Anda di halaman 1dari 23

PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA DOLPHIN UNTUK TERMINAL

CPO DI MONANO, GORONTALO UTARA

Muhammad Diar Fathurrohman1 dan Harman Ajiwibowo2

Program Studi Teknik Kelautan


Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha 10, Bandung, 40132
1
mdiarfathur@gmail.com dan 2harman.ajiwibowo65@gmail.com

Kata Kunci: Desain, Struktur, Dermaga, Dolphin, CPO

Abstrak: Indonesia sebagai negara produsen minyak kepala sawit (CPO) terbesar didunia. Di
Provinsi Gorontalo akan dilakukan penambahan lahan kelapa sawit. Diperlukannya dermaga bongkar
muat CPO di Provinsi Gorontalo, maka dibangunlah di Kecamatan Monano, Kabupaten Gorontalo
Utara. Dermaga yang dirancang adalah dermaga tipe dolphin. Lingkup bahasan tugas akhir meliputi
penjelasan kriteria desain struktur dermaga, perhitungan beban-beban yang bekerja pada dermaga,
penentuan dimensi dermaga, analisis struktur dermaga, desain penulangan elemen struktural beton,
dan analisis daya dukung tanah. Acuan desain dermaga secara umum didapatkan dari dokumen
British Standard. Sedangkan, kriteria desain untuk elemen struktural menggunakan dokumen SNI
1729: 2012 untuk baja dan SNI 2847: 2013 untuk beton.

Struktur yang didesain terdiri dari empat struktur, yaitu loading platform, berthing dolphin, mooring
dolphin, dan trestle. Analisis struktur dermaga dilakukan menggunakan perangkat lunak SAP2000.
Dari pemodelan, dihasilkan nilai UCR sebesar 0.831 untuk tiang pancang loading platform, 0.891
untuk tiang pancang berthing dolphin, 0.91 tiang pancang mooring dolphin, dan 0.84 tiang pancang
trestle. Juga dihasilkan reaksi perletakan sebesar 939.48 kN untuk struktur loading platform, 1687.48
kN untuk struktur berthing dolphin, 1210.61 kN untuk struktur mooring dolphin, dan 795.75 kN
untuk struktur trestle. Sehingga, tiang pancang dipancang sampai kedalaman 16 meter untuk struktur
loading platform, 30 meter untuk struktur berthing dolphin, 34 meter untuk struktur mooring dolphin,
dan 14 meter untuk struktur trestle. Kedalaman pancang yang dihitung dari dasar perairan.
PENDAHULUAN

Indonesia, dikenal dunia memiliki prestasi pada sektor perkebunan, yaitu negara dengan luas area dan
produksi minyak kelapa sawit (CPO) terbesar di dunia. Menurut data Statistik Perkebunan Indonesia
tentang Kelapa Sawit tahun 2015-2017, total luas area perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada
saat ini mencapai sekitar 11.914.499 hektar. Jumlah ini diduga akan bertambah menjadi 13 juta hektar
pada tahun 2020. Pada tahun 2016, produksi minyak kelapa sawit sendiri mencapai 33.2 juta Ton
dengan total 24.15 juta ton yang di ekspor keluar indonesia. Di Gorontalo sendiri, luas area
perkebunan kelapa sawit mencapai 12.263 hektar, dan produksi hanya baru mencapai angka 121 ton
pada tahun 2016 (Ditjenbun, Statistik Perkebunan Indonesia tentang Kelapa Sawit 2015-2017).
Dengan jumlah tersebut, sehingga dibutuhkan perancangan dermaga jenis dolphin untuk menunjang
kebutuhan bongkar muat terminal CPO di lokasi lintas Sulawesi, yaitu Monano, Kabupaten Gorontalo
Utara. Lokasi perancangan dermaga ini ditampilkan pada Gambar 1 dan Gambar 4.

Gambar 1. Peta Orientasi Pulau Sulawesi


(sumber: Google Earth Pro, diakses tanggal 25 Juli 2017)
Gambar 2. Peta Orientasi Provinsi Gorontalo
(sumber: Google Earth Pro, diakses tanggal 25 Juli 2017)

Gambar 3. Peta Orientasi Kabupaten Gorontalo Utara


(sumber: Google Earth Pro, diakses tanggal 25 Juli 2017)
Gambar 4. Peta Lokasi Rencana Dermaga
(sumber: Google Earth Pro, diakses tanggal 25 Juli 2017)

TEORI DAN METODOLOGI

Metodologi pengerjaan Tugas Akhir ditunjukkan pada Gambar 5. Data awal yang digunakan
merupakan data sekunder berupa data angin, pasang surut, arus, karakteristik kapal, dan data tanah.
Dari data angin tersebut kemudian dilakukan hindcasting untuk mendapatkan data gelombang,
kemudian dilakukan analisis ekstrim untuk data angin dan data gelombang. Sehingga, didapatkan
angin dengan kecepatan 22.77 m/s dan tinggi gelombang sebesar 1.5 meter dengan periode 5.42 detik.
Data pasang surut diolah menggunakan perangkat lunak ERGTIDE, ERGRAM, dan ERGELV
(Gandanegara, 2000). Kondisi tunggang pasang di Pelabuhan Bitung sebesar 2.7 meter. Kapal yang
direncanakan berlabuh adalah kapal tanker 30.000 DWT dengan draft sebesar 10.8 meter. Kedalaman
perairan di depan dermaga adalah 14 meter dari LWS (lowest water spring). Arus yang digunakan
adalah arus terbesar dari yang tercatat data, yaitu sebesar 0.18 m/s. Dermaga yang dirancang berupa
dermaga dolphin dengan empat struktur dengan referensi standar utama dari British Standard (BS)
dan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Perhitungan beban pada dermaga berbeda-beda setiap strukturnya. Untuk struktur loading platform,
beban struktur, beban sistem perpiaan, beban hidup tipikal (Thoresen, 2014), beban loading arm,
beban bollard, dan beban tambat (mooring). Untuk struktur berthing dolphin terdapat beban berlabuh
(berthing), beban sistem fender, beban struktur, dan beban manusia. Untuk struktur mooring dolphin
terdapat beban tambat, beban bollard, beban struktur dan beban manusia. Untuk struktur trestle
terdapat beban beban struktur, beban sistem perpiaan, dan beban hidup tipikal (Thoresen, 2014).
Beban-beban tersebut diaplikasikan pada pemodelan struktur, sedangkan beban lingkungan seperti
gempa, gelombang, dan arus hanya dimasukkan parameter-parameternya saja. Keluaran dari
perangkat lunak analisis struktur, berupa gaya dalam dan reaksi perletakan, digunakan untuk proses
analisis selanjutnya yaitu penulangan dan daya dukung tanah.

Gambar 5. Diagram Alir Metodologi Pengerjaan Tugas Akhir


HASIL DAN ANALISIS
Terdapat empat struktur yang akan dirancang, yaitu struktur loading platform, berhing dolphin,
mooring dolphin, dan trestle. Struktur loading platform berukuran (14 x 13.5) m2, struktur berthing
dolphin berukuran (6 x 6) m2, struktur mooring dolphin berukuran (4 x 4) m2, dan struktur trestle
akan dirancang dengan lebar 6 meter dam sepanjang 550 meter yang dibagi menjadi 10 modul
berukuran 55 meter. Keempat struktur ini akan dibangun di elevasi +4.5 meter dari LWS. Layout
dermaga yang akan dirancang ditampilkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Layout Dermaga Rencana


Keempat struktur tersebut, kemudian dimodelkan dengan perangkat lunak analisis struktur kedalam
bentuk elemen-elemen struktural berupa tiang pancang baja, balok beton, dan pelat beton. Keluaran
pemodelan yang dianalisis adalah nilai unity check ratio (UCR) untuk tiang pancang baja, nilai
defleksi untuk tiang pancang dan balok, serta gaya dalam untuk elemen struktur beton. Dimensi
elemen struktural tiap struktur ditampilkan pada Tabel 1. Sedangkan, gambar keempat struktur ini
ditampilkan pada Gambar 7 sampai Gambar 12.

Tabel 1. Dimensi Elemen Struktural tiap Struktur

Struktur Elemen Parameter Nilai Satuan

Pelat Tebal 250 mm


Tinggi 800 mm
Balok
Lebar 600 mm
Tiang Diameter 660 mm
Loading Platform
Pancang Ketebalan 15.9 mm
Tinggi 1000 mm
Pile Cap Panjang 1000 mm
Lebar 1000 mm
Tinggi 1000 mm
Pile Cap Panjang 6000 mm
Lebar 6000 mm
Tinggi 2500 mm
Berthing Dolphin Plank
Panjang 2000 mm
Fender
Lebar 6000 mm
Tiang Diameter 864 mm
Pancang Ketebalan 20.6 mm
Tinggi 1000 mm
Pile Cap Panjang 4000 mm
Mooring Dolphin Lebar 4000 mm
Tiang Diameter 660 mm
Pancang Ketebalan 22.2 mm
Pelat Tebal 200 mm
Tinggi 800 mm
Balok
Lebar 400 mm
Tinggi 800 mm
Balok
Lebar 500 mm
Trestle
Tiang Diameter 508 mm
Pancang Ketebalan 15.9 mm
Tinggi 1000 mm
Pile Cap Panjang 1000 mm
Lebar 1000 mm
Gambar 7. Tampak Atas Loading Platform

(a) (b)
Gambar 8. (a) Tampak Atas Berthing Dolphin, (b) Tampak Samping Berthing Dolphin
(a) (b)
Gambar 9. (a) Tampak Atas Moorng Dolphin, (b) Tampak Samping Mooring Dolphin

Gambar 10. Tampak Atas Trestle

Gambar 11. Tampak Samping Trestle


Gambar 12. Tampak Depan Tresle

Keluaran pemodelan berupa UCR tiang pancang tiap struktur ditunjukan pada Tabel 2. Kemudian,
pada Tabel 3 dan Tabel 4, ditampilkan defleksi tiang pancang terbesar untuk beban tetap dan beban
sementara. Pada Tabel 5, ditampilkan defleksi balok terbesar tiap struktur.

Tabel 2. Nilai UCR Terbesar Tiap Struktur

Struktur UCR Keterangan

Loading Platform 0.831 OK


Berthing Dolphin 0.891 OK
Mooring Dolphin 0.91 OK
Trestle 0.84 OK

Tabel 3. Nilai Defleksi Tiang Pancang Akibat Beban Tetap

Struktur Defleksi Arah Keterangan

0.00018 U1
Loading Platform OK
-0.0081 U2
3.50E-15 U1
Berthing Dolphin OK
0.0051 U2
4.40E-17 U1
Mooring Dolphin OK
1.60E-16 U2
0.00014 U1
Trestle OK
-0.00031 U2
Tabel 4. Nilai Defleksi Tiang Pancang Akibat Beban Sementara

Struktur Defleksi Arah Keterangan

0.1147 U1
Loading Platform OK
-0.1131 U2
0.0991 U1
Berthing Dolphin OK
-0.123 U2
0.0242 U1
Mooring Dolphin OK
0.1035 U2
0.1107 U1
Trestle OK
-0.984 U2

Tabel 5. Nilai Defleksi Balok Terbesar

Struktur Elemen Defleksi (m) Keterangan


Loading Platform Balok 0.0159 OK
Balok Melebar -0.016 OK
Trestle Balok
-0.0168 OK
Memanjang

Keluaran UCR menunjukkan nilai di rentang 0.8< UCR < 1 yang menandakan bahwa desain
penampang tiang pancang sudah optimal. Selain itu nilai defleksi pada tiang pancang dan balok
semuanya berada di bawah batas izin defleksi. Maka desain penampang dapat digunakan pada
struktur dermaga rencana. Keluaran perangkat lunak analisis struktur berupa gaya dalam digunakan
untuk perancangan tulangan pada elemen beton. Rangkuman desain tulangan pada elemen beton
ditunjukkan pada
Tabel 6. Ilustrasi penulangannya ditampilkan pada Gambar 13 sampai Gambar 27.
Tabel 6. Penulangan Elemen tiap Struktur

Tulangan Atas Tulangan Bawah


Struktur Elemen Sengkang
X Y X Y

Balok 14D22 14D22 Ø10-140

Loading Platform Pelat D16-90 D16-80 D16-90 D16-80 -

Pile Cap D13-60 D13-60 D13-60 D13-60 -

Berthing Dolphin Pile Cap D13-60 D13-60 D13-60 D13-60 -

Mooring Dolphin Pile Cap D13-60 D13-60 D13-60 D13-60 -

Balok Melebar 9D19 8D19 Ø10-180

Balok Memanjang 12D25 10D25 Ø12-120


Trestle
Pelat D13-100 D13-80 D13-100 D13-80 -

Pile Cap D13-60 D13-60 D13-60 D13-60 -

Gambar 13. Potongan Balok Loading Platform


Gambar 14. Penampang Balok Loading Platform

Gambar 15. Potongan Penampang Pelat Loading Platform

Gambar 16. Potongan Pile Cap Loading Platform


Gambar 17. Tampak Atas Penulangan Berthing Dolphin

Gambar 18. Tampak Potongan Penulangan Berthing Dolphin


Gambar 19. Potongan 2-2 Berthing Dolphin

Gambar 20. Tampak Atas Penulangan Mooring Dolphin


Gambar 21. Tampak Potongan Penulangan Mooring Dolphin

Gambar 22. Potongan Balok Melebar Trestle


Gambar 23. Penampang Balok Melebar Trestle

Gambar 24. Potongan Balok Memanjang Trestle

Gambar 25. Penampang Balok Memanjang Trestle


Gambar 26. Potongan Penampang Pelat Trestle

Gambar 27. Potongan Pile Cap Tresle


Dari pemodelan juga, dikeluarkan hasil reaksi perletakan untuk masing-masing struktur. Dari reaksi
tersebut kemudian dihitung daya dukung tanahnya, sehingga dapat diketahui seberapa dalam
pemancangan tiang pancang. Reaksi perlatakan dan kedalaman pemancangan untuk masing-masing
struktur ditampilkan pada . Untuk grafik daya dukung tanah dari tiap struktur, ditampilkan pada .
Tabel 7. Reaksi Perlatakan dan Kedalaman Pancang Tiap Struktur (dari dasar laut)

Kedalaman Pancang
Struktur Jenis Reaksi Nilai (kN)
(m)
Tekan 939.48
Loading Platform 16
Tarik 401.26
Tekan 1687.48
Berthing Dolphin 30
Tarik 1039.83
Tekan 1210.61
Mooring Dolphin 34
Tarik 897.8
Tekan 795.75
Trestle 14
Tarik 157.6

Gambar 28. Grafik Daya Dukung Tanah untuk Struktur Loading Platform
Gambar 29. Grafik Daya Dukung Tanah untuk Struktur Berthing Dolphin

Gambar 30. Grafik Daya Dukung Tanah untuk Struktur Mooring Dolphin
Gambar 31. Grafik Daya Dukung Tanah untuk Struktur Trestle

KESIMPULAN DAN SARAN


Komponen fender yang digunakan adalah tipe Cell Fender DCE1700 (D1.1) dari DockGuard Team.
Bollard yang digunakan adalah tipe pillar bollard dengan kapasitas 100 ton dari Trelleborg Marine
Systems. Tiang pancang digunakan dari PT. KHI Pipe & Coating. Dimensi elemen struktural untuk
masing-masing struktur ditunjukan pada. Berdasarkan analisis yang dilakukan, struktur dermaga
rencana mampu menahan kombinasi dari pembebanan yang bekerja pada struktur. Hal ini ditunjukkan
dengan dipenuhinya kriteria-kriteria UCR dan defleksi.

Terdapat beberapa hal yang dapat ditingkatkan pada penelitian-penelitian serupa yang akan dilakukan
ke depannya. Pertama, memodelkan transformasi gelombang dari titik hincasting ke dermaga, agar
mendapatkan profi gelombang yang lebih akurat. Kedua, perlu dilakukannya pengecekan penulangan
menggunakan perangkat lunak analisis struktur.
DAFTAR PUSTAKA
(1) BSN. 2015. SNI 1729-2015: Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural. Jakarta:
Badan Standardisasi Nasional.
(2) BSN. 2015. SNI 2847-2013: Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Bertulang. Jakarta: Badan
Standardisasi Nasional.
(3) British Standard (BS) 6349-4. Maritime Structures. London: British Standard Institution.

Anda mungkin juga menyukai