Anda di halaman 1dari 34

i

PROPOSAL PRAKTIK LAPANGAN

ANALISA BIAYA DAN PENDAPATAN PEMBUDIDAYAAN


IKAN PATIN (Pangasius sp.) DI KLINIK AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIAYA

COST ANALYSIS AND INCOME OF CATFISH (Pangasius sp.)


FARMING IN AGRIBUSINESS CLINIC OF AGRICULTURE
FACULTY OF SRIWIAYA UNIVERSITY

SITI RAMADANI ANDELIA


05011281722038

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2020
i

PROPOSAL PRAKTIK LAPANGAN

ANALISA BIAYA DAN PENDAPATAN PEMBUDIDAYAAN


IKAN PATIN (Pangasius sp.) DI KLINIK AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIAYA

COST ANALYSIS AND INCOME OF CATFISH (Pangasius sp.)


FARMING IN AGRIBUSINESS CLINIC OF AGRICULTURE
FACULTY OF SRIWIAYA UNIVERSITY

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan Praktik Lapangan

SITI RAMADANI ANDELIA


05011281722038

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2020
i

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISA BIAYA DAN PENDAPATAN


PEMBUDIDAYAAN IKAN PATIN (Pangasius sp.) DI
KLINIK AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIAYA

PROPOSAL PRAKTIK LAPANGAN

Sebagai Salah satu Syarat Untuk


Melaksanakan Praktik Lapangan

Oleh:

SITI RAMADANI ANDELIA


05011281722038

Indralaya, Januari 2020

Program Studi Agribisnis


Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya

Pembimbing, Ketua Program Studi,

Ir. Yulius, M.M Dr.Ir. Maryadi, M.Si.


NIP : 195907051987031001 NIP.196501021992031001
i

PERNYATAAN INTEGRITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Siti Ramadani Andelia

Nim : 05011281722038

Judul : Analisa Biaya dan Pendapatan Pembudididayaan Ikan Patin (Pangasius


sp.) di klinik Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Menyatakan bahwa semua data dan informasi yang dimuat dalam laporan
praktik lapangan ini merupakan hasil pengamatan saya sendiri dibawah supervisi
pembimbing, kecuali yang disebutkan dengan jelas sumbernya. Apabila di
kemudian hari ditemukan adanya unsur plagiasi dalam laporan praktik lapangan
ini, maka saya bersedia menerima sanksi dari Universitas Sriwijaya.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
mendapatkan paksaan dari pihak manapun.

Indralaya, Januari 2020

Siti Ramadani Andelia


iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 26 Desember 1999 di Palembang, Sumatera


Selatan. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Orang tua bernama
Jalaluddin Unsa dan Desi Tarumbiah. Pekerjaan orang tua yaitu karyawan dinas
tenaga kerja dan guru di sekolah dasar di pemulutan, saya memiliki 1 saudara
perempuan bernama Vira Nurkomaria dan adik saya bernama M. Faiz Mubarak

Penulis bersekolah di SD Negeri 04 Palembang pada usia 6 tahun. SMP


Negeri 18 Palembang. Setelah lulus dari SMP, penulis melanjutkan pendidikan ke
SMA Negeri 10 Palembang.. Dan sekarang penulis sedang menempuh pendidikan
di Universitas Sriwijaya. Program Studi Agribisnis angkatan 2017.

Selama menempuh pendidikan dari Taman Kanak-kanak hingga


Perguruan Tinggi, Alhamdulillah banyak prestasi yang telah penulis dapatkan
baik di bidang akademik maupun non-akademik. Selama bersekolah tidak pernah
keluar dari juara 3 besar kelas, juara ketiga dulmuluk tingkat kabupaten/kota,
juara kuis persirah, juara lomba cerdas cermat tingkat sma, dan ketua seni di sma
pada tahun 2016

Saat ini, saya mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi


Pertanian (HIMASEPERTA) divisi Dana Usaha sebagai kepala biro, organisasi
AIESEC in Unsri bidang OC Emlog, dan Bujang Gadis Unsri. Tujuan penulis
mengikuti organisasi seperti ini dikarenakan penulis ingin menggali lebih dalam
potensi yang penulis miliki dalam berorganisasi dan harapannya di kemudian hari
dapat bermanfaat hingga penulis bekerja nanti.

Indralaya, April 201


iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT, karna berkat rahmat
dan ridho-Nya sehingga peulis dapat menyelesaikan Proposal Praktik Lapangan
yang berjudul “Analisa Biaya dan Pendapatan Pembudididayaan Ikan Patin
(Pangasius sp.) di klinik Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Ir.
Yulius, M.M selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan
dalam menyelesaikan proposal praktik lapangan ini. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Maryadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian yang telah memberikan izin sehingga pelaksanaan praktik
lapangan ini akan bisa terlaksana. Terima kasih khususnya kepada orang tua
penulis yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan baik moril dan
materil, serta saudara penulis sehingga penulis dapat meyelesaikan proposal
praktik lapangan ini.
Penulis menyadari bahwa proposal praktik lapangan ini masih memiliki
banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
dibutuhkan untuk membantu memperbaiki dan menyempurnakan tulisan di masa
yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga proposal
praktik lapangan ini dapat menambah wawasan dan berguna bagi kita semua.

Indralaya, Januari 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................iv

DAFTAR ISI............................................................................................................v

DAFTAR TABEL..................................................................................................vii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.2. Tujuan.....................................................................................................................2
1.3. Manfaat...................................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3

2.1. Biologi Ikan Patin.....................................................................................................3


2.2. Habitat Ikan Patin....................................................................................................4
2.3. Makanan dan Kebiasaan Makan Ikan Patin...........................................................5
2.4. Kualitas Air..............................................................................................................6
2.5. Penebaran...............................................................................................................6
2.6. Pembesaran...........................................................................................................6
2.7. Teori Biaya dan Pendapatan....................................................................................7
2.7.1. Teori Biaya.......................................................................................................7
2.7.2. Teori Pendapatan.............................................................................................7
BAB 3 PELAKSANAAN PRAKTIK LAPANGAN...............................................9

3.1. Tempat dan Waktu................................................................................................9


3.2. Bahan dan Alat.......................................................................................................9
3.3. Prosedur Praktikum...............................................................................................9
3.4. Metode Pengumpulan Data................................................................................13
3.4.1. Metode studi pustaka...................................................................................13
3.4.2. Metode partisipatif........................................................................................13
3.4.3. Metode wawancara dan observasi..............................................................13
3.4.4. Metode Diskriptif...........................................................................................14
3.5. Data Yang Dikumpulkan......................................................................................14
3.5.1. Data Primer...................................................................................................14
3.5.1.1. Kelangsungan Hidup..................................................................14
3.5.1.2. Pertumbuhan Ikan.......................................................................14
3.5.1.3. Konversi Pakan...........................................................................15

v
3.6. Metode Analisis Data............................................................................................16
3.6.1. Perhitungan Biaya Total..................................................................................16
3.6.1.1. Biaya Tetap (fixed cost)...............................................................16
3.6.1.2. Biaya Variabel (variable cost).......................................................16
3.6.1.3. Biaya Total (total cost).................................................................17
3.6.2. Analisis Pendapatan......................................................................................17
3.7. Jadwal Kegiatan....................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

vi
DAFTAR TABEL

vii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia dikenal memiliki kekayaan sumber daya perikanan


yang cukup besar, terutama dalam perbendaharaan jenis-jenis ikan.
Sekitar 2000 spesies ikan air tawar yang terdapat di Indonesia,
sedikitnya ada 27 jenis yang sudah dibudidayakan (Amri dan
Khairuman, 2011). Ikan-ikan yang dibudidayakan tersebut merupakan
jenis ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomi penting. Patin
merupakan ikan penting dalam budidaya perairan atau akuakultur.

Departemen Perikanan dan Akuakultur FAO (Food and


Agriculture Organization) menempatkan patin urutan keempat setelah
ikan mas (Cyprinus carpio) (Parlaungan, 2010). Ikan patin merupakan
ikan yang semakin di minati di Indonesia dan menjadi salah satu
andalan dalam peningkatan produktifitas budidaya. Hal ini dapat
dibuktikan dengan peningkatan produksi ikan patin tahun 2015 sebesat
339.069 ton dan meningkat menjadi 437.11 ton pada tahun 2016,
produksi patin masih terus meningkat dimana sasaran produksi patin
nasional pada tahun 2019 yaitu menjadi 1.149.400 ton (KKP 2016).
Peningkatan produksi ikan dapat dicapai melalui proses akuakultur
karena peningkatan produksi melalui penangkapan dapat mengganggu
kelestarian sumberdaya perikanan (Andriyanto et al., 2012)

Ada berbagai jenis patin yang terdapat di Indonesia salah


satunya adalah ikan patin siam. 2 Ikan Patin Siam dengan nama ilmiah
Pangasius hypophthalmus, saat ini merupakan komoditas perikanan air
tawar yang cukup digemari bukan hanya di Indonesia namun juga di
luar negeri. Budidaya ikan patin yang dilakukan oleh masyarakat
Indonesia sebagian besar dilakukan di kolam (Susanto dan Hermawan,
2013).

1
Budidaya ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) sudah
mulai dirintis oleh Sub Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun
1980. Salah satu balai yang juga mengembangkan komoditas ikan patin
adalah Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Tatelu (BPBAT Tatelu)
(KKP 2016).

Ikan patin merupakan ikan penting didunia karena daging patin


tergolong enak, lezat, dan gurih. Disamping itu, patin mengandung
protein yang tinggi dan kolesterol yang rendah. Penggemar daging patin
bahkan terdapat diberbagai negara melintasi benua (Minggawati dan
Saptono, 2011). Pada kegiatan budidaya, pakan merupakan sumber
energi yang dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan, reproduksi dan
kelangsungan hidup ikan (Mahyuddin, 2010).

Ikan patin (Pangasius sp.) merupakan salah satu ikan perairan


Indonesia yang telah berhasil didomestikasi dan dibudidayakan secara
semi intensif dan intensif dengan padat penebaran yang tinggi dan
penggunaan air yang minimal sehingga mendapatkan hasil ang optimal
(Suresh dan Lin, 1992 dalam Prabowo, 2000). Peningkatan padat
penebaran ikan tanpa disertai dengan peningkatan jumlah pakan yang
diberikan dan kualitas air terkontrol akan menyebabkan penurunan
pertumbuhan ikan dan jika telah sampai pada batas tertentu maka
pertumbuhannya akan berhenti sama sekali (Hepher dan Pruginin, 1981
dalam Sarah, 2002).Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ikan adalah kondisi lingkungan terutama kualitas air (Watanabe, 1988).
Dalam usaha memperbaiki kualitas air, debit berfungsi sebagai
pembawa oksigen terlarut dan pembuang amonia (buangan metabolisme
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 4(1) :1-8 (2016) ISSN : 2303-2960
2 dan feses) sehingga menyebabkan kondisi lingkungan optimal dan
dapat meningkatkan nafsu makan ikan (Arddhiagung, 2010).

Oleh karena itu penulis tertarik untuk membudidakan kemudian


menganalisa biaya produksi budidaya ikan patin dan pendapatan ang
akan diterima, agar masyarakat mengetahui bahawa budidaya ikan patin

2
ini sangat mudah untuk dilakukan, dengan biaya yang tidak terlalu
banyak namun memberikan keuntungan yang tinggi.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini adalah:

1. Mengetahui teknik budidaya ikan patin di Klinik Agribisnis


2. Mengetahui analisa biaya pengeluaran pembudidayaan ikan patin
3. Mengetahui analisa biaya dan pendapatan pembudidayaan ikan patin

1.3. Manfaat
Adapun manfaat dari Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk
menambah wawasan ilmu pengetahuan, pengalaman dan memperoleh
keterampilan serta mendapatkan pengalaman kerja secara langsung
dalam kegiatan analisa biaya dan pendapatan pembudidayaan ikan patin
(Oreochromis niloticus) di Klinik Agribisnis agar semakin banyak
wirausaha dibidang pertanian

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biologi Ikan Patin


Menurut Kordik (2005), sistematika ikan patin
diklasifikasikan sebagai berikut:
Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Sub-kelas : Teleostei

Ordo : Ostariophysi

Sub-ordo : Siluroidae

Famili : Pangasidae

Genus : Pangasius

Spisies : Pangasius djambal


Djariah (2001) mengemukakan, Ikan patin memiliki
warna tubuh putih keperak-perakan dan punggung kebiru-
biruan, bentuk tubuh memanjang, kepala relatif kecil. Ujung
kepala terdapat mulut yang dilengkapi dua pasang sungut
pendek. Susanto dan Amri (2002) menambahkan, pada sirip
punggung memiliki sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi
patil yang bergerigi dan besar di sebelah belakangnya. Sirip ekor
membentuk cagak dan bentuknya simetris. Ikan patin tidak
mempunyai sisik, sirip dubur relatif panjang yang terletak di atas
lubang dubur terdiri dari 30-33 jari-jari lunak sedangkan sirip
perutnya memiliki enam jari-jari lunak. Sirip dada mempunyaii
12-13 jari-jari lunak dan sebuah jari- jari keras yang berubah
menjadi senjata yang dikenal dengan patil. Di bagian permukaan
punggung ikan patin terdapat sirip lemak yang berukuran kecil

Di Indonesia, ada dua macam ikan patin yang dikenal

4
yaitu patin lokal (Pangasius pangasius) atau sering pula disebut
jambal (Pangasius djambal) dan patin Bangkok atau patin Siam
(Pangasius hypophtalamus sinonim P. sutchi). Saanin (1984)
mengatakan, patin jambal memiliki sungut rahang atas jauh
lebih panjang dari setengah panjang kepala dan hidung sedikit
menonjol kemuka serta mata agak ke bawah. Sedangkan
Hernowo (2005) menjelaskan, Patin siam merupakan ikan
introduksi yang masuk ke Indonesia pada tahun 1972 dari
Thailand. Menurut Agribisnis & Aquacultures (2009), jenis ikan
patin yang benar- benar baru dan asli dari Indonesia adalah Patin
pasupati. Patin jenis ini dihasilkan dari persilangan antara patin
siam betina dan patin jambal jantan untuk pertama kalinya.
Keunggulan dari patin ini adalah memiliki daging yang
berwarna putih, kadar lemak yang relatif rendah, laju
pertumbuhan badan yang relatif cepat dan jumlah telur yang
relatif banyak. Daging yang berwarna putih dan bobot tubuh
yang besar diturunkan dari patin jambal, sementara jumlah telur
yang relatif banyak diturunkan dari patin siam.

2.2. Habitat Ikan Patin

Nurhamidah (2007) ikan patin yang dipelihara dalam kolam


dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 26,5-28 oC. Dalam
penelitian ini nilai pH berkisar antara 6,0-7,0. Menurut Arifin dan
Tupang (1983) dalam Nurhamidah (2007), pH yang Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia Septimesy, et al. (2016) 6 cocok untuk
kehidupan ikan patin siam berkisar 6,5-8,0. Kandungan oksigen
terlarut dalam penelitian ini berkisar antara 6,66 mg.L-1 sampai 7,69
mg L-1 . Konsentrasi oksigen tersebut masih layak untuk hidup ikan
patin. Menurut Legendre et al., (2000) dalam Kusdiarti (2003),
konsentrasi oksigen terlarut di atas 3 mg.L-1 masih termasuk dalam
batas toleransi ikan patin. bahkan keluarga dekat lele ini juga
dijumpai di sungai-sungai besar di Kalimantan, seperti Sungai

5
Kayan, Berau, Mahakam, Barito, Kahayan dan Kapuas.
Umumnya, ikan ini ditemukan di lokasi-lokasi tertentu di bagian
sungai, seperti lubuk (lembah sungai) yang dalam (Agribisnis &
Aquacultures, 2009). Susanto dan Amri (2002) mengatakan, ikan
patin bersifat nocturnal atau melakukan aktivitas dimalam hari
sebagaimana umumnya ikan catfish lainnya. Patin suka
bersembunyi di dalam liang-liang di tepi sungai habitat hidupnya
dan termasuk ikan dasar , hal ini bisa dilihat dari bentuk mulutnya
yang agak ke bawah.

Ikan ini mampu bertahan hidup pada perairan yang


kondisinya sangat jelek dan akan tumbuh normal di perairan
yang memenuhi persyaratan ideal sebagaimana habitat aslinya.
Kandungan oksigen (O2) yang cukup baik untuk kehidupan ikan
patin berkisar 2-5 ppm dengan kandungan karbondioksida (CO 2)
tidak lebih 12,0 ppm. Nilai pH atau derajat keasaman adalah
7,2-7,5, konsentrasi sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) yang
masih dapat ditoleransi oleh ikan patin yaitu 1 ppm. Keadaan
suhu air yang optimal untuk kehidupan ikan patin antara 28 0 C-
290 C. Ikan patin lebih menyukai perairan yang memiliki
fluktuasi suhu rendah. Kehidupan ikan patin mulai terganggu
apabila suhu perairan menurun sampai 140 C-150 C ataupun
meningkat diatas 350 C. Aktivitas patin terhenti pada perairan
yang suhunya dibawah 60 C atau diatas 420 C (Djariah, 2001).

2.3. Makanan dan Kebiasaan Makan Ikan Patin

Menurut Djariah (2001), Ikan patin memerlukan sumber


energi yang berasal dari makanan untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidup. Patin merupakan ikan pemakan segala
(omnivora), tetapi cenderung ke arah karnivora.

Susanto dan Amri (2002) menjelaskan, di alam makanan


utama ikan patin berupa udang renik (crustacea), insekta dan

6
moluska. Sementara makanan pelengkap ikan patin berupa
rotifera, ikan kecil dan daun-daunan yang ada di perairan.
Apabila dipelihara di jala apung, ikan patin ternyata tidak
menolak diberi pakan, sesuai dengan penelitian Arifin (1993)
dalam Cholik et al (2005) yang menyatakan bahwa ikan patin
sangat tanggap terhadap pakan buatan.

Benih ikan patin membutuhkan pakan buatan yang


mengandung protein lebih dari 30% (BSNI, 2009). Pakan buatan
yang mengandung protein 35%, memberikan pertumbuhan yang
terbaik pada benih ikan patin (Kordi, 2010). Pakan tersebut dapat
berupa pakan alami maupun pakan buatan (Sahwan, 2002). Pakan
buatan adalah pakan yang diformulasikan sendiri dari beberapa
macam bahan, kemudian diolah menjadi bentuk khusus
sebagaimana yang dikehendaki (Mudjiman, 2001). Pakan buatan
disusun menurut kebutuhan ikan, maka dari itu formulasi dan
bentuk pakan merupakan modifikasi pakan alami yang disesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing jenis dan tingkat pertumbuhan
serta perkembangan ikan. Kandungan nutrisi yang diperlukan oleh
ikan pada umumnya terdiri dari lima kelompok, yaitu : protein,
karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin (Agustono dkk., 2007).
Bahan baku utama dalam ransum pakan buatan yang umumnya
dipakai adalah tepung ikan dengan kandungan nutrisi menurut
Gusrina (2008) adalah protein 62,65%, lemak 6,5% dan karbohidrat
8,5%, akan tetapi bahan baku utama pada pakan buatan dapat juga
menggunakan bahan baku yang lain seperti tepung daging bekicot.
Murtidjo (1987) menyatakan bahwa tepung daging bekicot sebagai
bahan baku pakan, sangat dominan dimanfaatkan untuk pengganti
bahan baku tepung ikan dalam ransum pakan karena diketahui
memiliki nutrisi yang sebanding dengan tepung ikan. Sahwan
(2002) menyatakan bahwa kandungan nutrisi pada tepung daging
bekicot adalah proten berkisar antara 54,29- 64,14%, lemak 3,92-
4,18%, karbohidrat 30,45%. Murtidjo (1987) menyatakan bahwa

7
penggunaan tepung daging bekicot optimum dalam penyusunan
pakan buatan hingga 25%.

2.4. Kualitas Air


Hasil kualitas air yang dihasilkan dalam pemeliharaan ikan patin
siam pada setiap perlakuan masih berada dalam ambang batas kualitas
air yang normal untuk budidaya. Hasil pengukuran suhu pada setiap
wadah pemeliharaan ikan berkisar antara 27o -29ºC. Berdasarkan hasil
pengukuran, suhu air pemeliharaan masih berada dalam ambang batas
optimal. Suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan
ikan. Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan
kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan ikan bahkan menyebabkan
kematian bila kenaikan suhu naik drastis (Kordi dan Tancung, 2005).

Hasil pengukuran pH pada setiap perlakuan berkisar antara 6,0 -


6,8 dan masih berada dalam kisaran optimal untuk budidaya yaitu 6-9.
Power hydrogen (pH) yang sering disebut derajat keasaman sangat
berpengaruh dalam kehidupan ikan di perairan. Menurut Daelami dalam
Almaidah (2014), keadaan pH yang dapat mengganggu kehidupan ikan
adalah pH yang terlalu rendah (sangat asam) dan pH yang terlalu tinggi
(sangat basa). Kualitas air dijaga dengan menyipon feses ikan dan
pergantian air media pemeliharaan sekitar 25% setiap hari. Kualitas air
dimonitor selama pemeliharaan dengan parameter dan kisaran: oksigen
terlarut 4,4-6,5 mg/l, suhu 27-29 oC, pH 6,5-7,5 dan amonia 0,036-0,07
mg/l.

2.5. Penebaran
Berdasarkan analisis ragam padat tebar tidak berpengaruh nyata
terhadap kelangsungan hidup benih ikan patin. Menurut Wedemeyer
(1996), peningkatan padat penebaran akan mengganggu proses Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia Septimesy, et al. (2016) 5 fisiologi dan
tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang pada akhirnya dapat
menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis sehingga pemanfaatan
makanan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup mengalami penurunan.

8
2.6. Pembesaran
Menurut Jangkaru (2004), pembesaran ikan merupakan
bagian dari usaha budi daya ikan. Pembesaran adalah suatu
usaha pemeliharaan ikan yang dimulai dari ikan lepas dederan
dan berakhir sampai mencapai ukuran kunsumsi atau ukuran
untuk pasar. Sedangkan Susanto dan Amri (2002) mengartikan,
pembesaran ikan merupakan kegiatan untuk menghasilkan ikan
yang siap konsumsi. Produk akhirnya berupa ikan konsumsi,
meskipun ukuran ikan yang dikonsumsi bisa saja berbeda sesuai
dengan kebutuhan pasar.

2.7. Teori Biaya dan Pendapatan

2.7.1. Teori Biaya


Biaya adalah sejumlah nilai uang yang dikeluarkan oleh
produsen atau pengusaha untuk mengongkosi kegiatan produksi
(Supardi, 2004). Menurut Hernanto (1994) dalam Zulfahmi (2011)
biaya produksi dalam usahatani dapat dibedakan berdasarkan:

1) Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan yang terdiri dari


biaya tetap dan biaya variabel (tidak tetap). Biaya tetap adalah biaya
yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi,
misalnya pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat bangunan
pertanian, dan bunga pinjaman. Biaya variabel adalah biaya yang
berhubungan langsung dengan jumlah produksi, misalnya biaya
pengeluaran untuk benih, pupuk, obat-obatan, dan biaya tenaga kerja.

2) Berdasarkan yang langsung dikeluarkan dan diperhitungkan terdiri dari


biaya tunai dan biaya tidak tunai. Biaya tunai adalah biaya tetap dan
biaya variabel yang dibayar tunai. Biaya tetap misalnya pajak. tanah
dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya pengeluaran
untuk benih, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja luar keluarga.
Biaya tidak tunai (diperhitungkan) adalah biaya penyusutan alat-alat
pertanian, sewa lahan milik sendiri, dan tenaga kerja dalam keluarga.

9
2.7.2. Teori Pendapatan
Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan
maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari
seorang warga masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-
faktor produksi yang dimilikinya pada sector produksi. Sektor
produksi ini membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan
sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar
factor produksi. Harga faktor produksi dipasar faktor produksi (seperti
halnya juga untuk barang-barang dipasar barang) ditentukan oleh tarik
menarik, antara penawaran dan permintaan ( Suryananto, 2005).

10
Winardi (2002) menyatakan bahwa pendapatan adalah semua
penghasilan yang diperoleh dari pihak lain sebagai tanda balas jasa yang
diberikan dimana penghasilan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga atau perseorangan. Pendapatan merupakan suatu tujuan utama dari
perusahaan karena dengan adanya

pendapatan maka operasional perusahaan kedepan akan berjalan dengan


baik atau dengan kata lain bahwa pendapatan merupakan suatu alat untuk
kelangsungan hidup perusahaan. Winardi juga mengemukakan pengertian
pendapatan adalah sebagai saluran penerimaan baik berupa uang maupun barang
baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri yang dimulai dengan sejumlah
uang atau jasa atas dasar harga yang berlaku pada saat itu. Membahas dan
membicarakan masalah pendapatan pemikiran orang selalu tertuju pada nilai
uang yang diterima oleh seseorang bahkan masih banyak pengertian lain yang
timbul dalam diri seseorang. Pengertian pendapatan yang dimaksud disini adalah
semua barangbarang dan jasa jasa serta uang yang diterima baik secara individu
maupun golongan masyarakat dalam jangka waktu tertentu. Tinggi rendahnya
pendapatan seseorang sangat tergantung pada ketrampilan, keahlian, luasnya
kesempatan kerja dan besarnya modal yang digunakan untuk menghasilkan
pendapatan tersebut dalam suatu periode tertentu yang juga sering disebut dengan
investasi, jadi jika investasi besar maka pendapatan mereka juga akan bertambah.
Tujuan pokok dijalankannya suatu usaha perdagangan adalah untuk memperoleh
pendapatan, dimana pendapatan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan kelangsungan hidup usaha perdagangannya.

8
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIK LAPANGAN

3.1. Tempat dan Waktu

Praktik lapangan ini akan dilaksanakan pada bulan September 2019


sampai Oktober 2019, yang bertempat di “Klinik Agribisnis” Program
Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya, Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalan praktek ini meliputi, ikan


patin, pakan ikan dan obat-obatan. Sedangkan alat yang
diperlukan antara lain, waring, bambu, meteran, timbangan,
penggaris, ember, serokan, alat tulis dan dokumentasi.
3.3. Prosedur Praktikum

3.3.1. Persiapan
Sebelum melaksanakan praktek lapangan terlebih dahulu
segala persiapan untuk kerja di lapangan dipersiapkan, persiapan
ini seperti pengurusan kelengkapan administrasi dan adanya
koordinasi dengan klinik agribisnis, dan juga membersihkan kolam
klinik agribisnis Universitas Sriwijaya.

3.3.2. Pelaksanaan
1. Penebaran Benih
Padat penebaran merupakan hal penting yang harus
diperhatikan pada saat menebarkan benih. Jika padat penebaran
tinggi, dikhawatirkan terjadi kanibalisme terhadap ikan-ikan
yang lebih lemah. Selain itu, ikan menjadi rentan terhadap
penyakit akibat luka yang disebabkan oleh senggolan antar ikan
atau senggolan dengan dinding karamba. Padat penebaran juga
harus memperhatikan keterkaitan antara jumlah ikan yang
ditebar dengan daya tampung optimal dari tempat pembesaran.

9
Ukuran benih yang ditebar di karamba minimal telah
mencapai berat 50 gram per ekor atau panjang 2,5 – 3,5 inci.
Benih yang ditebar sebaiknya memiliki ukuran yang sama dan
seumur. Jika ada yang lebih besar atau lebih tua umurnya
dikhawatirkan akan mendominasi benih lainnya, baik dalam
persaingan hidup maupun persaingan mendapat makanan. Padat
penebaran benih yang disarankan adalah sekitar 5 kg/m 2. Padat
penebaran sebanyak itu akan menghasilkan panen sekitar 30 – 40
kg/m2. Apabila kolam yang dipakai seluas 500 m2 dengan padat
penebaran 10—20 ekor/m3 maka total benih yang ditebar sebanyak
5.000—10.000 ekor. Sedangkan padat penebaran benih di keramba
jaring apung (KJA) dan keramba bisa mencapai 50—100 ekor/m3.
(Rochdianto, 2005).
Agar ikan patin yang ditebar di waring tidak mengalami
stress, penebaran benih patin sebaiknya dilakukan pada pagi atau
sore hari saat suhu masih rendah. Penebaran dilakukan dengan
aklimatisasi yaitu benih patin yang berada dalam kantong plastik
pengangkutan dibiarkan mengapung di atas air selama 5 – 10
menit. Selanjutnya kantong plastik dibuka dan ditambahkan air
dari karamba jaring apung sedikit demi sedikit kedalam kantong
sampai kondisi air di dalam kantong sama dengan kondisi air di
dalam karamba jaring apung. Proses aklimatisasi ini selesai jika
ikan patin di dalam kantong plastik keluar dengan sendirinya ke
karamba.

2. Pemberian Pakan

Pakan harus mendapat perhatian yang serius karena pakan


sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan berat ikan dan
merupakan bagian terbesar dari biaya operasional dalam
pembesaran ikan patin. Berdasarkan hasil penelitian para ahli
perikanan, untuk mempercepat pertumbuhan ikan selama
pembesaran, setiap hari ikan patin perlu diberikan makanan

10
tambahan berupa pelet sebanyak 3 – 5% dari berat total
tubuhnya. Pemberian pakan dilakukan secara bertahap sebanyak
empat kali yaitu, pagi, siang, sore dan malam hari. Porsi
pemberian pakan pada malam hari sebaiknya lebih banyak
daripada pagi, siang dan sore hari, karena ikan patin lebih aktif
pada malam hari. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian
makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam
bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35 – 40 cm.

3. Pengendalian hama dan penyakit


Pada pembesaran ikan patin di waring erapung hama yang
mungkin menyerang antara lain linsang, biawak, ular air dan
burung. Ikan-ikan kecil yang masuk kedalam wadah budidaya
akan menjadi pesaing ikan patin dalam hal mencari makan dan
memperoleh oksigen. Semak belukar yang tumbuh di pinggir dan
disekitar lokasi dibersihkan secara rutin yang. Cara untuk
menghindari dari serangan burung bangau (Lepto-tilus
javanicus), pecuk (Phalacrocorax carbo sinensis), blekok
(Ramphalcyon capensis capensis) adalah dengan menutupi
bagian atas wadah budi daya dengan lembaran jaring dan
memasang kantong jaring tambahan di luar kantong jaring budi
daya. Cara ini berfungsi ganda, selain burung tidak dapat masuk,
ikan patin juga tidak akan berlompatan keluar.
Penyakit yang sering menyerang ikan patin terdiri dari dua
golongan yaitu penyakit infeksi yang timbul karena gangguan
organisme patogen dan penyakit non infeksi yang timbul karena
organisme lain. Penyebab penyakit infeksi adalah parasit, bakteri
dan jamur yang dapat menular. Sedangkan penyebab penyakit
non infeksi adalah keracunan dan kekurangan gizi.

Parasit dapat dikendalikan dengan metil biru atau


methilene blue konsentrasi 1% (satu gram metil biru dalam 100
cc air). Pengendalian jamur menggunakan malachyt green

11
oxalate sejumlah 2 –3 g/m air (1 liter) selama 30 menit.
Sedangkan Penyakit bakteri dapat dibasmi dengan merendam
ikan dalam larutan kalium permanganat (PK) 10-20 ppm selama
30–60 menit, Merendam ikan dalam larutan nitrofuran 5- 10 ppm
selama 12–24 jam atau merendam ikan dalam larutan
oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam.

4. Pengontrolan dan Perawatan waring


Pengontrolan dan perawatan wadah budi daya perlu
diperhatikan secara periodik. Setiap kali selesai panen, jaring
harus diangkat dan bila ada bagian- bagian jaring yang rusak atau
sobek, sesegera mungkin diperbaiki atau diganti. Apabila hal ini
tidak dilakukan maka ikan akan lolos dari jaring atau hama dapat
masuk ke dalam jaring dan memangsa ikan peliharaan.
Pengontrolan serupa juga pelu dilakukan untuk peralatan lainnya
seperti pelampung, kerangka keramba dan tali temali. Kerusakan
jaring biasanya lebih banyak disebabkan oleh jasad penempel
sehingga bila terlihat ada binatang tertentu yang menempel pada
jaring segera dibuang. Bagian yang berlumut atau tertutup
lumpur harus dibersihkan. Sampah-sampah yang menempel juga
dibersihkan agar tidak mengganggu aliran air yang masuk atau
keluar.

5. Pemanenan
Pada umumnya panen pada pembesaran ikan patin dapat
dilakukan setelah 6 – 12 bulan pada saat ikan mencapai ukuran
berat satu kilogram. Ikan patin yang dipelihara di karamba jaring
apung dengan ukuran awal 5 inci membutuhkan waktu selama 6
– 8 bulan untuk mencapai ukuran satu kilogram.
Pemanenan dilakukan secara selektif karena pertumbuhan
ikan tidak seragam. Cara panen ikan patin adalah dengan
menggunakan serok atau alat tangkap lainnya. Penanganan saat

12
pemanenan harus hati-hati dan menghindari adanya luka karena
dapat menurunkan mutu dan harga jual ikan. Penangkapan
langsung menggunakan tangan sebaiknya tidak dilakukan karena
tangan bisa terluka terkena patil atau duri sirip ikan. Untuk
menjaga mutu ikan yang dipanen, sehari sebelum dipanen
biasanya pemberian pakan dihentikan (diberokan).

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Metode studi pustaka


Metode studi pustaka adalah suatu metode atau cara untuk
menganalisis data dengan cara mengumpulkan informasi-
informasi dari berbagai literatur dan mengkaji sumber-sumber
pustaka yang berhubungan dengan permasalahan yang diamati.

3.4.2. Metode partisipatif


Metode ini merupakan praktek langsung di lapangan,
berperan aktif dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
pemilik usaha atau pembudidaya selama praktek lapangan
berlangsung. data yang dikumpulkan seperti penebaran benih,
metode pemberian pakan, perawatan dan pengontrolan keramba,
pengendalian hama penyakit serta analisis finansial.

3.4.3. Metode wawancara dan observasi


Metode ini merupakan metode pengumpulan data dengan
cara komunikasi atau kegiatan tanya jawab dengan pembudidaya
responden atau pemilik usaha. Adapun data yang akan diambil
melalui wawancara ini data yang tidak dimiliki oleh peserta
praktek seperti keadaan umum lokasi keramba, sejarah
berdirinya usaha, struktur organisasi, sistem manajemen dan
aspek pemasaran. Sedangkan metode observasi adalah metode
pengumpulan data yaitu dengan cara melakukan pengamatan
langsung terhadap proses kegiatan pembesaran ikan patin selama
praktek berlangsung.

13
3.4.4. Metode Diskriptif
Metode diskriptif terdiri dari kegiatan-kegiatan
mengumpulkan, mengklarifikasikan, menganalisa dan
menginterprestasikan data secara akurat dan optimal sehingga
diperoleh hasil yang baik.

3.5. Data Yang Dikumpulkan

3.5.1. Data Primer


Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari
pembudidaya ikan. Biasanya merupakan fakta, fenomena, kasus
yang didapat langsung dari lapangan, termasuk informasi
langsung dari masyarakat, kebiasaan yang muncul dihadapan
penulis, ataupun kasus hukum yang terjadi disekitar. Singkatnya
merupakan suatu data yang belum diolah. Data primer diperoleh
dengan pengumpulan data yang dilakukan sendiri dengan terjun
langsung ke lapangan sewaktu pelaksanaan praktikum. Adapun
data primer yang dikumpulkan adalah sebagai berikut:

3.5.1.1. Kelangsungan Hidup


Kelangsungan hidup dapat dinyatakan sebagai persentase
jumlah ikan yang hidup dibagi dengan jumlah ikan yang ditebar
selama jangka waktu pemeliharaan (Effendie, 1997), yang
dinyatakan dengan rumus:
Nt
SR = x 100 %
No
Keterangan :

SR = Kelangsungan hidup ikan (%)


Nt = Jumblah ikan yang hidup pada akhir periode
No = Jumblah ikan yang hidup pada akhir periode

3.5.1.2. Pertumbuhan Ikan


Pengamatan pertumbuhan ikan dapat dilihat dengan
dengan mengukur laju pertumbuhan harian relatif ikan, yaitu

14
persentase pertumbuhan berat yang dicapai pada akhir
pengamatan (Cholik et al., 2005), dihitung dengan rumus :
Wt−Wo
G= ×100 %
Wo
H

Keterangan :

G : Pertumbuhan Harian Relatif

Wt : Berat Rata-rata Ikan Akhir

Wo : Berat Rata-rata Ikan Awal

H : Lama

3.5.1.3. Konversi Pakan


Menurut Khordik (2005), penggunaan pakan dapat
diketahui dengan menghitung rasio konversi pakan (RKP) yang
biasa dikenal dengan FCR (feed convertion ratio), yaitu dengan
membandingkan antara jumlah pakan yang diberikan terhadap
jumlah penambahan bobot ikan. Selain FCR, Djarijah (1995)
menambahkan, pemanfatan pakan juga dapat dihitung dengan
rasio efesiensi pakan atau food efficiency ratio (FER) yaitu
membandingkan persentase penambahan bobot dengan jumlah
pakan yang diberikan.

Rumus Convertion Ratio (Khordik, 2005).

jumblah pakan yang diberikan


FCR=
jumblah penambahan bobot ikan

( Wt+ D )−Wo
FER= X 100 %
F

Keterangan :

Wt : Berat total akhir ikan

15
Wo : Berat total awal ikan

D : Berat total ikan yang mati

F : Total pakan yang diberikan

3.6. Metode Analisis Data

3.6.1. Perhitungan Biaya Total


Analisis data yang digunakan untuk menghitung struktur biaya pada
pedagang sayur menggunakan perhitungan biaya total. Menurut Soekartawi
(2003), biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam
usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya
tidak tetap.

3.6.1.1. Biaya Tetap (fixed cost)


Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak mempengaruhi
jumlah produk yang dijual yang meliputi sewa tempat dagang dan iuran yang
dinyatakan dalam rupiah. Menurut Soekartawi (2003), cara menghitung biaya
tetap (fixed cost) adalah sebagai berikut:

n
TFC =∑ X . P x i
i=l

Dimana:

TFC= Biaya tetap (fixed cost)

X = Jumlah fisik yang membentuk biaya tetap

Px = Harga input

n = Macam input

3.6.1.2. Biaya Variabel (variable cost)


Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya mempunyai pengaruh
langsung terhadap jumlah produk yang dijual. Apabila biaya variabel ditambah
maka produk yang dijual juga bertambah, begitu juga sebaliknya. Jika biaya
variabel dikurangi maka jumlah produk yang dijual berkurang. Biaya variabel
meliputi biaya pembelian sayuran dan biaya pengemasan. Menurut Soekartawi
(2003), untuk menghitung biaya variabel (variable cost) dapat digunakan rumus:

16
n
1
n
TVC =∑ Bv
i=l

Dimana:
TVC = biaya tetap (variable cost)
Bv = biaya variabel dari setiap input
n = banyak input

3.6.1.3. Biaya Total (total cost)


Menurut Rahim dan Hastuti (2007), total biaya atau total cost adalah
jumlah dari biaya tetap atau fixed cost dan biaya tidak tetap atau variable
cost. Untuk menghitung total biaya (total cost) dapat digunakan rumus:

TC=TFC+TVC
Dimana:
TC = Biaya total
TFC = Biaya tetap total
TVC = Biaya variabel total

3.6.2. Analisis Pendapatan


Analisis data untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh
adalah dengan menggunakan analisis pendapatan, sedangkan untuk mengetahui
apakah usaha menguntungkan atau tidak adalah dengan menggunakan
perhitungan keuntungan. Pendapatan usaha adalah keuntungan yang diperoleh
setelah penerimaan (dari hasil penjualan) dikurangkan dengan biaya yang
dikeluarkan dalam proses kegiatan pemasaran. Analisis pendapatan digunakan
untuk mengukur apakah kegiatan usaha saat ini menguntungkan atau tidak.
Informasi yang dibutuhkan dalam analisis pendapatan usaha adalah total
penerimaan dan total pengeluaran usaha dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan.

17
Menurut Mubyarto (1994), total penerimaan dari suatu usaha

dapat dihitung dengan rumus:


TR = P x Q
Keterangan:
TR = Total penerimaan
(Rp/hari) P = Harga
produk (Rp/Kg)
Q = Jumlah produk yang terjual (Kg/hari)

Besarnya pendapatan/laba diperoleh dari

𝛑 = TR – TC

Keterangan :

𝛑 = Pendapatan (Rp/hari)
TR = Total penerimaan
(Rp/hari) TC = Total
biaya (Rp/hari)

Kriteria:

Jika total penerimaan > total biaya, maka usaha untung.


Jika total penerimaan = total biaya, maka usaha berada pada titik impas.
Jika total penerimaan < total biaya, maka usaha tersebut merugi.

3.7. Jadwal Kegiatan

NO Jadwal September Oktober November


Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan x
Judul

2 Studi Literatur x x

18
3 Konsultasi x x

4 Pelaksanaan x x x x X x x x x x
Praktik
Lapangan
5 Penyusunan x x x
Laporan

Keterangan :

1,2,3,4 : Minggu

X :Pelaksanaan Minggu Ke

19
DAFTAR PUSTAKA

Agribisnis & Aquacultures. 2008. Prospek Usaha Ikan Patin Menjanjikan.


http://citra karyanusantara.blogspot.com/. (Akses 12 September
2019).
Agustono., W. P. Lokapirnasari, H. Setyono dan T. Nurhajati. 2007. Pengantar
Teknologi Pakan Ikan. Universitas Airlangga. hal. 29- 37
Almaidah, H. 2014. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Tapa(Wallago
leeri)dalam Sistem Resirkulasi Dengan Debit Air Berbeda. Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNRI.Pekanbaru.
Amri, K., & H. Khairuman. 2011. Budidaya dan Bisnis 15 Ikan Konsumsi. Jakarta
Selatan: PT AgroMedia Pustaka.
Andriyanto S, Tahapari E, Insan I.2012. Pendederan Ikan Patin di Kolam
Outdoor Untuk Menghasilkan Benih Siap Tebar di Waduk Malahayu,
Brebes, Jawa Tengah. Media Akuakultur Volume 7 Nomor 1 Tahun 2012.
Badan Standardisasi Nasional Indonesia (BSNI). 2009. Ikan Patin Djambal
(Pangasius djambal). Bagian 3 : Kelas Benih Sebar. SNI : 7471.3.
Jakarta. www.perikananbudidaya.dkp.go.id. 23 Oktober 2010. 12 hal.
Cholik, F., Jagatraya, A.G., Poernomo, R.P. dan Jauzi, A. 2005. Akuakultur
Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. Masyarakat Perikanan
Nusantara dan Taman Akuarium Air Tawar Taman Mini Indonesia
Indah. Jakarta. 415 hal
Djariah, A.S. 2001. Budi Daya Ikan
Patin.Kanisius.Yogyakarta.87
,1995. Pakan Alami. Kanisius. Yogyakarta
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara.
Yogyakarta. 163 hal
Effendi, H. 2007. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 hal
Gusrina, 2008. Budidaya Ikan. Edisi kedua. Departemen Pendidikan
Nasional.Jakarta. www.ftp.lipi.go.id. 22 Oktober 2010. 284 hal

20
Hernowo. 2001. Pembenihan Patin Skala Kecil dan Besar, Solusi
Permasalahan. Penebar Swadaya. Jakarta. 66 hal
Jangkaru, Z. 2004. Pembesaran Ikan Air Tawar di Berbagai
Lingkungan Pemeliharaan. Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hal
Kordi, M.G.H. dan A.B. Tancung. 2005. Pengelolaan Kualitas Air. PT Rineka
Cipta, Jakarta.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2016. Laporan Kinerja(LKJ)
Direktorat Jendral Perikanan Budidaya tahun 2016. Jakarta (ID) : KKP
Minggawati, I., Saptono. (2011). Analisa Usaha Pembesaran Ikan Patin
Jamb(Pangasius djambal) dalam Kolam di desa Sidomulyo
Kabupaten Kuala Kapuas.Media Sains 3(1).
Mudjiman, A. 2001. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. hal. 100-178.
Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius. hal. 1-73.
Nurhamidah D. 2007.Pengaruh Padat Penebaran Pada Benih IkanPatin.(Pangasius
hypophthalmus)dengan Sistem Resirkulasi. Skripsi (Departemen Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian. Bogor.
Probowo HS. 2000. Parlaungan, I. 2010. Tinjauan Teknologi Pembesaran
IkanPatin. Dari Tinjauan Teknologi Pembesaran Ikan Patin Web Site:
http://bakorluh.riau.go.id. Diakses pada tanggal 19 September 2019.
Rochdianto, A. 2005. Budi Daya Ikan di Jaring Terapung. Penebar Swadaya.
Jakarta.98 hal.
Sahwan, M. F. 2002. Pakan Ikan dan Udang. Penebar Swadaya. Jakarta. 95 hal.
Sogbesan, A. O and Ugwumba A.
Supardi, dan Anwar, S. 2004. Dasar-dasar Perilaku Organisasii. UII Press.
Yogyakarta.
Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. Rajagrafindo Pustaka. Jakarta.

. 2003. Prinsip Ekonomi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.


Susanto, H dan Amri, K. 2002. Budi Daya Ikan Patin. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Susanto, A., Hermawan, D. 2013. Tingkah Laku Ikan Nila Terhadap Warna
Cahaya Lampu Yang Berbeda. Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan Juni
2013,Vol.2 No.1(ISSN 23026308), 47-53.

21
Wedemeyer GA. 1996. Physiology of Fish in Intensive Culture Systems.Chapman
ang, Hall. USA.
Winardi. 2002. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. PT
RajaGrafindo Persada. Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai