Anda di halaman 1dari 8

UJMER 4 (2) (2015)

Unnes Journal of Mathematics Education Research


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujmer

KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA SISWA KELAS VIII


BERDASARKAN GAYA KOGNITIF

Herlin Nurdianasari, Rochmad, dan Hartono

Prodi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Kemampuan literasi matematika adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan menerapkan pengetahuan
Diterima September 2015 dasar matematika dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan gaya kognitif siswa sebagai bagian dari karakteristik
Disetujui Oktober 2015 individu yang menyebabkan perbedaan pada kemampuan literasi setiap siswa perlu diperhatikan pada kegiatan
Dipublikasikan November pembelajaran. PMRI merupakan salah satu pembelajaran yang dapat mendukung aktivitas siswa dalam
2015 mengembangkan kemampuan literasi matematika. Sebanyak 36 siswa ditentukan gaya kognitifnya dengan
________________ menggunakan Matching Familiar Figure Test (MFFT) sehingga diperoleh empat kategori: 2 siswa reflektif, 11
siswa impulsif, 2 siswa fast accurate, dan 21 siswa slow innaccurate. Pencapaian aspek literasi matematika siswa
Keywords:
reflektif, impulsif, fast accurate, dan slow innaccurate berbeda-beda dengan siswa fast accurate yang menonjol
cognitive style;
pada aspek representation dan devising strategies for solving problems. Hal ini didukung oleh adanya
mathematics literacy;
peningkatan kemampuan literasi matematika pada siswa dengan nilai peningkatan terbesar dicapai siswa fast
PMRI
accurate. Guru dapat menerapkan pembelajaran PMRI untuk meningkatkan kemampuan literasi matematika
___________________ siswa dengan tipe gaya kognitif yang berbeda-beda.

Abstract
___________________________________________________________________
Mathematics literacy is an indiviudal’s ability to understand and apply basic mathematical capabilities in daily life. Learning
process should pay attention to the difference of students’ cognitive style as a part of individual characteristics that make
difference to students’ mathematics literacy ability. PMRI learning activites may help students in developing their mathematics
literacy ability. Matching Familiar Figure Test are tested to 36 students which results four categories: 2 reflective students, 11
impulsive students, 2 fast accurate students, and 21 slow innaccurate students. Students’ different cognitive styles affect their
different mathematics ability, fast accurate students gained best score at representation and devising strategies for solving
problems. It is also supported by their highest improvement of mathematics literacy ability. Teachers may apply PMRI
learning for every students whose different cognitive style to improve their mathematics literacy ability.

© 2015 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6455
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233
E-mail: herlinnurdianasari.4101408164@gmail.com

76
Herlin Nurdianasari et al. / Unnes Journal of Mathematics Education Research 4 (2) (2015)

PENDAHULUAN cenderung salah. Berdasarkan uraian tersebut,


pada penelitian ini dideskripsikan karakteristik
Pendidikan Matematika Realistik perangkat pembelajaran PMRI dan karakteristik
Indonesia (PMRI) merupakan adaptasi dari kemampuan literasi matematika siswa di kelas
pendekatan Realistic Mathematics Education VIII serta diidentifikasi adanya peningkatan
(RME) yang berkembang di Belanda kemampuan literasi matematika pada siswa
(Sembiring, Hadi, dan Dolk, 2008; Anh, 2006). kelas VIII.
Pembelajaran yang menggunakan RME dapat
memunculkan proses matematisasi horisontal
METODE PENELITIAN
dan matematisasi vertikal (Fauzan, 2013;
Marpaung, 2007). Kedua proses tersebut
Jenis penelitian ini adalah penelitian
merupakan proses yang mendasari literasi
deskriptif kualitatif. Penelitian dilaksanakan di
matematika, yaitu kemampuan siswa dalam
kelas VIII SMP Negeri 1 Petarukan pada
menyelesaikan masalah nyata dengan
periode semester genap tahun pelajaran
menggunakan apa yang dipelajarinya di sekolah
2014/2015. Kegiatan penelitian diawali dengan
dan pengalaman di luar sekolah (De Lange,
menentukan tipe gaya kognitif siswa dengan
2006).
menggunakan instrumen Matching Familiar
Pembelajaran merupakan sebuah proses
Figure Test (MFFT), selanjutnya siswa diberikan
yang terus berkembang pada setiap individu
tes awal kemampuan literasi matematika.
siswa (Zulkardi, 2010). Karakteristik pribadi
Kegiatan pembelajaran PMRI pada materi luas
setiap siswa merupakan faktor yang turut
permukaan dan volum kubus dan balok
menentukan keberhasilan pembelajaran di
dilakukan selama empat pertemuan. Pada akhir
samping faktor-faktor lain seperti kurikulum
kegiatan pembelajaran siswa diberikan tes akhir
yang digunakan, sarana dan prasarana yang
kemampuan literasi matematika dan dilakukan
tersedia, dan guru yang mengajar (Rahman,
wawancara. Untuk setiap tipe gaya kognitif
2008; Saefudin, 2012). Akibatnya, perbedaaan
diambil paling sedikit 2 siswa sebagai subjek
pada karakteristik gaya kognitif siswa
penelitian. Penentuan subjek juga
merupakan salah satu faktor yang perlu
mempertimbangkan kemampuan siswa dalam
diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran
berkomunikasi dan mengemukakan
(Daraini, 2012).
pendapatnya agar dapat mendukung
Gaya kognitif reflektif dan impulsif
keterlaksanaan penelitian. Instrumen yang
dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu
digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti
reflektif, impulsif, fast-accurate, dan slow-
sendiri, MFFT, Tes Kemampuan Literasi
innaccurate (Rozencwajg dan Corroyer, 2005;
Matematika (TKLM) dan Pedoman Wawancara
Yasa, Sadra, dan Sweken, 2013). The Matching
(PW).
Familiar Figure Test (MFFT) merupakan tes baku
Analisis data meliputi hasil tes awal dan
yang digunakan untuk mengukur tipe gaya
tes akhir kemampuan literasi matematika siswa
tersebut. Siswa reflektif mempertimbangkan
untuk masing-masing subjek pada setiap tipe
segala alternatif sebelum mengambil keputusan
gaya kognitif sesuai dengan tujuh aspek
sehingga jawaban cenderung benar. Sebaliknya,
kemampuan literasi matematika. analisis indeks
siswa yang impulsif mengambil keputusan
gain dilakukan terhadap hasil tes awal dan tes
dengan cepat tanpa memikirkannya secara
akhir kemampuan literasi matematika untuk
mendalam sehingga jawaban cenderung salah
mengidentifikasi besar peningkatan kemampuan
(Warli, 2012; Nasution, 2013). Siswa fast-accurate
literasi matematika pada setiap tipe gaya
mengambil keputusan dengan cepat tetapi
kognitif setelah kegiatan pembelajaran
jawabannya cenderung benar, sedangkan siswa
dilaksanakan.
slow-innaccurate memerlukan waktu yang lama
dalam mengambil keputusan tetapi jawabannya

77
Herlin Nurdianasari et al. / Unnes Journal of Mathematics Education Research 4 (2) (2015)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN menemukan empat tipe gaya kognitif tersebut
pada siswa SMP.
Pada penelitian ini, kemampuan literasi Subjek yang bergaya kognitif reflektif
matematika dideskripsikan berdasarkan aspek- adalah S02 dan S32. Kesamaan kedua subjek
aspek kemampuan literasi matematika pada tersebut tampak pada lamanya waktu
subjek penelitian yang terdiri atas 9 orang siswa pengerjaan soal dan hasil tes yang diperoleh.
dari tipe gaya kognitif yang berbeda. Hasil tes Berdasarkan perhitungan indeks gain subjek S02
gaya kognitif menunjukkan dari 36 siswa kelas memperoleh nilai indeks gain yang lebih tinggi
VIII, sebanyak 21 orang siswa memiliki gaya dibandingkan subjek S32. Pencapaian ini
kognitif slow innaccurate, 11 orang siswa memiliki didukung oleh hasil wawancara terhadap kedua
gaya kognitif impulsif, 2 orang siswa bergaya subjek yang menunjukkan bahwa subjek S02
kognitif reflektif, dan 2 orang siswa bergaya dapat lebih mengembangkan kemampuan
kognitif fast accurate. Munculnya empat tipe gaya literasi matematikanya melalui pembelajaran
kognitif yang berbeda ini sejalan dengan PMRI dibandingkan dengan subjek S32. Tabel 1
penelitian Rozencwajg dan Corroyer (2005) berikut ini menunjukkan perbandingan
yang mengklasifikasikan tipe gaya kognitif pencapaian kemampuan literasi matematika dari
reflektif dan impulsif menjadi empat kelompok kedua subjek pada setiap aspek.
serta penelitian Ningsih (2012) yang

Tabel 1. Pencapaian Aspek Kemampuan Literasi Matematika Subjek Reflektif


S02 (Skor 0-5) S32 (Skor 0-5)
Aspek Tes Rata- Tes Rata-
Tes Awal Tes Awal
Akhir rata Akhir rata
Communication 2 3 2,5 2 3 2,5
Mathematising 1,67 3,3 2,5 2,3 2 2,15
Representation 4 4 4 2,5 4 3,25
Reasoning and
2 2,67 2,3 1,3 1,67 1,5
Argument
Devising Strategies for
3 3 3 2 4 3
Solving Problems
Using Symbolic
3,5 2,5 3 2,5 3 2,75
Language
Using Mathematics
5 3 4 5 5 5
Tools
Rata-rata (Skor 0-5) 3,02 3,06 3,04 2,51 3,23 2,8

Kemampuan subjek bergaya kognitif dibandingkan subjek bergaya kognitif lainnya


reflektif menonjol pada aspek representation dan serta penelitian yang dilakukan oleh Warli
using mathematics tools, sedangkan aspek yang (2010) yang menyebutkan bahwa siswa reflektif
paling lemah adalah aspek reasoning and memiliki banyak aspek positif yang dapat
argument. Hal ini memperkuat hasil penelitian menunjang kesuksesan belajar seperti
Rozencwajg dan Corroyer (2005) yang menyelesaikan tugas dengan cara membaca
menyebutkan bahwa karakteristik tipe gaya dengan memahami serta menginterpretasikan
kognitif reflektif adalah dapat memproses teks.
informasi secara analitik dan dapat Subjek yang bergaya kognitif impulsif
memperlihatkan kedewasaan kognisi. Hasil adalah S19 dan S29. Meskipun diantara siswa
tersebut juga mendukung penelitian yang impulsif keduanya merupakan subjek dengan
dilakukan oleh Ningsih (2012) yang menyatakan catatan waktu paling lambat dan paling cepat,
bahwa subjek bergaya kognitif reflektif memiliki tetapi lamanya waktu pengerjaan soal kedua
kemampuan berpikir yang lebih tinggi subjek tersebut tidak jauh berbeda. Berdasarkan

78
Herlin Nurdianasari et al. / Unnes Journal of Mathematics Education Research 4 (2) (2015)

perhitungan indeks gain subjek S19 memperoleh mengembangkan kemampuan literasi


nilai indeks gain yang lebih tinggi yaitu gain matematikanya melalui pembelajaran PMRI
sedang, sedangkan subjek S29 termasuk kriteria dibandingkan dengan subjek S29. Tabel 2
gain rendah. Pencapaian ini didukung oleh hasil menunjukkan perbandingan pencapaian aspek
wawancara terhadap kedua subjek yang kemampuan literasi matematika dari kedua
menunjukkan bahwa subjek S19 dapat lebih subjek bergaya kognitif impulsif.

Tabel 2. Pencapaian Aspek Kemampuan Literasi Matematika Subjek Impulsif


S19 (Skor 0-5) S29 (Skor 0-5)
Aspek Tes Rata- Tes Rata-
Tes Awal Tes Awal
Akhir rata Akhir rata
Communication 1 5 3 2 3 2,5
Mathematising 1,67 3,3 2,5 2,67 2,3 2,5
Representation 3 4 3,5 2,5 4 3,25
Reasoning and
3,3 2,3 2,8 2 2 2
Argument
Devising Strategies for
4 4 4 2,5 3 2,75
Solving Problems
Using Symbolic
3 4 3,5 1 2,5 1,75
Language
Using Mathematics
4 5 4,5 4 3 3,5
Tools
Rata-rata (Skor 0-5) 2,85 3,94 3,4 2,38 2,83 2,6

Kemampuan subjek bergaya kognitif PMRI lebih menarik minat mereka dalam
impulsif terlihat menonjol pada aspek belajar, kegiatan pembelajaran lebih
representation dan using mathematics tools, menyenangkan dan materi pembelajaran lebih
sedangkan aspek yang paling lemah adalah mudah dipahami. Tabel 3 menunjukkan
aspek reasoning and argument. Penemuan ini perbandingan pencapaian setiap aspek
memperkuat hasil penelitian Rozencwajg dan kemampuan literasi matematika dari kedua
Corroyer (2005) yang menyebutkan bahwa subjek bergaya kognitif fast accurate.
karakteristik tipe gaya kognitif impulsif adalah Kemampuan subjek bergaya kognitif fast
dapat memproses informasi secara holistik tetapi accurate menonjol pada aspek representation,
kurang dewasa secara kognitif. Hasil tersebut devising strategies for solving problems, dan
juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh using mathematics tools, sedangkan aspek yang
Rahmatina, dkk. (2014) yang menyebutkan paling lemah adalah aspek reasoning and
salah satu ciri tipe gaya kognitif impulsif adalah argument. Hasil tersebut mendukung penelitian
tidak berpikir secara mendalam serta penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2012) yang
yang dilakukan oleh Warli (2010) yang menyatakan bahwa subjek bergaya kognitif fast
menyebutkan bahwa siswa impulsif cenderung accurate memiliki kecenderungan yang sama
kurang cermat pada tahap pengerjaan soal dan dengan subjek bergaya kognitif reflektif yaitu
kurang mencoba-coba sehingga jawaban yang memperoleh persentase jawaban benar yang
dihasilkan cenderung banyak tetapi salah. lebih banyak dengan proses pengerjaan yang
Subjek yang bergaya kognitif fast accurate lebih cepat. Hal yang sama diungkapkan pula
adalah S12 dan S34. Berdasarkan perhitungan oleh Rozencwajg dan Corroyer (2005) bahwa
indeks gain subjek S12 memperoleh nilai indeks karakteristik tipe gaya kognitif fast accurate
gain yang lebih tinggi dibandingkan subjek S34. adalah dapat memproses informasi secara
Hasil wawancara terhadap kedua subjek analitik maupun holistik serta dapat
menunjukkan bahwa baik subjek S12 maupun memperlihatkan kedewasaan kognisi.
subjek S34 berpendapat kegiatan pembelajaran

79
Herlin Nurdianasari et al. / Unnes Journal of Mathematics Education Research 4 (2) (2015)

Tabel 3. Pencapaian Aspek Kemampuan Literasi Matematika Fast Accurate


S12 (Skor 0-5) S34 (Skor 0-5)
Aspek Tes Rata- Tes Rata-
Tes Awal Tes Awal
Akhir rata Akhir rata
Communication 1 2 1,5 2 3 2,5
Mathematising 2,67 1,67 2,17 1,67 3 2,3
Representation 4 3 3,5 3 4 3,5
Reasoning and
2,3 1,67 2 1,67 2,3 2
Argument
Devising Strategies for
3,5 3 3,25 3 3 3
Solving Problems
Using Symbolic
3 3 3 3 2,5 2,75
Language
Using Mathematics
4 5 4,5 5 3 4
Tools
Rata-rata (Skor 0-5) 2,9 2,76 2,83 2,76 2,9 2,83

Tabel 4. Pencapaian Aspek Kemampuan Literasi Matematika Slow Innaccurate


S28 (Skor 0-5) S01 (Skor 0-5) S14 (Skor 0-5)
Aspek Tes Tes Rata- Tes Tes Rata- Tes Tes Rata-
Awal Akhir rata Awal Akhir rata Awal Akhir rata
Communication 1 3 2 5 3 4 4 5 4,5
Mathematising 1,67 1,67 1,67 2,3 2 2,15 4 4,3 4,15
Representation 2,5 2,5 2,5 3,5 4,5 4 4 4,5 4,25
Reasoning and
1,67 1,67 1,67 1,3 1,67 1,5 4 4,67 4,3
Argument
Devising Strategies
for Solving 3 2,5 2,75 1 3 2 3,5 4,5 4
Problems
Using Symbolic
3 3 3 3 3,5 3,25 4 4,5 4,25
Language
Using Mathematics
5 4 4,5 5 3 4 5 5 5
Tools
Rata-rata (0-5) 2,54 2,62 2,58 3,01 2,95 2,98 4,07 4,6 4,65

Subjek yang bergaya kognitif slow Kemampuan subjek bergaya kognitif slow
innaccurate adalah S28, S01, dan S14. innaccurate tampak menonjol pada aspek
Berdasarkan perhitungan indeks gain subjek S14 representation dan using mathematics tools,
memperoleh nilai indeks gain yang lebih tinggi sedangkan aspek yang paling lemah adalah
yaitu gain sedang, sedangkan subjek S01 dan aspek reasoning and argument. Hal ini
subjek S28 termasuk kriteria gain rendah. memperkuat hasil penelitian Rozencwajg dan
Pencapaian ini didukung oleh hasil wawancara Corroyer (2005) yang menyebutkan bahwa
terhadap ketiga subjek yang menunjukkan karakteristik tipe gaya kognitif slow innaccurate
bahwa subjek S14 dapat lebih mengembangkan adalah dapat memperlihatkan kontrol
kemampuan literasi matematikanya melalui metakognitif yang baik tetapi kesulitan
pembelajaran PMRI dibandingkan dengan memproses secara analitik maupun holistik.
subjek S01 dan subjek S28. Tabel 4 Perbedaan pencapaian kemampuan literasi
menunjukkan perbandingan pencapaian aspek- matematika subjek bergaya kognitif slow
aspek kemampuan literasi matematika dari innaccurate sejalan dengan pendapat Slavin
ketiga subjek bergaya slow innaccurate. (Ramlah, 2014) yang menyatakan bahwa selain
gaya kognitif, terdapat faktor-faktor lain yang

80
Herlin Nurdianasari et al. / Unnes Journal of Mathematics Education Research 4 (2) (2015)

mempengaruhi perbedaan siswa, yaitu Selain deskripsi kemampuan literasi


kecepatan penerimaan informasi dalam proses matematika siswa berdasarkan aspek-aspek
belajar, tingkat performansi, dan kebudayaan. kemampuan literasi, perhitungan indeks gain
Hasil tersebut juga mendukung penelitian yang juga dilakukan untuk mengidentifikasi adanya
dilakukan oleh Ningsih (2012) yang menyatakan peningkatan kemampuan literasi matematika
bahwa subjek bergaya kognitif slow innaccurate setiap subjek gaya kognitif. Perhitungan untuk
kurang dapat berpikir kritis dengan baik dalam indeks gain secara ringkas disajikan pada Tabel
memecahkan masalah matematika. 5.

Tabel 5. Indeks Gain Setiap Subjek


Subjek Indeks Gain Kriteria
S02 0,129 Rendah
S32 0,236 Rendah
S34 0,171 Rendah
S12 0,276 Rendah
S19 0,367 Sedang
S29 0,157 Rendah
S28 0 Rendah
S01 0,088 Rendah
S14 0,571 Sedang

Adanya peningkatan kemampuan literasi penelitian Rozencwajg dan Corroyer (2005)


matematika pada siswa dengan berbagai gaya yang menyebutkan bahwa tipe fast accurate
kognitif yang berbeda, meskipun tidak mampu memperlihatkan proses analitik maupun
signifikan, menunjukkan bahwa proses holistik sehingga memiliki kecenderungan
pembelajaran PMRI merupakan kegiatan cermat/teliti dalam menyelesaikan soal dan tipe
pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa slow-innaccurate yang kesulitan memproses secara
pada proses matematisasi, yaitu perumusan analitik maupun holistik sehingga memiliki
masalah dunia nyata ke dalam masalah kecenderungan kurang cermat/tidak teliti dalam
matematis sehingga dapat diselesaikan sebagai menyelesaikan soal. Perbedaan pencapaian
masalah matematika kemudian solusi tersebut indeks gain menunjukkan bahwa perkembangan
diinterpretasikan untuk dapat memberikan kemampuan literasi matematika sebagai bagian
jawaban terhadap masalah dunia nyata. Proses pembelajaran dipengaruhi oleh karakteristik
matematisasi merupakan hal mendasar yang pribadi setiap individu sebagaimana dijelaskan
diperlukan dalam literasi matematika seperti oleh Rahman (2008).
yang diungkapkan oleh Ojose (2011) dan De
Lange (2006). Hasil ini mendukung penelitian
PENUTUP
yang telah dilakukan oleh Yasa, Sadra, dan
Sweken (2013) bahwa terdapat pengaruh yang
Karakteristik kemampuan literasi
signifikan antara pendidikan matematika
matematika siswa berbeda-beda sesuai dengan
realistik dan gaya kognitif siswa terhadap
tipe gaya kognitif yang dimiliki. Siswa reflektif
prestasi belajar siswa kelas VII SMP.
memiliki kemampuan yang tergolong sangat
Perhitungan indeks gain pada setiap
baik pada aspek using mathematics tools. Siswa
subjek dari masing-masing gaya kognitif
impulsif memiliki kemampuan yang tergolong
menunjukkan perolehan yang cukup signifikan.
baik pada aspek representation, devising strategies
Nilai indeks gain tertinggi dicapai tipe gaya
for solving problems, dan using mathematics tools.
kognitif fast accurate, sedangkan nilai indeks gain
Siswa fast accurate memiliki kemampuan yang
terendah diperoleh tipe gaya kognitif slow
tergolong sangat baik pada aspek using
innacccurate. Kondisi ini sejalan dengan hasil

81
Herlin Nurdianasari et al. / Unnes Journal of Mathematics Education Research 4 (2) (2015)

mathematics tools. Siswa slow innaccurate memiliki Nasution, 2013. Berbagai Pendekatan dalam Proses
kemampuan yang tergolong sangat baik pada Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
aspek using mathematics tools. Ningsih, P.R. 2012. “Profil Berpikir Kritis Siswa SMP
Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
Peningkatan kemampuan literasi
Berdasarkan Gaya Kognitif”. Gamatika.
matematika dapat diidentifikasi pada siswa kelas
Vol.2. No.2. Hal 120-127.
VIII, dengan indeks peningkatan terbesar Ojose, B. 2011. “Mathematics Literacy: Are We Able
dicapai tipe gaya kognitif fast accurate, disusul To Put The Mathematics We Learn Into
tipe gaya kognitif reflektif dan impulsif, serta Everyday Use?” Journal of Mathematics
terakhir tipe gaya kognitif slow innaccurate. Education. Vol. 4 No.1. Hal. 89-100.
Pembelajaran PMRI dengan pengelompokan Rahman, A. 2008. “Analisis Hasil Belajar
siswa berdasarkan tipe gaya kognitif Matematika Berdasarkan Perbedaan Gaya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk Kognitif Secara Psikologis dan Konseptual
turut aktif berkontribusi dalam kelompok Tempo Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 3
maupun antar kelompok, sehingga dapat Makasar”. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan.
Vol.14. No.72. Hal 452-473.
dijadikan alternatif model pembelajaran bagi
Rahmatina, S., Sumarmo, U., dan Johar, R. 2014.
para guru dalam mengembangkan kemampuan
“Tingkat Berpikir Kreatif Siswa dalam
literasi matematika siswa. Di samping itu, guru Menyelesaikan Masalah Matematika
hendaknya memperhatikan siswa dengan tipe Berdasarkan Gaya Kognitif Reflektif dan
gaya impulsif dan slow innaccurate pada saat Impulsif”. Jurnal Didaktik Matematika. Vol.1
pembelajaran. Misalnya menempatkan siswa No.1. Hal 62-70.
tersebut pada barisan depan, memberikan Ramlah, B.J. 2014. “Relationship between Students’
scaffolding, memberikan bimbingan secara Cognitive Style (FD and FI Cognitive Styles)
individual, dan sebagainya. Dengan demikian, with Their Mathematics Achievement in
Primary School”. International Journal of
pencapaian kemampuan literasi matematika
Humanities Social Sciences and Education
siswa impulsif dan slow innaccurate dapat
(IJHSSE). Vol.1. No.1. Hal 88-93.
dioptimalkan. Rozencwajg, P. dan Corroyer, D. 2005. “Cognitive
Processes in the Reflective–Impulsive
Cognitive Style”. The Journal of Genetic
DAFTAR PUSTAKA
Psychology. Vol 166 No.4. Hal. 451–463.
Saefudin, A.A. 2012. “Pengembangan Kemampuan
Anh, L.T. 2006. “Applying Realistic Mathematics
Berpikir Kreatif Siswa dalam Pembelajaran
Education in Vietnam: Teaching Middle
Matematika dengan Pendekatan Pendidikan
School Geometry”. Disertasi. Postdam:
Matematika Realistik Indonesia (PMRI)”. Al
Postdam University.
Bidayah. Vol.4. No.1. Hal 37-48.
Daraini, R. 2012. “Pengaruh Pembelajaran Berbasis
Sembiring, R. K., Hadi, S., dan Dolk, M. 2008.
Multimedia dan Gaya Kognitif terhadap
“Reforming Mathematics Learning in
Kemampuan Pemecahan Masalah
Indonesian Classrooms through RME”. ZDM
Matematika Siswa SMP Negeri Lubuk
Mathematics Education. Vol. 40. Hal 927-939.
Pakam”. Jurnal Teknologi Pendidikan. Vol.5
Warli. 2010. “Scaffolding sebagai Strategi
No.2. Hal 236-243.
Pembelajaran Matematika Bagi Anak Bergaya
De Lange, J. 2006. “Mathematical Literacy for Living
Kognitif Reflektif atau Impulsif”. Makalah.
from OECD-PISA Perspective”. Tsukuba
Prosiding Seminar Nasional MIPA dan
Journal of Educational Study in Mathematics. Vol.
Pembelajaran di Universitas Negeri Malang.
25.
Malang, 13 Oktober 2012.
Fauzan, A. 2002. “Applying Realistic Mathematics
Yasa, I. M. A., Sadra, I. W., dan Suweken, G. 2013.
Education (RME) in Teaching Geometry in
“Pengaruh Pendidikan Matematika Realistik
Indonesian Primary Schools”. Disertasi.
dan Gaya Kognitif terhadap Prestasi Belajar
Enschede: University of Twente.
Matematika Siswa”. e-Journal Program
Marpaung, Y. 2007. “Matematisasi Horizontal dan
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Matematisasi Vertikal”. Jurnal Pendidikan
Program Studi Matematika. Vol. 2. Hal 1-11.
Matematika. Vol.1. No.1.

82
Herlin Nurdianasari et al. / Unnes Journal of Mathematics Education Research 4 (2) (2015)

Zulkardi. 2010. How to Design Mathematics Lessons www.reocities.com/ratuilma/rme.html


Based on the Realistic Approach? Diperoleh dari (Diunduh 22 Januari 2015).

83

Anda mungkin juga menyukai