Anda di halaman 1dari 4

BAB III

PENENTUAN KADAR LUMPUR DAN KADAR AIR AGREGAT HALUS

3.1 Pelakasanaan
Hari/tanggal : Rabu / 08 Desember 2021
Waktu : 09:20–14:21 WIB
Tempat : Laboratorium Bahan Konstruksi UPI “YPTK” Padang

3.2 Tujuan
3.2.1 Tujuan umum
Dapat menentukan kadar lumpur dan kadar air dari agregat halus.
3.2.2 Tujuan khusus
Setelah melakukan praktikum diharapkan mahasiswa dapat :
a. Terampil dalam menggunakan alat pengujian kadar lumpur dan kadar
air agregat halus secara laboratorium.
b. Menerangkan prosedur pelaksanaan penentuan kadar lumpur dari
agregat halus.
c. Menentukan jumlah persentasi kadar lumpur dari agregat halus.

3.3 Referensi
Referensi dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Diktat Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi, Universitas Putra
Indonesia “YPTK” Padang.
b. http://www.ocw.upj.ac.id/files/Textbook-CIV-203-SNI-03-1971-1990-
Kadar-Air.pdf
c. https://www.scribd.com/document/400167603

3.4 Dasar Teori


Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kadar lumpur pada agregat
sangat besar pengaruhnya untuk keperluan pembetonan. Dimana batas kadar
lumpur agregat maksimal menurut SK SNI S-04-1989-F adalah 5%.
Sedangkan kadar air sendiri adalah perbandingan antara berat air yang
terkandung dalam berat agregat kering yang dinyatakan dalam persentase (%).
Berat air yang terkandung dalam agregat, besar sekali pengaruhnya pada
pekerjaan yang menggunakan agregat seperti pembetonan. Dengan diketahuinya

Kelompok 4 12
Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
kadar air tersebut maka perencanaan mix design menjadi lebih akurat karena
adanya faktor koreksi kadar air campuran beton terhadap tegangan tekan rencana
yang akan di capai.

3.5 Peralatan dan Bahan


3.5.1 Peralatan
a. Saringan No. 200
b. Oven
c. Cawan atau Pan
d. Timbangan
3.5.2 Bahan
a. Agregat halus (300 gr)
b. Air bersih

3.6 Prosedur Pelaksanaan


a. Menimbang agregat halus dalam kondisi lapangan (300 gr) dan jadikan
sebagai patokan untuk W1.
b. Masukkan agregat dalam kondisi lapangan tadi (W1) kedalam oven
selama 1x24 jam dengan suhu 110±5º C. Namun jika waktu terbatas
maka kita bisa menggunakan suhu 220±5º C dalam waktu 6 jam.
c. Setelah memenuhi waktu, keluarkan agregat halus tadi dari oven dan
dinginkan sampai beratnya tetap, kemudian timbang kembali dan
jadikan patokan untuk W2.
d. Bilas agregat tersebut dengan air bersih sampai bersih hingga air
pembilas bening menggunakan saringan No. 200.
e. Tampung Kembali agregat yang disaring kedalam sebuah pan, dan
selanjutnya masukkan Kembali kedalam oven dengan suhu 110±5º C
sampai kering.
f. Keluarkan dari oven dan dinginkan sampai beratnya tetap dan timbang
sebagai W3.

Kelompok 4 13
Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
3.7 Pengamatan Data
Tempat Lab. Teknologi Baham Konstruksi UPI “YPTK”
Rabu / 08 Dikerjakan
Hari/Tanggal Kelompok 4
Desember 2021 oleh

09.20-14:21 Diperiksa La Ode Aldoni Friki Putra


Waktu
WIB oleh Anggi Agramainaldi
Desta Lara Hastuti

Tabel 3.1 Hasil pengukuran berat agregat halus


Penentuan Kadar Lumpur dan Kadar Air Agregat Halus
Berat Agregat Lapangan (W1) 300 gr
Berat Agregat Kering Setelah Dioven (W2) 296,46 gr
Berat Agregat kering Setelah Dicuci (W3) 294,06 gr

3.8 Analisa Pengolahan Data


(W 2 −W 3)
Kadar Lumpur = ×100
w2
(296 , 46−294 ,06)
= × 100
296 , 46
= 0,81 %
(W 1 −W 2)
Kadar Air = × 100
w1
(300−296 , 46)
= ×100
300
= 1,18 %

3.9 Kesimpulan
Dari penghitungan kadar lumpur dan kadar air agregat halus 300 gr
didapatkan hasil dimana pengujian kadar lumpur dan kadar air pada agregat halus
tersebut mendapatkan nilai kadar lumpur sebesar 0,81% dan kadar air sebesar
1,18%.

Kelompok 4 14
Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang

3.10 Dokumentasi

Gambar 3.1 Penghitungan W1 sebagai berat awal sampel


(Sumber : Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi)

Gambar 3.2 Penghitungan W2 sebagai berat sampel setelah di oven


(Sumber : Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi)

Gambar 3.3 Penghitungan W3 sebagai berat sampel kering setelah dicuci


(Sumber : Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi)

Kelompok 4 15

Anda mungkin juga menyukai