Resume LP Letak Sungsang
Resume LP Letak Sungsang
LETAK SUNGSANG
A. DEFINISI
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin yang memanjang
(membujur) di dalam rahim dan kepala berada pada fundus.
Kehamilan dengan letak sungsang adalah kehamilan dimana bayi
letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu. Kepala pada fundus uteri sedangkan
bokong merupakan bagian terbawah (di daerah PAP/sympisis). Pada
persalinan justru kepala yang merupakan bagian terbesar bayi akan lahir
terakhir. Kehamilan dengan letak sungsang merupakan keadaan dimana janin
terletak memanjang dengan kepala pada fundus uteri dan bokong berada di
bawah kauvum uteri.
B. ETIOLOGI
a. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air tuban masih
banyak dan kepala anak relatif besar.
b. Hydramnion karena anak mudah bergerak.
c. Placenta praevia karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas
panggul.
d. Bentuk rahim yang abnormal seperti uterus bicornis.
e. Panggul sempit; walaupun panggul sempit sebagai sebab letak sungsang
masih disangsikan oleh berbagai penulis.
f. Kelainan bentuk kepala: hydrocephalus, anencephalus, karena kepala
kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
g. Sudut Ibu
1. Keadaan Rahim
Rahim arkuatus
Septum pada rahim
Uterus dupleks
Mioma bersama kehamilan
2. Keadaan Plasenta
Plasenta letak rendah
Plasenta previa
3. Keadaan Jalan Lahir
Kesempitan rahim
Deformitas tulang panggul
Terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran ke posisi
kepala
h. Sudut Janin
Tali pusat pendek/lilitan tali pusat
Hidrosefalus / anesefalus
Kehamilan gemelli (kembar)
Hidramnion atau oligohidramnion
C. PATOFISIOLOGI
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32
minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin
bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri
dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan
jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai
terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati
ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang
lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti
mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih
tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan
dalam presentasi kepala Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian
dari mereka berada dalam posisi sungsang.
D. PATHWAY
Letak Sungsang
Sectio Caesarea
Perubahan fisiologis
MK :
Letak sungsang Resiko cedera pada janin Sectio cesaerea
Melalui Persalinan
normal
Persalinan lama
Gangguan suplai O2 +
nutrisi ke plasenta
menurun
Hipoksia intra uteri
MK : Fetal distress
Resiko gawat janin
Kematian janin
E. MANIFESTASI KLINIS
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dilakukan jika masih ada keragu-raguan dari pemeriksaan luar dan
dalam, sehingga harus di pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan
ultrasonografik atau MRI (Magnetic Resonance Imaging). Pemeriksaan
ultrasonografik diperlukan untuk konfirmasi letak janin, bila pemeriksaan
fisik belum jelas, menentukan letak placenta, menemukan kemungkinan cacat
bawaan. Pada foto rontgen (bila perlu) untuk menentukan posisi tungkai
bawah, konfirmasi letak janin serta fleksi kepala, menentukan adanya
kelainan bawaan anak.
G. PENATALAKSANAAN
a. Dalam Kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu ,mencari kausa daripada letak
sungsang yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan kongenital,
kehamilan ganda, kelainan uterus. Jlka tidak ada kelainan pada hasil USG,
maka dilakukan knee chest position atau dengan versi luar (jika tidak ada
kontraindikasi).
Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu.
Pada umumnya versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan
karena kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri, sedangkan
setelah minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan karena janin sudah besar
dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang. Sebelum melakukan versi
luar diagnosis letak janin harus pasti sedangkan denyut jantung janin harus
dalam keadaan baik. Kontraindikasi untuk melakukan versi luar; panggul
sempit, perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa.
Gambar 2. Versi luar
Keberhasilan versi luar 35-86 % (rata-rata 58 %). Peningkatan
keberhasilan terjadi pada multiparitas, usia kehamilan, frank breech, letak
lintang. Newman membuat prediksi keberhasilan versi luar berdasarkan
penilaian seperti Bhisop skor (Bhisop-like score).
Tabel 1. Skor Bishop
Skor 0 1 2 3
Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5+
Panjang serviks (cm) 3 2 1 0
Station -3 -2 -1 +1,+2
Konsistensi Kaku Sedang Lunak
Position posterior Mid anterior
Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9.
Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot
dinding perut, penggunaan narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi
kerugiannya antara lain: narkosis harus dalam, lepasnya plasenta karena
tidak merasakan sakit dan digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga
penggunaan narkosis dihindari pada versi luar.
b. Dalam Persalinan
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak
ketekunan dan kesabaran dibandingkan dengan persalinan letak kepala.
Pertama-tama hendaknya ditentukan apakah tidak ada kelainan lain yang
menjadi indikasi seksio, seperti kesempitan panggul, plasenta previa atau
adanya tumor dalam rongga panggul.
Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak sungsang,
maka penatalaksanaan persalinan lebih waspada. Persalinan pada letak
sungsang dapat dilakukan pervaginam atau perabdominal (seksio sesaria).
Pervaginam dilakukan jika tidak ada hambatan pada pembukaan dan
penurunan bokong. Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang:
bokong sempurna (complete) atau bokong murni (frank breech),
pelvimetri, klinis yang adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada riwayat
seksio sesaria dengan indikasi CPD, kepala fleksi.
Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung melalui tiga tahap yaitu
Persalinan bokong
Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang
atau miring.
Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi
putaran paksi dalam sehingga trokanter depan berada di
bawah simfisis.
Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut,
sehingga distansia bitrokanterika janin berada di pintu bawah
panggul.
Terjadi persalinan bokong, dengan trokanter depan sebagai
hipomoklion.
Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin
untuk persalinan trokanter depan, sehingga seluruh bokong
janin lahir.
Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi
ke arah perut ibu.
Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai
bawah lahir.
Persalinan bahu
Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi
melintang atau miring.
Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar
panggul.
Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan
dibawah simpisis dan bertindak sebagai hipomoklion.
Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.
Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan
tangan depan sehingga seluruh bahu janin lahir.
Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi
melintang atau miring.
Bahu melakukan putaran paksi dalam.
Persalinan kepala janin
Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi
dengan posisi dagu berada dibagian posterior.
Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian
belakang tertahan oleh simfisis kemudian terjadi putar paksi
dalam dan menempatkan suboksiput sebagai hipomiklion.
Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung,
mata, dahi dan muka seluruhnya.9
Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga
seluruh kepala bayi dapat lahir.
Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan nafas
bebas dari lendir dan mekoneum untuk memperlancar
pernafasan. Perawatan tali pusat seperti biasa. Persalinan ini
berlangsung tidak boleh lebih dari delapan menit.
I. KOMPLIKASI
a. Dari faktor ibu:
1. Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
2. Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritits)
3. Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.
b. Dari faktor bayi:
1. Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial,
perdarahan alat-alat vital intra-abdominal.
2. Infeksi karena manipulasi
3. Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian
leher,rupture alat-alat vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis
dan fasialis, kerusakan pusat vital di medulla oblongata, trauma
langsung alat-alat vital (mata, telinga, mulut), asfiksisa sampai lahir
mati.
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Bersihan Jalan Nafas tidak efektif NOC: NIC:
berhubungan dengan: Respiratory status : Ventilation 1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.
- Infeksi, disfungsi neuromuskular, hiperplasia Respiratory status : Airway patency 2. Berikan O2 ……l/mnt, metode………
dinding bronkus, alergi jalan nafas, asma, Aspiration Control 3. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
trauma dalam
- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya selama 24 jam pasien menunjukkan ventilasi
jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
eksudat di alveolus, adanya benda asing di kriteria hasil : 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
jalan nafas. Mendemonstrasikan batuk efektif dan 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
suara nafas yang bersih, tidak ada tambahan
DS: sianosis dan dyspneu (mampu 8. Berikan bronkodilator :
- Dispneu mengeluarkan sputum, bernafas dengan 9. Monitor status hemodinamik
DO: mudah, tidak ada pursed lips) 10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
- Penurunan suara nafas Menunjukkan jalan nafas yang paten Lembab
- Orthopneu (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, 11. Berikan antibiotik :
- Cyanosis frekuensi pernafasan dalam rentang 12. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
- Kelainan suara nafas (rales, wheezing) normal, tidak ada suara nafas abnormal) keseimbangan.
- Kesulitan berbicara Mampu mengidentifikasikan dan 13. Monitor respirasi dan status O2
- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada mencegah faktor yang penyebab. 14. Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk
- Produksi sputum Saturasi O2 dalam batas normal mengencerkan sekret
- Gelisah Foto thorak dalam batas normal 15. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
- Perubahan frekuensi dan irama nafas penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi.
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Konstipasi berhubungan dengan NOC: NIC :
o Fungsi:kelemahan otot abdominal, Aktivitas Bowl Elimination Manajemen konstipasi
fisik tidak mencukupi Hidration 1. Identifikasi faktor-
o Perilaku defekasi tidak teratur faktor yang menyebabkan konstipasi
o Perubahan lingkungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Monitor tanda-tanda
o Toileting tidak adekuat: posisi defekasi, selama …. konstipasi pasien teratasi dengan ruptur bowel/peritonitis
o Psikologis: depresi, stress emosi, gangguan Pola BAB dalam batas normal rasionalisasi tindakan pada pasien
Feses lunak 4. Konsultasikan dengan
mental
Cairan dan serat adekuat dokter tentang peningkatan dan penurunan
o Farmakologi: antasid, antikolinergis,
Aktivitas adekuat bising usus
antikonvulsan, antidepresan, kalsium
Hidrasi adekuat 5. Kolaburasi jika ada
karbonat,diuretik, besi, overdosis laksatif,
tanda dan gejala konstipasi yang menetap
NSAID, opiat, sedatif.
6. Jelaskan pada pasien
o Mekanis: ketidakseimbangan elektrolit,
manfaat diet (cairan dan serat) terhadap
hemoroid, gangguan neurologis, obesitas,
eliminasi
obstruksi pasca bedah, abses rektum, tumor
7. Jelaskan pada klien
o Fisiologis: perubahan pola makan dan jenis
konsekuensi menggunakan laxative dalam waktu
makanan, penurunan motilitas gastrointestnal,
yang lama
dehidrasi, intake serat dan cairan kurang,
8. Kolaburasi dengan ahli
perilaku makan yang buruk
DS: gizi diet tinggi serat dan cairan
- Nyeri perut 9. Dorong peningkatan
- Ketegangan perut aktivitas yang optimal
- Anoreksia 10. Sediakan privacy dan
- Perasaan tekanan pada rektum keamanan selama BAB
- Nyeri kepala
- Peningkatan tekanan abdominal
- Mual
- Defekasi dengan nyeri
DO:
- Feses dengan darah segar
- Perubahan pola BAB
- Feses berwarna gelap
- Penurunan frekuensi BAB
- Penurunan volume feses
- Distensi abdomen
- Feses keras
- Bising usus hipo/hiperaktif
- Teraba massa abdomen atau rektal
- Perkusi tumpul
- Sering flatus
- Muntah
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan: NOC : NIC :
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), Pain Level, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
kerusakan jaringan pain control, termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
comfort level frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
DS: 2. Observasi reaksi nonverbal dari
- Laporan secara verbal Setelah dilakukan tinfakan keperawatan ketidaknyamanan
DO: selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, 3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
- Posisi untuk menahan nyeri dengan kriteria hasil: menemukan dukungan
- Tingkah laku berhati-hati Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, nyeri, mampu menggunakan tehnik nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
sulit atau gerakan kacau, menyeringai) nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, kebisingan
- Terfokus pada diri sendiri mencari bantuan) 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, Melaporkan bahwa nyeri berkurang 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan menggunakan manajemen nyeri intervensi
dengan orang dan lingkungan) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, 7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, frekuensi dan tanda nyeri) dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/
menemui orang lain dan/atau aktivitas, Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri dingin
aktivitas berulang-ulang) berkurang 8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri:
- Respon autonom (seperti
diaphoresis, Tanda vital dalam rentang normal 9. Tingkatkan istirahat
perubahan tekanan darah, perubahan nafas, Tidak mengalami gangguan tidur 10. Berikan informasi tentang nyeri seperti
nadi dan dilatasi pupil) penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
- Perubahan autonomic dalam tonus otot berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan
(mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) dari prosedur
- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, 11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas pemberian analgesik pertama kali
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
Berhubungan dengan: Fluid balance 1. Pertahankan catatan intake dan output
- Kehilangan volume cairan secara aktif Hydration yang akurat
- Kegagalan mekanisme pengaturan Nutritional Status : Food and Fluid 2. Monitor status hidrasi ( kelembaban
Intake membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
DS : ortostatik ), jika diperlukan
- Haus Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan
DO: selama….. defisit volume cairan teratasi retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin,
- Penurunan turgor kulit/lidah dengan kriteria hasil: albumin, total protein )
- Membran mukosa/kulit kering Mempertahankan urine output sesuai 4. Monitor vital sign setiap 15menit – 1
- Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan dengan usia dan BB, BJ urine normal, jam
darah, penurunan volume/tekanan nadi Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam 5. Kolaborasi pemberian cairan IV
- Pengisian vena menurun batas normal 6. Monitor status nutrisi
- Perubahan status mental Tidak ada tanda tanda dehidrasi, 7. Berikan cairan oral
- Konsentrasi urine meningkat Elastisitas turgor kulit baik, membran 8. Berikan penggantian nasogatrik sesuai
- Temperatur tubuh meningkat mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang output (50 – 100cc/jam)
- Kehilangan berat badan secara tiba-tiba berlebihan 9. Dorong keluarga untuk membantu
- Penurunan urine output Orientasi terhadap waktu dan tempat pasien makan
- HMT meningkat baik 10. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
- Kelemahan Jumlah dan irama pernapasan dalam berlebih muncul meburuk
batas normal 11. Atur kemungkinan tranfusi
Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal 12. Persiapan untuk tranfusi
pH urin dalam batas normal 13. Pasang kateter jika perlu
Intake oral dan intravena adekuat 14. Monitor intake dan urin output setiap
8 jam
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko infeksi NOC : NIC :
Immune Status 1. Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko : Knowledge : Infection control 2. Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur Infasif Risk control 3. Cuci tangan setiap sebelum dan
- Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan sesudah tindakan keperawatan
lingkungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai
- Malnutrisi selama…… pasien tidak mengalami infeksi alat pelindung
- Peningkatan paparan lingkungan patogen dengan kriteria hasil: 5. Ganti letak IV perifer dan dressing
- Imonusupresi Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi sesuai dengan petunjuk umum
- Tidak adekuat pertahanan sekunder Menunjukkan kemampuan untuk 6. Gunakan kateter intermiten untuk
(penurunan Hb, Leukopenia, penekanan mencegah timbulnya infeksi menurunkan infeksi kandung kencing
respon inflamasi) Jumlah leukosit dalam batas normal 7. Tingkatkan intake nutrisi
- Penyakit kronik Menunjukkan perilaku hidup sehat 8. Berikan terapi
- Imunosupresi Status imun, gastrointestinal, antibiotik:.................................
- Malnutrisi genitourinaria dalam batas normal 9. Monitor tanda dan gejala infeksi
- Pertahan primer tidak adekuat (kerusakan sistemik dan lokal
kulit, trauma jaringan, gangguan peristaltik) 10. Pertahankan teknik isolasi k/p
11. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
12. Monitor adanya luka
13. Dorong masukan cairan
14. Dorong istirahat
15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
16. Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Defisit perawatan diri NOC : NIC :
Berhubungan dengan : penurunan atau Self care : Activity of Daily Living Self Care assistane : ADLs
kurangnya motivasi, hambatan lingkungan, (ADLs) 1. Monitor kemempuan klien
kerusakan muskuloskeletal, kerusakan untuk perawatan diri yang mandiri.
neuromuskular, nyeri, kerusakan persepsi/ Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Monitor kebutuhan klien untuk
kognitif, kecemasan, kelemahan dan kelelahan. selama …. Defisit perawatan diri teratas alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,
dengan kriteria hasil: berhias, toileting dan makan.
DO : Klien terbebas dari bau badan 3. Sediakan bantuan sampai klien
ketidakmampuan untuk mandi, ketidakmampuan Menyatakan kenyamanan terhadap mampu secara utuh untuk melakukan self-care.
untuk berpakaian, ketidakmampuan untuk kemampuan untuk melakukan ADLs 4. Dorong klien untuk melakukan
makan, ketidakmampuan untuk toileting Dapat melakukan ADLS dengan bantuan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
5. Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien
tidak mampu melakukannya.
6. Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk memberikan
bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin sehari-
hari sesuai kemampuan.
8. Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Berhubungan dengan : Self Care : ADLs 1. Observasi adanya pembatasan klien
Tirah Baring atau imobilisasi Toleransi aktivitas dalam melakukan aktivitas
Kelemahan menyeluruh Konservasi energi 2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan
dengan kebutuhan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3. Monitor nutrisi dan sumber energi
selama …. Pasien bertoleransi terhadap yang adekuat
Gaya hidup yang dipertahankan. aktivitas dengan Kriteria Hasil : 4. Monitor pasien akan adanya kelelahan
DS: Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa fisik dan emosi secara berlebihan
Melaporkan secara verbal adanya kelelahan disertai peningkatan tekanan darah, nadi 5. Monitor respon kardivaskuler
Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan Mampu melakukan aktivitas sehari hari nafas, diaporesis, pucat, perubahan
DISUSUN OLEH :
NAMA : IRLAMUDDIN
NIM : SDK161014
CI LAHAN CI INSTITUSI
DISUSUN OLEH :
NAMA : IRLAMUDDIN
NIM : SDK161014
CI LAHAN CI INSTITUSI