Anda di halaman 1dari 4

Barisan Selempang Merah

Arti Selempang Merah


Barisan Selempang Merah atau BSM, merupakan sejarah tersendiri yang berasal dari Kuala
Tungkal Tanjung Jabung Jambi. Selempang Merah dalam arti kata sebenarnya, yaitu jenis
kain selendang berwarna merah yang disediakan kepada setiap orang ketika menghadapi atau berhadapan
dengan musuh, atau seutas kain selendang yang berwarna merah darah berukuran lebar 3 sampai 5 centi meter
dan panjang 1½ sampai 2 meter yang telah berjahit tangan dan bertuliskan ayat-ayat al-Qur’an dengan tinta
rajah-rajah yang diselempangkan dari atas bahu kiri ke bawah tangan hingga ke pinggang kanan pada saat
melaksanakan pertempuran yang merupakan atribut atau tanda pengenal pejuang yang kedua ujungnya diikat
sehingga tidak mudah lepas.

Selempang Merah (SM) juga memiliki makna suatu ilmu kebatinan yang amalan-amalannya berasal 10 ayat
tertentu dari al-Qur’an, juga hadits dan zikir-zikir yang diajarkan oleh para ulama guna melakukan perang
sabil atau jihad fi sabilillah dalam menghadapi musuh Tuhan dan kemungkaran. Jadi, istilah yang sebenarnya
bukanlah selendang merah, tetapi adalah SM sebagai ijazah pengajian dan ajarannya tidaklah menyimpang dari
ajaran Islam Tetapi akan berbeda makna serta nilainya pada saat itu terutama kalau benda itu telah dipakaikan
pada tubuh seseorang yang akan diberangkatkan ke medan pertempuran, si pemakainya tampak menyala-nyala
mekar sebagai “bunga bangsa” yang walaupun banyak di antara mereka yang gugur di pangkuan ibu pertiwi
dalam perjuangannya, namun pasti akan menyebarkan bibit atau benih yang bermutu untuk melanjutkan
perjuangan bangsa dan negara. Dengan kata lain, SM sendiri pada saat itu selain sebagai tanda pengenal juga
memberikan spirit dan semangat perjuangan kepada setiap pasukan khususnya bagi pemakainya.

Penamaan Barisan Selempang Merah


BSM adalah satu perkumpulan ilmu kebatinan yang bernafaskan Islam kemudian berwujud
menjadi pasukan barisan perjuangan yang memakai selendang merah pada saat penyerbuan
dengan cara menyelempangkan ke tubuh dengan tujuan untuk mengusir penjajah Belanda di
mana amalan atau bacaan atau wiridnya berdasarkan (diambil) dari ayat-ayat suci al-
Qur’an, hadits nabi (sunnah Rasul) dan zikir (doa-doa) yang diajarkan wali Allah atau para
ulama dan bukanlah sebuah tarikat yang mana perkumpulan itu kemudian menjelma menjadi
nama suatu gerakan perjuangan kemerdekaan. Di mana semangat pengikutnya sama dengan
tentara yang dipimpin oleh para ulama dengan beranggotakan rakyat biasa bersama TNI dan
Polisi yang ada pada saat itu dengan mengadakan serangan-serangan ke Kuala Tungkal
khususnya yang menjadi tempat (pusat) kedudukan Belanda yang merupakan wujud kebangsaan
untuk mempertahankan nilai proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945, UUD 1945 dan Pancasila.
Walaupun mayoritas anggota BSM tidak pernah mengikuti latihan untuk berperang, tetapi
mereka tetap ikut berjuang bersama TNI untuk membela bangsa dan negara. Begitu murni/asli
semangat rakyat di setiap Kepenghuluan yang ingin berjuang bersama-sama. Jadi, BSM adalah
sebuah organisasi perjuangan (laskar rakyat) yang di dalamnya berkumpul orang-orang yang
tidak pernah mengikuti latihan kemiliteran atau ketentaraan.

BSM adalah barisan rakyat yang berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan dengan
menggalakkan persatuan dan kesatuan khususnya untuk mempertahankan Tungkal Area
umumnya dari genggaman penjajah Belanda yang anggota dan partisipannya berasal dari dua
suku bangsa mayoritas yang memiliki karakteristik berbeda yang dianggap sebagai ancaman dan
bahkan ditakuti tentara Belanda yang menduduki Kuala Tungkal, yaitu
suku Banjar (Kalimantan Selatan) dan suku Bugis (Sulawesi Selatan) yang anggotanya ada
juga berasal dari Tembilahan yang begitu fanatik, yaitu orang-orang Islam pengikut Nabi
Muhammad yang ortodoks serta suku lainnya seperti Jawa, Melayu dan lain-lain.

Barisan Selempang Merah merupakan kelompok orang yang tidak bertanggung jawab yang
sangat fanatik, mengobarkan perlawanan jihad fi sabilillah atau perang suci (heilige
oorlog), dikemukan bahwa kerugian (korban jiwa) yang mereka alami tidak terhitung
banyaknya.

Para anggota BSM adalah warga pendatang yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, tua
muda, khususnya para pemuda seperti dari para pemuda Laskar Hizbullah (LH), Laskar
Sabilillah (LS), Laskar Rakyat (LR), rakyat sipil, pedagang, petani dan organisasi lainnya
seperti TNI dan Polisi yang juga turut bergabung atau meleburkan diri menjadi satu kekuatan,
yaitu BSM. Di dalam BSM ini diajarkan amalan-amalan Nabi dan wali Allah. Selain itu juga
diajarkan bahwa perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan dan gugur/mati dalam
perjuangan adalah mati syahid. Juga semangat berjuang yang sangat tinggi tidak kenal lelah
apalagi menyerah. Menanamkan semangat bahwa berjuang li i’lai kalimatillah sangat suci. Pada
awal-awal pendududukan Belanda atas kota Kuala Tungkal sekitar bulan Januari-Februari 1949,
BSM telah melakukan penyerangan lebih dari 10 kali terhadap kamp tentara Belanda (KNIL)
dengan mengerahkan kekuatan lebih dari 200 orang dari setiap penyerangannya, sebagaimana
dikutip dalam sebuah laporan (Situatierapport).

Jadi, pasukan yang menyelempangkan selendang merah ke tubuh itulah, maka barisan itu
dinamakan dengan Barisan Selempang Merah (BSM). BSM di kenal juga dengan nama
Laskar Selempang Merah (LSM) atau Pasukan Selempang Merah (PSM). Orang Banjar
menyebutnya dengan sebutan “Salindang Mirah” atau “Salindang Habang”, sedangkan orang
Belanda menyebutnya dengan Rode Bandelier (RB) atau Rode Sjerp (RS), “Selendang
Merah” (SM) dan di Malaysia dikenal juga dengan Rode Sash (RS). Kiranya BSM (Barisan
Selempang Merah) inilah yang menjadi tandingan TBM (Tentara Baret Merah) Belanda.
Ringkasnya, penulis katakan dengan istilah “Rode Bandelier vs Rode Baret”.

Asal Usul
Tentera Selempang Merah yang disingkat TSM adalah sebuah gerakan perjuangan yang
lahir (berasal) dari Johor Malaka (Malaysia) yang mana para Pemimpin dan anggota Barisan
Selempang Merah (BSM) Kuala Tungkal mendapatkan pelajaran atau pelatihan langsung di
bawah pimpinan Kyai/Panglima H. Shaleh bin Abdul Karim yang kemudian muridnya tersebut
yang telah belajar menjadi guru terhadap anggota yang nantinya masuk ke dalam gerakan ini.
Beliau adalah seorang Mualim seorang pahlawan Melayu keturunan Banjar yang tinggal di Parit
Maimon, Simpang Kiri, Batu Pahat yang penuh dengan ilmu kebatinan Melayu, yaitu setelah
keganasan Tentara Bintang Tiga (Cina) yang mencoba menghancurkan tatanan kehidupan orang-
orang Islam. Pada waktu itu, selesai menunaikan sholat dan ketika sedang berdoa ia mendengar
suara panggilan dari dalam hatinya menyeru:

“Jika kamu menentang keganasan mereka ini, Tuhan akan bersama kamu. Gunakanlah senjata
apapun yang ada pada kamu. Kalau kamu tidak menentangnya, kamu akan habis ditindasnya.
Bangunlah menentang sekuat tenaga kamu, gunakanlah ayat-ayat al-Qur’an tertentu
sebagaimana yang digunakan pada zaman Rasulullah ketika melawan orang kafir dahulu dan
ayat-ayat yang digunakan dalam perang sabil pada zaman khalifah Islam terdahulu”.

Setelah peristiwa itu, kemudian H. Shaleh bin Abdul Karim mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an
yang dimaksud tersebut dan yang mula-mula diajarkan kepada mereka yang sama-sama sholat di
surau kampungnya. Sejak itu boleh dikatakan semua orang lelaki, tua dan muda, di kampungnya
telah bersatu mempelajari dan mengamalkan ayat-ayat al-Qur’an yang diberikan. Sebagai
langkah permulaan untuk persediaan pembentukan tentara Islam yang pertama di negeri
Malaysia.

Di Semenanjung Tanah Melayu, peristiwa tersebut menimbulkan apa yang dinamakan masa
kekosongan kekuasaan. Masa tersebut berlangsung selama dua minggu sampai munculnya
tentara Inggris yang menandakan permulaan Pentadbiran British Baru di Tanah Melayu.
Sebelum kedatangan pihak British (pasukan Inggris), pihak komunis yang dikenali sebagai Askar
Bintang Tiga yang sebelum berjuang menentang Jepang di bawah payung MPAJA telah
mengambil kesempatan untuk berkuasa dan bertindak kejam terhadap orang-orang yang
dianggap bekerjasama dengan Jepang. Mereka tidak mengenal mangsa dan menghukum siapa
saja yang dianggap bersalah tanpa mengikuti proses undang-undang yang benar. Biasanya
mereka yang ditemukan bersalah akan dijatuhi hukuman mati.

TSM ini menjadi terkenal setelah kekalahan tentara Jepang di tangan pihak Tentara Berikat
Tentara Bintang Tiga pada pertengahan bulan Agustus 1945 mengamuk dan membunuh tokoh
agama dan pemimpin kampung yang kemudian TSM tampil mempertahankan masyarakat
Melayu dengan menyerang komunis dan tali barut mereka. Di Malaysia dahulu TSM inilah yang
memburu-buru kaum komunis di sana, di mana mereka yang melakukan teror di kebun-kebun
karet dan kampung-kampung jauh di luar kota yang mana pada saat itu TSM tidak memiliki
kelengkapan senjata api untuk mempertahankan diri telah memilih H. Shaleh untuk memimpin
aliansi untuk mempertahankan diri dari kekejaman Askar Bintang Tiga.

Akan tetapi yang berbeda adalah, jika TSM Malaysia adalah suatu laskar rakyat yang
menghancurkan komunis Cina yang menjajah Malaysia tak kala itu. Sedangkan BSM yang ada
di Tanjung Jabung khususnya Kuala Tungkal adalah suatu Laskar Rakyat yang bertugas untuk
mengusir dan menghancurkan penjajah Belanda yang terdiri dari KNIL, KM dan KL yang
menduduki Kuala Tungkal dan perairan Tanjung Jabung yang sangat luas ini. Kemudian Tentara
Selempang Merah (TSM) Malaysia ini sampai ke Kuala Tungkal dan dikenal dengan sebutan
Barisan Selempang Merah (BSM).

Anda mungkin juga menyukai