Disusun oleh :
RATIH SARASWATI IKA PERTIWI
NIM : 1741320135
1 MRK 2
Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat,
taufiq serta karunia-Nya, sehingga saya bisa menyelesaikan penulisan laporan mata
kuliah Laboraturiuum Uji Bahan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.
Maksud dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas setelah
melaksanakan praktik pengujian bahan di POLINEMA. Dalam penyusunan laporan
ini saya menyadari tanpa bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak,
laporan ini tidak akan selesai dengan baik dan sempurna. Oleh karena itu saya
mengharapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Akhmad Suryadi, BS, MT selaku dosen mata kuliah Laboraturium
Uji Bahan yang telah memberikan bimbingan ilmu, nasihat, saran, waktu,
tenaga, pikiran, dan perhatiannya dalam penyelesaian laporan ini.
2. Teknisi Laboraturium Uji Bahan
3. Teman-teman kelas 1 MRK 2 Jurusan Teknik Sipil POLINEMA
Saya berharap demi kesempurnaan penulisasn laporan ini, dibutuhkan kritik dan saran
dari pembaca untuk memperbaiki penulisan laporan yang akan datang. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
I.1 Tujuan
1.1.1. Tujuan dan Instruksi Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengertahui
dan memahami sifat-sifat fisik, mekanik dan teknologi agregat serta
engaruhnya terhadap beton dan perkerasan jalan dengan benar.
1.1.2 Tujuan Instruksi Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat :
a. Menentukan kadar air agregat
b. Menjelaskan rosedur pelaksanaan pengujian kadar air agregat
c. Menggunakan peralatan dengan terampil.
I.2 Dasar Teori
Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung
agregat dengan berat agregat dalam keadaan kering. Jumlah air yang
terkandung di dalam agregat perlu diketahui, karena akan mempengaruji
jumlah air yang diperlukan di dalam campuran beton. Agregat yang basah
(banyak mengandung air), akan membuat campuran juga lebih basah dan
sebaliknya.
I.3 Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh.
b. Oven (pengering) yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk
memanasi sampai (110±5)℃
c. Talam atau Cawan, terbuat dari porselin atau logam tahan karat.
d.
I.4 Benda Uji
Berat contoh agregat minimum tergantung ada ukuran butir maksimum
sesuai pada table 1.1
Tabel 1.1 Berat Agregat Untuk Pengujian Kadar Air
Ukuran Butir Berat
(mm) Agregat (kg)
6.3 0.5
9.6 1.5
12.7 2.0
19.1 3.0
25.4 4.0
38.1 6.0
Ukuran Butir
(mm)
50.8 8.0
63.5 10.0
76.2 13.0
88.9 16.0
101.6 25.0
152.4 50.0
I.7 Pelaporan
Tabel kadar air agregat halus (pasir hitam)
Benda Uji Benda Uji
Pemeriksaan
I II
Berat Cawan W1 39.50 39.0
Berat Cawan + Benda Uji W2 339.5 359.0
Berat Benda Uji W3= W2-W1 300 320
Berat Cawan+ Benda Uji Kering Oven W4 326.0 344.5
- Kerikil I = W2 – W1 Kerikil II = W2 – W1
= 500 – 39 = 500 - 39
= 461 gram = 461 gram
2. Kadar air
(W 3−W 5)
x 100 %
(W 5)
( W 3−W 5 ) (W 3−W 5)
- Pasir I = x 100 % Pasir II = x 100 %
(W 5) (W 5)
( 300−287 ) (320−305)
= x 100 % = x 100 %
(300 ) (320)
= 4,333% = 4,688%
( W 3−W 5 )
- Kerikil I = x 100 % Kerikil II =
(W 5)
( W 3−W 5 )
x 100 %
(W 5)
( 461−455 ) ( 461−455 )
= x 100 % = x 100 %
( 461 ) ( 461 )
= 1,320% = 1,320%
3. Kadar air rata-rata
( 4.333+ 4.688 )
- Pasir = = 4,511%
2
( 1.320+ 1.320 )
- Kerikil = = 1,320%
2
Kesimpulan dari hasil uji
Kadar air pada agregat sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang terkandung dalam
agregat. Semakin besar selisih antara berat agregat semula dengan berat agregat
setelah kering oven maka semakin banyak pula air yang dikadung oleh agregat
tersebut dan sebaliknya. Karena besar kecilnya kadar air berbanding lurus dengan
jumlah air yang terkandung dalam agregat maka semakin besar jumlah air yang
terkandung dalam agregat maka semakin besar pula kadar air agregat itu dan
sebaliknya. Akan tetapi bila berat kering oven besar makan kadar air semakin kecil
dan sebaliknya. Dari pengujian ini kita mendapatkan nilai kadar air untuk agregat
halus (pasir merah) 0.12% dan agregat kasar 0.77%.
I.8 Referensi
1. DPU.Manual Pemeriksaan Bahan Jlan PB-210-76
2. ASTM C-556-67
3. PEDC.Bandung.Pengujian Bahan.Edisi 1983
2. PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS
2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa akan dapat mengetahui dan
memahami sifat – sifat fisik, mekanik, dan teknologi agregat serta pengaruhnya
terhadap beton dan bahan perkerasan jalan dengan benar.
2.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat :
a. Menentukan berat jenis dan penyerapan agregat halus.
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian berat jenis dan penyerapan
agregat halus.
c. Menggunakan peralatan dengan terampil.
Benda Uji
Pemeriksaan
I II
Berat Cawan 70,5 72,0
Berat cawan + benda uji 570,5 572,0
Berat benda uji JPK / SSD Bj 500 500
Berat benda uji kering oven B2 498,5 494
Berat piknometer + air B3 681,5 681,5
Berat piknometer + air + benda uji B1 995,5 993,5
Benda uji
Perhitungan Rerata
I II
B2
Bj bulk =
B3 + B j−B1 2.680 2.628 2,654
B2
Bj jpk =
B3 + B j−B1 2.688 2.660 2.674
B2
Bj app =
B3 + B2−B1 2.702 2.714 2.787
Bj−B2
Abs = x 100 %
B2 0,301 1.215 0,758
Perhitungan :
B2
1. Bj bulk = B + B −B
3 j 1
495,5
Benda uji I : =2,680 gram
681,5+500−995,5
494
Benda uji II : =2,628 gram
681,5+500−993,5
2,680+2,628
Rerata : =2,654 gram
2
B2
2. Bj jpk = B + B −B
3 j 1
500
Benda uji I : =2,688 gram
681,5+500−995,5
500
Benda uji II : =2,660 gram
681,5+500−993,5
2,688+2,660
Rerata : =2,674 gram
2
B1
3. Bj app = B + B −B
3 2 1
498,5
Benda uji I : =2,702 gram
681,5+498,5−995,5
498,5
Benda uji II : =2,714 gram
681,5+498,5−993,5
2,702+ 2,714
Rerata : =2,708 gram
2
Bj−B2
4. Abs = B2
x 100 %
500−498,5
Benda uji I : x 100 %=0,301 %
498,5
500−498,5
Benda uji II : x 100 %=1,215 %
498,5
0,301+ 1,215
Rerata : =0,758 %
2
Kesimpulan
Dari hasil pengujian kami dihasilkan berat jenis kering agregat halus
2,654 ; berat jenis saat JPK/SSD 2,674 ; berat jenis semu 2,708 ; dan
penyerapannya 0,75 . Dari hasil tersebut masih dikatakan masuk dalam nilai
standar berat jenis dan penyerapan agregat halus.
Berat agregat halus pada kondisi JPK/SSD mengalami penyusutan
setelah agregat halus dikeringkan dalam oven. Hal ini disebabkan adanya
penurunan kadar air secara sempurna sehingga tidak ada penyerapan air yang
mana sangat berpengaruh pada massa agregat halus, dimana massa agregat
halus mengalami penurunan akibat dari penyusutan kadar air yang terkandung
dalam agregat halus. Dengan demikian berat jenis agregat halus pada saat
kering oven lebih kecil dari berat jenis benda uji pada saat JPK/ SSD.
2.8 Referensi
1. AASHTO T-84-74
2. ASTM C-128-68
3. PEDC Bandung, Pengujian Bahan, Edisi 1983.
3.`PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR
3.1 Tujuan
3.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa akan dapat
mengetahui dan memahami sifat-sifat fisik, mekanik, dan teknologi
agregat serta pengaruhnya terhadap beton dan bahan perkerasan jalan
dengan benar.
3.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat :
a. Menentukan berat jenis dan penyerapan agregat kasar.
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian berat jenis dan
penyerapan agregat kasar.
c. Menggunakan peralatan dengan terampil.
3.2 Dasar Teori
Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa
air dengan volume sama pada suhu yang sama. Sedangkan penyerapan adalah
kemampuan agregat untuk menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan
kondisi jenuh permukaan kering ( SSD = Saturated Surface Dry )
3.3 Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh, kapasitas 5000
gram.
b. Oven (pengering) yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 ± 5)º C.
c. Talam atau Cawan, terbuat dari porselin atau logam tahan karat.
d. Piknometer / gelas ukur, dengan kapasitas 1000 mL.
e. Alat pembagi contoh (riffle sampler).
f. Thermometer.
g. Kain penyerap.
h. Desikator.
i. Air suling.
3.4 Benda Uji
Benda uji adalah agregat kasar yang diperoleh dengan menggunakan riffle
sample atau sistem perempat bagian (quartering), sebanyak ± 5000 gram.
4. Penyerapan / Absorpsi
Bj−B2
Abs = x 100 %
B2
Dimana : B1 = berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)
B2 = berat benda uji kering oven (gram)
B3 = berat piknometer berisi air suling (gram)
Bj = berat benda uji dalam keadaan JPK/SSD (gram)
3.7 Pelaporan
Benda Uji
Pemeriksaan
I II
Berat Cawan 39 39
Berat cawan + benda uji 588.5 589
Berat benda uji JPK / SSD Bj 549.5 550
Berat benda uji kering oven B2 539 540.9
Berat piknometer + air B3 1198.5 1198.5
Berat piknometer + air + benda uji B1 1543.5 1546
Benda uji
Perhitungan Rerata
I II
B2
Bj bulk =
B3 + B j−B1 2.778 2.792 2,785
B2
Bj jpk = 2.680 2.716 2.698
B3 + B j−B1
B2
Bj app =
B3 + B2−B1 2.778 2.797 2.787
Bj−B2
Abs = x 100 %
B2 1.948 1.498 1.723
Perhitungan :
B2
1. Bj bulk =
B3 + B j−B1
539
Benda uji I : =2,778 gram
1198.5+539−1543.5
540
Benda uji II : =2,792 gram
1198.5+540−1546
2,778+2,792
Rerata : =2,785 gram
2
B2
2. Bj jpk =
B3 + B j−B1
549.5
Benda uji I : =2,68 gram
1198.5+549.5−1543.5
550
Benda uji II : =2,716 gram
1198.5+550−1546
2,68+2,716
Rerata : =2,698 gram
2
B1
3. Bj app =
B3 + B2−B1
539
Benda uji I : =2,778 gram
1198.5+539−1543.5
540.9
Benda uji II : =2,797 gram
1198.5+540.9−1546
2,778+2,797
Rerata : =2,787 gram
2
Bj−B2
4. Abs = B2
x 100 %
549−539
Benda uji I : x 100 %=1,948 %
539
549−540,9
Benda uji II : x 100 %=1,498 %
540,9
1,948+1,498
Rerata : =1,723 %
2
Kesimpulan
Dari hasil pengujian dihasilkan berat jenis kering agregat kasar 2,785 ;
berat jenis saat JPK/SSD 2,698 ; berat jenis semu 2,787 ; dan penyerapannya
1,723. Berat agregat kasar pada kondisi JPK/SSD mengalami penyusutan
setelah agregat kasar dikeringkan dalam oven. Hal ini disebabkan adanya
penurunan kadar air secara sempurna sehingga tidak ada penyerapan air yang
mana sangat berpengaruh pada massa agregat kasar. Dengan demikian berat
jenis agregat kasar pada saat kering oven lebih kecil dari berat jenis benda uji
pada saat JPK/ SSD.
3.8 Referensi
1. AASHTO T-85-74
2. ASTM C-127-68
3. PEDC Bandung, Pengujian Bahan, Edisi 1983.
4. PENGUJIAN BERAT ISI AGREGAT HALUS (PASIR HITAM) DAN
KASAR
4.1 Tujuan
4.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan data mengetahui dan
memahami sifat-sifat fisik, mekanik dan teknologi agregat serta pengauhnya
terhadap beton dengan benar.
4.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat :
a. Menentukan berat isi agregat halus, kasar dan agregat campuran
b. Menjelaskan rosedur pelaksanaan pengujian berat isi agregat halus, kasar
dan agregat campuran
c. Menggunakan peralatan dengan terampil
4.2 Dasar Teori
Berat isi atau disebut juga sebagai berat satuan agregat adalah rasio
antara berat agregat dan isi/ volume. Berat isi agregat diperlukan dalam
perhitungan bahan campuran beton, apabila jumlah bahan ditakar dengan
ukuran volume.
4.3 Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0.1% dari berat contoh
b. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.
c. Tongkat pemadat dengan diameter 15mm, panjang 60cm dengan ujung
bulat, sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
d. Mistar errata (straight edge)
e. Sendok/Sekop
f. Wadah (mould) baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat
pemegang,berkapasitas seperti dalam table 4.1
Benda Uji
Pemeriksaan Berat Isi Lepas
I II
Berat Mould W1 871 871
Berat Mould + Benda Uji W2 3049 3036
Berat Benda Uji W3 = W2 - W1 2178 2165
Berat Mould + air W4 2709 2709
Berat air/ volume Mould V = W4 - W1 1838 1838
W3
Berat isi Agregat 1,185 1,178
V
Perhitungan :
a. Benda Uji I
W 3 2178
W3 = W2 - W1 V = W4 - W1 =
V 1838
W3 = 3049 – 871 V = 2709 – 871
W3 = 2178 V = 1838 Berat Isi Agregat = 1,185
b. Benda Uji II
W 3 2165
W3 = W2 - W1 V = W4 - W1 =
V 1838
W3 = 3036 – 871 V = 2709 – 871
W3 = 2165 V = 1838 Berat Isi Agregat = 1,178
( W 31 :V 1 ) + ( W 3 2 :V 2 ) 1,185+1,178
= =1,182
2 2
Benda Uji
Pemeriksaan Berat Isi Tusuk
I II
Berat Mould W1 871 871
Berat Mould + Benda Uji W2 3422 3468
Berat Benda Uji W3 = W2 - W1 2551 2597
Berat Mould + air W4 2709 2709
Berat air/ volume Mould V = W4 - W1 1838 1838
W3
Berat isi Agregat 1,388 1,413
V
a. Benda Uji I
W 3 2551
W3 = W2 - W1 V = W4 - W1 =
V 1838
W3 = 3422 – 871 V = 2709 – 871
W3 = 2551 V = 1838 Berat Isi Agregat = 1,388
b. Benda Uji II
W 3 2597
W3 = W2 - W1 V = W4 - W1 =
V 1838
W3 = 3468 – 871 V = 2709 – 871
W3 = 2597 V = 1838 Berat Isi Agregat = 1,413
( W 31 :V 1 ) + ( W 3 2 :V 2 ) 1,388+1,413
= =1,4005
2 2
Benda Uji
Pemeriksaan Berat Isi Goyang
I II
Berat Mould W1 871 871
Berat Mould + Benda Uji W2 3344 3420
Berat Benda Uji W3 = W2 - W1 2473 2549
Berat Mould + air W4 2709 2709
Berat air/ volume Mould V = W4 - W1 1838 1838
W3
Berat isi Agregat 1,345 1,387
V
Perhitungan :
a. Benda Uji I
W 3 2473
W3 = W2 - W1 V = W4 - W1 =
V 1838
W3 = 3344 – 871 V = 2709 – 871
W3 = 2473 V = 1838 Berat Isi Agregat = 1,345
b. Benda Uji II
W 3 2549
W3 = W2 - W1 V = W4 - W1 =
V 1838
W3 = 3420 – 871 V = 2709 – 871
W3 = 2549 V = 1838 Berat Isi Agregat = 1,387
( W 31 :V 1 ) + ( W 3 2 :V 2 ) 1,345+1,387
= =1,366
2 2
Benda Uji
Pemeriksaan Berat Isi Lepas
I II
Berat Mould W1 871 871
Berat Mould + Benda Uji W2 3444 3390
Berat Benda Uji W3 = W2 - W1 2573 2519
Berat Mould + air W4 2709 2709
Berat air/ volume Mould V = W4 - W1 1838 1838
W3
Berat isi Agregat 1,400 1,370
V
a. Benda Uji I
W 3 2573
W3 = W2 - W1 V = W4 - W1 =
V 1838
W3 = 3444 – 871 V = 2709 – 871
W3 = 2573 V = 1838 Berat Isi Agregat = 1,400
b. Benda Uji II
W 3 2519
W3 = W2 - W1 V = W4 - W1 =
V 1838
W3 = 3390 – 871 V = 2709 – 871
W3 = 2519 V = 1838 Berat Isi Agregat = 1,370
( W 31 :V 1 ) + ( W 3 2 :V 2 ) 1,400+1,370
= =1,385
2 2
Benda Uji
Pemeriksaan Berat Isi Tusuk
I II
Berat Mould W1 871 871
Berat Mould + Benda Uji W2 3733 3780
Berat Benda Uji W3 = W2 - W1 2862 2909
Berat Mould + air W4 2709 2709
Berat air/ volume Mould V = W4 - W1 1838 1838
W3
Berat isi Agregat 1,557 1,583
V
Perhitungan :
a. Benda Uji I
W 3 2862
W3 = W2 - W1 V = W4 - W1 =
V 1838
W3 = 3733 – 871 V = 2709 – 871
W3 = 2862 V = 1838 Berat Isi Agregat = 1,557
b. Benda Uji II
W 3 2909
W3 = W2 - W1 V = W4 - W1 =
V 1838
W3 = 3780 – 871 V = 2709 – 871
W3 = 2909 V = 1838 Berat Isi Agregat = 1,583
( W 31 :V 1 ) + ( W 3 2 :V 2 ) 1,557+1,583
= =1,570
2 2
Benda Uji
gra
I II
Berat Mould W1 871 871
Berat Mould + Benda Uji W2 3858 3727
Berat Benda Uji W3 = W2 - W1 2987 2856
Berat Mould + air W4 2709 2709
Berat air/ volume Mould V = W4 - W1 1838 1838
W3
Berat isi Agregat 1,625 1,554
V
Perhitungan :
a. Benda Uji I
W 3 2987
W3 = W2 - W1 V = W4 - W1 =
V 1838
W3 = 3858 – 871 V = 2709 – 871
W3 = 2987 V = 1838 Berat Isi Agregat = 1,625
b. Benda Uji II
W 3 2856
W3 = W2 - W1 V = W4 - W1 =
V 1838
W3 = 3727 – 871 V = 2709 – 871
W3 = 2856 V = 1838 Berat Isi Agregat = 1,554
( W 31 :V 1 ) + ( W 3 2 :V 2 ) 1,625+1,554
= =1,589
2 2
Catatan :
Wadah sebelum digunakan harus dikalibrasi dengan cara sebagai berikut :
a. Isilah wadah /mould dengan air sampai penuh pada suhu ruang ,sehingga
pada waktu ditutup dengan plat kaca tidak terlihat gelembung udara.
b. Timbang dan catatlah berat wadah beserta air.
c. Hitung berat air (berat air sama denga isi/volume wadah)
d. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar, dilakukan minimal
2 (dua) kali, kemudian diambil nilai rata-ratanya
4.8 Referensi
1. AASHTO T-19-74
2. ASTM C-29-71
3. PEDC Bandung, Pengujian Bahan,Edisi 1983
5. PENGUJIAN KADAR ORGANIK AGREGAT HALUS
5.1 Tujuan
5.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui
dan memahami sifat-sifat fisik, mekanik, dan teknologi agregat serta
pengaruhnya terhadap beton dengan benar.
5.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat :
a. Menentukan kadar oganik agregat halus.
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian kadar organic agregat
halus.
c. Menggunakan peralatan dengan terampil.
Benda Uji II
SESI PASIR (mm) LUMPUR (mm) WARNA
I 22 5 1
II 25 3 1
III 28.5 0.5 1
IV 23 5 1
Rata - rata 24.63 3.38
5.7 Referensi
1. AASHTO T-21-74
2. ASTM C-40-79
3. PEDC Bandung, Pengujian Bahan, Edisi 1983
6. PENGUJIAN GRADASI BUTIRAN AGREGAT HALUS DAN KASAR
6.1 Tujuan
6.1.1 Tujuan Instruksinal Umum
Setelah ,elakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat-sifat fisik, mekanik dan teknologi agregat serta pengaruhnya
terhadap beton dan behan perkerasan jalan dengan benar.
6.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan gradasi butiran agregat kasar dan agregat halus
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian gradasi butiran
agregat halus dan agregat kasar.
c. Mengunakan peralatan dengan terampil
6.3 Peralatan
a) Timbangan dengan ketelitian 0,2%, kapasitas 25kg.
b) Alat pemisah contoh (Reffle sampler)
c) Talam
d) Oven yang dilengkapi dengan pengaturan suhu untuk memanasi sampai
dengan (110±5)°C
e) Satu set ayakan standar untuk agregat halus
f) Satu set ayakan standar untuk agregat kasar
g) Kuas, sikat kuningan
6.6 Perhitungan
Prosentase berat uji yang tertahan diats saringan/ayakan adalah:
A
Y= X 100%
B
Dimana: A= berat benda uji yang tertahan diatas saringan /ayakan
B= berar benda uji total
6.7 Pelaporan
Tabel 6.1 Data Pengujian Gradasi Butiran Agregat Kasar ( Kerikil )
CATATAN:
Pemeriksaan gradasi butiran agregat dengan saringan, dapat dilakukan hanya
1 kali percobaan
6.8 Referensi
1. AASHTO T-27-74
2. ASTM C-136-50
3. SK SNI T-15-1990, Tata Cara Perencanaan Campuran Beton Normal
4. PEDC Bandung, Pengujian Bahan, Edisi 1983
7. PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT KASAR DENGAN MESIN LOS
ANGLES
7.1 Tujuan
7.1.1 Tujuan Instruksinal Umum
Setelah ,elakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui
dan memahami sifat-sifat fisik, mekanik dan teknologi agregat serta
pengaruhnya terhadap beton dan behan perkerasan jalan dengan benar.
7.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan nilai persentase keausan agregat kasar
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian keausan agregat kasar
c. Mengunakan peralatan dengan terampil
7.6 Perhitungan
Prosentase berat uji yang tertahan diats saringan/ayakan adalah:
A−B
Y= X 100%
A
Dimana: A= berat benda uji semula
B= berar benda uji tertahan saringan No.12
7.7 Pelaporan
Data Pengujian Keausan Agregat Kasar
Gradasi Pemeriksaan …..B…..
Ukuran Saringan (mm) Berat Material
Lewat Tertahan (gram)
19.05 12.70 2500
12.70 9.51 2500
Berat Total Material (A) 5000
Berat Material tertahan saringan No.12 (B) 3986.5
A−B
Keausan Agregat = x 100 %
A 20.27%
Perhitungan :
A−B
Keausan Agregat = x 100 %
A
5000−3986.5
= x 100 %
5000
= 20.27 %
Catatan :
a. Pemeriksaan keausan agregat kasar dengan Mesin Los Angeles dapat
dilakukan hanya 1 (satu) kali percobaan.
b. Nilai kekerasan tidak boleh melampaui 30 % untuk beton yang digunakan
sebagai bahan perkerasan jalan (pavement).
c. Nilai kekerasan tidak boleh melampaui 45 % untuk beton yang digunakan
pada keperluan konstruksi lain selain di atas.
8.8 Referensi
1. PAG – 012 – 79
2. BS – 882
3. PEDC Bandung, Pengujian Bahan,Edisi 1983