Source menyatakan bahwa software ini dilengkapi dengan source code
(kode yang dipakai untuk membuat MySQL), selain tentu saja bentuk executable-nya atau kode yang
dapat dijalankan secara langsung dalam system operasi, dan bisa diperoleh dengan cara men-download di
internet secara gratis. MySQL awalnya dibuat oleh perusahaan konsultan bernama TcX yang berlokasi di
Swedia. Saat ini pengembangan MySQL berada di bawah naungan perusahaan MySQL AB. (Panduan
Praktis PHP & MySQL untuk Profesional, Dr. Eng R.H Sianipar, 2017). 5

3. HASIL

3.1 Implementasi sistem


Implementasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk memastikan aplikasi yang telah
dibangun, apakah dapat digunakan pada sistem atau program demi memenuhi keutuhan pengguna atau
(user) dengan kegiatan perencanaan, melakukan kegitan implementasi dan tindak lanjut demi
menemukan batasan sistem yang diperlukan dalam menjalankan aplikasi yang telah di rancang tersebut.

3.2 Tahapan Penginstalan


Tahapan pertama yang harus dilakukan dalam melakukan pengujian pada aplikasi ini, harus di
install terlebih dahulu mowes portable dengan langkah sebagai berikut :
1. Pilih lokasi tempat mowes tersimpan, lalu ekstrak file nya.
2. Pilih lokasi file dan jalankan file exe mowes .
3. Lalu muncul tampilan setting bahasa, pilih bahasa English
4. Ceklist pada bagian I understand and accept dan pilih OK.
5. Kemudian klik install.
6. Tunggu sampai proses install selesai.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 237
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

7. Pilih private kemudian allow access, Ceklist private kemudian allow access untuk apache http
server dan ok.
8. Proses install mowes sudah siap, apache dan MySQL siap running.
9. Jalankan localhost/phpmyadmin pada browser, untuk menjalankannya simpan semua data
pada folder www.

3.3 Tampilan Halaman Program


Halaman program dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 3.1 Tampilan Halaman Login Admin

Gambar 3.2 Tampilan Halaman Menu Utama

Gambar 3.3 Tampilan Halaman Input Produk

Gambar 3.4 Tampilan Tabel Permintaan Produk

Gambar 3.5 Tampilan Angka Random yang Tersimpan

238 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 3.6 Tampilan Hasil Prediksi

4. SIMPULAN

Berdasarkan dari proses pembuatan simulasi penjualan yang telah dilakukan dapat kesimpulan
Dengan menggunakan sistem simulasi menggunakan metode monte carlo, dapat membantu pihak Toko
dalam melakukan proses pengolahan data dan perkiraan jumlah penjualan barang pada periode
berikutnya., sistem simulasi penjualan dengan metode monte carlo dapat menghasilkan suatu informasi
yang lebih akurat dan efisien dalam menentukan strategi penjualan, simulasi ini juga dapat meminimalisir
kesalahan dalam persedian barang.diharapkan aplikasi ini bisa di kembangkan lebih baik lagi dengan
menambahkan relasi antara mitra usaha.yang nantinya bisa meningkatkan hubungan kerja antarap
pemilik toko dan distributor.

DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Siti Hazanah And Nurjayadi. “Simulasi Monte Carlo Dan Animasi Operasinya Dalam
Mengelola Persediaan Bahan Baku Bangunan.” Jurnal Stmik Amik Riau Sains Dan Teknologi
Informasi, Vol. 2, No. 2. (2016).
Rosa, Ariani Sukamto, And Muhammad Shalahuddin. "Rekayasa Perangkat Lunak Terstruktur Dan
Berorientasi Objek." Bandung: Informatika (2013).
Sridadi, Bambang. "Pemodelan Dan Simulasi Sistem Teori, Aplikasi, Dan Contoh Program Dalam
Bahasa C." Bandung: Informatika (2009).
Nasution, Khairun Nizar. "Prediksi Penjualan Barang Pada Koperasi PT. Perkebunan Silindak Dengan
Menggunakan Metode Monte Carlo." Jurikom (Jurnal Riset Komputer) 3.6 (2016).
Sianipar, R.H. “Panduan Praktis Php & Mysql Untuk Profesional”. Yogyakarta : Andi Offset (2017).

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 239
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PERANCANGAN DATA FLOW DIAGRAM UNTUK SISTEM


INFORMASI SEKOLAH (STUDI KASUS PADA SMP PLUS
TERPADU)

Fithrie Soufitri

Fakultas Teknologi Institut Teknologi dan Bisnis Sumatera Utara


Email: fithriesoufitri@gmail.com

ABSTRAK
Abstrak data flow diagram (DFD) adalah alat yang dapat digunakan untuk menggambarkan
sistem yang dirancang. Penggambaran DFD diawali dengan diagram konteks (CD). CD
menggunakan tiga simbol, yaitu: entitas eksternal, simbol untuk mewakili aliran data dan simbol
untuk mewakili proses. DFD menggunakan empat simbol, yaitu: Semua simbol yang digunakan
pada CD ditambah satu simbol lagi untuk mewakili penyimpanan data. Penggambaran DFD
lebih terfokus pada aliran proses data dalam sistem yang akan membuat pengguna lebih
memahami bagaimana data mengalir dalam sistem dan bagaimana data diproses dalam sistem.
DFD diimplementasikan di sekolah sistem informasi di SMP Plus Terpadu.
Kata kunci: diagram alur data, diagram konteks, entitas eksternal, Penyimpanan data

ABSTRACT
Data Flow Diagrams (DFD) is a tool that can be used to describe the system designed. DFD
depictions preceded by Context Diagrams (CD). CD uses three symbols, namely: external entity,
a symbol to represent the flow of data and symbols to represent process. DFD using four
symbols, namely: all symbols used on the CD plus one more symbol to represent the data store.
DFD depiction is more focused on the process flow of data within the system that will make
users better understand how data flows in the system and how the data is processed in the
system. DFD is implemented at the school of information systems at Junior high school
plus integrated.
Keywords: data flow diagrams, context diagrams, external entity, data store

PENDAHULUAN
Pemahaman awal untuk sistem yangakan dirancang oleh seorang penganalisis sistem perlu
didokumentasikan dengan baik sehingga dapat dikomunikasikan dengan penggun a lain yang terlibat di
dalam proses perancangan sistem.
Alat bantu yang dapat digunakan untuk hal ini cukup banyak disediakan, ada yang menekankan
kepada aliran dokumen berupa formulir dan laporan termasuk tembusan-tembusannya (document
flowchart), ada juga yang menekankan kepada aliran data di dalam sistem (data flow diagram = DFD).
Data Flow Diagram (DFD) adalah representasi grafis dari aliran data melalui sistem informasi. Hal
ini memungkinkan untuk mewakili proses dalam sistem informasi dari sudut pandang data. DFD
memungkinkan untuk memvisualisasikan bagaimana sistem beroperasi, apa sistem menyelesaikan dan
bagaimana itu akan dilaksanakan, bila disempurnakan dengan spesifikasi lebih lanjut. Data flow diagram
digunakan oleh analis sistem untuk merancang sistem pemrosesan informasi tetapi juga sebagai cara
untuk model seluruh organisasi.
Data Flow Diagram (DFD) merupakan suatu diagram yang menggunakan notasi-notasi untuk
menggambarkan arus dari data sistem, yang penggunaannya sangat membantu untuk memahami sistem
secara logika, tersruktur dan jelas. DFD merupakan alat bantu dalam menggambarkan atau menjelaskan
proses kerja suatu sistem. DFD menurut Mahyuzir, 1991 adalah teknik grafik yang digunakan untuk
menjelaskan aliran informasi dan trasformasi data yang bergerak dari pemasukan data hingga ke
keluaran. DFD menggambarkan penyimpanan data dan proses mentranformasikan data

240 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Salah satu manfaat DFD adalah memungkinkan penganalisis sistem memahami keterkaitan antara
subsistem yang satu dengan subsistem yang lainnya pada sistem yang sedang digambarkan karena sistem
digambarkan secara terstruktur sehingga dapat digunakan untuk mengkomunikasikan sistem kepada
pengguna (Kendall, 2003).
Implementasi untuk perancangan sistem menggunakan alat bantu DFD ini dilakukan untuk sistem
informasi sekolah di SMP Plus Terpadu.
Pada sistem informasi sekolah ini akan digambarkan aliran data yang dimulai dari proses
pendaftaran siswa untuk test, proses penentuan siswa yang lulus test,pendaftaran ulang siswa baru,
pembagian kelas, kehadiran siswa, nilai siswa, laporan siswa yang lulus test dan diterima di SMP Plus
Terpadu , raport siswa dan laporan siswa perkelas.

METODE
1. Context Diagram (CD)
CD memperlihatkan sistem yang dirancang secara keseluruhan, semua external entity harus
digambarkan sedemikian rupa, sehingga terlihat data yang mengalir pada input-proses-output.
CD menggunakan tiga buah simbol yaitu: simbol untuk melambangkan external entity, simbol
untuk melambangkan data flow dan simbol untuk melambangkan process. CD hanya boleh terdiri dari
satu proses saja, tidak boleh lebih, dan pada CD tidak digambarkan data store. Proses pada CD
biasanya tidak diberi nomor.
Diagram ini adalah diagram level tertinggi dari DFD yanG menggambarkan hubungan sistem
dengan lingkungan luarnya.
Caranya :
 Tentukan nama sistemnya.
 Tentukan batasan sistemnya.
 Tentukan terminator apa saja yang ada dalam sistem.
 Tentukan apa yang diterima/diberikan terminator dari/ke sistem.
 Gambarkan diagram konteks.
2. Data Flow Diagram (DFD)
Data Flow Diagram (DFD) disebut juga dengan Diagram Arus Data (DAD). DFD adalah: suatu
model logika data atau proses yang dibuat untuk menggambarkan: darimana asal data, dan kemana
tujuan data yang keluar dari sistem, dimana data disimpan, proses apa yang menghasilkan data
tersebut, dan interaksi antara data yang tersimpan, dan proses yang dikenakan pada data tersebut
(Kristanto, 2008)
DFD yang di dalam bahasa Indonesia disebut sebagai DAD (Diagram Arus Data) memperlihatkan
gambaran tentang masukan- proses-keluaran dari suatu sistem/perangkat lunak, yaitu obyek-obyek data
mengalir ke dalam perangkat lunak, kemudian ditransformasi oleh elemen-elemen pemrosesan , dan
obyek-obyek data hasilnya akan mengalir keluar dari sistem/perangkat lunak (S. Pressman, 2012).
Obyek-obyek data dalam penggambaran DFD biasanya direpresentasikan menggunakan tanda panah
berlabel, dan transformasi-transformasi biasanya direpresentasikan menggunakan lingkaran-lingkaran
yang sering disebut sebagai gelembung-gelembung (S. Pressman, 2012). DFD pada dasarnya
digambarkan dalam bentuk hirarki, yang pertama sering disebut sebagai DFD level 0 yang
menggambarkan sistem secara keseluruhan sedangkan DFD-DFD berikutnya merupakan penghalusan
dari DFD sebelumnya.
DFD menggunakan empat buah simbol, yaitu: semua simbol yang digunakan pada CD ditambah
satu simbol lagi untuk melambangkan data store. Ada dua teknik dasar penggambaran simbol DFD
yang umum dipakai: pertama adalah Gane and Sarson sedangkan yang kedua adalahYourdon and De
Marco. Perbedaan yang mendasar pada teknik tersebut adalah lambang dari simbol yang digunakan.
 Gane and Sarson menggunakan lambang segi empat dengan ujung atas tumpul untuk
menggambarkan process dan menggunakan lambang segi empat dengan sisi kanan terbuka
untuk menggambarkan data store.

TERMINATOR PROSES DATA STORE ALUR DATA


`

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 241
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

 Yourdon and De Marco menggunakan lambang lingkaran untuk menggambarkan process dan
menggunakan lambang garis sejajar untuk menggambarkan data store. Sedangkan untuk
simbol external entity dan simbol data flow kedua teknik tersebut menggunakan lambang yang
sama yaitu: segi empat untuk melambangkan external entity dan anak panah untuk
melambangkan data flow.

DATA STORE ALUR DATA


TERMINATOR PROSES

3. Kegunaan Masing-masing Simbol pada Data Flow Diagram (DFD)


Ada empat buah simbol pada DFD, yang masing-masingnya digunakan untuk mewakili
(Jogiyanto, 2005):
a. External entity (kesatuan luar) atau boundary (batas sistem), digunakan untuk menyatakan: suatu
kantor, departemen atau divisi dalam perusahaan tetapi di luar sistem yang dikembangkan; orang
atau sekelompok orang di organisasi tetapi di luar sistem yang sedang dikembangkan; suatu
organisasi atau orang yang berada di luar organisasi misal: langganan, pemasok; sistem informasi
yang lain di luar sistem yang sedang dikembangkan; sumber asli suatu transaksi; penerima akhir
dari suatu laporan yang dihasilkan oleh sistem.
b. Data flow (arus data), digunakan untuk menunjukkan arus dari data yang dapat berupa: masukan
untuk sistem ataupun hasil dari proses system. Arus data sebaiknya diberi nama yang jelas dan
mempunyai arti. Di dalam menggambarkan arus data di DFD perlu diperhatikan beberapa konsep
berikut:
 Konsep paket dari data (packet of data).
Bila dua atau lebih data mengalir dari suatu sumber yang sama ke tujuan yang sama, maka
dianggap sebagai suatu arus data tunggal.
 Konsep arus data menyebar (diverging data flow)
Menunjukkan sejumlah tembusan dari arus data yang sama dari sumber yang sama ke tujuan
berbeda.
 Konsep arus data mengumpul (converging data flow)
Menunjukkan beberapa arus data yang berbeda bergabung bersama-sama menuju ke tujuan
yang sama.
 Konsep sumber dan tujuan arus data
Semua arus data harus dihasilkan dari suatu proses atau menuju ke suatu proses.
c. Process (proses), digunakan untuk menunjukkan kegiatan atau kerja yang dilakukan oleh
orang, mesin atau komputer dari hasil suatu arus data yang masuk ke dalam proses untuk
dihasilkan arus data yang keluar dari proses. Suatu proses harus menerima arus data dan
menghasilkan arus data.
Beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam penggambaran DFD:
 Proses mempunyai input tapi tidak menghasilkan output (black hole = Lubang hitam)
 Proses menghasilkan output tapi tidak pernah menerima input(miracle = ajaib)
d. Data store (simpanan data) ), digunakan untuk menunjukkan simpanan dari data yang dapat
berupa: suatu file atau database di sistem komputer; suatu arsip atau catatan manual; suatu kotak
tempat data di meja seseorang; suatu tabel acuan manual; suatu agenda atau buku. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam menggambarkan suatu simpanan data:
 Hanya proses saja yang berhubungan dengan simpanan data.
 Arus data yang menuju ke simpanan data dari suatu proses menunjukkan: proses update.
Proses update berupa: menambah atau menyimpan record baru atau dokumen baru ke dalam
simpanan data; menghapus record atau mengambil dokumen dari simpanan data;
mengubah nilai data di suatu record atau dokumen yang ada di simpanan data.
 Arus data yang berasal dari simpanan data ke suatu proses menunjukkan: proses tersebut
menggunakan data yang ada di simpanan data, berupa: proses membaca data di disk; proses
mengambil formulir atau dokumen untuk dilihat isinya.
 Untuk proses update sekaligus proses baca maka dapat digambarkan: menggunakan satu
garis dengan anak panah yang mengarah ke kedua sisinya secara berlawanan arah; atau
menggunakan arus data terpisah.

242 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

4. Cara Menggambar DFD


Pedoman penggambaran DFD dapat mengikuti langkah berikut ini (Jogiyanto,
2005):
a. Identifikasi external entity.
b. Identifikasi semua input dan output yang terlibat dengan kesatuan luar.
c. Gambarlah terlebih dahulu suatu diagram konteks (context diagram)=top level Diagram konteks
selalu mengandung satu dan hanya satu proses saja.

d. Gambarlah bagan berjenjang (hierarchy chart).


Untuk mempersiapkan penggambaran DFD ke level-level lebih bawah lagi.
e. Gambarlah sketsa DFD untuk overview diagram (level 0).
f. Gambarlah DFD untuk level-level berikutnya (1,2, dst).
g. Gambarlah DFD gabungan semua level.

HASIL
Aliran Sistem Informasi Pendaftaran dan Pembuatan Raport yang dapat dilihat pada uraian
sebagai berikut (Afyenni, 2013):
a. Bagian Tata Usaha (TU) / Panitia Pendaftaran memberikan blanko pendaftaran kepada siswa yang
ingin mendaftarkan diri sebagai calon siswa.
b. Calon siswa mengisi blanko pendaftaran dan kemudian mengembalikan blanko tersebut ke bagian
TU, lalu dilakukan pendataan dan seleksi secara manual sehingga diperoleh hasil seleksi calon
siswa tahap I dan dibuatkan pengumuman pendaftaran ulang.
c. Dari proses daftar ulang akan dihasilkan daftar siswa yang telah daftar ulang dan daftar siswa
yang mengundurkan diri.
d. Dari kuota calon siswa yang mengundurkan diri akan dilakukan seleksi kembali untuk daftar
ulang tahap II dan diumumkan ke calon siswa.
e. Bagi calon siswa yang lulus seleksi tahap II maka akan menjalani proses daftar ulang tahap II
dan dihasilkan laporan siswa lulus seleksi tahap II yang akan digabungkan dengan laporan
siswa lulus seleksi tahap I lalu dibuatkan laporan daftar siswa yang diterima pada tahun ajaran ini
kemudian diberikan kepada kepala sekolah untuk dilakukan pengesahan.
f. Lalu diserahkan kembali kepada TU dan dilakukan pembagian lokal oleh TU yang dilanjutkan
dengan pengesahan oleh kepala sekolah dan diserahkan kembali kepada TU. Hasil ini satu
rangkap diarsipkan oleh TU dan satu rangkap lagi diberikan kepada wali kelas.
g. Siswa yang telah dibagi akan mengikuti proses belajar mengajar sehingga menghasilkan nilai
siswa yang akan didata oleh guru per masing-masing mata pelajarannya.
h. Nilai siswa diberikan oleh setiap guru bidang studi kepada wali kelas lalu wali kelas
melakukan pendataan terhadap nilai siswa yang menghasilkan laporan ledger nilai siswa lalu
memberikannya kepada TU.
i. Wali kelas membuat raport nilai siswa berdasarkan ledger lalu menyerahkannya kepada kepala
sekolah untuk disahkan lalu mengembalikannya kepada wali kelas.
j. Wali kelas mengarsipkan raport tersebut sebanyak satu rangkap sedangkan satu rangkap lagi
diserahkan kepada siswa.
Penggambaran DFD untuk kasus di atas, sesuai dengan pedoman yang disarankan maka terlebih
dahulu ditentukan external entity yang terlibat, yaitu: TU / Panitia Pendaftaran, Siswa, Guru Bidang
Studi, Wali Kelas dan Kepala Sekolah.
Langkah berikutnya adalah menentukan input/output data untuk masing- masing external entity
yaitu: TU/ Panitia Pendaftaran memberikan input dan menerima output; Siswa hanya menerima output
saja; Guru Bidang Studi memberikan input dan menerima output; Wali Kelas memberikan input dan
menerima output; Kepala Sekolah memberikan input dan menerima output.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 243
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Kemudian digambarkan context diagram, dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Context Diagram SI Sekolah

Langkah berikutnya menggambarkan bagan berjenjang (hierarchy chart), dapat dilihat pada gambar
2.

Gambar 2. Bagan Berjenjang SI Sekolah

Langkah berikutnya menggambarkan sketsa DFD untuk overview diagram (level 0), yang
berisikan proses nomor 1, 2, 3, 4, dan 5, dapat dilihat pada gambar 3. Pada DFD level 0 ini harus
dicermati bahwa semua external entity dan data flow yang terlibat pada context diagram harus
muncul kembali karena DFD Level 0 adalah overview diagram.

244 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 3. DFD Level 0 SI Sekolah

Langkah berikutnya menggambarkan DFD untuk level-level berikutnya. Pada kasus ini sesuai
dengan bagan berjenjang yang ada pada gambar 2 terlihat bahwa hanya diperlukan penggambaran
sampai DFD level1 saja. DFD level 1 untuk proses nomor 2 berisikan sub proses dengan nomor
proses: 2.1, 2.2, dan 2.3. DFD level 1 untuk proses nomor berisikan sub proses dengan nomor proses:
3.1, 3.2, 3.3, 3.4, 3.5, 3.6, dan 3.7. DFD level 1 untuk proses nomor 4 berisikan sub proses dengan
nomor proses: 4.1, 4.2, dan 4.3. DFD level 1 untuk proses nomor 5 berisikan sub proses dengan
nomor proses: 5.1, 5.2, 5.3, dan 5.4. Semua DFD level 1 ini harus digambarkan seluruhnya, external
entity yang digambarkan pada masing-masingnya sesuai dengan kebutuhan masing- masing level 1
tersebut. Contoh: pada DFD level 1 untuk proses nomor 2 hanya diperlukan external entity: TU / Panitia
Pendaftaran saja, sedangkan yang lainnya tidak terlibat dan tidak perlu digambarkan. DFD Level 1
untuk proses nomor 1 tidak perlu dibuatkan karena proses tersebut tidak memiliki turunan, proses ini
disebut proses yang primitive.
Langkah terakhir adalah membuat DFD gabungan semua level, yang digambarkan hanyalah
proses-proses yang tidak ada lagi turunannya (primitive). Sesuai dengan diagram berjenjang yang telah
dibuat terlihat bahwa proses yang primitif adalah proses dengan nomor: 1, 2.1, 2.2, 2.3, 3.1, 3.2,
3.3, 3.4, 3.5, 3.6, 3.7, 4.1, 4.2, 4.3, 5.1, 5.2, 5.3, dan 5.4.

SIMPULAN
Berdasarkan uraian dari tahap-tahap sebelumnya dapat disimpulkan bahwa: Data Flow Diagram
dapat digunakan untuk menggambarkan sistem informasi sekolah yang diterapkan di SMA Pembangunan
Laboratorium UNP sehingga terlihat aliran data yang digunakan untuk kebutuhan input, process maupun
output. Hal ini memudahkan untuk mengkomunikasikan sistem yang dirancang kepada pengguna lainnya.
DFD pada sistem informasi sekolah ini juga memperlihatkan bahwa sistemnya terdiri dari subsistem-
subsistem yang saling berhubungan.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 245
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

DAFTAR PUSTAKA
Jogiyanto, “ Analisis dan Desain Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi
Bisnis”, Andi, Yogyakarta, 2005.
Kendall, Kenneth E. Dan Kendall, Julie E., “ Analisis dan Perancangan Sistem Edisi Kelima Jilid 1
dan Jilid 2”, Prenhallindo, Jakarta 2003.
Kristanto, Andri, “ Perancangan Sistem Informasi dan Aplikasinya”, edisi revisi, Gava Media,
Yogyakarta, 2008.
Ladjamudin, Al-Bahra Bin, “Analisis dan Desain Sistem Informasi”, Graha Ilmu, Tangerang, 2005.
S. Pressman, Roger, “ Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi Buku 1 dan 2”, Andi,
Yogyakarta, 2012.
http://fairuzelsaid.wordpress.com/2010/01/08/analisis-sistem-informasi-diagram-alir-data-dad-data-flow-
diagramdfd/
http://ajengrahmap.wordpress.com/2013/11/02/tugas-2-5-pengertian-data-flow-diagram-dfd/

246 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PENGGUNAAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) UNTUK


MEMODELKAN VOLUME EKSPOR CRUDE PALM OIL (CPO) DI
INDONESIA

Trisna Yuniarti1, Irfan Rusmar2, Tengku Rachmi Hidayani3, Meutia Mirnandaulia4

1,2,3,4
Politeknik Teknologi Kimia Industri, Medan 20228
1
trisna.yuniarti@ptki.ac.id

ABSTRAK
Indonesia sebagai eksportir minyak sawit dunia harus mampu mengestimasi banyaknya volume
crude palm oil (CPO) yang dihasilkan guna memenuhi kebutuhan ekspor ke negara lain.
Estimasi tersebut dapat dilakukan dengan membuat suatu model sehingga permintaan CPO dapat
terpenuhi secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mencari model volume ekspor CPO di
Indonesia. Data time series volume ekspor CPO dari tahun 1981 sampai dengan 2017 yang
merupakan data sekunder selanjutnya digunakan untuk pelatihan dan pengujian pada metode
Artificial Neural Network (ANN). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa jaringan terbaik
dengan jumlah hidden layer sebanyak 2, layer 1 berjumlah 25 neuron dan layer 2 berjumlah 5
neuron, serta menggunakan fungsi aktivasi sigmoid dengan 18 data digunakan sebagai pelatihan
dan 8 data digunakan sebagai pengujian.Model yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki nilai
Mean Average Percentage Error (MAPE) sebesar 23,7% pada data pelatihan dan 6,9% pada data
pengujian.
Kata kunci : ANN, Ekspor, CPO, Time Series, MAPE

ABSTRACT
Indonesia as an exporter of palm oil the world should be able to estimate the number of volumes
of CPO that is produced to meet the needs of export to other countries. The estimate can be done
by creating a model so that the demand for CPO can be fulfilled optimally. This study aim to find
the volume model of Crude palm oil (CPO) export in Indonesia. The CPO export time series data
from 1981 to 2017 is secondary data which is further used for training and testing on Artificial
Neural Network (ANN) methods. The results show that the best network with number of hidden
layer 2, layer 1 amounts to 25 neurons and layer 2 amounts to 5 neurons, as well as using the
sigmoid activation function with 18 the data used as training and 8 data are used as testing. The
model produce a value of the Mean Average Percentage Error (MAPE) of 23,7% on the training
data and 6,9% on the testing data.
Keywords: ANN, Export, CPO, Time Series, MAPE

PENDAHULUAN
Perkebunan kelapa sawit yang merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki posisi
signifikan di kegiatan perekonomian, dimana hasil produksinya memiliki peluang ekspor yang besar
karena adanya pasar potensial berupa industri yang mengolah produk turunannya. Salah satu hasil
produksi kelapa sawit adalah Crude Palm Oil atau sering dikenal dengan sebutan CPO. Produk ini
menjadi salah satu komoditas terpenting bagi Indonesia. Hal tersebut disebabkan komoditas ini banyak
diekspor ke negara lain sehingga memberikan andil besar karena menghasilkan devisa negara yang salah
satu fungsinya adalah dapat menjaga pasar keuangan menjadi lebih stabil. Berdasarkan data Statistik
Perkebunan Indonesia diketahui bahwa lima negara yang memiliki volume ekspor terbanyak menurut
negara tujuan pada tahun 2017, yaitu India, Belanda, Singapura, Italia, dan Spanyol [1]. India merupakan
negara pengimpor CPO terbesar dari Indonesia yaitu sebanyak 4.627.672.857 Kg dengan nilai ekspor
sebesar $US 3.068.287.682.
Luas areal perkebunan kelapa sawit yang cenderung meningkat setiap tahunnya mengakibatkan
volume produksi kelapa sawit di Indonesia semakin besar. Hal ini ditandai dengan persentase kenaikan

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 247
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

areal perkebunan antara 2,77% sampai dengan 4,7% per tahun yang terjadi sebelum tahun 2017 [2].
Hasil produksi tersebut digunakan untuk kepentingan di dalam negeri sebagai bahan mentah pembuatan
produk oleopangan dan oleokimia, selain itu ekspor produk ini dilakukan ke luar negeri dalam bentuk
CPO maupun Palm Kernel Oil (PKO). Beberapa faktor yang menyebabkan volume ekspor CPO
mengalami peningkatan adalah pertumbuhan produksi kelapa sawit, baik pada perkebunan rakyat,
perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta dan juga perkembangan sektor industri hilir kelapa
sawit yang menghasilkan produk turunan dengan nilai tambah tinggi [1,3].
CPO sebagai salah satu komoditas dari sub sektor perkebunan untuk diekspor, selayaknya harus
dilakukan analisis lebih mendalam guna dapat merumuskan dan mengambil keputusan berupa kebijakan
yang tepat pada perekonomian di Indonesia. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menganalisisnya adalah melakukan prediksi dengan membuat model volume ekspor CPO dari data
historis yang ada. Dengan model tersebut, akan didapatkan perkiraan volume ekspor untuk tahun yang
akan datang. Kegiatan ekspor sendiri merupakan kegiatan jual beli atau pengiriman barang dagangan
yang dilakukan antar negara dan nilai ekspor tersebut dinyatakan dalam US Dollar [4]. Data volume
ekspor merupakan data historis yang berbentuk time series tahunan. Data dikumpulkan berdasarkan
urutan waktu untuk selanjutnya dilakukan analisis lebih mendalam.
Data volume ekspor CPO Indonesia ke negara lain dari tahun 1981 sampai dengan tahun 2017 yang
terdapat pada Gambar 1. memperlihatkan bahwa volume cenderung mengalami kenaikan sampai dengan
tahun 2010. Pada tahun 2011 volume ekspor mengalami penurunan yang cukup signifikan dan dimulai
pada tahun 2013 sampai dengan 2017 volume ekspor CPO mengalami fluktuasi [1].

12000000

10000000
Volume Ekspor CPO (Ton)

8000000

6000000
Tahun
Volume (Ton)
4000000

2000000

0
1989

2000

2011
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988

1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999

2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010

2012
2013
2014
2015
2016
2017

Tahun

Gambar 1. Tren Volume Ekspor CPO Indonesia ke Negara Lain

Beberapa penelitian telah melakukan pemodelan mengenai volume ekspor CPO Indonesia ke negara
lain. Hasil model menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya volume ekspor
CPO ke negara lain. Faktor-faktor tersebut antara lain harga domestik, harga internasional, nilai tukar
rupiah, pendapatan negara, jumlah penduduk, tren, harga substitusi berpengaruh secara bersamaan
dengan volume ekspor ke negara lain [5]. Jumlah penduduk merupakan faktor yang paling signifikan
mempengaruhi jumlah volume ekspor oleh negara RRC [6]. Pada skema ACFTA, secara simultan faktor
produksi, harga, kurs dan tarif 0% berpengaruh signifikan terhadap ekspor CPO Indonesia [7]. Penelitian
tersebut dilakukan dengan menggunakan model ekonometrik.
Sebagai salah satu penyumbang pendapatan, yaitu sebagai devisa negara, maka diperlukan
pemodelan guna dapat mempresentasikan, menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan dan
memproyeksikan karakteristik dan perilaku volume ekspor CPO Indonesia. Dengan demikian gambaran
besarnya volume ekspor CPO pada tahun berikutnya dapat diketahui sehingga dapat memenuhi
permintaan konsumen dari negara lain. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk melakukan
prediksi adalah bidang Artificial Intellegence (AI). Beberapa penelitian telah menggunakan AI untuk
mendapatkan model terbaik dan memprediksi sesuatu dimasa yang akan datang. Beberapa contoh AI
yang digunakan seperti metode wavelet transform dan group method of data handling (WGMDH)
digunakan untuk mencapai keakurasian prediksi beban listrik [8], metode hybrid digunakan untuk
peramalan penjualan fashion [9], metode ANN digunakan untuk permalan cuaca harian dengan input
suhu, hujan, kelembaban, kondisi awan, dan cuaca pada hari tersebut [10].
Salah satu AI adalah Artificial Neural Network yang sering disebut Jaringan Syaraf Tiruan. Dari
beberapa literatur menyatakan bahwa ANN memiliki kelebihan, seperti akurasi dan respon cepat ketika
digunakan untuk mendapatkan model yang selanjutnya digunakan sebagai alat prediksi. Ketika
pendekatan teoritis tidak dapat diterapkan, ANN memiliki kemampuan untuk mensimulasikan fungsi

248 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

nonlinier. Model ANN dapat memperhitungkan sejumlah besar variabel dan hasil proses analisis dapat
dilakukan dengan cepat [11]. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memformulasikan model volume
ekspor kelapa sawit berdasarkan data time series masa lampau sehingga dapat mengetahui prediksi
volume ekspor CPO Indonesia pada tahun mendatang menggunakan metode ANN.

METODE
Lokasi, Jenis, Metode Pengumpulan Data, dan Variabel Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah Indonesia karena sebagai negara pengekspor CPO terbesar di
dunia [12]. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data times series
volume ekspor CPO Indonesia dari tahun 1981 sampai dengan tahun 2017. Penelitian menggunakan data
sekunder yaitu data mengenai kelapa sawit yang terdapat pada buku statistik kelapa sawit yang
dikeluarkan oleh BPS dan buku statistik perkebunan Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian
Pertanian. Selain itu dilakukan juga studi literatur berupa paper penelitian lainnya yang mendukung
penelitian ini. Variabel pada penelitian ini adalah data input yaitu volume ekspor CPO tahun sebelumnya
dan data output berupa hasil prediksi volume ekspor CPO tahun berikutnya.
Eksplorasi Data
Data volume ekspor CPO Indonesia yang telah dikumpulkan akan diolah dengan teknik ANN.
Pengolahan data terdiri dari eksplorasi atau pemrosesan awal data dengan melakukan :
1) Pembersihan data dengan mengidentifikasi dan mengoreksi data guna memastikan bahwa data
volume ekspor CPO yang dipakai tidak ada yang hilang (miss value) atau nilainya berbeda jauh
dengan data sebelumnya. Hasil pembersihan didapatkan dari 38 data, hanya 26 data yang layak
digunakan untuk proses selanjutnya.
2) Integrasi data dengan menggabungkan semua data menjadi satu sehingga menjadi basis data yang
baru, terdiri dari dua kolom yaitu, tahun dan volume ekspor.
3) Transformasi data dengan melakukan normalisasi data, yaitu mengubah data agar sesuai
karakteristiknya dengan data yang diperlukan untuk proses penggalian data. Data dinormalisasi dalam
interval [0, 1] karena pada prediksi volume ekspor CPO bernilai positif atau 0. Persamaan skala data
yang digunakan untuk proses tranformasi adalah sebagai berikut [13]:

(1)
Keterangan:
X’= data transformasi linear menjadi interval (0,1 : 0,9)
x = data yang akan dinormalisasikan
a = data minimum
b = data maksimum.

Pembangunan Model dengan ANN


Pemodelan volume ekspor CPO Indonesia menggunakan algoritma Artificial Neural Network
(ANN). Jumlah data yang digunakan sebanyak 26 data dimana 18 data digunakan untuk pelatihan dan 8
data digunakan untuk pengujian. Algoritma pembelajaran backpropagation dengan model jaringan
multilayer feedforward network digunakan pada penelitian ini, dimana struktur dasar jaringan terdiri dari
lapisan masukan, tersembunyi dan keluaran. Gambar 2. merupakan tahapan pembangunan model
menggunakan ANN.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 249
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Mulai

Input Data Volume


Ekspor CPO

Pembersihan Data

Integrasi Data

Transformasi Data

Desain ANN

Pelatihan Feed Forward

Pelatihan Back Forward

Error
Koreksi

Koreksi Bobot dan Bias

Mulai

Gambar 2. Tahapan Pembangunan Model ANN

Evaluasi Hasil Prediksi


Evaluasi dilakukan untuk melihat keakuratan hasil prediksi, salah satu metode yang digunakan
adalah melihat nilai Mean Absolute Percentage Error (MAPE). Hasil prediksi disebut akurat jika nilai
MAPE semakin kecil. Perhitungan MAPE dirumuskan sebagai berikut [8]:

(2)

N adalah jumlah periode waktu, (i,t) adalah hasil peramalan pada suatu periode, dan y(i,t)
merupakan data sebenarnya pada suatu periode.

HASIL
Hasil Pengumpulan Data
Data volume ekspor yang dikumpulkan sebanyak 38 data, yaitu dari tahun 1981 sampai dengan
tahun 2017. Penelitian menggunakan data sekunder yang terdapat pada buku statistik kelapa sawit yang
dikeluarkan oleh BPS dan buku statistik perkebunan Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian
Pertanian. Tabel 1. merupakan data volume ekspor CPO Indonesia ke negara lain. Dari tabel tersebut
dapat diketahui bahwa secara umum volume ekspor semakin meningkat dari tahun ke tahun.

250 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 1. Volume Ekspor CPO di Indonesia


Tahun Volume (Ton) Tahun Volume (Ton)
1981 196361 2000 1817664
1982 259476 2001 1849142
1983 345777 2002 2804792
1984 127938 2003 2892130
1985 518760 2004 3819927
1986 504497 2005 4564788
1987 470880 2006 5199287
1988 661098 2007 5701286
1989 661269 2008 7904179
1990 881991 2009 11119997
1991 1084509 2010 11158124
1992 970629 2011 10428085
1993 1221803 2012 7262831
1994 1306615 2013 6584732
1995 1004403 2014 5726820
1996 986363 2015 7788550
1997 1448362 2016 5283953
1998 403843 2017 7076069
1999 865427

Data Pelatihan dan Pengujian


Hasil eksplorasi data untuk bagian pembersihan data didapatkan sebanyak 26 data yang dapat
diproses lebih lanjut pada desain ANN. Pada Tabel 1. dapat diketahui bahwa ada beberapa data yang
outlier atau menyimpang dari data biasanya, sebagai contoh data yang terjadi pada tahun 1984 mengalami
penurunan yang cukup signifikan, agar menghasilkan model yang lebih baik maka untuk data pada tahun
tersebut dihapus dan tidak digunakan pada tahapan berikutnya.

4500000

4000000

3500000

3000000
Volume Ekspor

2500000

2000000

1500000

1000000

500000

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Data

Gambar 3. Data Pelatihan ANN

Dari 26 data tersebut dilakukan pembagian, yaitu untuk data pelatihan dan pengujian. Pada
penelitian ini persentase yang digunakan untuk data pelatihan sebesar 70% atau sebanyak 18 data yang
dapat dilihat pada Gambar 3 dan untuk data pengujian sebesar 30% atau sebanyak 8 data yang dapat
dilihat pada Gambar 4.

9000000
8000000
7000000
Volume Ekspor

6000000
5000000
4000000
3000000
2000000
1000000
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Data

Gambar 4. Data Pengujian

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 251
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Penentuan Parameter
Parameter ditentukan untuk mendapatkan model volume ekspor CPO yang terbaik. Parameter yang
baik akan menghasilkan MAPE yang rendah. Parameter pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2 dan
Tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 2. Parameter Penelitian untuk 1 Layer


Fungsi Aktivasi
Hidden Output Jumlah Jumlah
Layer Layer node/layer hidden layer
1 5
1 10
1 15
1 20
1 25
Sigmoid Sigmoid 1 30
1 35
1 40
1 45
1 13
1 16

Tabel 2. merupakan parameter pembangunan model volume ekspor CPO menggunakan 1 layer
dengan fungsi aktivasi sigmoid dan jumlah hidden layer dari 5 sampai dengan 40 layer.

Tabel 3. Parameter Penelitian untuk 2 Layer


Fungsi Aktivasi
Jumlah Jumlah
Hidden Output Jumlah
hidden layer hidden layer
Layer Layer node/layer
1 2
2 5 5
2 5 10
2 5 15
2 5 20
2 5 25
2 10 5
2 10 10
2 10 15
Sigmoid Sigmoid
2 15 5
2 20 4
2 20 5
2 20 10
2 25 4
2 25 5
2 25 10
2 30 5

Tabel 2. merupakan parameter pembangunan model volume ekspor CPO menggunakan 5 layer
dengan fungsi aktivasi sigmoid dan jumlah hidden layer 1 dari 5 sampai dengan 30 layer dan jumlah
hidden layer 2 dari 5 sampai dengan 25.
Model Arsitektur ANN untuk Prediksi Volume Ekspor CPO Indonesia
Pengujian model arsitektur ANN untuk memprediksi volume ekspor CPO dilakukan dengan
bantuan perangkat lunak SPSS. Trial dan error dilakukan untuk berbagai jumlah node input dan jumlah
lapisan pada penelitian ini, baik untuk 1 layer maupun 2 layer. Hasil pengujian trial dan error tersebut
akan mendapatkan suatu model algoritma ANN yang terbaik. Tahap pengujian dari berbagai parameter
yang ditetapkan menghasilkan model terbaik dengan parameter dengan jumlah node/layer sebanyak 2,
dengan jumlah hidden layer 1 sebanyak 25 buah dan hidden layer 2 sebanyak 5. Hasil prediksi dapat
dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5 berikut:

252 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 4. Prediksi pada Tahap Pelatihan


Data Volume Ekspor Prediksi
1 196361 162620.08
2 259476 202777.52
3 345777 246529.67
4 518760 292792.31
5 504497 343789.29
6 661098 402729.59
7 661269 473354.39
8 881991 560221.11
9 1084509 669123.53
10 1221803 807511.01
11 1306615 984825.19
12 1004403 1212561.74
13 1448362 1503674.27
14 1817664 1870746.2
15 1849142 2322392.62
16 2804792 2858045.79
17 2892130 3462894.99
18 3819927 4106463.54

Tabel 4. merupakan hasil prediksi dari data pelatihan yang berjumlah 18 data. Hasil prediksi
tersebut akan dievaluasi kembali dengan menghitung nilai MAPE untuk setiap hasil prediksi.

Tabel 5. Prediksi pada Tahap Pengujian


Data Volume Ekspor Prediksi
1 4564788 4747811.2
2 5199287 5346289.97
3 5701286 5872221.11
4 7904179 6311884.83
5 7262831 6665828.47
6 6584732 6943585.32
7 7788550 7158350.49
8 7076069 7323377.8

Tabel 5. merupakan hasil prediksi dari data pengujian yang berjumlah 8 data. Sama halnya dengan
hasil data pelatihan, hasil prediksi dari data pengujian pun akan dievaluasi kembali dengan menghitung
nilai MAPE untuk setiap hasil prediksi.
Evaluasi Hasil Prediksi
Evaluasi hasil prediksi dilakukan dengan menghitung nilai MAPE. Berdasarkan hasil pengolahan
data dari berbagai parameter model yang telah dilakukan trial dan error, model terbaik didapatkan pada
parameter dengan jumlah node/layer sebanyak 2, dengan jumlah hidden layer 1 sebanyak 25 buah dan
hidden layer 2 sebanyak 5. Evaluasi hasil prediksi dengan menggunakan MAPE dapat dihitung
menggunakan rumus 2 berdasarkan hasil yang terdapat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Dari data pelatihan dan
pengujian tersebut didapatkan APE untuk setiap masing-masing prediksi dibandingkan dengan data
aktual. Hasil perhitungan APE dan MAPE dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil MAPE untuk pelatihan
didapatkan nilai sebesar 23,7% dan pengujian sebesar 6,9%.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 253
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 6. Evaluasi Hasil Prediksi Berdasarkan MAPE


Pelatihan Pengujian
Data APE (%) Data MAPE
1 17.2 1 4.0
2 21.9 2 2.8
3 28.7 3 3.0
4 43.6 4 20.1
5 31.9 5 8.2
6 39.1 6 5.4
7 28.4 7 8.1
8 36.5 8 3.5
9 38.3 MAPE 6.9
10 33.9
11 24.6
12 20.7
13 3.8
14 2.9
15 25.6
16 1.9
17 19.7
18 7.5
MAPE 23.7

Sebanyak 8 data set telah dilakukan pengujian dihasilkan error sebesar 6.9%. Selisih error ini
menunjukkan bahwa hasil prediksi untuk tahun berikutnya dapat dilakukan karena memiliki error yang
paling kecil dibandingkan dengan parameter model lainnya. Grafik evaluasi data aktual dan data prediksi
dapat dilihat pada Gambar 5.

Pelatihan Pengujian
5000000 10000000

4000000 8000000

3000000 6000000

2000000 4000000

1000000 2000000

0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 2 3 4 5 6 7 8

Aktual Prediksi Aktual Prediksi

Gambar 5. Grafik Data Aktual vs Data Prediksi

SIMPULAN
Model volume ekspor CPO Indonesia menggunakan ANN backpropagation dapat digunakan
sebagai algoritma untuk prediksi volume ekspor CPO pada tahun berikutnya dan menghasilkan akurasi
yang baik atau tingkat kesalahannya kecil dengan nilai MAPE sebesar 6,9%. Model arsitektur dengan
input data volume yang menghasilkan kinerja terbaik adalah ANN dengan jumlah node/layer sebanyak 2,
dengan jumlah hidden layer 1 sebanyak 25 buah dan hidden layer 2 sebanyak 5 dan Fungsi aktivasi input
dan output sigmoid menghasilkan akurasi prediksi volume ekspor CPO Indonesia yang baik. Pada
penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan tambahan variabel input lainnya yang mempengaruhi
volume ekspor CPO sehingga didapatkan lagi model yang lebih baik dengan tingkat kesalahan lebih kecil
lagi.

254 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

DAFTAR PUSTAKA
[1] Perkebunan, D. J. (2016). Statistik perkebunan indonesia 2015-2017. Jakarta: Direktorat Jendral
Perkebunan Kementerian Pertanian.
[2] Statistik, B. P. (2017). Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2017. Jakarta (ID): BPS.
[3] Nurkhoiry, R. (2017). Export Competitiveness Of Indonesia's Palm Oil. Jurnal Penelitian Kelapa
Sawit, 25(2), 105-116.
[4] Lailiyah, H W., & Manuharawati. (2018). Penerapan Metode Autoregressive Integrated Moving
Average (Arima) Pada Peramalan Nilai Ekspor Di Indonesia. MATHunesa, 6(3).
[5] Alatas, A. (2016). Trend produksi dan ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia. AGRARIS:
Journal of Agribusiness and Rural Development Research, 1(2), 114-124.
[6] Rahman, R., Suratiyah, K., & Darwanto, D. H. (2011). Permintaan Minyak Kelapa Sawit
Indonesia Oleh Republik Rakyat China= Indonesian Palm Oil Demand by The People's Republic
Of China. Agro Ekonomi, 18(2011).
[7] Putra, I. D. G. D., & Sudirman, I. W. (2014). Pengaruh Produksi, Harga, Kurs dan Tarif 0%
terhadap Ekspor CPO Indonesia dalam Skema ACFTA. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan
Universitas Udayana, 3(9).
[8] Yuniarti, T., Surjandari, I., Muslim, E., & Laoh, E. (2017, October). Data Mining Approach For
Short Term Load Forecasting By Combining Wavelet Transform And Group Method Of Data
Handling (WGMDH). In 2017 3rd International Conference on Science in Information
Technology (ICSITech) (pp. 53-58). IEEE.
[9] Liu, N., Ren, S., Choi, T. M., Hui, C. L., & Ng, S. F. (2013). Sales forecasting for fashion
retailing service industry: a review. Mathematical Problems in Engineering, 2013.
[10] Narvekar, M., & Fargose, P. (2015). Daily weather forecasting using artificial neural
network. International Journal of computer applications, 121(22).
[11] Ceylan, Ζ., & Bulkan, S. (2018). Forecasting PM10 levels using ANN and MLR: A case study
for Sakarya City. GLOBAL NEST JOURNAL, 20(2), 281-290.
[12] Ewaldo, E. (2015). Analisis ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia. e-Jurnal Perdagangan
Industri dan Moneter, 3(1), 10-15.
[13] Mufidah, I., Suwasono, S., Wibowo, Y., & Soedibyo, D. W. (2017). Peramalan Jumlah
Permintaan Udang Beku Pnd Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan (Jst)
Backpropagation. Jurnal Agroteknologi, 11(01), 17-22.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 255
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Modifikasi Metode Affine Ciphers Pada Kriptografi Klasik

Aripin Rambe

E-mail : arambe1903@gmail.com

ABSTRAK
Kriptografi adalah ilmu atau seni untuk menjaga keamanan pesan yang meliputi aspek keamanan
seperti kerahasiaan, integritas data serta otentikasi. Salah satu metode yang dapat untuk
menyandikan pesan adalah Affine Ciphers yang dimodifikasi. Plainteks dienkripsi dengan Affine
Cipher menggunakan persamaan E(P)=(ax+b) mod m, dengan m adalah ukuran alphabet, a
adalah bilangan bulat yang relative prima dengan m, b adalah jumlah pergeseran, x adalah
plainteks yang dikonversi menjadi bilangan bulat dari 0 sampai m-1 sesuai dengan urutan dalam
alphabet, E(P) adalah Cipherteks yang dikonversi menjadi bilangan bulat 0 sampai m-1 sesuai
dengan urutan dalam alphabet. Cipherteks didekripsi dengan Affine Ciphers menggunakan
persamaan D(E(P))=a-1(E(P)-b) mod m sehingga diperoleh plainteks.
Kata kunci : affine ciphers, enkripsi, dekripsi, cipherteks, plainteks.

ABSTRACT
Cryptography is the science or art to maintain the security of messages that include the security
aspects such as confidentiality, data integrity and authentication. One method that is able to
encrypt messages Affine Ciphers modified. Plaintext encrypted with Affine Cipher using the
equation E (P) = (ax + b) mod m, where m is the size of the alphabet, a is an integer relatively
prime to m, b is the number of shifts, x is the plaintext is converted to an integer of 0 to m-1 in
accordance with the order of the alphabet, E (P) is ciphertext that is converted to an integer of 0
to m-1 in accordance with the order of the alphabet. Affine Ciphers ciphertext is decrypted by
using the equation D(E(P))=a-1(E(P)-b) mod m in order to obtain the plaintext.
Keywords : Affine Ciphers, encryption, decryption, ciphertext, plaintext.

PENDAHULUAN
Kriptografi saat ini telah menjadi salah satu syarat penting dalam keamanan tehnologi informasi
terutama dalam pengiriman pesan rahasia. Pengiriman pesan rahasia sangat rentan terhadap serangan
yang dilakukan oleh pihak ketiga, seperti penyadapan, pemutusan komunikasi, pengubahan pesan yang
dikirim, dan lain lain. Kriptografi dapat meningkatkan keamanan dalam pengiriman pesan atau
komunikasi data. Caranya adalah dengan menyandikan pesan tersebut berdasarkan algoritma dan pesan
tertentu yang hanya diketahui oleh pihak pihak yang berhak atas data, informasi dan dokumen tersebut.
Semakin rumit metode yang digunakan maka tingkat keamanan yang dihasilkan pun akan semakin baik
pula.
Kriptografi dikategorikan dua yaitu kriptografi klasik dan kriptografi modern. Kriptografi klasik
adalah kriptografi yang berbasis karakter (enkripsi dan dekripsi dilakukan pada setiap karakter).
Kriptografi modern adalah kriptografi yang beroperasi pada mode bit (dinyatakan dalam 0 dan 1).
Kriptografi klasik dibagi dua yaitu cipher transposisi yang mengubah susunan huruf huruf di dalam
pesan. Cipher subsitusi yang mengganti setiap huruf atau kelompok huruf dengan sebuah huruf atau
kelompok huruf lain. Diantara sekian banyak algoritma kriptografi cipher subsitusi dan cipher transposisi,
ada yang disebut affine cipher. Modifikasi affine cipher memberikan penyandian baru sehingga pesan
atau informasi lebih sulit untuk dipecahkan oleh kriptanalis dibandingkan dengan hanya affine cipher
saja.
Tujuan pada penelitian ini adalah mempelajari langkah pada modifikasi affine cipher untuk
meningkatkan keamanan pesan atau informasi dan mengetahui syarat yang harus dimiliki oleh penerima
pesan yang akan dilakukan dekripsi. Pada umumnya affine cipher menggunakan aturan konversi berupa
alphabet arab yang berjumlah 26. Sedangkan pada modifikasi affine cipher penulis menambahkan
beberapa karakter yaitu angka 0 sampai 9 sehingga ukuran konversi (m) menjadi 36.

256 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

TINJAUAN PUSTAKA
Kriptografi
Kriptografi berasal dari bahasa Yunani yaitu Cryptograph dari kata Kryptos (tersembunyi) dan
graphein (menulis). Kriptografi dapat diartikan tulisan yang dirahasiakan atau sebagai ilmu ataupun seni
yang mempelajari bagaimana sebuah data, informasi dan dokumen dikonversi ke bentuk tertentu yang
sulit untuk dimengerti.
Suatu data yang tidak disandikan disebut plaintext atau cleartext sedangkan data yang telah
disandikan disebut ciphertext. Proses yang dilakukan untuk mengubah plaintext menjadi ciphertext
disebut enkripsi (encryption). Untuk mengubah ciphertext kembali ke plaintext disebut dekripsi
(decryption).

Plainteks Cipherteks Plainteks

Enkripsi Dekripsi

Kunci enkripsi Kunci dekripsi

Gambar 1. Skema Enkripsi dan Dekripsi

Tujuan Kriptografi
Ada 3 bagian dari tujuan kriptografi di dalam pengamanan pesan :
1. Keabsahan pengiriman (user authentication)
Yaitu keaslian pengiriman dengan sebuah pertanyaan : “Apakah pesan yang diterima benar benar
berasal dari pengirim yang sesungguhnya ?”.
2. Keaslian pesan (message authentication)
Yaitu keutuhan pesan (data integrity) dengan sebuah pertanyaan : “Apakakah sebuah pesan yang
diterima tidak mengalami perubahan/modifikasi ?”.
3. Anti Penyangkalan (nonrepudation)
Yaitu pengirim tidak dapat menyangkal (berbohong) bahwa dialah yang mengirim pesan.

METODOLOGI PENELITIAN
Sistem kriptografi didalam penelitian dan pengembangannya dengan mengunakan metode affine
cipher diharapkan data atau informasi yang dikirim akan menjadi lebih aman dari pemakai yang tidak
bertanggung jawab.
Adapun metode yang dipakai untuk mendukung dan mempercepat dalam penulisan jurnal ini
adalah:
a. Studi pustaka
Mencari berbagai referensi dari perpustakaan seperti buku, beberapa jurnal online maupun tulisan dari
internet seperti buku elektronik yang erat kaitannya dengan tema yang dibahas.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Algoritma Kriptografi
Kriptografi menggunakan suatu algoritma (cipher) dan kunci (key). Cipher adalah fungsi
matematika yang digunakan untuk mengenkripsi dan mendekripsi. Kunci adalah sederetan bit yang
diperlukan untuk mengenkripsi dan mendekripsi data. Algoritma kriptografi terdiri dari algoritma simetri
dan algoritma asimetri.
Cipher dan Key (Kristanto, A. 2003)
Jika P adalah plaintext dan C adalah ciphertext, maka fungsi enkripsi E yang memetakan P ke
cipher C adalah :
E(P)=C …………………………….. (1)
Fungsi dekripsi D yang memetakan cipher C ke plaintext P adalah
D(C)=P ………………………….. (2)
Proses enkripsi menjadi dekripsi yaitu mengebalikan pesan ke pesan asal adalah
D(E(P))=P ………………………… (3)

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 257
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Kunci (key) adalah parameter yang digunakan untuk melakukan transformasi enkripsi dan dekripsi yaitu
Ek(P)=C dan Dk(C)=P …………. (4)
Persamaan (4) dapat memenuhi jika persamaan tersebut dapat diformulasikan yaitu
Dk(Ek(P))=P ……………………….. (5)
Algoritma Simetris
Algoritma Kriptografi Simetri (algoritma kriptografi konvensional) adalah algoritma yang
menggunakan kunci untuk proses enkripsi sama dengan kunci untuk proses dekripsi (Ariwibowo, E,
2008). Ada 2 kategori Algoritma kriptografi simetris yaitu algoritma aliran (stream ciphers) dan
algoritma blok (block ciphers). Penyandian yang berorientasi pada satu bit (satu byte data) dilakukan
pada algoritma aliran. Sedangkan penyandiaannya berorientasi pada sekumpulan bit (per blok) dilakukan
pada algoritma blok.

Kunci Privat, K Kunci Privat, K

Plainteks, P Cipherteks, C Plainteks, P

Enkripsi Dekripsi
Ek(P)=C Dk(C)=P

Gambar 2. Skema algoritma simetri (Munir, 2006)


Algoritma Asimetris
Algoritma kriptografi asimetrik adalah algoritma yang menggunakan kunci yang berbeda untuk
proses enkripsi dan dekripsinya (Ariwibowo, E, 2008). Algoritma ini disebut juga algoritma yang bersifat
umum (public key algorithm) yang dapat diketahui oleh setiap orang. Untuk dekripsi hanya diketahui
oleh yang berwenang mengetahui data yang disandikan atau sering disebut kunci pribadi (private key).
Berikut ini adalah contoh algoritma asimetris adalah RSA dan ECC.

Kunci Privat, K1 Kunci Privat, K2

Plainteks, P Cipherteks, C Plainteks, P

Enkripsi Dekripsi
Ek1(P)=C Dk2(C)=P
Gambar 3. Skema algoritma Asimetri (Munir, 2006)

Affine Cipher
Affine chipper adalah perluasan dari Caesar cipher yang mengalikan plainteks dengan sebuah nilai
dan menambahkannya dengan sebuah pergeseran. Enkripsi plainteks P menghasilkan cipherteks C dapat
dinyatakan dengan fungsi kongruen sebagai berikut :

E(P)=(ax+b) mod m ……..…………… (6)

Dimana :
m = ukuran alphabet
a = bilangan bulat yang harus relatif prima dengan m
(bila tidak relatif prima maka dekripsi tidak bias)
b = Jumlah pergeseran
(Caesar cipher adalah khusus dari affine cipher dengan m=1)
x = Plainteks yang dikonversi menjadi bilangan bulat dari 0 sampai m-1 sesuai dengan urutan dalam
alphabet.
E(P) = Cipherteks yang dikonversi menjadi bilangan bulat dari 0 sampai m-1 sesuai dengan urutan
dalam alphabet.
Sedangkan fungsi dekripsinya dapat dituliskan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

D(x)=a-1(x-b) mod m ……..………….. (7)

Dimana a-1 adalah invers perkalian a modulus m yang dapat memenuhi persamaan berikut :

258 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

1=a-1 mod m ……………………... (8)

Invers perkalian a hanya ada jika a dan m adalah coprime. Jika tidak maka proses algoritma akan
terhenti. Fungsi dekripsi merupakan kebalikan dari fungsi enkripsi yang dapat dituliskan sebagai berikut :

D(E(P)) = a-1(E(P)-b) mod m


= a-1(((ax+b) mod m)-b) mod m
= a-1(ax+b-b) mod m
= a-1 ax mod m
D(E(x))= x mod m ……….……………. (9)

Contoh konkrit dari kegiatan satu mengenkripsi dan satu menderipsikan dimana alfabet akan
menjadi huruf A sampai huruf Z dan akan memiliki nilai sesuai dengan Tabel 1.

Tabel 1. Enkripsi dan Dekripsi


A B C D E F G H I J K L M
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

N O P Q R S T U V W X Y Z
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1. Enkrip
Contoh enkripsi adalah READYSTAR dengan menggunakan tabel 1 untuk nilai numerik dari setiap
huruf. Misal a adalah 7, b adalah 10 dan m adalah 26 karena ada 26 karakter dalam alfabet yang
digunakan. Nilai a yang terbatas karena coprime dengan 26. Nilai a yang mungkin adalah 1, 3, 5, 7, 11,
15, 17, 19, 21, 23, 25. Nilai b bisa sembarang sepanjang a ≠ 1 karena terjadi pergeseran cipher. Dengan
demikian, fungsi enkripsi untuk contoh diatas adalah menjadi y=E(P)=(7x+10)(mod 26). Hasil enkripsi
pesan dalam READYSTAR seperti Tabel 2.

Tabel 2. Ekripsi pesan READYSTAR


Plainteks R E A D Y S T A R
X 17 4 0 3 24 18 19 0 17
7x + 10 129 38 10 31 178 136 143 10 129
(7x+10) 25 12 10 5 22 6 13 10 25
mod 26
Cipher Z M K F W G N K Z
teks
2. Dekripsi
Contoh dekripsi dimana cipherteks yang akan didekripsikan adalah cipherteks dari contoh enkripsi.
Fungsi dekripsi secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

D(y)=15(y-10) mod 26

Dimana a-1 adalah hasil perhitungan yaitu 15, b adalah 10, m adalah 26.
Hasil proses dekripsi terhadap cipherteks seperti pada tabel 3 Plainteks dekripsi adalah
READYSTAR.

Tabel 3. Dekripsi pesan ZMKFWGNKZ


Cipherteks Z M K F W G N K Z
Y 25 12 10 5 22 6 13 10 25
15(y-10) 225 30 0 75 180 60 45 0 225
(15(y-10) 17 4 0 3 24 18 19 0 17
mod 26)
Plainteks R E A D Y S T A R

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 259
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Modifikasi Affine Ciphers


Modifikasi affine ciphers (Munir, 2006) yang akan dikembangkan merupakan kebalikan dari affine
chippers dimana huruf dan angka sebagai plainteks akhir dalam password akan menjadi ciphers awal.
Biasanya password dapat terdiri dari alfabet dan angka maka pendekripsian alfabet A sampai Z dan angka
0 sampai 9 dengan nilai sesuai seperti tabel 4. Nilai a yang terbatas karena coprime dengan 36 sehingga
nilai a mungkin salah satu dari 1, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 25, 29, 31, 35.

Tabel 4. Enkripsi dan Dekripsi Modifikasi Affine Ciphers


A B C D E F G H I J K L M N O P Q R
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

S T U V W X Y Z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

Contoh :
Password : STR2019 dengan kunci a=7 dan b=10 dan m=36
1. Enkripsi
Enkripsi untuk password : STR2019 dengan menggunakan modifikasi metode affine cipher
menghasilkan DTM0V92, seperti Tabel 5. berikut :

Tabel 5. Enkripsi STR2019 dengan modifikasi affine cipher


Plainteks S T R 2 0 1 9
Mod. 9 1 0 2 R T S
Plainteks
X 35 27 26 28 17 19 18
7x+10 255 199 192 206 129 143 136
(7x+10) 3 19 12 26 21 35 28
mod 36
Cipherteks D T M 0 V 9 2

2. Dekripsi
Fungsi dekripsi dituliskan sebagai berikut :
D(y)=31(y-10) mod 36 dimana a-1 adalah hasil perhitungan yaitu 31, b adalah 10, m adalah 36.
Dekripsi untuk cipherteks DTM0V92 menghasilkan password asal STR2019 seperti Table 6
berikut:

Tabel 6. Dekripsi DTM0V92 dengan modifikasi affine cipher


Cipher
D T M 0 V 9 2
teks
Mod.
Cipher 2 9 V 0 M T D
teks
y 28 35 21 26 12 19 3
31(y-
558 775 341 496 62 279 217
10)
31(y-
10)
18 19 17 28 26 27 35
mod
36
Plain
S T R 2 0 1 9
teks

260 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil antara lain :
1. Kriptografi klasik di enkripsi dan di dekripsi menggunakan modifikasi metode affine cipher.
Karakter yang dapat di enkripsi dan di dekripsi yaitu alfabet dan bilangan asli.
2. Kriptografi klasik menggunakan metode affine cipher agar tidak dapat dibaca oleh orang yang
tidak berhak walaupun dengan melihat kode sumber programnya.
3. Perhitungan pada modifikasi affine cipher menghasilkan cipherteks yang memiliki karakter tidak
mudah didekripsi oleh krpitanalis.
4. Apabila pesan rahasia (cipherteks) ingin di dekripsikan maka penerima pesan (receiver) harus
mengetahui kunci dan aturan konversi yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, karena jika
terjadi perbedaan pemilihan kunci maupun aturan konversi oleh penerima pesan maka cipherteks
tidak dapat didekripsikan.
5. Untuk mendapatkan tingkat keamanan yang labih baik dalam pengiriman data maka diperlukan
penelitian lebih lanjut dengan mempergunakan metode yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Abraham, O. dan Shefiu, G.O. 2012. An Improved Caesar Cipher (ICC) Algorithm, International
Journal of Engineering Science & Advanced Tehnology, Volume 2, Issue-5.:1199-2012
[2] Ariwibowo, E. 2008. Aplikasi Pengamanan Dokumen Office dengan Algoritma Kriptografi Kunci
Asimetri Elgamal, Jurnal Informatika Vol 2 No. 2
[3] Forouza, Behrouz, Cryptography and Network Security, McGraw-Hill, 2008
[4] Munir, Rinaldi, Diktat KuliahIF5054 Kriptografi, Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik
Elektro dan Informatika, 2006
[5] Ariyus, Dony, Kriptografi : Keamanan Data dan Komunikasi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006
[6] Munir, R. 2006. Kriptografi, Cetakan Pertama, Penerbit Informatika, Bandung
[7] Kristanto, A. 2003. Keamanan Data pada Jaringan Komputer, Edisi Pertama, Penerbit Grava Media,
Yogyakarta

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 261
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Analisis Karakteristik Listrik Arus Searah dan Arus Bolak-Balik

Samuel Gideon1, Koko Pratama Saragih2

1,2
Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan
1
mysuperemail1988@gmail.com

ABSTRAK
Direct Current atau yang biasa disingkat DC merupakan tipe arus listrik searah. Alternating
Current atau yang biasa disingkat AC merupakan tipe arus listrik bolak-balik. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan tiga metode yang berbeda untuk memperlihatkan karakteristik
arus listrik DC maupun AC. Metode pertama yaitu membuat sebuah rangkaian listrik di mana
pada rangkaian listrik tersebut sama-sama menggunakan kapasitor, bola lampu dan beberapa
buah kabel. Metode kedua yaitu membuat sebuah rangkaian listrik di mana pada rangkaian listrik
tersebut sama-sama menggunakan sel elektrolisis dan beberapa buah kabel. Metode ketiga yaitu
dengan menggunakan osiloskop untuk melihat bentuk gelombang arus DC maupun AC. Pada
metode pertama, kapasitor yang dialiri arus DC menyebabkan bola lampu padam sementara arus
AC menyebabkan bola lampu menyala redup. Pada metode kedua, akan timbul gelembung-
gelembung pada elektroda ketika sel elektrolisis dialiri arus DC sementara sel elektrolisis yang
dialiri arus AC tidak bergelembung sama sekali. Pada metode ketiga, hasil visualisasi osiloskop
membuktikan bentuk arus DC adalah mendatar dan bentuk arus AC adalah gelombang
sinusoidal.
Kata Kunci: arus AC, arus DC

PENDAHULUAN
Direct Current atau yang biasa disingkat DC merupakan tipe arus listrik searah. Ide mengenai arus
DC dikembangkan oleh Thomas Alva Edison melalui perusahaannya yaitu General Electric dan
digunakan secara komersil pada akhir abad ke-19. Sumber arus DC yang paling umum digunakan berasal
dari proses kimiawi, hasil induksi elektromagnetik dan bahkan berasal dari sumber energi alam yang
terbarukan. Sumber arus DC yang berasal dari proses kimiawi antara lain baterai (elemen Volta) dan
akumulator (biasa disebut aki). Sumber arus DC yang berasal dari hasil induksi elektromagnetik antara
lain dinamo (generator/motor DC). Sumber arus DC yang berasal dari sumber energi alam yang
terbarukan adalah sel/panel surya, yang memanfaatkan cahaya matarahari dalam penggunaannya.
Penggunaan arus DC yang paling sering dijumpai adalah aki mobil, yang menjadi sumber energi listrik
bagi perangkat elektronik di dalam mobil seperti lampu mobil, tape, pemantik rokok dan lain sebagainya.
Secara teori, arus DC adalah aliran elektron dari suatu titik dengan energi potensial listrik yang lebih
tinggi ke titik lain dengan energi potensial lebih rendah. Karakteristik arus DC antara lain: 1) Nilai arus
listriknya selalu tetap atau konstan terhadap perubahan waktu; 2) Polaritasnya selalu tetap pada masing-
masing terminalnya dan 3) Bentuk gelombang baik I (arus) vs t (waktu) maupun V (tegangan) vs t
(waktu) mendatar, di mana nilai V maupun I selalu tetap terhadap perubahan waktu.
Alternating Current atau yang biasa disingkat AC merupakan tipe arus listrik bolak-balik. Ide
mengenai arus AC dikembangkan oleh Nikola Tesla yang bekerjasama dengan perusahaan Westinghouse
dan digunakan secara komersil pada pertengahan abad 20-an. mendatar (singkatan dari alternating
current) atau yang biasa disebut dengan arus bolak balik, adalah arus listrik yang nilainya berubah-ubah
terhadap satuan waktu. Sumber arus AC yang paling umum adalah berasal dari induksi elektromagnetik
yaitu dari generator AC yang secara eksklusif dioperasikan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN)
ataupun dari generator portabel (genset AC). Penggunaan arus AC yang paling umum adalah pada rumah
tangga, di mana arus AC dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk menyalakan perangkat-perangkat
elektronik seperti televisi, air conditioner (AC), lampu rumah dan lain sebagainya.
Secara teori, sama halnya dengan arus DC, arus AC adalah aliran elektron dari suatu titik dengan
energi potensial listrik yang lebih tinggi ke titik lain dengan energi potensial lebih rendah. Karakteristik
arus AC antara lain: 1) Nilai arus listriknya selalu berubah-ubah atau tidak konstan terhadap waktu; 2)
Polaritasnya selalu berubah-ubah pada masing-masing terminalnya dan 3) Bentuk gelombang baik I

262 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

(arus) vs t (waktu) maupun V (tegangan) vs t (waktu) berbentuk sinusoidal, di mana nilai V maupun I
selalu berubah-ubah terhadap perubahan waktu.
Arus DC dapat diubah menjadi arus DC dan sebaliknya. Arus DC dapat diubah menjadi arus AC
dengan menggunakan divais yang dinamakan inverter sementara arusAC dapat diubah menjadi arus DC
dengan menggunakan divais yang dinamakan dioda.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan menggunakan tiga metode yang berbeda untuk memperlihatkan
karakteristik arus listrik DC maupun AC. Metode pertama yaitu membuat sebuah rangkaian listrik di
mana pada rangkaian listrik tersebut sama-sama menggunakan kapasitor, bola lampu dan beberapa buah
kabel. Ketika menguji arus DC, maka rangkaian listrik melibatkan power supply DC, amperemeter DC
dan voltmeter DC. Sebaliknya, ketika menguji arus AC maka rangkaian listrik melibatkan voltage
regulator AC, amperemeter AC dan voltmeter AC. Pada metode pertama tersebut, kapasitor digunakan
sebagai alat uji karakteristik arus DC maupun AC sementara bola lampu digunakan sebagai indikator
yang menunjukkan karakteristik arus DC maupun AC. Rangkaian uji arus DC dapat dilihat pada Gambar
1 sementara rangkaian uji arus AC tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 1. Rangkaian uji arus DC dengan metode pertama

Gambar 2. Rangkaian uji arus AC dengan metode pertama

Metode kedua yaitu membuat sebuah rangkaian listrik di mana pada rangkaian listrik tersebut sama-
sama menggunakan sel elektrolisis dan beberapa buah kabel. Ketika menguji listrik AC, maka rangkaian
listrik melibatkan power supply DC, amperemeter DC dan voltmeter DC. Sebaliknya, ketika menguji arus
AC maka rangkaian listrik melibatkan voltage regulator AC, amperemeter AC dan voltmeter AC. Sel

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 263
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

elektrolisis dibuat secara sederhana dengan menggunakan beaker glass yang diisi dengan larutan natrium
hidroksida (NaOH) yang kemudian dimasukkan dua buah plat tembaga sebagai elektroda. Pada metode
kedua tersebut, sel elektrolisis sederhana yang dibuat tersebut digunakan sebagai alat uji sekaligus
sebagai indikator. Rangkaian uji arus DC dapat dilihat pada Gambar 3 sementara rangkaian uji arus AC
tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 3. Rangkaian uji arus DC dengan metode kedua

Gambar 4. Rangkaian uji arus AC dengan metode kedua

Metode ketiga yaitu dengan menggunakan osiloskop untuk melihat bentuk gelombang arus DC
maupun AC. Secara sederhana, ketika menguji arus DC maka osiloskop diberikan input dari power
supply DC untuk kemudian diamati bentuk gelombangnya dan sebaliknya ketika menguji arus AC maka
osiloskop diberikan input dari voltage regulator AC untuk kemudian diamati bentuk gelombangnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil uji metode pertama dan metode kedua dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1 dapat dilihat
bahwa ketika kapasitor dialiri arus DC maka yang terjadi adalah bola lampu tidak menyala sama sekali
atau padam dan ketika kapasitor di aliri arus AC maka yang terjadi adalah bola lampu menyala namun
redup. Secara fisis, arus DC akan diserap oleh kapasitor dan karena dihalangi oleh lapisan isolasi yang
bersifat non konduktif maka arus DC tidak akan pernah tembus melewati kapasitor. Selain itu, salah satu
konduktornya (yang terhubung dengan potensial positif) akan berangsur-angsur bermuatan positif sedang
konduktor yang lain (pada titik potensial negatif) akan berangsur-angsur bermuatan negatif. Ketika

264 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

muatan positif dan negatif ini telah seimbang (yaitu magnitudo muatannya sama) maka arus listrik akan
berhenti mengalir. Secara matematis, energi listrik yang tersimpan dalam kapasitor:
(1)

Dari Persamaan (1), karena pada arus DC tidak ada perubahan waktu (dt = 0) maka energi listrik
yang terjadi pada kapasitor tidaklah dipengaruhi oleh perubahan waktu melainkan dari kapasitansi
kapasitor dalam bentuk medan listrik. Hal tersebut dinyatakan sebagai:
(2)

Berbeda halnya dengan arus DC, secara fisis arus AC akan dilewatkan oleh kapasitor karena muatan
yang terkumpul di antara konduktornya tidak akan pernah mencapai keseimbangan (belum sampai terisi
penuh muatannya harus dilepaskan kembali) sehingga arus akan tetap mengalir. Semakin tinggi
frekuensinya makin sedikit muatan yang terisi dalam kapasitor sehingga makin kecil pula hambatan
terhadap arus yang mengalir.
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa ketika sel elektrolisis dialiri arus DC maka yang terjadi adalah
salah satu elektroda dipenuhi dengan gelembung-gelembung kecil. Secara kimia, larutan elektrolit
mengandung partikel-partikel yang bermuatan (kation dan anion). Arus DC memiliki polaritas yang tetap
(salah satu terminal bersifat positif dan yang lainnya bersifat negatif). Oleh karena itu, ketika arus DC
dialirkan ke dalam larutan elektrolit maka akan terjadi proses elektrolisis yang menghasilkan gas.
Gelembung gas ini terbentuk karena ion positif mengalami reaksi reduksi dan ion negatif mengalami
oksidasi. Berbeda halnya dengan arus DC, arus AC polaritasnya selalu berubah-ubah sehingga ketika
larutan elektrolit dialiri arus AC maka tidak akan terjadi proses elektrolisis.
Hasil uji metode ketiga dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6. Secara langsung dapat dilihat bahwa
hasil visualisasi osiloskop membuktikan bentuk arus DC adalah mendatar dan bentuk arus AC adalah
gelombang sinusoidal.

Gambar 5. Bentuk gelombang dari arus DC

Gambar 6. Bentuk gelombang dari arus AC

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 265
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 1. Hasil rangkaian uji arus DC dan AC


Komponen Jenis Hasil Pengamatan
No. yang Listrik
Digunakan Nyala Lampu Kondisi Elektroda
1 DC Padam -
Kapasitor
2 AC Redup -
3 Sel DC - Bergelembung
4 Elektrolisis AC - Tidak Bergelembung

KESIMPULAN
Pada metode pertama, kapasitor yang dialiri arus DC menyebabkan bola lampu padam sementara
arus AC menyebabkan bola lampu menyala redup. Pada metode kedua, akan timbul gelembung-
gelembung pada elektroda ketika sel elektrolisis dialiri arus DC sementara sel elektrolisis yang dialiri
arus AC tidak bergelembung sama sekali. Pada metode ketiga, hasil visualisasi osiloskop membuktikan
bentuk arus DC adalah mendatar dan bentuk arus AC adalah gelombang sinusoidal.

DAFTAR PUSTAKA
Giancolli, D.C. (2008). Fisika Jilid 2. Erlangga
Ramdhani, M. (2005). Rangkaian Listrik (Revisi). Laboratorium Sistem Elektronika Jurusan Teknik
Elektro. Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Bandung
Serway, R.A & Jewet, J.W. (2010). Fisika untuk Sains dan Teknik Buku 2. Salemba Teknika
Tipler, P.A. (2001). Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Erlangga

266 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

MENINGKATKAN EKONOMI KAUM LEMAH BERBASIS


PENGELOLAAN ZAKAT PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT
SWADAYA UMMAH PEKANBARU

Suhendi1

Institut Teknologi & Bisnis Sumatera Utara


Email : suhendisema@gmail.com

ABSTRAK
Zakat merupakan salah satu tiang pokok ajaran agama Islam diantara empat tiang pokok lainnya
yang wajib ditegakkan ditengah-tengah kaum muslimin. Salah satu tujuan dari zakat tersebut
adalah memberikan kemaslahatan bagi muzakki dan mustahik, untuk mewujudkan tujuan
tersebut banyak cara yang dilakukan salah satunya dengan adanya manajemen pengelolaan zakat
ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana Manajemen Pengelolaan Zakat pada
LAZ Swadaya Ummah Pekanbaru. Sedangkan yang menjadi permasalahan adalah : ”Bagaimana
sistem manajemen pengelolaan zakat yang diterapkan oleh LAZ Swadaya Ummah dan Apa
faktor pendukung dan penghambat dalam mengelola dana zakat pada LAZ Swadaya Ummah
Pekanbaru”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang dilaksanakan pada
LAZ Swadaya Ummah Pekanbaru. Jenis dan sumber data adalah data primer dan data skunder
yang diperolah melalui wawancara,Angket, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa manajemen pengelolaan zakat pada LAZ Swadaya Ummah telah sesuai
dengan ketentuan syariat agama Islam, dan telah dilaksanakan dengan baik akan penerapan dan
penyaluran dana zakat yang sudah terkumpul kepada mustahik yang berhak menerima dana
zakat tersebut. Kemudian pada pelaksanaan menyalurkan dana zakat telah ada pengawasan
langsung dari pimpinan dan badan pengelola zakat serta dalam proses pengelolaannya adalah
dengan menyalurkan langsung setelah pengumpulan dana zakat terkumpul dan diberikan kepada
para mustahik.
Kata kunci : zakat, pengelolaan, ekonomi

ABSTRACT
Zakat is one of the main pillars of Islamic teachings among the four other main pillars that must
be upheld in the midst of the Muslims. One of the goals of zakat is to provide benefits for
muzakki and mustahik, to realize these goals many ways are done one of them by the
management of this zakat management. This study aims to determine how the Management of
Zakat Management at LAZ Swadaya Ummah Pekanbaru. While the problem is: "How is the
zakat management system implemented by LAZ Swadaya Ummah and What are the supporting
and inhibiting factors in managing zakat funds at LAZ Swadaya Ummah Pekanbaru". This
research uses descriptive qualitative method which was carried out at LAZ Swadaya Ummah
Pekanbaru. Types and sources of data are primary data and secondary data obtained through
interviews, questionnaires, observations and documentation. The results of this study concluded
that the management of zakat in LAZ Swadaya Ummah was in accordance with the provisions of
the Islamic Shari'a, and had been carried out well with the application and distribution of zakat
funds that had been collected to the mustahik who were entitled to receive the zakat funds. Then
in the implementation of channeling zakat funds there has been direct supervision from the
leadership and management body of zakat and in the process of managing it is by channeling
directly after the collection of zakat funds collected and given to the mustahik.
Keywords: zakat, management, economics

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 267
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PENDAHULUAN
Zakat memiliki dimensi ganda, yaitu membangun kemaslahatan orang yang membayar zakat itu
sendiri, serta membangun kemaslahatan orang yang menerima zakat. Untuk mewujudkan tujuan zakat
tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya antara lain dengan menggali dan memanfaatkan dana zakat
melalui pengelolaan yang profesional, untuk itu diperlukan perangkat hukum atau undang-undang yang
dapat dijadikan sebagai panduan pengelolaan zakat. Di Era reformasi terjadi perkembangan yang menarik
di Indonesia yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat
dengan keputusan Menteri Agama No. 581 Tahun 1999 tentang pelaksanaan Undang-Undang No. 38
Tahun 1999 dan keputusan Direktur Jenderal Bimbingan masyarakat dan ururan Haji No.D/Tahun 2000
tentang pedoman teknis pengelolaan zakat serta Undang-undang No. 17 Tahun 2000 tentang perubahan
ketiga Undang-undang No. 7 tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Undang-undang No. 38 Tahun 1999
adalah Undang- undang yang mengatur tentang pengelolaan zakat meliputi perencanaan, pengumpulan
dana, pendistribusian, pendayagunaan serta pengawasan zakat. Dan setelah dana zakat terkumpul,
dikelola secara profesional untuk dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat, terutama untuk
mengentaskan kemiskinan dan kesenjangan sosial.
Pengorganisasian dan Pengelolaan Zakat diberbagai tempat masih dirasakan lemah, pengumpulan
Zakat belum ditangani secara sungguh-sungguh, konstribusi dan pendayagunaan Zakat bagi para
mustahik masih bersifat tradisional dan konsumtif, sehingga fungsi dan tujuan zakat dalam
menanggulangi kemiskinan dan menunjang kebutuhan sosial lainnya belum dapat diwujudkan. Islam
sangat menghendaki terjadinya peningkatan dalam kehidupan. Perubahan demi perubahan harus
diupayakan secara maksimal sehingga hasilnya bisa maksimal. Itulah sebabnya Islam sangat
menganjurkan kepada umatnya untuk bekerja keras, demi perbaikan kehidupannya. Kerja keras secara
individu dilakukan dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup diri dan keluarganya.
Pokok pembahasan yang dipertanyakan dalam penelitian ini adalah bagaimana Sistem Manajemen
Pengelolaan Zakat yang diterapkan oleh Lembaga Amil Zakat Swadaya Ummah?, dan apa saja faktor
pendukung dan penghambat dalam Pengelolaan Zakat pada LAZ Swadaya Ummah Pekanbaru?. Menurut
George R. Terry, Manajemen adalah suatu proses yang khas terdiri dari tindakan –tindakan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian yang masing-masing bidang tersebut digunakan baik
ilmu pengetahuan maupun keahlian yang diikuti secara berurutan dalam rangka usaha untuk mencapai
sasaran yang telah ditetapkan semula. Pengelolaan adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan terhadap sesuatu kegiatan atau organisasi yang telah dilakukan.
Berdasarkan Etimologinya, Zakat berasal dari kata Bahasa Arab” Zakkaa- Yuzakkii-Tazkiyatan-
Zakaatan” yang memiliki arti bermacam–macam yakni Thaharah,Namaa’,. Sedangkan menurut
Terminologi (Istilah), zakat adalah bagian dari sejumlah harta tertentu dimana harta tersebut telah
mencapai syarat nishab (batasan yang wajib dizakatkan), yang diwajibkan Allah SWT untuk dikeluarkan
dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.

Tabel 1. Tentang Jenis Zakat dan Nilainya


No Jenis Zakat Nisab Nilai Zakat Waktu
1. Profesi 520 kg beras 2,5 % Setiap kali
menerima
2. Perniagaan 85 gr emas 2,5 % 1 tahun
3. Pertanian 653 kg beras Bruto 5 % 1 tahun
Netto 10 %
4. Emas 85 gr emas 2,5 % 1 tahun
5. Perak 595 gr emas 2,5 % 1 tahun
6. Hadiah 85 gr emas 10 % Setiap kali
20 % menerima
7. Tabungan/simpanan 85 gr emas 2,5 % 1 tahun
8. Peternakan
Kambing 40 ekor 1 Ekor -
Sapi 30 ekor 1 Ekor sapi -
Tabi’
Sumber Data: Lembaga Amil Zakat Swadaya Ummah, cara praktis menghitung zakat .

Ada beberapa manfaat pengeluaran zakat yang perlu diperhatikan bagi ummat Islam sebagai
berikut:
a) Untuk memperoleh kehidupan yang tenang di akhirat.
b) Memberikan kontribusi dalam mengangkat harkat sesama ummat.

268 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

c) Memajukan organisasi secara mikro dan pertumbuhan ekonomi secara makro.


d) Membersihkan jiwa dan penyakit hati lainnya.
e) Mendatangkan berkah dan menumbuhkan kasih sayang kepada sesama ummat.

Tabel .2. Karyawan LAZ Swadaya Ummah Pekanbaru Menurut Usia


No Usia Jumlah Persentase (%)
1. 20-30 Tahun 10 91 %
2. 30-40 Tahun 1 9%
3. 40-50 Tahun 0 0%
Jumlah 11 100 %
Sumber Data : LAZ Swadaya Ummah Pekanbaru

Karyawan LAZ swadaya ummah pekanbaru rata-rata berumur 20-30 tahun, yang berjumlah 10
orang dengan persentase 91 %. Umur antara 30-40 tahun berjumlah 1 orang dengan persentase 9 %,
sedangkan umur antara 40-50 tahun berjumlah Nol dengan persentase 0 %.

METODE
Dalam penelitian ini, yang diambil adalah karyawan dan pimpinan yang berkaitan dengan
manajemen pengelolaan zakat yang berjumlah 11 orang karyawan. Mengingat populasi yang saya ambil
sedikit maka, dalam penelitian ini penulis menggunakan sistem sensus dengan cara mengambil sampel
dari seluruh populasi sebanyak 11 orang. setiap satu orang mendapatkan satu angket yang penulis
sebarkan secara acak. Metode lapangan adalah metode dalam mengumpulkan data tentang kehidupan
yang sebenarnya. Yaitu data yang ada di lapangan tempat objek penelitian. Dalam melaksanakan metode
lapangan ini digunakan tiga bentuk teknik, yaitu:
a) Angket (Questionery), penulis membuat daftar pertanyaan secara tertulis dengan memberikan
jawaban untuk setiap pertanyaan, kemudian disebarkan kepada responden yang menjadi objek
dalam penelitian untuk di isi.
b) Interview atau wawancara, yaitu penulis melakukan tanya jawab langsung mengenai perusahaan
dan permasalahan yang diteliti dengan pimpinan dan karyawan LAZ Swadaya Ummah Panam
Pekanbaru.
c) Observasi, yaitu penulis melakukan pengamatan langsung pada Lembaga Amil Zakat Swadaya
Ummah pekanbaru dengan cara melihat langsung kondisi Lembaga Amil Zakat Swadaya
Ummah Pekanbaru.
d) Dokumentasi, yaitu pengumpulan yang ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat
penelitian, meliputi buku-buku relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, data yang relevan
untuk penelitian.

Metode deskriptif adalah dengan menggunakan data-data yang diperlukan lalu dianalisis sehingga
disusun menurut kebutuhan yang diperlukan dalam penelitian. Data Sekunder , yaitu data utama yang
diperoleh dilapangan yaitu semua data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yang bersumber
dari Lembaga Amil Zakat Swadaya Ummah Pekanbaru baik dari hasil Wawancara, Angket dan
Observasi.

HASIL
Pada hakekatnya zakat, infaq dan sedekah maupun dana sosial lainnya yang diamanahkan melalui
swadaya ummah di dayagunakan untuk meningkatkan taraf hidup kaum Dhuafa, dengan memperhatikan
kebutuhan masyarakat, dampak manfaat yang luas, berkelanjutan dan akhirnya program tersebut menjadi
institusi yang mandiri untuk kaum dhuafa dan berujung menjadi asset sosial mayarakat Indonesia.

Tabel 3. Pengetahuan Karyawan Tentang Manajemen Pengelolaan Zakat LAZ Swadaya Ummah
No Alternatif jawaban Responden Persentase (%)
1. Memahami 11 100 %
2. Kurang memahami 0 0%
3. Tidak memahami 0 0%
Jumlah 11 100 %
Sumber Data : Angket pada LAZ Swadaya Ummah

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 269
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Bahwa karyawan yang berpengetahuan yang menjawab memahami tentang manajemen pengelolaan
zakat LAZ swadaya ummah adalah 11 orang dengan persentase 100 %, sedangkan responden yang
menjawab kurang memahami dan tidak memahami tidak ada atau 0 %.

Tabel .4. Tanggapan Karyawan Tentang Motivasi Awal Berdiri LAZ Swadaya Ummah
No Alternatif Jawaban Responden Persentase (%)
1. Baik 6 55 %
2. Sangat baik 5 45 %
3. Cukup baik 0 0%
Jumlah 11 100 %
Sumber Data : Angket pada LAZ Swadaya Ummah

Bahwa karyawan yang menanggapi dengan baik awal berdirinya LAZ ini adalah sebanyak 6 orang
atau 55 % dari jumlah karyawan yang ada, sedangkan yang menjawab sangat baik adalah 5 orang atau 45
% dan yang menjawab cukup baik tidak ada atau 0 %.

Tabel.5. Tanggapan Karyawan Tentang Kondisi Manajemen Pengelolaan Zakat


Pada LAZ Swadaya Ummah
No Alternatif Jawaban Responden Persentase (%)
1. Baik 7 64 %
2. Cukup baik 4 36 %
3. Kurang baik 0 0%
Jumlah 11 100 %
Sumber Data : Angket pada LAZ Swadaya Ummah

Dapat dilihat bahwa kondisi manajemen pengelolaan zakat swadaya ummah dari jawaban responden
yang menyatakan baik sebanyak 7 oarang atau 64 %, dan yang menyatakan cukup baik sebanyak 4 orang
atau 36 %, sedangkan yang menjawab kurang baik tidak ada atau 0 %.
Tentang kondisi manajemen pengelolaan zakat swadaya ummah dari seluruh responden yang
menjawab baik sebanyak 7 orang, hal ini menunjukkan bahwa kondisi manajemen pengelolaan zakat
swadaya ummah tersebut sudah tergolong baik bila dibandingkan dengan kondisi yang lain. Pengelolaan
zakat sangat memerlukan adanya sistem manajemen modern yang disebut dengan Planning, Organizing,
Actualing dan Controling, dalam hal ini diperlukan adanya pengelolaan zakat secara profesional dan
bertanggung jawab yang dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah.

SIMPULAN
Hasil penelitian dan analisa maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
a) Manajemen pengelolaan zakat pada Lembaga Amil Zakat Swadaya Ummah Pekanbaru telah di
jalankan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh LAZ sendiri dan ketentuan agama
Islam. Dan sebelum dana zakat itu disalurkan kepada yang berhak menerimanya maka pihak
lembaga amil zakat akan mengadakan musyawarah terlebih dahulu tentang mustahik yang akan
diberi dana zakat tersebut.
b) Dari hasil wawancara yang telah penulis lakukan dengan bagian manajemen pengelolaan zakat dan
sebagian karyawan LAZ Swadaya Ummah, mengatakan bahwa dana zakat yang telah terkumpul
telah di salurkan kepada yang berhak untuk menerima dana zakat tersebut. Dengan demikian
manajemen yang dilaksanakan oleh lembaga amil zakat swadaya ummah telah terlaksana dengan
baik karena telah melaksanakan perencanaan dan pembagian tugas serta pelaksanaanya telah ada
pengawasan oleh Dewan Syariah atau pimpinan LAZ Swadaya Ummah.
c) Adapun faktor pendukung dan penghambat :
1) Faktor pendukung
a) Adanya kreatifitas dari fundraising dan program yang menarik.
b) Adanya sosialisasi pengelolaan zakat, dengan cara mengajak muzakki maupun
mustahiq melalui berbagai kegiatan
c) Menerapkan sistem manajemen jemput bola dan sarana transportasi yang disediakan
telah lengkap.
2) Faktor penghambat
a) Pengetahuan masyarakat tentang zakat masih rendah.
b) Kinerja dan peran anggota LAZ dalam mengelola zakat masih kurang.

270 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

c) Sumber daya manusia dan pengalaman yang masih baru dalam mengurus manajemen
zakat masih rendah.

Bila hasil simpulan ini dipertimbangkan makadapat menjadikan LAZ Swadaya Ummah sebagai
lembaga yang dipercaya masyarakat dan berkemampuan untuk mengelola zakat dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Al-ba’ly, Abdul Al-hamid Muhammad, Ekonomi Zakat sebuah Kajian Moneter dan Keuangan Syariah
, Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2006.
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007.
Azmi, Sahabuddin, Menimbang Ekonomi Islam, Bandung: Nuansa, 2005 Cet.ke1
Anoraga, Pandji, Manajemen Bisnis, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Halim, M.Nipan Abdul, Mengapa Zakat Disyariatkan, Bandung: CV MZS, 2001.
Hasan.Ali. Masail Fiqhiyyah Zakat,Pajak,Asuransi,dan Lembaga Keuangan, Jakarta: PT.Raja Grafindo,
2003.
Hidayatullah, Syarif , Ensiklopedia Rukun Islam Ibadah Tanpa Khilafiah Zaka
Jakarta: Al- Kautsar Prima , 2008
Hafidhuddin, Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta:Gema Insani, 2002.
Handoko, T.Hani, Manajemen Edisi 2,Yogyakarta: BPFE,2003.
Janwari, Yadi, dan A.Djazuli dan, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umma,t Jakarta: PT.Rajagrafindo
Persada,2002.
Maghfiroh, Mamluatul, Zakat, Yogyakarta: Pustaka Insani Madani, 2007.
Mufraini, Arif. Akuntansi dan Manajemen Zakat. Jakarta: Kencana. 2006.
Muhammad,Fery. Hadist Arba’in Nawawi, Yogyakarta: Ananda Publishing.2007
Permono, Syekhul Hadi, Pemerintah Indonesia Sebagai Pengelola Zakat, Jakarta: Pustaka Firdaus 1995.
Prastiwi, Yayuk Eka, E.Gumbira Sa’id, Agribisnis Syariah, Manajemen Agribisnis dalam Perspektif
Syariah Islam, Jakarta : Penebar Swadaya, 2005.
Qardawi, Yusuf. Spektrum Zakat dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan. Jakarta: Zikrul Hakim.2005.
Ramulyo, Mohd.Idris, Hukum Perkawinan,Hukum Kewarisan, Hukum Acara
Peradilan Agama dan Zakat Menururt Hukum Islam, Jakarta:Sinar Grafika,1995.
Ridwan, Muhammad, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, Yogyakarta: 2004,
Soemitra, Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta:Kencana, 2009.Cet ke 1.
Sahhatih, Ismail Syauqi. Penerapan Zakat dalam Bisnis Modren, Bandung : Pustaka Setia, 2007.
Syafrudin, Organisasi dan Manajemen Pelayanan, Jakarta:Trans Info Media, 2009
Tim Redaksi Wikrama Waskitha, Seri Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia, Jakarta: PT
Wikrama Waskitha,1999.
Tanjung, Hendri dan Didin Hafidhuddin. Manajemen Syariah dalam Praktek. Jakarta: Gema Insani
Press.2003.
Umar, Husien. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.Jakarta: Rajawali Pers. 2004.
Yanggo Huzaimah Tahido, Masail Fiqhiyah kajian Hukum Islam kontemporer, Bandung: 2005.
Http://www.Dompetdhuafa.Or.Id , UU Zakat Tahun 1999 No.38
Wiludjeng Sri, dan Irma Nilasari, Pengantar Bisnis,Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 271
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PENGARUH FASILITAS HARGA DAN CITRA PERUSAHAAN


TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN

Yuanita

Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia (UPMI)


Email : Yuanitasdom@gmail.co.id

ABSTRAK
Makin luas,kompleks, dan ketatnya persaingan membuat perusahaan dituntut untuk dapat
melihat berbagai kesempatan yang ada dan mencari strategi untuk menciptakan kepuasan bagi
konsumen. Sebagai contoh perusahaan harus mampu memberikan produk dengan mutu
baik,harga terjangkau,fasilitas lengkap,serta mampu menciptakan citra positif perusahaan di
mata konsumen. Strategi tersebut merupakan cara yang cukup penting dalam menghadapi tingkat
persaingan yang kompetitif dengan perusahaan pesaing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis baik secara serentak atau bersama – sama maupun secara parsial pengaruh positif
fasilitas,harga dan citra perusahaan terhadap kepuasan konsumen,serta menganalisis variabel
yang paling dominan dalam mempengaruhi kepuasan konsumen Hotel Kenanga Medan. Data
yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari responden dengan menggunakan
kuesioner yang telah diuji validasi dan reliabilitasmya. Sebanyak 80 responden dari konsumen
yang menginao di Hotel Kenanga Medan dipilih sebagai sampel dengan menggunakan rumus
Slovin. Data dianalisis dengan alat analisis regresi linier berganda. Hasil menunjukkan bahwa
fasilias,harga dan citra perusahaan secara bersama – sama mempengaruhi kepuasan konsumen
Hotel Kenanga Medan. Secara parsial hanya satu dari tiga variabel yang mempengaruhi
kepuasan konsumen Hotel Kenanga Medan yaitu harga.
Kata kunci :Fasilitas,harga,citra perusahaan dan kepuasan konsumen

ABSTRACT
More extensive, complex, and intense competition makes companies are required to be able to
see various opportunities that exist and look for strategies to create satisfaction for consumers.
For example, companies must be able to provide products of good quality, affordable prices,
complete facilities, and be able to create a positive image of the company in the eyes of
consumers. The strategy is an important enough way to deal with the level of competitive
competition with competing companies. The purpose of this study is to analyze both
simultaneously or jointly and partially the positive influence of facilities, prices and company
image on consumer satisfaction, as well as analyzing variables the most dominant in influencing
customer satisfaction Medan Kenanga Hotel. The data used are primary data obtained from
respondents using a questionnaire that has been tested for validation and reliability. A total of
80 respondents from consumers who menginao in the Hotel Kenanga Medan were selected as
samples using the Slovin formula. Data were analyzed with multiple linear regression analysis
tools. The results show that the facilities, price and corporate image together affect the
satisfaction of Kenanga Hotel Medan customers. Partially only one of the three variables that
affect the satisfaction of Kenanga Hotel Medan customers is price.
Keyword: Facilities, price, company image and customer satisfaction

PENDAHULUAN
Industri perhotelan adalah industri jasa yang memadukan produk dan layanan. Desain bangunan,
interior dan eksterior kamar hotel serta restoran,suasana yang tercipta di dalam kamar hotel serta mkanan
dan minuman yang dijual beserta keseluruhan fasilitas yang ada merupakan contoh produk yang dijual.
Pada masa lalu fungsi hotel hanya sebagai tempat bermalam konsumen yang melakukan perjalanan
bisnis atau wisata dan tidak memiliki relasi ditempat tujuan. Namun demikian seiring berjalannya waktu,

272 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

fungsi hotel mengalami peningkatan. Hotel menjadi usaha komersial yang menyediakan tempat
menginap, makanan dan pelayanan – pelayanan lain untuk umum, seperti untuk acara pernikahan, rapat
perusahaan dan lain sebagainya. Para pengusaha perhotelan diharapkan tanggap dan memiliki respon
yang cepat terhadap perubahan – perubahan ini.
Intinya perusahaan harus dapat menciptakan total manfaat yang diterima oleh costumer yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pesaing,hal ini dilakukan dalam upaya memberikan kepuasan kepada
pelanggan (Kurniawati,2009).
Berkembangnya hotel – hotel berbintang saat ini diikutijuga munculnya tempat – tempat penginapan
modern, yang salah satunya adalah Hotel Kenanga yang bertempat di Jl.Sisingamangaraja, yang
senantiasa ingin memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumennya, misalnya kamar VIP yang dilengkapi
dengan penghangat ruangan,kebersihan,kelancaran air,kenyamanan,harga dan kualitas,serta pelayanan
yang diberikan kepada konsumennya. Pelayanan dalam hal ini adalah sebagai segala macam bentuk
pelayanan yang diberikan oleh pihak hotel selama tamu atau konsumen tersebut berada dihotel, meliputi
pelayan yang diberikan oleh receptionist, bell boy, room service, security.cleaning service, dan lain –
lain.
Riset pemasaran diperlukan untuk mengetahui sejauh mana Hotel Kenanga Medan memberikan
kepuasan melalui fasilitas, harga dan citra perusahannya. Infomasi dari hasil riset pemasaran tersebut
bertujuan mengetahui sikap dan perilaku para pelanggan terhadap apa yang paling berpengaruh dalam
pengambilan keputusan menjadi pelanggan Hotel Kenanga Medan.
Satu – satunya nilai yang dapat diciptakan perusahaan adalah nilai yang berasal dari kepuasan
konsumen, nilai yang dimiliki perusahaan sekarang dan nilai yang akan dimilikiperusahaan di masa
depan. Suatu bisnis dapat disebut sukses jika berhasil mendapatkan,mempertahankan dan menumbuhkan
pelanggan. Hal ini bisa didapatkan jika kita dapat memenuhi syarat kepuasan pelanggan.
Perusahaan yang berhasil adalah yang memiliki diagram organisasi pada bagian puncak pyramid
terhadap pelanggan, urutan berikutnya adalah orang – orang garis depan yang memenuhi, melayani dan
memuaskan pelanggan; di bawahnya terdapat manajer menengah yang tugasnya mendukung orang garis
depan sehingga mereka dapat melayani pelanggan dengan baik; an didasar pyramid terdapat manajemen
puncak yang tugasnya memperkerjakan dan mendukung manajer menengah yang baik (Peppers &
Rogers,2009).

METODE
1.Variabel yang digunakan adalah :
Variabel Independent merupakan variabel bebas yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan
atau timbulnya variabel terikat. Variabel independen dinotasikan sebagai variabel X. Variabel dalam
penelitian ini terdiri dari :
a.Fasilitas (X1)
b.Harga (X2)
c.Citra Perusahaan (X3)

2. Variabel Dependen/Terikat
Variabel dependen sering juga disebut dengan istilahvariabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variabel bebas. Variabel bebas dinotasikan sebagai variabel Y.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepuasan konsumen pada Hotel Kenanga Medan.
1.Fasilitas (X1)
Fasilitas yaitu meliputi fasilitas utama yang melengkapi keberadaan Hotel Kenanga Medan
sebagai tempat penginapan dengan berbagai fasilitas. Variabel ini digunakan untuk melihat
sejauh mana fasilitas tersebut berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Dalam penelitian ini,
indikator – indikator yang digunakan untuk fasilitas, antara lain (Tjiptono,2009).
a.Banyaknya jenis tempat (kamar) yang disediakan oleh Hotel Kenanga Medan.
b.Menyediakan tempat yang layak untuk makan.
c. Kebersihan fasilitas dan udara yang bersih.

2. Harga (X2)
Yaitu merupakan kesesuaian antara ekspektasi konsumen akan penetapan harga terhadap apa
yang diterima oleh konsumen. Tingkat ekspektasi konsumen tentunyaa akan berbda – beda
dengan penetapan harga. Dalam penelitian ini indikator – indikator yang digunakan untuk
menganalisis harga antara lain :
a.Harga yang terjangkau dan disesuaikan oleh pendapatan di kota Medan.
b.Harga mampu bersaing dengan tempat usaha sejenis.
c.Harga yang d

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 273
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

HASIL
1. Fasilitas
Dari perhitungan deskriptif variabel fasilitas didapat hasil tabel sebagai berikut :

Tabel 4.1 Deskriptif Variabel Fasilitas


Interval Kriteria Frekuensi Persentase
84% - 100% Sangat Baik 2 2,,5%
68% - 84% Baik 54 67,5%
52% - 68% Cukup 20 25%
36% - 52% Kurang Baik 4 5%
< 36 % Sangat Tidak Baik 0 0
Jumlah 80 100

Setelah dilakukan perhitungan deskriptif dari 80 responden, diperoleh hasil 2 responden (2%)
berpendapat fasilitas di Hotel Kenanga sangat baik, 54 responden (67,5%) berpendapat fasilitas di Hotel
Kenanga baik,20 responden (25%) berpendapat fasilitas di Hotel Kenanga cukup,dan 4 resonden (5%)
berpendapat fasilitas di Hotel Kenanga tidak baik.
Hasil Penelitian (Uji Hipotesis)
a. Variabel Fasilitas :

Hasil Uji Validitas Variabel Fasilitas (X1)


Sistem Pertanyaan Koefesien r hitung Kesimpulan
1 0,715 > 0,220 Valid
2 0,759 > 0,220 Valid
3 0,821 > 0,220 Valid
4 0,752 > 0,220 Valid
5 0,781 > 0,220 Valid
6 0,715 > 0,220 Valid
7 0,653 > 0,220 Valid
8 0,732 > 0,220 Valid
9 0,704 > 0,220 Valid
10 0,664 > 0,220 Valid
Sumber data diolah,2018
Tabel analisis uji validasi menunjukan bahwa semua butir pertanyaan > 0,220, maka kuesioner
variabel toleransi atas resiko memilikikoefesien korelasi positif atau r hitung > rtabel. Dengan demikian
semua butir pertanyaan tersebut dapat digunakan dan dipercaya.

2. Harga
Dari perhitungan deskriptif variabel harga diperoleh hasil tabel sebagai berikut :

Tabel 4.2. Deskriptif variabel Harga


Interval Kriteria Frekuensi Persentase
84% - 100% Sangat Baik 5 6,25%
68% - 84% Baik 46 57,5%
52% - 68% Cukup 27 33,75%
36% - 52% Kurang Baik 2 2,5%
< 36 % Sangat Tidak Baik 0 0
Jumlah 80 100

Setelah dilakukan perhitungan deskriptif dari 80% responden diperoleh hasil 5 responden (6,25%
berpendapat harga di Hotel Kenanga sangat baik, 46 responden (57,5%) berpendapat harga di Hotel
Kenanga baik, 27 responden (33,75%) berpendapat harga di hotel Kenanga cukup, dan 2 responden
(2,5%) berpendapat kurang baik.

274 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

b. Variabel Harga

Hasil Uji Validitas Variabel Harga (X2)


Sistem Pertanyaan Koefesien r hitung Kesimpulan
1 0,415 > 0,220 Valid
2 0,513 > 0,220 Valid
3 0,350 > 0,220 Valid
4 0,581 > 0,220 Valid
5 0,776 > 0,220 Valid
6 0,389 > 0,220 Valid
7 0,608 > 0,220 Valid
8 0,444 > 0,220 Valid
9 0,451 > 0,220 Valid
10 0,366 > 0,220 Valid
Sumber data diolah,2018
Tabel analisis uji validasi menunjukan bahwa semua butir pertanyaan > 0,220, maka kuesioner
variabel toleransi atas resiko memiliki koefesien korelasi positif atau r hitung > rtabel. Dengan demikian
semua butir pertanyaan tersebut dapat digunakan dan dipercaya.

3. Citra Perusahaan
Dari perhitungan deskriptif variabel citra perusahaan diperoleh hasil tabel sebagai berikut :

Deskriptif variabel Citra Perusahaan


Interval Kriteria Frekuensi Persentase
84% - 100% Sangat Baik 10 12,5%
68% - 84% Baik 40 50%
52% - 68% Cukup 25 31,25%
36% - 52% Kurang Baik 5 6,25%
< 36 % Sangat Tidak Baik 0 0
Jumlah 80 100%
Sumber : Data diolah,218
Setelah dilakukan perhitungan deskriptif dari 80% responden diperoleh hasil 10 responden (12,5%)
berpendapat harga di Hotel Kenanga sangat baik, 40 responden (50%) berpendapat harga di Hotel
Kenanga baik, 25 responden (31,25%) berpendapat bahwa cira perusahaan Hotel Kenanga kurang baik.
c.Variabel Citra Perusahaan :

Hasil Uji Validitas Variabel Citra Perusahaan (X3)


Sistem Pertanyaan Koefesien r hitung Kesimpulan
1 0,365 > 0,220 Valid
2 0,507 > 0,220 Valid
3 0,390 > 0,220 Valid
4 0,243 > 0,220 Valid
5 0,289 > 0,220 Valid
6 0,354 > 0,220 Valid
7 0,248 > 0,220 Valid
8 0,514 > 0,220 Valid
9 0,527 > 0,220 Valid
10 0,413 > 0,220 Valid
Sumber data diolah,2018
Tabel analisis uji validasi menunjukan bahwa semua butir pertanyaan > 0,220, maka kuesioner
variabel toleransi atas resiko memiliki koefesien korelasi positif atau r hitung > rtabel. Dengan demikian
semua butir pertanyaan tersebut dapat digunakan dan dipercaya.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 275
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

4. Kepuasan Konsumen
Dari perhitungan deskriptif variabel kepuasan konsumen diperoleh hasil tabel sebagai berikut :

Deskriptif variabel Kepuasan konsumen


Interval Kriteria Frekuensi Persentase
84% - 100% Sangat Baik 4 5%
68% - 84% Baik 35 43,75%
52% - 68% Cukup 35 43,75%
36% - 52% Kurang Baik 6 7,5%
< 36 % Sangat Tidak Baik 0 0
Jumlah 80 100%
Sumber : Data diolah,218
Setelah dilakukan perhitungan deskriptif dari 80% responden diperoleh hasil 4 responden (5%)
merasa sangat puas, 35 responden (43,75%) merasa puas, 35 responden (43,75%) merasa cukup puas, dan
6 responden (7,5%) merasa tidak puas..

d. Variabel Citra Perusahaan :

Hasil Uji Validitas Variabel Kepuasan Konsumen (Y)


Sistem Pertanyaan Koefesien r hitung Kesimpulan
1 0,5855 > 0,220 Valid
2 0,541 > 0,220 Valid
3 0,303 > 0,220 Valid
4 0,411 > 0,220 Valid
5 0,301 > 0,220 Valid
6 0,227 > 0,220 Valid
7 0,258 > 0,220 Valid
8 0,515 > 0,220 Valid
9 0,673 > 0,220 Valid
10 0,597 > 0,220 Valid
Sumber data diolah,2018
Tabel analisis uji validasi menunjukan bahwa semua butir pertanyaan > 0,220, maka kuesioner
variabel toleransi atas resiko memiliki koefesien korelasi positif atau r hitung > rtabel. Dengan demikian
semua butir pertanyaan tersebut dapat digunakan dan dipercaya.

KESIMPULAN
Dalam penelitian ini peneliti menguji apakah fasilitas, harga dan citra perusahaan mempengaruhi
kepuasan konsumen Hotel Kenanga Medan. Peneliti mengambil 80sampel responden konsumen yang
menginap di Hotel Kenanga Medan.
Maka dapat disimpulkan :
1. Hasil pengujian hipotesis membuktikan tidak terdapat pengaruh antara fasilitas terhadap kepuasan
konsumen, Pengujian membuktikan bahwa secara parsial (t) fasilitas tidak berpengaruh signifikan
terhadap kepuasan konsumen.Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikan (1,995) diatas (lebih besar) dari
0,05 atau 1,995 > 0,05 dan nilai thitung (-0,219) < ttabel (-0,219 < 1,995). Yang berarti bahwa hipotesis
dalam penelitian ini Ho diterima dan H1 ditolak.
2. Hasil pengujian hipotesis membuktikan terdapat pengaruh antara harga (X2) terhadap kepuasan
konsumen.Pengujianmembuktikan bahwa secara parsial harga berpengaruh signifikan terhadap
kepusan konsumen.Hal ini dapat terlihat dari nilai signifikan (0,032) diatas (lebih kecil) dari 0,05%
atau 0,032 < 0,05 % dan nilai thitung (2,184) > ttabel (1,995). Yang berarti bahwa hipotesis dalam
penelitian ini Ho ditolak dan H1 diterima.
3. Hasil pengujian hipotesis membuktikan tidak terdapat pengaruh antara citra perusahaan (X3) terhadap
kepuasan konsumen.Pengujian membuktikan bahwa secara parsial citra perusahaan tidak berpengaruh
sigifikan terhadap kepuasan konsumen.Hal ini dapat terlihat dari nilai signifikan (0,179) diatas (lebih
besar)dari 0,05% atau (0,179 > 0,05%) dan nilai t hitung < ttabel (1,355 < 1,995).Yang berarti bahwa H0
ditolak dan H1 diterima.
4. Hasil koefesien determinasi (R2) yang diperoleh adalah sebesar 0,273%. Angka tersebut memberikan
arti bahwa kepuasan konsumen dipengaruhi oleh tingkat fasilitas.Harga dan citra perusahaan sebesar
0,273 % sedangkan sisanya sebesar 72,7% dipengaruhi oleh faktor lain diluar pembahasan ini.

276 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

DAFTAR PUSTAKA
Anggoro,M,Linggar,2009.Teori dan Profesi Kehumasan serta Aplikasinya di Indonesia, Jakarta : Bumi
Aksara
Buchari,Alma,2013. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Bandung : Alfabeta
Dr.Sudaryono,2016.Manajemen Pemasaran Teori dan Implementasi.Banten.Penerbit : Andi
Ghozali,Imam.2011, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.Semarang : Badan Penerbit
Universitas Diponegoro
Irawan,2013,3 Rules for succes in Building Top Brands,Penerbit:Publishing One,Yogjakarta
Indriaantoro,Nur & Bambang Supomo,2011,Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akutansi dan
Manajemen, Edisi pertama.BPFE.Yogyakarta.
Jasfar,Handi,2009.Manajemen Jasa Pendekatan Terpadu.Bogor : Ghalia Indonesia
Kotler dan Amstrong,2013.Prinsip – prinsip Pemasaran,Edisi ke – 12 ,Penerbit:Erlangga
Kotler,Philip and Kevin Lane Keleer,2016.Marketing Manajemen.Edisi ke-15, Pearson Rducation,Inc
Kinasih,Novi Ariani,2016, Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Fasilitas Harga dan Citra Perusahaan
Terhadap Kepuasan Konsumen Desa Wisata Lembah Kalipancur Di Kota Semarang, “Tidak
Diterbitkan”, Skripsi Fakultas: Ekonomi,Universitas Dian Nuswantoro.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 277
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Pengaruh Harga, Promosi Dan Kualitas Barang Terhadap Keputusan


Pembelian Pada PT Bangun Makmur

Anto Tulim

Dosen Tetap Manajemen STIE ITMI Medan, e-mail : antotulim@yahoo.com

ABSTRACT
Purchasing decision are influenced by the price, promotion and quality of goods factor.
Companies must be able to maintain competitive price, conduct a vigorous promotion and to
increase good quality of goods to consumers to beat others in competition. Price is one of the
causes of the behavior of a product or service offered. Promotion is the delivery of information
to customers whose role is to attract customers to choose products in the company. Quality of
goods is the product's ability to show that various functions including durability, reliability,
accuracy and ease of use. Standard prices, affordable and competitive, establish a good
relationship with the community in carrying out promotions to consumers and provide quality
goods to consumers. The purpose of this study is to find out or analyze the influence of price,
promotion and quality of goods towards purchasing decision at PT Bangun Makmur. This
research was conducted at PT Bangun Makmur. This research used is descriptive quantitative
research. The results shows that the price, promotion and quality of goods make a positive and
significant influence simultaneously towards purchasing decision at PT Bangun Makmur. The
partially of price, quality of goods variable make a positive and significant while the remaining
promotion variable make not influenced and not significant towards purchasing decision 87,5%
of R Square value shows that 87,5% ability of price (X 1), promotion (X2) and quality of goods
(X3) variables are able to influence purchasing decision (Y) at PT Bangun Makmur while the
remaining 12,5% are the influence of other independent variables that are not explained or not
analyzed by researcher in this study study such as location, product of ditribution or service of
quality variables.
Keywords : Price, Promotion, Quality of Goods and Purchasing Decision.

PENDAHULUAN
Pada era yang serba sibuk seperti saat ini sesuatu yang praktis sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Segala hal yang ada dibuat sedemikian praktis agar dapat menghemat banyak waktu. Sekarang sudah
tersedia banyak tempat yang menyuguhkan makanan cepat saji tanpa harus sibuk memasak di dapur.
Mulai dari makanan ringan hingga makanan pokok. Fenomena seperti inilah yang membuat industri
makanan tumbuh subur di Indonesia. Peluang industri pangan di dalam negeri sendiri berkembang pesat
dan cukup menjanjikan.
Dalam persaingan industri makanan khususnya ada satu jenis makanan yang banyak dilirik
konsumen yaitu biskuit. Biskuit jenis ini mudah disukai konsumen karena mutu, kualitasnya terjaga dan
terjamin. Kerenyahan dan kelezatan biskuit hadir menjadi satu dalam biskuit Khong Guan.
Semakin ketat persaingan berbagai perusahaan dalam menghasilkan dan menjual produknya
memberikan pengaruh terhadap pandangan bahwa perusahaan harus memberitahukan serta
memperkenalkan produknya kepada masyarakat agar tertarik akan produk yang ditawarkan perusahaan
tersebut. Jika konsumen menerima atau menyukai produk ada kemungkinan konsumen akan loyal
terhadap produk dan perusahaan yang menjualnya.
PT Bangun Makmur adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang makanan ringan
khususnya biskuit. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 1950. Perusahaan ini adalah distributor yang
mendistribusikan biskuit Khong Guan.
Apabila dilihat dari segi harga pada PT Bangun Makmur masih terbilang relatif mahal dibandingkan
dengan PT Unibis, harga yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan kepuasan konsumen serta jarangnya
ada pemotongan harga dalam jumlah pembelian tertentu. Hal ini menyebabkan masalah yang terjadi pada
harga.

278 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Apabila dilihat dari segi promosi pada PT Bangun Makmur kurang maksimal karena bahasa yang
digunakan untuk promosi tidak dimengerti oleh calon konsumen dan pemasangan iklan yang kurang
banyak di daerah pelosok. Hal ini menyebabkan masalah yang terjadi pada promosi.
Apabila dilihat dari segi kualitas barang pada PT Bangun Makmur adalah semakin menurunnya
kualitas barang. Berdasarkan pengamatan yang terjadi dalam perusahaan ini kurangnya pengawasan
dalam menjaga kualitas barangnya karena tidak melakukan quality control sebelum mengirim barang
sehingga pada saat barang sudah diterima konsumen ada beberapa barang yang rusak dan letak tanggal
expired pada kemasan yang ditampilkan kurang jelas. Hal ini menyebabkan masalah yang terjadi pada
kualitas barang.
Dengan melihat permasalahan yang dialami pada perusahaan sehingga terjadi jumlah penurunan
penjualan yang juga menyebabkan berkurangnya calon konsumen memutuskan pembelian pada PT
Bangun Makmur. Berikut adalah jumlah penjualan pada PT Bangun Makmur :
Jumlah Penjualan Bangun Makmur
Tahun Jumlah Penjualan (Unit)
2016 478
2017 337
2018 287
Sumber : PT Bangun Makmur, 2019
Dari Tabel di atas dilihat tingkat penjualan yang dicapai dalam pemasaran makanan ringan
khususnya biskuit Khong Guan yang dijual oleh PT Bangun Makmur dari tahun 2016-2018 mengalami
fluktuasi turunnya jumlah penjualan. Pada tahun 2017 produk yang terjual sebesar 337 unit dan pada
tahun 2018 produk yang terjual mengalami penurunan kembali sebesar 287 unit terlihat dari nilainya
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2016 ke tahun 2017 sebesar 141 unit atau 191 unit
besar penurunan dari tahun 2016 ke tahun 2018. Hal ini menyebabkan masalah yang terjadi pada
keputusan pembelian.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Harga, Promosi dan Kualitas Barang terhadap
Keputusan Pembelian pada PT Bangun Makmur”.

TINJAUAN PUSTAKA
Harga
Zakaria dan Astuti (2015 : 45) menjelaskan bahwa harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan
untuk mendapat sejumlah kombinasi dari barang dan pelayanannya. Menurut Manus dan Lumanauw
(2015 : 67) menyatakan harga mempunyai peranan penting dalam proses pengambilan keputusan yaitu
peranan alokasi dari harga adalah membantu para pembeli untuk memperoleh produk atau jasa dengan
manfaat terbaik berdasarkan kekuatan daya belinya.
Menurut Kotler dan Amstrong (2015 : 145) harga adalah sejumlah uang yang ditagih atas sebuah
produk atau jasa dan sejumlah dari nilai yang ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari
memiliki serta menggunakan suatu produk/ jasa.
Menurut Kotler dan Keller (2016 : 25) perusahaan harus mempertimbangkan banyak faktor dalam
menentukan kebijakan penetapan harganya. Berdasarkan teori tersebut peneliti menggunakannya sebagai
indikator harga yaitu :
1. Memilih tujuan penetapan harga.
2. Menentukan permintaan.
3. Memperkirakan biaya.
4. Menganalisis biaya harga dan penawaran pesaing.
5. Memilih metodologi penetapan harga.
6. Memilih harga akhir.

Promosi
Menurut Hasan (2014 : 54) promosi merupakan proses mengkomunikasikan variabel bauran
pemasaran (marketing mix) yang sangat penting untuk dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan
produk.
Menurut Gitosudarmo (2015 : 188) promosi adalah kegiatan yang ditujukan untuk mempengaruhi
konsumen agar mereka dapat menjadi kenal akan produk yang ditawarkan oleh perusahaan kepada

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 279
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

mereka dan kemudian mereka menjadi senang lalu membeli produk tersebut. Menurut Rangkuti (2017 :
165) promosi merupakan kegiatan yang paling penting untuk meningkatkan revenue.
Menurut Rangkuti (2017 : 170) indikator merupakan hal yang sangat penting dalam mengukur
efektivitas program promosi. Indikator dapat diperoleh berdasarkan hasil sebagai berikut :
1. Jangkauan promosi.
2. Kuantitas penayangan iklan di media promosi.
3. Kualitas penyampaian pesan dalam penayangan iklan di media promosi.

Kualitas Barang
Menurut Kotler (2015 : 37) kualitas barang adalah keseluruhan ciri dari suatu barang yang
berpengaruh pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Menurut
Crossby (2014 : 98) kualitas barang adalah barang yang sesuai dengan yang disyaratkan atau
distandartkan. Suatu barang memiliki kualitas apabila sesuai dengan standart kualitas yang telah
ditentukan.
Menurut Feigenbaum (2015 : 43) kualitas barang adalah suatu barang yang sesuai dengan apa yang
diharapkan konsumen.
Menurut Kotler (2015 : 70) kualitas barang sebagai keunggulan suatu barang terhadap penilaian
konsumen memiliki empat indikator yaitu :
1. Kemasan
2. Keawetan
3. Kehandalan
4. Mudah digunakan

Keputusan Pembelian
Menurut Machfoedz (2015 : 44) mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu proses
penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan-kepentingan tertentu dengan
menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling menguntungkan.
Menurut Amirullah (2016 : 61) pengambilan keputusan adalah suatu proses penilaian dan pemilihan
dari berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan-kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan
yang dianggap paling menguntungkan.
Menurut Swastha (2016 : 210) mengemukakan bahwa keputusan pembelian merupakan proses
dalam pembelian yang nyata apakah membeli atau tidak.
Menurut Kotler dan Amstrong (2015 : 86) terdapat lima indikator untuk mengukur keputusan
pembelian sebagai berikut :
1. Kesadaran akan kebutuhan
2. Pencarian informasi dan evaluasi
3. Membuat keputusan pembelian
4. Memberi rekomendasi kepada orang lain
5. Melakukan pembelian ulang

METODOLOGI PENELITIAN
Objek Penelitian
Subjek penelitian peneliti adalah pada PT Bangun Makmur. Objek penelitian ini adalah konsumen
yang membeli biskuit Khong Guan pada PT Bangun Makmur.
Jenis data penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang berasal
langsung dari responden melalui penyebaran kuisioner. Data sekunder adalah data yang telah disediakan
oleh perusahaan yaitu gambaran umum perusahaan, struktur organisasi atau buku yang berkaitan dengan
keputusan pembelian yang diteliti yaitu harga, promosi dan kualitas barang.

Tempat dan Waktu


Penelitian dilakukan pada PT Bangun Makmur yang beralamat di jalan Wahidin No. 263/ 105
Medan. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan September tahun 2019.

Populasi dan Sampel


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang memiliki kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari serta ditarik simpulannya (Sugiyono,
2015 : 75). Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh konsumen yang membeli biskuit Khong
Guan pada PT Bangun Makmur yang berjumlah 400 orang.

280 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2015 : 116). Dalam melakukan penelitian tidak harus meneliti seluruh anggota populasi yang
menjadi objek penelitian karena dalam banyaknya kasus tidak mungkin seorang peneliti dapat meneliti
seluruh anggota populasi (Ferdinand, 2015 : 115). Metodologi pengambilan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti ini dan dianggap cocok menjadi
sumber data akan menjadi sampel penelitian ini (Sugiyono, 2013 : 89). Penentuan sampel dalam
penelitian ini menggunakan rumus Slovin.
Hasil perhitungan sampel menggunakan rumus Slovin diperoleh sampel sebanyak 80 orang.

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis serta dipermudah olehnya
(Arikunto, 2014 : 256).
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara adalah sesuatu proses tanya jawab lisan dalam dua orang atau lebih berhadap-hadapan
secara fisik yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinga sendiri. Suara
merupakan alat pengumpulan informasi yang langsung tentang beberapa jenis data sosial yang baik
terpendam (latent) maupun yang memanifes (Hadi, 2017 : 192). Dalam penelitian ini dilakukan
wawancara kepada pelanggan pada PT Bangun Makmur.
2. Kuisioner
Kuisoner adalah metodologi pengumpulan data dengan mengajukan daftar pernyataan tertulis tentang
masalah yang akan dibahas. Dalam hal ini kuisioner akan dibagikan kepada pelanggan PT Bangun
Makmur sebagai responden.
3. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati langsung objek
yang akan diteliti. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran nyata mengenai harga,
promosi dan kualitas barang yang dilakukan PT Bangun Makmur terhadap keputusan pembelian.

Uji Kualitas Data


Pada penelitian ini terlebih dahulu akan dilakukan uji coba dengan membagikan kuisioner 30 orang
responden pada PT Unibis untuk menguji validitas dan reliabilitas item pernyataan kuisioner.

Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 20.00 dengan kriteria jika nilai
validitas setiap pernyataan lebih besar dari 0,30 maka butir pernyataan dianggap sudah valid. Sebaliknya,
kalau korelasi antara butir dan skor total kurang dari 0,30 maka butir dalam instrumen tersebut
dinyatakan tidak valid. Validitas adalah ukuran yang menunjukkan bahwa sejauh mana instrumen
pengukur mampu mengukur apa yang akan diukur.
Pengujian validitas dengan kriteria sebagai berikut :
1. Jika rhitung> rtabel maka H1 diterima.
2. Jika rhitung< rtabel maka H0 ditolak.

Uji Reliabilitas
Menurut Wibowo (2014 : 52) reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan bahwa
sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih.
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji kehandalan atau kepercayaan
pengungkapan data. Pengukuran yang mampu memberi hasil yang dipercaya (reliabel). Kriteria ukur
reliabilitas ini adalah jika :
1. Nilai Cronchbach’s Alpha > 0,60 maka dinyatakan reliabel.
2. Nilai Cronchbach’s Alpha <0,60 maka dinyatakan tidak reliabel.

Peneliti menggunakan teknik analisis data sebagai berikut :


1. Metodologi Analisis Deskriptif
2. Uji asumsi klasik
Uji asumsi klasik terbagi 3 yaitu :
a. Uji Normalitas
b. Uji Multikolinearitas
c. Uji Heterokedastisitas
3. Analisis Regresi Linear Berganda

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 281
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

4. Uji-t
5. Uji F
6. Koefisien determinasi (R2)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Validitas Instrumen Variabel Harga (X1)
Hasil uji validitas variabel harga seperti pada Tabel di bawah ini :
Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Harga (X1)
No. Pernyataan Corrected Item- rtabel Keterangan
Total Correlation
1. PT Unibis menyediakan biskuit yang 0,523 0,30 Valid
berkualitas dengan harga yang
terjangkau sesuai nilai beli konsumen.
2. PT Unibis menentukan harga yang 0,698 0,30 Valid
kompetitif sesuai dengan permintaan
pelanggan.
3. PT Unibis selalu memperkirakan biaya 0,488 0,30 Valid
yang dikeluarkan dengan menentukan
harga akhir kepada pelanggan.
4. PT Unibis menganalisis biaya dengan 0,571 0,30 Valid
melihat harga yang ditawarkan
pesaing.
5. PT Unibis memilih metodologi 0,698 0,30 Valid
penetapan harga dengan melihat
kebutuhan dari pelanggan.
6. PT Unibis selalu menawarkan harga 0,635 0,30 Valid
akhir setelah ada kesepakatan dengan
pelanggan.
Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (Data Diolah)

Dari Tabel diketahui bahwa hasil pengujian instrumen dari variabel harga memiliki nilai yang lebih
besar dari 0,30. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen pernyataan dari variabel
harga yang digunakan adalah valid dan dapat digunakan dalam penelitian. Simpulan ini diperkuat dengan
signifikan (2-tailed) seluruh instrumen yang lebih kecil dari nilai α sebesar 5% (0,05).

Uji Validitas Instrumen Variabel Promosi (X2)


Hasil uji validitas variabel promosi seperti pada Tabel di bawah ini :
Hasil Uji Validitas Instrumen Validitas Promosi (X2)
No. Pernyataan Corrected Item- rtabel Keterangan
Total
Correlation
1. PT Unibis selalu melakukan 0,670 0,30 Valid
survei kondisi lingkungan
pasar.
2. PT Unibis selalu terlibat 0,681 0,30 Valid
dalam penjualan langsung
kepada pelanggan.
3. PT Unibis selalu menjalin 0,631 0,30 Valid
hubungan yang baik dengan
masyarakat.
Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (Data Diolah)

Dari Tabel diketahui bahwa hasil pengujian instrumen dari variabel promosi memiliki nilai yang
lebih besar dari 0,30. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen pernyataan dari
variabel promosi yang digunakan adalah valid dan dapat digunakan dalam penelitian. Simpulan ini
diperkuat dengan nilai signifikan (2-tailed) seluruh instrumen yang lebih kecil dari nilai α sebesar 5%
(0,05).

282 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Uji Validitas Instrumen Kualitas Barang (X3)


Hasil uji validitas variabel kualitas barang seperti pada Tabel di bawah ini :
Hasil Uji Validitas Instrumen Validitas Kualitas Barang (X 3)
No. Pernyataan Corrected Item- rtabel Keterangan
Total Correlation

1. Barang yang ditawarkan 0,694 0,30 Valid


memiliki kemasan yang
menarik.
2. Barang yang ditawarkan 0,615 0,30 Valid
memiliki daya tahan yang kuat.

3. Barang yang ditawarkan 0,739 0,30 Valid


memiliki fitur yang optimal.
4. Barang yang ditawarkan 0,850 0,30 Valid
memiliki kinerja yang optimal.

5. PT Unibis memiliki barang yang 0,670 0,30 Valid


mudah digunakan untuk semua
kalangan.

6. PT Unibis memiliki kualitas 0,654 0,30 Valid


barang yang memenuhi
spesifikasi yang dibutuhkan
konsumen.
Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (Data Diolah)

Dari Tabel diketahui bahwa hasil pengujian instrumen dari variabel kualitas barang memiliki nilai
yang lebih besar dari 0,30. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen pernyataan
dari variabel kualitas barang yang digunakan adalah valid dan dapat digunakan dalam penelitian.
Simpulan ini diperkuat dengan nilai signifikan (2-tailed) seluruh instrumen yang lebih kecil dari nilai α
sebesar 5% (0,05).

Uji Validitas Instrumen Variabel Keputusan Pembelian (Y)


Hasil uji validitas variabel keputusan pembelian seperti pada Tabel di bawah ini :
Hasil Uji Validitas Instrumen Validitas Keputusan Pembelian (Y)
No. Pernyataan Corrected Item- rtabel Keterangan
Total Correlation

1. Saya memutuskan untuk 0,730 0,30 Valid


membeli biskuit pada PT Unibis
setelah membandingkan dengan
perusahaan lainnya.
2. Saya membeli biskuit pada PT 0,828 0,30 Valid
Unibis karena dapat memenuhi
kebutuhan saya.
3. Saya akan melakukan 0,547 0,30 Valid
pembelian ulang biskuit pada
PT Unibis.
4. Saya akan merekomendasikan 0,576 0,30 Valid
produk biskuit PT Unibis
kepada orang lain.
5. Saya tidak akan membeli 0,821 0,30 Valid
produk biskuit pada perusahaan
lain.
Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (Data Diolah)

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 283
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Dari Tabel diketahui bahwa hasil pengujian instrumen dari variabel keputusan pembelian memiliki
nilai yang lebih besar dari 0,30. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen
pernyataan dari variabel keputusan pembelian yang digunakan adalah valid dan dapat digunakan dalam
penelitian. Simpulan ini diperkuat dengan nilai signifikan (2-tailed) seluruh instrumen yang lebih kecil
dari nilai α sebesar 5% (0,05).

Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas untuk variabel harga, promosi, kualitas barang dan keputusan pembelian
seperti pada Tabel di bawah ini :
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel
No. Variabel Cronbach’s Alpha N of Items Keterangan
1. Harga (X1) 0,740 7 Reliabel
2. Promosi (X2) 0,737 4 Reliabel
3. Kualitas Barang (X3) 0,771 7 Reliabel
4. Keputusan Pembelian (Y) 0,776 6 Reliabel
Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (Data Diolah)

Reliabilitas yang kurang dari 0,60 adalah kurang baik sedangkan 0,70 dapat diterima dan reliabilitas
dengan Cronbach’s Alpha 0,8 atau di atasnya adalah baik. Berdasarkan output yang diperoleh pada Tabel
di atas diperoleh nilai koefisien reliabilitas pada variabel harga, promosi, kualitas barang dan keputusan
pembelian adalah dapat diterima. Dengan demikian, variabel-variabel yang digunakan pada instrumen
tersebut adalah reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian.

Pengujian Asumsi Klasik


Uji Normalitas
Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak ditunjukkan dengan analisis
grafik histogram dan grafik Normal Probability Plot seperti Gambar di bawah ini :

Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (Data Diolah)


Gambar Grafik Histogram
Dari Gambar memperlihatkan bahwa variabel berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan oleh
distribusi data tersebut di mana tidak menceng ke kiri atau ke kanan.

284 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (Data Diolah)


Gambar Grafik P-Plot Normalitas

Dari Gambar memperlihatkan bahwa penyebaran data berada pada sekitar garis diagonal dan
mengikuti garis arah diagonal maka nilai residual terstandarisasi. Dengan demikian, model regresi
hipotesis tersebut memenuhi asumsi normalitas.

Di luar dari pengujian normalitas yang dilihat melalui grafik maka dapat dilihat melalui Tabel (K-S)
Test. Normalitas residual diuji dengan hipotesis sebagai berikut :
a. H0 : Residual terdistribusi dengan normal.
b. H1 : Residual tidak terdistribusi dengan normal.
Statistik uji yang digunakan adalah uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov (K-S) Test. Kriteria yang
digunakan adalah :
1. Terima H0 bila signifikan K-S > α (0,05).
2. Tolak H0 bila signifikan K-S < α (0,05).
Hasil perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 80
a,b Mean 0E-7
Normal Parameters
Std. Deviation 1,26591665
Absolute ,059
Most Extreme Differences Positive ,059
Negative -,046
Kolmogorov-Smirnov Z ,526
Asymp. Sig. (2-tailed) ,945
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (Data Diolah)

Dari Tabel di atas diperoleh sig. K-S > 0,05 (nilai α) yaitu 0,945 > 0,05. Dengan demikian, terima
H0 artinya residual terdistribusi dengan normal.

Uji Multikolinearitas
Hasil uji multikolinearitas seperti pada Tabel di bawah ini :
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 285
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Model Collinearity Statistics


Tolerance VIF
(Constant)
Harga ,161 6,211
1
Promosi ,344 2,908
Kualitas Barang ,219 4,567
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (Data Diolah)

Dari Tabel dapat dilihat bahwa nilai Tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10 maka tidak ditemukan
masalah multikolinearitas dalam penelitian ini.

Heterokedastisitas
Hasil pengujian heterokedastisitas dengan grafik Scatterplot seperti pada Gambar di bawah ini :

Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (Data Diolah)


Gambar Grafik Uji Heterokedastisitas

Dari Gambar terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi hipotesis ini terbebas dari asumsi
heterokedastisitas.

Pengujian Hipotesis
Hasil Uji Koefisien Regresi Linear Berganda
Hasil analisis regresi linear berganda seperti pada Tabel di bawah ini :
Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) ,318 ,902
1
Harga ,186 ,093 ,203

286 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Promosi ,154 ,123 ,087


Kualitas Barang ,543 ,069 ,683
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (Data Diolah)

Persamaan regresi linear berganda yang diperoleh yaitu :


Y = 0,318 + 0,186 X1 + 0,154 X2 + 0,543 X3 + e
Pada persamaan tersebut dapat dilihat bahwa nilai konstanta (a) = 0,318. Artinya walaupun variabel
bebas yaitu harga (X1), promosi (X2) dan kualitas barang (X3) bernilai tetap maka keputusan pembelian
(Y) pada PT Bangun Makmur adalah tetap sebesar 0,318.
Variabel harga X1 (b1) = 0,186. Hal ini menunjukkan bahwa variabel harga berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian atau dengan kata lain jika variabel harga semakin
diperbaiki sebesar satu-satuan maka keputusan pembelian akan bertambah sebesar 0,186.
Variabel promosi X2 (b2) = 0,154. Hal ini menunjukkan bahwa variabel promosi berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian atau dengan kata lain jika variabel promosi semakin
diperbaiki sebesar satu-satuan maka keputusan pembelian akan bertambah sebesar 0,154.
Variabel kualitas barang X3 (b3) = 0,543. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kualitas barang
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian atau dengan kata lain jika
variabel kualitas barang semakin diperbaiki sebesar satu-satuan maka keputusan pembelian akan
bertambah sebesar 0,543.

Uji-t (Parsial)
Hasil uji-t seperti pada Tabel di bawah ini :
Hasil Uji Parsial
Coefficientsa
Model T Sig.

(Constant) ,352 ,726


Harga 2,010 ,048
1
Promosi 1,258 ,212
Kualitas Barang 7,883 ,000
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (Data Diolah)

Nilai ttabel diperoleh dengan cara :


Penyebut (df) = n – k
= 80 – 4
= 76, ttabel 0,05.
Jadi, ttabel (76) = 1,9916.

1. Nilai thitung untuk variabel harga (2,010) lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel (1,9916) atau nilai
sig. t untuk variabel harga (0,048) lebih kecil dari α atau alpha (0,05). Berdasarkan hasil yang
diperoleh maka menolak H0 dan menerima H1 untuk variabel harga. Dengan demikian, secara parsial
harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian pada PT Bangun Makmur.
2. Nilai thitung variabel promosi (1,258) lebih kecil dibandingkan dengan t tabel (1,9916) atau nilai sig. t
untuk variabel promosi (0,212) lebih besar dari α atau alpha (0,05). Berdasarkan hasil yang diperoleh
maka menerima H0 dan menolak H1 untuk variabel promosi. Dengan demikian, secara parsial promosi
tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pembelian pada PT Bangun
Makmur.
3. Nilai thitung variabel kualitas barang (7,883) lebih besar dibandingkan dengan t tabel (1,9916) atau nilai
sig. t untuk variabel kualitas barang (0,000) lebih besar dari α atau alpha (0,05). Berdasarkan hasil
yang diperoleh maka menolak H0 dan menerima H1 untuk variabel promosi. Dengan demikian, secara
parsial kualitas barang berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian pada PT
Bangun Makmur.

Uji F (Serempak)
Hasil uji F dapat dilihat padaTabel di bawah ini :
Hasil Uji Serempak

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 287
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 887,349 3 295,783 177,562 ,000b
1 Residual 126,601 76 1,666
Total 1013,950 79
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
b. Predictors: (Constant), Kualitas Barang, Promosi, Harga
Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (Data Diolah)

Nilai Ftabel diperoleh dengan cara :


Derajat pembilang = k – 1 = 4 – 1 = 3.
Derajat penyebut = n – k = 80 – 4 = 76.
Nilai Ftabel (3 ; 76), Ftabel 0,05.
Jadi, Ftabel (3 ; 76) = 2,72.

Pada Tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Fhitung adalah 177,562. Pada tingkat kesalahan α = 5%
nilai Fhitung > Ftabel tersebut signifikan dan nilai signifikan 0,000 < 0,05 pada nilai F tabel = 2,72.
Berdasarkan kriteria uji hipotesis jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya variabel
harga (X1), promosi (X2) dan kualitas barang (X3) secara serempak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian (Y) pada PT Bangun Makmur.

Uji Koefisien Determinasi (R2)


Hasil uji koefisien determinasi seperti pada Tabel di bawah ini :
Pengujian Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Estimate
Square

1 ,935a ,875 ,870 1,291


a. Predictors: (Constant), Kualitas Barang, Promosi, Harga
b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (Data Diolah)

Dari Tabel di atas diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,875. Hal ini menunjukkan bahwa
87,5% variabel harga, promosi dan kualitas barang (X1, X2 dan X3) mampu menjelaskan variabel
keputusan pembelian (Y) pada PT Bangun Makmur sedangkan sisanya 12,5% merupakan pengaruh dari
variabel bebas lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian seperti variabel lokasi, distribusi produk
dan kualitas pelayanan.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengujian parsial dan serempak dapat dijelaskan sebagai berikut :
Dari hasil uji hipotesis secara parsial diperoleh bahwa uji parsial (uji-t) pada variabel harga
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi
0,048 < 0,05 dan nilai thitung (2,010) > ttabel (1,9916) artinya jika variabel harga lebih ditingkatkan maka
keputusan pembelian juga akan meningkat. Penelitian ini sesuai dengan teori dari penelitian terdahulu
atas nama Ary Apriansyah Nasution (2014) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara positif dan
signifikan harga terhadap keputusan pembelian.
Dari hasil uji hipotesis secara parsial diperoleh bahwa uji parsial (uji-t) pada variabel promosi tidak
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap variabel keputusan pembelian. Hal ini terlihat dari nilai
signifikansi 0,212 > 0,05 dan nilai t hitung (1,258) < ttabel (1,9916) artinya jika variabel promosi ditingkatkan
maka keputusan pembelian tidak akan meningkat. Penelitian ini tidak sesuai dengan teori dari penelitian
terdahulu atas nama Muhammad Yusup (2014) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara positif
dan signifikan promosi terhadap keputusan pembelian.
Dari hasil uji hipotesis secara parsial diperoleh bahwa uji parsial (uji-t) pada variabel kualitas
barang berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal ini terlihat dari nilai
signifikansi 0,000 < 0,05 dan nilai t hitung (7,883) > ttabel (1,9916) artinya jika variabel kualitas barang lebih
ditingkatkan maka keputasan pembelian juga akan meningkat. Penelitian ini sesuai dengan teori dari

288 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

penelitian terdahulu atas nama Lidya Mongi (2015) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara
positif dan signifikan kualitas barang terhadap keputusan pembelian.
Variabel yang lebih dominan terhadap keputusan pembelian adalah variabel kualitas barang karena
memiliki nilai konstanta variabel kualitas barang (7,883) lebih besar dibandingkan nilai konstanta
variabel harga (2,010) dan promosi (1,258).
Pada uji serempak (uji F) variabel harga, promosi dan kualitas barang secara serempak berpengaruh
positif dan signifikan terhadap variabel keputusan pembelian pada PT Bangun Makmur serta
pengaruhnya adalah positif dengan taraf signifikan (α) adalah 5%. Dengan melihat probabilitasnya (sig.)
yang lebih kecil dari taraf signifikan (0,000 < 0,05) dan nilai F hitung (177,562) > Ftabel (2,72) maka dapat
disimpulkan bahwa model persamaan tersebut diterima dan berpengaruh positif. Penelitian ini sesuai
dengan teori dari penelitian terdahulu atas nama Dheany Arumsari (2016) dengan hasil penelitian
menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara positif dan signifikan harga, promosi dan kualitas barang
terhadap keputusan pembelian. Dari hasil penelitian ini peneliti memperoleh nilai koefisien determinasi
sebesar 0,875. Hal ini menunjukkan bahwa 87,5% variabel harga, promosi dan kualitas barang (X 1, X2
dan X3) mampu menjelaskan variabel keputusan pembelian (Y) pada PT Bangun Makmur sedangkan
sisanya 12,5% merupakan pengaruh dari variabel bebas lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian
seperti variabel lokasi, distribusi produk dan kualitas pelayanan.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti memberikan simpulan sebagai berikut :
1. Secara parsial harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian pada PT
Bangun Makmur.
2. Secara parsial promosi tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pembelian
pada PT Bangun Makmur.
3. Secara parsial kualitas barang berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian pada
PT Bangun Makmur.
4. Secara serempak harga, promosi dan kualitas barang berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian pada PT Bangun Makmur.
5. Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi diperoleh nilai R Square sebesar 87,5%. Hasil ini
menunjukkan bahwa 87,5% variabel harga (X1), promosi (X2) dan kualitas barang (X3) mampu
menjelaskan variabel keputusan pembelian (Y) pada PT Bangun Makmur sedangkan sisanya 12,5%
merupakan pengaruh variabel bebas lain yang tidak dijelaskan seperti variabel lokasi, distribusi
produk dan kualitas pelayanan.

Saran
Saran-saran yang dapat peneliti berikan bagi perusahaan berdasarkan hasil dari penelitian ini
sebagai berikut :
1. Sebaiknya perusahaan mempertimbangkan faktor harga seperti menyediakan biskuit yang berkualitas
dengan harga yang terjangkau sesuai nilai beli konsumen, memilih metodologi penetapan harga
dengan melihat kebutuhan dari pelanggan dan menawarkan harga akhir setelah ada kesepakatan
dengan pelanggan sehingga konsumen dapat melakukan keputusan pembelian.
2. Sebaiknya perusahaan mempertimbangkan faktor promosi seperti melakukan survei kondisi
lingkungan pasar, perusahaan memberikan informasi kepada pelanggan melalui telepon apabila ada
biskuit terbaru dengan harga yang menarik dan melakukan promosi yang gencar melalui sosial media
mengingat sekarang zaman digital.
3. Sebaiknya perusahaan mempertimbangkan faktor kualitas barang seperti barang yang diproduksi oleh
perusahaan adalah barang yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen, biskuit yang diproduksi
oleh PT Bangun Makmur memiliki ciri khas rasa dan produk yang ditawarkan memiliki kemasan
yang menarik.
4. Sebaiknya perusahaan mempertimbangkan faktor keputusan pembelian seperti produk yang
ditawarkan sesuai dengan selera konsumen, produk yang ditawarkan cukup lengkap dan produk yang
ditawarkan berkualitas baik.
5. Untuk mempertahankan harga yang bersaing sebaiknya perusahaan melakukan penetapan harga
sesuai dengan kemampuan daya beli konsumen, menganalisis biaya harga dan penawaran pesaing
serta memilih harga akhir yang sesuai. Untuk mempertahankan promosi sebaiknya perusahaan
mempertimbangkan dari segi banyaknya promosi yang dilakukan dalam media promosi pada suatu
waktu yang telah ditargetkan perusahaan, membuat tolak ukur dalam hal kualitas promosi seperti isi
atau desain promosi yang akan dibuat dan ketepatan waktu atau kesesuaian sasaran dalam hal
melakukan promosi. Untuk mempertahankan kualitas barang sebaiknya perusahaan memperhatikan

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 289
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

perusahaan pesaing yang menghasilkan produk yang sejenis agar dapat mengetahui kekuatan dan
kelemahan perusahaan pesaing atau nantinya setiap informasi dapat membuat perusahaan selangkah
lebih maju dari perusahaan pesaing, menyediakan produk yang memenuhi spesifikasi tertentu dari
konsumen serta produk yang ditawarkan memiliki estetika/ keindahan dari segi penampilan produk.
Untuk mempertahankan keputusan pembelian sebaiknya perusahaan mempertimbangkan seperti
karyawan memberikan penjelasan yang baik mengenai produk yang dijual dan kemudahan
mendapatkan informasi produk terbaru dari sosial media.

DAFTAR PUSTAKA
Amirullah, Hardjanto. 2016. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta : Erlangga.
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Arumsari, Dheany. 2016. Pengaruh Kualitas Produk, Harga dan Promosi terhadap Keputusan Pembelian
Air Minum Dalam Kemasan Merek Aqua (Studi Kasus pada Konsumen Toko Bhakti Mart KPRI
Bhakti Praja Provinsi Jawa Tengah). Artikel Skripsi. UNDIP.
Crossby, Philip. B. 2014. Quality is Free. New York : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Feigenbaum, Armand. V. 2015. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Jakarta : Salemba
Empat.
Ferdinand, Augusty. 2015. Metodologi Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta : Erlangga.
Garvin, David. 2016. Pemasaran Strategik Jasa Pendidikan. Bandung : CV Alfabeta.
Gitosudarmo, Indriyo. 2015. Manajemen Pemasaran : Suatu Pendekatan Analisis. Edisi 2. Yogyakarta :
BPFE.
Ghozali, H. Imam. 2015. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : PT.
Alfabeta.
_______________. 2016. Metodologi Penelitian Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi Kedua. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
_______________. 2017. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Edisi Ketiga. Semarang :
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hadi, Sutrisno. 2017. Riset Pemasaran, Falsafah, Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT. Indeks Gramedia.
Hamdani, A. 2015. Manajemen Publik. Jakarta : Grasindo.
Hasan, Iqbal. 2014. Kepuasan Konsumen terhadap Produk. Jilid 3. Edisi Kedua. Jakarta : Penhalindo.
Irawan. 2014. Komplain Pelanggan dan Kesetiaan Pelanggan. Jakarta : Erlangga.
Juran, Joseph, M. 2014. Consumer Behavior. Jakarta : Salemba Empat.
Kotler, Philip. 2015. Bisnis Internasional Perspektif Asia. Edisi Kesatu. Jakarta : Salemba.
Kotler, Philip dan Amstrong, Gary. 2015. Bisnis Internasional Perspektif Asia. Edisi Kesatu. Jakarta :
Salemba.
Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2016. Manajemen Pemasaran di Indonesia Analisis, Perencanaan,
Implementasi dan Pengendalian. Edisi Pertama. Jilid I. Jakarta : Salemba Empat.
Laksana, Fajar. 2015. Prilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Edisi Kesembilan. Jakarta : Salemba.
Lovelock, Wirtz. 2018. Satisfaction a Behavioral Perspective on the Consumer. Jakarta : Salemba.
Lupiyoadi, Rambat. 2017. Manajemen Pemasaran Jasa Berbasis Kompetensi. Jakarta : Salemba.
Lupiyoadi, Rambat dan Hamdani. 2014. Pemasaran Strategik Jasa Pendidikan. Bandung : CV Alfabeta.
Machfoedz, Ircham. 2015. Pengantar Bisnis Modern, Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern. Jakarta :
Liberty.
Manus, F. W. dan Lumanauw, B. 2015. Manajemen Pemasaran Dasar Konsep dan Strategi. Cetakan
Ketiga. Jakarta : Rajawali.
Mongi, Lidya. 2015. Pengaruh Kualitas Barang, Strategi Promosi dan Harga terhadap Keputusan

290 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Pembelian Kartu Simpati Telkomsel di Manado. Artikel Skripsi. UNSRAT.


Nasution, Ary Apriansyah. 2014. Pengaruh Harga, Kualitas Produk, Pelayanan dan Psikologis terhadap
Keputusan Pembelian pada Outlet Teh Es Poci (Kuliner) di Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi
Riau. Artikel Skripsi. USU.
Rangkuti, Freddy. 2017. Pemasaran Strategik. Yogyakarta : CV. Andi Offset.
Situmorang, Helmy Syafrizal. 2014. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan Pelaksanaan dan
Unsur-unsur Pemasaran. Bandung : CV. Linda Karya.
Sugiyono. 2015. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Salemba Empat.
________. 2016. Metodologi Penelitian Bisnis. Cetakan Kedelapan. Bandung : CV Alfabeta.
________________. 2016. Metodologi Penelitian Manajemen : Pedoman Penelitian untuk Skripsi, Tesis
dan Disertasi Ilmu Manajemen. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Sunyoto, Danang. 2016. Pengambilan Keputusan Stratejik. Cetakan Kesepuluh. Edisi Revisi. Jakarta :
Grasindo.
Swastha, Bayu D. H. dan Irawan. 2016. Manajemen Pemasaran Modern. Edisi Kedua. Yogyakarta :
Liberty.
Tjiptono, Fandy. 2015. Manajemen Jasa. Yogyakarta : Andi.
Wibowo. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis. Cetakan Kesembilan. Bandung : CV Alfabeta.
Yusup, Muhammad. 2014. Pengaruh Promosi, Harga, Kualitas Produk dan Layanan Purna Jual terhadap
Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda (Studi Kasus pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro Semarang). Artikel Skripsi. UNDIP.
Zakaria dan Astuti. 2015. Service, Quality dan Satisfaction. Yogyakarta : Andi.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 291
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Struktur Kepemilikan Dan


Return On Investment Terhadap Prediksi Kebangkrutan Pada
Perusahaan Perdagangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Irna Triannur Lubis

Institut Teknologi dan Bisnis Sumatera Utara


irnausu@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik komite audit,struktur
kepemilikan dan return on investment terhadap prediksi kebangkrutan pada perusahaan
perdagangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metodologi penelitian yang digunakan
adalah metode deskriptif kuantitatif, dan seumber data merupakan data sekunder. Unit analisis
dalam penelitian ini adalah prediksi kebangkrutan pada perusahaan perdagangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Populasi penelitian ini adalah 49 perusahaan perdagangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. Sampel penelitian ini sebanyak 16
perusahaan yang diambil dari populasi penelitian sebanyak 49 perusahaan. Teknik sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik analisis data penelitian ini
adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan uji hipotesis yaitu uji parsial (uji t), uji
simultan (uji F) dan uji koefisien determinasi. Hasil penelitian secara parsial, karakteristik
komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap prediksi kebangkrutan dengan hasil uji
signifikansi -3,232 < 2,014. Struktur kepemilikan berpengaruh signifikan terhadap prediksi
kebangkrutan dengan nilai 4,045>2,014. Return on investment tidak berpengaruh signifikan
terhadap prediksi kebangkrutandengan nilai 1,325<2,014. Hasil penelitian secara simultan,
karakteristik komite audit, struktur kepemilikan dan return on investment terhadap prediksi
kebangkrutan pada perusahaan perdagangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berpengaruh
signifikan dengannilai 7,347 > 2,81.Koefisien determinasi adalah sebesar 28,8% (sesuai dengan
nilai Adjusted R² Square yang diperoleh dari hasil penelitian ini).
Kata Kunci : Karakteristik Komite Audit, Struktur Kepemilikan, Return On Investment Dan
Prediksi Kebangkrutan

ABSTRACT
This study aims to determine the effect of audit committee characteristics, ownership structure
and return on investment on bankruptcy predictions in trading companies listed on the Indonesia
Stock Exchange. The research methodology used is quantitative descriptive method, and all data
sources are secondary data. The unit of analysis in this study is bankruptcy predictions on
trading companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The population of this research is 49
trading companies listed on the Indonesia Stock Exchange in the period 2013-2015. The sample
of this study were 16 companies taken from the study population of 49 companies. The sampling
technique used in this study was purposive sampling. The data analysis technique of this
research is multiple regression analysis using the hypothesis test that is partial test (t test),
simultaneous test (F test) and coefficient of determination test. The research results partially, the
characteristics of the audit committee did not have a significant effect on bankruptcy predictions
with the results of the significance test of -3.232 <2.014. The ownership structure has a
significant effect on bankruptcy predictions with a value of 4.045> 2.014. Return on investment
has no significant effect on bankruptcy predictions with a value of 1,325 <2,014. Simultaneous
research results, the characteristics of the audit committee, ownership structure and return on
investment to bankruptcy predictions in trading companies listed on the Indonesia Stock
Exchange have a significant effect with a value of 7,347> 2.81. The coefficient of determination
is 28.8% (in accordance with the adjusted R² value of R² Square obtained from the results of this
study).
Keywords: Characteristics of the Audit Committee, Ownership Structure, Return On Investment
and Bankruptcy Prediction

292 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PENDAHULUAN
Persaingan bisnis pada saat ini yang tajam dan dapat mengakibatkan kelangsungan hidup
perusahaan terganggu sehingga menimbulkan kerugian yang akhirnya menyebabkan kebangkrutan bagi
perusahaan. Kebangkrutan perusahaan dapat terjadi dikarenakan perusahaan mengalami masalah
keuangan yang dibiarkan berlarut-larut terutama kerugian timbul akibat tingkat penjualan yang rendah
tetapi hutang perusahaan yang banyak. Salah satu alasan perusahaan menutup usahanya karena laba yang
diperoleh perusahaan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan perusahaan selama jangka waktu tertentu.
Perusahaan juga tidak dapat membayar kewajiban-kewajibannya kepada pihak lain pada saat jatuh tempo
karena perusahaan tidak memperoleh laba setiap periode operasinya. Salah satu alat ukur tingkat
kesulitan keuangan perusahaan adalah prediksi kebangkrutan.
Beberapa skandal kasus korporasi dunia pada perusahaan berskala besar seperti Enron, Xerox, dan
WorldCom, mengindikasikan bahwa kegagalan bisnis perusahaan tersebut akibat corporate governance
yang buruk. Kegagalan bisnis perusahaan tersebut akan mendorong terjadinya prediksi kebangkrutan.
Kasus lain yang menggambarkan kondisi prediksi kebangkrutan yang baru-baru ini terjadi adalah kasus
Bank Century pada tahun 2008. Padahal kasus tersebut, Bank Century secara tiba-tiba dinyatakan pailit
karena tidak dapat memenuhi kewajiban kliringnya terhadap Bank Indonesia. Untuk menghindari
terjadinya kepailitan secara tiba-tiba maka pemerintah membentuk Badan Pengawas Pasar Modal
(Bapepam) melalui surat edaran No.SE-03/PM/2000 merekomendasikan perusahaan publik untuk
membentuk komite audit. Komite audit merupakan salah satu elemen yang penting untuk mewujudkan
kondisi tata kelola perusahaan yang baik. Komite audit dibentuk guna melakukan pengawasan terhadap
kinerja dan operasional perusahaan. Oleh karena itu, keberadaan komite audit dinilai semakin penting
oleh Bapepam. Dengan mengeluarkan surat Kep-339/BEJ/07-2001, Bapepam mewajibkan semua
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk mempunyai komite audit. Efektivitas kinerja
dari komite audit dapat diukur melalui karakteristik-karakteristik yang dimiliki antara lain ukuran,
independensi, aktivitas dari komite audit, dan kompetensi yang dimiliki oleh anggota komite audit.
Kompetensi yang dimiliki oleh komite audit akan membantu meningkatkan kinerja perusahaan sehingga
mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Oleh karena itu, efektivitas komite
audit dapat dikaitkan dengan kemakmuran atau prediksi kebangkrutan perusahaan.
Prediksi kebangkrutan merupakan tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum
terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Apabila hal ini tidak segera diselesaikan akan berdampak
besar pada perusahaan-perusahaan seperti hilangnya kepercayaan dari stakeholder, dan bahkan
perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Stakeholder yang berada di perusahaan memiliki struktur
kepemilikan dalam organisasi perusahaan yang berkaitan dengan corporate governance. Ada empat
mekanisme corporate governance yang sering dipakai dalam berbagai penelitian mengenai corporate
governance yang bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan, yaitu komposisi dewan, komite audit,
kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial. Komposisi dewan komisaris merupakan salah satu
karakteristik dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi laba. Melalui perannya dalam
menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam
menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas.
Mekanisme corporate governance lain yang tidak kalah penting adalah dewan (board). Board disini
diartikan sebagai pucuk pimpinan suatu organisasi yang mengarahkan dan mengendalikan serta
mengawasi pemakaian sumber daya agar selalu selaras dengan tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dalam konteks perusahaan Indonesia yang dimaksud dengan board adalah dewan komisaris dan dewan
direksi. Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang akan diambil
perusahaan secara jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan peran dewan komisaris lebih
ditekankan pada fungsi monitoring dari implementasi kebijakan direksi. Peran komisaris diharapkan akan
meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dan pemegang saham. Masalah
tentang keagenan biasanya berhubungan dengan struktur kepemilikan perusahaan yang bersangkutan.
Struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional) merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Kepemilikan manajerial
mampu mengurangi masalah keagenan yang timbul pada suatu perusahaan. Kepemilikan manajerial
merupakan proporsi kepemilikan perusahaan oleh manajemen (direksi atau komisaris). Semakin besar
proporsi kepemilikan oleh manajemen maka semakin besar pula tanggung jawab manajemen tersebut
dalam mengelola perusahaan. Keputusan yang lahir dari manajemen diharapkan merupakan keputusan
bagi kepentingan perusahaan. Dengan demikian, perusahaan pun dapat terhindar dari potensi terjadinya
kebangkrutan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kebangkrutan adalah return on investment dimana
pengukuran tingkat laba berdasarkan seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan. Dengan adanya kecukupan
dana tersebut maka kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutandi masa yang akan datang akan
menjadi lebih kecil. Apabila perusahaan memiliki return on investment yang rendah tentu dapat

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 293
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

mengakibatkan perusahaan berada dalam keadaan bangkrut. Namun pada tahun 2015 ini, kebanyakan
perusahaan berada dalam keadaan bangkrut dikarenakan laba perusahaan yang rendah. Jika perusahaan
yang tidak berada dalam keadaan bangkrut dengan perusahaan memiliki laba yang tinggi sehingga
mampu menutupi kesulitan keuangan perusahaan.
Pada perusahaan yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia), laporan keuangannya bersifat
terbuka dan tidak ditutupi, karena laporan keuangan perusahaan yang terdaftar tersebut telah dipublish di
BEI (Bursa Efek Indonesia) agar dapat dilihat oleh masyarakat umum, pemakai laporan keuangan baik
pihak internal maupun eksternal. Laporan keuangan yang telah dipublish ini tentunya dapat menjadi
acuan oleh pihak internal maupun eksternal sebagai penilaian apakah kondisi keuangan perusahaan
tersebut berjalan dengan baik atau mengalami kondisi kebangkrutan sehingga sebagai pihak internal
maupun eksternal dapat menilai sendiri kondisi-kondisi yang terjadi pada perusahaan yang terdaftar di
BEI (Bursa Efek Indonesia) melalui laporan keuangan yang telah dipublish. Tentunya untuk kepentingan
masing-masing pihak.

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah pada perusahaan perdagangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
yang diakses melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia yakni www.idx.co.id
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah 49 perusahaan perdaganganyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2015.
Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling.Purposive
sampling yaitu, teknik pengumpulan sampel dengan kriteria-kriteria tertentu. Perusahaan yang terpilih
sebagai sampel penelitian ini sebanyak 16 perusahaan yang diambil dari populasi penelitian sebanyak 49
perusahaan
Variabel dan Defenisi Operasional
Variabel Penelitian
Variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini terdiri atas :
a) Variabel Bebas (X1) yaitu Karakteristik Komite Audit
b) Variabel Bebas (X2) yaitu Struktur kepemilikan
c) Variabel Bebas (X3) yaitu Return on Investment
d) Variabel Terikat (Y) yaitu Prediksi Kebangkrutan

Defenisi Operasional
Komite audit adalah suatu komite yang dibentuk oleh dewan komisaris, yang bebas dari pengaruh
manajemen perusahaan dan bersifat independen serta bertanggung jawab kepada dewan komisaris dalam
meningkatkan pengawasan dewan komisaris terhadap kinerja direksi perusahaan.
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi atau lembaga seperti
perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain.
ROI adalah rasio ini melihat sejauhmana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan
pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan.
Kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan dan biaya ini
cukup besar.
Teknik Analisis Data
Analisi Regresi Linear berganda
Model análisis data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah model análisis Regresi
berganda. Peneliti menggunakan Regresi linear berganda karena model ini berguna untuk mencari
pengaruh antara dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat yang ada. Model persamaan
regresi berganda adalah :
Y = α + b1X1 +b2X2 +b3X3 + e
Di mana :
Y : Prediksi Kebangkrutan
X1 : Karakteristik Komite Audit
X2 : Struktur Kepemilikan
X3 : Return on Investment
α : Konstanta

294 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

b1-3 : Koefisien regresi untuk variabel independen

Koefisien Determinasi (R2)


Hasil Penelitian Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur proporsi atau presntasi
sumbangan variabel bebas yang dteliti yaitu Karakteristik Komite Audit (X1), Struktur Kepemilikan (X2)
dan Return on Investment (X3) terhadap Prediksi Kebangkrutan (Y). Koefisien determinasi berkisar
antara 0 sampai dengan 1. Hal ini apabila R2 = 0 menunjukan ketidakmampuan variabel independen
dalam mempengaruhi variabel dependen. Bila R2 mendekati 1 menunjukan kemampuan variabel
independen dalam mempengaruhi variabel dependen.

Uji Hipotesis
Untuk mengetahui signifikansi dari hipotesa dala penelitian ini maka perlu dilakukan beberapa uji
sebagai berikut :
1. Uji F
Uji F statistik menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan
dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
Jika nilai Fhitung lebih besar daripada Ftabel, maka hipotesis diterima artinya bahwa semua variabel
independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (α = 5%).
Kriteria uji signifikansi simultan (Uji F) adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikasi F > 0,05 atau Fhitung < Ftabel, maka hipotesis ditolak. Ini berarti bahwa secara
bersama-sama seluruh variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen.
2. Jika nilai signifikansi F ≤ 0,05 atau F hitung > Ftabel, maka hipotesis diterima. Ini berarti bahwa secara
bersama-sama seluruh variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen.

2. Uji t
Uji t statistik menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen
secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen, jika nilai t statistik hitung lebih tinggi
dibandingkan ttabel, maka hipotesis diterima. Hal ini menyatakan bahwa suatu variabel independen secara
individual mempengaruhi variabel dependen.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (α = 5%). Kriteria
uji signifikansi individual (Uji t) adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikansi t > 0,05 maka hipotesis ditolak. Ini berarti bahwa secara parsial variabel
independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai signifikansi t ≤ 0,05 maka maka hipotesis diterima. Ini berarti bahwa secara parsial seluruh
variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Metode Persamaan Regresi Berganda
Persamaan regresi berganda secara umum adalah:
Prediksi Kebangkrutan = 6,190-1,099Komite Audit+ 1,031Kepemilikan Institusional + 0,070ROI
Tabel 1
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 6,190 ,951 6,511 ,000
Komite Audit -1,099 ,340 -,488 -3,232 ,002
K.Institusional 1,031 ,255 ,625 4,045 ,000
ROI ,070 ,053 ,171 1,325 ,192
a. Dependent Variable: Prediksi Kebangkrutan

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 295
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Nilai koefisien karakteristik komite audit adalah -1,099 menunjukkan bahwa setiap karakteristik
komite audit mengalami penurunan satu satuan maka prediksi kebangkrutanakan meningkat sebesar
1,099.
Nilai koefisien struktur kepemilikan adalah 1,031 menunjukkan bahwa setiap struktur kepemilikan
mengalami kenaikan satu satuan maka prediksi kebangkrutanakan meningkat sebesar 1,031.
Nilai koefisien return on investment sebesar 0,070 menunjukkan bahwa return on investment
mengalami naik satu satuan maka kecukupan modal akan meningkat sebesar 0,070.

Koefisien Determinasi (R2)


Tabel 2
Koefisien Determinasi
Model Summary

Adjusted R
Model R R Square Square Std. Error of the Estimate
1 ,578a ,334 ,288 ,95666
a. Predictors: (Constant), ROI, KM, KI

Berdasarkan Tabel 2 diatas, diatas diperoleh nilai AdjustedR Square (R2) koefisien determinasi
sebesar 0,288 atau sama dengan 28,8% dan nilai R Square sebesar 0.334 atau sama dengan 33,4%.
Jadikarakteristik komite audit, struktur kepemilikan dan return on investmentberpengaruh signifikan
terhadap prediksi kebangkrutan pada perusahaan perdagangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
sebesar 28,8% dan sisanya 71,2% dipengaruhi oleh variabel lain.

Pengujian Hipotesis
1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan Menggunakan Uji F
Hasil uji signifikansi simultan dapat dilihat tabel berikut :
Tabel 3
Hasil Uji F
ANOVAb
Mean
Model Sum of Squares df Square F Sig.
1 Regression 2,0171 3 6,724 7,347 ,000a

Residual 4,0269 44 ,915


Total 6,0440 47
a. Predictors: (Constant), ROI, Komite Audit, Kepemilikan Institusional
b. Dependent Variable: Prediksi Kebangkrutan

Berdasarkan Tabel 3 diatas, bisa dilihat hasil Fhitung adalah sebesar 7,347 dan nilai Ftabel adalah
sebesar 2,81 dengan nilai signifikan 0,000< 0,05.Dikarenakan 7,347> 2,81, maka hasil pengujian
menunjukkan H4 diterima, variabel karakteristik komite audit, kepemilikan institusional, dan return on
investmentberpengaruh signifikan terhadap prediksi kebangkrutan.
2. Pengujian Hipotesis secara Parsial Menggunakan Uji t
a. Pengaruh X1 terhadap Y
Variabel karakteristik komite audit mempunyai nilai thitung adalah sebesar -3,232dan nilai ttabel
adalah sebesar 2,014 dengan nilai signifikan 0,002 lebih kecil signifikan 0,05. Dikarenakan -3,232 <
2,014, maka hasil pengujian menunjukkan H1 ditolak, yang berartikarakteristik komite audit berpengaruh
tidak signifikan terhadap prediksi kebangkrutan.
b. Pengaruh X2 terhadap Y
Variabel struktur kepemilikanmempunyai nilai thitung4,045dan nilai ttabel adalah sebesar 2,014 dengan
nilai signifikan 0,000lebih kecil signifikan 0,05. Dikarenakan 4,045>2,014,maka hasil pengujian
menunjukkan H2diterima, yang berarti variabel struktur kepemilikan berpengaruh signifikan terhadap
prediksi kebangkrutan.
c. Pengaruh X2 terhadap Y
Variabel return on investment mempunyai nilai thitung1,325dan nilai ttabel adalah sebesar 2,014
dengan nilai signifikan 0,192 lebih besar signifikan 0,05. Dikarenakan 1,325<2,014, maka hasil
pengujian menunjukkan H3 ditolak, variabel return on investment tidak berpengaruh tidak signifikan
terhadap prediksi kebangkrutan.

296 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Pembahasan Hasil Penelitian


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik komite audit berpengaruh tidak signifikan
terhadap prediksi kebangkrutan dengan hasil uji signifikansi diatas,variabel karakteristik komite audit
mempunyai nilai thitung adalah sebesar -3,232 dan nilai ttabel adalah sebesar 2,014 dengan nilai
signifikan 0,002 lebih kecil signifikan 0,05. Dikarenakan -3,232 < 2,014, yang berarti karakteristik
komite audit berpengaruh tidak signifikan terhadap prediksi kebangkrutan. Berdasarkan hipotesis tersebut
kesulitan keuangan secara signifikan berhubungan dengan keahlian anggota komite audit di bidang
keuangan, komite audit perusahaan yang kurang pengetahuan di bidang akuntansi dan keuangan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan replikasi penelitian Yayanti, dkk (2015)yang menyatakan,
independensi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress.
Dalam rangka untuk membuat komite audit yang efektif dalam pengendalian dan pemantauan atas
kegiatan pengelolaan perusahaan, komite harus memiliki anggota yang cukup untuk melaksanakan
tanggungjawab. Di Indonesia, pedoman pembentukan komite audit yang efektif menjelaskan bahwa
anggota komite audit yang dimiliki oleh perusahaan sedikitnya terdiri dari 3 (tiga) orang, dengan diketuai
oleh komisaris independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen terhadap perusahaan
serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan. Efektivitas komite audit akan
meningkat jika ukuran komite meningkat, karena komite memiliki sumber daya yang lebih untuk
menangani masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan. Oleh karena itu, diharapkan keberadaan
komite audit yang efektif dapat mengubah kebijakan yang berbeda dalam pencapaian laba akuntansi pada
beberapa tahun ke depan sehingga perusahaan dapat menghindari terjadinya permasalahan keuangan
karena kurangnya kinerja yang baik. Kinerja tersebut dapat diwujudkan dengan adanya tim yang terdiri
dari beberapa orang yang berpengalaman.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwastruktur kepemilikan berpengaruh signifikan terhadap
prediksi kebangkrutan dengan nilai thitung4,045dan nilai ttabel adalah sebesar 2,014 dengan nilai
signifikan 0,000lebih kecil signifikan 0,05. Dikarenakan 4,045>2,014,maka hasil pengujian menunjukkan
H2diterima.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan replikasi penelitian Manurung dan Wibisono (2015), yang
menyatakan struktur kepemilikan memiliki pengaruh signifikan terhadap kemungkinan perusahaan
mengalami kondisi financial distress.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwastruktur kepemilikan berpengaruh signifikan terhadap
prediksi kebangkrutan dengan terjadinya peningkatan pada kepemilikan manajerial maka akan mampu
mendorong turunnya potensi kesulitan keuangan. Hal ini akan mampu menyatukan kepentingan antara
pemegang saham dan manajer sehingga mampu menurunkan potensi terjadinya kesulitan keuangan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa return on investment tidak berpengaruh tidak signifikan
terhadap prediksi kebangkrutandikarenakan perusahaan yang mengalami financial distress yang besar
maupun tidak dipengaruhi oleh tingkat laba bersih yang diperolehnya, dengan variabel return on
investment mempunyai nilai thitung1,325dan nilai ttabel adalah sebesar 2,014 dengan nilai signifikan
0,192 lebih besar signifikan 0,05. Dikarenakan 1,325<2,014, maka hasil pengujian menunjukkan H3
ditolak.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan replikasi penelitian Siska (2013) yang menyatakan,
profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat kebangkrutan.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisi dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka
kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara parsial, karakteristik komite audittidak berpengaruh signifikan terhadap prediksi kebangkrutan
dengan hasil uji signifikansi diatas,variabel karakteristik komiteaudit mempunyai nilai thitung adalah
sebesar -3,232dan nilai ttabel adalah sebesar 2,014 dengan nilai signifikan 0,002 lebih kecil signifikan
0,05.Dikarenakan-3,232< 2,014, maka hasil pengujian menunjukkan H1 di tolak.
2. Secara parsial, struktur kepemilikan berpengaruh signifikan terhadap prediksi kebangkrutan dengan
nilai thitung4,045dan nilai ttabel adalah sebesar 2,014 dengan nilai signifikan 0,000lebih kecil signifikan
0,05. Dikarenakan 4,045>2,014,maka hasil pengujian menunjukkan H2diterima.
3. Secara parsial, return on investment tidak berpengaruh tidak signifikan terhadap prediksi
kebangkrutandikarenakan perusahaan yang mengalami financial distress yang besar maupun tidak
dipengaruhi oleh tingkat laba bersih yang diperolehnya, dengan variabel return on investment
mempunyai nilai thitung1,325dan nilai ttabel adalah sebesar 2,014 dengan nilai signifikan 0,192 lebih
besar signifikan 0,05. Dikarenakan 1,325< 2,014, maka hasil pengujian menunjukkan H3 ditolak.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 297
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

4. Secara simultan, karakteristik komite audit, struktur kepemilikan dan return on investment terhadap
prediksi kebangkrutan pada perusahaan perdagangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
berpengaruh signifikan dengannilaiFhitung adalah sebesar 7,347 dan Ftabel adalah sebesar 2,81 dengan
nilai signifikan 0,000 > 0,05. Dikarenakan 7,347 > 2,81, maka hasil pengujian menunjukkan H4
diterima.
5. Besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel karakteristik komite audit, struktur kepemilikan dan
return on investment terhadap prediksi kebangkrutan pada perusahaan perdagangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesiaadalah sebesar 22,8% (sesuai dengan nilai Adjusted R² yang diperoleh dari hasil
penelitian ini).

DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Dina. 2013. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Pada
Perusahaan Textile, Garment yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia(BEI) Periode 2009-2012.
Jurnal. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang.
Antonia, Edgina. 2008. Analisis Pengaruh Reputasi Auditor, Proporsi Dewan Komisaris Independen,
Leverage, Kepemilikan Manajerial Dan Proporsi Komite Audit Independen Terhadap Manajemen
Laba (Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2004 – 2006 ). Skripsi.
Universitas Diponegoro Semarang.
Fahmi, Irham. 2012. Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung : Penerbit Alfabeta
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS. Jakarta : Penerbit
Universitas Diponegoro.
Hanafi, Mamduh dan Halim, Abdul. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta :
Penerbit UPP STIM YKPN.
Hanafi, Mamduh. 2016. Manajemen Keuangan. Edisi Kedua. . Yogyakarta : Unit Penerbit dan
Percetakan (UPP STIM YKPN).
Harmono. 2014. Manajemen Keuangan. Jakarta : Penerbit PT Bumi Aksara
Hery. 2013.240 Konsep Penting Akuntansi dan Auditing. Yogyakarta : Penerbit Gava Media.
Husnan, Suad dan Pudjiastuti, Enny. 2015. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Ketujuh.
Yogyakarta : UPP STIM YKPN
Ikatan Bankir Indonesia. 2016. Supervisi Manajemen Risiko Bank. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit PT
gramedia Pustaka Utama.
Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Keempat. Jakarta : Penerbit Rajagrafindo Persada.
Kamaluddin & Rini Indriani. 2012. Manajemen Keuangan. Penerbit CV. Mandar Maju. Bandung
Kurniati, Wiwik. 2012. Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Dan Reputasi Kap Terhadap Opini Audit
Going Concern. Accounting Analysis Journal.Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Negeri Semarang, Indonesia.
Lucyanda. 2013. Pengaruh Free Cash Flow Dan Struktur Kempemilikan Terhadap Dividend Payout
Ratio. Jurnal.
Manurung dan Wibisono. 2015. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Likuiditas dan Leverage
terhadap terjadinya Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009- 2014. Jurnal.Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Narimawati, Umi. 2008. “Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Teori dan Aplikasi”. Bandung:
Agung Media.
Nuresa. 2013. Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Financial Distress. Skripsi. Semarang :
FakultasEkonomi Universitas Diponegoro.
Rudianto, 2014. Ujang. Cyber CSR (A Guide to CSR Communications on Cyber Media). Yogyakarta :
Penerbit Graha Ilmu.
Sanusi, Anwar. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis. Cetakan Ketiga. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Sari, Novita. 2014. Pengaruh Net Profit Margin, Receivable Turnover Dan Current Ratio Terhadap
Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa

298 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Efek Indonesia Periode 2009-2012 Dengan Menggunakan Multinomial Logistik. Universitas


Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang
Sigit, Tri Hendro. 2012. Etika Bisnis Modern Pendekatan Pemangku Kepentingan. Edisi Pertama.
Cetakan Pertama. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan.
Siska, Jeni. 2013. Analisis Tingkat Kebangkrutan Dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score,
Springate, Dan Internal GrowthRate Pada PT. Bumi Resources Tbk Periode 2008-2012. Skripsi.
Riau : Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim.
Sitanggang, J.P. 2012. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : Penerbit Mitra Wacana Media.
Sudana, I Made. 2015. Teori & Praktik Manajemen Keuangan Perusahaan.
Edisi Kedua. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Sugiyono. 2010, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”, Bandung : PT Alfabeta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Keenam Belas Bandung: Penerbit Alfabeta
Sunyoto, Danang .2014. Auditing. Yogyakarta : Penerbit Caps
Susanti. 2013. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dan Kepemilikan Asing
Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jurnal. Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Sutrisno dan Liana, Deny. 2014. Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial
Distress Perusahaan Manufaktur. Jurnal Studi Manajemen dan Bisnis. Universitas Islam
Indonesia – Yogyakarta
Tampubolon, Manahan. 2013. Manajemen Keuangan. Jakarta : Penerbit Mitra Wacana Media.
Tunggal, Amin Widjaja. 2005. Internal Auditing (Suatu Pengantar). Jakarta : Penerbit Harvarindo.
Tunggal, Amin Widjaja. 2014. Internal Audit, Enterprise Risk Management danCorporate Governance.
Jakarta : Penerbit Harvarindo.
Tunggal, Hadi Setia. 2013. Internal Audit dan Corporate Governance. Jakarta : Penerbit Harvarindo.
Untung, Budi. 2014. CSR Dalam Dunia Bisnis. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Wahyudiono. 2014. Mudah Membaca Laporan Keuangan. Jakarta Timur : Perum Bukit Permai.
Yayanti, Vivian dan Yanti. 2015. Analisis Pengaruh Likuiditas, Efisiensi Operasi, Dan Corporate
Governance Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Pada Periode 2012 – 2014. Jurnal Ekonomi Volume XX, No. 01, Maret 2015:
154-173. Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara Jakarta

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 299
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP KATEGORI PRODUK


YANG DIJUAL SECARA DARING DAN LURING

Winda Wardhani

Dosen Fakultas ekonomi Universitas Al-Washliyah Medan

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang menyebabkan preferensi konsumen dalam
belanja daring maupun luring berdasarkan atribut belanja serta untuk mengetahui produk-produk
yang sebaiknya dipilih konsumen dalam berbelanja daring maupun luring berdasarkan atribut
belanja. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif yang diperoleh dari hasil
kuesioner melalui wawancara dengan para responden berdasarkan kategori berbagai profesi yang
pernah melakukan belanja secara daring maupun luring di Kota Medan. Hasil penelitian
menunjukkan rata-rata konsumen memilih atribut belanja seperti: Kenikmatan Berbelanja,
Kecepatan Berbelanja, Pilihan yang Banyak dan Harga Terbaik dengan belanja daring
sedangkan, atribut belanja seperti: Melihat, Menyentuh, Memeriksa, Pelayanan Pribadi,
Kecepatan Pengiriman dan Tidak ada Kerumitan Pengembalian dan Tukar-menukar dengan
belanja luring. Produkproduk yang dipilih dalam belanja daring adalah produk Tiket Pesawat,
Pakaian, Produk Elektronik, Produk Kesehatan dan Perawatan dan Produk yang muncul setelah
dilakukan penelitian seperti: Sepatu, Tas, Jilbab, Aksesoris, Dompet, Voucher, Makanan dan
Underwear, sedangkan produk yang dipilih konsumen dalam belanja luring seperti: Buku, CD,
Software Komputer dan Alat-alat olahraga. Hal ini dibuktikan dengan nilai Korelasi sebesar
0.937 untuk tahap pencarian dan pembelian produk baik secara daring maupun luring, artinya
konsumen dalam menentukan layanan belanja daring dan luring memiliki hubungan yang sangat
kuat dengan taraf signifikansi 0.01
Kata Kunci :Preferensi Konsumen, Kategori Produk, Belanja Daring, Belanja Luring .........

ABSTRACT
This study aims to determine the factors that cause consumer preferences in online and offline
shopping based on attributes shopping and to find out what products consumers should choose
in shopping online and offline based on shopping attributes. This study uses descriptive
qualitative analysis obtained from the results of the questionnaire through interviews with
respondents based on various categories of professions that have ever shopped online or offline
in Medan. The results showed the average consumer chose the shopping attribute such as:
Shopping Enjoyment, Shopping Speed, Multiple Choices and The best price with online shopping
whereas, shopping attributes such as: Viewing, Touch, Check, Personal Service, Delivery Speed
and Nothing
The hassle of Returns and Exchanges with offline shopping. The products selected in online
shopping are Airplane Ticket, Clothing, Electronic Products, Health and Care Products and
Products that appear after doing research like: Shoes, Bags, Headscarves, Accessories, Wallets,
Vouchers, Food and Underwear, while the products chosen by consumers in offline shopping
such as: Books, CDs, Computer Software and Tools Sports. This is evidenced by the Correlation
value of 0.937 for the stage product search and purchase both online and offline, that is
consumers in determining what online and offline shopping services have a very strong
relationship with a significance level of 0.01

PENDAHULUAN
Belanja merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan yang terjadi
secara berulang. Selain itu, belanja juga salah satu aktivitas yang menyenangkan. Sekarang ini,dengan
internet belanja bisa dilakukan kapan saja, dimana saja, sambil beraktivitas apa saja, karena muncul

300 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

banyak toko online yang dapat diakses melalui smartphone. Belanja daring ternyata sudah mulai muncul
sejak tahun 1950-an, sebelum internet ditemukan. Tren belanja ini telah dilakukan oleh seorang
pengusaha asal Kanada Lawrence Freiman yang membuka shopfront toko yang diberi nama Vis O Matic
dengan konsep yang berbeda dari toko konvensional, dimana pembeli tidak bisa membeli barang yang
diinginkan membayar lalu membawa pulang barang yang dibeli.Namun, toko Vis O Matic memberikan
pengalaman belanja yang berbeda.Pembeli duduk di kursi didepan layar televisi dan sebuah alat canggih
pelanggan bisa memilih barang-barang yang diinginkan, dengan membolak-balik dan menyentuh sebuah
tombol yang serupa dengan toko online sekarang.Setelah menentukan pilihan, penjual kemudian
mengirimkan barang barang tersebut ke rumah.(liputan6.com, 2016) Perkembangan pengguna internet
yang semakin tinggi juga mendorong adanya suatu potensi besar terciptanya belanja daring.
Kota Medan merupakan salah satu kota besar di Indonesia, sadarnya masyarakat dengan kemajuan
teknologi serta mengakses internet yang semakin mudah dan pelayanan yang lebih lengkap maka belanja
daring akan semakin berkembang di kota Medan yang salah satunya ditandai dengan munculnya Shoes
and Care (SAC) adalah salah satu jasa perawatan premium sepatu pertama di Indonesia berbasis media
sosial.Shoes and Care (SAC) memulai bisnis di Yokyakarta, kini telah hadir di beberapa kota salah
satunya adalah kota Medan, harga mulai dari Rp 25,000 sampai Rp 90,000 (untuk pembersihan) dan
sampai Rp 650,000 (untuk perawatan spesial). (The Jakarta Post, 2016) Selain Shoes and Care (SAC),
Lazada Indonesia mencatat sebesar 60% transaksi lazada menggunakan smartphone, oleh karena itu
Lazada Indonesia berusaha memperluas pangsa pasarnya dengan mengintensifkan kehadirannya di kota-
kota besar di luar ibukota Indonesia Jakarta, seperti: Yogyakarta, Medan, Bandung, Surabaya melalui
road show dan upaya promosi lainnya.(The Jakarta Post, 2016). Berbelanja pakaian secara daring
memang mengasyikkan, banyak kemudahan yang bisa diperoleh.Meskipun demikian, membeli langsung
ke toko atau belanja luring, konsumen bisa memilih sendiri pakaian lebih baik daripada memesannya di
situs web. Hal ini disebabkan karena dengan belanja luring, tidak mudah tertipu dengan kualitas barang
karena konsumen dapat memeriksa Universitas Sumatera Utara 3 langsung pakaian yang hendak dibeli,
dapat mencoba langsung pakaian yang hendak dibeli untuk melihat apakah ukuran pakaian benar-benar
cocok atau tidak, bisa mendapatkan diskon dengan melakukan tawar-menawar, terhindar biaya
pengiriman,bisa meminta saran mengenai produk pakaian pada staf toko, serta barang langsung ditangan.
(detik.com, 2017).Selain pakaian, penjualan kamera Canon juga masih banyak dijual pada pasar retail
dibandingkan penjualan secara daring.Hal ini terjadi karena banyak konsumen yang belum percaya untuk
membeli barang mahal seperti kamera, ini disebabkan karena konsumen takut mendapat aksesoris palsu
pada paket penjualannya, seperti charger atau baterai palsu.(detik.com, 2016) Meskipun aktivitas jual-beli
secara daring semakin digemari masyarakat di jaman modern sekarang ini, disebabkan kemudahan dalam
mendapatkan suatu barang maupun jasa menjadi daya tarik tersendiri termasuk efisien waktu dan hemat
kantong akan tetapi hal ini dimanfaatkan pula oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan
menipu untuk keuntungan pribadi. Seperti kasus penipuan berkedok perjalanan wisata yang jumlah
korbannya mencapai ratusan orang dengan nilai transaksi milliaran rupiah. Penipuan untuk pembelian
laptop, setelah transfer uang ternyata laptop tak kunjung datang. (liputan6.com,2016)

METODE
Penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah dilakukan dengan wawancara langsung pada narasumber dengan menggunakan kuesioner yang
diarahkan oleh pewawancara untuk tujuan memperoleh informasi yang relevan.Pewawancara biasanya
telah menyiapkan rencana wawancara, sering tertulis yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang difokuskan
untuk menjawab masalah penelitian.
- Teknik Analisis
a.Analisis Arithmetic Mean
b.Uji Validitas dan Reliabilitas

HASIL
A. Analisis Arithmetic Mean
Penelitian ini bersifat bebas atau tidak ada paksaan, dengan kata lain para responden berbelanja
daring maupun luring untuk keperluan pribadi bukan belanja yang bersifat operasional. Contohnya:
seorang mahasiswa membeli buku disebabkan oleh perguruan tinggi yang menggunakan buku yang sama
untuk memenuhi proses belajar mengajar. Sebelum melakukan penilaian rata-rata hitung atau arithmetic
mean untuk melihat kecenderungan konsumen dalam memilih layanan belanja berdasarkan atribut
belanja yang berbeda dan kategori produk yang berbeda pula, maka telah ditetapkan sebelumnya hasil
wawancara dengan menggunakan kuesioner bahwa responden dalam pemilihan layanan belanja secara

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 301
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

daring maupun luring yaitu dengan menggunakan skala 1 – 10. Dimana skala 1 – 5 ditetapkan bahwa
responden memilih belanja luring baik untuk melakukan pembelian suatu barang dan jasa serta memilih
belanja luring berdasarkan atribut belanja yang berbeda, sedangkan skala 6 – 10 ditetapkan bahwa
responden memilih belanja daring baik untuk melakukan pembelian suatu barang dan jasa serta memilih
belanja daring berdasarkan atribut belanja yang berbeda. Pengukuran yang digunakan dengan Skala
Likert, dimana responden menyatakan tingkat setuju atau tidak setuju, dan pernah atau tidak pernah
dalam mengukur seberapa sering konsumen melakukan belanja daring maupun luring, dapat dinyatakan
dalam berbagai pernyataan mengenai perilaku, objek, orang atau kejadian. Dalam menentukan kriteria
preferensi konsumen terhadap kategori produk yang dijual secara daring dan luring, dapat dilakukan
dengan interval sebagai berikut:
Skor preferensi terendah adalah : 1
Skor preferensi tertinggi adalah : 10
10-1
Interval = 0,9
10
Untuk preferensi konsumen berdasarkan tahapan belanja, seperti pencarian, perbandingan hingga
keputusan pembelian dalam belanja luring maka pengukuran yang digunakan adalah sebagai berikut :

Kriteria Preferensi Konsumen terhadap Kategori Produk yang dijual secara Daring dan Luring
Berdasarkan Tahapan Belanja
Luring Daring
Rata-rata Kriteria Rata-rata Kriteria
1..00 – 1.90 Tidak Pernah 5.51 – 6.40 Tidak Pernah
1.91 – 2.80 Satu kali ( 1 kali ) 6.41 – 7.30 Satu kali ( 1 kali )
2.81 – 3.70 Jarang ( 2- 3 kali) 7.31 – 8.20 Jarang ( 2- 3 kali)
2.71 – 4.60 Sering ( > 4 kali ) 8.21 – 9.10 Sering ( > 4 kali )
4.61 – 5.50 Setiap pembelian 9.11 – 10.00 Setiap pembelian

Kriteria Preferensi Konsumen terhadap Kategori Produk yang dijual secara Daring dan Luring
Berdasarkan Atribut Belanja
Luring Daring
Rata-rata Kriteria Rata-rata Kriteria
1..00 – 1.90 Sangat Tidak Setuju 5.51 – 6.40 Sangat Tidak Setuju
1.91 – 2.80 Tidak Setuju 6.41 – 7.30 Tidak Setuju
2.81 – 3.70 Kurang Setuju 7.31 – 8.20 Kurang Setuju
2.71 – 4.60 Setuju 8.21 – 9.10 Setuju
4.61 – 5.50 Sangat Setuju 9.11 – 10.00 Sangat Setuju

Rata-Rata Preferensi Konsumen Berdasarkan Tahapan Belanja untuk Produk-produk yang


Berbeda yang dijual secara Daring dan Luring
Tahapan Tiket Buku CD Pakaian Software Produk Produk Alat – Produk
Belanja Pesawat Komputer Elektronik Kesehatan alat Lainnya
dan Olahraga
Perawatan
Pencarian 8.8 7.67 2.1 8.7 1.2 8.2 7.07 4.57 8.2
Perbandingan 88 6.1 2 8.6 1.2 7.15 6.65 4.8 7.9
Pembelian 8.7 4.95 1.57 8.62 1.2 6.62 6.8 4.65 8.4
Sumber : Data Primer yang diolah, 2017

b. Uji Validitas dan Reliabilitas


- Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam
melakukan fungsi alat ukurnya. Mengingat kuesioner dalam bentuk skala likert, menghasilkan data
ordinal maka uji validitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan statistik korelasi Rank Spearman
(Spearman Rho). Rank Spearman bertujuan untuk melihat tingkat kekuatan atau keeratan hubungan antar
variabel dan untuk melihat apakah hubungan tersebut signifikan atau tidak. Secara statistik, nilai korelasi
yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r untuk mengetahui taraf

302 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

signifikansi 0.05 (tingkat kepercayaan 95 %) dan 0.01 (tingkat kepercayaan sebesar 99 %) dengan jumlah
responden sebanyak 40 orang.
Pencarian Pembelian
Spearman’s rho Pencarian Correlation 1.000 937”
Coefficient
Sig (2-tailed) 000
N 9 9

Pembelian Correlation 937” 1000


Coefficient 000
Sig.(2-tailed) 9 9
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan analisis korelasi Rank Spearman yang telah dilakukan untuk nilai mean pada tahap
pencarian dan pembelian diperoleh nilai korelasi sebesar 0.937 hal ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan/korelasi yang sangat kuat untuk tahap pencarian dan pembelian produk yang dijual secara
daring maupun belanja luring dan berdasarkan nilai signifikansi atau Sig diperoleh 0.000 < 0.01, artinya
ada hubungan yang signifikan untuk tahap pencarian dan pembelian produk yang dijual secara daring dan
luring pada tingkat kepercayaan 99%.

 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur dapat memberikan hasil yang
konsisten dan stabilitas.Teknik yang digunakan untuk menilai reliabilitas adalah Cronbach’s alphasuatu
instrument dikatakan reliabel apabila (handal) apabila nilai alpha lebih dari 0.60.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
970 2
Berdasarkan uji reliabilitas dengan menggunakan teknik Cronbach’s alphadiperoleh nilai sebesar
0.970 > 0.60 artinya instrument mean dari tahap pencarian dan pembelian reliabel atau handal.

KESIMPULAN
Dari hasil analisis dan pembahasan yang disertai pengolahan data menunjukkan bahwa berdasarkan
atribut belanja adapun yang menyebabkan preferensi konsumen dalam berbelanja daring maupun luring
adalah terdiri dari 8 atribut belanja pada penelitian ini yaitu menunjukkan rata-rata konsumen memilih
atribut belanja seperti: Kenikmatan Berbelanja, Kecepatan Berbelanja, Pilihan yang Banyak dan Harga
Terbaik dengan Belanja Daring sedangkan, atribut belanja seperti: Melihat, Menyentuh, Memeriksa,
Pelayanan Pribadi, Kecepatan Pengiriman dan Tidak ada Kerumitan Pengembalian dan Tukar-menukar
dengan Belanja Luring.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kota Medan.Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia,2015.
Chiang dan Dholakia, 2003. “Factors Driving Consumer Intention to Shop Online : An Empirical
Investigation”, Journal Of Consumer Psycology.
Collins, 2015.Collins Cobuild Advanced Dictionary of English.Edisi pertama.Jakarta: Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Hidayat, Taufik, 2008. Panduan Membuat Toko Online dengan OsCommerce.Mediakita
J. Supranto. 2001. Statistik Teori dan Aplikasi, Cetakan Kedua, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kuncoro, M. 2013. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi edisi 4. Erlangga: PT. Gelora Aksara
Pratama
Levin, A.M., I.P. Levin, dan C.E. Heath, 2003. “Product Category Dependent Consumer Preferences for
Online and Offline Shopping Features and Their Influence on Multi-channel Retail Alliances”,
Journal of Electronic Commerce, Vol.4, No.3, 2003
Levin, A.M., I.P., Levin dan J.A.Weller,2005. “A Multi-atribute Analysis of Preferences for Online and
Offline Shopping: Differences Across Products, Consumers and Shopping Stages” ,Journal Of

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 303
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Electronic Commerce, Vol.6, No.4, 2005


Musriha dan Gilang, 2012. “Pengaruh Intensitas Pemakaian Internet Terhadap Penggunaan Internet untuk
Berbelanja Online yang Dimoderasi oleh Consumer Innovativeness di Surabaya”, Jurnal
Ekonomi, vol 5 no 2
Sukirno, Sadono. 2008. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Slater, Don. 2002.Social Relationships and Identity On-line and Off-line. In Leah, Sonia, lievrouw, and
livingstone. Handbook of New Media: Social Shapping and Consequences of ICTs. Sage
publications inc. pp.533-543
Sudarman, Ari. 1988. Teori Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE.anggota IKAPI
Sugiyono, 2008.Metode penelitian bisnis.Bandung : CV. Alfabeta
Sugiyono, 2015.Metode penelitian manajemen. Bandung: CV. Alfabeta
Suliyanto, 2006.Metode Riset Bisnis. Yogyakarta: CV. Andi Offset Varanyuwatana, dkk. 2013. “Pricing
Model for Competing Online and Retail Channel with Online Buying Risk”.
http://citizen6.liputan6.com/read/2415612/online-shop-ternyata-sudah-ada-sejakinternet-belum-
ditemukan
http://internasional.kompas.com/read/2015/01/26/10390691/Pengguna.Internet.di.
China.Dekati.650.Juta.Orang
https://m.tempo.co/read/news/2016/11/14/090820182/festival-belanja-onlinealibaba-raup-rp-240-triliun
http://tekno.liputan6.com/read/2493747/simak-perkembangan-e-commerce-darimasa-ke-masa
https://m.tempo.co/read/news/2016/11/24/061822959/tahun-ini-ada-132-7-jutapengguna-internet-di-
indonesia
http://bisnis.liputan6.com/read/2639692/transaksi-e-commerce-ri-ditargetkancapai-us-130-miliar-di-2020
https://wolipop.detik.com/read/2015/07/31/141431/2980063/1141/10-alasan-belibaju-di-toko-lebih-baik-
dari-belanja-online
http://www.thejakartapost.com/life/2016/05/08/5-shoe-cleaning-services-
injakarta.htmlhttps://inet.detik.com/fotostop-news/d-3361735/konsumen-kamera-lebih-
sukabelanja-offline
http://tekno.liputan6.com/read/2821123/kemkominfo-incar-43000-media-onlineyang-diduga-gadungan
http://bisnis.liputan6.com/read/2478076/kasus-penipuan-online-terjadi-lagikerugian-hingga-miliaran
http://isparmo.web.id/2016/11/21/data-statistik-pengguna-internet-indonesia-2016

304 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Pengaruh Risiko Kredit, Financing To Deposit Ratio (FDR) Dan Suku


Bunga Bi Rate Terhadap Kecukupan Modal Pada Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Etty Harya Ningsi

Institut Teknologi dan Bisnis Sumatera Utara


etty_haryaningsi@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh risiko kredit, Financing to Deposit Ratio
(FDR) dan suku bunga BI rate terhadap kecukupan modal secara parsial dan secara simultan
pada perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif, dan sumber data merupakan data sekunder.
Unit análisis dan observasi dalam penelitian ini adalah perbankan yang terdaftar di BEI, dengan
jumlah populasi sebanyak 40 perbankan. Dari populasi, dipilih dengan teknik purposive
sampling dan diperoleh sebanyak 35 sampel yang terdiri dari 7 perbankan selama 5 periode yaitu
periode 2011-2015. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
linier berganda.
Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa risiko kredit memiliki nilai thitung < ttabel yaitu
0.251 < 2.036 dengan nilai signifikan > 0.05 yaitu 0.804 > 0.05, Financing to Deposit Ratio
memiliki nilai thitung > ttabel yaitu 2.105 > 2.036 dengan nilai signifikan < 0.05 yaitu 0.043 < 0.05,
serta suku bunga BI rate thitung < ttabel yaitu 1.580 < 2.036 dengan nilai signifikan > 0.05 yaitu
0.124>0.05. Hasil penelitian secara simultan menunjukkan bahwa risiko kredit, financing to
deposit ratio dan suku bunga BI rate memiliki nilai Fhitung < Ftabel yaitu 2.499 < 2.90 dengan nilai
signifikan > 0.05 yaitu 0.078 > 0.05. Koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0.117
atau 11.7% yang berarti variabel kecukupan modal dapat dijelaskan oleh variabel risiko kredit,
financing to deposit ratio dan suku bunga BI rate.
Kata Kunci : Risiko Kredit, Financing To Deposit Rasio (FDR), Suku Bunga BI Rate,
Kecukupan Modal

ABSTRACT
This study aims to determine the effect of credit risk, financing to deposit ratio (FDR) and the BI
rate interest on capital adequacy partially and simultaneously on banks listed on the Indonesia
Stock Exchange (IDX).
This study uses quantitative data types, and data sources are secondary data. The analysis and
observation unit in this study is banking registered on the IDX, with a population of 40 banks.
From the population, selected by purposive sampling technique and obtained as many as 35
samples consisting of 7 banks for 5 periods, namely the period 2011-2015. The analytical
method used in this study is multiple linear regression analysis.
The results of the study partially show that credit risk has a tcount <t table that is 0.251 <2.036
with a significant value> 0.05 that is 0.804> 0.05, Financing to Deposit Ratio has a tcount
value> t table that is 2.105> 2.036 with a significant value <0.05 namely 0.043 <0.05, as well
as the BI interest rate tcount <t table which is 1.580 <2.036 with a significant value> 0.05
which is 0.124> 0.05. The results of the study simultaneously show that credit risk, financing to
deposit ratio and BI rate have a Fcount <Ftable that is 2,499 <2.90 with a significant value>
0.05 which is 0.078> 0.05. The coefficient of determination (Adjusted R Square) of 0.117 or
11.7%, which means the variable capital adequacy can be explained by the variables of credit
risk, financing to deposit ratio and the BI rate.
Keywords: Credit Risk, Financing To Deposit Ratio (FDR), BI Rate, Capital Adequacy

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 305
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PENDAHULUAN
Perkembangan bisnis keuangan saat ini, telah membawa pengaruh besar terhadap perkembangan
keuangan di Indonesia. Bisnis tersebut terdiri dari lembaga keuangan formal dan informal. Bank
merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu
negara sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary) serta merupakan urat nadi
perekonomian di seluruh negara. Tidak sedikit kegiatan perekonomian terutama di sektor riil digerakkan
oleh perbankan baik secara langsung maupun tidak langsung. Apabila kondisi bank dalam keadaan sehat,
maka perlu dipertahankan kesehatannya, akan tetapi jika kondisinya dalam keadaan tidak sehat maka
perlu diambil tindakan untuk memperbaikinya. Dari penilaian tingkat kesehatan bank ini pada akhirnya
akan menunjukkan bagaimana kinerja bank tersebut.
Kinerja bank berhubungan dengan sumber pendanaan uang disalurkan kepada nasabah atau
masyarakat. Sumber pendanaan yang mempunyai pengaruh besar terhadap perekonomian salah satunya
adalah industri perbankan. Bank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga
intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan tidak kalah pentingnya adalah sebagai
lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah, yaitu kebijakan moneter.
Penghimpunan dana bank dimanfaatkan sebagai sumber modal utama selain dari modal pemilik guna
melaksanakan kegiatan operasionalnya. Kecukupan modal yang memadai sebagai cerminan untuk
melindungi bank dari kerugian yang tidak terduga, mendukung pertumbuhan di masa depan, dan
menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap kondisi bank.
Bagi industri perbankan, permodalan merupakan suatu hal yang penting, bank harus mampu
menjaga kepercayaan nasabah dengan memiliki modal yang mencukupi bagi kegiatan operasional sehari-
hari. Oleh karena itu Bank Indonesia menetapkan kewajiban penyediaan modal minimum bank seperti
yang diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.2/12/DPNP/2000 mengenai kewajiban penyediaan
modal minimum bank. Tingkat kecukupan modal pada penelitian ini diwakili oleh Capital Adequacy
Ratio (CAR). Bank harus dapat memenuhi standar kecukupan modalnya untuk melindungi dari risiko
yang mungkin timbul dalam menjalankan kegiatan usaha. Apabila bank telah memiliki modal yang
mencukupi, maka bank tersebut memiliki sumber daya finansial yang cukup untuk berjaga-jaga terhadap
potensi kerugian. Jika kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio) sudah dapat terpenuhi maka akan
mampu meningkatkan kemampuan bank dalam peningkatan laba.
Kegiatan perkreditan merupakan tulang punggung dari kegiatan utama bank. Kredit menjadi sumber
pendapatan dan keuntungan bank, disamping itu kredit juga merupakan jenis kegiatan penanaman dana
yang sering menjadi penyebab utama suatu bank dalam menghadapi masalah besar yaitu adanya suatu
keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagaian atau seluruh kewajibannya kepada
bank seperti yang telah diperjanjinkan sehingga kredit tersebut bermasalah atau macet. Risiko kredit
adalah risiko dari kemungkinan terjadinya kerugian sebagai akibat dari tidak dilunasinya kembali kredit
yang diberikan bank kepada debitur. Semakin tinggi risiko kredit suatu bank, maka akan menyebabkan
jumlah kredit bermasalah semakin besar, dan berdampak pada rendahnya pencapaian laba. Rasio Non
Performing Loan (NPL) dapat menunjukkan kemampuan manajemen dalam mengelola kredit bermasalah
yang diberikan oleh bank.
Kesehatan permodalan bank juga ikut dipengaruhi oleh tingkat likuiditas bank. Dalam likuiditas
terdapat dua risiko yaitu: Pertama, apabila bank mengalami kelebihan likuiditas dari dana pihak ketiga,
maka bank akan berupaya semaksimal mungkin untuk menyalurkannya dalam pembiayaan sektor riil
agar uang tersebut tidak mengendap (idle fund). Sehingga bank berupaya semaksimal mungkin untuk
menyalurkannya ke sektor riil dan seringkali mengabaikan kejelian dalam penilaian terhadap nasabah
yang berakibat terhadap posisi kredit macet. Dalam hal ini likuiditas yang baik tidak akan membuat dana
bank habis apabila deposan menagih bank sewaktu-waktu. Semakin tinggi Financing to Deposit Ratio
(FDR), maka semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, karena jumlah dana yang
diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Dalam hal ini, likuiditas tersebut dijelaskan
oleh Financing to Deposit Ratio (FDR) yaitu rasio antara seluruh jumlah pembiayaan yang diberikan
dengan dana yang diterima bank.
Financing to Deposit Ratio (FDR) menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar
kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya. Saat Financing to Deposit Ratio (FDR) tinggi yang disebabkan
pembiayaan tinggi sedangkan dana yang dihimpun sedikit dapat menyebabkan Capital Adequecy Ratio
(CAR) menurun (dengan asumsi Capital Adequecy Ratio digunakan untuk menutupi kekurangan dana
tersebut).
Penyaluran kredit yang tersendat menjadikan pendapatan bank menurun. Sebab sumber utama
pendapatan bank sebagian besar berasal dari kredit yang disalurkan. Dengan inflasi yang tinggi,
pemerintah mengatasi beredarnya uang yang meningkat tersebut dengan menaikkan suku bunga acuan
(BI Rate) yang berdampak pada kenaikan suku bunga simpanan dan diikuti oleh suku bunga pinjaman.

306 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tingginya bunga simpanan yang ditawarkan tentu akan menarik hasrat masyarakat untuk menyimpan
dananya di bank, dengan begitu akan banyak kredit yang dapat disalurkan. Sedangkan tingginya bunga
pinjaman yang ditetapkan selain berdampak pada keuntungan yang didapat, berdampak pula pada
penurunan penyaluran kredit. Sebab keputusan tersebut akan menimbulkan peningkatkan kredit
bermasalah sehingga bank enggan dalam menyalurkan kreditnya.

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dilakukan peneliti adalah perusahaan perbankan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dengan mengakses melalui situs www.idx.co.id.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah 40 perusahaan perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Penarikan sampel dilakukan dengan purposive sampling method. Sampel penelitian ini adalah 7
perusahaan perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Variabel dan Defenisi Operasional
Variabel Penelitian
Variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini terdiri atas :
a) Variabel Bebas (X1) yaitu Risiko kredit
b) Variabel Bebas (X2) yaitu Financing To Deposit Rasio (FDR)
c) Variabel Bebas (X3) yaitu Suku Bunga BI Rate
d) Variabel Terikat (Y) yaitu Kecukupan Modal
Defenisi Operasional
Credit risk ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur resiko terhadap kredit yang
disalurkan dengan membandingkan kredit macet dengan jumlah kredit yang disalurkan.
FDR adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga
yang berhasil dihimpun oleh bank.
Suku bunga adalah harga yang dibayarkan atas penggunaan kredit.
Capital adequacy ratio (CAR) atau sering disebut dengan istilah rasio kecukupan modal bank, yaitu
bagaimana sebuah perbankan mampu membiayai aktivitas kegiatannya dengan kepemilikan modal yang
dimilikinya.
Teknik Analisis Data
Analisi Regresi Linear berganda
Model análisis data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah model análisis Regresi
berganda. Peneliti menggunakan Regresi linear berganda karena model ini berguna untuk mencari
pengaruh antara dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat yang ada. Model persamaan
regresi berganda adalah :
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e
Dimana:
Y = Kecukupan Modal
X1 = Risiko Kredit
X2 = FDR
X3 = Suku bunga BI Rate
a = Konstanta
b1b2 b3 = Koefisien Regresi
e = error

Koefisien Determinasi (R2)


Hasil Penelitian Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur proporsi atau presntasi
sumbangan variabel bebas yang dteliti yaitu Risiko Kredit (X1), FDR (X2) dan Suku bunga BI Rate (X3)
terhadap Kecukupan Modal (Y). Koefisien determinasi berkisar antara 0 sampai dengan 1. Hal ini apabila
R2 = 0 menunjukan ketidakmampuan variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen. Bila
R2 mendekati 1 menunjukan kemampuan variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 307
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Uji Hipotesis
Untuk mengetahui signifikansi dari hipotesa dala penelitian ini maka perlu dilakukan beberapa uji
sebagai berikut :
1. Uji F
Uji F statistik menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan
dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
Jika nilai Fhitung lebih besar daripada Ftabel, maka hipotesis diterima artinya bahwa semua variabel
independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (α = 5%).
Kriteria uji signifikansi simultan (Uji F) adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikasi F > 0,05 atau Fhitung < Ftabel, maka hipotesis ditolak. Ini berarti bahwa secara
bersama-sama seluruh variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen.
2. Jika nilai signifikansi F ≤ 0,05 atau F hitung > Ftabel, maka hipotesis diterima. Ini berarti bahwa secara
bersama-sama seluruh variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen.
2. Uji t
Uji t statistik menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen
secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen, jika nilai t statistik hitung lebih tinggi
dibandingkan ttabel, maka hipotesis diterima. Hal ini menyatakan bahwa suatu variabel independen secara
individual mempengaruhi variabel dependen.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (α = 5%). Kriteria
uji signifikansi individual (Uji t) adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikansi t > 0,05 maka hipotesis ditolak. Ini berarti bahwa secara parsial variabel
independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai signifikansi t ≤ 0,05 maka maka hipotesis diterima. Ini berarti bahwa secara parsial seluruh
variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Metode Persamaan Regresi Berganda
Persamaan regresi berganda secara umum adalah:
Kecukupan Modal = 11,090 + 0,083 Resiko Kredit + 0,093 financing to deposit ratio + 0,649 suku
bunga BI rate.
Tabel 1
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 11,090 2,933 3,781 ,001
RK ,083 ,330 ,041 ,251 ,804
FDR ,093 ,044 ,345 2,105 ,043
SK ,649 ,411 ,255 1,580 ,124
a. Dependent Variable: CAR
Sumber : data diolah, 2017 (hasil output SPSS)

1. Nilai koefisien regresi X1 (risiko kredit) sebesar 0,083 yang menunjukkan hasil positif berarti bahwa
setiap kenaikan risiko kredit sebesar 1 satuan dengan asumsi variabel independen lainnya dianggap
tetap maka perubahan kecukupan modal akan menurun sebesar 0,083.
2. Nilai koefisien regresi X2 (financing to deposit ratio (FDR)) sebesar 0,093 yang menunjukkan hasil
positif berarti bahwa setiap kenaikan financing to deposit ratio (FDR) sebesar 1 satuan dengan asumsi
variabel independen lainnya dianggap tetap maka perubahan kecukupan modal akan menurun sebesar
0,093.
3. Nilai koefisien regresi X3 (suku bunga BI rate) sebesar 0,649 yang menunjukkan hasil positif berarti
bahwa setiap kenaikan suku bunga BI rate sebesar 1 satuan dengan asumsi variabel independen
lainnya dianggap tetap maka perubahan kecukupan modal akan menurun sebesar 0,649.

308 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Koefisien Determinasi (R2)


Tabel 2
Adjusted R Square
Model Summary
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate
a
1 ,441 ,195 ,117 1,77683
a. Predictors: (Constant), SK, FDR, RK
Sumber : data diolah, 2017 (hasil output SPSS)

Berdasarkan Tabel 2 diatas, diperoleh hasil nilai adjusted R Square sebesar 11,7 %. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel risiko kredit, financing to deposit ratio (FDR), suku bunga BI rate serta
variabel kecukupan modal dapat menjelaskan variabel kecukupan modal sebesar 11,7% sedangkan
sisanya 88,3 % variabel kecukupan modal dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak digunakan dalam
penelitian ini.
Pengujian Hipotesis
1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan Menggunakan Uji F
Hasil uji signifikansi simultan dapat dilihat tabel berikut :
Tabel 3
Hasil Uji F (uji signifiansi simultan)
ANOVAb
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
1 Regression 23,668 3 7,889 2,499 ,078a
Residual 97,871 31 3,157
Total 121,539 34
a. Predictors: (Constant), SK, FDR, RK
b. Dependent Variable: CAR
Hasil uji F memiliki nilai Fhitung sebesar 2,499 dengan nilai signifikansi uji F sebesar 0,078. Nilai
Fhitung akan dibandingkan dengan nilai Ftabel dengan nilai signifikansi 0,05. (tabel F dapat dilihat pada
lampiran 8). Ftabel yang diperoleh adalah sebesar 2,90 yang menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel yaitu
2,499 < 2,90 dengan nilai signifikan > 0,05 yaitu 0,078 > 0,05. Berdasarkan hasil uji F diatas, maka H4
tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kecukupan modal pada perusahaan perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Pengujian Hipotesis secara Parsial Menggunakan Uji t
a. Pengaruh X1 terhadap Y
Hasil uji t dari variabel risiko kredit (X1) memiliki nilai thitung sebesar 0,251 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,804. Nilai thitung akan dibandingkan dengan nilai ttabel dengan nilai signifikansi 0,05. (tabel t
dapat dilihat pada lampiran 5). ttabel yang diperoleh adalah sebesar 2,036 yang menunjukkan bahwa t hitung
< ttabel yaitu 0,251 < 2,036 dengan nilai signifikan > 0,05 yaitu 0,804 > 0,05.
Berdasarkan hasil uji t diatas, maka H1 ditolak. Artinya, variabel risiko kredit (X1) tidak
berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kecukupan modal (Y) pada perusahaan perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
b. Pengaruh X2 terhadap Y
Hasil uji t dari variabel financing to deposit ratio (FDR) (X2) memiliki nilai thitung sebesar 2,105
dengan nilai signifikansi sebesar 0,043. Nilai thitung akan dibandingkan dengan nilai ttabel dengan nilai
signifikansi 0,05. (tabel t dapat dilihat pada lampiran 7). t tabel yang diperoleh adalah sebesar 2,036 yang
menunjukkan bahwa thitung > ttabel yaitu 2,105 > 2,036 dengan nilai signifikan < 0,05 yaitu 0,043 < 0,05.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 309
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Berdasarkan hasil uji t diatas, maka H2 diterima. Artinya, variabel financing to deposit ratio (FDR)
(X2) berpengaruh dan signifikan terhadap kecukupan modal (Y) pada perusahaan perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
c. Pengaruh X2 terhadap Y
Hasil uji t dari variabel suku bunga BI rate (X3) memiliki nilai thitung sebesar 1,580 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,124. Nilai thitung akan dibandingkan dengan nilai ttabel dengan nilai signifikansi
0,05. (tabel t dapat dilihat pada lampiran 6). ttabel yang diperoleh adalah sebesar 2,036 yang menunjukkan
bahwa thitung < ttabel yaitu 1,580 < 2,036 dengan nilai signifikan > 0,05 yaitu 0,124>0,05.
Berdasarkan hasil uji t diatas, maka H3 ditolak. Artinya, variabel suku bunga BI rate (X3) tidak
pengaruh dan tidak signifikan terhadap kecukupan modal (Y) pada perusahaan perbankan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa risiko kredit (X1) tidak berpengaruh dan tidak signifikan
terhadap kecukupan modal (Y) pada perusahaan perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dengan nilai thitung < ttabel yaitu 0,251 < 2,036 dengan nilai signifikan > 0,05 yaitu 0,804 > 0,05.
Berdasarkan hasil uji t diatas, maka hipotesis 1 (H1) dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa
variabel risiko kredit tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kecukupan modal pada perusahaan
perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat diterima (H 1 ditolak) dikarenakan semakin
tinggi Non Performing Loan (NPL) akan meningkatkan biaya cadangan aktiva produktif maupun biaya
lainnya yang berpengaruh terhadap keuntungan dan permodalan bank, sehingga manajemen perlu
menjaga agar jumlah Non Performing Loan (NPL) tidak membengkak. Non Performing Loan (NPL)
bank diharapkan agar tidak melebihi batas maksimal yang telah ditentukan yaitu sebesar 5% sehingga
dengan begitu dapat meningkatkan modal perbankan dalam mengelola risiko kredit untuk mendapatkan
keuntungan dan menambah modal.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Natasia (2016) yang hasil penelitiannya
menyatakan, risiko kredit berpengaruh terhadap kecukupan modal.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa financing to deposit ratio (FDR) (X2) berpengaruh dan
signifikan terhadap kecukupan modal (Y) dengan nilai thitung > ttabel yaitu 2,105 > 2,036 dengan nilai
signifikan < 0,05 yaitu 0,043 < 0,05. Berdasarkan hasil uji t diatas, maka hipotesis 2 (H 2) dalam
penelitian ini yang menyatakan bahwa variabel financing to deposit ratio (FDR) (X2) berpengaruh dan
signifikan terhadap kecukupan modal (Y) dapat diterima (H2 diterima) dikarenakan saat financing to
deposit ratio (FDR) tinggi maka Capital Adequacy Ratio (CAR) akan menurun, begitupun sebaliknya
saat financing to deposit ratio (FDR) turun Capital Adequacy Ratio (CAR) akan naik. Hal ini
dikarenakan jumlah pembiayaan yang disalurkan Bank sangat tinggi sehingga terjadi ekspansi
pembiayaan yang mengharuskan bank menambahkan dananya melalui modal sendiri untuk membiayai
jumlah pembiayaan yang disalurkan dan memenuhi likuiditasnya..
Hasil penelitian ini sejalan sesuai dengan penelitian Fatimah (2013), yang hasil penelitiannya
menyatakan Financing To Deposit Ratio berpengaruh dan signifikan terhadap Capital Adequecy Ratio.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suku bunga BI rate (X3) tidak pengaruh dan tidak
signifikan terhadap kecukupan modal (Y) pada perusahaan perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dengan nilai thitung < ttabel yaitu 1,580 < 2,036 dengan nilai signifikan > 0,05 yaitu 0,124>0,05.
Berdasarkan hasil uji t diatas, maka hipotesis 3 (H3) dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa
variabel suku bunga BI rate (X3) tidak pengaruh dan tidak signifikan terhadap kecukupan modal (Y)
dapat diterima (H3 ditolak) dikarenakan suku bunga BI Rate yang tinggi maupun rendah tidak
memberikan pengaruh terhadap kecukupan modal dikarenakan adanya profitabilitas yang dapat
dipergunakan untuk menambah modal perusahaan perbankan.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Astuti (2013) yang hasil penelitiannya
menyatakan, BI Rate berpengaruh terhadap penyaluran kredit.

PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat disimpulkan
hal-hal sebagai berikut:
1. Secara parsial, risiko kredit tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kecukupan modal pada
perusahaan perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011-2015 diperoleh nilai
thitung < ttabel yaitu 0,251 < 2,036 dengan nilai signifikan > 0,05 yaitu 0,804 > 0,05.

310 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

2. Secara parsial, financing to deposit ratio (FDR) berpengaruh dan signifikan terhadap kecukupan
modal pada perusahaan perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011-2015
diperoleh nilai thitung > ttabel yaitu 2,105 > 2,036 dengan nilai signifikan < 0,05 yaitu 0,043 < 0,05.
3. Secara parsial, suku bunga BI rate tidak pengaruh dan tidak signifikan terhadap kecukupan modal
pada perusahaan perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011-2015
diperoleh nilai thitung < ttabel yaitu 1,580 < 2,036 dengan nilai signifikan > 0,05 yaitu 0,124>0,05.
4. Secara simultan, risiko kredit, financing to deposit ratio (FDR) dan suku bunga BI rate tidak
berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kecukupan modal pada perusahaan perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011-2015 diperoleh nilai Fhitung < Ftabel yaitu 2,499 <
2,90 dengan nilai signifikan > 0,05 yaitu 0,078 > 0,05.
5. Besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel Risiko kredit, financing to deposit ratio (FDR) dan
suku bunga BI rate terhadap kecukupan modal memiliki pengaruh sebesar 11,7% (sesuai dengan
nilai adjusted R yang diperoleh dari hasil penelitian ini) sedangkan sisanya 88,3 % dijelaskan oleh
variabel lainnya yang tidak digunakan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Thamrin dan Francis Tantri. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan. Cetakan Ketiga. Jakarta:
Rajawali Pers.
Aisyah, Binti Nur. 2015. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Penerbit
Kalimedia
Fahmi, Irham. 2013. Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung : Penerbit Alfabeta.
Fahmi, Irham. 2014. Pengantar Perbankan Teori dan Aplikasi. Bandung : Penerbit Alfabeta.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21. Jakarta : Penerbit
Universitas Diponegoro.
Harmono. 2009. Manajemen Keuangan. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara.
Kamaluddin & Rini Indriani. 2012. Manajemen Keuangan. Bandung : Penerbit CV. Mandar Maju.
Kasmir. 2008. Manajemen Perbankan, Edisi Revisi. Jakarta: Prenada Media.
_____. 2013. Pengantar Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit Kencana
_____. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Keempat. Jakarta : Penerbit Rajagrafindo Persada.
Latumaerissa, Julius. 2014. Manajemen Bank Umum. Jakarta : Penerbit Mitra Wacana Media.
Maulida, Sylvia Nurul. 2015. Pengaruh CAR, FDR, dan BOPO terhadap ROA Bank Umum Syariah
Indonesia (Studi Kasus Pada Bank Syariah di Indonesia). Skripsi. Institut Agama Islam Negeri
(Iain) Syekh Nurjati Cirebon
Muhamad. 2014. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta : Penerbit RajaGrafindo Persada
Pandia, Frianto. 2012. Manajemen Dana Dan Kesehatan Bank. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
Sanusi, Anwar. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis. Cetakan Ketiga. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Sitanggang, J.P. 2012. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta :Mitra Wacana Media.
Sudirman, I Wayan. 2013. Manajemen Perbankan Menuju Bankir Konvensional yang Profesional.
Jakarta : Penerbit Kencana.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Manajemen. Jakarta : Penerbit CV Alfabeta.
Wahyudiono. 2014. Mudah Membaca Laporan Keuangan. Jakarta Timur : Perum Bukit Permai.
Wira, Desmond. 2015. Analisis Fundamental Saham. Edisi Kedua. Jakarta : Penerbit Exceed
www.idx.co.id

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 311
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PENGARUH FUNDAMENTAL TERHADAP PERTUMBUHAN


MODAL SENDIRI PADA PERUSAHAAN LQ-45 YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Irma Herliza Rizki

Institut Teknologi Dan Bisnis Sumatera Utara


ir_marez@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Return on Assets Ratio terhadap
Pertumbuhan Modal Sendiri pada Perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI, Debt Equity to Ratio
Ratio terhadap Pertumbuhan Modal Sendiri pada Perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI, dan
Dividen Payout Ratio terhadap Pertumbuhan Modal Sendiri pada Perusahaan LQ45 yang
terdaftar di BEI.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif, unit analisis dan
obervasi dalam penelitian ini adalah perusahaan LQ45, populasi dalam peneilitian ini adalah
perusahaan LQ45 sebanyak 45 perusahaan. Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik Sampling jenuh dan berjumlah sebanyak 11 perusahaan.
Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa Return on Assets berpengaruh tidak
signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri dengan nilai thitung sebesar 1.539., Debt Equity to
Ratio secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri dengan
nilai thitung sebesar 0.097, dan Dividen Payout Ratio secara parsial berpengaruh tidak signifikan
terhadap pertumbuhan modal sendiri dengan nilai thitung sebesar -2.542. Return on Assets, Debt
Equity to Ratio, dan Dividen Payout Ratio secara simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan
modal sendiri pada perusahaan LQ45 dengan nilai Fhitung sebsar 5.201 dan nilai signifikansi
0.004. Koefisien determinasi sebesar 14,6% variabel pertumbuhan modal sendiri dipengaruhi
oleh Return on Assets, Debt Equity to Ratio, dan Dividen Payout Ratio, sedangkan sisanya
84.5% dipengaruhi oleh faktor lain.
Kata Kunci : Return on Assets, Debt Equity to Ratio, Dividen Payout Ratio, Pertumbuhan
Modal Sendiri

ABSTRACT
This study aims to determine the effect of the Asset Returns Ratio on Own Capital Growth in
LQ45 Companies listed on the IDX, Debt Equity Ratio to Own Capital Growth Ratio in LQ45
Companies listed on the IDX, and Dividend Payment Ratio on Own Capital Growth in LQ45
Companies listed on the LQ45 Companies IDX.
The research methodology used is quantitative descriptive method, the unit of analysis and
observation in this study are LQ45 companies, the population in this study is 45 LQ45
companies. The sampling technique used in this study is saturated sampling technique and there
are 11 companies.
The partial results of the study show that Return on Assets has no significant effect on the growth
of own capital with tcount 1.539. Debt Equity to Ratio partially does not have a significant effect
on the growth of own capital with tcount 0.097, and the Dividend Payment Ratio partially has no
significant effect on growth of own capital with tcount -2.542. Return on Assets, Debt to Ratio,
and Dividend Payment Ratios simultaneously affect the growth of own capital in LQ45
companies with a Fcount of 5.201 and a significance value of 0.004. The coefficient of
determination of 14.6% of the variable capital growth itself is influenced by Return on Assets,
Debt Equity to Ratio, and Dividend Payout Ratio, while the remaining 84.5% is influenced by
other factors.
Keywords: Asset Return, Debt Equity Ratio, Dividend Payment Ratio from Own Capital Growth

312 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi saat ini, teknologi berkembang dengan begitu pesat yang memberikan
dampak terjadinya persaingan yang begitu ketat diantara suatu perusahaan dengan perusahaan
kompetitornya. Persaingan yang terjadi, membuat setiap perusahaan berlomba-lomba untuk meningkat
produktivitas perusahaan agar dapat lebih unggul dari perusahaan kompetitor dan memperoleh laba yang
lebih maksimal. Seiring dengan perkembangan pandangan masyarakat terhadap pertumbuhan suatu
perusahaan, terjadi juga perubahan sudut pandang terhadap tingkat kesuksesan sebuah perusahaan.
Kesuksesan sebuah perusahaan tidak hanya diukur pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
barang dan jasa ataupun jumlah besarnya laba yang diperoleh, kesuksesan yang dimaksud tidak hanya
terbatas dalam segi kuantitatif melainkan pada seberapa besar kesuksesan perusahaan dalam
meningkatkan pertumbuhan perusahaan itu sendiri.
Bagi investor, kesuksesan perusahaan dalam meningkat pertumbuhan serta produktivitas perusahaan
merupakan sebuah acuan dalam mempertimbangkan bagaimana prospek perusahaan itu dimasa yang
akan datang dalam menghasilkan laba bagi para investor. Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan
melihat pertumbuhan penjualan ataupun dengan melihat pertumbuhan laba operasi, namun untuk
mendapatkan pengukuran yang lebih akurat dapat dilihat dengan mengukur pertumbuhan modal sendiri.
Modal merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam suatu perusahaan karena memiliki
pengaruh yang sangat kuat dalam menjalan produktivitas suatu perusahaan. Jika suatu perusahaan
mengalami kekurangan maka akan berakibat pada terhambatnya produktivitas suatu perusahaan,
sebaliknya jika perusahaan memiliki modal yang sangat kuat maka produktivitas perusahaan akan
berjalan dengan sangat baik. Pertumbuhan modal sendiri merupakan perbandingan antara pertumbuhan
modal sendiri pada saat ini dengan pertumbuhan modal pada tahun sebelumnya. Perusahaan yang
memiliki laju pertumbuhan yang pesat, maka akan memiliki modal yang cukup untuk membiayai
pertumbuhannya.
Pertumbuhan suatu perusahaan dapat dilihat melalui berbagai cara pengukuran, salah satunya yaitu
dengan cara mengukur pertumbuhan modal sendiri. Oleh sebab itu, faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan modal sendiri pada Perusahaan LQ45 yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama
periode 2013-2015akan diteliti dan dikaji secara lebih mendalam.
Rahadjo (2007:104) mengemukakan, rasio keuangan perusahaan diklasifikasikan menjadi 5 (lima)
kelompok, yaitu:
1. Rasio Likuiditas (liquidity ratios), yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek.
2. Rasio Solvabilitas (leverage atau solvency ratios), yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Rasio Aktivitas (activity ratios), yang menunjukkan tingkat efektifitas penggunaan aset atau kekayaan
perusahaan.
4. Rasio Profitabilitas dan Rentabilitas (profitability ratios), yang menunjukkan tingkat imbalan atau
perolehan (keuntungan) dibanding penjualan ataupun aset.
5. Rasio Investasi (investment ratios), yang menunjukkan rasio investasi dalam surat berharga atau efek
khususnya saham dan obligasi.
Menurut Brigham dan Houston (2006:69) dividend payout ratio merupakan persentase dari laba
bersih yang akan dibayar sebagai dividen tunai kepada pemegang saham. dividend payout ratio (DPR)
merupakan perbandingan antara dividend per share (DPS) dengan earning per share (EPS). Berikut ini
merupakan sebagian data yang akan diteliti dengan menggunakan variabel return on assets, debt to equity
dan dividend payout ratio dan pertumbuhan modal sendiri pada perusahaan LQ-45 yang terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015 :

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 313
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641
Tabel 1
Data Awal 5 (Lima) Perusahaan LQ45
Untuk Periode Tahun 2013 – 2015
Tahun
No Kode Uraian
2013 2014 2015
1 AALI Return on Assets 0.13 0.14 0.03
Debt Equity Ratio 0.5 0.6 0.8
Dividen Payout Ratio 0.1 0.3 1.8
Pertumbuhan Modal Sendiri 9.6 15.3 -1.1
2 BBNI Return on Assets 0.02 0.03 0.02
Debt Equity Ratio 6.9 5.6 5.3
Dividen Payout Ratio 14.1 8.1 11.4
Pertumbuhan Modal Sendiri 0.1 0.3 0.3
3 BBTN Return on Assets 0.01 0.01 0.01
Debt Equity Ratio 10.3 10.8 11.4
Dividen Payout Ratio 18.7 40.2 7.3
Pertumbuhan Modal Sendiri 0.1 0.1 0.1
4 EXCL Return on Assets 0.03 -0.01 0.0
Debt Equity Ratio 1.6 3.5 2.9
Dividen Payout Ratio 0.5 -0.7 -21.7
Pertumbuhan Modal Sendiri -0.5 -8.2 8.9
5 LPPF Return on Assets 0.39 0.42 0.46
Debt Equity Ratio 4.8 20.4 2.5
Dividen Payout Ratio 0.3 0.3 0.4
Pertumbuhan Modal Sendiri -59.5 -120.4 5.9
Sumber : www.idx.co.id, 2016

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas, dikemukakan beberapa fenomena yang terjadi pada 5 (lima)
perusahaan LQ-45 dari tahun 2013-2015, yaitu:
1. Return on Assets (ROA) pada 5 (lima) Perusahaan LQ-45 tersebut menunjukkan tren angka yang
fluktuatif dari periode yang diamati. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tingkat pengembalian aset
dari hasil penjualan perusahaan memiliki angka yang bervariasi untuk masing-masing perusahaan
LQ-45 tersebut. Berdasarkan hal tersebut, terindikasi bahwa tren fluktuatif pada nilai return on assets
sejalan dengan fluktuatifnya nilai pertumbuhan modal sendiri pada perusahaan LQ-45 tersebut.
2. Debt to Equity Ratio (DER) pada 5 (lima) Perusahaan LQ-45 tersebut menunjukkan tren angka yang
fluktuatif dari periode yang diamati. Hal tersebut mengindikasikan bahwa jumlah hutang terhadap
ekuitas dalam perusahaan mengalami angka bervariasi untuk masing–masing perusahaan LQ-45
tersebut. Berdasarkan hal tersebut, terindikasi bahwa tren fluktuatif pada nilai debt to equity ratio
sejalan dengan fluktuatifnya nilai pertumbuhan modal sendiri pada perusahaan LQ-45 tersebut.
3. Dividen Payout Ratio (DPR) pada 5 (lima) Perushaan LQ-45 tersebut menunjukkan tren angka yang
fluktuatif dari periode yang diamati. Hal tersebut mengindikasikan bahwa presentase pendapatan yang
akan dibayarkan kepada para pemegang saham mengalami angka bervariasi untuk masing-masing
perusahaan LQ-45 tersebut. Berdasarkan hal tersebut terindikasi, bahwa tren fluktuatif pada nilai
dividen payout ratio sejalan dengan fluktuatifnya nilai pertumbuhan modal sendiri pada perusahaan
LQ-45 tersebut.

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang diakses melalui
situs resmi Bursa Efek Indonesia yakni www.idx.co.id
Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah Perusahaan LQ45 yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
berjumlah 60 perusahaan.
Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan
sampel dengan menggunakan kriteria atau pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini berjumlah
11 data perusahaan LQ-45 dalam 4 (empat) tahun pengamatan, sehingga total sampel penelitian
berjumlah 11 sampel data perusahaan

314 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Variabel dan Defenisi Operasional


Variabel Penelitian
Variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini terdiri atas :
a) Variabel Bebas (X1) yaitu Return on Assets
b) Variabel Bebas (X2) yaitu Debt to Equity Ratio
c) Variabel Bebas (X3) yaitu Dividend Payout Ratio
d) Variabel Terikat (Y) yaitu Pertumbuhan Modal Sendiri
Defenisi Operasional
Return on Assets (X1)Merupakan rasio yang mengukur tingkat pengembalian (keuntungan) yang
diperoleh perusahaan melalui aset yang dimilikinya.
Net Profit After Tax
x 100%
Total Assets
Debt to Equity Ratio(X2) Merupakan rasio yang mengukur tingkat perbanding antara total
kewajiban perusahaan dengan total modal sendiri yang dimiliki perusahaan
Total Debt
x 100%
Total Assets
Dividend Payout Ratio (X3) ditentukan perusahaan dalam membayar dividen kepada para
pemegang saham setiap tahunnya, penentuan Dividend Payout Ratio berdasarkan besar kecilnya laba
setelah pajak.
Dividend Per Share
x 100%
Earnings Per Share
Pertumbuhan Modal Sendiri (Y) Pertumbuhan Modal Sendiri merupakan rasio naik atau turunnya
modal sendiri yang diinvestasikan.
IEt - Iet-1
x 100%
Iet-1

TEKNIK ANALISIS DATA


Analisi Regresi Linear berganda
Model análisis data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah model análisis Regresi
berganda. Peneliti menggunakan Regresi linear berganda karena model ini berguna untuk mencari
pengaruh antara dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat yang ada. Model persamaan
regresi berganda adalah :
Y=a+b1X1+B2X2+B3X3 +e
Keterangan :
Y = Pertumbuhan Modal Sendiri
a = Konstanta
X1 = Return on Assets (ROA)
X2 = Debt to Equity Ratio (DER)
X3 = Dividen Payout Ratio (DPR)
B1-B3 = Koefisien regresi parsial
e = eror
Koefisien Determinasi (R2)
Hasil Penelitian Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur proporsi atau presntasi
sumbangan variabel bebas yang dteliti yaitu Return on Assets (ROA) (X1), Debt to Equity Ratio (DER)
(X2) dan Dividen Payout Ratio (DPR) (X3) terhadap Pertumbuhan Modal Sendiri (Y). Koefisien
determinasi berkisar antara 0 sampai dengan 1. Hal ini apabila R2 = 0 menunjukan ketidakmampuan
variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen. Bila R2 mendekati 1 menunjukan
kemampuan variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 315
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Uji Hipotesis
Untuk mengetahui signifikansi dari hipotesa dala penelitian ini maka perlu dilakukan beberapa uji
sebagai berikut :

1. Uji F
Uji F statistik menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
Jika nilai Fhitung lebih besar daripada Ftabel, maka hipotesis diterima artinya bahwa semua variabel
independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (α = 5%).
Kriteria uji signifikansi simultan (Uji F) adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikasi F > 0,05 atau Fhitung < Ftabel, maka hipotesis ditolak. Ini berarti bahwa secara
bersama-sama seluruh variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen.
2. Jika nilai signifikansi F ≤ 0,05 atau F hitung > Ftabel, maka hipotesis diterima. Ini berarti bahwa secara
bersama-sama seluruh variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen.

2. Uji t
Uji t statistik menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen, jika nilai t statistik hitung lebih tinggi
dibandingkan ttabel, maka hipotesis diterima. Hal ini menyatakan bahwa suatu variabel independen secara
individual mempengaruhi variabel dependen.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (α = 5%). Kriteria
uji signifikansi individual (Uji t) adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikansi t > 0,05 maka hipotesis ditolak. Ini berarti bahwa secara parsial variabel
independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai signifikansi t ≤ 0,05 maka maka hipotesis diterima. Ini berarti bahwa secara parsial seluruh
variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Metode Persamaan Regresi Berganda
Persamaan regresi berganda secara umum adalah:
Y = 1,075 + 97,026 X1 + 1,104 X2– 0,043 X3
Tabel 2
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 1.075 3.873 0.278 0.783
ROA 97.026 32.490 0.568 2.986 0.005
DER 1.104 0.499 0.413 2.215 0.032
DPR -0.043 0.079 -0.078 -0.539 0.593
a. Dependent Variable: Modal

Return On Assets (X1) berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Modal (Y) dengan nilai koefisien
sebesar 97,026. Hal ini menunjukkan bila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap atau tidak berubah,
maka perubahan Return On Assets (X1) sebesar 1 (satu) satuan akan meningkatkan Pertumbuhan Modal
(Y) sebesar 97,026 satuan.
Debt to Equity Ratio (X2) berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Modal (Y) dengan nilai
koefisien sebesar 1,104. Hal ini menunjukkan bila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap atau tidak
berubah, maka perubahan Debt to Equity Ratio (X2) sebesar 1 (satu) satuan akan meningkatkan
Pertumbuhan Modal (Y) sebesar 1,104 satuan.

316 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Dividen Payout Ratio (X3) berpengaruh negatif terhadap Pertumbuhan Modal (Y) dengan nilai
koefisien sebesar -0,043. Hal ini menunjukkan bila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap atau tidak
berubah, maka perubahan Dividend Payout Ratio (X1) sebesar 1 (satu) satuan akan meningkatkan
Pertumbuhan Modal (Y) sebesar 0,043 satuan.
Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 3
Hasil Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 0.453a 0.205 0.146 8.592397
a. Predictors: (Constant), DPR, DER, ROA
b. Dependent Variable: MODAL

Hasil perhitungan diketahui bahwa nilai koefisien (adjusted R square) pada model analisis yang
dipergunakan pada penelitian ini sebesar 0,146. Hal ini menunjukkan bahwa dari variabel-variabel bebas
yang terdiri dari Return on Assets, Debt to Equity Ratio, dan Dividend Payout Ratio memberikan
kemampuan dalam menjelaskan variabel pertumbuhan modal (Y) sebesar 14,60 %, sedangkan sisanya
85,40 % merupakan pengaruh dari variabel-variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini.
Nilai R square adalah sebesar 14,60 % pada model analisis penelitian ini termasuk kategori tidak kuat
dalam memperjelas variabel dependen yang diteliti yaitu pertumbuhan modal (Y).
Pengujian Hipotesis
1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan Menggunakan Uji F
Hasil uji signifikansi simultan dapat dilihat tabel berikut :
Tabel 4
Hasil Uji Signifikansi Simultan
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
1 Regression 763.125 3 254.375 3.445 0.025a
Residual 2953.171 40 73.829
Total 3716.296 43

Berdasarkan Tabel 3 diatas, diketahui variabel independen return on assets (X1), variabel
independen debt to equity ratio (X2), dan variabel independen dividen payout ratio (X3), secara bersama-
sama berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri (Y). Dari Tabel 4.8 tersebut diperoleh
nilai Fhitung sebesar 3,445 sedangkan nilai signifikansi uji F-nya adalah sebesar 0,025, yang artinya bahwa
nilai signifikansi F lebih kecil dari α = 0,05.

2. Pengujian Hipotesis secara Parsial Menggunakan Uji t


a. Pengaruh X1 terhadap Y
Variabel return on assets (X1) secara individual memberikan pengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan modal sendiri (Y),
b. Pengaruh X2 terhadap Y
Variabel independen debt to equity ratio (X2) secara individual memberikan pengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan modal sendiri (Y).
c. Pengaruh X3 terhadap Y
Variabel independen dividen payout ratio (X3) secara individual memberikan pengaruh tidak
signifikan terhadap pertumbuhan modal (Y).
Pembahasan Hasil Penelitian
Hipotesis 1 (pertama) penelitian ini yang menyatakan bahwa return on assets (ROA) berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri pada LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan hasil uji secara parsial tentang pengaruh return on assets (ROA) terhadap pertumbuhan
modal sendiri pada LQ45, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,122 yang lebih besar dari nilai α = 0,05
dan berkoefisien negatif, yang berarti bahwa return on assets (ROA) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap pertumbuhan modal sendiri pada LQ45. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis 1 (pertama)
pada penelitian ini dapat ditolak.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 317
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Berkaitan dengan hasil tersebut, hasil analisis statistik deskriptif pada masing-masing variabel
tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemampuan perusahaan dalam mengelola aset untuk dapat
memperoleh keuntungan pada perusahaan perusahaan LQ45 mempunyai nilai yang bervariasi pada
masing-masing perusahaan di sektor LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal serupa juga
terjadi pada pertumbuhan modal sendiri pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Hasil dari penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa return on assets (ROA) berpengaruh secara
positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan modal pada perusahaan LQ45 yang terdaftar pada
bursa efek Indonesia untuk kurun waktu 2012 sampai dengan 2015. Dengan demikian, fenomena yang
dikemukakan pada awal penelitian dapat dijelaskan melalui hasil yang diperoleh ini. Dimana
fluktuatifnya angka pertumbuhan modal pada perusahaan LQ45 yang terdaftar pada bursa efek Indonesia
pada kurun waktu 2012 sampai dengan 2015 dipengaruhi secara tidak signifikan oleh fluktuatifnya
Return on Assets yang diperoleh perusahaan LQ45 yang tedaftar pada bursa efek indonesia pada kurun
waktu 2012 sampai dengan 2015.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Handoko (2006) dimana hasil penelitian
menunjukkan bahwa return on assets (ROA) berpengaruh terhadap pertumbuhan modal sendiri. Namun,
hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Waskito (2008) yang menyatakan return on assets
(ROA) berpengaruh terhadap pertumbuhan modal sendiri.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi return on
assets (ROA) suatu perusahaan, maka laba perusahaan tersebut akan meningkat juga dan akan berdampak
positif terhadap partumbuhan modal sendiri (Irawati, 2006). Sedangkan hasil penelitian ini menyatakan
bahwa return on assets (ROA) tidak memiliki dampak pada pertumbuhan modal sendiri suatu
perusahaan.
Hipotesis 2 (kedua) penelitian ini yang menyatakan bahwa debt to equity ratio (DER) berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri pada LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan hasil uji secara parsial tentang pengaruh debt to equity ratio (DER) terhadap pertumbuhan
modal sendiri pada LQ45, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,032 yang lebih besar dari nilai α = 0,05
dan berkoefisien negatif, yang berarti bahwa debt to equity ratio (DER) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri pada LQ45. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis 2
(kedua) pada penelitian ini dapat diterima.
Berkaitan dengan hasil tersebut, hasil analisis statistik deskriptif pada masing-masing variabel
tersebut menunjukkan bahwa perbandingan total kewajiban terhadap total ekuitas perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia bervariasi pada masing-masing perusahaan di sektor LQ45 yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal serupa juga terjadi pada pertumbuhan modal sendiri pada
perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil dari penelitian ini memberikan bukti
empiris bahwa debt to equity ratio (DER) berpengaruh secara positif namun tidak signifikan terhadap
pertumbuhan modal pada perusahaan LQ45 yang terdaftar pada bursa efek Indonesia untuk kurun waktu
2012 sampai dengan 2015. Dengan demikian, fenomena yang dikemukakan pada awal penelitian dapat
dijelaskan melalui hasil yang diperoleh. Dimana fluktuatifnya angka pertumbuhan modal pada
perusahaan LQ45 yang terdaftar pada bursa efek Indonesia pada kurun waktu 2012 sampai dengan 2015
dipengaruhi secara tidak signifikan oleh fluktuatifnya debt to equity ratio (DER) yang diperoleh
perusahaan LQ45 yang tedaftar pada bursa efek indonesia pada kurun waktu 2012 sampai dengan 2015.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Waskito (2008) dan Siagian
(2008) dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan modal sendiri. Namun tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
Handoko (2006) dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa debt to equity ratio (DER) berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri.
Hasil penelitian yang diteliti tidak sejalan dengan konsep teori yang menyatakan bahwa debt to
equity ratio (DER) akan berpegaruh terhadap pertumbuhan modal sendiri (Rusdin, 2006). Dimana
dengan semakin tingginya debt to equity ratio (DER) maka pertumbuhan modal sendiri juga akan
meningkat.
Hipotesis 3 (ketiga) penelitian ini yang menyatakan bahwa dividend payout ratio (DPR)
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri pada LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Berdasarkan hasil uji secara parsial tentang pengaruh dividend payout ratio (DPR) terhadap
pertumbuhan modal sendiri pada LQ45, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,015 yang lebih besar dari
nilai α = 0,05 dan berkoefisien negatif, yang berarti bahwa dividend payout ratio (DPR) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri pada LQ45. Berdasarkan hal tersebut, maka
hipotesis 3 (ketiga) pada penelitian ini dapat diterima.
Berkaitan dengan hasil tersebut, hasil analisis statistik deskriptif pada masing-masing variabel
tersebut menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam pembayaran dividen kepada para pemegang
saham bervariasi pada masing-masing perusahaan di sektor LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

318 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Hal serupa juga terjadi pada pertumbuhan modal sendiri pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Hasil dari penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa dividend payout ratio (DPR)
berpengaruh secara negatif namun signifikan terhadap pertumbuhan modal pada perusahaan LQ45 yang
terdaftar pada bursa efek Indonesia untuk kurun waktu 2012 sampai dengan 2015. Dengan demikian,
fenomena yang dikemukakan pada awal penelitian dapat dijelaskan melalui hasil yang diperoleh. Dimana
fluktuatifnya angka pertumbuhan modal pada perusahaan LQ45 yang terdaftar pada bursa efek Indonesia
pada kurun waktu 2012 sampai dengan 2015 dipengaruhi secara signifikan oleh fluktuatifnya dividend
payout ratio (DPR) yang diperoleh perusahaan LQ45 yang tedaftar pada bursa efek indonesia pada kurun
waktu 2012 sampai dengan 2015.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Handoko (2006)
dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa dividend payout ratio (DPR) tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan modal sendiri. Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Waskito (2008)
menunjukkan bahwa dividend payout ratio (DPR) berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan modal
sendiri.
Hasil peneltiian ini sejalan dengan konsep teori yang menyatakan bahwa Dividend Payout Ratio
ditentukan perusahaan dalam membayar dividen kepada para pemegang saham setiap tahunnya (Lukas,
2008). Dengan semakin rendah dividen per share yang diperoleh setiap pemegang saham, maka semakin
baik pertumbuhan modal sendiri yang dimiliki perusahaan.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Return On Assets secara parsial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan
modal sendiri pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2012 –
2014 dengan nilai thitung 2,986 dan nilai signifikansi individual (uji t statistik) sebesar 0,122.
b. Debt to Equity Ratio secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan modal
sendiri pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2012 – 2014
dengan nilai thitung 2,215 dan nilai signifikansi individual (uji t statistik) sebesar 0,032.
c. Dividen Payout Ratio secara parsial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan
modal sendiri pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2012 –
2014 dengan nilai thitung - 2,542 dan nilai signifikansi individual (uji t statistik) sebesar 0,593.
d. Return On Assets, Debt to Equity Ratio, dan Dividen Payout Ratio secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia untuk periode 2012 – 2014 dengan nilai Fhitung sebesar 3,445 sedangkan nilai signifikansi
uji F-nya adalah sebesar 0,004.
e. Besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel return on assets, debt to equity ratio dan dividen
payout ratio terhadap pertumbuhan modal sendiri sebesar 14,6 % (sesuai dengan nilai R2 yang
diperoleh dari hasil penelitian ini).

DAFTAR PUSTAKA
Brigham, Eugene F. and Joel F. Houston. (2006). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Edisi Kesepuluh.
Jakarta: Salemba Empat.
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program IBM SPSS 21. Edisi 7.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Handoko, Gandung Tri. (2006). “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Modal
Sendiri Pada Perusahaan Go Publik Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Universtitas
Islam Indonesia”. Yogyakarta. www.slideshare.net. (diakses tanggal 03 April 2016).
Harahap, Sofyan Syafri. (2010). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Irawati, Susan. (2006). Manajemen Keuangan. Bandung.
Kasmir. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Kerlinger, F.N. & Lee. H.B. (2006). Foundation of behavioral Research. Edisi Terjemahan. New York:
Hartcourt College Publisher.
Lukas, Setia Atmaja. (2008). Manajemen Keuangan. Buku I. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 319
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Mahendra, Alfredo. (2011). Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan (Kebijakan Dividen
Sebagai Variabel Moderating) Pada Perusahaan Manufaktur Di BEI. Denpasar: Universitas
Udayana.
Munawir, S. (2010). Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty
Rahardjo, Budi. (2007). Keuangan dan Akuntansi. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Riyanto, Bambang. (2010). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Siagian, Sinta Marsaulina. (2008). “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Modal Sendiri
Pada PT. Astra Agro Lestari Tbk, Medan”. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
repository.usu.ac.id. (diakses tanggal 03 April 2016).
Sjahrial, Dermawan. (2008). Manajemen Keuangan. Edisi Ketiga. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Sutrisno. (2007). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonesia.
Sundjaja, et al. (2007). Manajemen Keuangan. Edisi Keenam. Buku Satu. Jakarta: Literata Lintas Media.
Sugeng, Bambang. (2009). Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Struktur Modal terhadap Kebijakan
Inisiasi Dividen Di Indonesia. Jurnal Ekonomi Bisnis Tahun 14 Nomor 1 Maret 2009. 37-48.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta
Rusdin. (2006). Pasar Modal. Bandung: Alfabeta.
Waskito, Dian. (2008). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Modal Sendiri
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Program Magister Sains
dalam Program Ilmu Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
repository.usu.ac.id. (diakses tanggal 03 April 2016)

320 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional Dan


Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan
Consumer Goods Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2013-2015

Mela Novita Rizki

Institut Teknologi Dan Bisnis Sumatera Utara


Melanovitarizky@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh secara parsial dan simultan kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional dan profitabilitas terhadap kebijakan hutang pada
Perusahaan Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi yang
dipergunakan pada penelitian ini sebanyak 35 (tiga puluh lima) perusahaan dengan sampel
penelitian sebanyak 12 (dua belas) perusahaan yang diperoleh dengan menggunakan metode
purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial kepemilikan
manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang dengan nilai thitung >
ttabel (2,685 > 2,0345) dan nilai probabilitas signifikansi pada uji ini < α = 0,05 (0,011 <
0,05). Kemudian, kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
kebijakan hutang dengan nilai thitung < ttabel (1,786 < 2,0345) dan nilai probabilitas
signifikansi pada uji ini > α = 0,05 (0,084 > 0,05), dan profitabilitas dengan proksi return on
assets (ROA) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan
consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2013 - 2015
dengan nilai thitung > ttabel (4,218 > 2,0345) dan nilai probabilitas signifikansi pada
uji ini < α = 0,05 (0,000 < 0,05). Hasil secara simultan menunjukkan bahwa
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan profitabilitas berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan hutang pada perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode tahun 2013 - 2015, dengan nilai Fhitung > Ftabel (18,284 > 2,89) serta
nilai probabilitas signifikansinya < α = 0,05 (0,000 < 0,05).
Kata Kunci: Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas dan Kebijakan
Hutang

ABSTRACT
This study aims to analyze the effect of partially and simultaneously managerial ownership,
institutional ownership and profitability on debt policy on Consumer Goods Companies listed on
the Indonesia Stock Exchange. The population used in this study were 35 (thirty-five) companies
with a research sample of 12 (twelve) companies obtained using the purposive sampling method.
The results of this study indicate that partially managerial ownership has a positive and
significant effect on debt policy with tcount> ttable (2.685> 2.0345) and the probability value of
significance in this test <α = 0.05 (0.011 <0.05). Then, institutional ownership has a negative
and not significant effect on debt policy with tcount <ttable (1.786 <2.0345) and the probability
value of significance in this test> α = 0.05 (0.084> 0.05), and profitability with a proxy return
on assets (ROA) has a negative and significant effect on debt policy on consumer goods
companies listed on the Indonesia Stock Exchange in the period 2013-2015 with tcount> ttable
(4.218> 2.0345) and the probability value of significance in this test <α = 0 .05 (0,000 <0.05).
Simultaneous results show that managerial ownership, institutional ownership and profitability
have a significant effect on debt policy on consumer goods companies listed on the Indonesia
Stock Exchange for the period of 2013-2015, with a value of Fcount> Ftable (18.284> 2.89) and
a probability value of significance < α = 0.05 (0,000 <0.05).
Keywords: Managerial Ownership, Institutional Ownership, Profitability and Debt Policy

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 321
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PENDAHULUAN
Setiap perusahaan memiliki orientasi tujuan untuk dapat meningkatkan nilai perusahaannya.
Pencapaian nilai perusahaan yang tinggi dimaksudkan guna memaksimumkan tingkat kemakmuran
pemegang saham (Sartono, 2010:21). Untuk tujuan ini, pemilik sering kali memiliki keterbatasan dalam
pengelolaan perusahaan. Hal tersebut memicu pemilik untuk menyerahkan tanggung jawab atas
pengelolaan perusahaan kepada pihak kedua yang disebut manager. Bertindak atas nama pemilik
menyebabkan manajer asering tergoda untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri. Hal inilah yang
dapat menimbulkan konflik kepentingan (agency conflict). Selain perbedaan kepentingan antara
pemegang saham dan manajer, agency conflict dapat terjadi karena timbul informasi tidak simetri antara
pemegang saham dan manajer. Munculnya informasi tidak simetri dan konflik kepentingan yang
dipertimbangkan sebagai sumber yang sangat penting bagi ketidakefisienan dalam proses pembuatan
keputusan (Sartono, 2010:11).
Agency conflict dapat diminimalkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang mensejajarkan
kepentingan pihak-pihak terkait. Adanya mekanisme pengawasan menyebabkan munculnya biaya yang
disebut agency cost (Brigham dan Houston, 2012:26). Untuk mengurangi agency cost dapat dilakukan
dengan cara, pertama; meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (Jensen dan
Meckling, 1976:305). Proporsi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer dapat mempengaruhi
kebijakan-kebijakan perusahaan. Kedua; meningkatkan dividend payout ratio (Crutchley dan Hansen,
1989:33). Dividen membuat pemegang saham mempunyai kepastian pendapatan dan mengurangi
agency cost of equity karena tindakan perquisites. Perquisites adalah tindakan manajemen yang
memunculkan aliran kas keluar dalam rangka untuk tujuan bukan kepentingan perusahaan (Claessens,
et.al., 2000:82). Ketiga; meningkatkan pendanaan dengan hutang. Peningkatan hutang akan menurunkan
besarnya konflik antara pemegang saham dengan manajemen. Hal ini dikarenakan hutang akan
menurunkan excess cash flow yang ada dalam perusahaan, sehingga akan menurunkan kemungkinan
pemborosan yang dilakukan oleh manajemen. Keempat, Institusional investor sebagai pihak yang
memonitor agen (Moh’d, et. al, 1998:99). Hal ini disebabkan karena kepemilikan mewakili sumber
kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen.
Jadi, dengan adanya institusional investor seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan
kepemilikan oleh institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap
kinerja manajemen. Semakin besar persentase saham yang dimiliki oleh kepemilikan institusional akan
menyebabkan monitoring menjadi semakin efektif,melalui pengendalian perilaku opportunistic para
manajer. Dengan tingkat kepemilikan yang tinggi akan mengurangi agency cost pada perusahaan serta
penggunaan hutang oleh manajemen. Adanya kontrol ini akan menyebabkan manajemen
menggunakan hutang pada tingkat yang rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial
distress dan financial risk (Moh’d, et. al. 1998:99).
Penelitian ini menggunakan perusahaan Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
sebagai objek penelitian mulai dari tahun 2013-2015. Alasan peneliti memilih perusahaan ini karena
perusahaan Consumer Goods merupakan salah satu alternatif investasi yang diminati investor.
Perusahaan Consumer Goods merupakan perusahaan industri manufaktur dimana produknya sangat
dibutuhkan masyarakat, sehingga prospeknya menguntungkan baik masa sekarang maupun masa yang
akan datang, selain itu saham perusahaan tersebut merupakan saham- saham yang paling tahan krisis
ekonomi dibanding sektor lain karena dalam kondisi krisis atau tidak sebagian besar produk Consumer
Goods tetap dibutuhkan. Berikut ini merupakan data hutang, kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional dan profitabilitas :

322 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 1
DER, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial dan ROA
Perusahaan Consumer Goods Yang Terdaftar
Pada BEI pada Tahun 2013-2015
Tahun
No Kode Uraian
2013 2014 2015
DER 1.12 1.08 0.90
Kepemilikan Manajerial 3.13 3.17 3.17
1 STTP Kepemilikan
56.76 56.76 56.76
Institusional
ROA 7.78 7.26 9.67
DER 0.86 0.78 0.58
Kepemilikan Manajerial 23.08 23.08 23.08
2 PYFA Kepemilikan
53.85 53.85 53.85
Institusional
ROA 3.54 1.73 2.58
DER 0.73 0.76 0.67
Kepemilikan Manajerial 0.92 1,72 3,11
3 GGRM Kepemilikan
75.55 75.55 75.55
Institusional
ROA 8.65 9.14 10.17
DER 0.65 0.67 0.91
Kepemilikan Manajerial 1,652 1,652 1,392
4 PSDN Kepemilikan
72,092 72,092 72,352
Institusional
ROA 3.12 -4.86 -6.95

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas, dapat dikemukkakan beberapa hal sehubungan dengan debt to equity
ratio (DER), kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan return on assets (ROA) pada
perusahaan Consumer Goods yang terdaftar di BEI pada tahun 2013 - 2015 sebagai berikut:
Debt equity ratio (DER) pada 4 (empat) perusahaan tersebut, memiliki nilai yang bervariasi antara
satu dengan yang lainnya. Dimana tren angka debt to equity ratio (DER) masing-masing perusahaan
sangat fluktuatif. Artinya, ada perusahaan yang menyajikan angka debt to equity ratio (DER) dengan tren
menurun dan ada juga yang sebaliknya bahkan ada juga yang cenderung tetap.
Demikian halnya pada kepemilikan manajerial di 4 (empat) perusahaan tersebut. Dimana angka
kepemilikan manajerial pada masing-masing juga bervariasi.
Namun, kecenderungan yang ada lebih fokus pada nilai yang tetap dan juga tren kenaikan. Angka
kepemilikan manajerial yang dimiliki perusahaan ini di indikasi berdampak pada kebijakan hutang
perusahaan yang di ukur melalui debt to equity ratio (DER).
Dalam hal kepemilikan institusional pada 4 (empat) perusahaan tersebut juga menampilkan angka
yang relatif sama dengan angka pada kepemilikan manajerial perusahaan. Dimana, kecenderungan angka
yang ada lebih fokus pada nilai yang tetap dan juga tren kenaikan. Demikian halnya dengan angka pada
kepemilikan institusional yang juga diindikasi berdampak pada kebijakan hutang perusahaan yang di
ukur melalui debt to equity ratio (DER).
Hal yang relatif sama juga didapat dari informasi return on assets (ROA) pada 4 (empat) perusahaan
tersebut. Dimana, kecenderungan angka yang ada juga menampilkan nilai yang mengalami tren
penurunan ataupun berubah-ubah (fluktuatif). Angka return on assets (ROA) yang dimiliki perusahaan ini
di indikasi juga berdampak pada kebijakan hutang perusahaan yang di ukur melalui debt to equity ratio
(DER). Dalam hal ini, keberadaan informasi return on assets (ROA), memberi indikasi terjadinya tren
fluktuatif pada kebijakan hutang perusahaan tersebut.
Penelitian dalam kaitan dengan pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan
profitabilitas terhadap kebijakan hutang telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Diantaranya
yang dilakukan oleh Tjeleni (2013), dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial
kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 323
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian berlokasi di CV. Megah Sablon Jalan Logam No. 17 C Medan.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini ialah pelanggan CV. Megah Sablon Medan.
Sampel pada penelitian ini adalah pelanggan pada CV. Megah Sablon sebanyak 94 pelanggan.

Variabel dan Defenisi Operasional


Variabel Penelitian
Variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini terdiri atas :
a) Variabel Bebas (X1) yaitu people
b) Variabel Bebas (X2) yaitu proses
c) Variabel Terikat (Y) yaitu loyalitas pelanggan

Defenisi Operasional
People dalam jasa adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam menjalankan segala aktivitas
perusahaan dan merupakan faktor yang memegang peranan penting bagi semua organisasi.
Indicator terdiri dari :
1. Karyawan (Employee )
2. Budaya ( Culture )
3. Pelayanan Pelanggan ( Customer Service )

Process adalah cara proses dalam operasi jasa tersebut. Proses Merupakan gabungan semua
aktivitas, umumnya terdiri atas prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme, aktivitas, dan hal-hal rutin, di
mana jasa dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen.
Indicator terdiri dari:
1. Kebijakan
2. Prosedur
3. Mekanisasi
4. Keterlibatan karyawan dengan pelanggan

Loyalitas pelanggan adalah pelanggan membeli berulang kali secara teratur atau membeli produk
dengan merek yang sama.
Indicator terdiri dari :
1. Melakukan pembelian ulang secara teratur
2. Membeli antar lini produk atau jasa
3. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing
4. Mereferensikan kepada orang lain

Teknik Analisis Data


Analisi Regresi Linear berganda
Model análisis data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah model análisis Regresi
berganda. Peneliti menggunakan Regresi linear berganda karena model ini berguna untuk mencari
pengaruh antara dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat yang ada. Model persamaan
regresi berganda adalah :
Y = a + b1.X1 + b2.X2 + b3.X3 + e
Keterangan:
Y = Kebijakan Hutang
a = Konstanta
X1 = Kepemilikan Manajerial
X2 = Kepemilikan Institusional
X3 = Profitabilitas (return on assets/ROA)
b1-b3= Koefisien regresi masing-masing variabel bebas (X1, X2, dan X3)
e = Kesalahan (error)

Koefisien Determinasi (R2)

324 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Hasil Penelitian Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur proporsi atau presntasi
sumbangan variabel bebas yang dteliti yaitu Kepemilikan Manajerial (X1), Kepemilikan Institusional (X2)
dan Profitabilitas (return on assets/ROA) (X3) terhadap Kebijakan Hutang (Y). Koefisien determinasi
berkisar antara 0 sampai dengan 1. Hal ini apabila R2 = 0 menunjukan ketidakmampuan variabel
independen dalam mempengaruhi variabel dependen. Bila R2 mendekati 1 menunjukan kemampuan
variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen.

Uji Hipotesis
Untuk mengetahui signifikansi dari hipotesa dala penelitian ini maka perlu dilakukan beberapa uji
sebagai berikut :

1. Uji F
Uji F statistik menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
Jika nilai Fhitung lebih besar daripada Ftabel, maka hipotesis diterima artinya bahwa semua variabel
independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (α = 5%).
Kriteria uji signifikansi simultan (Uji F) adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikasi F > 0,05 atau Fhitung < Ftabel, maka hipotesis ditolak. Ini berarti bahwa secara
bersama-sama seluruh variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen.
2. Jika nilai signifikansi F ≤ 0,05 atau F hitung > Ftabel, maka hipotesis diterima. Ini berarti bahwa secara
bersama-sama seluruh variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen.
2. Uji t
Uji t statistik menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen, jika nilai t statistik hitung lebih tinggi
dibandingkan ttabel, maka hipotesis diterima. Hal ini menyatakan bahwa suatu variabel independen secara
individual mempengaruhi variabel dependen.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (α = 5%). Kriteria uji
signifikansi individual (Uji t) adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikansi t > 0,05 maka hipotesis ditolak. Ini berarti bahwa secara parsial variabel
independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai signifikansi t ≤ 0,05 maka maka hipotesis diterima. Ini berarti bahwa secara parsial seluruh
variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Metode Persamaan Regresi Berganda
Persamaan regresi berganda secara umum adalah:
Y = 1,121 + 20,207 X1 - 0,470 X2 - 1,712 X3
Kepemilikan manajerial (X1) sebagai variabel independen memiliki koefisien bertanda positif
sebesar 20,207 yang berarti bahwa kepemilikan manajerial (X1) memiliki hubungan positif terhadap
kebijakan hutang (DER/Y) pada perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2013 - 2015. Hal ini juga bermakna bahwa bila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak
berubah), maka perubahan kepemilikan manajerial (X1) sebesar 1 (satu) satuan akan meningkatkan
kebijakan hutang yang diproksi dengan debt to equity ratio dividen (DER/Y) sebesar 20,207 satuan.
Kepemilikan institusional (X2) sebagai variabel independen memiliki koefisien bertanda negatif
sebesar 0,470 yang berarti bahwa kepemilikan institusional (X2) memiliki hubungan negatif terhadap
kebijakan hutang (DER/Y) pada perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2013 - 2015. Hal ini juga bermakna bahwa bila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak
berubah), maka perubahan kepemilikan institusional (X2).
Koefisien Determinasi (R2)

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 325
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 2
Hasil Uji Koefisien Determinasi (adjusted R square)
Model Summaryb

Mode R
R Adjusted R Std. Error of the
l Square Square Estimate
1 ,79 ,6 ,597 ,21489
5a 3
a. Predictors: (Constant), ROA, KM, KI
b. Dependent Variable: DER 2
Sumber: data diolah, 2016
Hasil perhitungan diketahui bahwa nilai adjusted R square pada model regresi yang dipergunakan
pada penelitian ini sebesar 0,597. Hal ini menunjukkan bahwa dari variabel-variabel bebas yang terdiri
dari kepemilikan manajerial (X1), kepemilikan institusional (X2) dan profitabilitas yang diproksi dengan
return on assets (ROA/X3), memberikan kemampuan dalam menjelaskan atau mempengaruhi variabel
dependen kebijakan hutang yang diproksi dengan debt to equity ratio dividen (DER/Y) sebesar 59,70 %,
sedangkan sisanya 40,30 % merupakan pengaruh dari variabel-variabel bebas lainnya yang tidak menjadi
bagian dalam penelitian ini.

Pengujian Hipotesis
1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan Menggunakan Uji F
Hasil uji signifikansi simultan dapat dilihat tabel berikut :
Tabel 3
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F Statistik)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 2,533 3 ,844 18,284 ,000b

1 Residual 1,478 32 ,046

Total 4,011 35
a. Dependent Variable: DER
b. Predictors: (Constant), ROA, KM, KI
Sumber: data diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 3 diatas, diketahui nilai Fhitung sebesar 18,284 sedangkan nilai probabilitas
signifikansinya sebesar 0,000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai Fhitung > Ftabel (18,284 > 2,89)
dan juga nilai probabilitas signifikansinya < α = 0,05 (0,000 < 0,05). Hal ini memberikan makna bahwa
variabel bebas yang terdiri dari kepemilikan manajerial (X1), kepemilikan institusional (X2) dan
profitabilitas yang diproksi dengan return on assets (ROA/X3) berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen kebijakan hutang yang diproksi dengan debt to equity ratio dividen (DER/Y) pada perusahaan
consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013 - 2015.

2. Pengujian Hipotesis secara Parsial Menggunakan Uji t


a. Pengaruh X1 terhadap Y
Nilai thitung dari variabel independen kepemilikan manajerial (X1) sebesar 2,685 yang bertanda
positif yang artinya keputusan hipotesis berada di sisi kanan dari kurva keputusan hipotesis dan juga
memiliki nilai probabilitas signikansi sebesar 0,011. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa
kepemilikan manajerial (X1) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang
(DER/Y), dimana nilai thitung > ttabel (2,685 > 2,0345) dan juga nilai probabilitas signifikansinya < α
= 0,05 (0,011 < 0,05).
b. Pengaruh X2 terhadap Y
Nilai thitung dari variabel independen kepemilikan institusional (X2) sebesar 1,786 yang
bertanda negatif yang artinya keputusan hipotesis berada di sisi kiri dari kurva keputusan hipotesis dan
juga memiliki nilai probabilitas signikansi sebesar 0,084. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan
bahwa kepemilikan manajerial (X1) secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
kebijakan hutang (DER/Y), dimana nilai thitung < ttabel (1,786 < 2,0345) dan juga nilai
probabilitas signifikansinya > α = 0,05 (0,084 > 0,05).
c. Pengaruh X3 terhadap Y
Nilai thitung dari variabel independen profitabilitas yang diproksi dengan return on assets
(ROA/X3) sebesar 4,218 yang bertanda negatif yang artinya keputusan hipotesis berada di sisi kiri dari
kurva keputusan hipotesis dan juga memiliki nilai probabilitas signikansi sebesar 0,000. Berdasarkan
hasil tersebut dapat dikatakan bahwa profitabilitas yang diproksi dengan return on assets (ROA/X3)

326 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang (DER/Y), dimana nilai
thitung > ttabel (4,218 > 2,0345) dan juga nilai probabilitas signifikansinya < α = 0,05 (0,000 < 0,05).

Pembahasan Hasil Penelitian


Hipotesis pertama (H1) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil uji signifikansi parsial yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa kepemilikan manajerial secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan
hutang, dimana nilai thitung > ttabel (2,685 > 2,0345) dan juga nilai probabilitas signifikansinya < α =
0,05 (0,011 < 0,05). Artinya hipotesis pertama (H1) dalam penelitian ini dapat diterima.
Secara deskriptif juga memperlihatkan bahwa kepemilikan manajerial sebagai unsur penerapan tata
kelola perusahaan baik pada perusahaan consumer goods yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2013 - 2015 memiliki nilai yang bervariasi diantara sesama perusahaan dalam kategori tersebut.
Demikian halnya juga pada kebijakan hutang perusahaan yang juga menunjukkan nilai yang bervariasi
pada tiap perusahaannya dikurun waktu tersebut.
Hasil pada penelitian ini sejalan dengan hasil yang diperoleh Tjeleni (2013) dan Ginting (2012),
yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil yang didapat oleh Murtiningtyas (2012), Wahyu
(2011) dan Larasati (2011) yang menyatakan hal sebaliknya.
Hasil ini juga sejalan dengan logika teori keagenan yang dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
semakin besar porsi kepemilikan manajerial pada suatu perusahaan mengakibatkan semakin besarnya
kontrol dari pihak manajemen perusahaan dalam kebijakan hutangnya. Sehingga, hal tersebut dapat
memberikan pengendalian yang baik pada kebijakan hutang perusahaan, khususnya yang memiliki
potensi risiko.
Hipotesis kedua (H2) menyatakan bahwa kepemilikan institusional secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil uji signifikansi parsial yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa kepemilikan institusional secara parsial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
kebijakan hutang, dimana nilai thitung < ttabel (1,786 < 2,0345) dan juga nilai probabilitas
signifikansinya > α = 0,05 (0,084 > 0,05). Artinya hipotesis kedua (H2) dalam penelitian ini dapat
ditolak.
Secara deskriptif juga memperlihatkan bahwa kepemilikan institusional sebagai unsur penerapan
tata kelola perusahaan baik pada perusahaan consumer goods yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2013 - 2015 memiliki nilai yang bervariasi diantara sesama perusahaan dalam kategori
tersebut. Demikian halnya juga pada kebijakan hutang perusahaan yang juga menunjukkan nilai yang
bervariasi pada tiap perusahaannya dikurun waktu tersebut.
Hasil pada penelitian ini sejalan dengan hasil yang diperoleh Larasati (2011) dan Ginting (2012),
yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil yang didapat oleh Murtiningtyas (2012), Tjeleni
(2013) dan Wahyu (2011) dan yang menyatakan hal sebaliknya.
Hasil ini juga sejalan dengan logika teori keagenan yang dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
semakin besar porsi kepemilikan institusional pada suatu perusahaan mengakibatkan semakin besarnya
kontrol dari pihak institusional perusahaan dalam kebijakan hutangnya. Sehingga, hal tersebut juga dapat
memberikan pengendalian yang baik pada kebijakan hutang perusahaan, terkhusus pada potensi risiko
hutang yang tinggi.
Hipotesis ketiga (H3) menyatakan bahwa profitabilitas secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan hutang. Hasil uji signifikansi parsial yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
profitabilitas secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang, dimana
nilai thitung > ttabel (4,218 > 2,0345) dan juga nilai probabilitas signifikansinya < α = 0,05
(0,000 < 0,05). Artinya hipotesis ketiga (H3) dalam penelitian ini dapat diterima.
Secara deskriptif juga memperlihatkan bahwa profitabilitas yang diproksi dengan return on assets
sebagai unsur yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui pengelolaan
asetnya, pada perusahaan consumer goods yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 -
2015 memiliki nilai yang bervariasi diantara sesama perusahaan dalam kategori tersebut. Demikian
halnya juga pada kebijakan hutang perusahaan yang juga menunjukkan nilai yang bervariasi pada tiap
perusahaannya dikurun waktu tersebut.
Hasil pada penelitian ini sejalan dengan hasil yang diperoleh Larasati (2011) dan Ginting (2012),
yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil yang didapat oleh Murtiningtyas (2012), Tjeleni
(2013) dan Wahyu (2011) dan yang menyatakan hal sebaliknya.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 327
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Hasil ini juga sejalan dengan logika teori keagenan yang dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
semakin besar porsi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui pengelolaan asetnya
mengakibatkan semakin baiknya kesempatan bagi pihak perusahaan dalam mengatur kebijakan
hutangnya. Sehingga, hal tersebut juga dapat memberikan pengendalian yang baik pada kebijakan hutang
perusahaan.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan dalam kaitan dengan pengaruh kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional dan profitabilitas terhadap kebijakan hutang pada perusahaan
consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2013 - 2015, maka dapat
disimpulkan hal sebagai berikut:
1. Kepemilikan manajerial secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan
hutang pada perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2013 -
2015. Hal ini berdasarkan hasil uji parsial yang menunjukkan nilai thitung > ttabel (2,685 > 2,0345)
dan nilai probabilitas signifikansi pada uji ini < α = 0,05 (0,011 < 0,05).
2. Kepemilikan institusional secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
kebijakan hutang pada perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2013 - 2015. Hal ini berdasarkan hasil uji parsial yang menunjukkan nilai thitung < ttabel
(1,786 < 2,0345) dan nilai probabilitas signifikansi pada uji ini > α = 0,05 (0,084 > 0,05).
3. Profitabilitas dengan proksi return on assets (ROA) secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kebijakan hutang pada perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode tahun 2013 - 2015. Hal ini berdasarkan hasil uji parsial yang menunjukkan nilai
thitung > ttabel (4,218 > 2,0345) dan nilai probabilitas signifikansi pada uji ini < α = 0,05 (0,000
< 0,05).
4. Secara simultan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan profitabilitas dengan
proksi return on assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan
consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2013 - 2015. Hal ini
berdasarkan hasil uji simultan yang menunjukkan nilai Fhitung > Ftabel (18,284 > 2,89) serta nilai
probabilitas signifikansinya < α = 0,05 (0,000 < 0,05).
5. Besarnya kemampuan pengaruh yang diberikan oleh variabel kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional dan profitabilitas dengan proksi return on assets (ROA) terhadap kebijakan
hutang pada perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2013 -
2015 adalah sebesar 59,70 % (nilai adjusted R square).

DAFTAR PUSTAKA
Brigham, Eugene F. dan Houston, F. Joel. 2012. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan. Jakarta:
Erlangga.
Claessens, et.al. 2002. Expropriation of Minority hareholders: Evidence from East Asia. TheJournal of
Financial.
Crutchley, Claire and Robert S. Hansen. 1999. A Test of Agency Theory of Manajerial Ownership,
Corporate Leverage, And Corporate Devidens, Financial Management 18, 36-46.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS 21, Cetakan Ketujuh.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Halim, Abdul dan Supomo, Bambang. 2008. Akuntansi Manajemen. Edisi Kesatu. Yogyakarta: BPFE
Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi.
Harahap, Sofyan Safri. 2013.Analisis Kritis Terhadap Laporan Keuangan. Edisi Revisi.Jakarta:Penerbit
Raja Grafindo Persada.
Hartoro, dan Atahau. 2007. Analisis Interdependensi Insider Ownership, Tingkat Hutang, dan Dividen
Perusahaan secara Simultan di Indonesia Periode 1990-1992 dan 2000-2003. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis. Vol. XIII, No.1, Maret: 1-19.
Jensen M. and W. Meckling. 1976. Theoryof the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and
Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Vol. 3. No. 4
Kasmir. 2012. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: Penerbit Kencana. Keown,et,al. 2008. Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan. Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada

328 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Kieso. E. Donald, et.al. 2008. Akuntansi Intermediate. Edisi Keduabelas. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Larasati, Eva. 2011. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Kebijakan
Dividen Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Ekonomi Bisnis. Vol. 16, No. 2.
Melinda, Fong Ida. 2008. Interdepensi Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional serta
Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan. Jurnal Manajemen & Bisnis. Vol 7, No. 2, September,
hal. 153-168.
Moh’d, Mahmoud. A., Larry. G. Perry., dan James N. Rimbey. 1998. The Impact of Ownership Structure
On Corporate Debt Policy : A Time Series Cross Sectional Analysis. Financial Review. August.
Vol. 33.
Pakpahan, Ayu Theresia. 2012. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor
Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011). Jurnal. Universitas
Gunadarma. Jakarta
Putra, Surya Andhika. 2013. Analisis pengaruh Ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, dan
Kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan Serta dampaknya terhadap nilai perusahaan
(Studi terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2007- 2011). Jurnal.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Riyanto, Bambang. 2009. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: Penerbit BPFE.
Ross, Westerfield, and Jeff, Jordan. 2006. Corporate Finance Fundamentals. Seventh Edition. New
York: McGraw-Hill Education
Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit BPFE.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kedua. Bandung: CV. Alfabeta.
Tarjo. 2008. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusiona dan Leverage Terhadap Manajemen Laba,
Nilai Pemegang saham serta Cost of Equity Capital.Simposium Nasional Akuntansi XI.
Pontianak.
Tjeleni, Indra E. 2013. Kepemilikan Manajerial Dan Institusional Pengaruhnya Terhadap Kebijakan
Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. JurnalEMBA. Vol.1 No.3
September 2013, Hal. 129-139 ISSN 2303-1174.
Wahyu, Bagus Guntur. 2011. Pengaruh Kepemilikan Managerial dan Kepemilikan Institusional Terhadap
Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia.Jurnal. Semarang: Universitas
Diponegoro

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 329
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PENGARUH BAURAN PEMASARAN JASA DALAM


MENINGKATKAN LOYALITAS PELANGGAN PENGGUNA JASA
PADA CV. BIRU UTAMA MEDAN

Selvi Aristantya

Institut Teknologi Dan Bisnis Sumatera Utara


selviaristantya26@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari people dan process
dalam meningkatkan loyalitas pelanggan pengguna jasa pada CV. Biru Utama Medan.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif, unit analisis dalam
penelitian ini adalah CV. Biru Utama Medan serta unit observasinya adalah pelanggan pada CV.
Biru Utama Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan pada CV. Biru Utama
Medan sebanyak 94 pelanggan toko. Teknik penentuan jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik sampling jenuh dan berjumlah sebanyak 94 pelanggan. Metode
penelitian yang digunakan yakni dengan teknik pengumpulan data melalui penelitian
kepustakaan dan penelitian lapangan yang dilakukan secara sistematik berdasarkan tujuan
penelitian. Metode analisis yang digunakan untuk memecahkan permasalahan dan membuktikan
hipotesis adalah dengan analisis deskriptif, analisis regresi. Analisis ini mencakup: validitas dan
realiabilitas, uji asumsi klasik, analisis regresi berganda, pengujian hipotesis melalui uji t dan f,
dan uji koefisien determinasi (R2).
Dari analisis tersebut diperoleh analisis regresi Y = 2,922 + 0,540X1 + 0,366X2 + e. Hasil uji
koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa 36,8% variabel loyalitas pelanggan dipengaruhi
oleh variabel people dan process, sedangkan sisanya sebesar 63,2% dijelaskan oleh pengaruh
faktor lain atau variabel di luar model seperti periklanan, saluran distribusi, harga, dan lainnya
yang tidak dibahas di dalam penelitian ini. Hasil uji F menunjukkan bahwa F hitung > Ftabel yaitu
26,482 > 3.10 yang berarti variabel bebas (people dan process) secara serempak berpengaruh
terhadap variabel terikat (loyalitas pelanggan). Sedangkan uji t menunjukkan bahwa variabel
people berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan pengguna jasa pada
CV. Biru Utama Medan dimana thitung 4,913 > ttabel 1.661 dan variabel process berpengaruh
positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan pengguna jasa pada CV. Biru Utama Medan
dimana thitung 3,897 > ttabel 1.661.
Kata kunci : People, Process, Loyalitas Pelanggan

ABSTRACT
This study aims to determine how much influence the people and process have in increasing
customer loyalty of service users on the CV. Medan Utama Blue.
The research methodology used is quantitative descriptive method, the unit of analysis in this
study is the CV. Biru Utama Medan and its observation units are customers at CV. Medan
Utama Blue. The population in this study are customers in the CV. Biru Utama Medan as many
as 94 store customers. The technique to determine the number of samples used in this study is the
saturation sampling technique and there are 94 customers. The research method used is the
technique of collecting data through library research and field research conducted
systematically based on research objectives. The analytical method used to solve problems and
prove hypotheses is descriptive analysis, regression analysis. This analysis includes: validity and
reliability, classic assumption tests, multiple regression analysis, testing hypotheses through t
and f tests, and the coefficient of determination (R2) test.
From this analysis a regression analysis of Y = 2,922 + 0,540X1 + 0,366X2 + e is obtained. The
coefficient of determination test results (R2) shows that 36.8% of customer loyalty variables are
influenced by people and process variables, while the remaining 63.2% is explained by the
influence of other factors or variables outside the model such as advertising, distribution
channels, prices, etc. which is not discussed in this study. F test results show that Fcount>

330 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Ftable is 26.482> 3.10 which means that the independent variables (people and process)
simultaneously affect the dependent variable (customer loyalty). While the t test shows that the
people variable has a positive and significant effect on customer service customer loyalty on the
CV. Biru Utama Medan where tcount 4,913> t table 1,661 and the process variable has a
positive and significant effect on customer loyalty of service users on CV. Biru Utama Medan,
where tcount 3.897> t table 1.661.
Keywords: People, Process, Customer Loyalty

PENDAHULUAN
Perkembangan dunia bisnis sekarang ini tampak semakin mengalami kemajuan yang sangat pesat
baik yang bergerak di bidang perdagangan, manufaktur, maupun yang bergerak di bidang jasa akan selalu
berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya secara efektif dan efisien. Dalam pencapaian
tersebut bukan hal yang mudah untuk dicapai begitu saja oleh perusahaan. Persoalan tersebut menuntut
manajemen untuk merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, serta pengawasan sumber daya yang
dimiliki secara tepat dan berhasil guna. Oleh karena itu hal ini merupakan suatu tantangan sendiri bagi
manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaannya dengan mencari berbagai solusi untuk mengatasi
masalah yang dihadapi.
Pelayanan yang baik dari penyedia jasa (people) akan membentuk suatu physical evidence pada
pelanggan akibat proses pemberian jasa yang dilakukan dengan baik. Dari physical evidence yang telah
terbentuk memungkinkan untuk peningkatan jumlah pelanggan yang ingin menggunakan jasa layanan
yang sama. Mengelola mutu jasa terdapat suatu strategi yang dapat ditempuh dalam memenangkan
persaingan dengan pesaing usaha yaitu dengan cara meyampaikan layanan yang bermutu tinggi secara
konsisten dibanding para pesaing dan lebih tinggi daripada harapan pelanggan.
Harapan pelanggan tersebut tercermin pada pelayanan yang baik, ramah tamah, sopan santun,
ketepatan waktu, dan kecepatan menjadi nilai penting yang diharapkan oleh para pelanggan. Pelanggan
yang merasa puas secara tidak langsung akan mendorong terjadinya rekomendasi dari mulut ke mulut,
bahkan dapat memperbaiki citra perusahaan di mata konsumen. Oleh karena itu, kualitas penyedia jasa
dan proses penjualan harus menjadi fokus utama perhatian perusahaan karena dapat menciptakan
loyalitas pelanggan.
CV. Biru Utama merupakan perusahaan penyedia jasa sablon kantongan plastik. CV. Biru Utama
didirikan pada tahun 1990. Lokasi CV. Biru Utama teletak di Jalan Logam No. 17 C Medan, Sumatera
Utara. Pada tahap permulaan didirikannya CV. Biru Utama hanya menyablon plastik putih jenis PP
(polypropylene). Namun pada awal tahun 1992 CV. Biru Utama mulai menyablon kantongan plastik jenis
HD (High Density) untuk kebutuhan konsumsi di Sumatera Utara.
PP adalah jenis plastik yang biasa digunakan untuk pembungkus makanan kering, sedotan plastik,
kantong obat, dll. Sedangkan HD adalah jenis plastik yang berwarna putih susu bersih, biasa digunakan
untuk kantong tissue, botol deterjen, minyak, plastik anti panas dan kantong plastik biasa untuk sayur
makanan yang berkuah karena tingkat fleksibel sangat tinggi.
CV. Biru Utama memperkenalkan kepada masyarakat bahwa peran jasa dalam industri sablon
plastik semakin pesat. Untuk menarik minat pelanggan agar melakukan pembelian di CV. Biru Utama
membutuhkan kualitas dari pegawai dan proses kerja yang cepat. Berikut ini adalah penjualan perusahaan
seperti pada Tabel 1.1.
Tabel 1
Data Penjualan CV. Megah Sablon Medan Tahun 2013 – Tahun 2016
Tahun Total Penjualan Jumlah
2013 Rp. 1.494.000.000 64.956 Kg
2014 Rp. 1.080.000.000 46.956 Kg
2015 Rp. 960.000.000 41.736 Kg
2016 Rp. 888.000.000 38.604 Kg
Sumber : CV. Megah Sablon Medan, 2017
Dari tabel 1.1 di atas, diketahui penjualan jasa mengalami penurunan dari tahun 2013 sampai
dengan tahun 2016. Hal ini mencerminkan rendahkan loyalitas pelanggan sehingga pelanggan beralih ke
perusahaan lain dalam hal penggunaan jasa tersebut. Usaha pemasaran yang dilakukan CV. Biru Utama
juga belum berdasarkan analisis pasar yang tepat dan tanpa melibatkan pelanggan sebagai objek analisis.
Sehingga usaha pemasaran yang dilakukan belum memberikan hasil yang maksimal. Pada saat ini peran
CV. Biru Utama semakin penting dan sangat diperlukan baik sebagai tempat penyedia jasa sablon

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 331
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

kantongan plastik. Perkembangan banyaknya kebutuhan seperti sekarang ini menumbuhkan semakin
banyak pula jasa sablon yang didirikan baik oleh perusahaan lain yang menambah semakin ketatnya
persaingan.
Perusahaan yang bergerak di bidang jasa konsumen dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan
dan perubahan-perubahan dari perilaku, sikap dan selera konsumen sehingga dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam menetapkan strategi pemasaran yang dapat memuaskan keinginan dan
kebutuhan konsumen. Untuk itulah analisis strategi pemasaran yang baik maupun terarah dapat
memberikan hasil yang positif bagi perusahaan dalam mencapai volume penjualan yang maksimal,
sangat diperlukan dalam membentuk dan mengembangkan kinerja perusahaan yang bergerak di bidang
jasa tersebut.
Hal ini memicu pada permasalahan loyalitas dari pelanggan dan respon emosi pelanggan pada
perusahaan tersebut. Dimana pendapatan perusahaan dan image perusahaan akan menurun dikarenakan
bisa jadi pelanggan akan berpaling ke perusahaan jasa lain yang memiliki keunggulan dalam fasilitasnya
dari perusahaan CV. Biru Utama. Karakteristik perusahaan yang menumbuhkan service loyalty salah
satunya adalah memberikan perhatian akan kelemahan perusahaannya dan selalu melihat kualitas service
dari pesaingnya untuk dapat meningkatkan pelayanan, sehingga pelanggan memberikan respon emosi
yang positif karena puas dan selalu melakukan pembelian jasa ulang serta menceritakan kepuasannya
kepada orang lain.

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian berlokasi di CV. Biru Utama Jalan Logam No. 17 C Medan.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini ialah pelanggan CV. Biru Utama Medan.
Sampel pada penelitian ini adalah pelanggan pada CV. Biru Utama sebanyak 94 pelanggan.

Variabel dan Defenisi Operasional


Variabel Penelitian
Variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini terdiri atas :
a) Variabel Bebas (X1) yaitu people
b) Variabel Bebas (X2) yaitu proses
c) Variabel Terikat (Y) yaitu loyalitas pelanggan

Defenisi Operasional
People dalam jasa adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam menjalankan segala aktivitas
perusahaan dan merupakan faktor yang memegang peranan penting bagi semua organisasi.
Indicator terdiri dari :
1. Karyawan (Employee )
2. Budaya ( Culture )
3. Pelayanan Pelanggan ( Customer Service )

Process adalah cara proses dalam operasi jasa tersebut. Proses Merupakan gabungan semua
aktivitas, umumnya terdiri atas prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme, aktivitas, dan hal-hal rutin, di
mana jasa dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen.
Indicator terdiri dari:
1. Kebijakan
2. Prosedur
3. Mekanisasi
4. Keterlibatan karyawan dengan pelanggan

Loyalitas pelanggan adalah pelanggan membeli berulang kali secara teratur atau membeli produk
dengan merek yang sama.
Indicator terdiri dari :
1. Melakukan pembelian ulang secara teratur
2. Membeli antar lini produk atau jasa
3. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing
4. Mereferensikan kepada orang lain

332 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Teknik Analisis Data


Analisi Regresi Linear berganda
Model análisis data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah model análisis Regresi
berganda. Peneliti menggunakan Regresi linear berganda karena model ini berguna untuk mencari
pengaruh antara dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat yang ada. Model persamaan
regresi berganda adalah :
Y = a + b1 X1 + b2 X 2 + e
Keterangan :

Y = Loyalitas Pelanggan (dependent variabel)


a = konstanta
X1 = People (independent variabel)
X2 = Process (independent variabel)
b1 = koefisien untuk variabel people
b2 = koefisien untuk variabel process
e = persentase kesalahan (5%)

Koefisien Determinasi (R2)


Hasil Penelitian Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur proporsi atau presntasi
sumbangan variabel bebas yang dteliti yaitu people (X1) dan process (X2) terhadap loyalitas pelanggan
(Y). Koefisien determinasi berkisar antara 0 sampai dengan 1. Hal ini apabila R2 = 0 menunjukan
ketidakmampuan variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen. Bila R2 mendekati 1
menunjukan kemampuan variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen.

Uji Hipotesis
Untuk mengetahui signifikansi dari hipotesa dala penelitian ini maka perlu dilakukan beberapa uji
sebagai berikut :

1. Uji F
Uji F statistik menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
Jika nilai Fhitung lebih besar daripada Ftabel, maka hipotesis diterima artinya bahwa semua variabel
independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (α = 5%).
Kriteria uji signifikansi simultan (Uji F) adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikasi F > 0,05 atau Fhitung < Ftabel, maka hipotesis ditolak. Ini berarti bahwa secara
bersama-sama seluruh variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen.
2. Jika nilai signifikansi F ≤ 0,05 atau F hitung > Ftabel, maka hipotesis diterima. Ini berarti bahwa secara
bersama-sama seluruh variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen.
2. Uji t
Uji t statistik menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen, jika nilai t statistik hitung lebih tinggi
dibandingkan ttabel, maka hipotesis diterima. Hal ini menyatakan bahwa suatu variabel independen secara
individual mempengaruhi variabel dependen.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (α = 5%). Kriteria uji
signifikansi individual (Uji t) adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikansi t > 0,05 maka hipotesis ditolak. Ini berarti bahwa secara parsial variabel
independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai signifikansi t ≤ 0,05 maka maka hipotesis diterima. Ini berarti bahwa secara parsial seluruh
variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Metode Persamaan Regresi Berganda
Persamaan regresi berganda secara umum adalah:
Y = 2,922 + 0,540X1 + 0,366X2 + e

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 333
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 1
Uji Analisis Regresi LinearBerganda
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 2.922 1.779 1.643 .104

PEOPLE .540 .110 .424 4.913 .000

PROCESS .366 .094 .336 3.897 .000

Koefisien 0,540 artinya jika setiap penambahan satu-satuan variabel people (X1) akan menyebabkan
loyalitas pelanggan bertambah sebesar 0,540 satu-satuan dengan kondisi faktor variabel process (X2)
dianggap konstan.
Koefisien 0,366 artinya jika setiap penambahan satu-satuan variabel process (X2) akan
menyebabkan loyalitas pelanggan bertambah sebesar 0,366 satu-satuan dengan kondisi faktor variabel
people (X1) dianggap konstan.

Koefisien Determinasi (R2)


Tabel 2
2
Uji Koefisien Determinasi (R )
Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .607a .368 .354 2.259


a. Predictors: (Constant), PROCESS, PEOPLE

b. Dependent Variable: LOYALITAS PELANGGAN


Hasil perhitungan diketahui bahwa koefisien determinasi R Square yang digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen adalah 0,368. Hal ini
menunjukkan bahwa 36,8% loyalitas pelanggan terhadap CV.Megah Sablon dipengaruhi oleh variabel
people dan process, sedangkan sisanya yaitu 63,2% dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
Pengujian Hipotesis
1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan Menggunakan Uji F
Hasil uji signifikansi simultan dapat dilihat tabel berikut :
Tabel 3
Uji F ( Uji Secara Simultan )
ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


26.48 .000
a
1 Regression 270.322 2 135.161 2
Residual 464.455 91 5.104

Total 734.777 93

a. Predictors: (Constant), PROCESS, PEOPLE

b. Dependent Variable: LOYALITAS PELANGGAN


Berdasarkan Tabel 3 diatas, diketahui nilai Fhitung sebesar 26,482 dengan tingkat signifikan 0,000.
Untuk tingkat keyakinan 95%, df1 = 2, dan df2 = 91 maka nilai Ftabel adalah 3,10. Oleh karena Fhitung
> Ftabel maka kriterianya adalah H1 Diterima sehingga dapat dinyatakan bahwa people dan process
secara serempak berpengaruh dan signifikan dalam meningkatkan loyalitas pelanggan pengguna jasa
pada CV. Biru Utama Medan.

2. Pengujian Hipotesis secara Parsial Menggunakan Uji t


a. Pengaruh X1 terhadap Y
Nilai thitung untuk variabel people adalah 4,913 dengan tingkat signifikan 0,000. Dengan derajat
bebas (df) sebesar 92 (n-k = 94 orang responden - 2 variabel) dan taraf sig = 5% maka nilai ttabel
adalah sebesar 1,661. Oleh karena nilai thitung > ttabel maka kriterianya adalah H1 diterima sehingga people

334 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

secara parsial berpengaruh dan signifikan dalam meningkatkan loyalitas pelanggan pengguna jasa pada
CV. Biru Utama Medan.

b. Pengaruh X2 terhadap Y
Nilai thitung untuk variabel process adalah 3,897 dengan tingkat signifikan 0,000. Dengan derajat
bebas (df) sebesar 92 (n-k = 94 orang responden - 2 variabel) dan taraf sig = 5% maka nilai ttabel
adalah sebesar 1,661. Oleh karena nilai thitung > ttabel maka kriterianya adalah H1 diterima sehingga process
secara parsial berpengaruh dan signifikan dalam meningkatkan loyalitas pelanggan pengguna jasa pada
CV. Biru Utama Medan.
Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil perhitungan diketahui bahwa koefisien determinasi R Square yang digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen adalah 0,368. Hal ini
menunjukkan bahwa 36,8% loyalitas pelanggan terhadap CV.Megah Sablon dipengaruhi oleh variabel
people dan process, sedangkan sisanya yaitu 63,2% dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
Hasil perhitungan diketahui Fhitung sebesar 26,482 dengan tingkat signifikan 0,000. Untuk tingkat
keyakinan 95%, df1 = 2, dan df2 = 91 maka nilai Ftabel adalah 3,10. Oleh karena Fhitung > Ftabel maka
kriterianya adalah H1 Diterima sehingga dapat dinyatakan bahwa people dan process secara serempak
berpengaruh dan signifikan dalam meningkatkan loyalitas pelanggan pengguna jasa pada CV. Biru
Utama Medan.
Hasil perhitungan diketahui nilai thitung untuk variabel people adalah 4,913 dengan tingkat signifikan
0,000. Dengan derajat bebas (df) sebesar 92 (n-k = 94 orang responden - 2 variabel) dan taraf sig =
5% maka nilai ttabel adalah sebesar 1,661. Oleh karena nilai thitung > ttabel maka kriterianya adalah H1
diterima sehingga people secara parsial berpengaruh dan signifikan dalam meningkatkan loyalitas
pelanggan pengguna jasa pada CV. Biru Utama Medan. Hasil perhitungan diketahui nilai thitung
untuk variabel process adalah 3,897 dengan tingkat signifikan 0,000. Dengan derajat bebas (df) sebesar
92 (n-k) = 94 orang responden -
Oleh karena nilai thitung > ttabel maka kriterianya adalah H1 diterima sehingga process secara parsial
berpengaruh dan signifikan dalam meningkatkan loyalitas pelanggan pengguna jasa pada CV. Biru
Utama Medan.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka penulis membuat beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Hasil penelitian ini menyatakan pengaruh people (X1) dan process (X2) terhadap loyalitas
pelanggan (Y) ditunjukkan dari hasil analisis regresi ganda Y = 2,922 + 0,540X1 + 0,366X2 + e.
Hal ini memberikan arti bahwa variabel people dan process secara bersama-sama mempunyai
pengaruh yang positif terhadap loyalitas pelanggan.
2. Hasil Uji t menunjukkan bahwa people secara parsial memiliki pengaruh positif dan signifikan
dalam meningkatkan loyalitas pelanggan pengguna jasa pada CV. Biru Utama Medan karena nilai
thitung sebesar 4,913 lebih besar dari nilai ttabel yang sebesar 1.661.
3. Hasil Uji t menunjukkan bahwa process secara parsial memiliki pengaruh positif dan signifikan dalam
meningkatkan loyalitas pelanggan pengguna jasa pada CV. Biru Utama Medan karena nilai thitung
sebesar 3,897 lebih besar dari nilai ttabel yang sebesar 1.661.
4. Hasil Uji F menunjukkan bahwa people dan process secara serempak berpengaruh dalam
meningkatkan loyalitas pelanggan pengguna jasa pada CV. Biru Utama Medan karena nilai Fhitung
sebesar 26,482 lebih besar dari Ftabel yang sebesar 3.10.
5. Hasil uji koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa nilai R Square yang diperoleh adalah 0,368,
yang berarti 36,8% variabel loyalitas pelanggan dipengaruhi oleh variabel people dan process,
sedangkan sisanya sebesar 63,2% dijelaskan oleh pengaruh faktor lain atau variabel di luar model
seperti periklanan, saluran distribusi, harga, dan lainnya yang tidak dibahas di dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Alma, H. Buchari. 2007. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: CV. Alfabeta
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Daryanto. 2011. Sari Kuliah Manajemen Pemasaran. Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 335
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Enggel D. Blackwell, James F Paul W. Minirad, 2003, Perilaku Konsumen, Edisi Keenam, Binarupa
Aksara, Jakarta.
Foster, Bob. 2008. Manajemen Ritel. Bandung: Alfabeta.
Gaffar, Vanessa. 2007. Customer Relationship Management and Marketing Public Relations. Alfabeta:
Bandung
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS 19. Cetakan Kelima.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Griffin, Jill. 2005. Customer Loyalty. Edisi Revisi, Jakarta: Erlangga.
Hurriyati, Ratih. 2005. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung: CV. Alfabeta.
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran, Jilid 1 dan 2, Jakarta: PT.Indeks Kelompok Gramedia.
___________dan Gary Amstrong. 2012. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi Ketiga. Jilid Satu. Jakarta:
Erlangga.
___________ dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran Jilid 1, Edisi Kesembilan,
Terjemahan Drs.Alexander Sindoro. Jakarta: PT.Indeks.
___________ dan Kevin Lane Keller. 2013. Manajemen Pemasaran, Jilid-2, Edisi-13. Penerjemah Bob
Sabran. Jakarta: Erlangga.
Lupiyoadi, Rambat dan Hamdani, A. 2008. Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba
Empat.
Priyatno, Duwi. 2013. Mandiri Belajar Analisis Data Dengan SPSS, Cetakan Pertama. Yogyakarta:
Mediakom.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.
Tjiptono, Fandy. 2000. Manajemen Jasa. Penerbit: Andi. Yogyakarta.
_____________. 2011. Pemasaran Jasa. Bayumedia. Malang
Zeithaml, Valerie A, Bitner & Gremler. 2008. Service Marketing. The McGraw Hill Companies, Inc.
_________________________________. 2013. Service Marketing – Intergrating Customer Focus
Across The Firm, Sixth Edition. New York: McGraw Hill
Widjaja, Amin Tunggal Drs., Ak. MBA. 2008. Dasar-dasar Customer Relationship Management (CRM).
Jakarta: Harvindo.

336 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Pemenuhan Kebutuhan Tertinggi Esteem Needs dan Self Actualization


serta Tipe Kepemimpinan terhadap Produktivitas Kerja Karyawan

New Vita Mey Destty Marbun1, Poltak Evencus Hutajulu2, Annaba Sari Siregar3

1,2,3
Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan
1
vitamarbun@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tipe kepemimpinan serta pemenuhan
kebutuhan tertinggi (esteem needs dan self actualization, teori Maslow) secara parsial maupun
simultan terhadap produktivitas kerja karyawan. Metode yang digunakan adalah analisis regresi
linier berganda dan pengujian hipotesis dengan t-test dan F-test. Dari t-test diperoleh bahwa
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tipe kepemimpinan dengan produktivitas kerja
karyawan, dengan nilai sig sebesar 0,153 > 0.05, dan t hitung – 1.445 < t tabel 1,998; terdapat
pengaruh yang signifikan antara pemenuhan kebutuhan tertinggi (esteem needs dan self
actualization) terhadap produktivitas kerja karyawan, dengan nilai sig sebesar 0,000 < 0.05, dan
nilai t hitung 8.490 > t tabel 1,998. Sementara pada F-test diperoleh bahwa terdapat pengaruh
tipe kepemimpinan dan pemenuhan kebutuhan tertinggi secara simultan terhadap produktivitas
kerja karyawan, dengan nilai sig sebesar 0.000 < 0.05 dan nilai F hitung 46.008 > 3.14. Model
regresi linier berganda diperoleh Y = 16.380 + (- 0.137 )X1 + 0.731X2 dengan koefisien
determinasi (R2) sebesar 0.594. Dengan demikian berdasarkan data penelitian ini, pada PKS PT.
XX yang berpengaruh signifikan terhadap produktivitass karyawan adalah pemenuhan
kebutuhan tertinggi (esteem needs dan self actualization) sementara tipe kepemimpinan hanya
berpengaruh terhadap produktivitass karyawan secara simultan bersama-sama dengan
pemenuhan kebutuhan tertinggi.
Kata kunci: kepemimpinan, esteem needs dan self actualization, produktivitas, uji hipotesis

ABSTRACT
This study aims to determine the influence of leadership type and fulfillment of the highest needs
(esteem needs and self actualization: Maslow's theory) to employee productivity partially and
simultaneously through hypothesis testing. The relationship between independent and dependent
variable showed by multiple linear regression models. From the t-test it was found that there
was no significant influence between the types of leadership with employee productivity, with a
sig value of 0.153> 0.05, and t score of - 1.445 < t table 1.998. With the t-test it was also found
that there was a significant influence between the fulfillment of the highest needs with employee
productivity, with a sig value of 0,000 <0.05, and a calculated t score of 8,490 > t table 1,998.
While the F-test found that there is an influence of the type of leadership and fulfillment of the
highest needs with employee productivity simultaneously, with a sig value of 0,000 <0.05 and an
calculated F score of 46.008> 3.14. Multiple linear regression model obtained Y = 16.380 + (-
0.137)X1 + 0.731X2 with a coefficient of determination (R2) of 0.594. Thus based on this
research data, the employee productivity of PKS PT. XX significantly influenced by the
fulfillment of the highest needs (esteem needs and self actualization) while the type of leadership
only has a significant influence to employee productivity simultaneously with the fulfillment of
the highest needs.
Keywords: Leadership Type, Esteem Needs, Self Actualization, Productivity, Hypothesis Testing

PENDAHULUAN
Produktivitas kerja karyawan merupakan faktor yang sangat penting untuk mendukung keberhasilan
suatu usaha termasuk Pabrik Kelapa Sawit dalam mencapai tujuannya. Menurut J. Ravianto (dalam
Krisna, 2015:11) produktivitas kerja adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 337
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

karyawan persatuan waktu [1]. Produktivitas adalah perbandingan antara output (hasil) dengan input
(masukan). Dari pengertian ini dapat disimpulkan input (masukan) sangat mempengaruhi besarnya
produktivitas. Peningkatan produktivitas dimungkinkan oleh adanya peningkatan efisiensi penggunaan
input (waktu-bahan-tenaga kerja) dan sistem kerja, teknik produksi serta adanya peningkatan
keterampilan dari tenaga kerja. Tenaga kerja menjadi faktor kunci untuk pencapaian produktivitas yang
tinggi.
Tokoh-tokoh manajemen berupaya mengatasi masalah organisasi seperti efektivitas dan efisiensi
kerja serta produktivitas dengan melihat dari sisi tingkah laku pekerja. Teori Hierarchy of Needs (Hirarki
Kebutuhan) oleh Abraham Maslow menyatakan bahwa kebutuhan manusia memiliki tingkatan/hirarki,
mulai yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri).
Hierarchy of needs menyatakan bahwa manusia memiliki 5 macam kebutuhan: physiological needs
(kebutuhan fisiologis), safety and security needs (kebutuhan akan rasa aman), love and belonging needs
(kebutuhan akan rasa kasih sayang dan memiliki), esteem needs (kebutuhan akan harga diri), dan self-
actualization (kebutuhan akan aktualisasi diri). Jika kebutuhan paling dasar (kebutuhan fisiologis)
terpenuhi, maka proses untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi dapat berlanjut (sesuai hirarki) [2].
Frederick Herzberg membagi kebutuhan Maslow menjadi dua bagian yaitu kebutuhan tingkat rendah
(fisik, rasa aman, dan sosial) atau disebut dengan hygiene factors dan kebutuhan tingkat tinggi (harga diri
dan aktualisasi diri) atau disebut dengan motivational factors serta mengemukakan bahwa cara terbaik
untuk memotivasi individu untuk bekerja dengan produktif adalah dengan memenuhi kebutuhan tingkat
tingginya. Faktor higiene tidak akan mendorong minat para pegawai untuk berkinerja baik, faktor-faktor
itu dapat menjadi sumber ketidakpuasan potensial. Sedangkan faktor motivasi merupakan faktor yang
mendorong semangat guna mencapai kinerja yang lebih tinggi [3].
Selain faktor tenaga kerja, kepemimpinan juga menjadi kunci dalam mendorong tenaga kerja untuk
produktif. Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku yang konsisten ditunjukkan dan sebagai yang
diketahui oleh pihak lain ketika seseorang berusaha mempengaruhi kegiatan-kegiatan orang lain [3].
Gaya Kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut
mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Agar dapat mempengaruhi perilaku tenaga kerja maka
seorang pemimpin perlu menerapkan tipe kepemimpinan yang tepat sesuai dengan perilaku bawahannya.
Tokoh manajemen Douglas McGregor mengemukakan strategi kepemimpinan efektif dengan
menggunakan konsep manajemen partisipasi yakni teori X dan Y. Menurut teori X untuk memotivasi
karyawan harus dilakukan dengan cara pengawasan yang ketat, dipaksa dan diarahkan supaya mereka
mau bekerja sungguh-sungguh. Menurut teori Y untuk memotivasi karyawan dilakukan dengan cara
peningkatan partisipasi karyawan, kerjasama dan keterikatan pada keputusan [3].
Pabrik Kelapa Sawit PT XX mengalami penurunan tingkat produktivitas kerja karyawan dari tahun
(2014-2017) dilihat dari total volume produksi per jam olah (jam tenaga kerja). Data tahun 2014 volume
produksi sebanyak 71,366,581 ton dengan jam olah 5,436 jam, tahun 2015 sebesar 67,551,347 ton
dengan jam olah 5,736 jam, tahun 2016 total 51,091,666 ton dengan jam olah 5,085.5 jam, pada tahun
2017 volume produksi sebesar 41,046,527 ton dengan jam olah 5,386 am, dan pada tahun 2018 menjadi
48,601,430 Ton dengan jam olah 5,080 jam.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh tipe kepemimpinan
terhadap motivasi karyawan. Purnama (2012) telah menggunakan analisis kualitatif pendekatan konsep
manajemen personalia dan dari pengolahan data untuk mengetahui besarnya pengaruh gaya
kepemimpinan terhadap produktivitas kerja karyawan bagian bengkel, dan disimpulkan bahwa gaya
kepemimpinan berpengaruh positif terhadap produktifitas kerja karyawan, dan pengaruh gaya
kepemimpinan melalui struktur tugas terhadap produktivitas kerja adalah positif [5]. Wahyudi (2006)
menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan, motivasi dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai dan
diperoleh kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan, motivasi dan lingkungan kerja secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kinerja pegawai, dan variabel yang paling dominan pengaruhnya adalah gaya
kepemimpinan [4]. Sari (2018) melakukan penelitian tentang pengaruh motivasi berdasarkan hierarki
kebutuhan Maslow yang meliputi kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan, dan aktualisasi
diri terhadap prestasi kerja karyawan PT. Madubaru (PG Madukismo) Yogyakarta. Dari hasil penelitian
diperoleh bahwa terdapat pengaruh motivasi kebutuhan Maslow terhadap prestasi kerja karyawan, dan
variabel yang paling dominan mempengaruhi prestasi kerja karyawan adalah kebutuhan akan aktualisasi
diri [7].
Penelitian ini ingin menganalisis apakah terdapat pengaruh pemenuhan kebutuhan tertinggi sesuai
hierarchy of needs Abraham Maslow yakni esteem needs dan self-actualization atau dalam Herzberg’s
theory disebut motivational factors serta bagaimana pengaruh dua tipe kepemimpinan sesuai teori X dan
Y Douglas McGregor terhadap produktivitas karyawan di PKS PT XX.

338 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

METODE
Metode penelitian terdiri dari langkah-langkah yakni: identifikasi variabel penelitian (variabel bebas
dan variabel terikat), pengukuran variabel dan penyusunan instrumen penelitian (kuesioner), penentuan
jumlah sampel dan pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner, dan pengolahan data meliputi
pengujian instrumen penelitian yang terdiri dari uji validitas dan reliabilitas, pengujian asumsi klasik
yakni uji normalitas, multikolinearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi. Dilanjutkan dengan analisis
regresi linier berganda untuk menunjukkan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, serta
perhitungan koefisien determinasi [8]. Selanjutnya pengujian hipotesis yang terdiri dari uji parsial (uji t)
untuk melihat pengaruh pada tiap masing-masing variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat
(dependen) serta uji simultan (uji F) untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel-variabel
independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variable dependen [9].
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui pengaruh tipe kepemimpinan (variabel bebas X 1)
terhadap produktivitas kerja karyawan (variabel terikat, Y); 2) mengetahui pengaruh pemenuhan
kebutuhan tertinggi (esteem needs dan self actualization variabel bebas X2) terhadap produktivitas kerja
karyawan (variabel terikat, Y); serta 3) mengetahui pengaruh tipe kepemimpinan dan pemenuhan
kebutuhan tertinggi (X1 dan X2) secara simultan terhadap produktivitas kerja karyawan (Y).
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada 66 responden
karyawan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. XX dan pengolahan data dengan menggunakan bantuan
Microsoft Excel dan software SPSS 16.0.

HASIL
Hasil Pengujian Instrument Penelitian
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Dengan taraf
signifikan 5% dan jumlah responden sebanyak 66 orang diperoleh nilai r tabel sebesar 0.2423. Untuk
semua item pertanyaan dalam kuesioner diperoleh r hitung > r tabel (0.2423) dengan demikian kuesioner
yang digunakan valid. Untuk uji reliabilitas diperoleh Cronbach's Alpha bernilai > 0.60, oleh karena itu,
dapat dikatakan data reliabel.
Hasil Pengujian Asumsi Klasik
Hasil uji normalitas dengan uji normal plot of regression standardized residual dapat dilihat pada
gambar 1, hasil gambar menunjukkan titik-titik yang ada dalam gambar mengikuti garis diagonalnya,
sehingga dapat disimpulkan bahwa data ini terdistribusi normal.

Gambar 1. Normal Plot of Regresssion Standardized Residual

Untuk memastikan bahwa hasil tersebut benar terdistribusi normal dilakukan juga uji normalitas
kolmogrov-smirnov, dari uji yang sudah dilakukan dapat dilihat melalui tabel 1. dan hasilnya yaitu nilai
signifikansinya diperoleh sebesar 0.635 artinya nilai tersebut > 0.05 maka dapat disimpulkan benar
bahwa nilai residual berdistribusi normal.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 339
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov

Unstandardized Residual
N 66
a
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 1.87289198
Most Extreme Differences Absolute .092
Positive .092
Negative -.053
Kolmogorov-Smirnov Z .745
Asymp. Sig. (2-tailed) .635

Uji multikolinearitas ditujukan untuk melihat apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi
(hubungan kuat) antara variabel bebas. Dilihat dari tabel 2 nilai tolerance sebesar 0.646 artinya > 0.100,
dan untuk nilai VIF sebesar 1.547 dan juga < 10.00, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
multikolinearitas.

Tabel 2. Hasil Uji Multikolinearitas


Collinearity Statistics
Variabel
Tolerance VIF
Tipe Kepemimpinan (X1) 0.646 1.547
Pemenuhan kebutuhan Esteem Needs dan Self Actualization (X2) 0.646 1.547

Pada uji heteroskedastisitas seperti di Gambar 2, berdasarkan hasil pengolahan data (gambar
Scatterplot) menggunakan SPSS 16.0 didapatkan titik-titik menyebar di bawah dan di atas sumbu Y, dan
tidak mempunyai pola yang teratur, artinya tidak terjadi heteroskedastisitas. Artinya tidak adanya
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu tidak adanya ketidaksamaan varian dari residual
untuk semua pengamatan pada model regresi.

Gambar 2. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Dalam uji autokorelasi, diperoleh nilai Durbin Watson pada tabel 3 yaitu 1.620 ini berarti nilai DW
berada diantara minus (-2) sampai (+2), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.

Tabel 3. Hasil Uji Autokorelasi


Model Durbin-Watson

1 1.620

340 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda


Pengolahan data dengan SPSS untuk mendapatkan model regresi linier berganda ditunjukkan pada
Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Regresi Berganda


a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 16.380 3.306 4.955 .000

Gaya Kepemimpinan
-.137 .095 -.144 -1.445 .153
(X1)

Pemenuhan kebutuhan
Esteem Needs dan Self .731 .086 .848 8.490 .000
Actualization (X2)

Dari hasil pengolahan data yang disajikan dalam tabel 4 di peroleh persamaan: Y = 16.380 + (-
0.137 )X1 + 0.731 X2. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien X1 sebesar -0,137
(negatif) yang berarti, apabila gaya kepemimpinan meningkat 1 poin maka produktivitas kerja (Y) akan
menurun, dengan asumsi nilai X2 tetap. Nilai koefisien X2 sebesar 0,731 (positif) yang berarti, apabila
X2 meningkat 1 poin maka produktivitas kerja (Y) akan meningkat sebesar 0,731 poin, dengan asumsi
X1 tetap.
Hasil Pengujian Hipotesis
Pengujian Hipotesis Pertama (H1)
Berdasarkan pengolahan data (lihat Tabel 5) diketahui nilai Sig untuk pengaruh X1 terhadap Y
adalah sebesar 0.153 > 0.05 dan nilai t hitung -1.445 < t tabel 1.998, sehingga dapat disimpulkan bahwa
H1 ditolak yang berarti tidak terdapat pengaruh X1 terhadap Y.

Pengujian Hipotesis Kedua (H2)


Berdasarkan penelitian diketahui nilai Sig untuk pengaruh X2 terhadap Y adalah sebesar 0.000 <
0.05 dan nilai t hitung 8.490 > t tabel 1.998, sehingga dapat disimpulkan bahwa H 2 diterima yang berarti
terdapat pengaruh X2 terhadap Y.
Pada penelitian yang dilakukan Elisa (2018) didapatkan hasil yang juga menyatakan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara motivasi kebutuhan Maslow yang meliputi kebutuhan fisiologis, rasa
aman, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri secara simultan terhadap prestasi kerja karyawan [5].

Tabel 5. Hasil Uji t


Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) 16.380 3.306 4.955 .000

Gaya Kepemimpinan
-.137 .095 -.144 -1.445 .153
(X1)

Pemenuhan kebutuhan
Esteem Needs dan Self .731 .086 .848 8.490 .000
Actualization (X2)

Pengujian Hipotesis Ketiga (H3)


Hasil pengujian hipotesis ketiga seperti ditunjukkan pada Tabel 6, signifikansi untuk pengaruh
X1 dan X2 secara simultan terhadap Y adalah sebesar 0.000 < 0.05 dan nilai F hitung 46.088 > F tabel

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 341
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

3.14, sehingga dapat disimpulkan bahwa H3 diterima yang berarti terdapat pengaruh X1 dan X2 secara
simultan terhadap Y.

Tabel 6. Hasil Uji F


b
ANOVA

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 333.589 2 166.794 46.088 .000a

Residual 228.002 63 3.619

Total 561.591 65

Sumber: Pengolahan Data (2019)

Untuk mengetahui berapa persen pengaruh yang diberikan variabel X secara simultan terhadap
variable Y seperti pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Uji Koefisien Determinasi


Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
a
1 .771 .594 .581 1.902

Berdasarkan output diatas diketahui nilai R Square sebesar 0.594, hal ini mengandung arti bahwa
pengaruh variable X1 dan X2 secara simultan terhadap variable Y adalah sebesar 59.4%. Terdapat sekitar
40 % variabel yang lain yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan, viariabel - variabel lain
tersebut mungkin saja diantaranya yaitu pendidikan, motivasi, semangat, disiplin, keterampilan, sikap dan
etika kerja, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, lingkungan dan iklim kerja, teknologi, sarana
produksi, dan lain sebagainya [7].

SIMPULAN
Dari t-test diperoleh bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tipe kepemimpinan
dengan produktivitas kerja karyawan, dengan nilai sig sebesar 0,153 > 0.05, dan harga t hitung – 1.445 <
t tabel 1,998. Pada t-test juga diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pemenuhan
kebutuhan tertinggi dengan produktivitas kerja karyawan, dengan nilai sig sebesar 0,000 < 0.05, dan nilai
t hitung 8.490 > t tabel 1,998. Sementara pada F-test diperoleh bahwa terdapat pengaruh tipe
kepemimpinan dan pemenuhan kebutuhan tertinggi secara simultan terhadap produktivitas kerja
karyawan, dengan nilai sig sebesar 0.000< 0.05 dan nilai F hitung 46.008 > 3.14. Model regresi linier
berganda diperoleh Y = 16.380 + (- 0.137 )X1 + 0.731 X2 dengan koefisien determinasi (R2) sebesar
0.594.
Dengan demikian berdasarkan data penelitian ini, pada PKS PT. XX yang berpengaruh signifikan
terhadap produktivitass karyawan adalah pemenuhan kebutuhan tertinggi (esteem needs dan self
actualization) sementara tipe kepemimpinan hanya berpengaruh terhadap produktivitass karyawan secara
simultan bersama-sama dengan pemenuhan kebutuhan tertinggi

DAFTAR PUSTAKA
[1] Ryan Krisna, “Pengaruh Kompensasi dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Produktivitas Kerja
Karyawan Divisi Cold Rolling Mill Pada PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.” Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta, 2015.
[2] Malayu Hasibuan, “Manajemen Sumber Daya Manusia”. Haji Mas Agung: Jakarta, 1990
[3] R. Terry, George dan Leslie W. Rue, “Dasar-Dasar Manajemen”, Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara,
2001.
[4] Wahyudi Amin and Jarot Suryono, “Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi dan

342 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai” Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia Program
Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Slamet Riyadi, Vol.1 No.1. Jawa Tengah: Universitas
Slamet Riyadi Surakarta, 2006.
[5] Husna Purnama, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Bagian
Bengkel Pada CV Mitra Denso Di Bandar Lampung”. Jurnal Organisasi dan Manajemen, Vol. 2, No.
1 (pp. 34-45) Maret 2012. Lampung: Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai (USBRJ).
[6] Elisa Sari and Rina Dwiarti, “Pendekatan Hierarki Abraham Maslow Pada Prestasi Kerja Karyawan
PT. Madabaru (PG Madukismo) Yogyakarta”, Jurnal Perilaku dan Strategi Bisnis, Vol.6 No.1, (pp.
58-77) Februari 2018. Yogyakarta: Universitas Mercu Buana Yogyakarta, 2018.
[7] Dwi Kusumawarni, “Pengaruh Semangat Dan Disiplin Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan Pada
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Kudus”. Semarang : Universitas Negeri
Semarang, 2007.
[8] Sudjana, 2002, “Metoda Statistika”, Bandung: Penerbit Tarsito, 2002.
[9] Ronald E Walpole and Raymond H. Myers, et.al., “Probability and Statistics for Engineers and
Scientist”, Eight Edition. Pearson prentice Hall: New Jersey, 2007.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 343
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Peran Manajemen Dalam Pengelolaan Perkembangan Anggota Pada


Koperasi Bumi Melayu Pekanbaru

Slamet Widodo

Institut Teknologi & Bisnis Sumatera Utara


Email : widodoprofesional@gmail.com

ABSTRAK
Koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Koperasi
di Indonesia saat ini telah berkembang dengan pesat karena para anggota-anggotanya yang
terdiri dari masyarakat umum telah mengetahui manfaat dari pendirian koperasi tersebut yang
dapat membantu perekonomian dan mengembangkan kreatifitas masing-masing anggota. Pada
dasarnya koperasi digunakan sebagai salah satu alternatif untuk memecahkan persoalan
ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Menurut undang-undang No 25 tahun
1992 koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum
koperasi, dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat, yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Hambatan yang terjadi di
dalam perkembangan koperasi bumi melayu tak lain salah satunya adalah kurangnya kesadaran
masyarakat dan dukungan pemerintah setempat di dalam pengembangan koperasi bumi melayu.
Membangun partisipasi demokrasi dalam mengelola koperasi berdasarkan prinsip pelayanan
dengan sistem yang benar. Membangun kewirausahaan koperasi yang mendukung kaidah
ekonomi dan bisnisnya melalui kemitraan. Mengembalikan fungsi Koperasi serba usaha dalam
meningkatkan ekonomi rakyat.
Kata kunci : ekonomi, koperasi, rakyat.

ABSTRACT
Cooperative is a people's economic movement based on the principle of kinship. Co-operatives
in Indonesia today have developed rapidly because its members consisting of the general public
have known the benefits of establishing cooperatives that can help the economy and develop the
creativity of each member. Basically, cooperatives are used as an alternative to solving
economic problems, and improving the welfare of the community. According to Law No. 25 of
1992 cooperatives are business entities consisting of individuals or legal entities of cooperatives,
based on their activities based on cooperative principles as well as the people's economic
movement, which is based on the principle of kinship. Barriers that occur in the development of
the Malay Malay Cooperative are none other than the lack of public awareness and local
government support in the development of the Malay Malay Cooperative. Building democratic
participation in managing cooperatives based on service principles with the right system.
Building cooperative entrepreneurship that supports economic and business principles through
partnerships. Restore the function of the all-round Cooperative in improving the people's
economy.
Keywords: economy, cooperatives, people.

PENDAHULUAN
Disusunnya Peraturan Koperasi tahun 1949 No. 149 adalah untuk menggantikan Peraturan Koperasi
tahun 1927 L.N. No. 91 sebelumnya dengan mengemukakan: “Koperasi merupakan perkumpulan orang-
orang atau badan hukum Indonesia yang memberikan kebebasan kepada setiap orang atas dasar
persamaan untuk menjadi anggota dan atau menyatakan berhenti. Upaya untuk menyusun peraturan
koperasi yang dapat menggantikan dualisme pengaturan perkoperasian yang masih berlaku: (yaitu
peraturan koperasi tahun 1949 L.N. No. 179 dan peraturan koperasi tahun 1933 L.N. No.108), terus
dilakukan sejak tahun 1950. Dan usaha itu baru berhasil ketika tahun 1958 seorang anggota parlemen

344 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

bernama soemardi mengajukan RUU perkoperasian. RUU tersebut akhirnya dapat disahkan oleh
parlemen sebagai undang-undang koperasi No. 79 tahun 1958. Ternyata upaya unuk menguasai gerakan
koperasi terus berlanjut. Di samping dengan tujuan untuk lebih menjamin pertumbuhan agar lebih cepat
maka pemerintah kembali mengeluarkan aturan baru, yaitu instruksi presiden/P.M. No. 2 tahun 1960
mengenai pembentukan BAPENGKOP (badan penggerak koperasi) dengan ketentuan sebagai berikut :
Menumbuhkan dan memperluas gerakan koperasi meliputi segala bidang kehidupan dan pengidupan
masyarakat secara serentak, intensif, berencana dan terpimpin untuk mempercepat tercapainya
masyarakat adil dan makmur. Menumbuhkan, mendorong, membimbing, melindungi dan mengawasi
gerak/perkembangan koperasi secara aktif sehingga gerakan koperasi yang serentak, intensif, berencana
dan terpimpin itu dapat diselenggarakan dan dicapai sebaik-baiknya.
Menjamin agar barang-barang yang didistribusikan untuk rakyat dapat disalurkan melalui koperasi dan
menjamin agar barang-barang yang dihasilkan rakyat disalurkan melalui koperasi.
Mengadakan usaha-usaha unuk membantu mengatasi kesulitan-kesulitan dan hambatan-hambatan
pertumbuhan koperasi, misalnya dalam masalah financiering/perkredian, persaingan dari swasta-swasta
lain, fasilitas untuk gerakan koperasi, penerangan dan sebagainya dengan tidak mengurangi sifat swadaya
dan pendidikan dari perkoperasian.
Permasalahan dalam penelitian ini, Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi terhambatnaya
perkembangan anggota koperasi bumi melayu pekanbaru, untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi terhambatnya perkembangan anggota koperasi bumi melayu pekanbaru. Bagi pihak
manajemen (koperasi bumi melayu), dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam melakukan proses
meminimalisir resiko penghmbat perkembangan anggota koperasi. Orde baru memulai misinya dalam
bidang perkoperasian dengan segera menyusun UU koperasi yang kemudian disyahkan oleh pejabat
presiden pada tahun 1967 dengan No. 12 tanggal 18 desember 1967. Di era reformasi, kebijakan
pengembangan koperasi menjadi tanggung jawab Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.
Mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 09/M/2005 tanggal 31 Januari 2005 bahwa
kedudukan Kementrian Koperasi dan UKM adalah unsur pelaksana pemerintah dengan tugas membantu
Presiden untuk mengkoordinasikan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan
pemberdayaan Koperasi dan UMKM di Indonesia. Fungsi pusat koperasi jasa keuangan ini selain
menjaga likuiditas juga dapat memainkan peran pengawasan dan perbaikan manajemen hingga
pengembangan sistem asuransi tabungan yang dapat diintegrasikan dalam sistem asuransi secara
nasional. Pendekatan pengembangan koperasi sebagai instrumen pembangunan terbukti menimbulkan
kelemahan dalam menjadikan dirinya sebagai koperasi yang memegang prinsip-prinsip koperasi dan
sebagai badan usaha yang kompetitif. Reformasi kelembagaan koperasi menuju koperasi dengan jati
dirinya akan menjadi agenda panjang yang harus di lalui oleh koperasi di Indonesia. Sesuai dengan badan
hukum nomor 383/BH/Diskop & UKM/3/XII/2003, dengan tujuan menumbuh kembangkan potensi
ekonomi anggota, serta mewujudkan kehidupan demokrasi, kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan
dengan berpedoman pada prinsip-prinsip koperasi. Demikianlah terbentuknya Koperasi Bumi Melayu
Pekanbaru yang berfungsi sebagai alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan anggota.
Pada era reformasi ini, muncul juga koperasi syariah dan BMT. Koperasi syariah lebih dikenal
dengan nama KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) dan UJKS (Unit Jasa Keuangan Syariah
Koperasi). Koperasi Jasa Keuangan Syariah adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang
pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah). Unit Jasa Keuangan Syariah adalah
unit usaha pada Koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan
simpanan sesuai dengan pola bagi hasil (syariah), sebagai bagian dari kegiatan usaha koperasi yang
bersangkutan. Koperasi syariah adalah badan usaha yang beranggotakan orang orang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip syariah sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.
Dilakukan oleh peneliti terhadap anggota dan pengurus koperasi bumi melayu yang mengambil
sampel sebanyak 65 orang yang terdiri dari anggota dan pengurus (responden).

Tabel 1. Koperasi telah memasarkan produknya secara maksimal


Jawaban Responden Jumlah Presentase
Ya 20 30,8%
Tidak 35 53,8%
Netral 10 15,4%
Total 65 100%

Sebanyak 65 orang responden terhadap Kopersi telah memasarkan produknya secara maksimal
sebanyak 20 orang responden menjawab “YA” atau berkisar 30,8%. Sebanyak 35 orang responden atau

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 345
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

53,8% menjawab “TIDAK” sedangkan10 orang responden atau 15,4% yang menjawab “NETRAL”. Hal
ini membuktikan bahwa koperasi kurang maksimal dalam memasarkan produknya.

Tabel 2. Anggota merasa kurang puas dengan pelayanan yang diberikan oleh koperasi
Jawaban Responden Jumlah Presentase
Ya 22 33,8%
Tidak 36 55,4%
Netral 7 10,8%
Total 65 100%

Sebanyak 65 orang terhadap Anggota merasa kurang puas dengan pelayanan yang diberikan oleh
koperasi sebanyak 22 orang responden menjawab “YA” atau berkisar 33,8%. Sebanyak 36 orang
responden atau 55,4% menjawab “TIDAK” sedangkan 7 orang responden atau 10,8% yang menjawab
“NETRAL”. Hal ini membuktikan bahwa anggota telah puas dengan pelayanan yang diberikan koperasi.

Tabel 3. Banyaknya lembaga keuangan yang telah ada sehingga persaingan semakin ketat
Jawaban Responden Jumlah Presentase
Ya 37 56.9%
Tidak 20 30,8%
Netral 8 12,3%
Total 65 100%

Hasil penelitian sebanyak 65 orang terhadap Banyaknya lembaga keuangan yang telah ada sehingga
persaingan semakin ketat sebanyak 37 orang responden menjawab “YA” atau berkisar 56,9%. Sebanyak
20 orang responden atau 30,8% menjawab “TIDAK” sedangkan 8 orang responden atau 12,3% yang
menjawab “NETRAL”. Hal ini mebuktikan bahwa banyaknya lembaga keuangan yang ada berpengaruh
terhadap perkembangan anggota koperasi.

Tabel 4. Lokasi kantor yang kurang strategis sehingga sedikit masyarakat yang mengetahui lokasi kantor
Jawaban Responden Jumlah Presentase
Ya 40 61,5%
Tidak 20 30,8%
Netral 5 7,7%
Total 65 100%

Hasil penelitian sebanyak 65 orang terhadap Lokasi kantor yang kurang strategis sehingga sedikit
masyarakat yang mengetahui lokasi kantor sebanyak 40 orang responden menjawab “YA” atau berkisar
61,5%. Sebanyak 20 orang responden atau 30,8% menjawab “TIDAK” sedangkan 5 orang responden
atau 7,7% yang menjawab “NETRAL”. Hal ini mebuktikan bahwa Lokasi kantor yang kurang strategis
membuat jarang masyarakat yang mengetahuinya.

METODE
Jenis dan sifat penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Permasalahan yang di
ambil maka sifat penelitian ini adalah deskriptif. Karena penelitian ini berupaya mengumpulkan fakta
yang ada, penelitian ini berfokus pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana
adanya yang di teliti dan di pelajari sebagai suatu yang utuh. Menurut Husein Umar deskriptif adalah
menggambarkan sifat sesuatu yang berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-
sebab dari suatu gejala tertentu (2003 : 22). Sedangkan kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi,
motifasi tindakan dan lain-lain secara holistik dengan cara mendiskripsikannya dalam bentuk kata-kata
dan bahasa.
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistimatis dan standar untuk memperoleh data yang
diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah penelitin yang akan
dipecahkan masalah memberi arah dan mempengaruhi metode pengumpulan data. Pengumpulan data
dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dala rangka mencapai tujuana penelitian.
Tujuan yang diungkapkan dala bentuk hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan
penelitian.

346 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Metode interview atau wawancara adalah proses memeperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara sipewawancara dengan responden dengan
menggunaka alat yang dinamakan interview guide. Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar
wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung sehingga mendapatkan
data yang di perlukan. Dalam hal ini metode interview yang penulis gunakan adalah metode interview
terstruktur yaitu pedoman wawancara yang semua telah dirumuskan dengan cermat sehingga dalam
wawancara menjadi lancar dan tidak kaku. Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui dan menggali
informasi sehingga diperoleh data yang akurat.

HASIL
Kehadiran koperasi merupakan wadah yang sesuai bagi mereka yang berekonomi lemah dan
diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan ekonomi khususnya bagi anggota
yang memiliki sumber daya dan kesempatan yang terbatas dengan demikian maka akan mendorong
semangat mereka untuk berprakarsa. Koperasi merupakan suatu bentuk badan usaha yang mempunyai
kepentingan bersama bagi para anggotanya.

Tabel 5. Hasil analisis


Quisioning Analisis hasil Keterangan %
Koperasi telah memasarkan Koperasi kurang maksimal dalam 53,8%
produknya secara maksimal memasarkan produknya
Anggota merasa kurang puas Anggota telah puas dengan 55,4%
dengan pelayanan yang diberikan pelayanan yang diberikan koperasi
oleh koperasi
Banyaknya lembaga keuangan Banyaknya lembaga keuangan yang 56,9%
yang telah ada sehingga ada berpengaruh terhadap
persaingan semakin ketat perkembangan anggota koperasi
Lokasi kantor yang kurang Lokasi kantor yang kurang strategis 61,5%
strategis sehingga sedikit membuat jarang masyarakat yang
masyarakat yang mengetahui mengetahuinya
lokasi kantor
Masyarakat kurang tertarik Masyarakat tertarik dengan shu 61,5%
dengan shu yang diberikan oleh yang diberikan koperasi
koperasi
Kurangnya perhatian dari Pemerintah setempat kurang 60%
pemerintah setempat memperhatikan terhadap koperasi
Kurangnya pengetahuan Masyarakat kurang mengetahui 69,2%
masyarakat tentang koperasi tentang koperasi secara keseluruhan

Kurangnya kesadaran masyarakat Kurangnya kesadaran masyarakat 73,8%


untuk bersama-sama memajukan untuk bersama-sama memajukan
ekonomi dengan berkoperasi ekonomi dengan berkoperasi
Masyarakat tertarik bergabung Banyak dari masyarakat lebih 72,3%
dengan bank umum daripada memilih bank umum dibanding
koperasi dengan koperasi

Dari hasil penelitian terhadap anggota pada koperasi bumi melayu yang keseluruhannya berjumlah
65 orang ditemukan bahwa pengetahuan masyarakat tentang koperasi sebagai suatu lembaga yang sangat
cocok untuk meningkatkan perekonomian rakyat masih kurang atau masyarakat yang ekonominya lemah.

SIMPULAN
Diambil kesimpulan bahwa yang menjadi penyebab lambatnya pertumbuhan koperasi bumi melayu
antara lain yaitu :
1. Koperasi kurang maksimal dalam memasarkan produknya kepada masyarakat.
2. Banyaknya masyarakat yang masih awam dengan koperasi.
3. Kurangnya perhatian pemerintah setempat untuk ikut serta mengenalkan koperasi bumi melayu.
4. Banyaknya persaingan sesama lembaga keuangan yang telah ada sebelumnya.
5. Langkah-langkah yang diambil untuk meminimalisir lambatnya pertumbuhan koperasi bumi
melayu pekanbaru :

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 347
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

a. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang koperasi dan pentingnya untuk ikut serta
bergabung menjadi anggota.
b. Lebih ditingkatkan lagi upaya dalam mengenalkan produk-produk koperasi.
c. Mengikut sertakan peran pemerintah untuk sama-sama mengenalkan kepada masyarakat tentang
koperasi bumi melayu.
d. Memilih sumberdaya manusia yang tepat untuk ditempatkan pada posisi yang di perlukan
e. Mengoptimalkan sosialisasi terhadap masyarakat tentang esensi dari koperasi bumu melayu
f. Mengoptimalkan fungsi pengawasan terhadap kinerja pengurus koperasi.

Menjadikan Koperasi Bumi Melayu kedepannya sebagai koperasi syariah yang berlandaskan sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah untuk memperkuat perekonomian ummat islam.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin Setio Dan Halomoan Tamba, Koperasi Teori Dan Praktik, Jakarta: Erlangga, 2001
Hendrojogi, Koperasi Azas, Teori dan Praktek, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, cet. Ke-6.
Husein Umar “Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis” Pt. Raja Grafindo
Persaja:Jakarta,2003
Husaini Usman Dan Purnomo Stiady Akbar “Metode Penelitian Sosial” Bumi Aksara:Jakarta,2003
Iskandar Soesilo, Dinamika Gerakan Koperasi Indonesia, Jakarta: PT. Wahana Semesta Intermedia,
2008.
Muhammad Firdaus Dan Agus Edhi Susanto, Perkoperasian Sejarah, Teori, Dan Praktek, Bogor: Ghalia
Indonesia 2004, Cet. ke-2.
Pandji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Dinamika Koperasi, Jakarta: PT. Rineka Cipta 2007, cet. 5
Setio Arifin, Koperasi Teori dan Praktik, Jakarta: Erlangga, 2001
Stain Jurai Siswo Metro, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 2010.
Sudarsono dan Edilius, Koperasi Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2005, Cet. Ke-
2.
Sugiono,Metode Penelitian Bisnis Bandung: CV. Alfabeta, 2006, cet ke-9.
Sutrisno Hadi “Metodologi Research Yayasan” Penerbitan Psikologi, UGM: Yogyakarta 1984
Yuni Nugraha, blog detik.com, 2011/11/14, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemajuan Koperasi
UU no 25 tahun 1992 tentang perkoperasian
UU No 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian
Jurnal Hukum Islam (JHI) Volume 12,Edisi Desember, 2014 http://e-journal.stain-
pekalongan.ac.id/index.php/jhi (ISSN (p) : 1829-7382
Mulyaningrum. (2009). Seminar on Islamic Finance Theme: Opportunity and Challenge on Islamic
Finance Bakrie School of Management (BSM) & Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM).
http://triicecsfabregas.blogspot.com/2012/12/dasar-dasar-hukum-koperasi-di-indonesia.html
http:// www. Koperasiukm.com/tag/pengertian-neraca-koperasi

348 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PERAN BPBD TERHADAP PENAGGULANGAN BENCANA ALAM


DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

Nurul Dalimunte

Fakultas Ilmu Administrasi Negara Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia


Email : nuruldalimunthe009@gmail.com

ABSTRAK
Indonesia memiliki potensi bencana alam yang tinggi yang pada dasarnya tidak lebih dari
sekedar refleksi fenomena alam yang secara geografis sangat khas untuk wilayah tanah air kita.
Indonesia merupakan negara kepulauan tempat dimana tiga lempeng besar dunia bertemu, yaitu
Lempeng Indo – Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Peran merupakan sebuah
landasan persepsi yang digunakan setiap orang yang berinteraksi dalam suatu kelompok
atauorganisasi untuk melakukan suatu kegiatan mengenai tugas dan kewajibannya.
Penanggulangan merupakan suatu pemikiran dan tindakan dengan beberapa proses yang
dilakukan secara rutin untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan menganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik dari faktor alam atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta bends dan
dampak psikologi. Berdasarkan Uji signifikan koefesien korelasi Peran BPBD dengan
penanggulangan Bencana Alam (angin puting beliung) Tahun 2012 di Kabupaten Pakpak Bharat
digunakan Uji t terhadap r diperoleh nilai r hitung = 2,90 dan t tabel pada (df) 0,5% pada (n-1)
sebesar 1,71, dimana 2,90 > 1,71 artinya hasil penelitian signifikan dan hipotesa yang diajukan
H1 diterima dimana “peran BPBD dalam dimensi pemantauan,pemeriksaan,bimbingan dan
pengarahan, tindakan disiplin dan tindakan korelasi terhadap Penanggulangan Bencana Alam di
Kabupaten Pakpak Bharatdalam dimensi Perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengawasan terhadap menanggulangi bencana alam (angin puting beliung) daerah kabupaten
Pakpak Bharat.
Kata kunci : Peran,Penanggulangan Bencana

ABSTRACT
Indonesia has a high potential for natural disasters which basically is nothing more than a
reflection of natural phenomena that are geographically very typical for our homeland.
Indonesia is an archipelago where three large plates of the world meet, namely the Indo –
Australia Plate, the Eurasian Plate and the Pacific Plate. The role is a perception base that is
used by every person who interacts in a group or organization to carry out an activity regarding
their duties and obligations. Countermeasure is a thought and action with several processes that
are carried out routinely to achieve certain goals. As an event or a series of events that threaten
and disrupt people’s lives and livelihoods caused, both from natural or non-natural factors and
human factors, resulting in human casualties, environmental damage, loss of property bends and
psychological impact. Based on the significant correlation coefficient test the role of BPBD with
Natural Disaster Management (whirlwind) in 2012 in Pakpak Bharat District used the t test
against r obtained r count value = 2.90 and t table at (df) 0.5% at (n- 1) equal to 1.71, where
2.90> 1.71 means that the results of the research are significant and the hypothesis submitted by
H1 is accepted where “the role of BPBD in the dimensions of monitoring, examination, guidance
and direction, disciplinary action and correlative actions towards Natural Disaster Management
in the District Pakpak Bharat in the dimensions of Planning, organizing, mobilizing and
monitoring the response to natural disasters (whirlwind) of Pakpak Bharat district.
Keywords: Role, Disaster Management

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 349
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PENDAHULUAN
Dalam Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010-2014,isu lain juga menjadi perhatian yang
tidak kalah pentingnya dalam penanggulangan bencana adalah belum adanya perencanaan
penanggulangan bencana yang komprehensif.Setiap terjadi bencana, siapa berbuat apa belum jelas, masih
sangat abu – abu. Semua ingin membantu tetapi kadang tidak tahu apa yang harus dilakukan kadang
masih bingung. Pada beberapa kegiatan malah dilakukan oleh beberapa instansi sehingga terjadi tumpang
tindih. Produkyang berbeda satu dengan yang lainnnya malah membingungkan pengguna (pemerintah
daerah). Hal seperti ini perlu dibuat suatu rencana penanggulangan bencana yang melibatkan berbagai
pelaku penanggulangan bencana.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika Sumatera
Utara, wilayah Kabupaten Pakpak Bharat sebelumnya sudah menjadi wilayah yang patut di waspadai,
diklaim oleh Badan Meterologi dan Geofisika (BMKG) sebagai wilayah rawan perputaran angin. Sebagai
wilayah yang diwaspadai ataupun rawan perputaran angin,selayaknya memang pihak Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sudah memiliki rencana penanggulangan bencana yang lebih
baik sehingga pelaksanaan tanggap darurat maupun rekonstruksi dan rehabilitasi pun dapat berjalan
dengan lebih baik mengingat masyarakat korban bencana pastinya sangat mengharapkan penanggulangan
bencana yang efektif untuk dapat meringankan beban dan penderitaan mereka.
Berangkat dari pentingnya pelaksanaan penanggulangan bencana yang efektif dan juga mengingat bahwa
bencana puting beliung merupakan bencana domain dan mengancam khususnya di Sumut, serta
mengingat bahwa Kabupaten Pakpak Bharat juga merupakan salah satu kondisi wilayah terparah di
SUMUT, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai penanggulangan bencana puting
beliung yang dilakukan apakah sudah berperan dengan baik atau tidak.

METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan mengolah data
menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu menggunakan uji korelasi produktif moment, uji signifikan,
uji determinasi dan regresi linier.
a. Koefesien Korelasi Product Moment
Teknik analisa data yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan korelasil product moment
dengan rumus yaitu :
nΣxy – (Σx)(Σy)
rzy = Sugiyono (2008:216)
[ {n(x2)} – (x2)] [ {n(y2)}- (y2)]
Keterangan :
Rxy = Koefesien korelasi antara variabel x dan y
N = Jumlah Sampel
Σxy = Jumlah hasil perkalian skor x dan y
(Σx ) = Jumlah seluruh skor x
(Σy) = Jumlah seluruh skor y

b. Uji signifikan
Untuk menghitung signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat digunakan uji t dengan
rumus :
T=r n – 2 / 1-2
Keterangan :
t = harga yang dihitung yang nantinya akan dikonsultasikan dengan nilai tabel
r = koefesien
n = banyak sampel
1 = bilangan konstanta

HASIL
Analisa Korelasi Dan Uji Hipotesa
a.Uji Korelasi Product Moment
Untuk mengetahui hubungan peran BPBD dengan penanggulangan Bencana Alam di Kabupaten
Pakpak Bharat dilakukan analisa dengan menggunakan data berikut :

350 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Koefesien Korelasi Vsriabel Bebas (X) Peran BPBD Dengan Variabel Terikat (Y) Penangulangan
Bancana Alam (Angin Puting Beliung)
NOMOR X Y X² Y² XY
RESPONDEN
1 35 36 1255 1296 1260
2 37 39 1369 1521 1443
3 39 36 1521 1296 1404
4 37 34 1369 1156 1258
5 35 35 1225 1225 1225
6 40 37 1600 1369 1480
7 38 38 1444 1444 1444
8 37 37 1369 1369 1369
9 40 39 1600 1521 1560
10 39 39 1521 1521 1521
11 41 38 1681 1444 1558
12 40 40 1600 1600 1600
13 38 39 1444 1521 1482
14 37 38 1369 1444 1406
15 40 40 1600 1600 1600
16 40 40 1600 1600 1600
17 36 37 1296 1369 1332
18 37 37 1369 1369 1369
19 39 40 1521 1600 1560
20 37 38 1369 1444 1406
21 37 38 1369 1444 1406
22 38 39 1444 1521 1482
23 38 37 1444 1369 1406
24 35 35 1225 1225 1225
25 38 38 1444 1444 1444
26 38 38 1444 1444 1444
Jumlah 989 982 37462 37156 27284
Sumber : Data diolah dari data angket, 2017

Dari tabel 4.9 diatas dapat diketahui. Hubungan Peran BPBD Dengan Penanggulangan Bencana
Alam (Angin Puting Beliung). Kabupaten Pakpak Bharat dengan menggunakan rumus Korelasi Product
Moment :
nΣxy – (Σx)(Σy)
r xy =
[ (n Σx2 – (Σx2)}{(nΣy2 – (Σy)2}

26.37284 – (989)(982)
r xy =
{(26.37462 – (989)] [(26.37156 – (982)]}

979384 –971198
r xy =
{(974012 – (978121)] [(966056 – (964324)]}

8186
r xy =
{4109}{1732}

8186
r xy =
7116788

8186
r xy =
266773

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 351
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

r xy = 0,3068

Angka koefesien korelasi Rxy = 0,3068 apabila dikompersikan pada tabel kritik r product moment (
n-26) dengan df – 5% terdapat angka tabel – 0,388 dimana Rxy = 0,3068 > 0,388. Ini berarti hipotesis
diterima yaitu adanya hubungan Peran BPBD Kabupaten Pakpak Bharat dalam melayani masyarakat,
menanggulangi bencana Alam yang terjadi dengan efektif dan baik.

b. Uji Siginifikan Koefesien Korelasi


Guna mengetahui siginifikan hubungan peran BPBD dengan penanggulangan Bencana Alam
(Angin Puting Beliung) pada Kantor BPBD Kabupaten Pakpak Bharat digunakan Ujit dengan rumus
sebagaimana dikemukakan Sudjana dalam Suuharsimi Arikunto,(1998 : 83) sebagai berikut:

r (n-1)
t=
1 – r2

0,3068 (26-1)
t=
1 – 0,30682

0,3068 (25)
t=
1 – 0,094126

7,67
t=
0,905874

t= 8,46

t = 2,90

Berdasarkan perhitungan Uji t sebagaimana terlihat diatas dapat diperoleh nilai t hitung = 2,90
apabila dibandingkan dengan angka kritik yang terdapat pada ttabel dengan (df) 0,5% pada (n – 1)
terdapat angka sebesar 1,71 dimana 2,90 > 1,71 artinya hasil penelitian signifikan, dengan demikian
hipotesa H1 diterima artinya “terdapat adanya peranan yang signifikan variabel Peran BPBD dalam
dimensi pemantauan,pemeriksaan,bimbingan dan pengarahan, tindakan disiplin dan tindakan korelasi
dengan penanggulangan Bencana Alam di Kabupaten Pakpak Bharat dalam dimensi
perencanaan,pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan terhadap menanggulangi bencana alam
daerah Kabupaten Pakpak Bharat”.

KESIMPULAN
1. Peran BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Pakpak Bharat dalam
penanggulangan Bencana Alam. Bencana Alam adalah peristiwa yang tidak diinginkan oleh setiap
manusia akan tetapi, manusia selalu berhubungan dengan alam dan hidup bergantung dengan alam.
Sesuai dengan perundang – undangan penanggulangan bencana No.24 Tahun 2007 Pasal 20 di
Kabupaten Pakpak Bharat dinyatakan bahwa badan penanggulangan bencana daerah mempunyai
fungsi yaitu dengan perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan
pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat efektif dan efesien dan pengkoordinasian pelaksanaan
kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh.
2. Penanggulangan Bencana alam merupakan suatu pemikiran dan tindakan dengan beberapa proses
yang dilakukan secara rutin untuk mencapai tujuan tertentu artinya adalah adanya koordinasi
sehingga dapat disimpulkan koordinasi sangat berhubungan dengan penanggulangan bencana
melalui tahapan – tahapan yang dilakukan pda sebelum dan sesudah bencana. Dalam Undang –
undang No.24 tahun 2007 tentang penanggulagan bencana di Kabupaten Pakpak Bharat, Bencana
diartikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan menganggu kehidupan

352 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam atau faktor non alam sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologi.
3. Hasil penelitian, jawaban responden terhadap variabel bebas (X) Peran BPBD adalah 38,03 dengan
rata – rata jawaban atas 10 pertanyaan tergolong kategori tinggi. Artinya, peran BPBD diKabupaten
Phak phak Bharat adalah baik dalam melayani masyarakat korban bencana alam, memantau setiap
kejadian bencana alam dengan efektif dan efesien.
4. Koefesien korelasi rxy = 0,3068 t tabel kritik r product moment (n=26) dengan df = 95% terdapat
angka ttabel = 0,388 dimana rxy = 0,3068 > 0,388. Ini menyatakan peran BPBD dalam dimensi
pemantauan, pemeriksaan, bimbingan dan pengarahan, tindakan disiplin dan tindakan korelasi
terhadap.
5. Uji Signifikan koefesien korelasi peran BPBD dengan penanggulangan Bencana Alam Tahun 201 di
Kabupaten Pakpak Bharat digunakan Uji t terhadap r diperoleh nilai rhitung = 2,90 dan t tabel pada
(df) 0,5% pada (n-1) sebesar 1,71, dimana 2,90 > 1,71 artinya hasil penelitian signifikan dan
hipotesa yang diajukan H1 diterima dimana “peran BPBD dalam dimensi pemantauan, pemeriksaan,
bimbingan dan pengarahan, tindakan disiplin dan tindakan korelasi terhadap penanggulangan
bencana alam di kabupaten Pakpak bharat dalam dimensi perencanaan,pengorganisasian,
penggerakan dan pengawasan terhadap menanggulangi bencana alam daerah kabupaten pakpak
Bharat.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto.2006.Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana.Sutopo Purwo Nugroho: Tentang Bencana.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Standardisasi
Data Kebencanaan.
Peraturan Wali Kota Medan Nomor 1 Tahun 2012.Tentang Rincian Tugas Pokok Fungsi BPBD Daerah
Kota Medan.
Sugiyono.2012.Metodologi Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D.Bandung:afabeta.
Soekantoe,Soejono.2011.Sosiologi Sebagai Pengantar.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Soerjono Soekanto; 2009,Sosiologi Suatu Pengantar, Baru,Rajawali Pers Jakarta.
Singarimbun, Masri.1989.Metode Penelitian Survey.LP3ES: Yogyakarta
Sudjana.2002.Metode Statistik.Tarsito:Bandung.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 353
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN NKP


TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.)

Rahmaniah Harahap1, Eri Samah2

1,2
Agroteknologi Fakultas Pertanian (UPMI) Medan
Email : 1irrahmaniah@gmail.com, 2Erisamah2808@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Dan
NPKTerhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.),
sekaligus mengetahui interaksi Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Dan NPK Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensisL.). Penelitian ini
merupakan percobaan lapangan yang dilaksanakandi Jalan Balai desa (Kebun Percobaan
Fakultas Pertanian UPMI Medan), Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang dengan
ketinggian tempat sekitar ± 40 m dpl. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei
2017, dengan metode RAK (Rancangan Acak Kelompok) faktorial. Faktor pertama adalah pupuk
organik cair yang terdiri dari 3 taraf yaitu C0= 0 ml/l air plot, C1= 5 ml/l air plot dan C2 = 7 ml/l
air plot. Faktor kedua adalah pupuk NPK yang terdiri dari 3 taraf yaitu N0 = 0 g/plot, N1 =4
g/plot dan N2 = 6 g/plot. Parameter yang diamati adalah Tinggi Tanaman (cm), Jumlah Cabang
(unit), Umur Berbunga (hari), Umur Panen (hari), Panjang Polong (cm) dan Jumlah Polong
Pertanaman Sampel (polong). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk
organik cair menujukkan berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (cm), jumlah cabang
produktif (unit), umur berbunga (hari), panjang polong (cm) dan jumlah polong pertanaman
sampel (polong), sedangkan berpengaruh tidak nyata terhadap umur panen (hari). Pemberian
pupuk NPK menujukkan berbeda sangat nyata terhadap tinggi tanaman (cm), jumlah cabang
produktif (cabang), umur berbunga (hari), umur panen (hari), panjang polong (cm) dan jumlah
polong pertanaman sampel (polong).Interaksi pengaruh pemberian pupukorganik cair danNPK
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang panjangberpengaruh sangat nyata tiap-tiap
peubah parameter yang diamati.
Kata kunci : Kacang Panjang, Pupuk organik Cair, Pupuk NPK, Kecamatan Patumbak

ABSTRACT
This study aims to determine the Effect of Provision of Liquid Organic Fertilizer and NPKT on
Growth and Production of Long Bean Plants (Vigna sinensis L.), as well as to find out the
interaction of the Effects of Liquid and NPK Organic Fertilizer on Growth and Production of
Long Bean Plants (Vigna sinensisL.). This research is a field experiment conducted at Jalan
Balai Desa (Experimental Garden of the Faculty of Agriculture UPMI Medan), Patumbak
District, Deli Serdang Regency with a height of about ± 40 m above sea level. The study was
conducted in March to May 2017, using factorial randomized block design (RAK). The first
factor is liquid organic fertilizer consisting of 3 levels, namely C0 = 0 ml / l water plot, C1 = 5
ml / l water plot and C2 = 7 ml / l water plot. The second factor is NPK fertilizer consisting of 3
levels, namely N0 = 0 g / plot, N1 = 4 g / plot and N2 = 6 g / plot. The parameters observed
were Plant Height (cm), Number of Branches (units), Flowering Age (days), Harvest Age (days),
Pod Length (cm) and Number of Planted Samples (pods). The results showed that the treatment
of liquid organic fertilizer showed a very significant effect on plant height (cm), number of
productive branches (units), flowering age (days), pod length (cm) and number of sample
planting pods (pods), while the effect was not real effect on harvest age (days). NPK fertilizer
showed very significant differences in plant height (cm), number of productive branches
(branches), age of flowering (days), age of harvest (days), length of pods (cm) and number of
pods planted samples (pods). Interaction effect of administration liquid organic fertilizer and
NPK on the growth and production of long bean plants have a very significant effect on each
parameter observed.
Keywords: Long Beans, Liquid Organic Fertilizers, NPK Fertilizers, Patumbak District

354 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PENDAHULUAN
Tanaman kacang panjang merupakan jenis kacang-kacangan yang sudah lama ditanam di Indonesia.
Tetapi, pembudidayaan tanaman kacang panjang ini belum menjadi komoditas komersial oleh petani baik
itu secara luas. Kurangnya informasi tentang kacang panjang serta belum adanya teknologi yang sesuai
dengan kemampuan petani dan juga belum berkembangnya industri petani yang mengutamakan bahan
baku kacang panjang inilah yang membuat masalah utama yang dihadapi oleh para petani. Pemerintah
memprogramkan pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan dan holtikultura termasuk tanaman
palawija terutama kacang-kacangan. Itulah suatu bentuk perhatian pemerintah terhadap tanaman kacang-
kacangan. Dengan bertambahnya jumlah penduduk pada masa yang akan datang diperkirakan permintaan
terhadap tanaman kacang-kacangan terutama kacang panjang akan terus meningkat. Kacang panjang itu
bukan hanya untuk bahan pangan saja tetapi juga secara langsung diperlukan untuk memenuhi bahan
konsumsi (Asrifah, 2010 ). Tanaman kacang panjang berasal dari daerah tropis India dan Afrika, terutama
Abissinia ataupun Ethiopia. Selain bahan pangan sayur bukanlah makanan pokok melainkan hanya
sebagai pelengkap. Sayur yang tumbuh didataran rendah tidak menghasilkan jumlah yang banyak
melainkan sayur yang tumbuh didataran tinggi akan banyak tumbuh melimpah di Indonesia. Maka tak
akan heran lagi jika kacang panjang banyak dikonsumsi. Tetapi di daerah perkotaan besar seperti di
Kalimantan, Sulawesi dan juga Irian masih kekurangan sayur untuk di konsumsi. (Nazaruddin, 1993).
Produktivitas kacang panjang masih rendah. Di Indonesia berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik)
tahun 1990, produksi kacang panjang sebanyak 194.690 ton dengan areal panen 98.176 ha. Dengan
demikian produktivitas rata-ratanya 1,9 ton/ha. Dan pada tahun 1991 produksi kacang panjang mulai
meningkat menjadi 222.672 ton dengan luas areal penanaman 100.768 ha sehingga produksi rata-rata 2,2
ton per hektar. Tetapi produktivitas itu masih lah dikatakan rendah maka dari itu untuk meningkatkan
nya perlu teknik budidaya yang lebih baik lagi dari sebelum nya. (Haryanto, dkk, 2007). Salah satu
alternatif untuk meningkatkan kesuburan tanah adalah melalui penggunaan dan pemakaian pupuk organik
cair lengkap yang berkesinambungan yang sesuai dengan anjuran dapat mengurangi pemakaian urea
sebanyak 40%. Senyawa ini juga mampu merangsang pertumbuhan dan kegiatan mikro organisme di
dalam tanah, meningkatkan humus organik serta memperbaiki sifat fi sik tanah (Badan penelitian
pengembangan pertanian, 1990). Aplikasi pupuk organik cair lengkap telah dilakukan terhadap produksi
kacang panjang dengan konsentrasi 4 cc/liter air dan menunjukkan hasil positif berupa peningkatan
produksi dan kualitas panjang polong (Bakrie, 2003). Hara N,P,K merupakan hara yang sangat
dibutuhkan pada tanaman kacang panjang untuk tumbuh dan berproduksi, dimana untuk setiap polong
yang dihasilkan memerlukan 27,4 kg N, 4,8 kg P dan 18,4 kg K (Cooke, 2007). Tanggapan tanaman
terhadap pupuk yang diberikan bergantung pada jenis pupuk dan tingkat kesuburan tanah. Pemberian
pupuk yang tepat jumlah yang sesuai akan memacu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil
(Simatupang, et al.,2009). Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
untuk mengetahui “Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Organik dan NPK Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)”. Penelitian ini dilakukan pada komoditi kacang panjang
(Vigna sinensis L.) yang bertujuan untuk mengetahui respon dari pemberian Pupuk Cair Organik dan
Pupuk NPK serta interaksinya berorientasi pada peningkatan produksi tanaman kacang panjang.

METODE
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok ( RAK) dengan dua faktor penelitian
yaitu: Faktor I pemberian pupuk organik cair lengkap (C) terdiri 3 taraf perlakuan yaitu:C 0 = Kontrol C1
= 2 ml/plot C2 = 4 ml/plot. Faktor II pemberian pupuk NPK (N) dengan 3 taraf perlakuan yaitu: N0 =
Kontrol 1 = 2 kg/plot N2= 3 kg/plot. Berdasarkan model linier penelitian di analisis dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) sebagai berikut:
Yijk = µ + αi + βj + γk + (βγ)jk + ∑ijk
Yijk= Hasil pengamatan dari faktor pemberian pupuk organik cair (C) pada taraf ke-j dan faktor
pemberian pupuk NPK (N) pada taraf ke-k dalam ulangan ke-i. µ= Pengaruh nilai tengah. αi= Pengaruh
ulangan ke-i. βj= Pengaruh pemberian pupuk organik cair (C) pada taraf ke-j.γk = Pengaruh pemberian
pupuk NPK (N) pada taraf ke-k. (βγ)jk=Pengaruh interaksi pemberian pupuk organik cair (C) pada taraf
ke-j dan pemberian pupuk NPK (N) pada taraf ke-k. ∑ijk= Pengaruh galat dari faktor pemberian pupuk
organik cair (C) pada taraf ke-j dan faktor pemberian pupuk NPK (N) pada taraf ke-k dalam ulangan ke-i
Pengamatan Parameter
Penelitian ini akan dilakukan pengamatan pada tinggi tanaman, jumlah cabang, umur berbunga,
umur panen, panjang polong,jumlah polong pertanaman sampel yang diuraikan sebagai berikut : 1.Tinggi
Tanaman (cm). Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 14,28 sampai 42 hari
setelah tanam (hst). Tinngi tanaman diukur mulai dari pangkal batang hingga titik tumbuh.. 2. Jumlah

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 355
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Cabang (Unit) Jumlah cabang yang dihitung adalah cabang dari batang utama, dilakukan pengamatan
pada berumur 14,28 sampai 42 hari setelah tanam (hst).. 3. Umur Berbunga (Hari). Umur bunga adalah
kondisi dimana tanaman mengalami fase generatif dan fase pembungaan, umur berbunga diawali setelah
tanamn mengeluarkan bunga sekitar 60 %.. 4. Umur Panen (HST) Umur panen 45 hari setelah tanam.
Kriteria panen adalah ditandai sesudah polong terisi penuh dan warna polongnya hijau merata sampai
hijau keputihan.5. Panjang polong (cm). Pengukuran panjang polong diambil dari seluruh tanaman
sempel dengan mengukur panjang polong. 6. Jumlah polong pertanaman sampel (polong) Pengamatan
dilakukan terhadap semua jumlah polong setiap tanaman sampel dengan menghitung jumlah polong.
Pengamatan ini dilakukan pada saat panen.

HASIL
1. Tinggi Tanaman (cm)
Data pengamatan rataan tinggi tanaman (cm) serta daftar sidik ragam umur 14, 28 dan 42 hari setelah
tanam dapat dilihat pada lampiran 3 sampai lampiran 8. Dari hasil uji statistik tinggi tanaman dapat
dilihat bahwa pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata pada umur 14 hari setelah tanam dan
berpengaruh sangat nyata pada umur 28 dan 42 hari setelah tanam. Rataan tinggi tanaman (cm) pada
umur 14, 28 dan 42 hari setelah tanam pada perlakuan pupuk organik cair (C) dapat dilihat pada Tabel
1 dan grafiknya dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman (cm) pada perlakuan pupuk organik cair (C)
Perlakuan Pupuk Tinggi Tanaman (cm)
Organik Cair (C) 14 hst 28 hst 42 hst
C0 (0 ml/l air plot) 24,07 a 138,20 ab 176,66 ab
C1 (5 ml/l air plot) 24,02 ab 136,11 b 169,22 b
C2 (7 ml/l air/plot) 22,94 b 145,00 a 182,40 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada
taraf uiji 5 %

Dari tabel 1 dilihat bahwa pada umur 42 hari setelah tanam, pemberian pupuk organik cair untuk
tinggi tanaman menunjukkan berpengaruh yang sangat nyata dengan dosis C2 (7 ml/l air plot) dengan
tinggi tanaman 182,40 cm berbeda sangat nyata pada pemberian C1 (5 ml/l air plot) dengan tinggi
tanaman 169,22 cm. Grafik hasil regresi linear pengaruh pertumbuhan kacang panjang pada perlakuan
pupuk organik cair (ml/l air plot) terhadap tinggi tanaman (cm) umur 42 hari setelah tanam dapat
dilihat pada Gambar 1 dibawah ini :

Gambar 1. Hubungan pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap tinggi


tanaman pada umur 42 hari setelah tanam pada taraf 5 %

Pada (Gambar 1) dapat dilihat bahwa pemberian pupuk organik cair memberikan pengaruh terhadap
tinggi tanaman dan menunjukkan hubungan linear dengan persamaan regresi :
Ŷ = 2,869X + 173,2 ; R2 = 0,188
Pemberian pupuk organik cair sebanyak 7 ml/l air plot menghasilkan rata-rata tinggi tanaman terbesar
dan 5 ml/l air plot menghasilkan rata-rata tinggi tanaman yang terendah.

356 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

2. Jumlah cabang (unit)


Data pengamatan rataan jumlah cabang (unit) serta daftar sidik ragam umur 14, 28 dan 42 hari setelah
tanam dapat dilihat pada lampiran 9 sampai lampiran 14. Dari hasil uji statistik jumlah cabang dapat
dilihat bahwa pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata pada umur 14 hari setelah tanam dan
berpengaruh sangat nyata pada umur 28 dan 42 hari setelah tanam.
Rataan jumlah cabang (unit) pada umur 14, 28 dan 42 hari setelah tanam pada perlakuan pupuk
organik cair (C) dapat dilihat pada Tabel 2 dan grafiknya dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.

Tabel 2. Rataan jumlah cabang (unit) pada perlakuan pupuk organik cair (C)
Perlakuan Pupuk Jumlah Cabang (unit)
Organik Cair (C) 14 hst 28 hst 42 hst
C0 (0 ml/l air plot) 0,96 ab 9,73 a 19,51 b
C1 (5 ml/l air plot) 1,00 a 8,99 b 20,36 ab
C2 (7 ml/l air/plot) 0,92 b 9,32 ab 20,47 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada
taraf uiji 5 %
Dari tabel 2 dilihat bahwa pada umur 42 hari setelah tanam, pemberian pupuk organik cair untuk
jumlah cabang (unit) menunjukkan berpengaruh yang sangat nyata dengan dosis C2 (7 ml/l air plot)
dengan jumlah cabang 20,47 unit berbeda sangat nyata pada pemberian C0 (0 ml/l air plot) dengan
jumlah cabang 19,51 unit. Grafik hasil regresi linear pengaruh pertumbuhan kacang panjang pada
perlakuan pupuk organik cair (ml/l air plot) terhadap jumlah cabang (unit) umur 42 hari setelah tanam
dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini :

Gambar 2. Hubungan pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap jumlah cabang pada umur 42
hari setelah tanam pada taraf 5 %

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk organik cair memberikan pengaruh terhadap
jumlah cabang dan menunjukkan hubungan linear dengan persamaan regresi :
Ŷ = 0,481X + 19,63 ; R2 = 0,834
Pemberian pupuk organik cair sebanyak 7 ml/l air plot menghasilkan rata-rata jumlah cabang
terbanyak dan 0 ml/l air plot menghasilkan rata-rata jumlah cabang yang terendah.

3. Umur Berbunga (hari)


Data pengamatan rataan umur berbunga (hari) serta daftar sidik ragam mengeluarkan bunga sekitar 60
% dapat dilihat pada lampiran 15 sampai lampiran 16. Dari hasil uji statistik umur berbunga dapat
dilihat bahwa pemberian pupuk organik cair berpengaruh sangat nyata mengeluarkan bunga sekitar 60
%. Rataan umur berbunga (hari) mengeluarkan bunga sekitar 60 % pada perlakuan pupuk organik cair
(C) dapat dilihat pada Tabel 3 dan grafiknya dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah ini.

Tabel 3. Rataan umur berbunga (hari) pada perlakuan pupuk organik cair (C)
Pupuk Organik Umur Berbunga
Notasi
Cair (C) (hari)
C0 32,00 A
C1 31,66 Ab
C2 31,55 B
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada
taraf uiji 5 %

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 357
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Dari tabel 3 dilihat pemberian pupuk organik cair untuk umur berbunga (hari) menunjukkan
berpengaruh sangat nyata dengan dosis C0 (0 ml/l air plot) dengan umur berbunga 32,00 hari
berpengaruh sangat nyata pada pemberian C2 (7 ml/l air plot) dengan umur berbunga 31,55 hari.
Grafik hasil regresi linear pengaruh pertumbuhan kacang panjang pada perlakuan pupuk organik cair
(ml/l air plot) terhadap umur berbunga (hari) mengeluarkan bunga sekitar 60 % dapat dilihat pada
Gambar 3 dibawah ini :

Gambar 3. Hubungan pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap umur berbunga
mengeluarkan bunga sekitar 60 % pada taraf 5 %

Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk organik cair memberikan pengaruh terhadap
umur berbunga dan menunjukkan hubungan linear dengan persamaan regresi :
Ŷ = 0,222X + 31,96 ; R2 = 0,923
Pemberian pupuk organik cair sebanyak 0 ml/l air plot menghasilkan rata-rata umur berbunga yang
terlambat dan 7 ml/l air plot menghasilkan rata-rata umur berbunga yang tercepat.

4. Umur Panen (hari)


Data pengamatan rataan umur panen serta daftar sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 17 sampai
lampiran 20. Dari hasil uji statistik umur panen bahwa pemberian pupuk organik cair tidak berbeda
nyata. Rataan umur panen (hari) pada perlakuan pupuk organik cair (C) dapat dilihat pada Tabel 4 dan
grafiknya dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah ini.

Tabel 4. Rataan umur panen (hari) panen 1 dan panen 2 pada perlakuan pupuk organik cair (C)
Pupuk Organik Cair (C) Umur Panen (hari) Notasi
C0 (0 ml/l air plot) 51,33 A
C1 (5 ml/l air plot) 51,66 A
C2 (7 ml/l air/plot) 51,66 A
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada
taraf uiji 5 %

Dari tabel 4 dilihat pemberian pupuk organik cair untuk umur panen (hari) menunjukkan tidak
berbeda nyata dengan dosis C2 (7 ml/l air plot) dengan umur panen 51,66 hari tidak berbeda nyata
pada pemberian C0 (0 ml/l air plot) dengan umur panen 51,33 hari.
Grafik hasil regresi linear pengaruh produksi kacang panjang pada perlakuan pupuk organik cair (ml/l
air plot) terhadap umur panen dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah ini :

358 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 4. Hubungan pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap umur panen pada taraf 5 %

Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk organik cair memberikan pengaruh terhadap
umur panen dan menunjukkan hubungan linear dengan persamaan regresi :
Ŷ = 0,1667X + 51,389 ; R2 = 0,75
Pemberian pupuk organik cair sebanyak 7 ml/l air plot menghasilkan rata-rata umur panen yang
terlambat dan 0 ml/l air plot menghasilkan rata-rata umur berbunga yang tercepat.

5. Panjang Polong (cm)


Data pengamatan rataan panjang polong panen 1 dan panen 2 serta daftar sidik ragam dapat dilihat
pada lampiran 21 sampai lampiran 24. Dari hasil uji statistik panjang polong panen 1 dan 2 dapat
dilihat bahwa pemberian pupuk organik cair berpengaruh sangat nyata. Rataan panjang polong (cm)
pada perlakuan pupuk organik cair (C) dapat dilihat pada Tabel 5 dan grafiknya dapat dilihat pada
Gambar 5 dibawah ini.

Tabel 5. Rataan panjang polong (cm) panen 1 dan panen 2 pada perlakuan pupuk organik cair (C)
P
erlakuan Pupuk Panjang Polong (cm)
Organik Cair (C) Panen I Panen II
C0 (0 ml/l air plot) 19,84 ab 19,61 b
C1 (5 ml/l air plot) 19,82 b 20,25 a
C2 (7 ml/l air/plot) 19,93 a 19,73 ab
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada
taraf uiji 5 %
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa pada panen 2, pemberian pupuk organik cair untuk panjang polong
(cm) menunjukkan berpengaruh yang sangat nyata dengan dosis C1 (5 ml/l air plot) dengan panjang
polong 20,25 cm berbeda sangat nyata pada pemberian C0 (0 ml/l air plot) dengan panjang polong
19,61 cm. Grafik hasil regresi linear pengaruh produksi kacang panjang pada perlakuan pupuk
organik cair (ml/l air plot) terhadap panjang polong (cm) panen 2 dapat dilihat pada Gambar 5
dibawah ini :

Gambar 5. Hubungan pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap panjang polong panen 2 pada
taraf 5 %

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 359
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk organik cair memberikan pengaruh terhadap
panjang polong dan menunjukkan hubungan linear dengan persamaan regresi :
Ŷ = 0,057X + 19,81 ; R2 = 0,028
Pemberian pupuk organik cair sebanyak 5 ml/l air plot menghasilkan rata-rata panjang polong
terpanjang dan 0 ml/l air plot menghasilkan rata-rata jumlah panjang polong yang terendah.

6. Jumlah Polong Pertanaman Sampel (polong)


Data pengamatan rataan jumlah polong pertanaman sampel panen 1 dan panen 2 serta daftar sidik
ragam dapat dilihat pada lampiran 25 sampai lampiran 28. Dari hasil uji statistik jumlah polong
pertanaman sampel panen 1 dan 2 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk organik cair berpengaruh
sangat nyata. Rataan jumlah polong pertanaman sampel (polong) pada perlakuan pupuk organik cair
(C) dapat dilihat pada Tabel 6 dan grafiknya dapat dilihat pada Gambar 6 dibawah ini.

Tabel 6. Rataan jumlah polong pertanaman sampel (polong) panen 1 dan panen 2 pada perlakuan pupuk
organik cair (C)
Perlakuan Pupuk
Organik Cair (C) Jumlah Polong Pertanaman Sampel (polong
Panen I Panen II
C0 (0 ml/l air plot) 6,07 ab 5,33 b
C1 (5 ml/l air plot) 5,77 b 5,51 ab
C2 (7 ml/l air/plot) 7,14 a 5,73 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada
taraf uiji 5 %

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa pada panen 2, pemberian pupuk organik cair untuk jumlah polong
pertanaman sampel (polong) menunjukkan berpengaruh yang sangat nyata dengan dosis C2 (7 ml/l air
plot) dengan jumlah polong pertanaman sampel 5,73 polong berbeda sangat nyata pada pemberian C0
(0 ml/l air plot) dengan jumlah polong pertanaman sampel 5,33 polong. Grafik hasil regresi linear
pengaruh produksi kacang panjang pada perlakuan pupuk organik cair (ml/l air plot) terhadap jumlah
polong pertanaman sampel (cm) panen 2 dapat dilihat pada Gambar 6 dibawah ini :

Gambar 6. Hubungan pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap jumlah polong pertanaman
sampel panen 2 pada taraf 5 %

Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk organik cair memberikan pengaruh terhadap
jumlah polong pertanaman sampel dan menunjukkan hubungan linear dengan persamaan regresi :
Ŷ = 0,203X + 5,323 ; R2 = 0,997
Pemberian pupuk organik cair sebanyak 7 ml/l air plot menghasilkan rata-rata jumlah polong
pertanaman sampel terbanyak dan 0 ml/l air plot menghasilkan rata-rata jumlah polong pertanaman
sampel yang terendah.
Pengaruh Pemberian Pupuk NPK (N) Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Panjang
(Vigna sinensis. L)
Tinggi Tanaman (cm)
Data pengamatan rataan tinggi tanaman (cm) serta daftar sidik ragam umur 14, 28 dan 42 hari setelah
tanam dapat dilihat pada lampiran 3 sampai lampiran 8. Dari hasil uji statistik tinggi tanaman dapat

360 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

dilihat bahwa pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata pada umur 14 hari setelah tanam dan
berpengaruh sangat nyata pada umur 28 dan 42 hari setelah tanam. Rataan tinggi tanaman (cm) pada
umur 14, 28 dan 42 hari setelah tanam pada perlakuan pupuk NPK (N) dapat dilihat pada Tabel 7 dan
grafiknya dapat dilihat pada Gambar 7 dibawah ini.

Tabel 7. Rataan tinggi tanaman (cm) pada perlakuan pupuk NPK (N)
Perlakuan
Pupuk NPK Tinggi Tanaman (cm)
14 hst 28 hst 42 hst
N0 (0 g/plot) 23,88 ab 137,24 ab 173,37 ab
N1 (4 g/plot) 23,42 b 133,80 b 173,07 b
N2 (6 g/plot) 27,73 a 148,47 a 181,84 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada
taraf uiji 5 %
Dari tabel 7 dilihat bahwa pada umur 42 hari setelah tanam, pemberian pupuk NPK untuk tinggi
tanaman menunjukkan berpengaruh yang sangat nyata dengan dosis N2 (6 g/plot) dengan tinggi
tanaman 181,84 cm berbeda sangat nyata pada pemberian N1 (4 g/plot) dengan tinggi tanaman 173,07
cm. Grafik hasil regresi linear pengaruh pertumbuhan kacang panjang pada perlakuan pupuk NPK
(g/plot) terhadap tinggi tanaman (cm) umur 42 hari setelah tanam dapat dilihat pada Gambar 7
dibawah ini :

Gambar 7. Hubungan pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap tinggi tanaman pada umur 42 hari
setelah tanam pada taraf 5 %

Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk NPK memberikan pengaruh terhadap tinggi
tanaman dan menunjukkan hubungan linear dengan persamaan regresi :
Ŷ = 4,231X + 171,8 ; R2 = 0,723
Pemberian pupuk NPK sebanyak 6 g/plot menghasilkan rata-rata tinggi tanaman terbesar dan 4 g/plot
menghasilkan rata-rata tinggi tanaman yang terendah.

Jumlah cabang (unit)


Data pengamatan rataan jumlah cabang (unit) serta daftar sidik ragam umur 14, 28 dan 42 hari setelah
tanam dapat dilihat pada lampiran 9 sampai lampiran 14. Dari hasil uji statistik jumlah cabang dapat
dilihat bahwa pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata pada umur 14 hari setelah tanam dan
berpengaruh sangat nyata pada umur 28 dan 42 hari setelah tanam. Rataan jumlah cabang (unit) pada
umur 14, 28 dan 42 hari setelah tanam pada perlakuan pupuk NPK (N) dapat dilihat pada Tabel 8 dan
grafiknya dapat dilihat pada Gambar 8 dibawah ini.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 361
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 8. Rataan jumlah cabang (unit) pada perlakuan pupuk NPK (N)
Perlakuan Pupuk NPK Jumlah Cabang (unit)
14 hst 28 hst 42 hst
N0 (0 g/plot) 1,03 a 9,03 b 19,03 b
N1 (4 g/plot) 0,85 b 9,17 ab 19,51 ab
N2 (6 g/plot) 1,00 ab 9,84 a 21,81 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada
taraf uiji 5 %

Dari tabel 8 dilihat bahwa pada umur 42 hari setelah tanam, pemberian pupuk NPK untuk jumlah
cabang (unit) menunjukkan berpengaruh yang sangat nyata dengan dosis N2 (6 g/plot) dengan jumlah
cabang 21,81 unit berbeda sangat nyata pada pemberian N0 (0 g/plot) dengan jumlah cabang 19,03
unit. Grafik hasil regresi linear pengaruh pertumbuhan kacang panjang pada perlakuan pupuk NPK
(g/plot) terhadap jumlah cabang (unit) umur 42 hari setelah tanam dapat dilihat pada Gambar 8
dibawah ini :

Gambar 8. Hubungan pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap jumlah cabang pada umur 42 hari
setelah tanam pada taraf 5 %

Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk NPK memberikan pengaruh terhadap jumlah
cabang dan menunjukkan hubungan linear dengan persamaan regresi :
Ŷ = 1,388X + 18,73 ; R2 = 0,875
Pemberian pupuk NPK sebanyak 6 g/plot menghasilkan rata-rata jumlah cabang terbanyak dan 0
g/plot menghasilkan rata-rata jumlah cabang yang terendah.

Umur Berbunga (hari)


Data pengamatan rataan umur berbunga (hari) serta daftar sidik ragam mengeluarkan bunga sekitar 60
% dapat dilihat pada lampiran 15 sampai lampiran 16. Dari hasil uji statistik umur berbunga dapat
dilihat bahwa pemberian pupuk NPK berpengaruh sangat nyata mengeluarkan bunga sekitar 60 %.
Rataan umur berbunga (hari) mengeluarkan bunga sekitar 60 % pada perlakuan pupuk NPK (N) dapat
dilihat pada Tabel 9 dan grafiknya dapat dilihat pada Gambar 9 dibawah ini.

Tabel 9. Rataan umur berbunga (hari) pada perlakuan pupuk NPK (N)
Pupuk NPK (N) Umur Berbunga (hari) Notasi
N0 (0 g/plot) 31,55 ab
N1 (4 g/plot) 32,33 a
N2 (6 g/plot) 31,33 B
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada
taraf uiji 5 %

Dari tabel 9 dilihat pemberian pupuk NPK untuk umur berbunga (hari) menunjukkan berpengaruh
sangat nyata dengan dosis N1 (4 g/plot) dengan umur berbunga 32,33 hari berbeda sangat nyata pada
pemberian N2 (6 g/plot) dengan umur berbunga 31,33 hari. Grafik hasil regresi linear pengaruh

362 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

pertumbuhan kacang panjang pada perlakuan pupuk NPK (g/plot) terhadap umur berbunga (hari)
mengeluarkan bunga sekitar 60 % dapat dilihat pada Gambar 9 dibawah ini :

Gambar 9. Hubungan pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap umur berbunga mengeluarkan
bunga sekitar 60 % pada taraf 5 %

Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk NPK memberikan pengaruh terhadap umur
berbunga dan menunjukkan hubungan linear dengan persamaan regresi :
Ŷ = 0,111X + 31,85 ; R2 = 0,044
Pemberian pupuk NPK sebanyak 4 g/plot menghasilkan rata-rata umur berbunga yang tercepat dan 6
g/plot menghasilkan rata-rata umur berbunga yang terlambat.

Umur Panen (hari)


Data pengamatan rataan umur panen serta daftar sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 17 sampai
lampiran 20. Dari hasil uji statistik umur panen dapat dilihat bahwa pemberian pupuk NPK
berpengaruh sangat nyata. Rataan umur panen (hari) pada perlakuan pupuk NPK (N) dapat
dilihat pada Tabel 10 dan grafiknya dapat dilihat pada Gambar 10 dibawah ini.

Tabel 10. Rataan umur panen pada perlakuan pupuk NPK (N)
Pupuk NPK (N) Umur Panen (hari) Notasi
N0 (0 g/plot) 50,66 Ab
N1 (4 g/plot) 52,00 A
N2 (6 g/plot) 52,00 A
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT)
pada taraf uiji 5 %

Dari tabel 10 dilihat pemberian pupuk NPK untuk umur panen (hari) menunjukkan berpengaruh
sangat nyata dengan dosis C2 (7 ml/l air plot) dengan umur panen 52,00 hari berpengaruh sangat
nyata pada pemberian C0 (0 ml/l air plot) dengan umur panen 50,00 hari. Grafik hasil regresi linear
pengaruh produksi kacang panjang pada perlakuan pupuk NPK (g/plot) terhadap umur panen (hari)
dapat dilihat pada Gambar 10 dibawah ini :

Gambar 10. Hubungan pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap umur panen pada taraf 5 %
Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk NPK memberikan pengaruh terhadap umur
panen dan menunjukkan hubungan linear dengan persamaan regresi :
Ŷ = 0,6667X+ 50,889; R2 = 0,75

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 363
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Pemberian pupuk NPK sebanyak 7 ml/l air plot menghasilkan rata-rata umur panen yang terlambat
dan 0 ml/l air plot menghasilkan rata-rata umur berbunga yang tercepat.

Panjang Polong (cm)


Data pengamatan rataan panjang polong panen 1 dan panen 2 serta daftar sidik ragam dapat dilihat
pada lampiran 21 sampai lampiran 24. Dari hasil uji statistik panjang polong panen 1 dan 2 dapat
dilihat bahwa pemberian pupuk NPK berpengaruh sangat nyata. Rataan panjang polong (cm) pada
perlakuan pupuk NPK (N) dapat dilihat pada Tabel 11 dan grafiknya dapat dilihat pada Gambar 11
dibawah ini.

Tabel 11. Rataan panjang polong (cm) panen 1 dan panen 2 pada perlakuan pupuk NPK (N)
Perlakuan Pupuk NPK Panjang Polong (cm)
Panen I Panen II
N0 (0 g/plot) 20,08 a 20,01 ab
N1 (4 g/plot) 19,85 ab 19,22 b
N2 (6 g/plot) 19,65 b 20,36 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada
taraf uiji 5 %

Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa pada panen 2, pemberian pupuk NPK untuk panjang polong (cm)
menunjukkan berpengaruh yang sangat nyata dengan dosis N2 (6 g/plot) dengan panjang polong
20,36 cm berbeda sangat nyata pada pemberian N1 (4 g/plot) dengan panjang polong 19,22 cm.
Grafik hasil regresi linear pengaruh produksi kacang panjang pada perlakuan pupuk NPK (g/plot)
terhadap panjang polong (cm) panen 2 dapat dilihat pada Gambar 11 dibawah ini :

Gambar 11. Hubungan pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap panjang polong
panen 2 pada taraf 5 %

Pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk NPK memberikan pengaruh terhadap panjang
polong dan menunjukkan hubungan linear dengan persamaan regresi :
Ŷ = 0,178X + 19,68 ; R2 = 0,092
Pemberian pupuk NPK sebanyak 6 g/plot menghasilkan rata-rata panjang polong terpanjang dan 4
g/plot menghasilkan rata-rata jumlah panjang polong yang terendah.

Jumlah Polong Pertanaman Sampel (polong)


Data pengamatan rataan jumlah polong pertanaman sampel panen 1 dan panen 2 serta daftar sidik
ragam dapat dilihat pada lampiran 25 sampai lampiran 28. Dari hasil uji statistik jumlah polong
pertanaman sampel panen 1 dan 2 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk NPK berpengaruh sangat
nyata. Rataan jumlah polong pertanaman sampel (polong) pada perlakuan pupuk NPK (N) dapat
dilihat pada Tabel 12 dan grafiknya dapat dilihat pada Gambar 12 dibawah ini.

364 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 12. Rataan jumlah polong pertanaman sampel (polong) panen 1 dan panen 2 pada perlakuan
pupuk NPK (N)
Perlakuan Pupuk NPK Jumlah Polong Pertanaman Sampel (polong)
Panen I Panen II
N0 (0 g/plot) 5,84 b 5,29 ab
N1 (4 g/plot) 6,47 ab 5,07 b
N2 (6 g/plot) 6,66 a 6,22 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada
taraf uiji 5 %

Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa pada panen 2, pemberian pupuk NPK untuk jumlah polong
pertanaman sampel (polong) menunjukkan berpengaruh yang sangat nyata dengan dosis N2 (6 g/plot)
dengan jumlah polong pertanaman sampel 6,22 polong berbeda sangat nyata pada pemberian N1 (4
g/plot) dengan jumlah pertanaman sampel 5,07 polong. Grafik hasil regresi linear pengaruh produksi
kacang panjang pada perlakuan pupuk NPK (g/plot) terhadap jumlah polong pertanaman sampel (cm)
panen 2 dapat dilihat pada Gambar 12 dibawah ini :

Gambar 12. Hubungan pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap jumlah polong
pertanaman sampel panen 2 pada taraf 5 %

Pada Gambar 12 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk NPK memberikan pengaruh terhadap jumlah
polong pertanaman sampel dan menunjukkan hubungan linear dengan persamaan regresi :
Ŷ = 0,463X + 5,063 ; R2 = 0,578
Pemberian pupuk NPK sebanyak 6 g/plot menghasilkan rata-rata jumlah polong pertanaman sampel
terbanyak dan 4 g/plot menghasilkan rata-rata jumlah polong pertanaman sampel yang terendah.

Interaksi Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair dan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Dan
Produksi Kacang Panjang (Vigna sinensis. L)
Data pengamatan rataan serta data sidik ragam pertumbuhan dan produksi kacang panjang yaitu
tinggi tanaman, jumlah cabang, umur berbunga, umur panen, panjang polong dan jumlah polong
pertanaman sampel dapat dilihat pada lampiran 3 sampai lampiran 28, dan interaksi dari pupuk organik
cair dan pupuk NPK dapat dilihat pada lampiran 29. Dari uji statistik yang dilakukan tiap peubah yang
diamati pada perlakuan pupuk organik cair menujukkan pengaruh yang sangat nyata pada tinggi tanaman,
jumlah cabang, umur berbunga, panjang polong dan jumlah polong pertanaman sampel tetapi yang tidak
berpengaruh nyata pada umur panen. pada perlakuan pupuk NPK menujukkan pengaruh yang sangat
nyata pada tinggi tanaman, jumlah cabang, umur berbunga, panjang polong dan jumlah polong
pertanaman sampel tetapi yang tidak berpengaruh nyata pada umur panen. Namun secara visual
pangamatan pertumbuhan dilapangan yang terbaik adalah C1N2 (5 ml/l air plot + 6 g/plot) sedangkan
produksi adalah C2N2 (7 ml/l air plot + 6 g/plot) menunjukkan pertumbuhan dan produksi yang baik dari
tiap-tiap peubah yang diamati.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 365
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 13. Rataan interaksi pemberian pupuk organik cair dan pupuk NPK pertumbuhan dan
produksi kacang panjang (Vigna sinensis. L)
Pupuk 6. Jumlah
Organik 1. 2. Jumlah Polong/tanaman
Cair (C) Tinggi Cabang 3. Umur 5. Panjang Sampel
dan Pupuk Tanaman (unit) 42 Berbunga 4. umur panen Polong (hari) (polong) Panen
NPK (N) (cm) 42 hst hst (hari) 60 % (hari) panen 2 Panen 2 2
C0N0 184,57 abc 17,88 d 30,66 d 51 bc 20,21 bc 5,44 bc
C0N1 179,74 bcd 19,44 c 33,33 a 52 ab 18,20 d 5,66 abc
C0N2 165,68 bc 21,22 abc 32,00 bc 51 bc 20,43 a 4,88 cd
C1N0 153,28 d 19,10 cd 31,66 cd 51 bc 20,19 bcd 4,99 bcd
C1N1 164,03 cd 19,77 bcd 32,00 bc 52 ab 20,23 abc 4,99 bcd
C1N2 190,36 a 22,22 a 31,33 bcd 52 ab 20,34 a 6,55 ab
182,27
C2N0 abcd 20,11 bc 32,33 abc 50 c 19,63 cd 5,44 bc
C2N1 175,46 c 19,32 cd 31,66 cd 52 ab 19,23 cd 4,55 d
C2N2 189,47 ab 21,99 ab 30,66 d 53 a 20,32 ab 7,22 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada
taraf uiji 5 %

Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman terbesar pada umur 42 hst diperoleh 190,36 cm
dari perlakuan C1N2 (5 ml/l air plot + 6 g/plot) sementara tinggi tanaman yang terendah 153,28 cm
diperoleh pada perlakun C1N0 (5 ml/l air plot + 0 g/plot). Jumlah cabang terbanyak pada umur 42
hst diperoleh 22,22 unit dari perlakuan C1N2 (5 ml/l air plot + 6 g/plot) sementara jumlah cabang yang
terendah 17,88 unit diperoleh pada perlakun C0N0 (0 ml/l air plot + 0 g/plot). Umur berbunga terlambat
diperoleh 33,33 hari dari perlakuan C0N1 (0 ml/l air plot + 4 g/plot) sementara umur berbunga yang
tercepat 30,66 hari diperoleh pada perlakun C0N0 (0 ml/l air plot + 0 g/plot). Umur panen terlambat
diperoleh 53,00 C2N2 (7 ml/l air plot + 6 g/plot) sementera umur panen yang tercepat C2N0 (7 ml/l air
plot + 0 g/plot) diperoleh 50 hari. Panjang polong terpanjang panen 2 diperoleh 20,34 hari dari perlakuan
C1N2 (5 ml/l air plot + 6 g/plot) sementara panjang polong panen 2 yang terendah 18,20 hari diperoleh
pada perlakun C0N1 (0 ml/l air plot + 4 g/plot). Jumlah polong pertanaman panen 2 terpanjang diperoleh
7,22 polong dari perlakuan C2N2 (7 ml/l air plot + 6 g/plot) sementara jumlah polong pertanaman panen
2 yang terendah 4,55 polong diperoleh pada perlakun C2N1 (7 ml/l air plot + 4 g/plot).

KESIMPULAN
Hasil kesimpulan menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk organik cair menujukkan
berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (cm), jumlah cabang produktif (unit), umur berbunga
(hari), panjang polong (cm) dan jumlah polong pertanaman sampel (polong), sedangkan berpengaruh
tidak nyata terhadap umur panen (hari). Pemberian pupuk NPK menujukkan berbeda sangat nyata
terhadap tinggi tanaman (cm), jumlah cabang produktif (cabang), umur berbunga (hari), umur panen
(hari), panjang polong (cm) dan jumlah polong pertanaman sampel (polong).Interaksi pengaruh
pemberian pupuko rganik cair dan NPK terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang
panjangberpengaruh sangat nyata tiap-tiap peubah parameter yang diamati.

DAFTAR PUSTAKA
Asrifah, 2010. Budi daya kacang panjang. Azkapress.
Badan penelitian dan pengembangan pertanian. 1990. Epikasi PPC Supermes pada kedelai. Balai
penelitian tanaman pangan sukamandi. Jawa Barat.
Bakrie, A. H. 2003. Respon Tanaman Kacang Panjang Terhadap Pemberian Dosis Nitrogen dan Pupuk
Daun. Simposius nasional dan kongres paragi VIII.Lampung.
Cooke, G.W. 2007. Fertilizing for Maximum Yield. Granada Publishing Lmt. London. P. 75-87.
Gunadi, N. 2009. Kalium sulfat dan kalium klorida sebagai sumber kalium pada tanaman tanaman

366 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

bawang merah. Jurnal Hortikultura. 17(1):34-42.


Haryanto, ddk .2007. Budidaya kacang panjang. cet. 14- Penebar swadaya.Jakarta.
Haryanto, E., Suhartini, T., Rahayu, E, 2007. Budidaya Kacang Panjang. Penebar Swadaya, Jakarta.
Hadisuwito, 2007, Majalah Agroteknologi, Edisi, Agustus-September 2007.
Nazaruddin, 1993. Sayuran dataran rendah. Penrbar Swadaya.
Nunung, Hilman, 2006, Pupuk Akar dan Jenis Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Natipulu, D, dan L. Winarno. 2010. Pengaruh pemberian pupuk N dan K terhadap pertumbuhan dan
produksi kacang panjang. Jurnal Hortikultura. 20(1):27-35.
Pitojo, S, 2006. Benih Kacang Panjang. Kanisius, Yogyakarta.
Simatupang, R. S. R Ghalib dan Khairudin. 2009. Pemupukan NPK pada Tanaman Ubi Jalar di Lahan
Hujan Kalimantan Selatan. Dalam. L.Achmad, W ; Yudi, W; Sri, S.A; Hanudji, P; Sumarno
(Penyunting).Risalah seminar penerapan teknologi produksi dan pasca panen ubi jalar
mendukung Agroindustri. Balittan Malang.
Suhemi, 2007, Tanaman Kacang–Kacangan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sunarjono, H, 2006. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sumiati, Sumarni, 2009, Memanfaatkan Lahan Bercocok Tanam Kacang Panjang. CV. Titik Terang,
Jakarta.
Sumarni, N, Rosalin, R, dan Basuki,RS, 2012. Respon pertumbuhan, dan serapan hara NPK tanaman
kacang panjang terhadap berbagai dosis pemupukan NPK pada tanah Alluvial.Balai penelitian
tanaman sayuran lembang bandung. 22 (4): 366-375

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 367
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK TOP G-2 DAN PUPUK


KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN SERTA
PRODUKSI TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L)

Muhammad Riansyah Harahap1, Ida Zulfida2

1.Mahasisa Prodi Agreteknologi Fakultas Pertanian UPMI


2.Dosen Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian UPMI
Email : idazulfida@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi kedelai (glycine
max L) akibat pemberian pupuk kandang sapi dan pupuk organik cair dan sekaligus mengetahui
interaksi pengaruh pemberian pupuk kandang sapi dan pupuk organik cair terhadap pertumbuhan
dan produksi kedelai (glycine max L). Penelitian ini merupakan percobaan lapangan yang
dilaksanakan di lahan percobaan pertanian UPMI Deli Serdang dengan Ketinggian Tempat ±
40m diatas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2019, dengan
metode RAK (Racangan Acak Kelompok) faktorial. Faktor pertama adalah pupuk kandang sapi
yang terdiri dari 3 taraf yaitu K0 = 0 kg/plot (0 ton/ha), K1 = 2 kg/plot (20 ton/ha) dan K2 = 4
kg/plot (40 ton/ha). Faktor kedua adalah pupuk organik cair yang terdiri dari 3 taraf yaitu P0 = 0
cc/plot (0 l/ha), P1 = Sama dengan dosis anjuran (3 Ltr/ha dan 6 Ltr/ha) dan P2 = ½ dosis
anjuran (4,5 Ltr/ha dan 9 Ltr/ha). Parameter yang diamati adalah Tinggi Tanaman (cm) pada
umur 7 hst, 14 hst, 21 hst, 28 hst dan 35 hst, Jumlah Daun (helai) pada umur 7 hst, 14 hst, 21 hst,
28 hst dan 35 hst, Jumlah Cabang Produktif (cabang) pada umur 7 hst, 14 hst, 21 hst, 28 hst dan
35 hst, Umur Berbunga (hari), Jumlah Polong Persampel (buah), Jumlah Bintil Akar Efektif
(bintil), Produksi Biji Kering Persampel (g), Bobot 100 Biji Kering (g) Produksi Biji Kering
Persampel (g). Hasil penelitian menunjukkan Pengaruh pemberian pupuk kandang sapi
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman (cm) pada umur 7 hst, 14 hst, 21 hst, 28 hst dan
35 hst, jumlah daun (helai) pada umur 7 hst, 14 hst, 21 hst, 28 hst dan 35 hst, jumlah cabang
produktif (cabang) pada umur 7 hst, 14 hst, 21 hst, 28 hst dan 35 hst, umur berbunga (hari),
jumlah polong persampel (buah), jumlah bintil akar efektif (bintil), bobot 100 biji kering (g) dan
produksi biji kering perplot (g) sedangkan berpengaruh sangat nyata produksi biji kering
persampel (g). Pengaruh pemberian pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi
tanaman (cm) pada umur 7 hst, 14 hst, 21 hst, 28 hst dan 35 hst, jumlah daun (helai) pada umur 7
hst, 14 hst, 21 hst, 28 hst dan 35 hst, jumlah cabang produktif (cabang) pada umur 7 hst, 14 hst,
21 hst, 28 hst dan 35 hst, umur berbunga (hari) dan jumlah bintil akar efektif (bintil), sedangkan
berpengaruh sangat nyata jumlah polong persampel (buah), produksi biji kering persampel (g),
bobot 100 biji kering (g) dan produksi biji kering perplot (g). Interaksi pengaruh pemberian
pupuk kandang sapi dan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman
(cm) pada umur 7 hst, 14 hst, 21 hst, 28 hst dan 35 hst, jumlah daun (helai) pada umur 7 hst, 14
hst, 21 hst, 28 hst dan 35 hst, jumlah cabang produktif (cabang) pada umur 7 hst, 14 hst, 21 hst,
28 hst dan 35 hst, umur berbunga (hari), jumlah polong persampel (buah), produksi biji kering
persampel (g), bobot 100 biji kering (g) dan produksi biji kering perplot (g) sedangkan
berpengaruh sangat nyata jumlah bintil akar efektif (bintil).
Kata kunci : Pupuk kandang sapi, pupuk organik cair, pertumbuhan dan produksi tanaman
kedelai.

ABSTRACT
This study aims to determine the response of growth and production of soybeans (glycine max L)
due to the provision of cow manure and liquid organic fertilizer and at the same time determine
the interaction of the effects of cow manure and liquid organic fertilizer on the growth and
production of soybeans (glycine max L). This research is a field experiment carried out in UPMI
Deli Serdang agricultural experimental land with a height of ± 40m above sea level. The study

368 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

was conducted in April to June 2019, using the factorial randomized block design (RAK). The
first factor is cow manure consisting of 3 levels namely K0 = 0 kg / plot (0 tons / ha), K1 = 2 kg /
plot (20 tons / ha) and K2 = 4 kg / plot (40 tons / ha) . The second factor is liquid organic
fertilizer consisting of 3 levels namely P0 = 0 cc / plot (0 l / ha), P1 = Same as recommended
dosage (3 Ltr / ha and 6 Ltr / ha) and P2 = ½ recommended dose (4 , 5 Ltr / ha and 9 Ltr / ha).
The parameters observed were Plant Height (cm) at the age of 7 days, 14 days, 21 days, 28 days
and 35 days, number of leaves (strands) at 7 days, 14 days, 21 days, 28 days and 35 days,
number of branches Productive (branch) at the age of 7 days, 14 days, 21 days, 28 days and 35
days, flowering age (days), number of sample pods (fruit), number of effective root nodules
(nodules), production of dried seed samples (g), Weight of 100 Dried Seeds (g) Production of
Dried Samples (g). The results showed that the effect of cow manure did not significantly affect
plant height (cm) at the age of 7 days after birth, 14 days after birth, 28 days after planting, leaf
number at 7 days after planting, 14 days after planting 28 DAPs and 35 DAPs, number of
productive branches (branches) at 7 DSTs, 14 DSTs, 21 DSTs, 28 DSTs and 35 DSTs, flowering
age (days), number of sample pods (fruit), number of effective root nodules (nodules), weight of
100 dry seeds (g) and perplot (g) dry seed production while having a very significant effect on
the production of sample dry seeds (g). The effect of the application of liquid organic fertilizer
has no significant effect on plant height (cm) at the age of 7 days, 14 days, 21 days, 28 days and
35 days, number of leaves at 7 days, 14 days, 21 days, 28 days after 35 days after planting, the
number of productive branches (branches) at the age of 7 days, 14 days after birth, 21 days after
planting, days after flowering (days) and the number of effective root nodules (nodules), while
the number of sample pods (fruits) is very significant. , dry sample seed production (g), weight of
100 dried seeds (g) and perplot dry seed production (g). The interaction of the effect of cow
manure and liquid organic fertilizer did not significantly affect plant height (cm) at 7 days after
birth, 14 days after birth, 28 days after planting, leaf number at the age of 7 days, 14 days after
age HST, 28 HST and 35 HST, the number of productive branches (branches) at the age of 7
HST, 14 HST, 21 HST, 28 HST and 35 HST, the age of flowering (days), the number of sample
pods (fruit), production of dried seed samples (g ), the weight of 100 dried seeds (g) and the
production of perplot (g) dry seeds while the effect was very significant on the number of
effective root nodules (nodules).
Keywords: Cow manure, liquid organic fertilizer, soybean growth and production.

PENDAHULUAN
Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum
sp. Cabai berasal dari benua Amerika dan Asia termasuk negara Indonesia. Tanaman cabai merupakan
salah satu sayuran buah yang memiliki peluang bisnis yang baik. Besarnya kebutuhan dalam negeri dan
luar negeri menjadikan cabai sebagai komuditas menjanjikan merupakan potensi untuk meraup
keuntungan. Tidak heran jika cabai merupakan komuditas hortikultura yang mengalami fluktuasi harga
paling tinggi di Indonesia (Wardana, 2014). Cabai mengandung zat gizi yang cukup lengkap, antara lain
Kalori, protein, lemak, karbohidrat, mineral, (kalsium, fosfor, dan besi), serat, dan vitamin. Pada
umumnya, cabai mengandung 0,1-1% rasa pedas, yang disebabkan oleh zat capsaicin dan
dehidrocapsaicin yang terkandung dalam buah cabai.
Adapun kandungan gizi cabai ini disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Gizi Cabai


No Kandungan Gizi Jumlah
1. Kalori (kal) 31
2. Protein (g) 1
3. Lemak (g) 0,3
4. Karbohidrat (g) 7,3
5. Kalsium (mg) 29
6. Fosfor (mg) 24
7. Besi (mg) 0,5
8. Serat (g) 0,3
9. Vitamin A (RE) 71
10. Vitamin B1 (mg) 0,05
11. Vitamin B2 (mg) 0,03

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 369
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

12. Vitamin B3/ Niacin (mg) 0,2


13. Vitamin C 18
(Cahyono, 2014)

Dengan makin beragamnya kebutuhan manusia dan makin berkembangnya teknologi obat-obatan,
kosmetik, zat warna, pencampuran minuman dan lainnya, maka kebutuhan bahan baku cabai akan terus
meningkat setiap tahunnya (Zulkifli dkk, 2010). Tidak hanya berfungsi sebagai bahan pangan, cabai
merupakan bahan baku industri saat ini. Kebutuhan cabai perkapita di Indonesia saat ini terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun dengan pertumbuhan penduduk setiap tahunnya, menurut BPS Tahun
2014 konsumsi perkapita setiap minggunya adalah 0,28 kg. Luas panen cabai pada tahun 2015 di
Indonesia adalah 120.847 ha (BPS, 2015). Produksi cabai segar dengan tangkai sebesar 147.810 ton
dibandingkan tahun 2013, terjadi penurunan produksi sebesar 14.123 ton (8,72%). Penurunan ini
disebabkan penurunan luas panen sebesar 1.946 ha (11,34%), meskipun produktivitas meningkat sebesar
0,28 ton per ha (2,95%) dibandingkan tahun 2013 (BPS, 2015). Penurunan produksi tersebut
menyebabkan kebutuhan masyarakat terhadap cabai tidak terpenuhi. Akhir-akhir ini permintaan pasar
terhadap kebutuhan cabai merah terus meningkat seiring dengan munculnya swalayan-swalayan yang
senantiasa mambutuhkan cabai yang jumlah yang cukup besar. Kebutuhan untuk ekspor pun terus
bertambah,antara lain dibuktikan oleh adanya ekspor. Mengingat akan hal tersebut, penulis merasa
tertarik melakukan usaha untuk membudidayakan cabai merah secara intensif dan komersil,sehingga
kualitas,kuantitas dan kontiniutas produksinya pun dapat memenuhi standart permintaan
konsumen(pasar). Caranya dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, misalnya dengan meningkatkan
penggunaan pupuk, melakukan pengaturan jarak tanam atau menggunakan berbagai macam zat pengatur
tumbuh untuk mengatur pertumbuhan dan produktifitas tanaman. Usaha dalam meningkatkan efektifvitas
pertumbuhan tanaman cabai antara lain dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk Top G-2 dan
pupuk kandang ayam. Pupuk Top G-2 adalah pupuk organik cair yang dirancang dan diformulasi dengan
fermentasi bioteknologi, Top G-2 dibuat dari bahan baku organik pilihan serta melalui penelitian dan uji
efektivitas secara ilmiah serta praktek dilapangan. Top G-2 di produksi dari bahan baku organik pilihan
seperti ikan laut, tumbuh-tumbuhan dan mineral alami, mengandung lebih dari 40 unsur yang bermanfaat
dan dibutuhkan untuk tanah dan tanaman, seperti unsur C-organik, hara esensial, asam amino, asam
organik, enzim dan vitamin, hormon pengatur tumbuh,senyawa bioaktif dan berbagai unsur nutrisi
tambahan lainnya. Pupuk Top G-2 dapat meningkatkan efektivitas pertumbuhan tanaman secara
maksimal dan seimbang (kualitas, kuantitas dan mutu hasil produksi/panen). Meningkatkan pertumbuhan
dan kualitas fisik akar, batang, daun, biji/gabah, bunga, buah, dll. Serta meningkatkan kualitas dan nilai
ekonomis hasil produk : warna, bentuk, rasa, kandungan gula, kandungan minyak, kandungan
karbohidrat, kandungan protein serta ketahanan fisik tanaman (Health Wealth Internasional, 2012).
Pupuk kandang ayam dihasilkan dari fermentasi kotoran ayam minimal 8 hari. Pupuk kandang ayam
mempunyai hara N 1,5 %, P 1,3%, K 0,8%, kadar air 57 %, bahan organik 29 %, dan Rasio C/N 9-11.
Pupuk kandang ayam mempunyai kadar P yang relatif lebih tinggi dari pupuk kandang lainnya. Kadar
hara ini sangat dipengaruhi oleh jenis konsentrat yang diberikan. Selain itu pula dalam kotoran ayam
tersebut tercampur sisa-sisa makanan ayam serta sekam sebagai alas kandang yang dapat
menyumbangkan tambahan hara kedalam pupuk kandang terhadap tanaman yang nerguna untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, biologi tanah (Wiwik dan Widowati, 2005). Untuk aplikasi terbaik dalam
budidaya tanaman cabai perlu diuji pemilihan dosis yang tepat. Hal ini dapat diperoleh melalui
pengujian-pengujian di lapangan. Hal tersebut yang menjadi tujuan dari penelitian ini. Diharapkan
sampai batas tertentu kombinasi antara pemberian pupuk TOP G-2 dan pupuk ayam kandang dapat
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.)

METODE
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) factorial dengan 2
(dua) factor yang diteliti,yaitu :
1. Faktor Pupuk TOP G-2 terdiri dari 4 taraf, yaitu :
T0 = 0 (tanpa perlakuan)
T1 = 4 cc/L
T2 = 6 cc/L
2. Factor pupuk Kandang Ayam terdiri dari 3 taraf, yaitu :
A0 = 0 ton/ha (0 kg/plot)
A1 = 10 ton/ha (1,2 kg/plot)
A2 = 20 ton/ha (2,4 kg/plot)
Jumlah kombinasi perlakuan 9 kombinasi yaitu :

370 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

T0A0 T1A0 T2A0


T0A1 T1A1 T2A1
T0A2 T1A2 T2A2
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Jumlah plot percobaan : 27 plot
Jumlah tanaman per plot : 4 tanaman
Jumlah tanaman sampel per plot : 2 tanaman
Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 54 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 108 tanaman
Luas plot percobaan : 120 cm × 100 cm
Jarak antar plot : 25 cm
Jarak antar ulangan : 50 cm
Jarak tanam : 60 cm × 50 cm
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian yang akam dilakukan meliputi persiapan lahan, pengolahan tanah,
pembuatan plot, aplikasi pupuk kandang ayam, aplikasi pupuk TOP G- 2, pemasangan mulsa dan
pembuatan lubang tanam, pembibitan benih, penanaman, penyiraman, penyisipan, penyiangan,
pemupukan, perempelan, pemasangan ajir, pengendalian hama dan penyakit, panen.
Persiapaan lahan
Sebelum melakukan pengolahan tanah, lahan terlebih dahulu dibersihkan dari bongkohan-
bongkahan pohon, batuan dan tanaman pengganggu (gulma). Biasanya pembersihan lahan dilakukan
pada saat pengolahan tanah. Sisa tanaman dan kotoran tadi dibuang keluar areal pertanaman.
Pembersihan lahan bertujuan untuk menghindari serangan gulma, penyakit, dan menekan persaingan
dalam penyerapan hara yang mungkin terjadi.
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan cara mencangkul tanah sedalam 30 cm, yang berguna untuk
menggemburkan tanah dan membersihkan akar-akar gulma yang ada di dalam tanah. Pengolahan tanah
dilakukan 2 kali, pengolahan pertama dilakukan secara kasar yang berbentuk bongkahan tanah dan
pembalikan bongkahan tanah lalu dibiarkan selama satu minggu agar aerase baik serta terlepasnya gas-
gas yang bersifat racun bagi tanaman. Pengolahan tanah kedua berupa penghalusan tanah yang dilakukan
dengan cara menghancurkan atau menghaluskan bongkahan sehingga diperoleh tanah yang gembur.
Pembuatan Plot
Setelah pengolahan tanah, dilakukan pembuatan plot dengan ukuran panjang 120 cm dan lebar 100
cm dengan ketinggian plot 20 cm. Jumlah ulangan sebanyak 3 kali ulangan, dengan jarak antar ulangan
50 cm dan jarak antar plot 25 cm. Selanjutnya permukaan plot diratakan, dan ditentukan perlakuan pada
masing-masing plot secara acak.
Aplikasi Pupuk Kandang Ayam
Pupuk kandang ayam diaplikasikan pada tanaman cabai (Capsicum annum L) setelah pengolahan
tanah selesai dilakukan. Pembarian pupuk kandang ayam hanya sekali diaplikasikan ke tanah setelah
proses pengolahan tanah selesai dilakukan. Cara penggunaannya yaitu pupuk kandang ayam dicampurkan
secara merata dengan tanah yang dilakukan pada setiap plotnya dengan dosis yang berbeda-beda sesuai
perlakuannya.
Aplikasi Pupuk Top G2
Pupuk Top-G2 diaplikasikan pada saat tanaman cabai telah ditanam dalam bedengan atau plot.
Pupuk Top-G2 diaplikasikan ketanah dengan cara disemprotkan ketanah dengan menggunakan gembor.
Pemberian Pupuk Top-G2 pada tanaman cabai yaitu sebanyak 4 kali pemberian selama penelitian
berlangsung, yaitu pemberian pertama pada awal tanaman telah ditanam dengan interval waktu 10 hari
sekali. Pemberian kedua pada saat cabai berumur 10 hari setelah tanam, pemberian ketiga pada saat
tanaman cabai berumur 20 hari setelah tanam, dan pemberian keempat atau pemberian terakhir yaitu pada
umur 30 hari setelah tanam. Dosis yang diberikan sesuai perlakuan. Aplikasi Pupuk Top-G2 dilakukan
pagi hari dan sore hari.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 371
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

HASIL
Pengaruh Pemberian Pupuk TOP G-2 Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai
(Capsicum annuum. L)
Hasil pemberian pupuk TOP G-2 diamati terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah cabang,
jumlah buah, produksi buah pertanaman sampel, dan produksi buah per plot.
1. Tinggi Tanaman (cm)

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman (cm) pada umur 2 sampai dengan 6 minggu
setelah tanam pada perlakuan pupuk TOP G-2
Perlakuan Tinggi Tanaman
Pupuk TOP G-2 2 mst 4 mst 6 mst
…..cm…..
T0 14,06 a 18,95 a 30,11
T1 14,77 a 19,83 b 30,22
T2 16,63 b 21,88 c 29,60
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Pengaruh pupuk TOP G-2 terhadap tinggi tanaman (cm) cabai pada umur 2 mst dapat dilihat pada
grafik gambar 1.

Gambar 1. Grafik tinggi tanaman cabai dengan pemberian dosis pupuk TOP G-2 pada umur 2 mst.

Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Cabai (Capsicum annuum. L)
Hasil pemberian pupuk kandang ayam diamati terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah cabang,
jumlah buah, produksi buah pertanaman sampel, dan produksi buah per plot, diuraikan sebagai berikut:

1. Tinggi Tanaman (cm)


Hasil analisis data secara statistik terhadap tinggi tanaman cabai (cm) dapat dilihat bahwa pemberian
pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 minggu setelah tanam, 4
minggu setelah tanam, dan 6 minggu setelah tanam.

2. Jumlah Cabang (cabang)


Hasil analisis data secara statistik terhadap jumlah cabang cabai (cabang) dapat dilihat bahwa pemberian
pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang umur 4 minggu setelah tanam dan
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah cabang umur 2 minggu setelah tanam.

3. Jumlah Buah (buah)


Hasil analisis data secara statistik terhadap jumlah buah (buah) dapat dilihat bahwa pemberian pupuk
kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah buah.

4. Produksi Buah Pertanaman Sampel (gram)

372 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Hasil analisis data secara statistik terhadap produksi buah pertanaman sampel (gram) dapat dilihat bahwa
pemberian pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap produksi buah pertanaman sampel
(gram).

5. Produksi Buah Perplot (gram)


Hasil analisis data secara statistik terhadap produksi buah segar pertanaman plot (gr) dapat dilihat bahwa
pemberian pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap produksi buah segar pertanaman plot.
Pengaruh Interaksi Pupuk TOP G-2 dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Cabai (Capsicum annuum. L)
Data rataan pengamatan Tinggi Tanaman (cm), Jumlah Cabang (cabang), Jumlah Buah (buah),
Produksi Buah Pertanaman Sampel (gr), Produksi Buah Pertanaman Plot (gr) dapat dilihat pada tabel
lampiran 4 sampai dengan tabel lampiran 19. Dari hasil uji statistik interaksi pupuk TOP G-2 dan pupuk
kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2 mst, 4 mst, 6 mst, jumlah
cabang pada umur 2 mst, 4 mst, jumlah buah, produksi buah pertanaman sampel, dan produksi buah
pertanaman plot.

Gambar 3. Perbandingan jumlah Pupuk TOP G-2 terhadap tinggi tanaman

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemberian pupuk TOP G-2 tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 6 mst, jumlah
cabang pada umur 2 mst. tetapi berpengaruh nyata terhadap jumlah buah, produksi buah
persampel, produksi buah perplot, dan berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 2
mst, 4 mst, jumlah cabang pada umur 4 mst.
2. Pemberian pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 mst, 4
mst, 6 mst, jumlah cabang pada umur 4 mst, jumlah buah, produksi buah persampel, produksi buah
persampel dan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah cabang pada umur 2 mst.
3. Interaksi pupuk TOP G-2 dan pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman umur 2 mst, 4 mst, 6 mst, jumlah cabang pada umur 2 mst, 4 mst, jumlah buah, produksi
buah persampel, dan produksi buah perplot.

DAFTAR PUSTAKA
Alex S. 2016. Kiat Jitu Bertanam Cabai di Segala Musim. Pustaka Baru Press, Yogyakarta.
{Bps}Badan Pusat Statistik. 2015. Luas Panen Cabai Besar Menurut 2011-2015.BPS
{Bps} Badan Pusat Statistik. 2014. Kebutuhan Cabai Perkapita di Indonesia. BPS.
{Bps} Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Cabai Merah.BPS
Cahyono, B. 2014. Rahasia Budidaya Cabai Merah Besar dan Keriting. Pustaka Mina, Jakarta.
Damanik, 2011. Penggunaan Pupuk Kandang Ayam. Rineka Cipta
Faiz, K. 2011. Deskripsi Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Cabai (fasula.blogspot.com)

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 373
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Fredi, K. 2016. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Cabai Merah (Fredikurniawan.com).


Health wealth internasional. 2012. Panduan Penggunaan Pupuk Top G-2.
Indah megawati, 2009. Teknik Pemberian Berbagai Macam Pupuk Organik. Rineka Cipta
Jumini, Nurhayati dan Murzani. 2011. Efek Kombinasi Dosis Pupuk N P K dan Cara Pemupukan
terhadap Pertumbuhan dan Hasil cabai. J. Floratek 6 (2): 165-170.
Marsono dan Sigit P. Pupuk Kandang
Nani dan Muharram. 2005. Budidaya Tanaman Cabai Merah (balitsa. Litbang. Pertanian. go. Id).
Nurfalach, D R. 2010. Budidaya Tanaman Cabai merah di UPTD Pembibitan Hortikultura Desa Pakopen
Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.
Pangaribuan, D.H. 2012. Pengaruh pupuk organikcair terhadap perumbuhan dan produksi sayuran
kangkung, bayam, dan caism. Prosiding seminar nasional perhimpunan hortikultura Indonesia.
Jurnal Agroteknologi Universitas Lampung. Bandar Lampung. 7 hlm.
Sidabutar, 2006. Aplikasi Beberapa Macam Pupuk Organik. Rineka Cipta.
Verheyen, T.V. (2008). The Production of Agriculture. Energia.2, (3).
Wardana, H. 2014. Budidaya Tanaman Cabai Merah di UPTD Pembibitan Hortikultuta Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember.
Wartapa. A., S. Suhartiningsih, S. Astuti, dan Sukadi. 2010. Pengaruh Jenis Pupuk dan Tanaman
Antagonis Terhadap Hasil Cabe Rawit (Capsicum frutescens) Budidaya Vertikultur. Jurnal Ilmu-
Ilmu Pertanian 6(2) : 142 -156
Wiwik dan Widowati. 2005. Pupuk kandang (Balittanah. Litbang. Pertanian. go.id)
Zulkifli, AK, Adli, Amrizal, Iskandar, Nasir, Sulaiman, Roswita, Azia, Fahrizal, Djuanda.2010.
Teknologi Budidaya Tanaman Cabai Merah.

374 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Respon Pertumbuhan Tanaman Bayam Hijau (Amaranthus SP.)


Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Pemberian Urine Sapi

Septian Putra1, Eri samah2

1.Mahasiswa Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian UPMI


2.Dosen prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian UPMI Coresponding author
Email:erisamah280@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Respon Pertumbuhan Tanaman Bayam Hijau
(Amaranthus. sp) Denga Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Pemberian Urine Sapi, sekaligus
mengetahui interaksi Respon Pertumbuhan Tanaman Bayam Hijau (Amaranthus. sp) Denga
Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Pemberian Urine Sapi. Penelitian ini merupakan percobaan
lapangan yang di laksanakan di Jalan Jalan Balai Desa (Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
UPMI Medan), Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat sekitar
± 40 m dpl. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai juli 2017, dengan metode RAK
(Rancangan Acak Kelompok) faktorial. Faktor pertama adalah pupuk kandang sapi yang terdiri
dari 3 taraf yaitu K0 = 0 kg/plot (kontrol), K1 = 1 kg/plot (10 ton/ha), dan K2 = 2 kg/plot (20
ton/ha). Faktor kedua adalah urine sapi yang terdiri dari 3 taraf yaitu U 0 = 0 cc/plot (kontrol), U1=
25 cc/plot dan U2 = 50 cc/plot. Parameter yang diamati adalah Tinggi Tanaman (cm), Jumlah
Daun (helai), Panjang Akar (cm), Produksi Berat Basah Pertanaman Sampel (gr), Produksi Berat
Basah Pertanaman Plot (gr). Hasil penelitian menunjukkan penggunaan pupuk kandang sapi
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, produksi berat basah pertanaman plot,
tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar, produksi berat basah pertanaman plot.
Penggunaan urine sapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, panjang
akar, produksi berat basah pertanaman sampel, produksi berat basah peretanaman plot. Interaksi
kedua kombinasi perlakuan menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah
daun, panjang akar, produksi berat basah pertanaman sampel, produksi berat basah peretanaman
plot. Hal ini disebabkan respon dari kedua perlakuan tersebuat tidak mampu mendukung dalam
proses pertumbuhan dan produksi tanaman bayam hijau.
Kata Kunci : Bayam, Pupuk Kandang.

ABSTRACT
This study aims to determine the Growth Response of Green Spinach Plants (Amaranthus. Sp) By
Giving Cow Cage Fertilizer and Giving Cow Urine, as well as knowing the interaction of Green
Spinach Plant Growth Response (Amaranthus. Sp) By Giving Cow Cage Fertilizer and Giving
Cow Urine. This research was a field experiment carried out on Jalan Jalan Balai Desa
(Experiment Garden of UPMI Faculty of Agriculture, Medan), Patumbak District, Deli Serdang
Regency with a height of about ± 40 m above sea level. The study was conducted in May to July
2017, using factorial randomized block design (RAK). The first factor is cow manure consisting
of 3 levels namely K0 = 0 kg / plot (control), K1 = 1 kg / plot (10 tons / ha), and K2 = 2 kg / plot
(20 tons / ha). The second factor is cow urine consisting of 3 levels, U0 = 0 cc / plot (control),
U1 = 25 cc / plot and U2 = 50 cc / plot. The parameters observed were Plant Height (cm),
Number of Leaves (strands), Root Length (cm), Wet Production Weight of Planted Samples (gr),
Wet Planting Production Weight of Plots (gr). The results showed the use of cow manure had a
significant effect on plant height, number of leaves, production of wet planted plot weight, but
did not significantly affect root length, production of wet planted plot weight. The use of cow
urine has no significant effect on plant height, number of leaves, root length, production of wet
planted samples, production of wet weight of plot plot. The interaction of the two treatment
combinations showed no significant effect on plant height, number of leaves, root length, wet
weight production of sample plantations, wet weight production of plot plot. This is due to the
response of the two treatments are unable to support the growth and production of green spinach
plants.
Keywords: Spinach, Manure

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 375
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PENDAHULUAN
Tanaman bayam merupakan tanaman yang sangat potensial untuk dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dimasa yang akan datang. Dikarenakan, masyarakat mengingat akan fungsi
tanaman bayam sebagai pemenuh kebutuhan gizi masyarakat karena mengandung zat gizi antara lain:
protein, karbohidrat, lemak, zat besi vitamin A, B, C serta serat (Rukmana et al, 2008). Bayam telah lama
dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Bayam merupakan bahan sayuran daun yang
bergizi tinggi dan digemari oleh semua lapisan masyarakat. Daun Bayam dapat dibuat berbagai sayur
mayur, bahkan disajikan sebagai hidangan mewah (elit). Bayam juga memiliki beberapa manfaat
diantaranya dapat memperbaiki daya kerja ginjal dan melancarkan pencernaan (Sunarjono, 2006).
Sementara itu produksi bayam di Indonesia pada tahun 2012 adalah 154.961 ton, mengalami penurunan
(-3.46 persen) dari tahun sebelumnya. Anjuran konsumsi sayuran di Indonesia mencapai sehat gizi adalah
sebesar 65,5 kg/kapita/tahun (BPS RI, 2012). Pada tahun 2013 luas areal panen bayam nasional di
Sumatera Utara mencapai 3.034 ha dengan produksi 13.463 ton. Dan produksi rata - rata 44,37 kw/ha
(BPS, 2013). Beberapa alasan tersebut mendasari fakta bahwa konsumsi bayam di Indonesia mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Konsumsi bayam untuk bahan makanan pada tahun 2007 sebesar 151,00
ton, pada tahun 2008 sebesar 158,34 ton dan pada tahun 2009 sebesar 168,00 ton (Budi, 2010). Pupuk
kandang sapi memiliki sifat yang alami dan tidak merusak tanah. Pupuk kandang sapi menyediakan unsur
makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan belerang) serta unsur mikro ( besi, seng, boron, kobalt, dan
molibdenium). Pemberian pupuk kandang sapi pada tanaman bayam dapat meningkatkan hasil produksi
meningkat dan bobot tanaman bayam lebih berat. (Mayadewi, 2007). Pupuk kandang adalah salah satu
pupuk organik yang memiliki kandungan hara yang dapat mendukung kesuburan tanah dan pertumbuhan
mikroorganisme dalam tanah. Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara,
juga dapat mendukung pertumbuhan mikroorganisme serta mampu memperbaiki struktur tanah
(Mayadewi, 2007). Urine sapi memiliki manfaat pada tanaman bayam yaitu:1). Zat perangsang
pertumbuhan akar tanaman pada benih/bibit bayam, 2). Sebagai Pupuk daun Organik dan membuat daun
tanaman bayam tadi terlihat lebih hijau, 3). Karena baunya yang khas urine sapi juga dapat mencegah
datangnya berbagai hama tanaman sehingga urine sapi juga dapat berfungsi sebagai pengendalian hama
tanaman (Maspary, 2010). Urine sapi merupakan urine yang diambil dari ternak, terutama rumansia yang
terlebih dahulu di fermentasi sebelum digunakan. Urine sapi diperoleh dari fermentasi anaerobik dari
urine dengan nutrisi tambahan menggunakan mikroba pengikat nitrogen dan mikroba dekomposer
lainnya. Dengan demikian kandungan unsur nitrogen dalam urine sapi akan lebih tinggi dibandingkan
dengan urine tanpa fermentasi. Urine sapi memiliki beberapa kandungan yang sangat baik untuk
tanaman, yaitu :1). Mempunyai jumlah kandungan nitrogen, fosfor, kalium dan air lebih banyak jika
dibandingkan dengan kotoran sapi padat. 2). Mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan
sebagai pengatur tumbuh yang sangat baik digunakan oleh tanaman (Warasfarm, 2013).

METODE
Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok ( RAK) dengan
dua faktor perlakuan yaitu :
Faktor I : Pemberian pupuk kandang sapi (K) terdiri dari 3 taraf perlakuan, yaitu :
K0 = 0 kg/plot (kontrol)
K1 = 2 kg/plot (20 ton/ha)
K2 = 3 kg/plot (30 ton/ha)
Faktor II : Pemberian urine sapi (U) terdiri dari 3 taraf perlakuan, yaitu:
U0 = 0 cc/plot (kontrol)
U1 = 25 cc/plot
U2 = 50 cc/plot
Sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan yaitu:
K 0U 0 K1U0 K2U0
K 0U 1 K1U1 K2U1
K 0U 2 K1U2 K2U2
Jumlah ulangan (blok) = 3 ulangan
Jumlah plot/blok = 9 plot
Jumlah seluruh plot = 27 plot
Jumlah tanaman/plot = 9 tanaman
Jumlah tanaman sampel/plot = 5 tanaman
Jumlah seluruh tanaman sampel = 135 tanaman
Jumlah seluruh tanaman = 243 tanaman
Jarak tanam = 30 x 30 cm

376 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Jarak antar plot = 25 cm


Jarak antar blok = 50 cm
Berdasarkan model linier dianalisis dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) sebagai
berikut:
Yijk = µ + αi + βj + γk + (βγ)jk + ∑ijk
Dimana:
Yijk = Hasil pengamatan pemberian pupuk kandang sapi (K) pada taraf ke-j dan faktor pemberian
urine sapi (U) pada taraf ke-k dalam ulangan ke-i.
µ = Pengaruh nilai tengah.
αi = Pengaruh ulangan ke-i.
βj = Pengaruh pemberian pupuk kandang sapi (K) pada taraf ke-j.
γk = Pengaruh pemberian urine sapi (U) pada taraf ke-k
(βγ)jk = Pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi (K) pada taraf ke-j dan pemberian urine
sapi (U) pada taraf ke-k.
∑ijk = Pengaruh galat dari faktor pemberian pupuk kandang sapi (K) pada taraf ke-j dan faktor
urine sapi (U) pada taraf ke-k dalam ulangan ke-i
Analisis selanjutnya dengan mengunakan Uji Jarak Duncan pada taraf F table 5% dan 1% dilakukan
terhadap sidik ragam yang nyata dan sangat nyata.
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian mempunyai beberapa aspek penting dalam melaksanakan sebuah penelitian.
Sebelum melaksanakan penelitian dilakukan beberapa kegiatan, yaitu : 1). Persiapan lahan, 2).
Pemupukan, 3). Penanaman.

HASIL
Hasil pengaruh pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi terhadap pertumbuhan tanaman
bayam hijau (Amaramthus. SP) dengan parameter yang diamati tinggi tanaman (cm), , jumlah daun
(helai), panjang akar (cm), produksi segar pertanaman sample (gram), dan produksi segar pertanaman
plot (gram).
Tinggi Tanaman (cm)
Dari hasil uji statistik (lampiran 4-9) pemberian pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman umur 7 hst, 14 hst, dan 21 hst. Demikian juga pemberian urine sapi tidak berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman umur 7 hst, 21 hst, dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur
14 hst. Interaksi pupuk kandang sapi dan urine sapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
umur 7 hst, 14 hst, dan 21 hst.

Tabel 1. Pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap tinggi tanaman umur 7 hari setelah tanam.
Tinggi tanaman
Perlakuan
Pupuk kandang sapi Urine sapi
…..cm…..

K0 2,56 a U0 2.68
K1 3,02 ab U1 2.94
K2 3,15 b U2 3.10
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi pada umur 7 hari
setelah tanam (hst) tinggi tanaman yang tertinggi pada perlakuan K2 dengan dosis 2 kg/plot (20 ton/ha)
dengan rata-rata 3,15 cm sedangkan yang terendah pada perlakuan K0 dengan dosis 0 kg/plot (kontrol) (0
ton/ha) dengan rata-rata 2,56 cm. Sedangkan pengaruh tunggal pemberian urine sapi yang tertinggi pada
perlakuan U2 dengan dosis 50 cc/plot dengan rata-rata 3,10 cm sedangkan yang terendah pada perlakuan
K0 dengan dosis 0 cc/plot (kontrol) dengan rata-rata 2,68 cm. Pengaruh pupuk kandang sapi terhadap
tinggi tanaman (cm) bayam hijau pada umur 7 hst dapat dilihat pada grafik gambar 1.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 377
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 1. Grafik tinggi tanaman bayam hijau dengan pemberian dosis pupuk kandang sapi
pada umur 7 hst.

Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang sapi memberikan respon terhadap
tinggi tanaman umur 7 hari setelah tanam menunjukkan hubungan linier dengan persamaan regresi:
ŷ = 0.296x + 2.614 : R2 = 0.908
Pemberian pupuk kandang sapi yang tertinggi pada perlakuan K2 dengan dosis 2 kg/plot (20 ton/ha)
dengan rata-rata 3,15 cm sedangkan yang terendah pada perlakuan K0 dengan dosis 0 kg/plot (kontrol) (0
ton/ha) dengan rata-rata 2,56 cm.

Tabel 2. Pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap tinggi tanaman umur 7 hari setelah tanam.
Perlakuan Urine sapi Rataan
Pupuk kandang sapi U0 U1 U2
…..cm…..
K0 2,27 2,60 2,80 2,56
K1 2,74 3,13 3,18 3,02
K2 3,02 3,10 3,34 3,15
Rataan 2,68 2,94 3,10
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
pada umur 7 hari setelah tanam tinggi tanaman yang tertinggi pada perlakuan K2U2 dengan rata-rata 3,34
cm sedangkan yang terendah pada perlakuan K0U0 dengan rata-rata 2,27 cm.

Tabel 3. Pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap tinggi tanaman umur 14 hari setelah tanam.
Tinggi tanaman
Perlakuan
Pupuk kandang sapi Urine sapi
…..cm…..
K0 5.42 a U0 5.35 a
K1 5.98 b U1 5.92 b
K2 5.82 ab U2 5.95 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi pada umur 14
hari setelah tanam (hst) tinggi tanaman pada perlakuan pupuk kandang sapi yang tertinggi pada perlakuan
K1 dengan dosis 1 kg/plot (10 ton/ha) dengan rata-rata 5,98 cm sedangkan yang terendah pada perlakuan
K0 dengan dosis 0 kg/plot (kontrol) (0 ton/ha) dengan rata-rata 5,42 cm. Sedangakan pada perlakuan
pupuk urea yang tertinggi pada perlakuan U2 dengan dosis 50 cc/plot dengan rata-rata 5,95 cm
sedangkan yang terendah pada perlakuan U0 dengan dosis 0 cc/plot (kontrol) dengan rata-rata 5,35 cm.
Pengaruh pupuk kandang sapi terhadap tinggi tanaman (cm) bayam hijau pada umur 14 hst dapat dilihat
pada grafik gambar 2.

378 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 2. Grafik tinggi tanaman bayam hijau dengan pemberian dosis pupuk kandang sapi
pada umur 14 hst.

Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang sapi memberikan respon terhadap
tinggi tanaman umur 14 hari setelah tanam menunjukkan hubungan linier dengan persamaan regresi :
ŷ = 0.196x + 5.547x : R2 = 0.467
Pemberian pupuk kandang sapi pada umur 14 hari setelah tanam (hst) tinggi tanaman pada
perlakuan pupuk kandang sapi yang tertinggi pada perlakuan K1 dengan dosis 1 kg/plot (10 ton/ha)
dengan rata-rata 5,98 cm sedangkan yang terendah pada perlakuan K0 dengan dosis 0 kg/plot (kontrol) (0
ton/ha) dengan rata-rata 5,42 cm. Pengaruh pupuk urine sapi terhadap tinggi tanaman (cm) bayam hijau
pada umur 14 hst dapat dilihat pada grafik gambar 3.

Gambar 3. Grafik tinggi tanaman bayam hijau dengan pemberian dosis urine sapi pada umur 14 hst.

Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa pemberian urine sapi memberikan respon terhadap tinggi
tanaman umur 14 hari setelah tanam menunjukkan hubungan linier dengan persamaan regresi :
ŷ = 0.0126x + 5.443x : R2 = 0.796
Pemberian urine sapi pada umur 14 hari setelah tanam (hst) tinggi tanaman pada perlakuan pupuk
kandang sapi yang tertinggi pada perlakuan K1 dengan dosis 1 kg/plot (10 ton/ha) dengan rata-rata 5,98
cm sedangkan yang terendah pada perlakuan K0 dengan dosis 0 kg/plot (kontrol) (0 ton/ha) dengan rata-
rata 5,42 cm.

Tabel 4. Pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap tinggi tanaman umur 14 hari setelah tanam.
Perlakuan Urine sapi Rataan
Pupuk kandang sapi U0 U1 U2
…..cm…..
K0 4,33 5,45 5,99 5,42
K1 5,60 6,40 5,96 5,98
K2 5,63 5,90 5,92 5,82
Rataan 5,35 5,92 5,95
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
pada umur 14 hst tinggi tanaman yang tertinggi pada perlakuan K1U1 dengan rata-rata 6,4 cm sedangkan
yang terendah pada perlakuan K0U0 dengan rata-rata 4,33 cm.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 379
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 5. Pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap tinggi tanaman umur 21 hari setelah tanam.
Tinggi tanaman
Perlakuan
Pupuk kandang sapi Urine sapi
…..cm…..

K0 9,97 a U0 11,19
K1 13,65 b U1 11,33
K2 12,36 b U2 13,46
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi pada umur 21
hari setelah tanam (hst) tinggi tanaman pada perlakuan pupuk kandang sapi yang tertinggi pada perlakuan
K1 dengan dosis 1 kg/plot (10 ton/ha) dengan rata-rata 13,65 cm sedangkan yang terendah pada
perlakuan K0 dengan dosis 0 kg/plot (control) (0 ton/ha) dengan rata-rata 9,97 cm. Sedangakan pada
perlakuan urine sapi yang tertinggi pada perlakuan U2 dengan dosis 50 cc/plot dengan rata-rata 13,46 cm
sedangkan yang terendah pada perlakuan U0 dengan dosis 0 cc/plot dengan rata-rata 11,19 cm. Pengaruh
pupuk kandang sapi terhadap tinggi tanaman (cm) bayam hijau pada umur 21 hst dapat dilihat pada grafik
gambar 4.

Gambar 4. Grafik tinggi tanaman bayam hijau dengan pemberian dosis pupuk kandang sapi
pada umur 21 hst.

Pada gambar 4 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang sapi memberikan respon terhadap
tinggi tanaman umur 21 hari setelah tanam menunjukkan hubungan linier dengan persamaan regresi :
ŷ = 0.194x + 10.80x : R2 = 0.409
Pemberian pupuk kandang sapi pada umur 21 hari setelah tanam (hst) tinggi tanaman pada
perlakuan pupuk kandang sapi yang tertinggi pada perlakuan K1 dengan dosis 1 kg/plot (10 ton/ha)
dengan rata-rata 13,65 cm sedangkan yang terendah pada perlakuan K0 dengan dosis 0 kg/plot (control)
(0 ton/ha) dengan rata-rata 9,97 cm.

Tabel 6. Pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap tinggi tanaman umur 21 hari setelah tanam.
Perlakuan Urine sapi Rataan
Pupuk kandang sapi U0 U1 U2
…..cm…..
K0 7,39 9,62 12,92 9,97
K1 13,22 13,30 14,44 13,65
K2 12,97 11,09 13,03 12,36
Rataan 11,19 11,33 13,46
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
pada umur 21 hst tinggi tanaman tinggi tanaman yang tertinggi pada perlakuan K1U2 dengan rata-rata
14,44 cm sedangkan yang terendah pada perlakuan K0U0 dengan rata-rata 7,39 cm.

380 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Jumlah Daun
Dari hasil uji statistik (lampiran 10-15) pemberian pupuk kandang sapi berpengaruh sangat nyata
terhadap jumlah daun umur 7 hst, 14 hst, dan 21 hst. Demikian juga pemberian urine sapi tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun umur 7 hst, 14 hst, dan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun
umur 21 hst. Interaksi pupuk kandang sapi dan urine sapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun
umur 7 hst, 14 hst, dan 21 hst.

Tabel 7. Pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap jumlah daun umur 7 hari setelah tanam.
Jumlah daun
Perlakuan
Pupuk kandang sapi Urine sapi
…..helai…..
K0 2,57 a U0 2.68
K1 2,84 ab U1 2.94
K2 3,71 b U2 3.10
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi pada umur 7 hst
jumlah daun (helai) pada perlakuan pupuk kandang sapi yang lebih banyak pada perlakuan K2 dengan
dosis 2 kg/plot (20 ton/ha) dengan rata-rata 3,71 helai sedangkan yang lebih sedikit pada perlakuan K0
dengan dosis 0 g/plot (kontrol) dengan rata-rata 2,57 helai. Sedangakan pada perlakuan urine sapi yang
lebih banyak pada perlakuan U2 dengan dosis 50 cc/plot dengan rata-rata 3,08 helai sedangkan yang
lebih sedikit pada perlakuan U0 dengan dosis 0 cc/plot dengan rata-rata 3,00 helai. Pengaruh pupuk
kandang sapi terhadap jumlah daun (helai) bayam hijau pada umur 7 hst dapat dilihat pada grafik gambar
5.

Gambar 5. Grafik jumlah daun bayam hijau dengan pemberian dosis pupuk kandang sapi
pada umur 7 hst.

Pada gambar 5 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang sapi memberikan respon terhadap
jumlah daun umur 7 hari setelah tanam menunjukkan hubungan linier dengan persamaan regresi :
ŷ = 0.566x + 2.477 : R2 = 0.914
Pemberian pupuk kandang sapi pada umur 7 hst jumlah daun (helai) pada perlakuan pupuk kandang
sapi yang lebih banyak pada perlakuan K2 dengan dosis 2 kg/plot (20 ton/ha) dengan rata-rata 3,71 helai
sedangkan yang lebih sedikit pada perlakuan K0 dengan dosis 0 g/plot (kontrol) dengan rata-rata 2,57
helai.

Tabel 8. Pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap jumlah daun umur 7 hari setelah tanam.
Perlakuan Urine sapi Rataan
Pupuk kandang sapi U0 U1 U2
…..helai…..
K0 2,53 2,73 2,46 2,57
K1 2,93 2,60 3,00 2,84

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 381
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

K2 3,53 3,80 3,80 3,71


Rataan 3,00 3,04 3,08

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
pada umur 7 hari setelah tanam jumlah daun yang lebih banyak pada perlakuan K2U1 dan K2U2 dengan
rata-rata 3,8 helai sedangkan yang lebih sedikit pada perlakuan K0U2 dengan rata-rata 2,46 helai.

Tabel 9. Pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap jumlah daun umur 14 hari setelah tanam.
Jumlah daun
Perlakuan
Pupuk kandang sapi Urine sapi
…..helai…..
K0 4,28 a U0 4,75
K1 4,75 ab U1 4,93
K2 5,55 b U2 4,91
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi pada umur 14 hst
jumlah daun (helai) pada perlakuan pupuk kandang sapi yang lebih banyak pada perlakuan K2 dengan
dosis 2 kg/plot (20 ton/ha) dengan rata-rata 3,71 helai sedangkan yang lebih sedikit pada perlakuan K0
dengan dosis 0 g/plot (kontrol) dengan rata-rata 2,57 helai. Sedangakan pada perlakuan urine sapi yang
lebih banyak pada perlakuan U2 dengan dosis 50 cc/plot dengan rata-rata 3,08 helai sedangkan yang
lebih sedikit pada perlakuan U0 dengan dosis 0 cc/plot dengan rata-rata 3,00 helai. Pengaruh pupuk
kandang sapi terhadap jumlah daun (helai) bayam hijau pada umur 14 hst dapat dilihat pada grafik
gambar 6.

Gambar 6. Grafik jumlah daun bayam hijau dengan pemberian dosis pupuk kandang sapi
pada umur 14 hst.

Pada gambar 6 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang sapi memberikan respon terhadap
jumlah daun umur 14 hari setelah tanam menunjukkan hubungan linier dengan persamaan regresi :
ŷ = 0.633x + 4.233 : R2 = 0.977
Pemberian pupuk kandang sapi pada umur 14 hst jumlah daun (helai) pada perlakuan pupuk
kandang sapi yang lebih banyak pada perlakuan K2 dengan dosis 2 kg/plot (20 ton/ha) dengan rata-rata
3,71 helai sedangkan yang lebih sedikit pada perlakuan K0 dengan dosis 0 g/plot (kontrol) dengan rata-
rata 2,57 helai.

382 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 10. Pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap jumlah daun umur 14 hari setelah tanam.
Perlakuan Urine sapi Rataan
Pupuk kandang sapi U0 U1 U2
…..helai…..
K0 4,33 4,40 4,13 4,28
K1 4,73 4,66 4,86 4,75
K2 5,20 5,73 5,73 5,55
Rataan 4,75 4,93 4,91

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
pada umur 14 hari setelah tanam jumlah daun yang lebih banyak pada perlakuan K2U1 dan K2U2 dengan
rata-rata 5,73 helai sedangkan yang lebih sedikit pada perlakuan K0U2 dengan rata-rata 4,13 helai.

Tabel 11. Pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap jumlah daun umur 21 hari setelah tanam.
Perlakuan Jumlah daun
Pupuk kandang sapi
Urine sapi
…..helai…..

K0 6,31 a U0 6,44 a
K1 6,86 ab U1 6,93 ab
K2 7,24 b U2 7,04 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi pada umur 21 hst
jumlah daun (helai) pada perlakuan pupuk kandang sapi yang lebih banyak pada perlakuan K2 dengan
dosis 2 kg/plot (20 ton/ha) dengan rata-rata 7,24 helai sedangkan yang lebih sedikit pada perlakuan K0
dengan dosis 0 g/plot (kontrol) dengan rata-rata 6,31 helai. Sedangakan pada perlakuan urine sapi yang
lebih banyak pada perlakuan U2 dengan dosis 50 cc/plot dengan rata-rata 7,04 helai sedangkan yang
lebih sedikit pada perlakuan U0 dengan dosis 0 cc/plot dengan rata-rata 6,44 helai. Pengaruh pupuk
kandang sapi terhadap jumlah daun (helai) bayam hijau pada umur 21 hst dapat dilihat pada grafik
gambar 7.

Gambar 7. Grafik jumlah daun bayam hijau dengan pemberian dosis pupuk kandang sapi
pada umur 21 hst.

Pada gambar 7 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang sapi memberikan respon terhadap
jumlah daun umur 21 hari setelah tanam menunjukkan hubungan linier dengan persamaan regresi :
ŷ = 0.466x + 6.340 : R2 = 0.988
Pemberian pupuk kandang sapi pada umur 21 hst jumlah daun (helai) pada perlakuan pupuk
kandang sapi yang lebih banyak pada perlakuan K2 dengan dosis 2 kg/plot (20 ton/ha) dengan rata-rata
7,24 helai sedangkan yang lebih sedikit pada perlakuan K0 dengan dosis 0 g/plot (kontrol) dengan rata-
rata 6,31 helai.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 383
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Pengaruh urine sapi terhadap jumlah daun (helai) bayam hijau pada umur 21 hst dapat dilihat pada
grafik gambar 8.

Gambar 8. Grafik jumlah daun bayam hijau dengan pemberian dosis urine sapi pada umur 21 hst.

Pada gambar 8 dapat dilihat bahwa pemberian urine sapi memberikan respon terhadap jumlah daun
umur 21 hari setelah tanam menunjukkan hubungan linier dengan persamaan regresi :
ŷ = 0.012x + 6.507 : R2 = 0.883
Pemberian urine sapi yang lebih banyak pada perlakuan U2 dengan dosis 50 cc/plot dengan rata-rata
7,04 helai sedangkan yang lebih sedikit pada perlakuan U0 dengan dosis 0 cc/plot dengan rata-rata 6,44
helai.

Tabel 10. Pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap jumlah daun umur 21 hari setelah tanam.
Perlakuan Urine sapi Rataan
Pupuk kandang sapi U0 U1 U2
…..helai…..
K0 6,06 6,33 6,53 6,31
K1 6,66 7,06 6,86 6,86
K2 6,60 7,40 7,73 7,24
Rataan 6,44 6,93 7,04

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
pada umur 21 hari setelah tanam jumlah daun yang lebih banyak pada perlakuan K2U2 dengan rata-rata
7,73 helai sedangkan yang lebih sedikit pada perlakuan K0U0 dengan rata-rata 6,06 helai.
Panjang Akar
Dari hasil uji statistik (lampiran 16-17) pemberian pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata
terhadap panjang akar. Demikian juga pemberian urine sapi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang
akar. Interaksi pupuk kandang sapi dan urine sapi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar.

Tabel 11. Pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi terhadap panjang akar.
Panjang akar
Perlakuan
Pupuk kandang sapi Urine sapi
…..cm…..

K0 5,84 U0 5,95
K1 6,19 U1 6,46
K2 6,62 U2 6,24
Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa panjang akar (cm) pada perlakuan pupuk kandang sapi yang lebih
panjang pada perlakuan K2 dengan dosis 2 kg/plot (20 ton/ha) dengan rata-rata 6,62 cm sedangkan yang
lebih pendek pada perlakuan K0 dengan dosis (kontrol) (0 kg/plot) dengan rata-rata 5,84 cm. Sedangakan
pada perlakuan urine sapi yang lebih panjang pada perlakuan U1 dengan dosis 25 cc/plot dengan rata-rata
6,46 cm sedangkan yang lebih pendek pada perlakuan U0 dengan dosis 0 cc/plot dengan rata-rata 5,95
cm.

384 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 12. Pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap jumlah daun umur 21 hari setelah tanam.
Perlakuan Urine sapi Rataan
Pupuk kandang sapi U0 U1 U2
…..cm…..
K0 5,50 5,98 6,06 5,84
K1 5,91 6,60 6,06 6,19
K2 6,44 6,80 6,61 6,62
Rataan 5,95 6,46 6,24

Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
panjang akar yang lebih panjang pada perlakuan K2U2 dengan rata-rata 6,61 cm sedangkan yang lebih
pendek pada perlakuan K0U0 dengan rata-rata 5,5 cm.
Produksi Berat Basah Pertanaman Sampel (gr)
Dari hasil uji statistik (lampiran 18-19) pemberian pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata
terhadap produksi berat basah pertanaman sampel. Demikian juga pemberian urine sapi tidak
berpengaruh nyata terhadap produksi berat basah pertanaman sampel. Interaksi pupuk kandang sapi dan
urine sapi tidak berpengaruh nyata terhadap produksi berat basah pertanaman sampel.

Tabel 13. Pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap produksi berat basah pertanaman sampel.
Perlakuan Produksi persampel

Pupuk kandang sapi Urine sapi


..helai…..
K0 82,22 U0 97.77
K1 140,00 U1 126.66
K2 122,22 U2 120,00

Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa produksi berat basah pertanaman sampel (gr) pada perlakuan
pupuk kandang sapi yang lebih berat pada perlakuan K1 dengan dosis 1 kg/plot (10 ton/ha) dengan rata-
rata 140 gr sedangkan yang lebih ringan pada perlakuan K0 dengan dosis (kontrol) (0 kg/plot) dengan
rata-rata 82,22 gr. Sedangakan pada perlakuan urine sapi yang lebih berat pada perlakuan U1 dengan
dosis 25 cc/plot dengan rata-rata 126,66 gr sedangkan yang lebih ringan pada perlakuan U0 dengan dosis
0 cc/plot dengan rata-rata 97,77 gr.

Tabel 14. Pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap produksi berat basah pertanaman sampel.
Perlakuan Urine sapi Rataan
Pupuk kandang sapi U0 U1 U2
…..gr…..
K0 70,00 93,33 83,33 82,22
K1 136,66 110,00 173,33 140,00
K2 86,66 176,66 103,33 122,22
Rataan 97,77 126,66 120

Dari tabel 14 dapat dilihat bahwa pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
produksi berat basah pertanaman sampel yang lebih berat pada perlakuan K2U1 dengan rata-rata 176,66
gr sedangkan yang lebih ringan pada perlakuan K0U0 dengan rata-rata 70 gr.
Produksi Berat Basah Pertanaman Plot (gr)
Dari hasil uji statistik (lampiran 18-19) pemberian pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap
produksi berat basah pertanaman plot. Demikian juga pemberian urine sapi tidak berpengaruh nyata
terhadap produksi berat basah pertanaman plot. Interaksi pupuk kandang sapi dan urine sapi tidak
berpengaruh nyata terhadap produksi berat basah pertanaman plot.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 385
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 15. Pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap produksi berat basah pertanaman plot.
Produksi persampel
Perlakuan
Pupuk kandang sapi Urine sapi
…..helai…..

K0 287,77 a U0 304,44
K1 562,22 c U1 513,33
K2 495,55 b U2 527,77
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Dari tabel 15 dapat dilihat bahwa produksi berat basah pertanaman plot (gr) pada perlakuan pupuk
kandang sapi yang lebih berat pada perlakuan K1 dengan dosis 1 kg/plot (10 ton/ha) dengan rata-rata
562,22 gr sedangkan yang lebih ringan pada perlakuan K0 dengan dosis (kontrol) (0 kg/plot) dengan rata-
rata 287,77 gr. Sedangakan pada perlakuan urine sapi yang lebih berat pada perlakuan U2 dengan dosis
50 cc/plot dengan rata-rata 527,77 gr sedangkan yang lebih ringan pada perlakuan U0 dengan dosis 0
cc/plot dengan rata-rata 304,44 gr. Pengaruh pupuk kandang sapi terhadap produksi berat basah
pertanaman plot dapat dilihat pada grafik gambar 9.

Gambar 9. Grafik produksi berat basah pertanaman plot bayam hijau dengan pemberian dosis pupuk
kandang sapi.

Pada gambar 9 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang sapi memberikan respon terhadap
produksi berat basah pertanaman plot menunjukkan hubungan linier dengan persamaan regresi :
ŷ = 103.8x + 344.6 : R2 = 0.526
Pemberian pupuk kandang sapi pada produksi berat basah pertanaman plot (gr) pada perlakuan
pupuk kandang sapi yang lebih berat pada perlakuan K1 dengan dosis 1 kg/plot (10 ton/ha) dengan rata-
rata 562,22 gr sedangkan yang lebih ringan pada perlakuan K0 dengan dosis (kontrol) (0 kg/plot) dengan
rata-rata 287,77 gr.

Tabel 16. Pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap produksi berat basah pertanaman plot.
Perlakuan Urine sapi Rataan
Pupuk kandang sapi U0 U1 U2
…..gr…..
K0 186,66 246,66 430,00 287,77
K1 286,66 613,33 786,66 562,22
K2 440,00 680,00 366,66 495,55
Rataan 304,44 513,33 527,77
Dari tabel 16 dapat dilihat bahwa pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
produksi buah segar pertanaman plot yang lebih berat pada perlakuan K1U2 dengan rata-rata 786,66 gr
sedangkan yang lebih ringan pada perlakuan K0U0 dengan rata-rata 186,66 gr.

386 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemberian pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar, produksi berat
basah pertanaman sampel, tetapi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 7, 14 dan 21 hst,
produksi berat basah pertanaman plot, dan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun umur 7,
14, dan 21 hst.
2. Pemberian urine sapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 7 dan 21 hst, jumlah
daun umur 7 dan 14 hst, panjang akar, produksi berat basah pertanaman sampel, produksi berat basah
pertanaman plot, dan berpengaruh nyata tinggi tanaman 14 hst, jumlah daun umur 21 hst,
3. Interaksi perlakuan pupuk kandang sapi dan urine sapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman umur 7 hst, 14 hst, 21 hst, jumlah daun umur 7 hst, 14 st, 21 hst, panjang akar, produksi
berat basah pertanaman sampel, dan produksi berat basah pertanaman plot.

DAFTAR PUSTAKA
Agustina, A. 2004. Pengaruh Pemupukan. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan.
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Bilad, M.R., Westbroek, P., Vankelecom, I.F.J., 2011. Agriculture. Journal of Membrane Science 380,
181–191.
BPS, 2015. Republik Indonesia dalam Angka 2015. Badan Pusat Statistik Indonesia.
BPS, 2015. Sumatera Utara dalam Angka 2015. Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara. Medan.
Budi, Gardjita. 2010. Perkembangan Trend Pemasaran Sayuran di Indonesia. Seminar Nasional PVT
ke-5, 25-26 November 2010. Surabaya.
Burhanudin dan Nurmansyah, 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan Kapur Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Nilam Pada Tanah Podsolik Merah Kuning. Balai Penelitian
Tanaman Aromatik. Bogor.
Fajri, 2005. Aplikasi Biourine. Agromedia. Jakarta.
Hasibuan B A. 2006. Ilmu Tanah.Fakultas Pertanian, UniversitasSumatra Utara,
Medan.(http://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Vulkanik)
Kartasapoetra, A.G., 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah Tropik. Bina Angkasa,
Jakarta.
Lestari, T. 2009. Dampak Konversi Lahan Pertanian Bagi Taraf Hidup Petani. Skripsi. Bogor. Institut
Pertanian Bogor. http://kolokiumkpmipb.wordpress.com diakses 16 Maret 2011.
Lingga, P dan Marsono, 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Manyun, 2007. Teknik Aplikasi Pemberian Beberapa Pupuk Organik. Agromedia. Jakarta.
Mardalena, 2007. Pupuk Cair Organik. Rineka. Jakarta
Maspary.2010.Cara Mudah Fermentasi Urine Sapi.http://www.gerbang pertanian.
com/2010/04/cara-mudah-fermentasi-urine-sapiuntuk.html.Diakses tanggal 16
september 2015.
Mayadewi, N. N. A. 2007. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan
Gulma dan Hasil Jagung Manis. Jurusan Budidaya Pertanian. Vol 26 (4) : 153 - 159 (2007).
Fakultas Pertanian Unud, Denpasar.
Murni ,A.M dan R.W. Arief., 2008. Teknologi Budidaya bayam. Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Pertanian. Bogor.
Redaksi Ciptawidya Swara. 2008. Petunjuk Teknik Budidaya 23 Tanaman Unggul. Jakarta.
Riky, 2013. Pemberian Pupuk Cair Organik. http://cerita-dari itb.blogspot.com/2012/09/pupuk-organik-
cair.html. Diakses tanggal 16 september 2015.
Rivaie, A.A. 2006. Pupuk Kandang Sapi. PT. Kreatif Energi Indonesia.
http://www.indobiofuel.com/menu%20artikel%20jarak%209. Diakses pada 23 Maret 2011.
20.45 wib.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 387
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Rizal.dan Syamsu. A. 2012. Pupuk Organik Cair. http://cerita-dari itb.blogspot.com/2012/09/pupuk-


organik-cair.html. Diakses tanggal 16 september 2015.
Rukmana, Rahmat.2008. Bayam, Bertanam dan Pengolahan Pascapanen. Yogyakarta: Kanisius.
Sarief, E. S., 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung. 157 Hal
Setiawan, L. 2007. Optimasi Konsentrasi Larutan Hara Pada Budidaya Selada (Lactuca Sativa L. Var
Gand Rapids) Dengan Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST). Skripsi. Progam Studi
Hortikultura Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Sumarlin. 2009. Analisis Kebutuhan Luas Lahan Pertanian Pangan dalam Pemenuhan Kebutuhan
Pangan Penduduk Kabupaten Lampung Barat [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Sunarjono, H. 2006. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sunarjono, H. 2014. Bertanam 36 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta. 204 hal.
Utami. N.H, 2009. Aplikasi Pupuk Organik. Rineka cipta.
Warasfarm. 2013. Potensi Urine Sebagai Pupuk Organik Cair. http://warasfarm.
wordpress.com/2013/01/22/potensi-urine-sapi-sebagai-pupuk-organik -cair-poc/. Diakses
tanggal 16 september 2015.

388 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Beristri Lebih Dari Satu


(Poligami) Bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Zetria Erma

Jurusan Ilmu Hukum FH UPMIMedan


Email : zetriaermaupmi2018@gmail.com

ABSTRAK

Pengaturan mengenai poligami adalah aturan yang berlaku umum bagi seluruh masyarakat
Indonesia termasuk juga bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang dianggap sebagai unsur aparatur
negara. Pegawai Negeri Sipil (PNS) berfungsi sebagai abdi negara dan abdi masyarakat yang
harus menjadi teladan yang baik bagi masyarakat dalam tingkah laku, tindakan, dan ketaatan
kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Praktek poligami juga dilakukan oleh
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan alasan tertentu banyak menimbulkan pelanggaran yang
sangat membutuhkan penegakan hukum yang jelas dan tegas. Jenis penelitian dalam tulisan ini
adalah normatif. Sedangkan spesifikasi penelitian adalah deskriptif analitis. Data yang digunakan
data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan
seperti UUD 1945, UU No. 1 Tahun 1974 dan PP dan bahan hukum sekunder berupa buku-buku,
jurnal-jurnal dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan judul penelitian. Metode analisis data
dilakukan secara kualitatif. Penegakan hukum terhadap pelanggaran beristri lebih dari satu
(poligami) bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun
2010 Tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil yaitu penurunan pangkat setingkat lebih
rendah selama 3 tahun, pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah,
pembebasan dari jabatan, pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai
Pegawai Negeri Sipil serta pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Kata kunci : penegakan, hukum, beristri lebih dari satu (poligami), PNS

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia secara kodratinya adalah makhluk sosial. Menurut Hermanto (2008), Manusia saling
membutuhkan dan harus saling bersosialisasi dengan manusia lain karena manusia tidak dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri. Hal ini disebabkan karena manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
Menurut Abdul (2008), Hubungan kasih sayang dan saling mencintai ini kemudian diwujudkan dalam ikatan
perkawinan yang sesuai dengan aturan hukum yang diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan.
Pada dasarnya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan juga menganut asas
monogami terbuka seperti yang dinyatakan pada Pasal 3 ayat (1) yang memperbolehkan seorang suami untuk
mengajukan permohonan pada pengadilan agama bagi yang beragama Islam dan pengadilan negeri bagi yang
tidak beragama Islam untuk beristri lebih dari seorang, setelah memenuhi alasan yang ditentukan dalam
undang-undang perkawinan yaitu:
1. Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai seorang istri.
2. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
3. Istri tidak dapat melahirkan keturunan ( Pasal 4 UU No 1 Tahun 1974).
Pengadilan akan memberikan izin permohonan untuk beristri lebih dari seorang apabila memenuhi
syarat-syarat diantaranya:
1. Adanya persetujuan dari istri atau istri-istri.
2. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan istri-istri dan anak-anak mereka.
3. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak mereka ( Pasal 5 ayat
(1) UU No 1 Tahun 1974 dan Pasal 41 PP No 9 Tahun 1975).
Ketentuan ini sangat berbeda dengan yang diatur pada Pasal 27 KUH Perdata diatur bahwa seorang
suami tidak dibenarkan untuk berpoligami, dengan kata lain bahwa seorang suami hanya dapat memiliki
seorang istri sampai mati. Peraturan ini berlaku bagi yang beragama Kristen yang menganut asas monogami
tertutup.
Masalah beristri lebih dari satu (poligami) masalah umum yang dihadapi setiap lapisan masyarakat
Indonesia tanpa kecuali, termasuk Pegawai Negeri Sipil. Tetapi karena Pegawai Negeri Sipil adalah sebagai

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 389
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

unsur dari aparatur negara dan sebagai abdi masyarakat harus memberikan contoh teladan dalam tingkah laku,
tindakan dan ketaatan kepada perundang-undangan yang berlaku termasuk dalam menyelenggarakan
kehidupan berkeluarga. Untuk melaksanakan kewajiban Pegawai Negeri Sipil harus ditunjang oleh kehidupan
yang serasi, sejahtera dan bahagia, sehingga setiap Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas tidak akan
terganggu oleh masalah keluarga.

2. Permasalahan
Bagaimanakah penegakan hukum terhadap pelanggaran beristri lebih dari satu (poligami) bagi Pegawai
Negeri Sipil (PNS)?

3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan memahami penegakan hukum terhadap pelanggaran beristri lebih dari satu
(poligami) bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

B. Metode Penelitian
Jenis penelitian dalam tulisan ini adalah normatif. Sedangkan spesifikasi penelitian adalah deskriptif
analitis yaitu menjelaskan dan menganalisa permasalahan sesuai dengan judul penelitian. Data yang
digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan
seperti UUD 1945, UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan PP dan bahan hukum sekunder berupa
buku-buku, jurnal-jurnal dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan judul penelitian.
Metode analisis data dilakukan secara kualitatif. Data yang telah terkumpul dipilih, disusun dalam
diuraikan secara sistematis sehingga dapat ditarik kesimpulan terhadap permasalahan yang diteliti.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan


1. Persyaratan Bagi Pegawai Negeri Yang Akan Beristri Lebih Dari Satu (Poligami)
Mengenai perkawinan dan segala akibat hukumnya di Indonesia sudah diatur dalam Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan peraturan pelaksanannya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 9
Tahun 1975. Sesuai dengan bentuknya, undang-undang perkawinan ini berlaku bagi seluruh masyarakat
Indonesia tanpa kecuali. Tujuan dari undang-undang ini adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi
masyarakat Indonesia terutama yang berhubungan dengan perkawinan dan segala akibat hukum yang
ditimbulkannya. Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga ( rumah tangga ) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa ( Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan ).
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Peraturan Pelaksananya yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 berlaku untuk semua warga Indonesia. Pasal 2 ayat (1) Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyebutkan bahwa perkawinan adalah sah, apabila dilakukan
menurut agama dan kepercayaan itu. Jika ditelaah bunyi pasal tersebut, nyatalah bahwa ketentuan agama dan
kepercayaan yang dianut oleh seseorang merupakan syarat utama dalam rangka melangsungkan perkawinan.
Artinya tidak ada perkawinan diluar hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu sesuai dengan
Undang-undang Dasar Republik Indonesia.
Penjelasan Pasal 2 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu termasuk ketentuan perundang-
undangan yang berlaku bagi golongan agama dan kepercayaannya itu sepanjang tidak bertentangan atau tidak
ditentukan lain dalam undang-undang ini. Konsekuaensinya, penyimpangan terhadap ketentuan ini
mengakibatkan perkawinan tidak sah secara hukum.
Jika ditelaah ketentuan ini maka ketentuan ini merupakan implikasi dari Pasal 29 ayat (2) Undang-
undang Dasar Republik Indonesia yang menyatakan menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agama masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaan itu.
Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan bahwa perkawinan mempunyai asas
monogami, yaitu satu suami dan istri. Hanya saja dalam penerapannya, terdapat perbedaan yang sangat
bertolak belakang dengan ketentuan dalam KUH Perdata. Ketentuan ini dinyatakan dalam Pasal 3 ayat (1)
menyebutkan bahwa pada asasnya dalam satu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri.
Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami. Dari ketentuan Pasal 3 ayat (1) tersebut dijelaskan
bahwa asas perkawinan adalah monogami. Artinya ketentuan Pasal tersebut suami tidak dibolehkan untuk
berpoligami. Perkataan “hanya” memberi pengertian bahwa sejak dilangsungkannya satu perkawinan antara
seorang pria dengan seorang wanita , maka tertutup kemungkinan bagi seorang suami untuk berpoligami.
Hal ini diatur guna mempertinggi kedudukan bagi seorang istri yang telah bersuami, juga untuk
menumbuhkan dan menunjukkan kesetiaan dan cinta kasih diantara keduanya, saling membantu mengisi
kekurangan masing-masing pasangannya dan juga saling melengkapi dan mencapai keluarga yang bahagia
lahir dan batin. Akan tetapi perkataan “pada asasnya” yang terdapat dalam rumusan Pasal 3 ayat (1) Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, berarti memperolehkan adanya penyimpangan. Hal ini
terbukti dengan rumusan pada Pasal 3 ayat (2) yang menyatakan bahwa “pengadilan, dapat memberi izin

390 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang
bersangkutan”.
Dalam memberi izin berpoligami kepada seorang suami, pengadilan agama harus memperhatikan
berbagai persyaratan yang diatur, baik dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan maupun dalam Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Dengan demikian, izin berpoligami yang diberikan pengadilan
Agama harus tetap mengacu kepada syarat-syarat yang diatur undang-undang untuk itu.
Ketentuan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang akan berpoligami selain kedua produk hukum tersebut,
juga tunduk pada Peraturan pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 jo Peraturan Pemerintah No 45 Tahun 1990
Tentang Izin Perkawinan Dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil. Pegawai Negeri Sipil boleh beristeri lebih
dari satu dengan izin dari pejabat yang berwenang sesuai persyaratan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah
No. 10 Tahun 1983 jo Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990.
Adapun alasan-alasan yang dipedomani oleh pengadilan untuk dapat memberi izin poligami, ditegaskan
dalam pasal 4 ayat 2 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yaitu : “ Pengadilan
dimaksud dalam ayat (1) pasal ini hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari
seorang apabila :
1. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri.
2. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
3. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.
Apabila hal-hal diatas sudah terpenuhi, maka pengadilan dapat memberikan izin kepada seorang suami
untuk mempunyai isteri lebih dari satu atau melakukan poligami.
Adapun prosedur poligami yang harus dilakukan seorang suami diatur dalam Pasal 55 Kompilasi Hukum
Islam (KHI) adalah :
1) Beristri lebih dari satu orang pada waktu yang bersamaan, terbatas hanya sampai empat orang istri.
2) Syarat utama beristri lebih dari seorang, suami harus mampu berlaku adil terhadap isti-istri dan anak-
anaknya.
Apabila syarat utama yang disebut pada ayat (2) tidak mungkin dipenuhi, suami dilarang beristri lebih
dari seorang.
Pegawai Negeri Sipil adalah unsur aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat yang harus
menjadi teladan yang baik bagi masyarakat dalam tingkah laku, tindakan, dan ketaatan kepada peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Untuk dapat melaksanakan kewajiban yang demikian itu, maka kehidupan
Pegawai Negeri Sipil harus ditunjang oleh kehidupan berkeluarga yang serasi, sehingga setiap Pegawai Negeri
Sipil dalam melaksanakan tugasnya tidak akan banyak terganggu oleh masalah-masalah dalam keluarganya.
Pegawai Negeri Sipil harus memberikan contoh yang baik kepada bawahan dan masyarakat. Untuk itu Pegawai
Negeri Sipil dibebankan ketentuan disiplin yang tinggi dalam melakukan perkawinan dan perceraian Pegawai
Negeri Sipil harus memperoleh izin terlebih dahulu dari Pejabat yang bersangkutan.
Berdasarkan alasan tersebut pengaturan mengenai Pegawai Negeri Sipil yang akan beristri lebih dari satu
(berpoligami) diatur secara khusus dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 yang diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri
Sipil. Jadi izin perkawinan yang dimaksud dalam peraturan pemerintah ini adalah izin bagi Pegawai Negeri
Sipil yang beristri lebih dari seorang ( poligami).
Pegawai Negeri Sipil pria yang akan beristeri lebih dari satu dan Pegawai Negeri Sipil wanita yang akan
menjadi isteri kedua/ketiga/keempat dari seorang yang bukan Pegawai Negeri Sipil diharuskan memperoleh
izin terlebih dahulu dari Pejabat. Demikian juga Pegawai Negeri Sipil yang akan melakukan perceraian harus
memperoleh izin terlebih dahulu dari Pejabat.
Sedangkan Pegawai Negeri Sipil wanita tidak diizinkan untuk menjadi isteri kedua, ketiga atau keempat
dari Pegawai Negeri Sipil. Ketentuan berupa Keharusan memperoleh izin terlebih dahulu dari Pejabat bagi
perkawinan dan perceraian Pegawai Negeri Sipil tersebut tidak mengurangi ketentuan-ketentuan yang berlaku
bagi lembaga perkawinan dan perceraian itu sendiri. Keharusan adanya izin terlebih dahulu tersebut mengingat
yang bersangkutan mempunyai kedudukan sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 jo Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990
Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil terdapat persyaratan yang harus dipenuhi
apabila seorang laki-laki Pegawai Negeri Sipil ingin melakukan poligami. Dasar hukum bagi Pegawai Negeri
Sipil yang akan melakukan poligami adalah diatur dalam Pasal 4 ayat (1), ayat (3) dan ayat (4) Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 Tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1983 Tentang
Izin Perkawinan Dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil, yang mengatur bahwa Pegawai Negeri Sipil pria
yang akan beristri lebih dari seorang wajib memperoleh izin lebih dahulu dari Pejabat ( Pasal 4 ayat (1) ).
Permintaan izin tersebut diajukan secara tertulis ( Pasal 4 ayat (3) ) dan harus dicantumkan alasan lengkap
yang mendasari permintaan izin itu (Pasal 4 ayat (4)). Selanjutnya dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor
45 Tahun 1990 diatur bahwa :
1) Permintaan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 diajukan kepada Pejabat melalui saluran
tertulis.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 391
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

2) Setiap atasan yang menerima permintaan izin dari Pegawai Negeri Sipil dalam lingkungannya, baik untuk
melakukan perceraian dan atau untuk beristri lebih dari seorang, wajib memberikan pertimbangan dan
meneruskannya kepada Pejabat melalui saluran hierarki dalam jangka waktu selambat-lambatnya tiga bulan
terhitung mulai tanggal ia menerima permintaan izin dimaksud.
Selanjutnya di dalam Pasal 10 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 dinyatakan bahwa
izin berpoligami dapat diberikan oleh pejabat apabila memnuhi sekurang-kurangnya satu syarat alternatif dan
ketiga syarat komulatif yaitu:
Syarat alternatif yaitu :
1. Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri.
2. Istri mendapat cacat badan atau penyakit lain yang tidak dapat disembuhkan.
3. Istri tidak dapat melahirkan keturunan setelah menikah sekurang-kurangnya sepuluh tahun ( Pasal 10 ayat
(2) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983).
Sedangkan syarat komulatif yaitu :
1. Ada persetujuan tertulis yang dibuat secara ikhlas oleh istri Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
2. Pegawai negeri pria yang bersangkutan mempunyai penghasilan yang cukup untuk membiayai lebih dari
seorang istri dan anak-anaknya.
3. Adanya jaminan tertulis dari Pegawai Negeri Sipil pria yang bersangkutan bahwa ia akan berlaku adil
terhadap istri-istri dan anak-anaknya (Pasal 10 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983).
Sedangkan didalam Pasal 10 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 dinyatakan bahwa :
Izin untuk beristeri lebih dari seorang tidak diberikan oleh Pejabat apabila:
a. Bertentangan dengan ajaran/peraturan agama yang dianut Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
b. Tidak memenuhi syarat alternatif sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ketiga syarat kumulatif
dalam ayat (3).
c. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Alasan yang dikemukakan bertentangan dengan akal sehat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 Pasal I butir 7 menjadi : pimpinan Bank Milik
Negara dan pimpinan Badan Usaha Milik Negara, wajib meminta izin lebih dahulu dari Presiden. Sedangkan
pimpinan Bank Milik Daerah dan pimpinan Badan Usaha Milik Daerah wajib meminta izin lebih dahulu dari
Kepala Daerah yang bersangkutan.
Berdasarkan penelitian Muhammad (2016), Masalah yang timbul dalam pelaksanaan poligami bagi PNS
adalah berkaitan dengan proses permohonan ijin dari pejabat sampai dengan pengadilan membutuhkan waktu
yang cukup lama. Selain itu masalah yang umum adalah kurangnya kesadaran para istri PNS untuk bisa
menerima keinginan suami untuk berpoligami sehingga syarat adanya ijin dari istri sangat sulit untuk
diporoleh. Adapun masalah lain adalah masih minimnya gaji PNS sehingga kemungkinan besar tidak mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya apabila berpoligami. Sedangkan faktor penyebabnya menurut Eko (2013),
Salah satu permasalahan yang selama ini banyak memicu ketidakharmonisan hubungan suami istri adalah
karena tidak mendapatkan anak.
3. Penegakan Hukum Bagi Pegawai Negeri Sipil Yang Akan Beristri Lebih Dari Satu (Poligami)
Menurut penelitian Khoirin (2010), Pada dasarnya poligami adalah hak asasi setiap orang yang harus
dilindungi dan disalurkan dengan wajar tetapi harus sesuai dengan peraturan yang berlaku. Peraturan
Pemerintah ini antara lain memuat kewajiban, larangan dan hukuman disiplin yang dijatuhkan kepada Pegawai
Negeri Sipil dan berlaku juga bagi Calon Pegawai Negeri Sipil yang telah terbukti melakukan pelanggaran.
Apabila dalam pelanggaran tersebut terdapat unsure pidana, maka terhadap Pegawai Negeri Sipil tersebut,
tidak tertutup kemungkinan dapat dikenakan hukuman pidana.
Apabila seorang Pegawai Negeri Sipil melanggar ketentuan tentang poligami yang diatur dalam
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Yang Diubah Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990
Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil akan dikenakan sanksi yang dinyatakan
dalam Pasal 15 ayat (1) Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 bahwa “ Pegawai Negeri Sipil yang melanggar
Pasal 4 ayat (1) beristeri lebih dari 1 tanpa ijin, dijatuhi salah satu hukuman disiplin berat berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Sedangkan
salah satu dari hukuman disiplin berat itu terdiri dari:
1. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 tahun.
2. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah.
3. Pembebasan dari jabatan.
4. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil.
5. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Pejabat yang berwenang menghukum wajib menjatuhkan hukuman disiplin kepada Pegawai Negeri Sipil
yang melakukan pelanggaran disiplin. Apabila pejabat yang berwenang menghukum tidak menjatuhkan
hukuman disiplin kepada Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran, pejabat tersebut dijatuhi
hukuman disiplin yang jenisnya sama dengan hukuman disiplin yang seharusnya dijatuhkan kepada Pegawai
Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin oleh atasannya. Atasan ini juga menjatuhkan hukuman
disiplin terhadap Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin.
Tata cara pemanggilan, pemeriksaan, penjatuhan dan penyampaian keputusan hukuman disiplin adalah:

392 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

1. Pegawai Negeri Sipil yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dipanggil secara tertulis oleh
atasan langsung.
2. Pemanggilan terhadap Pegawai Negeri Sipil yang diduga melakukan pelanggaran dilakukanpaling
lambat 7 hari kerja sebelum tanggal pemeriksaan. Pemanggilan dapatdilakukan sebanyak 2 kali
apabila pada pemanggilan pertama Pegawai Negeri Sipil yangbersangkutan tidak hadir. Apabila
tetap tidak hadir, maka pejabat yang berwenang menghukum menjatuhkan hukuman disiplin
berdasarkan alat bukti dan keterangan yang ada tanpa dilakukan pemeriksaan.
3. Dalam rangka kelancaran pemeriksaan, Pegawai Negeri Sipil yang diduga melakukan pelanggaran
disiplin, dapat dibebaskan sementara dari tugas jabatannya olehatasan langsung sejak yang
bersangkutan diperiksa, dengan tetap diberikan hak –hak kepegawaiannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
4. Pemeriksaan terhadap pelanggaran disiplin dituangkan dalam berita acara pemeriksaan yang harus
ditandatangani oleh pejabat yang memeriksa dan Pegawai Negeri Sipil yang diperiksa.
5. Berdasarkan hasil pemeriksaan, pejabat yang berwenang mengeluarkan keputusan hukuman disiplin
yang harus menyebutkan pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan.
6. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Pegawai Negeri Sipil melakukan beberapa
pelanggaran disiplin, terhadapnya hanya dapat dijatuhi satu jenis hukuman disiplin terberat setalah
mempertimbangkan pelanggaran yang dilakukan.
7. Apabila Pegawai Negeri Sipil yang pernah dijatuhi hukuman disiplin kemudian melakukan
pelanggaran yang sama, kepadanya dijatuhi jenis hukuman disiplin yang lebih berat dari hukuman
disiplin terakhir yang diterimanya.
8 Pegawai Negeri Sipil dapat melakukan upaya administratif jika tidak puas terhadap hukuman disiplin
yang diterima dengan cara keberatan yang diajukan kepada atasan pejabat yang berwenang
menghukum dan banding administratif yang diajukan kepada Badan Pertimbangan Kepegawaian.
D. Kesimpulan
Penegakan hukum terhadap pelanggaran beristri lebih dari satu (poligami) bagi Pegawai Negeri Sipil
(PNS) adalah Pasal 15 ayat (1) Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri
Sipil bahwa “ Pegawai Negeri Sipil yang melanggar Pasal 4 ayat (1) beristeri lebih dari 1 tanpa ijin, dijatuhi
salah satu hukuman disiplin berat, salah satu dari hukuman disiplin berat itu terdiri dari:
1. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 tahun.
2. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah.
3. Pembebasan dari jabatan.
4. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil.
5. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Mengingat beratnya hukuman bagi Pegawai Negeri Sipil yang akan berpoligami maka disarankan
agar dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

E. Daftar pustaka
1. Buku-buku
Kadir, A, M, 2008, Ilmu Sosial Budaya Dasar, PT Citra Adytia, Bandung, hal 17.
Sopyan, Y, (2007), Transformasi Hukum Islam Kedalam Sistem Hukum Nasional Studi Tentang Masuknya
Hukum Perkawinan Islam Kedalam UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, UIN Syahid, Jakarta.
Winarno, H, Ilmu Sosial Budaya Dasar, 2008, PT Bumi Aksara, Jakarta, hal 43.

2. Jurnal-Jurnal
Agus, M, G, Puji, S, Heniyatum, 2016, Pelaksanaan Poligami Bagi PNS Di Kabupaten Magelang, Varia
Justicia, Vol 12 No. 1, Oktober 2016 , hal. 151
Nur, K, 2010, Menyoal izin Poligami Bagi PNS, Jurnal Studi Gender & Anak, Yin Yang , Vol. 5 No 2 Juli-
Desember 2010, hal 227-242
Wahyu, E, B, 2013, Praktik Poligami Pegawai Negeri Sipil Ditinjau dari Sistem Hukum Perkawinan, Pandecta,
Volume 8, No. 1, Januari 2013
3. Peraturan
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
PP No. 10 Tahun 1983 yang diubah dengan PP No. 45 Tahun 1990 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian
Bagi Pegawai Negeri Sipil
PP No. 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 393
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Penerapan Algoritma K-Means Untuk Menentukan Bahan Bangunan


Laris (Studi Kasus Pada UD. Toko Bangunan YD Indarung)

Baginda Harahap

Institut Teknologi & Bisnis Sumatera Utara


profesionalbaginda@gmail.com

ABSTRAK
Bahan bangunan sudah menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi dalam pembangunan, serta salah
satu bisnis yang saat ini berkembang pesat yaitu bisnis properti, sehingga kebutuhan masyarakat
akan tempat tinggal menjadi peluang usaha yang dicari oleh masyarakat. Oleh sebab itu, UD.
Toko Bangunan YD Indarung dalam menentukan pengelompokan bahan bangunan sangat laris,
laris dan kurang laris. Pengembangan perangkat lunak dan pendukung dalam pengolahan data
dalam pengambilan keputusan, penulis melakukan penelitian untuk menerapkan Data Mining K-
Means yang tergolong bahan bangunan sangat laris, laris dan kurang laris.
Kata Kunci : Clustering, K-Means, Bahan Bangunan Sangat Laris, Laris dan Kurang Laris,
RapidMiner Studio.

ABSTRACT
Building materials have become a necessity that must be met in development, and one of the
businesses that is currently growing rapidly is the property business, so that the community's
need for shelter is a business opportunity sought by the community. Therefore, UD. Indarung YD
Building Stores in determining the grouping of building materials is in demand, in demand and
in demand. Software development and support in data processing in decision making, the
authors conducted research to apply Data Mining K-Means which is classified as very in
demand, in demand and in demand.
Keywords: Clustering, K-Means, Building Materials Very in demand, in demand and in demand,
RapidMiner Studio.

PENDAHULUAN
Bahan bangunan sudah menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi dalam pembangunan, serta salah
satu bisnis yang saat ini berkembang pesat yaitu bisnis properti, sehingga kebutuhan masyarakat akan
tempat tinggal menjadi peluang usaha yang dicari oleh masyarakat. Oleh sebab itu, UD. Toko Bangunan
YD Indarung dalam menentukan pengelompokan bahan bangunan sangat laris, laris dan kurang laris.
Pengembangan perangkat lunak dan pendukung dalam pengolahan data dalam pengambilan keputusan,
penulis melakukan penelitian untuk menerapkan Data Mining K-Means yang tergolong bahan bangunan
sangat laris, laris dan kurang laris.
Knowledge Discovery in Database (KDD) didefenisikan sebagai ekstraksi informasi potensial,
implisit dan tidak dikenal dari sekumpulan data. Proses Knowlegde Discovery in Database melibatkan
hasil proses data mining (proses pengekstrak kecenderungan suatu pola data), kemudian mengubah
hasilnya secara akurat menjadi informasi yang mudah dipahami. Knowledge Discovery in Database
(KDD) adalah proses menentukan informasi yang berguna serta pola-pola yang ada dalam data. Informasi
ini terkandung dalam basis data yang berukuran besar yang sebelumnya tidak diketahui dan potensial
bermanfaat. Data Mining merupakan salah satu langkah dari serangkaian proses iterative KDD.
K-Means Clustering adalah metode untuk mengkategorikan atau pengelompokan sekelompok objek
sesuai dengan atribut yang sama atau karakteristik ke dalam sejumlah groups (jumlah bilangan bulat
positif). Ini mendefinisikan sebuah cluster oleh massa yang yang mewakili mean dari cluster. Dalam data
mining analisis klaster populer adalah K- means. Ini adalah metode kuantisasi vector. Hal ini sesuai
dengan permasalahan yang saya temukan di lapangan yakni identifikasi bahan bangunan sangat laris,
laris dan kurang laris, dimana metode data mining dengan algoritma K-Means clustering cocok untuk

394 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

mengumpulkan dan mengelompokkan bahan bangunan tersebut menjadi beberapa kategori yaitu sangat
laris, laris dan kurang laris.
Pada penelitian ini, di kemukakan suatu metode pengolahan data dengan mengelompokkan data
menggunakan algoritma K-Means clustering dari hasil stok penjualan UD. Toko Bangunan YD Indarung.
Hasil observasi dibandingkan dengan identifikasi menggunakan algoritma K-Means clustering, sehingga
di harapkan untuk penstokan bias ditambah dan bias dikurangi.
Algoritma K-means, mungkin yang pertama dari algoritma pengelompokan yang diusulkan,
didasarkan pada ide yang sangat sederhana: Diberi serangkaian kumpulan awal, menetapkan setiap titik
ke salah satunya, lalu setiap pusat gugus diganti dengan titik rata-rata pada klaster masing-masing . Dua
langkah sederhana ini diulang hingga konvergensi. Suatu titik ditugaskan ke cluster yang dekat dalam
jarak Euclidean ke titik.
Algoritma K-Means adalah salah satu algoritma analisis cluster yang paling umum digunakan.
Inefisiensi yang digunakan K-Means untuk menangani data yang lebih besar harus diperhatikan. Seiring
dengan set data yang diproses menjadi lebih besar, pendekatan host berbasis CPU tunggal tidak berdaya.
Dalam tulisan ini, penulis ingin mencapai algoritma K-Means universal paralel yang mampu menangani
kumpulan data yang lebih besar. Hal ini diimplementasikan oleh CUDA. Penulis terutama
memperhatikan fleksibilitas dan skalabilitas algoritma, implementasinya mungkin bukan metode yang
paling efisien.
Data Mining, sering juga disebut knowledge discovery in database (KDD), adalah kegiatan yang
meliputi pengumpulan, pemakaian data historis untuk menemukan keteraturan, pola atau hubungan dalam
set data berukuran besar. Keluaran dari data mining bisa dipakai untuk memperbaikin pengambilan
keputusan dimasa depan.
Data Mining merupakan proses iterative dan interaktif untuk menemukan pola atau model baru yang
sempurna, bermanfaat dan dapat di mengerti dalam suatu database yang sangat besar.
Untuk menyelesaikan permasalahan adalah dengan pemanfatan algoritma K-Means Clustering.
Algoritma K-Means adalah algoritma Clustering yang paling sederhana dibanding algoritma Clustering
yang lain. Algoritma ini mempunyai kelebihan mudah diterapkan dan dijalankan, relatif cepat, mudah
untuk diadaptasi, dan paling banyak dipraktekkan dalam tugas Data Mining.

METODE PENELITIAN
Pada Metodologi penelitian ini dilakukan secara sistematik menjelaskan proses bagaimana
kerangka kerja penelitian yang dilaksanakan. beberapa tahapan yang digambarkan dalam bentuk
kerangka Gambar kemudian dapat di pahami mulai dari proses analisa kebutuhan sampai dengan hasil
dari penelitian ini. Tahapan-tahapan dalam melakukan penelitian, yakni menganalisa kebutuhan data,
proses pengumpulan data, analisa data menggunakan algoritma K-Means, kemudian dilakukan
pengolahan data dengan RapidMiner, dan hasil dari penelitian ini. Berdasarkan kerangka kerja nantinya
akan dijabarkan langkah-langkah pada penelitian ini. yang akan di jelaskan pada Gambar 1.
Kerangka Kerja Penelitian
Tahapan pada poin ini yakni dimana kerangka kerja berfungsi untuk menggambarkan proses yang
sistematis dalam penelitian ini, dari tahap menganalisa kebutuhan data hingga menyimpulkan hasil. yang
akan di jelaskan pada Gambar 1

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 395
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 1. Kerangka Kerja Penelitian

Steps of K-Means Processing

Gambar 2. Langkah Proses K-Means

Pada Gambar 1 dan 2 merupakan kerangka kerja dan langkah proses K-Means dengan
menggunakan metode K-Means. Adapun tahapan-tahapan proses dalam algoritma clustering
menggunakan metode K-Means yakni sebagai berikut (Ong., 2013) :
a. Memilih jumlah cluster k.
b. Inisialisasi k pusat cluster pada umum nya banyak cara dalam proses ini, Tetapi pilihan utama pada
tahapan cluster adalah dengan cara random.
c. Alokasikan semua data / objek ke cluster paling dekat.
Untuk melakukan proses pengolahan data pada titik tiap titik pusat cluster yakni dengan teori jarak
Euclidean yang dirumuskan sebagai berikut :
(1)
D (i,j) = Jarak dari data ke i ke pusat cluster j
Xki = Data ke i pada atribut data ke k
Xkj = Titik pusat ke j pada atribut ke k
d. Proses selanjut nya adalah menghitung ulang pusat cluster dengan keanggotaan cluster yang terbaru.
rata-rata dari semua data/ objek dalam cluster merupakan pusat cluster. Sehingga mean bukanlah
prioritas parameter yang di gunakan.
e. Menugaskan kembali setiap objek dengan menggunakan pusat cluster baru, apakah pusat cluster
berubah hingga proses clustering selesai, ulang kembali proses “c” sampai di temukan nilai pada
pusat cluster tidak ada berubah.
K-Means Clustering
K-Means clustering ialah metode yang termasuk pada clustering non-hirarki dimana setiap obyek
yang masuk dalam kelompok adalah obyek-obyek yang sama dan berkorelasi. Data yang tergabung

396 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

dalam kelompok mempunyai tingkat kemiripan yang lebih besar dan memiliki tingkat perbedaan yang
besar pula dengan kelompok lainnya
Pada dasarnya clustering adalah metode untuk mengkategorikan atau pengelompokan sekelompok
objek sesuai dengan atribut yang sama atau karakteristik dengan data-data lainnya.
Clustering merupakan suatu metode pada data mining dimana proses kerja pada algoritma ini sifatnya
tanpa arahan (unsupervised), artinya metode ini tidak lagi memerlukan lagi suatu training dan tanpa guru
bahkan output tidak di perlukan. Pada data mining terdapat dua pembagian jenis metode clustering untuk
proses pengelompokkan data, yakni hierarchical clustering dan non-hierarchical clustering.
Adapun langkah-langkah pengolahan data dengan metode K-Means Cluster terlihat pada Gambar 3 :

Sangat Laris

Laris

Tidak Laris

Gambar 3. Alur Kerja K-Means Clustering

Pada Gambar 3 merupakan proses algoritma K-Means, dimana tahap pertama adalah
mengumpulkan data, seleksi data, data cleaning, dan data transformasi. Tahapan selanjutnya adalah
proses pengolahan K-Means dengan menentukan jumlah cluster secara random, titik pusat cluster,
menghitung jarak setiap data dan mengelompokkan data pada cluster sehingga menghasilkan knowledger
yaitu clustering.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabe 4.21. Nilai Centroid Baru Iterasi 9


Tidak
Centroid Terjual
Terjual
C0 21.125 62.54166667
C1 242.1666667 941.1666667
C2 53 222

Tabel 4.21 merupakan nilai centroid pada iterasi kesembilan untuk menghitung pusat cluster,
tahapan ini akan dihitung jarak setiap data kemasing-masing centroid menggunakan rumus Euclidean
Distance (D) iterasi kesembilan. Menghitung jarak masing-masing data ke titik pusat cluster (C0).
a. Pada stage (D1), yaitu (Platon minyak golden Yellow 803), yaitu A1, memiliki jarak dengan titik pusat
cluster (C0) adalah :

b. Pada stage (D2), yaitu (Thiner keiji 1 ltr), yaitu A2, memiliki jarak dengan pusat cluster (C0) adalah :

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 397
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Untuk Dn seterusnya akan di tampilkan pada Tabel 4.22 pengelompokan data dalam cluster dengan
jarak terdekat. Pada tahap ini akan di hitung jarak setiap data kemasing-masing centroid menggunakan
rumus Euclidean Distance iterasi kesembilan. Menghitung jarak masing-masing data ke titik pusat cluster
(C1).
a. Pada stage (D1), yaitu (Platon Minyak Golden Yellow 803) yaitu A 1, memiliki jarak dengan titik
pusat cluster (C1) adalah :

b. Pada stage (D2), yaitu (Thinner keiji 1 Ltr) yaitu A2, memiliki jarak dengan titik pusat cluster
(C1)adalah :

Untuk Dn seterusnya akan di tampilkan pada Tabel 4.22 pengelompokan data dalam cluster dengan
jarak terdekat.
Pada tahapan ini akan di hitung jarak setiap data ke masing-masing centroid menggunakan rumus
Euclidean Distance iterasi kesembilan. Menghitung jarak masing-masing data ke titik pusat cluster (C2).
a. Pada stage (D1), yaitu (Platon Minyak Golden 803) yaitu A1, memiliki jarak dengan titik pusat cluster
(C2) adalah :

b. Pada stage (D2), yaitu (Thinner Keiji 1 Ltr) yaitu A2, memiliki jarak dengan titik pusat cluster (C2)
adalah :

Dari perhitungan Euclidean Distance, di dapat perbandingan jarak dari masing-masing data ke C0,
C1 dan C2, seperti pada Tabel 4.22 berikut ini :

Tabel 4.22. Pengelompokkan Data Cluster dengan Jarak Terdekat


Jarak Jarak Jarak
Kode Jarak ke C0 Jarak ke C1 Jarak ke C2 Terdekat Terdekat Terdekat
ke C0 ke C1 ke C2
A1 137.7445426 770.9362634 31.82766093 0 0 1
A2 220.905845 685.8032193 58.42088668 0 0 1
A3 26.18318216 932.0336487 188.512599 1 0 0
A4 6.362051122 912.1411014 168.6712779 1 0 0
A5 158.4804689 754.6783347 51.89412298 0 0 1
A6 50.45848816 907.6449686 172.8380745 1 0 0
A7 37.47522329 870.011143 126.3843345 1 0 0
A8 26.18318216 932.0336487 188.512599 1 0 0
A9 28.85698692 877.2111427 133.9888055 1 0 0
A10 5.850273026 910.9252013 167.7050983 1 0 0
A11 11.9955142 894.4328122 151.2514463 1 0 0
A12 4.625187687 910.1959802 166.9041641 1 0 0
A13 26.80284241 932.7565182 189.2749323 1 0 0
A14 938.7657104 44.71452657 776.1784589 0 1 0
A15 827.8028503 215.9893259 673.1456009 0 1 0
A16 821.6739372 135.7573407 659.6188293 0 1 0

398 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

A17 220.1061691 690.0613902 61.84658438 0 0 1


A18 14.5679681 919.9021989 176.7399219 1 0 0
A19 5.935123797 911.8958579 168.4666139 1 0 0
A20 45.46675373 951.4270277 208.0793118 1 0 0
A21 33.81038836 938.1641944 194.5353438 1 0 0
A22 30.89324135 933.1377474 189.5600169 1 0 0
A23 31.31920116 935.2636289 191.637679 1 0 0
A24 287.1231891 622.9045317 126.0039682 0 0 1
A25 167.6933482 742.1406351 24.35159132 0 0 1
A26 47.29579644 862.8379853 122.0368797 1 0 0
A27 47.29579644 862.8379853 122.0368797 1 0 0
A28 12.59202239 918.4421896 175.1370892 1 0 0
A29 16.45880801 890.0820499 146.5366848 1 0 0
A30 877.6664471 82.16683572 716.8856255 0 1 0
A31 155.7489188 796.5170362 120.8014901 0 0 1
A32 758.8419197 147.3297511 596.4000335 0 1 0
A33 35.46912781 871.4375416 127.8162744 1 0 0
A34 17.16757684 922.346675 178.7652091 1 0 0
A35 138.9324501 767.1115014 24.0208243 0 0 1
A36 96.98827606 815.6118699 75.71657678 0 0 1
A37 111.3577973 803.3575723 67.2086304 0 0 1
A38 79.38970773 833.4466923 92.17917335 1 0 0
A39 1250.319716 361.302351 1087.976562 0 1 0
A40 10.39514444 916.2641844 172.7917822 1 0 0

Dari Tabel 4.22 diatas dapat kita lihat 40 sampel data dengan hasil perhitungan jarak terdekat C0
adalah 24, C1 adalah 6, dan C2 adalah 10. maka didapatkanlah kelompok dari anggota C0, C1 dan C2
seperti dibawah ini :
a. Anggota cluster 0 (C0) terdiri dari 24 anggota yang meliputi :
{A3, A4, A6, A7, A8, A9, A10, A11, A12, A13, A18, A19, A20, A21, A22, A23, A26, A27,
A28, A29, A33, A34, A38, 140}
b. Anggota cluster 1 (C1) terdiri dari 6 anggota yang meliputi :
{A14, A15, A16, A30, A32, A39}
c. Anggota cluster 2 (C2) terdiri dari 10 anggota yang meliputi :
{A1, A2, A5, A17, A24, A25, A31, A35, A36, A37}
Kemudian lakukan iterasi kembali tentukan posisi centroid baru dengan cara menghitung rata-rata
dari data-data yang berada pada centroid yang sama. Dibawah ini untuk perhitungan pusat cluster baru :

C0(X1)=(12+18+70+20+12+30+23+27+22+13+22+19+22+12+3+0+3+50+50
+20+21+22+12+9+17)
24
C0(X1) = 21.125

C0(X2)=(38+57+50+100+38+90+57+73+58+37+48+57+18+34+40+37+100+100+50+79+98+4
8 +141+53)
24
C0(X2) = 62.54166667

C1(X1) = (220+403+122+308+200+200)
6
C1(X1) = 242.1666667

C1(X2) = (980+797+878+892+800+1300)
6
C1(X2) = 941.1666667
C2(X1) = (30+60+100+38+52+30+150+52+11+7)
10
C2(X1) = 53
C2(X2) = (200+280+200+282+348+230+150+198+159+173)

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 399
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

10
C2(X2) = 222

Dari hasil pengelompokan di atas, dapat dilihat tidak terjadi lagi perubahan anggota untuk masing-
masing cluster. Oleh sebab itu proses iterasi cukup sampai diiterasi 9, dan dihentikan sampai disini.
Maka dapat disimpulkan bahwa Cluster 0 (C0) ada 24 items bahan bangunan, yang artinya ada 24
bahan bangunan yang termasuk kategori bahan bangunan kurang laris, pada cluster 1 (C 1) ada 6 items
bahan bangunan, yang artinya 6 bahan bangunan yang termasuk kategori bahan bangunan sangat laris,
dan pada cluster 2 (C2) ada 10 items bahan bangunan, yang artinya ada 10 bahan bangunan yang
termasuk kategori bahan bangunan laris.
Berikut daftar nama-nama bahan bangunan yang masuk dalam kategori bahan bangunan kurang
laris berjumlah 24 Items, dapat dilihat pada tabel 4.23 sebagai berikut :

Tabel 4.23 Kelompok Kategori Bahan Bangunan Kurang Laris


No Kode Barang Nama Barang Kode Jarak Terdekat
1 CTLC-EXT-05-GS Catylac Ext Grey Sand A3 26.18318216
2 CTLC-EXT-05- Catylac Ext Putih 5 Kg 44855 6.362051122
A4
Putih
3 124-401-KR-01 Kran Cuci Piring Kranz KD 01 A6 50.45848816
4 13-07-05 Closed Jongkok Global Cream A7 37.47522329
5 22-09-P-C Pintu Paket Cream A8 26.18318216
6 26-IS-T Lem Isarplas Tube A9 28.85698692
7 92-001-V-12AW Pipa Invilon 1/2" AW A10 5.850273026
8 92-001-V-1A Pipa Invilon 1" AW A11 11.9955142
9 92-001-V-212D Pipa Invilon 2 1/2 D A12 4.625187687
10 BCP-001-01 Bcp Crisna Mini A13 26.80284241
11 LGG-16-3 Knee Soket 3" A18 14.5679681
12 LGG-17-212 Knee Grest 2 1/2" A19 5.935123797
13 LGG-35-212 Tee Langgeng 2 1/2" D A20 45.46675373
14 RCK-14-12 Knee Rucika 1/2" A21 33.81038836
15 RCK-34-1 Tee Rucika 1" A22 30.89324135
16 RCK-34-12 Tee Rucika 1/2" A23 31.31920116
17 160-206-12 Pahat Besi Picak Osiris 12" A26 47.29579644
18 17-101-01 Thinner Keiji 1 Ltr A27 47.29579644
19 171-001-316 Rantai 3/16 mm A28 12.59202239
20 174-101-01-Lsn Sarung Tangan Kain Bintik 16.45880801
A29
Lsn
21 27-03-08 Reng Baut m8 A33 35.46912781
22 27-610-1065 Dinabol 10 x 65 A34 17.16757684
23 BK-408-75 Baut Kuning 8 x 75 A38 79.38970773
24 MBBTNLMSK-12 Mata Bor Beton Masaki 12 mm A40 10.39514444

Berikut daftar nama-nama bahan bangunan yang masuk dalam kategori bahan bangunan sangat laris
berjumlah 6 Items, dapat dilihat pada tabel 4.24 sebagai berikut :

Tabel 4.24.Kelompok Bahan Bangunan Sangat Laris


No Kode Barang Nama Barang Kode Jarak Terdekat
1 BSKS-08 Besi KS 8 A14 44.71452657
2 BSKSTY-06 Besi KSTY 6 A15 215.9893259
3 KB-00-1-KG Kawat Beton 1 Kg A16 135.7573407
4 20-04-1-BNT Paku Bintang 1 Kg A30 82.16683572
5 25-01-12-Mtr Slang Benang Fuso 1/2" Mtr A32 147.3297511
6 KB-00-1-KG Kawat Beton 1 Kg A39 361.302351

Berikut daftar nama-nama bahan bangunan yang masuk dalam kategori bahan bangunan laris
berjumlah 10 Items, dapat dilihat pada tabel 4.25 sebagai berikut :

400 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 4.25 Bahan Bangunan Kategori Laris


No Kode Barang Nama Barang Kode Jarak Terdekat
1 1000-09-803 Platon Minyak Golden Yellow 31.82766093
A1
803
2 17-101-01 Thinner Keiji 1 Ltr A2 58.42088668
3 KUASCRO-3 Kuas Crocodile 3" A5 51.89412298
4 LG-3-D Pipa Lg 3" D A17 61.84658438
5 SMN-PCC-MRH Semen Padang Pcc Merah A24 126.0039682
6 001-RB-26 Kawat Las RB 2,6 mm A25 24.35159132
7 201-001-01 Bata A31 120.8014901
8 28-02-10-11-MTR Kawat Patri 1 x 1 x 1 Mtr A35 24.0208243
9 30-01-112 Klem Slang 1 1/2" A36 75.71657678
10 BJR-B-R Baut Reng Baja Ringan A37 67.2086304

IMPLEMENTASI SISTEM
Hasil dari implementasi sistem dengan menampilkan centroid, kelompok cluster, dan diagram terlihat
pada Gambar dibawah ini
Gambar 5. Cluster C0 bahan bangunan kurang laris

Gambar 6. Cluster C1 bahan bangunan sangat laris

Gambar 6. Cluster C2 bahan bangunan laris

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 401
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 7. Hasil dari perhitungan Text View dengan menggunakan RapidMiner

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini dengan metode K-Means clustering. Hasilnya
mendapatkan 3 kategori penjualan bahan bangunan, yaitu kurang laris, sangat laris dan laris. Hal ini
dibuktikan berdasarkan perhitungan jarak terdekat berdasarkan penetuan nilai centroid secara random
dengan menggunakan rumus Euclidean Distance, pada jumlah stok barang diambil dari jumlah barang
terjual dan jumlah barang tidak terjual. Maka didapat 3 iterasi dengan nilai centroid C0 tidak terjual
21.125, terjual 62.54166667, nilai centroid C1 tidak terjual 242.166667, terjual 941.1666667 dan centroid
C2 tidak terjual 53, terjual 222. Maka penelitian ini cocok sekali digunakan dalam pengetahuan penstokan
barang, guna untuk meningkatkan aset penjualan.

DAFTAR PUSTAKA
Agustin.W.Erlin., 2016. Implementasi Metode K-measn Cluster Analysis untuk Memilih Strategi
Promosi Penerimaan Mahasiswa Baru. Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2016)-
Semarang. ISSN : 978-602-1034-40-8.
Chang.E.C.dkk., 210. Using K-means method and spectral clustering technique in an outfitter’s value
analysis. ©Spiringer Science+Business Media B.V. 2009.
Chowdhury.T.dkk., 2017. An Efficient MapReduce-based Adaptive K-Means Clustering for Large
Dataset. 978-1-5386-1356-6/17 $31.00© IEEE.
Defit.S., 2013. Penggunaan Algoritma Apriori Dalam Menganalisa Prilaku Mahasiswa Dalam Memilih
Mata Kuliah (Studi Kasus : FKIP UPI ”YPTK”). Jurnal Media Processor Vol.8, No.3, Oktober
2013.
Du.W.dkk., 2016. A New Projection-based K-Means Initialization Algorithm. Proceedings of 2016 IEE
Chinese Guidance, Navigation and Controll Conference. 978-1-4673-8318-9/16/S31.00©2016
IEEE.
Gornitz.N.dkk., 2017. Support Vector Data Descriptions and k-Means Clustering : One Clas?. 2162-
237X© 2017.
Hu.J.dkk., 2017. Improved K-Means Algorithm Based on Hybrid Fruit Fly Optimization and Differential
Evolution. 978-1-5090-2508-4/17/$31.00©2017 IEEE.
Gu.L., 2016. A Novel Locality Sensitive k-Means Clustering Algorithm based on Subtractive Clustering.
IEEE. 978-1-4673-9904-3/16/S31.00 ©2016.
Ikhwan.A.dkk., 20015. Penerapan Data Mining dengan Algoritma Fp-Growth untuk Mendukung
Strategi Promosi Pendidikan. Jurnal Ilmiah SAINTIKOM Sains dan Komputer. ISSN : 1978-
6603.
Ong.J.O., 2013. Implementasi Algoritma K-Means Cluster Untuk menentukan Strategi Marketing
President University. Jurnal Ilmiah Teknik Industri. ISSN : 1412-6869.

402 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Mythili.S., Madhiya.E., 2014. An Analysis on Clustering Algorithms in Data Mining. IJCSMC, Vol.3,
Issue. A, January 2014, pg.334-340.
Sharma.G.dkk., 2016. Analysis of K-Means clustering for Human Capital trends. IEEE. 978-1-5090-
5515-9/16/S31.00©2016.
Siska.S.T., 2016. Analisa dan penerapan Data Mining Untuk menentukan Kubikasi Air Terjual
Berdasarkan pengelompokan Pelanggan menggunakan Algoritma K-Means Cluster. STMIK-
AMIK Riau : Jurnal Teknologi Informasi & Pendidikan. ISSN : 20186-4981.
Tampubolon.K.dkk., 2013. Implementasi Data Mining Algoritma Apriori Pada Sistem Persediaan Alat-
Alat Kesehatan. Majalah Ilmiah Informasi dan Teknologi Ilmiah (INTI). ISSN : 2339-210X.
Widiarlina., 2015. Algoritma Cluster Dinamik untuk Optimasi Cluster pada Algoritma K-Means dalam
Pemetaan nasabah Potensial. Journal of Intelligent Systems. ISSN : 2356-3982.Vol.1.
Zhong.S.dkk., 2016. The expansibility Research of K-Means Algorithm under the GPU. IEEE. 978-1-
4673-9904-3/16/S31.00©2016.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 403
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Pengaruh Parkir Badan Jalan Terhadap Kinerja Ruas Jalan Studi


Kasus Jalan Wahidin Depan Sekolah Wiyata Darma

Sheila Hani1, Rini2, Suburjaya Waruwu3

1,2,3
Prodi Teknik Sipil, Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia, Medan
Email: 1sheilahani87@gmail.com

ABSTRAK
Kota Medan merupakan salah satu kota besar yang merupakan kota dengan banyak kegiatan
yang meliputi perdagangan, pendidikan juga pemerintahan. Salah satu jalan yang akan dikaji
adalah Jalan Wahidin depan Sekolah Wiyata Dharma yang diklasifikasikan sebagai jalan
kolektor sekunder berdasarkan Perda Kota Medan no. 2 tahun 2015 . Ruas jalan ini merupakan
ruas jalan yang padat dan terdapat kegiatan pendidikan terutama didepan sekolah Wiyata
Dharma, sehingga banyak terjadi kegiatan on parking street. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui pengaruh parkir di jalan tersebut terhadap kelancaran berlalulintas, juga untuk
mengetahi besarnya penurunan kinerja jalan akibat kegiatan on street parking, serta untuk
mengetahui strategis alternatif terhadap sistem parkir di jalan Wahidin.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian data kuantitatif yang menekankan pada
masalah kemacetan lalulintas yang terjadi di jalana wahidin yang berhubungan dengan on street
parking. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini merupakan survei jumlah kendaraan
meliputi jumlah kendaraan ringan, kendaraan berat, dan sepeda motor. Pedoman yang
digunakan adalah pedoman Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI) dengan variabel
penelitiannya adalah: data volume lalulintas; kecepatan arus bebas kendaraan; kapasitas jalan;
dan derajat kejenuhan (rasio).
Hasil analisa menyimpulkan bahwa on street parking mempengaruhi kinerja ruas Jalan Wahidin
pada jam tertentu, yaitu disaat jam masuk dan pulang sekolah anak-anak serta jam pulang kerja.
Penurunan kinerja ruas jalan terjadi pada jam puncak kemacetan, yaitu di sore hari pada pukul
16.30-17.30 dengan nilai rasio 0.89, dimana arus mendekati tidak stabil, Kecepatan lalu lintas
sekitar 50 km/jam dan volume lalu lintas mendekati 2.000 smp/jam.
Kata kunci: lalu lintas, tingkat pelayanan jalan, jalan kota

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pada umumnya kemacetan lalu lintas pada jalan perkotaan di kota-kota besar sudah menjadi
pembahasan utama yang selalu menjadi masalah utama, terutama di negara berkembang seperti
Indonesia. Pengklasifikasian kemacetan ada tiga faktor yang menyebabkan masalah kemacetan yang
semakin lama semakin parah, yaitu terus bertambahnya kepemilikan kendaraan (demand), terbatasnya
sumberdaya untuk pembangunan jalan raya dan fasilitas transportasi lainnya (supply), serta belum
optimalnya pengoperasian fasilitas transportasi yang ada (sistem operasi). Hal seperti inilah yang
membuat kemacetan menjadi hal yang menarik untuk dikaji, seperti halnya kemacetan yang diakibatkan
oleh adanya pengaruh aktivitas sekolah Wiyata Dharma terhadap lalu lintas di ruas Jalan Wahidin dimana
banyaknya kendaraan melakukan parkir pada On street parking (parkir badan jalan) sehingga
menyebabkan kemacetan lalu lintas.Permintaan dan pengelolaaan akan parkir akibat adanya kegiatan
pasar dan pertokoan pada ruas Jalan Wahidin yang tidak di sertai dengan fasilitas ruang Off Street
Parking (parkir samping jalan) sehingga pada akhirnya digunakan fasilitas On street parking (parkir
badan jalan) yang memberikan efek kepada kemacetan lalu lintas. Dilihat dari surveipengamatan di
lapangan bahwa on street parking (parkir badan jalan) ini sangat berpengaruh dan erat hubungannya
terhadap kinerja ruas jalan salah satunya di jalan Wahidin.
Masalah kemacetan menjadi hal yang menarik perhatian untuk diperhatikan dan
dimaksimalakan,seperti halnya kemacetan yang diakibatkan oleh pengaruh aktivitas pusat perdagangan
terhadap lalu lintas di ruas Jalan Wahidin dimana ada banyaknya kendaraan melakukan parkir pada On
street parking (parkir badan jalan) sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas dan proses lalulintas pun

404 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

terhambat oleh adanya permintaan akan parkir, akibat adanya kegiatan pusat perdagangan,pejalan
kakidan pedagang kaki lima pada Jalan Wahidin yang tidak diimbangi dengan fasilitas ruang Off Street
Parking (parkir samping jalan) sehingga digunakan fasilitas On street parking (parkir badan jaln) yang
memberikan dampak kepada kemacetan lalulintas.Namun disisi lain Parkir kecuali ketika akan masuk
atau keluar tempat parkir, namun pada parkir yang menggunakan badan jalan hal tersebut dapat
menyebabkan terhambatnya arus lalu lintas dan berkurangnya tingkat pelayanan jalan sehingga pengguna
jalan yang hanya melalui tempat tersebut menerima dampak negatif yang tidak efektif berupa waktu
tempuh yang lebih lama yang pada akhirnya menyebabkan kemacetan arus lalu lintas. Akibat tersebut
harus ditanggung oleh pengguna jalan lain yang tidak memanfaatkan fasilitas lahan parkir. Sehingga
tujuan penelitian ini adalah dalam menghitung besarnya penurunan tingkat kinerja jalan akibat kegiatan
on street parking (parkir badan jalan) dan mengetahui jumlah kendaran yang keluar masuk dari kegiatan
on street parking (parkir badan jalan).
Objek yang lebih relefan , dan biasanya paling cocok bagi pengemudi untuk memarkir
kendaraannya ialah di samping jalan, karena parkir yg seperti ini mempunyai banyak kerugian. Yang
utama di perhatikan, arus lalu lintas sepanjang jalan terhambat, yang akhirnya akan menimbulkan
kemacetan dan kelambatan pada seluruh kendaraan. Sudah diketahui jika indeks kira-kira 20 % atau
kurang (pada kondisi ini terdapat kira-kira 60 kedaraan per-km panjang jalan) maka pengurangan
kecepatan kendaraan.pada suatu jalan di kota kurang dari 0.75 Km/jam setiap penambahan 10 kendaraan
yang akan melintas pada jalan yara tersebut.
Pada kondisi parkir yang beriringan dan berdmpetan akan terlihat penurunan kelancaran lalu
lintasnya pada saat mengemudi. Pengamatan dari percobaan parkir unilateral memberi hasil bahwa
pengaruh parkir kendaran di setiap sisi tepi jalan yang terus begantian tanpa putus akan mengurangi
kecepatan kendaraaanya lebih dari 20 % dan kapasitas jalan juga akan turun signifiakan dan tidak
menimbulkan kemacetan panjang .
Kesanggupan yang sama dengan jalan selebar 12 m yang bebas parkir sama sekali. Peningkatan
kelambatan akibat kecepatan yang lebih rendah, penurunan kapasitas jalan dan peningkatan kecelakaan di
timbukan karena keadaan fisik jalan tersebut rusak, gerakan parkir, gerakan membuka pintu mobil saat
turun, tingkah pengendara sepeda motor yang ugal-ugalan, pejalan kaki muncul di antara kendaraan
parkir dan tidak adanya pengawasan yang ketat terhadap kawasan itu.
I.2 Kapasitas Jalan
Pengguna Jalan ada yang memakai median dan ada pula yang tidak . Sebab karena itu dalam
penghitungan kapasitas jalan di bedakan oleh unsur-unsur yang sudah tertera diatas . Untuk jalan dengan
median kapasitas dihitung terpisah per arah; sedangkan jalan tanpa median kapasitas dihitung untuk dua
arah secara bersamaan. Persamaan untuk menghitung kapasitas ruas jalan adalah:
C = Co x FCw x FCsp x FCsfx FCcs (smp/jam)
Dimana :
C = Kapasitas
Co = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCw = Faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas
FCsp = Faktor penyesuaian pemisah arah
FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping
Kapasitas jalan tanpa adanya parkir akan meningkat. Penelitian dilakukan pada salah satu ruas jalan
di Kota Manado, dimana hasil dari penelitian menyimpulkan bahwasannya kapasitas jalan tanpa adanya
on street parking akan meningkat.
I.3 Kecepatan Bebas Arus Kendaraan
Rumus yang digunakan untuk kecepatan arus bebas di sesuaikan dengan ketentuan yang berlaku
pada MKJI, dimana rumusnya dapat digunakan dalam menghitung kecepatan arus :
Fv = (Fvo + FVw) x FFsf x FFVcs
Dimana:
Fv = kecepatan arus bebas (km/jam)
Fvo = kecepatan arus bebas dasar (km/jam)
FVw = penyesuaian lebar jalur lalu lintas jalan (km/jam)
FF sf = faktor penyesuaian hambatan samping
FFVcs = faktor penyesuaian ukuran kota
Kecepatan Arus Bebas Dasar Kendaraan Ringan pada Jalan dan Alinyemen (FVo). Secara umum
kendaraan ringan memiliki kecepatan arus bebas lebih tinggi dari kendaraan berat dan sepeda motor dan
jalan terbagi memiliki kecepatan arus bebas lebih tinggi dan jalan tidak terbagi. Sehingga kegiatan
aktivitas kendaraan di jalan tidak terhambat dan proses kemacetan pun tidak akan terjadi karena,

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 405
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

kendaraaan yang melintas memili laju yg tratur .dalam hal ini kita juga harus menciptakan ketertiban
berlalulintas agar tidak terjadi kecelakaan.
I.4 On Street Parking
Parkir pada tepi jalan sering disebut dengan curb parking. Pada dasarnya parkir jenis ini lebih
memanfaatkan sebagian ruas jalan sebagai tempat untuk lahan parkir, baik satu sisi maupun dua sisi
sehingga menimbulkan terjadinya penyempitan lebar efektif jalan yang akan mempengaruhi volume lalu
lintas yang dapat ditampung ruas jalan tersebut. Kegiatan on street parking sangat mempengaruhi tingkat
pelayanan jalan.

METODE PENELITIAN
Langkah-langkah penyelesaian penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir penelitian berikut.

Gambar 1 Diagram alir penelitian

Data dan informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitiannya, didasarkan pada
pengelompokkan data. Kelompok data tersebut di bagi menjadi dua kelompok data, ialah data
karakteristik lalu lintas dan data karakteristik parkir.
1. Survey Geometrik Jalan terhadap kinerja ruas jalan
Pengumpulan data geometrik jalan dilakukan secara langsung di lokasi survey dengan mengukur
lebar jalan, lebar trotoar, dan layout parkir, serta data-data lain tentang ruas jalan yang
berhubungan dengan penelitian yang sedang peneliti survei Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan meteran untuk memudahkan peneliti di lapangan dan satuannya dinyatakan dalam
meter. Tabel 3.1 menunjukkan Kebutuhan Data Ruas Jalan dan Lalu Lintas
2. Survey Arus Lalu
Survey arus lalu lintas dengan melakukan pencatatan jumlah kendaraan yang terklasifikasi. Setiap
kendaraan yang lewat pada pos pengamatan dihitung berdasarkan jenis kendaraan. Jenis kendaraan
yangdihitungdibedakan menjadi mobil kecil, sepeda motor, angkot, bus sedang, bus besar, pick up
,truk sedang, besar, dan truk gandengan dengan Interval waktu yang digunakan per jam.
3. Survey Kecepatan
Survey kecepatan kendaraan dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung dengan
mobil bergerak (MCO). Kecepatan kendaraan dihitung dengan melewati 2 titik/patok yang telah

406 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

ditentukan dimana survey yang dilakukan setiap lima belas menit dan rata-rata kecepatan
diambil untuk periodeper jam
4. Survey Karakteristik Parkir
Survey penelitian ini dilakukan dengan maksud dan tujuaqn untuk memperoleh data
karakteristik parkir (on-street parking) secara terperinci, dengan cara mencatat jumlah kendaraan
yang masuk dan keluar parkir dengan periode per jam di sesuaiakan dengan konsep sebelumnya
,sehingga dapat diketahui karakteristik on-street parking (parkir di badan jalan ) yang
menimbulkan adanya kemacetan di ruas jalan yang akan di teliti di lapangan . Tabel 3.2
menunjukkan Kebutuhan Data Parkir

Gambar 2 Peta Lokasi Jalan Wahidin

Jenis data yang digunakan data lengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.1 dan 3.2 di bawah ini:

Tabel 1 Kebutuhan Data Ruas Jalan dan Lalu Lintas


Teknik pengumpulan
No Nama Data Jenis Data Kegunaan Data
Data
Geometrik jalan:
-Lebar jalur
Indetifikasi dan
1 -Bahu jalan Data primer Oservasi
pembatasan sistem
-Segmen pengamanan
layout parkir
Menghitung arus
2 Arus lalulintas Data primer Survei on Board
lalulintas
Mendapatkan
3 Kecepatan Data primer Survei MCO besarnya kecepatan
kendaraan(v)

Tabel 2 Kebutuhan Data Parkir


No Nama Data Jenis Data Teknik pengumpulan Data
Kegunaan Data
1 Keluar/masuk parkir
Menghitung
2 Kapasitas parkir Data primer Observasi
beasrnya parkir
3 volume parkir

Teknik Pengolahan Data

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 407
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Dilihat berdasarkan data yang dikumpulkan selama meneliti maka pengolahan data yang dilakukan
secara umum terbagi dalam 4 bagian diantarannya:
1. Pengolahan data yang berkaitan dengan volume lalu lintas harian di sesuaiakan dengan waktu
survei.
2. Pengelompokkan dan pengolahan data yang berkaitan dengan kondisi parkir.
3. Penentuan waktu jam puncak diman rawa kecemacetan sering terjadi, karakteristik lalu lintas
dan parkir pada jam puncak yang akan di lalui pada saat meneliti.
4. Perhitungan biaya kemacetan ,akibat kegiatan parkir, pengguna jalan (penjalan kaki).

HASIL
Dari hasil survei yang telah dilakukan, maka data dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yang
meliputi:
1. Pengolahan data yang mencakup karakteristik Fisik RuasJalan Raya Wahidin
Secara umum karakteristik ruas jalan Wahidinadalah sebagai berikut:
a. panjang ruas jalan raya Wahidin yang diteliti adalah 100 m dengan lebar jalan 10 meter.
b. Lebar efektif jalan adalah 9 meter.
c. Tipe ruas jalan Wahidin adalah empat lajur terbagi.
d. Pemanfaatan lahan sekitar ruas jalanan sebagian besar adalah untuk pertokoan .
2. Pengolahan data yang mencakup Karakteristik Lalu Lintas
Ruas jalan dan data arus lalu lintas di jalan Wahidin merupakan hasil survey yang dilakukan dari
pukul 06.30 sampai dengan pukul 18.30.
Arus lalu lintas yang diamati adalah lalu lintas kendaraan dengan klasifikasi kendaraan mobil pribadi,
pick up, angkutan perkotaan, bus besar, busKecil, truk sedang, truk besar dan truk gandengan, sepeda
motor, becak mesin, sepeda, becak dayung dan sepeda barang. Data lalu lintas per jam tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah sore. Pengolahan data per jam dengan cara mengkalibrasi
(mengelompokkan) setiap jenis kendaraan (Kend/jam) dengan ekivalensi mobil penumpang (emp)
berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997 dengan nilai antara lain untuk kendaraan
pribadi/LV (1,0), sepeda motor/MC (0,2), kendaraan berat/HV (1,3) dan UM (0,8) sehingga
didapatkan volume lalu lintas dalam satuan mobil penumpang (smp)
Berikut rekaptulasi volume lalu lintas di Jl. Wahidin

Tabel 3 Jumlah kendaraan di Jl. Wahidin menuju Jl. Thamrin


Waktu Kendaraan/jam Smp/jam
0630.-07.30 1.606 727.8
07.30-08.30 1.885 870.8
08.30-09.30 1.321 646.3
09.30-10.30 1.333 626.6
10.30-11.30 1.354 644.4
11.30-12.30 1.576 720.3
12.30-13.30 1.337 635.2
13.30-14.30 1.253 635
14.30-15.30 1.175 541.4
15.30-16.30 1.289 671.3
16.30-17.30 1.561 773.2
17.30-18.30 1.928 849.2
Jumlah kend 17.650 8.341,5

408 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 3. Rekap volume lalu lintas tiap jam dari Jl. Wahidin menuju Jl. Thamrin

Tabel 4. Jumlah kendaraan di Jl. Wahidin dari arah Jl. Thamrin


Waktu Kendaraan/jam Smp/Jam
0630.-07.30 1.167 303.4
07.30-08.30 1.520 395.2
08.30-09.30 1.289 335.1
09.30-10.30 1.142 296.9
10.30-11.30 1.177 306.0
11.30-12.30 1.424 327.2
12.30-13.30 1.565 406.9
13.30-14.30 1.106 287.5
14.30-15.30 1.053 273.7
15.30-16.30 1.158 301.0
16.30-17.30 1.596 414.9
17.30-18.30 1.786 464.3
Jumlah kend 15.983 4.112,1

Gambar 4. Rekap volume lalu lintas tiap jam dari Jl. Wahidin menuju Jl. Thamrin

3. Pengolahan data Kecepatan Kendaraan Kondisi dengan On-street Parking


Data kecepatan rata-rata kendaraan pada kondisi ini diperoleh dari Hasil pengamatan dengan
kendaraan bergerak per jam dimana kecepatan diambil setiap lima belas menit sekali. Data hasil
pengamatan pada kondisi on-street parking dua arah dapat dilihat pada tabel

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 409
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 5. Kecepatan rata-rata per jam diruas Jl. Wahidin


Waktu Kecepatan
06.30-07.30 22,50
07.30-08.30 28,37
08.30-09.30 21,75
09.30-10.30 20,63
10.30-11.30 21,41
11.30-12.30 25,00
12.30-13.30 24,18
13.30-14.30 19,66
14.30-15.30 18,59
15.30-16.30 20,39
16.30-17.30 26,30
17.30-18.30 30,95

4. On Street Parking
Pengamatan dilakkan di kedua jalur Jl. Wahidin dengan mencatatn jumlah kendaraan yang parkir di
jalan tersebut.

Tabel 6. Jumlah kendaraan yang parkir di Jl. Wahidin


No Waktu Masuk Keluar
1 06.30-07.30 0 0
2 07.30-08.30 6 3
3 08.30-09.30 6 3
4 09.30-10.30 4 3
5 10.30-11.30 0 3
6 11.30-12.30 1 3
7 12.30-13.30 4 0
8 13.30-14.30 1 1
9 14.30-15.30 4 3
10 15.30-16.30 7 6
11 16.30-17.30 9 4
12 17.30-18.30 13 9
Jumlah 55 38

5. Penentuan tingkat pelayanan


Dari hasil analisis survei dan pengolahan data, maka volume lalu lintas pada jam puncak di jalan
Wahidin mencapai puncaknya pada pukul 17.30-80.30 WIB dengan volume kendaraan paling tinggi3.714
perjam dengan smp 1.313,5 smp/jam.
DS=
DS=
DS = 0,89
Nilai derajat kejenuhan ini sama dengan nilai derajat kejenuhan salah satu penelitian yang dilakukan
di Jalan Gonilan-Pabelan, dimana penulis menunjukkan kenaikan nilai derajat kejenuhan dari 0,5 m3njadi
0,89 akibat adanya on street parking.

KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan, survei geometric dan analisa dan pengolahan data lalu lintas serta on street
parking, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kegiatan on street parking menyebabkan penurunan kinerja jalan di Jl. Wahidin pada kedua jalur
2. Tingkat pelayanan di ruas jalan Wahidin pada beberapa jam puncak yaitu, disaat jam masuk dan
pulang sekoleh sore anak-anak pada pukul 07.30-08.30 dan 16.30-17.30 dimana arus mendekati tidak
stabil, kecepatan sekitar 50 km/jam dan permintaan mendekati kapasitas (yaitu 2.000 smp/jam).
Sedangkan pada siang hari pukul 11.30-12.30 dan 12.30-13.30, arus mendekati tidak stabil,

410 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

kecepatan lalu lintas sekitar 60 km/ dan volume lalu lintas sekitar 90% dari kapasitas (1.800
smp/jam/lajur).
3. Kinerja ruas jalan menunjukkan bahwa kinerja ruas jalan terburuk terdapat pada pukul 17.30-18.30
dengan nilai ratio 0,89 dan mempunyai kecepatan rata-rata 30,95 km/jam dengan tingkat pelayanan
pada level E, sehingga berpengaruh pada kapasitas dan kecepatan di ruas jalan ini.

SARAN
Dalam upaya meningkatkan kinerja ruas jalan yang sempat menurun akibat adanya aktifitas on street
parking, maka beberapa saran yang dapat diberikan, diantaranya:
1. Pengguna jalan diharakan lebih berjati-hati ketika melintasi Jl. Wahidin dikarenakan terganggunya
kelancaran lalu lintas dalam berkendara.
2. Perlu adanya penelitian lanjutan disepanjang Jl. Wahidin.

REFERENSI
Adam, Fadel; Y.R. Rompis, Semuel; Ch. N Palenewen & Steve. 2018. Dampak Fasilitas Parkir di Badan
Jalan. Jurnal Sipil Statik, 6(12), 1137-1148
Gea, M.S.A. & Harianto, Joni. 2012. Analisis Kinerja Ruas Jalan Akibat Parkir Pada Badan Jalan (Studi
Kasus: Pasar dan Pertokoan di Jalan Besar Delitua). Jurnal Teknik Sipil Universitas Sumatera
Utara. 1(2)
Hadijah, Ida; S, Leni. 2016. Pengaruh Parkir Badan Jalan Terhadap Kinerja Jalan (Studi Kasus Jalan
Imam Bonjol Kota Metro). Jurnal Program Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah
Metro. 5(20), 108-117.
Khasani, Yusuf; Supri Murtiono, Eko & Sukatiman. 2015. Analisis Sistem Parkir di Badan Jalan
Terhadap Kelancaran Berlalu Lintas di Jalan Gonilan-Pabelan. Jurnal Pendidikan Teknik
Bangunan, 6(6), 1-10
MKJI (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Jakarta: Direktorat Jendral Bina Marga
Departemen Pekerjaan Umum.
Nur Ikhsan, Tsaqif. 2018. Pengaruh Parkir Badan Jalan Terhadap Fasilitas Bukaan Median Terhadap
Kinerja Ruas Jalan Perkotaan. Skripsi dipublikasikan. Universitas Islam Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Jakarta: Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia.
Wahyuni, R. 2008. Pengaruh Parkir Badan Jalan Terhadap Kinerja Jalan (Studi Kasus Jalan Brigjen
Katamso Sekolah Harapan Mandiri Medan). Skripsi dipublikasikan. Universitas Sumatera Utara.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 411
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

TRADISI KHITANAN (REKONTRUKSI PENGETAHUAN DARI


PRAKTIK KHITAN PADA PRIA NON MUSLIM DI KOTA MEDAN)

Dewantara Bangun¹, Lister Berutu²

1
Mahasiswa Departemen Antropologi Sosial,
2
Dosen Departemen Antropologi Sosial,
1,2
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara
E-mail: 1dewantarabangun@gmail.com, 2listerberutu60@gmail.com

ABSTRAK
Skripsi ini mengkaji tentangTradisi Khitanan (Rekontruksi Pengetahuan Dari Praktik Khitan
Pada Pria Non Muslim Di Kota Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan
pria non muslim tentang praktik khitanan yang pria non muslim lakukan baik pengetahuan
mengenai arti khitanan itu sendiri serta pengetahuan tentang cara khitan. Selain itu juga
bertujuan untuk mengetahui berbagai macam alasan mereka melakukan praktik khitanan. Metode
yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode etnografi dengan teknik observasi dan
wawancara mendalam, dimana penulis terjun langsung ke lapangan penelitian yaitu di Rumah
Sunatan, Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, dan di Klinik Gabriel dan ikut mengamati
proses khitanan yang dilakukan di ketiga lokasi penelitian. Pria non muslim memaknai khitan
sebagai proses pemotongan ujung penis, yang dapat membersihkan kotoran yang menempel
diujung penis dan dapat menghindarkan dari berbagai macam penyakit. Alasan pria non muslim
melakukan khitanan juga bermacam-macam. Alasanan tersebut dapat diketegorikan ke dalam
dua kategori, yaitu atas dasar kesehatan dan kebudayaan. Dari segi kesehatan khitan bermanfaat
untuk menghindarkan dari penyakit seksual yang berbahaya serta dirasakan dapat mempermudah
dalam menjaga kebersihan penis. Dari segi kebudayaan, suku Nias adalah salah satu suku yang
mengharuskan laki-laki melakukan tradisi khitanan. Khitanan pada suku Nias di anggap sebagai
pemuka mulut atau dengan kata lain laki-laki Nias hanya boleh memberikan pendapat pada
forum formal ketika sudah melakukan khitan. Sanksi yang di dapat jika seorang laki-laki Nias
tidak di khitanan adalah rasa malu dan juga dikucilkan dari lingkungan tempat tinggalnya.
Tradisi khitan pada masyarakat karo disebut Kacip Kacipi, sementara pada suku PakPak upacara
khitanan disebut Mertakil.
Kata Kunci: Khitanan, Rekontruksi Pengetahuan, Kebudayaan.

1. PENDAHULUAN
Kebudayaan adalah suatu hasil karya yang diciptakan oleh masyarakat yang dapat dipelajari dan
diwariskan kepada generasi selanjutnya secara turun-temurun. Kebudayaan juga dapat dijadikan sebagai
alat kontrol bagi perilaku manusia. Selain itu kebudayaan dapat dipandang sebagai nilai-nilai yang
diyakini bersama di dalam suatu masyarakat dan dapat terinternalisasi dalam diri individu sehingga
terhayati dalam setiap perilaku. Jadi dapat disimpulkan jika kebudayaan adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2000: 180).
Kebudayaan dan masyarakat adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pada
hakekatnya kebudayaan merupakan hasil budi dan daya manusia yang mengangkat derajat manusia
sebagai makhluk Tuhan yang tertinggi diantara makhluk yang lain. Dengan adanya kebudayaan, dapat
diketahui tingkat peradaban suatu masyarakat. Namun perlu disadari bahwa tingkat kebudayaan dan
peradaban ditentukan oleh kemampuan manusia dalam menghadapi tantangan alam sekitar atau
lingkungan tempat manusia itu tinggal dan hidup.
Unsur-unsur kebudayaan adalah bahasa, organisasi sosial, sistem pengetahuan, sistem peralatan
hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi dan kesenian (Koentjaraningrat, 2000:
294). Salah contoh dari kebudayaan yang ada di masyarakat adalah tradisi sunat atau khitanan. Sunat
merupakan tradisi yang telah ada sejak lama dan berlangsung sampai sekarang di masyarakat karena
berbagai alasan seperti agama maupun sosial budaya.

412 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Khitanan adalah pemotongan sebagian dari organ kelamin, pelaksanaan khitan hampir disetiap
tempat yaitu pemotongan kulup (Qulf) penis laki-laki. Khitan atau yang sering dikenal dalam masyarakat
sebagai sunatan bisa dipandang dari dua perspektif, budaya dan agama. Tradisi khitanan sampai saat ini
masih berlangsung dalam berbagai kebudayaan. Peristiwa khitan sering kali dipandang sebagai peristiwa
yang sakral, seperti halnya upacara perkawinan. Ini tidak terlepas dari asal usulnya yang ternyata
mengindikasikan nilai budaya terlebih dahulu.
Budaya yang dimaksudkan seperti yang ditekankan oleh Durkheim (1985), yaitu sesuatu yang
berbeda diluar kemauan individu, diluar kemampuan perseorangan, dan memaksakan kehendaknya pada
setiap individu. Adanya tekanan-tekanan sosial sering menghalangi individu untuk melakukan hal-hal
yang sebetulnya diinginkan. Dengan kata lain budaya merupakan suatu tekanan sosial kemasyarakatan
yang meliputi pola-pola berfikir, merasakan dan bertindak yang dipelajari dan ditransformasikan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Meskipun begitu budaya memiliki kecendrungan untuk selalu berubah
karena sifatnya yang adaptif.
Manusia dalam berprilaku tidak hanya berdasarkan kehendak pemikirannya sendiri. Pemikiran itu
akan mengalami suatu proses pemaknaan atas kenyataan eksternal yang kemudian diolah dalam kongnitif
manusia. Jika pemikiran tersebut disetujui, maka akan terjadilah tindakan mengkhitankan sebagai suatu
ekspresi penerimaan atas nilai-nilai yang ada disekitarnya. Perilaku manusia terdiri atas tiga faktor, yaitu
afektif, kongnitif, dan psikomotorik, pada psikomotorik individu diukur melalui praktek atau perilaku
yang dilakukan individu. Praktek atau perilaku memiliki empat tingkatan, yakni persepsi, respon
terpimpin, mekanisme, dan adaptasi. Dengan begitu praktek yang dilakukan berdasarkan pengetahuan
akan menghasilakan sesuatu yang lebih dari pada praktek yang didasari oleh pengetahuan.
Menurut Simon-Marton, Sebelum individu menerima prilaku baru, didalam dirinya terjadi proses
yang berlangsung secara berurutan. Proses ini meliputi kesadaran, kehendak, evaluasi, uji coba, dan
adopsi. Perilaku terjadi karena adanya pengalaman dan hasil interaksi individu dengan lingkungannya,
terutama yang menyangkut dengan pengetahuan dan sikap individu terhadap obyek. Begitu juga yang
terjadi dalam praktek khitanan.
Fishbein dan Ajzen, menyatakan bahwa keikutsertaan seorang individu dalam suatu aktivitas
berkitan erat dengan pengetahuan, sikap, niat, dan prilaku. Ada tidaknya niat dalam melakukan praktik
yang dianjurkan tergantung pada nilai positif atau negatif. Praktek yang dilakukan tidak hanya karena
adanya sikap tetapi juga karena adanya keyakinan, norma-norma dalam masyarakat, serta niat untuk
melakukan atau menjalankan praktek tersebut. Jika dilihat dari sejarah khitanan, bahwa khitan sudah
dilakukan secara rutin sejak 6.000 tahun yang lalu dibagian Selatan Afrika, mulai dari Libya, Mesir,
Timur Tengah, Amerika Selatan, Australia, dan Asia Tenggara. Menurut Arival, Pada saat itu khitan
dilakukan untuk alasan religi, dimana manusia dihukum agar tidak melakukan tindakan seksual yang
menyimpang dan berlebihan. De Meo, menyatakan bahwa segala bentuk pemotongan bagian kelamin,
seperti penyunatan adalah kepercayaan ritual yang bermula dari agama primitif yang tidak ada
hubungannya dengan alasan medis, kesehatan atau ilmu pengetahuan.
Tradisi khitan pada masyarakat mesir kuno yang mendapat indikasi dari lukisan pada tembok
saqqara yang ditemukan dimakam ankh-mahor dari dinasti VI old kingdom (2350 SM). Bandingkan
dengan tradisi khitan yang pertama tercatat dalam alkitab pada masa abraham (kurang lebih 1900 SM).
Ritual khitanan juga telah dikenal di kalangan kaum arab pada masa pra Islam Flavius Yosephus, seorang
sejarahwan Yahudi dari abad pertama Masehi, menyebut ritual sunat juga dikenal suku-suku Arab pada
saat itu. Sehingga bisa disimpulkan bahwa tradisi khitan bukanlah tradisi asli bangsa ibrani maupun
islam.
Pada dasarnya khitanan diwajibkan bagi laki-laki yang beragama Islam (Marshafi, 1996:13).Namun
ada juga sebagian laki-laki non muslim yang melakukan khitanan meski tidak diwajibkan oleh ajaran
agamanya. Laki-laki non muslim yang melakukan khitanan mempunyai berbagai alasan, salah satunya
adalah alasan kesehatan pada sistem reproduksinya.
Kota Medan adalah salah satu kota di Indonesia dengan masyarakat yang multikultural dengan
berbagai suku dan agama. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2015, bila di lihat dari besaran agama
yang paling banyak di anut, sebagain besar penduduk provinsi Sumatera Utara memeluk agama Islam,
yang berikutnya adalah Agama Kristen, Katolik dan Budha (BPS, 2015).
Situasi dan kondisi yang telah dijelaskan diatas membuat peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
pengetahuan masyarakat dari praktik khitan yang dilakukan oleh pria Non Muslim di Kota
Medan.Dimana sesuai ajaran agama Non Muslim praktik khitanan adalah sesuatu yang tidak diharuskan
atau tidak diwajibkan, namun pada saat ini banyak ditemukan pria non muslim yang melakukan praktik
khitanan dengan berbagai macam alasan. Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat bagaimana
pengetahuan masyarakat Non Muslim yang melakukan praktik khitanan serta apa saja alasan dan manfaat
yang dirasakan bagi mereka yang melakukan praktik khitanan.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 413
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

2. TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan merupakan unsur – unsur yang mengisi akal dan jiwa seorang manusia yang sadar dan
secara nyata terkandung dalam otak. Kemampuan akal manusia untuk membentuk konsep, serta
kemampuannya untuk berfantasi sudah tentu sangat penting bagi makhluk manusia, hal ini disebabkan
karena tanpa kemampuan akal untuk membentuk konsep dan penggambaran fantasi yang mempunyai
nilai guna dan keindahan, artinya dengan kemampuan akal yang kreatif, maka manusia tidak akan dapat
mengembangkan cita-cita serta gagasan-gagasan ideal, dengan begitu manusia tidak akan dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan dan manusia juga tidak dapat mengekspresikan karya-karya dan
keseniannya. Pengetahuan memiliki beberapa unsur - unsur seperti, penggambaran, apersepsi,
pengamatan, konsep, dan fantasi. Semua unsur pengetahuan ini ada pada setiap individu yang sadar
(Nasution, 2009).
Secara terminologis khitan adalah membuka atau memotong kulit (quluf) yang menutupi ujung
kemaluan dengan tujuan agar bersih dari najis. Dalam pelaksanaan khitan biasanya digunakan untuk laki-
laki atau istilah orang jawa disebut sunnatan, dalam ilmu kedokteran disebut circumcisio, yaitu
pemotongan kulit yang menutupi kepala penis (praeputium glandis) (Nasution, 2009).
Qulfah atau qhurlah adalah bagian kulit yang dipotong saat dikhitan (disebut pula kuluf). Yang
dikhitan dari seorang laki-laki adalah bagian kulit yang melingkar dibawah ujung kemaluan. Itulah kulit
kemaluan yang diperintahkan untuk dipotong. Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa
khitan adalah perbuatan memotong bagian kemaluan laki-laki yang harus dipotong, yakni memotong
kulup atau kulit yang menutupi bagian ujungnya sehingga seutuhnya terbuka. Pemotongan kulit ini
dimaksudkan agar ketika buang air kecil mudah dibersihkan, karena syarat dalam ibadah adalah
kesucian.Bagi kepercayaan tertentu, khitan merupakan bagian dari ajaran yang sudah diterangkan pada
kita suci yang menjadi pedomannya. Selain termuat pada kitab suci, khitan yang umumnya dilakukan
oleh kaum pria ini ternyata memiliki manfaat yang cukup besar bagi kesehatan alat reproduksi (Bahreisy,
2002).
Dalam berbagai literatur klasik banyak ditemukan bahwa umat terdahulu telah melakukan khitan.
Dalam Injil Barnabas, dikemukakan bahwa Nabi Adam as. Adalah orang yang pertama kali dikhitan.
Khitannya dilakukan setelah ia bertaubat dari memakan buah khuldi. Namun keturunanya meninggalkan
praktek ini, hingga Allah memerintah untuk melakukan khitan kepada Nabi Ibrahim as. bahkan dalam
kitab Mughni Al Muhtaj dikatakan bahwa laki-laki yang pertama melakukan khitan adalah Nabi Ibrahim
as. Kemudian Nabi Ibrahim mengkhitan anaknya Nabi Ishaq as. pada saat aqil baligh (Khotijah, 2015).
Menurut Gunawan (2016), para ahli modern telah mendapatkan berbagai hasil penelitian ilmiah,
bahwa bermacam-macam penyakit organ seks yang muncul lebih banyak ditemukan pada orang-orang
yang tidak dikhitan.Prof. Wezwill menulis sebuah artikel, ia menyatakan. “saya pada awalnya adalah
salah seorang yang sangat menentang dan memusuhi khitan. Pada tahun 1975 saya telah mulai
mengampanyekan larangan khitan. Namun, pada decade delapan puluhan saya mendapati hasil sebuah
penelitian medis yang mengungkapkan adanya peradangan-peradangan pada kelamin anak-anak yang
tidak dikhitan. Setelah itu saya meneliti lebih lanjut dan melakukan pengujian secara seksama terhadap
hasil penelitian yang didapatkan sebelumnya. Ternyata hasil yang didapatkan cukup mengejutkan, yaitu
sebaliknya daripada yang selama ini saya yakini. Bahwa penelitian tersebut benar, dimana anak yang
tidak dikhitan akan timbul pada kelaminnya berbagai penyakit yang membahayakan. Sejak itulah
akhirnya saya berubah haluan 180 derajat dengan mengampanyekan khitan agar dilakukan bagi anak-
anak.

3. PENGETAHUAN DAN PANDANGAN PRIA NON MUSLIM TENTANG KHITAN


1). Pengertian Alat Kelamin
Alat kelamin merupakan bagian dari tubuh manusia baik itu laki-laki maupun perempuan, alat
kelamin diciptakan sebagai pembeda antara laki-laki dan perempuan, walaupun pada abad ke 17 tidak ada
pembedaan antara keduannya. Pengertian dari alat kelamin itu sendiri hampir sama, yaitu alat yang
berfungsi untuk bereproduksi yang mempunyai nama dan fungsi yang berbeda-beda baik pada laki-laki
maupun pada perempuan. Alat kelamin pada laki-laki dikenal dengan nama penis,
penis adalah organ pada bagian antara pangkal paha yang berfungsi sebagai saluran keluarnya airseni dan
air mani (sperma). Dengan demikian, penis adalah bagian dari sistem reproduksi laki-laki sekaligus
bagian dari sistem ekskresi. Selain penis, sistem organ reproduksi laki-laki mencakup
pula epididimis (pelir) yang terlindung dalam kantung pelir (buah zakar) ditambah beberapa kelenjar dan
saluran.
Penis manusia memiliki fungsi dan asal usul perkembangan yang sama dengan
penis mamalia jantan lainnya. Dalam keadaan tanpa rangsangan, penis lemah dan menggantung. Pada

414 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

saat demikian fungsi sebagai alat urinasi (membuang urin) adalah optimal. Apabila terkena rangsangan
yang dikendalikan oleh otak, baik seksual maupun non-seksual, penis membesar ukurannya dan
menegang. Keadaan ini dikenal sebagai ereksi. Pada kondisi ereksi penuh, penis tidak siap untuk saluran
pembuangan urin dan akan siap sebagai saluran penyaluran cairan sperma.
2). Pengetahuan Masyarakat Tentang Khitan
Khitan merupakan praktek yang telah lama ada dan dilaksanakan oleh hampir seluruh masyarakat
Indonesia walaupun mereka berasal dari etnik dan agama yang berbeda. Pria non muslim di kota Medan
juga menganggap dengan berkhitan mereka akan terhindar dari segala macam penyakit, karena pada
ujung alat kelamin atau penis laki-laki itu tempat menumpuknya segala macam bakteri atau virus. Kalau
khitan pada anak laki-laki menurut masyarakat muslim dilakukan atas dasar kesehatan dan penanda
bahwa si anak akan memasuki masa dewasa atau akil baligh, berbeda dengan masyarakat non muslim
yang beranggapan khitan dilakukan atas dasar kesehatan dan tidak ada menyangkut dengan ajaran agama,
apalagi menyangkut dengan tanda kedewasaan dari si anak, karena masyarakat non muslim banyak
ditemukan melakukan khitan sudah beranjak dewasa.
Masyarakat non muslim memandang khitan bukan sebagai suatu hal yang sakral, melainkan hanya
untuk kesehatan dan kebersihan dari organ intim, mereka percaya dengan berkhitan akan memberikan
kebersihan dan akan terhindar dari berbagai penyakit, karena orang tua beranggapan diujung penis anak
laki-laki akan akan menumpuk berbagai macam penyakit.
3). Pengetahuan Masyarakat Tentang Tata Cara Khitan
a. Pengetahuan Masyarakat Non Muslim Tentang Cara Khitan Modern
Dari informasi yang peneliti terima, khitan pada masyarakat non muslim di Kota Medan
kebanyakan dilakukan oleh dokter. Yang mereka tau hanya dokterlah yang bisa melakukan khitan,
meskipun ada juga yang sebagian melakukan khitan bersama mantri. Khitan dilakukan tidak harus
berdasarkan agama saja, tapi khitan penting dilakukan untuk kesehatan. Pria yang khitan lebih higienis
dan secara seksualitas lebih bersih, tidak mudah lecet atau iritasi dan juga terhindar dari ejakulasi dini.
Keuntungan lainnya adalah mencegah penumpukan smegma, yaitu kotoran lengket yang bewarna putih
yang sering berbau tidak sedap yang berasal dari lemak yang diproduksi mukosa kulup yang bercampur
bakteri dan sisa sisa urine
b. Pengetahuan Masyarakat Non Muslim Tentang Cara Khitan Tradisional
Selain metode khitan modern masyarakat non muslim juga mengenal metode khitan tradisional.
Dulu sebelum teknologi secanggih seperti sekarang khitan dilakukan dengan cara tradisional dengan
menggunakan alat-alat sederhana yang dapat diperoleh dari alam. Namun dengan menggunakan metode
khitan tradisonal maka rasa sakit yang dirasakan juga lebih sakit dibandingkan dengan khitan yang
dilakukan dengan metode modern seperti sekarang ini. Penyembuhannya pun juga secara tradisional,
dengan menggunakan bahan-bahan yang dipercaya dapat menyembuhkan bekas luka setelah khitanan.
Salah satu informan yang saya jumpai di Klinik Mitra Sehat yang bernama Pak Josep juga
mengenal tata cara khitan yang dilakukan secara tradisional. Pak Josep mengetahui khitana tradisional ini
dari Orangtuanya yang dikhitan dengan menggunakan batok kelapa kering sebagai pisaunya. Batok
kelapa yang sudah kerimg di raut hingga runcing dan tajam seperti pisau. Pemotongan dengan pisau
batok ini biasanya didampingi alat lain berupa penjepit yang terbuat dari bambu, fungsinya buat menarik
kulup. Proses khitanan menggunakan batok kelapa kering ini pun tidak menggunakan bius, hanya saja
sang anak yang akan dikhitan disuruh untuk berendam di air dingin untuk mengurangi rasa sakit ketika
dikhitan
c. Pandangan Masyarakat Non Muslim Tentang Khitan
Setiap manusia memiliki pandangan hidup yang berbeda-beda, hal ini karena manusia tercipta
dengan akal dan pikiran yang kemudian diperdalam dengan ilmu pengetahuan dan akhirnya manusia itu
akan membentuk sesuatu dalam dirinya yang akhirnya menjadi kebiasaan dalam diri manusia itu sendiri.
Begitu juga pada praktik khitan, praktik yang telah lama ada ini telah melekat pada diri setiap individu
dan selalu dilakukan oleh individu tersebut.
Dalam suatu keluarga praktik khitan berawal dari orang tua, bisa dari nenek moyang, kakek, ayah,
dan akhirnya ke anak, atau bahkan ke cucu, semua ini tergantung dari cara pandang seseorang
menanggapi persoalan ini. Biasanya dalam sebuah keluarga tradisi itu akan terus melekat dan
berlangsung sampai kapan pun, karena suatu kebiasaan tidak akan mudah hilang begitu saja tanpa adanya
sebab dan akibat yang mengharuskan kebiasaan luntur dan dilupakan atau dihilangkan oleh suatu
keluarga. Dalam setiap keluarga akan mengalami regenerasi, pada saat generasi baru muncul pastilah
akan terjadi suatu pembaharuan dalam suatu kebiasaan yang telah tertanam dalam suatu keluarga, hal ini
terjadi karena generasi baru ini akan hidup di zaman yang berbeda dengan orang tua mereka, dan setiap
zaman akan mengalami perubahan

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 415
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

4. Alasan Pria Non Muslim Melakukan Khitan


1). Alasan Kesehatan
Khitan identik dengan ajaran agama Islam. Meski demikian, sudah banyak dari kalangan non
muslim yang sudah mulai tertarik untuk berkhitan. Mereka menyadari bahwa khitan memang bermanfaat
untuk kesehatan terutama bagian organ vital pria. Keputusan untuk melakukan khitan mungkin masih
menjadi pertimbangan bagi sebagian orang. Di negara-negara yang penduduknya mayoritas non muslim,
keputusan untuk berkhitan tidaklah mudah. Para orang tua yang tidak mempunyai keyakinan kuat
berdasarkan budaya atau agama, mereka mungkin akan berpaling pada hasil penelitian dan riset yang
melaporkan manfaat serta dampak prosedur sunat bagi kesehatan.
Khitan mempunyai faedah bagi kesehatan karena membuang anggota tubuh yang menjadi tempat
persembunyian kotoran, virus, dan bau tidak sedap. Air kencing mengandung semua unsur tersebut.
Ketika keluar melewati kulit yang menutupi alat kelamin, maka endapan kotoran sebagian tertahan oleh
kulit tersebut. Semakin lama endapan tersebut semakin banyak. Bisa dibayangkan berapa lama orang
melakukan kencing dalam sehari dan berapa banyak endapan yang disimpan oleh kulit penutup kelamin
dalam setahun. Oleh karenanya beberapa penelitian medis membuktikan bahwa penderita penyakit
kelamin lebih banyak dari kalangan yang tidak dikhitan. Begitu juga penderita penyakit berbahaya AIDS,
kanker alat kelamin dan bahkan kanker rahim juga lebih banyak diderita oleh pasangan yang tidak
dikhitan.
2). Alasan Kebudayaan
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Berkhitan mempunyai banyak manfaat diantaranya kesehatan dan kebersihan, karena dengan berkhitan
jalan keluar urine tidak ada yang menghalangi lagi dan tidak ada tempat bagi tertampungnya kotoran
pada kelamin. Dari kesehatan memang khitan dapat menghindari timbulnya berbagai penyakit. Misalnya
tumor ganas pada daerah alat kelamin laki-laki. Dan terbukti pula penis laki-laki yang dikhitan lebih
higienis. Jadi di masa tuanya kelak, ia jadi lebih mudah merawatnya. Dan yang paling menarik, selain
jadi lebih sensitif, tidak mudah lecet dan terkena iritasi, berkhitan juga punya pengaruh terhadap
kehidupan seksual laki-laki. Ia akan terhindar dari ejakulasi dini, dan masih banyak manfaat lainya.
Dari informasi yang peneliti dapat kan di lapangan, peneliti menjumpai seorang pria non muslim
yang sedang menemani anaknya khitan, saat diwawancarai beliau mengatakan alasan mengapa berkhitan
adalah suatu alasan kebudayaan dari suku Nias. Khitan telah berlangsung turun temurun di Nias. Segala
adat boleh dikurangi atau ditiadakan karena kemiskinan, tetapi sunat harus dilakukan. Padahal hampir
seperempat abad sebelumnya tradisi ini sempat dilarang, karena khitan dianggap suatu kebiasaan buruk
yang tidak sesuai dengan agama kristen, namun larangan tersebut tidak dihiraukan. Tradisi khitan
merupakan peninggalan adat masyarakat Nusantara. khitan bersifat upacara inisiasi kedewasaan bagi
masyarakat Nias. Dalam masyarakat tradisional Nias, khitan kerap dijadikan famago mbawa (penutup
mulut) adalah seseorang diangap tidak berhak berpendapat atau berbicara dalam pertemuan formal,
karena belum melaksankan adat istiadat yaitu khitan. Pandangan ini terutama tumbuh di kawasan utara
dan tengah Nias. Namun khitan tidak diatur lewat hukum adat. Karena itu, upacara yang dilakukan
terbatas hanya dalam lingkup.

5. KESIMPULAN
1. Khitan adalah pemotongan sebagian dari organ kelamin, untuk laki-laki khitan hampir sama disetiap
tempat, yaitu pemotongan kulup (Qulf) penis laki-laki yang menutupi ujung kemaluan dengan
tujuan agar bersih dari najis.
2. Pada zaman sekarang khitan tidak hanya dilakukan pada pria muslim saja, namun juga oleh pria non
muslim. Pria non muslim yang melakukan pratik khitanan yaitu atas dasar kesehatan dan
kebersihan .
3. Bagi pria non muslim yang melakukan khitan banyak manfaat yang dirasakan yaitu mengurangi
resiko penyakit seksual menular, membuat kesehatan penis lebih terjaga dan mengurangi resiko
saluran kemih.
4. Pria non muslim banyak memperoleh pengetahuan mengenai pentingnya melakukan khitanan
melalui berbagai sumber seperti buku bacaan dan internet.
5. Meskipun banyak manfaat yang dirasakan dari khitan, namun ternyata ada resiko yang disebabkan
oleh praktik khitan. Pendarahaan dan infeksi pada luka sunat adalah resiko yang paling sering
dirasakan oleh pria yang melakukan khitan.
6. Alasan pria non muslim melakukan praktik khitan adalah karena alasan kesehatan. Alasan karena
faktor kesehatan merupakan alasan yang paling sering diberikan oleh pria non muslim saat

416 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

melakukan penelitian. Dan alasan lainnya selain alasan kesehatan adalah alasan kebudayaan. Seperti
kebudayaan pada masyarakat nias yang mengharuskan laki-laki meskipun beragama non muslim
harus tetap dikhitan.

6. SARAN
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah
1. Bagi paramedis hendaknya lebih mempehatikan proses khitanan sehinga tidak menimbulkan resiko
sehabis dikhitan.
2. Bagi pria non muslim yang sudah melakukan praktik khitanan dan mengetahui banyak manfaat
yang dapat dirasakan hendaknya dapat meneruskan tradisi ini hingga ke generasi selanjutnya.
3. Pemerintah dan dinas kesehatan hendaknya dapat memberikan edukasi kepada masyarakat baik itu
muslim maupun non muslim tentang pentingnya berkhitan sehingga pengetahuan masyarakat
tentang berkhitan lebih jelas lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Andio, Tirry. 1996. Berkhitanan. Jakarta: Sinar Grafika.
Bahreisy, Fauzi 2002. Mengantar Balita Menuju Dewasa. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Berutu, Lister. 2013. Mengenal Upacara Adat Masyarakat PakPak Di Sumatera Utara. Medan: PT
Grasindo Monoratama.
Durkheim, Emile. 1985. Aturan-Aturan Metode Sosiologi. Jakarta: Rajawali.
Ihromi, T.O. 2006. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Marshafi, Saad. 1996. KHITAN. Jakarta: Gema Insani Press.
Moleong, Lexy. 1990. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.
Suhartono, Suparlan. 2004. Dasar-Dasar Filsafat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Skripsi
Khodtijah, Siti. 2015. Khitan Menurut Hukum Agama dan Kesehatan. Jepara: UNISNU.
Maulida, Indah. 2013. Kontruksi Sosial Budaya Tentang Sunat. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Nasution, Dian. 2009. Pengetahuan Masyarakat Jawa Tentang Khitan Pada AnakPerempuan. Yogyakarta:
UNDIP.
Internet
(http://www.referensimakalah.com/2012/12/pengertian-khitan-menurut-bahasa-dan istilah.html ) Tgl
akses 25 Juli 2017 jam 18.30 WIB.

Jurnal
Gunawan, Rudy. 2016. Metode Dan Manfaat Sunat. Jurnal FK UNDIP Vol. 1 No. 3 Juli 2016
Nehe, Marianus. 2013. Sunat Dalam Kebudayaan Nias. Jurnal Fisip UNAND Vol. 1 No. 2 Juli 2013
Zebua, Victor. 2013. Khitan Pada Suku Nias. Jurnal Fisip UNS Vol. 2 No.1 Februari 2013.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 417
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PENTINGNYA PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN


DI ERA INDUSTRI 4.0

Lambok Manurung

ABSTRAK
Industri telah mengalami fase revolusi yang pesat, era industri dewasa ini sendiri tergolong pada
era industri 4.0. Era Industri saat ini tentunya harus berjalan berdampingan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan. Hal tersebut karena ilmu pengetahuan berperan penting dalam
perkembangan dari industri itu sendiri. Penting bagi masyarakat untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan yang terdapat pada era industri 4.0, dikarenakan kemampuan ini akan sangat
dibutuhkan pada dunia kerja yang pada dasarnya akan terus berkembang. Maka dari itu, tulisan
ini akan membahas mengenai pentingnya pengembangan ilmu pengetahuan di era industri 4.0.
Pembahasannya sendiri akan dimulai dari pembicaraan terkait industri 4.0, lalu dilanjutkan
dengan paparan mengenai perkembangan ilmu pengetahuan di era industri 4.0, serta pentingnya
perkembangan ilmu pengetahuan di era industri 4.0.
Kata kunci: Industri 4.0, Ilmu Pengetahuan, revolusi industri

ABSTRACT
Industry has had a rapid phase of revolution, today’s industry era is classified as the industrial
era 4.0. The current industrial age surely should go along with the science development. That is
because science has an important role in the industry development itself. It is important for the
society to gain knowledge that is in accordance with the 4.0 industrial era, because the
knowledge and ability will be very much needed in the work world which basically will continue
to develop in the future. Therefore, this paper will be discussing about the importance of the
development in science in the industrial era 4.0. The discussion itself will be started from
explaining about the industry 4.0 itself, then will be continued with a current condition of science
development in the industrial 4.0, as well as the importance of the development of science in the
industrial era 4.0
Keywords: Industry 4.0, science, industry revolution

PENDAHULUAN
Industri merupakan kegiatan memproses atau mengolah suatu barang dengan menggunakan sarana
dan peralatan, seperti mesin contohnya (KBBI, n. d.). Industri sendiri merupakan bidang yang dapat
dikatakan sangat penting dalam perkembangan suatu negara, khususnya pada pertumbuhan ekonomi. Hal
tersebut dapat dilihat dari kontribusi sektor industri terhadap perekonomian nasional Indonesia yang
mencapai angka lebih dari 20 persen, hal ini pun kemudian menjadikan Indonesia merupakan salah satu
negara industri di dunia (kemenperin, n. d). Melalui hal tersebut dapat dilihat bahwa, industri memiliki
peran yang penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat seperti dalam hal perekonomian,
lowongan kerja, dan lain sebagainya.
Industri sendiri telah mengalami revolusi yang panjang, dimana dimulai pada era revolusi industri
1.0 yang terjadi pada abad ke-18 dan ditandai dengan adanya mesin uap. Selanjutnya terjadi revolusi
industri 2.0 yang mana ditemukan tenaga listrik pada era tersebut. Lalu terdapat era 3.0 yang terjadi pada
tahun 1970 atau 1990-an ketika otomatisasi diimplementasikan. Era industri pada dewasa ini merupakan
era industri 4.0 dimana efisiensi mesin dan manusia sudah mulai terhubung dengan adanya internet.
Industri 4.0 dapat dikatakan sebagai terminologi yang menjelaskan tren otomatisasi dan pertukaran data
yang terjadi pada zaman sekarang. Hal-hal seperti cyber-fisik, internet, cloud, Artificial Intelligence (AI),
dan lain-lain merupakan bagian dari perkembangan industri 4.0 saat ini (Yantina Debora, 2019).
Industri 4.0 juga dipenuhi dengan teknologi-teknologi yang sudah advance atau sangat canggih. Hal
ini dapat dilihat dari berbagai jenis komputer terbaru serta robot yang terhubung kepada sistem komputer
dan dapat diatur bahkan dari jarak jauh. Industri 4.0 telah menghasilkan satu hal yang disebut dengan
“pabrik pintar” atau “smart factory” dimana sistem cyber-fisik berperan untuk mengawasi proses fisik di

418 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

dalam pabrik. Sistem fisik yang ada pada era sekarang menjadikan masyarakat memiliki akses
komunikasi dan kerjasama yang lebih mudah, baik antara manusia kepada manusia lainnya dalam waktu
sebenarnya (real time) maupun menggunakan sarana web tanpa kabel (Bernard Marr, 2016).
Terdapat beberapa syarat bagi suatu sistem ataupun pabrik untuk dapat dikategorikan sebagai
industri 4.0. Pertama adalah interoperabilitas dimana mesin, alat, sensor, dan orang-orang yang dapat
berhubungan dan berkomunikasi dengan satu sama lain. Kedua merupakan transparansi informasi, yaitu
sistem yang menghasilkan salinan virtual dari bukti fisik melalui sensor data untuk
mengkontekstualisasikan suatu informasi. Selanjutnya adalah asistensi teknik, yaitu dimana kemampuan
dari sistem untuk membantu individu dalam pembuatan keputusan, penyelesaian masalah, dan membantu
tugas-tugas manusia yang terlalu sulit dan penuh risiko. Poin terakhir adalah pengambilan keputusan
yang terdesentralisasi, dimana merupakan suatu kemampuan dari cyber-fisik untuk membuat keputusan
sederhana sendiri dan menjadi se-otonom mungkin (Bernard Marr, 2016).
Meskipun dengan berbagai keuntungan yang terdapat di era industri 4.0, terdapat beberapa
tantangan yang harus dihadapi di dalamnya. Seperti misalnya isu terkait keamanan data yang mengalami
peningkatan, kesulitan untuk mewujudkan stabilitas serta keandalan dengan tingkat tinggi untuk
menghasilkan komunikasi cyber-fisik yang baik, pertahanan terhadap integritas dalam proses produksi
dengan pengawasan manusia yang semakin sedikit, penurunan lowongan pekerjaan untuk manusia, serta
masalah-masalah teknis yang berpotensi untuk terjadi dan berdampak pada pengurangan dana yang
cukup signifikan (Bernard Marr, 2016).
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dikatakan bahwa industri 4.0 merupakan hal yang harus
diperhatikan bagi para masyarakat, utamanya bagi individu-individu yang sedang mencari pekerjaan atau
sedang bekerja. Industri 4.0 dapat menjadi potensi maupun kemalangan bagi seseorang. Suatu pekerjaan
memiliki potensi untuk hilang dan berdampak pada peningkatan pengangguran di suatu negara, namun
hal ini dapat diminimalisir dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan yang menyesuaikan dengan
perkembangan industri 4.0 saat ini.

METODE
Metode yang digunakan dalam tulisan ini untuk melihat pentingnya perkembangan ilmu
pengetahuan dalam masa industri 4.0 pada saat ini adalah melalui studi literatur. Sumber-sumber
bacaannya sendiri terdiri dari berbagai jenis media seperti portal berita dan portal pemerintahan. Dalam
melihat pentingnya perkembangan ilmu pengetahuan dalam masa industri 4.0 sendiri dilakukan dengan
membahas mengenai perkembangan dari ilmu pengetahuan di era industri 4.0 itu sendiri.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Era Industri 4.0
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa industri 4.0 memunculkan berbagai jenis ilmu
pengetahuan yang baru, seperti misalnya internet, AI, dan lain sebagainya. Dapat dikatakan bahwa era
revolusi industri 4.0 yang mana kehidupan manusia banyak bersandar pada teknologi informasi serta
segala hal menjadi bersifat tanpa batas dan tidak terbatas dengan adanya internet dan teknologi digital
yang marak berkembang memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap bidang ilmu pengetahuan.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) sendiri menyatakan bahwa tantangan
dari revolusi industri 4.0, yang mana beberapa diantaranya telah disebutkan di pembahasan sebelumnya,
harus ditanggapi dengan cepat dan tepat. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar mampu
meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di persaingan global (Menristekdikti, 2018).
Perkembangan yang dialami oleh ilmu pengetahuan di era industri 4.0 ini dapat dikatakan bersifat
cukup pesat, hal ini dapat dilihat salah satunya dari agenda Menristekdikti yang membahas mengenai
langkah-langkah strategis pengembangan ilmu pengetahuan yang perlu dipersiapkan badan kementrian
tersebut untuk menanggapi perubahan dunia yang cepat dengan berbagai perangkat digital terbaru.
Dikatakan bahwa perlu adanya perumusan atas kebijakan strategi dari berbagai aspek, seperti
kelembagaan, kurikulum, sumber data, bidang studi, pengembangan cyber university, dan lain sebagainya
(Menristekdikti, 2018).
Menristekdikti sendiri menjelaskan bahwa setidaknya terdapat 5 elemen penting yang wajib sifatnya
menjadi perhatian utama dan harus diimplementasikan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi tersebut. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk upaya untuk mendorong peningkatan
ekonomi dan daya saing di era revolusi industri keempat saat ini. Lima poin tersebut diantaranya
merupakan sebagai berikut. Pertama adalah harus adanya persiapan sistem pembelajaran yang lebih
inovatif di perguruan tinggi, seperti penyesuaian kurikulum pembelajaran dan lain-lain. Selain itu,
diperlukan pula peningkatan kemampuan mahasiswa dalam bidang teknologi informasi (TI), teknologi
operasional (TO), internet of things (IoT), dan analitik big data. Selanjutnya adalah rekonstruksi
kebijakan kelembagaan pendidikan tinggi yang bersifat adaptif dan responsif terhadap revolusi industri
keempat, utamanya dalam pengembangan ilmu transdisiplin dan program studi yang dibutuhkan sesuai
dengan zaman industri saat ini. Terlebih pula dipaparkan bahwa perlu adanya program Cyber University,

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 419
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

yaitu perkuliahan dengan pembelajaran jarak jauh yang mana frekuensi pertemuan antara dosen dan
mahasiswa berkurang. Program tersebut diharapkan dapat menjadi solusi bagi masyarakat terpinggir yang
masih sulit mendapatkan akses pendidikan tinggi berkualitas secara langsung atau bertatap muka
(Menristekdikti, 2018).
Poin ketiga menyatakan bahwa perlu adanya persiapan sumber daya manusia, seperti dosen dan
peneliti yang responsif, adaptif, dan tepat untuk berhadapan dengan era industri saat ini. Selain itu
tentunya perlu ada pembangunan infrastruktur pendidikan, riset, dan inovasi yang memadai untuk
mendukung kualitas dari pendidikan, riset, dan inovasi itu sendiri. Lalu diperlukan juga perhatian pada
terobosan dalam riset dan perkembangan yang mendukung industri keempat dan ekosistem riset serta
pengembangan untuk peningkatan terhadap kualitas dan kuantitas dari riset dan pengembangan di
Perguruan Tinggi, Lembaga Litbang, LPNK, industri, dan masyarakat. Poin terakhir menyebutkan bahwa
terobosan dan perkuatan sistem dari inovasi untuk peningkatan produktivitas dari industri merupakan hal
yang penting. Selain itu, penting pula untuk meningkatkan perusahaan pemula yang bersandar pada
teknologi (Menristekdikti, 2018).
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan di atas, dapat dikatakan bahwa revolusi industri
memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di suatu negara. Hal
ini karena pada dasarnya, setiap ilmu pengetahuan yang ada, khususnya teori serta penjelasan yang
diberikan di sekolah maupun universitas, akan menjadi hal yang harus diimplementasikan nantinya di
dunia kerja. Maka dari itu, tentu dengan semakin berkembangnya sektor industri di suatu negara, semakin
bervariasi pula ilmu pengetahuan yang terdapat di dalamnya. Hal tersebut sesuai dengan yang telah
disebutkan sebelumnya, dimana terdapat kemunculan ilmu-ilmu pengetahuan baru seperti Artificial
Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), Big Data, dan lain sebagainya. Maka dari itu, dapat dikatakan
bahwa negara harus berupaya untuk menciptakan hubungan yang linear di antara keduanya, hal tersebut
dikarenakan dunia yang semakin cepat berubah dengan berbagai revolusi dan penemuan yang ada akan
menjadikan persaingan di tatanan dunia meningkat. Negara dalam hal ini memiliki peran yang penting
dalam membuat berbagai agenda untuk meningkatkan ilmu pengetahuan di era revolusi industri 4.0 saat
ini.

HASIL
Berdasarkan penjelasan terkait perkembangan dari ilmu pengetahuan di era industri 4.0, dapat
dilihat dengan jelas signifikansi perkembangan ilmu pengetahuan di era industri saat ini. Hal ini
dikemukakan pula oleh Ibu Sri Mulyani, dimana terdapat pernyataan bahwa kemajuan suatu negara untuk
mengejar ketertinggalan sangat tergantung pada tiga faktor, yaitu Pendidikan, Kualitas Institusi, dan
Kesediaan Infrastruktur. Seperti yang dapat dilihat bahwa pendidikan merupakan salah satu diantaranya
dan bahkan disebutkan pertama kali oleh Beliau. Hal ini berarti bahwa pendidikan memiliki peran yang
sangat signifikan dalam upaya negara untuk dapat terus bersaing di dalam konstelasi global saat ini, yang
mana dipenuhi oleh era revolusi industri 4.0 (Menristekdikti, 2018).
Selain itu, Ibu Sri Mulyani juga menambahkan, dalam penjelasannya terkait ‘disruptive technology’,
bahwa dunia pendidikan berada pada garis depan di era digital saat ini. Beliau menyebutkan bahwa para
Perguruan Tinggi harus mampu untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Ibu Sri Mulyani
menegaskan bahwa Perguruan Tinggi harus mampu bersifat responsif dalam menanggapi kebutuhan
masyarakat, seperti misalnya maraknya aktivitas pembelajaran secara online. Beliau menyatakan bahwa
di dunia yang cepat berubah pada masa sekarang menjadikan kita harus mampu cepat adaptif dengan
tetap menjaga karakter kita (Menristekdikti, 2018). Hal tersebut kembali menjadi penegas bahwa penting
untuk meningkatkan ilmu pengetahuan di era revolusi industri keempat yang dipenuhi oleh
perkembangan digital dan internet, dimana pertumbuhannya sendiri bersifat sangat cepat dan dinamis.
Selain pernyataan dari Ibu Sri Mulyani, divisi Hubungan Masyarakat Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (Humas LIPI) juga turut menyampaikan pendapatnya dalam pembahasan ini. Beliau
menyatakan bahwa LIPI memiliki peran yang sangat strategis dalam memfasilitasi berjalannya revolusi
industri yang pada dasarnya memunculkan berbagai tantangan baru bagi masyarakat, pebisnis, industri,
dan juga pemerintahan, khususnya dalam mendorong pengembangan UKM yang berbasis pada pasar
kreatif dan industri lokal (Biro Kerjasama, Hukum, dan Humas LIPI, 2019).
Terlebih pula, terdapat pernyataan dari Senior Advisor dari Science Technology and Innovation
Policy Institute (STIPI) Thailand, Jeong Hyop Lee, yang menilai bahwa Indonesia dan beberapa negara
di Asia Tenggara sudah seharusnya dapat mempersiapkan berbagai kebijakan-kebijakan dan
pengembangan inovasi dalam ilmu pengetahuan yang bersifat lebih komprehensif. Beliau menyebutkan
bahwa suatu negara sudah harus siap untuk menghadapi revolusi industri 4.0 dengan mengelola potensi
yang dimilikinya dan tidak boleh mengalami ketertinggalan dari negara lain (Biro Kerjasama, Hukum,
dan Humas LIPI, 2019).

420 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Pernyataan-pernyataan diatas memperlihatkan bahwa ilmu pengetahuan memiliki signifikansi yang


tinggi dalam menjaga stabilitas, perkembangan, serta pertumbuhan dari suatu negara. Hal ini dikarenakan
segala sesuatu yang terjadi di dunia pada dasarnya bersifat sangat cepat, dimana dalam kasus ini terkait
dengan era revolusi industri 4.0. Negara harus siap untuk beradaptasi dan mengembangkan potensi-
potensi yang dimilikinya, salah satunya melalui perkembangan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan era
industri 4.0. Hal ini dinilai penting karena jika masyarakat tidak mendapatkan ilmu pengetahuan
mengenai era industri 4.0 yang mana merupakan era pada dewasa ini, maka hal tersebut akan
memengaruhi kapabilitasnya sebagai pekerja di masa depan nantinya.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa salah satu tantangan yang harus dihadapi pada era
revolusi industri 4.0 adalah peningkatan dari pengangguran. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya
pekerjaan yang diambil alih oleh para robot, dimana merupakan salah satu hasil penemuan di era industri
saat ini. Para perusahaan akan cenderung memilih untuk mempekerjakan robot mengingat ketepatan yang
berasal dari mesin bersifat lebih pasti dibandingkan manusia yang memiliki potensi untuk melakukan
kesalahan dalam pekerjaannya, atau sering pula disebut dengan human error. Selain itu, robot akan
cenderung lebih terjangkau dari segi biaya mengingat bahwa robot tidak memerlukan gaji setiap bulannya
dan perusahaan hanya akan perlu mengeluarkan biaya pada saat pembeliannya saja. Berbagai
pertimbangan yang dipikirkan oleh perusahaan-perusahaan industri pun pada akhirnya memunculkan
tantangan tersebut.
Meski begitu, jika perkembangan ilmu pengetahuan dapat berjalan dengan baik dan tepat di tengah-
tengah era industri 4.0 ini, bukan tidak mungkin bahwa tantangan tersebut dapat diatasi. Jika terdapat
pendidikan yang memadai serta tepat bagi seluruh masyarakat, maka pilihan pekerjaan di bagian industri
bukan saja hanya sebagai buruh pabrik dan semacamnya. Namun, dengan ilmu pengetahuan yang
dimiliki oleh masyarakat, mereka dapat berkontribusi dalam pekerjaan seperti pembangunan robot,
pekerjaan di bidang keamanan cyber, teknologi, internet, big data, dan lain sebagainya. Maka dari itu,
penting untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di era industri 4.0 yang berkembang
dengan sangat cepat dan signifikan.
Pentingnya pengembangan ilmu pengetahuan di era industri 4.0 juga terkait dengan pemikiran
pemerintahan Indonesia yang melihat bahwa era industri saat ini merupakan solusi atas peningkatan daya
saing Indonesia. Disebutkan bahwa pemerintah memiliki komitmen untuk meningkatkan posisi daya
saing Indonesia dari 41 ke 39 dunia dari 138 negara. Hal tersebut diakui dapat diwujudkan dengan
meningkatkan industri dalam negeri agar terus menciptakan inovasi di era industri 4.0 saat ini. Menteri
Perindustrian, Airlangga Hartarto, menyebutkan bahwa inovasi dan perubahan terhadap model bisnis
yang lebih efisien dan efektif merupakan bagian dari hasil implementasi industri keempat. Revolusi
industri ini diyakini beliau sebagai sarana untuk mempercepat peningkatan daya saing sektor industri
nasional secara signifikan (Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, n. d.). Hal tersebut tentunya
tidak dapat tercapai tanpa adanya perkembangan dari bidang ilmu pengetahuan terlebih dahulu.
Beliau juga memaparkan mengenai contoh dari inovasi itu sendiri, seperti misalnya penerapan
Information Communication Technology (ICT) di sektor industri dimana dalam hal ini pemanfaatan
sistem online document approval digunakan untuk mengontrol penyelesaian pekerjaan. Teknologi ini
dikatakan dapat mengurangi penggunaan waktu serta biaya dan berdampak pada produk yang dihasilkan
dimana lebih murah serta mampu untuk bersaing, baik di pasar domestik maupun global. Inovasi lainnya
yang juga dinyatakan adalah Flexible Manufacturing System, dimana terdapat penggabungan tenaga kerja
dengan proses teknik mesin (mechanical engineering). Beliau memberikan contoh seperti industri
makanan dan minuman yang dalam pengolahan produknya menggunakan penerapan industri 4.0
sedangkan masih menggunakan tenaga kerja manusia dalam pengemasannya (Kementrian Perindustrian
Republik Indonesia, n. d.).
Selain itu, beliau juga memastikan bahwa pengimplementasian industri 4.0 akan menambah
lapangan pekerjaan yang memerlukan keterampilan khusus. Dalam hal ini, dibutuhkan kecepatan serta
kemampuan untuk beradaptasi secara konstan. Terlebih pula dengan adanya kombinasi antara dunia siber
dan fisik yang pada dasarnya menjadikan para tenaga kerja harus mampu untuk menganalisa data serta
menilai kualitas dan bias dari data itu sendiri (Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, n. d.).
Bapak Airlangga juga menambahkan bahwa program-program pendidikan memiliki peran yang
penting dalam hal ini, dimana disebutkan bahwa kegiatan peluncuran pendidikan vokasi industri tahap
dua yang mana akan dilaksanakan di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia di era industri saat ini. Selain itu, beliau juga
menyatakan bahwa penyiapan sumber daya manusia industri melalui pendidikan vokasi yang mengarah
pada high skill (engineer) serta peningkatan keterampilan sumber daya manusia industri yang dominan
low/middle menjadi ke tingkat high skill juga merupakan upaya untuk mendorong kesiapan industri
nasional dalam era industri 4.0 (Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, n. d.).

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 421
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

SIMPULAN
Berdasarkan paparan-paparan yang telah dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
perkembangan ilmu pengetahuan di era industri 4.0 merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.
Hal ini karena ilmu pengetahuan tersebut bukan saja berdampak pada penurunan pengangguran di suatu
negara, namun juga peningkatan daya saing tenaga kerja, baik pada tingkat domestik maupun global.
Maka dari itu, pemerintah perlu menyediakan pendidikan yang bukan hanya terjangkau, tetapi juga
relevan dengan berbagai perubahan yang terjadi di dunia pada saat ini, utamanya era revolusi industri 4.0
yang mengalami peningkatan dengan cepat dikarenakan arus globalisasi yang terjadi di seluruh dunia.
Hal ini menjadikan baik negara, masyarakat, industri, maupun ilmu pengetahuan harus dapat beradaptasi
dengan perkembangan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
Biro Kerjasama, Hukum dan Humas LIPI. (25 Februari 2019). Inilah Potensi Indonesia di Era Revolusi
Industri 4.0 di Indonesia. Dikutip melalui lipi.go.id: http://lipi.go.id/berita/inilah--potensi-
indonesia-di-era-revolusi-industri-4.0-di-indonesia/21540
Indonesia, K. P. (n. d.). Industri 4.0 Solusi Peningkatan Daya Saing Indonesia. Dikutip melalui
kemenperin.go.id: https://www.kemenperin.go.id/artikel/17432/Industri-4.0-Solusi-Peningkatan-
Daya-Saing-Indonesia
KBBI. (n.d.). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dikutip melalui kbbi.web.id: https://kbbi.web.id/industri
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. (n. d.). Indonesia Masuk Kategori Negara Industri.
Dikutip melalui kemenperin.go.id: https://kemenperin.go.id/artikel/18473/Indonesia-Masuk-
Kategori-Negara-Industri
Menristekdikti. (17 Januari 2018). Pengembangan Iptek dan Pendidikan Tinggi di Era Revolusi Industri
4.0. Dikutip melalui ristekdikti.go.id: https://www.ristekdikti.go.id/kabar/pengembangan-iptek-
dan-pendidikan-tinggi-di-era-revolusi-industri-4-0-2/
Marr, B. (20 Juni 2016). What Everyone Must Know About Industry 4.0. Dikutip melalui forbes.com:
https://www.forbes.com/sites/bernardmarr/2016/06/20/what-everyone-must-know-about-
industry-4-0/#1681808e795f

422 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

PEMANFAATAN SEDIMEN TANAH SUNGAI BAHOROK AKIBAT


DARI PERLUASAN VOLUME DI KAWASAN BUKIT LAWANG

Yunita Pane1, Suhelmi2

1
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pembinaan Mayarakat Indonesia
2
Jurusan Teknik Elektro STTI Immanuel
1
yunitapane77@gmail.com
2
suhelmi1950@gmail.com

ABSTRAK
Pendangkalan akibat sedimentasi menjadi salah satu permasalahan yang terjadi di Sungai
Bahorok. Hal ini tidak lepas dari pengaruh kondisi volume sungai yang diperluas akibat adanya
Banjir Bndang tahun 2003. Sungai Bahorok merupakan salah satu sungai yang terletak
dikabupaten langkat. Sedimentasi yang terjadi di sungai Bahorok akan berpengaruh terhadap
kondisi air karena akan terjadi pengurangan air untuk mengairi irigasi – irigasi sekitarnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Menanggulangi pendangkalan air sungai bahorok dan
memanfaatkan sedimen tersebut menjadi Batu Bata. Metode yang di buat adalah dengan cara
analisis sedimen diperlukan untuk mengetahui besarnya angka produksi sedimen dan tingkat
erosi. Dengan asumsi bahwa konsentrasi sedimen merata pada seluruh bagian penampang
melintang sungai, debit sedimen, dengan rumus Qs = Qw × Cs × K , juga dengan metode
memanfaatkan sedimentasi menjadi sebuah produk yaitu Batu Bata dengan cara membuat benda
uji batu bata dari sampel material sedimen sungai Bahorok. Bahan campuran batu bata
digunakan sekam padi. Pengujian dilakukan guna mengetahui karakteristik fisik material
sedimen dan kekuatan batu bata yang dihasilkan.
Kata kunci : Sedimentasi, Batu Bata

ABSTRACT
Siltation due to sedimentation is one of the problems that occur in the Bahorok River. This can
not be separated from the influence of the condition of the expanded river volume due to the
Banjir Bndang in 2003. The Bahorok River is one of the rivers located in the district of Langkat.
Sedimentation that occurs in the Bahorok river will affect the water condition because there will
be a reduction in water to irrigate surrounding irrigation. The purpose of this study is to
overcome the siltation of bahorok river water and utilize the sediment to become brick. The
method made is by means of sediment analysis needed to determine the amount of sediment
production and erosion rates. Assuming that the sediment concentration is evenly distributed
across all cross sections of the river, sediment discharge, with the formula Qs = Qw × Cs × K,
also with the method of utilizing sedimentation into a product, namely Bricks by making brick
specimens from the Bahorok river sediment material samples . A mixture of bricks is used by rice
husks. Tests are carried out to determine the physical characteristics of sediment material and
the strength of the bricks produced.
Keywords: Sedimentation, Bricks

PENDAHULUAN
Sungai adalah air tawar dari sumber alamiah yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat
yang lebih rendah dan menuju atau bermuara ke laut, danau atau sungai yang lebih besar. Arus air di
bagian hulu sungai (umumnya terletak di daerah pegunungan) biasanya lebih deras dibandingkan dengan
arus sungai di bagian hilir. Aliran sungai seringkali berliku-liku karena terjadinya proses pengikisan dan
pengendapan di sepanjang sungai. Sungai merupakan jalan air alami. mengalir menuju Samudera, Danau
atau laut, atau ke sungai yang lain. Sungai juga salah satu bagian dari siklus hidrologi (Abdul Hadi,2015).
Di dalam aliran air terangkut juga material material sedimen yang berasal dari proses erosi yang terbawa

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 423
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

oleh aliran air dan dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan akibat sedimentasi dimana aliran air
tersebut akan bermuara yaitu di danau atau di laut
Bahorok adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Indonesia. Beribu kota
di kelurahan Bahorok,sebagian wilayah kecamatan ini terletak di dalam Taman Nasional Gunung Leuser
termasuk Bukit Lawang. Merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Langkat yang berbatasan
langsung dengan Provinsi Aceh. Luas Bahorok 955,10 km2 dengan jumlah penduduk 43,022 jiwa dan
terdapat 18 desa serta 1 kelurahan. Taman Nasional Gunung Leuser (selanjutnya disebut TNGL)
merupakan salah satu warisan dunia yang berada di Indonesia. TNGL adalah sebuah kawasan hutan
konservasi sehingga Pemerintah Indonesia dan dunia Internasional memberikan perhatian yang serius
terhadap kondisi kawasan tersebut, yaitu dengan dibentuknya Yayasan Leuser Internasional. Yayasan ini
merupakan kerja sama Pemerintah Republik Indonesia dan Uni Eropa untuk mengelola Kawasan
Ekosistem Leuser (KEL), yang di dalamnya juga terdapat kawasan TNGL. Agar penanganan KEL
sekaligus TNGL dapat optimal, UniEropa menginvestasikan dana sekitar 29 juta dolar Amerika Serikat
sejak tahun 1995 sampai 2002 melalui Unit Manajemen Leuser yang berpusat di Medan (R
Siburian,2006).
Daerah hulu dan tengah DAS merupakan tempat terjadinya erosi tanah, sementara pada bagian hilir
merupakan tempat untuk berlangsungnya sedimentasi (pengendapan). Curah hujan yang tinggi, tanah
yang poros, kemiringan lereng yang tinggi, vegetasi yang jarang dan aktivitas manusia yang intensif
mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya proses erosi yang landai hingga datar, menyebabkan
kecepatan air sungai menjadi lambat dan selalu terjadi luapan air sungai membentuk genangan dan banjir
akan menyebabkan terjadinya sedimentasi di bagian hilir DAS (Rauf, dkk, 2011)
Sedimentasi adalah proses pengendapan material yang terbawa oleh air, angin, maupun gletser.
Pengendapan ini bisa terjadi di darat, laut, maupun sungai. Material yang terbawa merupakan material
yang berasal dari pengikisan atau pelapukan. Pelapukan ini bisa berasal dari pelapukan kimia, fisika, dan
mekanik (Ilmu Geografi,2016).
Bencana banjir bandang yang terjadi di Desa Bukit Lawang, Kecamatan Bohorok Kabupaten
Langkat pada tanggal 2 November 2003 sekitar pukul 21:45 WIB mengakibatkan kerugian jiwa dan harta
benda yang sangat luar biasa.Hal ini menyebabkan relokasi terjadinya banjir terhadap sungai bahorok
yaitu dengan mengadakan perluasan volume sungai guna menghindari banjir bandang kembali, akan
tetapi dengan adanya dampak dari perluasan volume tersebut maka terjadilah pendangkalan air sungai
bahorok yang diakibatkan sedimentasi tanah di lokasi sungai bahorok

Gambar 1.Kondisi Sungai Bahorok Pasca Banjir Bandang di sekitar Bukit Lawang

Sumber : Alimudiin Lubis (2017), “Sungai Bukit Lawang Berlumpur dan Bau” Analisa Medan
Gambar 2. LUMPUR: Aliran Sungai Bahorok Bukit Lawang, setiap banjir membawa lumpur beraroma
tak sedap, menyebabkan pendangkalan di saluran irigasi.

424 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kawasan DAS Wampu bagian tengah kabupaten langkat yaitu
tepatnya di kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 1. Data wilayah Administrasi DAS Wasmpu Bagian Tengah


KECAMATAN KABUPATEN LUAS
KOTA HA %
Kutalimbaru Deli Serdang 3.481,24 1,98
Pancur Batu Deli Serdang 59,78 0,03
Sibolangit Deli Serdang 15,41 0,01
Sunggal Deli Serdang 8,75 0,004
Barusjahe Karo 5,989,20 3,40
Berastagi Karo 2,356,39 1,34
Dolatrayat Karo 1,880,43 1,07
Kabanjahe Karo 4,301,75 2,45
Kutabuluh Karo 4,053,97 2,30
Laubaleng Karo 579,63 0,33
Mardingsing Karo 2,016,06 1,15
Merdeka Karo 1,64631 0,94
Merek Karo 9,039,09 5,14
Munte Karo 7,335,80 4,17
Namanteran Karo 3,528,96 2,01
Payung Karo 2,004,87 1,14
Simpang Empat Karo 6,904,07 3,92
Tiga Panah Karo 9,361,87 5,32
Tigabinanga Karo 3,225,58 1,83
Tigaderket Karo 4,032,49 2,29
Bahorok Langkat 24,537,99 13,95
Binjai Langkat 171,94 0,10
Kuala Langkat 13,538,69 7,70
Selapian Langkat 22,834,23 12,98
Sei Bingai Langkat 13,556,79 7,71
Selesai Langkat 13,220,37 7,52
Stabat Langkat 85,64 0,05
Wampu Langkat 2,374,45 1,35
Dolok Silau Langkat 3,573,34 2,03
Silimakuta Langkat 6,550,96 3,72
Binjai Barat Binjai 3,157,83 1,80
Binjai Kota Binjai 246,28 0,14
Binjai Timur Binjai 190,21 0,11
Sumber.BPDAS Wampu Sei Ular (2011)

Alat dan Bahan Penelitian


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System (GPS), pita ukur,
turbidimeter, kertas label, botol plastik, kamera digital, software ArcView GIS 3.3 dan perangkat
komputer. Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sampel air, peta administrasi, peta
penutupan dan penggunaan lahan.
Prosedur Penelitian
1. Pengumpulan data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu sampel air. Data
primer diperoleh dari hasil peninjauan langsung ke lapangan.
2. Penentuan lokasi yang menjadi titik pengambilan sampel yaitu sungai Bahorok Penentuan lokasi
dilakukan dengan metode purposive sampling berdasarkan peta satuan penggunaan lahan agar sampel
yang diambil diperkirakan dapat mewakili seluruh bagian DAS.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 425
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

3. Pengambilan sampel air Pengambilan sampel air dimaksudkan untuk pengukuran uji konsentrasi
sedimen/sedimen layang yang terbawa oleh aliran sungai. Sampel air diambil dengan menggunakan
botol pada 3 titik, yaitu pada bagian tepi kiri dan kanan sungai serta bagian tengah sungai. Sebagai
data penunjang dilakukan juga pengukuran kecepatan arus sungai dan luas penampang basah.
4. Analisis laboratorium Parameter yang dianalisis di laboratorium adalah konsentrasi sedimen
melayang.
5. Pengolahan data dan perhitungan Data yang telah diperoleh dari laboratorium kemudian diolah dan
dihitung sesuai dengan rumus yang digunakan.
Analisis Sedimen
Analisis sedimen diperlukan untuk mengetahui besarnya angka produksi sedimen dan tingkat erosi.
Dengan asumsi bahwa konsentrasi sedimen merata pada seluruh bagian penampang melintang sungai,
debit sedimen dapat dihitung sebagai hasil perkalian antara konsentrasi sedimen dan debit aliran yang
dirumuskan dengan persamaan Strand (1982:7) dalam Saud (2008).

Qs = Qw × Cs × K

Keterangan :
Qs = Debit muatan layang / debit sedimen (g/s)
Cs = Konsentrasi muatan layang atau konsentrasi sedimen (mg/l)
Qw = Debit aliran sungai (m3 /s) Debit aliran sungai (Q = A x V) A : Luas bagian penampang
basah (m2 ) V : kecepatan aliran sungai (m/detik)
K = 0,0864
Pemanfaatan Sedimen
Dengan cara membuat benda uji batu bata dari sampel material sedimen sungai Bahorok. Bahan
campuran batu bata digunakan sekam padi. Pengujian dilakukan guna mengetahui karakteristik fisik
material sedimen dan kekuatan batu bata yang dihasilkan, yaitu meliputi uji berat jenis, uji gradasi, uji
hidrometer, uji warna, bau, dimensi, dan kuat tekan batu bata. Pengujian dilakukan di Laboratorium
Bahan Bangunan dan Mekanika Tanah Teknik Sipil.
Alat dan Bahan
Bahan penelitian adalah benda uji batu bata yang terbuat dari sampel sedimen Sungai Bahorok
dengan bahan tambah sekam padi. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah sediment sampler,
kantong sedimen, perahu, alat uji berat jenis tanah, satu set grain size analysi, alat uji hidrometer
(hydrometer analysis), alat uji tekan beton, alat cetak batu bata, dan rol meter. Untuk pengambilan sampel
sedimen Sungai Bahorok dengan menggunakan vakum pompa.

426 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Mulai

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

Pengolahan Data

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3. Bagan Alir Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


Besarnya sedimen (suspended load) dihitung dari hubungan antara pencatatan debit dan pencatatan
konsentrasi sedimen yang ada di daerah kajian Sungai Bahorok. Sungai tersebut merupakan sungai yang
berada di kawasan DAS Wampu bagian Tengah.
Debit sedimen yang relatif besar menggambarkan bahwa kondisi biogeofisik sebagian besar DAS
Wampu Bagian Tengah telah mengalami gangguan.. Sungai Bahorok berada pada satu aliran yang sama
dengan sungai Desa Empus. Jika dihubungkan nilai prediksi erosi, maka makin besar erosi yang terjadi di
bagian yang mengarah ke hulu DAS maka nilai sedimen pada bagian yang mengarah ke hilir akan makin
besar pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sasongko (1991) yang menyatakan bahwa sedimen yang
tererosi dalam suatu lembah sungai dalam suatu kejadian hujan diendapkan di alur sungai dan tinggal
disana hingga hujan berikutnya mendorongnya ke hilir
Pemilihan lokasi pengambilan sampel merupakan hal penting yang harus diperhatikan karena
kesesuaian lokasi akan berpengaruh terhadap akurasi hasil pengukuran. Hal ini didukung oleh Rahayu
dkk (2009) dalam buku Monitoring Air di Daerah Aliran Sungai, yang menjelaskan kriteria lokasi yang
ideal untuk melakukan pengukuran, diantaranya pada lokasi tersebut tidak ada pusaran air, profil sungai
rata tanpa ada penghalang aliran air, arus sungai terpusat dan tidak melebar saat tinggi muka air naik, dan
khusus untuk pengukuran pada sungai besar harus ada jembatan yang kuat.
Pemanfaatan Sedimen
A. Karakteristik Fisik Sedimen
Untuk bisa mengetahui penggunaan sedimen untuk pembuatan batu bata maka perlu diadakan
pengujian yaitu :
- Warna dan Bau Batu Bata (karena sedimen tanah sungai banyak mengandung lanau yang berupa
sampah/humus).
- Kembang susut Batu Bata
- Kuat Tekan Batu bata
Uji karakteristik fisik material sedimen dilakukan di laboratorium terhadap sampel sedimen,
meliputi uji berat jenis (specific gravity) dan uji analisa saringan (sieve analysis) untuk mengetahui
prosentase lanau (gravel), pasir (sand) dan lempung (clay) yang terkandung dalamKembang susut batu
bata diuji dengan melakukan pengukuran perubahan dimensi batu bata saat dicetak, setelah kering dan
setelah dibakar.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 427
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Maka sampel sedimen yang dapat dicetak menjadi batu bata adalah sampel sedimen yang
mengandung pasir 40%,. Sedangkan sampel sedimen yang mengandung pasir di atas 40% tidak dapat
dicetak menjadi batu bata. Sedangkan penyusutan dimensi batu bata terjadi baik saat kering maupun
setelah dibakar. Penyusutan terbesar setelah dibakar terutama terjadi pada batu bata yang berasal dari
material sedimen daerah hilir yaitu rata-rata sebesar 21%. Hal ini karena material sedimen daerah hilir
memiliki kandungan lanau yang cukup besar yaitu rata-rata 72,5%. Menurut Hardiyatmo (1992) tanah
lempung dan lanau memiliki sifat kembang susut yang tinggi, sehingga dikelompokan pada tanah jenis
ekspansive.
Dengan cara pompa vakum maka sedimen tanah terhadap sungai Bahorok akan bisa lebih cepat
bekerja daripada secara sistem manual.

Gambar 4. Pompa Vakum Sedimentasi Lumpur

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan, maka penelitian ini memberikan beberapa kesimpulan yaitu :
1. Sungai Bahorok berada pada satu aliran yang sama dengan sungai Desa Empus. Jika dihubungkan nilai
prediksi erosi, maka makin besar erosi yang terjadi di bagian yang mengarah ke hulu DAS maka nilai
sedimen pada bagian yang mengarah ke hilir akan makin besar pula.
2. Material sedimen yang dapat dicetak menjadi batu bata adalah sampel sedimen yang mengandung pasir
40%, dengan warna setelah dibakar adalah coklat kemerah-merahan dan bau yang kurang sedap.
3. Semakin besar volume sungai bahorok, maka semakin kecil debit air yang ada dan dampak dari debit
air yang kecil akibat dari sedimentasi tanah yang banyak di bawah air.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul hadi (2015), Pengertian dan Jenis – jenis Sungai”, Soft Ilmu Jakarta.
Robert Siburian (2006),” Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 8 No.1 Tahun 2006 “, Medan
Ilmu Geografi.com (2016), “Proses sedimentasi-Jenis,Penyebab dan Dampaknya” Pusat Ilmu Geografi
indonesia.
Alimudiin Lubis (2017), “Sungai Bukit Lawang Berlumpur dan Bau” Analisa Medan
Rauf, A., K. S. Lubis, Jamilah. 2011. Dasar-dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. USU Press. Medan.
Sasongko, Dj. 1991. Teknik Sumber Daya Air Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Rahayu S, Widodo RH, van Noordwijk M, Suryadi I dan Verbist B. 2009. Monitoring air di daerah aliran
sungai. Bogor, Indonesia. World Agroforestry Centre - Southeast Asia Regional Office. 104 p
Hardiyatmo, H.C, 1992, Mekanika Tanah I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

428 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life

Anda mungkin juga menyukai