Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

AUDIT LINGKUNGAN ATAS PENGOLAHAN LIMBAH CAIR


PADA USAHA PETERNAKAN AYAM

MATA KULIAH
AUDIT LINGKUNGAN

Oleh :
NAMA : Yane Oktavia

NIM : 1921622001

Dosen
Dr. Ardinis Arbain

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN


UNIVERSITAS ANDALAS
2020

0
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan berjalannya waktu bahwa dengan adanya ilmu pengetahuan dan

teknologi yang terus berkembang sebagai bagian untuk memenuhi kebutuhan manusia

yang menimbulkan banyak tumbuhnya perusahaan industri di negara ini salah satunya

adalah di bidang peternakan, dengan adanya berbagai macam usaha di bidang

peternakan dapat menimbulkan berbagai dampak baik positif dan negatif, dampak

positif yang ditimbulkan ialah berupa meningkatnya suatu perekonomian sehingga

harus ditingkatkan, sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya usaha

ini ialah dapat menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, maka

lingkungan hidup harus dikelola dengan baik dan benar agar dapat mencegah

terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.

Pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup mengakibatkan kualitas

lingkungan hidup menurun dan dapat berakibat fatal apabila lingkungan tidak dapat

dimanfaatkan sebagaimana fungsi sebenarnya (Erwin, 2008), sehingga lingkungan

harus dimanfaatkan dengan baik dan benar, agar lingkungan hidup terhindar dari

adanya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup maka dari itu untuk mencegah

terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dibutuhkan adanya Analisis

mengenai dampak lingkungan hidup atau disebut dengan Amdal yang merupakan salah

satu instrumen hukum dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang

diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup jo Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012

Tentang Izin Lingkungan.

1
Limbah ternak sebagai faktor negatif dari usaha peternakan adalah fenomena

yang tidak dapat dihilangkan dengan mudah. Selain memperoleh keuntungan dalam hal

bisnis, usaha peternakan juga menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan

kesehatan masyarakat. Limbah yang langsung dibuang ke lingkungan tanpa diolah

akan mengkontaminasi udara, air dan tanah sehingga menyebabkan polusi. Beberapa

gas yang dihasilkan dari limbah ternak antara lain ammonium, hydrogen sulfida, CO2

dan CH. Gas - gas tersebut selain merupakan gas efek rumah kaca (Green House Gas)

juga menimbulkan bau tak sedap dan mengganggu kesehatan manusia. Pada tanah,

limbah ternak dapat melemahkan daya dukung tanah sehingga menyebabkan polusi

tanah. Sedangkan pada air, mikroorganisme patogenik (penyebab penyakit) yang

berasal dari limbah ternak akan mencemari lingkungan perairan. Salah satu yang sering

ditemukan yaitu bakteri Salmonella sp (Rachmawati, 2000).

Audit lingkungan merupakan alat untuk memverifikasi secara obyektif upaya

manajemen lingkungan dan dapat membantu mencari langkah-langkah perbaikan untuk

meningkatkan kinerja lingkungan, berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Audit

lingkungan menjadi upaya proaktif perusahaan untuk perlindungan lingkungan yang

akan membantu meningkatkan kinerja operasional perusahaan terhadap lingkungan,

dan pada akhimya dapat meningkatkan citra positif perusahaan. Hal inilah yang

kemudian menjadi salah satu alasan yang melatar belakangi audit lingkungan sebagai

dasar evaluasi. Audit lingkungan sebagai salah satu alat pengelolaan lingkungan di

Indonesia mulai diintegrasikan dalam kebijakan nasional lingkungan hidup pada sekitar

akhir tahun 1994 melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No KEP-

42/MENLH/11/1994 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan.

Meskipun saat itu masih bersifat sukarela (voluntary) sebagai pelengkap pendekatan

command and control (komando dan pengawasan) dalam konteks kebijakan nasional
2
lingkungan hidup, namun integritasnya cukup berarti sebagai awal perkembangan

(Hermiyetti dan Poetri, 2010).

Usaha peternakan ayam bibit dan ayam niaga oleh PT. JAPFA Comfeed

Indonesia, Tbk – Unit Farm 1 Padang yang berlokasi di Korong Tarok, Nagari Kapalo

Hilalang, Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam Kabupaten Padang Pariaman Provinsi

Sumatera Barat menghasilkan limbah terutama berupa kotoran ayam dan bau yang

kurang sedap serta air buangan. Air buangan berasal dari cucian tempat pakan dan

minum ayam serta keperluan domestik lainnya. Air limbah akibat proses produksi

usaha peternakan ayam sebelum dialirkan ke lingkungan harus memenuhi standar baku

mutu. Pemerintah sendiri telah menetapkan suatu peraturan melalui PP No. 82 Tahun

2001 tentang Kualitas Air Sungai yang mengatur tentang standar baku mutu beban

pencemar yang mempengaruhi kualitas air sungai. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka

perlu dilakukan Audit Lingkungan terhadap air limbah yang dihasilkan oleh usaha

peternakan ayam, agar diketahui sejauh mana tingkat pencemaran yang terjadi pada

sungai tersebut.

1.2. Tujuan Makalah

Tujuan dari makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan audit lingkungan oleh perusahaan PT.

JAPFA Comfeed Indonesia, Tbk – Unit Farm 1 Padang dalam pengelolaan usaha

peternakan ayam bibit dan ayam niaga.

2. Untuk mengetahui apakah limbah cair sudah sesuai dengan baku mutu lingkungan.

3
1.3. Metodologi Penelitian

a. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Metoda survey (deskriptif analitis)

Survey deskriptif analitis dilakukan dengan cara mengumpulkan, memperoleh,

menyederhanakan, menyajikan, dan menganalisa data kualitatif serta deskriptif

agar dapat memberikan gambaran suatu peristiwa dengan melakukan

pengumpulan data untuk mendukung penelitian. Deskriptif analisis melalui

wawancara yang mendalam dengan informan (purposive sampling) di mana

pemilihan informan dilakukan secara sengaja berdasarkan kriteria yang telah

ditentukan, diantaranya key informan, tokoh masyarakat, dan pihak pihak yang

terlibat langsung.

2. Analisis sampel di laboratorium.

 Pengambilan sampel air pada unit IPAL dan kolam resapan PT. JAPFA

Comfeed Indonesia, Tbk-Farm 1 Padang untuk uji kualitas air, evaluasi data

mengacu kepada Baku Mutu Air Limbah Golongan II Lampiran XLVII

Permen LH No. 5 Tahun 2014, tentang Baku Mutu Air Limbah serta Tetapan

Nilai Parameter BOD5 dan COD.

 Pengambilan sampel air di Badan Sungai Lubuk Bonta Kabupaten Padang

Pariaman untuk uji kualitas, evaluasi data mengacu kepada Klasifikasi Mutu

Air Kelas 2 sesuai Peraturan Gubernur Sumatera Barat No 5 Tahun 2008,

tentang Penetapan Kriteria Mutu Air Sungai di Propinsi Sumatera Barat.

4
b. Metodologi Audit Lingkungan

1. Daftar isi (Table of Content)

2. Daftar Uji Sederhana (Checklist)

Cara ini dipilih jika telah memiliki informasi atau data yang cukup banyak.

Informasi parameter yang diaudit diberikan dengan data atau deskriptif.

Seluruh anggota tim dimintai pendapatnya dan kemudian dibuat daftar (list).

Daftar ini kemudian diuji oleh tim auditor.

3. Questionare

Metode questioner memberikan arahan dan petunjuk kepada auditor dalam

mengisi daftar pertanyaan dan atau cara mengajukan pertanyaan. Pada

metode ini, jawaban pertanyan sudah tersedia. Contoh bentuk jawaban yang

disediakan pada metode ini: Jawaban pertanyaan langsung menunjukkan

perbedaan secara jelas dalam bentuk: “yes/no/unknown”

4. Pedoman (Guideline)

5. Sistem Peringkat (Rating System)

Bentuk dasar : daftar pertanyaan dan pemberian nilai (skor) Contoh:

Berdasarkan tingkat nilai implementasi/keberadaan:

- Nilai 5 : telah dilaksanakan semua

- Nilai 1-3 : baru dilaksanakan sebagian

- Nilai 0 : belum dilaksanakan

5
II. TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Audit Lingkungan

Audit lingkungan di dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) didefinisikan sebagai suatu

proses evaluasi untuk menilai ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan

terhadap persyaratan hukum dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Pada intinya,

audit merupakan suatu proses evaluasi terhadap suatu kegiatan pembangunan seperti pada

bidang industri, pertambangan, kehutanan, pertanian, perumahan dan lain sebagainya

(Susanto dan Dadang, 2016).

Sedangkan menurut SNI 19-19011-2005 sebagai berikut: ‘proses yang

terdokumentasi, sistematik, dan mandiri untuk memperoleh bukti audit dan

mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sampai sejauh mana kriteria audit

dipenuhi’ (SNI 19-19011-2005).

Definisi tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang lebih dahulu dibuat dan

terdapat di dalam pedoman pelaksanaan audit lingkungan pada Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup No.42 Tahun 1994, tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit

Lingkungan, bahwa audit lingkungan adalah: “suatu alat manajemen yang meliputi

evaluasi secara sistematik, terdokumentasi, periodik dan objektif tentang bagaimana suatu

kinerja organisasi, sistem manajemen dan peralatan dengan tujuan memfasilitasi kontrol

manajemen terhadap pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan dan pengkajian

pentaatan kebijakan usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan tentang

pengelolaan lingkungan hidup.”

6
Fungsi Audit Lingkungan

Menurut Kep.Men LH No.42 tahun 1994, fungsi audit lingkungan adalah sebagai

berikut:

1. Upaya peningkatan pentaatan suatu usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-

undangan lingkungan, misalnya: standar emisi udara, limbah cair, penanganan limbah,

dan standar operasi lainnya.

2. Dokumen suatu usaha atau kegiatan tentang pelaksanaan standar operasi, prosedur

pengelolaan dan pemantauan lingkungan termasuk rencana tanggap darurat,

pemantauan dan pelaporan serta rencana perubahan pada proses dan peraturan;

3. Jaminan untuk menghindari perusakan atau kecenderungan kerusakan lingkungan;

4. Bukti keabsahan prakiran dampak dan penerapan rekomendasi yang tercantum dalam

penyempurnaan proses AMDAL;

5. Upaya untuk meningkatkan tindakan yang telah dilaksanakan oleh suatu usaha atau

kegiatan untuk memenuhi kepentingan lingkungan, misalnya pembangunan yang

berkelanjutan, proses daur ulang dan efisiensi penggunaan sumber daya.

6. Audit lingkungan merupakan dokumen yang dapat merealisasikan pelaksanaan:

a. SOP ( standard operating procedure) atau prosedur standar operasi terhadap

pemasangan dan pengoperasian peralatan atau kegiatan pengelolaan lingkungan.

b. Pengelolaan lingkungan dan pemanfaatan proses daur ulang dari limbah yang

terjadi.

c. Sebagai tanggap darurat atau early warning system terhadap terjadinya kerusakan

atau pencemaran lingkungan.

7
Manfaat Audit Lingkungan

Manfaat yang dapat diperoleh suatu perusahaan dari kegiatan audit lingkungan

adalah (BAPEDAL, 1999):

1. Mengidentifikasi risiko lingkungan.

2. Oleh adanya kegiatan audit lingkungan maka risiko lingkungan dapat diketemukan

dan dapat diprediksi untuk masa yang akan datang. Hal ini sangat membantu pihak

pengambil kebijakan untuk menyusun pengalokasian anggaran dalam pengelolaan

lingkungan.

3. Menjadi dasar bagi pelaksanaan kebijakan pengelolaan lingkungan atau upaya

penyempurnaan rencana yang ada.

4. Menghindari kerugian financial seperti penutupan suatu usaha atau kegiatan atau

pembatasan oleh pemerintah, atau publikasi yang merugikan akibat pengelolaan dan

pemantauan lingkungan yang tidak baik.

5. Mencegah tekanan sanksi hukum terhadap suatu usaha atau terhadap pimpinannya

berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Membuktikan pelaksanaan pengelolaan lingkungan apabila dibutuhkandalam proses

pengadilan.

7. Meningkatkan kepedulian pimpinan/penanggungjawab dan staf suatu badan usaha

mengenai pelaksanaan kegiatannnya terhadap kebijakan dan tanggung jawab

lingkungan

Prinsip-Prinsip Audit Lingkungan

Suatu audit memiliki prinsip sebagai berikut:

1. Dilakukan secara sistematis, terdokumentasi, periodik dan obyektif;

2. Dilaksanakan secara sukarela sebagai upaya internal untuk memperbaiki kinerja;

8
3. Merupakan bagian dari manajemen dan perangkat manajemen untuk mengendalikan

kegiatan usahanya;

4. Ditujukan untuk mengidentifikasi resiko lingkungan di masa mendatang;

5. Pada dasarnya suatu audit merupakan suatu pengamatan sesaat (snap shoot);

6. Audit lingkungan harus bersifat komprehensif, rinci, dan menggunakan protokol audit

lingkungan yang memadai;

7. Pelaksanaan perlu mendapat dukungan manajemen (pimpinan);

8. Dokumen audit bersifat rahasia kecuali ditentukan lain oleh penanggung jawab,

misalnya untuk keperluan publikasi atau pembuktian.

Karekteristik Audit Lingkungan

Audit lingkungan memiliki beberapa karakteristik yang sangat penting dalam

pengelolaan lingkungan, baik dalam lingkungan suatu proyek maupun untuk lingkungan

diluarnya. Beberapa karakteristik dari audit lingkungan yaitu:

1. Audit lingkungan menggunakan metodologi yang komprehensif.

2. Audit lingkungan harus dilaksanakan dengan metodologi yang komprehensif, dan

prosedur yang telah ditentukan, untuk menjamin pengumpulan data-data dan informasi

yang dibutuhkan, serta dokumentasi dan pengujuan informasi tersebut.

3. Audit lingkungan menggunakan konsep pembuktian dan pengujian terhadap

penyimpangan pengelolaan lingkungan merupakan hal yang pokok dalam audit

lingkungan. Tim audit harus mengkonfirmasikan semua data dan informasi yang

diperolehnya melalui pemeriksaan lapangan secara langsung.

4. Audit lingkungan menggunakan pengukuran dan prosedur yang standar.

5. Penetapan standard dan pengukuran terhadap kinerja lingkungan harus sesuai dengan

usaha atau kegiatan dan proses produksi yang diaudit, kemudian hasil kinerja usaha

atau kegiatan dapat dibandingkan dengan standar yang digunakan.


9
6. Audit lingkungan merupakan dokumen tertulis sehingga pihak manapun dapat

melakukan check and recheck. Laporan tertulis harus memuat hasil pengamatan dan

fakta-fakta serta dokumentasi terhadap proses produksi. Seluruh data dan hasil temuan

harus disajikan secara jelas dan akurat, serta dilandasi dengan bukti yang sahih dan

terdokumentasi.

Tujuan Audit Lingkungan

Tujuan audit lingkungan menurut W. Lee Kuhre dalam buku “ISO 14001

Environmental Auditing” (1996:6) yang diterjemahkan oleh penulis sebagai berikut:

1. Meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku

Tujuan utama lain dari audit lingkungan adalah membantu suatu organisasi dalam

menaati peraturan-peraturan yang berlaku (yang berkaitan dengan lingkungan hidup).

2. Menentukan kesalahan potensial

Audit lingkungan sangat bermanfaat untuk menentukan masalah potensial sebelum

menjadi masalah besar.

3. Meningkatkan persepsi masyarakat

Audit dan koreksi kelemahan-kelemahan mengenai lingkungan hidup dapat membantu

mengurangi kesan negatif masyarakat terhadap perusahaan. Jika pengaruh buruk

terhadap lingkungan dapat ditekan, maka kesan positif terhadap organisasi dapat

ditingkatkan.

4. Memperbaiki lingkungan secara berkesinambungan

10
Peranan Audit Lingkungan

Hasil suatu audit lingkungan berperan dan bisa digunakan untuk berbagai

keperluan seperti berikut ini:

1. Dapat dijadikan bahan utama laporan lingkungan;

2. Penghematan sumber daya;

3. Memperbaiki effesiensi, peningkatan output;

4. Mencegah dan mengurangi resiko lingkungan;

5. Meningkatkan citra perusahaan, green consumer.

11
III. PEMBAHASAN

3.1. Pengelolaan dan Pemantauan Limbah Cair Oleh PT. JAPFA Comfeed

Indonesia

Pelaksanaan audit lingkungan pada perusahaan PT. JAPFA Comfeed

Indonesia, Tbk – Unit Farm 1 Padang dalam pengelolaan usaha peternakan ayam

bibit dan ayam niaga berlokasi di Korong Tarok, Nagari Kapalo Hilalang,

Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera

Barat. Kegiatan utama dan pendukung dari usaha peternakan ayam antara lain:

pembibitan ayam bibit (parent stock DOC) dan bibit ayam niaga (final stock DOC

atau FS-DOC) meliputi pengangkutan bibit induk, pemasukan bibit induk ke dalam

kandang, pemeliharaan dan pemanenan telur tetas dan pengangkutan menuju

hatchery. PT. JAPFA Comfeed Indonesia, Tbk – Unit Farm 1 Padang memiliki

Standard Operating Prosedures (SOP) untuk prosedur sanitasi dan biosecurity serta

prosedur vaksinasi. Aliran proses produksi dari kegiatan seperti gambar 1 berikut :

Gambar 1. Bagan Alir Proses Produksi Farm 1 Padang

12
Dari gambar terlihat bahwa dalam setiap tahap proses produksi mulai dari

pengangkutan bibit induk sampai pemanenan telur tetas menimbulkan dampak

terhadap lingkungan. Dampak lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan usaha

peternakan ayam bibit dan ayam niaga lebih jelasnya seperti gambar bagan alir

dibawah ini :

Gambar 2. Bagan Alir Dampak Kegiatan Peternakan Ayam Bibit dan Ayam Niaga
PT. JAPFA Comfeed Indonesia, Tbk - Unit Farm 1 Padang

Dari gambar terlihat bahwa pembersihan kandang dan aktifitas sarana

prasarana menghasilkan air limbah yang berdampak terhadap penurunan kualitas air

permukaan (dampak primer), hal ini juga berdampak terhadap gangguan habitat biota

aquatis (dampak sekunder). Untuk proses pencucian kandang dibutuhkan air

sebanyak ± 10 m3 / hari untuk setiap periode pencucian kandang. Penggunaan air

bersih untuk pencucian kandang dan aktifitas lainnya berasal dari air sumur bor,

seperti gambar dibawah ini :

13
Gambar 3. Bagan Alir Penggunaan Air Bersih

Dari gambar terlihat bahwa untuk laundry, shower presanitasi dan

pencucian kendaraan yang mengandung deterjen dialirkan menuju Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan kapasitas tampung ± 40 m3 per hari, ukuran

10 x 10 m + 2 x 2 m, waktu tingga limbah 6 (enam) jam sebelum dialirkan ke

lingkungan/parit alam, bagan alir IPAL seperti gambar dibawah ini :

Gambar 4. Bagan Alir Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

14
Air limbah yang berasal dari pencucian kandang setelah pemeliharaan ayam

satu kali periode (67 minggu) dengan jumlah ± 10 m3/hari dialirkan ke kolam

resapan sebelum dialirkan ke lingkungan/parit alam. Ukuran kolam resapan (10 x 15

x 4 m) + (10 x 15 x 4 m ), 2 unit (1 unit untuk 8 kandang), kapasitas tampung ± 600

m3 per hari, waktu tingga limbah 6 (enam) jam. Limbah cair domestik berupa air

limbah kamar mandi (grey water) dan tinja dari seluruh unit sarana prasarana

dialirkan menuju tangki septik.

Pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh perusahaan PT.

JAPFA Comfeed Indonesia, Tbk – Unit Farm 1 Padang dalam usaha peternakan

ayam bibit dan ayam niaga telah dituangkan dalam Dokumen Evaluasi Lingkungan

Hidup (DELH), untuk pengelolaan limbah cair dibuatkan IPAL dan Kolam Resapan.

Dalam pemantauan lingkungan terhadap limbah cair dilakukan pemantauan kualitas

air limbah pada tahun 2017, dimana hasilnya nilai parameter COD dan amoniak tidak

memenuhi baku mutu golongan II sebagaimana lampiran XLVII dari Peraturan

Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah.

Keadaan ini menujukkan bahwa bahan organik yang terlarut dalam air limbah hingga

bagian outlet IPAL masih belum terurai secara keseluruhan.

Pemantauan kualitas air permukaan juga dilakukan pada tahun 2013,

dimana hasilnya kualitas air permukaan atau badan air yang merima air limbah

ataupun air larian (run off) dari areal kerja peternakan ayam bibit Korong Tarok

masih memenuhi klasifikasi mutu air kelas 2 sesuai Pergub no 5 tahun 2008, tentang

penetapan kriteria mutu air sungai di Provinsi Sumatera Barat. Artinya beban

cemaran air limbah dari areal kerja JAPFA tidak menurunkan kualitas air permukaan

secara signifikan.

15
Limbah cair yang dialirkan menuju badan air, meski telah dilakukan

pengolahan pada unit IPAL dan kolam resapan, masih tetap menimbulkan dampak

berupa peningkatan dari beberapa nilai parameter kualitas air permukaan sesuai

dengan parameter limbah, perhitungan menerapkan model prakiraan cepat WHO

1982 dalam Soemarwoto (2009) diketahui intensitas penurunan kualitas air

permukaan setempat. Oleh karena itu diperlukan perbaikan nilai parameter BOD5

dan COD dari limbah sebelum dialirkan menuju parit alam agar kualitas badan air

sebagai media penerima dan habitat biota aquatis (ikan, plankton, dan benthos) tidak

mengalami perubahan yang signifikan.

Frekuensi pemantauan terhadap kualitas air limbah IPAL dan kolam

resapan setiap 1 (satu) bulan. Frekuensi pemantauan terhadap penurunan kualitas air

permukaan-badan air penerima limbah dilakukan 6 bulan sekali. Ada 2 skenario

pemantauan lingkungan terhadap penurunan kualitas air permukaan yang dilakukan

PT. JAPFA Comfeed Indonesia - Tbk Unit Farm 1 Padang antara lain:

1. Pengaliran air limbah ke badan air

Kualitas air limbah pada bagian Outlet IPAL dan Outlet Kolam Resapan sesuai

nilai parameter rencana sebagai berikut :

- Jikalau hanya unit IPAL yang beroperasi, nilai parameter BOD 5 air limbah

˂8,0 mg/L dan COD ˂200 mg/L.

- Jikalau unit IPAL dan Kola Resapan beroperasi bersamaan, nilai parameter

BOD5 air limbah ˂ 5,0 mg/L dan COD ˂ 150 mg/L dari setiap sumber.

Kualitas badan air penerima, anak Sungai Lubuk Bonta memenuhi klasifikasi

mutu air kelas 2 sesuai Pergub no 5 tahun 2008, tentang penetapan kriteria

mutu air sungai di Provinsi Sumatera Barat.

16
2. Pemanfaatan air limbah

Kualitas air limbah pada bagian outlet IPAL dan outlet Kolam Resapan sesuai

dengan nilai parameter sebagai berikut :

- Nilai parameter BOD5 air limbah ˂ 150 mg/L dari setiap sumber

- Nilai parameter COD air limbah ˂ 300 mg/L dari setiap sumber

- Nilai parameter amoniak (NH3) air limbah ˂ 10 mg/L dari setiap sumber

3.2. Audit Internal

Walaupun perusahaan sudah melakukan pengelolaan dan pemantauan

terhadap lingkungan masih terdapat beberapa dampak sehingga diperlukan audit

lingkungan untuk effektifitas pengelolaan kegiatan. Langkah langkah yang perlu

dilakukan oleh perusahaan antara lain melaksanakan audit lingkungan oleh internal

auditor dan eksternal auditor, audit internal terbagi dalam 3 tahap, yaitu :

1. Aktivitas Sebelum Audit (Pra-Audit)

Aktivitas Pra-Audit PT JAPFA Comfeed Indonesia dijabarkan dalam tahapan

berikut ini:

- Tahap Persiapan Audit (audit team preparation)

Pada tahap ini merupakan perencanaan awal yang dilakukan auditor

sebelum dilakukannya audit lingkungan pada PT JAPFA Comfeed

Indonesia yaitu memahami program audit (Peningkatan tindakan yang telah

dilaksanakan terhadap ketaatan peraturan lingkungan), lingkup audit

(penurunan kualitas air permukaan /limbah cair) dan kriteria auditor

(memiliki sertifikat AMDAL Auditor Lingkungan Hidup).

17
- Menentukan jadwal audit lingkungan

Penentuan jadwal audit lingkungan Pada PT. JAPFA Comfeed Indonesia

ditentukan oleh pihak wakil manajemen lingkungan, yang kemudian jadwal

audit lingkungan tersebut dikonfirmasikan kepada auditor dan kepala bagian

unit yang dituju.

- Menetapkan tujuan dan ruang lingkup audit lingkungan

Dalam hal ini point of attack dari audit lingkungan adalah limbah cair dari

proses produksi peternakan ayam yang menurunkan kualitas air permukaan.

Tujuan PT. JAPFA Comfeed Indonesia melaksanakan audit lingkungan agar

sesuai dengan standar baku mutu lingkungan hidup yang ditetapkan

pemerintah yaitu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2014

tentang Baku Mutu Air Limbah dan Pergub no 5 tahun 2008, tentang

Penetapan Kriteria Mutu Air Sungai di Provinsi Sumatera Barat.

2. Aktifitas dilapangan

Prosedur persiapan mengaudit, diawali dengan rapat pembuka yang

dipimpin oleh pimpinan (lead) auditor yang bertujuan untuk memaparkan

rencana audit. Setelah rencana audit diketahui dan dipahami semua pihak,

auditor melakukan proses audit di lapangan. Pengumpulan data dan informasi

yang dikumpulkan selama audit lingkungan akan mencakup tata laksana audit,

dokumentasi yang diberikan oleh pemilik usaha atau kegiatan, catatan dan hasil

pengamatan tim auditor, hasil sampling dan pemantauan, foto-foto, rencana,

peta, diagram, kertas kerja dan hal-hal lain yang berkaitan. Auditor mencatat

temuan-temuan selama audit. Temuan audit tersebut dikonfirmasikan oleh

auditor kepada pihak auditee atau departemen proses. Dari hasil temuan audit

18
tersebut, pimpinan auditor membuat laporan hasil audit atau disebut dengan

laporan tinjauan lapangan audit internal.

Dalam hal audit lingkungan metode audit yang dilakukan oleh auditor

adalah dengan melakukan wawancara kepada pihak manajemen perusahaan,

observasi lapangan (site observation), dan pemeriksaan terhadap dokumen-

dokumen yang diperlukan. Setelah itu dalam mengumpulkan bukti audit, auditor

PT JAPFA Comfeed Indonesia melakukan pengamatan atau pemeriksaan

langsung ke bagian pengolahan air limbah dengan didampingi oleh seorang

analisis yang ahli dalam bidang lingkungan dan bahan kimia. Setelah itu auditor

menguji bukti-bukti audit yang didapat di lapangan pada saat tinjauan lapangan.

Hasil dari pengujian ini berupa temuan audit yang menuntut adanya tindakan

perbaikan. Setiap temuan-temuan audit yang ditemukan oleh auditor dimasukkan

ke dalam daftar periksa audit (check list) sebagai berikut:

a. Temuan dan Rekomendasi Auditor

Terdapat temuan positif dan temuan negatif dalam pelaksanaan audit

lingkungan PT. JAPFA Comfeed Indonesia, Tbk-Unit Farm 1 Padang.

1. Temuan negatif berisi ketidak taatan terhadap ketentuan/peraturan,

pengeluaran uang yang tidak sepatutnya, ketidak hematan,

ketidakefisienan, dan ketidakefektifan yang dapat berakibat adanya

kemungkinan resiko/dampak yang merugikan perusahaan, yaitu:

- Hilang atau rusaknya aset (termasuk data/informasi yang dimiliki

perusahaan), tidak dipatuhinya prosedur kerja atau ketentuan atau

kebijakan perusahaaan sehingga terjadinya kekeliruan, kelalaian

maupun penyalahgunaan (fraud/kecurangan).

19
- Penanganan air terkontaminasi limbah peternakan ayam, yang

disebabkan tidak terdapat kejelasan implementasi penanganan air

terkontaminasi khususnya kepada pihak luar di lapangan.

- Upaya monitoring dan pemeliharaan saluran air pembuangan limbah

belum optimal, yang disebabkan manajemen PT JAPFA Comfeeb

Indonesia tidak memasukkan potensi pipa pecah/saluran

pembuangan bocor sebagai salah satu risiko atau dampak penting

dalam AMDAL.

- Dalam pemantauan lingkungan terhadap limbah cair dilakukan

pemantauan kualitas air limbah pada tahun 2017, dimana hasilnya

nilai parameter COD dan amoniak tidak memenuhi baku mutu

golongan II sebagaimana lampiran XLVII dari Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air

Limbah. Keadaan ini menujukkan bahwa bahan organik yang terlarut

dalam air limbah hingga bagian outlet IPAL masih belum terurai

secara keseluruhan

Dalam hal menyikapi temuan negatif, PT JAPFA Comfeed

Indonesia segera melakukan tindakan perbaikan, yaitu sebagai berikut:

- Melakukan perbaikan alat atau melakukan treatment khusus guna

untuk menekan resiko terjadinya kerusakan lingkungan.

- Mengajukan perizinan kepada Pemerintah Daerah setempat untuk

pembuangan limbah cair ke badan sungai.

- PT. JAPFA Comfeeb Indonesia, Tbk-Unit Farm 1 Padang akan terus

meningkatkan usahanya untuk memperbaiki proses baku mutu air

limbah yang memenuhi standar sesuai ketentuan yang berlaku.


20
2. Temuan positif auditor internal PT JAPFA Comfeed Indonesia ialah

sebagai berikut:

- Pekerjaan dan pencatatan sudah dilakukan sesuai dengan prosedur

- Catatan dapat ditelusuri dengan baik melalui IndoAsia Business Unit

(IBU) Self Audit Tracking System yaitu sistem yang dapat

digunakan untuk mencatat hasil-hasil audit dan menelusuri apakah

hasil audit telah ditindaklanjuti.

- Karyawan telah melakukan pengolahan limbah cair dengan baik.

- Dalam hal menyikapi temuan positif PT Comfeed Indonesia, Tbk-

Unit Farm 1 Padang, auditor akan melakukan kompilasi laporan dan

menyerahkannya pada Corporate atau kantor pusat. Untuk

melaporkan tidak hanya terdapat temuan negatif saja, tetapi terdapat

pula temuan positif yang berarti harus dipertahankan atau lebih

ditingkatkan lagi dan mendapatkan penghargaan (achievement) atau

apresiasi terhadap auditee.

b. Rekomendasi auditor

Hasil rekomendasi berupa pemulihan air yang dihasilkan harus sesuai dan

merupakan bagian dari manajemen air yang dihasilkan PT JAPFA Comfeed

Indonesia, Tbk – Unit Farm 1 Padang, selain itu perusahaan harus meninjau

ulang kebijakan manajemen strategi mereka dalam hal pengelolaan air

limbah, dari seberapa besar biaya operasi, pemeliharan alat-alat untuk

mengolah air limbah tersebut agar dapat dibuang ke lingkungan atau

diinjeksikan ke dalam reservoir agar tidak mencemari lingkungan.

21
3. Aktifitas Setelah Auidit (Pasca Audit)

Pada aktivitas setelah audit, pihak bagian unit operasi melaksanakan tindakan

perbaikan atau pencegahan (corective and preventive action) dari

ketidaksesuaian yang ditemukan oleh tim audit pada audit lapangan atau tinjauan

lapangan.

3.3. Audit Eksternal

Audit Lingkungan PT JAPFA Comfeed Indonesia, Tbk-Unit Farm 1 Padang juga

dapat dilaksanakan oleh pihak eksternal. Eksternal audit PT JAPFA Comfeed

Indonesia dapat dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) atau Dinas

Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Barat. KLH melakukan Program Penilaian

Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) dalam pengelolaan lingkungan hidup.

PROPER merupakan pengawasan pemerintah terhadap upaya perusahaan dalam

melaksanakan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam peraturan perundang-

undangan bidang lingkungan hidup yang berlaku. Tahap Audit secara eksternal

adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Auditor mempersiapkan materi audit, bisa dalam bentuk audit checklist.

2. Pertemuan Awal (Opening Meeting)

Auditor dan pengawas perusahaan melakukan pertemuan pembukaan sebelum

pelaksanaan audit dimulai. Secara singkat, auditor memaparkan rencana audit

yang akan dilakukan.

3. Pemeriksaaan

Auditor melakukan pemeriksaan atas pelaksanaan sistem manajemen lingkungan

dengan cara pemeriksaan dokumen, wawancara untuk klarifikasi pengamatan

aktivitas perusahaan, serta pengamatan kondisi dan lingkungan kerja.


22
4. Penilaian kriteria

Penilaian kriteria berdasarkan temuan audit.

5. Pertemuan penutup (closing meeting)

Auditor dan wakil manajemen lingkungan bertemu guna menutup rangkaian

pemeriksaan eksternal yang telah dilaksanakan sebelumnya. Auditor

menyampaikan hal temuan beserta kriterianya. Tindakan-tindakan perbaikan atau

peningkatan bila diperlukan.

Tujuan audit lingkungan eksternal adalah untuk menguji apakah instansi

pemerintah terkait dan Perusahaan Peternakan Ayam telah memiliki

pengendalian atas kerusakan lingkungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,

serta apakah Perusahaan Peternakan Ayam telah mematuhi peraturan sesuai

dengan perjanjian Kontrak Kerja Sama (KKS) dengan pemerintah dan

pemenuhan dokumen pengendalian dampak lingkungan.

3.4. Cara pengambilan sampel dan analisis di laboratorium

Berdasarkan hasil penelitian Olivianti et al (2016) beberapa cara

pengambilan sampel dan perhitungan parameter yang diamati antara lain :

Cara Pengambilan Sampel di Badan Sungai

Pengukuran jarak untuk titik-titik pengambilan contoh berpusat pada pipa

pembuangan limbah peternakan. Titik yang pertama (T1) berjarak 25m ke hulu

sebelum pipa pembuangan limbah, titik kedua (T2) berjarak 10m ke hulu sebelum

pipa pembuangan, sedangkan titik yang ketiga (T3) terletak pada pipa pembuangan

limbah. Untuk titik yang keempat (T4) berjarak 10m ke hilir setelah pipa

pembuangan limbah dan titik kelima berjarak 25m ke hilir setelah pipa pembuangan

limbah.
23
Penetuan pH

Kedalam gelas piala 150 mL dimasukkan 100 mL sampel kemudian dicelupkan

elektroda dari pH-meter, dan dibaca nilai pH pada alat

Penentuan amoniak

Dipipet 25 mL contoh, dimasukan ke dalam Erlenmeyer 50 mL, ditambahkan 1mL

larutan fenol, 1 mL larutan natrium nitro prusida dan 2,5 mL larutan pengoksidasi.

Kemudian contoh ditutup dan di biarkan selama 1 jam dan diukur absorbansinya

pada panjang gelombang 640 nm.

Penentuan BOD

Contoh dimasukkan kedalam botol winkler, kemudian diinkubasikan selama 3-5 hari

dalam inkubator pada suhu 20oC. Dipipet 100 mL contoh kedalam erlenmeyer,

ditambahkan 1 mL MnSO4 dan 1 mL alkali iodida azida, ditutup dan dihomogenkan,

dibiarkan mengendap selama 5 menit sampai dengan 10 menit dan ditambahkan 1

mL H2SO4 pekat, ditutup, dihomogenkan hingga endapan larut sempurna,

selanjutnya dititrasi dengan Na2S2O3 0,025 M dengan indikator amilum sampai

warna biru tepat hilang.

Penentuan COD

Dipipet 50 mL contoh ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 0,5 mL asam sulfat 0,01

M, ditambahkan 1 mL Kalium permanganat 0,03M, dipanaskan hingga mendidih.

Setelah itu di diamkan selama 2 menit ditambahkan larutan asam oksalat 0,05M

sebanyak 1 mL. Contoh dititrasi dalam keadaan panas dengan larutan kalium

permanganat 0,03M hingga larutan berwarna merah muda.

24
3.3. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan makalah maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dari Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) dapat dilihat kebijakan-

kebijakan manajemen perusahaan PT JAPFA Comfeed Indonesia, Tbk- Unit Farm

1 Padang, penulis dapat menyimpulkan bahwa perusahaan telah memiliki beberapa

kebijakan manajemen yang tepat dalam upaya pengelolaan lingkungan sesuai

dengan anjuran pemerintah.

2. Menurut hasil laboratorium PT. JAPFA Comfeed Indonesia, Tbk - Unit Farm 1

Padang, limbah cair peternakan ayam yang dihasilkan masih berdampak kurang

baik terhadap kualitas air permukaan, hal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan

kualitas limbah cair di bagian outlet IPAL car dipping dan juga kolam resapan nest

pad nilai parameter BOD5, COD dan amoniak (NH3) belum memenuhi baku mutu

air limbah. Begitu juga limbah cair yang dialirkan ke badan perairan anak sungai

Lubuk Bonta di bagian hilir, masih tetap menimbulkan dampak berupa

peningkatan dari beberapa parameter kualitas air permukaan terutama saat

pembersihan kandang.

3. PT. JAPFA Comfeed Indonesia, Tbk - Unit Farm 1 Padang perlu melakukan audit

internal dan audit eksternal terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan untuk

menghindari sanksi hukum dan untuk mendapatkan penghargaan (achievement)

atau apresiasi terhadap auditee dalam rangka perusahaan menuju excellent.

25
Daftar Pustaka

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH). PT. JAPFA Comfeed Indonesia, Tbk –
Unit Farm 1 Padang. Kegiatan Peternakan Ayam Bibit dan Ayam Niaga. Korong
Tarok. Nagari Koto Hilalang. Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam Kabupaten Padang
Pariaman. Provinsi Sumatera Barat. 2017.

Erwin, Muhamad. 2008. Hukum Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan


Lingkungan Hidup. Penerbit PT. Refika Aditama Bandung, Bandung, hal 43

Hermiyetti dan Poetri, Arinta Setya. 2010. Analisa Pelaksanaan Audit Lingkungan Atas
Pengolahan Limbah Cair PT. Chevron Pasific Indonesia (Studi Kasus Limbah Air
Terproduksi Lapangan Minas, Provinsi Riau). Jurnal Investasi. Vol 6 No 2.
Desember 2010. Hal. 124-139.

Olivianti, Asriani., Jemmy Abidjulu, dan Harry S.J. Koleagan. 2016. Dampak Limbah
Peternakan Ayam Terhadap Kualitas Air Sungai Sawangan di Desa Sawangan
Kecamatan Tombulu Kabupaten Minahasa. Jurnal Chem.Prog. Vol 9 No.2.
November 2016.

Rachmawati, S. 2000. Upaya Pengelolaan Lingkungan Usaha Peternakan Ayam. Wartazoa.


9(2),73-80.

Soemarwoto, O. 2009. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada Universitas


Press. Yogyakarta.

Susanto, Agus., dan Dadang Purnomo. 2016. Modul 1. Pengertiaan dan Prinsip Audit
Lingkungan. Jakarta.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2013. Peraturan Menteri Negara Lingkungan


Hidup Nomor 03 tahun 2013 tentang Audit Lingkungan. Jakarta.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup.2010. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup


No.17 tahun 2010 tentang Audit Lingkungan, Jakarta.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2001. Keputusan Menteri Negara Lingkungan


Hidup Nomor 30 tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan
Hidup yang Diwajibkan. Jakarta.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 1994. Keputusan Menteri Negara Lingkungan


Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan
Hidup, Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta

26
MATRIK CHECKLIST LIMBAH CAIR PADA USAHA PETERNAKAN AYAM

1. Perizinan

No Parameter Ada Tidak Keterangan

1 Izin Usaha

2 Izin Lingkungan

3 Izin Penggunaan Air Tanah

4 Izin Pembuangan Air Limbah

2. Ketaatan Pelaksanaan dalam Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (Limbah Cair)

• Permen LH No 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah serta Tetapan Nilai Parameter BOD5 dan COD
• Pergub Sumbar No. 5 tahun 2008 tentang Penetapan Kriteria Mutu Air Sungai di Propinsi Sumatera Barat

No Parameter Ada Tidak Keterangan

1 Izin Pembuangan Limbah

2 Titik Pantauan

3 Ketaatan Terhadap Parameter Baku Mutu

4 Ketaatan Terhadap Pemenuhan Baku Mutu

5 Menggunakan Laboratorium Terakreditasi KAN

0
6 Memiliki titik penaatan pemantauan (sumur pantau, drainase, IPAL, air
permukaan, domestik)
7 Memisahkan saluran air limbah dengan limpasan air hujan

8 Membuat saluran air limbah yang kedap air

9 Memasang alat pengukur debit (flowmeter)

10 Memantau pH dan debit harian

11 Tidak melakukan by pass air limbah

3. Perbaikan Ketidaksesuaian dan Koreksi

No Parameter Checklist Audit dan Interview Ada Tidak Keterangan

1 Apakah ada prosedur yang mengatur tentang hal ini ?

2 Apakah ada keluhan / laporan ketidak sesuaian produk / jasa ditindak lanjuti ?

3 Apakah penyebab ketidak sesuaian diselidiki ?

4 Apakah tindakan koreksi untuk masalah ditentukan ?

5 Apakah ada verifikasi atas tindakan koreksi yang dilakukan ?

Anda mungkin juga menyukai