Indra Krishna - Laporan Praktikum Mikro
Indra Krishna - Laporan Praktikum Mikro
Oleh :
INDRA KRISHNA
NPM: 170310170044
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
SUMEDANG
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat meneyelesaikan
Laporan Praktikum Pekerja Sosial dengan Individu dan Kelompok (konseling dan
pengembangan diri) ini. Praktikum yang berfokus pada individu dan kelompok ini
merupakan mata kuliah yang memiliki posisi dan bobot yang penting dalam
kurikulum pendidikan pekerjaan sosial. Laporan Praktikum ini disusun sebagai
pelengkap praktikum mikro yang telah dilaksanakan kurang lebih selama satu
semester ini. Penulis dapat menyelesaikan proses praktikum dalam mata kuliah
Praktikum Pekerjaan Sosial Mikro yang dilaksanakan di PSAA Baabusalam pada
bulan Maret–Mei 2019 dan dapat menyusun laporan praktikum dengan lancar.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini baik
dari segi materi maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan. Terimakasih.
Penulis
i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Perubahan perilaku ditujukan untuk meningkatkan motivasi belajar klien dan
menghadirkan semangat yang konsisten untuk terus belajar.
Intervensi akan memberikan manfaat terhadap klien yaitu klien lebih antusias
dalam menjalani kegiatan belajar mengajar di sekolah. Klien merasa lebih percaya
diri dan siap untuk menghadapi ujian nasional yang akan datang. Selain itu, akan
ada peningkatan prestasi belajar yang akan berdampak kepada perasaan bangga
orangtua klien.
2
7. Sabtu, 23 Maret 2019 Tahap assessment. Melengkapi catatan
kebutuhan klien.
8. Rabu, 3 April 2019 Tahap assessment.
9. Sabtu, 6 April 2019 Tahap assessment.
10. Rabu, 10 April 2019 Assessment spesifik masalah
behavioral. Penjelasan mengenai
baseline.
11. Sabtu, 13 April 2019 Mengulang pengisian baseline.
Mengubah penugasan klien untuk
mengisi baseline mengenai
perkembangan waktu belajar klien di
luar jam sekolah.
12. Rabu, 17 April 2019 Memeriksa baseline yang telah diisi
oleh klien. Membicarakan rencana
intervensi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah
perkembangan persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan
sadar yang kita kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut
Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan
pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam
berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa
kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu
perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa teori Erikson
disebut sebagai teori perkembangan psikososial.
4
Identity vs Role Confusion
V 12 tahun -18 tahun (Identitas vs Kebingungan
Identitas)
Dewasa awal Intimacy vs Isolation
VI
(± 18 tahun – 40 tahun) (Keintiman vs Isolasi)
Dewasa pertengahan Generativity vs Self Absorption
VII
(± 40 tahun – 65 tahun) (Generativitas vs Stagnasi)
Dewasa akhir / tua Integrity vs Despair
VIII
(± 65 ke atas) (Integritas vs Keputusasaan)
Pada tahap ini anak sudah memasuki usia remaja dan mulai
mencari jati dirinya. Masa ini adalah masa peralihan antara dunia
anak-anak dan dewasa. Secara biologis anak pada tahap ini sudah
mulai memasuki tahap dewasa, namun secara psikis usia remaja
masih belum bisa diberi tanggung jawab yang berat layaknya orang
dewasa. Pertanyaan “Siapa Aku?” menjadi penting pada tahapan
ini. Pada tahap ini, seorang remaja akan mencoba banyak hal untuk
mengetahui jati diri mereka yang sebenarnya. Biasanya mereka
akan melaluinya dengan teman-teman yang mempunyai kesamaan
komitmen dalam sebuah kelompok. Hubungan mereka dalam
kelompok tersebut sangat erat, sehingga mereka memiliki
solidaritas yang tinggi terhadap sesama anggota kelompok.
5
ikutan, sehingga merekalebih berkemungkinan untuk
menyalhgunakan obat-obatan (Archer & Waterman, 1990;
Berger & Thompson, 1995; Kroger, 2000).
2) Kedua, penutupan identitas, adalah komitmen tanpa
eksplorasi. Remaja-remaja yang identitasnya tertutup
cenderung kaku, tidak toleran, dogmatis, dan defensif
(Frank, Pirsch, & Wright, 1990).
3) Ketiga, moratorium atau krisi identitas, menunda pilihan
karena pertentangan. Menurut Erikson, penundaan ini
sangat lazim dan barangkali sehat, bagi remaja modern.
Remaja yang berada dalam masyarakat yang kompleks
mengalami krisi identitas.
4) Keempat, pencapaian identitas, berarti bahwa setelah
mengeksplorasi opsi-opsi yang realistis, individu memilih
dan berkomitmen untuk mencapainya.
6
Bimbingan dan pengarahan baik dari orang tua maupun guru juga
diperlukan bagi anak pada tahap ini, agar mereka dapat
menemukan jati diri mereka sebenarnya.
7
Masa remaja madya (middle adolescence) ialah fase
perkembangan yang terjadi di antara rentang usia 15-18 tahun.
Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan kawan-kawan dan
adanya kecenderungan untuk narsistik. Selain itu, remaja juga
berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus
memilih yang mana, peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau
sendiri, idealis atau matrealis, dan sebagainya.
8
lebih banyak dan lebih tekun dari pada mereka yang kurang
memiliki atau sama sekali tidak mempunyai motivasi untuk
belajar.
9
2.2 Teori, Metode dan Teknik Mikro
10
memperlemah tingkah laku. Tingkah laku berkondisi muncul di
lingkungan dan instrumental bagi perolehan ganjar.
Pembiasaan operan ini dikenal dengan istilah
pengkondisian instrumental (instrumental conditioning) karena
memperlihatkan bahwa tingkah laku instrumental bisa
dimunculkan oleh organisme yang aktif sebelum penguatan
diberikan untuk tingkah laku tersebut.
3. Peniruan
Orang tidak memerlukan reinforcement agar bisa memiliki
tingkah laku. Melainkan, yang dibutuhkan hanyalah meniru.
Syarat dalam meniru tingkah laku yaitu:
Tingkah laku yang ditiru memang mampu untuk ditiru
oleh individu yang bersangkutan
Tingkah laku yang ditiru adalah perbuatan yang dinilai
positif oleh masyarakat
11
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila
dikenai hukuman.
12
sehingga klien dapat mengubah perilakunya serta memecahkan
masalahnya.
2.2.3 Self-Management
13
Self-management terjadi karena adanya suatu usaha pada
individu untuk memotivasi diri, mengelola semua unsur yang
terdapat di dalam dirinya, berusaha untuk memperoleh apa yang
ingin dicapai serta mengembangkan pribadinya agar menjadi lebih
baik. Ketika individu dapat mengelola semua unsur yang terdapat
di dalam dirinya yang meliputi: pikiran, perasaan, dan tingkah laku
maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut telah memiliki
kemampuan self-management
14
2.2.4 Kontrak Perilaku (Behavior Contract)
15
4) Aturan-aturan tetap memberikan kebebasan dalam pertukaran
interpersonal. Meskipun aturan (dalam kontrak) membatasi
perilaku tetapi tetap memberikan kebebasan pada individu
untuk mengambil keuntungan.
16
2) Membantu individu meningkatkan kedisiplinan dalam
berperilaku.
3) Memberi pengetahuan kepada individu tentang pengubahan
perilaku dirinya sendiri.
4) Meningkatkan kepercayaan diri individu
17
BAB III
18
tersebar dari SD hingga ke perguruan tinggi.
Pengajian merupakan program yang senantiasa berjalan dan tidak pernah
terlewatkan sebab hal ini menjadi fokus utama PSAA/LKSA Baabussalam yang
berbasis Pondok Pesantren. Keadaan lingkungan yang sangat religius membentuk
klien sebagai pribadi yang memiliki keimanan dan ketaqwaan yang cukup kuat
dan memiliki wawasan yang luas tentang agama. Klien sangat menjunjung tinggi
nilai-nilai keagamaan.
Walau demikian, klien tidak memiliki teman yang sangat dekat
dengannya. Klien senang bermain dengan siapapun, tetapi klien lebih suka
memendam perasaan dan jarang bercerita kepada teman-temannya. Klien dinilai
sebagai pribadi yang cukup tertutup oleh teman-temannya. Klien lebih suka
mendengar cerita orang lain daripada harus menceritakan tentang dirinya.
Klien tidak terlalu dekat dengan pengurus panti, baik yang berada di
asrama putra ataupun yang tinggal di asrama putri. Ia tidak seperti teman-
temannya yang lain yang sering bercerita kepada pengurus panti tersebut. Begitu
juga di sekolah, klien tidak memiliki guru yang dianggap dekat dengannya.
Namun, klien tetap memiliki seorang guru favorit.
Terkadang, klien merasa lelah dengan kondisi tempat tinggalnya yang
selalu ramai. Saat hal itu terjadi, klien lebih sering menyendiri di kamarnya. Klien
lebih memilih untuk berdiam diri di kamar agar tidak terganggu oleh kehadiran
teman-teman asramanya.
19
Menurut kakak asuh, klien praktikan memiliki motivasi belajar yang
cukup rendah. Klien sulit untuk memahami pelajaran yang ada dii kelas. Nilai-
nilai mata pelajaran yang diraih klien juga relatif rendah. Hal ini dinilai cukup
berbahaya dan sangat penting untuk ditangani mengingat klien pada saat ini
berada di bangku kelas 9 MTS. Klien akan menghadapi ujian nasional (UN) pada
tahun depan. Sehingga, dikhawatirkan, jika klien tetap berperilaku seperti
demikan, klien tidak akan lulus UN.
Saat praktikan menemui klien dan menjelaskan tentang pendampingan
pribadi ini, klien sangat senang mendengarnya dan dengan segera setuju. Ternyata
setelah bercerita, ia memang memiliki beberapa masalah yang ia ingin hilangkan,
salah satunya adalah kebiasaannya tidur di kelas dan tidak mendengarkan
penjelasan gurunya.
20
43
KLIEN
16
36
45
Keterangan Simbol
Laki-laki
Perempuan
Keterangan Genogram
Kedua orang tua klien telah bercerai
Klien merupakan anak tunggal dari kedua orangtua
kandungnya
21
Klien memiliki 1 adik tiri perempuan
22
Keterangan Ecomap
hubungan timbal balik lemah
hubungan timbal balik kuat
hubungan timbal balik buruk
hubungan jauh
23
tentang performa belajarnya di sekolah. Klien merasa dirinya
kesulitan dalam memahami pelajaran di sekolah. Teman-teman
klien di kelas juga mengatakan bahwa klien hamper setiap hari
tidak memperhatikan saat pelajaran matematika.
Klien merasa takut dengan kesulitan memahami pelajaran
di kelas karena sebentar lagi klien akan menghadapi ujian nasional
terkhusus pelajaran matematika. Ia khawatir tidak dapat mengisi
jawaban dari soal ujian nasional yang akan datang karena ia tidak
pernah paham dengan pelajaran tersebut. Jika tidak lulus ujian
nasional, ibu klien akan sangat sedih dan klien tidak ingin hal itu
terjadi.
Klien menyadari kesulitan tersebut timbul karena klien
tidak memahami apa yang telah disampaikan oleh gurunya. Selain
itu, klien juga tidak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga
ia tidak berusaha untuk mencari tahu materi pelajaran yang tidak
dipahaminya. Maka dari itu, klien merasa harus meningkatkan rasa
ingin tahunya terhadap pelajaran-pelajaran di sekolah.
Jika tidak memahami pelajaran di kelas, klien akan
mencoba untuk mengulang membaca buku pelajaran atau catatan
di asrama. Sehingga, klien akan mengetahui hal apa yang tidak
dipahami oleh klien. Di hari berikutnya, klien akan mencoba untuk
mencaritahu hal tersebut melalui penjelasan dari guru atau bertanya
kepada teman yang lebih paham. Untuk menimbulkan kebiasaan
belajar di luar jam sekolah, praktikan dan klien membuat baseline
yang ditujukan untuk memonitor perubahan perilaku tersebut.
Klien diberikan waktu selama satu minggu untuk mengisi baseline
tersebut.
24
Waktu
No. Hari/Tanggal Mata Pelajaran
Belajar
1 Sabtu, 13 April 2019 IPS 05.00 – 05.15
2 Minggu, 14 April 2019 Bahasa Arab 05.00 – 05.15
3 Senin, 15 April 2019 Matematika 05.00 – 05.25
4 Selasa, 16 April 2019 Akidah Akhlak 05.00 – 05.35
25
untuk berubah. Klien juga turut serta untuk bisa keluar dari
masalah dan berpartisipasi dalam proses perubahan. Praktikan
membantu klien mengenali, mengelola, dan meningkatkan
kekuatan dan kemampuan personalnya. Selain itu, dibutuhkan
bantuan dari teman-teman klien di asrama untuk membantu
memotivasi dan mengingatkan klien untuk membiasakan
perubahan perilaku tersebut.
Prosedur-prosedur difokuskan kepada kekuatan-kekuatan
dan potensi-potensi klien yang dihubungkan dengan perilaku
sekarang dan usahanya untuk meningkatkan prestasi belajar dan
menghasilkan prestasi yang baik di sekolah.
Dalam membantu klien untuk menciptakan hal tersebut,
praktikan dapat melibatkan diri dengan klien dalam upayanya
menjaga dan menciptakan perilaku baru untuk meningkatkan
motivasi belajar secara konsisten. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan contingency contract yang dilaksanakan sesuai batas
waktu yang telah ditentukan bersama oleh klien dan praktikan.
Sistem reward dan punishment akan dilibatkan untuk memotivasi
klien agar konsisten terhadap target perubahan perilakunya.
Jika klien berhasil mencapai kontrak yang telah disepakati,
akan ada penguat positif yang dimaksudkan untuk meningkatkan
motivasi klien. Sebaliknya, jika tujuan tidak terpenuhi, maka akan
ada konsekuensi yang harus diterima oleh klien. Selain itu, bonus
juga akan diberikan kepada klien jika ia berhasil melebihi batas
minimal dari capaian kontrak yang ditetapkan.
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tahapan dalam praktikum ini telah dilaksanakan dari mulai kontak awal
sampai dengan tahapan assessment spesifik. Klien memiliki beberapa masalah.
Akan tetapi, yang menjadi fokus dalam proses pendampingan pada praktikum ini
yaitu mengenai rendahnya motivasi belajar dan kebiasaan klien tertidur di kelas.
4.2 Saran
27
Berdasarkan kepada hasil yang telah dicapai pada praktikum ini, praktikan
mencoba memberikan masukan kepada klien,
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 1997. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT
Eresco.
Daulay, W. 2010. Pengaruh Penerapan Teori Kognitif Perilaku terhadap
Perubahan Pikiran dan Perilaku Anak Usia Sekolah yang Mengalami
Kesulitan Belajar di SDN Kelurahan Pondok Cina Tahun 2010. Depok:
FIK UI
Dyanti, Okta P. 2014. Teori Psikososial Eric Erikson (Makalah).
http://www.oktapede.com/2014/10/teori-psikososial-eric-erikson-makalah.html
diunduh pada 28 Desember 2016 pukul 22:50
Fadillah. 2012. Psikologi Belajar.
http://modul.mercubuana.ac.id/files/pbael/pbaelmercubuanaacid/Modul
%20Backlink/Modul%20Genap%202011-2012/Fakultas%20Psikologi/Fadillah
%20-%20Psikologi%20Belajar/ModulPsikologiBelajarGP1112TM4.pdf diunduh
pada 15 Desember 2016, pukul 21.00
Hamalik, Oemar. 2010. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Isnaini, Faiqotul. 2014. Strategi Self-Management untuk Meningkatkan
Kedisiplinan Belajar.
http://eprints.ums.ac.id/31535/13/(2)_NASKAH_PUBLIKASI.pdf diunduh pada
28 Desember 2016, pukul 21:58
28
Komalasari, G. dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT. Indeks.
Ramadan, M.P. 2013. Hubungan Antara Penerimaan Perkembangan Fisik dengan
Kematangan Emosi pada Remaja Awal. UPI
Santoso, Y.W.P. 2016. Konseling Behavior dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa Berprestasi Rendah di MTS Muhammadiyah 2 Milati Sleman
Yogyakarta. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga
Santrock, J.W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Shaffer, David R. 2005. Social and Personality Development. United States of
America: Thomson Wadsworth.
Supriyati, Anik. 2013. Upaya Meningkatkan Self Management dalam Belajar
Melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas VIIID di SMPN I
Jakenan Pati. http://lib.unnes.ac.id/17323/1/1301408049.pdf diunduh pada 28
Desember 2016, pukul 21:58
Syah, M. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Trianingsih, Rima. 2013. Teori Perkembangan Psikososial Erick H. Erikson.
https://rimatrian.blogspot.co.id/2013/12/teori-perkembangan-psikososial-erick-
h.html diunduh pada 28 Desember 2016 pukul 22:55
Willis, S.S. 2007. Konseling Individual. Bandung: Alfabeta
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2115321-ciri-ciri-motivasi-
belajar- rendah.html
http:// id.shvoong.com/tags/pengertian-motivasi-belajar-rendah.html
29